profil komoditasdaftar isi 1. deskripsi komoditas..... 31. deskripsi komoditas kata terigu dalam...
TRANSCRIPT
-
PROFIL KOMODITAS TEPUNG TERIGU
-
Daftar Isi 1. Deskripsi Komoditas ........................................................................................................................... 3
1.1 Bahan Baku Tepung Terigu .......................................................................................................... 3
1.1.1 Klasifikasi Ilmiah ................................................................................................................... 4
1.2 Jenis Komoditas/Varietas .............................................................................................................. 5
1.2.1 Jenis Berdasarkan Kandungan Dan Kualitas ......................................................................... 5
1.2.2 Jenis Tepung Terigu Di Pasar Indonesia .............................................................................. 10
1.3 Pohon Industri ............................................................................................................................. 11
1.4 Struktur Kepengusahaan Tepung Terigu .................................................................................... 13
1.5 Produk Substitusi ........................................................................................................................ 13
1.6 Proses Produksi Terigu ............................................................................................................... 13
2. Pasokan ............................................................................................................................................. 17
2.1 Sentra & volume produksi .......................................................................................................... 17
2.1.1 Sentra Produksi .................................................................................................................... 20
2.2 Rendemen ................................................................................................................................... 21
2.3 Pola produksi dan stok tepung terigu .......................................................................................... 21
2.4 Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi produksi ..................................................................... 22
2.5 Kebijakan pemerintah terkait ...................................................................................................... 24
2.6 Klasifikasi Komoditas Tepung Terigu ........................................................................................ 25
3. Permintaan ........................................................................................................................................ 26
3.1 Konsumen Terigu ........................................................................................................................ 26
3.2 Wilayah Dan Volume Konsumsi ................................................................................................ 26
3.3 Pangsa Pengeluaran Rumah Tangga ........................................................................................... 41
3.4 Pola konsumsi ............................................................................................................................. 41
3.5 Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi konsumsi .................................................................... 46
3.6 Kebijakan pemerintah terkait ...................................................................................................... 47
3.7 Standar Mutu ............................................................................................................................... 48
4. Pasar dan Distribusi Domestik .......................................................................................................... 49
4.1 Struktur pasar lokal ..................................................................................................................... 49
4.2 Jalur & Margin distribusi ............................................................................................................ 50
4.3 Infrastruktur logistik ................................................................................................................... 76
4.4 Kebijakan pemerintah terkait ...................................................................................................... 77
5. Pasar Internasional ............................................................................................................................ 78
5.1 Penawaran Internasional ............................................................................................................. 78
5.2 Permintaan Internasional............................................................................................................. 84
-
1. Deskripsi Komoditas
Kata terigu dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti
"gandum". Pengertian tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir
gandum dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mi, roti dan lain-lain. Tepung
terigu mengandung banyak zat pati yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air.
Selain itu, tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten. Gluten berperan
dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu.
Tepung terigu merupakan salah satu bahan pangan non beras yang banyak digunakan oleh
industri dan masyarakat sebagai bahan baku utama pembuatan mi, biskuit, kue kering, roti,
cake dan lain lain. Walaupun demikian konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia baru
mencapai + 15 kg/kapita untuk tahun 2002 dan telah meningkat + 17,1 kg pada tahun 2007,
namun masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara lain seperti misalnya Singapura
yang mencapai + 71 kg /kapita atau Malaysia + 40 kg /kapita.
Karakteristik tepung terigu mempunyai efek substitusi terhadap beras, dengan demikian dapat
mengurangi tekanan terhadap konsumsi beras. Terlebih saat ini komoditi tersebut semakin
mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. Kondisi ini membuat masyarakat
mengalami ketergantungan terhadap tepung terigu. Kebutuhan tepung terigu domestik
dipenuhi melalui produksi dari perusahaan-perusahaan pengolah biji gandum yang ada di
Indonesia dan juga oleh tepung terigu impor.
Berdasarkan data Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (APTINDO), permintaan
tepung terigu nasional pada tahun 2009 mencapai 3,8 juta ton. Sedangkan pada tahun 2010
yang akan datang diperkirakan permintaan tepung terigu akan mengalami kenaikan hingga 6
persen. Dengan pertumbuhan permintaan yang lumayan signifikan tersebut berpotensi direbut
oleh produk-produk terigu impor.
1.1 Bahan Baku Tepung Terigu
Gandum (Triticum spp.) adalah sekelompok tanaman serealia dari suku padi-padian yang
kaya akan karbohidrat. Gandum biasanya digunakan untuk memproduksi tepung terigu,
pakan ternak, ataupun difermentasi untuk menghasilkan alkohol.
-
1.1.1 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum
Gandum merupakan makanan pokok manusia, pakan ternak dan bahan industri yang
mempergunakan karbohidrat sebagai bahan baku [2]. Gandum dapat diklasifikasikan
berdasarkan tekstur biji gandum (kernel), warna kulit biji (bran), dan musim tanam.
Berdasarkan tekstur kernel, gandum diklasifikasikan menjadi hard, soft, dan durum.
Sementara itu berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan
white (putih). Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi winter (musim dingin) dan spring
(musim semi). Namun, secara umum gandum diklasifikasikan menjadi hard wheat, soft wheat
dan durum wheat.
T. aestivum (hard wheat)
T. aestivum adalah spesies gandum yang paling banyak ditanam di dunia dan banyak
digunakan sebagai bahan baku pembuatan roti karena mempunyai kadar protein yang tinggi.
Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, bijinya keras, dan berdaya serap
air tinggi. Setiap bulir terdiri dari dua sampai lima butir gabah.
T. compactum (soft wheat)
T. compactum merupakan spesies yang berbeda dan hanya sedikit ditanam. Setiap bulirnya
terdiri dari tiga sampai lima buah, berwarna putih sampai merah, bijinya lunak, berdaya serap
air rendah dan berkadar protein rendah. Jenis gandum ini biasanya digunakan untuk membuat
biskuit dan kadang-kadang membuat roti.
T. durum (durum wheat)
T. durum merupakan jenis gandum yang khusus. Ciri dari gandum ini ialah bagian dalam
(endosperma) yang berwarna kuning, bukan putih, seperti jenis gandum pada umumnya dan
memiliki biji yang lebih keras, serta memiliki kulit yang berwarna coklat. Gandum jenis ini
-
digunakan untuk membuat produk-produk pasta, seperti makaroni, spageti, dan produk pasta
lainnya
1.2 Jenis Komoditas/Varietas
1.2.1 Jenis Berdasarkan Kandungan Dan Kualitas
Ada berbagai macam jenis dan kualitas tepung terigu yang di produksi di Indonesia, begitu
juga yang diimpor. Keadaan ini membuat para pengguna terigu, industri makanan berbasis
terigu, leluasa memilih jenis terigu yang sesuai dengan kebutuhannya. Bagi produsen terigu
tentu akan berlomba-lomba untuk konsisten dalam mempertahankan kualitas dengan harga
terjangkau.
Secara umum spesifikasi tepung terigu berdasarkan kandungan proteinnya dapat
dikelompokan menjadi tiga yaitu :
1. Tepung berprotein tinggi (bread flour): tepung terigu yang mengandung kadar protein
tinggi lebih dari 12%, digunakan sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, dan donat.
2. Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour): tepung terigu yang
mengandung kadar protein sedang, sekitar 10%-11%, digunakan sebagai bahan
pembuat kue cake.
3. Tepung berprotein rendah (pastry flour): mengandung protein sekitar 8%-9%,
umumnya digunakan untuk membuat kue yang renyah, seperti biskuit atau kulit
gorengan ataupun keripik.
Gambar berikut memperlihatkan kandungan protein untuk masing-masing spesifikasi tepung
terigu :
-
Gambar 1-1 Spesifikasi Tepung Terigu
Sementara itu, kualitas tepung terigu dipengaruhi oleh:
1. Persentase Moisture :
Moisture adalah jumlah kadar air pada tepung terigu. Moisture ini berpengaruh besar sekali
terhadap kualitas tepung. Bila moisture rendah maka kualitas tepung terigu bagus dan
harganya mahal. Bila jumlah moisture melebihi standar maksimum maka tepung terigu akan
semakin cepat rusak, antara lain:
a. Berjamur,
b. Berbau apek,
c. Penambahan air pada adonan berkurang.
2. Persentase Protein :
Dengan mengetahui kadar protein dalam tepung terigu, produsen dapat menentukan tepung
apa yang paling cocok untuk membuat produk makanan yang akan diproduksi. Bila protein
dalam tepung terigu tinggi maka kualitas produk bagus sehingga harganya mahal. Protein
dalam tepung terigu sangat menentukan dalam :
a. Jenis produk makanan yang dibuat,
b. Jenis peralatan yang digunakan,
c. Jenis proses pembuatan yang akan dilakukan.
-
Protein sangat erat hubungannya dengan gluten, dimana gluten sendiri adalah suatu zat yang
ada pada tepung terigu yang bersifat elastis dan kenyal. Semakin tinggi kadar proteinnya
maka semakin banyak gluten yang ada pada tepung tersebut, begitu pula sebaliknya.
3. Persentase Ash :
Ash adalah kadar abu yang ada pada tepung terigu, dimana kadar abu ini sangat
mempengaruhi pada proses pengolahan tepung terigu menjadi produk turunannya. Bila ash
rendah maka kualitas tepung terigu bagus sehingga harganya mahal. Hasil akhir produk
dengan ash rendah adalah :
a. Warna daging produk akan gelap,
b. Tingkat kestabilan adonan pada kelebihan waktu aduk berkurang,
c. Tingkat kestabilan adonan pada kelebihan waktu fermentasi berkurang.
Kesemuanya ini terlepas dari jumlah maupun kualitas protein, jadi setinggi apapun
proteinnya sedangkan ash countent-nya tinggi maka beberapa hal akan terjadi terutama akan
memutuskan serat gluten. Untuk beberap jenis produk tertentu jumlah kandungan ash tidak
bermasalah, tetapi ada beberapa jenis produk tertentu sangat memperhatikan jumlah ash
countent-nya, yang menyebabkan kurang bersihnya warna pada tepung terigu.
4. Persentase Gluten:
Gluten adalah satu-satunya zat yang hanya ada pada tepung terigu sedangkan pada jenis
tepung lainnya tidak ada. Sifat dari zat ini adalah kenyal dan elastis. Gluten ini sangat penting
dan diperlukan dalam pembuatan roti agar dapat mengembang dengan baik dan mie supaya
kenyal atau beberapa produk makanan yang memerlukan gluten yang tinggi seperti
pembuatan kulit martabak telur supaya tidak mudah robek dan sebagainya.
