profil kesehatan 2015 provinsi kalimantan tengah kesehatan...hasil pembangunan kesehatan pada tahun...
TRANSCRIPT
DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Jalan Yos Sudarso No. 09 Palangka Raya Kode Pos 73111
Telp/Fax (0536) 3228825/E-mail : [email protected]
Profil Kesehatan 2015
Provinsi Kalimantan Tengah
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga buku
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku Profil
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 ini dapat diselesaikan berkat bantuan
banyak pihak yang terlibat di dalamnya khususnya dalam pengisian data-data yang
diperlukan dalam profil ini. Sumber data dalam penyusunan buku profil ini dari Badan
Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah, Biro
pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Tengah dan Buku Profil Kesehatan
Kabupaten/Kota Tahun 2015 serta data dari bidang-bidang di Lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.
Hasil Pembangunan kesehatan pada tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
menunjukan hasil yang cukup bagus. Namun beberapa indikator MDGs dan Renstra yang
belum mencapai target seperti AKI, AKB dan AKABA, prevalensi masalah gizi serta
penanganan masalah TB, Malaria dan HIV/AIDS. Selain itu masalah penyehatan
lingkungan seperti rumah sehat, MTBS, sumber air minum yang layak perlu mendapatkan
perhatian yang serius dari semua komponen yang terlibat, hal ini mengindikasikan perlu
adanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang kesehatan.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 ini bertujuan
memberikan informasi dan gambaran tentang derajat kesehatan dan upaya kesehatan
serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan kesehatan kabupaten/kota di
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan gender yang tergambar dalam data tabel, grafik,
peta dan indikator dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Data kesehatan yang terpilah
menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat
menggambarkan kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan
terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan bidang
kesehatan. Data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses
penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat dan
daerah.
Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 ini disajikan dalam
bentuk cetakan dan soft copy (CD) serta dapat diunduh di website
www.dinkeskalteng.go.id Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik
pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta
ii
berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran
kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini,
oleh karena ini saran, kritik serta masukan pemikiran sangat kami harapkan guna
meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kalimantan Tengah di masa mendatang. Kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku profil ini, diucapkan
terima kasih. Harapan kami, semoga profil ini dapat bermanfaat bagi khalayak yang
memerlukan informasi dan dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk
mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta (evidance based) serta
bahan masukan dalam penyusunan kebijakan program maupun pengambilan keputusan.
Palangka Raya, September 2016 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
dr. Suprastija Budi NIP. 19580802 198803 1 010
iii
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI iii
3. DAFTAR GAMBAR Vi
4. DAFTAR TABEL ix
5. BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Sistematika Penyajian 3
6. BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 4 A. Visi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015 4 B. Misi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015 (Bidang
Kesehatan) 4
C. Visi Dan Misi Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015
4
D. Keadaan Geografis 5 . E. Kependudukan 7 F. Pendidikan 9 7. BAB III SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN 11 A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 11 B. Rumah Sakit 16 1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit 16 2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit 17 C. Sarana Kefarmasian Dan Alat Kesehatan 17 1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan 17
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin 18 D. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat 19 1. Posyandu menurut Strata 19 2. Pos Kesehatan Desa 20 3. Desa Siaga 21 E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk 22 F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit 23 1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana
Pelayanan Kesehatan 23
2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR)
24
3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR)
24
4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) 25 5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of
Stay (ALOS) 26
6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)
26
8. BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 27
iv
9. BAB V KESEHATAN IBU DAN ANAK 29 A. Kesehatan Ibu 29 1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 30 2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 34 3. Cakupan Pelayanan Nifas 37 4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas 38 5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe 39 6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 40 7. Angka Kematian Ibu (AKI) 41 8. Pelayanan Keluarga Berencana 44 B. Kesehatan Anak 47 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 48 2. Penanganan Komplikasi Neonatal 49 3. Kunjungan Neonatus 50 4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif 53 5. Pelayanan Kesehatan Bayi 54 6. Imunisasi 56 7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi 61 8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita 61 9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S) 63 10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 64 11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat 66 12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 68 13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut 69 14. Angka Kematian Bayi (AKB) 70 C. Status Gizi 73 1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 73 2. Balita Bawah Garis Merah (BGM) 75 10. BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
LINGKUNGAN 78
A. Pengendalian Penyakit 78 1. Penyakit Menular 78 2. Penyakit Tidak Menular 94 B. Kesehatan Lingkungan 97 1. Persentase Rumah Sehat 98 2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 99 3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban
sehat) 102
4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
104
5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
106
C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 107 11. BAB VII TENAGA KESEHATAN 108 A. Jumlah Tenaga Kesehatan 109 1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas 109
v
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 110 B. Rasio Tenaga Kesehatan
1. Dokter spesialis 2. Dokter Umum 3. Dokter Gigi 4. Bidan 5. Perawat 6. Apoteker 7. Sarjana Kesehatan Masyarakat 8. Tenaga Sanitarian 9. Tenaga Gizi 10. Keterapian Fisik 11. Keterapian Medis
111 111 111 111 112 112 112 112 112 113 113 113
12. BAB VII PENUTUP 114 13. LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 2.1 Peta Provinsi Kalimantan Tengah 7
2 Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
10
3 Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2009 – 2015 13
4 Gambar 3.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
14
5 Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 – 2015 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
15
6 Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
21
7 Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
22
8 Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Dan K4 Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
32
9 Gambar 5.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2015
33
10 Gambar 5.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2015
35
11 Gambar 5.4 Cakupan Linakes tahun 2015 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
36
12 Gambar 5.5 Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2015
38
13 Gambar 5.6 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2015
39
14. Gambar 5.7 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2015
41
15. Gambar 5.8 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 – 2015
42
16. Gambar 5.9 Penyebab Kematian Ibu di Prov. Kalteng Tahun 2015 43
17. Gambar 5.10 Peta Jumlah Kematian ibu bersalin di Bandingkan Jumlah Lahir Hidup di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
44
18. Gambar 5.11 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
45
19. Gambar 5.12 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
46
20 Gambar 5.13 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2009 – 2015
47
21 Gambar 5.14 Perkembangan Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 s.d 2015
49
vii
22 Gambar 5.15 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2015
50
23 Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (Kn1) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
51
24 Gambar 5.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
52
25 Gambar 5.18 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
53
26 Gambar 5.19 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
55
27 Gambar 5.20 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
57
28 Gambar 5.21 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2015
58
29 Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
59
30 Gambar 5.23 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
60
31 Gambar 5.24 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2015
62
32 Gambar 5.25 Persentase Baduta di timbang D/S Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
64
33 Gambar 5.26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2015
66
34 Gambar 5.27 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
67
35 Gambar 5.28 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015
68
36 Gambar 5.29 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2015 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2015
71
37 Gambar 5.30 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2015
72
38 Gambar 5.31 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 – 2015
74
39 Gambar 5.32 Peta Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk dibandingkan dengan Jumlah Balita Yang Dilaporkan Tahun 2015
75
40 Gambar 5.33 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
76
41 Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
79
42 Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Diantara Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
80
43 Gambar 6.3 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
81
44 Gambar 6.4 Peta Persentase Keberhasilan Pengobatan di Bandingkan Jumlah Seluruh Kasus TB dan di Provinsi Kalimantan
82
viii
Tengah tahun 2015 45 Gambar 6.5 Kasus HIV, AIDS dan Syphilis/Di Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2015 83
46 Gambar 6.6 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2015
84
47 Gambar 6.7 Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
85
48 Gambar 6.8 Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 90
49 Gambar 6.9 Peta Jumlah Kematian Akibat DBD Dibandingkan Jumlah Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
90
50 Gambar 6.10 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2015
92
51 Gambar 6.11 Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2015
93
52 Gambar 6.12 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalinatan Tengah Tahun 2015
98
53 Gambar 6.13 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
99
54 Gambar 6.14 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
100
55 Gambar 6.15 Persentase Kualitas air minum di Penyelenggaraan air minum Syarat Kesehatan per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
101
56 Gambar 6.16 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2015
103
57 Gambar 6.17 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
104
58 Gambar 6.18 Jumlah Desa Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
105
59 Gambar 6.19 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2009 s/d 2015
107
ix
DAFTAR TABEL
1 Tabel 2.1 Tabel 1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah 6
2 Tabel 2.2 Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.
6
3 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2015
8
4 Tabel 6.1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
94
5 Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi Kalimantan Tengah
95
x
DAFTAR LAMPIRAN
1 Resume Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
2 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupatenn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
3 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan kelompok Umur Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
4 Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
5 Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
6 Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
7 Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
8 Tabel 7 Kasus TB, Kasus TB Pada Anak, Dan Case Notification Rate (CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupatebn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
9 Tabel 8 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru TBA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
10 Tabel 9 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
10 Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
11 Tabel 11
Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
12 Tabel 12 Persentase Donor Darah di Skrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
xi
13 Tabel 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
14 Tabel 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
15 Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
16 Tabel 16 Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
17 Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
18 Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2015
19 Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
20 Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2015
21 Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
22 Tabel 22 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
23 Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
24 Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
25 Tabel 24 Pengukuran Tekanan darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
26 Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
27 Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini kanker Leher Rahim dengan Metode IVA Dan Kanker payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
xii
28 Tabel 27 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
29 Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani < 24 Jam Provinsi Kalimantan Tengah 2015
30 Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
31 Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
32 Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
33 Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
34 Tabel 33 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
35 Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
36 Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
37 Tabel 36 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
38 Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
39 Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
40 Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
41 Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
42 Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2015
xiii
43 Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
44 Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
45 Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
46 Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
47 Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
48 Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
49 Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
50 Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Pusksmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
51 Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
52 Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
53 Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
54 Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehtan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Dan Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
55 Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
56 Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
57 Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
xiv
58 Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tenngah Tahun 2015
59 Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
60 Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
61 Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
62 Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadapa Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan Dan Puskesmas Kavbupaten/Kota Provinsi KalimantanTengah Tahun 2015
63 Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
64 Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
65 Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higienis sanitasi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimanta Tenmgah Tahun 2015
66 Tabel 65 Tempat Penglolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
67 Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
68 Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
69 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
70 Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantahn Tengah Tahun 2015
71 Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
72 Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
73 Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
74 Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
75 Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan
xv
kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
76 Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
77 Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
78 Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
79 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
80 Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
81 Tabel 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
82 Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan bidang kesehatan diarahkan untuk pencapaian sasaran
pembangunan kesehatan yang meliputi: meningkatnya umur harapan hidup;
menurunnya Angka Kematian Bayi; menurunnya Angka Kematian Ibu; dan
menurunnya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita, meningkatkan
status gizi, dan menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Prioritas pembangunan kesehatan
ini ditindaklanjuti dengan upaya yang bersifat reformatif dan akseleratif untuk
menjamin terlaksananya pencapaian berbagai upaya kesehatan. Pencapaian sasaran
pembangunan kesehatan ini menjadi perhatian serius dari seluruh jajaran kesehatan
di Provinsi Kalimantan Tengah.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan
melalui system informasi dan melalui kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih
lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169
disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3,
UU no 36 thn 2009 tentang kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang Sistem Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI
no 46 tahun 2015.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam bidang kesehatan lebih
menitikberatkan kepada aksestabilitas dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan
baik di tingkat Puskesmas dan jaringannya (Pustu, Polindes, Poskesdes) maupun
rumah sakit. Pandangan kedepan Pemerintah Daerah provinsi Kalimantan Tengah di
bidang kesehatan untuk mencapai tujuan menjadikan masyarakat Kalimantan Tengah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 2
yang sehat dimanifestasikan kedalam Program Pembangunan Kesehatan yang oleh
Gubernur Kalimantan Tengah digagas dan dinamai sebagai “KALTENG BARIGAS”
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan adanya
ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan
perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based
diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu.
Menyikapi serta merespon tujuan mulia untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat Kalimantan Tengah yang baik melalui Program Kalteng Barigas tersebut,
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah melakukan langkah-langkah nyata
dengan melakukan Koordinasi, Konsolidasi dan Komunikasi intensif dengan seluruh
pemangku kepentingan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu
dan berkeadilan serta berbasis bukti diperlukan data kesehatan yang baik yang
berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara berkesinambungan
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan salah satu produk
Sistem Informasi Kesehatan di Provinsi, yang berisikan gambaran situasi kesehatan
di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah yang diterbitkan satu tahun sekali didalamnya
memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung yang lain yang
berhubungan dengan program kesehatan, adapun dasar acuan pembuatan Profil
Kesehatan adalah Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan Indikator Millenium
Development Goals (MDGs).
Pembuatan Profil Kesehatan Provinsi, dimaksudkan untuk menyediakan data
dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanakan program kesehatan yang
lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar perencanaan, pengambilan keputusan,
pelaksanaan kegiatan atau program serta sebagai acuan kegiatan monitoring,
pengendalian dan evaluasi dari berbagai program.
Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan Provinsi
adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasalahan
kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara
menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi
program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan
keputusan bagi stake holder.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 3
Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan Profil Kesehatan
perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan
diharapkan agar data dan informasi yang terkandung didalamnya konsisten, valid,
reliabel dan dapat dipertanggung jawabkan.
B. Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil Kesehatan
dan sistematika dari penyajiannya.
BAB II : GAMBARAN UMUM
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Kalimantan
Tengah meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi
umum lainnya.
BAB III : SARANA DAN JAMINAN KESEHATAN
BAB IV : PEMBIAYAAN KESEHATAN
BAB V : KESEHATAN IBU DAN ANAK
BAB VI : PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
BAB VII : SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB VIII : PENUTUP Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan
berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat ditelaah
lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan kesehatan serta
pengambilan keputusan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Lampiran : Berisi 81 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian
diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 4
BAB II
GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
A. Visi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015
Meneruskan dan Menuntaskan Pembangunan Kalimantan Tengah Agar Rakyat Lebih
Sejahtera dan Bermartabat Demi Kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI)
B. Misi Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015 (Bidang Kesehatan)
Menjamin Kesehatan Masyarakat Yang Merata dan Mudah Dijangkau
C. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Tahun 2011-2015
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai salah satu dari pelaku
pembangunan kesehatan mempunyai Visi : Terwujudnya Kesehatan Dasar
Masyarakat yang Merata dan Terjangkau di Kalimantan Tengah.
Melalui Misi :
1. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengupayakan kesehatan.
3. Menjamin ketersediaan, pemerataan dan kualitas sumber daya kesehatan yang
berkesinambungan.
4. Meningkatkan kualitas manajemen dan pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.
Dalam penyelenggaraan pembangunan nasional, Sistem Kesehatan Nasional
dapat bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya, seperti
Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem Ketahanan
Pengan Nasional, Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional, Sistem Ketanaga-
kerjaan dan Transmigrasi, serta sistem-sistem nasional lainnya. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tidak hanya semata-mata hasil kerja keras sektor kesehatan
tetapi sangat dipengaruhi juga oleh hasil kerja serta kontribusi positif berbagai sektor
pembangunan lainnya. Pembangunan kesehatan ini diselenggarakan untuk mencapai
Visi Kalimantan Tengah.
Visi tersebut dimaksudkan agar Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
mampu mewujudkan kesehatan masyarakat dengan menyediakan pelayanan
kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat di
Kalimantan Tengah serta mendorong masyarakat untuk mandiri dan berperan serta
secara aktif dalam mengupayakan/menyelenggarakan kesehatan guna memperoleh
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 5
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi manusia
dibidang kesehatan.
D. KEADAAN GEOGRAFIS
Secara geografis, Provinsi Kalimantan Tengah terletak di daerah lintasan
katulistiwa yaitu pada posisi 00° 44’ 54” Lintang Utara – 03° 47’ 07” Lintang Selatan
dan 110° 43’ 19” – 115° 47’ 36” Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Kalimantan
Tengah, sebelah Utara berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat,
sebelah Timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan, sebelah
Selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi
Kalimantan Barat.
Dengan sebelas sungai besar dan tidak kurang dari 33 sungai kecil/anak
sungai, keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Provinsi Kalimantan Teng
ah. Sungai Barito dengan panjang mencapai 900 km dengan rata-rata kedalaman 8 m
merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari hingga 700 km.
Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson, wilayah Provinsi
Kalimantan Tengah termasuk tipe iklim A, hal ini ditandai dengan adanya jumlah
bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan pola penyebaran curah hujan hampir
merata pada semua wilayah. Agroklimat Kalimantan Tengah terdiri dari 4 klas, yaitu:
Klas A di bagian Utara, Klas B1 di Bagian Tengah, Klas C1 dan C2 di Bagian Selatan.
Semakin ke bagian Utara curah hujan semakin tinggi. Karakteristik iklim, tropis
lembab dan panas yang tergolong ke dalam tipe iklim A dengan suhu udara relatif
konstan sepanjang tahun, yang dapat mencapai 23°C pada malam hari dan 33°C
pada siang hari, dengan penyinaran matahari mencapai 60% per tahun. Curah hujan
rata-rata 200 mm/bulan dengan kecepatan angin rata-rata 4 knot/Km. Curah hujan
rata-rata sebesar 2.732 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Sebagian
besar daerah pedalaman yang berbukit, bercurah hujan antara 2,000 - 4.000 mm per
tahun. Musim penghujan biasanya dimulai pada bulan September sampai bulan Mei,
dan puncaknya pada bulan November dan April. Iklim yang relatif lebih kering dimulai
dari bulan Juni sampai Agustus.
Kondisi fisik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas daerah pantai
dan rawa yang terdapat di wilayah Bagian Selatan sepanjang ± 750 km pantai Laut
Jawa, yang membentang dari Timur ke Barat dengan ketinggian antara 0 – 50 m
diatas permukaan laut (dpl) dan tingkat kemiringan 0%-8%. Sementara itu wilayah
daratan dan perbukitan berada bagian tengah, sedangkan pegunungan berada di
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 6
bagian Utara dan Barat Daya dengan ketinggian 50 – 100 mdpl dan tingkat
kemiringan rata-rata sebesar 25%. Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas 6 wilayah
fisiografi, tetapi didominasi oleh daratan dan perbukitan pedalaman. Selengkapnya
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah
No Wilayah Luas (Km2) 1
2
3
4
5
6
Daratan rendah pesisir
Undak-undak pedalaman
Daratan dan perbukitan pedalaman
Pegunungan Schwaner
Pegunungan Muller
Pegunungan Meratus
36.870
37.310
57.124
9.000
11.000
2.300
Sumber : Bappeda Provinsi Kalteng Tahun 2014
Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah
yaitu 153.564 km2 atau 15.356.400 hektar (ha). Dengan jumlah kabupaten/kota
yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini sebanyak 13 (tiga belas) kabupaten
dan 1 (satu) kota. Selengkapnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.2. Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah.
No Nama Kabupaten/Kota Ibu Kota Luas Wilayah
(Km2) (%)
1 Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 10.759 7,01
2 Lamandau Nanga Bulik 6.414 4,18
3 Sukamara Sukamara 3.827 2,49
4 Kotawaringin Timur Sampit 16.796 10,94
5 Seruyan Kuala Pembuang 16.404 10,68
6 Katingan Kasongan 17.500 11,40
7 Kapuas Kuala Kapuas 14.999 9,77
8 Pulang Pisau Pulang Pisau 8.997 5,86
9 Gunung Mas Kuala Kurun 10.804 7,04
10 Barito Selatan Buntok 8.830 5,75
11 Barito Timur Tamiang Layang 3.834 2,50
12 Barito Utara Muara Teweh 8.300 5,40
13 Murung Raya Pruk Cahu 23.700 15,43
14 Palangka Raya Palangka Raya 2.400 1,56
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 7
Gambar 2.1. Peta Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
E. KEPENDUDUKAN
Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2000-2010 adalah sebesar 1,79 persen per tahun. Sedangkan Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP) 2010-2015 diperkirakan sebesar 2,36 persen.
Hasil estimasi jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2015 sebesar 2.495.035 jiwa, yang terdiri atas 1.302.796 jiwa penduduk laki-laki
dan 1.192.239 jiwa penduduk perempuan. Angka tersebut merupakan hasil
perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Kamatan Tengah
dengan menggunakan metode geometrik. Metode ini menggunakan prinsip bahwa
parameter dasar demografi yaitu parameter fertilitas, mortalitas, dan migrasi per
tahun tumbuh konstan. Ada peningkatan jumlah penduduk bila dibandingkan dengan
tahun 2014 sebesar 55.177 jiwa atau laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2015
sebesar 2.26 persen.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 8
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2015
No Kabupaten/Kota Jumlah
Penduduk
Penduduk Rasio Jenis
Kelamin
Kepadatan Penduduk Per km2 Laki-Laki Perempuan
1 Kotawaringin Barat 278,141 147,292 130,849 112.57 25.85
2 Lamandau 73,975 39,480 34,495 114.45 11.53
3 Sukamara 55,321 29,404 25,917 113.45 14.46
4 Kotawaringin Timur 426,176 225,087 201,089 111.93 25.37
5 Seruyan 174,859 94,068 80,791 116.43 10.66
6 Katingan 160,305 83,964 76,341 109.99 9.16
7 Kapuas 348,049 177,648 170,401 104.25 23.20
8 Pulang Pisau 124,845 64,939 59,906 108.4 13.88
9 Gunung Mas 109,947 58,444 51,503 113.48 10.18
10 Barito Selatan 131,987 67,358 64,629 104.22 14.95
11 Barito Timur 113,696 58,539 55,157 106.13 29.65
12 Barito Utara 127,479 66,211 61,268 108.07 15.36
13 Murung Raya 110,390 57,382 53,008 108.25 4.66
14 Palangka Raya 259,865 132,980 126,885 104.8 108.30
Jumlah Provinsi 2,495,035 1,302,796 1,192,239 109.27 16
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Dengan luas wilayah Kalimantan Tengah sekitar 153.564 kilo meter persegi
yang didiami oleh 2,495,035 jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Kalimantan Tengah adalah sebanyak 16 jiwa per kilo meter persegi. Kota Palangka
Raya sebagai ibukota provinsi memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi,
yakni sebanyak 108.30 jiwa per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah
adalah Kabupaten Murung Raya yakni sebanyak 5 jiwa per kilo meter persegi.
