privatisasi bumn
DESCRIPTION
baik buruknya privatisasi BUMNTRANSCRIPT
1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Privatisasi adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik
pribadi. Istilah lain dari privatisasi adalah denasionalisasi. Secara teori, privatisasi membantu
terbentuknya pasar bebas, mengembangkan kompetisi kapitalis yang oleh para pendukungnya
dianggap akan memberikan harga yang lebih kompetitif kepada public (Rahmat Wijayanto).
Berbanding terbalik dengan para sosialis, bahwa mereka menganggap privatisasi sebagai hal
yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan
menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akan terjadi
penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan
keuntungan.Dari situlah alasan utama sebuah privatisasi apalagi, BUMN kerap menuai
kontroversi. Definisi privatisasi menurut UU Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN adalah
penjualan saham Persero (Perusahaan Perseroan), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada
pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat
bagi negara dan masyarakat, serta memperluas saham oleh masyarakat.
Privatisasi mengandung pengertian adanya transfer fungsi-fungsi dan asset yang
dilaksanakan dan dimiliki pemerintah kepada sektor swasta. Dengan privatisasi maka peran
swasta makin meningkat sedangkan peran publik makin berkurang (asropi). Pentransferan ini
dilakukan karena sektor swasta lebih efisien dalam risorsis dan pemberian layanan publik,
bagi pendukung privatisasi. Savas, sepaham dengan penilan bahwa tujuan privatisasi adalah
untuk efisiensi birokrasi pemerintah. Namun demikian, bagi Savas privatisasi tidak hanya
didorong oleh tujuan efisiensi. Savas menyebutkan terdapat empat faktor pendorong
privatisasi, meliputi: pragmatic, ideological, commercial, dan populist. (Sumber: Savas, E.,
1987. The Key to Better Governments. Dalam asropi).
1. Pragmatic (untuk pemerintahan yang lebih baik/ better government).
Privatisasi dapat mengarahkan pelayanan publik yang lebih cost-effective.
2. Ideological ( untuk pemerintahan yang lebih ramping/ less government)
Pemerintah terlalu besar, terlalu kuat, terlalu mencampuri kehidupan masayarakat,
sehingga berbahaya bagi demokrasi. Kebijakan pemerintah bersifat politis, oleh karena
itu dengan sendirinya kurang memadai dibandingkan kebijakan yang ditetapkan
melalui pasar bebas.
3. Commercial (More business).
1
Belanja pemerintah merupakan bagian terbesar dari ekonomi. Semua ini dapat dan
seharusnya diselenggarakan oleh swasta. BUMN dan assetnya dapat digunakan oleh
sektor swasta secara lebih baik.
4. Populist (Better society).
Penduduk mestinya memiliki banyak pilihan dalam pelayanan publik. Mereka harus
diberdayakan untuk mendefinisikan dan menentukan kebutuhan umum.dan
meletakan sense of community melalui perhatian yang lebih pada keluarga, tetangga,
lembaga keagamaan, dan kesukuan serta lembaga-lebaga voluntir dan kurang terhadap
struktur birokrasi.
Secara ideologi, privatisasi berarti meminimalisir tugas negara. Pasca krisis moneter
1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri berbagai praktek persaingan
tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN. Sebagai akibatnya, banyak BUMN
yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain berhasil memperkokoh posisi
bisnisnya.
Pemerintah Indonesia mendirikan BUMN dengan dua tujuan utama, yaitu tujuan yang
bersifat ekonomi dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN
dimaksudkan untuk mengelola sektor-sektor bisnia strategi agar tidak dikuasai pihak-pihak
tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti perusahaan
listrik, minyak dan gas bumi. Dengan adanya BUMN diharapkan dapat terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lokasi BUMN.
Tujuan BUMN yang bersifat sosial antara lain dapat dicapai melalui penciptaan
lapangan kerja serta upaya untuk membangkitkan perekonomian lokal. Penciptaan lapangan
kerja dicapai melalui perekrutan tenaga kerja oleh BUMN. Upaya untuk membangkitkan
perekonomian lokal dapat dicapai dengan jalan mengikutsertakan masyarakat sebagai mitra
kerja dalam mendukung kelancaran proses kegiatan usaha. Hal ini sejalan dengan kebijakan
pemerintah untuk memberdayakan usaha kecil, menengah, dan koperasi yang berada di
sekitar lokasi BUMN.
BUMN berkembang dengan monopoli atau peraturan khusus yang bertentangan
dengan semangat persaingan usaha sehat (UU no. 5 tahun 1999), tidak jarang BUMN
bertindak selaku pelaku bisnis sekaligus sebagai regulator. BUMN kerap menjadi
sumber korupsi, yang lazim dikenal sebagai sapi perahan bagi oknum pejabat atau partai.
Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan mengakhiri
berbagai praktek persaingan tidak sehat. Fungsi regulasi usaha dipisahkan dari BUMN.
