profil kegiatan pengembangan ekonomi...
TRANSCRIPT
DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH DIREKTORAT PERKOTAAN DAN PERDESAAN
BAPPENAS 2012
PROFIL KEGIATAN PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DAN DAERAH PROPINSI KEPULAUAN RIAU (KABUPATEN BINTAN & NATUNA)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
1
KATA PENGANTAR
Perencanaan pembangunan yang baik tidak lepas dari kebutuhan data yang baik. Untuk itu pengumpulan dan
analisis data yang baik sangat dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan data dan informasi di dalam perencanaan.
Publikasi dengan judul “Profil Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah Tahun 2012” menyajikan data dan
informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Kegiatan PELD di sembilan daerah
percontohan yang bersangkutan, maupun daerah lain yang juga akan berpartisipasi dalam program ini
kedepannya, secara garis besar. “Profil PELD Tahun 2012” mencakup kondisi umum daerah percontohan,
Kebijakan terkait pengembangan komoditas yang bersangkutan, serta analisa terkait pengembangan produk yang
bersangkutan, yang dilengkapi dengan lampiran tabel data terkait daerah-daerah dimana percontohan program
tersebut dilaksanakan. Profil PELD tahun 2012 ini merupakan salah satu series rangkaian laporan progres
pengembangan ekonomi lokal dan daerah percontohan sampai dengan tahun 2014
Publikasi ini terdiri atas enam jilid buku, sesuai dengan provinsi di mana daerah percontohan berada. Profil PELD
ini diharapkan dapat turut berkontribusi dalam penyediaan data dan informasi bagi para perencana, perumus dan
pengambil kebijakan, analis, dan para pemangku kepentingan pengembangan ekonomi lokal.
Kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan, terutama dalam bentuk data
dan informasi, kami menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya. Kami menyambut baik
saran dan masukan untuk perbaikan laporan ini di masa yang akan datang. Saran maupun kontribusi perbaikan
data dapat disampaikan kepada Direktorat Perkotaan dan Perdesaan; Telepon: (021) 390 5650-390 5643, Faksimili:
(021) 392 6319, atau email : [email protected].
Jakarta, Desember 2012
Direktur Perkotaan dan Perdesaan,
Bappenas
Ir. Hayu Parasati, MPS
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
2
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel BAB 1 PENDAHULUAN
i ii
iii Iv 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 2
1.3 Ruang Lingkup 3
1.4 Sistematika Penulisan 4
BAB2 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN NATUNA 6
2.1 Geo dan Demografi 7
2.2 Ekonomi 10
2.2.1 Makro 10
2.2.2 Mikro 12
2.3 Infrastruktur 15
2.3.1 Transportasi 16
2.3.2 Air 18
2.3.3 Listrik 19
BAB 3 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BINTAN 21
3.1 Geo dan Demografi 21
3.2 Ekonomi 26
3.2.1 Makro 26
3.2.2 Mikro 27
3.3 Infrastruktur 32
3.3.1 Transportasi 33
3.3.2 Air & Listrik 35 BAB 4 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK KERAJINAN PERHIASAN DI KOTA MATARAM 4.1 Kebijakan Pembangunan dan Pengembangan Rumput Laut dan Ikan Kerapu di Kabupaten Natuna dan Bintan
37
37
4.1.1 Rumput Laut di Kabupaten Natuna 37
4.1.2 Ikan Kerapu di Kabupaten Bintan 37
4.1.3 Pengembangan Ekonomi Lokal 38 4.2 Analisa Dan Strategi Pengembangan Rumput Laut Dan Ikan Kerapu Di Kabupaten Natuna Dan Bintan
38
4.2.1 Temuan Umum 38
4.2.2 Temuan Substantif 39
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 53
5.1 Rumput Laut 53
5.2 Ikan Kerapu 53
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
3
5.3 Rencana Pengembangan Tindak lanjut dan Isu Terkini 5.3.1 Kabupaten Natuna 5.3.2 Kabupaten Bintan
54 54 55
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
4
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1.1: Garis Besar Tahapan-Tahap Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 1
Gambar 1.2: Rantai Nilai Komoditas Dalam Upaya Mengembangkan Ekonomi Lokal dan Daerah 4
Gambar 2.1: Peta Provinsi Riau dan Kabupaten Natuna 6
Gambar 2.2: Deskripsi Gender dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Natuna Tahun 2010 7
Gambar 2.3: Deskripsi Angka Ketenaga Kerjaan di Desa dan Kota Kabupaten Natuna Tahun 2011 8 Gambar 2.4: Distribusi Tenaga Kerja di Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Natuna
Berdasarkan Sektor Perekonomian Tahun 2011 (%) 9 Gambar 2.5: Rasio Produktivitas Tenaga Kerja terhadap PDRB per Sektor Kabupaten Natuna
Tahun 2011 10
Gambar 2.6: Nilai PDRB, Pertumbuhan, dan Distribusinya di Kabupaten Natuna Tahun 2011 11
Gambar 2.7: Indeks Location Quotient (LQ) per Sektor di Kabupaten Natuna Tahun 2011 12
Gambar 2.8: Industri Berdasarkan Skala dan Usaha Jasa di Kabupaten Natuna 13
Gambar 2.9: Jumlah Usaha Jasa dan Perdagangan di Kabupaten Natuna Tahun 2011 14
Gambar 2.10: Jumlah Pasar dan Koperasi di Kabupaten Natuna 15 Gambar 2.11: Perbandingan Alokasi Belanja Daerah Berdasarkan Fungsi di Provinsi Kepulauan
Riau dan Kabupaten/ Kota Didalamnya Tahun 2011 (Rp Miliar) 16
Gambar 2.12: Deskripsi Panjang Jalan di Kabupaten Natuna Tahun 2011 17
Gambar 2.13: Rasio Arus penumpang dan Arus Barang di Empat Pelabuhan Kab Natuna 18
Gambar 2.14: Gambaran Produksi Air di Kabupaten Natuna Tahun 2011 19
Gambar 2.15: Produksi dan Penggunaan Listrik di Kabupaten Natuna Tahun 2011 20
Gambar 3.1: Peta Provinsi Riau dan Kabupaten Bintan 21
Gambar 3.2: Deskripsi Gender dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun 2011 22
Gambar 3.3: Deskripsi Angka Ketenaga Kerjaan di Kabupaten Bintan Hingga Tahun 2010/2011 23 Gambar 3.4: Distribusi Tenaga Kerja di Kabupaten Bintan Berdasarkan Sektor Perekonomian
Tahun 2011 (%) 24 Gambar 3.5: Rasio Produktivitas Tenaga Kerja terhadap PDRB per Sektor Kabupaten Bintan
Tahun 2011 25
Gambar 3.6: Nilai PDRB, Pertumbuhan, dan Distribusinya di Kabupaten Bintan Tahun 2011 26
Gambar 3.7: Indeks Location Quotient (LQ) per Sektor di Kabupaten Bintan Tahun 2011 24 27
Gambar 3.8: Industri Berdasarkan Skala di Kabupaten Bintan 28 Gambar 3.9: Jumlah Usaha Berdasarkan Kepemilikan SIUP dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
di Kabupaten Bintan Tahun 2011 29
Gambar 3.10: Deskripsi Perbankan di Kabupaten Bintan Tahun 2010 30
Gambar 3.11: Deskripsi Koperasi di Kabupaten Bintan 31 Gambar 3.12: Perbandingan Alokasi Belanja Daerah Berdasarkan Fungsi di Kabupaten Bintan
Didalamnya Tahun 2011 (Rp Miliar) 32
Gambar 3.13: Deskripsi Panjang Jalan di Kabupaten Bintan Tahun 2011 33
Gambar 3.14: Rasio Arus penumpang dan Arus Barang di Empat Pelabuhan Kab Bintan 34
Gambar 3.15: Gambaran Produksi Air dan Listrik di Kabupaten Bintan Tahun 2011 35
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
5
Gambar 4.1: Partisipan pada Kelembagaan Rantai Nilai Rumput Laut di Kabupaten Natuna 40
Gambar 5.2: Rantai Nilai KJA Ikan Kerapu di Kabupaten Bintan 46
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
6
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1.1: Daerah Pilot Program Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah (PELD) 2012, Beserta Masing-Masing Produk Unggulannya 3
Tabel 5.1: Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten Natuna (Pola A) 37
Tabel 5.2: Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten Natuna (Pola B) 38
Tabel 5.3: Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten Natuna (Pola C) 39
Tabel 5.4: Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A) 41
Tabel 5.5: Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A) 42
Tabel 4.6: Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A) 43
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, saat ini kita sudah memasuki fase akhir
dari tahap 2. Yakni fase Pemantapan kembali NKRI; Meningkatkan kualitas SDM; Membangun
kemampuan iptek; dan Memperkuat daya saing perekonomian. Pada periode ini, yakni dalam
RPJMN 2010-2014, pembangunan nasional berdimensi kewilayahan bertujuan untuk
mengurangi kesenjangan antar wilayah terdiri dari beberapa unsur yang saling melengkapi satu
sama lain.
Gambar 1.1: Garis Besar Tahapan-Tahap Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025
Sumber: RPJPN 2005-2025
Poin-poin perhatian pembangunan kewilayahan tersebut meliputi: Data dan informasi spasial;
penataan ruang; pertanahan; perkotaan; perdesaan; ekonomi lokal dan daerah; kawasan startegis;
kawasan perbatasan; daerah tertinggal; kawasan rawan bencana; desentralisasi; hubungan pusat-
RPJM 4 (2020-2024)
RPJM 1 (2005-2009)
Menata kembali NKRI, membangun
Indonesia yang aman dan damai,
yang adil dan demokratis,
dengan tingkat kesejahteraan
yang lebih baik.
RPJM 2 (2010-2014)
Memantapkan penataan kembali
NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun
kemampuaniptek, memperkuat daya
saing perekonomian
RPJM 3 (2015-2019)
Memantapkan pem-bangunan
secara menyeluruh dengan
menekankan pem-
bangunan keung-gulan kompetitif perekonomian
yang berbasis SDA yang tersedia,
SDM yang
berkualitas, serta kemampuan iptek
Mewujudkan masya-rakat
Indonesia yang mandiri, maju, adil
dan makmur
melalui percepatan pembangunan di
segala bidang
dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
2
daerah, dan antar daerah; serta tata kelola dan kapasitas pemerintah daerah. Dalam hal ini, salah
satu isu yang menjadi sorotan didalamnya adalah tentang kesenjangan yang terjadi antara daerah
perkotaan dan perdesaan.
Dalam mengembangkan Ekonomi Lokal dan Daerah, arah kebijakan pembangunan tadi
diimplementasikan dalam pengembangan pusat pertumbuhan/pasar dan pengembangan wilayah
produksi.Adapun prinsip–prinsip yang digunakan dalam mendukung arah kebijakan tersebut
berfokus kepada keunggulan komparatif maupun kompetitif dari masing-masing
daerah.Pembangunan konsep pengembangan dari hulu ke hilir, serta pengembangan sistem pasar
yang efektif dan efisien.
Untuk mendukung semua hal tersebut dibutuhkan sebuah strategi yang dilaksanakan secara
simultan dengan mengembangkan keterkaitan antar kawasan dari komoditas unggul yang
digunakan. Tata kelola ekonomi daerah, kualitas/ kompetensi SDM, fasilitasi Pengembangan
Ekonomi Lokal dan Daerah (PELD), Kerjasama Antar Daerah (KAD), serta akses infrastruktur
yang memadai dalam rantai pengembangan produk itu merupakan syarat-syarat yang mutlak
dipenuhi.
