print protokol etikal clearance
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
1/16
PROTOKOL PENELITIAN
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Sekretariat : Lantai 2 Dekanat FKM UNDIP
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang Semarang
Telp/ Fax : 024-7460044
1. Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah
2. Judul Penelitian :
“Perbedaan Antara Audiovideo dengan Demonstrasi Pantum terhadap
Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut Anak Slow Learner : Kajian
terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Slow
Learner ”.
3. Responden/ subyek : Anak Slow Learner.
4. Perkiraan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu responden/
subyek : 30 menit.
5. Ringkasan usulan penelitian termasuk tujuan, manfaat dan latar belakang :
a. Ringkasan usulan Penelitian :
Salah satu anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan
yang bersifat khusus adalah anak dengan lamban belajar atau slow learner .
Menurut National Institute of Health, United States of America (USA)
dalam (Idris, 2009) menyatakan bahwa slow learner adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya
kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan
akademik yang seharusnya dicapai, lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan
belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat
otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan
perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis,
pemahaman dan berhitung. Siswa slow learner memiliki kemampuan yang
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
2/16
rendah, dengan IQ ( Intelligence Quotient ) antara 70 sampai dengan 89 atau
sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasimental) (Sugiarti, R, dkk., 2012).
Keberadaan slow learner sangat dirasakan, dari sisi kuantitas
diketahui bahwa jumlah siswa slow learner lebih banyak jika dibandingkan
dengan anak yang dikategorikan berkebutuhan lainnya seperti anak retardasi
mental, anak dengan ketidakmampuan belajar, gangguan visual/
pendengaran serta anak dengan trauma otak/ kepala (Shaw, dkk., 2005).
Menurut Khaliq, dkk (2009) kelompok siswa slow learner mencapai 14%
dari keseluruhan jumlah populasi anak berkebutuhan yang ada. Jumlah
populasi yang melebihi sepuluh persen dapat dikatakan relatif besar. Lebih
lanjut, keberadaan siswa slow learner yang secara fisik hampir sama dengan
anak normal, menjadikan mereka kelompok yang terabaikan namun
sebenarnya perlu pendampingan yang relatif mendalam. Secara ringkas,
siswa slow learner adalah sekelompok anak yang mengalami kelainan
namun tidak tampak secara signifikan.
Anak lamban belajar atau slow learner ditandai dengan potensi
intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan
mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat
menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik (Kemen-PPPA,
2013).
Pelayanan kesehatan pada anak slow learner membutuhkan perhatian karena sebagian anak dengan slow learner memiliki kondisi yang
membawa resiko pada kesehatan gigi dan mulut, karena kebersihan gigi dan
mulutnya cenderung tidak diberikan prioritas dalam pelayanan kesehatan
individu (Gates, 2003). Pemenuhan kebutuhan personal hygiene khususnya
kebersihan gigi perlu diperhatikan, mengingat bahwa anak slow learner
sangat rentan mengalami kerusakan gigi karena terdapat faktor resiko. Dari
studi pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa anak slow
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
3/16
learner menunjukkan kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan kebutuhan
perawatan gigi yang tidak terpenuhi. Hasil studi pendahuluan ditemukan80,64% dari seluruh anak slow learner tersebut memiliki kebersihan gigi
dan mulut yang buruk.
Permasalahan tersebut akan memperburuk kondisi kesehatan anak
dan mengganggu kenyamanan serta menambah kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, sehingga kebutuhan akan kebersihan gigi pada anak slow
learner harus lebih diperhatikan. Indicator Oral Health Global Goal dari
WHO tentang status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia. Target
kementerian kesehatan adalah 90%, setiap anak bebas dari karies dan
mampu memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Hal tersebut tampak jelas
bahwa status kebersihan gigi dan mulut anak slow learner jauh dari harapan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pendekatan yang tepat
untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi anak slow
learner agar dapat meningkatkan kemandirian untuk menolong dirinya
sendiri dalam memelihara kesehatan giginya dan mencapai derajat
kesehatan gigi dan mulut secara optimal. Pendekatannya yaitu melalui
penerapan paradigma sehat yang mengutamakan dan meningkatkan upaya
promotif dan preventif sejak usia dini serta mengubah perilaku dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Hal tersebut diatas yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji
lebih lanjut tentang perbedaan antara audiovideo dengan demonstrasi pantum terhadap perilaku dan status kebersihan gigi & mulut anak slow
learner dengan harapan dapat mengubah perilaku dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan status kebersihan gigi dan
mulut anak slow learner melalui audiovideo atau dengan demonstrasi
pantum.
