privatisasi bumn

27
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Privatisasi adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi. Istilah lain dari privatisasi adalah denasionalisasi. Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangkan kompetisi kapitalis yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan harga yang lebih kompetitif kepada public ( Rahmat Wijayanto). Berbanding terbalik dengan para sosialis, bahwa mereka menganggap privatisasi sebagai hal yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akan terjadi penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.Dari situlah alasan utama sebuah privatisasi apalagi, BUMN kerap menuai kontroversi. Definisi privatisasi menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN adalah penjualan saham Persero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat. Privatisasi mengandung pengertian adanya transfer fungsi- fungsi dan asset yang dilaksanakan dan dimiliki pemerintah kepada sektor swasta. Dengan privatisasi maka peran swasta makin meningkat sedangkan peran publik makin berkurang (asropi). Pentransferan ini dilakukan karena sektor swasta lebih efisien dalam risorsis dan pemberian layanan publik, bagi pendukung privatisasi. Savas, sepaham dengan penilan 1

Upload: jihad-imanudi-ridlo-i

Post on 22-Oct-2015

135 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

baik buruknya privatisasi BUMN

TRANSCRIPT

Page 1: PRIVATISASI BUMN

1.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Privatisasi adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik

pribadi. Istilah lain dari privatisasi adalah denasionalisasi. Secara teori, privatisasi membantu

terbentuknya pasar bebas, mengembangkan kompetisi kapitalis yang oleh para pendukungnya

dianggap akan memberikan harga yang lebih kompetitif kepada public (Rahmat Wijayanto).

Berbanding terbalik dengan para sosialis, bahwa mereka menganggap privatisasi sebagai hal

yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan

menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akan terjadi

penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan

keuntungan.Dari situlah alasan utama sebuah privatisasi apalagi, BUMN kerap menuai

kontroversi. Definisi privatisasi menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN adalah

penjualan saham Persero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada

pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat

bagi negara dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat.

Privatisasi mengandung pengertian adanya transfer fungsi-fungsi dan asset yang

dilaksanakan dan dimiliki pemerintah kepada sektor swasta. Dengan privatisasi maka peran

swasta makin meningkat sedangkan peran publik makin berkurang (asropi). Pentransferan ini

dilakukan karena sektor swasta lebih efisien dalam risorsis dan pemberian layanan publik,

bagi pendukung privatisasi. Savas, sepaham dengan penilan bahwa tujuan privatisasi adalah

untuk efisiensi birokrasi pemerintah. Namun demikian, bagi Savas privatisasi tidak hanya

didorong oleh tujuan efisiensi. Savas menyebutkan terdapat empat faktor pendorong

privatisasi, meliputi: pragmatic, ideological, commercial, dan populist. (Sumber: Savas, E.,

1987. The Key to Better Governments. Dalam asropi).

1. Pragmatic (untuk pemerintahan yang lebih baik/ better government).

Privatisasi dapat mengarahkan pelayanan publik yang lebih cost-effective.

2. Ideological ( untuk pemerintahan yang lebih ramping/ less government)

Pemerintah terlalu besar, terlalu kuat, terlalu mencampuri kehidupan masayarakat,

sehingga berbahaya bagi demokrasi. Kebijakan pemerintah bersifat politis, oleh karena

itu dengan sendirinya kurang memadai dibandingkan kebijakan yang ditetapkan

melalui pasar bebas.

3. Commercial (More business).

1

Page 2: PRIVATISASI BUMN

Belanja pemerintah merupakan bagian terbesar dari ekonomi. Semua ini dapat dan

seharusnya diselenggarakan oleh swasta. BUMN dan assetnya dapat digunakan oleh

sektor swasta secara lebih baik.

4. Populist (Better society).

Penduduk mestinya memiliki banyak pilihan dalam pelayanan publik. Mereka harus

diberdayakan untuk mendefinisikan dan menentukan kebutuhan umum.dan

meletakan sense of community melalui perhatian yang lebih pada keluarga, tetangga,

lembaga keagamaan, dan kesukuan serta lembaga-lebaga voluntir dan kurang terhadap

struktur birokrasi.

Secara ideologi, privatisasi berarti meminimalisir tugas negara.  Pasca krisis moneter

1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan

tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN. Sebagai akibatnya, banyak BUMN

yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain berhasil memperkokoh posisi

bisnisnya.

Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang

bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN

dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnia strategi agar tidak dikuasai pihak-pihak

tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan

listrik, minyak dan gas bumi. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan

kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN.

            Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan

lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan

kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk membangkitkan

perekonomian lokal dapat dicapai dengan jalan mengikutsertakan masyarakat sebagai mitra

kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan kebijakan

pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi yang berada di

sekitar lokasi BUMN.