Gluten akan terbentuk lebih sempurna bila :
a. Waktu umur tepung minimal 7 hari setelah digiling,
b. Bila diberikan energi (proses aduk).
Cara mendapatkan gluten dengan mudah :
a. Siapkan tepung seberat 500 gram,
b. Tambahkan air seberat 300 cc,
c. Aduk adonan sampai kalis,
-
d. Rendam adonan dalam air selama 30 menit,
e. Cuci adonan sampai bersih hanya tersisa gumpalan berwarna agak kekuningan.
Banyak /sedikitnya gluten yang didapat tergantung dari berapa banyak jumlah protein dalam
tepung itu sendiri. Semakin tinggi proteinnya maka semakin banyak jumlah gluten yang
didapat, begitu pula sebaliknya. Dengan adanya pemberian energi akan memperbanyak kadar
gluten yang dihasilkan tetapi sebaliknya jika tidak ada pemberian energi.
Gluten akan rusak bila :
a. Jumlah ash countent-nya terlalu tinggi,
b. Waktu aduk adonan kurang,
c. Waktu aduk adonan berlebih.
Gluten akan lunak dan lembut bila :
a. Diberikan gula,
b. Diberikan lemak,
c. Diberikan asam (proses fermentasi).
5. Persentase Water Absorption :
Water Absorption adalah kemampuan tepung terigu menyerap jumlah air secara maksimal
dalam adonan. Kemampuan daya serap air tepung berkurang bila :
a. Kadar air dalam tepung (% moisture) terlalu tinggi,
b. Tempat penyimpanan tepung lembab.
Dalam ketentuannya, semakin tinggi protein tepung terigu maka daya serap air akan semakin
besar tetapi semakin rendah kadar proteinnya maka semakin rendah daya serap airnya.
Water absorption ini berhubungan dengan jumlah tepung terigu yang dihasilkan, seperti
berikut ini:
Water absorption tinggi = kualitas tepung bagus = hasil jadi banyak
Water absorption rendah = kualitas tepung jelek = hasil jadi sedikit
Kelima persentase di atas dibutuhkan untuk menghasilkan tepung terigu yang berkualitas,
tetapi dalam pengolahan tepung terigu menjadi makanan olahan dibutuhkan suatu kondisi
-
kalis agar produk yang dihasilkan bagus. Untuk mencapai tepung terigu yang kalis, tepung
terigu mengalami develoving time. Developing time adalah tingkat kecepatan tepung terigu
dalam pencapaian develop (kalis). Bila dalam pengadukan terjadi kurang aduk disebut under
mixing sebaliknya bila terlalu lama setelah pencapaian develop/ kalis disebut over mixing.
Hubungan antara kualitas tepung terigu dan developing time sebagai berikut:
Kualitas tepung bagus = developing time lama = stability lama
Kualitas tepung jelek = developing time cepat = stability cepat
Akibat yang ditimbulkan bila adonan tepung terigu mengalami under mixing (kurang waktu
aduk) antara lain :
a. Volume tidak maksimal,
b. Serat / remah roti kasar,
c. Teksture roti terlalu kenyal,
d. Aroma roti asam,
e. Warna daging dan kulit roti kusam (tidak cerah),
f. Hasil jadi roti cepat keras,
g. Rasa roti tidak enak,
h. Permukaan kulit roti pecah dan tebal,
i. Adonan sulit mengembang.
Akibat yang ditimbulkan bila adonan tepung terigu over mixing (kelebihan waktu aduk)
antara lain:
a. Volume roti melebar/ cenderung flat (datar),
b. Serat/ remah roti kasar,
c. Warna kulit roti pucat,
d. Permukaan kulit roti banyak gelembung,
e. Permukaan roti mengecil,
f. Tidak ada oven spring pada saat dibakar,
g. Roti kurang mengembang,
h. Daging roti tidak kenyal.
Untuk melihat kemampuan tepung dalam proses pengadukan dilihat dari kecepatan adonan
mencapai develop (kalis) dan juga dapat dilihat dari stabilitas adonan setelah pencapaian
-
kalis. Stabilitas adonan adalah kemampuan tepung terigu untuk menahan stabilitas adonan
tetap sempurna meskipun telah melewati waktu develop (kalis).
Stabilitas tepung terhadap adonan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :
a. Jumlah protein,
b. Kualitas protein,
c. Zat aditif yang ditambahkan.
1.2.2 Jenis Tepung Terigu Di Pasar Indonesia
Kebutuhan terigu dalam negeri dipenuhi oleh terigu produksi domestik dan terigu impor.
Terigu domestik diproduksi oleh 4 produsen utama yaitu: Bogasari, Berdikari, Sriboga dan
Panganmas. Sementara terigu impor berasal dari Turki, India dan Srilanka.
Produsen terigu umumnya menjual terigu dalam kemasan 25 kg, 2 kg dan 1 kg. Terigu
kemasan 25 kg biasanya dikonsumsi oleh industri pengolahan berbahan baku terigu,
sementara kemasan 1 kg dan 2 kg dikonsumsi oleh rumah tangga. Selain itu beberapa
produsen juga menyediakan terigu khusus dan terigu dengan spesifikasi sesuai pesanan.
Setiap produsen terigu dapat memiliki lebih dari 1 merek terigu. Perbedaan merek berkaitan
dengan kualitas terigu tersebut, khususnya kandungan protein. Semakin tinggi kandungan
protein, semakin mahal harga terigu.
Merek-merek terigu yang beredar di Indonesia ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1-1 Merek-Merek Tepung Terigu yang Beredar di Indonesia
Bogasari Sriboga Berdikari Pangan Mas Terigu Impor
Cakra Kembar
Mas Seri Naga Gerbang Kantil Kapal
Cakra Kembar Seri Beruang Gunung Melati Layer
Kastil Seri Pita Pirana Soka Dolphin
Segitiga Biru Seri Tali Serdadu Merah Raflesia Australia Map
Kunci Biru Produk Khusus Kawan Baru
Panda
Lencana Merah Produk Customized Kompas
Pokeman
Taj Mahal
Gatot Kaca
Frog
Teko Mas
Blue Diamond
-
1.3 Pohon Industri
Pohon industri dari tepung terigu bermula dari industri tepung terigu nasional yang berjumlah
8 perusahaan. Hasil produksinya disalurkan secara langsung maupun tidak langsung (melalui
distributor, depot, grosir dan ritel) ke industri berbahan baku terigu dan keperluan rumah
tangga. Mayoritas (sekitar 68 persen atau 30.000 usaha) pengguna tepung terigu adalah
industri kecil-tradisional, menengah (UKM) dan sisanya (sekitar 32 persen atau 200
perusahaan) industri besar-modern.
Produk akhir hasil produksi industri besar-modern yaitu mie instan, mie kering, snack,
biskuit, cake dan bakery. Sedangkan produk akhir dari industri kecil-tradisional yaitu mie
kering, mie basah, kue kering, snack, biskuit, jajanan pasar, martabak, cakwe, kerupuk,
gorengan, dan lain-lain.
Gambar berikut memperlihatkan pohon industri berikut pengguna tepung terigu nasional.
Gambar 1-2 Pohon Industri Pengguna Terigu
Melihat pohon industri tersebut, pengguna utama tepung terigu adalah industri mie (basah
dan kering), industri roti dan biskuit. Penggunaan tepung terigu tersebut terutama bergantung
pada kandungan protein dan daya serap air masing-masing jenis tepung terigu. Produsen-
-
produsen tepung terigu umumnya memberikan merek tertentu untuk masing-masing segmen
pengguna, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel 1-2 Penggunaan Tepung Terigu berdasarkan Kandungan Protein
-
1.4 Struktur Kepengusahaan Tepung Terigu
1.5 Produk Substitusi
Saat ini, tepung terigu sudah merupakan komoditas substitusi tidak langsung dari beras.
Pertama, lonjakan harga beras dapat mengakibatkan konsumen akan mengurangi konsumsi
beras dan meningkatkan konsumsi mie instan. Kedua, pola hidup masyarakat semakin
menguat ke arah pengurangan konsumsi beras menjadi mengkonsumsi roti. Mie dan roti
merupakan bahan pangan berbahan baku tepung terigu.
Di sisi lain, tepung terigu sendiri juga memiliki produk substitusi, yaitu tepung jagung dan
tepung ubi. Lonjakan harga tepung terigu, seperti yang terjadi di tahun 2007, akan
meningkatkan penggunaan tepung jagung dan tepung ubi sebagai pengganti tepung terigu.
(lengkapi dengan data)
1.6 Proses Produksi Terigu
Proses produksi pada produk tepung terigu merupakan proses produksi yang terus menerus
(continuos process), karena aliran bahan dari bahan baku (gandum) sampai menjadi produk
jadi (tepung terigu) mengalir terus menerus. Proses tersebut dimulai dari penyedotan gandum
-
di kapal pembawa gandum yang bersandar di dermaga (jetty) lalu gandum dialirkan dengan
alat material handling yang berupa : chain conveyor, belt conveyor, screw conveyor dan
bucket elevator ke tempat penampungan gandum sementara (wheat silo). Kemudian dari
wheat silo, setelah gandum dibersihkan dengan menggunakan mesin-mesin pembersih, lalu
gandum dialirkan dengan menggunakan alat material handling yang sama ditambah dengan
alat screw conveyor ke tempat penggilingan (milling). Gandum yang digiling menjadi tepung
terigu kemudian tepung terigu dialirkan dengan menggunakan pipa-pipa, dimana pemindahan
tepung terigu dengan pipa-pipa ini menggunakan prinsip-prinsip gaya gravitasi dan dengan
tiupan udara yang bertekanan tinggi hingga akhirnya tepung terigu dikumpulkan di tempat
penampungan tepung terigu (bin tepung). Selanjutnya dari bin tepung, tepung terigu tersebut
di kemas.
Tahapan proses pembuatan tepung terigu terdiri dari tahap Cleaning (pembersihan),
Tempering (mengkondisikan biji gandum agar siap digiling), Milling (penggilingan), dan
Packing, yang diuraikan sebagai berikut:
1. Cleaning (Pembersihan)
Cleaning merupakan proses pembersihan serta pengkondisian bahan baku agar memiliki sifat
dan persyaratan sesuai dengan yang dikehendaki. Di dalam proses cleaning bahan baku
berupa biji gandum dibersihkan dan dipisahkan dari material-material yang tidak diinginkan
yang dapat merusak mesin produksi serta kualitas tepung terigu yang dihasilkan. Pada tahap
ini, gandum akan melewati beberapa macam mesin seperti classifier (saat transfer dari silo
tempat penyimpan biji gandum), magnetic separator, combi cleaner, trieur, disc carter dan
scourer.
