profil_kes_sumsel_2010
TRANSCRIPT
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page i
KATA PENGANTAR
uji dan Syukur senantiasa dipersembahkan ke hadirat Allah SWT atas taufiq
dan hidayah-Nya, sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2010 dapat diselesaikan.
Seharusnya penerbitan buku profil kesehatan dapat dilaksanakan setiap awal
tahun anggaran, sebagai informasi terhadap kegiatan pembangunan kesehatan pada
tahun sebelumnya. Namun tahun ini masih mengalami keterlambatan, dikarenakan
sumber data berupa tabel profil dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota hampir
sebagian besar belum disampaikan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan. Namun demikian, data-data yang dipergunakan untuk penyusunan profil ini
akhirnya menggunakan data-data dari program yang ada di setiap Subdin Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Disadari bahwa berdasarkan pengalaman yang ada, akan ditemui perbedaan
data antara pengelola program yang ada di Subdin-Subdin Dinas Kesehatan Provinsi
dengan data yang ada di Profil Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh karena itu Buku
Profil yang sekarang berada ditangan Anda, masih perlu disempurnakan lagi melalui
konfirmasi (crosscheck) dengan buku profil yang telah diterbitkan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota maupun dari segi pembahasan yang lebih mendalam lagi.
Untuk itulah pada kesempatan ini, kami membutuhkan kritik dan saran dari
semua pihak, agar Buku Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2011
akan semakin lebih baik dan berkualitas.
Disamping itu, kualitas data juga masih harus terus ditingkatkan, karena data-
data yang terkumpulkan baru meliputi data dari fasilitas kesehatan (Fasility based)
sementara data dari masyarakat langsung (Community based) belum dapat digali
lebih dalam, sehingga informasi yang dihasilkan dalam buku profil kesehatan 2010
masih banyak kekurangan (under reporting).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page ii
Sulitnya memperoleh data yang akurat dan tepat waktu, Insya’Allah dari
waktu ke waktu akan bisa diatasi dengan mengoptimalkan peran petugas sistem
pencatatan dan pelaporan baik di tingkat Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
kabupaten/kota sampai di tingkat puskesmas serta memaksimalkan sistem monitoring
dan evaluasi melalui supervisi-supervisi sekaligus melakukan pembinaan secara
kontinyu oleh petugas/pengelola data di wilayah kerjanya termasuk upaya “jemput
bola “ untuk memenuhi kebutuhan data yang bersifat segera.
Kegiatan-kegiatan pemutakhiran data dengan melibatkan pengelola program,
lintas sektor bahkan pejabat struktural di Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota harus dilakukan paling sedikit 2 kali dalam setahun untuk
memberikan masukan atau mengklarifikasi data-data yang barangkali terjadi
perbedaan, “blank”, dan sebagainya. Disamping itu juga perlu dilakukan Pelatihan
Pengelola data dan informasi untuk petugas pengelola data di kabupaten/kota.
Diharapkan dengan terbitnya buku profil kesehatan ini, akan dapat
memberikan informasi sekaligus bahan evaluasi terhadap program-program
kesehatan yang telah dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya dan yang tak kalah
pentingnya adalah untuk bahan perencanaan pada tahun-tahun berikutnya dalam
upaya mewujudkan Visi Sumatera Selatan Sehat dan Indonesia Sehat.
Akhirnya, dengan kemauan keras, optimisme, dan selalu ingin belajar
sepanjang hayat, belajar dari kesalahan, Insya’Allah perubahan ke arah yang semakin
baik akan dapat diraih, karena karakteristik orang yang belajar adanya perubahan dari
yang kurang baik menjadi baik, dari yang rendah kepada yang tinggi, dan seterusnya.
Palembang, 2010Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan,
Dr.H.Zulkarnain Noerdin, M.Kes
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
Bab 1 PENDAHULUAN 1
Bab 2 GAMBARAN UMUM 4
2.1. Keadaan Penduduk 4
2.2. Letak Geografis dan Luas Wilayah 6
2.3. Keadaan Pemerintahan 7
2.4. Pendidikan 7
2.5. Ekonomi 8
Bab 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 10
3.1. MORTALITAS 10
3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB) 10
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA) 11
3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI) 12
3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK) 13
3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH) 13
3.2. ANGKA KESAKITAN 14
3.2.1. Penyakit Menular 16
3.2.2. Penyakit Tidak Menular 51
3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT 54
3.3.1. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 54
3.3.2. Gizi Balita 55
3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK) 58
Bab 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 59
4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 59
4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi 59
4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4) 59
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page iv
4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan 64
4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas 66
4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk 68
4.1.1.5. Kunjungan Neonatus 69
4.1.1.6. Kunjungan Bayi 71
4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja 72
4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana 75
4.1.4. Pelayanan Imunisasi 78
4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 81
4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut 84
4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 86
4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit 86
4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik 87
4.2.3 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 87
4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR 88
4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB 88
4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio 94
4.3.3. Pemberantasan TB Paru 100
4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA 101
4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS 104
4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI
DASAR106
4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan 106
4.4.2. Surveilans Vektor 111
4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan
Makanan
112
4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 115
4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita 115
4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A 115
4.5.3. Pemberian Tablet Besi 116
4.5.4. Bayi dengan ASI Ekslusif 116
4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN 117
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page v
4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional 118
4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik 118
4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik 118
4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)119
4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA 119
Bab 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 122
5.1. SARANA KESEHATAN 122
5.1.1. Puskesmas 122
5.1.2. Rumah Sakit 124
5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat 126
5.1.4. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan 130
5.2. TENAGA KESEHATAN 131
5.3. ANGGARAN KESEHATAN 134
Bab 6 KESIMPULAN 136
Lampiran
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok UmurDan Jenis Kelamin
6
Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi (AKB) 11Gambar 3.2 Jumlah dan Sebab Kematian Ibu 13Gambar 3.3 Umur Harapan Hidup (UHH) 14Gambar 3.4 STP Berbasis Puskesmas 15Gambar 3.5 STP Berbasis RS (Rawat Inap) 15Gambar 3.6 Annual Malaria Incidence (AMI) 17Gambar 3.7 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR) 20Gambar 3.8 Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Menurut Kab/Kota22
Gambar 3.9 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif
22
Gambar 3.10 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien TB BTAPositif Menurut Kab/Kota
23
Gambar 3.11 Persentase Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif 24Gambar 3.12 Jumlah Pengidap HIV (+) Per Tahun 26Gambar 3.13 Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kab/Kota 27Gambar 3.14 Jumlah Penderita AIDS Per Tahun 28Gambar 3.15 CDR Kusta 30Gambar 3.16 Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta 30Gambar 3.17 Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat II 31Gambar 3.18 Proporsi Kusta Anak 32Gambar 3.19 Penderita Tetanus Neonatorum 33Gambar 3.20 Penderita Difteri 34Gambar 3.21 Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok
Umur35
Gambar 3.22 Data Campak Menuru Sumber Laporan Kab/Kota 36Gambar 3.23 Sebaran Kasus Campak 37Gambar 3.24 Hasil CBMS 38Gambar 3.25 Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium 38Gambar 3.26 Kasus Campak (CBMS) Kelompok Umur Dengan
Konfirmasi Laboratorium39
Gambar 3.27 Kecenderungan Situasi DBD 40Gambar 3.28 CFR Penderita DBD 42Gambar 3.29 Perkembangan Penderita DBD 42Gambar 3.30 Perbandingan Incidence Rate (IR) 43Gambar 3.31 Persentase Penemuan Penderita DBD Yang Ditangani 43Gambar 3.32 Distribusi Penderita Diare Semua Umur Per Kab/Kota 44Gambar 3.33 Trend Kejadian Diare 45
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page vii
Gambar 3.34 Cakupan Penderita Diare Yang Ditangani OlehKab/Kota
46
Gambar 3.35 Persentase Penemuan Penderita Diare 47Gambar 3.36 Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1) 51Gambar 3.37 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000
Penduduk52
Gambar 3.38 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas 54Gambar 3.39 Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 55Gambar 3.40 Prevalensi Gizi Buruk 56Gambar 3.41 Angka Gizi Buruk Dan Gizi Kurang 57Gambar 3.42 Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 57Gambar 3.43 Cakupan Pemberian MP ASI Pada Anak Usia 6 - 24
Bulan Keluarga miskin58
Gambar 4.1 Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil 60Gambar 4.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 62Gambar 4.3 Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT
Pada Ibu Hamil63
Gambar 4.4 Persentase Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan 64Gambar 4.5 Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh
Tenaga Kesehatan65
Gambar 4.6 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani 66Gambar 4.7 Cakupan Pelayanan Nifas 67Gambar 4.8 Persentase cakupan Ibu Hamil Resiko Tinggi Yang
Dirujuk68
Gambar 4.9 Persentase cakupan Kunjungan Neonatal 69Gambar 4.10 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut
Kab/Kota70
Gambar 4.11 Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal MenurutKab/Kota
70
Gambar 4.12 Cakupan Kunjungan Bayi 71Gambar 4.13 Persentase Cakupan Puskesmas Yang Mampu
Menyelengarakan PKPR Menurut Kab/Kota72
Gambar 4.14 Persentase Cakupan Deteksi Dini Dan InterfensiTumbuh Kembang Balita
73
Gambar 4.15 Cakupan Pelayanan Anak Balita 74Gambar 4.16 Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat 75Gambar 4.17 Persentase Cakupan Peserta KB Aktif Dan KB Baru
Menurut Kab/Kota76
Gambar 4.18 Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB BaruBerdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi
77
Gambar 4.19 Cakupan Peserta KB Aktif 77Gambar 4.20 Hasil Cakupan Desa UCI 79Gambar 3.21 Hasil Cakupan Desa UCI 80Gambar 4.22 Hasil Cakupan Desa UCI 81
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page viii
Gambar 4.23 Hasil Cakupan BIAS DT Klas I 82Gambar 4.24 Hasil Cakupan BIAS Klas II dan III 83Gambar 4.25 Hasil Cakupan BIAS Campak 84Gambar 4.26 Jumlah Usila Dibina dan PKM Yang Membina 85Gambar 4.27 Persentase Cakupan Lanjut Usia Yang Dibina Dan
Cakupan Puskesmas Melayani Kesehatan Usia Lanjut85
Gambar 4.28 Persentase Kunjungan Rawat Jalan Menurut Kab/Kota 86Gambar 4.29 Persentase Peserta JamSoskes Sumsel Semesta 87Gambar 4.30 Desa/Kelurahan KLB Ditangani< 24 Jam 89Gambar 4.31 Kelengkapan Laporan W1 90Gambar 4.32 Ketepatan Laporan W1 Dari Kab/Kota 90Gambar 4.33 Frekuensi Desa KLB Per Penyakit 91Gambar 4.34 Perbandingan Frekuensi Dan Penderita KLB Penyakit
Dan Keracunan Makanan92
Gambar 4.35 Persentase Jenis Pelaporan KLB Dari Kab/Kota 93Gambar 4.36 Cakupan Desa/Kelurahan Mengalami KLB Yang
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi < 24 Jam93
Gambar 4.37 Persentase Spesimen Adekuat Dan AFP Rate 95Gambar 4.38 Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil 96Gambar 4.39 Penemuan Kasus AFP 97Gambar 4.40 Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non Polio 98Gambar 4.41 Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur 98Gambar 4.42 Sumber Laporan Kasus AFP 99Gambar 4.43 AFP Rate Per 100.000 Penduduk < 15 Tahun 100Gambar 4.44 Angka Keberhasilan Pengobatan Penderita TB Paru
BTA (+)101
Gambar 4.45 CDR Pneumonia Balita Per Kab/Kota 102Gambar 4.46 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA 103Gambar 4.47 Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita 104Gambar 4.48 Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan 106Gambar 4.49 Cakupan Penduduk Yang Menggunakan Sarana Air
Bersih107
Gambar 4.50 Persentase Rumah sehat Menurut Kab/Kota 109Gambar 4.51 Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah 110Gambar 4.52 Persentase Cakupan Jamban Keluarga 111Gambar 4.53 Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut
Kab/Kota112
Gambar 4.54 Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1& Fe3)
116
Gambar 4.55 Cakupan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi 117Gambar 5.1 Jumlah Puskesmas Dan Rasionya Terhadap 100.000
Penduduk122
Gambar 5.2 Jumlah Puskesmas Menurut Kab/Kota 123Gambar 5.3 Jumlah Puskesmas Pembantu 124
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page ix
Gambar 5.4 Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kab/Kota 124Gambar 5.5 Jumlah RS Pemerintah Swasta Dan Khusus 125Gambar 5.6 Jumlah Posyandu 127Gambar 5.7 Jumlah Posyandu Menurut Kab/Kota 127Gambar 5.8 Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama Dan
Mandiri128
Gambar 5.9 Rasio Poskesdes Terhadap desa/Kelurahan 128Gambar 5.10 Cakupan Desa Siaga Aktif 129Gambar 5.11 Persentase Anggaran Kesehatan 134
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata – rataPenduduk Desa dan Kepadatan Penduduk Per Km2 MenurutKab/Kota
4
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut KelompokUmur dan Jenis Kelamin
5
Tabel 2.3 Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Pendudukdan Kemampuan Membaca dan Menulis
7
Tabel 2.4 PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas DasarHarga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004-2008
9
Tabel 3.1 Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1000 Kelahiran Hidup diIndonesia Tahun 1995-2007
12
Tabel 3.2 Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium danAMI Menurut Kab/Kota
18
Tabel 3.3 Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang 25Tabel 3.4 Data Penyakit PD3I Per Kab/Kota 32Tabel 3.5 Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur 34Tabel 3.6 Distribusi Kasus Campak Per Bulan 36Tabel 3.7 Distribusi Kasus Penemuan DBD per Kab/Kota 41Tabel 3.8 Jumlah Kasus Rabies 48Tabel 3.9 Gambaran Penemuan Kasus Kronis Filariasis 49Tabel 3.10 Gambaran MF Rate Filariasis 50Tabel 3.11 Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk 52Tabel 3.12 Angka Kesakitan Secara Absolut 53Tabel 4.1 Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB 91Tabel 4.2 Kinerja Surveilans AFP 94Tabel 4.3 Gambaran Penemuan Kasus ISPA 102Tabel 4.4 Distribusi Penemuan Kasus HIV/AIDS Melalui Klinik VCT 105Tabel 4.5 Persentase Rumah Sehat 108Tabel 4.6 Jenis Vektor Malaria 112Tabel 4.7 Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Sehat113
Tabel 4.8 Cakupan Sarana Ibadah 114Tabel 4.9 Cakupan TTU-I Sarana Pendidikan 114Tabel 4.10 Data Kejadian Bencana 119Tabel 5.1 Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus Menurut
Kapasitas Tempat Tidur126
Tabel 5.2 Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan 130Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis, Paramedis,
Tenaga Kesehatan Lainnya131
Tabel 5.4 Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per 100.000 Penduduk 132
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xi
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel 1 Luas Wilayah Jumlah Desa/Kelurahan,Jumlah Penduduk,JumlahRumah Tangga, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kab/Kota
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin,Kelompok Umur,RasioBeban Tanggungan,Rasio Jenis Kelamin Kab/Kota
Tabel 3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis kelamin dan Kelompok UmurTabel 4 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 Tahun
Keatas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan tertinggi yangDitamatkan di Kab/Kota
Tabel 5 Persentase Penduduk Laki-laki dan Perempuan Berusia 10 TahunKe atas yang Melek huruf
Tabel 6 Jumlah Kelahiran dan Kematian Bayi dan Balita MenurutKab/Kota
Tabel 7 Jumlah Kematian Ibu Maternal Menurut Kab/KotaTabel 8 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas dan Rasio Korban Luka
dan Meninggal Terhadap Jumlah Penduduk Dirinci MenurutKab/Kota
Tabel 9 AFP Rate, % TB Paru Sembuh dan Peneumonia Balita DitanganiTabel 10 HIV/AIDS, Infeksi Seksual Menular, DBD dan Diare Pada Balita
DitanganiTabel 11 Persentase Penderita Malaria DiobatiTabel 12 Persentase Penderita Kusta Selesai BeobatiTabel 13 Kasus Penyakit Filariasis DitanganiTabel 14 Jumlah Kasus dan Angka Kesakitan Penyakit Menular yang
Dapat dicegah Dengan Imunisasi (PD3i)Tabel 15 Cakupan Kunjungan Neonatus,Bayi dan bayi BBLR yang
DitanganiTabel 16 Status Gizi Balita dan Jumlah Kecamatan Rawan GiziTabel 17 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil (K1,K4),Persalinan Ditolong
Tenaga Kesehatan dan Ibu NifasTabel 18 Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Balita,
Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD/SMP/SMATabel 19 Jumlah Pus, Peserta KB, Peserta KB Baru dan KB Aktif Menurut
Kecamatan dan PuskesmasTabel 20 Jumlah peserta KB Aktif Menurut Jenis KontrasepsiTabel 21 Pelayanan KB Baru Menurut KecamatanTabel 22 Persentase Cakupan Desa/Kelurahan Uci Menurut KecamatanTabel 23 Persentase Cakupan Imunisasi Bayi Menurut Kecamatan
Kab/KotaTabel 24 Cakupan Bayi,Balita yang Mendapat Pelayanan Kesehatan
Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Page xii
Tabel 25 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapat Tablet Fe1, Fe3 MenurutKecamatan dan Puskesmas
Tabel 26 Jumlah Wanita Usia Subur dengan status Imunisasi TT MenurutKecamatan dan Puskesmas
Tabel 28 Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatal RisikoTinggi/Komplikasi ditangani Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 30 Jumlah dan Persentase Desa/Kelurahan Terkena KLB yangditangani < 24 Jam Menurut Kecamatan dan Puskesmas
Tabel 31 Jumlah Penderita dan Kematian Serta Jumlah Kecamatan danDesa Yang Terserang KLB
Tabel 32 Jumlah Bayi yang diberi ASI EklusifTabel 34 Pelayanan Kesehatan Gigi n MulutTabel 36 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra BayarTabel 37 Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat MiskinTabel 39 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan UsilaTabel 41 Persentase Donor Darah Diskrining terhadap HIV/AIDSTabel 43 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Menurut Kemampuan
Labkes dan Miliki 4 Spesialis DasarTabel 44 Ketersediaan Obat Sesuai dengan Kebutuhan Pelayanan
Kesehatan DasarTabel 45 Persentase Rumah tangga Berperilaku Hidup Bersih SehatTabel 46 Jumlah dan Persentase Posyandu Menurut Strata dan KecamatanTabel 47 Persentase Rumah Sehat Menurut KecamatanTabel 48 Persentase Keluarga Memiliki Akses Air BersihTabel 49 Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Menurut
KecamatanTabel 50 Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
SehatTabel 51 Persentase Institusi Dibina Kesehatan LingkungannyaTabel 52 Persentase Rumah/Bangunan yang Diperiksa dan Bebas Jentik
Nyamuk AedesTabel 53 Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit KerjaTabel 54 Jumlah Tenaga Kesehatan di Sarana Pelayanan KesehatanTabel 55 Jumlah Tenaga Medis Disarana KesehatanTabel 56 Jumlah Tenaga Kefarmasian dan Gizi Di Sarana KesehatanTabel 57 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Sarana KesehatanTabel 58 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana
KesehatanTabel 59 Jumlah Tenaga Teknisi Medis di Sarana KesehatanTabel 60 Anggaran kesehatan Kab/kotaTabel 62 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)Tabel 63 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 1
BAB 1
PENDAHULUAN
embangunan kesehatan diselenggarakan dalam upaya untuk mencapai Visi :
”Indonesia Sehat 2014”. Untuk mencapai visi tersebut, Departemen
Kesehatan sebagai salah satu pelaku pembangunan kesehatan telah menetapkan
Visi Departemen Kesehatan yaitu : ”Masyarakat yang Mandiri untuk Hidup Sehat”.
Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu kondisi di mana masyarakat
Indonesia menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali, mencegah, dan mengatasi
permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan
akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup
sehat. Sebagai penjabaran dari Visi Departemen Kesehatan, maka tujuan yang akan
dicapai adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan
berdaya guna dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat
dicapai melalui pembinaan, pengembangan, dan pelaksanaan, serta pemantapan
fungsi-fungsi administrasi kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan
(SIK), ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta hukum kesehatan. (Depkes,
2006).
SIK di setiap institusi pelayanan kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi sampai tingkat Pusat,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 2
harus terus dikembangkan sehingga diharapkan dapat memberikan dukungan dalam
rangka pelaksanaan fungsi manajemen kesehatan.
SIK yang baik akan dapat memberikan informasi yang akurat dan up to
date untuk proses pengambilan keputusan di semua tingkat administrasi pelayanan
kesehatan. Salah satu bentuk output dari SIK adalah penerbitan buku profil kesehatan
yang dilakukan setiap tahun anggaran oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas
Kesehatan Provinsi sampai kepada tingkat Pusat.
Tujuan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah
memberikan informasi tentang hasil pencapaian program pembangunan kesehatan di
Provinsi Sumatera Selatan umumnya, termasuk pencapaian indikator-indikator
pembangunan kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan.
Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah
sebagai berikut :
Bab-1 : Pendahuluan. Bab ini menyajikan tentang latar belakang dan tujuan
diterbitkannya Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009 serta
sistematika penyajiannya.
Bab-2 : Gambaran Umum. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum
Kabupaten/Kota. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan informasi
umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial
budaya dan lingkungan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010 Page 3
Bab-3 : Situasi Derajat Kesehatan. Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai
angka kematian, angka kesakitan, dan angka status gizi masyarakat.
Bab-4 : Situasi Upaya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang pelayanan
kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pemberantasan
penyakit menular, pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan kesehatan dalam
situasi bencana. Upaya pelayanan kesehatan yang diuraikan dalam bab ini juga
mengakomodir indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan serta upaya pelayanan kesehatan lainnya yang diselenggarakan oleh
Kabupaten/Kota.
Bab-5 : Situasi Sumber Daya Kesehatan. Bab ini menguraikan tentang sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan
lainnya.
Bab-6 : Kesimpulan. Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota di tahun yang
bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga
mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Lampiran. Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Kab/Kota dan 63 tabel
data yang merupakan gabungan Tabel Indikator Kabupaten sehat dan Indikator
pencapaian kinerja Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 10
BAB 3
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambaran derajat kesehatan dapat dilihat dari beberapa indikator seperti
mortalitas , morbiditas, dan angka status gizi masyarakat. Berikut ini diuraikan
tentang indikator-indikator tersebut.
3.1. MORTALITAS
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari
kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping kejadian
kematian dapat juga digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan
pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian
pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan survei dan penelitian.
Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian
yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan dibawah ini.
3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Menurunnya angka kematian bayi dan meningkatnya angka harapan hidup
mengindikasikan meningkatnya derajat kesehatan penduduk. Berdasarkan Sensus
Penduduk (SP) 1990, estimasi angka kematian bayi di Sumatera Selatan diperkirakan
71 per 1000 kelahiran, sedangkan berdasarkan SP 2000, angka kematian bayi di
Sumatera Selatan turun drastis menjadi 53 per 1000 kelahiran, atau turun 25 persen
selama 10 tahun atau rata-rata turun 2,5 persen per tahun. AKB Sumsel lebih tinggi
dibandingkan Angka Nasional yaitu 42 per 1000 kelahiran hidup (SUSENAS 2007).
