produksi pengolahan hasil nabati kelas xi · iii prakata buku produksi pengolahan hasil nabati ini...
TRANSCRIPT
PRODUKSI PENGOLAHAN HASIL NABATI
KELAS XI
i
DAFTAR ISI
BAB 1 Produksi Olahan Hasil Buah-Buahan ………………………….. 1
A. Pengendalian Mutu Bahan Baku Pengolahan
Nabati
………………………….. 2
B. Pengetahuan Bahan (Komoditas Buah-buahan) ………………………….. 5
C. Peralatan Pengolahan Buah-buahan ………………………….. 12
D. Penerapan Pengecilan Ukuran Buah-Buahan ………………………….. 13
E. Pengolahan Hasil Buah-buahan ………………………….. 16
Penugasan ………………………….. 50
Rangkuman ………………………….. 59
Uji Kompetensi ………………………….. 59
Bab II Produksi Olahan Hasil Sayuran ………………………….. 66
A. Pengetahuan Bahan (Komoditas sayuran) ………………………….. 68
B. Peralatan Pengolahan Sayuran ………………………….. 78
C. Penerapan Proses Fermentasi Sayuran ………………………….. 81
D. Pengolahan Hasil Sayuran ………………………….. 85
Penugasan ………………………….. 98
Rangkuman ………………………….. 101
Uji Kompetensi ………………………….. 101
Bab III Produksi Olahan Hasil Umbi-Umbian …………………………..
A. Pengetahuan bahan (Komoditas Umbi-umbian) ………………………….. 110
Jenis dan Karakteristik Umbi-umbian ………………………….. 110
B. Penerapan Pengecilan Ukuran Umbi-Umbian ………………………….. 122
C. Dasar Proses Pengolahan Umbi-umbian ………………………….. 127
D. Pengolahan Hasil Umbi-Umbian ………………………….. 131
Penugasan ………………………….. 141
Rangkuman ………………………….. 145
Uji Kompetensi ………………………….. 145
BAB IV Produksi Olahan Hasil Serealia ………………………….. 154
A. Pengetahuan Bahan (Komoditas Serealia) ………………………….. 155
B. Peralatan Pengolahan Serealia ………………………….. 162
C. Penerapan Pengecilan Ukuran Serealia ………………………….. 166
D. Dasar proses Pengolahan Seralia ………………………….. 168
E. Pengolahan Hasil Serealia ………………………….. 173
Melakukan Proses Produksi Roti ………………………….. 173
Penugasan ………………………….. 200
Rangkuman ………………………….. 204
Uji Kompetensi ………………………….. 205
ii
Glosarium …………………………..
Daftar Pustaka …………………………..
iii
PRAKATA
Buku Produksi Pengolahan Hasil Nabati ini diperuntukkan bagi siswa SMK Kelas XI dengan
Kompetensi Keahlian Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian. Buku ini membahas produksi olahan hasil
buah-buahan, sayuran, umbi-umbian dan serealia. Cakupan materi produksi olahan hasil pertanian
mulai dari pengetahuan bahan, dasar proses pengolahan, pengendalian proses produksi dan mutu
produk, pengemasan serta menghitung biaya produksi. Beberapa gambar dalam buku disajikan untuk
menunjang pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Untuk memahami dengan baik buku ini,
kompetensi sebelumnya yang harus dikuasai siswa yaitu pelajaran tentang dasar penanganan bahan
hasil pertanian, dasar proses pengolahan hasil pertanian dan dasar pengendalian mutu hasil
pertanian.
Beberapa bagian mengangkat materi terkait Skema Sertifikasi KKNI Level II bagi siswa
Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian. Penyelarasan ini sangat penting dilakukan agar materi dan unit
kompetensi yang diajarkan selaras, sehingga memudahkan siswa dalam mengikuti asesmen dengan
baik dan kompeten.
Buku Produksi Pengolahan Hasil Nabati memiliki tujuan akhir yaitu, internalisasi nilai-nilai
religius yang berupa perwujudan rasa syukur terhadap hasil ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa berupa
produk hasil pertanian yang harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran manusia.
Sikap atau perilaku ilmiah yang mampu menghargai pendapat dan gagasan orang lain dengan terbuka
dan visioner. Secara khusus mampu menguasai prinsip-prinsip dasar pengolahan hasil pertanian
nabati, yang meliputi komoditas buah-buahan, komoditas sayuran, komoditas umbi-umbian dan
komoditas serealia serta mampu memproduksi olahan hasil pertanian, sehingga mampu membekali
siswa dengan kualifikasi keahlian standar yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan kompeten.
Penguasaan materi Produksi Pengolahan Hasil Nabati akan efektif jika terdapat hubungan
yang kondusif antara guru dengan siswa. Guru berperan mendampingi siswa dalam memahami
konsep dengan benar, mendampingi praktek dengan profesional serta mampu mengadakan evaluasi
yang bermuara pada penilaian dan hasil akhir sebagai siswa yang kompeten.
Tiada keabadian di permukaan bumi ini. Terlepas dari segala keterbatasan yang ada, penulis
menyadari bahwa buku ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu saran maupun
kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku ini.
Semoga buku ini dapat membantu dan bermanfaat bagi yang mempelajari dan menelaahnya. Terima
kasih untuk seluruh pihak yang mendukung dalam penyusunan buku ini.
Malang, Januari 2020
Penulis
1
BAB I
PRODUKSI OLAHAN HASIL BUAH-BUAHAN
Kompetensi Dasar
3.1 Menerapkan pengendalian mutu bahan baku pengolahan nabati
4.1 Mengendalikan mutu bahan baku pengolahan nabati
3.2 Mengidentifikasi buah segar untuk satuan produksi
4.2 Menunjukkan buah segar untuk satuan produksi
3.3 Menganalisis kebutuhan alat serta cara penggunaannya
4.3 Menentukan kebutuhan alat serta cara penggunaannya
3.4 Menerapkan proses pengecilan ukuran buah
4.4 Melakukan pengecilan ukuran buah
3.5 Menerapkan pengolahan hasil buah-buahan
4.5 Memproduksi olahan hasil buah-buahan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat :
1. Menerapkan prinsip pengendalian mutu bahan baku pengolahan nabati
2. Melakukan pengendalian mutu bahan baku pengolahan nabati
3. Mengidentifikasi karakteristik buah-buahan untuk satuan produksi
4. Menunjukkan buah segar untuk satuan produksi
5. Menentukan peralatan pengolahan buah-buahan dan cara penggunaannya
6. Mengoperasikan peralatan pengolahan buah-buahan
7. Menerapkan prinsip pengecilan ukuran buah-buahan
8. Melakukan pengecilan ukuran buah-buahan
9. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi olahan hasil buah-buahan
10. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi olahan hasil buah-buahan
11. Mengendalikan proses produksi dan menilai mutu olahan hasil buah-buahan
12. Mengemas hasil produksi sesuai spesifikasi yang ditentukan
13. Menghitung biaya produksi olahan hasil buah-buahan
2
Yang terbayang saat menyebut buah-buahan adalah kesegaran. Selain kesegaran
mengkonsumsi buah setiap hari membantu menjaga kebugaran tubuh, karena kebutuhan
tubuh akan vitamin, mineral, dan serat akan terpenuhi. Pemanfaatan buah-buahan dapat
dikonsumsi langsung maupun digunakan sebagai bahan baku produksi olahan buah-buahan.
Sebagian besar komoditas buah-buahan bersifat musiman, dan melimpah pada saat panen raya.
Salah satu contohnya adalah buah nanas, yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Buah Nanas
Sumber : (Han, 2019)
Tahukah anda, bahwa komoditas buah-buahan cepat mengalami kerusakan? Coba
anda perhatikan petani panen buah stroberi , ketika buah yang dipanen terkena alat panen atau
buah mengalami penumpukan berlebih, apa yang terjadi? Mengapa komoditas buah-buahan
mudah mengalami pembusukan?
Untuk mengetahui lebih dalam tentang komoditas buah-buahan pada bab ini memuat
materi pengendalian mutu bahan baku pengolahan nabati, pengetahuan bahan (komoditas
buah-buahan), peralatan pengolahan buah-buahan, penerapan pengecilan ukuran, produksi
olahan buah-buahan, pengemasan, dan penghitungan biaya produksi.
A. Pengendalian Mutu Bahan Baku Pengolahan Nabati
1. Penerapan Prinsip Pengawasan Mutu
Pada saat anda ke pasar, toko buah, atau supermarket untuk keperluan belanja
buah-buahan sebelum memutuskan membeli ada tahap memilih terlebih dahulu.
Misalnya kegiatan memilih buah mangga yang baik dan cacat merupakan bentuk
dari teknik pengendalian mutu. Kemudian memisahkan buah yang matang (ripe)
dan tua (mature). Mengapa proses memilih dan memisahkan buah tersebut
dilakukan? Karena buah mangga yang matang masa simpannya pendek sedangkan
buah yang tua dapat disimpan lebih lama. Berbeda dengan buah stroberi memilih
yang berwarna merah merata seluruh permukaan kulit menandakan buah tersebut
matang optimal tidak memilih buah stroberi yang warna kulit sebagian merah dan
sebagian berwarna kuning, karena buah stroberi termasuk buah non klimaterik.
Mutu eksternal buah stroberi terlihat dari sifat warna merah, ukuran besar, segar,
3
dan bebas kerusakan yang disukai konsumen dan menandakan buah sudah matang
optimal, ditunjukkan pada gambar berikut.
Karakteristik Fisik Buah Stroberi (warna, ukuran, bentuk )
Sumber: ( Hale, 2019)
Alasan dari kegiatan memilih dan memisahkan buah tersebut adalah mutu.
Mutu suatu bahan hasil pertanian merupakan gabungan sifat-sifat khas yang terdapat
di dalam bahan dan dapat membedakan setiap satuan bahan serta mempunyai
pengaruh nyata dalam penentuan derajat penerimaan konsumen terhadap bahan
tersebut. Mutu menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan,
mutu adalah nilai pangan yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan,
kandungan gizi, dan standar perdagangan terhadap bahan makanan serta minuman.
Klasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan menjadi dua kelompok,
yaitu (1) karakteristik fisik atau karakteristik tampak, meliputi
penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik, kinetika yaitu tekstur,
kekentalan dan konsistensi, flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip, dan (2)
karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis. Mutu bahan
pangan dapat dikatakan baik hanya karena karakter ukuran, jenis, atau
kesegarannya.
Mutu dari bahan pangan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,baik
internal maupun ekternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bahan
pangan itu sendiri, yaitu jenis kelamin, ukuran, spesies, perkawinan, dan cacat. Faktor
eksternal berasal dari lingkungannya, seperti jarak yang harus di tempuh hingga ke
tempat konsumen, makanan yang dikonsumsi, lokasi budidaya, keberadaan
organisme parasit, kandungan senyawa beracun, atau kandungan polutan.
Karakteristik sensorik merupakan penilaian mutu dari suatu produk hasil pertanian
yang merupakan refleksi dari mutu tersembunyi. Konsumen akan lebih dahulu
menilai mutu sensorik dalam memanfaatkan produk hasil pertanian.
Karakteristik mutu sensorik terdiri atas ukuran, bentuk, warna, kesegaran,
dan bebas dari kerusakan. Faktor mutu produk dapat bersifat sensoris dan
tersembunyi. Sifat sensoris adalah sifat yang dapat dinilai dengan indera. Penilaian
dengan indera penglihatan: bentuk, ukuran, warna, kilap. Indera peraba: tekstur.
4
Indera pembau: bau, aroma dan indera perasa. Sifat yang tersembunyi merupakan
sifat-sifat yang penilaiannya dilakukan menggunakan peralatan serta bahan tertentu,
misalnya komposisi kimia, nilai gizi dan toksisitas. Faktor lain yang juga dinilai oleh
konsumen adalah berkaitan dengan batas kadaluarsa, kebersihan (estetika), agama
atau kepercayaan atau kehalalan, dan etika. Karakteristik mutu yang bersifat
tersembunyi adalah kondisi yang terdapat didalam produk hasil pertanian.
Karakteristik tersembunyi dinilai dengan menggunakan instrument atau peralatan
serta menggunakan bahan-bahan tertentu. Karakteristik mutu yang bersifat
tersembunyi terdiri atas banyaknya bagian yang dapat dikonsumsi, meliputi nilai
gizi, keamanan pangan, umur simpan, cita rasa, rendemen, tingkat kerusakan.
2. Pengendalian Mutu Bahan Baku Pengolahan Nabati
Penerapan prinsip pengendalian mutu sangat penting dipelajari karena mutu produk
hasil pertanian akan mengalami penyimpangan atau perubahan ke arah penurunan
mutu. Untuk mempertahankan mutu produk, harus dilakukan pengendalian mutu
yang merupakan suatu sistem kegiatan dilakukan untuk mempertahankan agar
produk tetap memenuhi kriteria standar mutu yang dipersyaratkan atau produk hasil
pertanian dan olahannya berada pada kondisi tertentu dalam batas toleransi yang
masih dapat diterima oleh konsumen.
Pembusukan atau kerusakan produk hasil pertanian dimulai segera sesudah
pemanenan ataupun pengolahan. Kerusakan terjadi akibat adanya perubahan
karakteristik fisik dan fisiologis yang tidak diinginkan atau menyimpang dari
karakteristik normal. Faktor-faktor penyebab penurunan mutu saling berhubungan
satu sama lain. Terjadinya suatu kerusakan dapat menyebabkan kerusakan yang lain
pada produk hasil pertanian. Contoh kerusakan buah stroberi yang ditunjukkan
gambar berikut.
Penurunan Mutu Buah Stroberi
Sumber : (Stevens, 2017)
Kerusakan pangan sehingga mutu menjadi menurun disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut :
5
a. pertumbuhan mikroba yang menggunakan pangan sebagai substrat untuk
memproduksi toksin didalam pangan,
b. katabolisme dan pelayuan yang dikenal proses pemecahan dan pematangan
yang dikatalis oleh enzim
c. reaksi kimia natar komponen pangan dan bahan lainnya dalam lingkungan
penyimpanan
d. kerusakan fisik oleh factor lingkungan
e. kontaminasi serangga, parasit, dan tikus
Perkembangan teknologi dapat mencegah terjadinya penurunan mutu pangan,
dapat dilakukan dengan penanganan dan pengolahan hasil pertanian. Berbagai jenis
pangan yang mudah rusak dapat dipertahankan umur simpannya dengan mengubah
bentuk menjadi berbagai jenis produk pangan baru yang dapat dipasarkan oleh
industri. Secara garis besar pengolahan dan pengawetan pangan dapat dibagi
menjadi tiga yaitu,
a. pengawetan secara fisik
b. pengawetan secara kimia
c. pengawetan secara mikrobiologi
Pengawetan secara fisik antara lain cara pengeringan, suhu rendah, suhu tinggi,
dan cara modern taitu cara iradiasi. Pengawetan secara kimia dengan menggunakan
bahan tambahan makanan yang dikenal food additive, pengasaman, penggaraman,
penggulaan, dan pengasapan. Pengawetan secara mikrobiologi yaitu menggunakan
mikroorganisme untuk menguraikan medium menjadi suatu produk yang diinginkan
yang dikenal dengan cara fermentasi. Tujuan pengolahan dan pengawetan pangan
secara komersial sebagai berikut:
a. mengolah, mengawetkan dan mempertahankan mutu pangan
b. mengisi kekurangan pangan diluar musim produksi
c. menjamin agar kelebihan produksi lokal atau kelebihan musiman tidak
terbuang sia-sia
d. memudahkan penanganan selanjutnya antara lain pengemasan,
penyimpanan, pendistribusian, dan sebagainya.
Kegiatan : Diskusi
1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa
2. Diskusikan mengenai pentingnya mutu produk hasil pertanian dan
hubungannya dengan pengolahan hasil pertanian.
3. Catat hasil diskusi kemudian presentasikan di depan kelas
A. Pengetahuan Bahan (Komoditas Buah-buahan)
1. Karakteristik Buah-buahan
6
Buah merupakan bahan pangan sumber vitamin, kaya kandungan gizi, secara
umum memiliki kandungan air tinggi dan memiliki daya simpan pendek. Komoditas
buah-buahan sebagian besar termasuk kelompok perishable , mudah mengalami
kerusakan oleh pengaruh mekanik, kimia dan mikrobiologi. Buah mempunyai daya
simpan beberapa hari saja, setelah itu buah akan mengalami perubahan baik secara
fisik maupun kimia. Tekstur buah akan melunak dan dan akhirnya membusuk.
Buah-buahan dapat dikelompokkan kedalam 2 jenis yaitu buah klimakterik
dan nonklimaterik. Klimaterik dapat diartikan sebagai keadaan buah yang stimulasi
menuju kematangannya terjadi secara ”auto” (auto stimulation). Proses tersebut juga
disertai dengan adanya peningkatan proses respirasi. Klimaterik juga merupakan
suatu periode mendadak yang unik bagi buah-buahan tertentu. Selama proses ini
terjadi serangkaian perubahan biologis yang diawali dengan pembentukan etilen,
yaitu suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang pada suhu ruang berbentuk gas.
