print protokol etikal clearance

Upload: arifin-hidayat

Post on 06-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    1/16

    PROTOKOL PENELITIAN

    KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    Sekretariat : Lantai 2 Dekanat FKM UNDIP

    Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang Semarang

    Telp/ Fax : 024-7460044

    1. Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah

    2. Judul Penelitian :

    “Perbedaan Antara Audiovideo dengan Demonstrasi Pantum terhadap

    Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut Anak  Slow Learner   : Kajian

    terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Slow

     Learner ”.

    3. Responden/ subyek : Anak Slow Learner. 

    4. Perkiraan waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu responden/

    subyek : 30 menit.

    5. Ringkasan usulan penelitian termasuk tujuan, manfaat dan latar belakang :

    a. Ringkasan usulan Penelitian :

    Salah satu anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan

    yang bersifat khusus adalah anak dengan lamban belajar atau  slow learner .

    Menurut National Institute of Health, United States of America (USA)

    dalam (Idris, 2009) menyatakan bahwa  slow learner   adalah hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya

    kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan

    akademik yang seharusnya dicapai, lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan

     belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat

    otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan

     perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis,

     pemahaman dan berhitung. Siswa  slow learner memiliki kemampuan yang

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    2/16

    rendah, dengan IQ ( Intelligence Quotient ) antara 70 sampai dengan 89 atau

    sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasimental) (Sugiarti, R, dkk., 2012).

    Keberadaan  slow learner sangat dirasakan, dari sisi kuantitas

    diketahui bahwa jumlah siswa slow learner lebih banyak jika dibandingkan

    dengan anak yang dikategorikan berkebutuhan lainnya seperti anak retardasi

    mental, anak dengan ketidakmampuan belajar, gangguan visual/

     pendengaran serta anak dengan trauma otak/ kepala (Shaw, dkk., 2005).

    Menurut Khaliq, dkk (2009) kelompok siswa  slow learner mencapai 14%

    dari keseluruhan jumlah populasi anak berkebutuhan yang ada. Jumlah

     populasi yang melebihi sepuluh persen dapat dikatakan relatif besar. Lebih

    lanjut, keberadaan siswa slow learner yang secara fisik hampir sama dengan

    anak normal, menjadikan mereka kelompok yang terabaikan namun

    sebenarnya perlu pendampingan yang relatif mendalam. Secara ringkas,

    siswa  slow learner adalah sekelompok anak yang mengalami kelainan

    namun tidak tampak secara signifikan.

    Anak lamban belajar atau  slow learner ditandai dengan potensi

    intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan

    mental. Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat

    menyelesaikan tugas-tugas akademik maupun non akademik (Kemen-PPPA,

    2013).

    Pelayanan kesehatan pada anak  slow learner membutuhkan perhatian karena sebagian anak dengan  slow learner memiliki kondisi yang

    membawa resiko pada kesehatan gigi dan mulut, karena kebersihan gigi dan

    mulutnya cenderung tidak diberikan prioritas dalam pelayanan kesehatan

    individu (Gates, 2003). Pemenuhan kebutuhan  personal hygiene khususnya

    kebersihan gigi perlu diperhatikan, mengingat bahwa anak  slow learner

    sangat rentan mengalami kerusakan gigi karena terdapat faktor resiko. Dari

    studi pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa anak  slow

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    3/16

    learner menunjukkan kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan kebutuhan

     perawatan gigi yang tidak terpenuhi. Hasil studi pendahuluan ditemukan80,64% dari seluruh anak  slow learner tersebut memiliki kebersihan gigi

    dan mulut yang buruk.

    Permasalahan tersebut akan memperburuk kondisi kesehatan anak

    dan mengganggu kenyamanan serta menambah kesulitan dalam pemenuhan

    kebutuhan nutrisi, sehingga kebutuhan akan kebersihan gigi pada anak  slow

    learner harus lebih diperhatikan.  Indicator Oral Health Global Goal dari

    WHO tentang status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia. Target

    kementerian kesehatan adalah 90%, setiap anak bebas dari karies dan

    mampu memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Hal tersebut tampak jelas

     bahwa status kebersihan gigi dan mulut anak slow learner jauh dari harapan.

    Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pendekatan yang tepat

    untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi anak  slow

    learner   agar dapat meningkatkan kemandirian untuk menolong dirinya

    sendiri dalam memelihara kesehatan giginya dan mencapai derajat

    kesehatan gigi dan mulut secara optimal. Pendekatannya yaitu melalui

     penerapan paradigma sehat yang mengutamakan dan meningkatkan upaya

     promotif dan preventif sejak usia dini serta mengubah perilaku dalam

     pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

    Hal tersebut diatas yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji

    lebih lanjut tentang perbedaan antara audiovideo dengan demonstrasi pantum terhadap perilaku dan status kebersihan gigi & mulut anak  slow

    learner dengan harapan dapat mengubah perilaku dalam pemeliharaan

    kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan status kebersihan gigi dan

    mulut anak  slow learner melalui audiovideo atau dengan demonstrasi

     pantum.

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    4/16

     b. Tujuan

    1) Untuk mengetahui perbedaan pendidikan kesehatan gigi antaraaudiovideo dengan demonstrasi pantum terhadap pengetahuan, sikap dan

    keterampilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak slow learner.

    2) Untuk mengetahui status kebersihan gigi & mulut anak  slow learner

    sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan gigi antara

    audiovideo dengan demonstrasi pantum.

    c. Manfaat Penelitian

    1) Aspek Teoritis (Keilmuan)

    a) Menambah keilmuan tentang efektifitas audiovideo terhadap

     pengetahuan, sikap dan keterampilan anak slow learner.

     b) Menambah keilmuan tentang efektifitas demonstrasi pantum terhadap

     pengetahuan, sikap dan keterampilan anak slow learner .

    c) Menambah ilmu pengetahuan tentang efektifitas audiovideo terhadap

    status kebersihan gigi & mulut anak slow learner.

    d) Menambah ilmu pengetahuan tentang efektifitas demonstrasi pantum

    terhadap status kebersihan gigi & mulut anak slow learner.

    e) Memberi informasi dan masukan yang bermanfaat bagi tenaga

     pengajar baik guru maupun tenaga kesehatan tentang alternatif pilihan

    antara audiovideo dengan demonstrasi pantum pada anak slow learner.

    f) Sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

    g) Menambah keilmuan dan informasi untuk pengembangan dalamupaya meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak

     slow learner .

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    5/16

    2) Aspek Praktis (Guna laksana)

    a) Audiovideo diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan pada anak slow learner   untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

     b) Demonstrasi pantum diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan

     pada anak  slow learner  untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

    keterampilan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

    c) Penerapan audiovideo diharapkan menjadi alternatif terapi pilihan

     perawat gigi untuk diaplikasikan dalam memenuhi kebutuhan dasar

    anak slow learner  secara personal.

    d) Penerapan audiovideo diharapkan dapat diaplikasikan untuk

    menangani anak slow learner secara berkesinambungan.

    e) Penerapan audiovideo sebagai alat bantu mengidentifikasi perubahan

     perilaku dalam pemenuhan kebutuhan higiene personal anak  slow

    learner.

    f) Penerapan audiovideo sebagai alat bantu mengidentifikasi

     peningkatan kebersihan gigi & mulut anak slow learner .

    g) Penerapan audiovideo diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan

    terapi pada mahasiswa pendidikan vokasi keperawatan gigi dalam

    melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak  slow

    learner .

    d. Masalah EtikaSebelum penelitian ini dilakukan, peneliti akan mengurus perizinan

     pada instansi terkait yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon dan SD

     Negeri I Astana Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

    Barat serta membuat informed concent sehingga penelitian ini tidak akan

    melanggar etika dalam penelitian.

