profil farmakokinetika pemberian obat melalui
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
1/6
PROFIL FARMAKOKINETIKA
PEMBERIAN OBAT MELALUI INFUS
Pemberian melalui infus diartikan sebagai pemberian obat secara perlahan-lahan dengan
jangka waktu lama, sehingga didapatkan keseimbangan antara kecepatan masuknya obat ke
sirkulasi sistemik dengan kecepatan eliminasi obat. Tujuan dari pemberian obat melalui infus
terutama adalah agar didapatkan kadar terapetik yang terpelihara (konstan), yang memang
diperlukan pada keadaan keadaan tertentu. Untuk itu, perlu dibedakan pemberian obat
bersama infus atau pemberian obat secara perlahan-lahan. Pada saat akan dimulainya
pemberian suatu obat secara infus, kadar obat dalam tubuh adalah nol. emudian diberikan
infus, maka kadar obat akan naik, setelah waktu tertentu proses eliminasi akan seimbangdengan kecepatan masuknya obat, sehingga didapatkan keadaan yang disebut steady state
atau plateau. !teady state ini dapat dipertahankan, apabila kecepatan infus diatur
sedemikian rupa sehingga seimbang dengan kecepatan eliminasi (lihat "ambar #).
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
2/6
$engan demikian, secara matematis jumlah obat yang berada dalam tubuh (%ss) dan
kadar obat dalam darah (&ss) pada keadaan steady state ('tunak) dapat diprediksi dengan
formula
o
a) &ss ' ****+ atau %ss ' &ss d
el
o
b) &ss ' ****+
&
eterangan
&ss adalah kadar obat pada keadaan tunak
o adalah kecepatan infus
& adalah klirens tubuh total
%ss adalah jumlah obat yang berada dalam tubuh pada keadaan tunak.
/aktu untuk mencapai keadaan tunak pada pemberian obat melalui infus.
0erapa lama waktu yang diperlukan untuk mencapai keadaan tunak1 0ila infus diberikandengan kecepatan yang sama dengan kecepatan eliminasinya, maka keadaan tunak akan
tercapai dalam waktu 2,2 T 345. Pada keadaan tertentu, mungkin waktu ini terlalu lama.
Untuk itu, pencapaian keadaan tunak dapat dipercepat dengan pemberian bolus, yaitu
sejumlah dosis obat yang diberikan secara cepat. Pemberian bisa dilakukan dengan cara
mempercepat tetesan infus selama waktu tertentu, bisa dengan memberikan sejumlah dosis
per injeksi intra6ena (lihat "ambar 7a, 7b, 7c).
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
3/6
%pabila kadar obat selama infus dipertahankan supaya tidak berubah, maka setelah infus
dihentikan, kadar obat akan menurun, mengikuti pola kinetika eliminasi yang dimiliki oleh
obat tersebut (lihat "ambar 8
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
4/6
Contoh obat yang dapat diberikan e!a!"i in#"$%
&ontoh obat yang dapat diberikan melalui infus yaitu metronida9ol ( #:: mg metronida9ol
dalam 3:: ml infus). ;etronida9ol bekerja sebagai bakterisid, amubisid dan trikomonasid.
cl selama 3 jam dengan dosis 8,# mg4kg00 setiap 7 jam
pada orang dewasa sehat, konsentrasi puncak metronida9ol dalam plasma rata-rata 57 ?g4ml
dan konsentrasi yang mantap dalam plasma rata-rata 3@ ?g4ml. $alam satu studi crossover
pada orang dewasa, daerah bawah kur6a (%U&s ' area under the concentration time
curves) tidak ada perbedaan secara signifikan pada pemberian dosis metronida9ol tablet #::
mg dengan dosis infus = tunggal #:: mg metronida9ol >&l yang diberikan selama 5: menit.
$istribusi
;etronida9ol didistribusikan secara luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh termasuk tulang,
empedu, air liur, cairan pleural, cairan peritoneal, cairan 6agina, cairan seminal, cairan
serebrospinal (&!< ' cerebrospinal fluid), dan abses hati dan otak. $istribusi pada pemberian
oral maupun pemberian infus = adalah sama. onsentrasi metronida9ol dalam cairan
serebrospinal dilaporkan sebanyak A2B dari konsentrasi metronida9ol dalam plasma, pada
pasien dengan uninflamed meninges serta sebanding atau lebih besar dari konsentrasi
metronida9ol dalam plasma pada pasien dengan inflamed meninges. ;etronida9ol jugadidistribusi ke dalam eritrosit. %da data yang menduga bahwa 6olume distribusi metronida9ol
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
5/6
menurun pada pasien geriatrik dibandingkan pasien usia muda, hal ini mungkin merupakan
akibat dari menurunnya ambilan metronida9ol oleh eritrosit pada pasien geriatrik.