BUMN berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang bertentangan

dengan semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999), tidak jarang BUMN

bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator. BUMN kerap menjadi

sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi perahan bagi oknum pejabat atau partai.

Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri

berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN.

2

Page 3: PRIVATISASI BUMN

Sebagai akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain

berhasil memperkokoh posisi bisnisnya.

Dengan mengelola berbagai produksi BUMN, pemerintah mempunyai tujuan untuk

mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta yang kuat.

Karena, apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang

banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi korban sebagai akibat

dari tingkat harga yang cenderung meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses terjadinya privatisasi BUMN ?

2. Apa dampak privatisasi BUMN bagi masyarakat ?.

3. Bagaimana BUMN menjamin kesejahteraan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. mengetahui proses terjadinya privatisasi BUMN ?

2. mengetahui dampak privatisasi BUMN bagi masyarakat ?.

3. mengetahui BUMN bisa menjamin kesejahteraan masyarakat ?

4. menambah wawasan tentang BUMN

3

Page 4: PRIVATISASI BUMN

2. PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Pengaruh Privatisasi

Sejak pemerintahan Thatcher di Inggris dan Reagan di Amerika Serikat

memperkenalkan privatisasi dalam administrasi masing-masing pada Tahun 1980 an,

privatisasi kemudian berkembang menjadi fenomena global. Negara-negara dengan berbagai

latarbelakang ideologi, perbedaan ukuran, dan perbedaan perkembangan pembangunan

semuanya mengadopsi privatisasi yang diyakini sebagai elemen penting dari kebijakan

ekonomi negara mereka. Berbeda dengan negara-negara maju (developed countries) yang

menerapkan privatisasi karena dorongan dari dalam, sebagian besar negara-negara

berkembang (developing countries) mengadopsi privatisasi lebih karena “tekanan” lembaga

donor internasional seperti IMF dan World Bank. Hasil yang diperoleh negara-negara

berkembang itupun umumnya jauh berbeda dengan yang diperoleh negara maju dalam

penerapan privatisasi. Word Bank (1991) mengindikasikan adanya berbagai persoalan yang

dihadapi negara-negara berkembang dalam penerapan privatisasi, meliputi: pasar yang tidak

memadai untuk modal domestik, kondisi ekonomi yang memburuk, perlawanan organisasi

buruh dan pegawai negeri, dan berbagai isu tentang infrastruktur dan hukum. Namun

demikian, negara-negara yang sedang membangun tetap saja berupaya untuk menerapkan

privatisasi pada negara masing-masing. Hal ini, karena sepertinya semua negara telah

menerima sebagai kebenaran, bahwa privatisasi akan menghasilkan efisiensi dan keuntungan

bagi pemerintah yang menerapkannya.

2.2 Bentuk Privatisasi

1. Non-Divestiture

Non-divestiture dapat dipandang sebagai langkah antara menuju penjualan atau sebagai

“jalan menuju privatisasi”. Pilihan kebijakan ini cenderung kurang kontorversi dibandingkan

dengan kebijakan divestiture. Beberapa bentuk dari non-divestiture antara lain adalah Public

enterprise reforms, Privatization of Management, Contracting Out, dan Joint Ventures.

i. Public enterprise reforms

a. Restructuring

Tujuan dari restrukturisasi ini adalah untuk meningkatkan “nilai jual” dari

BUMN. Terdapat tiga bentuk dari restrukturisasi, yaitu organizational,

financial dan operational. Organizational restructuring adalah restrukturisasi

4

Page 5: PRIVATISASI BUMN

melalui pemilahan organisasi kedalam unit-unit yang lebih kecil dari organisasi

awal. Financial restructuring ditujukan untuk menghidari likuidasi BUMN.

Pada metode ini, pemerintah biasanya menyuntikan sejumlah modal kepada

BUMN yang sedang “sakit” atau memberikan jaminan pembayaran hutang

kepada para kredtor. Sedangkan Operational restructuring meliputi investasi

baru dalam rangka meningkatkan teknologi dan kapasitas fisik perusahaan.

b. Commercialization & Corporatization

Pokok dari commercialization and corporatization adalah memasukan

prinsipprinsip dan tujuan-tujuan komersial kedalam perusahaan milik

pemerintah. Commercialization dapat diperoleh melalui kontrak atau

perjanjian kinerja (performance agreement) antara pemerintah yang bertindak

sebagai pemilik BUMN dengan BUMN itu sendiri. Adapun corporatization

meliputi transformasi BUMN kedalam korporasi atau organisasi bsinis yang

ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan. Dengan demikian,

corporatization menjadikan BUMN jauh lebih “swasta” dibandingkan

commercialization, karena melalui corporatization BUMN menjadi lembaga

yang mandiri secara legal dan ekonomi.