Data Sex ratio berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan
yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan
pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Hasil berdasarkan data
kependudukan dari BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa sex ratio penduduk
Kalimantan Tengah adalah sebesar 109,27 yang artinya adalah jumlah penduduk laki-
laki di provinsi ini 9,27 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk
perempuannya.
Bila dilihat menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun paling banyak
jumlahnya di provinsi ini, yaitu sebesar 250.690 jiwa atau lebih dari 10 persen total
penduduk Kalimantan Tengah. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) berjumlah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 9
1.706.440, penduduk usia muda (14 tahun ke bawah) berjumlah 713.020 jiwa
sedangkan penduduk usia tua (65 tahun ke atas) sebanyak 75.590 jiwa, sehingga
rasio ketergantungan penduduk sebesar 46 persen lebih rendah bila dibandingkan
dengan tahun 2014 sebesar 49 persen. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 2.
Jumlah rumah tangga di Kalimantan Tengah berdasarkan hasil proyeksi
adalah 646.780 rumah tangga. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk yang
menempati satu rumah tangga rata - rata sebanyak 3-4 orang.
F. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam
mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan berkontribusi
terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam
rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan salah satu aspek
pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan,
maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan salah satunya dengan meningkatkan
rata-rata lama sekolah.
Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk menilai
tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat melek huruf
penduduk,maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di suatu wilayah.
Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2015 diketahui bahwa angka melek huruf
penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah hanya mencapai
75.79 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 69.63 persen.
Jika dirinci menurut jenis kelamin terlihat tidak ada perbedaan yang cukup besar
kemampuan baca tulis antara laki-laki dan perempuan. Kemampuan baca tulis jenis
kelamin perempuan usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah adalah
sama dengan nilai masing-masing 75.97 persen berbanding 76.29 persen untuk laki-
laki. Dengan kata lain akses pendidikan pada laki-laki dan perempuan adalah sama
(Lampiran tabel 3). Namun persentase penduduk usia 10 ke atas yang melek huruf di
Provinsi Kalimantan Tengah belum mencermin angka yang sebenarnya karena ada
beberapa kabupaten yang tidak ada angka melek hurup penduduk usia 10 tahun ke
atas. Selain itu semua kabupaten kota tidak mencantumkan jumlah penduduk yang
telah menyelesaikan pendidikan pada jenjang S2 dan S3.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 10
Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Gambar diatas memperlihatkan persentase penduduk 10 tahun keatas terkait
dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, persentase tertinggi pendidikan yang
ditamatkan adalah SD/MI yang mencapai 26.01 persen. sedangkan yang terendah
adalah pendidikan master dan doktoral yang hanya mencapai 0.00 persen. Namun
angka diatas belum mencerminkan angka yang sebenarnya, hal ini disebabkan
karena data profil yang dari kabupaten/kota belum mengacu pada data yang
bersumber dari leading sektor dalam hal ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.
Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan menerima
informasi termasuk informasi kesehatan serta kemampuan dalam berperan serta
dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih
tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas
sehingga lebih mudah menyerap dan menerima informasi, serta dapat ikut berperan
serta aktif dalam mengatasi masalah kesehatan dirinya dan keluarganya.
S2/S3 (MASTER/DOKTOR)
DIPLOMA I/DIPLOMA II
AKADEMI/DIPLOMA III
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
UNIVERSITAS/DIPLOMA IV
TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD
SMA/ MA
SMP/ MTs
SD/MI
0.00
0.57
1.53
2.32
3.00
14.03
14.80
15.27
26.01
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 11
BAB III
SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa
fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah dipengaruhi oleh keberadaan
sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini terdiri dari fasilitas
pelayanan kesehatan1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri
dari: puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM).
Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih dijumpai
berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan masyarakat sangat
memerlukan sumber daya kesehatan yang merupakan semua perangkat keras dan
perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.
A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)
Pada pasal satu ayat 2 Peraturan Menteri Kesehatan 75 tahun 2014 tentang
Puskesmas menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat;
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan
d. Hemiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat kesehatan masyarakat pada
pasal 6 Permenkes no 75 tahun 2014 puskesmas berwenang untuk:
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 12
a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan;
d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah
kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama
dengan sektor lain terkait;
e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
kesehatan berbasis masyarakat;
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan
cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. memberikan rekomendasi terkait masalah
kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini
dan respon penanggulangan penyakit.
i. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,
berkesinambungan dan bermutu;
j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif;
k. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat;
l. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan
keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
m. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja
sama inter dan antar profesi;
n. Melaksanakan rekam medis;
o. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses
Pelayanan Kesehatan;
p. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
q. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
r. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem
Rujukan.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 13
Jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan Desember
2015 sebanyak 195 unit jumlah tersebut sama dengan jumlah pada tahun
sebelumnya. Jumlah tersebut terdiri dari 77 unit puskesmas rawat inap dan 118 unit
puskesmas non rawat inap. Jumlah puskesmas yang di hitung adalah jumlah
puskesmas yang telah memeliki nomor registrasi yang telah di keluarkan oleh
Pusdatin Kemkes RI. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, jumlah puskesmas
memang mengalami peningkatan seperti yang terdapat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2009 – 2015
Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota dan Bidang Jaminan Sarana Kes Tahun 2015
Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2015. Peningkatan jumlah puskesmas tidak mengindikasikan
secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan primer di masyarakat. Indikator yang mampu menggambarkan
secara kasar tercukupinya kebutuhan pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas
adalah rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar 2,34
puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk per
kabupaten/kota tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut.
174
179
183
193195 195 195
160
165
170
175
180
185
190
195
200
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jml Puskesmas
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 14
Gambar 3.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2015
Dari gambar di atas nampak bahwa Kota Palangka Raya adalah wilayah yang
memiliki rasio puskesmas yang paling rendah yaitu 1.15, di ikuti oleh Kabupaten
Kotawaringin Timur yang memiliki rasio 1.41 per 30.000 penduduk. Hal ini
disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi. Sedang kabupaten
yang memiliki rasio puskesmas yang tertinggi adalah Kabupaten Lamandau dan
Gunung Mas masing-masing 4.46 dan 4.09, kemudian Kabupaten Murung Raya
dengan rasio 3,80. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang seluruh
kabupaten/ kota sudah sesuai dengan target, namun jika dilihat dari kondisi geografis
jumlah puskesmas belum memadai untuk memberikan kemudahan aksetabilitas bagi
penduduk yang berada di daerah terpencil. Kondisi ini harus diperhatikan, karena
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar harus dapat dipenuhi oleh pemerintah dan
sektor swasta.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan
dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan
kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari
pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas tertentu jika dianggap
diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari
0 10 20 30
Kotawaringin Barat
Lamandau
Sukamara
Kotawaringin Timur
Seruyan
Katingan
Kapuas
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Murung Raya
Palangka Raya
16
11
5
20
12
16
26
11
15
12
11
16
14
10
1.73
4.46
2.71
1.41
2.06
2.99
2.24
2.64
4.09
2.73
2.90
3.77
3.80
1.15
Rasio PKM
JML PKM
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 15
puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari
Pemerintah.
Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan non
rawat inap dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.
Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 – 2015 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2015
Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap
menurun dari 122 unit pada tahun 2013 menjadi 118 unit pada tahun 2014 dan
2015. Meskipun demikian, terjadinya tersebut disebabkan karena adanya perubahan
status dari puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Peningkatan
jumlah juga terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari 73 unit pada tahun 2013
menjadi 77 unit pada tahun 2014 dan 2015. Antara tahun 2014 dan 2015 tidak ada
perubahan jumlah puskesmas rawat inap maupun puskesmas non rawat inap.
Seperti yang termaktub pada pasal 5 Permenkes no 75 tahun 2014 tentang
puskesmas disebutkan fungsi puskesmas adalah menyelenggarakan fungsi: a.
penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b. penyelenggaraan
UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain upaya kesehatan wajib yang harus
diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan upaya kesehatan pengembangan.
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat berupa berupa pelayanan
obstetrik dan neonatal emergensi dasar (PONED), pelayanan kesehatan peduli remaja
(PKPR), upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus
Kekerasan terhadap Anak (KTA). Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan
2011 2012 2013 2014 2015
68 70 73 77 77
115123 122 118 118
Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 - 2015
Rawat Inap Non Rawat Inap
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 16
sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya
kesehatan kerja dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki
banyak pusat industri.
B. RUMAH SAKIT
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan
upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan
yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga
berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan rujukan.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2014 tentang klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu
rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit
yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Badan Hukum yang bersifat
nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan
hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.
1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit
Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan Strata dua dan strata 3. Indikator
yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit (RS) antara lain
dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan
jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio terhadap jumlah penduduk.
Setiap Kabupaten memiliki rumah sakit dan jumlah seluruh Rumah Sakit di Propinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2015 yaitu sebanyak 21 buah dengan rincian
kepemilikan sebagai berikut : Pemerintah Kab/Prov : 16 unit; TNI/Polri : 2 unit;
rumah sakit jiwa 1 unit dan Swasta 1 unit dan rumah sakit ibu dan anak 1 unit.
(Lampiran Tabel 67).
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengelompokkan
rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum
dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit
khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang
atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ,
jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
Jumlah kumah sakit khusus yang ada di Provinsi kalimantan Tengah pada
tahun 2015 sebanyak 2 unit yang terdiri dari rumah sakit jiwa dan rumah sakit
khusus ibu dan anak.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 17
2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat
tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 0.75 per 1.000 penduduk. Rasio ini
lebih tinggi dibandingkan tahun 2014 sebesar 0.69 per 1.000 penduduk dan 0,66 per
1.000 penduduk pada tahun 2013.
Jumlah tempat tidur rumah sakit se Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah
1870 TT lebih banyak bila dibandingka dengan jumlah TT pada tahun 2014 yang
berjumlah 1686 TT jumlah. Jika di lihat dari rasio tempat tidur maka di Provinsi
Kalimantan Tengah perlu di tingkat jumlah tempat tidur agar kebutuhan 1 tempat
tidur bisa melayanan 1000 orang penduduk dapat terpenuhi lebih jelasnya lihat pda
lampiran 55.
C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial
merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial
merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik
maupun privat. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin
keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.
Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga
diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat
kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan
kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin
keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta
tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses
produksi, distribusi hingga penggunaannya dimasyarakat.
Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan
tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 18
bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang termasuk sarana produksi di bidang
kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri Obat
Tradisional (IOT), Industri Ekstrak Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha
Kecil Obat Tradisional (UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat
Kesehatan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan Industri
Kosmetika.
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya oleh
Bidang Jamsarkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah yaitu: Industri
Farmasi , Industri Obat Tradisional, Usaha Kecil Obat Tradisioanal, Produksi Alat
Kesehatan, Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat
Kesehatan (PAK). Berdasarkan ketersediaan sarana distribusi kefarmasian dan alat
kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah sebagai berikut: Usaha
kecil obat tradisional berjumlah 1 unit, Pedagang besar farmasi 2 unit, apotek 279
unit, toko obat 197 unit dan Penyalur Alat Kesehatan berjumlah 1 unit.
2. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis yang lengkap,
jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu dengan harga
terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran yang harus dicapai. Kementerian
Kesehatan telah menetapkan indikator rencana strategis tahun 2010-2015 terkait
program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu meningkatnya sediaan farmasi dan
alat kesehatan yang memenuhi standar dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator
tercapainya sasaran hasil tersebut pada tahun 2015 yaitu persentase ketersediaan
obat dan vaksin sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu
kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial generik di
sarana pelayanan kesehatan dasar.
Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi tingkat
ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini dilakukan untuk mendukung
pemerintah pusat dan daerah dalam rangka menentukan langkah-langkah kebijakan
yang akan diambil di masa yang akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan
obat merupakan salah satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota,
akibatnya sulit bagi pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di
seluruh Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh
provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan langkah-langkah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 19
yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di provinsi atau kabupaten/kota
akan mempermudah penyusunan prioritas bantuan maupun intervensi program di
masa yang akan datang.
Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di Provinsi
Kalimantan Tengah, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang
dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator yang digunakan untuk pelayanan
kesehatan dasar dan obat yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah
item obat yang dipantau adalah 20 item obat dan vaksin yang digunakan untuk
imunisasi dasar.
Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2015 memiliki target
sebesar 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan oleh Bina Jaminan dan
Sarana Kesehatan Provinsi Kalimanrtan Tengah tahun 2015 didapatkan persentase
ketersediaan rata-rata provinsi sebesar 118.59%. Dengan demikian apabila
dibandingkan dengan target tahun 2015, maka capaian kinerja indikator persentase
ketersediaan obat dan vaksin telah melebihi target yang telah ditetapkan. Data dan
informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan vaksin terdapat pada Tabel
lampiran 66.
D. SARANA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT
Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat. Melalui konsep Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), masyarakat berperan serta aktif
dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga
aktif.
1. Posyandu menurut Strata
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan
penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokan
menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya, posyandu purnama dan
posyandu mandiri.
Jumlah posyandu di Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah 2340 unit lebih banyak
bila dibandingkan dengan dengan tahun 2014 sebanyak 1965 unit. Rincian posyandu
berdasarkan stratanya pada tahun 2015 adalah sebagai berikut; Posyandu Pratama
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 20
808 unit (34.53%), Posyandu Madya 1115 unit (47.65%), Posyandu Purnama 340 unit
(14.53%) dan Posyandu Mandiri 77 unit (3.29%). Sedangkan Posyandu yang masuk
kategori aktif sebanyak 417 unit (17,82) (43.46%). Ada peningkatan yang cukup
signifikan jumlah posyandu yang aktif bila dibandingkan dengan jumlah posyandu
aktif pada tahun 2014 yang berjumlah 279 unit (12.62%). Kedepannya
pengembangan Posyandu adalah dengan revitalisasi posyandu dan diharapkan jumlah
posyandu aktif terus meningkat. (Lampiran Tabel 69).
2. Pos Kesehatan Desa
Di samping Posyandu keberadaan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) juga
sangat penting dalam rangka mendukung program desa siaga, yaitu suatu bentuk
pemberdayaan masyarakat di tingkat desa yang disertai dengan pengembangan
kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara kesehatannya secara mandiri
khususnya kesehatan ibu dan anak.
Fungsi poskesdes adalah Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang
kesehatan, meliputi : sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko
dan masalah kesehatan, sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk meningkatkan jangkauan
dan cakupan pelayanan kesehatan, sebagai wahana pembentukan jejaring berbagai
UKBM yang ada di desa. Adapun manfaatnya antara lain : Permasalahan kesehatan di
desa dapat dideteksi secara dini, sehingga bisa ditangani dengan cepat dan
diselesaikan, sesuai kondisi , potensi dan kemampuan yang ada.; Masyarakat desa
dapat memperoleh pelayanan kesehatan dasar yang dapat dijangkau ( secara
geografis ); Bagi Kader Kesehatan mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan;
Memperluas jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala
sumberdaya secara efektif dan efesien; mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai
pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama
Jumlah poskesdes pada tahun 2015 sebanyak 469 buah. Ada peningkatan
jumlah poskesdes yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan jumlah poskesdes
pada tahun 2014 yang berjumlah 381 buah poskesdes. Jumlah poskesdes di setiap
kabupaten/kota tahun 2015 terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 21
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015 3. Desa Siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Sebuah desa
dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Pada tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 945 desa siaga dari
1.569 desa/kelurahan yang ada (60,2%). Desa Siaga aktif adalah desa yang
mempunyai Poskesdes atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi
sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar, penanggulangan bencana dan
kegawatdaruratan, surveilance berbasis masyarakat yang meliputi gizi, penyakit,
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS). Distribusi Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 terlihat pada gambar berikut.
Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sukamara
Seruyan
Pulang Pisau
Palangka Raya
Murung Raya
Lamandau
Kotawaringin Timur
Kotawaringin Barat
Katingan
Kapuas
Gunung Mas
Barito Utara
Barito Timur
Barito Selatan
32
100
99
30
125
83
185
95
161
233
127
103
105
93
28
41
37
5
1
51
50
53
18
60
29
19
8
69
Poskesdes Desa/Kel
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 22
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Dari digambar diatas diketahui bahwa semua kabupaten telah memiliki data
desa siaga, yang paling banyak memiliki desa siaga adalah Kabupaten Kotawaringin
Timur yaitu 185 desa kemudian Kabupaten Kapuas 151 desa siaga dan Kabupaten
Murung Raya dengan 98 desa. Sedangkan Kabupaten yang palin sedikit desa
siaganya adalah Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah desa siaga sebanyak 17
desa, kemudian kabupaten Seruyan dengan 12 desa siaga dan Kota Palangka Raya
dengan 5 Kelurahan siaga. Sedangkan jumlah total desa/kelurahan siaga se Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 893 desa/kelurahan siaga dari total 1571
desa/kelurahan.
Keberadaan Desa/Kelurahan siaga menunjukkan peran pemerintah daerah
dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai leading sektor bidang
kesehatan sebagai upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menangani
masalah kesehatan yang terjadi di daerah atau wilayah masing-masing.
E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah
berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah dengan
mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan kesehatan.
Program ini dikembangkan dengan tujuan merubah pola pembayaran langsung (out
of pocket) yang biasanya dibayar setelah pelayanan diberikan menjadi
0 50 100 150 200 250
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Gunung Mas
Kapuas
Katingan
Kotawaringin Barat
Kotawaringin Timur
Lamandau
Murung Raya
Palangka Raya
Pulang Pisau
Seruyan
Sukamara
93
105
103
127
233
161
95185
83
125
30
99
100
32
28
35
81
17
151
82
65
18566
98
5
46
12
22
Desa/Kel Siaga
Desa/Kel
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 23
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha
bersama dan kekeluargaan, yang berkesinambungan dan dengan mutu terjamin serta
pembiayaan yang dilaksanakan pra upaya.
Jaminan Kesehatan Nasional yang di selenggarakan oleh BPJS bertujuan
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan hampir miskin agar tercapai derajat kesehatan masyarakat
yang optimal secara efektif dan efisien. Jamkesmas diharapkan dapat menurunkan
angka kematian ibu, menurunkan angka kematian bayi dan balita serta menurunkan
angka kelahiran di samping dapat terlayaninya kasus-kasus kesehatan bagi
masyarakat miskin. Program ini telah memberikan banyak manfaat bagi peningkatan
akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan hampir miskin di puskesmas dan
jaringannya, pelayanan kesehatan di rumah sakit serta memberikan perlindungan
finansial dari pengeluaran kesehatan akibat sakit.
Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah
cukup positif. Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2015 sebanyak 52.97 persen
lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 55,7 dari total
penduduk. Bila dirinci adalah sebagai berikut: 52,97 persen Jaminan Kesehatan
Nasional, 18,01 persen Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN, 5,41 persen PBI APBD,
18,04 persen Pekerja Penerima Upah (PPU), 4,64 persen Pekerja Bukan Penerima
Upah (PBPU)/Mandiri, 1,53 persen Bukan Pekerja (BP) dan 5,32 persen Jamkesda.
Data terinci di setiap kabupaten/kota dapat dilihat di lampiran (tabel 53).
F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit
1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan
Kesehatan
Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit oleh masyarakat dapat
dilihat dari cakupan kunjungan rawat jalan dan rawat inap di masing-masing sarana
kesehatan. Pemanfaatan ini mencakup kunjungan rawat jalan dan rawat inap serta
kunjungan gangguan jiwa.
Cakupan kunjungan Rawat Jalan di puskesmas dan rumah sakit pada tahun
2015 adalah 55,76% lebih tinggi bila dibandingkan tahun 2014 sebesar 45,7%.
Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap pada tahun 2015 sebesar 14.66% ada
peningkatan yang cukup besar bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun 2014
sebesar 4%. Sedangkan bila dilihat dari jenis kelaminnya persentase terbanyak
adalah perempuan yaitu 54.43% dan laki-laki sebanyak 43.42%, ini berarti
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 24
pemanfaatan sarana kesehatan sudah lebih banyak oleh perempuan bila
dibandingkan laki-laki. Kunjungan Rawat Jalan terbanyak ke Puksesmas dibandingkan
ke rumah sakit sedangkan Kunjungan Rawat Inap terbanyak di Rumah Sakit dari
pada di Puskesmas. Pada tahun 2015 jumlah kunjungan gangguan jiwa sebanyak
8.128 orang, meningkat tajam bila dibandingkan dengan jumlah penderita gangguan
jiwa pada tahun 2014 sebanyak 4820 orang, distribusi paling banyak di rumah sakit
bila dibandingkan dengan kunjungan pada puskesams. (Lampiran Tabel 54).
2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death Rate
(GDR)
Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death Rate)
berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit. Semakin
rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka yang dapat
ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.
GDR rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 24.3
lebih kecil bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 25,8, berarti kurang dari
angka yang dapat ditolerir, ini menunjukan bahwa sistem pelayanan di rumah sakit
sudah semakin lama semakin membaik. Dari 21 rumah sakit yang ada di Provinsi
Kalimantan Tengah rumah sakit yang memiliki angka GDR paling tinggi adalah
Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya 44.4, diikuti oleh Rumah Sakit Dr
Murdjani Sampit sebesar 37,7 dan Rumah Sakit Dr. St. Imanuddin sebesar 34,8.