2
Sebagai akibatnya, banyak BUMN yang terancam gulung tikar, tetapi beberapa BUMN lain
berhasil memperkokoh posisi bisnisnya.
Dengan mengelola berbagai produksi BUMN, pemerintah mempunyai tujuan untuk
mencegah monopoli pasar atas barang dan jasa publik oleh perusahaan swasta yang kuat.
Karena, apabila terjadi monopoli pasar atas barang dan jasa yang memenuhi hajat hidup orang
banyak, maka dapat dipastikan bahwa rakyat kecil yang akan menjadi korban sebagai akibat
dari tingkat harga yang cenderung meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses terjadinya privatisasi BUMN ?
2. Apa dampak privatisasi BUMN bagi masyarakat ?.
3. Bagaimana BUMN menjamin kesejahteraan masyarakat ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. mengetahui proses terjadinya privatisasi BUMN ?
2. mengetahui dampak privatisasi BUMN bagi masyarakat ?.
3. mengetahui BUMN bisa menjamin kesejahteraan masyarakat ?
4. menambah wawasan tentang BUMN
3
2. PEMBAHASAN
2.1 Munculnya Pengaruh Privatisasi
Sejak pemerintahan Thatcher di Inggris dan Reagan di Amerika Serikat
memperkenalkan privatisasi dalam administrasi masing-masing pada Tahun 1980 an,
privatisasi kemudian berkembang menjadi fenomena global. Negara-negara dengan berbagai
latarbelakang ideologi, perbedaan ukuran, dan perbedaan perkembangan pembangunan
semuanya mengadopsi privatisasi yang diyakini sebagai elemen penting dari kebijakan
ekonomi negara mereka. Berbeda dengan negara-negara maju (developed countries) yang
menerapkan privatisasi karena dorongan dari dalam, sebagian besar negara-negara
berkembang (developing countries) mengadopsi privatisasi lebih karena “tekanan” lembaga
donor internasional seperti IMF dan World Bank. Hasil yang diperoleh negara-negara
berkembang itupun umumnya jauh berbeda dengan yang diperoleh negara maju dalam
penerapan privatisasi. Word Bank (1991) mengindikasikan adanya berbagai persoalan yang
dihadapi negara-negara berkembang dalam penerapan privatisasi, meliputi: pasar yang tidak
memadai untuk modal domestik, kondisi ekonomi yang memburuk, perlawanan organisasi
buruh dan pegawai negeri, dan berbagai isu tentang infrastruktur dan hukum. Namun
demikian, negara-negara yang sedang membangun tetap saja berupaya untuk menerapkan
privatisasi pada negara masing-masing. Hal ini, karena sepertinya semua negara telah
menerima sebagai kebenaran, bahwa privatisasi akan menghasilkan efisiensi dan keuntungan
bagi pemerintah yang menerapkannya.
2.2 Bentuk Privatisasi
1. Non-Divestiture
Non-divestiture dapat dipandang sebagai langkah antara menuju penjualan atau sebagai
“jalan menuju privatisasi”. Pilihan kebijakan ini cenderung kurang kontorversi dibandingkan
dengan kebijakan divestiture. Beberapa bentuk dari non-divestiture antara lain adalah Public
enterprise reforms, Privatization of Management, Contracting Out, dan Joint Ventures.
i. Public enterprise reforms
a. Restructuring
Tujuan dari restrukturisasi ini adalah untuk meningkatkan “nilai jual” dari
BUMN. Terdapat tiga bentuk dari restrukturisasi, yaitu organizational,
financial dan operational. Organizational restructuring adalah restrukturisasi
4
melalui pemilahan organisasi kedalam unit-unit yang lebih kecil dari organisasi
awal. Financial restructuring ditujukan untuk menghidari likuidasi BUMN.
Pada metode ini, pemerintah biasanya menyuntikan sejumlah modal kepada
BUMN yang sedang “sakit” atau memberikan jaminan pembayaran hutang
kepada para kredtor. Sedangkan Operational restructuring meliputi investasi
baru dalam rangka meningkatkan teknologi dan kapasitas fisik perusahaan.
b. Commercialization & Corporatization
Pokok dari commercialization and corporatization adalah memasukan
prinsipprinsip dan tujuan-tujuan komersial kedalam perusahaan milik
pemerintah. Commercialization dapat diperoleh melalui kontrak atau
perjanjian kinerja (performance agreement) antara pemerintah yang bertindak
sebagai pemilik BUMN dengan BUMN itu sendiri. Adapun corporatization
meliputi transformasi BUMN kedalam korporasi atau organisasi bsinis yang
ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan. Dengan demikian,
corporatization menjadikan BUMN jauh lebih “swasta” dibandingkan
commercialization, karena melalui corporatization BUMN menjadi lembaga
yang mandiri secara legal dan ekonomi.
ii. Privatization of Management
Privatisasi manajemen BUMN dapat diperoleh melalui pemberian management
contract, leases, atau concessions dari pemerintah kepada sektor swasta. Ketiga bentuk
dari privatisasi manajemen tersebut secara teknis memiliki persamaan yaitu adanya
pengalihan operasionalisasi BUMN dari pemerintah kepada pihak swasta, tanpa
disertai dengan pengalihan kepemilikan BUMN. Sedangkan perbedaan diantara
ketiganya, antara lain adalah bahwa pada management contract, pihak swasta sebagai
operator menerima management fee dari pemerintah. Sementara, pada lease dan
concessions, pihak swastajustru yang harus membayar sewa kepada pemerintah.