ii. Privatization of Management

Privatisasi manajemen BUMN dapat diperoleh melalui pemberian management

contract, leases, atau concessions dari pemerintah kepada sektor swasta. Ketiga bentuk

dari privatisasi manajemen tersebut secara teknis memiliki persamaan yaitu adanya

pengalihan operasionalisasi BUMN dari pemerintah kepada pihak swasta, tanpa

disertai dengan pengalihan kepemilikan BUMN. Sedangkan perbedaan diantara

ketiganya, antara lain adalah bahwa pada management contract, pihak swasta sebagai

operator menerima management fee dari pemerintah. Sementara, pada lease dan

concessions, pihak swastajustru yang harus membayar sewa kepada pemerintah.

Namun demikian, swasta berhak atas keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sementara lease dan concessions, memiliki perbedaan, terutama dalam hal adanya

kewajiban untuk belanja modal dan investasi bagi pihak swasta sebagai pemilik

concession.

iii. Contracting Out

5

Page 6: PRIVATISASI BUMN

Melalui contracting out, pemerintah mengalihkan kegiatan penyediaan

pelayanan publik kepada sektor swasta. Namun demikian, tanggungjawab penyediaan

pelayanan tersebut tetap pada pemerintah. Contracting out ini dipilih sebagai salah

satu pendekatan dalam privatisasi dengan harapan terjadi efisiensi dalam pemberian

pelayanan tersebut. Hal ini didasari keyakinan bahwa sektor swasta lebih efisien

dalam penyelenggaraan kegiatan, termasuk dalam penyediaan pelayanan publik.

iv. Joint Ventures

Dalam joint venture antara pemerintah dan swasta, keduanya berbagi

keuntungan dan resiko. Seringkali, joint venture melibatkan perusahaan asing. Hanya

saja mereka pada umumnya lebih tertarik untuk membentuk usaha joint venture baru

daripada berpartisipasi dalam BUMN yang sudah didirikan oleh pemerintah.

2. Divestiture

Divestiture adalah penjualan sebagian atau keseluruhan asset BUMN kepada sektor swasta.

Oleh karena itu, divestiture dapat mengakibatkan pengalihan kepemilikan dari milik

pemerintah menjadi milik swasta atau pemerintah hanya memiliki sebagian saham saja dalam

BUMN tersebut. Bentuk divestiture antara lain adalah sebagai berkut:

i. Direct Sale (full or partial) to general investors

Pemerintah dapat menjual asset BUMN baik sebagian maupun seluruhnya

secara langsung kepada sektor swasta. Penjualan ini dilakukan melalui sistem tender

(competitive bidding) atau melalui penunjukan langsung kepada sektor swasta

tertentu. Jika dibandingkan keduanya, maka sistem tender lebih transparan dalam

proses seleksi calon pembeli, dan pemerintah memiliki banyak pilihan calon pembeli

tersebut. Akan tetapi proses seleksi melalui tender, biasanya memerlukan waktu yang

lebih lama dan biaya administrasi yang lebih besar dibandingkan dengan penunjukan

langsung.

ii. Public share offerings on stock markets

Metode ini biasanya dilakukan untuk kepentingan penambahan modal pada

BUMN skala besar yang menguntungkan. Tingkat transpransi metode ini lebih tinggi

dibandingkan dengan direct sale karena melibatkan periklanan yang sangat terbuka

dan prasyarat yang jelas disebutkan dalam tawaran public share.

6

Page 7: PRIVATISASI BUMN

iii. Private offering or placement with “Strategic” Investors

Pemilihan hanya pada sejumlah kecil investor untuk membeli saham

pemerintah pada umumnya cocok untuk BUMN dengan skala kecil. Hal ini

dimaksudkan agar biaya administrasi untuk penawaran tidak membengkak bahkan

melebihi hasil yang diperoleh dari penawaran atau placement tersebut.

iv. Public Auctions

Pada public auction diterapkan open competitive bidding, sehingga teknik ini

sangat transparan. Berbeda dengan tender pada direct sale, pada public auction seluruh

calon pembeli hadir pada hari penjualan. Keberhasilan public auction sangat

dipengaruhi oleh aturan yang efektif dan memeadai, serta pengalaman dari

penyelenggara public auction.

v. Employee/management buy-outs and employee share ownership plans

Employee/management buy-outs (EBOs dan MBOs) merupakan “internal

privatization”. Dengan EBOs dan MBOs, manajemen dan pegawai membeli asset

BUMN tempat mereka bekerja. Penerapan teknik ini dimaksudkan agar pegawai dan

manajemen dapat meningkatkan efisiensi perusahannya, karena adanya perasaan

memiliki atas perusahaan tersebut. Adapun employee share ownership plans (ESOPs)

adalah teknik privatisasi yang memungkinkan pegawai memiliki saham perusahaan

pada jumlah tertentu melalui harga discount. Bahkan bagi pegawai yang tidak mampu

membeli harga discount tersebut, perusahaan menyediakan pemberian saham secara

gratis. Beberapa ketentuan diberlakukan untuk ESOPs ini, seperti larangan pengalihan

saham, hukuman untuk premature sale dan penghargaan bagi yang mempertahankan

saham sapai waktu yang lama.