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
4/16
b. Tujuan
1) Untuk mengetahui perbedaan pendidikan kesehatan gigi antaraaudiovideo dengan demonstrasi pantum terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak slow learner.
2) Untuk mengetahui status kebersihan gigi & mulut anak slow learner
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan gigi antara
audiovideo dengan demonstrasi pantum.
c. Manfaat Penelitian
1) Aspek Teoritis (Keilmuan)
a) Menambah keilmuan tentang efektifitas audiovideo terhadap
pengetahuan, sikap dan keterampilan anak slow learner.
b) Menambah keilmuan tentang efektifitas demonstrasi pantum terhadap
pengetahuan, sikap dan keterampilan anak slow learner .
c) Menambah ilmu pengetahuan tentang efektifitas audiovideo terhadap
status kebersihan gigi & mulut anak slow learner.
d) Menambah ilmu pengetahuan tentang efektifitas demonstrasi pantum
terhadap status kebersihan gigi & mulut anak slow learner.
e) Memberi informasi dan masukan yang bermanfaat bagi tenaga
pengajar baik guru maupun tenaga kesehatan tentang alternatif pilihan
antara audiovideo dengan demonstrasi pantum pada anak slow learner.
f) Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
g) Menambah keilmuan dan informasi untuk pengembangan dalamupaya meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak
slow learner .
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
5/16
2) Aspek Praktis (Guna laksana)
a) Audiovideo diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan pada anak slow learner untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
b) Demonstrasi pantum diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan
pada anak slow learner untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
c) Penerapan audiovideo diharapkan menjadi alternatif terapi pilihan
perawat gigi untuk diaplikasikan dalam memenuhi kebutuhan dasar
anak slow learner secara personal.
d) Penerapan audiovideo diharapkan dapat diaplikasikan untuk
menangani anak slow learner secara berkesinambungan.
e) Penerapan audiovideo sebagai alat bantu mengidentifikasi perubahan
perilaku dalam pemenuhan kebutuhan higiene personal anak slow
learner.
f) Penerapan audiovideo sebagai alat bantu mengidentifikasi
peningkatan kebersihan gigi & mulut anak slow learner .
g) Penerapan audiovideo diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan
terapi pada mahasiswa pendidikan vokasi keperawatan gigi dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak slow
learner .
d. Masalah EtikaSebelum penelitian ini dilakukan, peneliti akan mengurus perizinan
pada instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dan SD
Negeri I Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa
Barat serta membuat informed concent sehingga penelitian ini tidak akan
melanggar etika dalam penelitian.
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
6/16
Sebelum dilakukan intervensi kepada kelompok I dan kelompok II,
terlebih dahulu dilakukan pretest dengan melakukan pengisian kuesioneruntuk mengetahui pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap perilaku
menggosok gigi serta dilakukan pemeriksaan status kebersihan gigi & mulut
pada anak slow learner . Pretest dilakukan pada saat penelitian dimulai.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti membagi anak slow
learner menjadi kelompok I dan kelompok II. Kelompok I diberi intervensi
berupa pengajaran cara menggosok gigi dengan audiovideo, sedangkan pada
kelompok II diberi intervensi berupa pengajaran cara menggosok gigi
dengan demonstrasi pantum.
Pelaksanaan intervensi dilakukan pada hari pertama dengan hari
yang telah dikoordinasikan dengan pihak sekolah. Setelah intervensi,
peneliti membagikan sikat gigi dan pasta gigi untuk digunakan menggosok
gigi dirumah.
