problematika penghimpunan dan pentasyarufan dana zakat di kantor baznas...
TRANSCRIPT
-
PROBLEMATIKA PENGHIMPUNAN DAN
PENTASYARUFAN DANA ZAKAT DI KANTOR BAZNAS
KABUPATEN SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Hukum
Oleh :
ZUZEV ERVANNANDO
NIM : 33020160053
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
Jangan terlalu diambil hati dengan ucapan seseorang,
Kadang manusia punya mulut tapi belum tentu punya pikiran.
-
vi
PERSEMBAHAN
Untuk ibu saya tercinta, yang bernama zubaedah
Untuk kakak saya selaku sponsor selama kuliah, yang bernama atin putri
Kepada sahabat-sahabat saya yang dinamakan “Keluarga 13” yang selalu
mendukung dalam penulisan ini
-
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah akhirnya penyusun dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Problematika Pengelolaan Zakat (Studi
Kasus di Kantor BAZNAS Kabupaten Semarang)”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S1 Sarjana
Hukum.
Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai bila tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang telah berkenaan meluangkan waktunya guna memberikan bimbingan,
petunjuk dan motivasi yang berharga demi terselesainya skripsi ini. Sehingga pada
kesempatan ini penyusun menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zakiyuddin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Dr. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.
3. Heni Satar Nurhaida, S.H. M.Si. selaku Ketua Program Studi Hukum Ekonomi
Syari’ah
4. Muhammad Taufiq Zam Zami, M.A. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan dan motivasi dengan penuh
keikhlasan dan kesabaran sehingga selesailah skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen dan karyawan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah
mendidik, membimbing, dan memberikan pengarahan serta bantuannya.
6. Seluruh Staf perpustakaan IAIN Salatiga.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian skripsi ini.
-
viii
Semoga amal kebaikannya mendapatkan pahala yang luar biasa dari Allah
SWT, penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu
diharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberi sumbangsih dan bermanfaat khususnya
bagi pecinta ilmu, dan semua pihak yang membutuhkannya.
Salatiga, 13 Oktober 2020
Penyusun
Zuzev Ervannando
NIM: 33020160053
-
ix
ABSTRAK
Ervannando, Zuzev 2020. Problematika Penghimpunan dan Pentasyarufan
Dana Zakat di Kantor BAZNAS Kabupaten Semarang. Fakultas Syari’ah
Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Muhammad Taufiq Zam Zami, MA.
Kata Kunci : Problematika Penghimpunan dan Pentasyarufan Dana Zakat,
BAZNAS
BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) adalah badan resmi dan satu
satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden RI
Nomor 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional. Dalam
pelaksanaanya kegiatan pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Semarang
tidak luput dari permasalahan permasalahan di lapangan. Disamping itu lembaga
BAZNAS ini dalam pengelolaanya sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Hal tersebut memunculkan
pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah yaitu: Apa problematika
BAZNAS dalam menghimpun dan mentasyarufkan dana zakat?. Dan bagaimana
upaya penghimpunan dan Pentasyarufan dana zakat?.
Peneliti ini merupakan penelitian lapangan (field reseach) yang
dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung
dari responden dan mengamati secara langsung tugas tugas responden.penelitian
ini menggunakan dua sumber data, yaitu primer yang berupa data hasil
wawancara pada pimpinan atau pengurus-pengurus BAZNAS Kab. Semarang
dan sekunder yang berupa buku-buku, jurnal, Undang-Undang 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat.
Hasil penelitian menemukan bahwa Dalam undang undang No. 23 tahun
2011 pasal 1 ayat (1) bahwa pengelolaan zakat ialah melingkupi pelaksanaan,
dan pengordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat. Untuk menujukan bahwa zakat benar-benar dikelola secara baik dan benar
maka perlu adanya suatu sistem yang dapat memberikan gambaran yang jelas
dan transparan tetanang aktifitas terkait tentang pengelolaan zakat. Sistem
tersebut juga harus menyajikan informasi yang cukup, dapat dipercaya, dapat
diandalkan, mudah dipahami, dan relevan peggunanya, serta tepat dalam syariat
Islam. Salah satu sistem tersebut ialah sistem informasi dan pengetahuan
Mustahik, sistem informasi tersebut merupakan bagian terpenting agar
pengelolaan zakat bisa berjalan secara optimal. Sedangkan problematika yang
dialami oleh BAZNAS Kab. Semarang: bergerak menunggu laporan, besar
permintaan daripada pendapatan, pendapingan, pengentasan kemiskinan,
wawasan tentang zakat. Upaya-upaya yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten
Semarang agar tercapainya proses penghimpunan dana zakat yang maksimal
anatara lain: sosialisasi, aksi nyata, pembayaran melalui QR code.
-
x
BAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
HALAMAN MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK ix
DAFTAR ISI x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 5 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan 5 D. Penegasan Istilah 6 E. Telaah Pustaka 7 F. Metode Penelitian 9 G. Sistematika Penulisan 13
BAB II ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-
UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN
ZAKAT
A. Konsep Zakat ......................................................................................14 1. Pengertian Zakat............................................................................14 2. Dasar Hukum Zakat ......................................................................16 3. Landasan Zakat dikelola oleh Negara ...........................................18 4. Golongan yang Berhak Menerima Zakat ......................................19 5. Tujuan Zakat .................................................................................22 6. Hikmah Zakat ................................................................................23 7. Hakikat Zakat ................................................................................24
B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 ....25 1. Pengumpulan Zakat .......................................................................27 2. Pendistribusian Zakat ....................................................................27 3. Pelaporan pengelolaan Zakat ........................................................29 4. Pembinaan dan Pengawasan Pegelolaan Zakat .............................30
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS
KABUPATEN SEMARANG DAN PENGELOLAAN DANA
ZAKAT
-
xi
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang ..........................31 B. Pengelolaan Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang ...........................47 C. Problematika dalam Pengelolaan Zakat Kabupaten Semarang ...........50 D. Upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan
Penrimaan Zakat..................................................................................52
E. Penghimpunan Dana Zakat Setiap Tahun ...........................................53
BAB IV PROBLEMATIKA PENGELOLAAN ZAKAT di BAZNAS
KABUPATEN SEMARANG
A. Problematika BAZNAS dalam Menghimpun dan Mentasyarufkan Dana Zakat 57
B. Upaya Penghimpunan dan Pentasyarufan Dana Zakat 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................62 B. Saran ...................................................................................................63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beragam agama dan
budaya. Mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam. Islam mulai
masuk ke wilayah Indonesia dimulai dari wilayah Aceh. Sejak kedatangan Islam di
Indonesia pada awal abad ke 7 kesadaran masyarakat terhadap zakat sangat kurang,
mereka menganggap zakat tidak terlalu penting seperti shalat dan puasa. Banyak
kolonis Belanda yang menguasai wilayah Aceh, Belanda menganggap zakat adalah
salah satu faktor yang mempersulit mereka untuk menjajah wilayah Aceh.
Pemerintah Belanda membuat peraturan atau kebijakan yang disebut sebagai
Bijblad yang bertujuan untuk melarang ikut serta dalam pengumpulan zakat
termasuk petugas keagamaan, pegawai pemerintah dari kepala desa sampai dengan
bupati termasuk priayi pribumi.1
Islam memiliki banyak ajaran salah satunya yaitu rukun Islam yang
dianggap sebagai pondasi wajib bagi agama Islam, juga sebagai dasar pedoman
kehidupan masyarakat muslim. Rukun Islam terdiri dari lima perkara dan yang ke
empat adalah membayar zakat bagi yang mampu.
Zakat merupakan salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam, juga
merupakan suatu kewajiban bagi pemeluknya. Zakat juga membawa misi
memperbaiki hubungan horizontal antara sesama manusia, sehingga pada akhirnya
1Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), hlm
77-78.
-
2
mampu mengurangi problematika kesenjangan dalam hidup mereka. Selain itu,
zakat dapat memperkuat hubungan vertikal manusia dengan Allah, karena Islam
menyatakan bahwa zakat merupakan bentuk pengabdian (ibadah) kepada Yang
Maha Kuasa. Salah satu ajaran Islam yang bertujuan mengatasi kesenjangan sosial
karena zakat sangat berpotensi sebagai sebuah sarana yang efektif untuk
memberdayakan ekonomi umat Islam. Potensi dapat digali secara optimal dari
seluruh masyarakat Islam dan dikelola sangat baik dengan manajemen amanah dan
profesionalisme tinggi yang akan mewujudkan sejumlah dana yang besar dan bisa
dimanfaatkan untuk mengatasi kemiskinan serta memberdayakan ekonomi umat.2
Di dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak dua puluh tujuh ayat yang
mensejajarkan kewajiban zakat dengan kewajiban shalat. Dalam rukun Islam posisi
kewajiban zakat menjadi urutan ketiga dan menjadi bagian mutlak dari keislaman
seseorang. Salah satu ayat Al-Qur’an yang mensejajarkan zakat dengan ibadah
sholat yang berbunyi :
ٱلرَِّٰكِعيَ َمعَ َكُعواْ َوأَِقيُمواْ ٱلصََّلٰوَة َوَءاُتواْ ٱلزََّكٰوَة َوٱر
“Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang
yang ruku”.3
Ada delapan golongan yang berhak menerima zakat sesuai dengan isi Al-
Qur’an
2 Abdullah Azzam, “Pengaruh Pemahaman Zakat Profesi dan Religiusitas terhadap
Kepatuhan Membayar Zakat”, Fakultas Ekonomi Universitas Negri Gorontalo, Skripsi, 2018. 3 Al-Baqqrah (2):43.