vi. Mass privatization

Melalui penerapan teknik ini, penduduk dapat memiliki saham perusahaan

yang dibagikan oleh pemerintah dalam bentuk voucher atau sertifikat gratis. Teknik

ini pernah diterapkan dimasa transisi Negara-negara eropa timur dan tengah.

vii.Liquidation

Liquidation menjadi bagian dari divestiture, jika setelah BUMN dibekukan

operasinya kemudian pemerintah menjual asset dari BUMN tersebut. Namun

7

Page 8: PRIVATISASI BUMN

demikian, liquidation dapat juga menjadi non-divestiture, ketika asset BUMN yang

dilikuidasi kemudain hanya isewakan kepada sektor swasta.

2.3 Privatisasi BUMN ideal

Privatisasi yang benar dapat mendatangkan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat

Indonesia terutama apabila setelah privatisasi BUMN terus berkembang, mampu

menghasilkan keuntungan, dapat memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi serta

mayarakat di sekitarnya. Peningkatan kinerja BUMN tidak hanya pada jangka pendek, tetapi

juga pada jangka panjang. Oleh karena itu, fokusnya tidak hanya pada masalah keuangan,

tetapi juga untuk memperhatikan perpektif pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan,

dan pembelajaran.

Dalam menjalankan tugasnya, manajemen BUMN dituntut untuk lebih transparan

serta mampu menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. BUMN setelah

privatisasi tidak diawasi oleh pemerintah saja, tetapi juga dari investor yang menanamkan

modalnya ke BUMN tersebut. Dimana seterusnya BUMN akan menghadapi persaingan

global, yang ditandai dengan batas wilayah suatu negara dapat dengan mudah dimasuki oleh

produsen-produsen asing untuk menjual produk-produk dengan kualitas yang baik dan dengan

harga yang sangan kompetitif.

Privatisai diharapkan dapat memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru

kepada BUMN, sehingga BUMN akan mampu memberikan sarana kepada para karyawan

untuk terus melakukan pembelajaran dan terus mengambangkan diri, sehingga mampu

menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang kompetitif.

Masuknya investor baru dari proses privatisasi diharapkan dapat menimbulkan

suasana kerja baru yang lebih produktif, dengan visi, misi, baru yang lebih produktif, dengan

visi, misi, dan strategi yang baru. Perubahan suasana kerja diharapkan menjadi pemicu adanya

perubahan budaya kerja, perubahan proses bisnis internal yang lebih efisiean, dengan

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang diadopsi BUMN setelah proses

privatisasi.

Dengan dilakukannya privatisasi, BUMN diharapkan mampi beroperasi lebih

profesional lagi. Privatisasi memungkinkan kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN untuk

bergeser dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru

tentu akan berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang

optimal, mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan

8

Page 9: PRIVATISASI BUMN

kontribusi yang lebih baik kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian

dividen.

Sesunguhnya proses privatisasi yang ideal adalah apabila dimulai dari rencana usulan

manajemen BUMN dan bukan berdasarkan instruksi dari pemerintah. Privatisasi yang berasal

dari usulan BUMN biasanya lebih lancar, dan pemerintah bertindak sebagai fasilitator, hanya

tinggal menentukan besarnya saham yang akan dilepas, pada pelaksanaannya bisa melalui

penawaran umum ataupun aliansi strategis. Sedangkan proses “housekeeping” dan sosialisasi

dilakukan sendiri oleh BUMN. Proses housekeeping adalah proses pembenahan intern BUMN

termasuk namun tidak terbatas restrukturisasi, golden hand-shake atau pensiun dini (dalam

hal diperlukan), dan proses lain yang diperlukan agar BUMN tersebut menjadi lebih menarik

minat investor untuk menanamkan modalnya.