Menurut target MDGs AKB diharapkan turun menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Kematian bayi di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 4 per 1000 kelahiran
hidup. Persentase kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten Ogan Komering Ilir
(1.31%) dan Lahat (0.82%), persentase terendah di kabupaten Muara Enim (0.14%)
dan Empat Lawang (0.13%). Angka kematian bayi di Provinsi Sumatera Selatan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 11
tahun 2009 adalah 0,8 (79 kematian bayi), sedangkan pada tahun 2008 adalah 3,4
(537 kematian bayi). Jumlah kematian bayi menurut Kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.
Gambar 3.1.Angka Kematian Bayi (AKB)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971– 2008
2525,626,3
3030
535354
59,671
102155
0 50 100 150 200
200820072006
SUPASSDKI
SP 2000SDKI 1997
SUPASSDKI 1994
SP 1990SP 1980SP1971
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Berdasarkan SDKI 2007 AKABA sekitar 44 per 1.000 kelahiran hidup.
AKABA Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2008 adalah 52 per 1.000 kelahiran
hidup berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik. Angka Kematian Balita di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 0,5 (45 kematian Balita ), sedangkan tahun 2008
adalah 0,6 (87 kematian Balita). Distribusi kematian Balita menurut Kabupaten/kota
di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6. Sedangkan
gambaran perkembangan AKABA berdasarkan estimasi SUPAS, SUSENAS, dan
SDKI pada tahun 1995 – 2007 disajikan pada tabel 3.1 berikut ini :
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 12
Tabel 3.1Angka Kematian Balita (AKABA) Per 1.000 Kelahiran Hidup
Di Indonesia Tahun 1995 – 2007
Estimasi SUPAS 1995Tahun
Laki-Laki Perempuan Jumlah(L+P)
EstimasiSUSENAS SDKI
1995 73
1998 71,36 57,61 64,28 64
1999 66,44 53,05 59,55 -
2000 50,77 39,00 44,71 -
2001 64
2002-2003
46
2007 44Sumber : Profil Kesehatan Indonesia 2004,Subdin Kesga
3.1.3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)
Sampai dengan saat ini informasi tentang AKI masih berpedoman pada hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Menurut SKRT, AKI Nasional menurun
dari 450 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1992, kemudian menurun lagi menjadi 373 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 1995. Pada SKRT 2001 tidak dilakukan survei mengenai
AKI. Kemudian pada tahun 2002-2003, AKI menjadi 307 per 100.000 kelahiran
hidup berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia (SDKI)
2003. AKI provinsi Sumatera Selatan masih berpedoman pada hasil SUSENAS 2005
yaitu 262 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa AKI cenderung
mengalami penurunan. Tetapi bila dibandingkan dengan target yang ingin dicapai
secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup,
maka apabila penurunannya masih seperti tahun-tahun sebelumnya, diperkirakan
target tersebut di masa mendatang sulit dicapai.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 13
Gambar 3.2Jumlah dan Sebab Kematian Ibu
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2006-2009
Gambar diatas menunjukkan penyebab tertinggi kematian ibu dari tahun 2006
hingga 2009 adalah perdarahan, dan mengalami peningkatan cukup tinggi
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 62 kasus.
Angka Kematian Ibu di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah 150,93
per 100.000 kelahiran hidup (143 kematian), sedangkan pada tahun 2008 adalah
79,31 per 100.000 kelahiran hidup (124 kematian). Distribusi kematian ibu menurut
Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 6.
3.1.4. Angka Kematian Kasar (AKK)
AKK Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan estimasi pada tahun 2005
sebesar 22,2 per 1000 penduduk, menurun menjadi 21,8 per 1000 penduduk pada
tahun 2006, kemudian menurun lagi menjadi 21,4 per 1000 penduduk.
3.1.5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
Sejalan dengan menurunnya estimasi angka kematian bayi, maka estimasi
angka harapan hidup mengalami kenaikan. Menurut hasil SP 1990, estimasi angka
harapan hidup Sumatera Selatan adalah 59,83 tahun, sepuluh tahun kemudian
mengalami kenaikan sebesar 7 persen, menjadi 64,02 tahun menurut SP 2000.
Sedangkan menurut hasil Supas 2005 besarnya angka harapan hidup penduduk
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 14
Sumatera Selatan adalah sebesar 69,5 tahun. Kondisi ini menunjukan bahwa anak
yang baru lahir diperkirakan akan hidup rata-rata sampai umur 69 tahun.
Gambar 3.3Umur Harapan Hidup (UHH)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1971 – 2009
0
20
40
60
80U
mur
(tahun)
UHH 44,1 53,6 59,8 63,7 69,05 71,1 69,9
SP 1971 SP 1980 SP 1990 SPS SP 2000 2008 2009
Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan
Pada Gambar 3.3 di atas, terlihat bahwa UHH Provinsi Sumatera Selatan
cenderung mengalami peningkatan, dari 44,1 tahun pada tahun 1971 menjadi 69,9
tahun pada tahun 2009.
3.2. ANGKA KESAKITAN
Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat (community
based data) yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility
based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.
Program Surveilans Terpadu Penyakit (STP) baru mulai dilaksanakan di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007, sesuai ketentuan dalam Kepmenkes nomor
1116/2003 dan 1479/2003. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya dipakai Program SST
(Sistem Surveilans Terpadu). Pada program ini dipisahkan antara STP berbasis
Puskesmas dan STP berbasis Rumah Sakit. Untuk STP berbasis Puskesmas ada 25
kasus baru penyakit menular yang diamati oleh semua Puskesmas. Sedangkan untuk
Puskesmas Sentinel ditambah lagi 2 penyakit tak menular, yaitu Hipertensi dan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 15
Diabetes Mellitus. Adapun data kasus baru penyakit menular berbasis puskesmas
dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 3.4STP Berbasis Puskesmas
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1
Diare
Malaria Klinis
Tifus Perut Klinis
Tersangka TBC Paru
Disentri
TBC Paru BTA (+)
Malaria Vivax
Demam Dengue
Pneumonia
Malaria Falsifarum
Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, 2009
Gambar di atas menunjukan bahwa penyakit berbasis Puskesmas terbanyak
adalah Diare (56,2 %), Malaria Klinis (14,6 %), dan Tifus perut klinis (10,7 %).
STP penyakit menular berbasis Rumah Sakit dipisahkan untuk penderita
rawat inap dan rawat jalan. Ada 29 penyakit menular yang diamati dan dipantau trend
kasusnya sepanjang tahun. Adapun data kasus baru penderita rawat inap penyakit
menular berbasis rumah sakit tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Gambar 3.5STP Berbasis Rumah Sakit (Rawat Inap)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1122
923
459 412303 252 212
133 123 118
0
200
400
600
800
1000
1200
Tifus Perut Klinis Diare Demam Berdarah Dengue
Tifus Perut Kultur (+) Malaria Falsifarum TBC Paru BTA (+)
Pneumonia Tersangka TBC Paru Demam Dengue
Malaria Klinis
Sumber: Laporan STP Bidang PP&PL, Tahun 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 16
Dari gambar di atas menunjukan bahwa urutan 3 (tiga) penyakit rawat inap
terbanyak adalah Tifus perut klinis, Diare, dan DBD. Sedangkan pada tahun 2008, 3
(tiga) penyakit rawat inap terbanyak adalah Diare, DBD, dan Tifus perut klinis.
Selanjutnya akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu
mendapatkan perhatian, termasuk situasi penyakit menular yang dapat dicegah
dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial KLB/Wabah, situasi penyakit tidak
menular, dan situasi penyalahgunaan NAPZA.
3.2.1. Penyakit Menular
Penyakit menular yang disajikan dalam bagian ini antara lain penyakit
Malaria, TB Paru, HIV/AIDS, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kusta,
Penyakit Menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), penyakit potensial
wabah, Rabies, Filariasis, Frambusia, Flu Baru AI (H1N1).
3.2.1.1. Malaria
Tujuan umum program Pemberantasan Penyakit Malaria di Provinsi Sumatera
Selatan adalah Pembebasan Provinsi Sumatera Selatan dari malaria tahun
2020. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1. Pada tahun 2010 menurunnya 50 % jumlah desa dengan positif malaria ≥
5 per 1000 penduduk
2. Pada tahun 2010 semua Kabupaten/Kota mampu melakukan pemeriksaan
sediaan darah malaria dan memberikan pengobatan tepat dan terjangkau.
3. Pada Tahun 2020 seluruh wilayah Indonesia sudah melaksanakan
intensifikasi dan integrasi dalam pengendalian malaria
Kebijakan Pelaksanaan Program P2 Malaria yaitu :
1. Dilakukan secara menyeluruh dan terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan lintas sektoral bersama mitra kerja pembangunan termasuk
LSM, dunia usaha dan masyarakat
2. Pembebasan Malaria dilakukan secara bertahap yang didasarkan pada
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 17
situasi malaria dan kondisi sumber daya setempat
Pada Gambar 3.6 berikut terlihat bahwa angka kesakitan malaria dari tahun
2003 ke tahun 2004 menurun secara drastis. Hal ini disebabkan Kabupaten Bangka
dan Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua Kabupaten tersebut
adalah penyumbang kasus malaria paling tinggi. AMI (Annual Malaria Incidence)
tahun 2003 – 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.6Annual Malaria Incidence (AMI)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
21,48
8,04 8,7 8,9 10,18,6 8,74
0
5
10
15
20
25
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
AM
Ipe
r1
00
0p
en
du
du
k
Sumber: Bidang PP&PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria, dimana tahun 2009
terdapat 7 kabupaten endemis malaria sedang dan 8 kabupaten/kota lainnya
digolongkan pada daerah endemis rendah. Satu kota diantara daerah endemis rendah
yaitu Kota Palembang adalah daerah bebas malaria dalam arti kasus yang ada
adalah kasus impor dari kabupaten lain (Kabupaten Banyuasin).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 18
Tabel 3.2Jumlah Penderita Malaria Klinis, Konfirmasi Laboratorium
dan AMI Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Kabupaten / Kota JumlahPenduduk
PenderitaKlinis
SDDiperiksa
SDPositif
SPR AMI
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
01. OKU 267.022 7.217 7.106 771 10,85 27,0702. OKI 707.627 2.583 0 0 0 3,6503. Muara Enim 668.341 11.713 9.779 1.905 19,48 17,5304. Lahat 341.055 7.531 2.263 1.210 53,47 22,0805. Musirawas 505.940 7.922 1.635 529 32,35 15,6606. Musi Banyuasin 523.025 8.066 7.045 91 1,29 15,4207. Banyuasin 818.280 4.491 8 8 100 5,4908. OKU Selatan 331.879 2.776 30 39 130 8,3609. OKU Timur 581.665 3.272 753 146 19,39 5,6310. Ogan Ilir 384.663 130 18 5 27,78 0,3411. Empat Lawang 213.872 2.641 223 126 56,5 12,5312. Palembang 1.438.938 485 485 34 7,01 0,3413. Prabumulih 137.786 52 26 26 100 0,3814. Pagar Alam 116.486 48 2 2 100 0,4115. Lubuk Linggau 186.056 3.326 836 837 100,12 17,88
Jumlah 7.222.635 62.248 30.209 5.729 18,96 8,45
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Dari tabel diatas angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMI) adalah 8,45 ‰ dengan kematian
(CFR 0,27%), dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa / ABER ( Annual Blood
Examination rate) 0,42 % dan persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh
sediaan darah yang diperiksa (SPR) 21,9 %.
Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000 penduduk di kabupaten/kota
Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi adalah di Kabupaten Ogan
Komering Ulu 27,07 ‰ (7.217 kasus), Kabupaten Lahat 22,08 ‰ (7.531 kasus), Kota
Lubuk Linggau 17,88 ‰ (3.326 kasus), sedangkan terendah di Kabupaten Ogan Ilir
0,34 ‰ (130 kasus).
Pengobatan kasus malaria yang ditemukan secara PCD (Pasif Case
Detection) di Puskesmas dengan Pengobatan Radikal dengan konfirmasi
laboratorium. Kasus klinis tanpa konfirmasi laboratorium diberikan pengobatan
klinis malaria di Puskesmas. Pengobatan klinis malaria maupun dengan konfirmasi
laboratorium positif malaria di kabupaten/kota umumnya masih mengunakan obat
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 19
Cloroquin, sedangkan di tiga kabupaten wilayah GF Malaria Round 6 tahun 2009
(Kab. Muara Enim, Kab. Muba dan Kab.OKU) sudah mengunakan obat terbaru yaitu
ACT (Artemisinin Combination Therapy). Hal ini tidak terlepas dari kuantitas
maupun kualitas dokter/perawat/bidan yang sudah dilatih, serta alat dan bahan
laboratorium malaria maupun SDM mikroskopis/pengelola program malaria yang ada
di kabupaten/kota dan puskesmas.
Jumlah sediaan darah yang diperiksa dari penduduk dalam satu tahun / Annual
Blood Examination Rate (ABER) tahun 2009 yaitu 0,42 % dan tingkat persentase
pemeriksaan sediaan darah 48,18 %, sudah mengalami peningkatan dibandingkan
tahun 2008 yaitu ABER 0,18% dan persentase pemeriksaan sediaan darah 22%,
walaupun target yang ingin dicapai adalah 100 %, hal ini menjadi tantangan yang
besar bagi petugas laboratorium dalam pemeriksaan sediaan darah malaria yang
tidak terlepas dari SDM, bahan dan alat pemeriksaan yang ada. Dan masih adanya
beberapa kabupaten/kota tidak/kurang melaksanakan pemeriksaan sediaan darah
malaria antara lain Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten
OKI, Kabupaten Ogan ilir dan Kota Pagar Alam.
Keberhasilan pemberantasan penyakit malaria tidak hanya terletak pada satu
institusi yaitu Dinas Kesehatan saja namun perlu keterkaitan dengan sektor-sektor
lain antara lain Sektor Kimpraswil, sektor Peternakan, sektor Pertanian, sektor
Perikanan dan Kelautan. Serta tidak terlepas dari peran serta masyarakat itu sendiri.
Dari Gambar pola maksimum minimum tahun 2004-2009 dapat dilihat puncak
penularan terjadi pada bulan Januari maka seyogianya kegiatan Indoor Residual
Spraying (IRS) dilaksanakan pada bulan November guna mencapai hasil
pemberantasan vector yang optimum.
3.2.1.2. TB Paru
Penanggulangan tuberkulosis menerapkan strategi DOTS yang dilaksanakan
secara Nasional di seluruh UPK terutama puskesmas yang di integrasikan dalam
pelayanan kesehatan dasar. Hasil survey Prevalensi TB di Indonesia tahun 2004
bahwa prevalensi TB BTA positif secara Nasional 110 per 100.000 penduduk,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 20
secara regional di Indonesia dikelompokkan dalam 3 wilayah. Sumatera masuk
dalam wilayah 1 dengan prevalensi TB adalah 160 per 100.000 penduduk.
Tujuan dari Program Pemberantasan TB Paru adalah menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian TB, memutuskan mata rantai penularan serta
mencegah terjadinya MDR TB. Targetnya adalah tercapainya penemuan pasien baru
TB BTA positif paling sedikit 70 % dari perkiraan dan menyembuhkan 85 % dari
semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TB hingga separuhnya pada
tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapi tujuan millenium development goals
(MDGs) pada tahun 2015.
Angka penemuan pasien baru TB BTA positif (Case Detection Rate) di
Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2000 s/d 2008 berfluktuatif , sedangkan target
mulai dari tahun 2005 sebesar 70 %, dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 3.7Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 – 2009
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
–
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
TARGET 25 35 40 50 60 70 70 70 70 70
CDR 23,47 24,61 29,74 41,62 55,72 42,77 46,73 45,43 46,69 44,62
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 21
Dilihat dari Gambar 3.7, ada peningkatan CDR mulai tahun 2000 s/ d tahun
2004 dan peningkatan yang tajam pada tahun 2003 dan 2004, pada tahun 2005
terjadi penurunan, ini disebabkan dengan adanya hasil survey prevalensi TB tahun
2004, wilayah Sumatera dengan prevalensi 160 per 100.000 penduduk yang
sebelumnya hanya 130 per 100.000 penduduk. Untuk penemuan pasien baru TB BTA
positif di Sumatera Selatan tidak mengalami penurunan tetapi ada kenaikan setiap
tahunnya walaupun belum mencapai target.
Angka Penemuan Pasien baru TB BTA posistif (Case Detection Rate
=CDR) di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 per kabupaten/ Kota dapat dilihat
pada Gambar 3.8, menunjukkan bahwa dibandingkan tahun 2008, pada tahun 2009
terjadi penurunan CDR TB paru BTA+ diprovinsi Sumatera Selatan dari 46,57%
menjadi 44,62%, dan CDR TB paru BTA+ belum mencapai target (70%). Hal ini
disebabkan karena belum semua RS dan DPS melaksanakan strategi DOTS,
penjaringan suspek di sebagian kab/kota masih ketat, dan mutasi petugas masih
tinggi. Oleh sebab itu maka diperlukan pelatihan P2TB bagi tim DOTS di rumah
sakit, memperluas jejaring untuk menemukan dan mengobati pasien TB dengan
ekspansi ke rumah sakit dan lapas/ rutan serta meningkatkan kemitraan dengan
LSM.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 22
Gambar 3.8Angka Penemuan Pasien Baru TB BTA Positif (CDR)
Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
5,00
15,00
25,00
35,00
45,00
55,00
65,00
75,00
CDR 45,35 6,44 29,48 46,78 68,68 53,01 26,43 25,99 53,01 43,62 70,29 48,01 33,95 40,89 53,84 44,62
L.Lingg
auP.Alam
Prabu
mulih
Palemb
ang
E.Lawa
ngOI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Gambar 3.9Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2000 - 2008
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
70
75
80
85
90
CR 80,3 75,4 80,74 82,86 81,63 83,36 84,2 84,84 87,19
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 23
Angka kesembuhan (Cure Rate = CR) merupakan angka pasien baru TB
BTA positif yang sembuh setelah masa pengobatan. Dari Gambar diatas dapat dilihat
bahwa angka kesembuhan (cure rate) TBC Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008
yaitu sebesar 87,15% dengan target SPM > 85%. Ini menunjukkan bahwa P2 TBC
telah memenuhi dan melampaui target SPM untuk tahun 2009. Hal ini disebabkan
oleh Tingkat kepatuhan penderita yang berobat cukup tinggi. Gambar berikut
menampilkan distribusi pencapaian CR menurut kabupaten/kota, terdapat 10
Kabupaten/Kota dengan CR sudah mencapai target > 85 %, sedangkan 5 Kabupaten/
Kota yang lain CR belum mencapai target.
Gambar 3.10Angka Kesembuhan (Cure Rate) Pasien Baru TB BTA Positif
Menurut Kabupaten/kotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
70,00
80,00
90,00
100,00
CR 94,38 44,44 100 84,27 59,91 92,17 79,34 95,21 94,28 80,95 95,43 85,19 85,27 92,41 87,23 87,19
L.Lingg
auP.Alam
Prabu
mulih
Palemb
ang
E.Lawa
ngOI OKUT OKUS B.Asin MUBA MURA Lahat M.Enim OKI OKU Sumsel
Sumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 24
Gambar 3.11Penemuan Pasien Baru TB BTA (+)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten
memenuhi target capaian SPM (70%), yaitu kabupaten Musi Rawas. 14
Kabupaten/kota lainnya belum mencapai target SPM, terdiri dari 3 Kabupaten yaitu
OKU, Banyuasin, dan Empat Lawang berada pada range 50-70%, 11 Kabupaten/kota
yaitu MUBA, OKI, OI, OKUT, OKUS, Muara Enim, Lahat, Kota Prabumulih, Pagar
Alam, Palembang, dan Lubuk Linggau berada pada range terendah yaitu dibawah
50%.
3.2.1.3. Pengidap HIV dan Penderita AIDS
Infeksi HIV dan AIDS dalam 10 tahun terakhir semakin nyata menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Selatan yang dibuktikan dengan terus
meningkatnya kasus yang ditemukan melalui kinik VCT dan laporan suveilans AIDS
dari RS. Infeksi HIV dan AIDS sudah menyebar hampir di seluruh Kabupaten/Kota
di wilayah Sumatera Selatan, dan di Indonesia sendiri telah mengalami perubahan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 25
dari epidemi rendah menjadi epidemi terkonsentrasi, hal ini karena hasil survei pada
sub populasi tertentu menunjukkan prevalensi HIV di beberapa provinsi telah
melebihi 5 % secara konsisten, tetapi di Sumatera Selatan masih pada epidemi rendah
karena prevalensi HIV 0,6 %.
Pada era sebelumnya upaya penanggulangan HIV dan AIDS di prioritaskan
pada upaya pencegahan. Dengan semakin meningkatnya pengidap HIV dan kasus
AIDS yang memerlukan terapi antiretroviral ( ARV), maka strategi penanggulangan
HIV dan AIDS dilaksanakan dengan memadukan upaya pencegahan dengan upaya
perawatan, dukungan serta pengobatan. Dan juga dalam rangka mendukung target
VCT pada MDGs untuk tahun 2010 yaitu 300.000 klien yang melakukan complate
testing, maka peran klinik VCT dalam upaya untuk meningkatkan cakupan penemuan
kasus baru serta penanganan 100 % juga harus dimaksimalkan.
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa Prevalensi Rate dari hasil uji saring (skrining)
oleh PMI Kota Palembang yaitu 0,05 % (22 orang) dari jumlah pemeriksaan skrining
darah donor sebanyak 37.918 orang pada tahun 2009. Skrining pada darah donor
merupakan salah satu upaya pencegahan penularan HIV kepada orang lain, sehingga
upaya ini sangatlah penting dilakukan, maka apabila darah tersebut mengandung HIV
tidak akan di donorkan.
Tabel 3.3Laporan Uji Saring HIV di PMI Kota Palembang
Tahun 2009
No Kelompok Umur JumlahPemeriksaan
Hasilpemeriksaan
reaktif
PrevalensRate
1 2 3 4 61. 17 – 30 tahun 12098 16 0,13
2. 31 – 40 tahun 9942 2 0,02
3. 41 – 50 tahun 7886 1 0,01
4. 51 – 60 tahun 7678 3 0,03
5. >60 tahun 314 0 0
Jumlah 37918 22 0,05Sumber : PMI UTDC Kota Palembang 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 26
Gambar 3.12Jumlah Pengidap HIV (+) PerTahun
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
HIV 1 1 5 4 2 14 16 16 24 30 87 98 41 67 76
KUMUL 1 2 7 11 13 27 43 59 83 113 200 298 339 406 482
0
100
200
300
400
500
600
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 3.12 di atas terlihat penemuan HIV pada tahun 2009 berjumlah
85 kasus meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 berjumlah 67 kasus.