-
3
لصَّ ِ ََّما ٱ ن
ِل م إ
َا ََوٱ ۡل ِنَي َعَۡلَهَۡي م ل ََٰع
ِك ِني ََوٱ ل َمََٰس
َقَََرإ ِء ََوٱ ُت ِل ۡل ُف ِنَي ََويِف ََدَٰقَ َر ِم ل َٰغَ
لَر َٰقَاِب ََوٱ
ََُّفِة َٰق ۡل وُهُب ۡم ََويِف ٱ َّللَّ ََؤل
يل ٱ َسب
َّللَّ َعَۡل مٌي َحِك ميم َّللَّ ِۗ ََوٱ
َن ٱ ِۖ فََر يَضِٗة ِم يل ب لَٰسَّ
ب ن ٱ ََوٱ
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya,
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijakasana”.4
Di dalam Islam menunaikan zakat adalah kewajiban dan apabila sengaja
meninggalkannya akan memberikan ancaman bagi siapa saja. Zakat diambil dari
orang-orang yang berkewajiban zakat (Muzakki) dan kemudian diberikan kepada
orang yang berhak menerima (Mustahik).5
Di era sekarang ini telah banyak kemajuan mengenai peraturan tentang
pengelolaan zakat. Pemerintah Indonesia juga telah membentuk badan resmi yang
di bentuk berdasarkan. Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 disebut dengan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat ,infaq dan sedekah pada tingkat nasional. 6
Lahirnya Undang-Undang nomor 23 Tahun 2011 tentang badan
pengelolaan zakat mulai mengukuhkan peran BAZNAS sebagai lembaga yang
berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional. Isi dalam Undang-
Undang tersebut yaitu bahwa BAZNAS dinyatakan sebagai lembaga pemerintah
4 At-Taubah (11):60. 5 Hartatik, “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif pada Badan Amil Zakat
Daerah (BAZDA) Kabupaten Magelang”, Az Zarqa’, Vol. 7, No. 1, 2015 hlm. 30. 6 https;//baznas.go.id, diakses pada tanggal 28 Juli 2020 pukul 02.47.
-
4
nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri Agama. Dengan demikian, BAZNAS bersama Pemerintah
bertanggung jawab untuk mengawal pengelolaan zakat yang berdasarkan syariat
Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi dan
akuntabilitas.
Adapun visi dan misi BAZNAS yaitu menjadi pengelola zakat terbaik dan
terpercaya di dunia. Adapun salah satu misi BAZNAS adalah mengoptimalkan
pengumpulan secara terstruktur pengumpulan zakat nasional. Namun tidak semua
yang sudah terstruktur berjalan dengan lancar. Hal-hal yang sudah direncanakan
dan diatur dengan baik juga banyak menimbulkan masalah-masalah, akibatnya
dalam pengelolaan zakat di tingkat nasional ini mengalami gangguan atau kendala
dalam pendistribusian ataupun pengumpulannya. Selain itu, kurangnya sosialisasi
juga menimbulkan masyarakat tidak paham dengan badan zakat ini. Banyak sekali
masyarakat yang belum mengerti tentang kewajiban membayar zakat terutama di
wilayah yang temasuk luas seperti di Kabupaten Semarang. Sulitnya
mengembangkan manajemen yang profesional, transparansi dan akuntantabilitas
yang sesuai untuk lembaga keuangan syariah juga menjadi salah satu permasalah
yang sulit di tanggulangi. Tidak seimbangnya tuntutan Undang-Undang dengan
wajib zakat yang membayarkan zakat juga menjadi permasalahan untuk sekarang
-
5
ini. Kurangnya kesadaran para Muzakki untuk membayar zakat mempengaruhi
pendistribusian dana untuk para Mustahik.7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang seperti yang telah dijelaskan di atas, maka
dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan, sebagai
berikut:
1. Apa problematika BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menghimpun
dan mentasyarufkan dana zakat?
2. Bagaimana upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menghadapi
problematika penghimpunan dan pentasyarufan dana zakat?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui problematika pengelolaan zakat di BAZNAS
Kabupaten Semarang dalam tinjauan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011
2. Untuk mengetahui solusi BAZNAS Kabupaten Semarang dalam
menghadapi problematika pengelolaan zakat dalam tinjauan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
7 Luhtfi Hidayat, “Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat di BAZNAS Kabupaten Tangerang”, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah, 2017.
-
6
D. Kegunaan Penelitian
1. Teoritis
Dapat memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya pada ilmu hukum yang memiliki kaitan dengan
persoalan zakat sehingga dapat mengungkap permasalahan-permasalahan
dan menemukan solusinya.
2. Praktis
a) Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam upaya penyelesaian masalah-masalah hukum Islam kontemporer
dan dapat memberikan wawasan serta pemahaman kepada masyarakat
bahwa hukum Islam selalu berkembang dan dinamis.
b) Bagi IAIN Salatiga
Untuk kalangan akademisi, dengan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumber informasi dan refensi guna melakukan pengkajian
lebih lanjut dan mendalam sehingga dapat menghadapi persoalan-
persoalan yang mungkin timbul di kemudian hari.
c) Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan maupun
pembetukan pola pikir dalam bidang zakat, mengembangkan penalaran
dan membentuk pola pikir sekaligus mengetahui kemampuan penulis
dalam menetapkan ilmu yang telah diperoleh.
-
7
E. Penegasan Istilah
Untuk memperjelas istilah diatas perlu penegasan untuk memberi
pemahaman supaya tidak terjadi kesalahan terhadap konsep kunci dalam
penelitian ini :
1. Problematika adalah suatu kendala atau permasalahan yang masih belum
dapat dipecahkan sehingga untuk mencapai suatu tujuan menjadi
terhambat dan tidak maksimal.8
2. Penghimpunan ialah, dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, yang
dimaksud dengan pengumpulan adalah proses, cara, perbuatan,
mengumpulkan, penghimpunan, penyerahan.9
3. Pengelolaan adalah proses dari kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi
nilai-nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan
sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan
kebutuhan sehingga lebih bermanfaat.10
4. Zakat adalah zakat secara harfiah berasal dari kata “Zaka” berarti
“tumbuh”, “berkembang”, “mensucikan” atau “membesarkan”. Selain itu
kata zakat berasal dari bahasa arab “Zakat” yang berarti berkah, tumbuh,
bersih dan baik. Sebagai salah satu rukun Islam, Zakat adalah fardhu ‘ain
dan kewajiban ta’abbud.11
8 Maya, “Analisis Problematika Pembelajaran Fiqih Tentang Zakat di Madrasah Aliyah
Muhammadiyah 1 Banjarmasin”, skripsi, Tarbiyah Universitas Islam Negri Antasari Bajarmasin, 2016.
9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1991), hlm 612. 10 Ahmad Atabik, “Manajemen Pengelolaan Zakat yang Efektif di Era Kotenporer, Jurnal
Zakat dan Wakaf, Vol. 2, 2015, hlm 55. 11 Fadilah, Tata Kelola dan Akuntansi Zakat, (Bandung: Makmur Tanjung Lestari, 2017)
hlm. 1.
-
8
5. BAZNAS yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan badan
resmi dan satu-satunya yang dibentuk oleh pemerintah berdasarkan
Keputusan Presiden RI No. 8 Tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi
menghimpun dan menyalurkan zakat.12
F. Telaah Pustaka
Dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hidayat dalam Skripsinya
yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZ) Kulon
Progo”. Sekripsi ini menjelaskan tentang analsis dalam pengelolaan namun
ditinjau dari kinerja Amil sudahkah tercapainya amanah, profesional dan
trasnparan sedangkan yang penyusun tulis adalah mengenai bagaimana
pengelolaan zakat yang mempunyai cakupan luas dari pengumpulan,
pendistribusian, pendayagunaan, sampai pelaporan,13
Dari penelitan yang dilakukan oleh Irman Firmansyah dalam Jurnalnya
yang berjudul ”Problematika Zakat Pada BAZNAS Kota Tasikmalaya”. Jurnal
ini menjelaskan tentang permasalahan bagaimana pengumpulan zakat kurang
maksimal karena kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengenal zakat dan
minimnya dorongan pemuka agama dalam membayarkan zakat. Sedangkan
skripsi yang penyusun tulis adalah problematika dalam pengelolaan, meliputi
pengumpulan, pentasyarufan.14
12 https://baznas.go.id/profil, diakses 29 September 2020 pukul 23.20. 13 Rahmat Hidayat, “Analisis Pengelolaan Zakat Di Badan Amil Zakat (BAZ) Kulon
Progo”, Skripsi, Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016. 14 Irman Firmanyah, “Analisis Problematika Zakat Pada BAZNAS Kota Tasikmalaya”,
Jurnal, Riset Akuntansi dan Keuangan Vol. 2, 2014.
-
9
Dari penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Roziq dalam
Skripsinya yang berjudul “Problematika penghimpunan Dana Zakat Pada
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Trenggalek”. Hasil penelitian
menjelaskan mengenai problematika dalam pengumpulan zakat yang di
karenakaan BAZNAS Trenggalek masih dalam masa peralihan jadi belum
bisan memberikan bukti sehingga Muzakki belum bisa percaya kepada
BAZNAS Trenggalek sepenuhnya. Sedangkan perbedaan dari yang ditulis oleh
penyusun adalah problematikanya tidak merucut ke salah satu penghimpunan
dana saja tetapi mencangkup dari pengumpulan hingga pelaporan dan untuk
lokasi untuk penelitian juga berbeda yaitu BAZNAS Kabupaten Semarang.15
Dari telaah pustaka yang peroleh oleh penulis maka tidak diperoleh dari
kesamaan refensi diatas dan ini menarik untuk diteliti karena belum ada yang
meneliti tentang judul tersebut.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Jenis penelitian ini ialah penelitian lapangan (field research) yaitu
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang
diperoleh langsung dari responden dan mengamati secara langsung tugas-
tugas responden.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian Kualitatif adalah suatu penelitian yang ditunjukan untuk
15 Muhammad Roziq, “Problematika Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten Semarang, Skripsi, IAIN Tulungagung, 2018.
-
10
mendiskripsikan dan menganalisis, fenomena, aktivitas orang secara
individual maupun kelompok.16 Dengan itu penyusun meneliti dengan cara
mencari data langsung di lapangan untuk mengetahui dengan jelas
bagaimana problematika pengelolaan zakat di kantor BAZNAS Kabupaten
Semarang.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen
sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan
adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi
instrumen ini hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran
penulis di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah
untuk mencari informasi tentang pengelolaan zakat di kantor BAZNAS
Kabupaten Semarang yang akan dijadikan bahan analisis serta untuk
melakukan wawancara dengan kepala atau pengurus BAZNAS guna
menggali keterangan yang diperlukan. Kehadiran penulis diketahui
statusnya sebagai peneliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini terfokus di Ungaran Kabupaten Semarang.