2.4 Efisiensi Privatisasi BUMN Dalam Ekonomi Politik

Peran pemerintah dalam perekonomian tidak semata mata hanya dalam bentuk APBN

dan APBD tetapi juga dalam bentuk BUMN. Perusahaan-perusaahan atau badan-badan yang

dikuasai negara, misalnya oleh Robinson (1985) (dalam rahmat wijayanto ) dibuat

kategorisasi sebagai berikut:

a) Bank-bank negara

b) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor sumber-sumber yang mempersiapkan

infrastruktur, bertindak sebagai terminal-terminal bagi alokasi minyak, hutan dan konsensi

mineral, mengawasi perjanjian bagi hasil dan pengumpulan pajak dan royalti.

c) BUMN yang bergerak dalam investasi langsung dalam produksi acapkali dalam

bentuk joint venture dan property, konstruksi, sumber-sumber, dan lebih penting lagi

dalam industri substitusi impor seperti semen, petrokimia dan besi baja.

d) Organisasi negara dan BUMN yang mengorganisir proses distribusi, penyimpanan dan

penentuan harga dari kebutuhan pokok seperti Bulog.

            Secara jenis kegiatan, dapat dibuat dua kategori BUMN. Pertama yang bergerak dalam

kegiatan jasa-jasa dan pelayanan publik, dan jenis yang tak berbeda dengan swasta, yakni

mencari keuntungan. Dalam kategori pertama termasuk PLN (Perusahaan Listrik Negara)

yang termasuk kategori Perum dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang digolongkan

dalam Perum. Juga masih termasuk kategori pelayanan jasa publik adalah Perusahaan air

Minum pada tingkat provinsi yang termasuk dalam kategori BUMD (Badan Usaha Milik

Daerah). BUMD sama pula dengan BUMN yakni bergerak dalam kegiatan mencari untung.

Contohnya di Ibu Kota ada pabrik es yang dimiliki Pemda DKI.

9

Page 10: PRIVATISASI BUMN

            Memang ada benarnya bila BUMN merugi terus-menerus dan BUMN yang

bersangkutan bukan termasuk dalam jenis kegiatan pelayanan dan jasa-jasa publik, maka sulit

mencari alasan mempertahankan BUMN tersebut. Pada saat yang sama, perlu pula dianalisis

BUMN yang memperoleh keuntungan dan yang dianalisis di sini adalah efisiensi yang diukur

dari struktur biaya yang hemat dan produksi yang optimal.

Dari jenis kegiatan, dapat dibuat dua kategori BUMN. Pertama yang bergerak dalam

kegiatan jasa-jasa dan pelayanan publik, dan jenis yang tak berbeda dengan swasta, yakni

mencari keuntungan.

Dalam kategori pertama termasuk PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang termasuk

kategori Perum dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang digolongkan dalam

Perum.

Juga dalam kategori pelayanan jasa publik adalah Perusahaan air Minum pada

tingkat provinsi yang termasuk dalam kategori BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).

BUMD sama pula dengan BUMN yakni bergerak dalam kegiatan mencari untung.

Contohnya di Ibu Kota ada pabrik es yang dimiliki Pemda DKI.

Hasil analisis tersebut tidaklah cukup, karena perlu dikaji pula pasar yang menampung

BUMN sehingga membuahkan keuntungan. Pasar dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai

tempat berkompetisi, dan harga ditetapkan pada titik keseimbangan permintaan dan

penawaran. Ada istilah pasar yang dikenal dengan captive market. Dimana dalam pasar

tersebut tidak ada kompetisi. Proses privatisasi dan efisiensi BUMN seyogyanya dilihat dari

upaya mengurangi karakteristik yang bersifat captive market dan menginjeksi unsur kompetisi

dalam pasar. Dengan sistem perdagangan yang lebih terbuka, dan peniadaan hambatan

produksi dari segi peraturan dan perizinan, maka proses privatisasi yang dibuat akan

mampu mengalokasikan sumber-sumber daya dan dana secaa efisien.

BUMN yang tetap dikelola oleh pemerintah, sejauh ini belum menunjukkan hasil yang

gemilang, bahkan dalam pengelolaannya terkesan tidak transparan. Ketidaktransparanan itu

menjadikan BUMN sebagai ladang praktik KKN bagi oknum disetiap levelnya dan

telah mengakar dengan kuat. Fakta membuktikan bahwa praktik KKN tidak ada

(jarang ditemukan) pada BUMN yang telah menjadi perusahaan terbuka (go publik).

Menutup devisit anggaran adalah salah satu faktor yang mendesak pemerintah melakukan

privatisasi. Defisit anggaran tidak hanya ditutup melalui utang luar negri tetapi juga melalui

hasil privatisasi dan setoran BPPN (penyehatan perbankan).

10

Page 11: PRIVATISASI BUMN

Fakta menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya secara

umum lebih efisien. Hanya saja privatisasi jangan diberlakukan bagi seluruh BUMN karena

negara juga membutuhkan aset sebagai pembanding dan juga sebagai media daya saing dalam

peningkatan kuantitas dan kualitas.

Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, dimana

terjadi penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan

hanya menyangkut masalah ekonomi, melainkan juga menyangkut masalah transformasi

sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisai, sejauh mana privatisasi

itu bisa diterima semua pihak sehingga tidak menimbulkan gejolak.