Peningkatan kasus ini karena adanya klinik VCT yang telah di bentuk di beberapa
kabupaten/kota (Palembang, Prabumulih, OKU, dan Musi Rawas), layanan dilakukan
baik statis (di Rumah Sakit) maupun mobile VCT untuk mendekatkan akses layanan
ke kelompok resiko tinggi tertular HIV, sehingga cakupan penemuan kasus baru
mengalami peningkatan yang selanjutnya dapat mendapatkan layanan perawatan,
dukungan dan pengobatan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 27
Gambar 3.13Kumulatif Penyebaran Pengidap HIV (+) Per Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
401 5 2 10 1 0 6 2 8 21 3 22 8 2 0 491
PLG OKI OI OKU OKT OKS MBA BA MRA LLG ME PBM LHT PGA 4L TOT
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa kasus penemuan HIV (+) tertinggi
adalah di kota Palembang karena Kota Palembang adalah kota terbesar di Provinsi
Sumatera selatan, yang merupakan salah satu kota transit dari pulau Jawa-pulau
Sumatera melalui jalur transportasi darat sehingga banyak sekali hotel, tempat
hiburan, dan kelompok resti (WPS, Waria, Pengguna Narkoba Suntik, dan
Homoseksual) yang lebih banyak di banding kota lainnya, dan masih ada lokalisasi
yang terkoordinir. Layanan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing) cukup
banyak terdapat di kota Palembang, seperti di RSUP Moh.Hoesin, RS.RK Charitas,
dan RS Ernaldi Bahar sehingga memudahkan klien untuk mendapatkan layanan.
Berikut adalah gambaran jumlah penderita AIDS di Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2009, yaitu sebanyak 70 orang, jika dibandingkan dengan tahun 2008
sebanyak 45 orang, yang menunjukan adanya peningkatan jumlah kasus AIDS. Hal
ini disebabkan karena klien banyak datang ke layanan kesehatan apabila sudah
mendapatkan kumpulan gejala AIDS dan hasil testing HIV dinyatakan positif dari
Rumah Sakit atau klinik VCT. Pada fase infeksi HIV ini tidak menunjukkan gejala
sehingga klien jarang mendatangi layanan kesehatan, termasuk untuk mengetahui
status HIV nya.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 28
Gambar 3 .14Jumlah Penderita AIDS PerTahun
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009
0
50
100
150
200
250
300
AIDS 1 0 0 0 0 0 3 4 6 15 18 37 49 45 70
KUMUL 1 1 1 1 1 1 4 8 14 29 47 84 133 178 248
95 96 97 98 99 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Penemuan kasus AIDS sejak tahun 1995 sampai dengan tahun 2009 terus
mengalami peningkatan, secara kumulatif sebanyak 248 kasus HIV yang telah
ditemukan. Strategi dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup ODHA (Orang
Dengan HIV/AIDS) adalah dengan dibentuknya layanan CST ( Care, Support &
Treatment/ Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di 8 rumah sakit pelaksana CST
yaitu RSMH Palembang, RS Ernaldi Bahar, dan RS RK Charitas, RSUD Sobirin
Musi Rawas, RSUD Ibnu Sutowo Baturaja, RSUD Kayu Agung, RSUD Banyuasin,
RSUD Prabumulih, yang dapat menunjang menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian.
3.2.1.4. Kusta
Provinsi Sumatera Selatan termasuk daerah ”Low Endemik” Kusta, dengan
Prevalensi Rate (PR) < 1/ 10.000 penduduk dan Case Detection Rate (CDR) < 5 /
100.000 penduduk.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 29
Tujuan :
Menurunkan transmisi penyakit kusta pada tingkat tertentu sehingga kusta
tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Mencegah kecacatan pada semua penderita baru yang ditemukan melalui
pengobatan dan perawatan yang benar.
Menghilanglang stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah paham
masyarakat terhadap penyakit kusta melalui penyuluhan secara intensif.
Kebijakan :
Pelaksanaan program pengendalian kusta diintegrasikan pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas.
Pengobatan penderita kusta dengan MDT sesuai dengan rekomendasi WHO
di berikan Cuma-Cuma.
Penderita tidak boleh diisolasi.
Memperkuat sistem rujukan.
Case Detection Rate (CDR)
Penemuan kasus baru penderita kusta (case detection rate/ CDR) di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2008, yaitu
sebesar 3,05/100.000 pada tahun 2009 dan 3,99/100.000 pada tahun 2008. Target
SPM untuk CDR kusta adalah <5/100.000, ini menunjukkan bahwa P2 Kusta telah
memenuhi atau mencapai target SPM untuk tahun 2009. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Gambar berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 30
Gambar 3.15CDR (case detection rate) Kusta
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1998-2009
00,20,40,60,8
11,21,41,61,8
22,22,42,62,8
33,23,43,63,8
44,2
CDR 3,5 2,5 2,3 1,9 2,1 2 1,5 3,7 2,7 3,06 3,99 3,05
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 3.16Penemuan Kasus Baru (CDR) Penderita Kusta
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dalam upaya penanggulangan penyakit kusta, salah satu indikator yang
digunakan untuk menilai keberhasilannya adalah angka proporsi cacat tingkat II
(kecacatan yang dapat dilihat dengan mata) dan proporsi anak diantara kasus baru.
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 7
PA
LL
OKUS
MR
OKUT
OI
MB
LHT
4L
OKU
PLG
BA
OKI
ME
PB
PROV
CDR 0 0 0,3 0,4 0,32 0,78 1,15 1,47 1,86 1,87 2,22 2,44 2,54 4,04 6,53 3,05
PA LLOKU
SMR OKUT OI MB LHT 4L OKU PLG BA OKI ME PB
PRO
V
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 31
Gambar berikut menunjukkan angka proporsi Cacat tingkat II Provinsi Sumatera
Selatan yaitu 21,36%, masih dibawah target SPM untuk proporsi Cacat tingkat II
yaitu ≤ 5%. Hal ini disebabkan karena keterlambatan penemuan kasus, tingginya
Leprae Phoby di masyarakat, dan petugas kurang terampil dalam deteksi dini
penyakit kusta karena daerah low endemic. Dibandingkan tahun 2008, terjadi
peningkatan angka proporsi cacat tingkat II yaitu dari 13,36% menjadi 21,36%.
Gambar 3.17Proporsi Penderita Kusta Cacat Tingkat IIDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
CCT TK II 6,25 0 16 5,55 0 33,3 0 0 0 0 5 0 0 0 0 21,3
ABSOLUT 2 0 1 1 0 9 0 0 0 0 34 0 0 0 0 47
PLGPR
AMB OKI
OK
UME LHT
MU
RAPA LL BA OI
OK
UT
OK
US4 L
PR
OV
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
proporsi penderita kusta anak di Provinsi Sumatera Selatan adalah 4,09 %
dengan target SPM untuk proporsi penderita kusta anak sebesar ≤ 5%. Ini
menunjukkan bahwa P2 Kusta telah memenuhi atau mencapai target SPM proporsi
penderita kusta anak untuk tahun 2009. Hal ini dapat menggambarkan penularan
kusta yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan cukup terkendali.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 32
Gambar 3.18Proporsi Kusta Anak
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.5. Penyakit Menular yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Tabel 3.4Data Penyakit PD3I Per Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Neonatorum DifteriNo. Kabupaten/Kota
Penderita Meninggal Penderita Meninggal
Campak
1. OKU 2 2 0 0 152
2. OKI 0 0 1 0 36
3. Muara Enim 1 0 0 0 35
4. Lahat 1 1 0 0 95
5. Musi Rawas 0 0 0 0 33
6. Musi Banyuasin 0 0 2 1 155
7. Banyuasin 2 0 1 0 27
8. OKU Selatan 0 0 0 0 0
9. OKU Timur 0 0 0 0 34
10. Ogan Ilir 1 0 0 0 1
11. Empat Lawang 0 0 0 0 4
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
CDR 2,22 2,9 1,14 2,54 1,87 4,03 1,46 0,39 0 0 2,44 0,77 0,34 0,3 1,4 3,04
PLG PRA MB OKI OKU ME LHTMUR
APA LL BA OI
OKU
T
OKU
S4 L
PRO
V
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 33
12. Palembang 2 1 3 1 274
13. Prabumulih 0 0 0 0 39
14. Pagar Alam 0 0 0 0 17
15. Lubuk Linggau 0 0 0 0 52
Sumatera Selatan 10 4 7 2 954
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Dari tabel di atas terlihat bahwa jumlah kasus Tetanus Neonatorum (TN)
sebanyak 10 kasus dan meninggal 4 (CFR 40 %). Kasus TN terbanyak terdapat di
Kabupaten OKU, Banyuasin, dan kota Palembang, sedangkan CFR yang tertinggi
terjadi di kabupaten OKU dan Lahat (100%).
Gambar 3.19Penderita Tetanus Neonatorum
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Jum
lah
Penderita
Sumber : Subdin P2PL
Penderita 14 24 21 15 17 17 19
Meninggal 8 11 8 10 14 8 8
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Dari Gambar diatas terlihat ada kenaikan jumlah penderita Tetanus
Neonatorum pada tahun 2009 yaitu 19 orang dengan kematian 8 orang. Secara
Nasional, Sumatera Selatan menduduki posisi 3 terbesar kasus Tetanus Neonatorum
pada tahun 2008.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 34
Gambar 3.20Penderita Difteri
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
2
4
6
8
10
12
14
16
Penemuan 2 12 3 8 12 10 7
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber: Laporan Difteri Subdin PP&PL, tahun 2003 - 2009
Penemuan kasus difteri cenderung terjadi penurunan, kasus terbanyak pada
tahun 2007 (12 kasus) dan terendah pada tahun 2003 (2 kasus). Meskipun demikian,
Sumatera Selatan merupakan provinsi terbesar kedua untuk kasus difteri pada tahun
2008.
Tabel 3.5Distribusi Kasus Campak Berdasarkan Kelompok Umur
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007 - 2009
2008 2009No. Kab./Kota
<1 1-4 5-9 10-14 > 15 Total <1 1-4 5-9 10-14 > 15 Total
1 Palembang 39 77 112 69 94 391 24 69 67 97 67 2742 Prabumulih 1 5 6 2 1 15 10 12 7 5 5 393 Muba 13 23 24 14 15 89 26 48 42 15 24 1554 O K I 5 16 11 3 13 48 5 9 6 3 13 365 O K U 14 28 28 17 10 97 26 45 41 16 24 1526 M. Enim 22 36 19 8 13 98 10 4 7 8 6 357 Lahat 12 20 23 5 23 83 5 22 36 16 16 958 Mura 5 10 11 10 8 44 4 7 7 7 8 339 P. Alam 0 5 2 1 0 8 4 6 6 0 1 17
10 L. Linggau 0 0 0 1 2 3 4 6 17 15 10 5211 Banyuasin 5 9 2 1 0 17 1 8 12 5 1 2712 Ogan Ilir 4 1 2 0 1 33 0 17 13 1 3 3413 OKUT 0 0 0 0 0 8 8 1 1 1 0 1114 OKUS 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015 4 Lawang 0 4 0 0 0 4 1 0 0 0 0 1
Provinsi 125 234 246 135 194 938 33 161 134 63 49 440
Sumber : Tahun 2007 (Validasi Data Campak); tahun 2008 ( laporan integrasi kab/kota)
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 35
Data pada tabel di atas menunjukan bahwa kasus campak pada tahun 2008
tertinggi terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 24% dan terendah pada
kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 13,3%, sedangkan pada tahun 2009 kasus
campak tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun yaitu sebesar 36,59% dan terendah
pada kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 7,5%.
Gambar 3.21Penemuan Kasus Campak Rutin Menurut Kelompok Umur
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
109; 13%
202; 24%
223; 27%
146; 18%
150; 18%
< 1 Th 1-4 Th 5-9 Th 10-14 Th > 15 Th
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar kasus campak terjadi
pada kelompok umur > 5 tahun yaitu sebesar 62,5% jika dibandingkan pada
kelompok umur < 4 tahun (37,5%).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 36
Tabel 3.6Distibusi Kasus Campak Per Bulan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Kasus Campak Per BulanNo Kab./Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
1 Palembang 20 23 29 33 26 26 21 14 20 11 22 23 2682 Prabumulih 0 1 0 3 5 3 5 1 7 5 6 3 393 Muba 10 14 11 9 24 17 14 16 9 4 15 12 1554 O K I 2 2 8 2 5 5 2 2 5 0 1 2 365 O K U 11 14 11 9 24 18 14 16 9 3 11 12 1296 M. Enim 11 2 7 1 4 1 6 0 0 2 0 1 357 Lahat 5 6 5 7 5 6 15 8 11 2 15 10 958 Mura 4 4 3 3 11 5 1 2 0 0 0 0 339 P. Alam 4 3 8 0 1 2 1 0 0 0 0 2 2110 L. Linggau 1 5 2 4 2 10 8 7 7 4 2 0 5211 Banyuasin 1 3 6 5 4 5 0 1 2 0 0 0 2712 Ogan Ilir 7 3 1 0 1 3 2 5 5 0 0 7 3413 O. Timur 1 0 2 3 0 3 1 0 0 0 1 0 1114 O. Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 015. 4 Lawang 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
Provinsi 77 60 93 79 112 104 90 73 75 31 73 82 949
Sumber data : Laporan integrasi kab.kota, 2009
Gambar 3.22Data Campak Menurut Sumber Laporan Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009
0
50
100
150
200
250
2009 2008
2009 152 36 35 95 33 155 27 0 11 34 1 274 39 17 52
2008 97 48 98 83 44 89 17 0 8 33 4 391 15 8 3
OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 37
Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus klinis campak meningkat pada tahun
2009 di beberapa kabupaten/kota dengan jumlah peningkatan tertinggi pada kota
Lubuk Linggau dari 3 kasus pada tahun 2008 menjadi 52 kasus pada tahun 2009.
Gambar 3.23Sebaran Kasus Campak
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari gambar di atas, nampak masih ada kabupaten/kota yang belum mencapai
target kelengkapan laporan yaitu Kabupaten OKI, Empat Lawang dan OKU Timur.
Selain itu mulai bulan Juli 2009 dilaksanakan kegiatan Cases Based Méasles
Surveillance (CBMS), yaitu melakukan pemeriksaan spesimen darah penderita klinis
campak dengan konfirmasi laboratorium sebanyak 20% total perkiraan kasus dalam 1
tahun.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 38
Gambar 3.24Hasil CBMS
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
116
13
4261
0
50
100
150
2009 116 13 42 61
Spesimen Campak Rubella Negatif
Sumber : Laporan Integrasi S-AFP, TN & Campak Tahun 2009
Dari Gambar di atas, nampak bahwa hasil serologis pada 116 kasus klinis
campak yang ditemukan di Sumatera Selatan, ternyata 13 kasus IgM (+) campak
(11.2%), IgM(+) Rubella sebesar 36.2%, Campak & Rubella (-) sebesar 52,5%. Hal
ini menunjukkan perlunya dilakukan pemeriksaan spesimen pada kasus klinis campak
yang ditemukan sebagai upaya untuk intervensi program imunisasi dan sebagai dasar
pengambilan keputusan untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
Gambar 3.25Hasil Pelaksanaan CBMS Konfirmasi Laboratorium
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
15
30
45
60
75
90
Klinis Campak
Rubella Negatif
Klinis 8 0 6 0 2 4 3 0 0 3 1 83 2 2 2
Campak 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0
Rubella 2 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 35 1 0 1
Negatif 6 0 5 0 1 3 3 0 0 2 1 36 1 2 1
OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 39
Dari Gambar diatas terlihat bahwa kasus klinis dan laboratoris yang
terbanyak berasal dari Kota Palembang, mengingat memang jumlah penduduknya
yang lebih padat dibanding kabupaten/kota lain. Untuk Kabupaten Lahat, OKUS dan
OKUT tidak mengirimkan spesimen ke Balitbang Bomedis & Farmasi Depkes
sehingga tidak diketahui hasil konfirmasinya.
Gambar 3.26Kasus Campak (CBMS) Menurut Kelompok Umur dengan Konfirmasi Laboratorium
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0%
50%
100%
> 15 Th 37 22 12 1 2
10-14 Th 22 6 12 1 3
5-9 Th 26 15 7 2 2
1-4 Th 23 13 4 6 0
< 1 Th 8 6 0 2 0
Klinis Negatif Rubella Campak Equivocal
Dari Gambar diatas terlihat bahwa proporsi kasus positif campak terbanyak
terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (50%), positif Rubella terbanyak pada
kelompok umur 10-14 dan > 15 tahun yaitu masing-masing sebesar 34%.
3.2.1.6. Penyakit Potensial KLB / Wabah
1). Demam Berdarah Dengue
Sejak terjadi KLB DBD pada tahun 1998, maka diperkirakan akan terjadi
KLB lagi pada tahun 2003 (berdasar pola lima tahunan). Namun hingga tahun 2009
tidak terjadi KLB, seiring dengan adanya penurunan kasus/penderita, dimana situasi
tahun 2008 dari 2.357 penderita (IR 34/100.000 dan CFR 0,42%) menurun menjadi
1.774 penderita (IR 25/100.000 dan CFR 0.28%)) di tahun 2009.
Hal ini disebabkan karena kesadaran masyarakat untuk segera membawa
keluarga/penderita langsung ke Rumah Sakit atau sarana pelayanan kesehatan yang
terdekat, dan ini juga tidak luput dari kinerja petugas kesehatan, yaitu antara lain
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 40
upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan DBD dalam tata laksana kasus di
Rumah Sakit dan puskesmas.
Tujuan dari program:
Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
hidup sehat agar terhindar dari Penyakit Demam Berdarah Dengue dan
terselenggaranya kegiatan PemberantasanSarang Nyamuk (PSN) terutama
3 M plus secara berkesinambungan.
Menurunkan angka kesakitan kurang dari 20/100.000.dan kematian CFR
< 1% .
Gambar 3.27Kecenderungan Situasi DBDProvinsi Sumatera Selatan
Tahun 2001 - 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus DBD ditemukan setiap tahun,
sedangkan penemuan kasus yang meninggal tertinggi pada tahun 2004. Untuk
penanggulangan kasus DBD berbagai upaya sudah dilaksanakan setiap tahun seperti
penyebaran Surat Edaran Kewaspadaan DBD, Penangulangan Fokus, pendistribusian
larvasida, insektisida dan pelaksanaan Gertak PSN DBD.
1270
1621
2280
3487
2360
10481406
1511 1774
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 41
Tabel 3.7Distribusi Penemuan Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Perkabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
No Kab/kota Penderita IR(100.000
penduduk)
Kematian CFR(%)
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.
OKUOKIM. EnimLahatMuraMubaBanyuasinOku SelatanOku TimurOgan Ilir4 LawangPalembangPrabumulihPagar AlamL.Linggau
7611990267114100793
9651472749
393005141700211671072326
000021000002000
0.000.000.000.007.691.410.000.000.000.000.000.210.000.000.00
Prov 1774 25 5 0.28
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel di atas penemuan kasus DBD terbanyak untuk tahun 2009 yaitu di
kota Palembang sebanyak 965 kasus , Muara Enim sebanyak 199 kasus lalu disusul
oleh Prabumulih sebanyak 147 kasus. Angka kematian tahun 2009 yaitu sebanyak 5
orang (CFR 0,28%) dibandingkan tahun 2008 (0,42%).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 42
Gambar 3.28CFR Penderita DBD
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
1
2
3
4
5
CFR 2.05 1.26 0.6 0.5 0.4 0.1 0.3
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 3.29Perkembangan Penderita DBD
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Jum
lah
penderita
case 1511 1270 1621 2280 3487 2360 1774
death 31 16 9 2 13 3 5
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 3.29 di atas terlihat bahwa jumlah penderita dari tahun 2004
sampai 2007 mengalami peningkatan, dari 1270 penderita pada tahun 2004 menjadi
3.487 penderita pada tahun 2007 kemudian menurun pada tahun 2009 menjadi 1774
penderita, sedangkan kematian akibat DBD cenderung menurun, dari 31 pada tahun
2003 menjadi 5 kasus pada tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 43
Gambar.3.30Perbandingan Incidence Rate (IR)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008-2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Standar program untuk angka kesakitan (IR) adalah kurang dari 20/100.000.
Angka IR belum memenuhi standar program untuk tahun 2008 maupun tahun 2009.
Gambar 3.31Penemuan Penderita DBD yang DitanganiDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
34
25
0
5
10
15
20
25
30
35
2008 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 44
Gambar diatas menunjukkan bahwa Penemuan kasus DBD yang ditangani
tertinggi adalah Kabupaten Musi Rawas, Ogan ilir, dan Kota Pagar Alam. Sedangkan
Kabupaten Muara enim, Kota Palembang, dan Kota Lubuk Linggau berada pada
range pertengahan yaitu antara 70%-100%. Kabupaten OKU, OKI, Banyuasin, Musi
Banyuasin, Kota Prabumulih di bawah 70%, sedangkan Kabupaten OKUS, OKUT,
Lahat, Empat Lawang tidak ditemukan kasus.
2). Diare
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar
yaitu : infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab
lain.Tetapi yang sering ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare yang
disebabkan infeksi dan keracunan. Distribusi penderita diare pada tahun 2009 per
kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
Gambar 3.32Distribusi Penderita Diare Semua Umur PerKabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
2009 8791 1621 2045 7339 1156 1607 2255 2760 1634 1198 3089 5979 3102 1482 4430 2E+0
OKU OKI ME LhtMUR
A
MUB
ABA
OKU
S
OKU
TOI 4L PLG Prb PGA LLG Prov
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari data di atas dapat dilihat bahwa penderita diare terbanyak ada di
Palembang, Banyuasin, Muara Enim dan OKI. Hal ini disebabkan jumlah penduduk
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 45
yang banyak dan padat serta merupakan DAS (endemis diare). Selain itu juga
didukung oleh sistem pencatatan dan pelaporan yang baik. Sedangkan penderita diare
paling sedikit ada di Pagar Alam, OKUS, Empat Lawang dan Prabumulih dengan
alasan sebaliknya.
Gambar 3.33
TREND KEJADIAN DIARETREND KEJADIAN DIAREPROV SUMSEL BERDASARKAN BULANPROV SUMSEL BERDASARKAN BULAN
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
2008 2009
2008 15194 14355 16384 15036 15980 17334 18111 18042 16176 14977 13397 11493
2009 15419 14734 15635 15340 14040 17807 20210 25072 17886 18504 16249 15095
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa peningkatan kasus diare biasa terjadi
mulai dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus. Hal ini dikarenakan pada bulan-
bulan ini merupakan puncak musim kemarau sehingga warga kekurangan air bersih
untuk mencukupi kebutuhan sehari-sehari.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 46
Gambar 3.34Cakupan Penderita Diare yang Ditangani oleh Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
120
Capaian 78 54 72 51 54 73 65 20 66 74 34 98 53 30 56 67
Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
OK
UOKI ME Lht
MU
RA
MU
BABA
OK
US
OK
UTOI 4L
PL
GPrb Pga LLG
Pro
v
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa hanya kota Palembang yang
mencapai target, dikarenakan jumlah penduduk yang lebih banyak dan padat,
merupakan daerah aliran sungai dengan masih banyaknya tempat-tempat kumuh,
serta sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah baik dan rutin.