Buah klimakterik ditandai dengan peningkatan CO2 secara mendadak, yang
dihasilkan selama pematangan. Buah klimaterik merupakan semua jenis buah-
buahan yang terus mengalami perubahan fisiologi, terutama dalam proses
pemasakan (pematangan), meskipun buah telah dipetik. Contoh buah klimaterik
yaitu pisang, mangga, pepaya, alpukat, sawo, apel, cempedak, kesemek, melon,
aprikot, durian, jambu biji, buah kiwi, plum, pir, markisa, dan sebagainya. Beberapa
contoh buah klimakterik ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Buah Apel
Sumber : (Srinivas, 2017)
Buah Kesemek
Sumber : (Wang, 2019)
7
Buah Kiwi
Sumber : (Cervera, 2019)
Buah Plum
Sumber : (Kikot, 2019)
Buah non klimaterik adalah jenis buah yang tidak mengalami proses
fisiologis meski telah dipetik dari pohon dan tidak menunjukkan adanya kenaikan
laju respirasi. Contoh buah-buahan yang tergolong ke dalam kelompok buah
nonklimaterik ialah semangka, jeruk, nanas, anggur, rambutan, leci, ceri, manggis,
delima, raspberi, stroberi, tamarillo, semangka, duku, belimbing, buah naga, salak dan
sebagainya. Beberapa contoh buah non klimakterik ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
Buah Anggur
Sumber : (Argenta, 2018)
8
Buah Ceri Sumber : (Thomas, 2018)
Buah Manggis
Sumber : (Taboty, 2015)
Buah Raspberi
Sumber : (Guevara, 2019)
Fisiologi buah-buahan sangat penting diketahui untuk tujuan penanganan
dan pengolahan. Fisiologi buah-buahan berkaitan dengan aspek-aspek: proses
pertumbuhan dan respirasi seperti pematangan, kelayuan (senescene), klimaterik,
dan peran etilen pada proses pematangan buah. Proses perubahan fisiologi ditandai
dengan perubahan struktur daging buah, warna kulit buah, aroma dan cita rasa,
meningkatnya kandungan gula, serta menurunnya kandungan pati.
Komposisi Buah-Buahan
Setiap jenis buah mempunyai komposisi kimia yang berbeda-beda. Komposisi
buah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim
tempat tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan waktu
9
dipanen, kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan. Pada umumnya
buah-buahan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
a. kadar air yang tinggi yaitu 65 – 90%
b. memiliki kadar lemak dan protein yang rendah, kecuali alpukat (kadar lemak ±
4%).
c. Karena kadar air yang tinggi, maka buah dikelompokkan hasil pertanian yang
mudah rusak.
Kandungan kimia buah, meliputi:
a. Karbohidrat
1) Pati
Buah-buahan mengandung pati sebagai hasil fotosintesa. Pada buah yang
masih muda banyak mengandung pati, seperti apel, pisang dan mangga.
Kandungan pati beberapa jenis buah-buahan akan terus bertambah selama
pendewasaan sel, sedang beberapa jenis buah-buahan yang lain kandungan
pati mula-mula meningkat kemudian menurun lagi. Kandungan pati akan
optimal pada fase tua optmal (mature).
2) Gula
Kandungan gula buah dapat meningkat selama proses pendewasaan sel
(misalnya mangga, pepaya, pisang), namun ada juga yang pada saat
pendewasaan sel kenaikan kandungan gulanya sangat sedikit atau tidak
ada sama sekali (misalnya tomat). Namun ada juga yang kandungan
gulanya mula-mula tinggi kemudian mengalami penurunan selama
pendewasaan sel (misalnya jeruk).
3) Pektin
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektin yang mudah
dihidrolisa. Kandungan pektin dalam buah berpengaruh terhadap tingkat
kekerasan (tekstur) buah. Selama proses pematangan, zat pektin akan
terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut air sehingga jumlah
kandungan pektin akan menurun dan komponen yang larut air akan
meningkat jumlahnya. Hal ini yang mengakibatkan buah menjadi lunak.
b. Vitamin dan Mineral
Buah-buahan merupakan salah satu makanan sumber vitamin C,
provitamin A (karoten), dan B1 serta beberapa jenis mineral seperti kalsium
dan besi. Buah-buahan juga sebagai sumber antioksidan yang berfungsi untuk
melawan radikal bebas yang terdapat pada tubuh, misalnya Anthosianin,
flavonoid,likopen, dll.
c. Pigmen
Pigmen pada buah, yaitu: (1) Khlorofil, terdapat pada buah-buahan yang
masih muda, jumlah khlorofil relatif lebih banyak dibandingkan dengan
10
karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya. Selama proses pematangan buah,
khlorofil akan terdegradasi sehingga menimbulkan warna dari pigmen-pigmen
lain menjadi, kuning, orange, atau merah. (2) Karotenoid, terdapat pada buah
misalnya likopen yang memberikan warna merah pada buah tomat, jambu biji,
semangka, dan pepaya. Karoten yang terdapat pada jagung dan peach
memberikan warna orange. Dan xantofil yang memberikan warna kuning-
orange pada jagung, peach dan squash. (3) Flavonoid, terbagi menjadi: (a)
Antosianin. Memiliki warna ungu, biru, dan merah. Faktor penentu warna
tersebut adalah konsentrasi pigmen, pH, dan pigmen yang lain. Jika kadar
antosianin tinggi, maka akan terbentuk warna ungu kehitam-hitaman. Jika
kadar antosianin rendah maka akan terbentuk warna ungu. Kadar pH tinggi
akan menimbulkan warna putih. Dan bila kadar pH netral, maka akan
terbentuk warna biru. Sedangkan kadar pH rendah, akan terbentuk warna
merah. (b) Antoxantin, warna yang terbentuk dari antoxantin adalah kuning
dan putih. Biasanya terdapat pada bawang dan kentang. Jika pH>=8 maka akan
terbentuk warna kuning. Jika pH<6, maka akan terbentuk warna putih atau
tidak berwarna. (3) Tanin.
Pigmen tidak berwarna dan terdiri atas kathekin dan leukoantosianin. Tanin
banyak terdapat pada buah seperti apel, salak, dan pisang.
d. Asam Organik
Buah-buahan yang masih muda umumnya banyak megandung asam-asam
organik. Konsentrasi asam akan menurun selama proses pematangan buah.
e. Kandungan Lain
Kandungan lain dalam buah, diantaranya yaitu selulosa, heksosan pentosan,
gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat pembentuk aroma seperti ester,
alkohol, karbonil, eter, hidrokarbon dan senyawa aromatik lain.
2. Penanganan Lepas Panen
a. Penanganan
Buah-buahan memerlukan penanganan yang baik untuk tujuan penyimpanan,
transportasi, dan pemasaran. Langkah yang harus dilakukan meliputi pemilihan
(sorting), pemisahan berdasarkan ukuran (sizing), pemilihan berdasarkan mutu
(grading) dan pengepakan. Beberapa jenis produk buah-buahan kadang-kadang
memerlukan penaganan tambahan seperti pre cooling, pencucian, degreening,
dan pelilinan (waxing).
1). Precooling
Bertujuan untuk menghilangkan panas lapang, memperlambar respirasi,
mengurangi jumlah air yang hilang, dan memudahkan pemindahan ke dalam
ruang penyimpanan dingin atau system transportasi dingin.
2). Pencucian
11
Bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang menenpel, residu
fungisida atau insektisida.
3). Degreening
Merupakan proses untuk dekomposisi pigmen hijau pada buah-buahan. Cara
ini dilakukan dengan menggunakan etilen atau bahan lain yang dapat
mengaktifkan metabolisme, agar buah mempunyai warna yang khas yang
disukai konsumen.
4). Pelilinan
Buah-buahan mempunyai lilin alami pada permukaan kulit yang dapat
dihilangkan dengan pencucian. Pemakaian lilin buatan pada buah-buahan
adalah untuk meningkatkan kilai sehingga penampakannya menjadi lebih
baik.
b. Penyimpanan dingin
Penanganan dengan cara ini diperlukan untuk buah-buahan yang mudah rusak.
Cara ini dapat mengurangi laju respirasi dan kegiatan metabolik lainnya,
mengurangi kehilangan air dan pelayuan, proses pertumbuhan yang tidak
dikehendaki, kerusakan karena aktivitas mikroba.
Banyak buah-buahan yang hanya diperoleh pada musim tertentu, tidak sepanjang
tahun, demikian juga pada saat tertentu terjadi panen raya dimana buah-buahan
melimpah sehingga banyak yang terbuang. Pengolahan buah-buahan merupakan
upaya untuk mengolah dan mengawetkan, yaitu dengan mengubah buah-buahan
menjadi produk-produk olahan yang mempunyai kenampakan, rasa, warna, dan aroma
yang khas. Produk olahan buah banyak jenisnya, setiap jenis produk olahan buah
memerlukan bahan dasar buah yang berbeda tingkat kematangannya.
Kegiatan : Diskusi
1. Buatlah kelompok diskusi yang berisikan 3-4 siswa
2. Cari informasi mengenai berbagai jenis olahan buah-buahan yang beredar di
pasaran
3. Selanjutnya, jawablah pertanyaan berikut ini.
a. Menurut anda mengapa pengolahan dan pengawetan komoditas buah-
buahan penting untuk dilakukan, jelaskan.
b. Sebutkan berbagai jenis olahan buah-buahan yang beredar dipasaran, catat
deskripsi produk serta tentukan perbedaan dan persamaan dari masing-
masing olahan tersebut.
B. Peralatan Pengolahan Buah-Buahan
Peralatan untuk Pengecilan Ukuran
Peralatan pengecilan ukuran idealnya beroperasi dengan karakteristik sebagai berikut:
1. menghasilkan ukuran produk hasil pengecilan yang sama,
12
2. kenaikan temperatur minimum selama proses pengecilan,
3. memerlukan daya minimum,
4. beroperasi tanpa kendala (trouble free operation).
Jenis dan fungsi alat pengecilan ukuran dibedakan berdasarkan tujuan pengecilan ukuran dan
bahan yang dikecilkan. Dikenal ada 3 kelompok alat pengecilan ukuran, yaitu alat pengecilan
ukuran :
1. bahan berserat tinggi (cutter, grater)
2. bahan kering (grinder)
3. bahan pembentuk cair (homogenizer)
Jenis dan fungsi alat pengecilan ukuran bahan berserat tinggi
Pada prinsipnya bekerja dengan menggunakan prinsip gaya mekanis. Gaya mekanis
tersebut meliputi gaya tumbukan( impact), gaya geser (shear), gaya tekan dan pemotongan
(cutting). Beberapa contoh alat pengecilan ukuran berdasarkan jenis dan fungsinya
diterapkan dalam industri pengolahan hasil pertanian, yaitu:
Pemotong (cutter)
Ada 2 jenis cutter yaitu pisau pemotong dan pisau pengupas. Ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
Pisau pemotong
Sumber : (Dumlao, 2019)
Pisau pengupas (peeler)
Sumber : Dhany Sevita
Peralatan penghancuran dapat dibagi ke dalam dua kelas, yaitu penggiling dan pengasah. Pada
kelas pertama, aksi utama adalah tekanan, yaitu pengasahan digabungkan digabungkan
dengan pengguntingan dan pemukulan dengan gaya tekanan.
13
C. Penerapan Pengecilan Ukuran Buah-Buahan
1. Prinsip Pengecilan Ukuran
Pada praktikum pengolahan sari buah atau sirup buah, kegiatan apa yang anda
lakukan untuk mendapatkan filtrat sari buah? Untuk memulai tahap proses
pengolahan, anda akan menyiapkan buah kemudian melakukan pengecilan ukuran.
Mengapa penting dilakukan?
Bahan mentah sering berukuran lebih besar daripada yang dibutuhkan sehingga
ukuran bahan harus diperkecil. Operasi pengecilan ukuran ini dibedakan atas dua
jenis, yaitu
a. pengecilan ukuran untuk bahan padat yang disebut penghancuran dan
pemotongan dan
b. pengecilan ukuran untuk bahan cair yang disebut emulsifikasi atau
atomisasi.
Yang dimaksud pengecilan ukuran di sini adalah suatu satuan operasi atau kegiatan
yang ditujukan untuk mengurangi ukuran rata-rata dari bahan pangan. Ada tiga jenis
kekuatan yang digunakan untuk mengurangi ukuran bahan pangan, yaitu
a. tekanan (compression forces),
b. impact forces, dan
c. shearing (attrition forces.
Pada prinsipnya pengecilan ukuran adalah:
a. meningkatkan daya larut bahan
b. meningkatkan daya guna (palatability)
c. meningkatkan cita rasa (digestibility)
d. mempermudah proses pencampuran
e. mempermudah penanganan dan penyimpanan
f. memperkecil volum dan memperlebar permukaan
g. memberi bentuk dan ukuran yang bersifat elastis, sehingga memberi
kenampakan yang lebih menarik
Dalam pengolahan pangan, pengecilan ukuran memiliki manfaat sebagai berikut:
a. meningkatkan rasio luas permukaan terhadap volume dari bahan pangan
sehingga dapat meningkatkan kecepatan pengeringan, pemanasan, atau
pendinginan,
b. memperbaiki efisiensi dan kecepatan ekstraksi dari komponen terlarut
(sebagai contoh estraksi jus dari potongan-potongan buah),
c. menyebabkan pencampuran bahan lebih sempurna, contohnya dalam sup
kering dan campuran kue.
Pengecilan ukuran diklasifikasikan sesuai dengan ukuran partikel yang dihasilkan,
yaitu sebagai berikut :
14
a. besar hingga sedang (stewing steak, keju, dan buah yang diiris untuk
pengalengan),
b. sedang hingga kecil (bacon, buncis iris dan diced wortel), dan
c. kecil hingga granular (daging giling, flaked ikan atau kacang-kacangan )
Penghancuran dan Pemotongan
Penghancuran dan pemotongan akan mengurangi ukuran bahan padat secara
mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel lebih kecil. Penggunaan proses
penghancuran yang paling luas di dalam industri pangan adalah dalam penggilingan
butir-butir gandum menjadi tepung, penggilingan jagung untuk menghasilkan
tepung jagung, penggilingan gula, dan penggilingan bahan pangan kering seperti
sayuran. Hasil proses penghancuran pada buah-buahan, contohnya peach-berry
smothie , tampak pada gambar berikut :
Peach-Berry Smoothie
Sumber : (Evans, 2018)
Pemotongan dipergunakan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan
menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut, seperti
dalam penyiapan daging olahan, pembuatan manisan buah, keripik buah, dan
sebagainya. Hasil proses pemotongan, contohnya: sliced orange fruit dan apple
chips.
Sliced Orange Fruit Sumber : (Pasqual, 2019)
15
Apple chips
Sumber : (Saponifier, 2015)
2. Pengaruh Pengecilan Ukuran Terhadap Bahan
Pangan Pengecilan ukuran merupakan proses untuk mengontrol sifat-sifat
bahan pangan untuk memperbaiki efisiensi pencampuran dan pindah panas. Tekstur
bahan pangan seperti roti, hamburger, dan jus dikontrol melalui kondisi-kondisi yang
digunakan selama pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran juga memiliki pengaruh
tidak langsung pada aroma dan flavor beberapa makanan. Hal ini disebabkan selama
proses pengecilan ukuran terjadi perusakan sel dan peningkatan luas permukaan
yang dapat memicu kerusakan oksidatif dan peningkatan reaksi mikrobiologi serta
aktivitas enzim. Oleh karena itu, pengecilan ukuran mempunyai pengaruh yang
sedikit bahkan tidak ada terhadap pengawetan. Untuk bahan pangan kering seperti
biji-bijian dan kacang-kacangan, memiliki aw yang cukup rendah sehingga dapat
disimpan beberapa bulan setelah penggilingan tanpa perubahan nilai gizi dan sifat
organoleptik yang berarti. Untuk bahan pangan yang tinggi kadar airnya dapat terjadi
kerusakan dengan cepat jika proses pengawetan seperti pendinginan, pembekuan
dan pengolahan dengan suhu tinggi tidak dilakukan.
Nilai gizi dari makanan emulsi berubah jika komponen-komponen dipisahkan,
seperti dalam pembuatan mentega. Pada makanan bayi ada pengaruh yang
menguntungkan yakni perbaikan daya cerna lemak dan protein. Nilai gizi makanan
lain ditentukan oleh formulasi yang digunakan dan tidak dipengaruhi oleh
emulsifikasi atau homogenisasi. Alat homogenisasi (homogenizer) dan zat-zat
pengemulsi berfungsi untuk menstabilkan produk makanan agar terlihat seragam
dan mencegah pemisahan, tetapi tidak mengawetkan makanan. Pada semua makanan
emulsi, perubahan degradatif seperti hidrolisis atau oksidasi pigmen, komponen
aroma dan vitamin, serta pertumbuhan mikroba diminimalisasi melalui
pengontrolan yang baik selama pengemasan dan kondidi penyimpanan.