2.5 Manfaat Privatisasi BUMN

Kegiatan ekonomi Indonesia saat ini berkembang dalam bentuk perusahaan negara yang sedang

dikembangkan. Salah satu bentuk perusahaan negara yang dikelola dan kontrol oleh pemerintah

dinamakan badan usaha milik negara atau kita kenal dengan BUMN. Keberadan BUMN  sudah pasti

untuk menunjang perekonomian negara yang hasilnya dialokasikan untuk kesejahteraan dan

kemamkuran rakyat Indonesia. BUMN menjadi salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi

Indonesia di masa modern ini.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi keberadaan BUMN, diantaranya adalah:

1. Pelopor atau perintis karena swasta tidak terrtarik untuk menggelutinya

2. Pengelola bidang-bidang usaha yang “strategis” dan pelaksanaan pelayanan publik

3. Penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar

4. Sumber pendapatan negara

5. Hasil dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda

Tetapi adanya BUMN ternyata tidak terlalu menunjukkan dampak yang nyata bagi

kesejahteraan rakyat Indonesia bahkan mengalami defisit anggaran disebabkan kerugian yang

melanda BUMN dan besarnya biaya pengelolaan dan pengembangan BUMN. Untuk

menutupi defisit anggaran itu, dilakukanlah privatisasi.

Pada umumnya, privatisasi dilakukan melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

1. Mengurangi beban keuangan pemerintah, sekaligus membantu sumber pendanaan

pemerintah (divestasi)

2. Meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan

3. Meningkatkan profesionalitas pengelolaan perusahaan

4. Mengurangi campur tangan birokrasi/pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan

11

Page 12: PRIVATISASI BUMN

5. Mendukung pengembangan pasar modal dalam negeri

6. Sebagai flag-carrier (pembawa bendera) dalam mengarungi pasar global

Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya

kompetisi kapitalis, yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan harga yang

lebih kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap privatisasi sebagai hal

yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan

menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akibat

penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Padahal tujuan utama privatisasi adalam membuat usaha menjadi sehat, karyawannya lebih

sejahtera dan usahanya tidak menjadi beban negara.

Ada beberapa manfaat Privatisasi perusahaan  pelayanan publik seperti BUMN, yaitu:

1. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktik Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN)

2. Manajemen BUMN menjadi lebih independe, termasuk bebas dari intervensi birokrasi

3. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar domestik

4. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga

pengembangan usaha menjadi lebih cepat

5. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses produksi

6. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban, menjadi

budaya korporasi yang lincah

7. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk menambh kas

APBN

8. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional/keuangan, karena pengelolaan

perusahaan lebih efisien.

2.6 Privatiasasi BUMN Malaysia

Privatisasi diperkenalkan di Malaysia sekitar tahun 1983, pada masa kepemimpinan

Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohamad. Penerapan privatisasi pada saat itu adalah

sebagai respon dari kinerja State Own Enterprise (SOE) atau BUMN yang dinilai sangat

rendah. Radin dan Zainal menyebutkan BUMN di Malaysia pada Tahun 1980 an

diwarnai dengan manajemen yang buruk, tidak memiliki tujuan yang jelas, kriteria yang

ambigu untuk memilih program dan kegiatan, dan masalah dalam koordinasi, regulasi,

dan pengendalian, khususnya pengendalian keuangan. Rendahnya kinerja BUMN ini menurut

Gomez dan Jomo disebabkan BUMN tidak memiliki competitive entrepreneurial ethos.

12

Page 13: PRIVATISASI BUMN

BUMN sangat mengandalkan dukungan dana dari pemerintah, sehingga mereka menjadi

kebal terhadap disiplin keuangan dan kekuatan kompetisi pasar.

Tahun 1985, Economic Planning Unit, Prime Minister’s Department of Malaysia

mengumumnkan Guidance for Privatization, sebagai pedoman umum privatisasi di Malaysia

sampai awal 1991. Dalam Guidance for Privatization tersebut dinyatakan lima alasan yang

mendasari penerapan privatisasi.

Pertama, ditujukan untuk mengurangi beban ekonomi dan keuangan pemerintah,

khususnya dalam penanganan dan pemeliharaan pelayanan dan infrastruktur.

Kedua, untuk mempromosikan kompetisi,memperbaiki efisiensi dan meningkatkan

produktifitas dalam pemberian pelayanan.

Ketiga, untuk merangang kewirausahaan dan investasi, dan karenanya dapat

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Keempat, untuk mengurangi jumlah dan ukuran sektor publik, dengan kecenderugan

monopolistik dan dukungan birokrasi.

Kelima, untuk mendukung pencapaian tujuan New Economic Policy (NEP),

khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan Bumiputera.