Berikut adalah gambaran penemuan penderita diare balita di kabupaten/kota
dengan target SPM 70%. Capaian 15 Kabupaten/Kota rata-rata 3,24%, yang berarti
bahwa persentase penderita balita yang ditangani terhadap jumlah perkiraan penderita
diare di wilayah tersebut adalah 3,24%. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
terjadi kenaikan jumlah penderita yaitu dari 67.391 penderita (capaian SPM 2,23%)
pada tahun 2008 menjadi 98.890 penderita (capaian SPM 3,24%) pada tahun 2009.
Untuk melihat sebaran kasus di 15 Kabupaten/Kota dapat melihat lampiran Tabel 10.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 47
Gambar 3.35Penemuan Penderita Diare
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
3.2.1.7. Rabies
Rabies adalah salah satu penyakit yang CFR-nya tinggi. Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti
anjing, kucing, kelelawar, kera, musang dan serigala yang di dalam tubuhnya terdapat
virus rabies.
Jumlah kasus gigitan hewan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah
808 orang sedangkan tahun 2008 ditemukan kasus 978 orang dan tidak ditemukan
penderita Lyssa (Rabies). Jumlah kasus gigitan hewan tertinggi terjadi di kabupaten
Muara Enim (158 kasus), kota Palembang (220 kasus), sedangkan kasus terendah
terjadi di Kabupaten Oku Selatan (12 Kasus).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 48
Tabel. 3.8Jumlah Kasus Rabies
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009
TahunNo Kab/Kota2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 347 427 135 327 245 232 220
2 Prabumulih 35 27 8 10 12 17 30
3 Pagar Alam 67 71 19 34 30 74 33
4 Lubuk Linggau 35 15 15 17 21 10 21
5 Ogan Ilir 0 0 0 65 39 17 77
6 OKUS 0 0 0 6 5 47 12
7 OKU 70 30 15 46 26 60 52
8 MURA 35 66 10 20 36 29 28
9 Lahat 79 69 34 34 19 88 58
10 OKI 67 83 29 85 41 48 30
11 Banyuasin 25 43 278 42 43 43 22
12 Muara Enim 261 239 74 269 242 266 158
13 OKUT 0 0 67 26 26 17 18
14 MUBA 32 40 0 55 24 28 27
15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0 22
16 Provinsi 1058 1113 684 1036 809 978 808Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.8. Filariasis
Limphatic Filariasis adalah penyakit parasit dimana cacing filaria
menginfeksi jaringan limfe. Parasit ini ditularkan pada manusia melalui gigitan
nyamuk yang telah terinfeksi, dan kemudian menjadi cacing dewasa dan hidup di
jaringan limfe. Tujuan dari P2 Filaria adalah untuk mendukung program eliminasi
kaki gajah ( ELKAGA) tahun 2020.
Dari tabel berikut terlihat bahwa sejak tahun 2004 kasus kronis filariasis telah
ditemukan di 10 Kabupaten/Kota yaitu di Kota Palembang, Prabumulih, Lubuk
Linggau, Kabupaten Ogan Ilir, MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, Muara Enim, OKU
Timur dan MUBA. Tetapi untuk 5 kabupaten yang lain masih perlu melakukan
program rapid survey secara efektif.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 49
Tabel 3.9Gambaran Penemuan kasus kronis filariasis
Provinsi Sumatera SelatanTahun 2004 – 2009
TahunNo Kab/Kota
2004 2005 2006 2007 2008 20091 Palembang 0 1 0 0 0 12 Prabumulih 0 0 0 2 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 24 Lubuk Linggau 0 1 0 1 0 15 Ogan Ilir 0 3 0 0 0 26 OKUS 0 0 0 0 0 147 OKU 0 0 0 0 0 18 MURA 0 2 0 0 0 29 Lahat 11 0 0 0 0 15
10 OKI 0 3 0 0 0 311 Banyuasin 15 13 9 8 13 13012 Muara Enim 5 4 3 5 4 1313 OKUT 0 5 9 0 0 014 MUBA 0 2 0 0 0 215 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari 15 Kabupaten/kota yang ditemukan kasus, hanya Kabupaten Banyuasin
yang mendapat penanganan yaitu dari 130 kasus, ditangani 53 kasus (38,81%)
melalui program pengobatan massal. Persentase kasus penyakit filariasis yang
ditangani dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.
Dari tabel berikut terlihat bahwa di 6 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu Kabupaten MURA, Lahat, OKI, Banyuasin, OKU Timur, dan
MUBA mempunyai MF rate > 1 %. Salah satu tujuan program P2 filariasis adalah
menurunkan MF rate < 1 %. Jika MF rate > 1 % berarti daerah tersebut merupakan
daerah endemis dengan program utama adalah pengobatan massal. Sedangkan untuk
daerah yang lain program yang dilaksanakan adalah rapid survey dan survey Darah
Jari. Dari 6 kabupaten endemis tersebut baru Kabupaten Banyuasin yang secara
kontinue telah melaksanakan pengobatan massal sejak tahun 2004.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 50
Tabel 3.10Gambaran MF rate Filariasis
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2004-2009
TahunNo Kab/Kota2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 0 0 0 0 0 02 Prabumulih 0 0 0 0 0 03 Pagar Alam 0 0 0 0 0 04 Lubuk Linggau 0 0 0 0 0 05 Ogan Ilir 0 0 0 0 0 06 OKUS 0 0 0 0 0 07 OKU 0 0 0 0 0 08 MURA 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3 % 1,3%9 Lahat 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%
10 OKI 0 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0%11 Banyuasin 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5 % 1,5%12 Muara Enim 0 0 0 0 0 0,2%13 OKUT 0 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4 % 1,4%14 MUBA 0 0 0 0 0 2,0%15 Empat Lawang 0 0 0 0 0 0
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.1.9. Influenza A Baru (H1N1)
Influenza A baru (H1N1) merupakan salah satu penyakit baru di Sumatera
Selatan (new emerging disease). Selama tahun 2009 ditemukan 4 (empat) kasus
suspek, dimana 2 (dua) orang diantaranya positif menderita penyakit ini yang berasal
dari Kabupaten OKU dan Kota Palembang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 51
Gambar 3.36Kasus dan Suspek Influenza A Baru (H1N1)Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
1
2
3
4
5
6
SUSPECT 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 4
POSITIF 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
SEMBUH 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 6
OKU OKI ME LHTMUR
AMBA BA
OKU
S
OKU
TOI PLG PBM PGA LLG PROP
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.2.2. Penyakit Tidak Menular
Data penyakit tidak menular (PTM) diperoleh dari rumah sakit berdasarkan
laporan tiap bulannya, serta dari puskesmas untuk 2 penyakit terpilih yaitu Hipertensi
dan Diabetes Mellitus.
Dari Gambar 3.37 berikut dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 terjadi
penurunan prevalensi penyakit Neoplasma, Diabetes Mellitus, dan Hipertensi namun
untuk lalin mengalami peningkatan walaupun tidak signifikan jika dibanding tahun
2008. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan kelengkapan laporan yang diterima di
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 52
Gambar 3.37Prevalensi Penyakit Tidak Menular Per 10.000 Penduduk
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
60
2004 11,37 17,09 34,52 25,97 18,08
2005 18,25 25,89 59,96 38,61 9,75
2006 19,44 11,61 30,11 33,24 7,9
2007 16,4 25,49 49,21 31,95 10,31
2008 17,42 28,85 55,17 30,26 11,39
2009 17,52 28,72 53,36 30,55 14,49
Neoplasma DM Hipertensi Jantung Lalin
Sumber: Laporan PTM Subdin PP&PL, tahun 2004 - 2009
Tabel 3.11Prevalensi Penyakit Tidak Menular per 10.000 penduduk
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
NO KAB/KOTA Karsinoma DM Hipertensi Peny.Jantung
KLL
1 Palembang 14.55 22.79 43.79 29.78 5.26
2 MUBA 0.18 1,03 1.25 0,05 1.16
3 Banyuasin 0.01 0,04 0,23 0,03 1,11
4 OKI 0.51 1.42 1,31 0,21 0,58
5 Prabumulih 1.16 1,32 3,02 0,13 1.26
6 M.Enim 0,17 0,19 0,23 0,07 1.13
7 Lahat 0 0 0 0 0
8 Lb.Linggau 0,04 0,05 0.19 0,02 1.05
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 53
9 MURA 0,30 0.05 0,25 0,13 1.14
10 Pagaralam 0,07 0,86 2,25 0,05 1,13
11 OKU 0,02 0,35 0,27 0,04 0,18
12 OKUT 0.52 0,62 0,57 0,04 0,49
Jumlah 17.53 28.72 53.36 30.55 14.49
Sumber: Laporan PTM Bidang PP&PL, 2009
Tabel 3.12Angka Kesakitan Secara Absolut
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
T O T A LNo. JENISPENYAKIT LK PR JUMLAH PREVALENSI
1/10.0001 Karsinoma 3.615 8.150 11.765 17.53
2 DM 6.565 12.710 19.275 28,72
3 Hipertensi 18.612 17.208 35.820 53.36
4 PenyakitJantung
11.121 9.099 20.500 30,55
5 KecelakaanLalin
5.913 3.813 9.726 14.49
6 Stroke 265 238 503 0,75
7 Psikosis 2 1 3 0,04
8 Com-ser 54 46 100 0,15Sumber: Laporan PTM, 2009
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa prevalensi PTM tertinggi per 10.000
penduduk di Sumatera Selatan adalah Hipertensi (53,36) dan diiringi Penyakit
Jantung (30,55), Diabetes Melitus (28,85) dan terendah Psikosis (0,04).
3.2.2.5. Cedera dan Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) dapat menyebabkan luka ringan, luka berat
maupun kematian. Selama tahun 2008, tercatat jumlah kecelakaan yang terjadi 2.026
meningkat dari 1.653 kasus pada tahun 2007, dengan jumlah korban sebanyak 3.706
orang dengan perincian 1.067 meninggal dunia, luka berat 1.312 orang, 1.327 luka
ringan. KLL yang terjadi berdasarkan kabupaten / kota dapat dilihat pada Gambar
berikut :
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 54
Gambar 3.38Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu LintasDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0 50 100 150 200 250 300
Lubuk Linggau
Pagar Alam
Prabumulih
Palembang
Empat Lawang
Ogan Ilir
OKU Timur
OKU Selatan
Banyuasin
Musi Banyuasin
Musi Rawas
Lahat
Muara Enim
OKI
OKU
Luka Ringan
Luka Berat
Meninggal
KKL
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
3.3. STATUS GIZI MASYARAKAT
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status Gizi Balita, Status Gizi
Wanita Usia Subur, Kurang Energi Kronik (KEK), dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY).
3.3.1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
BBLR (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau
BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup
bulan tetap berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 55
IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit
Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil.
Gambar 3.39Proporsi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1410
41154
629
3821
55179
7317
29137
470,41
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Proporsi BBLR di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 sebesar 0,41%
(rentang : 0,19% - 6,65%). Pada Gambar di atas, terlihat bahwa proporsi bayi BBLR
tertinggi terjadi di kota prabumulih (6,65%) dan proporsi BBLR terendah terjadi di
Kabupaten Muara Enim (0,19%).
Cakupan BBLR ditangani pada tahun 2009 mencapai 90,94% dan pada tahun
2008 mencapai 65%, mengalami peningkatan sebesar 25,9%. Selain itu terdapat
peningkatan penanganan di 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat, OKUS, Empat
Lawang, dan Kota Prabumulih, pada tahun 2008 tidak terdapat laporan penanganan
sedangkan pada tahun 2009 sudah dilaporkan. Distribusi cakupan BBLR ditangani
dapat dilihat pada lampiran Tabel 15.
3.3.2. Gizi Balita
Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah
dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur (BB/U).
Kategori yang digunakan adalah : gizi lebih (z-score > + 2 SD); gizi baik (z-score – 2
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 56
SD sampai + 2 SD); gizi kurang (z-score < - 2 SD sampai – 3 SD); gizi buruk (z-
score < - 3 SD).
Gambar 3.40Prevalensi Gizi Buruk
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
00,02
00,01
0,020,06
0,270,02
0,010
0,010,07
00,010,01
0,03
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Prevalensi gizi buruk Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sebesar 0,03%
(Rentang : 0 – 0,27%). Pada Gambar di atas terlihat bahwa prevalensi gizi buruk
tertinggi terjadi di Kabupaten Banyuasin (0,27%) kemudian diikuti oleh Kabupaten
Lahat (0,07%).
Berdasarkan hasil riskesdas 2007, secara umum prevalensi gizi buruk di
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan adalah 6,5% dan gizi kurang 11,7%. Bila
dibandingkan dengan Target MDG untuk Indonesia sebesar 8,5%, maka di
Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan target tersebut telah terlampaui, walaupun
pencapaian tersebut belum merata di 15 kabupaten/kota.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 57
Gambar 3.41Angka Gizi Buruk dan Gizi Kurang
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009
0
5
10
15
20
Gizi Buruk 0,95 1,31 1,12 0,7 1,07 6,50 0,04 0,03
Gizi Kurang 11,46 9,33 8,56 6,43 10,38 11,7
Total 12,31 10,64 9,68 7,13 11,45 18,2 0,04 0,03
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang Yankes Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 3.42Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa penanganan gizi buruk di Sumatera
Selatan sudah terdistribusi merata di 15 Kabupaten/Kota yang seluruhnya sudah
memenuhi target standar pelayanan minimum yaitu 100%.
Persentase Balita gizi buruk pada tahun 2009 adalah 0,03% menurun
dibandingkan tahun 2008 yaitu 0,04%. Jumlah dan persentase Balita gizi buruk dapat
dilihat pada lampiran Tabel 16.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 58
Gambar 3.43Cakupan Pemberian MP ASI
pada Anak Usia 6-24 bulan Keluarga MiskinDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009
Cakupan pemberian MP ASI belum terdistribusi merata. Kabupaten MUBA,
Muara Enim, OKUS, dan kota Pagar Alam sudah dapat memenuhi target SPM yaitu
mencapai 100%. Sedangkan kabupaten/kota lainnya memiliki capaian dibawah 70%.
3.3.3. Status Gizi Wanita Usia Subur Kurang Energi Kronik (KEK)
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur
15 – 19 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi
seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR.
Indikator Kurang Energi Kronik (KEK) menggunakan LILA < 23,5 cm.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 59
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Sesuai dengan tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan
secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Berikut ini akan diuraikan beberapa
upaya pelayanan kesehatan selama tahun 2009.
4.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) merupakan langkah awal
yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan kesehatan dasar secara cepat dan tepat, diharapkan sebagian besar
masalah kesehatan masyarakat telah dapat diatasi.
Pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu :
4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi.
Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan terhadap ibu hamil
risiko tinggi yang dirujuk, kunjungan neonatus, dan kunjungan bayi.
4.1.1.1. Pelayanan Antenatal (K1 dan K4)
Pelayanan kesehatan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan
kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa
kehamilannya sesuai dengan pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 60
berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat
dari cakupan pelayanan K1 dan K4.
Cakupan K1 atau juga disebut akses pelayanan ibu hamil merupakan
gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K4 adalah
gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai
standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada
trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga.
Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas pelayanan kesehatan kepada
ibu hamil. Gambaran cakupan K1 dan K4 Provinsi Sumatera Selatan dalam 6 tahun
terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut ini :
Gambar 4.1Persentase Cakupan Pelayanan K1 dan K4 Ibu Hamil
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
25
50
75
100
Pers
enta
se
K1 94,05 91,54 91,63 91,8 94,75 90,41 94,42
K4 86,53 85,16 85,31 85,86 88,05 84,45 88,6
K1-K4 7,52 6,38 6,32 5,94 6,7 5,96 5,82
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa persentase cakupan K1 dan K4 terjadi
kenaikan. Cakupan K1 sebesar 90,41% pada tahun 2008 meningkat menjadi 94,42%
pada tahun 2009, begitu juga dengan Cakupan K4 sebesar 84,45% pada tahun 2008
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 61
meningkat menjadi 88,6% pada tahun 2009. Beberapa kemungkinan penyebab
fluktuasi cakupan pelayanan K1 dan k4 antara lain masih lemahnya sistem
pencatatan dan pelaporan dari tingkat dasar (puskesmas) maupun kabupaten/kota,
data yang diterima dari Bidan di Desa ke puskesmas masih ada yang tidak
terlaporkan, PWS KIA sebagai alat pemantauan wilayah setempat untuk
pengumpulan data dan monitoring dalam pengisiannya masih belum sesuai dengan
standar yang ada dan belum dianalisa sebelum dikirim ke tingkat provinsi, adanya
pemekaran wilayah yang menyebabkan belum siapnya SDM yang ada di wilayah
tersebut, program P4K dengan stiker belum sepenuhnya terlaksana.
Dari gambar tersebut dapat dilihat juga selisih antara K1 dan K4, yang
semakin menurun dari tahun ke tahun, menunjukkan bahwa semakin banyak ibu
hamil yang melakukan kunjungan pertama pelayanan antenatal diteruskan hingga
kunjungan keempat pada trimester 3 sehingga kehamilannya dapat terus dipantau
oleh petugas kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Gambaran cakupan K4 menurut kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini :
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 62
Gambar 4.2Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Gambar di atas menunjukkan bahwa kabupaten/kota dengan persentase
cakupan pelayanan K4 yang sudah memenuhi target standar pelayanan minimum
yaitu minimal 90.03% adalah Kabupaten Musi Rawas, Prabumulih, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ilir, kota Palembang, Pagar Alam, dan Lubuk Linggau (warna hijau).
Persentase cakupan K4 di 8 kabupaten lainnya masih dibawah target yaitu pada
range 70%-90% (warna kuning) terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin,
Muara Enim, Lahat, OKU, OKU Timur, OKU Selatan, Empat Lawang.
Selain mengupayakan peningkatan cakupan K4, harus diupayakan pula
peningkatan kualitas K4 yang sesuai standar. Salah satu pelayanan yang diberikan
saat pelayanan antenatal yang menjadi standar kualitas adalah pemberian zat besi
(Fe) 90 tablet (Fe3) dan imunisasi TT (TT2).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 63
Gambar 4.3Persentase Cakupan K4, Fe3, dan Status Imunisasi TT pada Ibu Hamil
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0 20 40 60 80 100 120 140
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
TT 8,99 10,1 77,8 91,3 102 215 8,23 87,4 7,81 10,2 171 62 495 158 7,63 19,4
K4 80,6 90,3 87,7 85,8 91,4 84,6 82,7 89,2 89,1 91,1 73,2 94,8 94,2 94,4 93,6 88,6
Fe3 91,5 73,8 79,7 93,8 73,2 75,6 69,8 89,2 81,1 65,9 91,4 85,8 87,7 56,6 74,5 80,3
Lubu
k
Ling
Pag
ar
Alam
Prab
umul
ih
Pale
mba
ng
Emp
at
Law
Oga
n Ilir
OKU
Timu
r
OKU
Selat
an
Bany
uasi
n
Musi
Bany
uasi
Musi
rawa
s
Laha
t
Muar
a
Eni
OKI OKUSum
sel
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat selisih persentase
cakupan K4 dengan Fe3 dan TT. Cakupan K4 di Sumatera Selatan tahun 2009 adalah
89% sedangkan Fe3 80%, terdapat selisih 9%, sedangkan jika dibandingkan antara
cakupan K4 (89%) dengan cakupan TT yang hanya mencapai 19%, diperoleh selisih
sebesar 80%. Jika dibandingkan dengan tahun 2008, selisih cakupan K4 (84,45%)
dengan Fe3 (64,32%) adalah 20,13% dan selisih antara K4 (84,45%) dengan TT
(7,4%) adalah 77,05%. Selisih antara K4 dengan Fe3 menurun dari tahun 2008
sampai 2009 (menurun 11,13%), yang menunjukkan kinerja yang positif. Sedangkan
selisih antara K4 dengan TT semakin meningkat dari tahun 2008 sampai 2009
(meningkat 2,95%), yang berarti gap nya semakin besar. Hal ini dimungkinkan
disebabkan sistem pencatatan dan pelaporan ketiga variabel tersebut belum terpadu.
Distribusi cakupan K1 dan K4 dapat dilihat pada lampiran Tabel 17 dan
distribusi cakupan Fe1, Fe3, dan TT dapat dilihat pada lampiran Tabel 25 dan 26.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 64
4.1.1.2. Pertolongan Persalinan oleh Nakes dengan Kompetensi Kebidanan
Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan meningkat sekitar 4%,
yaitu dari 79,25% pada tahun 2004 menjadi 87,83% pada tahun 2009. Gambaran
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat padas
gambar 4.4 berikut ini :
Gambar 4.4Persentase Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003- 2009
0
20
40
60
80
100
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel
Linakes 80,7 79,25 81,27 82,77 83,12 84 87,83
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gambar diatas memperlihatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
dari tahun 2003 sampai tahun 2009, terjadi peningkatan pada setiap tahunnya dan
kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,83%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 65
Gambar 4.5Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu wilayah yaitu
kota prabumulih yang berada pada range terendah yaitu <60%, sedangkan 6
Kabupaten yaitu Banyuasin, Empat Lawang, Lahat, OKU, dan OKU Timur berada
pada range 60%-85,08%. Cakupan 8 kabupaten/Kota Lainnya sudah memenuhi
target standar pelayanan minimum yaitu minimal 85,08%. Jika dibandingkan dengan
tahun 2008, capaian Kota Prabumulih adalah 90,79%, terjadi penurunan sebesar
11,79% terhadap tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 66
Gambar 4.6Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Kabupaten Muara Enim
masih rendah yaitu dibawah 10%, sedangkan di Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Musi
Rawas, Kota Palembang dan Kota Pagar Alam berada pada range pertengahan yaitu
antara 10-25,76%. Sembilan Kabupaten/kota lainnya sudah mampu memenuhi target
standar pelayanan minimum yaitu minimal 25,76%. Khusus Kabupaten Prabumulih,
persentasenya adalah 115,87% sehingga pada gambar diatas dinyatakan dengan
warna hijau yang berarti memenuhi target SPM, dibandingkan tahun 2008, capaian
Kabupaten Prabumulih justru paling rendah diantara 15 kabupaten/kota lainnya,
yaitu hanya 0,39%.
4.1.1.3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini
komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap ibu nifas
dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan waktu: 1).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 67
Kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan sampai 7 hari; 2).
Kunjungan nifas kedua (KF2) dilakukan pada minggu ke-2 setelah persalinan; dan
3). Kunjungan nifas ketiga (KF3) dilakukan minggu ke-6 setelah persalinan.
Pelayanan yang diberikan meliputi: 1). Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu; 2). Pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3). Pemeriksaan lokhia dan per
vaginam lainnya; 4). Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, 5).
Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak 2x (2x24 jam), dan 6). Pelayanan
KB pasca persalinan.
Gambar 4.7Cakupan Pelayanan Nifas
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Cakupan pelayanan nifas sudah terdistribusi cukup baik, 14 Kabupaten/kota
sudah memenuhi target standar pelayanan minimum yaitu 85,08%. Hanya Kabupaten
OKU yang belum mencapai target, masih berada pada range 60%-85,08%.