Tahap pengukuran akhir dilakukan pada hari ke 21 setelah
dilakukan intervensi. Peneliti melakukan posttest dengan pengisian
kuesioner pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pemeriksaan status
kebersihan gigi & mulut kepada anak slow learner yang dijadikan sampel
penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan,
sikap, keterampilan, status kebersihan gigi & mulut pada kelompok I dan
kelompok II yaitu dari pretest ke posttest kelompok I, posttest kelompok I
ke posttest kelompok II dan pretest ke posttest kelompok II. Selanjutnyauntuk mengetahui perubahan peningkatan antar kelompok I dengan
kelompok II dan untuk mengetahui perubahan selisih peningkatan/
penurunan antar kelompok.
6. Bila penelitian ini dikerjakan kepada manusia, apakah percobaan binatang juga
dilakukan : Tidak.
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
7/16
7. Prosedur perlakuan
Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan meminta izin kepadaorang tua siswa/i dengan kriteria slow learner , selanjutnya menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian. Sebelum dilakukan intervensi kepada kelompok
I dan kelompok II, terlebih dahulu dilakukan pretest dengan melakukan
pengisian kuesioner. Peneliti membagi anak slow learner menjadi kelompok I
dan kelompok II. Kelompok I diberi intervensi berupa pengajaran cara
menggosok gigi dengan audiovideo, sedangkan pada kelompok II diberi
intervensi berupa pengajaran cara menggosok gigi dengan demonstrasi pantum.
Peneliti melakukan posttest pada hari ke 21 setelah dilakukan intervensi.
Bahaya langsung dan tidak langsung yang mungkin terjadi, segera atau
perlahan-lahan : Tidak ada.
8. Pengalaman formal (peneliti sendiri atau orang lain) mengenai perlakuan yang
akan dilakukan :
Peneliti melakukan sendiri intervensi kepada kelompok I dan kelompok II.
9. Bila penelitian ini dilakukan, tunjukkan keuntungan-keuntungannya :
Pengajaran cara menggosok gigi dengan audiovideo atau dengan demonstrasi
pantum diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan pada anak slow learner
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan status kebersihan
gigi & mulut tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
10.Bagaimana cara pemilihan responden/ subyek?
Pemilihan untuk responden/ subyek yang diamati berdasarkan data anak slowlearner yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri I Astana (Model Sekolah
Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat tahun
ajaran 2014/ 2015.
11.Bila penelitian ini dikerjakan pada manusia, jelaskan hubungan antara
responden/ subyek dengan peneliti :
Peneliti saat ini sedang menempuh pendidikan di Program Studi Magister
Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP Semarang, konsentrasi Saint
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
8/16
Terapan Kesehatan peminatan Keperawatan Gigi, sedangkan responden/
subyek adalah anak slow learner yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri IAstana (Model Sekolah Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon
Propinsi Jawa Barat tahun ajaran 2014/ 2015.
12.Bila penelitian ini dikerjakan pada responden/ subyek, jelaskan cara
mengetahui kriteria/ diagnosis :
Cara mengetahui kriteria anak tersebut slow learner adalah berdasarkan pada
catatan/ data kuesioner (penjaringan) yang dilakukan oleh Sekolah Dasar
Negeri I Astana (Model Sekolah Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten
Cirebon Propinsi Jawa Barat.
13.Jelaskan registrasi yang dilakukan selama studi, termasuk penilaian efek
samping dan komplikasi yang mungkin terjadi : Tidak ada.
14.Bila penelitian ini dilakukan pada manusia, jelaskan bagaimana cara
menjelaskan dan mengajak untuk berpartisipasi :
Peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan, bekerjasama
dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah serta meminta izin kepada
orang tua siswa/i dengan kriteria slow learner. Selanjutnya menjelaskan
maksud dan tujuan penelitian serta membuat janji untuk berkumpul pada
tanggal sesuai kesepakatan.
15.Bila penelitian dilakukan pada manusia, berapa banyak efek samping yang
mungkin terjadi dan cara mengatasinya :
Peneliti melakukan intervensi berupa pengajaran menggosok gigi denganaudiovideo dan demonstrasi pantum jadi tidak ada efek samping yang akan
terjadi.
16.Bila penelitian dilakukan pada manusia, apakah responden/ subyek
diasuransikan : Tidak.