Classifier memisahkan impurities atau kotoran dengan range ukuran tertentu. Magnetic
separator menjamin biji gandum terhindar dari berbagai macam partikel besi dan logam yang
mungkin terbawa pada saat penerimaan dan penyimpanan. Combi Cleaner memisahkan
impurities berdasarkan berat jenis serta batu, pasir dan lempengan logam. Kalau Trieur
memisahkan benda asing yang berukuran lebih kecil dari butiran biji gandum, maka Disc
Carter berfungsi memisahkan benda asing yang berukuran lebih besar dari biji gandum.
Sedangkan Scourer bertindak sebagai sikat untuk merontokkan bulu-bulu halus, debu dan
partikel ringan yang menempel pada biji gandum.
-
2. Tempering (Pengkondisian Biji Gandum Agar Siap Digiling)
Selanjutnya bahan baku yang telah bersih masuk ke dalam proses Tempering. Pada tahap ini
gandum akan disemprot dengan air agar bahan baku gandum tersebut bisa mencapai kadar air
tertentu, kemudian didiamkan dalam jangka waktu tertentu pula (pemeraman). Lama
tempering tergantung pada jenis biji gandum yang digunakan. Biasanya berkisar antara 18
jam untuk biji gandum soft (kadar protein rendah) dan 24-36 jam untuk biji gandum hard
(kadar protein tinggi).
3. Milling
Tahap berikutnya adalah proses milling yaitu proses
penggilingan mekanik yang menjadikan gandum
menjadi tepung, bran dan polard. Pada tahap ini,
gandum akan melewati beberapa proses yang berulang-
ulang seperti proses pemecahan, penggilingan (rolling),
pengayakan (shifting) dan pemurnian (purifying).
Proses pengayaan untuk memisahkan komponen-
komponen utama dari gandum dan endosperm menjadi
bagian-bagian yang terpisah dan kemudian menggiling
endosperm menjadi tepung terigu.
Untuk menghindari dan membersihkan telur-telur kutu
yang mungkin ada pada biji gandum, ditempatkan peralatan
yang disebut entoleter atau detacher. Peralatan tersebut
menghancurkan berbagai macam jenis serangga, kutu, larva dan telur kutu.
Di proses ini juga bisa dilakukan fortifikasi (penambahan mineral dan vitamin) dan
penambahan flour additives sesuai produsen terigu masing-masing.
4. Packing
Tepung terigu yang telah siap dan oke kualitasnya kemudian dikemas dan disimpan di
gudang. Tepung terigu bisa juga dikirim secara curah (bulk loading) langsung ke industri
makanan berbasis terigu.
http://bakingnfood.files.wordpress.com/2009/12/flour-milling-machine.jpghttp://bakingnfood.files.wordpress.com/2009/12/siftering-system.jpg
-
Flowchart tahapan pembuatan tepung terigu disajikan pada gambar berikut:
Gambar 1-3 Tahapan Pembuatan Tepung Terigu
-
2. Pasokan
2.1 Sentra & volume produksi
Produksi tepung terigu selama periode 2004 – 2009 meningkat rata-rata sekitar 4% per tahun
yaitu dari 3,2 juta pada 2005 menjadi 3,9 ton pada 2009. Pada 2008, produksinya sempat
anjlok sekitar 8,7% menjadi 3,3 juta ton. Pada 2009, produksi tepung terigu meningkat
sekitar 17,9%. Kinerja produsen tepung terigu nasional lebih banyak dipengaruhi trend
penjualan yang selama lima tahun terakhir hanya tumbuh 3,4% per tahun. Di sisi lain, tepung
terigu impor cenderung meningkat sehingga persaingan bisnis tepung terigu di pasar
domestik semakin ketat.
Tabel 2-1 Produksi Tepung Terigu di Indonesia, 2004 - 2009
Tahun Produksi (ton) Pertumbuhan
(%) 2004 3.168.162 -
2005 3.263.206 3,5
2006 3.481.840 6,7
2007 3.645.486 4,7
2008 3.328.329 -8,7
2009 3.923.819 17,9
Pertumbuhan rata-rata 4,0
Sumber : APTINDO (2010)
Tepung terigu pasokan domestik berasal dari gandum yang diimpor oleh pabrik penggilingan
gandum, dengan rincian yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2-2 Produksi Tepung Terigu dalam Negeri
No Importir 2007
Oct- Dec
2008 2009 2010
Jan-Jun
1 PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR 654,787 2,946,80
4
2,854,048 1,390,159
2 PT EASTERN PEARL FLOUR MILLS 188,080 688,146 537,325 308,161
3 PT FUGUI FLOUR & GRAIN 47,721 374,485 365,934 218,821
4 PT SRIBOGA RATURAYA 47,599 196,248 319,253 224,444
5 PT PANGANMAS INTI PERSADA 35,289 20,572 3,888 0
6 PT BERKAT INDAH GEMILANG 3,568 22,145 30,396 19,391
7 PT PURNOMO SEJATI 3,405 8,262 20,990 13,749
8 PT JAKARANA TAMA 929 3,055 17,486 8,335
9 PT VIDER (PT ASIA RAYA) 2,068 2 4,548 4,702
15 PT PAKINDO JAYA PERKASA 123 2,537 39,882 14,561
16 PT. PUNDI KENCANA 0 0 33,414 0
17 PT LUMBUNG NASIONAL FLOUR
MILLS
0 0 0 11,955
-
18 PT NEW HOPE INDONESIA 0 0 0 483
19 PT PRAKARSA ALAM SEGAR 0 0 0 4,091
20 OTHERS 212 2893 421,967 31,630
Total 983,781 4,265,14
9
4,649,129 2,250,681
Sumber : APTINDO (2010)
Sedangkan jika dilihat dari negara asal impor gandum, maka rinciannya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2-3 Gandum Impor Berdasarkan Negara Asal Impor Periode 2009 – 2010 (in MT)
No Negara Asal 2009 Jan - Jun 2010
1 AUSTRALIA 2,650,732 1,500,192
2 CANADA 885,306 386,039
3 UNITED STATES 602,059 252,472
4 RUSSIA FEDERATION 283,385 71,408
5 UKRAINE 178,679 12,243
6 BRAZIL 25,000 0
7 BULGARIA 22,900 0
8 SINGAPORE 1,003 0
9 TAIWAN 63 0
10 LITHUANIA 0 28,327
Total 4,649,129 2,250,680
Sumber : APTINDO (2010)
Sedangkan pasokan terigu, diimpor dari beberapa negara, rinciannya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 2-4 Terigu Impor Periode 2007 – 2010 (in MT)
No Negara Asal 2007 2008 2009 Jan-Jun2010
1 AUSTRALIA 136,692 146,145 42,245 32,740
2 SRILANKA 103,051 61,067 132,336 70,353
3 TURKEY 167,493 227,472 382,145 179,343
4 BELGIUM 38,363 70,704 76,371 32,058
5 CHINA 56,415 13,718 1,164 84
6 JAPAN 6,286 5,286 5,566 2,713
7 SINGAPORE 7,004 4,792 1,750 1,507
8 TAIWAN 0 99 0 0
9 VIETNAM 308 0 1,980 1,783
10 FRANCE 0 45 0 0
11 BULGARIA 0 606 0 0
12 UKRAINE 0 979 851 15,578
13 SPAIN 0 0 600 2,448
14 OTHERS 1948 0 0 383
Total 530,914 645,009 338,992
Sumber : APTINDO (2010)
-
Berdasarkan data jumlah perusahaan dari Departemen Perindustrian dan Asosiasi Produsen
Tepung Terigu Indonesia (APTINDO) dapat diketahui sebaran sentra produksi tepung terigu,
yang diperlihatkan pada Gambar 7. Sebaran sentra produksi tepung terigu mayoritas terdapat
di Pulau Jawa, yaitu di Jakarta, Cilegon, Semarang, Cilacap, dan Surabaya. Sedangkan yang
berada di luar Pulau Jawa adalah di Makassar, sementara di daerah lainnya belum ada yang
beroperasi.
Gambar 2-1 Sebaran Produsen Tepung Terigu
Secara total produsen tepung terigu di Indonesia saat ini berjumlah 14 perusahaan, dengan
rincian tertera pada tabel berikut.
Tabel 2-5 Market Share Perusahaan Penggilingan Tepung Terigu di Indonesia Tahun 2010
No Company Location Capacity
(MT/year)
Market
share (%) 1 PT Indofood Sukses Makmur Tbk,
Bogasari FM
Jakarta &
Surabaya
4,905,000 62.14%
2 PT Eastern Pearl Flour Mills Makassar 750,000 9.50%
3 PT Sriboga Ratu Raya Semarang 450,000 5.70%
4 PT Fugui Flour & Grain Indonesia Gresik 324,000 4.10%
5 PT Pangan Mas Inti Persada Cilacap 300,000 3.80%
6 PT Purnomo Sejati Sidoarjo 120,000 1.52%
7 PT Asia Raya Sidoarjo 72,000 0.91%
8 PT Berkat Indah Gemilang Tangerang 43,000 0.54%
9 PT Jakaranatama Medan 43,000 0.54%
10 PT Pakindo Jaya Perkasa Sidoarjo 43,000 0.54%
11 PT Pundi Kencana Cilegon 324,000 4.10%
12 PT Lumbung Nasional Cibitung 300,000 3.80%
13 PT Cerestar Flour Mills Cilegon 150,000 1.90%
-
14 PT Halim Sejahtera Medan 70,000 0.89%
Total 7,894,000 100.00%
Sumber : APTINDO (Maret 2010)
2.1.1 Sentra Produksi
Sebaran sentra produksi tepung terigu mayoritas terdapat di Pulau Jawa, yaitu diDKI Jakarta
(1,68 juta ton), Jawa Barat (238,7 ribu ton), Jawa Tengah (267 ribu ton), Jawa Timur (1,08
juta ton), Banten (130,1 ribu ton). Diluar pulau jawa antara lain Sumatera Utara (121,4 ribu
ton), Sulawesi Selatan (387,1 ribu ton).
Gambar 2.1.1 Daerah Sentra Produksi Tepung Terigu
Tabel 2.1.1 Data Produksi Tepung Terigu
0200000400000600000800000
10000001200000140000016000001800000
Pro
du
ksi (
Ton
)
Provinsi
Data Produksi Tepung Terigu 2010
-
2.2 Rendemen
Bahan baku utama industri tepung terigu adalah biji gandum. Biji gandum yang dibutuhkan
sangat bergantung pada impor dari Amerika Serikat, Australia dan negara-negara kawasan
Eropa. Melalui proses pengolahan biji gandum tersebut menghasilkan tepung terigu.