Oleh karena itulah dalam penerapannya dilapangan (dikarenakan sistem yang saling terkait
seperti dijelaskan diatas) perlu dilakukan fokus lokasi yang berbentuk kawasan andalan, pusat-
pusat pertumbuhan wilayah, pusat-pusat pertumbuhan wilayah, seperti kawasan industri berbasis
kompetensi inti, industri daerah/klaster, kawasan sentra produksi, kawasan perkotaan baru/KTM,
agropolitan, minapolitan, dan lain-lain.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan utama dari pembuatan buku profil ini adalah memberikan informasi terkait progress/
perjalanan kegiatan program PELD di berbagai daerah percontohan dengan berbagai komoditas
unggul yang dikembangkannya masing-masing.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
3
1.3 Ruang Lingkup
Penulisan buku profil PELD kali ini merupakan kelanjutan dari penerbitan perdana yang telah
dimulai sejak tahun lalu (Buku Profil PELD 2011).Perlu diketahui program PELD ini
dilaksanakan pada 9 Kabupaten/Kota, yang berada dalam 6 Provinsi percontohan dengan
komoditas unggulan masing-masing untuk tiap daerah dan telah dimulai sejak tahun 2010.
Adapun daerah-daerah percontohan ini terdiri atas:
Tabel 1.1: Daerah Percontohan Program Pengembangan Ekonomi Lokal dan Daerah
(PELD) 2012, Beserta Masing-Masing Produk Unggulannya
Provinsi Kabupaten/ Kota Komoditas Unggulan
1. Sumatera Barat Kab. Limapuluh Kota Gambir
2. Kepulauan Riau Kab. Natuna Rumput Laut
3. Kab. Bintan Ikan Pasca Panen
4. Kalimantan Selatan Kab. Banjar Karet
5. Gorontalo Kab Boalemo Jagung
6. Sulawesi Tenggara Kota Kendari Ikan Pasca Panen
7. Kab. Wakatobi Rumput Laut
8. Nusa Tenggara barat Kota Mataram Kerajinan Emas, Perak, dan Mutiara
9. Kab. Lombok Barat Kerajinan Gerabah
Sumber: Direktorat Perkotaan dan Perdesaan Bappenas
Buku profil Pengembangan Ekonomi Lokal Provinsi Kepulauan Riau ini merupakan satu seri
buku dari enam buku PELD yang diterbitkan pada tahun ini. Keenam seri buku tersebut masing-
masing akan menggambarkan progres pengembangan komoditas unggulan yang telah diterapkan
hingga tahun 2012 ini.
Rantai komoditas yang akan dikembangkan merupakan sutau hal yang menjadi unsur pokok
sekaligus menjadi indikator dalam mendeskripsikan Pengembangan Ekonomi Lokal di masing-
masing daerah. Unsur-unsur pokok tersebut meliputi SDM, Pengembanagan Infrastruktur,
Sumberdaya Modal, Iklim Usaha, serta Informasi Pasar yang berimbang yang kondusif. Oleh
karena itulah aspek keterkaitan antara desa dan kota haruslah diperhatikan. Perdesaaan
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
4
sejarusnya bertindak sebagai agen yang meberi input, agroproduksi, dan agro industri. hal ini
kemudian ditunjang pada daerah perkotaan yang bertugas mengawal output, dan pemasaran serta
jasa pelayanan sebelum semua itu dilmepar ke pasar.
Gambar 1.2: Rantai Nilai Komoditas Dalam Upaya Mengembangkan Ekonomi Lokal dan
Daerah
Sumber: Direktorat Perkotaan dan Perdesaan Bappenas
Data-data yang dihimpun dalam rangka menyusun buku profil ini diambil dari berbagai
sumber.Selain dari BPS, dokumen-dokumen perencanaan didaerah yang bersangkutan (seperti
RPJMD Provinsi dan Kabupaten) menjadi acuannya dalam rangka melihat posisi pengembangan
komoditas dalam perspektif yang lebih luas.Masterplan yang telah ditugaskan kepada masing-
masing daerah untuk dibuat dalam rangka mendukung program PELD –yang dimulai dari review
hingga analisis sektoral dari komoditas yang bersangkutan- juga merupakan sumber-sumber
acuan utama dalam buku ini.
1.4 Sistematika Penulisan
Buku Profil Seri Pengembangan Ekonomi Lokal di Provinsi Kepulauan Riau ini atas empat bab
yang menganalisa dua daerah percontohan yang meliputi Kabupaten Natuna dan Kabupaten
Bintan. Pembahasan akan dimulai pada bab 2 yang berisi tentang gambaran umum masing-
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
5
masing Kabupaten. Pada bab ini indikator seperti Geografis dan demografi; Ekonomi Secara
Makro; Infrastruktur Publik Pendukung; serta Kondisi Bisnis daerah akan dibahas.
Dalam bab 3 strategi besar daerah akan dibahas dengan judul Kebijakan Pembangunan dan
Pengembangan Kawasan Terkait Pengembangan Produk Unggulan di Provinsi Kepulauan
Riau. Dalam bab ini akan dibahas Visi dan Misi Pembangunan masing-masing Kabupaten.
Selain itu Program-program lain yang dituangkan dalam RPJMD kabupaten-kabupaten ini akan
coba diringkas untuk melihat posisi pengembangan produk unggulan bersamaan dengan
pengembangan komoditas lainnya di masing-masing kabupaten.
Terakhir dalam Bab 4 Berbagai isu pengembangan komoditas komoditas unggulan akan dibahas
secara lebih mengerucut. Dalam Bab ini akan dikupas Profil Komoditas Rumput Laut dan Ikan
Pasca Panen dalam Program PELD, mulai dari sisi Kelembagaan dan Kerjasama Antar Daerah
(KAD) dalam rangka pengembangannya, hingga rantai perdagangan masing-masing komoditas
ini. Setelah itu Informasi ini akan dianalisa secara deskriptif untuk memperoleh gambaran
analitis, serta beberapa masukan dan rekomendasi dalam Pengembangan Produk rumput laut dan
ikan pasca panen ini kedepannya. Dalam pembahasan bab 3 dan 4 ini merupakan pemaparan
ulang atas laporan analisis dari tim ahli regional yang ada di Natuna dan Bintan. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan analisa yang lebih realistis terkait dinamika PELD di kedua daerah
tersebut.
Terakhir Bab 5 menyajikan hasil rangkuman kesimpulan dan rekomendasi dari analisa pada bab-
bab sebelumnya. Namun demikian sebelumnya akan disisipkan perkembangan terkini dari
program PELD di Natuna dan Bintan. Pada akhir Bab 5 ini kemudian ditutup dalam dua bagian
yaitu rekomendasi pengembangan dan rekomendasi kebijakan dan strategis.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
6
BAB 2 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN NATUNA
2.1 Geografi dan Demografi
Secara geografis Kabupaten Natuna terletak pada 1o16 LU 7
o19 LU dan 106
o40 BT 110
o00 BT.
Dengan Iibu kota terletak di Ranai, luas kabupaten ini mencapai 264198 Km2 dimana hanya
sekitar 0,76% (2001,3 km2) nya saja merupakan daratan. Natuna terbagi dalam 73 Desa/
Kelurahan dan 12 Kecamatan, yang meliputi Kecamatan Midai, Kecamatan Bunguran Barat,
Kecamatan Bunguran Utara, Kecamatan Pulau Laut, Kecamatan Pulau Tiga, Kecamatan
Bunguran Timur, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kecamatan Bunguran Tengah, Kecamatan
Bunguran Selatan, Kecamatan Serasan, Kecamatan Subi, dan Kecamatan Serasan Timur.
Kabupaten Natuna terdiri atas 154 pulau, namun hanya 27 pulau saja yang telah dihuni.Sebelah
Barat Kabupaten ini berbatasan dengan Semenanjung Malaysia dan Pulau Bintan Kabupaten
Kepualaun Riau.Sebelah Timur berbatasan dengan Malaysia Timur dan Kalimantan
Barat.Sementara itu Sebelah Utara berbatasan dengan Vietnam dan Kamboja. Sedangkan sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Riau
Gambar 2.1: Peta Provinsi Riau dan Kabupaten Natuna
Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Natuna
Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/area.php?ia=2103
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
7
Dari sisi demografis, hingga 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Natuna mecapai angka 72950,
atau meningkat sebanyak % dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio jenis kelaminnya turun
menjadi 104 dibandingkan tahun sebelumnya (yang berjumlah 107).Hal ini berarti hanya ada
sekitar 104 laki-laki tiap 100 penduduk wanita.Sementara itu rasio kepadatannya meningkat
menjadi 36 jiwa/km2 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 34 jiwa/km2.
Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Midai dengan angka rasio mencapai 192
jiwa/km2.Sementara yang paling kecil ada di Kecamatan Bunguran Utara dengan rasio sebanyak
9 jiwa/km2. Dilihat dari polanya penyebaran penduduk tidak dilihat dari
Gambar2.2: Deskripsi Gender dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Natuna Tahun 2010
Sumber: Kab Natuna Dalam Angka 2011 (diolah)
100
102
104
106
108
60000
62000
64000
66000
68000
70000
72000
74000
2010 2011
Jumlah Penduduk
Jumlah Rasio Jenis Kelamin
Jiw
a
Rasio
34
36
34
35
35
36
36
37
37
2010 2011
Rasio Kepadatan
9
192404,71
26,10
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
0
50
100
150
200
250Kepadatan
Rasio Kepadatan (Jiwa/Km2) Luas (km2)
Kep
adat
an (J
iwa/
K
m2)
Luas
(Km
2)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
8
Dari sisi ketenaga-kerjaan, jumlah angkatan kerja penduduk desa di Kabupaten Natuna
mengungguli jumlah penduduk perkotaannya. Hal ini dengan komposisi penduduk usia produktif
mendominasi baik di perkotaan maupun perdesaan. Tercatat diperdesaan angkatan kerjanya
berjumlah sekitar 18681 jiwa dengan usia terbanyak pada kisaran umur 30-34 Tahun sebanyak
3690 jiwa. Sementara di perkotaan total angkatan kerja sebanyak 14988 jiwa dengan usia
terbanyak pada kisaran umur 25-29 tahun sebanyak 3110 jiwa. tingkat serapan tenaga kerja di
perdesaan juga lebih tinggi dibandingkan perkotaan. Tercatat pada 2011 jumlah angkatan kerja
perdesaan yang berhasil terserap di pasar tenaga kerja mencapai 94,16% atau naik dibandingkan
tahun 2010 yang hanya sebesar 93,5%. Sementara itu di perkotaan pada 2011 lalu penyerapan
angkatan kerja di pasar angkatan kerja hanya sekitar 93%, naik dibandingkan tahun sebelumnya
(2010) yang sebesar 92,16%.
Sayangnya Angkatan kerja ini masih memiliki kualitas pendidikan yang tergolong rendah.
Berdasarkan data Sakernas pada 2011 lalu tercatat jenjang pendidikan yang mendominasi para
angkatan kerja tersebut, baik laki-laki maupun perempuan, adalah tingkat pendidikan Sekolah
Dasar kebawah (sekitar 50%%). Sementara tingkat pendidikan menengah pertama dan atas
masing-masing hanya sebesar 13% dan 25%
Gambar 2.3: Deskripsi Angka Ketenaga Kerjaan di Desa dan Kota Kabupaten Natuna Tahun
2011
Sumber: Sakernas dan Depnakertrans (diolah)
4000 2000 0 2000 4000
15-19
25-29
35-39
45-49
55-59
65
Umur Angkatan Kerja tahun 2011
Desa Kota6000 1000 4000 9000
SD<
SMTP
SMTA Umum
SMTA Kejuruan
Diploma I/II/III/Akademi
Universitas
Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja Tahun 2011
Perempuan Laki-laki
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
9
Penyerapan tenaga kerja di perkotaan cenderung terdistribusi merata.penterapan tertinggi ada di
sektor jasa dengan jumlah pekerja mencapai 35% (sekitar 4.938 jiwa) dari total lapangan kerja
yang ada di kota. Hal ini diikuti sektor perdagangan sebanyak 30% (4.177 jiwa) dan sektor
pertanian sebanyak 16% (2.212 jiwa). Untuk daerah perdesaan sektor pertanian mendominasi
sebanyak 48% dari total pekerja di perdesaan atau sekitar 8.413 jiwa. Hal ini diikuti sektor jasa
sebanyak 22% (3.906 jiwa) dan perdagangan 11% (1.985 jiwa).