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    6/16

      Sebelum dilakukan intervensi kepada kelompok I dan kelompok II,

    terlebih dahulu dilakukan  pretest dengan melakukan pengisian kuesioneruntuk mengetahui pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap perilaku

    menggosok gigi serta dilakukan pemeriksaan status kebersihan gigi & mulut

     pada anak slow learner . Pretest dilakukan pada saat penelitian dimulai.

    Dalam melaksanakan penelitian, peneliti membagi anak  slow

    learner menjadi kelompok I dan kelompok II. Kelompok I diberi intervensi

     berupa pengajaran cara menggosok gigi dengan audiovideo, sedangkan pada

    kelompok II diberi intervensi berupa pengajaran cara menggosok gigi

    dengan demonstrasi pantum.

    Pelaksanaan intervensi dilakukan pada hari pertama dengan hari

    yang telah dikoordinasikan dengan pihak sekolah. Setelah intervensi,

     peneliti membagikan sikat gigi dan pasta gigi untuk digunakan menggosok

    gigi dirumah.

    Tahap pengukuran akhir dilakukan pada hari ke 21 setelah

    dilakukan intervensi. Peneliti melakukan  posttest dengan pengisian

    kuesioner pengetahuan, sikap dan keterampilan serta pemeriksaan status

    kebersihan gigi & mulut kepada anak  slow learner yang dijadikan sampel

     penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan,

    sikap, keterampilan, status kebersihan gigi & mulut pada kelompok I dan

    kelompok II yaitu dari  pretest ke  posttest kelompok I,  posttest kelompok I

    ke  posttest kelompok II dan  pretest ke  posttest kelompok II. Selanjutnyauntuk mengetahui perubahan peningkatan antar kelompok I dengan

    kelompok II dan untuk mengetahui perubahan selisih peningkatan/

     penurunan antar kelompok.

    6. Bila penelitian ini dikerjakan kepada manusia, apakah percobaan binatang juga

    dilakukan : Tidak.

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    7/16

    7. Prosedur perlakuan

    Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak sekolah dan meminta izin kepadaorang tua siswa/i dengan kriteria  slow learner , selanjutnya menjelaskan

    maksud dan tujuan penelitian. Sebelum dilakukan intervensi kepada kelompok

    I dan kelompok II, terlebih dahulu dilakukan  pretest dengan melakukan

     pengisian kuesioner. Peneliti membagi anak  slow learner menjadi kelompok I

    dan kelompok II. Kelompok I diberi intervensi berupa pengajaran cara

    menggosok gigi dengan audiovideo, sedangkan pada kelompok II diberi

    intervensi berupa pengajaran cara menggosok gigi dengan demonstrasi pantum.

    Peneliti melakukan posttest pada hari ke 21 setelah dilakukan intervensi.

    Bahaya langsung dan tidak langsung yang mungkin terjadi, segera atau

     perlahan-lahan : Tidak ada.

    8. Pengalaman formal (peneliti sendiri atau orang lain) mengenai perlakuan yang

    akan dilakukan :

    Peneliti melakukan sendiri intervensi kepada kelompok I dan kelompok II.

    9. Bila penelitian ini dilakukan, tunjukkan keuntungan-keuntungannya :

    Pengajaran cara menggosok gigi dengan audiovideo atau dengan demonstrasi

     pantum diharapkan dapat menjadi alternatif pendekatan pada anak slow learner  

    untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan status kebersihan

    gigi & mulut tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

    10.Bagaimana cara pemilihan responden/ subyek?

    Pemilihan untuk responden/ subyek yang diamati berdasarkan data anak  slowlearner yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri I Astana (Model Sekolah

    Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat tahun

    ajaran 2014/ 2015.