D. Pengolahan Hasil Buah-buahan
Prinsip pengolahan buah-buahan ditentukan oleh proses dan produk yang dihasilkan.
Ada beberapa prinsip pengolahan buah-buahan, yaitu:
16
1. Pengeringan, prinsip pengeringan dilakukan pada buah yang akan dibuat sale,
seperti sale pisang, yaitu dengan mengeluarkan air yang terkandung dalam buah
dengan cara dikeringkan baik secara alami ataupun buatan.
2. Penggulaan, prinsip penggulaan diterapkan pada produk olahan buah baik
sebagai pemanis maupun pengawet. Prinsip penggulaan sebagai pemanis
diterapkan antara lain pada produk sari buah. Sedangkan prinsip penggulaan
sebagai pengawet diterapkan antara lain pada produk jam, jelly, sirup, dan dodol.
3. Penggorengan, prinsip penggorengan diterapkan pada produk keripik buah, baik
penggorengan dengan deep frying maupun vaccum frying. Teknik penggorengan
dengan deep frying contohnya diterapkan pada proses pembuatan keripik pisang,
sedangkan vaccum frying contohnya keripik nangka, nanas, salak, dan apel.
Jenis olahan buah-buahan sangat banyak sekali yang beredar di pasaran. Yang dibahas
dalam bab ini hanya 4 (empat) produk saja yaitu selai buah (jam), manisan buah, keripik
buah dan sari buah.
1. Memproduksi Manisan Buah
Manisan buah adalah buah yang direndam dalam larutan gula pekat sehingga
diperoleh buah yang manis dengan tekstur yang renyah dan awet. Ada dua jenis
manisan buah, yaitu manisan buah basah dan manisan buah kering. Buah yang
digunakan adalah buah yang masih muda atau mengkal, berdaging tebal, tidak rusak
atau busuk, dan masih segar.
Macam-macam manisan yang ada dipasaran :
a. Manisan dalam bentuk basah dengan larutan gula encer, misalnya manisan
buah salak, mangga, kedondong, lobi-lobi, kelengkeng, rambutan, jambu
biji, ceri, pepaya, dan nanas.
Manisan Basah (Buah Pepaya, Rambutan, Nanas, Salak)
Sumber : Dhany Sevita
b. Manisan buah dalam bentuk basah dengan larutan gula pekat (kental),
misalnya manisan pala, pepaya, ceremai, dan belimbing, kulit semangka,
17
Manisan Basah Larutan Gula Pekat (Buah Pepaya)
Sumber : Dhany Sevita
c. Manisan buah dalam bentuk kering bertabur gula pasir, misalnya manisan
apel, mangga, dan buah pala.
Manisan Kering Tabur Gula (Buah Apel)
Sumber : Dhany Sevita
d. Manisan buah dalam bentuk kering dan asin, misalnya manisan mangga,
jambu biji, pepaya, apricot dan belimbing.
Manisan Kering (Buah aprikot)
Sumber : (Imykola, 2020)
a. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi
Karakteristik Bahan Dasar (Buah)
Berbagai macam buah-buahan dapat digunakan sebagai bahan baku manisan,
seperti buah pala, ceremai, belimbing, papaya, salak, mangga, kedondong,
apricot, cherry dan sebagainya. Dalam pengolahan buah diusahakan supaya
tidak terjadi kerusakan gizi. Bahan yang digunakan untuk membuat manisan
sebagai bahan utama adalah buah-buahan. Bahan pendukung seperti gula pasir,
asam sitrat, garam, kapur atau CaCl2 dan essence.
18
Karakteristik buah yang perlu diperhatikan dalam pembuatan manisan buah
adalah:
1) Tingkat ketuaan buah
Mutu buah-buahan sangat dipengaruhi oleh :
a) tingkat ketuaan pada saat buah dipanen, mutu yang baik akan diperoleh
apabila pemanenan pada tingkat ketuaan yang tepat.
b) daya simpan
c) kandungan kimia atau zat gizi
Tingkat ketuaan buah dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : buah muda, buah tua,
dan buah yang masak di pohon. Kriteria mutu buah-buahan yang akan diolah
menjadi manisan adalah :
a) buah yang masih mengkal, yaitu buah belum matang (masak) karena
buah yang belum matang (masak optimal) kandungan patinya masih
tinggi serta kandungan gulanya rendah.
b) buah yang digunakan harus buah yang segar, baik, sehat dan tidak busuk.
Buah tidak harus yang tua dan bermutu prima, meskipun bentuk
buahnya kurang bagus tetapi daging buahnya tebal dan masih dapat
dimanfaatkan.
Buah yang akan diolah menjadi manisan dapat ditentukan oleh tingkat
kerenyahan (tekstur daging buah), dimana tingkat kerenyahan buah sangat
menentukan mutu manisan buah.
Sebagai contoh untuk buah pepaya, jika akan diolah menjadi manisan
biasanya digunakan buah pepaya yang sudah masak namun belum matang
(mengkal), sehingga teksturnya masih keras tetapi daging buahnya sudah
berwarna merah. Hal ini disebabkan bila buah telah masak akan
mengakibatkan kualitas manisan buah kurang disenangi karena tekstur buah
menjadi lembek, warna buah kelihatan tidak segar (kusam/coklat), kesulitan
dalam proses pengeringan, dan jika diolah menjadi manisan basah larutan
gula menjadi keruh.
2) Warna Buah
Buah bila mendapat perlakuan secara fisik akan mengakibatkan adanya
perubahan warna, misalnya buah-buahan jika dikupas warna daging buah
akan berubah menjadi coklat. Perubahan ini terjadi karena adanya reaksi
browning (pencoklatan) yang disebabkan adanya reaksi pencoklatan
enzimatis, dan secara umum warna coklat pada manisan buah sangat tidak
disukai. Reaksi pencoklatan enzimatis tersebut sering terjadi pada buah-
buahan seperti salak, pisang, pala, apel dan buah lainnya yang banyak
mengandung senyawa fenolik.
19
Beberapa senyawa fenolik yang terdapat dalam buah di antaranya asam
klorogenat, leukoantosianin dan lain-lain. Sedangkan enzim yang terdapat
dalam buah dan dapat menyebabkan pencoklatan di antaranya enzim
fenoloksidase, polifenoloksidase, fenolase atau polifenolase. Untuk mencegah
terjadinya reaksi browning (pencoklatan) pada buah dapat dilakukan dengan
cara:
a) Blanching, yaitu dilakukan pemanasan dengan cara direbus atau
dikukus pada suhu 80°C selama 3-5 menit, dengan tujuan untuk
menonaktifkan enzim yang dapat menyebabkan perubahan warna
coklat. Dengan dilakukan blanching atau pemanasan pendahuluan
warna produk olahan menjadi bagus.
b) Perendaman buah dalam larutan garam 1%, sehingga buah tidak kontak
langsung dengan udara.
c) Sulfitasi yaitu penambahan sulfit dalam bentuk garam, seperti natrium
sulfit, natrium bisulfit, kalium sulfit atau natrium metabisulfit. Proses
sulfitasi berfungsi untuk mempertahankan warna asli buah yang akan
diolah menjadi manisan dan dapat berfungsi juga sebagai pengawet.
b. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi
Peralatan yang digunakan untuk membuat produk manisan sebagai berikut.
Tabel 1. Jenis dan fungsi peralatan
No Jenis Fungsi
1
mengupas/memotong/mengiris buah.
Penggunakan pisau stainless steel agar tidak
ada reaksi yang tidak diinginkan antara buah
dan pisau.
2
untuk alas memotong atau mengiris buah.
3
untuk menampung buah atau merendam buah.
20
Manisan buah adalah jenis makanan ringan yang terbuat dari buah yang
diawetkan terutama dengan menggunakan gula sebagai bahan pendukungnya.
Selain bahan utama yaitu buah yang digunakan untuk membuat manisan, juga
alat-alat yang digunakan merupakan faktor yang penting dan harus diperhatikan.
Karena bahan yang digunakan bersifat asam, maka wadah yang digunakan
harus dari bahan plastik atau wadah yang tahan karat (stainless steel).
c. Mengendalikan Proses dan Menilai Mutu Manisan Buah
Perlakuan pendahuluan atau proses awal pembuatan manisan pada
prinsipnya sama untuk semua jenis aneka manisan, namun bentuk akhir yang
diharapkan serta penambahan bahan yang berbeda membuat tahapan proses
sedikit berbeda.
Tahapan awal proses pembuatan manisan buah adalah buah dibersihkan
dengan cara dicuci atau dikupas bila perlu, diiris sesuai keperluan, selanjutnya
direndam dengan larutan gula pekat sampai diperoleh manisan sesuai dengan
yang dikehendaki. Hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan saat proses
dilakukan, jangan sampai terkontaminasi dengan bahan lain sehingga manisan
akan menjadi bergelembung, berbusa bahkan menjadi asam.
4
untuk menimbang bahan baik bahan dasar
maupun bahan pendukung.
5
untuk mengukur cairan yang digunakan.
6
untuk merendam buah dalam larutan gula.
7
untuk memanaskan air dan membuat larutan
gula.
8
sebagai alat pemanas.
21
1) Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan pendahuluan pada proses pembuatan manisan buah perlu
dilakukan sebelum buah-buahan diproses selanjutnya, yaitu dilakukan:
a) Sortasi, yaitu buah dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan,
misalnya buah mangga dipilih yang masih mengkal atau masih muda
(ranum), buah tidak busuk dan memiliki daging yang tebal.
b) Pengupasan kulit buah dan penghilangan bagian-bagian yang tidak
digunakan (biji).
c) Pencucian, bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel
dan mengurangi getah. Pencucian sebaiknya dilakukan pada air yang
mengalir.
2) Pengecilan ukuran
Yang dimaksud pengecilan ukuran di sini adalah suatu satuan operasi atau
kegiatan yang ditujukan untuk mengurangi ukuran rata-rata dari bahan
pangan. Dalam pengolahan pangan, pengecilan ukuran pada umumnya
memiliki manfaat sebagai berikut:
a) Meningkatkan rasio luas permukaan terhadap volume dari bahan
pangan sehingga dapat meningkatkan kecepatan pengeringan,
pemanasan, atau pendinginan.
b) Memperbaiki efisiensi dan kecepatan ekstraksi dari komponen
terlarut (sebagai contoh estraksi jus dari potongan-potongan buah).
c) Menyebabkan pencampuran bahanbahan lebih sempurna, contohnya
dalam sup kering dan campuran kue.
d) Mendapatkan ukuran potongan bahan buah yang seragam dan
mempermudah penyerapan larutan gula.
Pengecilan ukuran tidak memiliki pengaruh atau sedikit pengaruhnya
terhadap pengawetan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk memperbaiki
kualitas atau kecocokan makanan untuk diolah lebih lanjut. Dalam beberapa
makanan, pengecilan ukuran memacu terjadinya degradasi melalui
pelepasan enzim-enzim karena rusaknya jaringan atau melalui aktivitas
mikroorganisme dan oksidasi karena meningkatnya luas permukaan, jika
tidak dilakukan tindakan pengawetan.
Pada pembuatan manisan, setelah pengupasan buah-buahan dipotong sesuai
dengan ukuran dan bentuk yang diinginkan atau persyaratan, dengan tujuan
:
a) mempercepat penyerapan gula ke dalam buah.
b) Meningkatkan luas permukaan bahan
c) Mendapatkan ukuran bahan sesuai yang diinginkan
22
Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan menggunakan alat pemotong
(slicer) atau dengan pisau tahan karat dari stainless steel. Daging buah
dipotong-potong dengan bentuk dan ukuran sesuai selera, bila buah
berukuran terlalu kecil, maka buah dibiarkan utuh.
3) Perendaman
Perendaman buah dilakukan dalam larutan CaCl2 atau CaCO3 (kapur).
Fungsi perendaman dalam larutan kalsium adalah untuk memperkokoh
jaringan buah, agar teksturnya menjadi keras. Selama proses perendaman
berlangsung, ion Ca akan bereaksi dengan pektin sehingga membentuk Ca-
pektat. Dengan terbentuknya Ca-pektat, maka jaringan sel pada buah akan
menjadi lebih keras. Penggunaan CaCl2 atau CaCO3 untuk perendaman
secara berlebihan dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan, sehingga
pemakaiannya harus hati-hati sesuai dengan aturan kemudian harus dicuci
dengan air bersih.
Selain perendaman dengan kapur atau CaCl2, juga dilakukan perendaman
dalam larutan garam 10% yang bertujuan untuk membuang getah dan
mengurangi rasa asam pada buah. Setelah dilakukan perendaman dalam
larutan garam minimal 5 jam harus dilakukan pencucian beberapa kali
dengan air panas (kecuali untuk kedondong tidak dicuci dengan air panas,
tetapi dengan air dingin) untuk menghilangkan sisa kapur dan rasa asin dari
garam yang berlebih dan selanjutnya dibilas dengan air dingin atau air es
untuk mengembalikan kondisi tekstur buah dalam keadaan segar (tidak layu
atau lembek).
4) Penggulaan
Gula mempunyai sifat mudah terhidrolisis, mudah larut dalam air, pada
kondisi jenuh mudah mengkristal dan pada suhu tinggi dapat terjadi
karamelisasi. Dalam proses pengolahan, gula memiliki berbagai fungsi yaitu
sebagai zat pemanis, zat pengawet dan zat pemantap flavor suatu produk
olahan.
Apabila gula ditambahkan kedalam bahan pangan dalam konsentrasi
yang tinggi (paling sedikit 40% padatan terlarut) sebagian dari air yang ada
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme dan aktivitas
air (Aw) dari bahan pangan berkurang.
Penggulaan pada proses pembuatan manisan buah adalah proses
penambahan sejumlah gula dalam bentuk larutan, yang dimaksudkan untuk
memberikan rasa manis pada potongan buah dan memiliki aroma yang enak.
Selain itu penggulaan pada buah dalam manisan yang disertai dengan
penambahan asam sitrat atau benzoat bertujuan sebagai pengawet.
23
Buah yang masih mengkal atau mentah dapat dikatakan mempunyai rasa
asam. Oleh karena itu, dengan penambahan gula, maka rasa buah akan
menjadi manis. Selama direndam di dalam larutan gula, gula akan menetrasi
(menyerap) ke dalam jaringan sel buah, sehingga akan terbentuk rasa manis
yang spesifik pada manisan buah.
Proses penggulaan pada buah dalam pembuatan manisan buah berair
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan cara merendam dalam larutan gula
mulai konsentrasi yang kecil atau encer sampai konsentrasi pekat sesuai
dengan rasa manis yang diinginkan dan keawetan yang diperlukan.
Dalam pembuatan manisan buah dalam bentuk basah tidak berair, maka
penambahan gula sebagai pengawet adalah dengan konsentrasi 55-60%,
dimana gula dengan konsentrasi yang cukup tinggi dapat menghambat
aktivitas mikroba. Gula dapat meningkatkan tekanan osmosis pada larutan,
maka akan menyebabkan terjadinya plasmolisis pada sel-sel mikroba yang
ada pada bahan. Akibat terjadinya plasmolisis, air pada sel mikroba keluar
dan sel mikroba menjadi kering yang selanjutnya akan mati. Selain itu gula
dengan konsentrasi 50-60% dapat menurunkan Aw (Water Activity) bahan,
di mana aktivitas mikroba menjadi terhambat.
5) Pemantap flavour
Zat penambah aroma atau pemantap flavour, yaitu zat yang sengaja
ditambahkan ke dalam manisan buah, dimaksudkan untuk menambah atau
memantapkan aroma, sehingga mempunyai aroma yang spesifik dan lebih
enak bila dimakan. Zat penambah aroma yang biasa digunakan adalah
essence, contohnya essence vanili, coco pandan, stroberi dan lain-lain dengan
berbagai rasa. Penambahan essence pada pembuatan manisan buah
dilakukan pada saat menjelang akhir perebusan larutan gula dan jumlah
essence yang ditambahkan sangat dipengaruhi oleh jumlah manisan buah
yang diolah. Jika manisan akan lebih awet dapat ditambahkan benzoat
maksimum 0,1%.
Spesifikasi Produk
Manisan buah hasil proses penggulaan secara perendaman harus
memiliki spesifikasi atau syarat mutu yang tertera pada tabel 2. berikut.