Konversi dari biji gandum ke tepung terigu untuk setiap pabrik berbeda-beda tergantung pada
kualitas biji gandum dan tingkat efisiensi mesin pengolahnya. Menurut Departemen
Perindustrian, rata-rata rendemen biji gandum adalah 74 persen atau dari 100 kg biji gandum
rata-rata akan menghasilkan tepung terigu sebanyak 74 kg.
2.3 Pola produksi dan stok tepung terigu
Pola produksi yang dilakukan oleh pabrik penggilingan tepung terigu di Indonesia adalah
harian yang dinyatakan sebagai kapasitas giling dengan satuan mt/hari. Contohnya, Bogasari
memiliki dua buah pabrik tepung terigu yaitu di Jakarta dan Surabaya yang masing-masing
dibangun di areal seluas 29 Ha dan 13 Ha. Pabrik ini memiliki fasilitas penggilingan
(Milling), penyimpanan (Storage), dan dermaga/terminal (Jetty) yang modern dan terpadu.
Pabrik penggilingan tepung terigu Bogasari Jakarta dan Surabaya memiliki kapasitas giling
10.000 Mt/hari dan 5.900 Mt/hari. Sedangkan kapasitas pelletizing adalah 110 Mt/jam untuk
Jakarta dan 38 Mt /jam untuk Surabaya.
Untuk menjamin persediaan gandum yang memadai, Bogasari Jakarta memiliki 140 buah
Silo Gandum dengan total kapasitas ± 400.000 Mt, Silo Pellet dengan kapasitas 69.000 Mt,
dan gudang untuk penyimpanan persediaan barang jadi sebesar 65.000 Mt. Sedangkan
Bogasari Surabaya memiliki 84 buah silo gandum dengan total kapasitas ± 214.000 mt, Silo
pellet sejumlah 60.000 mt, dan gudang untuk penyimpanan persediaan barang jadi sebesar
35.000 mt.
Perusahaan tepung terigu lain adalah PT. Eastern Pearl Flour Mills. Perusahaan ini telah
berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang industri terigu dan saat ini telah mengoperasikan
2 pabrik penggilingan gandum yakni Sea Side Plant dan City Side Plant.
Sea Side Plant beroperasi sejak tahun 1972 dengan kapasitas awal 900 M ton per hari (2 lini).
Sekarang kapasitas ini telah menjadi 1.300 M ton perhari (4 lini) dengan menerapkan mesin-
mesin berteknologi canggih. City Side Mill dibangun pada tahun 1999 dan dilengkapi dengan
mesin-mesin berteknologi modern dengan kapasitas 1.500 M ton per hari. Secara lengkap
kedua pabrik penggilingan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini
-
Tabel 2-6 Sea Side Mill and City Side Mill Tepung Terigu PT. Eastern Pearl Flour Mills
Selain kedua pabrik di atas, PT. Sriboga Raturaya memiliki pabrik tepung terigu yang
dibangun diatas dua lahan yang berhadapan seluas kurang lebih 26.000 m2 dan 15.670 m
2 di
kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Bangunan pertama pabrik terdiri dari 12 lantai
dengan luas sekitar 18.945 m2, dilengkapi dengan menara intake setinggi 52 m di atas
permukaan laut dan memiliki fasilitas dermaga dengan panjang 180 m dan kedalaman laut 10
m. Dermaga tersebut dilengkapi dengan peralatan unloading biji gandum berkapasitas 300
ton/ jam, serta peralatan loading berkapasitas 150 ton/ jam. Bangunan kedua pabrik terdiri
dari gedung Mixing Plant yang terdiri dari 8 lantai, gedung Packing yang terdiri dari 7 lantai,
gudang penyimpanan tepung terigu berkapasitas maksimal 17.000 zak karung dan gedung
kantor dimana terletak juga Bakery/ Noodle Clinic di lantai 3. Total luas bangunan yang ada
yakni sekitar 9.405m2.
2.4 Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi produksi
Faktor-faktor kritis utama yang mempengaruhi produksi tepung terigu adalah ketersediaan
gandum, dimana gandum dalam negeri berasal dari impor. Ketersediaan gandum di luar
negeri, di negara produsen gandum, dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
Pertama, perubahan iklim di negara produsen. Perubahan iklim mempengaruhi tingkat
produktivitas panen gandum. Tingginya curah hujan di areal pertanian Amerika Serikat,
misalnya, mengakibatkan panen gandum tertunda dan sejumlah areal rusak parah (Amerika
Serikat merupakan produsen 10% total gandum dunia).
Area Pabrik 22.085 M² Area Pabrik 12.834 M²
Pneumatic ship unloader 500 Mt/jam Silo Tepung Terigu 9.400 Mt
Silo Gandum 117.940 Mt Flour packer 25kg 4.800 Bags/Jam
Silo Tepung Terigu 4.500 Mt Industrial packer 25 kg 2x400 Bags/Jam
Industrial flour packer 25kg 175 Bags/Jam Bran/polar 50kg 200 Bags/Jam
Flour packer 25kg 2.400 Bags/Jam Kapasitas Rumah Tangga 4.000 Mt
Bran/polar 50kg 135 Bags/Jam
Kapasitas Pellet 4x10 Mt/Jam
silo Pelet 18.000 Mt
Kapasitas Rumah Tangga 4.500 Mt
Sumber: http://www.epflour.com
Sea Side Mill City Side Mill
-
Musim kemarau yang melanda 10 juta hektare lahan gandum Ukraina pada tahun 2005, juga
telah membuat 650 ribu hektare lahan di negara eksportir gandum terbesar keenam di dunia
itu rusak, dan produksi gandum di sana juga menurun. Hal yang sama terjadi di Australia
yang mengalami penurunan produksi gandum sebesar 60% pada tahun 2006.
Kedua, kenaikan harga minyak dunia sejak 2007 memicu negara-negara mencari sumber
energi alternatif biofuel, termasuk negara produsen gandum. Biji gandum dapat diolah
menjadi etanol. Etanol merupakan salah satu unsur bahan baku biofuel. Negara-negara
produsen biofuel ikut berburu biji gandum untuk diolah sebagai etanol. Akibatnya, selain
mengurangi produksi gandum untuk terigu, petani produsen gandum juga mengalami
kesulitan mendapatkan biji gandum pada musim tanam.
Ketiga, kenaikan biaya pengiriman ke dalam negeri akan mempengaruhi jumlah gandum
yang dapat diimpor. Misalnya biaya pengiriman dari Australia biasanya sebesar US$ 17-US$
18 dolar, tahun 2006 menjadi US$ 35. Produsen terigu tidak dapat serta merta menaikkan
harga penjualannya di dalam negeri, karena konsumen terigu sangat sensitif terhadap harga.
Sebagian besar konsumen ini adalah UMKM yang akan berhenti membeli terigu jika harga
melonjak terlalu tajam. Akibatnya importir gandum akan mengurangi volume impornya atau
menaikkan harga secara bertahap.
Keempat, kecenderungan melonjaknya nilai investasi (spekulasi) komoditas pangan di pasar
komoditas global, dibandingkan dengan pasar keuangan global yang sedang diliputi
ketidakpastian. Walaupun masih harus dicermati dalam rentang waktu yang agak panjang,
namun beberapa kejadian akhir-akhir ini merupakan bukti-bukti awal dari pergeseran fokus
perdagangan komoditas global. Faktor lesunya pasar keuangan global atau bursa saham di
pasar-pasar besar dunia, serta melemahnya nilai tukar dollar AS terhadap mata uang lain di
dunia, juga ikut mempengaruhi keputusan para investor yang mulai meminati pasar komoditi
global. Dalam istilah pasar keuangan global, fenomena saat ini juga dikenal sebagai low
inventory stocks, yang sekaligus menunjukkan terjadinya tingkat volatilitas pasar yang sangat
tinggi. Akibatnya, tingkat harga pangan di pasar global menjadi ”tersandera” oleh keputusan
segelintir investor (spekulan) skala besar, yang sebenarnya tidak mencerminkan prinsip-
prinsip klasik perdagangan, yang berdasar pada perbedaan keuntungan komparatif dalam
memproduksi komoditas pangan. Tidak berlebihan untuk dikatakan bahwa akan sangat
berisiko tinggi apabila perdagangan pangan, hanya digantungkan pada pasar keuangan dan
-
pasar komoditas global, yang pasti menimbulkan dampak ketidakmerataan dan ketimpangan
yang mengkhawatirkan.
2.5 Kebijakan pemerintah terkait
Berdasarkan peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 407/MPP/KEP/11/1997,
pengadaan dan penyaluran tepung terigu di dalam negeri dilaksanakan oleh BULOG baik
hasil produksi di dalam negeri dan luar negeri.
-
2.6 Klasifikasi Komoditas Tepung Terigu
-
3. Permintaan
3.1 Konsumen Terigu
Pengguna tepung terigu terbesar di Indonesia adalah sektor usaha kecil dan menengah
(UKM) sebanyak 30.263 unit dengan volume konsumsi sekitar 59,6 %, diikuti industri rumah
tangga (10.000 unit) dengan volume 4 %, industri besar pengguna tepung terigu (200 unit)
dengan volume 31,8%, dan rumah tangga dengan volume 4,6%.
Gambar 3-1 Pangsa Konsumsi Tepung Terigu berdasarkan End Product dan By User
3.2 Wilayah Dan Volume Konsumsi
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2009), wilayah konsumsi (permintaan) tepung terigu di
Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut :
1). Provinsi Sumatera Utara
Distributor tepung terigu di Sumatera Utara dipasok langsung dari produsen yang
berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Utara. Secara khusus pedagang di Kota Medan
mendapat pasokan dari Kota Administrasi Jakarta Utara, Singapura, dan Kota Medan.
Selanjutnya pedagang di wilayah ini memasarkan kembali ke Kabupaten Deli Serdang dan
Kota Medan. Untuk pedagang di Kabupaten Deli Serdang mendapat pasokan dari wilayah
Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Lamongan, dan Kediri. Selanjutnya para pedagang
memasarkan kembali hanya ke Kabupaten Deli Serdang. Kemudian untuk pedagang di
Kabupaten Langkat mendapat pasokan dari Kota Medan, Kota Binjai, dan Kabupaten
-
Langkat. Selanjutnya pedagang di wilayah ini memasarkan kembali hanya di Kabupaten
Langkat.