    11.Bila penelitian ini dikerjakan pada manusia, jelaskan hubungan antara

    responden/ subyek dengan peneliti :

    Peneliti saat ini sedang menempuh pendidikan di Program Studi Magister

    Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP Semarang, konsentrasi Saint

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    8/16

    Terapan Kesehatan peminatan Keperawatan Gigi, sedangkan responden/

    subyek adalah anak  slow learner yang terdaftar di Sekolah Dasar Negeri IAstana (Model Sekolah Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon

    Propinsi Jawa Barat tahun ajaran 2014/ 2015.

    12.Bila penelitian ini dikerjakan pada responden/ subyek, jelaskan cara

    mengetahui kriteria/ diagnosis :

    Cara mengetahui kriteria anak tersebut  slow learner adalah berdasarkan pada

    catatan/ data kuesioner (penjaringan) yang dilakukan oleh Sekolah Dasar

     Negeri I Astana (Model Sekolah Inklusi) Kecamatan Gunung Jati Kabupaten

    Cirebon Propinsi Jawa Barat.

    13.Jelaskan registrasi yang dilakukan selama studi, termasuk penilaian efek

    samping dan komplikasi yang mungkin terjadi : Tidak ada.

    14.Bila penelitian ini dilakukan pada manusia, jelaskan bagaimana cara

    menjelaskan dan mengajak untuk berpartisipasi :

    Peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan, bekerjasama

    dan melakukan koordinasi dengan pihak sekolah serta meminta izin kepada

    orang tua siswa/i dengan kriteria  slow learner.  Selanjutnya menjelaskan

    maksud dan tujuan penelitian serta membuat janji untuk berkumpul pada

    tanggal sesuai kesepakatan.

    15.Bila penelitian dilakukan pada manusia, berapa banyak efek samping yang

    mungkin terjadi dan cara mengatasinya :

    Peneliti melakukan intervensi berupa pengajaran menggosok gigi denganaudiovideo dan demonstrasi pantum jadi tidak ada efek samping yang akan

    terjadi.

    16.Bila penelitian dilakukan pada manusia, apakah responden/ subyek

    diasuransikan : Tidak.

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    9/16

    17.Bentuk intensif bagi responden/ subyek : Rp. 50.000,- (dalam bentuk sikat gigi,

     pasta gigi dan soufenir).18.Penelitian akan dilaksanakan : Juni 2015 - Agustus 2015.

    19.Besar dana penelitian : Rp 5.000.000,- s/d Rp 7.500.000,-.

    Semarang, 22 Juni 2015

    Peneliti

    Muhammad Fiqih Sabilillah

     NIM. 30000313420032

    Telah diperiksa dan setuju dilakukan penelitian :

    Reviewer Komisi etik penelitian kesehatan

    FKM UNDIP

    Ketua,

    (………………………………..) Prof. Dr. dr. Anies, M.Kes., PKK

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    10/16

    PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

    (INFORMED CONSENT)

    Bapak/ Ibu Yth.

    Kami dari Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana

    UNDIP Semarang, konsentrasi Saint Terapan Kesehatan peminatan Keperawatan

    Gigi akan melakukan penelitian tentang “Perbedaan Antara Audiovideo dengan

    Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut

    Anak Slow Learner  : Kajian terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan

    Mulut Anak Slow Learner ”.

    Sebagai gambaran penelitian ini :

    1. Latar belakang penelitian

    Salah satu anak berkebutuhan khusus yang memerlukan pelayanan

    yang bersifat khusus adalah anak dengan lamban belajar atau  slow learner .

    Menurut National Institute of Health, United States of America (USA) dalam

    (Idris, 2009) menyatakan bahwa  slow learner   adalah hambatan/ gangguan

     belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang

    signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan akademik yang seharusnya

    dicapai, lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar kemungkinan

    disebabkan oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan

    neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti

    gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan

     berhitung. Siswa  slow learner memiliki kemampuan yang rendah, dengan IQ

    ( Intelligence  Quotient ) antara 70 sampai dengan 89 atau sedikit di bawah

    normal tetapi belum termasuk tuna grahita (retardasi mental) (Sugiarti, R, dkk.,

    2012).

