pro bpjs

2
PRO BPJS BPJS kesehatan sudah mulai dicanangkan sejak awal 2014 menggantikan PT Askes dimana terjadi beberapa perubahan metode terutama pembiayaan BPJS. Secara umum saya akan membahas masalah 2 pembiayaan ini terhadap manfaat yang diterima masyarakat dan tenaga kesehatan. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti di puskesmas atau praktik pribadi, sistem pembayaran diberikan dengan metode kapitasi dimana 1 puskesmas akan diberikan sejumlah uang oleh BPJS selama 1 bulan. Misalkan kita asumsikan 1 faskes primer mendapat dana sejumlah Rp. 30.000.000,00, maka seorang dokter di faskes tersebut harus mengelola uang tersebut untuk pasien yang berada disekitar faskes tersebut. BPJS biasanya menganggarkan 1 faskes akan melayani 3000 pasien sehingga dalam 1 bulan per pasien dokter dianggap harus menganggarkan Rp. 10.000,00 per pasien sudah termasuk dengan obat-obatannya. Apabila seorang dokter mampu melakukan pencegahan sakit maka sisa uang kapitasi yang diberikan secara otomatis menjadi milik dokter tersebut karena ia dapat mencegah sakit. Hal ini menguntungkan dokter karena ia dapat memiliki penghasilan lebih dan menguntungkan pasien pula bisa memperoleh pengobatan gratis yang terdaftar sebagai anggota BPJS. Pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut menggunakan sistem INA CBG dimana suatu penyakit yang terdaftar diberikan harga sesuai paket yang ditentukan oleh BPJS yang sudah termasuk dalam jasa dokter, pemeriksaan laboratorium biaya administrasi dan jasa kamar perawatan sesuai dengan kelas kamar yang dibayarkan pasien. Dengan adanya paket ini Rumah Sakit dan dokter dituntut untuk mengelola dana seefisien mungkin dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Metode ini dapat mencegah peresepan dan tindakan medis yang berlebihan kepada pasien dan pasien dapat memperoleh pengobatan gratis. Pendekatan ini juga harus mendapat rujukan dari fasilitas pelayanan primer sehingga mencegah penumpukan pasien pada rumah sakit dan rumah sakit tidak perlu menangani penyakit yang dapat diobati sampai tuntas pada fasilitas primer.

Upload: andrygonius

Post on 04-Feb-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

artikel

TRANSCRIPT

Page 1: PRO BPJS

PRO BPJS

BPJS kesehatan sudah mulai dicanangkan sejak awal 2014 menggantikan PT Askes dimana terjadi beberapa perubahan metode terutama pembiayaan BPJS. Secara umum saya akan membahas masalah 2 pembiayaan ini terhadap manfaat yang diterima masyarakat dan tenaga kesehatan. Pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama seperti di puskesmas atau praktik pribadi, sistem pembayaran diberikan dengan metode kapitasi dimana 1 puskesmas akan diberikan sejumlah uang oleh BPJS selama 1 bulan. Misalkan kita asumsikan 1 faskes primer mendapat dana sejumlah Rp. 30.000.000,00, maka seorang dokter di faskes tersebut harus mengelola uang tersebut untuk pasien yang berada disekitar faskes tersebut. BPJS biasanya menganggarkan 1 faskes akan melayani 3000 pasien sehingga dalam 1 bulan per pasien dokter dianggap harus menganggarkan Rp. 10.000,00 per pasien sudah termasuk dengan obat-obatannya. Apabila seorang dokter mampu melakukan pencegahan sakit maka sisa uang kapitasi yang diberikan secara otomatis menjadi milik dokter tersebut karena ia dapat mencegah sakit. Hal ini menguntungkan dokter karena ia dapat memiliki penghasilan lebih dan menguntungkan pasien pula bisa memperoleh pengobatan gratis yang terdaftar sebagai anggota BPJS.

Pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut menggunakan sistem INA CBG dimana suatu penyakit yang terdaftar diberikan harga sesuai paket yang ditentukan oleh BPJS yang sudah termasuk dalam jasa dokter, pemeriksaan laboratorium biaya administrasi dan jasa kamar perawatan sesuai dengan kelas kamar yang dibayarkan pasien. Dengan adanya paket ini Rumah Sakit dan dokter dituntut untuk mengelola dana seefisien mungkin dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Metode ini dapat mencegah peresepan dan tindakan medis yang berlebihan kepada pasien dan pasien dapat memperoleh pengobatan gratis. Pendekatan ini juga harus mendapat rujukan dari fasilitas pelayanan primer sehingga mencegah penumpukan pasien pada rumah sakit dan rumah sakit tidak perlu menangani penyakit yang dapat diobati sampai tuntas pada fasilitas primer.

Tidak seperti PT Askes yang biaya pengobatan dan perawatan terpisah serta hanya beberapa obat dan penyakit yang ditanggung, BPJS hampir mengcover seluruh penyakit kecuali penyakit terkait estetika dan BPJS memiliki formularium tersendiri dalam pelayanannya sehingga pasien tidak perlu memikir lagi obat mana yang ditanggung atau tidak karena sudah masuk dalam paket perawatan yang didapat. Saat ini harga yang ditawarkan sesuai biaya perawatan adalah kelas 1 Rp. 59.500,00, kelas 2 Rp. 42.500,00, dan kelas 3 Rp. 25.500,00. Biaya yang cukup terjangkau ini dibayarkan setiap bulan ke kantor BPJS atau loket terdekat dengan denda 2% per bulan setiap keterlambatannya. Dengan semakin banyaknya jumlah anggota BPJS diharapkan peserta sehat dapat mensubsidi peserta yang sakit dimana terjadi subsidi silang yang akan mengurangi beban APBN negara, meringankan beban pasien yang miskin dan terjadi keadilan sosial terhadap seluruh masyarakat Indonesia terutama di bidang kesehatan.