Sedangkan untuk pedagang di kabupaten Serdang Bedagai mendapat pasokan dari wilayah
Kota Medan, Kabupaten Serdang Bedagai, dan Tebing Tinggi. Selanjutnya pedagang di
wilayah ini menjual kembali hanya di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai. Pedagang tepung
terigu di Kota Binjai sebagian mendapat pasokan dari wilayah Kota Medan dan sebagian lagi
mendapat pasokan dari Kota Binjai. Selanjutnya pedagang tersebut menjual kembali hanya di
wilayah Kota Binjai. Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Sumatera
Utara dapat disajikan pada gambar berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-2 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Utara
2). Provinsi Sumatera Selatan
Pedagang yang merupakan distributor tepung terigu di Kota Palembang dipasok langsung
dari produsen yang berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Utara. Sedangkan pedagang
lainnya dipasok dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat dan Kota Palembang.
Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali ke wilayah Kabupaten Ogan Komering
Ulu, Ogan Komering Ilir, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyu Asin, dan Kota Palembang.
Pedagang tepung terigu di Kabupaten Ogan Komering Ilir dipasok dari wilayah Kota
Pelembang dan sebagian pedagang aeceran dipasok dari wilayah Kabupaten Ogan Komering
Ilir. Selanjutnya para pedagang menjual kembali komoditi tersebut hanya di wilayah
Kabupaten Ogan Komering Ilir.
-
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Muara Enim dipasok dari wilayah Kabupaten
Prabumulih dan sebagian dipasok dari wilayah sendiri. Selanjutnya para pedagang menjual
kembali komoditi tersebut hanya di wilayah Kabupaten Muara Enim.
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Banyuasin dipasok dari wilayah Kota
Palembang dan sebagian dipasok dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara. Selanjutnya
para pedagang menjual kembali komoditi tersebut hanya di wilayah Kabupaten Banyuasin.
Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Sumatera Selatan disajikan pada
gambar berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-3 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Selatan
3). Provinsi Lampung
Distributor tepung terigu di Bandar Lampung mendapat pasokan dari produsen di Kota
Administrasi Jakarta Utara dan beberapa pedagang yang lain mendapat pasokan dari Kota
Palembang. Selanjutnya para pedagang di wilayah tersebut memasarkan kembali di kota
tersebut dan ke Kabupaten Tanggamus, Lampung Selatan, dan Kota Bandar Lampung.
Kemudian pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Tanggamus sebagian mendapat
pasokan dari Kota Bandar Lampung dan sebagin mendapat pasokan dari wilayah Kabupaten
Tanggamus. Selanjutnya para pedagang di wilayah tersebut memasarkan kembali hanya di
wilayah Kabupaten Taggamus.
Sedangkan pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Lampung Selatan sebagian
mendapat pasokan dari Kota Bandar Lampung dan sebagin lagi mendapat pasokan dari
-
wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Selanjutnya para pedagang di wilayah tersebut
memasarkan kembali hanya di wilayah Kabupaten Selatan. Dengan demikian distribusi
perdagangan tepung terigu di Lampung disajikan pada gambar berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-4 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Lampung
4). Provinsi DKI Jakarta
Pedagang tepung terigu yang merupakan distributor dipasok langsung dari produsen yang
berkedudukan di Kota Administrasi Jakarta Utara. Kemudian untuk pedagang yang lain
dipasok dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta
Barat, Kabupaten Bogor, Bekasi, Tangerang, Kota Bekasi, Depok, dan Tangerang.
Selanjutnya para pedagang di wilayah ini menjual kembali ke wilayah Kota Administrasi
Jakarta Selatan dan Kota Depok.
Kemudian pedagang tepung terigu di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur mendapat
pasokan dari wilayah itu sendiri dan dari Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Pusat,
Jakarta Barat, Kabupaten Bogor, Bekasi, dan Kota Depok. Selanjutnya para pedagang di
wilayah ini menjual kembali utamanya di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.
Untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat mendapat pasokan
dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat,
Jakarta Utara, dan Kabupaten Bogor. Selanjutnya para pedagang di wilayah ini menjual
kembali di wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat.
Untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat mendapat pasokan
dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat,
-
Jakarta Utara, dan Kota Tangerang. Selanjutnya para pedagang di wilayah ini menjual
kembali di wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Kota
Tangerang. Dan untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara
mendapat pasokan dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta
Barat, Jakarta Utara, Kabupaten Bogor, Bekasi, Tangerang, dan Kota Bogor. Selanjutnya
para pedagang di wilayah ini menjual kembali di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara.
Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di DKI Jakarta disajikan pada gambar
berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-5 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi DKI Jakarta
5). Provinsi Jawa Barat
Pedagang tepung terigu di wilayah Kota Bandung mendapat pasokan dari wilayah Kota
Administrasi Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Kabupaten Lampung Barat, Subang, Semarang,
Pemalang, Kota Bandung dan Cimahi. Selanjutnya pedagang tersebut menjual kembali ke
wilayah Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Cimahi.
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Bandung mendapat pasokan dari wilayah
Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kota Administrasi
Jakarta Pusat. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke
wilayah Kabupaten Bandung.
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Bandung Barat mendapat pasokan dari
wilayah Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Kota Bandung, dan Cimahi. Selanjutnya
pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Bandung
Barat. Karena wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Bandung dan hingga
-
laporang ini disusun belum tersedia petanya, maka dalam penyajiannya masih tergabung
dengan wilayah Kabupaten Bandung.
Untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Cimahi, mendapat pasokan dari wilayah Kota
Bandung dan Kota Cimahi. Selanjutnya pedagang di wilayah tersebut selain menjual di Kota
Cimahi juga menjual ke wilayah Kabupaten Bandung. Dengan demikian distribusi
perdagangan tepung terigu di Jawa Barat disajikan pada Gambar 12 berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-6 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Jawa Barat
6). Provinsi Jawa Tengah
Pedagang tepung terigu di wilayah ini mendapat pasokan dari wilayah sendiri maupun dari
wilayah lain. Pasokan dari wilayah lain meliputi dari Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jakarta
Utara, dan Kabupaten Surakarta. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali ke
wilayah Kabupaten Cilacap, Purbalingga, Semarang, Kendal, Demak, Surakarta, dan Kota
Semarang. Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Demak mendapat
pasokan dari wilayah Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Semarang. Selanjutnya
pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Demak
dan Bangli di Provinsi Bali.
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Semarang mendapat pasokan dari wilayah
Kota Semarang, Kabupaten Salatiga, dan Semarang. Selanjutnya pedagang di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Banjarmasin
di Provinsi Kalimantan Selatan.
-
Pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Kendal mendapat pasokan dari wilayah Kota
Semarang dan Kabupaten Kendal. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali
komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Kendal. Dengan demikian distribusi perdagangan
tepung terigu di Jawa Tengah disajikan pada gambar berikut.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-7 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Jawa Tengah
7). Provinsi Jawa Timur
Pedagang tepung terigu di wilayah ini mendapat pasokan dari wilayah sendiri maupun dari
wilayah lain. Pasokan dari wilayah lain meliputi dari Kota Semarang, Kabupaten Sidoarjo,
dan Kota Surabaya. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali ke wilayah
Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Sidoarjo, Gresik, dan Kota
Surabaya.
Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Sidoarjo mendapat pasokan
dari wilayah Kota Surabaya, Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, dan Mojokerto. Selanjutnya
pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Sidoarjo.
Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Gresik mendapat pasokan
dari wilayah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Selanjutnya pedagang di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Gresik. Dengan demikian
distribusi perdagangan tepung terigu di Jawa Timur disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-8 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Jawa Timur
8). Provinsi Bali
Pedagang tepung terigu di wilayah Kota Denpasar mendapat pasokan dari wilayah Kota
Surabaya dan sebagian dipasok dari wilayah sendiri. Selanjutnya pedagang di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Tabanan, Badung, Gianyar, dan
Kota Denpasar.
Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Tabanan mendapat pasokan
dari wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Selanjutnya pedagang di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Tabanan.
Sedangkan untuk para pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Badung mendapat
pasokan dari wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Selanjutnya pedagang di
wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Badung. Sedangkan
untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Gianyar mendapat pasokan dari wilayah
Kota Denpasar dan Kabupaten Jember. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali
komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Gianyar. Dengan demikian distribusi perdagangan
tepung terigu di Bali disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-9 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Bali
9). Provinsi Nusa Tenggara Barat
Distributor tepung terigu di Kota Mataram mendapat pasokan dari produsen di Kota
Surabaya. Untuk pedagang di bawah distributor selain mendapat pasokan dari Kota Mataran,
juga mendapat pasokan dari Kabupaten Lombok Barat.
Selanjutnya pedagang di Kota Mataram memasarkan kembali komoditi tersebut ke wilayah
Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Kota Mataram. Kemudian
untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Lombok Barat mendapat pasokan dari
wilayah Kota Mataram. Selanjutnya para pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual
kembali komoditi tersebut hanya ke wilayah Kabupaten Lombok Barat.
Dan untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Lombok Tengah juga mendapat
pasokan dari wilayah Kota Mataram. Selanjutnya para pedagang tepung terigu di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut hanya ke wilayah Kabupaten Lombok Tengah.
Dan untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Lombok Tengah juga mendapat
pasokan dari wilayah Kota Mataram. Selanjutnya para pedagang tepung terigu di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut hanya ke wilayah Kabupaten Lombok Tengah. Dengan
demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Nusa Tenggara Barat disajikan pada
gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-10 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Nusa Tenggara Barat
10). Provinsi Kalimantan Selatan
Pedagang tepung terigu di Kota Banjarmasin mendapat pasokan dari Kota Surabaya dan
Banjarmasin. Selanjutnya para pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual kembali
komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Banjar, Barito Kuala, Hulu Sungai Utara, Kota
Banjarmasin, dan Banjar Baru. Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah
Kabupaten Banjar mendapat pasokan dari wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar.
Selanjutnya para pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut di
wilayah Kabupaten Banjar dan Kota Banjar Baru.
Untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Barito Kuala mendapat pasokan dari
wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala. Selanjutnya para pedagang tepung
terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut hanya ke wilayah Kabupaten Barito
Kuala. Dan untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Banjar Baru mendapat pasokan
dari wilayah Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar. Selanjutnya para pedagang tepung
terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut hanya ke wilayah Kota Banjar Baru.
Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Provinsi Kalimantan Selatan
disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-11 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Kalimantan Selatan
11). Provinsi Kalimantan Timur
Pedagang tepung terigu di wilayah Kota Samarinda mendapat pasokan dari Kabupaten
Semarang, Kota Surabaya, dan Samarinda. Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah ini
menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara,
Kota Balikpapan, Samarinda, dan Bontang.