Lebih tepatnya beralamatkan Timur Ungaran, Genuk, Kecamatan Ungaran
Timur Semarang, Jawa Tengah 50512, Indonesia.17
4. Sumber Data
16 Bahctiar S. Bachri, Meyakinkan Validitas Data Melalui Triangulasi pada Penelitian
Kualitatif, Jurnal Teknologi Pendidikan 10 (1), 46-62, Tahun 2010, hlm.50. 17 https://kabsemarang.baznas.org, diakses 30 September 2020 pukul 13:55.
-
11
a) Data Primer, yaitu sumber data yang memuat data utama yakni data
yang diperoleh secara langsung di lapangan seperti melalui wawancara
dengan pihak-pihak yang terlibat dengan penelitian tersebut.18
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
melalui tanya jawab, sehingga dapat disusun makna dalam suatu topik
tertentu. Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara kepada
pimpinan atau pengurus-pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang.
b) Data Sekunder, yaitu sumber data tambahan yang diambil tidak secara
langsung atau diperoleh dari studi kepustakaan mencakup jurnal-
jurnal, buku-buku, hasil penelitian yang berupa laporan serta bahan-
bahan lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
5. Metode Pengumpulan Data
a) Observasi
Observasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau
informasi teknis kegiatan dan pengelolaan di BAZNAS Kabupaten
Semarang.19
b) Wawancara
Adalah Teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab
lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari pihak
yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancarai.
18Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Solo: Cakra Books, Tahun 2014), hlm.112. 19 Fandi Rosi Sarwoo, Teori Wawancara Psikodignostik, (Yogyakarta: Leutika Prio,
2016), hlm. 1.
-
12
Dalam metode ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka,
artinya pertanyaan-pertanyaan yang peneliti kemukakan dapat di
tambah atau dikurangi menyesuaikan situasi dan kondisi saat
pelaksanaan tanpa mengganggu kelancaran jalannya wawancara dan
akan membawa hasil yang akurat. Metode ini digunakan untuk
memperoleh informasi tentang praktik pengelolaan zakat BAZNAS
Kabupaten Semarang, juga problematika dan solusinya.20
c) Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif
analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif. Artinya,
menggambarkan hasil penelitian dengan diawali teori atau dalil yang
bersifat umum tentang zakat, kemudian mengemukakan kenyataan
yang bersifat khusus dari hasil penelitian terhadap problematika
pengelolaan dan penditribusian zakat di BAZNAS Kabupaten
Semarang. Hasil penelitian kemudian dianalisa dengan menggunakan
metode tersebut.
d) Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan hal yang sangat penting dalam
penelitian. Maka fakta-fakta ini nanti digunakan penulis sebagai
bahan pembahasan. Untuk memperoleh keabsahan temuan, penulis
akan menggunakan teknik triangulasi.
20 Ibid.
-
13
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Dengan tujuan untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.21
Untuk mendapatkan data yang akurat serta seperti yang
diinginkan penulis maka penulis akan membandingkan data hasil
pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.
H. Sistematika Penulisan
Agar dalam proposal ini mendapat gambaran yang jelas, maka
sistematika penulisan ini akan dipaparkan dalam 5 bab.
Bab pertama berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Adapun bab dua berupa landasan teori yang pembahasanya meliputi
Konsep zakat, Pengelolaan zakat menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2011.
Bab tiga berisi uraian data dan temuan yang diperoleh dari penelitian
yang disajikan dalam tiga sub bab gambaran umum kantor BAZNAS
Kabupaten Semarang yaitu; sejarah berdirinya BAZNAS Kabupaten
Semarang, pegelolaan zakat BAZNAS Kabupaten Semarang, prolemtika
dalam pengelolaan zakat BAZNAS Kabupaten Semarang, upaya BAZNAS
21 Sumasno Hadi, “Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi”,
Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 22, Vol. 1, Juni 2016, hlm. 75.
-
14
dalam meningkatkan penerimaan zakat, penghimpunan dana zakat setiap
tahun.
Pada bab keempat memuat mengenai analisis problematika pengelolaan
zakat di kantor BAZNAS Kabupaten Semarang yaitu problematika BAZNAS
dalam menghimpun dan mentasyarufkan dana zakat, upaya penghimpunan dan
Pentasyarufan dana zakat.
Dan yang terakhir ialah bab lima yang memuat kesimpulan serta saran-
saran yang diajukan.
-
15
BAB II
ZAKAT MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR
23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
A. Konsep Zakat
1. Pengertian Zakat
Zakat berasal dari kata zaka, artinya tumbuh dengan subur. Makna
lain dari kata zaka, sebagaimana digunakan dalam Al-Qur’an adalah suci
dari dosa.22 Dalam kitab-kitab hukum Islam, kata zakat diartikan dengan
suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika pengertian ini
dihubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang
dizakati akan tumbuh dan berkembang, bertambah karena suci dan berkah
(membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang mempunyai harta).
Jika dirumuskan, zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh
setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu. Syarat-
syarat tertentu adalah nisab, (jumlah minimum harta kekayaan yang wajib
dikeluarkan zakatnya), haul (jangka waktu yang ditentukan bila seseorang
wajib mengeluarkan zakat hartanya), dan kadar-nya (ukuran besarnya
zakat yang harus dikeluarkan).23
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan
pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
22 Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta; Yayasan Penyelenggaraan dan
Penerjemahan Al-Qur’an,1993), hlm. 463. 23 Muhammad Daud Ali, Habibah Daud, Lembaga-lembaga Islam di Indonesia, (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada,1995) Cetakan 1, hlm. 241.
-
16
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, berkembang, bertambah
suci dan baik.
2. Dasar Hukum Zakat
Zakat sebagai rukun Islam yang ketiga disamping sebagai ibadah
dan bukti ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi sosial yang
sangat besar dan salah satu pilar dalam ekonomi Islam. Jika zakat, infaq
dan sedekah ditata dengan baik, baik penerimaan dan pengambilannya
maupun pendistribusiannya, insya’allah akan mampu mengentaskan
masalah kemiskinan atau paling tidak mengurangi masalah kemiskinan.
Adapun dasar dasar hukum menerangkan tentang zakat yaitu:
a) Al-Qur’an
Dalam ayat Alqur’an yang menerangkan tentang zakat sebagai dasar
hukum zakat:
ِِلِمُخذ ِمن أَم يِهم وَٰ رُُهم َوتُ زَكِّ َسَكن ِإنَّ َصَلٰوَتكَ ِهمِِبَا َوَصلِّ َعَلي َصَدَقة ُتَطهِّ
يٌع َعِليمٌ ُم َوٱللَُّه َسَِ ِلَّ
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu memebersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui”.24
24 At-Taubah (11):103.
-
17
ن رِّب ُتمَءاتَي ٓ َوَما لِ أَم ٓ ِف بُ َواْ لِّيَ امِّ ُتمَءاتَي ٓ َماِعنَد ٱللَِّه وَ بُواْ لنَّاِس َفََل يَر ٱ وَٰن زََكٰوة تُرِيُدوَن َوج ُ ِئَك هُ ٓ ٱللَِّه َفُأْولَٰ هَ مِّ
ضِعُفونَ ُم ٱل
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah
pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang
kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang
berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya)”.25
b). Hadis
Dari Abdullah bin Musa ia berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan
menceritakan kepada kami dari Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar
r.a, Ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas lima
dasar yaitu yang berbunyi:
سََلُم َعَلى ََخٍْس : َشَهاَدِة َأْن ْلَ ًدا َرُسِوُل إَِلَه ِإْلَّ اهللُ َو َأنَّ ُُمَمَّ ٓ ُبِِنَ اْْلََِلِة، َوِإيْ َتاِء الزََّكاةِ واه ر ٠َرَمَضانَ ، َو َحجَّ اْلبَ ْيِت، َوَصْوِم اهلِل، َوِإ قَاِم الصَّ
البخارى و مسلم“Islam dibangun diatas lima perkara: persaksian bahwa tiada
tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, mendririkan sholat, menunaika zakat, pergi
haji, dan puasa di bulan Ramadhan”. (HR.Al-Bukhari dan
Muslim).26
c). Ijma’
Adapun Ijma’, ulama maka kaum muslimin disetiap masa telah ijma’
(sepakat) akan wajibnya zakat. Juga para sahabat telah sepakat untuk
memerangi orang-orang yang tidak mau membayarkan hartanya untuk
25 Ar-Rum (30):39. 26 HR.Al-Bukhari dan Muslim. Jami’ Al-‘Ulum, No. 16.
-
18
zakat dan menghalalkan darah dan harta mereka karena zakat
termasuk dari syi’ar Islam yang agung.27
d). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
Bila dilihat dari Undang-Undang, ada payung hukum yang mengatur
zakat di indonesia yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011.
Tujuan dari Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah untuk lebih
meningkatkan dayaguna dan hasil guna pengelolaan zakat, infaq dan
sedekah di Indonesia. Karena itu pengelolaan zakat harus
dilembagakan (formalisasi) sesuai dengan syariat Islam. Dan harus
memenuhi asas-asas amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, terintegrasi, dan akuntabilias sehingga dapat meningkatkan
efektivitas dan efesiensi pelayanan.28
3. Landasan Zakat dikelola oleh Negara
Secara garis besar bagaimana diperdebatkan oleh para ulama,
bahwa ayat 103 ini lebih banyak menghasilkan pemahaman tentang
wajibnya membayar zakat bagi orang kaya raya, untuk kemudian
diberikan kepada orang miskin yang membutuhkannya. Lebih dari itu,
secara pasti tidak terdapat dalam Al-Qur’an petunjuk yang memerintahkan
pengurusan atau pengelolaan zakat melalui lembaga amil. Demikian pula
tidak ada dalil yang menentukan keharusan pelaksaan zakat oleh Muzakki
sendiri secara langsung. Meskipun demikian ada beberapa petunjuk dari
27 Muhammad tho’in,”Pembiayaan Pendidikan Melalui Sektor Zakat”, Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syari’ah, Vol. 9, No. 2, 2017, hlm. 168. 28 Puji Kurniawan, “Legislasi Undang-undang Zakat”, Jurnal Al-Risalah, Vol. 13, 2013,
hlm. 101.