Sedangkan rumah sakit dengan angka GDR yang paling rendah adalah Rumah Sakit
Kasongan sebesar dengan GDR sebesar 1.1, diikuti oleh Rumah Sakit Puruk Cahu
sebesar 2,7 dan Rumah Sakit Kuala Kurun sebesar 3,7. Sedangkan rumah sakit tidak
memiliki data GDR yaitu RSUD Lamandau, Rumah Sakit Hanau dan Rumah Sakit
Yasmin dan Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei. Rendahnya angka GDR di provinsi
Kalimantan Tengah menunjukan mutu pelayanan/perawatan di RS sudah cukup baik.
3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR)
Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan atau
perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti bahwa mutu
pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR yang dapat ditolerir
adalah 25 per 1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2015 adalah 10,9, ada peningkatan yang cukup besar bila dibandingkann
dengan NDR pada tahun 2014 adalah sebesar 1,0. Data ini mengindikasikan adanya
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 25
sedikit penurunan kualitas pelayanan di rumah sakit rumah sakit di Provinsi
Kalimantan Tengah.
Data NDR yang ada menunjukan ada 1 rumah sakit yang memiliki NDR yang
melebihi angka yang dapat ditoleransi yaitu Rumah Sakit Buntok Kabupaten Barito
Selatan sebesar 27,5 ini menunjukan tingkat pelayanan atau mutu pelayanan
dirumah sakit masih rendah. Ada 5 rumah sakit yang tidak memiliki data angka NDR
yaitu Rumah Sakit Lamandau, Rumah sakit Hanau, RSJ Kalawa Atei, RS TNI
Denkesyah, dan RSIA Yasmin Palangka Raya, ke 5 rumah sakit tersebut perlu
memperhatikan sistem pencatat dan pelaporanya sehingga akan dapat memberikan
data yang lebih baik lagi.
Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit dapat dilihat dari BOR (Bed
Occupancy Rate), ALOS (Average Length of Stay) rata-rata lama dirawat (dalam
satuan hari) seorang pasien dan TOI (Turn Over Interval). BOR adalah persentase
pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu; LOS adalah rata-rata lama
perawatan (dalam satuan hari) seorang pasien; dan TOI adalah lamanya pemakaian
tempat tidur oleh pasien (dalam satuan hari).
4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit dengan melihat
persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed Occupation Rate (BOR).
Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan
rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukan tingkat
pemanfaatan tempat tidur yang tinggi, sehingga perlu pengembangan rumah sakit
atau penambahan tempat tidur. BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah
antara 60% sampai dengan 80%.
BOR untuk seluruh rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2015 sebesar 47,2% lebih rendah bila dibandingkan dengan BOR tahun 2014
sebesar 65,3%. Data BOR ini minus dua rumah sakit yaitu Rumah Sakit Hanau dan
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei. Angka BOR ini tidak berada pada range ideal terkait
dengan pemakaian tempat tidur. Dari 21 rumah sakit ada 4 rumah sakit mempunyai
tingkat pemanfaatan bed occupancy rate yang dianggap cukup ideal yaitu Rumah
Sakit Buntok sebesar 65,4%, Rumah Sakit Pulang Pisau sebesar 69,6%, , Rumah
Sakit Dr Murdjani Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 72,3%%, dan Rumah Sakit
Dr. St. Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 77,0%. Ada 14 RS dengan
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 26
tingkat pemanfaatannya masih kurang, dan 2 RS tidak mengirimkan data laporan
terkait BOR. Data lengkap dapat dilihat pada tabel lampirang no 56
5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay (ALOS)
Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average Length of
Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama rawat seorang
pasien di RS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah sebesar 2,9 hari lebih
besar bila dibandingkan dengan ALOS pada tahun 2014 sebesar 2.8 hari. Jumlah
ALOS ini lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 21 RS yang ada terdapat 19 RS
mempunyai angka ALOS sedang dua RS tidak ada melapor yaitu RSJ Kalawa Atei dan
RSUD Lamandau. Semua RS mempunyai nilai ALOS dibawah angka ideal. Data
lengkap dapat dilihat pada tabel lampirang no 56
6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)
TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan tempat
tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin jelek.
Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 adalah sebesar 3.3 hari, lebih besar bila dibandingkan dengan
TOI 2014 adalah sebesar 2.53 hari. Data ini lebih tinggi dari kisaran TOI ideal dan
mengalami penurunan efisiensi penggunaan tempat tidur dari tahun 2014. Ini
menunjukkan penggunaan jumlah tempat tidur sedikit berkurang efisien dan efektif
nya.
Dari 21 RS yang ada, 6 RS mempunyai nilai TOI yang masuk kategori ideal
yaitu Rumah Sakit Dr. St. Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat, Rumah Sakit Dr
Murdjani Kabupaten Kotawaringin Timur, Rumah Sakit Kuala Kurun Gunung Mas,
Rumah Sakit Buntok Barito Selatan, Rumah Sakit Muara Teweh Kabupaten Barito
Utara dan Rumah Sakit Bhayangkara Palangka Raya. Sedangkan ada 2 rumah sakit
yang tidak memiliki data TOI yaitu Rumah Sakit Hanau dan Rumah Sakit Jiwa Kalawa
Atei.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 27
BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Undang-Undang
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan
untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya
kesehatan dapat dibedakan menjadi pembiayaan yang bersumber dari anggaran
pemerintah dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran masyarakat.
Dewasa ini beban pembiayaan kesehatan semakin berat karena berkaitan dengan
pertambahan penduduk, transisi pola penyakit yang menimbulkan beban ganda, inflasi
biaya kesehatan serta inflasi ekonomi secara keseluruhan. Pembiayaan kesehatan selain
relatif kecil juga efektivitas dan efisiensi penggunaannya belum optimal. Efektivitas dan
efisiensi yang rendah tersebut disinyalir berkaitan dengan jumlahnya yang kurang,
alokasinya yang tidak sesuai dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung
pada investasi barang dan kegiatan tidak langsung. Sehingg biaya operasional dan biaya
untuk kegiatan langsung menjadi kurang. Dalam teori dan pengalaman empiris kinerja
suatu program kesehatan sangat ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan
anggaran kegiatan langsung.
Komitmen nasional maupun daerah kota dan Provinsi harus mengalokasikan 10%
anggaran untuk kesehatan dari Total APBD, untuk pembiayaan kesehatan bagi keluarga
miskin perlu diprioritaskan dan pada tahun 2009 alokasi dari pusat relatif meningkat
dibanding tahun sebelumnya. Kebijakan nasional membebaskan biaya pengobatan di
rawat jalan dan perawatan di kelas III rumah sakit serta di puskesmas. Pembiayaan untuk
Dinas Kesehatan maupun UPT diperoleh dari APBD maupun APBN, PLN/BLN dan lainnya
yang sah.
Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya
guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan kesehatan berasal
dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain. Sesuai
Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, anggaran kesehatan
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 28
pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari
total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai).
Pembiayaan Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 bersumber dari
dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN (DAK, Dekon, TP) dan Pinjaman/Hibah
Luar Negeri (GF). Total pembiayaan kesehatan bersumber pemerintah baik pemerintah
daerah maupun pusat untuk tahun 2015 adalah 1.924.854.465.989, lebih tinggi daripada
alokasi anggaran pada tahun 2014 yang berjumlah Rp. 881,239,728,709,- (Catatan:
Tahun 2014 alokasi anggaran minus dari RSUD).
Rincian alokasi anggaran kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
adalah sebagai berikut:
a. APBD kabupaten/kota dan RSUD Kabupaten/Kota baik belanja langsung maupun
belanja tidak langsung sebesar Rp. 1.388.130.248.886,-.
b. APBD Provinsi (Belanja langsung, Belanja Tidak langsung, RSUD Doris Sylvanus, RSJ
Kalawa Atei dan DAK Kalteng Barigas) sebesar Rp. 338.542.389.088,-.
c. APBN (Tugas Pembantuan Provinsi, Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, Dana
Dekonsentrasi, DAK Provinsi dan DAK Kabupaten/Kota) sebesar Rp.
194.252.817.000,-.
d. Pinjaman/Hibah luar negeri (PHLN) sebesar Rp. 3.929.011.015,-.
Secara keseluruhan persen APBD kesehatan terhadap APBD kabupaten/kota dan
dan APBD Provinsi sebesar 9.78% sedikit lebih rendah dari seharusnya yaitu 10% per
tahun dari Total APBD diluar biaya gaji (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan),
sedangkan anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2015 sebesar Rp. 771.473,93,-
lebih besar bila dibandingkan dengan anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2014
sebesar Rp. 361.184,84. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran Tabel 81.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 29
BAB V
KESEHATAN IBU DAN ANAK
Keluarga memilikifungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi status
kesehatan diantara anggotanya.Diantara fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat yaitu
memenuhi kebutuhan gizi danmerawat serta melindungi kesehatan para anggotanya.
Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritasdalam
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja
upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal tersebut disebabkan Angka
Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang peka terhadap kualitas
fasilitaspelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan kesehatan yang dimaksud
termasukaksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri.
Keadaan kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan
masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan
indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Faktor-faktor yang
memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal dari sektor kesehatan
melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial,
keturunan, dan faktor lainnya.
Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,
angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi Kalimantan
Tengah digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa penyakit dan status gizi.
Upaya kesehatan di Propinsi Kalimantan Tengah telah diarahkan untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat. Disamping itu dalam penanganan masalah kesehatan harus
dilakukan secara terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan
budaya.
A. KESEHATAN IBU
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil
risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi. Berikut sasaran program
Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya pelayanan antenatal terpadu
berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan tingkatpertama; Penanganan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas di
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 30
tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan
KB berkualitas, terutama KB pasca persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu yang responsif gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu
dan reproduksi. Dengan sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin
dan nifas; Wanita Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu
dan reproduksi; lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi.
Sejak tahun 1990 upaya strategis yang dilakukan dalam upaya menekan
AngkaKematian Ibu (AKI) adalah dengan pendekatan safe motherhood, dengan
menganggap bahwa setiap kehamilan mengandung risiko, walaupun kondisi kesehatan
ibu sebelum dan selama kehamilan dalam keadaan baik. Di Indonesia Safe Motherhood
initiative ditindaklanjuti dengan peluncuran Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh
Presiden yang melibatkan berbagi sektor pemerintahan di samping sektor kesehatan.
Salah satu program utama yang ditujukan untuk mengatasi masalah kematian ibu adalah
penempatan bidan di tingkat desa secara besar-besaran yang bertujuan untuk
mendekatkan akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahirke masyarakat. Di tahun
2000, Kementerian Kesehatan RI memperkuat strategi intervensi sektor kesehatan untuk
mengatasi kematian ibu dengan mencanangkan strategi Making Pregnancy Safer. Pada
tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and
Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu danneonatal
sebesar 25%.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359
per100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan
dengan negara–negara tetangga.
1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan
antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu
minimal 1 kalipada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada
trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga
(usia kehamilan 24 minggu - lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk
menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor
risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan menggunakan
indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 31
memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, dibandingkan
jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Sedangkan
Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai
dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah
sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja padakurun waktu satu tahun. Indikator tersebut
memperlihatkan akses pelayanan kesehatanterhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.
Pelayanan antenatal care ini untuk memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan fisik mental dan sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini
adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk
riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan, mempersiapkan persalinan
cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin, mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
eksklusif dan mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal
Pada tahun 2015 cakupan pelayanan K4 sebesar 82,8% ada penurunan bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 86.5%. Secara umum hampir
semua kabupaten kota belum mencapai target sebesar 95%. Dari semua kabupaten
capaian K4 yang paling tinggi adalah Kabupaten Barito Selatan sebesar 92,4%,
selanjutnya adalah Kabupaten Barito Utara sebesar 92,2% dan Kabupaten Pulang Pisau
sebesar 89,7%. Sedangkan Kabupaten yang paling rendah cakupan K4 nya adalah
Kabupaten Barito Timur sebesar 48,2%, diikuti oleh Kabupaten Kapuas 74,9% dan
Kabupaten Katingan 82,4%. Sedangkan untuk K1 ada beberapa kabupaten/kota yang
telah mencapai cakupan lebih dari 95% seperti Kabupaten Barito Selatan, Barito Utara,
Pulang Pisau, Gunung Mas, dan Kotawaringin Barat. Sedangkan kabupaten yang belum
mencapai target 95%, yaitu Kabupaten Murung Raya 91,5%, Kota Palangka Raya 94,8%,
Barito Timur 51,8%, Kapuas 91.8%, Seruyan 91,8%, Katingan 82,4%, Kotawaringin
Timur 94,3% Lamandau 94,0% dan Sukamara 93.6%. Distribusi cakupan kunjungan ibu
hamil K1 dan K4 tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 5.1
dibawah ini.
Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Dan K4 Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 32
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 tidak terlalu besar yang berarti banyak ibu
hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal meneruskan hingga
kunjungan ke-4 pada triwulan 3 kehamilannya. Kondisi tersebut menutup peluang
terjadinya kematian pada ibu melahirkan dan bayi yang dikandungnya. Kondisi tersebut
harus ditingkatkan dengan penyuluhan ke masyarakat serta melakukan komunikasi dan
edukasi yang intensif kepada ibu hamil dan keluarganya agar memeriksakan
kehamilannya sesuai standar.
Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah
dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat beberapa Puskesmas
maupun klinik dan rumah sakit yang melaksanakan dan mengembangkan Kelas Ibu Hamil
di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan meningkatkan demand creation di kalangan ibu
hamil dan keluarganya, dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil
dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.
Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2008 hingga tahun 2015
dapat dilihat pada gambar 5.2 dibawah ini
Gambar 5.2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2015
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Kotawaringin Barat
Lamandau
Sukamara
Kotawaringin Timur
Seruyan
Katingan
Kapuas
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Selatan
Barito Timur
Barito Utara
Murung Raya
Palangka Raya
Kalteng
95.5
94.0
93.6
94.2
91.8
82.4
91.8
95.4
95.5
98.4
51.8
97.8
91.5
94.8
90.6
87.4
86.1
88.2
86.8
83.1
82.4
79.4
89.7
89.1
92.4
48.2
92.2
82.3
82.3
82.8
K4
K1
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 33
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Pada gambar 5.2 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan pelayanan
kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami trend sedikit penurunan. Cakupan K1 dan K4
yang secara umum mengalami penurunan tersebut menunjukkan semakin berkurangnya
akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan oleh tenaga
kesehatan. Dari gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa kenaikan cakupan K1 dan K4
dalam dua tahun terakhir sedikit mengalami penurunan. Hal ini menjadi tugas semua
element kesehatan bagaimana meningkatkan akses ibu hamil kesarana kesehatan untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan yang di harapkan dapat menurunkan angka kematian
ibu dan bayi yang merupakan masalah utama yang belum terselesaikan.
Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada
tahun 2015 belum dapat mencapai target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 93%. Hasil Riskesdas untuk Provinsi
Kalimantan Tengah memperlihatkan perbedaan antara hasil pencatatan rutin dan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Untuk cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal, data
menurut pencatatan rutin adalah 90,5%, sedangkan menurut Riskesdas 69.7%. Untuk
cakupan K4 idealnya, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 71.6%, sedangkan
menurut Riskesdas adalah 54%. Perbedaan ini dikarenakan pada Riskesdas 2013, sampel
penelitian adalah ibu yang pernah hamil anak terakhir sejak 1 Januari 2010 hingga pada
saat wawancara dilakukan. Selain itu, masih terdapat perbedaan persepsi di daerah
mengenai definisi operasional dari cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4.
92 91.8
9493
96.1 9694.3
90.6
81.680.7
85.6 85.887.4
89.6
86.5
82.8
70
75
80
85
90
95
100
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
K1
K4
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 34
2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Upaya kesehatan ibu bersalin diwujudkandalam upaya mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur melalui indikator persentase
persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (Cakupan Pn).
Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong agar setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan
kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Indikator ini memperlihatkan
diantaranya tingkat kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan
berkualitas yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi
pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Pesan kunci MPS
yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih (APN, Afiksia dan
sejenisnya), keadaan ini belum sepenuhnya dapat dilakukan di Kalimantan Tengah,
karena itu dilakukan kemitraan antara bidan dan dukun di mana dukun tidak lagi
melayani persalinan tetapi sebagai pendamping bidan dalam melayani persalinan,
sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan mampu menurunkan angka kematian ibu
dan bayi.
Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan yang memeliki komptensi
kebidanan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebesar 79,05%, ada penurunan
yang cukup besar bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 86.7%, dan tahun 2013
sebesar 89,6%. Data cakupan mulai tahun 2010 sampai dengan 2015 secara keseluruhan
di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini:
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 35
Gambar 5.3 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa secara umum cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami kenaikan
setiap tahunnya namun pada dua tahun terakhir yaitu 2014 dan tahun 2015 sedikit
mengalami penurunan. Cakupan secara provinsi pada tahun 2015 adalah sebesar
79.05%, dimana angka ini belum dapat memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan
tahun 2015 yakni sebesar 89%. Penurunan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
bisa di sebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah pelayanan tenaga kesehatan
yang masih kurang, kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di daerah yang kurang
memadai, pengetahuan ibu hamil yang masih kurang dan kenyamanan ibu hamil untuk
melahirkan disarana kesehatan yang masih kurang sehingga ibu hamil lebih nyaman
untuk melahirkan di rumah dan di tolong oleh dukun beranak.
Penurunan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
kebidanan yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun berturut-turut perlu mendapatkan
perhatian yang serius oleh pemerintah daerah baik di Kabupaten maupun di provinsi, hal
ini mengindikasikan adanya permasalahan di level puskesmas dan jaringannya maupun di
rumah sakit dan klinik swasta. Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan merupakan salah satu program yang di harapkan bisa mengurangi
AKI dan AKB yang masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia.
Sedangkan cakupan Linakes tahun 2015 di kabupaten kota di Provinsi Kalimantan
Tengah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
8482.49
87.4
89.8
86.7
79.05
72
74
76
78
80
82
84
86
88
90
92
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 2010 - 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 36
Gambar 5.4. Cakupan Linakes tahun 2015 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Sebagian besar kabupaten (10 kabupaten) belum dapat mencapai target yang
telah ditetapkan sebesar 89% untuk linakes, dan selebihnya yakni sebanyak 4 kabupaten
kota telah dapat mencapai target. Empat Kabupaten kota tersebut adalah adalah Kota
Palangka Raya (100%), Barito Selatan (90,48%), Barito Utara (89,59%), Dan Kabupaten
Sukamara (93,64%). Sedangkan tiga kabupaten dengan cakupan terendah adalah
Kabupaten Barito Timur (33.37%), selanjutnya Kabupaten Katingan (72,29%), dan
Kabupaten Seruyan (75,09%).
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun
2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan
tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti
berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan
tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan
semakin menekan risiko kematian ibu.
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan
kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong
untuk dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK)
Bidang Kesehatan menggariskan bahwa pembangunan Puskesmas harus satu paket
dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes
yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan
87.2080.86
93.64
83.6375.09 72.29
80.97 79.6486.86 90.48
33.37
89.59
75.26
100.00
79.05
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00Cakupan Linakes Per Kabupaten/Kota Tahun
2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 37
rumah tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya
dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah
berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah
Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak
saudara yang dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Cakupan Pelayanan Nifas
Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.
Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar,
yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu
pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari
ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.
Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu maternal,
sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas dengan dikunjungi oleh
tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan. Pelayanan Ibu Nifas meliputi
pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang kedua dan pemeriksaan kesehatan paska
persalinan untuk mengetahui apakan terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan
berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan
disertai rasa sakit dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas
kesehatan biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus.
Cakupan pelayanan pada ibu nifas pada tahun 2015 adalah 79.5% ada penurunan
yang cukup signifikan dalam dua periode tahunan dimana pada tahun 2014 capaiannya
sebesar 84.5% sedangkan pada tahun 2013 capaiannya sebesar 90%. dan sudah
mencapai target SPM sebesar 90%. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius dari
dinas kesehatan provinsi maupun dinas kesehatan kabupaten/kota karena masa ibu nifas
masih tergolong masa kritis yang bisa menyebabkan kematian bayi dan ibu. Pada tahun
2015 ini hampir semua kabupaten kota belum mencapai target SPM sebesar 90%.