Gambar 2.4: Distribusi Tenaga Kerja di Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Natuna
Berdasarkan Sektor Perekonomian Tahun 2011 (%)
Sumber: Sakernas dan Depnakertrans (diolah)
Produktivitas angkatan kerja pada tahun 2011 lalu mengalami penurunan sebanyak 7,09%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi Rp 14,55 Juta per kapita.* Sektor pertanian merupakan
pendorong utama dalam peningkatan ini dengan produktivitas rata-ratanya mencapai Rp 26,99
juta per kapita. Hal ini diikuti dengan sektor jasa keuangan sebesar Rp 20,85 juta per kapita, dan
sektor transportasi/ komunikasi dengan produktivitas sebesar Rp 19,08 juta per kapita.
Pertanian
16%
Pertambangan
1% Industri9%
Listrik, Air, Gas
1%
Bangunan
3%
Perdagangan30%
Transportasi, Kom
unikasi2%
Jasa Keuanga
n3%
Jasa 35%
Kota
Pertanian
48%
Pertambangan
1%
Industri5%
Listrik, Air, Gas
0%
Bangunan
7%
Perdagangan11%
Transportasi, Kom
unikasi5%
Jasa Keuanga
n1%
Jasa 22%
Desa
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
10
Gambar 2.5: Rasio Produktivitas Tenaga Kerja terhadap PDRB per Sektor Kabupaten Natuna
Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB dan Sakernas Kab Natuna (diolah)
NB:* Angka ini menggunakan asumsi distribusi kasar pada semua pekerja, tanpa mempedulikan
posisi pekerja-pekerja tersebut.
Ketiga sektor tersebut sekaligus memposisikan diri diatas rata-rata produktivitas Kabupaten
Natuna.Kondisi ini menunjukkan bahwa secara makro ketiga sektor tersebut masih menjanjikan
untuk dimasuki para angkatan kerja.Hal yang menarik bisa dilihat dalam produktivitas sektor
pertanian.Bila pada asumsi produktivitas nasional, sektor pertanian masuk dalam kategori sektor
yang jenuh dalam menampung tenaga kerja (Box 1), fenomena yang sebaliknya bisa kita lihat
dalam kasus Kabupaten natuna ini.Kondisi ini tentu menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang
untuk bisa mengembangkan sektor ini sebagai basis perekonomian lokal di Kabupaten Natuna.
Keunggulan ekonomi ini juga kita akan lihat kemudian dalam analisa ekonomi makro berikut
2.2 Ekonomi
2.2.1 Makro
Pada 2011 lalu PDRB (Riil) Kabupaten Natuna mencapai angka Rp 458,62 Miliar, atau
meningkat sebesar 6,40% dibandingkan tahun sebelumnya. Data tahun 2011 menunjukkan
bahwa kontributor utama berasal dari sektor pertanian sebesar Rp 286,73 miliar (63%). Hal ini
10,00
11,00
12,00
13,00
14,00
15,00
16,00
2008 2009 2010 2011
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja (Rp Juta per Kap)
Rp
Ju
ta p
er K
ap
3,17
3,32
7,72
9,79
10,84
14,08
14,55
19,08
20,85
26,99
Listrik, Gas, & Air
Jasa
Industri Pengolahan
Pertambangan dan …
Perdagangan Hotel …
Bangunan
Kab Natuna
Pengangkutan dan …
…
Pertanian
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja Tahun 2011 (Rp Juta per Kap)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
11
diikuti Sektor Perdagangan sebesar Rp 66,81 miliar (15%), dan Sektor konstruksi sebesar Rp
24,75 miliar (5%).
Gambar 2.6: Nilai PDRB, Pertumbuhan, dan Distribusinya di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB Kabupaten Natuna (diolah)
Bila rasio produktivitas diatas berupaya untuk melihat proporsionalitas produksi suatu sektor
terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam sektor yang bersangkutan, maka dalam analisa
LQ ini berupaya untuk melihat perbandingan kompetitif suatu sektor untuk dikembangkan dalam
skup regional.Analisa Location Quotient (LQ) yang telah dilakukan pada tahun 2011 lalu di
kabupaten Natuna, mendapatkan bahwa ada tiga sektor basis di Kabupaten Natuna (Indeks
LQ>1). Sektor-sektor tersebut meliputi Sektor Pertanian (dengan nilai indeks 14,64); Sektor Jasa
(2,78); dan Sektor Konstruksi/ Bangunan (1,11).
5,40
5,60
5,80
6,00
6,20
6,40
6,60
250,00
300,00
350,00
400,00
450,00
500,00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kab Natuna (Rp Miliar / %)
PDRB Kab Natuna (Rp Miliar) Pertumbuhan (%)
Rp
Mili
ar
%
Pertanian63%
Pertambangan dan
Penggalian0%
Industri Pengolahan
4%
Listrik, Gas,& Air0%
Bangunan5%Perdaganga
n Hotel & Restoran
15%
Pengangkutan dan
Komunikasi4%
Keuangan, Persewaan,
dan jasa perusahaan
3%
Jasa6%
Distribusi PDRB Kab Natuna per Sektor (%) Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
12
Gambar 2.7: Indeks Location Quotient (LQ) per Sektor di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Natuna (diolah)
2.2.2 Mikro
Untuk memudah pengklasifikasian, BPS membagi skala industri berdasarkan jumlah tenaga
kerja yang bekerja di industri bersangkutan. Hal itu meliputi: (1) Industri Rumah Tangga,
adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang. (2) Industri
Kecil, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.(3)
Industri Sedang atau Industri Menengah, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 20-99 orang.(4) Industri Besar, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga
kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih. Hingga tahun 2011 Jumlah industri menengah
keatas di kabupaten Natuna pada tahun meningkat sekitar 149,5% menjadi 252 unit
dibandingkan tahun sebelumnya (2010). Peningkatan ini didukung oleh melonjaknya jumlah
industri besar sebanyak 139,44% menjadi 170 unit. Dan peningkatan industri besar sebanyak
173,33% menjadi 82 unit pada periode yang sama.
Kondisi eksistensi industri kecil dan rumah tangga tergolong fluktiatif bila kita melihat trend tiap
tahunnya. Jumlah industri kecil pada tahun 2011 mengalami peningkatan pesat sebanyak 429%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 185 unit. Hal ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah
tenaga kerja sekitar 667% menadi 330 jiwa. Sementara itu Industri Kerajinan Rumah Tangga
pada tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 31% menjadi 196 unit. Namun demikian
0,07 0,10 0,16 0,55 0,63 0,94 1,11
2,78
14,64
Ind
ust
ri
Pen
gola
ha
n
Per
tam
ban
gan
dan
P
engg
alia
n
List
rik,
Gas
,&
Air
Keu
anga
n,
Per
sew
aan
, dan
jasa
p
eru
sah
a…
Per
dag
ang
an H
ote
l &
Res
tora
n
Pen
gan
gku
tan
dan
K
om
un
ikas
i
Ban
gun
an
Jasa
Per
tan
ian
Indeks LQ Kab natuna 2011
Sektor Non-Basis Sektor Non-Basis
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
13
terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja sebanyak 54% menjadi 384 jiwa pada periode yang
sama. Berdasarkan data series yang ditampilkan dalam gambar dibawah, dinamisnya pergerakan
jumlah unit usaha dan tenaga kerja industri kecil-rumah tangga disebabkan oleh fleksibilitas
industri-industri tersebut untuk keluar dan masuk dalam pasar persaingan.
Gambar 2.8: Industri Berdasarkan Skala dan Usaha Jasa di Kabupaten Natuna
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
Selain itu manajemen yang relatif sederhana (tidak kompleks dan panjang) memudahkan
industri-industri jenis ini melakukan pengembangan dan efisiensi tenaga kerja dalam waktu yang
tergolong singkat.Kecilnya permodalan menjadi salah satu alasan penting bagi kemudahan
industri-industri tersebut untuk masuk, maupun terlempar keluar dalam pasar persaingan.Hal
27 33 3082
61 2271
170
2005 2008 2010 2011
Industri Besar & Sedang (Unit)
Besar Sedang
0
100
200
300
400
500
600
0
50
100
150
200
250
300
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Industri Kecil
Usaha (unit) Tenaga kerja (jiwa)
Usa
ha
(Un
it)
Tng K
erja (Jiwa)
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Industri Kerajinan Rumah Tangga
Usaha (unit) Tenaga kerja (jiwa)
Usa
ha
(Un
it)
Tng K
erja (Jiw
a)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
14
tersebut bisa diakibatkan karena kalah dalam persaingan dengan industri-industri dengan skala
sejenis, maupun dengan industri yang lebih besar.
Sementara itu terkait dengan usaha jasa dengan skala Perorangan dan Rumah tangga pada tahun
2011, jenis Usaha tukang jahit mendominasi di Kabupaten natuna dengan proporsi 34% (110
unit) dari total usaha yang ada. Hal ini disusul dengan usaha bengkel motor sebanyak 31% (101
unit), dan Binatu sebanyak 10% (31 unit). Sementara itu Jumlah usaha perdagangan cenderung
terdistribusi secara merata, yang terdiri atas usaha perdagangan besar (sejumlah 132 unit);
Rumah makan (122 unit); Kedai Kopi (103 unit); dan Pedagang Eceran (81 unit).
Gambar 2.9: Jumlah Usaha Jasa dan Perdagangan di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
Jumlah bank yang ada di Kabupaten Natuna pada tahun 2011 tidak berubah dibandingkan tahun
sebelumnya, yakni hanya sebanyak 7 unit. Hal ini terdiri atas 3 unit kantor Bank Umum
Pemerintah, 1 unit Bank Umum Swasta, 1 Unit Bank Pembangunan Daerah, dan 2 Unit kantor
Pegadaian. Jumlah unit lembaga keuangan ini tergolong sedikit, karena secara-rata-rata masih
belum mencukupi kebutuhan satu unit kantor tiap kecamatan (yang jumlahnya mencapai 12
Bengkel Mobil
5%Bengkel Motor31%
Reparasi alat RT
6%Tukang Binatu
10%
Tukang Cukur
7%
Salon Kecantik
an7%
Tukang Jahit34%
Jml Usaha Jasa Perorangan & RT Tahun 2011
Perdagangan
Besar30%
Perdagangan
Eceran18%
Rumah makan
28%
Kedai kopi24%
Jml Usaha Perdagangan Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
15
kecamatan). hal ini menjadi salah satu pertimbangan dalam menambah unit kantor keuangan ini
untuk memudahkan akses masyarakat terhadap lemabag keuangan ini. Sedangkan Jumlah unit
koperasi pada tahun 2011 mengalami kenaikan sebanyak sebesar 13,43% dibandingkan tahun
sebelumnya, menjadi 152 unit. namun demikian jumlah anggotanya tidak berubah dibandingkan
tahun sebelumnya sebanyak 6764 orang anggota. Hal ini menjadi indikasi bahwa banyak
koperasi-koperasi yang pecah dari induknya membentuk koperasi baru.