-
19
Al-Qur’an maupun hadis nabi yang dapat membawa membawa
kesimpulan pengorganisasian pengelolaan zakat melalui lembaga Amil
atau lebih tegasnya melalui institusi negara. Hal ini dimaksudkan agar
yang dituju dengan syariat zakat lebih berdaya dan berhasil, petunjuk
tersebut yaitu:
a) Adanya perintah Allah SWT kepada Nabi SAW dalam kapasitas
kedudukannya sebagai kepala pemerintah dan kepala Negara,
pengelola dan Amil yang diperintahkan untuk mengambil zakat dari
wajib zakat (Muzakki) dan menyampaikannya kepada yang berhak
menerimanya (Ashnaf)
b) Hadis Nabi kepada Muazd, menurut riwayat Jama’ah, nabi bersabda:
“sesungguhnya Allah SWT memfardhukan atas mereka sedekah
(zakat) dipungut dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada fakir
miskin. Dalam hadis ini terlihat kegiatan pengelolaan zakat yaitu
memungut dan membagikan zakat yang kedua aktifitas itu dilakukan
oleh lembaga Negara yang bernama Amil.29
4. Golongan yang Berhak Menerima Zakat
Orang yang berhak menerima zakat ini terbagi menjadi delapan
golongan atau delapan Asnaf. Hal tersebut sudah di terangkan dalam Al-
Quran:
29 Muhammad Aziz, “Prinsip Pengelolaan Zakat menurut Al-Quran”, Jurnal Studi
Keislaman,Vol. 5, No. 2, September 2015, hlm. 145-146.
-
20
َا ٱلصََّدقَُٰت لِل َ ءِ ٓ ُفَقرَاِإَّنَِّكيِ َوٱل ُ َهاَعَلي ِمِليَ عَٰ َوٱل سَٰ
م َوِف ٱلرِّقَاِب قُ ُلوبُ هُ َؤلََّفةِ َوٱل
رِِميَ َوٱل ِبيِل فَ نِ َوِف َسِبيِل ٱللَِّه َوٱب غَٰ َن ٱللَِّه َوٱللَُّه َعِليٌم ٱلسَّ ِكيمحَ رِيَضة مِّ
“Sungguh zakat itu hanya untuk orang-orang fakir, orang miskin,
amil zakat, orang yang dilunakan hatinya (mualaf), untuk
(memerdekakan) hmba sahaya, untuk (membebaska) orang yang
berhutang, untuk jalan allah dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana”.30
a) Orang-Orang Fakir
Orang yang disebut fakir ialah orang yang tidak mempunyai harta
atau penghasilan banyak dalam memenuhi keperluaannya : sandang,
pangan dan papan dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk diri
sendiri ataupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya.
b) Orang-Orang Miskin
Orang yang disebut miskin ialah mereka yang mempunyai harta
atau penghasilan yang layak dalam memenuhi kebutuhannya dan
orang yang menjadi tanggungannya, tetapi tidak sepenuhnya
tercukupi kebutuhanya.31
c) Amil Zakat
Orang yang dimaksut Amil zakat ialah mereka yang
melaksanakan kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul
30 At-Taubah (11):60. 31 Abdul Haris Romdhoni, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pengentasan kemiskinan”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 03. NO. 01, Maret 2017, hlm. 44.
-
21
sampai kepada bendahara dan para penjaganya, pencatatnya sampai
kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi
kepada yang berhak. Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta
zakat sebagai imbalan dan diambil dari harta zakat.
d) Golongan Muallaf
Orang yang dimaksut muallaf ialah mereka yang dijinakkan
hatinya atau yang diharapkan kecenderungan hatinya untuk menerima
Islam atau yang memeluk Islam (tetapi belum kukuh Islamnya).32
e) Riqab (Memerdekakan Budak)
Asnaf yang dimaksut dalam riqab ialah Apabila masih ada di
suatu negara sistem perbudakan maka zakat digunakan untuk
membebaskan seseorang dari perbudakan.33
f) Gharimiin (Berhutang)
Orang yang dimaksud gharimiin ialah orang yang memiliki
tanggungan hutang atau pinjaman kepada orang atau kepada suatu
lembaga dalam rangka memenuhi kebutuhan sendirinya atau
keluarganya, sedangkan mereka tidak mampu lagi untuk membayar
atau melunasi hutang tersebut karena telah jatuh miskin dan
menderita.
g) Fisabiililah (Berjuang Dijalan Allah)
32 Sanep Ahmad, “Agihan Zakat Merentasi Asnaf: Ke Arah Memperkasa Institusi Zakat”,
Prosiding Perkem, Vol. IV, 2009, hlm. 64. 33 Abdul Haris Romdhoni, “Zakat Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Dan
Pengentasan kemiskinan”, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, Vol. 03, 2017, hlm. 45.
-
22
Orang yang dimaksud fisabiililah ialah orang yang berjuang di
jalan Allah bukan untuk berperang saja melainkan segala sesuatu yang
dilakukan untuk menegakkan agama, sedangkan mereka tidak
mendapatkan upah dari siapapun sedangkan untuk mencarikan nafkah
keluarganya sudah tidak ada waktu lagi.
h) Ibnu Sabiil (Sedang Dalam Perjalanan)
Orang yang dimaksud Ibnu sabiil ialah kiasan dari Musafir
atauorang yang dalam perjalanan dan orang yang dalam perjalanan
berhak mendapatkan zakat meskipun orang tersebut kaya. Musafir
mendapatkan bagian dari zakat karena Islam sangat menganjurkan
untuk bepergian dengan membaca ayat-ayat Allah. Yang termasuk
dalam perjalanan yang dimaksud adalah bepergian untuk mencari
rezeki, untuk menuntut ilmu, untuk berjihad atau berperang di jalan
Allah dan perjalanan ibadah haji.34
5. Tujuan Zakat
Adapun tujuan zakat antara lain adalah: (a) Mengangkat derajat
fakir-miskin dan membantunya keluar dari kesulitan hidup serta
penderitaan; (b) membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
para gharimin (orang-orang yang berhuitang), Ibnu sabil (orang yang
kehabisan biaya dalam perjalanan yang bermaksud baik), dan mustahik
(orang yang berhak menerima zakat) lainnya; (c) membentangkan dan
membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusian pada
34 Ibid .
-
23
umumnya; (d) menghilangkan sifat kikir; (e) membersihkan sifat dengki
dan iri dari hati orang-orang miskin; (f) menjebatani jurang pemisah antara
yang kaya dan yang miskin; (g) mengembangkan rasa tanggungjawab
sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta;
(h) mendidik manusia untuk disiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain yang ada padanya, dan (i) sebagai saran
pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keberhasilan sosial.35
6. Hikmah Zakat
Banyak sekali hikmah yang tergantung dalam melaksanakan
ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda,
vertikal dan horizontal, artinya secara vertikal zakat sebagai ibadah dan
wujud ketakwaan dan bersyukurnya hamba Allah SWT atas nikmat berupa
harta yang diberikan oleh Allah SWT kepadanya serta untuk
membersihkan dan mensucikan diri dari hartanya tersebut. Dalam konteks
inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seseorang hamba dengan
tuhannya sebagai zat yang memberi rezeki.
Secara horizontal, zakat bertujuan untuk mewujudkan rasa
keadilan sosial dan kasih saying diantara pihak yang mampu dengan pihak
yang mampu dan dapat memperkecil problematika dan kesesnjangan
social serta ekonomi umat. Dengan ini zakat diharapkan mamapu
35 Didin Hafifudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani,2002), hlm.
8.
-
24
mewujudkan pemerataan dan kaeadilan sosial antara kehidupan umat
manusia, terutama umat Islam.
Dalam hal ini para ulama telah membahas mengenai apa hikmah
dan tujuan dari adanya zakat. Di antaranya, Menurut Yusuf Qadhawi
secara umum terdapat dua tujuan dari zakat yaitu untuk kehidupan
individu dan untuk kehidupan social kemasyarakatan. Tujuan pertama
meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir, mengembangkan sifat suka
berinfaq atau memberi serta mengobati hati dari cinta dunia yang
berlebihan.36
7. Hakikat Zakat
Adapun hakikat zakat, berdasarkan dalil-dalil yang
mewajibkannya merupakan hak mustahik dan bukan merupakan
pemberian atau kebaikan hati-hati orang kaya semata. Dengan kata lain
zakat mencerminkan kewajiban bagi orang-orang yang mampu dan hak
yang legal bagi golongan miskin baik diminta ataupun tidak.
Dengan demikian di dalam zakat tidak ada istilah utang budi, balas
budi, malu ataupun hina. Hal ini karena hakikatnya zakat adalah
pemberian dari Allah SWT. Demikian pula menurut Islam seseorang yang
kaya tidaklah berlebihan kedudukanya di sisi Allah SWT dari pda orang
miskin karena hartanya. Karena yang hanya membedakan adalah iman dan
ketaqwaanya.
36 Asnaini, Zakat produktif Prespektif Hukum Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008),
Hal. 42.
-
25
Hakikat zakat yang demikian menanamkan kesadaran bahwa
segala yang ada dibumi dan langit serta isinya adalah milik Allah SWT
dan harta yang dimiliki seseorang itu kepada hakikatnya adalah hanya
titipan dan amanah dari Allah SWT semata. 37
B. Pengelolaan Zakat Menurut Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2011
Dalam undang undang No. 23 tahun 2011 pasal 1 ayat (1) bahwa
pengelolaan zakat ialah melingkupi pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Dengan tujuan
sebagaimana dalam undang undang tersebut di pasal 3 yaitu:
1. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan
zakat; dan
2. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.38
Sebagaimana menciptakan pengelolaan zakat yang efektif maka perlu
di tunjuklah amil sebagai pihak pengelola zakat. Adanya Amil berarti adanya
peraturan Undang-Undang, tertib kerja dan syarat-syarat. Untuk Amil sendiri
maupun bagi orang-orang yang akan memperoleh zakat. Dalam keanggotaan
BAZNAS terdiri atas 11 orang anggota. Keanggotaan BAZNAS terdiri atas
delapan orang dari unsur masyarakat dan tiga orang dari unsur pemerintah.
Unsur masyarakat terdiri atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh
37 Moh Toriquddin, “Pengelolaan Zakat Produktif di Rumah Zakat Kota Malang”, Jurnal
Ulul Albab, Vol. 16, 2015, hlm. 66. 38 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1 dan 3.
-
26
masyarakat Islam. Bila merujuk pada Undang-Undang No. 23 tahun 2011 pasal
8.