Manfaat Privatisasi malaysia

Berdasarkan informasi yang disampaikan pemerintah Malaysia, privatisasi BUMN di

Malaysia telah banyak meemberikan keuntungan baik bagi BUMN yang diprivatisasi, bagi

masyarakat, maupun bagi pemerintah. Bagi BUMN yang diprivatisasi, kebijakan privatisasi

telah meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMN. Bagi masyarakat, privatisasi telah

meningkatkan percepatan penyediaan pelayanan publik. Hal ini karena proyek-proyek

pemerintah yang dilaksanakan oleh pihak swasta, dapat selesai dalam waktu yang jauh lebih

cepat dibandingkan jika proyek tersebut dilaksanakan oleh pemerintah sendiri. Selain itu,

pelayanan publik juga menjadi lebih efisien. Sebagai contoh, adanya Kereta api tanah Melayu

Berhad (KMTB), Light Rail Transit System I (LRT STAR) dan LRT-System II (LRT-

PUTRA) telah menyediakan alternatif system transposrtasi yang cepat dan efisien di lembah

Klang. Peningkatan kualitas pelayanan publik setelah privatisasi juga ditunjukan pada bidang

lain. Pada bidang telekomunikasi, masyarakat yang melakukan panggilan melalui Subscriber

Trunk Dialling (STD), 98 % berhasil pada panggilan pertama. Sementara panggilan terhadap

operator Telkom Malaysia Berhard (TMB), 96 % berhasil dalam waktu kurang dari 10 detik.

13

Page 14: PRIVATISASI BUMN

Privatisasi di Malaysia, juga telah berhasil menurunkan jumlah kecelakaan dari 311.190 kasus

menjadi 42.850 kasus di tahun 2000.

Selain keberhasilan tersebut, privatisasi juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat.

Jomo K.S. dan Tan Wooi Syn

• Meningkatnya biaya pelayanan. Sebagai contoh, biaya panggilan telepon meningkat

30 persen. menyebutkan sejumlah konsekuensi dari privatisasi di Malaysia, meiputi:

• Meningkatnya biaya hidup dan memperburuk pelayanan dan utilitas, khususnya untuk

daerah pedesaan. Misalnya pada penyediaan air, listrik, dan telephon

• Berkurangnya lapangan kerja, waktu kerja, dan upah para pekerja swasta.

Konsekuensi dari sistem kontrak adalah pekerjaan menjadi lebih sedikit atau upah

yang lebih rendah, atau keduanya.

2.7 Privatiasasi BUMN Indonesia

Privatisasi di Indonesia mulai dilaksanakan sekitar tahun 1990an, setelah

diterbitkannya Keppres No. 5/1988 yang berisi antara lain ketentuan tentang restrukturisasi,

merger, dan privatisasi BUMN. BUMN yang pertama diprivatisasi adalah PT Semen Gresik

pada Tahun 1991, melalui pelepasan 27 % saham pemerintah ke pasar modal. Tahap

berikutnya, pada tahun 1994 pemerintah melepas 10 % sahamnya dari PT Indosat.

Adapun tujuan utama privatisasi pada saat itu adalah untuk meningkatkan efektifitas,

efisiensi dan nilai tambah BUMN. Disadari oleh pemerintah Indonesia bahwa sebagian besar

BUMN memiliki kinerja yang rendah, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang

memadai bagi negara.

Dalam perkembangan kemudian, seiring dengan memburuknya ekonomi negara,

tujuan privatisasi kemudian lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan negara.

Strategi utama privatisasi BUMN, oleh karenanya adalah divestiture (divestasi) yaitu dengan

pengalihan asset pemerintah yang terdapat pada BUMN kepada pihak lain. Sampai dengan

pertengahan tahun 1997 pemerintah telah berhasil melakukan privatisasi saham minoritas atas

kepemilikan saham mayoritas yang dimilikinya pada sejumlah BUMN termasuk penawaran

saham perdana untuk 6 perusahaan yaitu Telkom, Indosat, Tambang Timah, Aneka Tambang,

Semen Gresik dan BNI. privatisasi yang dilakukan setelah tahun 1997 terlihat banyak sekali

mengalami hambatan tidak hanya dari pihak legislatif dan karyawan namun juga dari

masyarakat yang sangat reaktif terhadap setiap usaha yang mengarah ke privatisasi BUMN

yang mencapai puncaknya pada proses spin off Semen Padang (pemgambil alihan /

14

Page 15: PRIVATISASI BUMN

pemisahan dari induk P.T semen gresik yang sahamnya mulai dirambah perusahaan cemex).

Pada tahun 2008, dari total jumlah BUMN yang mencapai 140 perusahaan, sudah sekitar 10

% yang diprivatisasi.