Namun demikian, swasta berhak atas keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Sementara lease dan concessions, memiliki perbedaan, terutama dalam hal adanya
kewajiban untuk belanja modal dan investasi bagi pihak swasta sebagai pemilik
concession.
iii. Contracting Out
5
Melalui contracting out, pemerintah mengalihkan kegiatan penyediaan
pelayanan publik kepada sektor swasta. Namun demikian, tanggungjawab penyediaan
pelayanan tersebut tetap pada pemerintah. Contracting out ini dipilih sebagai salah
satu pendekatan dalam privatisasi dengan harapan terjadi efisiensi dalam pemberian
pelayanan tersebut. Hal ini didasari keyakinan bahwa sektor swasta lebih efisien
dalam penyelenggaraan kegiatan, termasuk dalam penyediaan pelayanan publik.
iv. Joint Ventures
Dalam joint venture antara pemerintah dan swasta, keduanya berbagi
keuntungan dan resiko. Seringkali, joint venture melibatkan perusahaan asing. Hanya
saja mereka pada umumnya lebih tertarik untuk membentuk usaha joint venture baru
daripada berpartisipasi dalam BUMN yang sudah didirikan oleh pemerintah.
2. Divestiture
Divestiture adalah penjualan sebagian atau keseluruhan asset BUMN kepada sektor swasta.
Oleh karena itu, divestiture dapat mengakibatkan pengalihan kepemilikan dari milik
pemerintah menjadi milik swasta atau pemerintah hanya memiliki sebagian saham saja dalam
BUMN tersebut. Bentuk divestiture antara lain adalah sebagai berkut:
i. Direct Sale (full or partial) to general investors
Pemerintah dapat menjual asset BUMN baik sebagian maupun seluruhnya
secara langsung kepada sektor swasta. Penjualan ini dilakukan melalui sistem tender
(competitive bidding) atau melalui penunjukan langsung kepada sektor swasta
tertentu. Jika dibandingkan keduanya, maka sistem tender lebih transparan dalam
proses seleksi calon pembeli, dan pemerintah memiliki banyak pilihan calon pembeli
tersebut. Akan tetapi proses seleksi melalui tender, biasanya memerlukan waktu yang
lebih lama dan biaya administrasi yang lebih besar dibandingkan dengan penunjukan
langsung.
ii. Public share offerings on stock markets
Metode ini biasanya dilakukan untuk kepentingan penambahan modal pada
BUMN skala besar yang menguntungkan. Tingkat transpransi metode ini lebih tinggi
dibandingkan dengan direct sale karena melibatkan periklanan yang sangat terbuka
dan prasyarat yang jelas disebutkan dalam tawaran public share.
6
iii. Private offering or placement with “Strategic” Investors
Pemilihan hanya pada sejumlah kecil investor untuk membeli saham
pemerintah pada umumnya cocok untuk BUMN dengan skala kecil. Hal ini
dimaksudkan agar biaya administrasi untuk penawaran tidak membengkak bahkan
melebihi hasil yang diperoleh dari penawaran atau placement tersebut.
iv. Public Auctions
Pada public auction diterapkan open competitive bidding, sehingga teknik ini
sangat transparan. Berbeda dengan tender pada direct sale, pada public auction seluruh
calon pembeli hadir pada hari penjualan. Keberhasilan public auction sangat
dipengaruhi oleh aturan yang efektif dan memeadai, serta pengalaman dari
penyelenggara public auction.
v. Employee/management buy-outs and employee share ownership plans
Employee/management buy-outs (EBOs dan MBOs) merupakan “internal
privatization”. Dengan EBOs dan MBOs, manajemen dan pegawai membeli asset
BUMN tempat mereka bekerja. Penerapan teknik ini dimaksudkan agar pegawai dan
manajemen dapat meningkatkan efisiensi perusahannya, karena adanya perasaan
memiliki atas perusahaan tersebut. Adapun employee share ownership plans (ESOPs)
adalah teknik privatisasi yang memungkinkan pegawai memiliki saham perusahaan
pada jumlah tertentu melalui harga discount. Bahkan bagi pegawai yang tidak mampu
membeli harga discount tersebut, perusahaan menyediakan pemberian saham secara
gratis. Beberapa ketentuan diberlakukan untuk ESOPs ini, seperti larangan pengalihan
saham, hukuman untuk premature sale dan penghargaan bagi yang mempertahankan
saham sapai waktu yang lama.
vi. Mass privatization
Melalui penerapan teknik ini, penduduk dapat memiliki saham perusahaan
yang dibagikan oleh pemerintah dalam bentuk voucher atau sertifikat gratis. Teknik
ini pernah diterapkan dimasa transisi Negara-negara eropa timur dan tengah.
vii.Liquidation
Liquidation menjadi bagian dari divestiture, jika setelah BUMN dibekukan
operasinya kemudian pemerintah menjual asset dari BUMN tersebut. Namun
7
demikian, liquidation dapat juga menjadi non-divestiture, ketika asset BUMN yang
dilikuidasi kemudain hanya isewakan kepada sektor swasta.