Tabel 2. Syarat Mutu Manisan Buah
No Karakteristik Syarat Mutu
1 Kesegaran Ukuran irisan
buah
Seragam
2 Kekerasan Agak keras/tidak lunak
3 Rasa Manis
4 Bau Khas buah
24
5 Warna Cerah
6 Kadar gula larutan 40%
7 Kadar gula irisan buah 20%
8 Zat warna tambahan Yang diizinkan
9 pH 3,5 – 4,0
10 Zat pengawet Negatif
11 Pemanis buatan Negatif
d. Mengemas Hasil Produksi Sesuai Spesifikasi yang Ditentukan
Manisan buah basah dan manisan kering dapat dikemas dalam plastik, jar, kaleng,
stoples, dan sebagainya. stoples. Beberapa jenis kemasan manisan buah
ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Manisan Kering (buah berries, ara, apel) dalam Jar
Sumber : (Deriabina, tt)
Manisan Nanas dalam kemasan Kaleng
Sumber : (Kuzmin, tt)
Manisan Kering Buah dalam kemasan plastik
Sumber : Dhany Sevita
25
Manisan Basah
Sumber : Dhany Sevita
Ketika akan menjual produk manisanselain rasa enak, aromanya khas buah, juga
dipertimbangkan kemasannya. Fungsi kemasan selain untuk melindungi produk,
menjaga keawetan, kebersihan dan kesehatan juga meningkatkan daya tarik
pembeli. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kemasan : desain
kemasan, bahan untuk membuat kemasan, cara mengerjakan kemasan. Desain
kemasan harus disesuaikan dengan jenis dan bentuk manisan yang akan dikemas.
Bahan yang biasa digunakan untuk pengemas manisan yakni plastik polietilen,
kemudian diseal dengan rapat. Dengan begitu, akan melindungi manisan dari
faktor penyebab kebusukan. Namun faktor pengawetan makanan itu harus
didukung juga dengan cara pembuatan yang baik.
Pengemasan manisan buah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
jenis kemasan. Contoh kemasan yang umum digunakan adalah kaleng, botol,
kantong plastik. Botol atau toples, cup plastik biasanya digunakan untuk
mengemas manisan buah basah dan berair. Manisan buah kering dan manisan
buah bentuk basah tanpa air biasanya dikemas dalam kantong plastik.
Selanjutnya kemasan manisan harus mencantumkan label, yang berfungsi untuk
mengkomunikasikan tentang produk yang dikemas kepada konsumen. Label
kemasan memuat informasi antara lain nama produk, daftar bahan yang
digunakan, berat bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
mengimpor, halal bagi yang dipersyaratkan, tanggal dan kode produksi, tanggal,
bulan dan tahun kadaluarsa, nomor izin edar bagi pangan olahan da nasal usul
bahan pangan tertentu.
Kegiatan : Pencarian Informasi
1) Buatlah kelompok dengan jumlah tiga siswa
2) Datangilah supermarket di sekitar anda atau kunjungi industri kecil yang
memproduksi manisan buah di lingkungan sekitar, lakukan pengamatan
produk manisan buah
26
3) Susunlah informasi lengkap mengenai produk tersebut, seperti bahan
baku, bahan tambahan, cara pembuatan, penilaian mutu, pemasaran
produk dan lain-lain.
4) Buatlah analisis usaha untuk menghasilkan produk tersebut
5) Presentasikan dan diskusikan hasil pengamatan tersebut bersama teman
kelas dengan bimbingan guru pengampu mapel.
e. Menghitung Biaya Produksi
Komponen biaya proses pembuatan selai/jam buah
Dalam suatu proses produksi akan dibutuhkan biaya yang disebut dengan
biaya produksi. Pengertian biaya produksi adalah adalah akumulasi dari semua
biaya-biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan tujuan untuk
menghasilkan suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja, biaya operasional barang / pabrik, dan lain sebagainya.
Komponen biaya produksi terdiri dari Biaya Tetap / Fixed Cost (FC) dan Biaya
Tidak Tetap / Variable Cost (VC). Biaya tetap total (TFC) adalah keseluruhan biaya
yang harus dikeluarkan untuk membeli semua keperluan baik barang dan jasa
yang akan digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan suatu produk
(barang).
Total fixed cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat
berubah jumlahnya. Biaya Variabel Total / Total Variable Cost (TVC) adalah
keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
Total Biaya Produksi
Untuk menghitung Biaya Total / Total Fixed Cost (TFC) adalah dengan cara
menambah Biaya Tetap / Fixed Cost (FC) dengan Biaya Variable / Variable Cost
(VC).
Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli semua keperluan baik bahan dan jasa yang akan digunakan dalam proses
produksi demi menghasilkan / produksi suatu barang. Total fixed cost dihitung
untuk memperoleh faktor produksi yang tidak dapat berubah jumlahnya.
1) Biaya Variabel Total / Total Variable Cost (TVC) adalah keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
2) Cara menghitung Biaya Tetap Rata-rata / Average Fixed Cost (AFC) adalah
dengan cara biaya total dibagi dengan jumlah produksi.
3) Cara menghitung Variabel Rata-Rata / Average Variable Cost (AVC) adalah
dengan cara membagi Biaya Variabel Total (TVC) dengan jumlah produksi.
4) Cara menghitung Biaya Total Rata-Rata / Average Total Cost (AC) adalah
dengan cara Biaya Total dibagi dengan jumlah produksi.
27
5) Biaya Marginal / Marginal Cost (MC) diperoleh melalui hasil penambahan
Biaya Produksi yang digunakan untuk menambah produksi satu unit barang
/ produk.
Uji Kemampuan Diri
1. Mengapa bahan dasar pembuatan manisan perlu diketahui karakteristiknya?
2. Bagaimana pengaruh penggulaan konsentrasi tinggi dengan daya awet produk
manisan buah, jelaskan….
3. Jika bahan dasar tidak direndam dengan larutan kapur atau CaCl2, bagaimana
pengaruhnya, jelaskan….
4. Uraikan pentingnya label kemasan pangan….
5. Praktikum pembuatan manisan buah kedondong, untuk menghilangkan getah
dan mengurangi rasa asam memerlukan larutan garam 10% (b/v). Tiap 3 Liter
larutan dapat digunakan untuk merendam 2 kg potongan kedondong. Apabila
bahan akan diproses sebanyak 12 kg maka banyaknya garam yang
dibutuhkan…..gram.
2. Memproduksi Selai Buah (Jam)
Perhatikan gambar berikut, pernahkah anda melakukan praktik pengolahan jam?
Apa saja yang perlu dipersiapkan pada awal proses? Bagaimana cara mengendalikan
proses dan menilai mutu hasil jam?
Selai Nanas
Sumber : Dhany Sevita
Jam atau selai adalah produk makanan yang kental atau setengah padat yang
dibuat dari campuran 45 bagian berat buah dan 55 bagian berat gula. Selai termasuk
dalam golongan makanan semi basah berkadar air sekitar 15-40% dengan tekstur
yang lunak dan plastis. Jam merupakan salah satu produk olahan pangan berbasis
buah-buahan yang sudah dikenal dan diproduksi baik secara parsial ataupun masal
relatif cukup lama.
Substansi esensial yang terdapat pada jam ada tiga komponen, yaitu pektin, gula,
dan asam. Pektin merupakan turunan dari protopektin, dimana protopektin terdapat
28
dalam buah yang masih mentah tetapi tua atau matang (mature) yang berperan
sebagai substansi pengikat antar sel dalam buah-buahan dan bersifat tidak larut
dalam air, sedangkan pektin terdapat dalam buah yang sudah masak (ripe).
a. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi
Karakteristik Bahan
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan jam atau selai terdiri atas bahan baku
yaitu buah dan bahan pendukung seperti air, gula, serta bahan tambahan
makanan seperti asam sitrat, zat pewarna, dan zat pengawet apabila
diperlukan.
1) Buah
Buah-buahan yang sering dibuat jam atau selai diantaranya: nanas, stroberi ,
raspberry, dan blueberry. Buah yang digunakan masih segar, masak optimal
(tidak terlalu matang dan tidak teralu muda), buah tidak busuk dan rusak.
Tabel 3. Klasifikasi Buah untuk pembuatan Jam/Jelly
Buah-buahan mengandung
pektin dan asam tinggi
Buah-buahan mengandung
pektin tinggi dan asam
rendah
Buah-buahan
mengandung pektin
rendah dan asam tinggi
Jambu biji Pepaya masak Anggur
Apel Semangka Nanas
Jeruk Pisang Mangga
Sumber: Rosalinda dkk. 1977 dalam Saripah Hudaya dkk (1980)
Kandungan pektin, gula dan asam pada setiap buah berbeda-beda. Jika
dalam pembuatan jam menggunakan :
a) buah yang kandungan pektin dan asamnya tinggi, maka dibutuhkan
jumlah penambahan gula yang lebih banyak.
b) buah yang kandungan pektinnya tinggi dan asamnya rendah, maka dalam
proses pengolahannya perlu ditambahkan asam. Asam yang biasa
digunakan adalah asam sitrat atau ekstrak lemon.
c) buah yang kandungan asamnya tinggi namun pektinnya rendah, maka
dalam proses pengolahannya dapat ditambahkan pektin buatan, baik
dalam bentuk tepung pektin atau pektin konsentrat.
Kandungan kimia buah, meliputi:
Karbohidrat
a) Pati
Buah-buahan mengandung pati sebagai hasil fotosintesa. Pada buah
yang masih muda banyak mengandung pati, seperti apel, pisang dan
mangga. Kandungan pati beberapa jenis buah-buahan akan terus
bertambah selama pendewasaan sel, sedang beberapa jenis buah-
29
buahan yang lain kandungan pati mula-mula meningkat kemudian
menurun lagi. Kandungan pati akan optimal pada fase tua optmal
(mature).
b) Gula
Kandungan gula buah dapat meningkat selama proses pendewasaan
sel (misalnya mangga, pepaya, pisang), namun ada juga yang pada saat
pendewasaan sel kenaikan kandungan gulanya sangat sedikit atau
tidak ada sama sekali (misalnya tomat). Namun ada juga yang
kandungan gulanya mula-mula tinggi kemudian mengalami
penurunan selama pendewasaan sel (misalnya jeruk).
c) Pektin
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektin yang mudah
dihidrolisa. Kandungan pektin dalam buah berpengaruh terhadap
tingkat kekerasan (tekstur) buah. Selama proses pematangan, zat
pektin akan terhidrolisa menjadi komponen-komponen yang larut
air sehingga jumlah kandungan pektin akan menurun dan komponen
yang larut air akan meningkat jumlahnya. Hal ini yang mengakibatkan
buah menjadi lunak.
d) Vitamin dan Mineral
Buah-buahan merupakan salah satu makanan sumber vitamin C,
provitamin A (karoten), dan B1 serta beberapa jenis mineral seperti
kalsium dan besi. Buah-buahan juga sebagai sumber antioksidan yang
berfungsi untuk melawan radikal bebas yang terdapat pada tubuh,
misalnya Anthosianin, flavonoid,likopen, dll.
e) Pigmen
Pigmen pada buah, yaitu:
(1). Khlorofil,
terdapat pada buah-buahan yang masih muda, jumlah khlorofil
relatif lebih banyak dibandingkan dengan karotenoid atau
pigmen-pigmen lainnya. Selama proses pematangan buah,
khlorofil akan terdegradasi sehingga menimbulkan warna dari
pigmen-pigmen lain menjadi, kuning, orange, atau merah.
(2). Karotenoid,
terdapat pada buah misalnya likopen yang memberikan warna
merah pada buah tomat, jambu biji, semangka, dan pepaya.
Karoten yang terdapat pada jagung dan peach memberikan
warna orange.
(3). Xantofil yang memberikan warna kuning-orange pada jagung,
peach dan squash.
30
Flavonoid, terbagi menjadi:
(4). Antosianin.
Memiliki warna ungu, biru, dan merah. Faktor penentu warna
tersebut adalah konsentrasi pigmen, pH, dan pigmen yang lain.
Jika kadar antosianin tinggi, maka akan terbentuk warna ungu
kehitam-hitaman. Jika kadar antosianin rendah maka akan
terbentuk warna ungu. Kadar pH tinggi akan menimbulkan
warna putih. Dan bila kadar pH netral, maka akan terbentuk
warna biru. Sedangkan kadar pH rendah, akan terbentuk warna
merah.
(5). Antoxantin,
warna yang terbentuk dari antoxantin adalah kuning dan putih.
Biasanya terdapat pada bawang dan kentang. Jika pH>=8 maka
akan terbentuk warna kuning. Jika pH<6, maka akan terbentuk
warna putih atau tidak berwarna.
(6). Tanin.
Pigmen tidak berwarna dan terdiri atas kathekin dan
leukoantosianin. Tanin banyak terdapat pada buah seperti apel,
salak, dan pisang.
Asam Organik
Buah-buahan yang masih muda umumnya banyak megandung asam-asam
organik. Konsentrasi asam akan menurun selama proses pematangan buah.
Kandungan Lain
Kandungan lain dalam buah, diantaranya yaitu selulosa, heksosan
pentosan, gum, asam-asam amino, enzim-enzim dan zat pembentuk aroma
seperti ester, alkohol, karbonil, eter, hidrokarbon dan senyawa aromatik
lain.
2) Air
Dalam pembuatan jam atau selai air diperlukan selama proses pengolahan,
baik untuk pencucian maupun untuk mengencerkan bubur buah. Kualitas air
yang digunakan selama proses pengolahan memegang peranan yang penting
karena dapat mempengaruhi kualitas produk jam atau selai yang dihasilkan.
Untuk itu maka diperlukan persyaratan khusus terhadap air yang digunakan.
Persyaratan air dalam pembuatan jam atau selai sama dengan persyaratan
air pada pembuatan sari buah.
3) Gula
Gula, memiliki peranan yang besar pada penampakan dan cita rasa jam atau
selai nanas yang dihasilkan. Disamping itu, gula juga bertindak sebagai
pengikat komponen flavor. Gula yang digunakan dalam pembuatan jam ialah
31
sukrosa, yang dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai gula pasir. Gula
juga merupakan komponen penting dalam pembentukan jelly strength
bersama-sama dengan asam dan pektin.
Dalam pembuatan jam, fungsi gula sebagai pembentuk gel, pemanis
dan pengawet. Dalam konsentrasi tinggi, gula dapat menurunkan water
activity (Aw) dalam bahan makanan sampai batas dimana mikroorganisme
tidak dapat tumbuh. Gula juga menaikkan tekanan osmosa larutan sehingga
terjadi plasmolisa sel mikroba. Sukrosa dapat bersifat mengawetkan bahan
pada konsentrasi 50-60 %, sedangkan glukosa mampu menghambat
pertumbuhan khamir pada konsentrasi 40%.
Selain sebagai pengawet, penambahan gula dilakukan untuk
meningkatkan total padatan jam buah yang dihasilkan dari proses
pengolahan. Jumlah gula yang ditambahkan tergantung dari kandungan
pektin dalam buah. Apabila digunakan buah yang kandungan pektin tinggi,
maka kebutuhan gulanya lebih rendah bila dibanding dengan penggunaan
buah yang kandungan pektinnya rendah. Umumnya untuk buah yang
kandungan pektinnya tinggi digunakan 1 bagian gula untuk satu bagian buah
(dalam berat).
4) Asam Sitrat
Asam sitrat termasuk dalam golongan flavor enhancer atau bahan
pemacu rasa. Bahan pemacu rasa merupakan bahan tambahan yang
diberikan pada suatu produk pangan untuk memberikan nilai lebih pada
rasa, sesuai dengan karakteristik produk pangan yang dihasilkan. Biasanya,
bahan pemacu rasa hanya ditambahkan dalam jumlah kecil. Asam sitrat
sebagai bahan pemacu rasa banyak digunakan dalam industri, terutama
industri makanan karena memiliki tingkat kelarutan yang tinggi,
memberikan rasa asam yang enak dan tidak bersifat racun.
Di dalam pembuatan jam nanas, asam sitrat digunakan untuk
mengatur pH terutama yang menggunakan buah-buahan dengan tingkat
keasaman yang rendah sehingga tidak cukup untuk menghasilkan pH seperti
yang diinginkan. Penggunaan asam sitrat juga berfungsi untuk memberikan
rasa dan aroma yang khas pada jam buah, meningkatkan flavor
(mengimbangi rasa manis), serta memperpanjang umur simpan
(mengawetkan) jam tersebut. Umumnya, penambahan asam sitrat dilakukan
hingga pH jam yang dihasilkan mencapai kisaran 3,1- 3,5, yaitu pH
yang diinginkan untuk jam buah. Namun apabila jam buah yang telah cukup
asam seperti jam nanas, tidak perlu ditambah asam sitrat.
5) Pektin
32
Ketika anda makan roti tawar, pasti akan mengoles dengan selai atau jam.
Untuk menghasilkan rasa roti tawar yang enak, pernahkan anda mencermati
bagaimana bentuk dan rasa selai atau jam? Bentuknya semi padat dan seperti
gel. Bahan apakah yang menyebabkan jam atau selai seperti gel?
Pektin
Sumber : Dhany Sevita
Pektin adalah karbohidrat komplek yang ditemukan pada dinding
tumbuhan non kayu, terutama buah-buahan seperti jeruk dan apel. Pektin
juga merupakan sumber serat makanan larut air. Sifat pektin dapat
membentuk gel ketika terjadi pencampuran dengan zat asam dan gula dalam
kadar tertentu.