Dalam pengelolaan zakat terdahulu bahwa Undang-Undang No. 38
Tahun 1999 memiliki beberapa kelemahan, yaitu: pertama, ketidakjelasan
peran regulator, operator, koordinator, dan pengawas dalam penataan
kelembagaan zakat di Indonesia. Kedua, Undang-Undang Pengelolaan Zakat
juga belum memuat dokumen penyadaran, dalam hal ini sanksi yang jelas bagi
pembayar wajib zakat yang tidak membayar zakat. Ketiga, masih belum
ditegaskannya zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, sebagaimana
tercantum dalam Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Kelemahan kelemahan
ini kemudian dinilai sebagai penyebab tidak optimalnya pengelolaan zakat di
Indonesia. Di samping adanya kelemahan dalam Undang-Undang tersebut,
ketidakoptimalan pengelolaan zakat juga diakibatkan oleh belum berubahnya
tradisi masyarakat dalam menunaikan zakat, masih banyak masyarakat yang
berzakat dengan cara menyalurkan zakatnya secara langsung kepada para
Mustahik. Di sisi lain, ada juga masyarakat yang enggan menunaikan
kewajiban zakatnya kepada lembaga, karena kurang percayanya kepada
lembaga pengelola zakat. Oleh karena itu, Undang-Undang No. 38 Tahun 1999
kemudian diusulkan untuk diganti, dengan harapan bahwa penggantian itu
dapat mendorong lahirnya optimalisasi pengumpulan zakat dan pengelola
zakat yang adil, akuntabel, dan mengutamakan kesejahteraan Mustahik.39
39 A. Muchaddam Fahham, "Paradigma Baru Pengelolaan Zakat di Indonesia." Jurnal
Kesejahteraan Sosial, Vol.3, 2011, hlm. 10.
-
27
Sesuai Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 dalam pengelolaan
meliputi:
1. Pengumpulan Zakat
Sudah di terangkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2011
pasal 21 ayat (1) dan (2) yaitu dalam pengumpulan zakat, Muzakki
melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Apabila tidak
dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, maka Muzakki dapat
meminta batuan pihak BAZNAS.
2. Pendistribusian Zakat
Pada undang-undang No. 23 tahun 2011 pasal 25 dan 26, zakat
wajib didistribusikan kepada Mustahik dengan sesuai syariat Islam.
Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan dan kewilayahan. Sehingga
berdirilah LAZ dan BAZNAS untuk mencakup prinsip pemerataan,
keadilan dan kewilayahan. Ada dua cara pendistribusian zakat kepada
orang-orang yang berhak menerima zakat yaitu:
1. Pendistribusian zakat konsumtif
Pendistribusian zakat yang bersifat konsumtif adalah harta zakat
secara langsung diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu dan
sangat membutuhkan, terutama fakir miskin. Harta zakat diarahkan
-
28
terutama untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, seperti
kebutuhan makanan, pakaian dan tempat tinggal secara wajar.40
2. Pendistribusian zakat produktif
Pendistribusian zakat produktif adalah zakat yang didistribusikan
kepada Mustahik dengan dikelola dan dikembangkan melalui
perilaku-perilaku bisnis. Indikasinya adalah harta tersebut
dimanfaatkan sebagai modal yang diharapkan dapat meningkatkan
taraf ekonomi Mustahik. Termasuk juga dalam pengertian zakat
produktif jika harta zakat dikelola dan dikembangkan oleh Amil yang
hasilnya disalurkan kepada Mustahik secara berkala. Lebih tegasnya
zakat produktif adalah zakat yang disalurkan kepada Mustahik dengan
cara yang tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang
serba guna dan produktif, sesuai dengan pesan syariat dan peran serta
fungsi sosial ekonomis dari zakat.41
3. Konsumtif Tradisional yaitu zakat dibagikan kepada Mustahik secara
langsung, seperti zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat Mal (harta) yang
dibagikan secara langsung.
40 H. Al Amin, "Pengelolaan Zakat Konsumtif dan Zakat Produktif (Suatu Kajian
Peningkatan Sektor Ekonomi Mikro dalam Islam)," Jurnal Ekonomi dan Bisnis (EKONIS), Vol. 14,
2015, hlm. 4. 41 Siti Zalikha, "Pendistribusian Zakat Produktif dalam Perspektif Islam," Jurnal Ilmiah
Islam Futura, Vol. 2, 2016, hlm. 308.
-
29
4. Konsumtif Kreatif yaitu zakat yang diwujudkan dalam bentuk lain,
misalnya seperti dalam bentuk alat-alat sekolah, beasiswa, cangkul,
gerabah dan sebagainya.
5. Produktif Tradisional yaitu dimana zakat diberikan dalam bentuk
barangbarang yang produktif seperti kambing, kerbau, sapi alat cukur,
pertukangan, mesin jahit, dan lain-lain. Pemberian dalam bentuk ini
akan dapat menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja
baru bagi fakir miskin.
6. Produktif Kreatif yaitu zakat diwujudkan dalam bentuk permodalan
bergulir baik untuk permodalan proyek sosial atau untuk membantu
atau menambah modal pedagang/pengusaha kecil.42
3. Pelaporan Pengelolaan Zakat
Dalam menciptakan kinerja yang lebih optimal suatu lembaga
harus mempunyai tata kelola yang baik salah satunya yaitu pelaporan.
Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Pasal 29 mengatur tentang
pelaporan BAZNAS dan LAZ antara lain sebagai berikut:
1. BAZNAS kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara berkala.
42 Ar Royyan Ramly, dan Ikhsan Fajri, "Peran Baitul Maal dalam Pendayagunaan Zakat
Produktif terhadap Mustahiq Zakat," Jurnal Akad, Vol. 1, 2016, hlm. 97.
-
30
2. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
3. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat,
infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS
dan pemerintah daerah secara berkala.
4. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan
zakat, infaq, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
Menteri secara berkala.
5. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media cetak
atau media elektronik.
4. Pembinaan dan Pengawasan Pengelolaan Zakat
Untuk mewujudkan pengelolaan zakat yang tepat sasaran maka
perlu pembinaan dan pengawasan zakat, adanya pengawasan lembaga
zakat yang telah diatur oleh undang-undang No. 23 tahun 2011 pasal 34
tentang pembinaan dan pengawasan zakat sebagai berikut:
1. Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, dan LAZ.
2. Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota,
dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.
-
31
3. Pembinaan sebagaimana dijelaskan di atas meliputi fasilitasi,
sosialisasi, dan edukasi.43
43 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 29 dan 34.
-
32
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BAZNAS KABUPTEN SEMARANG
DAN PENGELOLAAN DANA ZAKAT
A. Sejarah Berdirinya BAZNAS Kabupaten Semarang
Zakat merupakan salah satu ibadah dalam syariat Islam yang secara
eksplisit dinyatakan ada petugasnya (QS. Al-Maidah: 60 dan 103). Zakat
memiliki posisi dan kedudukan yang sangat strategis dalam membangun
kesejahteraan, mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan ekonomi
masyarakat, pengumpulan dan penyalurannya hendaklah dikelola secara
amanah, transparan dan profesional.44
Berangkat dari hal tersebut, maka pada tahun 1988 beberapa tokoh
agama dan pemerintah Kabupaten Semarang yang diantaranya adalah Drs.
Hartomo, Drs. H. Mochammad Amin Hambali, K.H. Dimyati, Drs. Supono,
Drs. Sriyanto, Drs. Abdul Kholik Rifa’i, Bapak Djoko Sardjono dan bapak
Sukaimi sepakat untuk mendirikan “Yayasan Amal Zakat Infaq dan Shadaqah”
(YAZIS) yang dituangkan dalam Akta pendirian Nomor 1 dikantor Notaris
Achmad Dimyati S.H., yang berkedudukan di Ambarawa, Kabupaten
Semarang. Yang kemudian didaftarkan umum kepaniteraan Pengadilan Negeri
Kabupaten Semarang pada hari Sabtu, tanggal 12 Nopember 1988, dengan
nomor registrasi : 4.1.03/ AN/ XI/ 1988. Untuk pertama kalinya, pengurus
yayasan YAZIS adalah sebagai berikut : Ketua Umum : Drs. Hartomo (Bupati
Kabupaten Semarang), Ketua I: Drs. H. Mochammad Amin Hambali, Ketua II:
44 Dokumen profil sejarah BAZNAS Kabupaten Semarang, hlm. 1.
-
33
K.H. Dimyati, Ketua III : Drs. Supono, Sekretaris I: Drs. Sriyanto, Sekretaris
II : Drs. Abdul Kholik Rifa’I, Bendahara I: Djoko Sardjono, Bendahara II:
Sukaimi, Anggota Biro Perencanaan: Drs. Bintoro, Ir. Bambang Prijatmoko,
Mochammad Sumadil, SH, Biro Pengumpulan : dr. H. Samrudin Yusuf,
Mochammad Amin Syamsuri, BA, H. Mursyod Hidayat, Biro Pendayagunaan:
Drs. Kartono, Kyai Mubasyir, H. makin Basri, BA.
Selanjutnya, agar pengelolaan YAZIS lebih berdaya dan berhasilguna
bagi terwujudnya kesejahteraan umat Islam di Wilayah Kabupaten Semarang.
Maka YAZIS bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Semarang yang
ditetapkan dalam Keputusan Bersama antara Bupati Semarang dan YAZIS
Nomor 450/ 62/ 1992 dan 22/ YAZIS/ I/ 92 tentang Pengumpulan dan
Pendayagunaan amal, zakat, infaq dan sedekah umat Islam pada tanggal 20
Januari 1992.
Menindak lanjuti keputusan bersama tersebut diatas dan guna
menjamin kelancaran dan ketertiban pengumpulan dan pendayagunaan amal,
zakat, infaq dan sedekah umat Islam di Kabupaten Semarang, maka YAZIS
Kabupaten Semarang mengeluarkan Surat Keputusan nomor : 24/ YAZIS/ II/
1992 tentang Pengumpulan dan Pendayagunaan amal, zakat, infaq dan
sedekah, yang ditandatangani pada hari Selasa Pon tanggal 04 Februari 1992
oleh Ketua I dan Sekretaris I YAZIS Kabupaten Semarang dan disetujui oleh
Bupati Semarang, Drs. Hartomo.45
45 http://www.baznas.org/laman-22-susunan-pengurus.html, diakses 26 Oktober 2020
pukul 21.07.