Privatiasasi yang Merugikan : Semen Gresik (SG, 1998)

Privatisasi (private placement) atas SG pada tahun 1998 merugikan negara dalam dua

hal. Pertama, transaksi ini menghasilkan kontrak jual beli (conditional sale and purchase

agreement/CSPA) yang merugikan Pemerintah RI. Kedua, Pemerintah RI tidak memperoleh

harga yang adil. CSPA menyebutkan Cemex yang hanya memiliki 14% saham (lalu menjadi

25,53% setelah membeli saham milik publik) memiliki kekuasaan setara dengan Pemerintah

RI yang mempunyai 51% saham. Cemex mendapat jatah wakil direktur utama dan wakil

komisaris di jajaran manajemen, yang kekuasaannya sama dengan direktur utama dan

komisaris utama. Setiap pengambilan keputusan direktur utama dan komisaris utama (yang

orang Indonesia) harus mendapat persetujuan dari wakilnya.Transaksi jual beli saham SG ke

Cemex juga merugikan karena Pemerintah RI tidak memperoleh harga adil (fair value) alias

terlalu murah (undervalued). Harga SG yang terlalu murah ini dapat dikonfirmasikan berdasar

data pembanding negara-negara tetangga (Vietnam, Filipina, China, dan Bangladesh) yang

dilaporkan majalah Asia Cement (1998). Lorenzo H Zambrano, bos Cemex, dalam Annual

Report Cemex 1998, mengakui bahwa "pembelian saham Semen Gresik itu amat

menguntungkan Cemex". Kepada para pemegang saham, ia mengklaim keberhasilannya

membeli saham SG dengan harga murah (favorable price).

15

Page 16: PRIVATISASI BUMN

3. Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkanlah beberapa point sebagai berikut:

1. BUMN harus dikelola dengan bijak karena menyangkut kepentingan hajat hidup

masyarakat Indonesia.

2. Privatisasi tidak mutlak berarti mengalihkan secara keseluruhan kepemilikan saham

3. Fakta membuktikan pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya secara umum lebih

efisien.

4. Proses privatisasi yang ideal adalah apabila dimulai dari rencana usulan manajemen

BUMN dan bukan berdasarkan instruksi dari pemerintah.

5. Privatisasi membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3.2 Saran

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian para pengambil kebijakan privatisasi di

Indonesia antara lain adalah:

1. Komitmen pemerintah terhadap kebijakan investasi. Pemerintah dituntut memiliki

komitmen yang sangat tinggi terhadap privatisasi.BUMN dalam pengelolaannya harus

bertanggungjawab langsung kepada pemerintah pusat. Perancangan pengembangan

ekonomi memlalui masterplan harus berkesinambungan. Selain itu, strategi privatisasi

yang telah dicanangkan juga benar-benar dilaksanakan, sehingga pada akhirnya tujuan

privatisasi untuk meningkatkan kinerja BUMN, mengurangi beban administrasi dan

keuangan pemerintah, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dapat terwujud.

2. Privatisasi dimaknai bukan hanya penjualan asset. Sebagai strategi untuk

meningkatkan kinerja BUMN dalam pemberian pelayanan publik, privatisasi juga

mencakup berbagai metode yang menekankan pengalihan peran atau fungsi

penyediaan pelayanan publik tanpa dibarengi dengan pengalihan kepemilikan

pemerintah kepada swasta. Beberapa metode dimaksud antara lain, management

contracts, leases, concessions, contracting out, dan joint venture.

3. Peraturan dan akuntabilitas petugas yang bisa dipertanggungjawabkan serta peran aktif

pengawasan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait sangat diperlukan agar proses

privatisasi tidak merugikan masyarakat Indonesia.

16

Page 17: PRIVATISASI BUMN

Sumber

Artikel non personal.2012. Analisis Kasus Bumn Dan Uu No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN (online).(http://qoryayu.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses 3 mei 2013)

Asropi.2008. Menilik Kinerja Privatisasi:Perbandingan Malaysia dan Indonesia (online).

(http://asropi.files.wordpress.com/2009/02/menilik-kinerja-privatisasi.pdf diakses 3

mei 2013)

Isra Saldi. 2001. Pengambilalihan yang tak beralih(online).

(http://www.saldiisra.web.id/index. php?

option=com_content&view=article&id=25:pengambilalihanyangtakberalih&catid=1:a

rtikelkompas&Itemid=2 diakses 4 mei 2013)

Wijayanto Rahmat.2011. Dampak Privatisasi Bumn Bagi Kesejahteraan Rakyat (online).

(http://newijayanto.blogspot.com/2012/04/dampak-privatisasi-bumn-bagi.html diakses

3 mei 2013)

______.(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara diakses 3 mei 2013)

17