Pektin adalah sejenis ’gula’ yang terdapat dalam sayuran dan buah-
buahan. Dalam buah-buahan biasanya terdapat di bawah kulit buah, di sekitar
hati buah (core), dan di sekitar biji buah. Wujud pektin yang diekstrak adalah
bubuk putih hingga coklat terang.
Komposisi Pektin
Pektin berasal dari protopektin yang terjadi pada proses
pematangan/pemasakan atau cara hidrolisis lainnya. Pektin disusun oleh
rantai panjang dan asam galakturonat yang dihubungkan dengan jembatan
oksigen. Jenis pektin macamnya relatif banyak karena pektin dari berbagai
buah dan sayuran berbeda-beda, tidak saja kadar metoksilnya (-COO-CH3),
tetapi juga dalam sifat-sifat fisiknya, derajat polimerisasi, dan esterifikasi.
Jumlah gugus metoksi dalam molekul pektin menentukan proses
gelatinisasi atau daya jadi jam. Pembentukan asam pektat (pectic acid) terjadi
karena penggantian gugus metoksil oleh gugus karboksil. Hidrolisis dari
pektin menghasilkan ± 95 % asam pektat.
Sifat Fisik Pektin
Pektin merupakan koloid yang reversibel, yaitu bisa larut dalam air,
dipresipitasi, dikeringkan, dan bisa dilarutkan kembali tanpa mengubah sifat
fisiknya. Pektin yang diperoleh dari pasaran diekstraksi dari kulit buah-
buahan, biasanya adalah pektin dengan grade 150, yang berarti bahwa setiap
33
1 kg pektin dapat membuat jam yang baik sebanyak 150 kg. Untuk mengetahui
terdapatnya pektin dalam suatu bahan, dapat digunakan alkohol 95%, pektin
oleh alkohol dipresipitasi dengan rasio 1:1.
Buah-buahan yang baik sebagai bahan baku untuk jam adalah buah-
buahan yang cukup mengandung pektin dan asam, seperti apel, jeruk, dan lain
sebagainya, sedangkan buah-buahan yang mengandung pektin sedikit antara
lain pisang, arbei. Albedo (bagian yang berupa spons dari kulit jeruk)
mengandung banyak pektin sampai 50 %. Stroberi , aprikot, peach, chery, pir,
anggur, nanas tergolong buah-buahan berkadar pektin rendah. Buah-buahan
ini perlu dikombinasikan dengan buah-buahan berkadar pektin tinggi atau
dibubuhi pektin komersial. Apel, plum, dan currant merah tergolong buah
berkadar pektin tinggi dan tidak memerlukan tambahan pektin.
Cara Menguji Kandungan Pektin dalam Sari Buah Secara Kualitatif
Filtrat buah yang telah dipanaskan sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam
gelas, lalu ditambahkan alkohol 95% sebanyak 10 ml, kemudian diaduk-aduk
hingga merata dan diamati endapan atau gumpalan yang terjadi,
a) Jika tampak gumpalan seperti jelly, berarti kandungan pektinnya
tinggi,
b) Jika terdapat gumpalan terpecah-pecah, berarti kandungan
pektinnya sedang/medium,
c) Jika terdapat gumpalan terpecah-pecah namun sedikit atau sama
sekali tidak nampak, berarti kandungan pektinnya rendah sekali.
6) Pewarna
Penambahan pewarna pada jam buah bertujuan untuk memperbaiki warna
aslinya, untuk memperoleh warna standar, dan untuk menarik konsumen.
Pada umumnya, pewarna yang ditambahkan berupa pewarna alami dan
sintetik. Adapun pewarna sintetik yang banyak digunakan antara lain adalah
tartrazine, sunset yellow FCF, carmoisine indigotin, green S, dan karamel.
Beberapa jenis pewarna sintetik yang diizinkan untuk digunakan, dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Jenis dan Aturan Penggunaan Beberapa Pewarna Sintetis
Nama BTM Janis Bahan Dosis Maksimal
Indigotin CI Jam, jelly, dan marmalade 70 mg/kg produk siap konsumsi
Ponceau 4R Jam, jelly, dan marmalade 70 mg/kg produk siap konsumsi
Sunset yellow
FCF
Jam, jelly, dan marmalade 300 mg/kg produk siap konsumsi
Tartrazine Jam, jelly, dan marmalade 70 mg/kg produk siap konsumsi
Sumber: Peraturan KBPOM No. 37 Tahun 2013
34
7) Bahan Pengawet
Fungsi utama dari penggunaan bahan pengawet adalah untuk
mencegah tumbuhnya mikroorganisme dalam bahan pangan sehingga masa
simpan makanan atau minuman dapat diperpanjang. Penggunaan bahan
pengawet kimia mempunyai beberapa keuntungan, antara lain yaitu
makanan atau minuman dapat tetap awet meskipun disimpan pada suhu
kamar. Pengawetan dengan cara ini Iebih ekonomis bila dibandingkan
dengan pemanasan dan pendinginan.
Bahan pengawet yang paling umum digunakan untuk jam atau selai
ialah natrium benzoat. Natrium benzoat memiliki bentuk kristal putih,
berasa manis dan kadang-kadang sepet. Garam natrium benzoat ini Iebih
mudah larut dalam air daripada asam benzoat. Natrium benzoat efektif
digunakan pada pH 2,5-4.0 (asam). Oleh karena, itu, semakin tinggi tingkat
keasaman jam, semakin sedikit natrium benzoat yang dibutuhkan. Dalam
pembuatan jam, batas maksimum penggunaan natrium benzoat tidak boleh
melebihi dari 1000 mg/kg bahan. Benzoat lebih efektif untuk menghambat
pertumbuhan yeast dan kapang dibandingkan untuk menghambat
pertumbuhan bakteri.
Pengendalian Bahan
Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong yang digunakan untuk
memproduksi makanan tidak boleh merugikan atau membahayakan
kesehatan dan harus memenuhi standar mutu atau pesyaratan yang
ditetapkan. Persyaratan bahan yang digunakan dalam proses produksi
makanan adalah sebagai berikut:
Bahan Mentah atau bahan baku dan Bahan Tambahan Makanan
a) Bahan mentah dan bahan tambahan yang dibeli dari pasar atau
yang diterima dari pemasok ada kemungkinan mengandung
bahan-bahan berbahaya seperti bakteri, pestisida dan bahan-
bahan beracun lainnya yang tidak dapat dihilangkan dengan
proses pengolahan. Oleh karena itu, bahan yang sudah terdeteksi
mengandung bahan berbahaya harus ditolak.
b) Bahan mentah dan bahan tambahan harus diperiksa dan dipilih
terlebih dahulu sebelum diolah. Pemeriksaan dilakukan secara
organoleptik dan fisik, jika memungkinkan secara kimia,
mikrobiologi dan atau biologi.
c) Stok bahan mentah dan bahan tambahan harus diatur sedemikian
rupa sehingga yang masuk ke gudang terlebih dahulu juga harus
diolah terlebih dahulu atau dengan sistem FIFO (First in-First out).
35
Kegiatan : diskusi
1. Buatlah kelompok diskusi yang beranggotakan 3-4 siswa
2. Perhatikan gambar di atas, diskusikan tentang karakteristik
bahan baku yang digunakan untuk pembuatan produk tersebut.
3. Pengendalian bahan baku nanas pada pembuatan jam dilakukan
melalui penilaian terhadap kondisi buah nanas yang akan diolah.
Mengapa buah nanas yang ada dinilai atau dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditentukan? Jelaskan, mengapa buah yang
mengalami penyimpangan, sebaiknya dipisahkan dan tidak ikut
diolah?
4. Presentasikan hasil diskusi bersama-sama dengan bimbingan guru
Uji Kemampuan Diri
1. Coba uraikan, mengapa karakteristik bahan penting untuk di pelajari
dalam pembuatan jam buah.
2. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang pektin….
3. Jika bahan baku pembuatan jam yang datang dari suplier bahan baku
tidak sesuai, misalnya buah masih kondisi mengkal (tua tapi belum
matang). Tindakan apa yang anda lakukan. Jelaskan….
b. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi
Peralatan produksi selai/jam buah sesuai dengan kapasitas yang diperlukan.
Jenis peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi selai/jam untuk
kapasitas kecil (rumah tangga) terdiri atas: panci, kompor, pengaduk,
parutan, sendok, pisau, talenan, toples kecil/botol jam, baskom. Sedangkan
untuk produksi dalam kapasitas sedang – besar, industri biasanya menggunakan
peralatan dengan teknologi yang lebih tinggi, yaitu: blender, autoclave,
timbangan, refraktometer, termometer, pH meter, dan alat pengemas
(pasta botling machine). Alat-alat ini dibutuhkan diantaranya untuk menjaga
keajegan mutu produk yang dihasilkan.
Jenis, fungsi dan pengoperasian peralatan produksi jam buah
1) Blender
36
Nama alat :Blender (penghancur)
Fungsi alat:
untuk menghancurkan buah sehingga diperoleh
bubur buah.
Alat tradisional: Parut
Prinsip kerja blender
Sebelum blender digunakan, terlebih dahulu bacalah buku/brosur yang
disertakan pada saat anda membeli blender untuk menghidari kerusakan
alat dan kecelakaan yang mungkin ditimbulkan. Pada umumnya prosedure
kerja blender adalah sebagai berikut:
a) Pastikan bahwa saklah ON-OFF blender berada pada posisi OFF.
b) Persiapkan semua bahan yang hendak diblender.
c) Gunakan mangkok yang sesuai keperluan pemblenderan. Bangkok kecil
untuk menghaluskan bahan keras dan kering, sedangkan bahan yang
lembut dan basah gunakan mangkok besar.
d) Pasang mangkok adonan di atas dudukan mangkok dengan tepat, lalu
putar hingga mangkok tidak dapat ditarik ke atas meninggalkan
dudukan. Ada juga blender yang tidak perlu diputar, tetapi mangkok
tetap dipegang dengan tangan. Mangkok kecil terlebih dahulu diisi
dengan bahan yang akan diblender, lalu ditutup dengan dudukan pisau
penghancur, kemudian didudukkan di atas dudukan blender. Sementara
untuk mangkok besar tidak demikian. Mangkon adonan terlebih dahulu
didudukkan di atas dudukan mangkok lalu diisi bahan yang akan
diblender.
e) Setelah langkah kerja berlangsung baik dan aman, tekan saklar ON-OFF
untuk memindahkan saklar dari posisi OFF ke posisi ON. Saat itu motor
blender akan berputar dan memutar pisau blender yang berada di dalam
mongkok blender. Penghalusan atau penghancuran bahan mulai
berlangsung. Perhatian! Jangan mengangkat mangkok dari dudukan
mangkok pada saat motor blender sedang berputar. Berbahaya!
f) Setelah tekstur bahan terasa halus (bunyi putaran motor dan pisau
terdengar halus), matikan motor (posisikan saklar ON-OFF pada posisi
OFF).
g) Angkat mangkok dari dudukannya. Perhatian! Jangan terlalu lama
mengoperasikan motor melebihi satu jam tanpa istirahat untuk
pendinginan. Berbahaya! Dapat menghanguskan belitan motor blender.
37
h) Pada saat selesai menggunakan blender, segera dibersihkan. Cuci bersih
dengan air, kecuali bodinya. Hanya bodi blender yang tidak boleh
dibersihkan atau dicuci dengan air cukup dilap dengan kain bersih,
karena di dalamnya ada motor dan rangkaian listrikannya. Mencuci
dengan air dapat menyebabkan motor dan rangkaian kelistrikan yang
ada di dalamnya korsleting atau hubung singkat dan terbakar.
i) Simpan blender pada tempat yang aman, tidak lembab, tidak terjemur
matahari, tidak tertetesi air atau cairan tertentu atau tidak dihujani,
tidah mudah jatuh, tidak mudah dijangkau anak-anak yang belum
mengerti penggunaan blender.
2) Steam Jacketed Kettle
Nama alat:
Steam Jacketed Kettle (pemasak)
Fungsi Alat:
Untuk memasak/mengentalkan bubur buah
Alat tradisional: Panci
3) Autoclave
Nama alat: Autoclave (pensteril)
Fungsi alat:
Untuk sterilisasi atau pasteurisasi alat dan produk
Alat tradisional: Soblok
4) Refraktometer
38
Nama alat: Refraktometer (penguji mutu)
Fungsi alat:
Untuk mengukur kadar gula dan total padatan yang
sifatnya larut air.
Pada pembuatan selai/jam digunakan untuk
memperkirakan kadar gula dan total padatan
selai/jam.
Prinsip Kerja Refractometer ABBE
Refraktometer
Sumber : Dhany Sevita
a) Pringsip kerja Refractometer adalah pembiasan, Dasar pembiasan
adalah penyinaran yang menembus dua macam media dengan
kerapatan yang berbeda, karena perbedaan kerapatan tersebut akan
terjadi perubahan arah sinar.
b) Pringsip pengukuran dengan sinar yang ditransmisikan sinar
kasa/sumber sinar prisma sampel telescope
c) Pringsip Kerja refractometer terdapat 3 bagian yaitu: Sampel, Prisma
dan Papan Skala. Refractive index prisma jauh lebih besar
dibandingkan dengan sample.
d) Jika sampel adalah larutan berkonsentrasi rendah, maka sudut
refraksi akan lebar. Sehingga di papan skala sinar “a” akan jatuh pada
skala rendah.
e) Jika larutan sampel pekat, maka sudut refraksi akan kecil. Sehingga di
papan skala sinar “b” jatuh pada skala besar.
Pada pembuatan selai/jam, refraktometer digunakan untuk mengukur
kadar gula dan total padatan bahan atau produk.
5) Timbangan
39
Nama alat: Timbangan (kasar dan halus)
Fungsi alat:
Untuk mengukur berat bahan
6) Thermometer
Nama alat: Termometer
Fungsi alat:
Untuk mengukur suhu bahan
7) pH meter
Nama alat: pH meter
Fungsi alat:
Untuk mengukur tingkat keasaman bahan
Alternatif cara lain: menggunakan kertas pH.
8) Pisau pengupas nanas
Nama alat: pisau pengupas nanas
Fungsi alat:
Untuk mengupas kulit nanas,
menghilangkan bagian yang tidak
diperlukan.
Kegiatan mengupas nanas dan hasil
kupasan.
40
Sumber : Dhany Sevita
9) Paste bottling Machine/Paste Filling Machine
Paste Bottling Machine/Paste Filling Machine memiliki beberapa
tipe, yaitu manual, semi manual dan otomatis. Prinsip kerja alat ini, yaitu:
bahan pasta selai/jam dimasukkan ke dalam corong stainlessteel. Botol
ditempatkan tepat dibawah corong, kemudian selai/jam dikeluarkan dengan
cara mengatur lubang pengeluaran tersebut dan masuk ke dalam botol. Botol
yang telah terisi, selanjutnya dilakukan exhausting untuk mengeluarkan
udara yang ada di dalam botol. Setelah itu botol ditutup rapat dan
dipasterurisasi atau sterilisasi. Proses exhausting dapat dilakukan
menggunakan panci.
10) Botol jam
Kemasan Jar
Dokumen : Dhany Sevita
Botol jar (bermulut lebar) sebagai bahan pengemas digunakan untuk
menempatkan atau mewadahi produk yang telah jadi.
c. Mengendalikan Proses dan Menilai Mutu Jam
Secara garis besar pembuatan jam atau selai nanas meliputi: pemilihan bahan dasar
(nanas), pengupasan dan pencucian, pengecilan ukuran, pemanasan dan
pengemasan. Disamping itu perlu pula melakukan penambahan pektin dan
pengaturan pH.
1) Pemilihan bahan dasar (buah)
Untuk membuat jam atau selai buah, gunakan buah yang masih segar,
semakin segar buah yang digunakan maka jam yang dihasilkan akan semakin
41
bagus. Pilih buah yang masak optimal, tidak terlalu matang dan tidak terlalu
muda. Buah yang terlalu matang kurang baik untuk diolah menjadi jam, karena
akan diperoleh hasil yang kurang sempurna (seperti memiliki aroma yang tidak
segar akibat bau yang dihasilkan oleh buah over-ripe).
Buah yang kurang atau belum matang bisa digunakan sebagai campuran,
untuk proses ini sering menghasilkan jam atau selai dengan kualitas yang bagus
atau memuaskan. Bila pada buah terdapat bagian yang busuk, sebaiknya bagian
tersebut dihilangkan, karena akan menghasilkan kualitas jam yang rendah,
biasanya aroma akibat buah busuk kurang segar dan masa simpan jam menjadi
lebih pendek.
2) Pengupasan dan pencucian
Selanjutnya buah yang terpilih dikupas kulitnya (bila perlu), bagian yang
tidak diinginkan dibuang dan buah dicuci dengan menggunakan air bersih.