Gambar 2.10: Jumlah Pasar dan Koperasi di Kabupaten Natuna
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
2.3 Infrastruktur
Jumlah alokasi belanja Kabupaten Natuna tahun 2011 meningkat sebesar 37% dibandingkan
tahun sebelumnya menjadi Rp 1.143,79 miliar. Jumlah ini merupakan jumlah alokasi terbesar di
Provinsi Kepualauan Riau. Menurut fungsinya, alokasi terbesar di berikan pada bidang
Pelayanan umum (39,01%). Diikuti bidang Perumahan & Fasilitas Umum (18,32%), dan
Pendidikan (17,45%). Sedangkan, alokasi perekonomian berada di posisi ke empat sebanyak Rp
130,08 miliar (11,37%). Selain itu, berdasarkan proporsinya diantara kabupaten/kota lain,
Kabupaten Natuna hanya unggul dalam bidang perumahan dan Fasilitas Umum dengan porsi
18,3% dari total APBD yang disalurkan atau sebesar Rp 22,77 miliar (lihat gambar).
3
1 1
2
Bank umum Pemerintah
Bank Umum Swasta
Bank Pembangunan
Daerah
Pegadaian
Jenis Bank 2011 (Unit)
129126
134
152
4500
5000
5500
6000
6500
7000
120
125
130
135
140
145
150
155
2008 2009 2010 2011
Koperasi
Koperasi (Unit) Anggota (Orang)
Ko
per
asi (
Un
it) A
nggo
ta (Oran
g)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
16
2.3.1 Transportasi
Perkembangan jalan di Kabupaten Natuna menunjukkan trend perkembangan yang positif. Pada
2011 lalu panjang jalan yang tersedia meningkat sekitar 11% dibandingkan tahun sebelumnya
menjadi 884,05 km. 73% diantaranya dibangun dibawah otoritas Kabupaten Natuna. Sementara
15% ada dibawah provinsi, dan sisanya 12% berada dibawah otoritas pusat.Dari sisi jenis
permukaannya 73% jalan sudah dilapisi aspal/beton.Sedangkan jalan yang berlapis Tanah dan
lainnya masing-masing sebesar 16 dan 11%.
Gambar 2.11: Perbandingan Alokasi Belanja Daerah Berdasarkan Fungsi di Provinsi
Kepulauan Riau dan Kabupaten/ Kota Didalamnya Tahun 2011 (Rp Miliar)
Sumber: DJPK Kementerian Keuangan (diolah)
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Prop. Kep Riau
Kab. Natuna
Kab. Karimun
Kota Batam
Kota Tanjung Pinang
Kab. Lingga
Kab. Bintan
Kab. Kep Anambas
Prop. Kep Riau
Kab. Natuna
Kab. Karimun
Kota Batam
Kota Tanjung Pinang
Kab. Lingga
Kab. Bintan
Kab. Kep Anambas
Ekonomi (Rp miliar) 270,16 130,08 18,98 79,99 46,95 68,71 80,99 121,82
Kesehatan (Rp miliar) 132,23 100,87 37,32 225,90 70,33 64,78 52,10 89,34
Ketertiban & Ketentraman (Rp miliar) 18,56 17,50 5,60 26,83 20,01 9,46 16,52 23,07
L. Hidup (Rp miliar) 12,71 9,28 2,15 65,45 34,10 5,42 11,00 11,52
Pariwisata & Budaya (Rp miliar) 17,86 7,92 2,08 10,06 10,17 19,10 6,60 12,25
Pelayanan Umum (Rp miliar) 1.061,84 446,18 175,67 439,79 211,27 231,81 268,34 378,83
Pendidikan (Rp miliar) 243,25 199,62 192,05 395,17 168,41 135,60 149,44 143,10
Perlindungan Sosial (Rp miliar) 31,69 22,77 3,55 27,43 20,23 21,52 9,49 28,62
Perumahan & FasUm (Rp miliar) 187,31 209,57 2,92 165,53 121,13 114,91 113,45 148,27
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
17
Seluruh jalan non-aspal ini berada dibwah otoritas kabupaten.Sementara itu dilihat dari kondisi
fisiknya, Jalan kabupaten memiliki kondisi yang memprihatinkan, baik dilihat dari jumlah
maupun proporsinya. Hal ini tentu perlu menjadi fokus perhatian pemerintah lokal untuk segera
memperbaiki hal tersebut guna kembali meningkatkan fungsi ekonomis dari jalan-jalan tersebut
(Lihat gambar 2.13).
Gambar 2.12: Deskripsi Panjang Jalan di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
780
800
820
840
860
880
900
2009 2010 2011
Panjang Jalan (Km)
km
Negara15%
Provinsi12%
Kabupaten
73%
Otoritas Jalan Tahun 2011
Aspal/Beton73%
Tanah16%
lainnya11%
Tipologi Permukaan Jalan Tahun 2011
Baik52%Sedang
35%
Rusak13%
Kondisi Permukaan Jalan Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
18
Sebagai provinsi kepulauan, transportasi air/laut merupakan moda transportasi utama bagi
provinsi Kepulauan Riau.Hal ini tak terkecuali bagi Kabupaten Natuna, yang juga terdiri dari
pulau-pulau sebagaimana dijelaskan diatas.Data yang dikumpulkan BPS dari emapt pelabuhan
yang ada, hingga tahun 2010 menunjukkan volume arus keluar-masuk penumpang mencapai
40992 orang. Jumlah ini meningkat 60,70% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu,
jumlah ini juga didominasi oleh penumpang yang keluar dengan rasio sebesar 1,22. Hal ini
membalik kondisi pada tahun sebelumnya, dimana jumlah penumpang yang memasuki Natuna
melebihi penumpang yang keluar.
Gambar 2.13: Rasio Arus penumpang dan Arus Barang di Empat Pelabuhan Kab Natuna
Sumber: Kab Natuna Dalam Angka (diolah)
Sementara itu dari sisi arus barang, hingga tahun 2010 volumenya mencapai angka 61797 ton.
Jumlah ini meingkat sebesar 15,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Dari jumlah ini, barang
yang keluar sedikit lebih tinggi dibandingkan barang yang masuk dengan rasio 0,26. Hal ini
meneruskan trend peningkatan yang juga terjadi pada tahun sebelumnya.
2.3.2 Air
Pada 2011 lalu produksi air bersih di Kabupaten Natuna meningkat sebanyak 62,56%
dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 644 ribu m3. Hal ini dibarengi dengan peningkatan
jumlah pelanggan sebanyak 3,83% dari tahun sebelumnya menjadi 2.035 unit pelanggan.
-0,50
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
4,00
4,50
5,00
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
1,10
1,20
1,30
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Rasio Arus Penumpang & Barang Pelabuhan
Rasio Penumpang Keluar per Masuk Rasio Barang Keluar per Masuk
Ras
io P
enu
mp
ang R
asio B
arang
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
19
Produksi ini dilakukan oleh dua perusahaan yang meliputi PAM LKMD Serasan dan PDAM
Kecamatan Bunguran Timur.
Gambar 2.14: Gambaran Produksi Air di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
2.3.3 Listrik
Produksi listrik di Kabupaten Natuna tahun 2011 mengalami penurunan sebanyak 76%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 496 ribu KWh. Hal serupa juga terjadi
pada Daya Terpasang sebesar 71% menjadi 2944 KW pada periode yang sama. Penurunan ini
merupakan mengikuti penyesuaian yang dilakukan oleh pembangkit yang dulunya masih
bergabung dengan produksi listrik dari Kabupaten Kepulauan Anambas. Berdasarkan
penggunaanya Mayoritas penggunaan berasal dari konsumen Rumah Tangga sebesar 70%
(1.508.229 unit); menusul Bisnis (17%); serta Kantor (lampu jalan) dan Sekolah (masjid, dan
sejenisnya) masing-masing sebanyak 8% dan 5%.
350
450
550
650
750
850
950
1500
1700
1900
2100
2300
2500
2700
2900
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Produksi Air
Jml Pelanggan (Unit) Produksi (000 m3)
Un
it(000
m3)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
20
Gambar 2.15: Produksi dan Penggunaan Listrik di Kabupaten Natuna Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Natuna Dalam Angka (diolah)
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
0
5000
10000
15000
20000
250002
00
1
20
02
20
03
20
04
2005
20
06
20
07
20
08
20
09
20
10
20
11
Produksi & Daya Terpasang
Produksi (000 Kwh) Daya Terpasang (Kw)
oo
o K
Wh K
W
Rumah tangga
70%
Bisnis17%
Kantor, Lampu jalan8%Sekolah,
Masjid5%
Besarnya Tenaga Listrik yang Digunakan Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
21
BAB 3 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BINTAN
3.1 Geografi dan Demografi
Kabupaten Bintan secara geografis terletak pada 1o48 LU 0
o48 LU dan 104
o00 BT 108
o00 BT.
Dengan Ibukota berada di Tanjung Pinang, kabupaten Bintan memiliki luas total 88.038,29
Km2, dimana hanya 1945,88 Km
2 saja yang merupakan daratan. Kabupaten Bintan sendiri
terbagi dalam 51 Desa/ Kelurahan dalam 10 Kecamatan. Kecamatan-kecamatan tersebut meliputi
Kecamatan Teluk Bintan; Kecamatan Seri Kuala Lobam; Kecamatan Bintan Utara; Kecamatan
Teluk Sebong; Kecamatan Bintan Timur; Kecamatan Bintan Pesisir; Kecamatan Mantang;
Kecamatan Gunung Kijang; Kecamatan Topaya; dan Kecamatan Tambelan. Bintan juga
merupakan kabupaten yang letaknya cukup jauh dari pulau Sumatera (sebagai pulau
utama).Bahkan sebagian daerahnya cenderung lebih dekat ke pulau Kalimantan.
Kabupaten Bintan terdiri atas 240 pulau, namun hanya 39 pulau saja yang telah dihuni. Sebelah
Barat berbatasan dengan Kota Tanjungpinang dan Kota Batam; Sebelah Timur berbatasan
dengan Provinsi Kalimantan Barat; Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Natuna; dan
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Lingga.
Gambar 3.1: Peta Provinsi Riau dan Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Bintan
Sumber: http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/area.php?ia=2103
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
22
Dari sisi demografis, hingga 2011 jumlah penduduk di Kabupaten Bintan mencapai angka
149.554 jiwa, atau meningkat sebanyak 5,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio jenis
kelaminnya masih sama di angka 107 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini berarti bahwa ada
sekitar 107 laki-laki tiap 100 penduduk wanita.Sementara itu rasio kepadatannya meningkat
menjadi 77 jiwa/km2 dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya berjumlah 73 jiwa/km2.
Kepadatan tertinggi ada di kecamatan Teluk Sebong dengan angka rasio mencapai 151
jiwa/km2.Sementara yang paling kecil ada di Kecamatan Tambelan, dengan rasio sebanyak 31
jiwa/km2.
Gambar 3.2: Deskripsi Gender dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Kab Bintan Dalam Angka 2011 (diolah)
50
60
70
80
90
100
110
120
110
120
130
140
150
160
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jiw
a (0
00)
Jumlah Penduduk
Jumlah Rasio Jns Kelamin Rasio Kepadatan
Rasio
31
151
169,42 185
0
100
200
300
400
500
600
0
50
100
150
200
Tambelan Teluk SebongGunung Kijang & ToapayaBintan UtaraBintan Timur, Bintan Pesisir & MantangTeluk Sebong
Kepadatan Tahun 2011
Kepadatan (Jiwa/Km2) Luas Daerah
Ke
pad
atan
Luas (K
m2
)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
23
Dari sisi ketenaga-kerjaan, Kabupaten Bintan didominasi oleh penduduk usia muda antara 20-24
tahun dengan porsi sebanyak 11,95% dari total jumlah penduduk. Hal ini diikuti oleh penduduk
usia 0-4 tahun dengan proporsi mencapai 11,46%. Dan selanjutnya penduduk usia 30-34
sebanyak 10,95%. Angkatan kerja hinga tahun 2011 mencapai 67,2% dari total penduduk,
dengan tipologi penduduk laki-laki mendominasi sebesar 86,08%. Sementara itu berkaitan
dengan penyerapan tenaga kerja tersebut, tahun 2011 sedikit mengalami penuruan menjadi
sebesar 92,38% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 93,19% dari total angkatan
kerja.