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
9/16
17.Bentuk intensif bagi responden/ subyek : Rp. 50.000,- (dalam bentuk sikat gigi,
pasta gigi dan soufenir).18.Penelitian akan dilaksanakan : Juni 2015 - Agustus 2015.
19.Besar dana penelitian : Rp 5.000.000,- s/d Rp 7.500.000,-.
Semarang, 22 Juni 2015
Peneliti
Muhammad Fiqih Sabilillah
NIM. 30000313420032
Telah diperiksa dan setuju dilakukan penelitian :
Reviewer Komisi etik penelitian kesehatan
FKM UNDIP
Ketua,
(………………………………..) Prof. Dr. dr. Anies, M.Kes., PKK
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
10/16
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Bapak/ Ibu Yth.
Kami dari Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana
UNDIP Semarang, konsentrasi Saint Terapan Kesehatan peminatan Keperawatan
Gigi akan melakukan penelitian tentang “Perbedaan Antara Audiovideo dengan
Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut
Anak Slow Learner : Kajian terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak Slow Learner ”.
Sebagai gambaran penelitian ini :
1. Latar belakang penelitian
Salah satu anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan
yang bersifat khusus adalah anak dengan lamban belajar atau slow learner .
Menurut National Institute of Health, United States of America (USA) dalam
(Idris, 2009) menyatakan bahwa slow learner adalah hambatan/ gangguan
belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang
signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan akademik yang seharusnya
dicapai, lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar kemungkinan
disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan
neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti
gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan
berhitung. Siswa slow learner memiliki kemampuan yang rendah, dengan IQ
( Intelligence Quotient ) antara 70 sampai dengan 89 atau sedikit di bawah
normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental) (Sugiarti, R, dkk.,
2012).
Keberadaan slow learner sangat dirasakan, dari sisi kuantitas
diketahui bahwa jumlah siswa slow learner lebih banyak jika dibandingkan
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
11/16
dengan anak yang dikategorikan berkebutuhan lainnya seperti anak retardasi
mental, anak dengan ketidakmampuan belajar, gangguan visual/ pendengaranserta anak dengan trauma otak/ kepala (Shaw, dkk., 2005). Menurut Khaliq,
dkk (2009) kelompok siswa slow learner mencapai 14% dari keseluruhan
jumlah populasi anak berkebutuhan yang ada. Jumlah populasi yang melebihi
sepuluh persen dapat dikatakan relatif besar. Lebih lanjut, keberadaan siswa
slow learner yang secara fisik hampir sama dengan anak normal, menjadikan
mereka kelompok yang terabaikan namun sebenarnya perlu pendampingan
yang relatif mendalam. Secara ringkas, siswa slow learner adalah sekelompok
anak yang mengalami kelainan namun tidak tampak secara signifikan.
Anak lamban belajar atau slow learner ditandai dengan potensi
intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental.
Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan
tugas-tugas akademik maupun non akademik (Kemen-PPPA, 2013).
Pelayanan kesehatan pada anak slow learner membutuhkan perhatian
karena sebagian anak dengan slow learner memiliki kondisi yang membawa
resiko pada kesehatan gigi dan mulut, karena kebersihan gigi dan mulutnya
cenderung tidak diberikan prioritas dalam pelayanan kesehatan individu
(Gates, 2003). Pemenuhan kebutuhan personal hygiene khususnya kebersihan
gigi perlu diperhatikan, mengingat bahwa anak slow learner sangat rentan
mengalami kerusakan gigi karena terdapat faktor resiko. Dari studi
pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa anak slow learnermenunjukkan kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan kebutuhan perawatan
gigi yang tidak terpenuhi. Hasil studi pendahuluan ditemukan 80,64% dari
seluruh anak slow learner tersebut memiliki kebersihan gigi dan mulut yang
buruk.