Sedangkan pedagang tepung terigu di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara mendapat
pasokan dari Kota Samarinda dan Kabupaten Kutai Kartanegara. Selanjutnya pedagang
tepung terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Kemudian untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Balikpapan mendapat pasokan dari
Kota Surabaya, Samarinda, dan Balikpapan. Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah
ini menjual kembali komoditi tersebut hanya di wilayah Kota Balikpapan.
Dan untuk pedagang tepung terigu di wilayah Kota Tarakan mendapat pasokan dari Kota
Surabaya, Makassar, dan Tarakan. Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual
kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Berau, Malinau, Bulungan, Nunukan, dan
Kota Tarakan. Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Provinsi Kalimantan
Timur disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-12 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Kalimantan Timur
12). Provinsi Sulawesi Utara
Pedagang tepung terigu di Kota Manado dipasok oleh produsen di Kota Surabaya dan ada
beberapa pedagang lainnya dipasok dari Kota Manado. Selanjutnya pedagang tepung terigu
di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kabupaten Minahasa, Minahasa
Utara, Kota Manado, dan Tomohon.
Sedangkan untuk pedagang tepung terigu di Kabupaten Minahasa dipasok dari wilayah Kota
Manado dan ada beberapa pedagang lainnya yang dipasok dari Kabupaten Minahasa.
Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke
wilayah Kabupaten Minahasa.
Kemudian untuk pedagang tepung terigu di Kabupaten Minahasa Utara dipasok dari wilayah
Kota Surabaya dan ada beberapa pedagang lainnya yang dipasok dari Kota Manado.
Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke
wilayah Kabupaten Minahasa Utara.
Dan untuk pedagang tepung terigu di Kota Tomohon sebagian dipasok dari wilayah Kota
Manado dan sebagian dipasok dari Kota Tomohon itu sendiri. Selanjutnya pedagang tepung
terigu di wilayah ini menjual kembali komoditi tersebut ke wilayah Kota Tomohon. Dengan
demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Provinsi Sulawesi Utara disajikan pada
gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-13 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Sulawesi Utara
13). Provinsi Sulawesi Selatan
Untuk wilayah Kota Makassar, pedagang tepung terigu di wilayah ini dipasok dari Kota
Makassar dan Kota Administrasi Jakarta Utara. Selanjutnya pedagang tersebut menjual
kembali komoditi tepung terigu ke wilayah Kabupaten Gowa, Maros, Bone, Kota Makassar,
dan Palopo. Disamping itu juga menjual ke provinsi lain seperti ke Sulawesi Tenggara
(Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari), ke Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Lombok
Tengah), dan ke Maluku (Kota Ambon).
Untuk wilayah Kabupaten Gowa, pedagang tepung terigu di wilayah ini dipasok dari Kota
Makassar dan Kabupaten Gowa itu sendiri. Selanjutnya pedagang tersebut menjual kembali
komoditi tepung terigu ke wilayah Kabupaten Gowa, Janeponto, dan Takalar. Untuk wilayah
Kabupaten Maros, pedagang tepung terigu di wilayah ini dipasok dari Kota Makassar.
Selanjutnya pedagang tersebut menjual kembali komoditi tepung terigu ke wilayah
Kabupaten Maros. Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di Provinsi
Sulawesi Selatan disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-14 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Sulawesi Selatan
14). Provinsi Maluku
Pedagang tepung terigu di Kabupaten Seram Bagian Barat mendapat pasokan dari wilayah
Kota Ambon. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tepung terigu
tersebut ke wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat. Gambaran ini bisa terjadi karena sampel
yang mewakili merupakan pedagang eceran.
Untuk wilayah Kota Ambon, pedagang tepung terigu di wilayah ini mendapat pasokan dari
wilayah Kota Ambon. Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tepung
terigu tersebut ke wilayah Kabupaten Buru, Seram Bagian Barat, dan Kota Ambon.
Gambaran ini bisa terjadi karena sampel yang mewakili merupakan agen dan pedagang
eceran.
Untuk wilayah Kabupaten Maluku Tengah, perdagangan tepung terigu di wilayah ini tidak
bisa digambarkan karena tidak ada informasi hingga laporan ini disusun. Dengan demikian
distribusi perdagangan tepung terigu di Provinsi Maluku disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-15 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Maluku
15). Provinsi Papua
Untuk mengetahui asal pasokan tepung terigu dan wilayah pemasarannya dilakukan survei di
wilayah Kabupaten Merauke, Jayapura, Biak Numfor, Mimika, Keerom, dan Kota Jayapura.
Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa pedagang tepung terigu di Kota Jaya Pura
(sebagai Ibu Kota Provinsi Papua) dipasok dari wilayah Kota Surabaya dan Kota Jaya Pura.
Selanjutnya pedagang tepung terigu di wilayah ini menjual kembali ke Kabupaten Merauke,
Mimika, dan Kota Jayapura.
Untuk wilayah Kabupaten Merauke, pedagang tepung terigu di wilayah ini mendapat pasokan
dari wilayah Kota Surabaya, Kota Jayapura, dan Kabupaten Merauke. Selanjutnya pedagang
di wilayah ini menjual kembali komoditi tepung terigu tersebut ke wilayah Kabupaten
Merauke.
Dan untuk wilayah Kabupaten Mimika, pedagang tepung terigu di wilayah ini mendapat
pasokan dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat Jakarta Utara, dan Kota Jayapura.
Selanjutnya pedagang di wilayah ini menjual kembali komoditi tepung terigu tersebut ke
wilayah Kabupaten Mimika. Dengan demikian distribusi perdagangan tepung terigu di
Provinsi Papua disajikan pada gambar berikut.
-
Sumber : Badan Pusat Statistik (2009)
Gambar 3-15 Peta Distribusi Perdagangan Tepung Terigu di Provinsi Papua
3.3 Pangsa Pengeluaran Rumah Tangga
Menurut APTINDO (2010) bahwa pangsa konsumsi tepung terigu untuk rumah tangga hanya
5% atau 1,5 MT/bulan, sedangkan UKM sebesar 65% atau 159,154 MT/bulan dan Industri
Besar 30% atau 79,537 MT/bulan (lihat Gambar 22, Tabel 6, Tabel 7) . Bila mengacu kepada
konsumsi tepung terigu sebesar 17,1 kg/tahun/kapita dan jenis tepung terigu yang dikonsumsi
rumah tangga adalah Tepung berprotein rendah (pastry flour) dengan harga rata-rata Rp.
5.300,- /kg., maka pengeluaran konsumsi tepung terigu = 17,1 kg/tahun/kapita x Rp. 5.300,-
/kg. = Rp. 90.630,-/tahun/kapita. Jika rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari 5 orang, maka
pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi tepung terigu = 5 orang x Rp. 90.630,-
/tahun/orang = Rp. 453.150/tahun.
3.4 Pola konsumsi
Tepung terigu telah berkembang menjadi salah satu bahan makan subtitusi bahan makanan
pokok beras. Industri tepung terigu dipacu oleh beberapa faktor seperti:
1. Peningkatan kesadaran bahwa tepung adalah makanan yang sehat dan bergizi,
2. Peningkatan konsumsi makanan berbasis terigu,
3. Terigu sebagai alternatif diversifikasi pangan,
Tepung terigu tergolong produk bahan makanan yang umumnya digunakan sebagai bahan
baku pada industri mie, biskuit, roti dan lainnya. Selain itu, tepung terigu juga digunakan
-
sebagai bahan baku untuk pembuatan makanan dan kue-kue oleh masyarakat baik untuk
konsumsi sendiri maupun untuk diperdagangkan.
Menurut data Susenas 2002, bahwa perkembangan tingkat konsumsi tepung terigu beserta
makanan olahan berbahan baku tepung terigu untuk wilayah perkotaan dan pedesaan
disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4-1 Perkembangan Tingkat Konsumsi Produk Gandum Per Kapita Per Tahun, 1993-2002
Berikut ini dapat dilihat profil industri pengguna terigu dimana ada 60% UKM, 32% Industri
Modern dan 8% Rumah Tangga.
Daerah/Makanan 1993 1996 1999 2002
Kota
Terigu (Kg) 1,1 1,0 0,9 1,4
Mi Instan (Kg) 0,16 2,61 2,05 2,82
MI Basah (Kg) - 0,3 0,2 0,3
Mi
Bakso/Rebus/Goreng - 28,5
26,2 26,7
Mi Instan (Porsi) - 1,6 1,0 1,5
Roti Tawar (Kg) 1,6 - - -
Roti Tawar (Bks Kecil) - 6,2 2,9 3,7
Roti Manis (Potong) - 18,5 14,7 18,1
Desa
Terigu (Kg) 0,6 0,8 0,6 1
Mi Instan (Kg) 0,07 1,18 1,49 1,5
MI Basah (Kg) - 0,2 0,1 0,2
Mi
Bakso/Rebus/Goreng - 13,6
12,7 13,2
Mi Instan (Porsi) - 0,8 0,6 1
Roti Tawar (Kg) 0,1 - - -
Roti Tawar (Bks Kecil) - 1,9 1 1,2
Roti Manis (Potong) - 15,1 9,2 12,4
Sumber : Data Susenas 1993, 1996, 1999, 2002 (Diolah)
-
Tabel 4-2 Profil Industri Pengguna Terigu Nasional
Keterangan:
Industri modern : mesin & manajemen modern, berbadan hukum, konsumsi terigu 10 MT sampai 6.000 MT/bulan.
UKM : mesin & manajemen tradisional umumnya usaha keluarga dan tidak berbadan hukum (UKM Besar > 45 MT/Bulan; UKM Menengah 11 – 45 MT/Bulan; UKM Kecil
1,5 – 11 MT/Bulan).
Industri Rumah Tangga : < 1,5 MT/Bulan.
Dengan asumsi stok awal dan stok akhir sama, produksi ditambah impor dikurangi ekspor
maka akan diketahui konsumsi tepung terigu dan pertumbuhannya. Dalam lima tahun terakhir
(2005-2009), konsumsi tepung terigu nasional meningkat menjadi 4,6 juta ton pada 2009.
Selama periode di atas, peningkatan konsumsi tertinggi dicapai pada 2006 yaitu sekitar 7,9%
dari 3,6 juta ton menjadi 3,9 juta ton. Sedangkan peningkatan terendahnya terjadi pada 2008
yaitu hanya sekitar 1,4% dari 4,2 juta ton menjadi 4,3 juta ton.