Gambar 3.3: Deskripsi Angka Ketenaga Kerjaan di Kabupaten Bintan Hingga Tahun
2010/2011
10000 5000 0 5000 10000
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
Umur Angkatan Kerja Tahun 2011
Perempuan Laki-Laki
2,595,14
12,45 12,51
21,02
30,07
Tdk/Blm Pernah Sekolah**Pendidikan Tinggi SD SLTPTdk/Blm Tamat SD**SMU/K
Memiliki Ijazah dan Tdk Bersekolah Lagi Thn 2010 (%)*
91,14
85,25
92,4393,10 94,48
78,74 79,91
90,3393,38
88,30
2007 2008 2009 2010 2011
Penduduk Bekerja (% dari Angkatan Kerja)
Laki-Laki Perempuan Total
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
24
Sumber: Sakernas dan Depnakertrans (diolah)
Keterangan:
*Tingkat kepemilikan Ijazah merupakan proporsi penduduk yang berusia diatas 10 tahun
berdasarkan data Sakernas.
** Sengaja dimasukkan sebagai gambaran umum tentang kondisi kepemilikan ijazah
Permasalahan ketenagakerjaan di sini juga terkait kualitas pendidikan yang dimiliki
penduduknya.Berdasarkan data Sakernas hingga 2010 jumlah penduduk yang masih belum
memiliki ijazah mencapai 3%. Sementara itu jumlah penduduk yang tidak bersekolah lagi dan
hanya memiliki ijazah SD mencapai 12,45%, sementara yang hanya memiliki Ijazah SLTP
mencapai 12,51%. Sedangkan untuk penduduk yang tidak bersekolah lagi dan memiliki Ijazah
SMA.SMK mencapai 30,07%. Secara kasar, kondisi menyimpulkan bahwa daya saing dari para
pekerja, yang ditunjukkan dengan kepemilikan ijazah tersebut harus segera ditingkatkan.
Gambar 3.4: Distribusi Tenaga Kerja di Kabupaten Bintan Berdasarkan Sektor
Perekonomian Tahun 2011 (%)
Sumber: Sakernas dan Depnakertrans (diolah)
Proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian masih mendominasi pada tahun 2011.
Namun demikian angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya dari 31,75%
2007 2008 2009 2010 2011
Pertanian 20,55 29,1 30,93 31,75 24,9
Perdagangan 18,98 12,93 19 15,54 20,53
Jasa 13,82 16,9 15,36 16,71 19,01
Industri 21,16 17,51 12,19 15,6 12,79
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
%
4 Teratas
2007
2008
2009
2010
2011
Bangunan 9,91 8,28 8,07 8,93 9,01
Pertambangan 6,24 5,71 4,99 4,48 6,27
Transportasi, Komunikasi 8,37 8,18 6,94 4,51 3,78
Jasa Keuangan 0,69 1,62 2,15 1,98 2,97
Listrik, Air, Gas 0,27 0,7 0,37 0,51 0,74
0
5
10
15
20
25
30
%
5 Terbawah
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
25
menjadi 24,9%. Proporsi ini digantikan oleh Sektor Perdagangan yang naik dari 15,53% pada
tahun lalu menjadi 20,53% pada tahun ini. Selain itu Sektor Jasa, bangunan, Jasa Keuangan,
serta Sektor Listrik, gas, dan Air juga mengalami fenomena peningkatan serupa.
Gambar 3.5: Rasio Produktivitas Tenaga Kerja terhadap PDRB per Sektor Kabupaten
Bintan Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB dan Sakernas Kab Bintan (diolah)
NB:* Angka ini menggunakan asumsi distribusi kasar pada semua pekerja, tanpa mempedulikan
posisi pekerja-pekerja tersebut.
Sementara itu ditengah menurunnya tingkat penyerapan jumlah pekerja, rasio produktivitas
pekerja terhadap PDRB Kabupaten Bintan juga mengalami penurunan sebesar 6,04%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sekitar Rp 50 juta per kapita. Sektor produktif adalah
sektor Industri/ manufaktur dengan produktivitas sebesar Rp 203,95 per kapitas, diikuti oleh
sektor Pertambangan sebesar Rp 83,54 Juta per kapita. Dua sektor ini sekaligus menjadi sektor
yang produktivitasnya diatas rata-rata produktivitas total kabupaten Bintan. Sementara itu sektor
yang paling tidak produktif adalah sektor jasa dengan nilai produktivitas sebesar Rp 7,93 juta per
kapita.
49,00
51,00
53,00
55,00
57,00
59,00
61,00
63,00
65,00
2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja (Rp Juta per Kap)
Rp
Ju
ta p
er K
ap
7,93
11,52
17,40
18,33
26,43
47,82
48,72
50,00
83,54
203,95
Jasa
Pertanian
Bangunan
Listrik, Air, Gas
Jasa Keuangan
Transportasi, Komuni…
Perdagangan
Kab Bintan
Pertambangan
Industri
Rasio Produktivitas Tenaga Kerja Thn 2011 (Rp Juta per Kap)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
26
3.2 Ekonomi
3.2.1 Makro
Pada 2011 lalu PDRB (Riil) Kabupaten Bintan mencapai angka Rp 3.303 miliar, atau meningkat
sebesar 6,18% dibandingkan tahun sebelumnya. Data tahun 2011 menunjukkan bahwa
kontributor utama berasal dari sektor Industri Pengolahan sebesar Rp 1.723,3 (52%). Hal ini
diikuti Sektor Perdagangan sebesar Rp 660,76 miliar (20%), dan Sektor Pertambangan dan
Penggalian sebesar Rp 346,03 miliar (10%).
Gambar 3.6: Nilai PDRB, Pertumbuhan, dan Distribusinya di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB Kabupaten Bintan (diolah)
Bila rasio produktivitas diatas berupaya untuk melihat proporsionalitas produksi suatu sektor
terhadap jumlah tenaga kerja yang bekerja dalam sektor yang bersangkutan, maka dalam analisa
LQ ini berupaya untuk melihat perbandingan kompetitif suatu sektor untuk dikembangkan dalam
skup regional.Analisa Location Quotient (LQ) yang telah dilakukan pada tahun 2011 lalu di
kabupaten Bintan, mendapatkan bahwa ada tiga sektor basis di Kabupaten Bintan (Indeks
LQ>1). Sektor-sektor tersebut meliputi Sektor Pertambangan dan Penggalian (dengan nilai
indeks 2,14); Sektor Pertanian (1,34); Sektor Jasa (1,31) dan Sektor Industri Pengolahan (1,03).
5
5,2
5,4
5,6
5,8
6
6,2
6,4
2000
2200
2400
2600
2800
3000
3200
3400
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Kab Bintan (Rp Miliar / %)
PDRB Kab Bintan (Rp Miliar) Pertumbuhan (%)
Rp
Mili
ar
%
Pertanian6%
Pertambangan dan
Penggalian10%
Industri Pengolahan
52%
Listrik, Gas, & Air0%
Bangunan3%
Perdagangan Hotel & Restoran
20%Pengangkut
an dan Komunikasi
4%
Keuangan, Persewaan,
dan jasa perusahaan
2%
Jasa3%
Distribusi PDRB Kab Bintan per Sektor (%) Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
27
Gambar 3.7: Indeks Location Quotient (LQ) per Sektor di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Statistik PDRB Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan (diolah)
3.2.2 Mikro
Jumlah Industri yang ada di kabupaten Bintan mengalami peningkatan sebanyak 27% dari tahun
sebelumnya menjadi sekitar 349 unit.Terkait perkembangan, perlu diketahui tipologi skala
perindustrian yang ada di Kabupaten Bintan.Untuk memudah pengklasifikasian, BPS membagi
skala industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja di industri bersangkutan. Hal itu
meliputi: (1) Industri Rumah Tangga, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 1-4 orang. (2) Industri Kecil, adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga
kerja berjumlah antara 5-19 orang.(3) Industri Sedang atau Industri Menengah, adalah industri
yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.(4) Industri Besar, adalah
industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih. Pada 2011
lalu jumlah industri besar mengalami kenaikan sebesar 10,71% menjadi 62 unit. namun demikian
nampaknya industri-industri ini memiliki trend melakukan efisiensi tenaga kerja, yang
ditunjukkan melalui penurunan angkanya sebesar 0,42% dibandingkan tahun lalu menjadi
sebesar 14.052 orang.
0,330,48
0,650,79
0,871,03
1,31 1,34
2,14
Keuangan, Persewaan, dan jasa perusahaanListrik, Gas, & Air BangunanPengangkutan dan KomunikasiPerdagangan Hotel & RestoranIndustri Pengolahan Jasa PertanianPertambangan dan Penggalian
LQ Indeks Kab Bintan 2011
Sektor B asis Sektor Non-B asis
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
28
Sementara itu jumlah industri skala menengah tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun
sebelumnya dimana jumlahnya sebanyak 94 unit usaha, dengan 4.787 pekerja. Adapun Industri
kecil di Kabupaten bintan mengalami peningkatan jumlahnya sebanyak 54,4% dibandingkan
tahun sebelumnya menjadi 193%, dengan jumlah pekerja yang juga meningkat dibandingkan
tahun sebelumnya sebanak 44,89% menjadi 652 jiwa. Peningkatan jumlah tenaga kerja ini bisa
diasumsikan sebagai upaya industri-industri kecil tersebut dalam melakukan ekspansi produksi,
yang umumnya ditunjang dengan teknologi padat karya.
Gambar 3.8: Industri Berdasarkan Skala di Kabupaten Bintan
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
14000
14020
14040
14060
14080
14100
14120
14140
52
54
56
58
60
62
64
2010 2011
Ind Besar
Ind Besar (unit) Tng Kerja
Un
it oran
g
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
0
20
40
60
80
100
2010 2011
Ind Menengah
Ind Menengah (unit) Tng Kerja
Un
it
oran
g
0
100
200
300
400
500
600
700
0
50
100
150
200
250
2010 2011
Ind Kecil
Ind Kecil (unit) Tng Kerja
Un
ito
rang
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
29
Jumlah usaha yang memiliki SIUP pada tahun 2011 lalu mengalami penurunan jumlah sebanyak
25,2% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 187 unit usaha. Hal ini juga terjadi pada jumlah
usaha dengan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) yang turun 16,19% dibandingkan tahun
sebelumnya menjadi 233 unitn usaha. Dari sisi usaha yang memiliki SIUP tadi, penurunan di
sebabkan turunnya jumlah usaha kecil sebanyak 31,3% dibandingkan tahun sebelumnya menjadi
hanya 149 unit saja. Usaha besar juga mengalami penurunan sebanyak 3 unit dibandingkan tahun
sebelumnya.Namun demikian terjadi peningkatan pada usaha menengah menjadi 31 unit usaha,
dari 23 unit pada tahun sebelumnya.