Adapun Kabupaten yang telah mencapai target 90% adalah Kota Palangka Raya sebesar
99,6% dan Kabupaten Sukamara sebesar 94.4%. Sedangkan Kabupaten yang terendah
capaiannya adalah Kabupaten Katingan (76.9%), Pulang Pisau (79.5%) dan Kabupaten
Lamandau (80.6%) lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran lampiran 29.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 38
4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas
Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau rumah
bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan. Suplementasi
vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program penanggulangan
kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul vitamin A adalah
cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) pada
periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul
vitamin A tahun 2015 sebesar 79.3% mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan cakupan ibu nifas yang mendapatkan kapsul vitamin A tahun 2014
sebesar 85.4% dan lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan cakupan pada
tahun 2013 sebesar 88,32%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kabupaten Sukamara
(98.8%), Kota Palangka Raya sebesar (97,3%), dan Kabupaten Barito Selatan
sebesar (90,1%). Sementara cakupan terendah adalah Kabupaten Barito Timur
sebesar (33.1%), Kabupaten Seruyan (69.8%) dan Kabupaten Katingan sebesar
(75.4%). Cakupan pemberian vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan
tahun 2010 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.5. Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan
tahun 2010 – 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Program pemberian vitamin A pada ibu nifas dalam kurun waktu dua tahun terakhir
terus mengalami penurunan pada tahun 2013 cakupan pemberian vitamin A pada ibu
nifas mencapai 88,32% kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014 dengan
85.27
71.7 71.2
88.32 85.479.3
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan Vit A 2010 - 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 39
cakupan sebesar 85.4%, terakhir tahun 2015 kembali mengalami penurunan dengan
cakupan sebesar 79,3%. Ini menjadi pekerjaan rumah semua jajaran di dinas kesehatan
provinsi dan dinas kesehatan kabupaten kota dalam meningkatkan cakupan pemberian
vitamin A pada ibu nifas.
5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe
Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan memberikan 90 tablet
Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya. Cakupan ibu hamil yang mendapatkan
minimal 90 tablet Fe (Fe3) di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar
80,33% lebih rendah bila dibandingkan dengan cakupan Fe 90 tablet pada tahun 2014
sebesar 87%. Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Pulang Pisau sebesar 89,74%, diikuti
oleh Kabupaten Barito Utara sebesar 89.30% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar
88.94%. Sedangkan Cakupan Fe3 yang terendah adalah Kabupaten Barito Timur sebesar
49,11%, diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 69,03% dan Kabupaten Katingan
sebesar 75,45%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 32). Trend
Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah dari
Tahun 2010 – 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.6. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010 – 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Dari gambar diatas terlihat bahwa trend cakupan pemberian tablet tambah darah
pada ibu hamil mengalami penurunan dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2014 dan
tahun 2015. Ini akan memberikan implikasi pada peningkatan resiko kematian pada ibu
dan anak serta terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu hamil dan ibu nifas.
2010 2011 2012 2013 2014 2015
FE 1 90.3 91.7 91.3 94.0 93.3 87.0
FE 3 84.3 84.6 83.0 88.0 87.0 80.3
90.391.7 91.3
94.0 93.3
87.084.3 84.6
83.0
88.0 87.0
80.3
70.0
75.0
80.0
85.0
90.0
95.0
100.0
Per
sen
tase
Cakupan pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada Bumil Tahun 2010 - 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 40
6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Dalam masa kehamilan sering ditemui komplikasi kebidanan yaitu kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Berdasarkan
perhitungan bahwa jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu yang sama: dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari total ibu hamil
disuatu wilayah pada kurun waktu yang sama.
Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas
yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam kehamilan diantaranya
(a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi
dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban
pecah dini.
Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi janin, (b)
Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d)
Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan
premature, (g) Kehamilan ganda.
Cakupan penanganan ibu hamil dengan komplikasi pada tahun 2015 hanya mencapai
31.99%, capaian ini jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan cakupan pada tahun
2014 sebesar 45.1%. Kemudian lebih rendah lagi bila dibandingkan dengan capaian
penanganan ibu hamil dengan komplikasi pada tahun 2013 sebanyak 53,2%. Penurunan
capaian penanganan ibu hamil dengan komplikasi dalam dua tahun terakhir menunjukkan
adanya permasalahan yang mendasar pada pelayanan ibu hamil di bidan-bidan dan
sarana pelayanan primer. Selain itu ada kemungkinan karena pencatatan dan pelaporan
yang kurang baik pada sarana kesehatan baik di tingkat primer maupun sekunder.
Kemudian adanya pemahaman yang berbeda terkait dengan definisi operasional
mengenai komplikasi kebidanan sehingga dalam pencatatan dan pelaporan sering kali
tidak tercover. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 33.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 41
Gambar 5.7. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
7. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah satu target
MDGs yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan mengurangi
sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah
melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan 100.000 kelahiran hidup.
Setiap periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami kematian
maternal apabila mengalami komplikasi. AKI mengacu pada jumlah kematian ibu
yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka Kematian Ibu
Maternal (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan pada
sektor kesehatan.
Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya
meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan : (1) Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi; (2) Kelas ibu hamil; (3) Program kemitraan
bidan dan dukun serta (4) Rumah tunggu kelahiran. Disamping itu juga dengan
meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
dengan : (1) Pelayanan Antenatal terpadu ( HIV-AIDS, TB dan Malaria, Gizi dan
13.3
42.2 42
53.2
45.1
31.99
0
10
20
30
40
50
60
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 2010 -2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 42
Penyakit tidak menular ); (2) Pelayanan KB berkualitas dan berkesinambungan; (3)
Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga kesehatan.
AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angkakematian ibu (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup
berdaarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Jumlah
kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada Tahun 2015
sebanyak 80 kasus. Jumlahnya jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah
kasus kematian ibu pada tahun 2014 sebanyak 101 kasus. Trend kasus kematian ibu
dalam beberapa tahun terakhir sedikit mengalami sedikit fluktuasi, ini menjadi
tantangan bagi seluruh stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah
kematian terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat
komplikasi dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Jumlah
kematian ibu maternal tertinggi di Kabupaten Katingan sebanyak 14 kasus, diikuti
oleh Kapuas sebanyak 13 kasus dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 11
kasus. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran, Tabel: 6). Trend jumlah kematian
ibu maternal dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 5.8. Jumlah Kematian Ibu Maternal di ProvinsiKalimantan Tengah tahun 2010 – 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Dari gambar diatas jumlah kasus kematian ibu maternal secara umum
mengalami sedikit penurunan jumlah kasus kematian. Perlu adanya upaya-upaya
8073
62
73
101
80
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kematian Ibu
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 43
yang inovatif untuk menurunkan AKI tersebut, salah satunya adalah Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini
menitikberatkan pada upaya perencanaan persalinan untuk mencegah terjadinya
komplikasi di tingkat masyarakat.
Penguatan primary health care (UKP dan UKM); beberapa aspek yang saling
berinteraksi dalam kematian ibu perlu mendapat perhatian, antara lain aspek klinis,
aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan. Diperlukan kesamaan persepsi
dan pengertian semua pihak mengenai pentingnya peran aspek klinik, aspek
pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan dalam penangananan masalah
kematian ibu sehingga strategi untuk mengatasinya harus merupakan integrasi yang
menyeluruh dari berbagai aspek tersebut.
Adapun rincian penyebab langsung kematian ibu di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 sebagai berikut : 44 kasus (55%) Perdarahan, Lain-lain, 12 kasus
(15%), Gangguan Sistem Peredaran Darah (Jantung,Stroke) 10 kasus (13%),
Hipertensi Dalam Kehamilan, 9 kasus (13 %), Infeksi 4 kasus (5 %) dan Gangguan
Metabolik 1 kasus (1%). Proporsi dari penyebab Kematian dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 5.9. Penyebab Kematian Ibu di Prov. KaltengTahun 2015
Sumber : PWS – KIA Kab/ Kota Tahun 2015
Penyebaran kasus kematian ibu melahirkan di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2015 terjadi pada hampir semua kabupaten kota yang ada, kecuali Kabupaten
Sukamara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut ini.
Ggn Metabolik
1% Lain-lain
15%Ggn Sistem
Peredaran Darah
(Jantung, Stroke)
13%
Infeksi
5%Hipertensi dlm
Kehamilan
11%
Perdarahan
55%
Penyebab Kematian Ibu Maternal Tahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 44
Gambar 5.10 Peta Jumlah Kematian ibu bersalin di Bandingkan Jumlah Lahir Hidup di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang Yandas tahun 2015
Dari gambar diatas terlihat bahwa penyebaran kasus kematian ibu bersalin
paling banyak terjadi di Kabupaten Katingan sebanyak 14 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Kapuas sebesar 13 kasus, dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak
11 kasus. Sedangkan kabupaten dengan jumlah kasus kematian ibu bersalin yang
paling sedikit terjadi di Kabupaten Sukamara 0 kasus, Barito Utara 1 kasus dan Barito
Selatan 2 kasus.
8. Pelayanan Keluarga Berencana
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk
mengurangikematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan
(di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan,
dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB)
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan
keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan
untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak,
berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan berapa
jumlahanak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui tahapan
konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat menentukan pilihan
kontrasepsi sesuai dengan kondisidan kebutuhannya berdasarkan informasi yang
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 45
telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi
dari petugas kesehatan.
a. Peserta Keluarga Berencana Baru
Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS yang
menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa
kehamilannya.
Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak 483.661 lebih
sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2014 sebanyak 525.164.
Peserta KB baru pada tahun 2015 sebesar 12.9% lebih sedikit bila dibandingkan
dengan peserta KB baru pada tahun 2014 sebesar 17,3. Peserta KB baru tersebut
menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1) MKJP: Tahun 2015 IUD (1,5%), MOP
(0,04%), MOW (1.1%) dan Implant (6.2%) 2) NON MKJP: Tahun 2015 Suntik
(55,5%), PIL (33,2%) dan Kondom (2.4%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 5.11 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB Baru Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2015
Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non MKJP
yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk menjaga
kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi suntikan cukup
besar yaitu 56,0% dan terendah adalah MOP yang hanya 0.04%, hal tersebut dapat
difahami karena akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah,
IUD2%
MOP0%
MOW1% IMPLAN
6%
SUNTIK56%
PIL33%
KONDOM2%
Alat Kontrasepsi
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 46
sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan
sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB.
Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB baru dengan
mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,04%) dan kondom (hanya 2%),
karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria
masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehingga ibu (istri) yang
menjadi sasaran.
b. Peserta KB Aktif
Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai kontrasepsi
untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Cakupan peserta KB aktif
adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif dengan PUS di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.
Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebesar
2014 sebesar 77.9% lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase KB aktif pada
tahun 2014 sebesar 54,5%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.12 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2015
Gambar di atas menunjukkan bahwa Kabupaten dengan persentase peserta
KB aktif tertinggi ialah Kabupaten Barito Timur sebesar 84,4%, kemudian Kota
Palangka Raya 84,1%, dan Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Pulang Pisau
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Sukamara
Kotawaringin Barat
Seruyan
Kapuas
Barito Utara
Lamandau
Kalteng
Kotawaringin Timur
Katingan
Murung Raya
Gunung Mas
Barito Selatan
Pulang Pisau
Palangka Raya
Barito Timur
68.7
69.9
76.3
76.4
76.7
77.3
77.9
78.2
78.3
78.5
80.5
82.1
82.1
84.1
84.4
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 47
dengan nilai masing-masing sebesar 82,1%. Sedangkan Kabupaten dengan
persentase peserta KB aktif terendah ialah Kabupaten Sukamara sebesar 68.7%,
kemudian Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 69,9% dan Kabupaten Seruyan
sebesar 76,3%.
Perkembangan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Tengah dalam
beberapa tahun terakhir memperlihat angka yang berfluktuasi, namun dalam dua
tahun terakhir sedikit mengalami penurunan yaitu tahun 2013 dan tahun 2014.
Tingkat prevalensi Peserta KB Aktif adalah perbandingan antara jumlah Pasangan
Usia Subur (PUS) Peserta KB Aktif, dibandingkan dengan jumlah seluruh Pasangan
Usia Subur (PUS) yang terdapat di suatu daerah/wilayah dalam suatu periode yang
sama. Trend peserta KB aktif dari tahun 2009 s.d 2015 dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Gambar 5.13 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2009 – 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota tahun 2009 – 2015
B. KESEHATAN ANAK
Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta
untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak
dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai
berusia 18 (delapan belas) tahun.
74%78.20% 79.30%
85%
77%
54.50%
77.90%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Persentase KB Tahun 2009 - 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 48
Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan angka
kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita
(AKABA). Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1000 kelahiran
hidup menurun dari 20 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 23 per 1000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil SDKI 2002. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian
neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi
terhadap 56% kematian bayi.
Untuk mencapai target penurunan AKB pada MDG 2015 yaitu sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup maka peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir
(neonatal) menjadi prioritas utama. Komitmen global dalam MDGs menetapkan target
terkait kematian anak yaitu menurunkan angka kematian anak hingga dua per tiga dalam
kurun waktu 1990-2015.
Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indikator
kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR), penanganan
komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, inisiasi menyusu
dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan balita di Posyandu,
imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan kesehatan pada siswa
SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan kesehatan pada kasus
kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan anak jalanan di panti.
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR terjadi karena ibu berstatus gizi tidak baik seperti KEK, anemia, malaria
dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat
kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam
pertama setelah lahir. Bayi yang lahir BBLR merupakan manifestasi dari keadaan
kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. Bayi yang lahir BBLR kemungkinan
meninggal dunia sebelum berumur satu tahun 10-17 kali lebih besar dari bayi yang
dilahirkan dengan berat badan normal. Jadi, untuk menuju kualitas sumber daya
manusia dalam arti kemampuan intelektual yang tinggi, maka BBLR harus dicegah.
Jumlah kasus BBLR Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebanyak 556 kasus
atau 1.2% dari jumlah kelahiran hidup, jumlah ini ada peningkatan sedikit bila
dibandingkan dengan jumlah kasus BBLR pada tahun 2014 sebanyak 535 kasus atau
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 49
1,6% dari jumlah kelahiran hidup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran
Tabel 37). Kabupaten yang paling banyak kasus BBLR adalah Kabupaten Kapuas
dengan 95 kasus, diikuti oleh Kabupaten Katingan dengan 69 kasus dan Kabupaten
Sukamara dengan 59 kasus. Sedangkan Kabupaten yang paling sedikit jumlah kasus
BBLR nya adalah Kabupaten Murung Raya dengan jumlah kasus 0, diikuti oleh
Kabupaten Seruyan dengan jumlah 6 kasus dan Kabupaten Gunung Mas dengan 9
kasus. Perkembangan kasus BBLR dari tahun 2008 s/d tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar 5.14 Perkembangan Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 s.d 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
2. Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau
kelainan yangdapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia,
ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (berat
lahir < 2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital
maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap
neonatal sakitdan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan
yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau
perawat) terlatih baik dirumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana
pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan
369
710747
674
746
484535 556
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kasus BBLR
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 50
standar MTBM, manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir
Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan dasar,
PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.
Pada gambar berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal
dengan komplikasi menurut Kabupaten/Kota tahun 2015.
Gambar 5.15 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi pada tahun 2015 di Provinsi
Kalimantan Tengah hanya sebesar 28.8% lebih kecil bila dibandingkan capaian
penanganan komplikasi neonatus pada tahun 33%. Capaian ini masih jauh dari target
yang telah ditetapkan. Namun masih terdapat disparitas yang cukup besar antar
kabupaten/kota. Capaian tertinggi diperoleh Kabupaten Pulang Pisau dengan angka
sebesar 75.4% diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 57.2% dan
Kabupaten Barito Utara sebesar 42.8%. Capaian terendah terdapat di Kabupaten
Seruyan sebesar 0,0%, diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 1.4%, dan
Kabupaten Barito Timur sebesar 3.5%.
3. Kunjungan Neonatus
Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi pelayanan
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0
Pulang Pisau
Kotawaringin Barat
Barito Utara
Murung Raya
Kapuas
Gunung Mas
KALTENG
Kotawaringin Timur
Sukamara
Lamandau
Barito Selatan
Katingan
Barito Timur
Palangka Raya
Seruyan
75.457.2
42.840.0
37.728.828.628.5
21.119.5
17.015.7
3.51.4
0.0
Penanganan Komplikasi Neonatus 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 51
kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th. 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3, yaitu: KN1
adalah kunjungan pada 0-2 hari KN2 adalah kunjungan 2-7 hari dan KN3 adalah
kunjungan setelah 7-28 hari.
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standart
yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3
kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun
melalui kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan
sesuai standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali,
selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatus merupakan kunjungan bayi hingga usia kurang dari satu
bulan. Perlunya bayi usia kurang dari 1 bulan untuk melakukan pemeriksaan karena
bayi usia <1 bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki
resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam melaksanakan pelayanan neonatus,
petugas kesehatan di samping melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga
melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (Kn1) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Dari gambar diatas diketahui capaian KN1 untuk Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2015 sebesar 95.7% lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Lamandau
Sukamara
Kapuas
Pulang Pisau
Kotawaringin Barat
Katingan
Murung Raya
Seruyan
Gunung Mas
Palangka Raya
Kalteng
Barito Utara
Barito Timur
Kotawaringin Timur
Barito Selatan
100.0
100.0
100.0
100.0
99.5
99.1
98.7
98.6
98.4
95.7
95.7
92.7
91.3
90.2
75.9
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 52
tahun 2014 sebesar 90.6%. Capaian tertinggi adalah Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau dengan capaian masing-
masing 100%. Sedangkan Kabupaten yang capaian yang paling rendah adalah
Kabupaten Barito Selatan sebesar 75.9%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Timur
sebesar 90.2% dan Kabupaten Barito Timur sebesar 91.3%. Secara umum capaian
semua kabuapaten kota telah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
dengan tahun sebelumnya. Perlu ada upaya yang lebih baik lagi agar semua
kabupaten bisa mencapai 100%.
Cakupan kunjungan KN lengkap merupakan gambaran pelayanan kesehatan
pada neonatal bulan pertama setelah kelahiran. Pelayanan kesehatan neonatal
dilaksanakan oleh dokter spesialis anak/dokter//bidan/perawat terlatih, baik difasilitas
kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Setiap neonatal harus diberikan
pelayanan kesehatan sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada
minggu kedua setelah lahir. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut
Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 5.17 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap cukup
baik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar 92.3% lebih tinggi bila
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Lamandau
Pulang Pisau
Kotawaringin Barat
Gunung Mas
Katingan
Kapuas
Sukamara
Palangka Raya
Murung Raya
Barito Utara
Kalteng
Barito Timur
Seruyan
Kotawaringin Timur
Barito Selatan
100.0
100.0
99.4
97.9
97.4
96.2
95.5
94.6
93.3
93.2
92.3
90.5
87.3
81.9
70.6
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 53
dibandingkan dengan capaian KN lengkap pada tahun 2014 sebesar 86%. Capai ini
harus ditingkat pada kabuten yang capaian masing dibawah target. Bila dilihat secara
keseluruhan hanya ada dua kabupaten yang masih belum mencapai target sebesar
85% yaitu Kabupaten Barito Selatan 70.6% dan Kabupaten Kotawaringin Timur
sebesar 81.9. Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada
lampiran 38.
4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif
ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada bayi,
dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam keadaan
sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya (UNICEF). Oleh
sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif sampai umur 6 (enam)
bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI dilanjutkan bersama makanan
pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.
Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif kepada masyarakat
terutama kepada ibu mulai sejak hamil sampai melahirkan. Konseling ASI ekslusif
dilakukan bertujuan peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Cakupan
pemberian ASI ekslusif di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014 terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 5.18 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00
Kapuas
Pulang Pisau
Palangka Raya
Kotawaringin Timur
Gunung Mas
Murung Raya
KALTENG
Barito Utara
Kotawaringin Barat
Barito Timur
Lamandau
Katingan
Barito Selatan
Sukamara
Seruyan
60.07
44.68
41.94
40.42
35.19
33.54
27.58
24.12
22.67
22.13
18.97
15.84
13.25
10.17
2.58
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 54
Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif pada
bayi rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 mencapai 27.58%
lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian ASI ekslusif pada tahun 2014 yang
hanya mencapai 15.7%. Cakupan pemberian ASI ekslusif di Kalimantan Tengah
paling tinggi di Kabupaten Kapuas yang mencapai 60.07% diikuti oleh Kabupaten
Pulang Pisau 44.68% dan Kota Palangka Raya yang mencapai 41.94%. Sedangkan
yang paling rendah adalah Kabupaten Seruyan sebesar 2.58% persen diikuti oleh
Kabupaten Sukamara 10,17% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar 13.25%.
Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya adalah:
1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI dan
cara menyusui yang benar.
2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan.
3). Faktor sosial budaya.
4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.
5). Gencarnya pemasaran susu formula.
5. Pelayanan Kesehatan Bayi
Bayi juga merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap gangguan
kesehatan maupun serangan penyakit. Kesehatan bayi dan balita harus dipantau
untuk memastikan kesehatan mereka selalu dalam kondisi optimal. Pelayanan
kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator yang bisa menjadi
ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita. Pelayanan
kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai dengan11 bulan dengan
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi klinis kesehatan (dokter, bidan, dan perawat) minimal
4kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5 bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai
standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian imunisasi
dasar (BCG,DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada bayi, dan penyuluhan
perawatan kesehatan bayiserta penyuluhan ASI Eksklusif, pemberian makanan
pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.