;etronida9ol terikat kurang dari 5:B pada protein plasma. ;etronida9ol melewati plasenta,
didistribusikan ke dalam %!= dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi metronida9ol
dalam plasma.
Climinasi
/aktu paruh dalam plasma dari metronida9ol dilaporkan 7-@ jam pada orang dewasa dengan
fungsi ginjal dan hepar normal. !uatu studi dengan menggunakan metronida9ol >&l yang
dilabel, waktu paruh dari metronida9ol bentuk utuh rata-rata 8,8 jam dan waktu paruh dari
radioakti6itas total rata-rata 33,D jam. /aktu paruh metronida9ol dalam plasma tidak
dipengaruhi oleh perubahan fungsi ginjal, akan tetapi waktu paruh dapat lebih panjang pada
pasien gangguan fungsi hepar. !tudi pada orang dewasa dengan penyakit hepar alkoholik dan
gangguan fungsi hepar memperlihatkan bahwa waktu paruh rata-rata 3@,2 jam (kisaran 3:,2-
5D,# jam).
Inkopatibi!ita$ obat e!a!"i in#"$%
%da obat yang tidak kompatibel dengan kandungan larutan infus. &ontoh khas adalah
natrium bikarbonat dengan inger laktat atau inger asetat. Untuk mencegah
inkompatibilitas, penting dipikirkan bagaimanaobat bisa berinteraksi di dalam atau di luar
tubuh. Eika harus mencampur suatu obat, selalu ikuti petunjuk pabrik seperti 6olume dan jenis
diluen yang tepatF mana larutan yang bisa ditambahkan ke pemberian Gpiggy backHF dan
larutan GbilasH apa yang harus digunakan di antara pemberian suatu produk dan produk lain
untuk menghindari kejadian-kejadian, seperti pengendapan di dalam selang infus (sebagai
&ontoh, jangan pernah memberikan fenitoin ke dalam infus jaga yang mengandung
dekstrosa, atau jangan campur amphotericin 0 dengan normal saline). >al-hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah adanya elektrolit (misal. kalium klorida) yang dicampur ke infus
kontinyu, misal pada sistem piggyback. Eika ingin mencampur obat dalam spuit untuk
pemberian bolus, pastikan obat +obat ini kompatibel di dalam spuit. !elain itu perlu waspada
dengan obat yang dikenal memiliki riwayat inkompatibilitas bila berkontak dengan obat lain.
&ontoh-contoh furosemide (asi), phenytoin ($ilantin), heparin, mida9olam (ersed), dan
dia9epam (alium) bila digunakan dalam campuran =.
$aftar Pustaka
Anonim, 2008, epentingan Pendidikan
-
7/24/2019 Profil Farmakokinetika Pemberian Obat Melalui
6/6
Anonim, 200', (lade) *nfus, http+!!www.de)a
medica.com!ourproduct!prescriptionproducts!detail.php-id$#/idc#, diases
tanggal %8 &aret 200'.
armawan, *., 2008, *nterasi 1bat + Apa ang 3atut Anda 4etahui,
http44www.otsuka.co.id41content'articleIdetailJid'A@'id, diases tanggal %8 &aret
200'.
Arifianto, 2008, 5ata 6asana 3emberian *nfus,
http+!!eluargasehat.wordpress.com!2008!07!2'!tatalasanapemberianinfus!, diases
tanggal %8 &aret 200'.
http://www.dexa-medica.com/ourproduct/prescriptionproducts/detail.php?id=67&idc=7http://www.dexa-medica.com/ourproduct/prescriptionproducts/detail.php?id=67&idc=7http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=48=idhttp://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/29/tata-laksana-pemberian-infus/http://www.dexa-medica.com/ourproduct/prescriptionproducts/detail.php?id=67&idc=7http://www.dexa-medica.com/ourproduct/prescriptionproducts/detail.php?id=67&idc=7http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=48=idhttp://keluargasehat.wordpress.com/2008/03/29/tata-laksana-pemberian-infus/