Gambar 3.9: Jumlah Usaha Berdasarkan Kepemilikan SIUP dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP) di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
Dalam mempermudah proses arus finansial di daerah Kabupaten Binntan juga ditunjang dengan
hadirnya lembaga keuangan, baik bank maupun koperasi dalam berbagai jenisnya. Bank, dalam
segi pemberian kredit, distribusinya tergolong merata antara tujuan konsumsi, modal kerja,
maupun untuk tujuan investasi. Diantara ketiga fungsi kredit tersebut, pada tahun 2010, kredit
konsumsi menempati proporsi tertinggi sebesar 36% atau senilai Rp 65,52 miliar. Sementara itu
kredit untuk investasi dan modal kerja masing-masing menempati porsi sebesar 33% (Rp 60,83
0
50
100
150
200
250
300
350
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Usaha Berdasarkan SIUP
Persh Besar (unit) Persh Menengah (unit)
Persh Kecil (unit)
Ush
Bes
ar
& M
enen
ag
h (u
nit
)
Ush
Kecil (u
nit)
180
215
215
139
139
278
233
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Usaha dg TDP (unit)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
30
miliar) dan 31% (Rp 55,74 miliar). Sementara itu bila dilihat dari pemebrian kredit secara
sektoral, kredit untuk tujuan perdagangan menempati porsi tertinggi sebesar 17% atau senilai Rp
28,35 miliar. Hal ini diikuti kredit untuk industri (15%) dan konstruksi (7%). Sementara itu
kredit pertanian berada diposisi terakhir, dengan hanya menerima porsi sebesar 1,4% dari total
kredit yang diberikan, atau senilai Rp 2,34 miliar.
Gambar 3.10: Deskripsi Perbankan di Kabupaten Bintan Tahun 2010
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
2 2
18
4
43
7
Kantor Pusat
Kantor Cabang
Cabang Pembantu
Kantor Kas
ATM Unit
Jml Faslitias Perbankan (Unit)
Modal Kerja31%
Investasi33%
Konsumsi36%
Posisi Kredit per Fungsi Thn 2010
Pertanian1%
Pertambangan1% Industri
15%
Konstruksi7%
Listrik, Air,Gas1%
Perdagangan
17%Industri3%Jasa
Keuangan5%
Jasa3%
Lain-lain47%
Posisi Kredit per Sektor Thn 2010
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
31
Perkembangan jumlah koperasi di Kabupaten Bintan tergolong positif. Tahun 2011 lalu,
pertumbuhan jumlah koperasi mencapai angka 19,6% dibandingkan tahun lalu di angka 458 unit.
Hal ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah anggota yang cukup pesat sebesar 9,9%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 25.214 orang. Namun demikian keaktifan unit-unit
koperasi tergolong rendah. Rasio keaktifan pada 2011 lalu hanya sebesar 42% dari total
keseluruhan koperasi yang ada.
Gambar 3.11: Deskripsi Koperasi di Kabupaten Bintan
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
Peningkatan jumlah unit-unit koperasi tersebut, juga berefek positif pada jumlah asset dan
modal. Tahun 2011 lalu Aset dan Modal Total koperasi-koperasi di Kabupaten Bintan meningkat
masing-masing 66,8% dan 55,32% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun demikian ada
penurunan dalam sisi Sisa Hasil Usaha (SHU) pada tahun 2011 tersebut sebanyak 22,49%
dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi sebesar Rp 3,32 miliar. Meningkatnya modal dan asset
yang tergolong signifikan pada 2011 lalu disinyalir merupakan dampak dari peningkatan jumlah
anggota dan unit-unit koperasi baru pada tahun tersebut. Hal ini juga bisa menjadi asumsi dalam
penurunan SHU pada tahun yang sama. Yakni disimpulkan bahwa tahun 2011 terssebut unit-unit
21.000
21.500
22.000
22.500
23.000
23.500
24.000
24.500
25.000
25.500
100
150
200
250
300
350
2007 2008 2009 2010 2011
Koperasi
Koperasi Terdaftar (Unit)Koperasi Aktif (Unit)Jml Usaha (Unit)Jumlah Anggota (orang)
Un
it
An
ggota (o
rang)
2500
2700
2900
3100
3300
3500
3700
3900
4100
4300
4500
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
2007 2008 2009 2010 2011
Modal, Aset, & SHU
SHU Modal Total Aset
Mo
dal
& A
set
(Rp
Ju
ta) SH
U (R
p Ju
ta)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
32
koperasi yang ada sedang melakukan penguatan asset dan modal.Namun demikian penurunan
SHU ini juga harus diwaspadai terkait proporsi koperasi yang aktif yang masih tergolong rendah
tadi.Upaya untuk efisiensi kerja menjadi sangat penting untuk mengurangi pemborosan dalam
penggunaan modal dan asset koperasi-koperasi tersebut.
3.3 Infrastruktur
Jumlah alokasi belanja Kabupaten Bintan tahun 2011 meningkat sebesar 48,42% dibandingkan
tahun sebelumnya menjadi Rp 707,94 miliar. Angka menempati posisi kelima di Provinsi
Kepulauan Riau. Menurut fungsinya, alokasi terbesar di berikan pada bidang Pelayanan umum
(37,90%). Diikuti bidang Pendidikan (21,11%), dan Perumahan & Fasilitas Umum (16,03%).
Sedangkan, alokasi perekonomian berada di posisi ke empat sebanyak Rp 80,99 miliar (11,44%)
(lihat gambar). Kabupaten Bintan tidak memiliki keunggulan (secara proporsi) alokasi bidang
bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Kepulauan Riau.
Gambar 3.12: Perbandingan Alokasi Belanja Daerah Berdasarkan Fungsi di Kabupaten
Bintan Didalamnya Tahun 2011 (Rp Miliar)
Sumber: DJPK Kementerian Keuangan (diolah)
6,60 9,49 11,00 16,52
52,1080,99
113,45
149,44
268,34
0,00
50,00
100,00
150,00
200,00
250,00
300,00
Par
iwis
ata
& B
ud
aya
Per
lind
un
gan
So
sial
L. H
idu
p
Ket
erti
ban
& K
eten
tram
an
Kes
ehat
an
Eko
no
mi
Pe
rum
ahan
& F
asU
m
Pen
did
ikan
Pel
ayan
an U
mu
m
APBD Menurut Fungsi Thn 2011
Rp
Mili
ar
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
33
3.3.1 Transportasi
Perkembangan jumlah jalan di Kabupaten Bintan menunjukkan trend yang positif. Tercatat pada
2011 jumlah jalan di Kabupaten ini telah mencapai 737,02 Km atau meningkat sekitar 31%
dibandingkan tahun sebelumnya. 71% jalan tersebut dibangun dibawah otoritas pemerintahan
kabupaten.Sementara 165 dibawah Pemerintah Provinsi, dan 13% sisanya berada di bawah
pemerintah pusat.Dilihat dari kualitasnya, 20% jalan masih dalam kondisi rusak hingga rusak
berat.Umumnya jalan dengan kondisi rusak tersebut merupakan jalan milik pemerintah
kabupaten, dimana banyak diantaranya merupakan jalan yang masih berjenis tanah.
Gambar 3.13: Deskripsi Panjang Jalan di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
500
550
600
650
700
750
2009 2010 2011
Panjang (Km)
Negara13%
Provinsi16%
Kabupaten
71%
Otoritas Jalan Tahun 2011
Baik71%
Sedang9%
Rusak15%
Rusak Berat
5%
Kondisi Fisik Jalan Tahun 2011
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
34
Sebagai provinsi kepulauan, transportasi air/laut merupakan moda transportasi utama bagi
provinsi Kepulauan Riau.Hal ini tak terkecuali bagi Kabupaten Bintan, yang juga terdiri dari
pulau-pulau sebagaimana dijelaskan diatas. Data yang dikumpulkan BPS dari 3 pelabuhan yang
ada, hingga tahun 2011 menunjukkan volume arus keluar-masuk penumpang mencapai 1,36 juta
orang. Jumlah ini meningkat 9,53% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah ini juga didominasi
oleh penumpang yang masuk dengan rasio sebesar 0,98. Hal ini meneruskan trend tahun
sebelumnya, dimana jumlah penumpang yang memasuki Bintan melebihi penumpang yang
keluar.
Gambar 3.14: Rasio Arus penumpang dan Arus Barang di Empat Pelabuhan Kab Bintan
Sumber: Kab Bintan Dalam Angka (diolah)
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
2009
20
10
20
11
Arus Penumpang (000 Jiwa)
(00
0 J
iwa)
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Arus Barang (Juta Ton)
Antar Pulau (juta Ton) Antar Negara (Juta Ton)
(Ju
ta T
on
)
0,90
0,95
1,00
1,05
1,10
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Rasio Arus Penumpang
Ras
io P
enu
mp
ang
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50Rasio Arus Barang
Rasio Antar Pulau Rasio Antar Negara
An
tar
An
tar Negara
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
35
Sementara itu dari sisi arus barang, hingga tahun 2011 volumenya mencapai angka 18,01 juta
ton. Jumlah ini meingkat sebesar 29,46% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini
terutama dimotori oleh peningkatan signifikan dari total arus barang antar negara yang
meningkat hingga 13,59% dibandingkan tahun lalu, atau dengan proporsi mencapai 75% dari
total arus barang. Peningkatan arus barang antar negara ini didorong oleh arus barang keluar
Bintan dengan rasio mencapai angka 106,29. Hal ini berarti ada sekitar 106 ton barang yang
keluar tiap 1 ton barang yang masuk.Namun demikian kondisi sebaliknya terjadi pada arus
barang antar pulau.Pada tahun ini, rasio arus barang cenderung menurun.hal ini menandai bahwa
barang-barang dari luar membanjiri kabupaten Bintan.
3.3.2 Air & Listrik
Dari data yang dikumpulkan BPS atas dua area kecamatan (Bintan Timur dan Bintan Utara) pada
2011 lalu produksi air bersih di Kabupaten Bintan mencapai angka 1.009.076 m3. Dimana
jumlah tersebut didominasi oleh konsumen rumah tangga sebanyak 41% (409.161 m3), diikuti
oleh perusahaan niaga sebanyak 11% dari total produksi. Hal ini memberikan pendapatan
sebesar Rp 1,09 miliar. Secara keseluruhan total pelanggan air minum ini mencapai 2.565 unit,
dengan kapasitas produksi untuk mencukupi kebutuhan tersebut mencapai 50 liter per detik.
Gambar 3.15: Gambaran Produksi Air dan Listrik di Kabupaten Bintan Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Bintan Dalam Angka (diolah)
Perusahaan Niaga
11%
Rumah Tangga
41%Industri0%Sosial
2%
Pemerintah0%
Lainnya46%
Pemakaian Air (m3)
1,00
1,50
2,00
2,50
15
20
25
30
35
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Listrik
Produksi (JutaKwh) Listrik Terjual (Juta Kwh)
Susut (Juta Kwh)
Pro
du
ksi &
Ter
jual
(Ju
ta K
Wh
)
Susu
t (Juta K
Wh
)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
36
Keterangan: Sumber dari PDAM Tirta Kepri cabang Kijang dan PDAM Tirta Kepri cabang
Uban (hanya melayani kecamatan Bintan Timur dan Bintan Utara)
Sementara itu Produksi listrik Kabupaten Bintan mengalami peningkatan sebesar 6,62%
dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sekitar 32 juta KWh. Peningkatan ini disebabkan
peningkatan jumlah listrik yang terjual pada pelanggan sebesar 30,17% menjadi 30 juta KWh,
setelah setahun sebelumnya sempat susut cukup drastis sebesar 12%.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
37
BAB 4 ANALISA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DAN IKAN
KERAPU DI KABUPATEN NATUNA DAN BINTAN
4.1 Kebijakan Pembangunan Dan Pengembangan Rumput Laut Dan Ikan
Kerapu Di Kabupaten Natuna Dan Bintan
4.1.1 Rumput Laut di Kabupaten Natuna
Rumput laut di Kabupaten Natuna merupakan salah satu sumberdaya laut yang berpotensi untuk
menjadi produk lokal unggulan. Akan tetapi produksi dan kualitas rumput laut yang dihasilkan
di Kabupaten Natuna masih tergolong minim. Usaha budidaya rumput laut di Kabupaten Natuna
dilakukan oleh masyarakat lokal hanya berdasarkan pengalaman dan modal seadanya.Mereka
seringkali mengalami gagal panen.Kualitas hasil panen berfluktuasi yang seringkali tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh SNI.Belum ada upaya yang memadai dari pemerintah
mengenai pembinaan ataupun pelatihan budidaya rumput laut. Selain itu, mereka juga terkendala
dalam proses pemasaran. Belum ada lembaga atau semacam koordinasi yang membantu
pemasaran hasil panen.Mereka juga masih cenderunghanya menghasilkan produk rumput laut
dalam bentuk bahan mentah,belum ada upaya untuk diversifikasi produk olahan rumput laut
yang dapat memberi nilai tambah yang jauh lebih tinggi.Selain itu belum ada upaya dan
dukungan untuk menghasilkan produk rumput laut yang telah diproses lebih lanjut, misalnya
menjadi karaginan atau alginat.