-
34
YAZIS melakukan kegiatan sebagai berikut :
a) Menghimpun amal dari umat Islam;
b) Menyalurkan amal kepada yang berhak menerima; dan
c) Mengadakan sarasehan Ulama dan Umaro’ setiap 35 hari sekali/
selapanan.
Dana amal yang terhimpun disalurkan untuk melaksanakan dan atau
membantu kegiatan umat Islam dalam bidang : pendidikan, tempat ibadah,
dakwah, penerbitan, penelitian, kesehatan/ rumah sakit, panti sosial, Santunan
pada fakir miskin dan usaha – usaha produktif.
Setelah YAZIS sudah berjalan selama 20 tahun, kemudian pada tahun
2008 diterbitkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 04 tahun 2008
tentang Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah. Dasar diterbitkannya Peraturan
Daerah tersebut diatas adalah Undang-Undang No 38 tahun 1999 Tentang
Pengelolaan Zakat, yang mana sebelumnya bernama YAZIS berubah menjadi
BAZIS.
Selanjutnya diterbitkan Peraturan Bupati Semarang yang mengatur
teknis pelaksanaan peraturan daerah tersebut diatas. Adapun Peraturan Bupati
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Peraturan Bupati Semarang No 66 Tahun 2008 Tentang susunan
Organisasi dan Tugas Pokok Fungsi Serta Uraian Tugas BAZIS;
b) Peraturan Bupati Semarang No 67 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pengelolaan keuangan BAZIS Kabupaten Semarang;
-
35
c) Peraturan Bupati Semarang No 68 Tahun 2008 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengumpulan dan Pendayagunaan Zakat, Infaq dan Sedekah
BAZIS Kabupaten Semarang.46
Disamping mengelola zakat, infaq sedekah, wakaf dan kifarat, BAZIS
juga mengelola Dana Sosial yang dititipkan oleh warga masyarakat non
muslim untuk dikelola dan diberikan kepada warga non muslim juga.
Organisasi BAZIS disemua tingkatan bersifat koordinatif, konsultatif
dan informatif. Jalur koordinasi BAZIS Tingkat Kabupaten adalah sebagai
berikut:47
Selanjutnya di Kabupaten Semarang telah berdiri YAZIS pada tahun
1988 kemudian berubah menjadi BAZIS tahun 2008 maka setelah dikeluarkan
PP RI No14 tahun 2014 yang mengantikan YAZIS dan BAZIS untuk
menunjang pelaksanaan Undang-Undang No 23 tahun 2011 BAZIS berubah
46 Ibid. 47 https://kabsemarang.baznas.org, diakses 26 Oktober 2020 pukul 21.20.
-
36
nama menjadi BAZNAS sesuai dengan SK di atas No. D.J 11/568 tahun 2014
tanggal 5 Juni 2014 dikeluarkan pembentukannya sebagai BAZNAS
Kabupaten, yang mempunyai visi : Menjadi Pengelola Zakat Terbaik dan
Terpercaya di Dunia. Sedangkan misi : Mengkoordinasikan BAZNAS
Provinis, Kabupaten/Kota dan LAZ dalam Mencapai Target Nasional.48
2. Visi dan Misi BAZNAS Kabupaten Semarang
Visi:
Menjadi pengelola zakat infaq dan sedekah yang amanah optimal dan
profesional.
Misi:
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menyalurkan zakat infaq dan
sedekah lewat BAZNAS
b) Meningkatkan pengelolaan zakat infaq dan sedekah yang amanah, optimal
dan profesional
c) Meningkatkan manajemen keuangan yang baik dan pelayanan berbasis
SIMBA (Sistem Manajemen Informasi BAZNAS)49
d) Meningkatkan peran dan hasil guna zakat infaq dan sedekah
e) Merubah Mustahik menjadi Muzakki mengkoordinasikan UPZIS
Kecamatan dalam mencapai target Kabupaten.
48 Ibid. 49 http://www.baznas.org/laman-19-latar-belakang-sejarah-pendirian-baznas.html, diakses
26 Oktober 2020 pukul 21.40.
-
37
Semangat pengelolaan, Dalam mengelola BAZNAS tingkat Kabupaten punya
semangat nilai : “ TAQWA “
a) Ta’awun : Bekerjasama dan saling membantu dalam melaksanakan tugas
pekerjaan pelayanan dan pengelolaan ZIS secara prima
b) Amanah : Melaksanakan pengelolaan zakat infaq dan sedekah dapat
dipercaya, jujur,mempunyai loyalitas yang tinggi dan tanggungjawab
c) Qowiyyun : Kuat menghadapi kritik, saran, cobaan, gangguan, dalam
pengelolaan zakat, infaq dan sedekah baik dari internal dan eksternal
d) Wira’i : Berhati hati dalam ucapan, perbuatan, pengelolaan, pelayanan
yang berhubungan dengan hukum agama dan hukum negara
e) Arif : Bijaksana dalam mengambil keputusan , menyelesaikan masalah
yang tanpa menimbulkan masalah.50
3. Struktur Organisasi BAZNAS Kabupaten Semarang
Pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang priode 2017-202251
Ketua : Drs. H. Munashir, MM
Wakil Ketua I : Ir. H. Arif Sunandar
Wakil Ketua II : Drs. H. Abdul Kholik Rifa'i
Wakil Ketua III : Imamul Huda, S.Pd.I, M.Pd.I
Wakil Ketua IV : Drs H. Saliminudin, MM
Karyawan kantor BAZNAS Kabupaten Semarang
50 Dokumen BAZNAS Profil Sejarah Kabupaten Semarang, hlm. 4 51 http://www.baznas.org/laman-22-susunan-pengurus.html, diakses 26 Oktober 2020
pukul 22.03.
-
38
1. Staff Pengumpulan :
(1) Marhani, S.Sos
(2) Muhammad Asrofik
(3) Muhammad Muntaha, S.Pd.I
2. Staff Pendistribusian dan Pendayagunaan:
(1) Sodri Said,SPd.I
(2) Muhammad Syarful Anam, S.Ag
(3) Muhammad Machsunudin
c). Staff Perencanaan , Keuangan, dan Pelaporan:
(1) Bambang Setiabudi, SH
(2) Choirur Rozak, S.Pd.I
e). Staff Administrasi, SDM dan Umum:
(1) Imam Nur Ikhsan, S.Mn
(2) Nur Kholid Ghulam Ahmad
(3) Muhammad Imam Khanafi
(4) Slamet Muhtarom
4. Tugas Pokok dan Fungsi
Adapun tugas dan wewenang pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang
adalah sebagai berikut:52
52 http://www.baznas.org/laman-19-latar-belakang-sejarah-pendirian-baznas.html, diakses
26 Oktober 2020 pukul 22.16.
-
39
1. Dewan Pertimbangan
Berfungsi memberikan pertimbangan, saran, fatwa dan
rekomendasi kepada Badan Pelaksana dan Komisi Pengawasan dalam
pengelolaan Badan Amil Zakat, meliputi: aspek syari’ah dan aspek
manajerial. Tugas pokok yaitu:
(1) Memberikan garis-garis kebijakan umum Badan Amil Zakat
(2) Mengesahkan rencana kerja dari Badan Pelaksana dan Komisi
Pengawas
(3) Mengeluarkan fatwa syari’ah baik diminta maupun tidak berkaitan
dengan hukum zakat yang wajib diikuti oleh pengurus BAZNAS
(4) Memberikan pertimbangan saran dan rekomendasi kepada Badan
Pelaksana dan Komisi Pengawas baik diminta maupun tidak
(5) Memberikan persetujuan atas laporan tahunan hasil kerja Badan
Pelaksana dan Komisi Pengawas.
2. Dewan Pengawas Syariah
Berfungsi sebagai pengawas internal lembaga atas operasional
kegiatan yang dilaksanakan badan pelaksana. Tugas pokok yaitu:
(1) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan
(2) Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan
Dewan Pertimbangan
(3) Mengawasi operasional kegiatan yang dilaksanakan Badan Pelaksana,
yang mencakup: pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan
pengembangan
-
40
(4) Melakukan pemeriksaan operasional dan pemeriksaan syari’ah.53
3. Dewan Pelaksana
Berfungsi sebagai pelaksana dalam pengelolaan badan amil zakat.
Tugas pokok yaitu:
(1) Membuat rencana kerja
(2) Melaksanakan operasional pengelolaan zakat sesuai rencana kerja
yang telah disahkan dan sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan
(3) Menyusun laporan tahunan
(4) Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban kepada pemerintah
(5) Melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara
terusmenerus dan berkesinambungan.
5. Ruang Lingkup Bidang Pengumpulan Zakat, Infaq, Sedekah melalui UPZIS:
1. ASN (Aparatur Sipil Negara)
2. Kantor organisasi perangkat daerah (OPD)
3. Instansi vertikal tingkat Kabupaten
4. BUMD
5. Perusda / perusahaan swasta di Kabupaten Semarang
6. Tempat ibadah (masjid dan mushola)
7. Sekolah lembaga penddikan
8. Kecamatan, Desa atau Kelurahan
9. Kotak amal, toko, restauran
53 Ibid.
-
41
10. Perseorangan54
6. Prosentase Pentasyarufan 8 Asnaf:
1. Fakir : 60 % (20 % Konsumtif, 40 % Produktif)
2. Miskin : 60 % (20 % Konsumtif, 40 % Produktif)
3. Amil : 12,5 %
4. Muallaf : 5 %
5. Riqab : 0 %
6. Gharim : 2,5 %
7. Sabilillah : 17,5 %
8. Ibnu Sabil : 2,5 %55
Konsumtif ialah penyaluran dana zakat untuk menanggulangi
permasalahan yang dihadapi para Mustahik secara jangka pendek. Misalnya
pemberian bantuan sembako agar mereka tidak kelaparan, bantuan pendidikan
agar mereka tetap bisa bersekolah, bantuan pakaian agar mereka bisa
berpakaian dengan layak atau bantuan kesehatan ketika mereka sedang sakit.