Pengupasan sebaiknya menggunakan pisau anti karat atau stainless steel,
karena bila menggunakan pisau yang terbuat dari baja biasa dapat
menimbulkan karat pada saat pengupasan akibat kandungan asam pada buah.
Akibatnya kualitas jam/selai yang dihasilkan menjadi rendah.
Karena jam/selai memiliki konsintensi yang kental, maka sebaiknya buah yang
digunakan untuk jam/selai berasal dari buah-buah yang memiliki kandungan
pektin tinggi. Namun seperti nanas kandungan pektinnya relatif rendah,
sehingga untuk membuat jam/selai dengan konsistensi kental dapat
ditambahkan pektin pada saat pengolahannya.
Pektin yang digunakan dapat digunakan pure pectin atau pektin dari buah-
buahan. Contoh buah yang memiliki kandungan pektin tinggi adalah apel dan
jambu biji.
Pektin adalah sel yang terdapat dinding buah (kulit) mengandung bahan alami
yang dapat membentuk strengthen, sehingga diperoleh konsistensi yang kental.
Persentase kandungan pektin pada buah tergantung tingkat ketuaan buah,
makin tua buah maka kandungan pektin makin kecil.
Pada buah yang belum matang kandungan pektinnya tertinggi, makin tua
buah maka kandungan pektin makin rendah. Hal ini dikarenakan pektin
perlahan-lahan dihidrolisa oleh enzim yang dihasilkan selama proses
pematangan sehingga kandungan terus menurun.
3) Pengecilan ukuran
Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk memudahkan langkah proses
berikutnya dan untuk mendapatkan ukuran jam atau selai yang relatif seragam.
Pengecilan ukuran dapat menggunakan blender maupun parut atau alat lain
yang memiliki fungsi sama.
4) Pemanasan
42
Pemanasan dilakukan terhadap bubur buah (hasil pengecilan ukuran).
Bubur buah dimasak sampai benar-benar masak. Proses pemanasan merupakan
tahapan yang penting karena dapat memutus dinding sel buah dan
mengekstraksi pektin. Bila perlu selama pemanasan boleh ditambahkan air
untuk mencegah terjadinya kegosongan. Jumlah penambahan air dipengaruhi
oleh suhu pemanasan, kandungan air pada buah (bahan baku), dan jumlah
bubur buah yang terdapat dalam panci untuk pemanasan. Untuk panci dengan
luas permukaan yang lebar maka proses penguapan akan berjalan lebih cepat
dibandingkan dengan panci yang lebih sempit luas permukaannya.
Pemanasan harus sampai mendidih atau sampai bubur buah benar-benar
masak. Lama pemanasan sangat dipengaruhi oleh jenis buah, contoh untuk
plum, black current 30 – 45 menit dan untuk rasberry dan stroberi cukup 10 –
15 menit. Selama pemanasan hendaknya dilakukan pengadukan untuk
menghindari kegosongan. Selama pemanasan ditambahkan gula. Sebaiknya gula
ditambahkan setelah bubur buah benar-benar masak. Gula dapat menghasilkan
atau mengeraskan jam. Oleh karena itu hendaknya gula yang ditambahkan
dalam bentuk larutan dan ditambahkan beberapa saat sebelum akhir
pemanasan.
Penambaan gula terlalu awal akan menyebabkan warna jam menjadi
kecoklatan, karena memerlukan waktu pemanasan yang lebih lama. Pemanasan
dihentikan apabila jam atau selai sudah mengental dan diuji dengan spoon test.
Caranya adalah dengan meneteskan jam panas ke dalam air dingin. Apabila jam
yang diteteskan langsung padat, artinya jam sudah harus dihentikan
pemanasannya. Apabila langsung hancur, artinya pemanasan masih perlu
diteruskan.
Perbandingan antara buah dan gula 50% : 50%, artinya 1 bagian buah : 1
bagian gula. Dry matter (DM) untuk jam yang baik berkisar 62%.
Bila menggunakan pektin, maka jumlah pektin yang diperlukan biasanya
berkisar 1 gram pektin untuk setiap 150 g gula atau 150 g apple concentrate
untuk 1 kg buah bersih (tanpa kulit).
PERHITUNGAN
Berikut ini menerangkan bagaimana cara menghitung perbandingan bahan
utama (buah), gula, dan pekin.
Contoh:
Untuk membuat jam nanas, jumlah nanas hasil pengupasan 450 gram dengan
DM 12,82%. DM gula 98% dan DM jam nanas yang dikehendaki 62%. Berapakah
jumlah gula dan pektin yang harus ditambahkan pada jam tersebut? Berapa
perkiraan jumlah jam nanas yang diperoleh?
43
Jawab:
Buah nanas Gula
% 450 gram nanas kupas 450 g gula
DM 12,82 % =
12,82 % x 450 g = 57,69 g
98 % =
98 % x 450 = 441 g
DM jam/selai nanas yang
dikehendaki 62 % maka
57,69 g + 441 g = 498,69 g
(100 : 62) x 498,69 = 804,34 g jam/selai nanas yang
dihasilkan
Jumlah pektin yang
diperlukan
• Bila menggunakan pure pectin = (498,69 : 150 ) = 3,32 g
• Bila menggunakan apple concentrate =
(450 : 1000) x 150 = 567,5 g
Sumber: Modul Diklat Keahliah Ganda (Lily Mariana, 2017)
Keterangan:
DM : Dry Matter (Bahan kering)
Untuk pengaturan pH bubur buah dilakukan dengan penambahan jus lemon
atau asam sitrat. Jumlah kebutuhannya tergantung dari pH awal bahan.
Pengendalian proses
Tabel. Pengendalian Proses Pembutan Jam Nanas
Tahapan Proses
pembuatan
selai/jam nenas
Kriteria Pengendalian
1. Pencucian buah a. Bersih
b. Tidak ada kotoran atau benda asing yang menempel
Bila tidak memenuhi kriteria,
maka pencuacian diualang
2. Pengupasan a. Mahkota nanas terlepas
b. Kulit terlepas
c. Biji terlepas
Bila tidak memenuhi kriteria,
maka pengupasan diualang
3. Penghancuran/ pemarutan
a. Bubur buah dengan ukuran relatif seragam
b. Bila menggunakan blender, digunakan kecepatan putaran rendah.
Pengecekan terhadap alat
penghancur blender atau
pemarut manual
Pengendalian pada
penggunaan pisau blender
dan kecepatan putaran.
4. Penambahan banhan bantu
a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan
b. Dihitung menggunakan formula yang ditentukan
c. Dilakukan pada suhu ruang
Bila terjadi penyimpangan
perlu diperbaiki.
44
5. Pemasakan selama 1 jam pada suhu 120 0C
a. Bubur buah tidak gosong b. Bubur buah mengental
Suhu dan kekentalan harus
dikendalikan
6. Pengadukan Bubur buah mendidih untuk meratakan hasil
Bubur buah mendidih Proses selesai dan siap
dikemas
Suhu dalam proses pengolahan makanan harus dikontrol dengan baik
untuk menjamin makanan aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan
timbulnya keracunan makanan, terutama suhu pada proses yang dianggap
kritis. Suhu yang perlu dikontrol meliputi suhu dan waktu pemasakan atau
pemanasan, suhu dan waktu pendinginan, suhu dan waktu penyimpanan
dingin.
Pengendalian Produk Akhir
Produk akhir yang dihasilkan dari proses produksi makanan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
1) Produk industri makanan harus memenuhi spesifikasi atau persyaratan
yang ditetapkan berdasarkan mutu mikrobiologi, kimia dan fisik. Jika
mungkin spesifikasi produk diuji melalui analisis laboratorium.
2) Spesifikasi produk dicantumkan pada label seperti nama produk, nama
dan alamat produsen, komposisi atau nilai gizi produk, nomor
pendaftaran dan tanggal kadaluarsa.
Menilai Mutu hasil (Produk)
Faktor yang mempengaruhi mutu produk dapat bersifat sensoris dan
sifat yang tersembunyi. Sifat sensoris adalah semua sifat yang dapat dinilai
sengan indera. Penilaian dengan indera penglihatan, misalnya: bentuk, ukuran,
warna, kilap. Penilaian dengan indera peraba, misalnya tekstur; dengan indera
pebau, misalnya bau, aroma. Sedangkan dengan indera pencicip, misalnya rasa.
Sifat yang tersembunyi merupakan sifat-sifat yang penilaiannya
dilakukan menggunakan peralatan/instrumen serta bahan-bahan tertentu,
misalnya komposisi kimia, niali gizi dan toksisitas. Faktor lain yang juga dinilai
oleh konsumen adalah yang berkaitan dengan batas kadaluarsa, kebersihan
(estetika), berdasarkan agam atau kepercayaan (ke-halal-an) dan
etika.
Kualitas produk dapat dinilai secara subyektif dengan iderawi,
organoleptik atau sensoris. Penilaian secara obyektif dilakukan berasarkan
kandungan kimia yang ada pada produk. Jam yang bermutu baik mempunyai
45
ciri-ciri : konsistensi kokoh, warna cemerlang, distribusi buah merata, tekstur
lembut, flavor buah alami, tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama
penyimpanan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan jam atau selai dan
produk-produk sejenisnya (jeli, marmalade, dan lainlain) terhadap
mikroorganisme adalah:
(1). Kadar gula yang tinggi sekitar 65-73% padatan terlarut.
(2). pH rendah, sekitar 3,1-3,5 tergantung pada tipe pektin dan
konsentrasi.
(3). Aw, berkisar antara 0,75-0,83.
(4). Suhu tinggi selama pendidihan atau pemasakan (105-1060C),kecuali
jika diuapkan secara vakum dan dikemas pada suhu rendah.
(5). Tegangan oksigen rendah selama penyimpanan (misalnya jika
diisikan kedalam
wadah-wadah hermetik dalam keadaan panas).
d. Mengemas Hasil Produksi Sesuai Spesifikasi yang Ditentukan
Pengemasan jam atau selai bila dilakukan dengan hot filling maka jam
harus benar-benar dalam kondisi panas, yaitu: begitu selesai pemasakan, jam
langsung dimasukkan ke dalam botol steril dan langsung ditutup rapat suhu
pengemasan harus terkendali.
Bila pengemasan dengan cara cold filling, pengemasan dilakukan setelah
jam benar-benar dingin suhu berkisar 40C, dimasukkan ke dalam botol steril
dan langsung ditutup. Suhu pengemasan harus terkendali.
Bahan Kemasan
Bahan kemasan yang digunakan dalam pengemasan:
1) Tidak boleh beracun atau menimbulkan penyimpangan pada produk
selama penyimpanan pada kondisi normal, sehingga tidak
menimbulkan bahaya bagi konsumen.
2) Dapat melindungi produk terhadap pengaruh luar.
3) Tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan dan
peredaran.
Contoh pengemasan selai atau jam ditunjukkan pada gambar di bawah ini..
46
Selai Nanas
Dokumen : Dhany Sevitasari
Uji Kemampuan Diri :
1. Diketahui berat nanas kupas 425 gr, DM nanas 12,82%, DM gula 98%, DM
selai 65%, maka berapa jumlah gula dan pektin (pure pectin) dan apple
concentrate yang dibutuhkan?
2. Bagaimana cara menilai mutu selai buah (jam)? Mengapa penilaian mutu
perlu dilakukan? Jelaskan….
3. Uraikan faktor-faktor yang berpotensi sebagai sumber kotaminan pada
tempat (ruang pengolahan) dan bagaimana pemeliharaan
tempat kerja?
4. Mengapa kemasan produk penting diberikan label? Informasi apa saja yang
termuat pada label tersebut….
5. Kemasan yang paling sesuai untuk mengemas produk Jam adalah…., uraikan
persyaratan kemasan…..
3. Memproduksi Sari Buah
Sari Buah Sumber : Dhany Sevita
Perhatikan gambar di atas, apa yang dapat anda jelaskan tentang produk sari buah,
bagaimana proses pengolahannya? Coba kita pelajari bersama, bahwa sari buah
merupakan sari atau filtrat buah melalui proses penghancuran buah dan penyaringan.
Sari buah segar yang ada di pasaran ada yang ditambahkan gula dan ada pula yang asli
(tidak ditambah gula). Saat ini banyak sekali produk sari buah dari berbagai jenis rasa
buah (dari essence buah) maupun sari buah dari buah asli yang beredar di pasaran.
Pengolahan buah-buahan menjadi sari buah dimaksudkan untuk
memudahkan manusia mengkonsumsi buah sebagai minuman segar, meningkatkan
nilai ekonomis buah bila terjadi panen yang melimpah, sebagai sumber vitamin. Sari
buah sebagai salah satu produk hasil pengolahan buah-buahan dengan cara mengambil
47
sari atau filtratnya, sari buah tersebut boleh ditambahkan gula dan air sebagai bahan
pengisi atau tanpa penambahan gula. Kadar gula sari buah yang diinginkan berkisar
antara 10-15 %, hal ini tergantung tingkat kesukaan konsumen, dengan pH (derajat
keasaman) mencapai 3-4. Prospek dari sari buah masih cukup memiliki peluang yang
bagus mengingat kemudahan untuk mendapatkan bahan baku (terutama pada saat
panen raya), untuk meningkatkan nilai ekonomis dan diversifikasi (penganekaragaman
produk).
Kegiatan : Diskusi
Diskusikan dan carilah informasi bersama teman anda, tentang komposisi yang ada
dalam sari buah. Bandingkan beberapa produk sari buah yang ada dipasaran . Tuliskan
hasil diskusi dan presentasikan.
a. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi
Untuk pembuatan sari buah, bahan dasar yang digunakan adalah buah-
buahan yang sudah masak, tapi jangan terlalu masak. Buah yang digunakan tidak
perlu buah yang mempunyai bentuk yang beraturan, karena buah nantinya akan
dihancurkan. Kriteria buah adalah masak, segar, buah tidak boleh dalam keadaan
busuk dan rusak.
Secara umum buah-buahan merupakan sumber vitamin, terutama
vitamin C atau asam askorbat dan sedikit vitamin A dan berbagai zat lainnya. Dari
semua jenis vitamin, vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak.
Vitamin C merupakan komponen yang mudah teroksidasi, dan proses tersebut
dipercepat adanya panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh katalis
tembaga dan besi. Oksidasi vitamin C dapat dihambat dengan penggunaan suhu
rendah dan dalam kondisi asam. Vitamin C tergolong vitamin yang mudah larut
dalam air sehingga untuk mengolah produk-produk dengan bahan baku yang
memiliki kandungan vitamin C tinggi, seperti sari buah tidak boleh menggunakan
suhu tinggi, karena vitamin akan rusak. Kemudian produk yang dihasilkan
sebaiknya disimpan dalam kondisi dingin.
Bahan pendukung yang diperlukan untuk membuat sari buah yaitu air, gula
pasir , pemantap, pengawet, bahan pewarna jika diperlukan.
1) Air
Dalam pembuatan sari buah diperlukan air selama proses pengolahan,
baik untuk pencucian maupun untuk melarutkan dan sebagai bahan pengisi
sari buah (khususnya untuk sari buah yang diencerkan dan ditambahkan
gula). Kualitas air yang digunakan selama proses pengolahan memegang
peranan yang penting karena dapat mempengaruhi kualitas produk sari buah
48
yang dihasilkan. Untuk itu maka diperlukan persyaratan khusus terhadap air
yang digunakan, persyaratan tersebut meliputi:
Persyaratan fisik
Secara fisik air yang digunakan untuk keperluan pengolahan harus
bersih, tidak berwarna dan tidak berbau. Air yang mengandung zat-zat
terlarut sehingga memberikan warna tertentu (tidak jernih) tidak boleh
digunakan dalam proses pengolahan, begitu pula terhadap air yang
memberikan bau tertentu karena adanya zat yang terlarut juga tidak boleh
digunakan dalam proses pengolahan.
Persyaratan kimia
Di samping persyaratan fisik, air yang digunakan untuk proses
pengolahan harus memenuhi persyaratan secara kimia. Secara umum air
mengandung bahan-bahan kimia tertentu. Dalam jumlah tertentu bahan-
bahan kimia tersebut memang tidak berpengaruh nyata terhadap kesehatan,
namun bila melebihi ambang batas tertentu untuk bahan tertentu maka air
tersebut tidak boleh digunakan untuk kepentingan pengolahan. Contoh
bahan-bahan kimia yang terkandung dalam air dan berbahaya bagi tubuh
manusia, di antaranya air raksa (Hg), plumbum atau timah (Pb), tembaga atau
cuprum (Cu), dan lain-lain.
Persyaratan mikrobiologis
Air yang digunakan untuk pengolahan selain harus memenuhi
persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis.
Air yang akan digunakan harus bebas dari mikroba/ mikroorganisme
penyebab keracunan, penyebab penyakit, karena air yang demikian bila
digunakan selama proses pengolahan makanan akan sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia. Untuk menjamin bahwa air telah bebas dari
mikroorganisme penyebab keracunan dan penyebab penyakit, biasanya
terhadap produk yang dihasilkan dapat dilakukan pengujian secara
mikrobiologis, meliputi uji bakteri coli (coliform), dan uji bakteri patogen.