Dibandingkan tahun 2008, Kabupaten OKU mencapai persentase 83,3%
sedangkan tahun 2009 75,64%. Kabupaten Muara Enim pada tahun 2008 tercatat 0%
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 68
sedangkan tahun 2009 mencapai target SPM. Distribusi cakupan pelayanan nifas
dapat dilihat pada lampiran Tabel 17.
4.1.1.4. Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk
Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan
Puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki risiko tinggi (Risti) dan memerlukan
pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan,
maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang
memadai. Dalam hal ini persentase ibu hamil dengan kondisi risiko tinggi yang
dirujuk pada tahun 2008 di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 4.8Persentase Cakupan Ibu Hamil Risiko Tinggi yang Dirujuk
Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
38,8986,67
18,55115,94
20,6663,98
17,6983,44
49,5543,89
63,315,93
41,2
17,25 82,194
0 20 40 60 80 100 120 140
sumselL.Linggau
P.AlamPrabumulihPalembang
4 LawangOI
OKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat
M.EnimOKI
OKU
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel
Dari gambar di atas terlihat bahwa kabupaten/kota dengan cakupan tertinggi
adalah di Kota Prabumulih (115,94%) dan Lubuk Linggau (86,67%) , sedangkan
yang terendah adalah Muara Enim (4%). Persentase cakupan Ibu hamil risiko tinggi
yang dirujuk di Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 11,24% pada
tahun 2008 menjadi 38,89% pada tahun 2009. Distribusi menurut Kabupaten/kota
dapat dilihat pada lampiran Tabel 28.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 69
4.1.1.5. Kunjungan Neonatus
Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki
risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk
mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari) minimal
dua kali, satu kali pada umur 0 – 7 hari dan satu kali pada umur 8 – 28 hari. Dalam
melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan
pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada ibu.
Cakupan kunjungan neonatal (KN) selama periode tahun 2003 – 2009 dapat dilihat
pada gambar berikut, terlihat bahwa ada sedikit peningkatan dari tahun 2008 sebesar
82.4% menjadi 82,68% pada tahun 2009.
Gambar 4.9Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
20
40
60
80
100
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel
KN 86,57 86,61 88,38 77,17 81,74 82,4 82,68
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gambaran Cakupan Kunjungan Neonatal menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 terlihat pada gambar 4.9, bahwa cakupan
tertinggi terjadi di Kabupaten OKU Selatan (91,94%), diikuti oleh Kabupaten Lahat
(90,32%). Sedangkan cakupan terendah terjadi di Kabupaten Empat Lawang
(40,15%).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 70
Gambar 4.10Persentase Cakupan Kunjungan Neonatal
Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
OKU OKI ME LHT MURAMUBA BA OKUTOKUS OI 4L PLG PBM PA LLG PROV.
2009 66. 94. 82. 89. 70. 88. 83. 91. 78. 83 70 87. 71 95. 88 82.
Sumber laporan kesga dan reproduksi dinkes prov sumsel Tahun 2009
Gambar 4.11Cakupan Kunjungan Neonatal
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 71
Distribusi capaian standar pelayanan minimum cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani sudah cukup baik. Terdapat 5 Kabupaten/kota yang belum
memenuhi target SPM yaitu berada pada range antara 60-79,9%, meliputi Kabupaten
Musi Rawas, Empat Lawang, OKU, OKU Timur, dan Kota Prabumulih. Sedangkan
10 Kabupaten/kota lainnya sudah memenuhi target minimal 79,99%. Dibandingkan
tahun 2008, capaian Sumatera Selatan hanya 2,6% meningkat menjadi 10,92% pada
tahun 2009. Selain itu, Kabupaten Banyuasin dan Kota Lubuk Linggau pada tahun
2008 tercatat 0 (tidak ada data) sedangkan pada tahun 2009 tercatat memenuhi target
SPM.
4.1.1.6. Kunjungan Bayi
Gambar 4.12Cakupan Kunjungan Bayi
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Distribusi cakupan kunjungan bayi masih belum merata. Di Kabupaten OKU
Selatan, Empat Lawang, Kota Prabumulih, Pagar Alam, dan Lubuk linggau belum
memenuhi target dan berada pada range terendah, yaitu dibawah 70%. Di Kabupaten
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 72
OKU,OKUT, OI,Muara Enim, Lahat, Musi Rawas jugamasih belum memenuhi
target dan berada pada range 70-89,99%. Hanya 4 Kabupaten/kota yaitu OKI,
Banyuasin, Musi Banyuasin, dan kota Palembang yang memenuhi target minimum
yaitu 89,99%. Khusus Kota Palembang dan Kabupaten Musi Banyuasin,
persentasenya masing-masing adalah 101,16% dan 108,47% (diatas 100%).
Dibandingkan tahun 2008, cakupan kunjungan bayi Provinsi Sumatera
Selatan adalah 69,59% meningkat menjadi 87,47% pada tahun 2009.
4.1.2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah, Usia Sekolah, dan Remaja
Pelayanan kesehatan pada kelompok ini dilakukan dengan pelaksanaan
pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra
sekolah, pemeriksaan anak Sekolah Dasar/Sederajat, serta pelayanan kesehatan pada
anak remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga
terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil.
Cakupan Puskesmas yang mampu menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) minimal 1 puskesmas tiap kecamatan dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 4.13Persentase Cakupan Puskesmas yang Mampu Menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
30
22
100000
101
03
0
0 2 4 6 8 10 12
BanyuasinOKU
PalembangOKU
Ogan IlirMura
L.LinggauPrabumuli
P.AlamMUBA
OKILahat
M.EnimOKU
Empat L
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 73
Persentase cakupan puskesmas yang mampu menyelenggarakan PKPR masih
rendah disebabkan puskesmas PKPR harus memenuhi keempat persyaratan sebagai
berikut yaitu 1). Harus melakukan pembinaan kesehatan terhadap minimal 1 sekolah
per tahun; 2). Melatih kader kesehatan remaja di sekolah minimal sebanyak 10% dari
murid di sekolah binaan; 3). Memberikan pelayanan konseling pada semua remaja
yang memerlukan konseling yang kontak dengan petugas PKPR; dan 4).
Melaksanakan kegiatan KIE di sekolah binaan minimal 2 kali per tahun. Jika hanya
memenuhi satu hingga tiga persyaratan tersebut, maka belum dapat dikategorikan
sebagai puskesmas PKPR. Kabupaten OKI tercatat memiliki puskesmas dengan
pelayanan PKPR tertinggi, sedangkan Kabupaten lain yang belum memiliki
puskesmas PKPR (jumlah=0) adalah OKU Timur, MURA, MUBA, Empat Lawang,
Muara Enim, Kota Lubuk Linggau, Pagar Alam, dan Prabumulih.
Gambar 4.14Persentase Cakupan Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang Balita
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
20
40
60
80
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Prov.Sumsel
Bayi 50,3 55 45 48 49,4 69,59 52,05
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Gambar diatas menunjukkan terjadi penurunan persentase cakupan deteksi
dini dan intervensi tumbuh kembang balita di Sumatera Selatan yaitu dari 69,69%
pada tahun 2008 menjadi 52,05% pada tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 74
Gambar 4.15Cakupan Pelayanan Anak Balita
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas menunjukkan bahwa distribusi persentase anak balita
yang memperoleh pelayanan pemantauan belum merata. Terdapat 6 Kabupaten/kota
yang sudah memenuhi target SPM minimal 88.12%. Sedangkan 8 Kabupaten lainnya
belum mencapai target, yaitu Kabupaten Musi Banyuasin dan Muara Enim berada
pada range 60-88,12%, Kabupaten Musi Rawas, OKI, OKUT, OKU, OKUS, kota
Lubuk Linggau dan Prabumulih berada pada range terendah yaitu dibawah 60%.
Jika dibandingkan dengan tahun 2008, persentase anak balita yang
memperoleh pelayanan pemantauan di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2008 adalah
72,87% (542.444 anak balita) dan persentase tahun 2009 adalah 52,05% (164.240
anak balita). Terjadi penurunan yang cukup tinggi di tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 75
Gambar 4.16Cakupan Penjaringan Siswa SD dan Setingkat
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Gambar di atas menunjukkan distribusi cakupan penjaringan siswa SD belum
merata. 6 Kabupaten/kota sudah memenuhi target SPM yaitu minimal 40%. 9
kabupaten/kota lainnya belum memenuhi target, terdiri dari 2 kabupaten yaitu
Banyuasin dan Ogan Ilir berada pada range 10-40%, 6 kabupaten OKU Timur, OKU,
OKU Selatan, Empat Lawang, Kota Lubuk linggau dan Pagar Alam tercatat 0%, dan
kabupaten Musi Rawas 3,59%. Kota Palembang tercatat memiliki capaian 100,21%
(diatas 100%). Dibandingkan tahun 2008, laporan (data) dari 15 kabupaten/kota ini
belum ada.
4.1.3. Pelayanan Keluarga Berencana
Tingkat pencapaian Pelayanan Keluarga Berencana dapat digambarkan
melalui cakupan peserta KB yang ditunjukkan melalui peserta KB Aktif, kelompok
sasaran program yang sedang menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan serta
jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 76
Gambar 4.17Persentase Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru
Menurut Kabupaten/ KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
84,9264,68
57,2846,62
70,774,95
78,380,43
69,3974,75
78,4657,34
77,3577,05
66,4469,08
15,0825,4225,8
29,03132,18
20,2124,73
34,9344,63
32,0217,91
10,8722,35
17,7226,46
31,9
0 20 40 60 80 100 120 140
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat Law angOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMUBAMURALahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Kantor BKKBN Provinsi Sumatera Selatan
BARU
AKTIF
Pada gambar di atas, terlihat bahwa Cakupan Peserta KB Aktif tahun 2009 di
Provinsi Sumatera Selatan sekitar 69,08% (Rentang : 46,62% - 84,92%). Cakupan
Tertinggi Peserta KB Aktif ada di Kota Lubuk Linggau (84,92%) dan Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan (80,43%), sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota
Palembang (46,62%).
Cakupan Peserta KB Baru di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 adalah
31,90% (Rentang : 10,87% - 132,18%). Cakupan Peserta KB Baru tertinggi terjadi di
Kabupaten Musi Rawas (132,18%), sedangkan cakupan terendah terjadi di Kota
Palembang (10,87%).
Alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta KB Baru
maupun peserta KB Aktif adalah suntikan kemudian pil dan implant.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 77
Gambar 4.18Persentase Cakupan Pelayanan Peserta KB Baru Berdasarkan Jenis Alat Kontrasepsi
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
433,708
319,954
40,30133,052
165,01330,202
IUD
MOP/MOW
Implant
Suntik
Pil
Kondom
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 4.19Cakupan Peserta KB Aktif
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Cakupan peserta KB aktif di Kota Palembang masih rendah capaiannya yaitu
dibawah 50%, sedangkan di Kabupaten Banyuasin, Lahat, OKU, Kota Prabumulih
dan Pagar Alam berada pada range 50%-70%. 8 Kabupaten/kota lainnya sudah
memenuhi target standar pelayanan minimum minimal 70%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 78
Dibandingkan tahun 2008, persentase peserta KB aktif Provinsi Sumatera
Selatan adalah 74,79% (1.036.348 peserta KB Aktif) menurun menjadi 69,08%
(1.022.230 peserta KB Aktif) pada tahun 2009. Tetapi terjadi peningkatan persentase
peserta KB baru, yaitu pada tahun 2008 sebesar 24,78% (343.323 peserta KB baru)
menjadi 31,90% (472.124 peserta KB baru) pada tahun 2009.
4.1.4. Pelayanan Imunisasi
Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan
proyeksi terhadap cakupan atas imunisasi secara lengkap pada sekelompok bayi. Bila
cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam wilayah
tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau bayi (herd
immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan Immunisasi
(PD3I). Dalam hal ini Pemerintah mentargetkan pencapaian UCI pada wilayah
administrasi desa/kelurahan.
UCI Desa merupakan indikator penting dalam program imunisasi. Target
UCI tahun 2009 adalah >98 %, artinya target UCI tercapai bila minimal 98 %
desa/kelurahan di kabupaten/kota telah memenuhi target imunisasi campak sebagai
imunisasi rutin terakhir. Cakupan UCI Desa tahun 2009 Provinsi Sumatera Selatan
saat ini adalah 82,5 %, artinya masih sangat jauh dibanding target (98 %). Apalagi
tahun 2010 ini target UCI harus 100 % desa/keluarahan, sesuai Kepmenkes nomor
741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) kabupaten/Kota. Adapun
cakupan UCI Desa tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 79
Gambar 4.20Hasil Cakupan Desa UCI
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Hasil Cakupan UCI DesaProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
HASIL 100 99 98.7 95 95 94.4 94.2 94 90.4 88.6 86.1 75.7 67.6 65.4 12.1 82.5
TARGET 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98
Plg B.Asin M.Enim OKUT Mura Lb.Lg 4 Lwg OKU Muba P.Alam Lahat Prabu OKI O.Ilir OKUS Sumsel
Sumber: Laporan UCI Tahun 2009
Berdasarkan Gambar di atas terlihat bahwa dari 15 kabupaten/kota, ternyata
hanya 3 (tiga) kabupaten/kota mencapai UCI Desa, yaitu Kota Palembang,
Kabupaten Banyuasin dan Muara Enim. Sedangkan kabupaten/kota lainnya tidak
mencapai target UCI desa. Hal ini memerlukan perhatian yang serius bagi
kabupaten/kota yang belum mencapai target, karena UCI merupakan salah satu
Indikator Penting pencapaian Indonesia Sehat 2010. Hal ini juga menjadikan
kab/kota yang belum UCI tersebut menjadi daerah resiko tinggi penularan PD3I, dan
harus diwaspadai kemungkinan sewaktu-waktu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB),
akibat banyaknya anak yang tidak diimunisasi lengkap sehingga tidak kebal terhadap
PD3I.
Sebagai perbandingan, cakupan Desa UCI sejak tahun 2003 hingga 2009 per
kabupaten/kota se Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 80
Gambar 4.21Hasil Cakupan Desa UCI
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-3009
Sumber: Laporan UCI Bidang PP&PL, Tahun 2003 - 2009
Dari Gambar di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun cakupan Desa UCI di
kabupaten/kota terjadi fluktuasi dan tidak stabil. Hal ini perlu mendapat perhatian
lebih lanjut, karena tahun 2009 semua petugas kabupaten/kota sudah dilatih
mengenai program imunisasi, baik teknis program maupun cold chain. Selain itu
juga sarana dan prasarana sebagian sudah disediakan dari provinsi, termasuk dana
untuk bimbingan teknis dan pertemuan koordinasi tingkat puskesmas di
kabupaten/kota masing-masing. Perlu dipikirkan untuk intervensi pejabat yang lebih
tinggi, supaya cakupan imunisasi yang merupakan kegiatan rutin ini dapat diperbaiki
kinerjanya.
HASIL CAKUPAN DESA U.C.I.
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2003-2009
05
101520253035404550556065707580859095
100
2003 94,1 90,2 95,7 84,3 93 80,5 100 73,2 82,3 0 0 62,9 96,4 0 0 84,4
2004 94,2 97 97,3 86,1 88,6 81,4 89,8 80,6 84,2 0 0 83,9 88,6 75,6 0 82,4
2005 97,1 97,2 96 91,9 76,6 77 90,3 91,6 85,2 88,3 40,6 71 91,4 78 0 83,6
2006 98,1 95,8 97,3 86,1 84 86 0 90,3 80,7 85,5 9,7 78,4 88,6 95,3 0 84
2007 100 89,9 98,2 93,9 93,5 77,8 86,1 94,6 86,1 87,3 88,1 62,2 100 93 0 89,3
2008 99,1 97,2 98,6 90,8 95,8 69,3 94,4 79,5 80,1 76,3 76,3 75,7 94,3 82,1 32,7 81,9
2009 100 90,4 99,1 95 98,7 86,1 94,4 67,6 94 95 12,1 75,7 88,6 65,4 94,2 82,5
PLG MUBA B.Asin MURAM.Eni
mLahat
L.Ling
auOKI OKU OKUT OKUS
PRAB
U
P.Ala
m
Ogan
Ilir
4
Lawan
g
Sumse
l
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 81
Gambar 4.22Hasil Cakupan Desa UCI
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Distribusi cakupan desa UCI belum merata, terdapat 3 (tiga) wilayah yang
memenuhi standar pelayanan minimum 98%, yaitu Kota Palembang, Kabupaten
Banyuasin dan Muara Enim. 12 Kabupaten lainnya yang terdiri dari Kabupaten
MUBA, MURA, Empat lawang, Lahat, OKU, OKUT, Kota Lubuk Linggau,
Prabumulih, dan Pagar Alam berada pada range 70-98%, sedangkan cakupan
Kabupaten OKUS, OI, dan OKI masih dibawah 70%.
4.1.4.1. Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
Salah satu strategi yang tercantum dalam Global Immunization Vision and
Strategy (GIVS) 2006 – 2015 adalah “to protect more people in a changing world”.
Untuk mengimplementasikan visi tersebut, maka kegiatan yang dapat dilaksanakan
adalah melakukan pemberian imunisasi pada anak yang lebih tua, dalam hal ini
adalah murid sekolah dasar. Pemberian imunisasi pada murid sekolah yang disebut
BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) telah dilaksanakan secara rutin sejak tahun
1984, dimana saat ini murid kelas 1 SD/MI menerima imunisasi DT dan Campak,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 82
sedangkan murid kelas 2 dan kelas 3 menerima imunisasi TT. Pelaksanaan BIAS ini
merupakan salah satu kegiatan rutin yang harus dilaksanakan bekerjasama dengan
pihak sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah.
Namun demikian masih ada kabupaten/kota yang tidak melaksanakan BIAS
tersebut dengan berbagai permasalahan. Untuk tahun 2008, kabupaten yang tidak
melaksanakan BIAS DT adalah Kota Prabumulih, Kab. OKI, Lahat, Empat Lawang
dan OKU Timur. sehingga pada tahun 2009 nanti harus melaksanakan BIAS DT
untuk murid kelas 1 dan kelas 2. Sedangkan yang tidak melaksanakan BIAS TT
adalah Kota Prabumulih, Kab. OKU Timur dan Empat Lawang, sehingga tahun 2009
nanti harus melaksanakan BIAS TT pada murid kelas 2 hingga kelas 4.
Gambar 4.23Hasil Cakupan BIAS DT Klas I
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Hasil Cakupan BIAS DT Klas IProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
HASIL 100 100 99.8 99.2 98.8 98.8 98 98 97.7 97.6 93.4 88.7 23.6 Tdk mlk Tdk mlk 88.3
TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Mura OKUT Lb.Lg B.Asin 4 Lwg Lahat OKU Muba Plg OKI M.Enim Prabu O.Ilir P.Alam OKUS Sumsel
Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, 2009
Dari Gambar di atas menunjukan bahwa hanya Kabupaten MURA dan OKU
Timur yang mencapai cakupan BIAS DT l00 %. Sedangkan yang tidak
melaksanakan BIAS DT/TT adalah Kota Pagaralam dan Kab. OKU Selatan.
Akibatnya pada tahun 2010 ini selain harus tetap melaksanakan BIAS Campak dan
DT pada murid kelas 1 SD/MI, juga harus melaksanakan BIAS TT untuk murid kelas
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 83
2 hingga kelas 4. Untuk kabupaten Ogan Ilir hanya melaksanakan di 6 wilayah kerja
puskesmas saja. Tidak dilaksanaanya BIAS di 3 (tiga) kabupaten/kota tersebut
seperti kebijakan Depkes, disebabkan karena tidak tersedianya dana operasional.
Gambar berikut menunjukan Cakupan BIAS TT dengan 100 % hanya
terdapat di Kabupaten OKU Timur. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Kampanye
Imunisasi Campak tahun 2006 di Sumatera Selatan, dan sebagai upaya menuju
tahapan Reduksi Campak di Indonesia, maka mulai tahun 2007 dilaksanakan BIAS
Campak bagi murid SD/MI kelas 1. Pemberian imunisasi campak dosis kedua pada
murid sekolah ini dimaksudkan sebagai booster, yang akan meningkatkan kekebalan
terhadap penyakit campak seumur hidup.
Gambar 4.24Hasil Cakupan BIAS Klas II & III
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Hasil Cakupan BIAS Klas II & IIIProvinsi Sumatera Selatan tahun 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
HASIL 100 99.8 99.7 99.7 99 98.9 98.7 98.6 98.2 97.8 92.9 87.3 19.4 Tdk mlk Tdk mlk 88.9
TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
OKUT Lahat Lb.Lg B.Asin OKU 4 Lwg M.Enim Plg OKI Mura Muba Prabu O.Ilir P.Alam OKUS Sumsel
Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, 2009
Namun demikian Kabupaten OKU Selatan juga tidak melaksanakan BIAS
Campak ini, sehingga pada tahun 2010 nanti harus melaksanakan BIAS Campak
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 84
pada semua murid SD/MI kelas 1 dan kelas 2. Adapun hasil pelaksanaan BIAS
Campak tahun 2009 adalah sebagai berikut:
Gambar 4.25Hasil Cakupan Bias Campak
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Hasil Cakupan BIAS CampakProvinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
DES '08 100 100 100 99.9 99.8 99.2 99 98.3 98.1 97.9 97.5 96.6 96.6 82.9 Tdk mlk 94.9
TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
M.Enim P.Alam OKUT Mura Lb.Lg B.Asin Lahat 4 Lwg Plg OKU OKI O.Ilir Muba Prabu OKUS Sumsel
Sumber: Laporan BIAS Bidang PP&PL, tahun 2009
4.1.5. Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan juga dilakukan secara khusus kepada kelompok Pra
Usia Lanjut dan Usia Lanjut, dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami
gangguan kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Pada gambar 4.18 terlihat
bahwa persentase lanjut usia yang dibina mengalami peningkatan dari 27,4%
menjadi 41,18%, namun sebaliknya, persentase cakupan puskesmas yang melayani
kesehatan usia lanjut mengalami penurunan dari 82,23% menjadi 81,95%.
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya Usia Harapan Hidup (UHH) masyarakat Indonesia. Dimana pada
RPJMN DepKes tahun 2009 diharapkan terjadi peningkatan dari 66,2 tahun menjadi
70,6 tahun. Dengan meningkatnya UHH maka populasi penduduk yang berusia
lanjut juga mengalami peningkatan sangat bermakna. Pada tahun 2010 diperkirakan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 85
jumlah penduduk berusia lanjut di Indonesia sebesar 24 Juta Jiwa atau 9,7% dari
Jumlah Penduduk.