Tabel 4-3 Perkiraan Konsumsi Tepung Terigu Indonesia, 2005 – 2009
MIE MT Jumlah MT Jumlah MT Jumlah MT Jumlah MT Jumlah MT/Bln MT/Bln MT Jumlah
Mie Instan 61.230 45 - - - - - - - - - 61.230 45
Mie Kering 7.981 23 184 4 156 14 399 255 739 273 50 8.770 296
Mie Basah 250 5 17.207 81 14.461 269 29.582 4.855 6.250 5.205 4.106 65.606 5.210
68.461 73 17.391 85 14.617 283 29.981 5.110 6.989 5.478 4.156 135.606 5.551
BISKUIT
Cookies 4.255 32 3.306 63 1.480 110 19.845 10.145 24.633 10.318 1.652 30.540 10.350
Wafer 2.570 22 - - - - - - - - - 2.570 22
Marie 674 15 - - - - - - - - - 674 15
Snack 220 10 217 5 110 10 23 15 350 30 23 593 40
7.719 79 3.523 68 1.590 120 19.868 10.160 24.983 10.348 1.675 34.377 10.427
BAKERY
Roti Tawar & Manis 2.192 31 8.736 140 15.150 850 27.907 10.665 51.793 11.655 3.472 57.458 11.686
Cake & Pastry 166 17 - - - - 55 55 55 35 4 224 52
Lain-Lain - - 1.348 18 1.300 50 7.686 10.334 10.334 2.748 693 11.027 2.748
2.358 48 10.084 158 16.450 900 35.648 21.054 62.182 14.438 4.169 68.709 14.486
Total 79.537 200 31.000 311 32.657 1.303 85.497 28.150 149.154 29.763 10.000 11.500 250.191 30.463
31,80% 59,65% 4,00% 4,60%
Sumber: APTINDO
Industri
Rumah
Tangga
Rumah
TanggaTotal
Industri Besar
Modern
UKM
Besar Menengah Kecil Total UKM
Tahun Produksi Ekspor Impor Konsumsi Pertumbuhan (%)
2005 3.263.206 62.991 477.976 3.678.191 -
2006 3.481.840 47.173 536.926 3.971.593 8,0
2007 3.645.486 14.712 580.887 4.211.661 6,0
2008 3.754.851 13.383 530.914 4.272.382 1,4
2009 3.923.819 18.019 646.711 4.552.511 6,6
Pertumbuhan rata-rata 4,4
Sumber : Mediadata
-
Berdasarkan data Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) bahwa volume
konsumsi tepung terigu di Indonesia pada Tahun 2007 adalah 17.1 kg per kapita. Pengguna
tepung terigu terbesar di Indonesia adalah sektor usaha kecil dan menengah (KM) sebanyak
30.263 unit usaha dengan volume konsumsi sekitar 64%, diikuti industri rumah tangga
(10.000 unit) dengan volume 4%, industri besar pengguna tepung terigu (200 unit) dengan
volume konsumsi 27,4%, dan rumah tangga dengan volume 4,6%.
Dengan melihat konsumsi per kapita, pada tahun 2009 mencapai 19,7 Kg/Tahun atau
meningkat sekitar 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya 18,7 Kg/Kapita/Tahun. Sementara
itu pertumbuhan rata-rata konsumsi per kapita tepung terigu selama periode 2005-2009 rata-
rata nik sebesar 3,5% per tahun. Konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia, masih
sangat kecil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura yang mencapai ± 71
Kg/Kapita/Tahun atau Malaysia ± 40 Kg/Kapita/Tahun.
Tabel 4-1 Konsumsi Per Kapita Tepung Terigu Indonesia, 2005 – 2009
Penyerap tepung terigu dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok industri dan
kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Kelompok industri besar dan modern di bidang
makanan meliputi industri mie instan, roti, biskuit dan snack serta mie kering. Sedangkan
kelompok UKM adalah pengusaha dengan modal relatif kecil dan teknologi sederhana.
Kelompok UKM ini menekuni bidang yang sama dengan kelompok industri besar kecuali
mie instan. Selain itu, tepung terigu juga dimanfaatkan oelh industri plywood yang digunakan
sebagai bahan perekat dan sektor industri rumah tangga (home industry) sebagai bahan baku
kue atau penganan.
Kontribusi terbesar pemakaian tepung terigu adalah kelompok UKM. Pada 2009, kelompok
UKM yang meliputi usaha mie basah & kering, biskuit & snack dan roti peranannya
diperkirakan mencapai sekitar 58,3% dari total konsumsi tepung terigu. Berikutnya kelompok
industri besar dan modern yang meliputi industri mie instan, mie kering, mie basah, biskuit &
Tahun Konsumsi (Ton) Jumlah Penduduk (000 jiwa) Konsumsi Per Kapita (Kg) Pertumbuhan (%)
2005 3.678.191 218.868 16,8 -
2006 3.971.593 222.747 17,8 6,3
2007 4.211.661 225.642 18,6 5,1
2008 4.272.382 228.532 18,7 0,5
2009 4.552.511 231.265 19,7 5,5
Pertumbuhan rata-rata 3,5
Sumber : Mediadata
-
snack, roti dan industri lainnya yang mencapai 34,0%. Sedangkan pemakaian langsung oleh
sektor industri rumahan dan rumah tangga mencapai sekitar 3,5% dan 3,2%.
Kelompok UKM terutama oleh usaha roti dan mie (mie basah dan mie kering). Pada 2009,
kontribusi pemakaian tepung terigu oleh usaha roti diperkirakan mencapai 41,7% terhadap
total pemakaian tepung terigu oleh UKM. Sedangkan pemakaian oleh usaha mie tidak jauh
berbeda dengan usaha roti yakni sekitar 39,5%. Pemakaian tepung terigu oleh kedua usaha ini
meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya konsumsi produk roti dan mie. Roti dan
mie telah menjadi bahan makanan kedua setelah makanan pokok nasi.
Tabel 4-5 Perkiraan Konsumsi Tepung Terigu Menurut Industri Pemakainya, 2005 – 2009 (Ton)
Industri besar dan modern, industri mie instan merupakan pemakai terbesar. Pada tahun yang
sama, pemakaian tepung terigunya diperkirakan mencapai 1,2 juta ton atau kontribusinya
sekitar 73,4% terhadap total pemakaian tepung terigu di kelompok industri besar dan modern.
Kemudian industri biskuit & snack mencapai 210,3 ribu atau sekitar 13,2%. Pemakai tepung
terigu yang tergolong besar lainnya dari kelompok ini adalah mie kering. Penyerapannya
mencapai 151,3 ribu ton atau sekitar 9,5%. Sementara pemakaian tepung terigu industri roti,
mie basah dan plywood relatif kecil.
Industri Pemakai 2005 2006 2007 2008 2009
Industri Pemakai
Mie Instan 915.428 970.251 1.025.556 1.076.834 1.169.540
Mie Kering 118.806 125.577 132.735 139.372 151.371
Mie Basah 5.002 5.287 5.589 5.868 6.374
Biskuit & Snack 167.578 174.487 184.432 193.654 210.326
Roti 42.520 44.943 47.505 49.881 54.175
Plywood 1.250 1.323 1.398 1.467 1.593
Sub Total 1.250.584 1.321.868 1.397.215 1.467.076 1.593.379
UKM
Mie Basah & Kering 847.032 895.313 946.346 993.663 1.048.375
Biskuit & Snack 403.145 426.124 450.412 472.934 498.973
Roti 894.209 945.178 999.054 1.049.006 1.106.766
Sub Total 2.144.386 2.266.615 2.395.812 2.515.603 2.654.114
Industri Rumah Tangga 128.737 136.075 143.831 151.022 159.338
Sub Total 128.737 136.075 143.831 151.022 159.338
Rumah Tangga 117.702 163.290 172.597 181.228 145.680
Sub Total 117.702 163.290 172.597 181.228 145.680
Total 3.641.409 3.887.848 4.109.455 4.314.929 4.552.511
Sumber : Mediadata
-
Besarnya konsumsi tepung terigu oleh industri mie instan ini didorong oleh nilai tambah dari
produk mie instan yang praktis, siap saji dan ekonomis sehingga permintaan mie instan
cenderung meningkat cukup signifikan.
Sementara untuk produk biskuit, roti dan mie basah penyerapan tepung terigu oleh industri
besar dan modern lebih kecil jika dibandingkan dengan kelompok UKM. Hal itu dikarenakan
permintaan produk yang dihasilkan oleh industri besar dan modern masih terbatas karena
harga produk mie, roti, biskuit dan snack yang dihasilkan oleh industri besar dan modern
umumnya relatif lebih mahal dibandingkan dengan produk UKM yang mayoritas
konsumennya terdiri dari masyarakat menengah bawah dengan daya beli yang terbatas.
Dilihat dari laju pertumbuhannya, selama periode 2005-2009 konsumsi kelompok UKM lebih
tinggi dibandingkan kelompok industri modern yaitu naik dari 2,1 juta ton menjadi 2,7 juta
ton atau rata-rata nik sekitar 5,2% sedangkan industri besar dan modern hanya 4,3% per
tahun.
3.5 Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi konsumsi
Faktor-faktor kritis yang mempengaruhi konsumsi tepung terigu sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah penduduk.
Menurut BPS (2010), penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per
tahun dalam dekade 1990-2000, kemudian antara periode 2000-2005 turun menjadi 1,34
persen dan diperkirakan dalam periode 2020-2025 kecepatan pertambahan penduduk
Indonesia mengalami penurunan 0,92 persen per tahun.
Bila dikaitkan dengan konsumsi tepung terigu nasional, menurut APTINDO (2010) bahwa
rata-rata persentasi peningkatan konsumsi terigu nasional adalah 2,40% per tahun (lihat Tabel
8). Hal ini menunjukkan adanya korelasi antara peningkatan jumlah penduduk dengan
peningkatan konsumsi tepung terigu.
-
Tabel 4-6 Rata-Rata Persentase Peningkatan Per Tahun Konsumsi Terigu Nasional
2. Perayaan hari-hari besar keagamaan.
Menurut APTINDO, terjadi peningkatan permintaan tepung terigu berkisar 15% dari
semula 11,5 MT pada bulan-bulan biasa menjadi 13,225 MT pada bulan perayaan hari
besar keagamaan.
3. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara.
Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara
dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita sering digunakan sebagai
tolak ukur kemakmuran dan tingkat pembangunan sebuah negara; semakin besar
pendapatan perkapitanya, semakin makmur negara tersebut.
Pendapatan perkapita masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan, tahun 2002
sebesar USD 1,000, tahun 2006 sebesar USD 1,660, tahun 2007 adalah USD 1,946.00,
tahun 2008 mencapai USD 2,271.20, dan tahun 2009 meningkat menjadi USD 2,590.10.