2.3 Privatisasi BUMN ideal
Privatisasi yang benar dapat mendatangkan manfaat bagi pemerintah dan masyarakat
Indonesia terutama apabila setelah privatisasi BUMN terus berkembang, mampu
menghasilkan keuntungan, dapat memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi serta
mayarakat di sekitarnya. Peningkatan kinerja BUMN tidak hanya pada jangka pendek, tetapi
juga pada jangka panjang. Oleh karena itu, fokusnya tidak hanya pada masalah keuangan,
tetapi juga untuk memperhatikan perpektif pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan,
dan pembelajaran.
Dalam menjalankan tugasnya, manajemen BUMN dituntut untuk lebih transparan
serta mampu menerapkan prinsip-prinsip good corporate governance. BUMN setelah
privatisasi tidak diawasi oleh pemerintah saja, tetapi juga dari investor yang menanamkan
modalnya ke BUMN tersebut. Dimana seterusnya BUMN akan menghadapi persaingan
global, yang ditandai dengan batas wilayah suatu negara dapat dengan mudah dimasuki oleh
produsen-produsen asing untuk menjual produk-produk dengan kualitas yang baik dan dengan
harga yang sangan kompetitif.
Privatisai diharapkan dapat memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru
kepada BUMN, sehingga BUMN akan mampu memberikan sarana kepada para karyawan
untuk terus melakukan pembelajaran dan terus mengambangkan diri, sehingga mampu
menghasilkan produk yang berkualitas, dengan harga yang kompetitif.
Masuknya investor baru dari proses privatisasi diharapkan dapat menimbulkan
suasana kerja baru yang lebih produktif, dengan visi, misi, baru yang lebih produktif, dengan
visi, misi, dan strategi yang baru. Perubahan suasana kerja diharapkan menjadi pemicu adanya
perubahan budaya kerja, perubahan proses bisnis internal yang lebih efisiean, dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang diadopsi BUMN setelah proses
privatisasi.
Dengan dilakukannya privatisasi, BUMN diharapkan mampi beroperasi lebih
profesional lagi. Privatisasi memungkinkan kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN untuk
bergeser dari pemerintah ke investor baru. Sebagai pemegang saham terbesar, investor baru
tentu akan berupaya untuk bekerja secara efisien, sehingga mampu menciptakan laba yang
optimal, mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, serta mampu memberikan
8
kontribusi yang lebih baik kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan pembagian
dividen.
Sesunguhnya proses privatisasi yang ideal adalah apabila dimulai dari rencana usulan
manajemen BUMN dan bukan berdasarkan instruksi dari pemerintah. Privatisasi yang berasal
dari usulan BUMN biasanya lebih lancar, dan pemerintah bertindak sebagai fasilitator, hanya
tinggal menentukan besarnya saham yang akan dilepas, pada pelaksanaannya bisa melalui
penawaran umum ataupun aliansi strategis. Sedangkan proses “housekeeping” dan sosialisasi
dilakukan sendiri oleh BUMN. Proses housekeeping adalah proses pembenahan intern BUMN
termasuk namun tidak terbatas restrukturisasi, golden hand-shake atau pensiun dini (dalam
hal diperlukan), dan proses lain yang diperlukan agar BUMN tersebut menjadi lebih menarik
minat investor untuk menanamkan modalnya.
2.4 Efisiensi Privatisasi BUMN Dalam Ekonomi Politik
Peran pemerintah dalam perekonomian tidak semata mata hanya dalam bentuk APBN
dan APBD tetapi juga dalam bentuk BUMN. Perusahaan-perusaahan atau badan-badan yang
dikuasai negara, misalnya oleh Robinson (1985) (dalam rahmat wijayanto ) dibuat
kategorisasi sebagai berikut:
a) Bank-bank negara
b) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor sumber-sumber yang mempersiapkan
infrastruktur, bertindak sebagai terminal-terminal bagi alokasi minyak, hutan dan konsensi
mineral, mengawasi perjanjian bagi hasil dan pengumpulan pajak dan royalti.
c) BUMN yang bergerak dalam investasi langsung dalam produksi acapkali dalam
bentuk joint venture dan property, konstruksi, sumber-sumber, dan lebih penting lagi
dalam industri substitusi impor seperti semen, petrokimia dan besi baja.
d) Organisasi negara dan BUMN yang mengorganisir proses distribusi, penyimpanan dan
penentuan harga dari kebutuhan pokok seperti Bulog.