Gambar 4.26Jumlah Usila Dibina dan PKM yang membina
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
Usila Dibina 91,51 27,75 12,11 2,62 31,21 16,22 25,53 9,2 31,44 24,89 20,97 17,21 70,51 8,45 5,16 24,99
PKM Membina 93 78,26 95,45 70,37 66,67 100 100 100 100 100 96,55 95,24 72,73 92,86 100 88,66
OKU OKI M.E LahatMUR
A
MUB
APLG PBM P.A LLG B.A O.I
OKU
T
OKU
S4 L
SUM
SEL
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Untuk mengetahui sejauh mana pengembangan program kesehatan usila di
Propinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada data di bawah ini :
Gambar 4.27Persentase Cakupan Lanjut Usia yang Dibina dan Cakupan Puskesmas
Melayani Kesehatan Usia LanjutDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
27,4
82,23
25,7
72,28
41,18
81,95
37,26
86,64
24,99
88,66
0102030405060708090
2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Subdin Yankes Dinkes Prov.SumselUsila dibina
Puskesmas membina
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 86
4.2. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG
Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan
bagi masyarakat yang mendapat gangguan kesehatan ringan dan pelayanan rawat
inap baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi masyarakat yang
mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat. Sebagian besar sarana
pelayanan Puskesmas dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar
bagi kunjungan rawat jalan sedangan RS yang dilengkapi berbagai fasilitas di
samping memberikan pelayanan pada kasus rujukan untuk rawat inap juga melayani
untuk kunjungan rawat jalan.
Gambar 4.28Persentase Kunjungan Rawat Jalan menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008
0,2317
68,0621,89
0,270
4,380
6,4316,93
9,0419,49
1,974,41
18,6611,11
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Lubuk LinggauPagar Alam
PrabumuliPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMubaMuraLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
4.2.1. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-rata lama hari
perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata selang waktu
pemakaian tempat tidur (BTO), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan
persentase pasien keluar yang meninggal , < 24 jam perawatan (NDR).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 87
4.2.2. Pemanfaatan Obat Generik
Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya
meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas.
Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh
keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas
kesehatan. Data mengenai persentase penulisan resep obat generik tahun 2009 tidak
tersedia.
4.2.3. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat
Tujuan penyelenggaraan Jamkesmas yaitu untuk meningkatkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu
agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Berikut adalah gambaran persentase program Jamsoskes Sumsel Semesta tahun
2009.
Gambar 4.29Persentase Peserta Jamsoskes Sumsel Semesta
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
51525354555657585960
OKU
OKI
M.E
nim
Laha
tM
RM
B BA
OKU
S
OKU
T OI
4L
Palem
bang
Prabu
mul
ih
P.Alam
L.Ling
gau
Dari gambar tersebut terlihat bahwa cakupan jamsoskes sumsel semesta rata-
rata diatas 50%, tertinggi dicapai oleh kabupaten Muara Enim (59,84%) dan terendah
di kabupaten Banyuasin (54,06%).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 88
4.3. PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan
surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang
ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di
samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan
pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk
peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta masyarakat dalam
upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai
kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini :
4.3.1. Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa
Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan keracunan
sampai saat ini masih menyebabkan masalah utama kesehatan masyarakat. Hal
tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, perilaku masyarakat, tingkat
ekonomi, faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, MCK, sumber air bersih
yang digunakan oleh masyarakat, dan yang tidak kalah pentingnya kerusakan
lingkungan yang turut berperan terjadinya perubahan pola musim dan kejadian
penyakit di masyarakat.
Berdasarkan rekapitulasi laporan program surveilans KLB selama tahun
2008, telah terjadi KLB di kabupaten/kota sebanyak 41 kali. Jumlah penderita nya
adalah sebanyak 2.791 orang, dengan 26 kematian (CFR 0,93%). Secara umum,
dibanding tahun-tahun sebelumnya frekuensi KLB cenderung menurun, namun
angka kematian (CFR) meningkat. Pada tahun 2009 terjadi sebanyak 97 kali KLB
dengan angka serangan sebesar 7.534 penderita dan kematian 0 penderita (CFR 0%)
Mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan RI (Kepmenkes) nomor 1091
tahun 2004 tentang SPM-KLB, maka ditetapkan bahwa setiap terjadi KLB harus
ditanggulangi dalam waktu kurang dari 24 jam. Pada tahun 2008 ditargetkan minimal
95 % desa/kelurahan sudah dilaksanakan penanggulangan KLB dalam waktu kurang
dari 24 jam oleh Tim Gerak Cepat Kab/kota masing-masing. Namun demikian
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 89
seiring dengan kalah cepatnya petugas menerima laporan adanya KLB, maka target
tersebut belum bisa direalisasikan.
Gambar 4.30Desa/Kelurahan KLB Ditangani < 24 JamDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
Ketepatan 100 100 100 87 100 100 100 100 100 100 95 96 85 95 92
Indikator 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
PLG BA MUBA PRB ME PA LL MURA OKUT OI OKI OKU OKUS 4.L LHT
Sumber: Laporan PE KLB, Bidang PP&PL, Tahun 2009
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten/kota telah
melakukan investigasi KLB dalam waktu kurang dari 24 jam. Diharapkan masa
mendatang tak ada lagi KLB yang terlambat diantisipasi, sehingga faktor resikonya
segera diketahui, lalu angka kesakitan dan/atau kematian dapat dicegah.
Bila terjadi KLB pada suatu daerah, maka harus ditindaklanjuti dengan
pengiriman laporan KLB <24 jam (Laporan W1) secara berjenjang dari puskesmas
ke kab/kota lalu ke provinsi dan ke Depkes RI. Hal ini menunjukkan bahwa KLB
yang terjadi memang sudah diinvestigasi dan ditindaklanjuti supaya tidak meluas.
Adapun kelengkapan laporan W-1 per kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 90
Gambar 4.31Kelengkapan Laporan W1
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
50
100
Kelengkapan 100 100 100 95 100 100 100 100 100 91,67 91,67 91,67 91,67 91,67 83,33
Indikator 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95 95
PLG BA MUBA PRB ME PA LL MURA OKUT OKU OKUS 4.L OI OKI LHT
Sumber: Laporan W1 Tahun 2009
Gambar di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kabupaten’kota telah
mengirimkan laporan W1 secara lengkap. Laporan yang belum lengkap diterima
adalah dari Kabupaten OKU, OKUS, Empat Lawang, OKI dan Lahat. Sedangkan
untuk ketepatan laporan W1 adalah sebagai berikut:
Gambar 4.32Ketepatan Laporan W1 Dari Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
-10
10
30
50
70
90
110
Ketepatan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 90,38 90 85 85
Indikator 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
BA MUBA OI OKI PRB ME PA LL MURA OKUS 4.L LHT OKUT OKU PLG
Sumber: Laporan W1 Tahun 2009
Data di atas menunjukkan bahwa 90 % kabupaten/kota telah tepat waktu
(dalam waktu 24 jam) menyampaikan laporan W1 sejak terjadi KLB. Laporan yang
selalu terlambat justru terjadi di Kota Palembang, Kabupaten OKU dan OKU Timur.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 91
Pada tahun 2009, di Sumatera Selatan terjadi KLB sebanyak adalah 38 kali.
Adapun jenis KLB yang dimaksud adalah Keracunan Makanan dan Penyakitr
Menular (difteri, tetanus neonatorum, campak, chikungunya, flu strain baru (H1N1)
dan diare. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1Frekuensi dan Jumlah Kasus KLB
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
20
2541010TET.NEO3
-610.12938J U M L A H
002882DIARE7
0022H1N16
009.3969CHIKUNGUNYA5
002384CAMPAK4
28,5277DIFTERI2
001875KER.MAKANAN1
MENINGGALKASUS C F RFrekuensi
KLBPENYAKITNO
Sumber: Laporan KLB, tahun 2009
Dari tabel di atas menunjukan frekuensi KLB tahun 2009 sebanyak 38 kejadian
dengan jumlah penderita 10.129 orang dan meninggal 6 orang (CFR 0,05 %). Adapun jenis
KLB yang terjadi secara rinci adalah sebagai berikut:
Gambar 4.33Frekuensi Desa KLB per Penyakit
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
5
10
15
Frekuensi 6 2 1 2 83 3
Ker-Mak Difteri Campak H1N1 Chikungunya Diare
Sumber: Laporan KLB, tahun 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 92
Dari gambar di atas terlihat bahwa penyakit Chikungunya merupakan
penyakit yang paling dominan menimbulkan KLB, diikuti oleh penyakit menular
lainnya dan tidak ada kematian. Untuk data kejadian KLB sejak tahun 2003 hingga
2009 di Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar berikut:
Gambar 4.34Perbandingan Frekuensi dan Penderita KLB Penyakit & Keracunan Makanan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003-2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari Gambar 4.35 berikut, laporan KLB terbanyak melalui SMS sebesar
27%. Frekuensi KLB paling tinggi terjadi pada tahun 2006. Hal ini disebabkan
karena semua petugas kabupaten/kota telah mengikuti PAEL (Pelatihan Asisten
Epidemiologi Lapangan), sehingga makin sensitif terhadap kejadian KLB, sehingga
secara cepat ditanggulangi dan dilaporkan. Dengan demikian diharapkan pengamatan
terhadap penyakit potensial KLB dapat lebih ditingkatkan sehingga kemungkinan
terjadinya KLB dapat dicegah sedini mungkin, seperti terlihat pada tahun-tahun
berikutnya yang cenderung menurun dengan korban yang makin sedikit.
0500
1000150020002500300035004000
45005000550060006500700075008000
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Penderita 1900 513 1305 2417 2791 799 10129
Frekuensi 20 34 31 70 41 35 38
Meninggal 18 6 2 15 26 9 6
CFR 0,94 1,12 0,15 0,62 0,93 1,25 0,05
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 93
Gambar 4.35Persentase Jenis Pelaporan KLB dari Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 4.36Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB
Yang Dilakukan Penyelidikan Epidemiologi <24 JamDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
SMS/Tenaga Kes
27% Telpon/HP
26%
W1
22%Hasil PE
24%
0%
Laboratorium
1%
SMS Masyarakat
0%
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 94
Gambar diatas menunjukkan sebagian besar wilayah yang mengalami KLB
sudah memenuhi target pencapaian SPM, yaitu 100%. Hanya Kabupaten OKI,
MURA, Lahat dan Muara Enim yang masih berada pada range 70-100%.
4.3.2. Pemberantasan Penyakit Polio
Penemuan kasus AFP pada tahun 2009 mencapai 85 kasus (target : 42 kasus)
dengan AFP rate 4 per 100.000 anak usia < 15 tahun. Pencapaian spesimen adekuat
sebesar 92.9%. Pencapaian Kinerja Surveilans AFP dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :
Tabel 4.2Kinerja Surveilans AFP
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
KASUS AFP KELENGKAPANLAPORAN (%)
NO KABUPATEN/KOTA
TARGET DITEMUKAN
AFPRATE
SPECIMENADEKUAT
PKM RS
1 OKU 2 3 3,00 100 92 100
2 OKI 4 7 3,50 100 92 100
3 Muara Enim 4 4 2,00 100 73 44
4 Lahat 3 5 3,33 80 91 100
5 Musi Rawas 4 8 4,00 87,5 81 53
6 Muba 2 2 2,00 100 89,6 100
7 Banyuasin 4 8 4,00 100 90 89
8 OKU Selatan 2 3 3,00 100 77 -
9 OKU Timur 3 5 3,33 100 98 77
10 Ogan Ilir 2 6 6,00 100 98 -
11 4 Lawang 1 1 2,00 0 75 -
12 Palembang 8 25 6,25 92 97 100
13 Prabumulih 1 0 0,00 0 100 100
14 Pagar Alam 1 4 8,00 75 100 100
15 L. Linggau 1 4 8,00 75 98 100
SUMSEL 42 85 4,05 92,9 90 92
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009
Keterangan : Target AFP rate >= 2,0 per 100.000
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 95
Tabel di atas menunjukkan bahwa AFP Rate di Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2009 adalah 4,05, yang berarti ada peningkatan dibanding tahun 2008 sebesar
3,9 dan tahun 2007 yang hanya 3,25 (target: 2). Sedangkan specimen adekuat 92,9
%, (target: 80 %). Hanya Kota Prabumulih menunjukkan kinerja yang belum baik.
Hal ini disebabkan karena dari target 1 (satu) kasus AFP, selama tahun 2009 belum
berhasil ditemukan. AFP Rate tertinggi pada Kota Pagar Alam dan Lubuk Linggau
(rate 8,0). Sebagian besar kabupaten/kota telah melaksanakan tatalaksana spesimen
secara adekuat.
Gambar 4.37Persentase spesimen adekuat dan AFP RateDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
Spesimen
AdekuatAFP Rate
Spesimen Adekuat 92 0 100 100 100 100 80 87,5 75 75 100 100 100 100 0 92,9
AFP Rate 6,25 0 2 3,5 3 2 3,3 4 8 8 4 6 3,3 3 2 4,05
Target 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80 80
PLG PRB MUBA OKI OKUM.ENI
MLHT MURA PGA LGU B.ASIN O.ILIR OKUT OKUS 4L PROV
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009
Dari Gambar di atas terlihat hanya ada 1 (satu) kabupaten/kota yang tidak
mencapai penemuan kasus dan spesimen adekuat yaitu Kota Prabumulih.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 96
Gambar 4.38Pencapaian Kelengkapan Laporan Nihil (Zero Report)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
120
0
20
40
60
80
100
PKM 97 100 91 91.7 100 73.4 91 80.9 100 81 89.9 98.3 58.4 77 75 87.4
RS 100 100 100 100 100 44 100 53 100 100 89 * 0 * * 84.7
Target 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90 90
PLG PRB MUBA OKI OKUM.ENI
MLHT MURA PGA LGU
B.ASI
NO.ILIR OKUT OKUS 4 LWG PROV
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2009
Gambar di atas menunjukkan bahwa pencapaian kelengkapan laporan nihil
(zero report) dari puskesmas masíh ada yang belum mencapai target yaitu Kabupaten
Muara Enim, Musi Rawas, OKUT, OKUS, Empat Lawang dan Kota Lubuk Linggau.
Sementara di rumah sakit terdapat 3 kabupaten yaitu Kabupaten Muara Enim, Musi
Rawas dan Banyuasin.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 97
Gambar 4.39Penemuan Kasus AFP
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2009
0
3
6
9
12
15
18
21
24
27
2008 3 3 9 4 5 4 22 1 4 10 0 14 0 2 2
2009 3 7 4 5 8 2 8 3 5 6 1 25 0 4 4
Target 2 4 4 3 4 2 4 2 4 2 1 8 1 1 1
OKU OKI M.ENIM LHT MURA MUBA B.ASIN OKUS OKUT O.ILIR 4 LWG PLG PRB PGA LGU
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan Cmpak, tahun 2008-2009
Dari Gambar di atas menunjukkan bahwa penemuan kasus AFP bervariasi
antara kab/kota yang satu dengan yang lainnya dan ada sebagian kab/kota yang
mengalami peningkatan penemuan jika dibanding tahun 2008 yaitu Kabupaten OKI,
Lahat, MURA,OKUS,OKUT,Empat Lawang, Kota Palembang, Pagar Alam, dan
Lubuk Linggau.
Dari data penemuan kasus AFP yang ditemukan, juga diperhatikan status
imunisasinya. Adapun gambaran kasus AFP dan status imunisasi pada tahun 2008 –
2009 dapat dilihat pada Gambar berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 98
Gambar 4.40Proporsi Status Imunisasi Kasus AFP Non PolioDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009
8%10%
82%
0 Dose1-3 Dose>=4 Dose
4%15%
81%
0 Dose1-3 Dose>=4 Dose
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009
Dari Gambar di atas dapat kita lihat bahwa anak-anak yang terdiagnosa
sebagai kasus AFP yang tidak mendapat imunisasi (0 dosis) sebesar 8% pada tahun
2008, namun pada tahun 2009 menurun menjadi 4%. Sementara untuk 1-3 dosis
meningkat dari 10% pada tahun 2008 menjadi 15% pada tahun 2009, dan yang > 4
dosis menurun sebesar 1% jika dibandingkan pada tahun 2008.
Gambar 4.41Kasus AFP Non Polio Berdasarkan Kelompok Umur
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009
Tahun 2008
5%
48%
20%
27%
< 1 TH 1-4 TH 5-9 TH 10-<15 TH
Tahun 2009
2%
48%
26%
24%
< 1 TH 1-4 TH 5-9 TH 10-<15 TH
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009
Dari Gambar di atas terlihat bahwa kasus AFP pada tahun 2008 tertinggi
terjadi pada kelompok umur 1 - 4 tahun yaitu sebesar 48%, dan terendah pada
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 99
kelompok umur < 1 tahun yaitu sebesar 5%. Pada tahun 2009 tertinggi pada
kelompok umur 1 - 4 tahun sebesar 48%, dan terendah pada kelompok umur < 1
tahun sebesar 2%.
Gambar 4.42Sumber Laporan Kasus AFP
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 - 2009
Tahun 2008
67%
33%
CBS HBS
Tahun 2009
62%
38%
CBS HBS
Sumber: Laporan Integrasi S-AFP, TN dan campak, tahun 2008-2009
Dari Gambar diatas terlihat bahwa pada tahun 2008 penemuan kasus AFP
terbanyak bersumber dari masyarakat (community) yaitu sebesar 67% dan pada tahun
2009 menurun menjadi 62%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 100
Gambar 4.43AFP Rate per 100.000 penduduk <15 tahunDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas terlihat bahwa hanya terdapat satu kabupaten yaitu
Prabumulih yang belum memenuhi target SPM, yaitu masih dibawah 1. 14
Kabupaten/kota lainnya sudah mencapai target SPM yaitu minimal 2.
4.3.3. Pemberantasan TB Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan TB-Paru dilakukan dengan
pendekatan DOTS (Directly Observe Treatment Shortcourse) atau Pengobatan
TB-Paru dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
Kegiatan ini meliputi upaya penemuan penderita dengan pemeriksaan dahak di
sarana pelayanan kesehatan yang ditindaklanjuti dengan paket pengobatan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 101
Gambar 4.44Angka Keberhasilan (Succes Rate) Pengobatan Penderita TB Paru BTA (+)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
120
OKU
OKI
M.E
nim
Laha
t
M.R
awas
M.B
anyu
asin
OKU
S
OKU
T OI
E.Law
ang
Palem
bang
P.mulih
P.Ala
m
L.Ling
gau
SR
target
Berdasarkan standar WHO, angka keberhasilan pengobatan penderita TB
Paru minimal 85%. Angka keberhasilan pengobatan penderita pada tahun 2009 di
Provinsi Sumatera Selatan mencapai 94,01%. Hanya Kabupaten Empat Lawang
yang belum memenuhi target angka keberhasilan penyembuhan (success rate), yaitu
baru mencapai 60,85%.
4.3.4. Pemberantasan Penyakit ISPA
Pada tahun 2009 jumlah penemuan kasus P2 ISPA Provinsi Sumatera Selatan
adalah 21.059 kasus atau 30,6 % dari target terdiri dari target penemuan penderita
sebanyak 68.785 balita. Pada kasus pneumonia golongan umur <1 tahun sebanyak
6.753 kasus (32,07%) dan untuk golongan umur 1-5 tahun sebanyak 11.182 kasus
(53,10%) dari seluruh kasus pneumonia. Pada pneumonia berat untuk golongan umur
<1 tahun sebanyak 570 kasus (2,7%) dan pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak
300 kasus (1,42%). Hasil kegiatan penemuan kasus dapat dilihat pada tabel
terlampir. Dilihat dari realisasi cakupan penderita berdasarkan target penemuan yang
ada persentase tertinggi dicapai oleh kabupaten Lahat (80,7%) sedangkan kabupaten
terendah yaitu Kabupaten Empat lawang dan Kota Pagaralam masing-masing
sebsesar 0 (0%). Belum dapat disimpulkan bahwa rendahnya penemuan ini didasari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 102
oleh memang tidak terdapatnya penderita atau kurang aktifnya petugas dalam
melakukan pelacakan kasus.
Gambar 4.45CDR Pneumonia Balita per Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
20
40
60
80
100
120P
ER
SE
NTA
SE
CDR
TARGET
CDR 36,06 19,6 54,46 29,23 68,19 12,18 29,42 22,84 8,73 10,4 0 42,56 0,73 0 2,74 29,53
TARGET 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
OKU OKIM.EN
M
LAHA
T
MUR
A
MUB
ABA OKUS OKUT OI
4
LWGPLG
PRAB
U
P.AL
AM
L.LIN
GGA
U
PROP
INSI
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Tabel 4.3Gambaran Penemuan kasus ISPA
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009
No Kab/Kota 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Palembang 6236 5447 7299 7604 7346 7006 61242 Prabumulih 273 201 56 32 117 13 103 Pagar Alam 191 11 4 82 201 1 04 Lubuk Linggau 734 856 608 921 651 43 515 Ogan Ilir - - 925 928 1099 492 4006 OKUS - - 268 1326 2360 1407 7587 OKU 10251 9286 2857 2752 2971 2119 9638 MURA 2553 1010 889 1064 2205 2314 34509 Lahat 2206 326 806 556 468 1240 997
10 OKI 3283 3203 1166 1462 1719 1329 138711 Banyuasin 2429 970 1732 2099 2166 300 240712 Muara Enim 3332 4316 4601 4598 3927 3537 336713 OKUT - - 4195 3151 1450 270 50814 MUBA 1535 1613 1428 1290 1829 1146 63715 Empat Lawang - - - - - 0 0
16 Provinsi 33027 27240 26834 27865 28509 21597 21059Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 103
Kabupaten Empat Lawang tahun 2009 tidak ada kasus. Terjadi penurunan
kasus di tahun 2009, dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah kasus tertinggi tahun
2009 yaitu terjadi di Kabupaten Musi Rawas dan Muara Enim dan Kota Palembang.
Gambar 4.46Cakupan Penemuan Pneumonia Balita Program ISPA
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
10
20
30
40
50
Realisasi 39,2 33,6 34 35,3 39,2 31,8 31,01
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari gambar diatas terlihat bahwa cakupan penemuan pneumonia mengalami
penurunan dari 31,8% pada tahun 2008 menjadi 31,01% pada tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 104
Gambar 4.47Cakupan Penemuan Penderita PneumoniaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas, hanya kabupaten Musi Rawas yang memenuhi target
SPM minimal 60%. 14 Kabupaten lainnya masih dibawah target, terdiri dari 1
kabupaten yaitu Muara Enim berada pada range 50-60%, 13 kabupaten berada pada
range terendah yaitu di bawah 50%. Untuk penyakit pneumonia, Ditjen ISPA,
Depkes RI melakukan revisi target SPM dari 86% diturunkan menjadi 60%.
4.3.5. Penanggulangan Penyakit HIV/AIDS dan PMS
Penderita HIV/AIDS di Sumatera Selatan pertama kali ditemukan tahun
1995, dan sejak itu jumlah penderita terus meningkat. Adapun distribusi penemuan
kasus adalah sebagai berikut:
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 105
Tabel 4.4Distribusi Penemuan Kasus HIV / AIDS Melalui Klinik VCT
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
JUMLAH KASUSNo. KAB/KOTA
HIV AIDS1 OKU 7 82 OKI 2 03 Muara Enim 0 14 Lahat 2 05 Musi Rawas 2 16 Musi Banyuasin 1 37 Banyuasin 2 28 OKU Selatan 0 09 OKU Timur 1 2
10 Ogan Ilir 1 111 Empat Lawang 0 012 Palembang 51 4513 Prabumulih 0 114 Pagar Alam 1 115 Lubuk Linggau 15 5
Sumatera Selatan 85 70Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa penemuan HIV tertinggi terjadi di Kota
Palembang yaitu 51 HIV dan 45 AIDS dan diikuti oleh Kota Lubuk Linggau yaitu
15 penderita HIV dan 5 AIDS.