2) Gula
Gula yang digunakan dalam pembuatan sari buah adalah gula putih. Namun
untuk sari buah asli atau yang ditambahkan gula dan tidak diencerkan maka
tidak memerlukan gula selama proses pengolahannya. Gula berfungsi sebagai
bahan untuk memberikan rasa manis pada sari buah. Konsentrasi gula yang
terkandung dalam sari buah berkisar antara 12-14 %, gula disini tidak
berfungsi sebagai pengawet atau hanya sebagai pemberi rasa manis.
JENIS BAHAN PEMANIS TINGKAT KEMANISAN
PEMANIS ALAMI Fruktosa 1,7
49
Stevia 250
Xylitol 1
Sorbitol 0,6
PEMANIS BUATAN Siklamat 30
Aspartam 160-200
Saccharin 300
Sucralose 600
3) Pemantap
Fungsi menyatukan berbagai jenis bahan dasar sehingga diperoleh
keseimbangan yang baik. Pemantap yang digunakan yaitu hidrokoloid yang
mempunyai sifat hidrofilik serta zat yang memiliki sifat pengemulsi sehingga
pemantap dapat menstabilkan emulsi O/W. Beberapa jenis pemantap adalah
Gum Arabik, Karagenan, Pati, Pektin, CMC, Pengental.
4) Pengawet
Produk sari buah dalam komposisi bahannya terdapat pengawet yang
berfungsi untuk memperpanjang daya simpan dan menghambat aktivitas
bakteri. Pengawet adalah bahan tambahan pangan yang digunakan untuk
mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman, penguraian dan
perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
Faktor yang mempengaruhi efisiensi pengawet :
a) Konsentrasi bahan
Kelarutan BTM menentukan efektivitas dalam menghambat
mikroorganisme.
b) Komposisi bahan
Komposisi zat gizi bahan menentukan jenis mikroorganisme yang
mempunyai potensi berkembang pada produk tersebut. Kondisi PH
yang dimiliki bahan pangan tersebut akan menunjukkan besarnya
aktivitas mikroorganisme (MO).
c) Tipe organisme yang dihambat
d) Penggunaan BTM pengawet berfungsi untuk menghambat bukan
untuk mematikan organisme pencemar sehingga pemilihan BTM
harus sesuai dengan jenis MO yang dikendalikan.
Pengawet sintetis yang sering dijumpai adalah : Benzoat, Propionat, Sorbat,
Nitrit dan Sulfit.
BTM
Pengawet
FUNGSI BATAS
MAKSIMUM
(mg/kg)
Kategori Pangan
50
BENZOAT Efektif Menghambat
pertumbuhan yeast dan
kapang dibandingkan
untuk menghambat
bakteri
1000 mg/kg - Produk buah fermentasi
- SElai
- Jeli
- Margarin
- Kembang gula
- Permen karet
- Sari buah
SORBAT
ASAM SORBAT
POTASIUM
SORBAT
Menghambat
pertumbuhan yeast dan
kapang.
1000 mg/kg
BB
- Susu
- Buttermilk
- Olahan kacang
- Makanan ringan
berbahan dasar kentang,
umbi, serealia, tepung
dan pati
- Produk olahan daging
5) Pewarna
Untuk meningkatkan daya tarik dari warna sari buah, maka digunakan
bahan pewarna. Sebenarnya penggunaan bahan pewarna ini tidak penting,
karena sari buah asli sudah memiliki warna yang cukup menarik. Warna
yang dapat digunakan untuk sari buah yaitu warna yang sesuai dengan
warna asli buahnya. Sedangkan zat warna yang boleh digunakan sebaiknya
zat warna makanan dengan konsentrasi yang sesuai dengan yang tertera
pada label zat pewarna.
PENGHITUNGAN BTM
Ada dua istilah yang berkaitan dengan pengaturan pembatasan BTM, yaitu ambang
batas maksimum dan GRAS (Generally Recognized as Save). Ambang batas maksimum
disebut dengan istilah ADI (Acceptable Daily Intake).
Contoh penghitungan BTM (jumlah pemanis buatan) yang diperbolehkan berdasarkan
bobot badan (ADI) dapat dihitung sebagai berikut :
Pertanyaan :
Penggunaan Aspartam adalah 200 mg/kg BB. Hitunglah jumlah aspartam yang
diperbolehkan oleh orang dengan bobot badan 65 kg.
Jawaban :
Jumlah aspartame yang diperbolehkan
= 200 mg/kg x 65 kg
= 13.000 mg
= 13 gram
51
b. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi
Peralatan utama yang digunakan untuk membuat sari buah diantaranya:
1) Pisau stainless steel, digunakan untuk mengupas atau memotong dan
menghilangkan bagian-bagian yang tidak diperlukan dalam membuat sari
buah.
2) Talenan, sebagai alas memotong buah.
3) Blender untuk membuat bubur buah.
4) Saringan dan kain saring, untuk menyaring bubur buah dan menghasilkan
filtrat buah.
5) Panci stainless steel, untuk memanaskan air dan memanaskan sari buah.
6) Kompor gas sebagi alat pemanas.
7) Timbangan, untuk menimbang bahan baik bahan dasar maupun bahan
pendukung.
8) Gelas ukur untuk mengukur cairan yang digunakan.
c. Mengendalikan Proses dan menilai Mutu Sari buah
Sari buah merupakan hasil pengepresan atau pengambilan filtrat buah (sari buah),
berbentuk cair, dengan aroma dan rasa spesifik dari buah-buahan yang digunakan.
Seperti tampak pada gambar berikut, contoh sari buah nanas.
Pada dasarnya pengolahan sari buah adalah pencucian, filtrasi, pemanasan,
penggulaan, dan pengemasan.
1) Pemilihan bahan dasar
Pemilihan bahan dasar dimaksudkan untuk memisahkan bahan yang sudah rusak
dengan bahan yang tidak rusak. Kualitas bahan baku akan berpengaruh terhadap
kualitas produk yang dihasilkan. Penggunaan bahan dasar yang tidak memenuhi
kriteria yang dipersyaratkan untuk membuat sari buah, bila diolah maka sari
buah yang dihasilkan juga akan memiliki kualitas yang kurang baik.
Bahan dasar untuk membuat sari buah dipilih buah yang tidak busuk, sedangkan
ukuran besar atau kecil tidak masalah karena akan dihancurkan dan diambil
filtratnya. Buah yang sudah busuk biasanya mengandung mikroba, dan
memberikan aroma yang kurang segar, dengan demikian sari buah yang dibuat
dengan bahan dasar demikian akan menghasilkan sari buah berkualitas rendah.
2) Pencucian
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada bagian
kulit buah. Kotoran-kotoran tersebut harus dihilangkan karena kotoran juga
merupakan salah satu penyebab kerusakan. Kotoran yang sering menempel pada
kulit buah seperti tanah, debu, dan benda asing lainnya. Air untuk pencucian
sebaiknya menggunakan air bersih, karena penggunaan air yang kotor dapat
menimbulkan kontaminasi/tercemarnya produk yang dihasilkan.
52
3) Ekstraksi dan Filtrasi
Buah yang telah dikupas dan dibersihkan kemudian dipotong-potong menjadi
bagian yang kecil-kecil, Selanjutnya buah dipres atau dihancurkan dengan
menggunakan blender, kemudian disaring. Untuk memudahkan penyaringan
dapat dilakukan penyaringan 2 tahap. Untuk skala industry yang cukup besar
pemisahan antara bagian yang padat dengan bagian yang cair (ekstraksi)
dilakukan dengan menggunakan screw ekstraktor, filter atau centrifugal
machines.
Filtrasi
Setelah dicuci, buah dipotong-potong, selanjutnya buah diperas dengan tangan
atau menggunakan alat pemeras buah. Tujuan filtrasi untuk mendapatkan sari
buah/filtrat yang bebas dari biji. Selama filtrasi, sari buah langsung disaring
sehingga sari buah tidak tercampur dengan biji maupun butir-butir buah yang
tidak terperas.
4) Pengenceran
Pengenceran dilakukan apabila sari murni (hasil penyaringan hancuran buah)
perlu diencerkan. Air yang digunakan untuk pengenceran air matang, dan jumlah
air yang ditambahkan tergantung pada jenis buah yang digunakan dan kepekatan
sari buah yang diinginkan. Umumnya penambahan air untuk pengenceran
dilakukan sebanyak 2 – 3 kali volum sari buah murni.
5) Penggulaan
Untuk sari buah yang tidak ditambahkan gula, biasanya bila membuat sari buah
dari buah yang memang sudah manis, seperti jambu biji, mangga, jeruk, maka
tidak perlu ditambahkan gula. Sari buah demikian memiliki kualitas dan
kandungan vitamin yang lebih baik dibandingkan dengan sari buah yang
ditambah gula, karena semua nutrisi yang terkandung masih alami, dan memiliki
harga jual yang jauh lebih tinggi. Untuk sari buah yang diberi penambahan gula,
konsentrasi gula yang ditambahkan sekitar 12-14%, atau sesuai keinginan
konsumen.
6) Pemanasan
Pada pembuatan sari buah, proses pemanasan dilakukan untuk menghindari
adanya kontaminasi. Suhu pemanasan yang digunakan antara 65-80°C selama 5-
10 menit. Proses ini dikenal pula dengan nama pasteurisasi. Setelah diperoleh sari
buah (filtrat), maka filtrat dipanaskan. Suhu pemanasan filtrat yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan rusaknya vitamin yang terdapat pada sari buah. Bila sari
buah ditambah gula, maka setelah dilakukan penambahan gula, sari buah harus
dipasteurisasi lagi.
d. Mengemas Hasil Produksi Sesuai Spesifikasi yang Ditentukan
53
Sari buah yang dihasilkan selanjutnya dikemas. Bahan pengemas sari buah
diantaranya:
1) Botol plastik atau botol gelas, dilakukan secara hot filling, lalu ditutup.
Kemasan Botol Plastik Sumber : Dhany Sevita
2) Cup plastik, dilakukan secara hot filling selanjutnya ditutup dengan bantuan
cup sealer.
3) Tetra pack, dilakukan pada industri besar.
Kegiatan : Pencarian Informasi
Pernahkah Anda mengamati beberapa bentuk kemasan sari buah.
1. Buatlah kelompok diskusi yang berisikan 3-4 siswa
2. Lakukan pengamatan mengenai berbagai bentuk kemasan sari buah yang ada
dipasaran, jawablah pertanyaan berikut ini.
a. Bentuk kemasan sari buah yang ada dipasaran ? Menurut anda mengapa
pengemasan menjadi hal penting untuk diperhatikan…jelaskan….
b. Sebutkan keterangan apa saja yang termuat pada label kemasan sari buah
yang ada dipasaran.
Kegiatan : Eksperimen 1
Memproduksi Manisan Buah Basah Berair
(Manisan mangga , Manisan kedondong)
A. Tujuan
Siswa dapat menerapkan teknik pengawetan bahan pangan dengan penggulaan dan
memproduksi manisan buah dengan kriteria: kenampakan manisan buah segar, aroma
spesifik khas buah, tekstur keras, rasa manis dan warna cerah (tidak terjadi pencoklatan).
B. Alat dan Bahan
Alat
Panci, pengaduk, peniris, baskom, pisau, gelas ukur, termometer, saringan, kompor.
54
Bahan
Mangga, Kedondong, gula pasir, kapur sirih atau CaCl2, garam, pengawet (jika diperlukan),
kemasan.
C. Langkah Kerja
1. Pilihlah buah yang masih segar dan pisahkan dari yang busuk atau cacat.
2. Timbang buah tersebut sesuai dengan kebutuhan, dan cuci dengan air bersih.
3. Kupaslah kulit bagian luarnya dan pisahkan dari bagian yang tidak digunakan (biji).
4. Lakukan pengecilan ukuran dengan cara dirajang atau dipotongsesuai dengan
keinginan.
5. Buat larutan garam 10% (b/v) , kemudian buah direndam dalam larutan garam
tersebut selama 12- 48 jam.
6. Buat larutan kapur 10% ( diambil yang bening) atau CaCl2 0,1% dan rendamlah
potogan buah dalam larutan tersebut selama 1 jam, kemudian dicuci dengan air bersih.
7. Lakukan pencucian buah dengan air panas sampai rasa asinnya hilang ( untuk buah
kedondong dengan air dingin) kemudian cuci kembali dengan air matang dingin atau
air es lalu tiriskan.
8. Siapkan larutan gula 50%, kemudian rendam buah tersebut dalam larutan gula selama
24 jam.
9. Selesai perendaman gula tahap ke 1, irisan buah diangkat dan ditiriskan. Larutan gula
sisa perendaman tahap I diukur kadar gulanya dengan alat refractometer. Jika kadar
gulanya turun ditambah gula sampai mencapai kadar gula 60%. Jika tidak tersedia alat
refractometer dapat ditambahkan gula kurang lebih 10% dari volum larutan yag ada.
Panaskan larutan gula sampai mendidih setelah dingin irisan buah dimasukan dan
direndam selama 24 jam.
10. Lakukan perendaman tahap ke 3, seperti langkah 9. Semakin lama perendaman dalam
larutan gula semakin enak rasa manisnya.
11. Apabila telah meresap rasa gulanya kemudian kemaslah dengan kantong plastik dan
simpan dalam lemari pendingin.
Contoh Tabel Hasil Pengamatan
Nama Bahan Baku/ Parameter
Potongan 1 (Iris)
Potongan 2 (potongan dadu)
Potongan 3 (potongan korek api)
Kekerasan/Tekstur
Rasa
Warna
Kadar gula irisan buah
pH
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
55
Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tugas :
Buatlah kelompok praktik yang beranggotakan 3 - 4 siswa, lakukan kegiatan praktik atau
kegiatan eksperimen 1 sesuai langkah kerja, lakukan pengujian organoleptik pada produk
yang dihasilkan, susunlah laporan yang berisi penjelasan deskripsi produk, analisis
kelayakan usaha, pembahasan dan kesimpulan. Kumpulkan laporan hasil praktik kepada
guru pembimbing.
Kegiatan : Eksperimen 2
Memproduksi Selai Buah (Jam)
A. Tujuan
Siswa memiliki ketrampilan memproduksi selai buah (jam) sesuai persyaratan mutu.
B. Alat dan Bahan
Alat
Wajan, pengaduk kayu, pisau, papan plastic/kayu (telenan), sendok, panci/dandang,
blender, saringan plastik, botol selai (Jar), termometer, peralatan pengujian DM1 unit
Bahan
Buah stroberi, nanas, belimbing, jambu biji , gula pasir (sesuai perhitungan), pektin
0,05% - 1% (menyesuaikan kondisi bahan), asam sitrat secukupnya menyesuaikan pH
jam, natrium benzoat 0,05 % - 0,1% (Jika diperlukan)
C. Langkah Kerja
1. Penyiapan bahan baku dan bahan bantu
a. Ambil nanas hasil sortasi sebanyak 5 buah. Periksa kondisi nanas segar. Timbang
berat awal nanas. Catat pada borang pengamatan.
b. Cuci nanas hingga bersih.
c. Kupas nanas dan buang biji matanya hingga bersih
d. Periksa kondisi nanas yang telah dikupas. Timbang nanas yang telah dikupas. Catat
pada borang pengamatan.
2. Penyiapan peralatan
a. Mengambil peralatan yang digunakan
b. Memeriksa kesesuaian jenis alat yang akan digunakan
c. Memeriksa kelengkapan alat
d. Memeriksa kebersihan alat
e. Memeriksa kinerja alat
f. Mencatat dalam borang pengamatan untuk butir 1 s.d 4
3. Penyiapan bahan kemas, yaitu botol jar
56
a. Siapkan botol jar 5 buah dengan tutupnya yang telah dicuci bersih.
b. Lakukan sterilisai pada suhu 121°C tekanan 1 atm selama 30 menit menggunakan
autoclave.
c. Botol jar steril siap digunakan sebagai bahan kemas/wadah selai buah (jam).
4. Penghancuran
a. Potong-potong nanas menggunakan pisau untuk memudahkan penghancuran
b. Siapkan blender dan lakukan pre start. Periksa kinerja blender baik dan pastikan
blender bisa digunakan
c. Lakukan penghancuran nanas menggunakan blender. Gunakan tombol kecepatan
terkecil.
d. Periksa kondisi bubur buah untuk memastikan keseragaman hancuran. Catat
kondisi bubur buah pada borang pengamatan.
e. Tempatkan bubur buah pada wadah panci stainless steel. Amati bubur buah hasil
penghancuran.
5. Penghitungan kebutuhan bahan bantu
a. Hitung kebutuhan gula dan pektin menggunakan rumus (formula) yang sudah
disiapkan berdasarkan berat nanas kupas. Catat kebutuhan gula dan pektin pada
borang pengamatan
b. Timbang gula sesuai dengan kebutuhan
c. Timbang pektin sesuai dengan kebutuhan.
d. Siapkan jus lemon dari 1 buah jeruk lemon.