    Keberadaan  slow learner sangat dirasakan, dari sisi kuantitas

    diketahui bahwa jumlah siswa  slow learner lebih banyak jika dibandingkan

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    11/16

    dengan anak yang dikategorikan berkebutuhan lainnya seperti anak retardasi

    mental, anak dengan ketidakmampuan belajar, gangguan visual/ pendengaranserta anak dengan trauma otak/ kepala (Shaw, dkk., 2005). Menurut Khaliq,

    dkk (2009) kelompok siswa  slow learner mencapai 14% dari keseluruhan

     jumlah populasi anak berkebutuhan yang ada. Jumlah populasi yang melebihi

    sepuluh persen dapat dikatakan relatif besar. Lebih lanjut, keberadaan siswa

     slow learner yang secara fisik hampir sama dengan anak normal, menjadikan

    mereka kelompok yang terabaikan namun sebenarnya perlu pendampingan

    yang relatif mendalam. Secara ringkas, siswa slow learner adalah sekelompok

    anak yang mengalami kelainan namun tidak tampak secara signifikan.

    Anak lamban belajar atau  slow learner ditandai dengan potensi

    intelektual sedikit dibawah rata-rata tetapi belum termasuk gangguan mental.

    Mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk dapat menyelesaikan

    tugas-tugas akademik maupun non akademik (Kemen-PPPA, 2013).

    Pelayanan kesehatan pada anak  slow learner membutuhkan perhatian

    karena sebagian anak dengan  slow learner memiliki kondisi yang membawa

    resiko pada kesehatan gigi dan mulut, karena kebersihan gigi dan mulutnya

    cenderung tidak diberikan prioritas dalam pelayanan kesehatan individu

    (Gates, 2003). Pemenuhan kebutuhan  personal hygiene khususnya kebersihan

    gigi perlu diperhatikan, mengingat bahwa anak  slow learner sangat rentan

    mengalami kerusakan gigi karena terdapat faktor resiko. Dari studi

     pendahuluan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa anak  slow learnermenunjukkan kebersihan gigi dan mulut yang buruk dan kebutuhan perawatan

    gigi yang tidak terpenuhi. Hasil studi pendahuluan ditemukan 80,64% dari

    seluruh anak  slow learner tersebut memiliki kebersihan gigi dan mulut yang

     buruk.

    Permasalahan tersebut akan memperburuk kondisi kesehatan anak dan

    mengganggu kenyamanan serta menambah kesulitan dalam pemenuhan

    kebutuhan nutrisi, sehingga kebutuhan akan kebersihan gigi pada anak  slow

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    12/16

    learner harus lebih diperhatikan.  Indicator Oral Health Global Goal dari

    WHO tentang status kesehatan gigi dan mulut penduduk Indonesia. Targetkementerian kesehatan adalah 90%, setiap anak bebas dari karies dan mampu

    memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Hal tersebut tampak jelas bahwa

    status kebersihan gigi dan mulut anak slow learner jauh dari harapan.

    Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan pendekatan yang tepat untuk

    memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi anak  slow learner  agar

    dapat meningkatkan kemandirian untuk menolong dirinya sendiri dalam

    memelihara kesehatan giginya dan mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut

    secara optimal. Pendekatannya yaitu melalui penerapan paradigma sehat yang

    mengutamakan dan meningkatkan upaya promotif dan preventif sejak usia dini

    serta mengubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

    Hal tersebut diatas yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji

    lebih lanjut tentang perbedaan antara audiovideo dengan demonstrasi pantum

    terhadap perilaku dan status kebersihan gigi & mulut anak slow learner dengan

    harapan dapat mengubah perilaku dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan

    mulut serta meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut anak  slow learner

    melalui audiovideo atau dengan demonstrasi pantum.