Secara jenis kegiatan, dapat dibuat dua kategori BUMN. Pertama yang bergerak dalam
kegiatan jasa-jasa dan pelayanan publik, dan jenis yang tak berbeda dengan swasta, yakni
mencari keuntungan. Dalam kategori pertama termasuk PLN (Perusahaan Listrik Negara)
yang termasuk kategori Perum dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang digolongkan
dalam Perum. Juga masih termasuk kategori pelayanan jasa publik adalah Perusahaan air
Minum pada tingkat provinsi yang termasuk dalam kategori BUMD (Badan Usaha Milik
Daerah). BUMD sama pula dengan BUMN yakni bergerak dalam kegiatan mencari untung.
Contohnya di Ibu Kota ada pabrik es yang dimiliki Pemda DKI.
9
Memang ada benarnya bila BUMN merugi terus-menerus dan BUMN yang
bersangkutan bukan termasuk dalam jenis kegiatan pelayanan dan jasa-jasa publik, maka sulit
mencari alasan mempertahankan BUMN tersebut. Pada saat yang sama, perlu pula dianalisis
BUMN yang memperoleh keuntungan dan yang dianalisis di sini adalah efisiensi yang diukur
dari struktur biaya yang hemat dan produksi yang optimal.
Dari jenis kegiatan, dapat dibuat dua kategori BUMN. Pertama yang bergerak dalam
kegiatan jasa-jasa dan pelayanan publik, dan jenis yang tak berbeda dengan swasta, yakni
mencari keuntungan.
Dalam kategori pertama termasuk PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang termasuk
kategori Perum dan PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) yang digolongkan dalam
Perum.
Juga dalam kategori pelayanan jasa publik adalah Perusahaan air Minum pada
tingkat provinsi yang termasuk dalam kategori BUMD (Badan Usaha Milik Daerah).
BUMD sama pula dengan BUMN yakni bergerak dalam kegiatan mencari untung.
Contohnya di Ibu Kota ada pabrik es yang dimiliki Pemda DKI.
Hasil analisis tersebut tidaklah cukup, karena perlu dikaji pula pasar yang menampung
BUMN sehingga membuahkan keuntungan. Pasar dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai
tempat berkompetisi, dan harga ditetapkan pada titik keseimbangan permintaan dan
penawaran. Ada istilah pasar yang dikenal dengan captive market. Dimana dalam pasar
tersebut tidak ada kompetisi. Proses privatisasi dan efisiensi BUMN seyogyanya dilihat dari
upaya mengurangi karakteristik yang bersifat captive market dan menginjeksi unsur kompetisi
dalam pasar. Dengan sistem perdagangan yang lebih terbuka, dan peniadaan hambatan
produksi dari segi peraturan dan perizinan, maka proses privatisasi yang dibuat akan
mampu mengalokasikan sumber-sumber daya dan dana secaa efisien.
BUMN yang tetap dikelola oleh pemerintah, sejauh ini belum menunjukkan hasil yang
gemilang, bahkan dalam pengelolaannya terkesan tidak transparan. Ketidaktransparanan itu
menjadikan BUMN sebagai ladang praktik KKN bagi oknum disetiap levelnya dan
telah mengakar dengan kuat. Fakta membuktikan bahwa praktik KKN tidak ada
(jarang ditemukan) pada BUMN yang telah menjadi perusahaan terbuka (go publik).
Menutup devisit anggaran adalah salah satu faktor yang mendesak pemerintah melakukan
privatisasi. Defisit anggaran tidak hanya ditutup melalui utang luar negri tetapi juga melalui
hasil privatisasi dan setoran BPPN (penyehatan perbankan).
10
Fakta menunjukkan bahwa pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya secara
umum lebih efisien. Hanya saja privatisasi jangan diberlakukan bagi seluruh BUMN karena
negara juga membutuhkan aset sebagai pembanding dan juga sebagai media daya saing dalam
peningkatan kuantitas dan kualitas.
Oleh karena itu, privatisasi dinilai berhasil jika dapat melakukan efisiensi, dimana
terjadi penurunan harga atau perbaikan pelayanan. Selain itu, privatisasi memang bukan
hanya menyangkut masalah ekonomi, melainkan juga menyangkut masalah transformasi
sosial. Di dalamnya menyangkut landasan konstitusional privatisai, sejauh mana privatisasi
itu bisa diterima semua pihak sehingga tidak menimbulkan gejolak.