Produktif ialah penyaluran dana zakat dana zakat secara jangka panjang
dan diberikan jalan keluar agar kehidupan mereka tidak selalu bergantung pada
pemeberian dana zakat konsumtif. Dana zakat didayagunakan dalam bentuk
program ekonomi produktif yang memberdayakan, misalnya dengan
pemberian berbagai pelatihan, bantuan modal usaha, dan aktifitas
54 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5ce23056410bd/pengelolaan-
zakat--infak-dan-sedekah-oleh-baznas/, diakses 26 Oktober 2020 pukul 22.35. 55 Dokumen Profil Sejarah BAZNAS Kabupaten Semarang, hlm. 16.
-
42
pendampingan. Sehingga para Mustahik yang tadinya tidak punya keahlian
menjadi punya keahlian, yang semula tidak punya punya usaha menjadi punya
usaha, yang tadinya tidak punya penghasilan menjadi punya penghasilan.
7. Program Pengumpulan dan Pentasyarufan
1. Layanan Pengumpulan ke BAZNAS
(1) Melalui kantor BAZNAS
(2) Melalui UPZIS Kecamatan
(3) Melalui UPZ SKPD
(4) Melalui Bank (Bank Jateng, Bank Mandiri Syariah, Bank BNI)
(5) Melalui layanan jemput
b). Layanan Pentasyarufan
(1) Di undang ke kantor BAZNAS
(2) Diberikan lewat UPZIS Kecamatan
(3) Diantar sampai alamat yang bersangkutan
8. Contoh Pentasyarufan Masing-masing Asnaf
1. Fakir dan miskin konsumtif = 20 % seperti:
(1). Fakir / miskin yang tidak mungkin lagi bekerja (misal jompo)
(2). Fakir / miskin pasien rumah sakit kelas III
(3). Sakit tidak punya biaya berobat
(4). Fakir/ miskin yang menunggu pasien rumah sakit
(5). Bedah rumah Rutilahu (rumah tidak layak huni)
(6). Gelandangan
(7). Anak jalanan
-
43
(8). Pengemis
(9). Yatim piatu yang miskin
(10). Penderita cacat
(11). Korban bencana
(12). Pengangguran
b). Fakir dan miskin produktif = 40 % seperti:56
(1). Pemberian bantuan pelatihan kerja (tukang kayu, tukang batu, kuliner,
bengkel otomotif dan elektronik)
(2). Beternak (ayam, kambing, bebek, jangkrik)
(3). Perikanan (lele, kerang, kepiting)
(4). Bertani (jamur)
(5). Pemberian bimbingan (pendampingan)
(6). Bantuan peralatan kerja
(7). PHK
(8). Pemberian stimulasi modal kerja
(9). Pelatihan peningkatan usaha bagi pengusaha kecil
(10). Pelatihan kewirausahaan
(11). Pembangunan/rehab sarpras pelatihan kerja
(12). Informasi (bursa kerja)
(13). Pendidikan swadaya masyarakat (pendidikan kewirausahaan)
(14). Peningkatan usaha kecil (bantuan modal usaha)
(15). Fasilitasi pembentukan kelompok usaha
56 Ibid, hlm. 14
-
44
(16). PHK/keluar
(17). Anak putus sekolah57
c). Amil (operasional BAZNAS, UPZ, LAZ) = 12,5 % untuk kegiatan:
(1). Gaji karyawan
(2). Honorarium / uang kehormatan pengurus/pimpinan
(3). Pengadaan / sewa kantor
(4). Biaya rapat-rapat dan rapat kerja
(5). Pengadaan ATK dan kelengkapan kantor
(6). Transportasi perjalanan dinas
(7). Pemberian bantuan yang tidak termasuk 8 asnaf zakat
(8). Penelitian, halaqah (pertemuan), diskusi, fgd, studi banding
mengenai pengembangan dan efektifitas pengelolaan zakat
(9). Penerbitan buku, majalah, jurnal tentang zakat
(10). Penyelenggaraan zakat award Jawa Tengah
(11). Sosialisasi sadar zakat
(12). Pelatian amil ekternas/internal
d). Muallaf untuk kegiatan:
(1). Pemberian bimbingan
(2). Pembimbing keagamaan
(3). Mencetak buku bimbingan
(4). Pengajian rutin Muallaf
(5). Muallaf center
57 Ibid.
-
45
(6). Modal usaha / pengembangan ekonomi Muallaf
(7). Sarpras / bimbingan ibadah
e). Gharim (tidak bisa membayar hutang yang dibenarkan oleh syariat Islam)
seperti:
(1). Hutang perorangan yang tak mampu melunasi
(2). Hutang karena terkena bencana (limaslahati nafsihi)
(3). Hutang panitia pembangunan tempat ibadah / tempat pendidikan
(limaslahati ghairihi)
(4). Korban bencana tak bisa merehab sendiri
(5). Beasiswa
(6). Terlibat hutang rentenir58
f). Fisabilillah, seperti:
(1). Guru agama, guru TPQ, guru Madin, penyuluh agama Islam non
PNS
(2). Beasiswa bagi siswa yang perlu di bantu
(3). Pengadaan bantuan perpustakaan desa
(4). Da’i, khotib yang tidak mendapatkan honorarium cukup/wajar
(5). Pembimbing Rohani Islam (Rohis) di rumah sakit
(6). Pembangunan rehab sekolah, madrasah, pondok pesantren,
masjid/mushala, rumah sakit, dan panti asuhan yatim
(7). Pembangunan / rehab sarpras masjid, mushala, pondok pesantren,
sekolah/madrasah, rumah sakit dan panti yatim
58 Ibid, hlm. 15.
-
46
(8). Marbot/santri
(9). Hafidz/hafidzoh
g). Ibnu sabil, seperti:
(1). Bantuan musafir yang di benarkan syar’i yang kehabisan bekal
(musafir terlantar)
(2). Pencari kerja kehabisan bekal
(3). Korban trafficking (perdagangan orang/anak)
(4). TKI terlantar
9. Program Pemberdayaan BAZNAS Kabupaten Semarang:59
1. Kab. Semarang Taqwa
(1) Silaturahim Ulama Umaro tingkat Kabupaten
(2) Bantuan masjid/ mushola
(3) Bantuan pondok pesantren lembaga pendidikan
(4) Bantuan syiar agama/ kegiatan tempat ibadah
(5) Bantuan da’i, mubaligh, khotib, muadzin, marbot
(6) Bantuan pensertifikatan wakaf dan IMB tempat ibadah.
2. Kab. Semarang Cerdas
(1) Beasiswa berprestasi
(2) Beasiswa pesantren
(3) Bantuan peralatan sekolah/pesantren
(4) Bantuan pusat kajian Al-Quran Braile (PKAB)
59 http://www.baznas.org/laman-23-rencana-program-kerja.html, diakses 26 Oktober
2020 pukul 22.41.
-
47
(5) Bantuan pelatihan kursus garmen, otomotif, komputer, dan
pertukangan.
(6) Bantuan ustadz/ ustadzah
3. Kab. Semarang Sehat
(1) Bantuan kesehatan : pengobatan/operasi
(2) Bantuan alat bantu gerak dan dengar
(3) Layanan ambulance gratis bagi dhuafa
(4) Khitanan anak sholeh
(5) Bantuan rehabilitasi penyembuhan HIV dan narkoba
d). Kab Semarang Makmur
(1) Bina mitra mandiri
(2) Bina kewirausahaan
(3) Bantuan gaduh ternak, pertaniam, perikanan
f) Kab Semarang Peduli
(1) Bedah rumah sakinah
(2) Peduli dhuafa
(3) Tanggap darurat bencana
(4) Bulan amal Muharram
(5) Bulan amal Ramadhan60
B. Pengelolaan Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang
1. Sistem Pengumpulan Zakat Pada BAZNAS Kabupaten Semarang
60 Ibid.
-
48
Sistem pengumpulan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS
Kabupaten Semarang dilakukan dengan berberapa cara, ada pihak Muzakki
yang mendatangi langsung ke kantor BAZNAS Kabupaten Semarang
untuk memberikan zakatnya dan ada pula yang menyerahkan zakatnya
kepada para pengurus BAZNAS Kabupaten Semarang.
Dalam proses pengumpulan, BAZNAS Kabupaten Semarang
dibantu oleh UPZ yang berada di wilayah Kabupaten Semarang. Proses
pengumpulan dana ZIS dilakukan oleh Amil dengan berbagai cara, cara
penghimpunan tersebut yaitu:
4. Mulai dari pengumpulan dana dari UPZ yang ada di wilayah
Kabupaten Semarang
5. Dari pihak Muzakki secara langsung datang kekantor BAZNAS
Kabupaten Semarang
6. Pihak Muzakki memberikan zakatnya kepada pengurus BAZNAS
Kabupaten Semarang
7. Jemput bola, dimana dari pihak BAZNAS Kabupaten Semarang
langsung menemui para Muzakki yang akan menyalurkan zakatnya
8. Melalui rekening bank, artinya para bisa menyalurkan atau
membayarkan zakatnya lewat rekening yang disediakan BAZNAS
kabupaten Semarang. BAZNAS Kabupaten Semarang bekerja sama
dengan tiga Bank, yaitu:
(1) Bank Jateng Cab. Ungaran
(2) Bank BNI Cab. Ungaran
-
49
(3) Bank Syariah Mandiri (BSM)61
Untuk dapat mengumpulkan dana zakat oleh Mustahik sebanyak-
banyaknya, BAZNAS Kabupaten Semarang memberikan sosialisasi
ataupun workshop, kepada Unit Pengumpul Zakat (UPZ) untuk dapat
menghimpun dana sebanyak-banyaknya dari Muzakki, selanjutnya
sosialisasi media sosial semua kegiatan akan diungah diakun milik
BAZNAS seperti web, facebook, whatsApp group dan yang terakhir yaitu
aksi nyata yang artinya modal utama dalam zakat adalah kerpercyaan, oleh
karena itu pihak BAZNAS mengedepankan pelayanan kepada Mustahik
sehingga aksi tersebut kelihatan oleh masyarakat, dari situ BAZNAS
berusaha menarik empati agar tumbuh kesadaran membayar zakat. Hasil
yang diperoleh oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) nantinya akan
diserahkan kepada BAZNAS Kabupaten Semarang untuk kepentingan
auditing.62
Kemudian setelah itu dikembalikan lagi kepada Unit Pengumpul
Zakat (UPZ) yang bersangkutan, setelah itu pendistribusian dilakukan oleh
masing-masing Unit Pengumpul Zakat (UPZ) kepada Mustahik. Semakin
besar yang perolehan Unit Pengumpul Zakat (UPZ), maka semakin besar
pula Mustahik yang akan terbantu.