6. Pencampuran
a. Campur bubur nanas, gula dan pektin dalam keadaan dingin. Aduk sampai merata.
b. Periksa keasaman campuran menggunakan kerta pH yang ada skalanya. Catat pH
campuran bubur buah.
c. Apabila pH bubur buah lebih dari 4, maka tambahkan bubur buah dengan jus
lemon hingga pH sekitar 3.8.
d. Aduk kembali hingga merata. Amati kondisi campuran bubur buah dengan bahan
bantu pada borang pengamatan.
7. Pemasakan
a. Masak campuran bubur buah pada suhu 120°C selama ± 1 jam menggunakan panci
stainless steel sambil dilakukan pengadukan dan mengendalikan agar tidak
gosong. Pemasakan dilakukan sampai kental atau total padatan 62-68 %.
b. Lakukan pemeriksaan total solid menggunakan refraktometer untuk
memperkirakan tingkat kekentalan selai buah (jam) dan spoon test untuk
menentukan titik akhir proses pemasakan.
c. Angkat panci dari api bila kekentalan yang ditentukan sudah tercapai.
8. Pengemasan
57
a. Masukkan selai buah (jam) dalam keadaan panas ke dalam botol jar steril. Pengisian
dilakukan sampai batas leher bagian bawah botol. Leher botol dikosongkan dan
berfungsi sebagai head space
b. Lakukan exhausting menggunakan panci terbuka beralaskan kain saring.
c. Selai buah (jam) dalam botol jar di masukkan ke dalam panci, kemudian masukkan
air bersih hingga setinggi 3/4 tinggi botol.
d. Panaskan hingga air mendidih. Periksa suhu bahan, biarkan suhu bahan mencapai
80 - 90°C dan pertahankan selama 15 menit.
e. Selesai exhausting botol segera ditutup rapat.
f. Lakukan sterilisasi pada suhu 90°C selama 15 menit.
g. Dinginkan produk secepatnya.
h. Siapkan label yang memuat informasi tentang produk.
i. Tempelkan label pada produk selai buah (jam) dalam botol
j. Lakukan pengamatan terhadap produk akhir dan catat pada borang pengamatan.
9. Mengumpulkan dan mengelola limbah
a. Limbah dikumpulkan berdasarkan sifatnya (padat dan cair)
b. Limbah padat dikelompokkan berdasarkan sifatnya, yaitu organik dan anorganik.
c. Limbah dikelola sesuai dengan tata cara, manajemen limbah yang diterapkan
diperusahaan
10. Penyimpanan produk
a. Simpan produk di ruangan khusus penyimpanan produk pada suhu 25°C dengan
kelembaban udara rendah (RH) 30%.
b. Amati produk secara periodik sampai batas masa simpan yang ditentukan (3 Bulan).
11. Penilaian mutu produk
Lakukan penilaian mutu produk secara organoleptis/inderawi. Bandingkan dengan
kriteria mutu produk akhir yang diharapkan.
a. Konsistensi kokoh,
b. Warna cemerlang,
c. Distribusi buah merata,
d. Tekstur lembut,
e. Flavor buah alami,
f. Tidak mengalami sineresis dan kristalisasi selama penyimpanan
Pembahasan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Kesimpulan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………
Tugas :
58
Buatlah kelompok praktik yang beranggotakan 3 - 4 siswa, lakukan kegiatan praktik atau
kegiatan eksperimen 2 sesuai langkah kerja, lakukan pengujian organoleptik pada produk
yang dihasilkan, susunlah laporan yang berisi penjelasan deskripsi produk, analisis
kelayakan usaha, pembahasan dan kesimpulan. Kumpulkan laporan hasil praktik kepada
guru pembimbing.
Kegiatan : Eksperimen 3
PENGUJIAN PEKTIN
A. Tujuan
Siswa mampu melakukan pengujian pektin
B. Peralatan dan Bahan
Alat
Beaker Glass, pipet Tetes, gelas ukur
Bahan
Sampel uji
C. Langkah Kerja
1. Siapkan bahan uji atau sampel bahan yang akan diuji
2. Lakukan pengujian terhadap pektin secara kualitatif sebagai berikut.
Masukkan alkohol 10 ml pada gelas ukur atau tabung reaksi. Masukkan jus buah
10 ml yang telah dipanaskan dalam kondisi dingin kedalam alkohol tersebut. Amati
gumpalan yang terbentuk.
3. Jika tampak gumpalan seperti jelly, berarti kandungan pektinnya tinggi,
4. Jika terdapat gumpalan terpecah-pecah, berarti kandungan pektinnya sedang/medium,
5. Jika terdapat gumpalan terpecah-pecah namun sedikit atau sama sekali tidak nampak,
berarti kandungan pektinnya rendah sekali.
Kegiatan : Eksperimen 4
Memproduksi Sari Buah Jambu biji
A. Tujuan
Siswa mampu membuat sari buah jambu biji, dengan criteria : rasa khas jambu biji,
rasa manis, kadar gula 10 – 14 %, warna manarik, berbentuk cair.
B. Alat dan Bahan
Alat
Baskom, pisau, saringan plastik, kain saring, pisau stainless steel, botol kemasan, kompor,
pengaduk, gelas ukur, gelas ukur, thermometer, panci
Bahan
59
Jambu biji matang dan segar, air matang, gula pasir (putih), asam sitrat, natrium benzoate
(pengawet), Carboxil Methyl cellulose (CMC), pewarna, perisa (jika diperlukan).
C. Langkah Kerja:
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk proses pembuatan sari buah.
2. Pilihlah buah yang masih segar, matang dan tidak rusak atau pisahkan dari yang busuk
atau cacat.
3. Timbang buah tersebut sesuai dengan kebutuhan.
4. Cuci bahan dengan air bersih, kupas kulitnya , pisahkan bijinya dan potong-potong lalu
timbang berat bersih.
5. Hancurkan jambu biji dengan blender, selama penghancuran tambahkan air sebanyak 3
kali berat jambu biji bersih, ukurlah jumlah filtrate atau sari buah yang diperoleh dan
catat.
6. Timbang gula pasir sebanyak 10 – 14% dari filtrat dan campurkan dengan CMC sebanyak
0,01 - 0,1% aduk sampai rata .
7. Panaskan sari buah sampai mencapai suhu ± 800C selama 5 – 10 menit.
8. Tambahkan gula pasir sebanyak 10 – 14% dari filtrat dan tambahkan asam sitrat
secukupnya hingga diperoleh pH 4,5 dan tambahkan perisa/pewarna dan pengawet jika
diperlukan.
9. Sari jambu yang masih panas langsung dimasukkan ke dalam kemasan steril, tutup dan
pasteurisasi dengan cara direbus selama 15 menit.
10. Lakukan pelabelan
Tugas
Buatlah kelompok praktik yang beranggotakan 3 - 4 siswa, lakukan kegiatan praktik atau
kegiatan eksperimen 3 dan 4 sesuai langkah kerja, lakukan pengujian organoleptik pada
produk yang dihasilkan, susunlah laporan yang berisi penjelasan deskripsi produk, analisis
kelayakan usaha, pembahasan dan kesimpulan. Kumpulkan laporan hasil praktik kepada
guru pembimbing.
Uji Kemampuan Diri
1. Bagaimana cara melakukan ekstraksi dan filtrasi, jelaskan..
2. Mengapa pengendalian proses sangat penting diperhatikan pada pembuatan sari buah,
jelaskan,,,,
3. Jika ditemukan mutu produk akhir sari buah tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan,
uraikan tindakan anda….
Rangkuman
60
1. Karakteristik mutu bahan pangan menjadi dua kelompok, yaitu karakteristik fisik atau
karakteristik tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik,
kinetika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi, flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau
dan cicip, dan karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
2. Buah merupakan bahan pangan sumber vitamin, kaya kandungan gizi, secara umum
memiliki kandungan air tinggi dan memiliki daya simpan pendek, komoditas buah-buahan
sebagian besar termasuk kelompok perishable , mudah mengalami kerusakan oleh pengaruh
mekanik, kimia dan mikrobiologi.
3. Fisiologi buah-buahan sangat penting diketahui untuk tujuan penanganan dan pengolahan,
karena fisiologi buah-buahan berkaitan dengan aspek proses pertumbuhan dan respirasi
seperti pematangan, kelayuan (senescene), klimaterik, dan peran etilen pada proses
pematangan buah.
4. Prinsip pengolahan buah-buahan ditentukan oleh proses dan produk yang dihasilkan, ada
beberapa prinsip pengolahan buah-buahan, yaitu: pengeringan, penggulaan, penggorengan
5. Gula dapat meningkatkan tekanan osmosis pada larutan, maka akan menyebabkan
terjadinya plasmolisis pada sel-sel mikroba yang ada pada bahan. Akibat terjadinya
plasmolisis, air pada sel mikroba keluar dan sel mikroba menjadi kering yang selanjutnya
akan mati. Selain itu gula dengan konsentrasi 50-60% dapat menurunkan Aw (Water
Activity) bahan, di mana aktivitas mikroba menjadi terhambat.
Uji Kompetensi
A. Soal Pilihan Ganda
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Perhatikan gambar di bawah. Untuk menghasilkan produk tersebut teknik konversi
yang dilakukan adalah….
a. Emulsifikasi, ekstraksi dan pengecilan ukuran
b. Emulsifikasi, pencampuran dan pengecilan ukuran
c. Pencampuran, ekstraksi dan pengecilan ukuran
d. Pengecilan ukuran, emulsifikasi dan pencampuran
e. Pengecilan ukuran, ekstraksi dan pencampuran
2. Tahapan pembuatan sari buah dilakukan proses pengambilan ekstrak atau sari pati.
Kegiatan pengecilan ukuran yang tepat menggunakan peralatan….
a. Grinder
b. Grater
61
c. Cutter
d. Juicer
e. Peeler
3. Gula yang ditambahkan pada pembuatan manisan buah dengan konsentrasi yang tinggi
(>40%) mampu berfungsi sebagai pengawet, hal ini dikarenakan …
a. Kandungan air bahan meningkat sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat
b. Aktifitas air (aw) dari bahan menurun sehingga mikroorganisme tidak mampu
tumbuh
c. Gula tidak mampu mengikat air
d. Mikroorganisme tumbuh lebih baik pada konsentrasi gula tinggi
e. Aktifitas air yang tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme bertambah
4. Berikut adalah pernyataan tentang tujuan penggunaan Bahan Tambahan Makanan
(BTM). Tujuan yang tepat dalam penggunaan BTM adalah ....
a. Menurunkan biaya produksi agar lebih murah
b. Meningkatkan daya tarik konsumen
c. Meningkatkan cara memproduksi pangan yang baik
d. Memperbaiki sifat organoleptik bahan olahan pangan
e. Menurunkan nilai gizi pada bahan olahan pangan
5. Untuk membuat manisan buah pepaya, setelah dilakukan blanching, buah direndam
dalam larutan gula secara bertahap 40%, 50%, 60%. Apabila larutan gula 40%
sebanyak 3 liter, maka gula yang diperlukan sebanyak ... gram
a. 1120 d. 1500
b. 1150 e. 1800
c. 1200
6. Perhatikan gambar berikut:
Jenis produk tersebut merupakan hasil proses….
a. Pengasaman
b. Pengentalan
c. Pencampuran
d. Penggulaan
e. Pengawetan
62
7. Pada pengolahan buah menjadi jam atau selai buah, proses pembentukan gel sangat
ditentukan dari kombinasi….
a. Gula, pectin, asam
b. Gula, CMC, asam
c. Gula, buah, pectin
d. Gula, buah, asam
e. Buah, pectin, asam
8. Pembuatan selai/jam dibutuhkan buah dengan karakteristik tertentu. Buah untuk
pembuatan selai/jam dan jelly dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
No Buah-buahan mengandung pektin dan asam tinggi
Buah-buahan mengandung pektin tinggi dan asam rendah
Buah-buahan mengandung pektin rendah dan asam tinggi
1 Jambu biji Pepaya masak Anggur 2 Apel Semangka Nanas 3 Jeruk Pisang Mangga 4 Mangga Belimbing Pepaya 5 Pisang Rambutan Markisa
Pasangan pernyataan yang tepat adalah…
a. 1,2,3
b. 1,2,4
c. 1,2,5
d. 1,3,4
e. 1,3,5
9. Perhatikan gambar berikut:
Prosedur pengoperasian alat tersebut tahap awal adalah….
a. Menyiapkan semua bahan yang akan diproses
b. Memastikan saklar posisi ON dan blender berada pada posisi OFF.
c. Melakukan pengecekan bagian dan kebersihan alat
d. Memasang wadah atau gelas untuk menhancurkan bahan
e. Memindahkan dan menekan saklar ke posisi OFF
10. Diketahui berat nanas kupas 400 gr, DM nanas 12,82%, DM gula 98%, DM selai 65%,
maka berapa gram jumlah gula dan pektin (pure pectin) yang dibutuhkan....
a. 400 dan 2,90
63
b. 400 dan 2,93
c. 400 dan 2,95
d. 450 dan 2,95
e. 450 dan 2,94
11. Produk penggulaan banyak dikonsumsi masyarakat. Berikut yang tidak termasuk
produk hasil penggulaan adalah….
a. Jam
b. Sari buah
c. Manisan buah
d. Keripik nangka
e. Agar-agar kering
12. Untuk memperpanjang masa simpan produk sari buah, jam, manisan buah dengan
menambahkan bahan pengawet yang sesuai adalah….
a. Asam sorbat
b. Natrium benzoate
c. Asam sitrat
d. Butil hidroksianisol
e. Pektin
13. Contohnya pada pembuatan jam atau selai buah. Proses penguapan yang diterapkan
pada benda cair atau suspensi bubur dengan hasil yang diperoleh, yaitu….
a. Mendapatkan hasil tetap berupa benda padat
b. Meningkatnya kekentalan cairan
c. Mendapatkan hasil tetap berupa benda cair
d. Menurunnya kadar air
e. Menurunnya pH bahan
14. Berikut merupakan BTM yang sering digunakan pada produk olahan makanan :
1. Penambah gizi
2. Penguat rasa
3. Pemanis
4. Perisa
5. Pemantap
6. Pewarna
Untuk membuat sari buah, BTM yang digunakan ditunjukkan oleh nomor….
a. 1,2,3
b. 1,2,4
c. 2,3,5
d. 3,4,5
e. 3,5,6
64
15. Diketahui batas penggunaan aspartame adalah 200 mg/kg berat badan. Jumlah
aspartame yang dapat dikonsumsioleh seseorang yang memiliki berat badan 65 kg
adalah….
a. 1,3 gram
b. 13 gram
c. 130 gram
d. 1300 gram
e. 13000 gram
B. Soal Esai
Jawablah dengan tepat dan benar.
1. Bahan dasar dan bahan bantu yang digunakan untuk membuat manisan adalah…
2. Fungsi asam sitrat dan pectin pada pembuatan jam atau selai buah adalah…
3. Bahan atau larutan yang berfungsi memperkokoh tekstur potongan buah sebelum
dilakukan proses blansing pada pembuatan manisan buah adalah…
4. Dalam kemasan sari buah terdapat komposisi “ buah, gula, CMC, Na benzoate,
pengatur keasaman”. Yang termasuk BTM pemantap (stabilizer) dan pengawet
adalah …
5. Tahapan proses … merupakan tahapan pembuatan sari buah setelah pengupasan
dan pemotongan.
6. Pemanasan sari buah pada suhu kisaran 60 - 800 C disebut …
7. Persyaratan kemasan untuk manisan buah…
8. Kegiatan pengecilan ukuran pada manisan buah bertujuan … dengan menggunakan
peralatan…
9. Blansing yang dilakukan pada proses pembuatan manisan bertujuan …
10. Peralatan pengecilan ukuran yang digunakan untuk memisahkan zat yang larut dan
tidak terlarut adalah …
C. Soal Esai Uraian
Jawablah dengan ringkas dan benar.
1. Jelaskan proses ekstraksi pada pembuatan sari buah.
2. Perhatikan gambar dibawah , bagaimana cara melakukan pengendalian bahan pada
pembuatan produk tersebut.
65
3. Mengapa pengendalian proses dan penilaian mutu hasil sangat menentukan kualitas
produk akhir, jelaskan.
4. Pada praktikum pembuatan sari buah sirsak, digunakan bahan pengawet natrium
benzoat sebanyak 0,6 gram. Apabila total sirup yang akan dibuat 2 botol @ 600 ml,
maka persentase pengawet yang digunakan adalah….
5. Industri selai buah mendapatkan penghasilan Rp. 75.000.000,- dengan biaya tetap
Rp. 12.500.000,- setiap bulannya. Biaya tidak tetap yang dikeluarkan setiap harinya
adalah Rp. 1.500.000,- (1 bulan = 25 hari kerja).
Atas dasar data di atas, maka B/C ratio dan R/C ratio usaha tersebut adalah …