2.5 Manfaat Privatisasi BUMN
Kegiatan ekonomi Indonesia saat ini berkembang dalam bentuk perusahaan negara yang sedang
dikembangkan. Salah satu bentuk perusahaan negara yang dikelola dan kontrol oleh pemerintah
dinamakan badan usaha milik negara atau kita kenal dengan BUMN. Keberadan BUMN sudah pasti
untuk menunjang perekonomian negara yang hasilnya dialokasikan untuk kesejahteraan dan
kemamkuran rakyat Indonesia. BUMN menjadi salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi
Indonesia di masa modern ini.
Faktor-faktor yang melatarbelakangi keberadaan BUMN, diantaranya adalah:
1. Pelopor atau perintis karena swasta tidak terrtarik untuk menggelutinya
2. Pengelola bidang-bidang usaha yang “strategis” dan pelaksanaan pelayanan publik
3. Penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar
4. Sumber pendapatan negara
5. Hasil dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda
Tetapi adanya BUMN ternyata tidak terlalu menunjukkan dampak yang nyata bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia bahkan mengalami defisit anggaran disebabkan kerugian yang
melanda BUMN dan besarnya biaya pengelolaan dan pengembangan BUMN. Untuk
menutupi defisit anggaran itu, dilakukanlah privatisasi.
Pada umumnya, privatisasi dilakukan melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:
1. Mengurangi beban keuangan pemerintah, sekaligus membantu sumber pendanaan
pemerintah (divestasi)
2. Meningkatkan efisiensi pengelolaan perusahaan
3. Meningkatkan profesionalitas pengelolaan perusahaan
4. Mengurangi campur tangan birokrasi/pemerintah terhadap pengelolaan perusahaan
11
5. Mendukung pengembangan pasar modal dalam negeri
6. Sebagai flag-carrier (pembawa bendera) dalam mengarungi pasar global
Secara teori, privatisasi membantu terbentuknya pasar bebas, mengembangnya
kompetisi kapitalis, yang oleh para pendukungnya dianggap akan memberikan harga yang
lebih kompetitif kepada publik. Sebaliknya, para sosialis menganggap privatisasi sebagai hal
yang negatif, karena memberikan layanan penting untuk publik kepada sektor privat akan
menghilangkan kontrol publik dan mengakibatkan kualitas layanan yang buruk, akibat
penghematan-penghematan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
Padahal tujuan utama privatisasi adalam membuat usaha menjadi sehat, karyawannya lebih
sejahtera dan usahanya tidak menjadi beban negara.
Ada beberapa manfaat Privatisasi perusahaan pelayanan publik seperti BUMN, yaitu:
1. BUMN akan menjadi lebih transparan, sehingga dapat mengurangi praktik Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme (KKN)
2. Manajemen BUMN menjadi lebih independe, termasuk bebas dari intervensi birokrasi
3. BUMN akan memperoleh akses pemasaran ke pasar global, selain pasar domestik
4. BUMN akan memperoleh modal ekuitas baru berupa fresh money sehingga
pengembangan usaha menjadi lebih cepat
5. BUMN akan memperoleh transfer of technology, terutama teknologi proses produksi
6. Terjadi transformasi corporate culture dari budaya birokratis yang lamban, menjadi
budaya korporasi yang lincah
7. Mengurangi defisit APBN, karena dana yang masuk sebagian untuk menambh kas
APBN
8. BUMN akan mengalami peningkatan kinerja operasional/keuangan, karena pengelolaan
perusahaan lebih efisien.
2.6 Privatiasasi BUMN Malaysia
Privatisasi diperkenalkan di Malaysia sekitar tahun 1983, pada masa kepemimpinan
Perdana Menteri Dr. Mahathir Mohamad. Penerapan privatisasi pada saat itu adalah
sebagai respon dari kinerja State Own Enterprise (SOE) atau BUMN yang dinilai sangat
rendah. Radin dan Zainal menyebutkan BUMN di Malaysia pada Tahun 1980 an
diwarnai dengan manajemen yang buruk, tidak memiliki tujuan yang jelas, kriteria yang
ambigu untuk memilih program dan kegiatan, dan masalah dalam koordinasi, regulasi,
dan pengendalian, khususnya pengendalian keuangan. Rendahnya kinerja BUMN ini menurut
Gomez dan Jomo disebabkan BUMN tidak memiliki competitive entrepreneurial ethos.
12
BUMN sangat mengandalkan dukungan dana dari pemerintah, sehingga mereka menjadi
kebal terhadap disiplin keuangan dan kekuatan kompetisi pasar.
Tahun 1985, Economic Planning Unit, Prime Minister’s Department of Malaysia
mengumumnkan Guidance for Privatization, sebagai pedoman umum privatisasi di Malaysia
sampai awal 1991. Dalam Guidance for Privatization tersebut dinyatakan lima alasan yang
mendasari penerapan privatisasi.
Pertama, ditujukan untuk mengurangi beban ekonomi dan keuangan pemerintah,
khususnya dalam penanganan dan pemeliharaan pelayanan dan infrastruktur.
Kedua, untuk mempromosikan kompetisi,memperbaiki efisiensi dan meningkatkan
produktifitas dalam pemberian pelayanan.