2. Sistem Pendistribusian Zakat BAZNAS Kabupaten Semarang
61 http://www.baznas.org/laman-24-rekening-baznas-kab-semarang.html, diakses 1
November 2020 pukul 16.11. 62 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,
perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.
-
50
Dalam pengelolaan zakat, pengumpulaan dan pendistribusian zakat
merupakan dua hal yang sangat penting. Namun Al-Qur’an lebih
memperhatikan masalah pendistribusianya. Hal ini mungkin disebabkan
pendistribusian mencakup pula pengumpulan. Apa yang akan
didistribusikan jika tidak ada sesuatu yang harus lebih dahulu
dikumpulkan atau diadakan. Lagi pula zakat tidak begitu sulit
dikumpulkan karena Muzakki lebih suka menyetor zakat daripada
menunggu untuk dipungut, sedangkan pendistribusian lebih sulit dan
memerlukan berbagai sarana dan fasilitas serta aktifitas pendataan dan
pengawasan. Tanpa itu, sangat mungkin pendistribusian dana zakat dapat
diselewengkan atau kurang efektif.63
Dalam pendistribusian zakat yang telah terkumpul, BAZNAS
Kabupaten Semarang menggunakan pola distribusi secara konsumtif dan
produktif. Pendistribusian secara konsumtif diberikan langsung kepada
delapan Asnaf dengan prioritas fakir, miskin, Fisabiilillah, Muallaf, amil,
kemudian baru Asnaf yang lain. Pendistribusian tersebut dalam bentuk
uang dan juga beras yang diberikan pada saat menjelang hari raya idul fitri.
Namun dijaman sekarang berhubung Riqab (pembebasan budak) sudah
tidak ada, maka BAZNAS Kabupaten Semarang telah disepakati bahwa
alokasi yang sehrusnya diperuntukan untuk Riqab (pembebasan budak)
berubah menjadi untuk pembebasan TKW yang bermasalah, namun
63 https://kabsemarang.baznas.org/kategori-artikel-2.html, diakses pada 8 November 2020
pukul 14.30.
-
51
sampai saat ini belum ada belum ada pengajuan perihal tersebut. Selain
menerima zakat dari BAZNAS, para Mustahik juga akan menerima zakat
dari Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Desa ataupun Kecamatan masing-
masing daerah, dengan kuantitas yang berbeda-beda sesuai dengan
perolehan yang mampu dikumpulkan oleh UPZ daerah tersebut.64
Maka dengan ini BAZNAS Kabupaten Semarang sebagai lembaga
amal dari ummat untuk ummat akan memaksimalkan peran kontribusinya
melalui bidang programnya yakni Program BAZNAS Kabupaten
Semarang Peduli, Kabupaten Semarang Sehat, Kabupaten Semarang
Cerdas, Kabupaten Semarang Makmur, dan Kabupaten Semarang Taqwa.
C. Problematika dalam Pengelolaan Zakat Kabupaten Semarang
Suatu lembaga dalam menjalankan program-program akan ada suatu
kendala atau permasalahan dalam menjalankan programnya tersebut seperti
BAZNAS Kabupaten Semarang ini, berikut kendala atau permasalahan yang
di hadapi BAZNAS Kabupaten Semarang:
1. Bergerak menunggu laporan
Yaitu dari pihak BAZNAS Kabupaten Semarang dalam menyalurkan
dananya itu menunggu dari pengajuan proposal yang masuk ke BAZNAS
64 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,
perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.
-
52
Kabupaten Semarang, setelah masuk baru dianalisa apakah layak
mendapatkan atau tidak.
2. Besar permintaan dari pada pendapatan
Yaitu lebih besarnya pengajuan permintaan berupa proposal dan pihak
BAZNAS belum bisa memenuhinya karena keterbatasan pengumpulan
dari yang diperoleh, biasanya pengajuan itu untuk pembangunan tempat
ibadah seperti pembangunan masjid dan musolla, tetapi ada yang lebih
utama untuk di salurkan seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, dan
pendidikan.
3. Pendampingan
Yaitu dalam program Semarang makmur untuk para Mustahik disabilitas
didorong untuk berwiraswasta, disini dari pihak BAZNAS bila harus
selalu melakukan pendampingan ekstra itu dirasa sangat merepotkan.
4. Pengentasan kemiskinan
Yaitu menumbukan jiwa seseorang agar mempunyai jiwa wirausaha atau
Entrepreneur itu sangatlah sulit. Dalam hal ini dalam pendistribusian
zakat ialah zakat produktif, dengan memberikan modal usaha kepada
Mustahik kedepanya dia akan terlepas dari kemiskinan.65
5. Wawasan tentang zakat
65 Hasil Wawancara dengan Bpk. Choirur Rozak selaku pengurus staff keuangan,
perencanaan BAZNAS Kab. Semarang pada 16 September 2020.
-
53
Yaitu kesadaran masyaratkan dalam membayar zakat masih kurang dan
pengertian masyarakat mengenai zakat itu hanyalah zakat fitrah,
sedangkan untuk zakat mal masih belum begitu familiar.
D. Upaya BAZNAS Kabupaten Semarang dalam Meningkatkan Penerimaan
Zakat
1. Sosialisasi, Dengan melalui cara sosialisasi menggunakan saluran yang
tepat BAZNAS Kabupaten Semarang, dalam menciptakan kesadaran umat
Islam dalam berzakat. Bagaimana makna zakat disampaikan melalui
saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada umat Islam, sehingga
sosilisasi zakat dapat mempengaruhi sikap dalam melakukan keputusan
berzakat di kalangan umat Islam, kesadaran individu umat Islam dan
pemahaman tertentu tentang bagaimana zakat dibayarkan, serta hikmah
membayar zakat.
2. Aksi nyata, yang dimaksut aksi nyata ialah kepercayaan, dalam zakat
modal utama itu kepercayaan disini BAZNAS selalu mengedepankan
pelayanan kepada para Mustahik sehingga aksi tersebut di masyarakat
kelihatan baik, dari itu berusaha menarik empati dari masyarakat untuk
menumbuhkan kesadaranya dalam membayar zakat.
3. Pembayaran melalui QR code, kemudahan untuk para Muzzaki yang ingin
membayar zakat ataupun infak sedekah sekarang bisa kapan dan dimana
saja dalam membayar, QR code sendiri merupakan pembayaran dengan
melakukan scanning QR code pada aplikasi handphone. Cara kerjanya
BAZNAS nantinya menitipkan gambar QR code di tempat-tempat khusus
-
54
yang sudah berkerjasama, seperti di restoran, pusat perbelanjaan, stasiusn
kereta api, terminal, dan pusat keramaian lainya. Kemudian QR code yang
dipasang tersebut berbeda-beda jenisnya, misalnya ada donasi untuk
pendidikan, zakat fitrah, bencana alam, dll. Tentu masing-masing program
tersebut berbeda-beda nominalnya.
E. Penghimpunan Dana Zakat Setiap Tahun
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN SEMARANG
LAPORAN ARUS KAS
Per 31 Desember 2017 dan 2018
31 Desember 2017 31 Desember 2018
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan dana Zakat 1.054.228.413,00 1.312.495.263,00
Penyaluran Zakat Kab. Semarang Makmur 146.500.000,00 219.000.000,00
Penyaluaran Zakat Kab. Semarang Taqwa 169.245.000,00 298.700.000,00
Penyaluran Zakat Kab. Semarang Sehat 195.244.847,00 384.030.000,00
Penyaluran Zakat kab. Semarang Cerdas 174.433.000,00 218.245.000,00
Penyaluran Zakat Kab. Semarang Peduli 153.096.975,00 344.600.000,00
Penyaluran Zakat Hak Amil 131.778.552,00 164.061.908,50
Penerimaan Dana Infaq 1.981.086.718,00 1.988.984.367,00
-
55
Penyaluran Infaq Kab. Semarang Makmur 457.940.000,00 326.100.000,00
Penyaluran Infaq Kab Semarang Taqwa 331.580.000,00 335.000.000,00
Penyaluran Infaq Kab. Semarang Sehat 428.648.798,00 309.166.923,10
Penyaluran Infaq Kab. Semarang Cerdas 393.730.000,00 272.000.000,00
Penyaluran Infaq Kab. Semarang Peduli 373.955.000,00 342.000.000,00
Penyaluran Infaq Hak Amil 247.635.841,00 397.769.873,40
Penerimaan Dana Non Halal 49.454.473,00 54.557.543,00
Penerimaan Dana Non Syariah 59.156.691,00 51.062.553,00
Penerimaan Dana Hibah APBD 200.000.000,00 200.000.000,00
Belanja Pegawai 191.140.800,00 175.500.000,00
Belanja Alat Tulis Kantor 8.859.200,00 24.500.000,00
Arus Kas Bersih yang berasal dari
Aktivitas Operasi 232.175.090,00 305.716.080,00
Kenaikan Kas dan Setara Kas 232.175.090,00 305.726.080,00
Kas dan Setara Kas pada awal periode 1.041.954.541,00 809.799.451,00
Kas dan Setara kas pada akhir periode 809.779.451,00 504.053.371,00
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL KABUPATEN SEMARANG
-
56
LAPORAN PERUBAHAN DANA
Periode tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2019
Dengan angka perbandingan untuk tahun 2018
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
Keterangan Cat
ata
n
31 Desmber 2019 31 Desember
2018
Penerimaan
-Penerimaan Zakat dan Maal
Penyaluran
-Penyaluran dana zakat untuk Amil
-Penyaluran dana zakat kab.
semarang Makmur
-Penyaluran dana zkat kab.
Semarang Taqwa
-Penyaluran dana zakat Kab.
Semarang Sehat
10
15
1.437.814.071,13
1.312.495.268,00
1.437.814.071,13
179.726.469,63
203.800.000,00
261.200.000,00
322.000.000,00
1.312.495.268,00
164.061.908,50
219.000.000,00
298.700.000,00
384.030.000,00
-
57
-Penyaluran dana zakat kab.
Semarang Cerdas
-Penyaluran dana zakat Kab.