    2. Lama penelitian dan subyek penelitian : Lama penelitian 21 hari.

    3. Perlakuan terhadap responden/ subyek : Mengisi kuesioner, pemeriksaan gigi

    dengan menggunakan OHI-S indeks, pengajaran cara menggosok gigi denganaudiovideo pada kelompok I dan pengajaran cara menggosok gigi dengan

    demonstrasi pantum pada kelompok II.

    4. Kemungkinan resiko kesehatan : Tidak ada.

    5. Penjelasan kompensasi bagi responden/ subyek : Tidak ada.

    6. Penjelasan terjaminnya responden/ subyek : Peneliti menjamin kerahasiaan atas

     jawaban yang telah diberikan.

    7. Pengobatan medis dan ganti rugi apabila diperlukan : Tidak ada.

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    13/16

    8. Nama dan alamat penanggung jawab medis : Tidak ada.

    9. Partisipasi bersifat sukarela dan setiap saat subyek dapat mengundurkan diri :Ya.

    10.Kesediaan dari responden/ subyek : Ada.

    Kami berharap ibu/ bapak bersedia menjadi responden penelitian ini.

    Semarang, 22 Juni 2015

    Peneliti

    Muhammad Fiqih Sabilillah

     NIM. 30000313420032

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    14/16

    LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    Responden yang saya hormati, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

     Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah

     NIM : 30000313420032

    Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Magister Epidemiologi Konsentrasi

    Saint Terapan Kesehatan Peminatan Keperawatan Gigi Universitas Diponegoro

    Semarang akan melakukan penelitian tentang “Perbedaan Antara Audiovideo

    dengan Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status Kebersihan Gigi & Mulut

    Anak Slow Learner : Kajian terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan

    Mulut Anak Slow Learner ”.

    Bersama ini mohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian

    ini dengan menandatangani lembar persetujuan dan menjawab kuesioner yang

     berhubungan dengan penelitian ini. Jawaban yang anda berikan akan dijaga

    kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Atas bantuan

    dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.

    Cirebon, Juli 2015

    Peneliti

    Muhammad Fiqih Sabilillah

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    15/16

    KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

    (INFORMED CONCENT)

     Nama : ……………………………………………………………

    Umur : ……………………………………………………………

    Alamat : ……………………………………………………………

    ……………………………………………………………

    ……………………………………………………………

    Menyatakan bersedia sebagai responden penelitian berjudul “Perbedaan Antara

    Audiovideo dengan Demonstrasi Pantum terhadap Perilaku, Status

    Kebersihan Gigi & Mulut Anak  Slow Learner : Kajian terhadap Perilaku

    Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak Slow Learner ”. Dengan ketentuan

    apabila ada hal-hal yang tidak berkenan kepada saya, maka saya berhak

    mengajukan pengunduran diri sebagai responden dari kegiatan penelitian ini.

    Cirebon, ……………………

    Responden 

    (…………………………………)

  • 8/17/2019 Print Protokol Etikal Clearance

    16/16

    CURICULUM VITAE

    DATA PRIBADI

     Nama : Muhammad Fiqih Sabilillah

    TTL : Cirebon, 11 Juli 1988

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Alamat : Vila Intan 2 Blok L 1 No. 4 RT 17 RW 05 Desa Klayan

    Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon.

     No Hp : 085 224 576 495 

    PENDIDIKAN FORMAL

    2010 s/d 2011 : Program Studi D IV Prosthodonsia Jurusan

    Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

    2007 s/d 2010 : Program Studi D III Kesehatan Gigi Poltekkes

    Kemenkes Tasikmalaya.

    2003 s/d 2006 : SMA Negeri 5 Kota Cirebon.

    2000 s/d 2003 : SLTP Negeri 15 Kota Cirebon.

    1994 s/d 2000 : SD Negeri Klayan 3.

    PEKERJAAN

    Tenaga Honorer pada Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya dari tahun 2010 s/d

    sekarang.

    Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan yang sebenar-benarnya.

    Hormat Saya

    Muhammad Fiqih Sabilillah