Gambar berikut menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2009 ada
sebanyak 174 orang yang menderita AIDS dan masih dalam kondisi hidup dan masih
mendapatkan pengobatan antiretroviral (ARV) secara teratur dan rutin.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 106
Gambar 4.48Distribusi AIDS Menurut Kondisi Saat Dilaporkan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 1995-2009
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
JUMLAH 174 74
HIDUP MENINGGAL
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
4.4. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR
Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam proses
timbulnya gangguan kesehatan baik secara individual maupun masyarakat umum.
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar pada prinsipnya
dimaksudkan untuk memperkecil atau meniadakan faktor risiko terjadinya penyakit
atau gangguan kesehatan akibat dari lingkungan yang kurang sehat. Bentuk upaya
yang dilakukan dalam peningkatan kualitas lingkungan, antara lain melakukan
pembinaan kesehatan lingkungan pada masyarakat dan institusi, surveilans vektor
dan pengawasan Tempat-Tempat Umum (TTU)
4.4.1. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan diarahkan pada masyarakat dan
institusi yang memiliki potensi pengancam kesehatan masyarakat yang dilakukan
secara berkala. Kegiatan pembinaan dimaksud mencakup upaya pemantauan,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 107
penyuluhan dan pemberian rekomendasi terhadap aspek penyediaan fasilitas
sanitsai dasar (air bersih dan jamban), pengelolaan sampah, sirkulasi udara,
pencahayaan, dan lain-lain.
4.4.1.1. Pengawasan Sarana Air Bersih
Pengawasan sarana air bersih yang dilakukan melalui Supervisi maupun
pelaporan yang diterima adalah sebagai mana tabel berikut:
Gambar 4.49Cakupan Penduduk yang Menggunakan Sarana Air Bersih
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
65,9477,28
65,9465,94
54,165,94
92,5770,79
67,1939,19
34,6665,9465,9465,94
98,78
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
OKUOKI
M.EnimLAHATMURAMUBAB.AsinOKUSOKUT
OI4 Lawang
PalembangPrabumulih
P.AlamL.Linggau
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan gambar tersebut di atas cakupan penduduk yang menggunakan
Sarana Air Bersih pada tahun 2009 yaitu sebesar 66,41 %. Hal tersebut sudah
menunjukan peningkatan bila dibandingkan dengan data tahun 2008 yaitu 62, 48 %.
Dari 15 Kabupaten / Kota di Sumatera Selatan cakupan tertinggi Kota Lubuk
Linggau dengan cakupan sebesar 98,78 %, cakupan terendah Kabupaten Empat
Lawang dengan cakupan 34,66 %. Sedangkan Kabupaten Empat Lawang belum
pernah ada laporan mengingat kabupaten tersebut pemekaran dari kabupaten Lahat.
Peningkatan tersebut disamping karena adanya proyek WSLIC-2 dan
PAMSIMAS di Provinsi Sumatera Selatan juga karena semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat akan pentingnya sarana air bersih. Dengan kata lain
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 108
peningkatan tersebut tidak terlepas dari kesadaran masyarakat akan penggunaan
sarana air bersih baik yang dibangun secara mandiri maupun oleh pemerintah.
Disamping itu peran tenaga kesehatan yang memberikan bimbingan kepada
masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. Disadari juga bahwa
penyakit yang timbul melalui media air ini cukup banyak. Untuk itu perlu terus
disosialisasikan tentang pentingnya arti penggunaan air bersih yang memenuhi
syarat kesehatan baik dari segi sarana maupun kualitas air yang digunakan.
4.4.1.2. Penyehatan Perumahan
Tabel 4.5Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten / Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
RUMAH
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH %NO KAB/KOTA PKM
KK PDDK SELURUHNYA DIPERIKSA SEHAT SEHAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
01 OKU 14 62.322 267.022 57.648 34.980 20.451 58,46
02 OKI 23 178.005 707.627 158.032 153.317 101.246 66,04
03 MUARA ENIM 22 152.005 668.341 163.778 144.288 88.307 61,20
04 LAHAT 27 110.927 341.055 71.465 61.494 41.688 67,79
05 MUSI RAWAS 27 150.402 505.940 96.346 58.009 31.802 54,82
06 MUSI BANYUASIN 25 134.992 523.025 117.581 82.368 52.368 64,00
07 BANYUASIN 29 217.301 818.280 145.594 92.775 65.416 70,51
08 OKU SELATAN 14 58.127 331.879 45.256 21.857 15.020 68,72
09 OKU TIMUR 22 199.485 581.665 140.093 80.637 56.539 70,12
10 OGAN ILIR 21 97.069 384.663 77.105 59.427 34.231 57,60
11 EMPAT LAWANG 8 61.036 213.872 54.162 19.209 13.704 71,34
12 KOTA PALEMBANG 38 299.298 1.438.938 257.130 207.618 159.075 76,62
13 KOTA PRABUMULIH 7 31.503 137.786 21.532 18.591 12.554 67,53
14 KOTA PAGAR ALAM 6 27.738 116.486 27.169 24.225 14.545 60,04
15 KOTA LUBUK LINGGAU 8 43.860 186.056 34.215 15.862 9.850 62,10
JUMLAH (KAB/KOTA) 291 1.824.070 7.222.635 1.467.106 1.074.657 716.796 66,70
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 109
Dari Gambar diatas, terlihat bahwa cakupan Rumah Sehat secara umum
sudah mencapai lebih dari 50 %. Cakupan tertinggi di Kota Palembang denga
persentase 76.62 %, dan Persentase terendah terdapat pada Kabupaten Musi rawas
dengan Persentase 54.82 %.
Gambar 4.50Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten / Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
58,46
66,0461,2
67,79
54,82
63,58
70,51 68,72 70,12
57,6
71,34
76,62
67,53
60,0462,1
66,7
05
1015202530354045505560657075808590
OKU
OKI
ME
Laha
t
MUR
A
MUBA BA
OKU
S
OKU
T OI
4LPLG
PBM PALL
G
PRO
VINSI
Kab / Kota
%P
en
cp
aia
n
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 110
4.4.1.3.Sarana Pembuangan Air Limbah
Gambar 4.51Persentase Cakupan Sarana Pembuangan Air Limbah
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
24,7975
83,3784,26
090,48
75,4523,21
15,0450,81
23,9346,46
58,1515,36
36,8156,6
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa cakupan Pembuangan Air Limbah Rumah
Tangga di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sekitar 56,6%. Jika dilihat per
kabupaten/kota variasinya masih sangat besar perbedaannya (Rentang :15,04% -
90,48%). Cakupan terendah terjadi di Kabupaten Banyuasin (15,04%), dan Ogan
Komering Ilir (15,36%), sedangkan persentase cakupan tertinggi di Kabupaten Ogan
Ilir (90,48%) kemudian diikuti Kota Palembang (84,26%). Dari 15 kabupaten/kota,
ada 1 (satu) kabupaten yang belum tersedia datanya yaitu kabupaten Empat Lawang.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 111
4.4.1.4. Sarana Jamban Keluarga
Gambar 4.52Persentase Cakupan Jamban Keluarga
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
70,1691
84,3885,6
065,3
70,4848,92
89,7456,55
23,8745,2
77,816,38
59,0555,35
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Subdin P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Dari Gambar di atas, terlihat bahwa cakupan Jamban Keluarga di Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2009 baru mencapai 55,35% (Rentang: 6,38% - 91,0%).
Cakupan tertinggi terjadi di Kota Pagar Alam (91,0%) dan terendah (40,7%) terjadi di
Kabupaten OKI (6,38%).
4.4.2. Surveilans Vektor
Upaya surveilans vektor dilakukan untuk mengendalikan vektor potensial dalam
penularan penyakit antara lain oleh nyamuk. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei
vektor untuk mengetahui jenis potensial, bionomik serta strategi pengendaliannya. Pada
tahun 2009 dari 15 Kabupaten/Kota, hanya 4 Kabupaten/Kota yang tidak
menyampaikan data tentang Persentase Rumah/Bangunan yang bebas jentik, sehingga
Angka Bebas Jentik di Provinsi Sumatera Selatan meningkat dari 26,57% pada tahun
2008 menjadi 70,53% pada tahun 2009.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 112
Gambar 4.53Persentase Angka ABJ Penyakit DBD Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
81,9283,04
89,8188,84
13,4974,5
00
72,6574,6
052,54
74,684,01
73,030
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Tabel 4.6Jenis Vektor Malaria Menurut Kabupaten / Kota
No. Kabupaten / Kota Vektor/Suspek Tahun Survei TempatPerindukan
1 Ogan Komering Ulu An.barbirostris Survei jentik 2005 Kolam
2 Ogan Komering Ilir Tidak ditemukan3 Muara Enim An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan
4 Lahat An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan
5 Musi Rawas An.barbirostris Survei jentik 2005 Kolam
6 Musi Banyuasin An.Umbrosus Survei tahun 2007 Perkebunan
7 Banyuasin An.Umbrosus Perkebunan
8 OKU Selatan An.vagus Survei jentik 2005 Genangan air
9 OKU Timur An.vagus Survei jentik 2005 Genangan air
10 Ogan Ilir Tidak ditemukan11 Palembang Tidak ditemukan12 Pagar Alam Tidak ditemukan13 Prabumulih An. Hyrcanus Survei tahun 2007 Perkebunan
14 Lubuk Linggau Tidak ditemukanSumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
4.4.3. Pengawasan Tempat-Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan
Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat Pengelolaan
Makanan (TUPM) dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi
masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TUPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan
antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TUPM secara berkala,
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 113
bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat,
hingga pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha.
Tabel 4.7Cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat
Menurut Kabupaten/KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
NO KAB/KOTA TERDAFTAR DIPERIKSA MS %
1 2 3 4 5 6
01 OGAN KOMERING ULU 298 234 190 81,2
02 OGAN KOMERING ILIR 149 144 99 68,8
03 MUARA ENIM 1.243 1.243 686 55,2
04 LAHAT 166 166 91 54,8
05 MUSI RAWAS 68 68 56 82,4
06 MUSI BANYUASIN 268 88 53 60,2
07 BANYUASIN 409 346 239 69,1
08 OKU SELATAN 408 192 130 67,7
09 OKU TIMUR 445 374 257 68,7
10 OGAN ILIR 90 90 65 72,2
11 EMPAT LAWANG - - - -
12 KOTA PALEMBANG 2.533 1.752 1.204 68,7
13 KOTA PRABUMULIH 451 250 201 80,4
14 KOTA PAGAR ALAM 181 153 126 82,4
15 KOTA LUBUK LINGGAU 21 21 21 100,0
JUMLAH (KAB/KOTA) 6.730 5.121 3.418 66,7
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel diatas, terlihat bahwa cakupan Tempat Umum dan Pengelolaan
Makanan (TUPM) sehat di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sekitar 66,7%
(Rentang : 54,8% - 100%). Cakupan tertinggi di Kota Lubuk Linggau (100 %),
sedangkan terendah terjadi di Kabupaten Lahat (54,8 %).
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 114
Tabel 4.8Cakupan Sarana Ibadah
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Sarana IbadahNo Kab / Kota
Σ Dibina %
1 OGAN KOMERING ULU 288 202 70,14
2 OGAN KOMERING ILIR 342 342 100
3 MUARA ENIM 640 588 91,88
4 LAHAT 0 0 0
5 MUSI RAWAS 871 871 100
6 MUSI BANYUASIN 244 117 47,95
7 BANYUASIN 0 0 0
8 OKU SELATAN 13 13 100
9 OKU TIMUR 616 437 70,94
10 OGAN ILIR 327 327 100
11 EMPAT LAWANG 0 0 0
12 KOTA PALEMBANG 1361 1361 100
13 KOTA PRABUMULIH 78 74 94,87
14 KOTA PAGAR ALAM 165 165 100
15 KOTA LUBUK LINGGAU 287 166 57,84
SUMSEL 5232 4663 89,12
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel di atas menunjukan bahwa cakupan pengawasan Sarana Ibadah
tertinggi di Kabupaten Musi Rawas, Ogan Ilir, Kota Palembang, Kota Lubuk
Linggau(100%) dan terendah Lahat,Empat Lawang, dan Banyuasin 0 %.
Tabel 4.9Cakupan TTU – I Sarana Pendidikan
Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Institusi PendidikanNo Kab / Kota
Σ Dibina %Dibina
1 OGAN KOMERING ULU 342 255 74,56
2 OGAN KOMERING ILIR 10 10 100
3 MUARA ENIM 551 524 95,10
4 LAHAT 0 0 0
5 MUSI RAWAS 639 639 100
6 MUSI BANYUASIN 538 233 43,3
7 BANYUASIN 0 0 0
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 115
Institusi PendidikanNo Kab / Kota
Σ Dibina %Dibina
10 OGAN ILIR 589 275 46,69
11 EMPAT LAWANG 0 0 0
12 KOTA PALEMBANG 708 708 100
13 KOTA PRABUMULIH 140 126 90
14 KOTA PAGAR ALAM 111 47 42,34
15 KOTA LUBUK LINGGAU 0 0 0
SUMSEL 4537 3584 78,99
Sumber : Bidang PP & PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
4.5. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk
menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang
telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai padsa
kelompok masyarakat adalah kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi.
4.5.1. Pemantauan Pertumbuhan Balita
Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui
pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan
penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap
penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan.
4.5.2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Upaya perbaikan gizi juga dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan
banyak mengalami kekurangan terhadap vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam
satu tahun (Februari dan Agustus) dan pada ibu nifas diberikan 1 kali. Cakupan
distribusi kapsul Vitamin A balita tahun 2009 sebesar 83,98%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 116
4.5.3. Pemberian Tablet Besi
Pelayanan pemberian tablet besi dimaksudkan untuk mengatasi kasus Anemia
serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan Fe khususnya yang dialami ibu
hamil. Persentase pemberian tablet besi pada ibu hamil (Fe-1 dan Fe-3) pada tahun 2009
dapat dilihat pada Gambar berikut ini :
Gambar 4.54Persentase Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil (Fe1 dan Fe3)
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
73,44
79,44
39,24
92,57
71,89
79,08
64,83
92,49
92,26
81,28
96,66
91,58
96,14
86,89
93,19
86,23
91,5
73,82
79,7
93,83
73,18
75,6
69,76
89,15
81,12
65,9
91,36
85,76
87,69
56,55
80,2674,48
0 20 40 60 80 100 120
Lubuk Linggau
Pagar Alam
Prabumulih
Palembang
Empat Lawang
Ogan Ilir
OKU Timur
OKU Selatan
Banyuasin
Musi Banyuasin
Musirawas
Lahat
Muara Enim
OKI
OKU
Sumsel
Fe1 Fe3
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Cakupan distribusi tablet besi folat tahun 2009 yaitu Fe1 sebesar 86,23% dan
Fe3 sebesar 80,26%. Cakupan Fe1 dan Fe3 ini meningkat dibandingkan dengan tahun
2008 yaitu cakupan Fe1 75,21% dan Fe3 sebesar 67,32%.
4.5.4. Bayi dengan ASI Eksklusif
ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi
hingga berusia enam bulan (ASI Ekslusif). Riset Medis mengatakan bahwa ASI
Eksklusif membuat bayi berkembang dengan baik pada 6 bulan pertama bahkan pada
usia lebih dari 6 bulan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 117
Cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Provinsi Sumatera Selatan
menurut Kabupaten/Kota pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar berikut ini:
Gambar 4.55Cakupan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
19,2274,19
11,8331,26
11,477,63
6,4412,29
31,2748,9749,26
15,5119,05
73,3946,94
36,33
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Lubuk LinggauPagar AlamPrabumulihPalembang
Empat LawangOgan Ilir
OKU TimurOKU Selatan
BanyuasinMusi
MusirawasLahat
Muara EnimOKI
OKUSumsel
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Pada Gambar terlihat bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif di Provinsi
Sumatera Selatan mencapai 36,33% (Rentang: 6,44%-77,63%). Cakupan tertinggi
dicapai oleh Kabupaten Ogan Ilir (77,63%) sedangkan yang terendah dicapai oleh
Kabupaten OKU Timur (77,63%).
4.6. PELAYANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
Upaya pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara paripurna. Upaya tersebut
dimaksudkan untuk (1) menjamin ketersediaan, keterjangkauan, pemerataan obat
generik dan obat esensial yang bermutu bagi masyarakat, (2) mempromosikan
penggunaan obat yang rasional dan obat generik, (3) meningkatkan kualitas pelayanan
kefarmasian di farmasi komunitas dan farmasi klinik serta pelayanan kesehatan dasar,
serta (4) melindungi masyarakat dari penggunaan alat kesehatan yang tidak memenuhi
persyaratan , mutu, dan keamanan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 118
4.6.1. Peningkatan Penggunaan Obat Rasional
Upaya peningkatan penggunaan obat rasional, diarahkan kepada peningkatan
cakupan dan kualitas pelayanan pembinaan penggunaan obat yang rasional melalui
pelaksanaan advokasi secara lebih internsif agar terseujud dukungan masyarakat yang
kondusif serta terbangunnya kemitraan dengan unit pelayanan kesehatan formal.
Penggunaan Obat Rasional (POR) diukur dengan 2 (dua) indikator yaitu pemakaian
antibiotik dan injeksi pada 3 kasus penyakit yaitu Diare Non Spesifik, ISPA Non
Pneumonia, dan Myalgia.
Pada saat ini Kabupaten OKU yang memberikan laporan secara rutin dimana
pemakaian antibiotik 54,27% dan injeksi 21,48% menurun dibandingkan tahun 2008
yaitu pemakaian antibiotik 63,89% dan injeksi 26,19%.
4.6.2. Pelayanan Farmasi Komunitas dan Farmasi Klinik
Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi
dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan farmasi omunitas dan pelayanan farmasi
klinik, yang dilaksanakan antara lain mencakup penyusunan standar/pedoman pelayanan
farmasi komunitas dan pelayanan farmasi di rumah sakit, standar/pedoman pengelolaan
perbekalan farmasi di rumah sakit, serta peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM
farmasi.
4.6.3. Penerapan Penggunaan Obat Esensial Generik
Kegiatan ini dimaksudkan agar terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan, dan
pemerataan obat dalam pelayanan kesehatan, yang pelaksanaannya mencakup
pengadaan buffer stock obat generik esensial, revitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat
esensial dan penerapan penggunaan obat esensial generik pada fasilitas pelayanan
pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2009 ketersediaan obat esensial di Provinsi
Sumatera Selatan sudah mencapai 90%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 119
4.6.4. Pemberdayaan Masyarakat dalam Penggunaan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat terlindungi dari penggunaan alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga yang tidak memenuhi persyaratan,
mutu dan keamanan, yang dilaksanakan melalui antara lain monitoring sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan dalam rangka Cara Pembuatan Alat Kesehatan (CPAK).
4.7. PELAYANAN KESEHATAN DALAM SITUASI BENCANA
Data kejadian bencana di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun 2003 – 2009
dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10Data Kejadian Bencana
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E T
Kab.M.Enim Banjir 825 rumah terendamKab OKU Banjir Sawah & PerkebunanKab OKI Banjir 2459 rumah terendamPalembang 8 ilir Kebakaran 1 unt rumahKab Lahat Banjir & tanah longsor Jln desa R. BeratKab Banyu Asin Angin Putting Baliung 8 unt rumah 1 SDPalembang Ilir Barat I Kebakaran 1 unt rumah 8 bedengKab Musi rawas Banjir 7272 KK/130594 jiwaPalembang Ilir Timur II Kebakaran 24 unt bedeng terbakarMusi Rawas Srikaton Kebakaran 100 kiosKab. Banyu Asin Tanah Longsor 8 rumah 1 Musholla hancurKota Pagar alam Rawan pangan 2624 KKKab OKU Banjir Bandang 42 KKKota Palembang Banjir Pasang 1200 unt rmh 25 sekolah
1 2003
Kab. Muba Banjir Pasang 2350 KKKab.Muba Banjir 307 KKPagar alam Putting Beliung 42 rmh R.B,18 RRLahat Banjir banding 80 KKKab OKUS Kebakaran 204 rmh hangusKab Banyu Asin Angin Putting Beliung 4 rumah RB, 22 RRKab OKI Angin Putting Beliung 54 rmh rusakKab Musi rawas Banjir Bandang 12 rmh roboh, 6 RB, 3 hanyut,
175 terendam, 1 jembatan RB
2 2004
Kab lahat Angin Putting Beliung 28 rmh RR
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 120
NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E TKab OKUT BanjirKab OI BanjirKab. Muara Enim BanjirKab OKI BanjirKab Lahat BanjirKota Prabumulih BanjirKab Muba BanjirKab Muba Angin Putting beliungOKU Selatan Amuk Gajah 126 unit rmh robohMuara Enim Kebakaran 12 nir rumahPalembang kertapati Kebakaran 14 unt rumah 1 sekolahMura Angin putinh beliung 3 unit rmh rusakPagar alam Kebakaran 141 unt rumahOKI Angin Putting Beliung 16 unt rmh rusakPalembang Kebakaran 2 unt rumahBanyu Asin Angin Putting Beliung -Palembang Karang anyar Kebakaran 11 unit rumahPalembang 17 ilir Kebakaran 1 unit hotel
3 2005
Palembang 3/4 ulu Kebakaran 9 unt rumahKab.Banyu Asin Banjir + 3 mKab lahat Banjir + 3 mKab OKUT Banjir + 3 mKab OKI Banjir 6509 Ha sawah terendamKab OI Banjir 272 Ha sawah terendamKab Mura Banjir + 3 mPagar alam Banjir -Palembang Gandus Kebakaran 5 unit rumahKab OKUS Banjir & T.Longsor 73 KKLahat Rantau Tenang Kebakaran 2 unt rumahLahat Batu Pance Kebakaran 11 unir rumah hangus & 5 unt
R.beratOgan Ilir Angin putting beliung 49 rumah robohMuara Enim Tanah longsorLahat Suka Dana Kebakaran 47 unt rumahMura Angin Putting Beliung -Ogan Ilir Angin Putting Beliung 17 rumah robohLahat Simpang 3 Pumu Kebakaran 18 unt rumahLahat Seleman Ilir Kebakaran 6 unt rumahPalembang Seberang ulu 1 Kebakaran 39 unt rumah
4 2007
OKUS Bumi agung Kebakaran 29 unt rumah
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 121
NO TAHUN LOKASI BENCANA JENIS BENCANA K E T5. 2008 Lahat Jarai Gempa Bumi
Lahat Angin Puting BeliungOKU Selatan Angin Puting BeliungOKI Angin Puting BeliungPalembang Angin Puting BeliungMuara Enim Gn. Megang BanjirOgan Ilir Angin Puting BeliungMuara Enim Angin Puting BeliungBanyuasin Angin Puting BeliungOgan Ilir KebakaranOKU Timur KebakaranLbk. Linggau KebakaranEmpat lawang KebakaranPalembang KebakaranOKU Selatan KebakaranOgan Ilir BanjirMusi Rawas Banjir
6 2009 OKI Banjir 100 unit rumahPagar Alam Kebakaran 34 unit rumah terbakarBanyuasin Kebakaran 45 unit rumah terbakarPalembang SPPBU Terapung
terbakar1unit rumah terbakar, 1 unitrumah rusak berat
Muara Enim Angin Puting Beliung 352 unit rumah rusak beratSumber : Bidang P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Dari tabel di atas terlihat bahwa Wilayah Sumatera Selatan sebagian besar
merupakan daerah rawan bencana yang perlu mendapatkan perhatian dari unsur-unsur
terkait, sehingga terdapat koordinasi yang saling mendukung apabila terjadi Bencana.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page122
BAB 5
SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan dikelompokkan menjadi
sarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan kesehatan, yang dapat dilihat
pada bab ini, adalah sebagai berikut :
5.1. SARANA KESEHATAN
Pada bab ini diuraikan tentang sarana kesehatan di antaranya puskesmas,
rumah sakit, sarana Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dan
institusi pendidikan tenaga kesehatan.