Permasalahan tersebut akan memperburuk kondisi kesehatan anak dan
mengganggu kenyamanan serta menambah kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi, sehingga kebutuhan akan kebersihan gigi pada anak slow
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
12/16
learner harus lebih diperhatikan. Indicator Oral Health Global Goal dari
WHO tentang status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia. Targetkementerian kesehatan adalah 90%, setiap anak bebas dari karies dan mampu
memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Hal tersebut tampak jelas bahwa
status kebersihan gigi dan mulut anak slow learner jauh dari harapan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pendekatan yang tepat untuk
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi anak slow learner agar
dapat meningkatkan kemandirian untuk menolong dirinya sendiri dalam
memelihara kesehatan giginya dan mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut
secara optimal. Pendekatannya yaitu melalui penerapan paradigma sehat yang
mengutamakan dan meningkatkan upaya promotif dan preventif sejak usia dini
serta mengubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
Hal tersebut diatas yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji
lebih lanjut tentang perbedaan antara audiovideo dengan demonstrasi pantum
terhadap perilaku dan status kebersihan gigi & mulut anak slow learner dengan
harapan dapat mengubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut serta meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut anak slow learner
melalui audiovideo atau dengan demonstrasi pantum.
2. Lama penelitian dan subyek penelitian : Lama penelitian 21 hari.
3. Perlakuan terhadap responden/ subyek : Mengisi kuesioner, pemeriksaan gigi
dengan menggunakan OHI-S indeks, pengajaran cara menggosok gigi denganaudiovideo pada kelompok I dan pengajaran cara menggosok gigi dengan
demonstrasi pantum pada kelompok II.
4. Kemungkinan resiko kesehatan : Tidak ada.
5. Penjelasan kompensasi bagi responden/ subyek : Tidak ada.
6. Penjelasan terjaminnya responden/ subyek : Peneliti menjamin kerahasiaan atas
jawaban yang telah diberikan.
7. Pengobatan medis dan ganti rugi apabila diperlukan : Tidak ada.
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
13/16
8. Nama dan alamat penanggung jawab medis : Tidak ada.
9. Partisipasi bersifat sukarela dan setiap saat subyek dapat mengundurkan diri :Ya.
10.Kesediaan dari responden/ subyek : Ada.
Kami berharap ibu/ bapak bersedia menjadi responden penelitian ini.
Semarang, 22 Juni 2015
Peneliti
Muhammad Fiqih Sabilillah
NIM. 30000313420032
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
14/16
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Responden yang saya hormati, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah
NIM : 30000313420032
Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Epidemiologi Konsentrasi
Saint Terapan Kesehatan Peminatan Keperawatan Gigi Universitas Diponegoro
Semarang akan melakukan penelitian tentang “Perbedaan Antara Audiovideo
dengan Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut
Anak Slow Learner : Kajian terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Anak Slow Learner ”.
Bersama ini mohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan menjawab kuesioner yang
berhubungan dengan penelitian ini. Jawaban yang anda berikan akan dijaga
kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan
dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Cirebon, Juli 2015
Peneliti
Muhammad Fiqih Sabilillah
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
15/16
KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN
(INFORMED CONCENT)
Nama : ……………………………………………………………
Umur : ……………………………………………………………
Alamat : ……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Menyatakan bersedia sebagai responden penelitian berjudul “Perbedaan Antara
Audiovideo dengan Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status
Kebersihan Gigi & Mulut Anak Slow Learner : Kajian terhadap Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Slow Learner ”. Dengan ketentuan
apabila ada hal-hal yang tidak berkenan kepada saya, maka saya berhak
mengajukan pengunduran diri sebagai responden dari kegiatan penelitian ini.
Cirebon, ……………………
Responden
(…………………………………)
-
8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance
16/16
CURICULUM VITAE
DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah
TTL : Cirebon, 11 Juli 1988
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Vila Intan 2 Blok L 1 No. 4 RT 17 RW 05 Desa Klayan
Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.
No Hp : 085 224 576 495
PENDIDIKAN FORMAL
2010 s/d 2011 : Program Studi D IV Prosthodonsia Jurusan
Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.
2007 s/d 2010 : Program Studi D III Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya.
2003 s/d 2006 : SMA Negeri 5 Kota Cirebon.
2000 s/d 2003 : SLTP Negeri 15 Kota Cirebon.
1994 s/d 2000 : SD Negeri Klayan 3.
PEKERJAAN
Tenaga Honorer pada Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya dari tahun 2010 s/d
sekarang.
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan yang sebenar-benarnya.
Hormat Saya
Muhammad Fiqih Sabilillah