Cakupan pelayanan kesehatan bayi dapat menggambarkan upaya pemerintah
dalam meningkatan akses bayi untuk memperoleh pelayanan kesehatan dasar,
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 55
mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan
dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bayi diperlukan peran serta
masyarakat dan kader sehingga bagi ibu-ibu yang memiliki bayi secara rutin
melakukan pemeriksaan kesehatan ke sarana kesehatan baik sarana kesehatan
pemerintah maupun swasta. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat diperlukan
kerjasama lintas sektoral seperti BPM Des, PKK dan lintas sektor terkait. Selain itu
untuk meningkatkan kunjungan bayi perlu mengaktifkan kembali pokjanal posyandu,
desa siaga, penyuluhan serta inovasi kegiatan di posyandu
Gambaran capaian pelayanan kesehatan bayi menurut kabupaten Kota di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.19 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015
Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan pelayanan kesehatan bayi pada
tahun 2015 untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 81.9% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 79.9%. Kabupaten dengan
capaian tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur sebesar 100%, diikuti oleh
Kabupaten Barito Utara sebesar 94% dan Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar
92.7%. Sedangkan capaian terendah adalah Kabupaten Katingan sebesar 54.6%,
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Barito Timur
Barito Utara
Kotawaringin Barat
Palangka Raya
Murung Raya
Kapuas
Gunung Mas
Pulang Pisau
Sukamara
Barito Selatan
Kotawaringin Timur
KALTENG
Seruyan
Lamandau
Katingan
100.0
94.0
92.7
91.4
89.9
88.2
87.0
86.3
83.8
82.2
81.9
81.9
70.8
64.8
54.6
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 56
kemudian Kabupaten Lamandau sebesar 64.8% dan Kabupaten Seruyan sebesar
70.8%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 40.
6. Imunisasi
Berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.
Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat Dicegah
dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,Hepatitis B, radang selaput
otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah diberiimunisasi akan
terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapatmenimbulkan
kecacatan atau kematian.
Secara alamiah sistem kekebalan tubuhakan membentuk zat anti yang disebut
antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi “berinteraksi”
dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi
belum “mengenali” antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yangke-2 dan seterusnya,
sistem kekebalan tubuh sudah memiliki “memori” untuk mengenaliantigen yang
masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam
waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut
imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah
upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam
upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan “antigen” yang telah dilemahkan
yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit
atau hanya sakit ringan.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang
dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita
usia subur, dan ibu hamil.
a. Cakupan Desa/Kelurahan UCI
Pemerintah telah menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata untuk mencapai
Millennium Development Goals (MDGs), khususnya untuk menurunkan angka
kematian anak. Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0 – 11
bulan) untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang berbagai
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 57
penyakit, kecacatan dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan imunisasi
diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/ kelurahan,
yaitu minimal 80% bayi didesa/ kelurahan telah mendapatkan imunisasi dasar
lengkap.
Sebagai salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi
adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah
gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang
ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Target UCI
pada Renstra adalah sebesar 95%. Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada
RPJMN Tahun 2010-2014 dengan target tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85%
bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan
campak. Pencapaian UCI desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
terlihat pada gambar berikut.
Gambar 5.20 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Gambar diatas menunjukan bahwa capaian UCI untuk Provinsi Kalimantan
Tengah Tahun 2015 adalah 68.75% lebih rendah bila dibandingkan dengan capaian
UCI pada tahun 2014 sebesar 70.1%. Ada 5 kabupaten dengan cakupan UCI
Desa/Kelurahan diatas 80% yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat, Barito Selatan,
Barito Utara, Gunung Mas, dan Barito Timur. Sedangkan capaian UCI terendah
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Kotawaringin Barat
Barito Selatan
Barito Utara
Gunung Mas
Barito Timur
Kotawaringin Timur
Lamandau
Katingan
Pulang Pisau
KALTENG
Sukamara
Seruyan
Palangka Raya
Kapuas
Murung Raya
92.63
91.40
91.26
81.89
80.00
76.76
73.49
70.19
69.70
68.75
65.63
48.00
46.67
45.06
41.60
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 58
adalah Kabupaten Murung Raya sebesar 41.60%, diikuti oleh Kabupaten Kapuas
45,06% dan Kota Palangka Raya 46.67%.
Masih banyak kabupaten kota yang belum mencapai target yang telah
ditetapkan. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun
tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Selain itu
juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan kesehatan swasta,
kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang program dan manfaat imunisasi.
Indikator UCI akan memberikan gambar sejauh mana keterlibatan semua
pemangku kepentingan di daerah. Perkembangan UCI di Provinsi Kalimantan Tengah
dari tahun 2010 s.d 2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.21 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Gambar diatas memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan rata-
rata di Provinsi Kalimantan Tengah tahun dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2013 capaian UCI-nya mencapai 73.9% kemudian mengalami penurunan
menjadi 70.1% pada tahun 2014 dan kembali mengalami penurunan pada tahun
2015 menjadi 68.75%. Ini memberikan gambaran bahwa kinerja kita dalam
penanganan masalah imunisasi memerlukan inovasi yang lebih efektif agar capaian
UCI akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
76.577.3
72.873.9
70.168.75
64
66
68
70
72
74
76
78
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 59
b. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi
Sasaran imunisasi yang dilaksanakan melalui program pemerintah adalah:
imunisasi rutin (bayi, WUS, Catin dan anak usia SD) dan imunisasi tambahan (bayi
dan anak). Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi,
setiap bayi wajib mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1
dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis polio, 3 dosis hepatitis B, dan 1 dosis campak. Dari
kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan
imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan komitmen
Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan
imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait bahwa campak adalah salah satu
penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak
memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.
Cakupan imunisasi campak Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebesar
74.94% jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014
sebesar 85,66%. Pada tingkat kabupaten/kota cakupan imunisasi campak yang
mencapai > 90% adalah 3 kabupaten, sedangkan 4 kabupaten masih < 79%.
Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Bidang PMK Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Kotawaringin Barat
Barito Utara
Barito Selatan
Kotawaringin Timur
Seruyan
Barito Timur
Gunung Mas
Murung Raya
Pulang Pisau
Palangka Raya
KALTENG
Sukamara
Kapuas
Lamandau
Katingan
98.32
94.03
90.99
89.82
84.02
81.26
81.20
80.95
80.42
79.70
74.94
71.37
66.34
53.62
35.43
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 60
Pada gambar di atas dapat diketahui bahwa Kabupaten yang paling tinggi
capaiannya adalah Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 98.32% diikuti oleh
Kabupaten Barito Utara sebesar 94.03% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar
90.99%. Sedangkan Kabupaten dengan cakupan terendah adalah Kabupaten
Katingan sebesar 35,43%, diikuti oleh Lamandau sebesar 53,62% dan Kabupaten
Kapuas sebesar 66,34%.
Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan
kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan
5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.
Capaian indikator ini di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar
64.76%. Lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar
68.6%. Angka ini belum memenuhi target SPM yang telah ditetapkan sebesar 90%.
Sebanyak satu kabupaten dengan cakupan imunisasi dasar lengkap > 90%, yaitu
Barito Utara.
Gambar 5.23 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2015
Gambar diatas ada tiga kabupaten/kota dengan capaian imunisasi dasar
lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2015 adalah di Kabupaten Barito Utara
sebesar 99,6% diikuti oleh Kotawaringin Barat sebesar 89.65%, dan Kabupaten
Gunung Mas 86.56%. Sedangkan tiga kabupaten dengan capaian terendah adalah
Kabupaten Katingan sebesar 23.04%, diikuti oleh Kabupaten Lamandau sebesar
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Barito Utara
Kotawaringin Barat
Gunung Mas
Barito Selatan
Barito Timur
Murung Raya
Pulang Pisau
Sukamara
Kotawaringin Timur
Seruyan
KALTENG
Palangka Raya
Kapuas
Lamandau
Katingan
91.47
89.65
86.56
84.97
82.12
77.65
76.07
71.37
68.35
67.27
64.76
61.04
56.60
49.50
23.04
Imunisasi Lengkap 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 61
49.50%, dan Kabupaten Kapuas sebesar 56.60%. Untuk lebih lengkap mengenai data
dan informasi terkait imunisasi dasar pada bayi yang menurut kabupaten/kota tahun
2015 terdapat pada lampiran 43.
7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar diseluruh
dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama
pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis
penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai
berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem
kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang
Vitamin A adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan
– 4 tahun yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang.
Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan) dengan
dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI, dan ibu nifas
diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin A
yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A diberikan secara serentak setiap
bulan Februari dan Agustus padabalita usia 6-59 bulan.
Cakupan Pemberian vitamin A pada bayi di Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2015 sebesar 48.74% jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan capaian
pada tahun 2014 sebesar 87,09%. Data cakupan pemberian vitamin A pada bayi
menunjukan bahwa ada 3 kabupaten/kota yang capaiannya sudah diatas 80% atau
lebih yaitu Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Sukamara dan Kabupaten
Kotawaringin Timur.
8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita dan Balita
Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah
dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita dan
ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah
berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya
(gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian).
Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga
dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak
terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan anak.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 62
Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah anak
umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul Vitamin A
dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 SI
yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan pada bulan Februari dan
Agustus setiap tahunnya.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita tahun 2015 adalah
sebesar 78.62% lebih sedikit bila dibandingkan dengan cakupan pemberian vitamin A
pada anak balita pada tahun 2014 sebesar 81,32%. Ada lima kabupaten kota yang
memiliki cakupan tertinggi yang lebih dari 90% yaitu Kabupaten Gunung Mas sebesar
98.65%, kemudian Kabupaten Lamandau sebesar 95.06%, Kota Palangka Raya
sebesar 93.62%, Kabupaten Pulang Pisau sebesar 93.58% dan terakhir adalah
Kabupaten Barito Timur sebesar 90,73%. Sedangkan yang cakupannya terendah
adalah Kabupaten Sukamara sebesar 54,52% diikuti oleh Kabupaten Katingan
sebesar 59.24% dan Kabupaten Barito Utara sebesar 63.31%. Lebih lengkapnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2015 adalah sebesar
76.24%. Capaian tertinggi pemberian vitamin A pada balita adalah Kabupaten Pulang
Pisau sebesar 93.95%, diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 90.16% dan
Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 89.68%. Sedangkan yang cakupannya
terendah adalah Kabupaten Katingan sebesar 41,65% diikuti oleh Kabupaten Seruyan
sebesar 66.59% dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 67%. Lebih lengkapnya
dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 6 tahun terakhir
(2010-2015) dapat dilihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 5.24 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 63
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Dari grafik diatas secara umum terlihat perkembangan cakupan pemberian
kapsul vitamin A pada balita dari tahun ke tahun terus mengalami fluktuasi dan
cenderung naik turun. Masih diperlukan upaya lebih untuk meningkatkan cakupan
pemberian kapsul vitamin A pada Balita. Upaya tersebut antara lain melalui
peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping pada daerah yang
cakupannya masih rendah dan memaksimalkan kampanye pemberian kapsul vitamin
A. Lebih jelasnya mengenai data pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan anak
balita dapat dilihat pada lampiran tabel 44.
9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S)
Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu
merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi dan
balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain (KIA, Imunisasi,
Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu
tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah baduta yang ditimbang (D)
dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
penimbangan di posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan
status gizi balita.
Hasil penimbangan, dapat mengetahui apakah seorang anak terlalu cepat
bertambahberat badannya dibandingkan usianya atau tidak bertambah berat
badannya. Untuk itumemerlukan pemeriksaan berat badan anak lebih lanjut terkait
dengan tinggi badannya, yangdapat menentukan apakah seorang anak mempunyai
berat badan berlebih/kurang.
75.16
73.75
78.89
71.32
81.32
76.24
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 64
Kegiatan penimbangan anak baduta di Posyandu (D/S) menjadi salah satu
indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan. Indikator ini
berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan
dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita.
Dengan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula cakupan vitamin A,
cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi masalah gizi. Cakupan
penimbangan Baduta di posyandu (D/S) di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.25. Persentase Baduta di timbang D/S Tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Pada gambar diatas diketahui bahwa cakupan penimbangan pada tingkat
provinsi pada tahun 2015 sebesar 59.69% lebih tinggi bila dibandingkan dengan
capaian pada tahun 2014 yang hanya mencapai 57.6%. Capaian ini masih jauh dari
target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 80%. Kabupaten yang memiliki capaian
tertinggi adalah Kabupaten Lamandau sebesar 88.65%, diikuti oleh Kabupaten
Pulang Pisau sebesar 87,04%, dan Kabupaten Gunung Mas sebesar 76,17%.
Sedangkan capaian terendah adalah Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 36.63%
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Lamandau
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Timur
Murung Raya
Seruyan
Palangka Raya
Sukamara
Kotawaringin Barat
Barito Utara
KALTENG
Kapuas
Katingan
Barito Selatan
Kotawaringin Timur
88.65
87.04
76.17
74.41
70.93
68.04
67.05
66.40
64.53
62.47
59.69
57.11
54.83
50.04
36.63
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 65
diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 50.05% dan Kabupaten Katingan
54.83%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel no 45.
Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi masyarakat
dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi dan sosial budaya. Dari data
yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan perkotaan tidak memperlihatkan
perbedaan yang menyolok dalam partisipasi masyarakat tetapi yang sangat
berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial budaya.
10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan
mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang bisa
menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita, salah
satu diantaranya adalahpelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan anak balita
adalah setiap anak yang beradapada kisaran umur 12 sampai dengan 59 bulan.
Setiap tahapan perkembangan anak adalah masa penting dan setiap anak
memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda. Pemantauan pertumbuhan dan
mengalami tumbuh kembang yang cepat. Pemantauain pertumbuhan balita meliputi
perkembangan anak bawah lima tahun (balita) perlu dilakukan karena sedang
pengukuran berat badan pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat
pemanatauan pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) setiap
bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman
Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak serta raudhatul athfal dll.
Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan dan
memperoleh:
a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).
b. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari
danAgustus
c. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali dalam
setahun.
c. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS).
Cakupan pelayanan anak balita (12-59 Bulan) yang mendapat pelayanan
kesehatan (minimal 8 kali) Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 sebesar 68.26%
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 66
lebih tinggi bila dibandingkan dengan capai pada tahun 2014 sebesar 59,3%.
Peningkatan ini merupakan hasil telah dicapai oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota
dan puskesmas beserta jaringannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada
balita, walaupun belum mencapai target yang telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 5.26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
Dari gambar diatas terlihat Kabupaten yang memiliki capai capaiannya
melebihi 80% yaitu Kabupaten Lamandau yang memiliki capaian tertinggi yaitu
sebesar 103,01%, diikuti oleh Kotawaringin Barat sebesar 92,34%, dan Kabupaten
Kapuas sebesar 86.90%. Sedangkan Kabupaten dengan capaian terendah adalah
Kabupaten Sukamara sebesar 23.23%, diikuti oleh Kabupaten Barito Timur sebesar
42.74% dan abupaten Seruyan sebesar 52.95%. Data lengkap terkait pelayanan
kesehatan anak balita disajikan pada lampiran 46.
11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat
Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak.
Banyakmasalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya
pelaksanaan Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan
baik dan benar, mencuci tanganmenggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,
kelainan refraksi/ketajaman penglihatan danmasalah gizi. Pelayanan kesehatan pada
anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Lamandau
Kotawaringin Barat
Kapuas
Gunung Mas
Barito Selatan
Palangka Raya
Kotawaringin Timur
KALTENG
Barito Utara
Katingan
Pulang Pisau
Murung Raya
Seruyan
Barito Timur
Sukamara
103.01
92.34
86.90
79.67
74.66
70.91
68.86
68.26
68.21
63.53
58.37
56.38
52.95
42.74
23.23
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 67
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
programkesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan
sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari
pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas 1. Pemeriksaan
kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih
(guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan disini adalah tenaga medis,
tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai
tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru
yangditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang
UKS/UKGS. Dokterkecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari
murid kelas 4 dan 5 SD dansetingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan
gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada
khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat yang mendapat
pelayanan kesehatan pada tahun 2015 sebesar 67.7%, lebih rendah bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 68,2%. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran pada tabel 49.
Gambar 5.27 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2015
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00
Seruyan
Barito Selatan
Barito Timur
Katingan
Kotawaringin Barat
Palangka Raya
Murung Raya
Gunung Mas
Barito Utara
Sukamara
Lamandau
Pulang Pisau
KALTENG
Kotawaringin Timur
Kapuas
0.00
100.00
100.00
99.97
96.34
92.76
89.40
78.85
76.51
74.87
72.80
69.90
67.73
50.29
37.91
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 68
Dari gambar diatas diketahui bahwa sebagian besar kabupaten kota belum
memenuhi target 94%, hanya 6 kabupaten yang telah mencapai target yaitu
Kabupaten Barito Selatan, Barito Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten
Kotawaringin Barat, Kota Palangka Raya dan Kabupaten Murung Raya. Sedangkan
capaian terendah terdapat di Kabupaten Seruyan 0%, selanjutnya adalah Kabupaten
Kapuas sebesar 37.91% dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 50.29%.
12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan
pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan dasar
gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap. Indikasi
dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin bertambah
banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi yang merupakan
tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan harus dicabut.
Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif yang merupakan
tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien.
Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2015 sebanyak 10.839 lebih banyak bila
dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 5933, sementara jumlah pencabutan gigi
tetap pada tahun 2015 sebanyak 11.927 jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan
tahun 2014 sebanyak 6326. Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat
dalam mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, selain itu sudah semakin
banyak masyarakat yang sadar dan melakukan pemeriksaan gigi geligi. Walaupun
sudah ada peningkatan namun harus tetap diperlukan penyuluhan yang terus
menerus agar masyarakat memeriksakan giginya secara teratur.
Sementara itu rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2015 adalah
0.9 sama dengan rasio tumpatan pada tahun 2014 sebesar 0,9. Hal tersebut
menunjukan bahwa masih banyak masyarakat yang melakukan pencabutan gigi
dibandingkan melakukan tumpatan gigi tetap.
Gambar 5.28 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 69
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Gambar diatas menunjukan bahwa trend jumlah pencabutan giginya jauh
lebih banyak dibandingkan tumpatan gigi tetapnya (rasio rendah), menandakan
bahwa masyarakat di kabupaten yang bersangkutan masih kurang memperhatikan
kesehatan gigi dan mulut dan kemungkinan frekuensi penyuluhan kesehatan gigi dan
mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di setiap lini, baik yang dilakukan
didalam maupun diluar gedung masih sangat minim.
b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif, preventif,
dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan, dan penambalan
sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di sekolah maupun dirujuk
ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Mulut merupakan suatu tempat yang
amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa
makanan yang terselip bersama bakteri akan tetap melekat pada gigi kita.
Murid SD/MI diperiksa kesehatan giginya pada 2015 sebanyak 43.6% jauh
lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase pada tahun 2014 sebanyak
25.2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 51. Beberapa
kabupaten mempunyai cakupan yang cukup tinggi seperti Kabupaten Barito Selatan
sebesar 100%, diikuti oleh Kabupaten Gunung Mas sebesar 91,8% dan Kabupaten
Lamandau sebesar 98.8%. Sedangkan kabupaten yang tidak memiliki data adalah
Kabupaten Barito Timur, Kotawaringin Barat dan Kabupaten Murung Raya.
Jumlah Murid SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan pada tahun 2015
sebanyak 13.574 lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebanyak 14.280
anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi Kalimantan Tengah
4521 46845943 6372 5933
108397802
8729 84746372 6326
11927
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Pelayanan Kesehatan Gigi Mulut
Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 70
tahun 2015 sebanyak 31.1% lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2014
sebesar 50%.
Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut disebabkan
masih kurangnya tenaga kesehatan gigi baik itu dokter gigi maupun perawat gigi.
Sehingga perlu ada upaya peningkatan tenaga kesehatan gigi di Kalimantan Tengah
baik yang bersumber dari pusat maupun dari daerah, sehingga Upaya Kesehatan Gigi
Sekolah (UKGS) dapat dioptimalkan.
13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut
Usia Lanjut adalah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas. Penduduk usia
lanjut perlu diberi perhatian karena biasanya pada usia lanjut akan timbul banyak
keluhan/masalah kesehatan karena turunnya fungsi organ tubuh, oleh karena itu baik
pelayanan maupun fasilitas kesehatan juga harus memperhatikan kebutuhan usia
lanjut. Pada tahun 2015 jumlah penduduk usila sebanyak 103.905 orang, jumlah
tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah usila pada tahun 2014 sebanyak
122.845 orang. Dari jumlah tersebut yang mendapat pelayanan kesehatan pada
tahun 2015 sebanyak 53.82%, lebih besar bila dibandingkan dengan tahun 2014
sebesar 37%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 52.
14. Angka Kematian Bayi (AKB)
Keberhasilan program pembangunan kesehatan dan perkembangan derajat
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian pada suatu wilayah yang
dipantau dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada umumnya
diperoleh melalui data survey sedangkan data kematian yang ada di fasilitas
kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality rate adalah banyaknya bayi
yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran hidup (KH).
Sedangkan Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang meninggal sebelum usia
5 tahun. AKB dan AKABA dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat
permasalahan kesehatan anak termasuk status gizi, sanitasi dan angka kesakitan
lainnya. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat,
karena bayi adalah kelompok usia yang paling rentan terkena dampak dari perubahan
lingkungan maupun sosial ekonomi. Indikator AKB terkait langsung dengan target
kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan
tempat tinggal dan kesehatannya. Pneumonia dan diare merupakan penyakit infeksi
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 71
yang menjadi penyebab utama kematian bayi di Indonesia dengan lebih dari 50 ribu
balita meninggal per tahun akibat penyakit tersebut.
Bayi dan Balita merupakan golongan masyarakat yang dianggap paling rawan
dari aspek kesehatan. Indikator yang berkaitan dengan kesakitan dan kematian bayi
merupakan indikator penting dan sering dipakai untuk mengukur kemajuan suatu
daerah, khususnya kemajuan dibidang kesehatan. Hal ini dimaksudkan bahwa
kesejahteraan bayi/balita sangat berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana orang
tuanya bertempat tingga serta tingkat sosial ekonomi orang tua tersebut.