Ketiga, untuk merangang kewirausahaan dan investasi, dan karenanya dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Keempat, untuk mengurangi jumlah dan ukuran sektor publik, dengan kecenderugan
monopolistik dan dukungan birokrasi.
Kelima, untuk mendukung pencapaian tujuan New Economic Policy (NEP),
khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan Bumiputera.
Manfaat Privatisasi malaysia
Berdasarkan informasi yang disampaikan pemerintah Malaysia, privatisasi BUMN di
Malaysia telah banyak meemberikan keuntungan baik bagi BUMN yang diprivatisasi, bagi
masyarakat, maupun bagi pemerintah. Bagi BUMN yang diprivatisasi, kebijakan privatisasi
telah meningkatkan efisiensi dan produktivitas BUMN. Bagi masyarakat, privatisasi telah
meningkatkan percepatan penyediaan pelayanan publik. Hal ini karena proyek-proyek
pemerintah yang dilaksanakan oleh pihak swasta, dapat selesai dalam waktu yang jauh lebih
cepat dibandingkan jika proyek tersebut dilaksanakan oleh pemerintah sendiri. Selain itu,
pelayanan publik juga menjadi lebih efisien. Sebagai contoh, adanya Kereta api tanah Melayu
Berhad (KMTB), Light Rail Transit System I (LRT STAR) dan LRT-System II (LRT-
PUTRA) telah menyediakan alternatif system transposrtasi yang cepat dan efisien di lembah
Klang. Peningkatan kualitas pelayanan publik setelah privatisasi juga ditunjukan pada bidang
lain. Pada bidang telekomunikasi, masyarakat yang melakukan panggilan melalui Subscriber
Trunk Dialling (STD), 98 % berhasil pada panggilan pertama. Sementara panggilan terhadap
operator Telkom Malaysia Berhard (TMB), 96 % berhasil dalam waktu kurang dari 10 detik.
13
Privatisasi di Malaysia, juga telah berhasil menurunkan jumlah kecelakaan dari 311.190 kasus
menjadi 42.850 kasus di tahun 2000.
Selain keberhasilan tersebut, privatisasi juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Jomo K.S. dan Tan Wooi Syn
• Meningkatnya biaya pelayanan. Sebagai contoh, biaya panggilan telepon meningkat
30 persen. menyebutkan sejumlah konsekuensi dari privatisasi di Malaysia, meiputi:
• Meningkatnya biaya hidup dan memperburuk pelayanan dan utilitas, khususnya untuk
daerah pedesaan. Misalnya pada penyediaan air, listrik, dan telephon
• Berkurangnya lapangan kerja, waktu kerja, dan upah para pekerja swasta.
Konsekuensi dari sistem kontrak adalah pekerjaan menjadi lebih sedikit atau upah
yang lebih rendah, atau keduanya.
2.7 Privatiasasi BUMN Indonesia
Privatisasi di Indonesia mulai dilaksanakan sekitar tahun 1990an, setelah
diterbitkannya Keppres No. 5/1988 yang berisi antara lain ketentuan tentang restrukturisasi,
merger, dan privatisasi BUMN. BUMN yang pertama diprivatisasi adalah PT Semen Gresik
pada Tahun 1991, melalui pelepasan 27 % saham pemerintah ke pasar modal. Tahap
berikutnya, pada tahun 1994 pemerintah melepas 10 % sahamnya dari PT Indosat.
Adapun tujuan utama privatisasi pada saat itu adalah untuk meningkatkan efektifitas,
efisiensi dan nilai tambah BUMN. Disadari oleh pemerintah Indonesia bahwa sebagian besar
BUMN memiliki kinerja yang rendah, sehingga tidak mampu memberikan kontribusi yang
memadai bagi negara.
Dalam perkembangan kemudian, seiring dengan memburuknya ekonomi negara,
tujuan privatisasi kemudian lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan negara.
Strategi utama privatisasi BUMN, oleh karenanya adalah divestiture (divestasi) yaitu dengan
pengalihan asset pemerintah yang terdapat pada BUMN kepada pihak lain. Sampai dengan
pertengahan tahun 1997 pemerintah telah berhasil melakukan privatisasi saham minoritas atas
kepemilikan saham mayoritas yang dimilikinya pada sejumlah BUMN termasuk penawaran
saham perdana untuk 6 perusahaan yaitu Telkom, Indosat, Tambang Timah, Aneka Tambang,
Semen Gresik dan BNI. privatisasi yang dilakukan setelah tahun 1997 terlihat banyak sekali
mengalami hambatan tidak hanya dari pihak legislatif dan karyawan namun juga dari
masyarakat yang sangat reaktif terhadap setiap usaha yang mengarah ke privatisasi BUMN
yang mencapai puncaknya pada proses spin off Semen Padang (pemgambil alihan /
14
pemisahan dari induk P.T semen gresik yang sahamnya mulai dirambah perusahaan cemex).