Seiiring dengan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia maka terjadi
peningkatan konsumsi tepung terigu per kapita di Indonesia dari semula + 15 kg / kapita
untuk tahun 2002, meningkat menjadi + 17,1 kg pada tahun 2007.
3.6 Kebijakan pemerintah terkait
Peraturan Teknis SNI 01-3751 tentang Tepung Terigu sebagai bahan makanan yang diadobsi
Pemerintah sebagai Regulasi Teknis. Standar ini menetapkan syarat mutu, pengambilan
contoh dan cara uji untuk tepung terigu sebagai bahan makanan. Standar ini tidak berlaku
untuk:
a. Tepung terigu yang dibuat dari gandum jenis durum (Triticum durum desf);
b. Produk gandum keseluruhan (whole meal) dan semolina (Farina);
c. Tepung terigu yang ditunjukan untuk penggunaan bir (Brewing adjuct) atau untuk
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Bogasari 2.183 2.311 2.221 2.583 2.346 2.069 2.234 15.947
Eastern 330 402 420 476 475 445 392 2.940
Sriboga 185 156 148 156 155 167 219 1.186
Panganmas 145 134 132 124 97 74 127 833
Pundi Kencana 53 53
Produksi Terigu Nasional 2.843 3.003 2.921 3.339 3.073 2.755 3.025 20.959
Terigu Impor 343 326 477 536 541 531 576 3.330
Konsumsi Terigu Nasional 3.186 3.329 3.398 3.875 3.614 3.286 3.601 24.289
% Peningkatan Konsumsi Terigu Nasional 4.49% 2.07% 14.04% -6.74% -9.08% 9.59% 2.40%
Sumber : APTINDO (2010)
-
d. Pembuatan pati dan atau gluten;
e. Tepung untuk keperluan non makanan;
f. Tepung terigu yang telah mengalami perlakuan khusus, selain perlakuan
pengeringan,
g. Pemucatan.
3.7 Standar Mutu
Tepung terigu SNI harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:
a. Komposisi
Meliputi bahan baku utama yaitu Gandum, Bahan baku lain yang harus ditambahkan
seperi Vitamin B1 (thiamin) dan Vitamin B2 (riboflavin), serta bahan tambahan pangan
(BTP) yang diizinkan untuk produk tepung terigu.
b. Syarat mutu
Syarat mutu tepung terigu mencakup 17 aspek termasuk Keadaan, Benda asing,
Kehalusan, Kadar air, dan sebagainya.
c. Pengambilan contoh dan pengujian
Pengambilan contoh dilakukan secara acak, menggunakan alat yang bersih dan kering,
dilaksanakan di tempat yang terlindung dari hal yang dapat mempengaruhi contoh. Contoh
dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang ditentukan untuk 17 aspek
yang diuji.
d. Pengemasan
Produk tepung terigu dikemas dalam wadah yang tertutup rapat, tidak dipengaruhi atau
mempengaruhi isi, aman selama penyimpanan dan pengangkutan.
e. Penandaan
Produk tepung terigu sebagai bahan makanan harus diberi label. Sekurang-kurangnya
harus mencantumkan : Nama Produk, Berat bersih, Nama dan Alamat Produsen, Daftar
bahan yang digunakan, dan Kadaluwarsa.
-
4. Pasar dan Distribusi Domestik
4.1 Struktur pasar lokal
Struktur pasar lokal tepung terigu dapat dikategorikan sebagai pasar oligopoli, yaitu suatu
bentuk persaingan pasar yang didominasi oleh beberapa produsen atau penjual yang
menguasai sebagian besar pasar (70% - 80%) dari seluruh pasar. Di pasar ini, keputusan
harga berada di segelintir pemain, walaupun berada di banyak pemain. Sebagai price leaders,
segelintir pemain ini bisa membuat skema sebagai berikut :
Perusahaan oligopoli berkonspirasi dan berkolaborasi untuk membuat harga monopoli
dan mendapatkan keuntungan dari harga monopoli ini,
Pemain oligopoli akan berkompetisi dalam harga, sehingga harga dan keuntungan
menjadi sama dengan pasar kompetitif,
Harga dan keuntungan oligopoli akan berada antara harga di pasar monopoli dan
pasar kompetitif,
Harga dan keuntungan oligopoli tak dapat ditentukan, indeterminate.
Struktur pasar lokal tepung terigu sebagai pasar oligopoli, didasarkan pada data Asosiasi
Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) dimana Bogasari menguasai 60 persen pasar
tepung terigu. Bahkan, diduga penguasaan Bogasari mencapai 75 persen jika
dikonsolidasikan dengan perusahaan afiliasinya. Berdasarkan sinyalemen dari KPPU, Industri
tepung terigu praktis dimonopoli karena pemain utama menguasai hampir 80 persen pangsa
pasar.
Bberdasarkan data Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), struktur
perusahaan importir penguasa tepung terigu nasional adalah Bogasari sebesar 57%, Eastern
Pearl (10,3 %), Sriboga (5,5%), Pangan Mas (3,2%), Pundi Kencana (0,4%), perusahaan lain-
lain (7,8 %), dan pangsa pasar impor sebesar 15,5 %.
Di sisi lain, selama ini, profil industri pengguna tepung terigu terbesar di Indonesia adalah
sektor usaha kecil dan menengah (UKM) sebanyak 30.263 unit dengan volume konsumsi
sekitar 59,6 %, diikuti industri rumah tangga (10.000 unit) dengan volume 4 %, industri besar
pengguna tepung terigu (200 unit) dengan volume 31,8%, dan rumah tangga dengan volume
4,6%.
Struktur pasar di masing-masing rantai distribusi (secara nasional, propinsi, dan
kab/kota)
-
Perdagangan antar wilayah
4.2 Jalur & Margin distribusi
Kegiatan distribusi perdagangan merupakan kegiatan mendistribusikan suatu komoditi dari
tingkat produsen hingga konsumen. Dalam kegiatan distribusi perdagangan setiap
perusahaan/usaha dapat dilihat kedudukan fungsi perusahaan/ usaha dalam lembaga usaha
perdagangan. Kedudukan fungsi kelembagaan perusahaan/usaha dalam usaha perdagangan
berdasarkan referensi dari Departemen Perdagangan (Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan No.23/MPP/Kep/1/1998 Tentang Lembaga-Lembaga Usaha Perdagangan)
meliputi eksportir, importir, distributor, sub distributor, agen, sub agen, pedagang
pengumpul, dan pedagang eceran. Begitu juga dengan pendistribusian tepung terigu.
Sistem distribusi tepung terigu dibedakan antara tepung terigu produksi domestik dan tepung
terigu impor. Pada umumnya, tepung terigu produksi domestik dikirim langsung secara
langsung ke distributor. Distributor mendistribusikan lagi ke pedagang besar, predagang
grosir, agen, pasar swalayan atau melalui operasi pasar.
Adapun, pasar swalayan yang mendapat pasokan langsung dari distributor dapat menjualnya
kepada konsumen tanpa melalui pengecer lagi. Hal ini dikarenakan pasar swalayan memiliki
potensi besar untuk membeli tepung terigu dalam jumlah besar dan sekaligus memiliki pasar
tersendiri yang cukup luas untuk menjualnya kembali dan itu berlangsung secara
berkesinambungan.
Dapat pula produk tepung terigu ini didistribusikan melalui institusi atau koperasi. Dan dari
institusi atau koperasi tepung terigu langsung dapat dijual kepada konsumen. Dalam hal ini,
konsumen tersebut berupa industri pengolahan tepung terigu besar seperti industri mie instan,
biskuit, bakery dan lainnya.
Berikut ini diagram distribusi tepung terigu domestik:
-
Sumber : Mediadata (2010)
Gambar 5-1 Jalur Distribusi Tepung Terigu Lokal
Untuk memperlancar dan kontinuitas pendistribusian, produsen tepung terigu memiliki beberapa
distributor utama. Bahkan Bogasari sudah memiliki distributor di Singapura dan Brunei Darussalam.
Biasanya distributor utama tepung terigu berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) atau CV.
Di tingkat distributor kebutuhan tepung terigu bisa mencapai sekitar 1.000 ton per bulan atau 33 ton
per hari.
Adakalanya distributor tertentu tidak menjual semua merek yang ada seperti PT. Putra Agung Jaya
distributor tepung terigu milik Bogasari hanya menjual tiga merek yaitu Segitiga Biru, Cakra Kembar
Emas dan Lencana Merah. Begitu juga PT Lumbung Pangan Raharja Prima yang hanya menjual
merek Cakra Kembar Emas, Segitiga Biru dan Kunci Biru. Tidak lengkapnya variatif produk yang
diambil distributor menyangkut usahanya untuk memenuhi permintaan konsumen pada merek-merek
tertentu
Tabel 5-1 Daftar Distributor Tepung Terigu Domestik, 2009
No. Distributor Propinsi
1 Putra Agung Jaya, PT Jakarta
2 Lumbung Pangan Raharja Prima, PT Jakarta
3 Diro, CV Jakarta
4 Bangau Abadi, PT Jakarta
5 Bumi Mustika Putra, PT Jakarta
6 Surya Hendra Utama, CV Jakarta
7 Respati Jaya, PT Jakarta
8 Kumadi Abadi, PT Jakarta
9 Kekaraya Asasetiawan, PT & Megaraya Sejahtera, PT Jakarta
PABRIK
DISTRIBUTOR
PASAR
SWALAYAN
PEDAGANG
GROSIR
PEDAGANG
BESAR
PEDAGANG
BESAR
PENGECER
KONSUMEN
INSTITUSI/
KOPERASI
-
10 Kerta Mulya Sukses, PT & Kerta Mulya Selindo Jakarta
11 Inti Pati Sejahtera, CV Jawa Tengah
12 Tiga Saudara, CV Jawa Tengah
13 Tiga Saudara, CV Jawa Tengah
14 Tiga Saudara, CV Jawa Tengah
15 Santoso Megah Abadi, CV Jawa Timur
16 Kencana, CV Jawa Timur
17 Kedung Agung, PT Jawa Timur
18 Bumi Ayu, CV Jawa Timur
19 Triguna Hadi Jaya, PT Jawa Timur
20 Hasil Boga Utama, CV Jawa Timur
21 Sumber Makmur Sejahtera, CV Jawa Timur
22 Sumber Sejati, CV Jawa Timur
23 Bumi Agung Mandiri, CV Jawa Timur
24 Sumber Berkat Abadi, CV Jawa Timur
25 Bumi Agung Mandiri, CV Jawa Timur
26 Rejeki, CV Jawa Timur
27 Tunggal Jay