AKB Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi dari dalam kurun waktu
2003-2013. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2003 terdapat AKB sebesar 40/1000 kelahiran hidup kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2007 sebesar 30/1000 kelahiran hidup dan kembali
mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 2010 sebesar 23/1000 kelahiran
hidup. Namun berdasarkan hasil SDKI tahun 2012 angka kematian bayi mengalami
peningkatan cukup besar menjadi 49/1000 kelahiran hidup, dan terakhir berdasarkan
hasil SUPAS tahun 2015 menunjukan angka kematian bayi mengalami penurunan
menjadi 24.6 (25)/1000 kelahiran hidup. Tren data angka kematian bayi (AKB)
Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2015 terlihat pada grafik berikut.
Gambar 5.29 Tren data angka kematian bayi (AKB) ProvinsiKalimantan Tengah 2003 – 2015 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2015
Sumber: SDKI Tahun 2012 dan SUPAS 2015
Penurunan angka kematian bayi menunjukan sudah semakin baiknya status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir; Semakin mudahnya akses dan kualitas pelayanan
40
30
49
25
0
10
20
30
40
50
60
2003 2007 2012 2015
Trend Angka Kematian Bayi
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 72
kesehatan ibu dan anak; Peningkatan pengetahuan serta perilaku ibu hamil, keluarga,
serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar diatas memperlihatkan bahwa Angka Kematian Bayi Provinsi
Kalimantan Tengah menunjukan penurunan yang cukup tinggi, namun diperlukan
upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga mencapai target.
Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka Pemerintah Provinsi
Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang tertuang dalam RPJMD
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010-2014 turun menjadi 30/1000 kelahiran hidup.
Disamping itu pemerintah pusat juga telah menetapkan target yang ingin dicapai
sesuai MDGs ke-4 pada tahun 2015 yaitu AKB turun menjadi 23/1000 kelahiran
hidup.
Gambar 5.30 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Gambar diatas memperlihatkan gambaran kasus kematian bayi di Provinsi
Kalimantan Tengah. Pada tahun 2015 total kematian bayi berjumlah 407 kasus
kematian, jumlah tersebut lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus
kematian pad tahun 2014 yang berjumlah 477 kasus.
Kabupaten dengan jumlah kematian bayi paling sedikit adalah Kabupaten
Katingan sebanyak 6 kasus, diikuti oleh Kabupaten Pulang Pisau sebanyak 7 kasus
dan Kabupayten Barito Selatan sebanyak 14 kasus. Sedangkan Kabupaten dengan
73
5855
49
34
21 20 19 19 1814 14
7 6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Jumlah Kematian bayi Per Kabupaten/Kota Di Prov. KaltengTahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 73
jumlah kasus kematian paling banyak adalah Kabupaten Kotawaringin Timur
sebanyak 73 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebanyak 58 kasus, dan
Kabupaten Murung Raya sebanyak 55 kasus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
(lampiran 5). Jumlah kasus kematian bayi pada tahun 2014 berbanding lurus dengan
hasil laporan SDKI tahun 2012 Yang mengalami peningkatan angka kematian dari
30/1000 kelahiran menjadi 49/1000 kelahiran. Oleh karena itu perlu dilakukan
evaluasi data terkait jumlah kasus kematian bayi yang berasal dari kabupaten/kota.
C. STATUS GIZI
Isu status gizi masyarakat masih menjadiperhatian serius pemerintah. Dampak gizi
padaibu hamil, bayi, balita, dan anak merupakan investasi besar bagi pembangunan
nasional.Peningkatan status gizi masyarakat dilakukandengan meningkatkan akses
masyarakatpada pelayanan gizi.
Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perorangan dan masyarakat, antara lain yaitu melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan
kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan gizi
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan pentahapan prioritas
pembangunan nasional.
Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan
sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi
disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak, dewasa,
dan usia lanjut.
Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan
kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat
memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status
gizi ibu hamil atau ibu menyusui.
1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. Gerakan
Nasional ini adalah upaya penggalangan partisipasi dan kepedulian pemangku
kepentingan secara terencana dan terkoordinir. Tujuan utamanya adalah untuk
mempercepat perbaikan gizi, khususnya pada periode usia 1000 hari pertama
kehidupan atau sejak masa janin sampai usia 2 tahun.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 74
Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat menyebabkan
meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan perkembangan
mental serta kecerdasan bila tidak ditangani dengan segera.
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan pada tahun 2010 (100%),
tahun 2011 (100%), tahun 2012 (100%), tahun 2013 (100 %), tahun 2014 (100%)
dan tahun 2015 adalah 100 %. Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2015 berjumlah
88 kasus jumlah tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada
2014 berjumlah 83 kasus. Semua kasus gizi buruk yang terlacak, maupun yang
datang sendiri ke petugas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan mendapat
perawatan dengan pemberian bantuan MP-ASI selama perawatan/penanganan.
Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.31 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 - 2015
Sumber: Bidang Yankesdas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Dalam upaya untuk terus menekan terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada
balita perlu dilakukan kegiatan yang efektif dalam rangka penanggulangan gizi buruk
dan gizi kurang berupa menyediakan materi-materi penunjang berupa buku-buku
pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet, melakukan pelacakan balita gizi
buruk, memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan sehingga mengurangi risiko
jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk, peningkatan kegiatan pemantauan
pertumbuhan diPosyandu, menyediakan buffer stock PMT untuk balita, serta PMT
pemulihan melalui dana BOK maupun dana lain.
100 100 100 100 100 100
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Cakupan Gizi Buruk Mendapatkan Perawatan tahun 2010 s.d 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 75
Selain pelatihan tata laksana gizi buruk, dilakukan juga pengembangan Pusat
Pemulihan Gizi Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community Feeding Centre/
Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (CFC/PGBM) yang merupakan bentuk upaya
untuk memulihkan gizi buruk di masyarakat. Fasilitas ini berfungsi sebagai tempat
perawatan dan pengobatan anak gizi buruk (tanpa penyakit penyerta) secara intensif,
dan melibatkan keluarga dalam perawatan anak tersebut.
Penyebaran kasus gizi buruk pada balita menyebar ke hampir di semua
kabupaten Kota yang ada di Kalimantan Tengah kecuali Kabupaten Lamandau yang
tidak memiliki kasus gizi buruk. Peta penyebaran kasus gizi buruk pada balita di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 5.32Peta Jumlah Kasus Balita Gizi Buruk dibandingkan dengan Jumlah Balita Yang Dilaporkan Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2015
Dari gambar di atas menggambark jumlah kasus gizi buruk di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2015 dengan jumlah kasus sebanyak 88 kasus. Jumlah
kasus gizi buruk paling banyak terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 30
kasus diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebanyak 13 kasus dan Kabupaten Murung Raya
sebanyak 10 kasus. Sedangkan jumlah kasus paling sedikit terdapat di Kabupaten
Lamandau sebanyak 0 kasus, dan Kabupaten Katingan, Barito Selatan dan Kota
Palangka Raya dengan jumlah kasus masing-masing 2 kasus.
2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)
Aspek tumbuh kembang pada masa balita juga merupakan suatu hal yang
sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya di lapangan.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 76
Biasanya penanganan yang dilakukan lebih banyak difokuskan pada mengatasi
penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan.
Adapun salah satu masalah pada pertumbuhan balita yakni balita dengan
Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah (BGM). Balita BGM adalah balita yang saat
ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada
Kartu Menuju Sehat (KMS).KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat atau tinggi badan menurut umur,
mencatat pemberian kapsul vitamin A serta vaksinasi.Balita dengan BGM (Bawah
Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada
dibawah garis merah pada KMS. Jika anak berada pada BGM maka diperlukan
tindakan kewaspadaan “warning” agar anak tidak mengalami menderita gangguan
pertumbuhan dan penyakit infeksi serta perhatian pada pola asuh agar lebih
ditingkatkan. Berat Badan BGMbukan menunjukkan keadaan gizi buruk tetapi
sebagaiperingatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut. Persentase kasus BGM di
Kabupaten/Kota pada tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini. (Lampiran
47).
Gambar 5.33 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun 2015 di
Provinsi Kalimantan Tengah
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2015
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00
Katingan
Sukamara
Barito Selatan
Kapuas
Kotawaringin Timur
Palangka Raya
Murung Raya
KALTENG
Lamandau
Seruyan
Barito Timur
Pulang Pisau
Barito Utara
Kotawaringin Barat
Gunung Mas
4.61
2.44
1.89
1.73
1.62
1.47
1.47
1.46
1.36
1.20
1.05
0.98
0.82
0.76
0.72
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 77
Dari gambar diatas diketahui bahwa persentase balita yang mengalami BGM di
Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah sebesar 1.46% lebih tinggi bila
dibandingkan dengan persentase Balita yang BGM pada tahun 2014 sebesar 0,9%
dari total balita yang ada. Kabupaten dengan persentase terendah adalah Kabupaten
Gunung Mas sebesar 0.72% diikuti oleh Kotawaringin Barat sebesar 0.76% dan
Kabupaten Barito Utara sebesar 0,82%. Sedangkan Kabupaten dengan persetase
BGM pada balita tertinggi adalah Kabupaten Katingan sebesar 4.61%, diikuti oleh
Sukamara sebesar 2.44% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar 1.89%.
Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang tidak
baik dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM diberikan
perhatian yang lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita tersebut tidak akan
mengalami gizi kurang maupun gizi buruk. Namun, apabila pola asuh pada balita
BGM tidak baik, akan menyebabkan anak menderita gizi kurang atau bahkan gizi
buruk. Pola asuh anak sangat berperan penting dalam menentukan status gizi balita.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 78
BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
A. Pengendalian Penyakit
1. Penyakit Menular
a. Tuberkolusis (TB)
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan
berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat
tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6
juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia
dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak yaitu
berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2015).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB BTA (bakteri
tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. TB dengan BTA
negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan
tingkat penularan yang kecil. Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis
dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR), prevalensi, dan
mortalitas/kematian.
1). Kasus baru BTA (+)
Pada tahun 2015 ditemukan jumlah kasus baru tuberkulosis sebanyak 1.423
kasus, menurun bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada
tahun 2014 yang sebesar 1.691 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan
terdapat di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 324 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 200 kasus dan Kabupaten Kapuas dengan
jumlah kasus sebanyak 196 kasus.
Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan yaitu 1,85 kali dibandingkan pada perempuan. Pada masing-masing
Kabupaten/Kota di seluruh Provinsi Kalimantan Tengah kasus lebih banyak terjadi
pada laki-laki dibandingkan perempuan.
2). Proporsi Pasien Baru BTA Positif diantara semua kasus TB
Persentase pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara
semua pasien tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis), merupakan
indikator yang menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang menular
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 79
di antara seluruh pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal 70%, bila jauh
lebih rendah, berarti diagnosis kurang memberikan prioritas untuk menemukan
pasien yang menular.
Di Provinsi Kalimantan Tengah proporsi pasien baru BTA (+) diantara semua
kasus adalah 72,1%. Hal ini menunjukan bahwa secara nasional target telah
terpenuhi. Beberapa kabupaten yang telah mencapai target adalah Kotawaringin
Timur (74,90%), Katingan (75,54%), Kotawaringin Barat (77,12%), Sukamara
(79,17%), Barito Selatan ( 89,90 %), dan Murung Raya (120,9%), sebagaimana
terlihat pada gambar berikut :
Gambar 6.1 memperlihatkan bahwa tahun 2015, proporsi pasien tuberkulosis
paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis paru
tercatat/diobati belum mencapai target yang diharapkan karena hanya mencapai
50%. Hal itu mengindikasikan diagnosis kurang memberikan prioritas untuk
menemukan pasien yang menular di Provinsi Kalimantan Tengah. Namun ada 4
Kabupaten telah mencapai target tersebut yaitu Kabupaten Gunung Mas 89%,
Kabupaten Barito Selatan 83%, Kabupaten Sukamara 81% dan Kabupaten Katingan
70%. Sedangkan Kabupaten dengan proporsi pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi
bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis paru tercatat/diobati yang terendah
adalah Kabupaten Kotawaringin Barat 25%, Kabupaten Barito Utara 35% dan
Kabupaten Seruyan 44%.
Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang PMK Tahun 2015
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Gunung Mas
Barito Selatan
Sukamara
Katingan
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Timur
Murung Raya
Lamandau
KALTENG
Palangka Raya
Pulang Pisau
Seruyan
Barito Utara
Kotawaringin Barat
89
83
81
70
69
62
59
52
51
50
48
48
44
35
25
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 80
3). Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara
terduga TB
Proporsi pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara
terduga TB menggambarkan mutu dari proses penemuan, diagnosis serta
kepekaan menetapkan kriteria terduga. Angka ini sekitar 5 – 15%. Jika angka <
5% menunjukan bahwa penjaringan terlalu longgar dan adanya masalah dalam
pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Jika angka >15% kemungkinan
disebabkan penjaringan terlalu ketat atau masalah dalam pemeriksaan
laboratorium (positif palsu).
Di Provinsi Kalimantan Tengah, proporsi pasien baru TB Paru
Terkonfirmasi Laboratorium diantara terduga TB pada tahun 2015 adalah 13.1%
lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 12,1%.
Kabupaten dengan proporsi antara 5-15% sebanyak enam kabupaten, yaitu
Kabupaten Sukamara (6,7%), Pulang Pisau (9,2%), Barito Utara (11,5%), Barito
Timur (13.4%), Barito Selatan (13.4%), dan Kabupaten Kapuas (13,5%). Untuk
Lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Diantara
Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Sumber Data : Program P2 TB Bidang PMK Tahun 2015
0.0 5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0
Seruyan
Palangka Raya
Kotawaringin Barat
Katingan
Gunung Mas
Murung Raya
Kotawaringin Timur
Kapuas
Barito Selatan
Barito Timur
KALTENG
Barito Utara
Pulang Pisau
Sukamara
Lamandau
32.7
24.7
20.9
20.1
18.0
16.7
16.7
13.5
13.4
13.4
13.1
11.5
9.2
6.7
2.9
Target 5 - 15%
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 81
4). Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien
baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di suatu wilayah
tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan menggambarkan
kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di wilayah tersebut. Angka
ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan (tren) meningkat atau
menurunnya penemuan pasien pada wilayah tersebut.
Setiap tahun diharapkan terjadi peningkatan penemuan kasus sebesar
5%. Angka CNR kasus baru TB BTA+ per 100.000 penduduk adalah 57.03%
sedangkan CNR seluruh kasus pada tahun 2015 sebesar 114.51% sedangkan
CNR seluruh kasus pada 2014 sebesar 96,97%.
5). Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.
Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan
pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari
angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Pada tahun 2015 angka
keberhasilan pengobatan adalah sebesar 57.41% jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan angka keberhasilan pengobatan pada tahun 2014 sebesar
76,24%. Angka ini masih dibawah target nasional sebesar 85%.
Gambar 6.3 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber Data : Program P2 TB Bidang PMK Tahun 2015
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0 160.0
Kotawaringin Barat
Barito Selatan
Barito Timur
Murung Raya
Pulang Pisau
Kapuas
Barito Utara
Gunung Mas
Seruyan
KALTENG
Lamandau
Palangka Raya
Katingan
Kotawaringin Timur
Sukamara
143.9
100.0
91.9
81.7
76.9
71.1
69.1
65.3
59.0
57.4
23.3
19.3
18.3
13.0
0.0
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 82
Dari gambar di atas diketahui bahwa terdapat 3 kabupaten yang telah
mencapai target nasional (≥ 85%) yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar
143.9%, Kabupaten Barito Selatan sebesar 100% dan Kabupaten Barito Timur
sebesar 91.9%. Keberhasilan pengobatan kasus TB yang belum dicapai oleh semua
kabupaten/kota, merupakan masalah yang perlu kita pecahkan bersama baik Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
dan juga peran serta seluruh masyarakat serta para stakeholder yang berkepentingan
terkait penanggulangan masalah TB paru.
Pemetaan keberhasilan pengobatan kasus TB di Provinsi Kalimantan Tengah
pada tahun 2015 dapat dilihat pada peta dibawah ini:
Gambar 6.4 Peta Persentase Keberhasilan Pengobatan di Bandingkan Jumlah Seluruh Kasus TB dan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Sumber Data : Program P2 TB Bidang PMK Tahun 2015
b. HIV, AIDS DAN SYPHILIS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut
menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat
mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode,
yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero survey, dan Survei
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 167
kasus ada peningkatan jumlah kasus bila dibandingkan dengan jumlah kasus tahun
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 83
2014 yang berjumlah 121 orang dengan proporsi kelompok umur yang paling banyak
adalah 25 – 49 tahun sebesar 66.47%, diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun
sebesar 28.14% dan kelompok umur ≥ 50 tahun serta ≤ 4 tahun dengan proporsi
masing-masing 2.40%. Sedangkan penderita AIDS pada tahun 2015 berjumlah 47
orang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada pada tahun
2014 yang hanya berjumlah 15 orang, proporsi kelompok umur yang paling banyak
adalah 25 – 49 tahun sebesar 61.70%, diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun
sebesar 25.53% dan kelompok umur ≥ 50 tahun sebesar 8.51% serta ≤ 4 tahun
dengan proporsi sebesar 4.26%. Jumlah kematian akibat Kematian akibat AIDS pada
tahun 2015 berjumlah 18 orang jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
kematian pada tahun 2014 yang berjumlah 5 orang. Sedangkan proporsi berdasarkan
jenis kelamin 66.67% kematian pada kelompok laki-laki sedangkan pada kelompok
perempuan sebesar 33.33%. Penderita syphilis yang dilaporkan berjumlah 25 orang,
dengan penderita perempuan sebanyak 14 orang (56%) dan penderita laki-laki
sebanyak 11 orang (44%).
Gambar 6.5 Kasus HIV, AIDS dan Syphilis/Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang PMK, Tahun 2015 c. Pnemonia
Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli)
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau terhirup udara yang tercemar.
Kelompok rentan terserang pneumonia adalah balita, usia lanjut dan yang memiliki
masalah kesehatan seperti gangguan malnutrisi dan gangguan imunologi.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian
bayi dan balita. Namun perhatian dunia selama ini terhadap pneumonia sangat sedikit
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
HIV AIDS SYPHILIS
167
4725
18
MATI
KASUS
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 84
sehingga ISPA dikenal sebagai the forgotten pandemic. Oleh karena itu dunia
memasukan pneumonia kedalam komitmen global MDGs untuk ditanggulangi
bersama. Diperkirakan 10% dari seluruh balita pernah menderita pneumonia.
Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan diobati
ditargetkan sebesar 80%. Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan dan
diobati sesuai dengan standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015
sebanyak 455 balita (1.93%) lebih sedikit bila dibandingkan dengan jum;ah
pneumonia pada balita tahun 2014 sebesar 462 balita (1,9%). Berbagai kendala yang
ditemui dalam penanggulangan ISPA pneumonia adalah cara penularannya yang
lintas udara (air borne desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh
masyarakat serta masih minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana
penderita pneumonia balita (MTBS).
Gambar 6.6 Jumlah Penderita Pnemonia BalitaProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2015
Sumber Data : Bidang PMK Tahun 2015
Dari gambar diatas diketahui perkembangan jumlah kasus penderita
pnemonia pada balita Provinsi Kalimantan Tengah terus mengalami penurunan
mulai dari tahun 2012 sebanyak 771 kasus kemudian turun lagi menjadi 681 kasus
kemudian turun lagi pada tahun 2014 menjadi 462 kasus dan terakhir pada tahun
2015 menjadi 455 kasus. Perkembangan posistif ini agar terus ditingkatkan hingga
jumlah kasus menjadi nol. Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 10.
d. Diare
Diare merupakan penyakit ketika terjadi perubahan konsistensi feses dan
peningkatan frekuensi buang air besar. Diare merupakan penyakit yang potensial
735 771681
460 455
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
2011 2012 2013 2014 2015
Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 85
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain : faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan
sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.
Tahun 2015, KLB Diare dilaporkan terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur
dan Kota Palangka Raya dengan 3 jumlah kematian. Penderita Diare yang berobat
dan ditangani di faslitas pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2015 sebanyak
53.662 penderita (100.5%), lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penderita
pada tahun 2014 sebanyak 46.751 penderita (89,5%) dari target penemuan
penderita. Sebaran persentase diare yang ditangani di Kabupaten Kota pada tahun
2015 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.7. Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang PMK, Tahun 2015 e. Kusta
Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh
warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai sekarang
belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Keberadaan Kusta terdapat dimana-
mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan subtropis, serta
masyarakat sosial ekonomi rendah, selain penyakit menyeramkan dan ditakuti oleh
karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi dan deformitas. Penderita kusta bukan
menderita penyakitnya saja, tetapi juga karena dikucilkan masyarakat sekitarnya, hal
ini diakibatkan kerusakan saraf besar yang irreversible diwajah dan ekstremitas,
0.0 50.0 100.0 150.0 200.0
Katingan
Barito Selatan
Seruyan
Barito Timur
Murung Raya
Kotawaringin Barat
Sukamara
Barito Utara
Pulang Pisau
KALTENG
Lamandau
Kapuas
Gunung Mas
Palangka Raya
Kotawaringin Timur
191.8
159.1
131.1
127.5
127.3
124.0
120.9
113.9
104.5
100.5
81.6
74.8
64.3
58.9
57.2
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 86
motorik dan sensoris, serta dengan adanya kerusakan yang berulang-ulang pada
daerah yang anastetik disertai paralisis dan atropi otot.
1). Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru (NCDR/New Case
Detection Rate)
Pada ta hun 2015 jumlah kasus baru kusta baik yang bertipe Pausi Basiler
(PB) maupun Multi Basiler (MB) berjumlah 76 kasus lebih tinggi bila dibandingkan
dengan jumlah kasus baru pada tahun 2014 kasus baru tipe Pausi Basiler dan Multi
Basiler sebanyak 61 kasus. Sedangkan New Case Detection Rate (NDCR) pada tahun
2015 sebesar 3,05/100.000 penduduk. Sedangkan angka prevalensi kusta adalah
0,39 per 10.000 penduduk dan telah memenuhi target < 1 per 10.000 penduduk (<
10 per 100.000 penduduk).
Berdasarkan status eliminasi, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu provinsi
yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi. Provinsi yang
belum mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per 10.000 penduduk, sedangkan
provinsi yang sudah mencapai eliminasi jika angka prevalensi < 1 per 10.000
penduduk. Provinsi Kalimantan Tengah sudah termasuk ke dalam Provinsi yang telah
mencapai eliminasi.
2). Penderita Kusta Pada Anak dan Cacat Tingkat 2
Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak (0-14
tahun) diantara pederita baru. Dilaporkan bahwa proporsi anak yang menderita kusta
pada tahun 2015 adalah 3.95% lebih tinggi bila dibandingkan dengan proporsi kasus
pada tahun 2014 yang berjumlah 3,28%.
Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus
sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam
mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Proporsi cacat tingkat 2
yang tercatat pada tahun 2015 sebesar 2.63%, sedangkan Angka cacat tingkat 2
pada tahun 2015 sebesar 0.1 per 100.000 penduduk. Jumlah Release From
Treatment / RFT PB 40%, sedangkan RFT MB adalah 51%.
f. PD3I
Penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program
imunisasi di Indonesia ada 7 (tujuh) jenis penyakit, yaitu Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis, TBC, Polio dan Campak. Di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2014
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang dilaporkan adalah :
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 87
1) Tetanus Neonatorum
Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, masuk ke tubuh
melalui luka. Penyakit ini umumnya menginfeksi bayi baru lahir pemotongan tali
pusat dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat dengan ramuan
tradisional yang terkontaminasi. Dapat menyebabkan kematian jika penderita
terlambat mendapat pertolongan. Kasus Tetanus Neonatorum dilaporkan pada
tahun 2015 sebanyak 1 kasus dari Kabupaten Kotawaringin Timur dengan Case
Fatality Rate sebesar 100%.
2) Pertusis
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat
berat atau batuk intensif. Tersebar ditempat tempat yang padat penduduknya dan
dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan
attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan. Bersifat endemic dengan siklus
3-4 tahun antara juli sampai oktober sesudah akumulasi kelompok rentan,
Menyerang semua golongan umur yang terbanyak anak umur < 1 tahun,
perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang terkena pertusis makin
berbahaya.
Kabupaten yang melaporkan kasus pertusis pada tahun 2015 adalah
Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah kasus 10 orang, Kemudian
kabupaten Pulang Pisau 1 kasus dan Kabupaten Kapuas serta Kabupaten Murung
Raya dengan masing-masing 1 kasus.
3) Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang
menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada umumnya
menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.
Jumlah kasus difteri pada tahun 2015 sebanyak 1 kasus dengan jumlah
kasus meninggal sebanyak 1 kasus sehingga CFR difteri sebesar 100%. Seluruh
kasus dengan jenis kelamin laki-laki (100%). Kasus berasal dari Kota Palangka
Raya Dari seluruh kasus tersebut, penderita mendapatkan vaksin DPT pada saat
masih bayi.
4) Campak
Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut virus
measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia Paramyxoviridae.
Penyakit ini sangat menular dan akut. Sebagian besar menyerang anak-anak. Bila
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 88
mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka dapat terjadi komplikasi.
Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia, gastroenteritis, dan otitis
media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat berakibat fatal, yaitu kematian.
Penularan dapat terjadi melalui udara yang telah terkontaminasi oleh sekret orang
yang telah terinfeksi. Penegakan kasus campak melalui pemeriksaan darah
penderita.
Pada tahun 2015 jumlah kasus campak yang dilaporkan berjumlah 474
kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2014 yang
berjumlah sebanyak 283 kasus. Kasus campak berasal dari 7 kabuapeten yaitu
Kabupaten Murung Raya sebanyak 197 kasus, Kabupaten Kotawaringin Timur
sebanyak 109 kasus, Kotawaringin Barat sebanyak 44 kasus, Kabupaten Seruyan
sebanyak 85 kasus, Kabupaten Katingan sebanyak 20 kasus, Kabupaten Barito
Utara sebanyak 15 kasus dan Kabupaten Sukamara sebanyak 4 kasus.
5) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)
Dalam rangka eradikasi polio, seluruh negara (global) melaksanakan
surveilans AFP. AFP berbeda dengan polio, Polio disebabkan oleh infeksi virus yang
menyerang system syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan. Umumnya
menyerang anak-anak yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit
kepala, mual, kaku leher dan saki ditungkai dan lengan. Sedangkan AFP (Acute
Flaccid Paralysis)merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami
penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan berakibat pada
kelumpuhan. AFP merupakan sekumpulan penyakit yang ditandai dengan lumpuh
layuh akut. Survailans AFP difokuskan pada penyakit-penyakit yang sifatnya akut -
dan layuh (flaccid) seperti pada kasus polio. Sebagian besar kasus polio non
paralitik tidak disertai manifestasi klinis yang jelas. Ditemukannya kasus polio
paralitik menunjukan adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut.
Surveilans AFP merupakan salah satu upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit polio. Kelompok rentan terhadap kasus polio adalah
anak-anak sehingga pelaksanaan program Surveilans AFP difokuskan pada anak
usia < 15 tahun yang menderita kelumpuhan mirip polio (lumpuh layuh akut).
Indicator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP minimal sebesar
2/100.000 anak usia < 15 tahun. Target ini telah terpenuhi oleh Provinsi
Kalimantan Tengah dengan jumlah penemuan 11 orang dengan Non Polio AFP
Rate sebesar 1.54/100.000 penduduk usia < 15 tahun.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 89
6) Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang
disebabkan oleh infeksi VHB dan reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia yang memberikan gejala yang khas yaitu badan lemah, kencing
berwarna seperti air the pekat, mata dan seluruh tubuh menjadi kuning.
Virus hepatitis B umumnya tinggal dalam tubuh selama kira-kira 30-90 hari.
Inilah yang dikenal sebagai hepatitis B akut. Infeksi akut ini umumnya dialami
orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan tubuh Anda
biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan sembuh dalam
beberapa bulan.
Sedangkan hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh selama
lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-
anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko empat sampai lima
kali lebih besar untuk menderita hepatitis B kronis dibanding anak-anak yang
terinfeksi pada masa balita. Sementara untuk orang dewasa, 20% dari mereka
yang terpapar virus ini akan berujung pada diagnosis hepatitis B kronis.
Kasus Hepatitis B yang dilaporkan pada tahun 2015 sebanyak 13 kasus.
Kasus tersebut berasal dari Kabupaten Murung Raya sebanyak 7 kasus dan
Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 6 kasus.
g. DBD
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aepyty. Penyakit DBD cenderung
meningkat dan menyebar luas dan seringkali disertai kejadian luar biasa (KLB),
sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat karena menyebar dengan cepat dan
dapat menyebabkan kematian. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada tahun 2015, di Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan terdapat 1658
kasus, dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang. Insidens Rate/Angka Kesakitan
sebesar 66,5 per 100.000 penduduk dan CFR/angka kematian sebesar 1.4%. 32,7
per 100.000 penduduk) dengan 11 kematian (CFR : 1,4%). Target Renstra
Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar < 49 per
100.000 penduduk, dengan demikian Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 90
target yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan. Berikut ini gambaran Incidence
Rate masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015.
Informasi rinci masing-masing Kabupaten/Kota terkait dengan penyakit DBD
dapat dilihat pada lampiran tabel 21.
Gambar 6.8 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber : Program P2 DBD Bidang PMK Tahun 2016
Penyebaran kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2014 dibagi
dalam lima kategori yaitu : 0 – 10 kasus, 10 – 18 kasus, 18 – 50 kasus, 50 – 99 kasus
dan 99 – 268 kasus, dan juga penyebaran kasus kematian akibat DBD. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar. 6.9 Peta Jumlah Kematian Akibat DBD Dibandingkan Jumlah Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Bidang PMK Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
0.0 50.0 100.0 150.0 200.0
Barito Utara
Murung Raya
Kotawaringin Barat
Palangka Raya
Kapuas
Sukamara
KALTENG
Kotawaringin Timur
Lamandau
Barito Timur
Katingan
Pulang Pisau
Seruyan
Gunung Mas
Barito Selatan
185.1
155.8
113.3
103.5
72.1
68.7
66.5
41.5
32.4
31.7
28.7
27.2
22.3
14.6
3.8
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 91
Dari gambar diatas diketahui bahwa ada 4 Kabupaten yang ada kasus
kematian akibat penyakit DBD yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 14
kasus, Kota Palangka Raya sebanyak 3 kasus, Kabupaten Kapuas sebanyak 4 kasus
dan Kabupaten Barito Utara sebanyak 3 kasus.
h. Chikungunya
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan
gejala utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut,
pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit.
Demam chik ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypty yang juga
merupakan nyamuk penular penyakit demam berdarah Dengue (DBD). Beberapa
faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya status kekebalan
kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya
tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Pada tahun 2015 terdapat dua kabupaten yang melaporkan terjadinya KLB
Chikungunya yaitu Kabupaten Lamandau yaitu dimana bulan Januari 2015 dengan
jumlah penderita 16 orang dan Bulan November 2015 dengan jumlah kasus sebanyak
31 orang dan jumlah kematian 2 orang dengan CFR 4.25%. Kabupaten Kotawaringin
Timur terjadi pada bulan Januari 2015 dengan jumlah penderita 24 orang.
i. Malaria
Millennium Development Goals (MDGs) menetapkan Malaria sebagai salah
satu komitmen global untuk diperangi. Hingga saat ini Malaria masih menjadi
permasalahan kesehatan masyarakat karena mempengaruhi angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan ibu hamil serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan
biaya untuk pengobatan. Malaria disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk
malaria (Anopheles) betina. Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa)
dan semua jenis kelamin.
Angka kesakitan malaria selama tahun 2008 - 2014 cenderung menurun dari
3,53 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2008 menjadi 0.55 per 1.000 pada
tahun 2014, kemudian pada tahun 2015 nilai API sama dengan API tahun
sebelumnya yaitu 0.55. Perkembangan nilai API dari tahun 2008 – 2015 dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 92
Gambar 6.10. Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2015
Sumber data : Profil Kabupaten Kota dan Bidang PMK, Tahun 2015
j. Filariasis
Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit yang
disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari tiga
spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.. Dalam tubuh
manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan
limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan
organ genital. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan. Dapat dan
menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin. Jumlah kasus
filariasis pada tahun 2015 sebanyak 25 kasus sedikit meningkat bila dibandingkan
dengan jumlah kasus pada tahun 2014 dengan jumlah kasus filariasis sebanyak 16
kasus dengan angka kesakitan per 100.000 penduduk sebesar 1. Penyebaran kasus
filariasis terjadi di Kabupaten Kapuas sebanyak 15 kasus, kemudian Kabupaten
Lamandau dan Kotawaringin Timur dengan jumlah kasus masing-masing 4 kasus,
dan Kabupaten Barito Selatan dengan jumlah kasus sebanyak 2 kasus. Informasi rinci
terkait kasus filariasis dapat dilihat pada lampiran 23.
k. Rabies
Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun hewan
yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang ditularkan melalui
gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di
dalam tubuhnya mengandung virus.
3.53
2.88
4.474.08 3.95
2.38
0.55 0.55
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
AP
I Per
1.0
00 P
end
ud
uk
API TAHUN 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 93
Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh hewan
berdarah panas penular rabies seperti anjing, kucing dan monyet. Penyakit ini
merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah
menunjukan gejala klinis pada manusia ataupun hewan selalu berakhir dengan
kematian, sehingga menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi orang-orang yang
terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada umumnya.
Suatu daerah dapat bebas rabies melalui surveilans penyakit yang efektif, tidak
adanya kasus Rabies pada hewan dan manusia (indigenous), serta tidak ada kasus
rabies pada hewan karnivora diluar karantina dalam 6 bulan terakhir.
Pada tahun 2015 semua kabupaten kota terdapat kasus GHPR dengan total
kasus sebanyak 1907 kasus yang PET 1386 kasus dan lyssa sebanyak 8 kasus. Kasus
Lyssa terjadi di Kabupaten Seruyan sebanyak 3 kasus, Kabupaten Kotawaringin Barat
dan Sukamara masing-masing 2 kasus dan Kabupaten Gunung Mas sebanyak 1
kasus. Perkembangan situasi rabies di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 –
2015 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 6.11. Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan TengahTahun 2011 – 2015
Sumber data : Bidang PMK, Tahun 2015
Gambar 6.11 diatas menunjukan bahwa tahun 2012 terjadi peningkatan
gigitan serta kematian akibat GHPR. Pada tahun 2013 kasus gigitan menurun yang
disertai penurunan kematian. Tahun 2014 GHPR kembali meningkat dengan kematian
2 orang kemudian pada tahun 2015 meningkat kembali jumlah GHPR 1907 kasus dan
jumlah kematiannya menjadi 8 orang.
2011 2012 2013 2014 2015
15351940
1307 15391907
1098
1429
1016
1292
13862
5
0
2
8
GHPR PET Lyssa
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 94
2. Penyakit Tidak Menular
Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang selaras dengan perubahan perilaku masyarakat, transisi demografi,
sosial ekonomi dan sosial budaya. Berbagai faktor risiko PTM antara lain ialah:
merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman beralkohol,
diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat keluarga
(keturunan).
Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya
pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil tanpa dukungan seluruh
jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
Beberapa kegiatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak menular
pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
a. Posbindu PTM dan Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas
Pos Pembinaan terpadu (Posbindu) merupakan salah satu wujud peran serta
masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini terhadap
faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin di
masyarakat. Setiap kabupaten / kota diharapkan memiliki satu Puskesmas dengan
program pelayanan PTM. Tahun 2015 jumlah posbindu sebanyak 115 posbindu dan
27 puskesmas yang memberikan pelayanan PTM , sebagaimana tabel 6.1 berikut
Tabel 6. 1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
No Kabupaten / Kota Posbindu Pusk Pelayanan PTM 1. Sukamara 2 1 2 Lamandau 3 1 3 Kotawaringin Barat 17 2 4 Kotawaringin Timur 15 2 5 Seruyan 12 2 6 Katingan 5 2 7 Gunung Mas 4 2 8 Pulang Pisau 6 1 9 Kapuas 19 3
10 Barito Timur 2 2 11 Barito Selatan 5 2 12 Barito Utara 4 3 13 Murung Raya 5 3 14 Palangka Raya 16 1
JUMLAH 115 27
Sumber : Bidang PMK, Tahun 2016
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 95
b. Pengendalian Tembakau
Pengendalian tembakau merupakan salah satu upaya pengendalian faktor
risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. Beberapa upaya
yang telah dikembangkan adalah Pengembangan kawasan tanpa rokok melalui
peraturan daerah ataupun peraturan Bupati. Kabupaten / kota yang telah memiliki
peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 9 kabupaten/kota (64,3%),
sebagaimana tabel 6.2 berikut:
Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi Kalimantan Tengah
No Kab/Kota Nomor Tentang Ket
1 Palangka Raya Perda no 3 Tahun 2014 KTR
2 Lamandau Perda no 22 Tahun 2015
KTR
3 Barito selatan Perda no 12 Tahun 2015
KTR
4 Seruyan Perbup Tahun 2014 KTR
5 Kotawaringin Barat Perbup Tahun KTR
6 Kapuas Instruksi Bupati No. 24 Th 2013
KTR di Tempat Kerja di Lingk. Kabupaten Kapuas
7 Barito Utara Peraturan Bupati No. 64/2014
KTR
8 Sukamara Peraturan Bupati No. 19/2014
KTR
9 Gunung Mas Instruksi Bupati No. 3 Tahun 2015
KTR di Tempat Kerja di Lingk. kab. Gunung Mas
10 Katingan -
11 Kotawaringin Timur -
12 Murung Raya -
13 Barito Timur -
14 Pulang Pisau -
Sumber : Bidang PMK, Tahun 2016
c. Pelayanan PTM :
1). Pengukuran Tekanan Darah pada penduduk ≥ 18 tahun
Prioritas pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah adalah:
hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko penyakit jantung dan
pembuluh darah meningkat sejalan peningkatan tekanan darah. Hipertensi
merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta faktor
utama gagal jantung kongestif.
Data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 terdapat 10
Kabupaten/Kota yang melaporkan hasil pengukuran tekanan darah pada kelompok
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 96
Umur ≥ 18 tahun yaitu Kabupaten Sukamara, Kotawaringin Timur, Katingan,
Kapuas, Pulang Pisau Gunung Mas, Barito Selatan, Barito Utara, Murung Raya dan
Kota Palangka Raya. Total jumlah yang diukur adalah 293.752 orang (41.51%).
Dari hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk yang berusia ≥ 18 tahun
terdapat 68.922 orang (23,20%) yang menderita hipertensi
2). Deteksi Dini Penyakit Kanker
Saat ini program pengedalian penyakit kanker diprioritaskan pada dua
kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara.
Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan
peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder dilakukan
melalui deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas dan rujukan ke
rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Inspeksi Visual
dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA (lesi pra kanker leher rahim)
positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Clinical
Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier dilakukan melalui perawatan
paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan kesehatan yang menangani kanker
dan pembentukan kelompok survivor kanker di masyarakat.
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara dilaporkan dari 7
kabupaten/kota yaitu Kotawaringin Timur, Seruyan, Katingan, Pulang Pisau,
Kapuas, Murung Raya dan Kota Palangka Raya. Pemeriksaan payudara dilakukan
pada tahun 2015 sebanyak 1679 (1%) WUS yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan jumlah WUS pada tahun 2014 yang berjumlah 847 (0,3%). Dari WUS yang
diperiksa pada tahun 2015 diketahui IVA positif berjumlah 71 orang (4.23%) lebih
banyak bila dibandingkan dengan jumlah IVA positif pada tahun 2014 yang
berjumlah 42 orang (4,96%), sedangkan tumor/benjolan pada payudara sebesar
26 orang (1.55%) jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah
tumor/benjolan yang ditemukan pada tahun 2014 yang hanya berjumlah 1 orang
(0,17%).
Data yang disampaikan pada profil kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2015 tentang cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode IVA
dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) belum menggambarkan
secara keseluruhan perkembangan dan epidemiologi penyakit kanker pada
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 97
masyarakat, hal ini karena pemeriksaan pada masyarakat belum bisa dilakukan
secara keseluruhan.
B. KESEHATAN LINGKUNGAN
Kegiatan penyehatan lingkungan sangatpenting dan tidak terpisahkan
untukmendukung upaya pengendalian penyakitMenurut WHO (World Health
Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada
antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.Lingkungan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap derajat
kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan kesehatan. Program Lingkungan Sehat
bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui
pengembangan sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas
sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut
meliputi: (1) Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan
Pengawasan Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4)
Pengembangan Wilayah Sehat.
Berdasarkan hal tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan mengadakan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Riskesdas
2013). Tujuan dari Riskesdas 2013 topik kesehatan lingkungan adalah mengevaluasi
program yang sudah ada, menindaklanjuti upaya perbaikan yang akan dijalankan, dan
mengidentifikasi faktor risiko lingkungan berbagai jenis penyakit dan gangguan
kesehatan.
1. Persentase Rumah Sehat
Rumah Tangga yang sehat adalah rumah tangga yang telah menjalankan 10
indikator PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI
eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik di
rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan
tidak merokok di dalam rumah. Selain itu jenis bahan bangunan, lokasi rumah, dan
kondisi ruang rumah berkaitan dengan rumah sehat dideskripsikan sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan.
Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh rumah
tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna pad tahun 2015
mencapai 42.03%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 98
yang telah mencapai 40,38%. Kabupaten dengan capai paling tinggi adalah Kota
Palangka Raya sebesar 86.99%, diikuti oleh Kabupaten Pulang Pisau sebesar 84,08%
dan Kabupaten Gunung Mas sebesar 57.48%. Sedangkan Kabupaten kota dengan
capaian terendah adalah Kabupaten Kapuas sebesar 13,97% diikuti oleh Kabupaten
Seruyan sebesar 19,54% dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 21.34%. Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 6.12 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
2. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010
tentangPersyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atautanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung diminum.Penyelenggara air minum dapat berasal dari badan usaha
milik negara/badan usaha milikdaerah, koperasi, badan usaha swasta, usaha
perorangan, kelompok masyarakat, dan/atauindividual yang melakukan
penyelenggaraan penyediaan air minum. Tidak semua air dapatdiminum, syarat-
syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatandimaksud,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;
0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0
Palangka Raya
Pulang Pisau
Gunung Mas
Barito Utara
Barito Timur
Kotawaringin Barat
Barito Selatan
Lamandau
KALTENG
Katingan
Murung Raya
Sukamara
Kotawaringin Timur
Seruyan
Kapuas
87.0
84.1
57.5
51.5
50.4
46.1
45.6
44.9
42.1
35.9
34.4
27.8
21.3
19.5
14.0
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 99
b. Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum yang
di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;
c. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l, Kesadahan
(maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;
d. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);
e. Dan parameter tambahan lainnya.