Pada tahun 2008, dari total jumlah BUMN yang mencapai 140 perusahaan, sudah sekitar 10
% yang diprivatisasi.
Privatiasasi yang Merugikan : Semen Gresik (SG, 1998)
Privatisasi (private placement) atas SG pada tahun 1998 merugikan negara dalam dua
hal. Pertama, transaksi ini menghasilkan kontrak jual beli (conditional sale and purchase
agreement/CSPA) yang merugikan Pemerintah RI. Kedua, Pemerintah RI tidak memperoleh
harga yang adil. CSPA menyebutkan Cemex yang hanya memiliki 14% saham (lalu menjadi
25,53% setelah membeli saham milik publik) memiliki kekuasaan setara dengan Pemerintah
RI yang mempunyai 51% saham. Cemex mendapat jatah wakil direktur utama dan wakil
komisaris di jajaran manajemen, yang kekuasaannya sama dengan direktur utama dan
komisaris utama. Setiap pengambilan keputusan direktur utama dan komisaris utama (yang
orang Indonesia) harus mendapat persetujuan dari wakilnya.Transaksi jual beli saham SG ke
Cemex juga merugikan karena Pemerintah RI tidak memperoleh harga adil (fair value) alias
terlalu murah (undervalued). Harga SG yang terlalu murah ini dapat dikonfirmasikan berdasar
data pembanding negara-negara tetangga (Vietnam, Filipina, China, dan Bangladesh) yang
dilaporkan majalah Asia Cement (1998). Lorenzo H Zambrano, bos Cemex, dalam Annual
Report Cemex 1998, mengakui bahwa "pembelian saham Semen Gresik itu amat
menguntungkan Cemex". Kepada para pemegang saham, ia mengklaim keberhasilannya
membeli saham SG dengan harga murah (favorable price).
15
3. Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkanlah beberapa point sebagai berikut:
1. BUMN harus dikelola dengan bijak karena menyangkut kepentingan hajat hidup
masyarakat Indonesia.
2. Privatisasi tidak mutlak berarti mengalihkan secara keseluruhan kepemilikan saham
3. Fakta membuktikan pengelolaan yang dilakukan oleh swasta hasilnya secara umum lebih
efisien.
4. Proses privatisasi yang ideal adalah apabila dimulai dari rencana usulan manajemen
BUMN dan bukan berdasarkan instruksi dari pemerintah.
5. Privatisasi membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3.2 Saran
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian para pengambil kebijakan privatisasi di
Indonesia antara lain adalah:
1. Komitmen pemerintah terhadap kebijakan investasi. Pemerintah dituntut memiliki
komitmen yang sangat tinggi terhadap privatisasi.BUMN dalam pengelolaannya harus
bertanggungjawab langsung kepada pemerintah pusat. Perancangan pengembangan
ekonomi memlalui masterplan harus berkesinambungan. Selain itu, strategi privatisasi
yang telah dicanangkan juga benar-benar dilaksanakan, sehingga pada akhirnya tujuan
privatisasi untuk meningkatkan kinerja BUMN, mengurangi beban administrasi dan
keuangan pemerintah, dan meningkatkan partisipasi masyarakat dapat terwujud.
2. Privatisasi dimaknai bukan hanya penjualan asset. Sebagai strategi untuk
meningkatkan kinerja BUMN dalam pemberian pelayanan publik, privatisasi juga
mencakup berbagai metode yang menekankan pengalihan peran atau fungsi
penyediaan pelayanan publik tanpa dibarengi dengan pengalihan kepemilikan
pemerintah kepada swasta. Beberapa metode dimaksud antara lain, management
contracts, leases, concessions, contracting out, dan joint venture.
3. Peraturan dan akuntabilitas petugas yang bisa dipertanggungjawabkan serta peran aktif
pengawasan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait sangat diperlukan agar proses
privatisasi tidak merugikan masyarakat Indonesia.
16
Sumber
Artikel non personal.2012. Analisis Kasus Bumn Dan Uu No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN (online).(http://qoryayu.blogspot.com/2012/12/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html diakses 3 mei 2013)
Asropi.2008. Menilik Kinerja Privatisasi:Perbandingan Malaysia dan Indonesia (online).
(http://asropi.files.wordpress.com/2009/02/menilik-kinerja-privatisasi.pdf diakses 3
mei 2013)
Isra Saldi. 2001. Pengambilalihan yang tak beralih(online).
(http://www.saldiisra.web.id/index. php?
option=com_content&view=article&id=25:pengambilalihanyangtakberalih&catid=1:a
rtikelkompas&Itemid=2 diakses 4 mei 2013)
Wijayanto Rahmat.2011. Dampak Privatisasi Bumn Bagi Kesejahteraan Rakyat (online).
(http://newijayanto.blogspot.com/2012/04/dampak-privatisasi-bumn-bagi.html diakses
3 mei 2013)
______.(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Usaha_Milik_Negara diakses 3 mei 2013)
17