4.1.2 Ikan Kerapu di Kabupaten Bintan
Sama halnya dengan rumput laut, ikan Kerapu juga berpotensi dikembangkan di Kabupaten
Bintan sebagai produk lokal unggulan.Akan tetapi, permasalahannya adalah bagaimana
meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas produk kerapu.Hal ini menjadi tantangan
karena Kabupaten Bintan telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai daerah kerapu.Oleh
karena itu, upaya untuk meningkatkan jumlah produksi, mempertahankan kontinuitas suplai
produk ke pasar, memenuhi jumlah permintaan pasar, dan upaya memperbaiki kualitas produk
menjadi tantangan besar bagi para petani kerapu.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
38
4.1.3 Pengembangan Ekonomi Lokal
Dalam rangka mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah khususnya di Kabupaten Natuna dan
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau,diperlukan adanya pengembangan ekonomi lokal
(PEL). PEL dipandang sebagai suatu instrumen kebijakan yang memiliki sasaran peningkatan
taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat hingga di tingkat lokal. Pendekatan PEL berfokus
kepada pemanfaatan dan optimalisasi sumberdaya dan kompetensi komoditi lokal yang bertujuan
untuk mengatasi persoalan lokal dan untuk menghadapi tantangan global. Pengembangan
ekonomi lokal ini sesuai dengan misi pembangunan nasional yang tercantum dalam RPJPN 2005
– 2025, yaitu: (a) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; (b) Mewujudkan pemerataan
pembangunan dan berkeadilan; dan (c) Mewujudkan negara kepulauan yang mandiri, maju kuat
dan berbasis kepentingan nasional.
Sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah daerah melalui pengembangan ekonomi lokal
dan daerah, diperlukan sinergisme antara pembangunan wilayah perkotaan/pedesaan, perluasan
ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat/komunitas dalam upaya untuk meningkatkan kinerja
perekonomian daerah. Ini merupakan bagian yang terintegrasidengan perekonomian nasional.
Berdasarkan konsep pembangunan berbasis wilayah, dimana masing-masing wilayah memiliki
kompetensi inti lokal, diharapkan terbangun konektivitas antara pusat-pusat pertumbuhan dengan
wilayah produksinya melalui strategi pengembangan keterkaitan antar kawasan. Titik berat dari
pembangunan ekonomi lokal daerah ini adalah: peningkatan tata kelola ekonomi, peningkatan
kapasitas SDM, pengembangan Kerjasama Antar Daerah dan Kerjasama Pemerintah-Swasta,
akses terhadap infrastruktur, dan fasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan daerah.
4.2 Analisa Dan Strategi Pengembangan Rumput Laut Dan Ikan Kerapu Di Kabupaten
Natuna Dan Bintan
Hasil sementara studi rantai nilai pada kedua komoditas di dua Kabupaten Natuna dan
Kabupaten Bintan dibagi menjadi temuan umum dan temuan subtantif, secara garis besar beruoa:
4.2.1 Temuan Umum
Hasil studi yang bersifat umum, meliputi:
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
39
1) Petani RL (rumput laut) di Cemaga Tengah (Kampung Batu Bayan) dan Desa Cemaga
Selatan, Kecamatan Bunguran Selatan masih bertahan sejak 2008/2009 bahkan penyedia
Bibit RL untuk Petani Lainnya (2010).
2) Teknologi pengelolaan RL semula menggunakan Rakit (2008-2009) dan berubah
menggunakan Longline atau Tali yang memanjang.
3) Petani RL di DesaTanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut mendapatkan kondisi RL
dalam keadaan rusak terkena penyakit ice-ice.
4) Petani RL di Selemut dan Tanjung Batu, Kecamatan Bunguran Selatan tidak melakukan
penanaman RL kembali karena diserang Penyu.
5) Petani RL di Desa Serantas, Kecamatan Pulau Tiga tidak melakukan penanaman RL
kembali karena diterjang gelombang.
6) Petani RL di Desa Air Mali dan Kelarik, Kecamatan Bunguran Utara tidak melakukan
penanaman RL kembali karena hasil panen yang berlimpah (2010) tidak ada yang
membeli produksinya
4.2.2 Temuan Substantif
Temuan studi yang bersifat substantif:
1) Menggambarkan temuan seluruh partisipan (Hulu – Hilir) dalam rantai nilai, peran dari
masing-masing partisipan, dan pola kelembagaan rantai nilai rumput laut (RL) di
Kabupaten Natuna
2) Nilai Biaya Produksi, Biaya Pemasaran, Marjin dari setiap Partisipa dalam Kelembagaan
Rantai Nilai Rumput Laut di Kabupaten Natuna
Kedua temuan studi yang bersifat sustantif tersebut disajikan pada Gambar 4 untuk Kabupaten
Natuna dan Gambar 5 untuk Kabupaten Bintan.
Pada Laporan Akhir ini disampaikan gambaran tentang hasil analisis marjin untuk komoditas
rumput laut di Kabupaten Natuna, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1 sampai dengan Tabel
4.3; dan ikan kerapu di Kabupaten Bintan pada Tabel 4.4, Tabel 4.5, dan Tabel 4.6.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
40
Gambar 4.1: Partisipan pada Kelembagaan Rantai Nilai Rumput Laut di Kabupaten
Natuna
Sumber: Dokumentasi TAR
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
41
Tabel 4.1. Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten
Natuna (Pola A)
No. POLA Biaya
Produksi
Harga
Petani
(Rp/Kg
Basah)
Harga
(Rp/Kg
Kering)
Biaya
(Rp/Kg
Kering)
Marjin
(Rp/Kg
Kering)
Harga Jual
(Rp/Kg
Kering)
Keterangan
1. A
Petani
Bibit RL
2.500
Sesama
Petani di
Cemaga
3.000
Petani Luar
Cemaga
Petani RL 5.000 -
6.000
Pedagang
Desa
5.000 -
6.000
200 300 6.500
Pedagang
pengumpul
kecamatan
5.500 -
6.500
Pedagang
pengumpul
kabupaten
5.500 -
6.500
1.100 900 -
1.400
7.500 -
8.000
Pedagang di
Kelanga (30
ton 3X kirim)
Prosesor
RL (Chips)
Surabaya di
Pemangkat
(Kalbar)
7.500 -
8.000
Langsung
dikirim ke
Pabrik Chips
di Surabaya
(FOB
Pemangkat)
Waktu Panen 25 hari
Waktu Panen 45 hari
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
42
Tabel 4.2. Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten Natuna
(Pola B)
No. POLA Biaya
Pro-
duksi
Harga
Petani
(Rp/Kg
Basah)
Harga
(Rp/Kg
Kering)
Biaya
(Rp/Kg
Kering)
Marjin
(Rp/Kg
Kering)
Harga
Jual
(Rp/Kg
Kering)
Keterangan
1. B
Petani
Bibit RL
2.500
Sesama
Petani di
Cemaga
3.000
Petani Luar
Cemaga
Petani RL 5.000 -
5.500
Pedagang
Desa
5.000 -
5.500
200 - 400 600 -800 6.000 -
6.500
Pedagang
pengumpul
kecamatan
6.000 -
6.500
500 500 -
1.000
7.000 -
8.000
B-1
Pedagang
pengumpul
kecamatan
(Perusda)
5.000 -
5.500
500 1.500 -
2.000
7.000 -
8.000
B-2
BUMD
Pemda
Natuna
Pedagang
pengumpul
antar
Kabupaten/
Eksportir
7.000 -
8.000
100
54,55
1.687,5
1.842,05
4.157,95
13.000 -
14.000
Muat-
Bongkar
Karantina
Ongkos
Angkut
(Ranai-Tj
Pinang-
Batam)
30 ton per
transaksi
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
43
Prosesor RL
(Chips) di
Sabah,
Malaysia
13.000
-14.000
Langsung
dikirim ke
Malaysia
(FOB
Batam)
Waktu Panen 25 hari
Waktu Panen 45 hari
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
44
Tabel 4.3: Analisis Marjin Rumput Laut pada Partisipan Rantai Nilai di Kabupaten Natuna
(Pola C)
No. POLA Biaya
Pro-
duksi
Harga
Petani
(Rp/Kg
Basah)
Harga
(Rp/Kg
Kering)
Biaya
(Rp/Kg
Kering)
Marjin
(Rp/Kg
Kering)
Harga
Jual
(Rp/Kg
Kering)
Keterangan
1. C
Petani
Bibit RL
2.500
Sesama
Petani di
Cemaga
3.000
Petani Luar
Cemaga
Petani RL 5.000 -
6.000
Pedagang
Desa
5.000 -
6.000
400 -
500
100 -
1.000
6.500
Pedagang
pengumpul
6.500 - 600 400 –
900
7.500 -
8.000
Pedagang
pengumpul
(antar)
kabupaten
7.500 -
8.000
650 350 -
850
9.000
Pedagang
pengumpul
antar
Kabupaten/
Eksportir
9.000 50
100
55
1.750
Sortir
Muat-
Bongkar
Karantina
Ongkos
Angkut
(Ranai-Tj
Pinang-
Batam)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
45
1.955 3.045 14.000 40 ton
Prosesor
RL (Chips)
di Sabah,
Malaysia
14.000 Langsung
dikirim ke
Malaysia
(FOB
Batam)
Waktu Panen 25 hari
Waktu Panen 45 hari
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
46
Gambar 5.2 Rantai Nilai KJA Ikan Kerapu di Kabupaten Bintan
Sumber: Dokumentasi TAR
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
47
Tabel 4.4. Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A)
No
.
POLA Biaya
Pro-
duksi
(Rp.
per
unit)
Harga
Petani
(Farm
Gate
Price)
(Rp/k
g)
Harga
Nomi-
nal
Ne-
layan
(Rp/K
g)
Biaya
PPD/
K
(Rp/K
g)
Marji
n
PPD/
K
(Rp/K
g)
Harga
Jual
PPD/K
(Rp/Kg
)
Biaya
PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Marji
n PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Harga
Importi
r (FOB
Kijang)
(Rp/Kg
)
A
1. Nelayan/
Pengrajin
Bubu
Kawat
62.31
5
Biaya
Nelayan
Mandiri
2.585 64.90
0
2. Pedagang
pengumpu
l
kecamatan
67.48
5
45.06
5
115.00
0
3. Pedagang
pengumpu
l
kabupaten/
Eksportir
2.450 176.91
6
25.07
5
36.84
1
4. Importir
Ikan
Kerapu
Singapura
(FOB
Kijang)
176.91
6
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
48
Waktu Usaha 5 hari sekali
Waktu Panen 5 kali angkat bubu per bulan
Keterangan: Nelayan Mandiri tidak terikat dengan “Toke”, mencari ikan kerapu (karang)
antara lain jenis Sunu, Macan, Bebek dan Hitam dengan bubu
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
49
Tabel 5.5Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A)
No
.