Jumlahpenduduk berdasarkan jenis sumber air minumyang berkualitas yang
memenuhi syarat baik secara kimiawi, fisik maupun biologis yang memiliki akses
berkelanjutan terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-INICEF
2006 di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
Gambar 6.13 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dapat mengakses
air minum yang layak di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 adalah sebagai
berikut terbesar pada perpipaan (PDAM, BPSPAM) sebanyak 207.879 orang,
kemudian sumur gali terlindung sebanyak 140.725 orang, Sumur bor dengan pompa
sebanyak 104.997 orang, Penampung Air hujan sebanyak 49.344 orang, kemudian
sumur galian dengan pompa sebanyak 48.145 orang, Mata air terlindung 7309 dan
Terminal air sebanyak 866 orang. Data yang ditampilkan diprofil kesehatan belum
mencermin jumlah penduduk dengan akses air minum yang layak, hal ini disebabkan
karena belum semua penduduk tercover dalam pemetaan akses berkelanjutan
207879
140725
104997
49344
48145
7309
866
Perpipaan (PDAM, BPSPAM)
Sumur Galian Terlindung
Sumur Bor Dengan Pompa
Penampung Air Hujan
Sumur Galian dengan Pompa
Mata Air Terlindung
Terminal Air
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 100
terhadap air minum berkualitas (layak). Rincian lengkap penduduk dengan akses air
minum berkualitas (layak) berdasarkan jenis sumber air minum perkabupaten kota
dapat dilihat pada Lampiran 59.
Persentase penduduk terhadap akses berkelanjutan terhadap air minum layak
per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Gambar 6.14 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengahtahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
Gambar diatas menunjukkan hasil Persentase Penduduk dengan Akses
Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2015 sebesar 22.41% lebih tinggi bila dibandingkan
dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 15,4%. Persentase terbesar penduduk
Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas terdapat di
Kabupaten Pulang Pisau sebesar 52.28%, diikuti oleh Kabupaten Barito Timur
sebesar 46.31% dan Kabupaten Seruyan sebesar 42.18%. Sedangkan Persentase
terendah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas
terdapat di Kabupaten Kapuas sebesar 6.31%, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringn
Timur besar 6,39% dan Kabupaten Lamandau sebesar 6.73%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 59.
Pulang Pisau
Barito Timur
Seruyan
Katingan
Barito Selatan
Kotawaringin Barat
Palangka Raya
KALTENG
Sukamara
Gunung Mas
Barito Utara
Murung Raya
Lamandau
Kotawaringin Timur
Kapuas
52.28
46.31
42.18
37.82
35.09
32.09
28.13
22.41
14.87
13.06
10.77
7.49
6.73
6.39
6.31
Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum LayakTahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 101
Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang memenuhi
syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) per kabupaten/kota di Provinsi
Kalimantan Tengah pada tahun 2015 adalah 80,90% dari 801 sampel yang diperiksa.
Capaian paling tinggi adalah Kabupaten Lamandau sebesar 100%, diikuti oleh
Kabupaten Gunung Mkas sebesar 97.5% dan Kotawaringin Barat sebesar 96.8%.
Sedangkan kabupaten dengan capaian paling sedikit adalah Kabupaten Murung Raya
sebesar 0.0%, diiukuti oleh Kabupaten Barito Timur 46.2% dan Kabupaten Barito
Selatan sebesar 57.8%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 6.15 Persentase Kualitas air minum di Penyelenggaraan air minum Syarat Kesehatan per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum
yang layaksecara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak
kendala dalampencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :
a. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang
sebagaisumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak termasuk
sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh pendataan yang
dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang digunakan
untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah tangga yang memiliki lebih
dari satu sumber air yang layak untuk diminum.
b. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju
pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan konsumsi.
0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0
Lamandau
Gunung Mas
Kotawaringin Barat
Barito Utara
Palangka Raya
Sukamara
Seruyan
KALTENG
Kapuas
Katingan
Kotawaringin Timur
Pulang Pisau
Barito Selatan
Barito Timur
Murung Raya
100.0
97.5
96.8
96.8
92.7
82.8
82.8
80.9
69.6
67.4
63.3
57.9
57.8
46.2
0.0
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 102
c. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat
operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan,
rendahnya tarif, terbatasnyaSDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang
efisien.
d. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,
termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak
terlindungi.
3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat)
Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disamping faktor
perilaku dan pelayanan kesehatan. Upaya penyehatan lingkungan dilakukan untuk
mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat, antara lain melalui pemberdayaan
masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di sarana pemeliharaan dan
pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian dampak resiko pencemaran
lingkungan dan pengembangan wilayah sehat.
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yangsehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia.Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan
yang mempengaruhi derajat kesehatanmasyarakat. Buruknya kondisi sanitasi akan
berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,mulai dari turunnya kualitas
lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minumbagi masyarakat,
meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa penyakit.
Jumlah penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) menurut
jenis tempat buang air besar yang digunakan per kabupaten/kota pada tahun 2015
sebagian besar penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah menggunakan kloset
berjenis leher angsa sebanyak 369,009 orang, komunal sebanyak 57,359 orang,
cemplung/cubluk sebanyak 70.028 orang, dan plengsengan sebanyak 29.641 orang.
Rincian lengkap penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak
(jamban sehat) 2015 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Lampiran 61.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 103
Gambar 6.16 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, akses sanitasi layak apabila
penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis kloset
yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya
menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode
pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
atau sumur.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar
diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.
Komunal; 57359
Leher Angsa; 369009
Plengseng; 29641
Cemplung; 70028
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 104
Gambar 6.17 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang PMK tahun 2015
Pada Gambar diatas terlihat bahwa Persentase Penduduk dengan Akses
Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah
tahun 2015 sebesar 32.33% lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada
tahun 2014 sebesar 24,6%. Persentase tertinggi terdapat di Kota Palangka Raya
sebesar 76.44% diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 55.09% dan
Kabupaten Pulang Pisau sebesar 52.23%. Persentase terendah terdapat di Kabupaten
Murung Raya sebesar 6.85%, diikuti oleh Kabupaten Barito Utara sebesar 13.12%
dan Kabupaten Seruyan sebesar 14.16%.
Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak dilakukan penguatan
Kemitraan Pemerintah–Swasta (KPS) yakni melibatkan LSM Lokal / Nasional /
Internasional, CSR (Corporate Social Responsibility), donor agency internasional,
seperti World Bank, ADB yang diimplementasikan melalui kegiatan Pamsimas dan
ICWRMIP, serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan, penyediaan sarana
air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya perilaku hidup bersih
dan sehat bagi masyarakat dengan menggunakan pendekatan STBM.
4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah stop
BABSminimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan telah
mempunyairencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM menjadi ujung
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Palangka Raya
Barito Selatan
Pulang Pisau
Barito Timur
KALTENG
Kotawaringin Barat
Kapuas
Lamandau
Katingan
Sukamara
Gunung Mas
Kotawaringin Timur
Seruyan
Barito Utara
Murung Raya
76.44
55.09
52.23
47.36
32.33
30.64
27.20
26.48
25.39
24.43
23.38
20.88
14.16
13.12
6.85
Persentase Akses Jamban Sehat 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 105
tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara
keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan, strategi
dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka mencapai target
MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima)pilar yaitu:
a. Stop buang air besar sembarangan,
b. Cuci tangan pakai sabun,
c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Pada tahun 2015 tidak ada desa STBM di Provinsi Kalimantan Tengah, persis
seperti yang terjadi pada tahun 2014. Sedangkan jumlah desa yang melaksanakan
STBM pada tahun 2015 adalah 662 (42.1%) desa/kelurahan, lebih banyak bila
dibandingkan dengan desa yang melaksanakan STBM pada tahun 2014 sebanyak 611
desa/kelurahan. Jika dilihat jumlah desanya, maka yang terbanyak adalah di
Kabupaten Kapuas yaitu 100 (42.9%) desa, diikuti oleh Barito Timur sebesar 96
(91.4%) desa dan Kabupaten Katingan 77 (47.8%) sebanyak 73 desa. Kegiatan
untuk mempercepat pelaksanaan STBM dilakukan bersama penyediaan air minum
dalam satu kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(PAM STBM).
Gambar 6.18 Persentase dan Jumlah Desa Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015
Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten dan Bidang PMK Tahun 2015.
49
29
13
64
8
77
100
63
35
48
96
67
13
0
51.6
34.940.6
34.6
8.0
47.842.9
63.6
27.6
51.6
91.4
65.0
10.40.0
Desa Melaksanakan STBM Persentase
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 106
5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan adalah kegiatan bagi umum
yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung
digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap serta
memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan
kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari
kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Risiko dari pengelolaan makanan
mempunyai peluang yang besar dalam penularan penyakit karena jumlah konsumen
relatif banyak dalam waktu yang bersamaan.
Tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, Sarana kesehatan dan
hotel. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan
tahun 2015 meliputi sarana pendidikan SD sebesar 76.8% lebih besar bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 61.3%. Pada SMP sebesar
82.3% lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 84.5%
dan SMA sebesar 70.8% jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada
tahun 2014 sebesar 87,4%. Kemudian untuk sarana kesehatan yang meliputi
puskesmas dan jaringannya pada tahun 2015 sebesar 79.3% jauh lebih kecil bila
dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 87,6% dan rumah sakit
sebesar 100 lebih besar capaiannya bila dibandingkan dengan capaian pada tahun
2014 sebesar 94,7%. Dan terakhir capaian hotel berbintang pada tahun 2015 sebesar
75% lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014 sebesar 70,6%
dan non bintang sebesar 52.8% jauh lebih kecil bila dibandin glkan dengan capaian
pada tahun 2014 sebesar 77,9%. Secara keseluruhan cakupan tempat-tempat umum
yang memenuhi persyaratan kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2015 sebesar 76.16% lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2014
sebesar 69,9%. Lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran tabel 63.
Sedangkan untuk TPM (tempat pengelolaan makanan) yang meliputi jasa
boga, rumah makan/restoran, depot air minum (DAM) dan makanan jajanan yang
memenuhi syarat pada tahun 2015 adalah 3663 buah (57.5%) dari 6367 TPM yang
diperiksa lebih tinggi daripada capaian tahun 2014 sebesar 48,61%.Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran tabel (64).
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 107
C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu
melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah
risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2015 adalah 646.780 rumah
tangga dengan jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak 113.220 buah. Hasil
pemantauan rumah tangga pada tahun 2015 menunjukan bahwa 44.6% rumah
tangga telah ber PHBS lebih sedikit bila dibandingkan dengan Rumah Tangga yang
Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat pada tahun 2014 sebanyak 51,1%. Cakupan
Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi Kalimantan Tengah
dari tahun 2010 - 2015 terlihat pada gambar berikut.
Gambar 6.19 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2010 s/d 2015
Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2015
Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan rumah tangga yang ber-PHBS
di Privinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi, dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2011 mengalami penurunan cakupan ber-PHBS namun ada peningkatan dari
tahun 2012 sampai dengan 2014 kemudian mengalami penurunan lagi pada tahun
2015. Sedang gambaran cakupan PHBS per Kabupaten Kota pada tahun 2015 dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.
41.7
30.4
37
45.7
51.1
44.6
0
10
20
30
40
50
60
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 108
BAB VII
TENAGA KESEHATAN
Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem dalam
sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan kesehatan. Upaya dan
pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab,
memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun dan sub
rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga
kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara
pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas kesehatan
kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data tenaga kesehatan
meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS daerah, Pegawai Tidak Tetap
(PTT), TNI/POLRI, dan swasta. Metode pengumpulan data yang digunakan melalui
mekanisme pemutakhiran data secara berjenjang mulai dari dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi dan dikelola oleh Bidang Sumber Daya Manusia
Kesehatan (SDMK) Dinas Kesehatan Privinsi Kalimantan Tengah melalui Sistem Informasi
SDMK.
Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan belum dapat
terpenuhi secara memadai, khususnya di tingkat kabupaten/kota dikarenakan beban
terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya kegiatan mobilisasi tenaga
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 109
kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas tenaga tersebut. Sehingga
menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan tenaga kesehatan di tingkat
kabupaten/kota.
Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, pemerintah membuka
penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang ditempatkan di
daerah. Untuk mencukupi kekurangan tenaga tersebut dilakukan pengangkatan Dokter
Tidak Tetap, Bidan Tidak Tetap dan diupayakan dapat mengangkat tenaga kesehatan lain
sebagai pegawai tidak tetap.
A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN
Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun dan sub
rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga
keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian
medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.
Pada tahun 2015, jumlah tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah
sebanyak 10.077 orang (86.17%) dan tenaga penunjang kesehatan sebanyak 1617 orang
(13.82%). Tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak pada tahun 2015 yaitu perawat
sebanyak 4652 orang atau 46.16% dari total tenaga kesehatan, sedangkan tenaga
kesehatan dengan jumlah paling sedikit yaitu tenaga kesehatan keterapian fisik sebanyak
50 orang atau 0,49% dari total tenaga kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi
tenaga kesehatan dan tenaga penunjang kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat
dilihat pada lampiran 72 – 80.
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Untuk mendukung
fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan sumber daya manusia kesehatan baik tenaga
kesehatan maupun tenaga penunjang kesehatan.
Pada peraturan yang sama di Pasal 16 Ayat 3 disebutkan bahwa minimal tenaga
kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi,
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 110
perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli
teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian. Sedangkan tenaga
penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi
keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lainnya.
Total SDMK di Puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak
7119 orang yang terdiri dari 6180 orang tenaga kesehatan (86,81%) dan 939 orang
tenaga penunjang kesehatan (13,19%). Proporsi tenaga kesehatan di Puskesmas
terbanyak yaitu bidan sebanyak 2562 orang (35.98%) sedangkan proporsi tenaga
kesehatan di Puskesmas yang paling sedikit yaitu dokter spesialis gigi sebanyak 1 orang
(0.016%).
Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan analisis
beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas
wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di
wilayah kerjanya, dan pembagian waktu kerja.
2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi
dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit dapat didirikan dan
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan swasta. Sedangkan
menurut pelayanan yang diberikan, rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus.
Total SDMK di rumah sakit di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015
sebanyak 4.575 orang yang terdiri dari 3.897 orang tenaga kesehatan (65,32%) dan 678
orang tenaga penunjang kesehatan (34,68%). Jumlah tenaga kesehatan terbanyak yaitu
perawat sebanyak 2.090 orang (53,63%) sedangkan jumlah tenaga kesehatan paling
sedikit yaitu dokter spesialis gigi sebanyak 5 orang (0,12%).
Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit di antaranya pelayanan spesialis
dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spesialis gigi dan mulut.
Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan panyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi,
radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi medik. Pelayanan spesialis lain
meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 111
darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah
plastik, dan kedokteran forensik.
B. RASIO TENAGA KESEHATAN
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator untuk
mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan
kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan
Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun
2011 – 2025, terget rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019
di antaranya rasio dokter umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per
100.000 penduduk, rasio perawat 180 per 100.000 penduduk, rasio bidan 120 per
100.000 penduduk, rasio perawat gigi 18 per 100.000 penduduk, rasio Apoteker 12 per
100.000 penduduk, rasio Ass Apotekes 24 per 100.000 penduduk, rasio SKM 16 per
100.000 penduduk, rasio Sanitarian 18 per 100.000 penduduk, rasio Nutrisionis/Ahli Gizi
14 per 100.000 penduduk, rasio keterapian fisik 5 per 100.000 penduduk dan rasio
Keterapian Medis 16 per 100.000 penduduk.
1. Dokter Spesialis
Jumlah tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana kesehatan tahun 2015
sebanyak 182 orang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah dokter spesialis
pada tahun 2014 sebanyak 171. Sedangkan rasio dokter spesialis pada tahun 2015
per 100.000 penduduk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 7,3 meningkat bila
dibandingkan dengan rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2014 sebesar 7.0. Rasio tersebut masih dibawah target
yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 11 dokter spesialis per 100.000 penduduk.
2. Dokter Umum
Pada tahun 2015 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan sebanyak 483 orang, lebih banyak bila dibandingkan dengan
tahun 2014 yang berjumlah 479 orang. Berdasarkan jumlah dokter umum dan jumlah
penduduk disusun rasio dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio dokter umum di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar 19,358 dokter umum per
100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk
tahun 2019 yaitu 45 dokter umum per 100.000 penduduk.
3. Dokter Gigi
Jumlah dokter gigi yang bekerja di sarana kesehatan di Provinsi Kalimantan
Tengah tahun 2015 sebanyak 118 orang. Berdasarkan jumlah dokter gigi dan jumlah
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 112
penduduk disusun rasio dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter gigi di
Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar 5 dokter gigi per 100.000
penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019
yaitu 13 dokter gigi per 100.000 penduduk.
4. Bidan
Jumlah Tenaga Bidan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak
2505 orang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bidan pada tahun 2014
sebanyak 2.478 orang. Rasio Tenaga Bidan per 100.000 penduduk tahun 2015 adalah
100.40 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan
untuk tahun 2019 yaitu 120 bidan per 100.000 penduduk.
5. Perawat
Tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak 4652
orang lebih banyak bila di bandingkan dengan jumlah perawat pada 2014 sebanyak
4608 orang, sedangkan rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk pada tahun
2015 adalah 186,45 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang
ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 180 bidan per 100.000 penduduk. Namun perlu
diperhatikan penyebaran tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah masih belum
merata, tenaga perawat banyak terkonsentrasi di daerah perkotaan saja.
6. Apoteker
Jumlah tenaga Apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015
adalah 128 orang. Berdasarkan jumlah apoteker dan jumlah penduduk disusun rasio
apoteker per 100.000 penduduk. Rasio apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada
tahun 2015 sebesar 5 apoteker per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah
target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 12 apoteker per 100.000 penduduk.
7. Sarjana Kesehatan Masyarakat
Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun
2015 berjumlah 248 kurang lebih sama dengan jumlah tenaga kesehatan mayarakat
pada tahun 2014 yang berjumlah 248 orang. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per
100.000 penduduk pada tahun 2015 sebesar 9.9 per 100.000 penduduk. Rasio
tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16 Sarjana
Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk.
8. Tenaga Sanitasi
Tenaga sanitasi terdiri dari Sarjana kesehatan lingkungan, D-III sanitasi dan
D-I sanitasi. Jumlah Tenaga Sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2015
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 113
sebanyak 191 orang, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah sanitarian yang
bekerja pada sarana kesehatan pada tahun lebih 2014 sebanyak 202 orang. Rasio
tenaga sanitarian per 100.000 penduduk tahun 2015 adalah 8,0 lebih sedikit bila
dibandingkan dengan rasio sanitarian pada tahun 2014 sebesar 8.27. Rasio tersebut
masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 18 Sanitarian per
100.000 penduduk.
9. Tenaga Gizi
Tenaga gizi terdiri dari nutrisionis dan dietisen. Jumlah Tenaga gizi di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2015 sebanyak 340 orang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah tenaga gizi pada tahun 2014 sebanyak 347 orang. Rasio tenaga gizi
per 100.000 penduduk tahun 2015 adalah 13.6 per 100.000 penduduk. Rasio
tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 14 tenaga gizi
per 100.000 penduduk.
10. Keterapian Fisik
Pada tahun 2015 jumlah tenaga keterapian fisik yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan sebanyak 50 orang. Berdasarkan jumlah tenaga keterapian fisik
dan jumlah penduduk disusun rasio tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk.
Rasio tenaga keterapian fisik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 sebesar
2 tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target
yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 5 tenaga keterapian fisik per 100.000
penduduk.
11. Keterapian Medis
Pada tahun 2015 jumlah tenaga keterapian medis yang bekerja di sarana
pelayanan kesehatan sebanyak 446 orang. Berdasarkan jumlah tenaga keterapian
medis dan jumlah penduduk disusun rasio tenaga keterapian medis per 100.000
penduduk. Rasio tenaga keterapian medis di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun
2015 sebesar 18 tenaga keterapian medis per 100.000 penduduk. Rasio tersebut
sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16 tenaga keterapian
medis per 100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah 2015 114
BAB VIII P E N U T U P
Keberadaan data dan informasi tentang situasi pembangunan kesehatan di suatu
daerah sangat penting bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan manajemen.
Penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai masukan
dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.
Di bidang kesehatan, data dan informasi diperoleh melalui penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan baik yang dikembangkan oleh pusat maupun yang dikembangkan
oleh masing-masing daerah. Salah satu luaran utama dari penyelenggaraan dari sistem
informasi kesehatan sejak tahun 1998, telah dikembangkan paket sajian data dan
informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI yaitu berupa buku profil kesehatan yang
merupakan kumpulan informasi yang sangat penting tentang gambaran kesehatan di
suatu daerah. Untuk itu buku profil ini sangat dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan,
lintas sektor maupun masyarakat.
Profil Kesehatan Provinsi diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis
besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah
dicapai oleh Provinsi Kalimantan Tengah baik secara umum maupun berdasarkan gender
sepanjang tahun 2015. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas Profil
Kesehatan Provinsi, perlu terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan informasi
secara cepat, tepat dan akurat khususnya yang bersumber dari Kabupaten/Kota dan
pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya.
Palangka Raya, September 2016