POLA Biaya
Pro-
duksi
(Rp.
per
unit)
Harga
Petani
(Farm
Gate
Price)
(Rp/k
g)
Harga
Nomi-
nal
Ne-
layan
(Rp/K
g)
Biaya
PPD/
K
(Rp/K
g)
Marji
n
PPD/
K
(Rp/K
g)
Harga
Jual
PPD/K
(Rp/Kg
)
Biaya
PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Marji
n PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Harga
Importi
r (FOB
Kijang)
(Rp/Kg
)
A
1. Nelayan/
Pengrajin
Bubu
Kawat
32.46
8
Biaya
Nelayan
Mandiri
10.61
6
43.08
4
2. Pedagang
pengumpu
l
kecamatan
3. Pedagang
pengumpu
l
kabupaten/
Eksportir
43.08
4
63.73
7
115.00
0
4. Importir
Ikan
Kerapu
Singapura
(FOB
Kijang)
8.179 176.91
6
25.07
5
36.84
1
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
50
176.91
6
Waktu Usaha 5 hari sekali
Waktu Panen 5 kali angkat bubu per bulan
Keterangan: Nelayan yang difasiltasi modal dan terikat “Toke”, mencari ikan kerapu (karang)
antara lain jenis Sunu, Macan, Bebek dan Hitam dengan bubu
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
51
Tabel 4.6Analisis Marjin Ikan Kerapu pada Partisipan di Kabupaten Bintan (Pola A)
No
.
POLA Biaya
Pro-
duksi
(Rp.
per
unit)
Harga
Petani
(Farm
Gate
Price)
(Rp/k
g)
Harga
Nomi-
nal
Ne-
layan
(Rp/K
g)
Biaya
PPD/
K
(Rp/K
g)
Marji
n
PPD/
K
(Rp/K
g)
Harga
Jual
PPD/K
(Rp/Kg
)
Biaya
PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Marji
n PB/
Ekspo
r-tir
(Rp/K
g)
Harga
Importi
r (FOB
Kijang)
(Rp/Kg
)
A
1. Nelayan/
Pengrajin
Bubu
Kawat
115.0
00
Biaya
Nelayan
Mandiri
8.178 123.1
78
2. Pedagang
pengumpu
l
kecamatan
123.1
78
11.08
0
144.58
0
3. Pedagang
pengumpu
l
kabupaten/
Eksportir
10.32
0
176.91
6
25.07
5
7.261
4. Importir
Ikan
Kerapu
Singapura
(FOB
Kijang)
176.91
6
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
52
Waktu Usaha 5 hari sekali
Waktu Panen 5 kali angkat bubu per bulan
Keterangan: Nelayan yang difasiltasi modal dan terikat “Toke”, mencari ikan kerapu (karang)
antara lain jenis Sunu, Macan, Bebek dan Hitam dengan bubu
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
53
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Rumput Laut
1. Luas wilayah, bentuk dan kontur pantai - pesisir Pulau Natuna sangat mendukung
Rumput Laut tumbuh (perlu memperhatikan pola tanam, dibuat semacam Ring Watch –
Like Model; dimana kondisi Musim Utara dan Musim Selatan sangat berpengaruh
terhadap budidaya Rumput Laut.
2. Petani sangat merespon budidaya Rumput Laut karena mudah dipelajari dan waktu
panen yang cepat, untuk bibit 25 hari dan panen basah 45 hari, serta adanya jaminan
Pasar Komoditas yang pasti, tepat waktu dan tersedia di sekitar pusat produksi atau
meliputi beberapa wilayah produksi.
3. Menjadi Pogram Unggulan Komoditas Daerah Natuna, sebagai brandname (local
branding) atau maskot “RUMPUT LAUT NATUNA”.
4. Adaptif teknologi budidaya Rumput Laut oleh petani.
5. Ketersediaan dan / atau dukungan fasilitas yang telah ada dan banyak dari berbagai pihak
terutama pemerintah daerah Kabupaten Natuna adalah modal utama dan mampu
memotivasi petani.
5.2 Ikan Kerapu
1. Luas laut Kabupaten Bintan 98,51% (86.458,33 km2), Potensi Budidaya Laut 17.934 Ha
(20,74%); dimanfaatkan 212 Ha.
2. Pasar tersedia; Perputaran Ikan Kerapu Sunu (salah satu dari Ikan Kerapu) mempunyai
Rantai Nilai yang bernilai Ekonomis Tinggi (sebagai komoditas unggulan Nelayan bagi
Pasar Ekspor).
3. Menjadi Program Unggulan Bintan sebagai maskot /Ikon “KERAPU BINTAN”
4. Adaptif teknologi penangkapan Ikan Kerapu Sunu model Bubu dan Pancing dan KJA
Ikan Kerapu.
5. Ketersediaan atau dukungan fasilitas yg telah ada dan besar dari Pemerintah dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
54
5.3 Rencana Pengembangan Tindak Lanjut dan Isu Terkini
Pada 2012 lalu telah dilakukan konsinyering yang melibatkan berbagai daerah percontohan.
Dimana didalamnya terdapat diskusi terkait perkembangan pengembangan ekonomi lokal
berbasis komoditas di masing-masing daerah. Berdasarkan hasil diskusi terakhir tersebut
diketahui bahwa masih terdapat beberapa masalah terkait pengembangan komoditas Ikan olahan
dan Rumput laut di kepulauan Riau. Hal itu meliputi: Kurangnya info yang benar tentang
gambir; Kualitas produk yang beragam dan tidak konsisten; Kurangnya modal petani gambir;
Kelembagaan di tingkat petani sangat lemah; dan Kurangnya sosialisasi terkait gambir kepada
masyarakat.
5.3.1 Kabupaten Natuna
Masalah dan saran bagi pengembangan komoditas Rumput Laut di Kabupaten natunan
Meliputi:
Produksi masih terbatas karena terbatasnya teknologi produksi dan modal.
Perlu adanya pasar lain, selain Malaysia.
Prasarana dan sarana transportasi terbatas.
Kemajuan master plan pengembangan produk unggulan
o Master plan sedang disusun sesuai dengan hasil studi rantai nilai pengembangan
rumput laut di Kabupaten Natuna.
Identifikasi stakeholder lain
o Direktorat Prasarana dan Sarana, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerain Kelautan
dan Perikanan
o Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran, Kementerain
Kelautan dan Perikanan
o Direktorat IKM Wilayah I, Ditjen IKM, Kementerian Perindustrian
Kemajuan forum stakeholder
o Sedang diinisiasi pembentukan forum stakeholder.
Kontribusi stakeholder terkait pengembangan produk unggulan :
o Pada tahun 2012, Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memberikan 4 paket
penguatan modal usaha melalui Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP)
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
55
sebesar Rp 260 juta. Sedangkan, tahun 2013 belum terdapat rencana sehingga
diharapkan ada usulan dari daerah.
o Belum ada kegiatan minapolitan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan di
Kabupaten Natuna, sehingga diperlukan usulan dari daerah dengan melampirkan
master plan, SK Bupati tentang penetapan lokasi minapolitan, dan SK Bupati tentang
komoditas unggulan.
o Pada tahun 2012, akan terdapat dana dekonsentrasi dari Direktorat Usaha Ekonomi
Masyarakat, Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri untuk 2 kelompok masyarakat
dengan total dana Rp 150 juta untuk masing-masing kabupaten/ kota daerah
percontohan PELD.
5.3.2 Kabupaten Bintan
Masalah dan saran bagi pengembangan pengolahan komoditas perikanan di Kabupaten
Bintan meliputi:
Keterbatasan modal bagi pembudidaya ikan kerapu.
Kemampuan penerapan teknologi terbatas.
Pola pengembangan perikanan masih berbasis tauke.
Bibit ikan masih terbatas karena masih tergantung dari alam.
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan belum disahkan, sementara itu
masih ada kegiatan pertambangan bouksit yang masih berjalan dan mencemari laut
yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan budidaya.
Kemajuan master plan pengembangan produk unggulan
o Master plan sedang direvisi sesuai dengan hasil studi rantai nilai pengembangan
perikanan di Kabupaten Bintan.
Identifikasi stakeholder lain
o Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran, Kementerian
Kelautan dan Perikanan
o Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan
o Asosiasi Tuna Indonesia
Kemajuan forum stakeholder
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
56
o Sedang dilakukan penguatan forum stakeholder berdasarkan forum pengembangan
minapolitan.
Kontribusi stakeholder terkait pengembangan produk unggulan :
o Direktorat Pengolahan Hasil, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran, Kementerian
Kelautan dan Perikanan akan memfasilitasi pengembangan perikanan melalui
pembangunan cold storage (Rp 2,3 Milyar), sarana rantai dingin (Rp 200 juta), dan
rumah kemasan (Rp 700 juta).
o Pada tahun 2012, akan terdapat dana dekonsentrasi dari Direktorat Usaha Ekonomi
Masyarakat, Ditjen PMD, Kementerian Dalam Negeri untuk 2 kelompok masyarakat
dengan total dana Rp 150 juta untuk masing-masing kabupaten/ kota daerah
percontohan PELD.
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
57
DAFTAR PUSTAKA
Buku & Laporan
BAPPENAS. (2010), “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional: Buku I & Buku II”, Jakarta, BAPPENAS
BAPPENAS. (2012), “Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012-2013: Memperkuat Perekonomian
Domestik”, Jakarta, BAPPENAS
BPS. (2012), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2012”, Bintan , BPS
BPS. (2011), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2011”, Bintan , BPS
BPS. (2010), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2010”, Bintan , BPS
BPS. (2009), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2009”, Bintan , BPS
BPS. (2008), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2008”, Bintan , BPS
BPS. (2007), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2007”, Bintan , BPS
BPS. (2006), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2006”, Bintan , BPS
BPS. (2005), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2005”, Bintan , BPS
BPS. (2004), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2004”, Bintan , BPS
BPS. (2003), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2003”, Bintan , BPS
BPS. (2002), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2002”, Bintan , BPS
BPS. (2001), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2001”, Bintan , BPS
BPS. (2000), “Kabupaten Bintan Dalam Angka 2000”, Bintan , BPS
BPS. (2012), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2012”, Natuna, BPS
BPS. (2011), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2011”, Natuna, BPS
BPS. (2010), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2010”, Natuna, BPS
BPS. (2009), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2009”, Natuna, BPS
BPS. (2008), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2008”, Natuna, BPS
BPS. (2007), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2007”, Natuna, BPS
BPS. (2006), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2006”, Natuna, BPS
BPS. (2005), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2005”, Natuna, BPS
BPS. (2004), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2004”, Natuna, BPS
BPS. (2003), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2003”, Natuna, BPS
BPS. (2002), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2002”, Natuna, BPS
BPS. (2001), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2001”, Natuna, BPS
BPS. (2000), “Kabupaten Natuna Dalam Angka 2000”, Natuna, BPS
BPS. (2012), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2012”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2011), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2011”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2010), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2010”, Kepulauan Riau, BPS
Profil PELD 2012 Kabupaten Natuna dan Kabupaten Bintan
58
BPS. (2009), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2009”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2008), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2008”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2007), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2007”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2006), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2006”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2005), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2005”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2004), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2004”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2003), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2003”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2002), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2002”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2001), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2001”, Kepulauan Riau, BPS
BPS. (2000), “Provinsi Kepulauan Riau Dalam Angka 2000”, Kepulauan Riau, BPS
Draft Masterplan PELD Pengembangan Komoditas Rumput Laut Kabupaten Natuna & Komoditas Ikan Pasca Panen
Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, 2012
Sumber Data:
BPS : Susenas (series); Sakernas (series); PODES (series); Berita Resmi Statistik
Kemiskinan (series); Statistik PDB/PDRB Indonesia (series)
CEIC : Premium & Regular Indonesia Data Subscription
Kementerian & Lembaga : BKPM
Berita/ Artikel Lepas
Peta Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Natuna, BKPM
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/area.php?ia=1308)
Peta Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Bintan, BKPM
(http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/area.php?ia=1308)