5.1.1. Puskesmas
Pada periode tahun 2003 – 2009, jumlah puskesmas (termasuk puskesmas
perawatan) terus meningkat dari 235 unit pada tahun 2002 menjadi 291 unit pada
tahun 2009. Namun rasio puskesmas mengalami penurunan dari 3,70 per 100.000
penduduk pada tahun 2003 menjadi 3,58 per 100.000 penduduk pada tahun 2005,
kemudian meningkat terus menjadi 3,62 per 100.000 penduduk pada tahun 2006 dan
meningkat lagi menjadi 4 per 100.000 penduduk pada tahun 2009.
Gambar 5.1.Jumlah Puskesmas dan Rasionya Terhadap 100.000 Penduduk
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 - 2009
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Ras
ioP
usk
esm
as/
10
0.0
00
pen
du
du
k
0
50
100
150
200
250
300
350
Jum
lah
Pu
skes
mas
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page123
Hal ini berarti bahwa pada periode tersebut setiap 100.000 penduduk rata-rata
dilayani oleh 4 puskesmas. Jumlah puskesmas dan rasio puskesmas terhadap 100.000
penduduk pada tahun 2003 – 2009 disajikan pada gambar 5.1 di atas. Selanjutnya
distribusi puskesmas menurut kabupaten/kota, di Provinsi Sumatera Selatan tahun
2009 dapat dilihat pada gambar 5.2, berikut ini :
Gambar 5.2.Jumlah Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
1423
222727
2529
1422
218
387
68
0 5 10 15 20 25 30 35 40
OKUOKI
M.ENIMLAHATMURAMUBA
B.ASINOKUSOKUTO.ILIR
EMPAT LWGPALEMBANG
PRABUMULIHP.ALAM
L.LINGGAU
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Pada periode yang sama, jumlah puskesmas pembantu, justru mengalami
penurunan dari 937 unit pada tahun 2003 menjadi 919 pada tahun 2007, hal ini
disebabkan beberapa puskesmas pembantu ditingkatkan statusnya menjadi
puskesmas. Gambaran Puskesmas Pembantu dari tahun 2003 – 2009 dapat dilihat
pada gambar 5.3 dan gambaran jumlah Puskesmas Pembantu menurut kabupaten/kota
pada tahun 2009 disajikan pada gambar 5.4.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page124
Gambar 5.3.Jumlah Puskesmas Pembantu
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2003 – 2009
890
900
910
920
930
940
950
Pustu 937 944 920 942 914 920 920
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Gambar 5.4.Jumlah Puskesmas Pembantu Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
161718
2431
4657
6694
98104104
107137
0 20 40 60 80 100 120 140 160
P.ALAMMURA
L.LINGGAUOGAN ILIR
OKU SELATANOKU
OKU TIMURPALEMBANG
OKILAHAT
BANYUASINMUBA
MUARA ENIMMURA
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
5.1.2. Rumah Sakit
Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana rumah sakit
antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang biasanya diukur
dengan jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya serta rasionya terhadap jumlah
penduduk. Kategori rumah sakit yang dimaksud adalah 1) rumah sakit pemerintah
yang terdiri dari rumah sakit vertikal (milik Depkes RI), RSUD milik kabupaten/kota
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page125
dan rumah sakit milik TNI / Polri, 2) rumah sakit swasta dan 3) rumah sakit khusus
seperti rumah sakit ibu dan anak, rumah bersalin.
Gambar 5.5Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan Khusus
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009
0
10
20
30
Pemerintah 8 12 14 15 20 22 22 22
Swasta 18 9 13 20 10 10 10 17
Khusus 3 12 8 4 8 8 8 8
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Pada Gambar di atas terlihat bahwa jumlah rumah sakit pemerintah cenderung
meningkat dari 8 unit pada tahun 2002 menjadi 22 unit pada tahun 2009, rumah sakit
swasta juga mengalami penurunan dari 18 unit pada tahun 2002 menjadi 17 unit pada
tahun 2009. Peningkatan jumlah rumah sakit disebabkan adanya pemekaran wilayah
kabupaten/kota, sehingga setiap daerah pemekaran berupaya untuk membangun
rumah sakit di wilayahnya masing-masing.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page126
Tabel 5.1Jumlah Rumah Sakit Pemerintah, Swasta dan KhususMenurut Kapasitas Tempat Tidur Kabupaten / Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Pemerintah /Government
Swasta/Private Khusus/Special Jumlah/TotalKabupaten / Kota
RSU TT RSU TT RSU TT RSU TT
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
01. OKU 2 238 1 50 - - 3 288
02. OKI 1 176 - - - - 1 176
03. Muara Enim 2 186 1 97 - - 3 283
04. L a h a t 2 212 - - - - 2 212
05. Musi Rawas 2 167 - - - - 2 167
06. Musi Banyuasin 3 177 - - - - 3 177
07. Banyuasin 1 100 - - 1 300 2 400
08. OKU Selatan - - - - - -
09. OKU Timur 1 95 2 119 - - 3 214
10. Ogan Ilir - - - - - -
11. Empat Lawang -
12. Palembang 4 1.110 10 1261 8 442 22 2813
13. Prabumulih 1 137 2 230 - - 3 367
14. Pagar Alam 1 120 - - - - 1 120
15. Lubuk Linggau 1 56 1 30 - - 2 86
Jumlah 21 2.774 17 1.787 9 742 46 5303
Sumber : Subdin Pelayanan Kesehatan Dinkes Provinsi Sumatera Selatan
5.1.3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber
daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) di antaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Polindes (Pondok
Bersalin Desa), Toga (Tanaman Obat Keluarga), POD (Pos Obat Desa) dan
sebagainya.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu
kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan
penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu
dikelompokkan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya,
Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Gambaran perkembangan Posyandu dari
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page127
tahun 2002 – 2009 dan jumlah posyandu menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada
gambar 5.6 dan gambar 5.7 berikut ini.
Gambar 5.6Jumlah Posyandu
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 - 2009
5000
5500
6000
6500
7000
Posyandu 6451 6298 6201 6349 5786 6231 6397 5952
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Pada gambar di atas terlihat bahwa jumlah posyandu sempat mengalami
penurunan dari 6.451 unit pada tahun 2002 menjadi 5.786 pada tahun 2006 dan
kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 menjadi 6.397 dan kembali menurun pada
tahun 2009 menjadi 5.952.
Gambar 5.7Jumlah Posyandu Menurut Kabupaten/Kota
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
99113111
889167
370400
340589
462415424
534753
286
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000
L.LinggauP.Alam
PrabumulihPalembang
Empat L.Ogai Ilir
OKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat
M.EnimOKI
OKU
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page128
Gambar 5.8Persentase Posyandu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
14,4
42,84
36,24
6,52
0
10
20
30
40
50
Pratama Madya Purnama Mandiri
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Desa siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah/ancaman kesehatan (termasuk bencana dan
kegawat-daruratan kesehatan) secara madiri dalam rangka mewujudkan desa sehat.
Tujuan desa siaga adalah untuk mewujudkan masyarakat desa yang sehat, peduli, dan
tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. Salah satu kriteria desa
siaga adalah minimal memiliki 1 (satu) Poskesdes (Pos Kesehatan Desa). Berikut
adalah persentase Poskesdes terhadap desa/kelurahan:
Gambar 5.9Rasio Poskesdes terhadap Desa/KelurahanDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
11
0,730,82
0,560,7
0,951
0,761
0,720,44
0,790,64
0,53
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
L.LinggauP.Alam
PrabumulihPalembang
Empat L.Ogai IlirOKUTOKUSB.AsinMUBAMURALahat
M.EnimOKI
OKU
Sumber: Bidang Promkes Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page129
Jumlah Poskesdes tahun 2009 di Provinsi Sumatera Selatan adalah 2.320 unit,
dengan rasio terhadap desa/kelurahan adalah 0,75. Rasio tertinggi terdapat di
kabupaten MUBA, OKUS, kota Pagar Alam dan Lubuk Linggau (1), artinya setiap
desa di wilayah tersebut sudah memiliki Poskesdes. Rasio terendah terdapat di
kabupaten Lahat (0,44).
Gambar 5.10Cakupan Desa Siaga Aktif
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Dari gambar diatas menunjukkan distribusi desa siaga terdiri dari, 4
Kabupaten belum memenuhi target SPM dan berada pada range terendah dibawah
50% yaitu Kabupaten OKI, OI, OKU, dan Empat Lawang, 2 Kabupaten berada pada
range antara 50%-65% yaitu kabupaten OKU Selatan dan Kota Lubuk Linggau. 8
Kabupaten/kota lainnya sudah memenuhi target SPM minimal 65%. Berdasarkan
rasio jumlah Poskesdes terhadap jumlah desa pada gambar diatas, Kabupaten OKUS
dan Kota Lubuk Linggau memiliki rasio 1, tetapi cakupan desa siaga di kedua
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page130
wilayah tersebut belum mencapai target SPM (warna kuning). Sebaliknya kabupaten
Lahat memiliki rasio jumlah poskesdes terhadap jumlah desa paling rendah yaitu
0,44, tetapi cakupan desa siaga aktif memenuhi target SPM (warna hijau).
5.1.5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan
Pendidikan tenaga kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan ketersediaan
dan kualitas tenaga kesehatan dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat. Pendidikan kesehatan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta
melalui berbagai institusi pendidikan di berbagai jenjang.
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan diberlakukannya undang-
undang nomor 20 tahun 2004 tentang pendidikan nasional, dari seluruh institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, hanya beberapa
institusi yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan untuk pembinaannya. Tabel
5.2 menyajikan tentang penyebaran jenis institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
dibina oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan.
Tabel 5.2Jumlah Institusi Diknakes Menurut Jenis Pendidikan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Status KepemilikanNo. Jenis Institusi
Pemerintah Swasta Daerah TNIJumlah
01. Poltekkes- Jurusan Keperawatan 3 - - - 3- Jurusan Kebidanan 1 - - - 1- Jurusan Analis 1 - - - 1- Jurusan Farmasi 1 - - - 1- Jurusan Gizi 1 - - - 1- Jurusan Kes. Gigi 1 - - - 1
02. Akademi Keperawatan - 9 - 1 1003. Akademi Kebidanan - 18 1 - 1904. Akademi Kesehatan Lingkungan - 1 1 - 205. Akademi Farmasi - 2 - - 206. Akademi Fisiotherapi - 1 - - 107. APIKES - 1 - - 108. SMF - 1 - - 1
JUMLAH 8 33 2 1 44
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page131
Disamping institusi pendidikan tenaga kesehatan jenjang diploma III seperti
pada tabel di atas, masih ada institusi pendidikan tenaga kesehatan yang
menyelenggaranan strata 1 seperti Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan baik
negeri maupun swasta
5.2. TENAGA KESEHATAN
Data mengenai tenaga kesehatan di Provinsi Sumatera Selatan baik yang
bekerja di sektor pemerintah maupun swasta masih sulit diperoleh. Data yang ada
diperoleh dari pengelolah program di Subdin Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan. Pada tabel 5.3 disajikan jumlah tenaga kesehatan menurut
golongan medis, paramedis dan tenaga kesehatan lainnya.
Tabel 5.3.Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Golongan Medis,
Paramedis, Tenaga Kesehatan Lainnya Menurut Kabupaten / KotaDi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
Tenaga KesehatanKabupaten/Kota
Medis PerawatanNon
Perawatan
ApotekerSarjana
KesehatanLainnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. OKU 27 524 38 2 12
02. OKI 60 735 50 2 21
03. Muara Enim 68 652 53 3 21
04. L a h a t 44 649 47 4 13
05. Musi Rawas 40 549 56 6 31
06. Musi Banyuasin 57 638 40 2 68
07. Banyuasin 67 528 54 28 79
08. OKU Selatan 9 342 29 - 11
09. OKU Timur 40 665 32 2 10
10. Ogan Ilir 27 309 34 0 12
11. Empat Lawang 14 181 13 - 9
12. Palembang 664 2.169 108 103 68
13. Prabumulih 97 613 34 2 36
14. Pagar Alam 26 202 20 4 11
15. Lubuk Linggau 15 210 19 12 12
Jumlah 1.201 8.966 627 170 414Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page132
Indikator ketersediaan tenaga kesehatan dapat dilihat dari rasio setiap jenis
tenaga kesehatan per 100.000 penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2009 sebanyak 7.222.635 jiwa, maka didapatkan rasio
masing-masing jenis tenaga kesehatan dan kebutuhan masing-masing jenis tenaga
kesehatan. Pada tabel 5.4 disajikan Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis per
100.000 penduduk termasuk jumlah kebutuhannya.
Pada tabel 5.4 berikut terlihat bahwa rasio dokter umum pada tahun 2009 baru
mencapai 9,48 per 100.000 penduduk, sama dengan 1 orang dokter melayani 10.548
penduduk, belum memenuhi target Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per 100.000
penduduk atau 1 per 2.500 penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera
Selatan masih membutuhkan 2.889 orang dokter umum.
Tabel 5.4Rasio Tenaga Kesehatan Menurut Jenis Per 100.000 Penduduk
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
No Jenis Tenaga Jumlah Rasio Target Kebutuhan1. Dokter Spesialis 427 5,91 6 4332. Dokter Umum 685 9,48 40 2.8893. Dokter Gigi 323 4,47 11 7944. Perawat 5.027 69,60 117,5 8.4865. Bidan 3.919 54,26 100 7.2226. Ahli Gizi 418 5,79 22 1.5897. Sanitarian 358 4,96 40 2.8898. SKM 365 5,05 40 2.8899. Apoteker 170 2,35 10 72210. Farmasi 264 3,66 30 2.16611. SPRG 223 3,09 30 2.16612. Fisioterapi 66 0,91 4 28813. Analis kesehatan 140 1,94 15 1.083
Sumber : Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2009
Demikian juga dengan tenaga Bidan, baru mencapai 54,26 per 100.000
penduduk, sama dengan 1 orang Bidan melayani 1.843 penduduk, masih dibawah
target Indonesia Sehat 2010 sebesar 100 per 100.000 penduduk atau 1 Bidan per
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page133
1.000 penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih
membutuhkan 7.222 orang Bidan.
Rasio Perawat, baru mencapai 69,60 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang Perawat melayani 1.437 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat
2010 sebesar 117,5 per 100.000 penduduk atau 1 Perawat per 851 penduduk. Artinya
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 8.486 orang Perawat.
Rasio Ahli Gizi, baru mencapai 5,79 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang Ahli Gizi melayani 17.271 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat
2010 sebesar 22 per 100.000 penduduk atau 1 Ahli Gizi per 4.544 penduduk. Artinya
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 1589 orang Ahli Gizi.
Rasio Sanitarian, baru mencapai 4,96 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang Sanitarian melayani 20.161 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat
2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.889 orang Sanitarian.
Rasio SKM, baru mencapai 5,05 per 100.000 penduduk, sama dengan 1 orang
SKM melayani 19.802 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010 sebesar
40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya untuk saat
ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.889 orang SKM.
Rasio Apoteker, baru mencapai 2,35 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang Apoteker melayani 42.553 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat
2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 722 orang Apoteker.
Rasio SPRG, baru mencapai 3,66 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang SKM melayani 32.362 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010
sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.166 orang SPRG.
Rasio Fisioterapis, baru mencapai 0,91 per 100.000 penduduk, sama dengan 1
orang SKM melayani 109.890 penduduk, masih dibawah target Indonesia Sehat 2010
sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500 penduduk. Artinya
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page134
untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan 2.166 orang
Fisioterapis.
Rasio Analis Kesehatan, baru mencapai 1,94 per 100.000 penduduk, sama
dengan 1 orang Analis Kesehatan melayani 51.546 penduduk, masih dibawah target
Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per 100.000 penduduk atau 1 Sanitarian per 2.500
penduduk. Artinya untuk saat ini Provinsi Sumatera Selatan masih membutuhkan
1.083 orang Analis Kesehatan.
5.3. ANGGARAN KESEHATAN
Tabel 5.5Alokasi Anggaran Sektor Kesehatan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 – 2009
Tahun Total APBD I (Rp.) Alokasi Sektor Kesehatan Provinsi (Rp.) %2002 773.893.516.000.- 27.469.419.000.- 3.52003 973.786.625.000.- 20.948.200.487.- 2.22004 1.168.820.192.147,- 52.191.230.712,- 4.52005 1.897.616.309.861,- 10.346.017.050.- 0.52006 1.055.579.171.127,- 32.342.333.930.- 3.02007 2.302.939.953.836,- 47.537.916.270,- 2.02008 2.718.469.708.751,- 90.368.968.900,- 3,62009 2.947.481.801.876,62,- 319.208.105.263,- 10,83
Sumber : Subdin Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Gambar 5.11Persentase Anggaran Kesehatan
Di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2009
0
5
10
15
% Anggaran
Kesehatan
3,5 2,2 4,5 0,5 3 2 3,6 10,83
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sumber : Subdin Sekretariat Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page135
Dari Gambar 5.11. di atas terlihat bahwa persentase anggaran kesehatan pada
tahun 2008 dari total APBD Provinsi Sumatera Selatan baru mencapai 3,6% ,
meninkat cukup tinggi pada tahun 2009 menjadi 10,83% melampaui rata-rata
persentase alokasi anggaran kesehatan selama periode 8 tahun berkisar 2,8%.
Meskipun demikian, angka tersebut masih berada dibawah harapan sebesar 15%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 136
BAB 6
K E S I M P U L A N
6.1. KESIMPULAN
Situasi Derajat Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan tahun 2007 dapat dilihat
dari beberapa indikator yaitu Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi
(AKB), Umur Harapan Hidup serta Status Gizi dan Angka Kesakitan.
1) Angka Kematian Ibu (AKI) tiap tahunnya mengalami penurunan dari 307 per
100.000 KH (SDKI 2002/2003) menjadi 228 per 100.000 KH (SDKI 2007),
sedangkan AKI Sumatera Selatan 424 per 100.000 KH (BPS 2004) menjadi 262
per 100.000 KH (Susenas 2005).
2) Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA) Nasional
mengalami penurunan, yaitu 34 per 1000 KH (SDKI 2007). AKB Provinsi
Sumatera Selatan 42 per 1000 KH (Susenas 2007). Target MDGs 2015 AKB
diharapkan turun menjadi 23 per 1000 KH dan AKABA menjadi 32 per 1000
KH.
3) Umur Harapan Hidup (UHH) Provinsi Sumatera Selatan mengalami peningkatan
dari 67,9 tahun pada tahun 2003 menjadi 69,9 tahun pada tahun 2009.
4) Status Gizi Masyarakat dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu BBLR, Status
Gizi Balita. Proporsi BBLR Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 0,79%
(rentang 0,19%-6.65%), prevalensi gizi buruk pada tahun 2009 0,03% (rentang 0-
0,27%).
5) Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Provinsi Sumatera Selatan mengalami
kenaikan dari 84,45% pada tahun 2008 menjadi 88,6% pada tahun 2009, masih
dibawah target SPM sebesar 90%.
6) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani di Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2009 sebesar 38,89%, sudah melebihi target SPM 25,76%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 137
7) Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan mengalami peningkatan dari 84% pada tahun 2008
menjadi 87,83% pada tahun 2009 , sudah melampaui target SPM 85%.
8) Cakupan pelayanan nifas Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 96,49%,
sudah melebihi target SPM 85%.
9) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang dilayani Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2009 82,68%, sudah melebihi target SPM 79,99%.
10) Cakupan kunjungan bayi Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai
87,47%, masih dibawah target SPM 89,99%.
11) Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
mencapai 82,5%, masih dibawah target SPM 100%.
12) Cakupan pelayanan anak Balita Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
mencapai 52,05%, masih dibawah target SPM 88,12%.
13) Cakupan pemberian MP ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai 24,68%, masih dibawah target SPM
100%.
14) Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2009 mencapai 100%, sesuai dengan target SPM 89,99%.
15) Cakupan peserta KB aktif Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai
69,08%, sedikit dibawah target SPM 70%.
16) AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun Provinsi Sumatera Selatan pada tahun
2009 mencapai 4,05, sudah melebihi target SPM >=2.
17) Penemuan penderita Pneumonia Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
mencapai 29,53%, masih dibawah target SPM 60%.
18) Penemuan pasien baru TB BTA (+)Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
mencapai 44,62%, masih dibawah target SPM 70%.
19) Penderita DBD yang ditangani Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009
mencapai 71,41%, masih dibawah target SPM 100%.
20) Penemuan penderita diare Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai
3,24%, masih dibawah target SPM 100%.
Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 138
21) Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan
Epidemiologi <24 jam Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai
95,33%, masih dibawah target SPM 100%.
22) Cakupan desa siaga aktif Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 mencapai
80,49%, masih dibawah target SPM 100%.
23) Jumlah kasus HIV pada tahun 2009 sebanyak 85 kasus, AIDS sebanyak 70 kasus.
Kumulatif kasus HIV sampai dengan tahun 2009 sebanyak 491 kasus.
24) Jumlah kecelakaan yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 2.218 kasus, dengan
jumlah korban sebanyak 4.247 orang dengan perincian 1.051 meninggal dunia,
1.470 luka berat, 1.726 luka ringan. Persentase kematian akibat kecelakaan
tertinggi terjadi di Kabupaten OKU Timur sebesar 36,23% dan Musi rawas
35,29%.
25) Jumlah puskesmas di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 sebanyak 291
puskesmas, rasio puskesmas mencapai 4,03 per 100.000 penduduk. Jumlah RSU
sebanyak 22 buah tersebar di 14 kabupaten/kota, kecuali kabupaten Ogan Ilir dan
OKU Selatan, terdiri dari 12 RSUD dan 10 RSU Vertikal dan TNI/Polri.
26) Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk sampai dengan tahun 2009 masih
dibawah rasio ideal.
27) Persentase Anggaran Pembangunan Kesehatan sudah mencapai 10,83% dari total
APBD Provinsi Sumatera Selatan.
6.2. SARAN
Dalam rangka peningkatan capaian program-program pembangunan
kesehatan, yang dapat dilihat dari pencapaian indikator standar pelayanan minimal
(SPM) maupun indikator Indonesia Sehat 2010, perlu dilakukan beberapa upaya
antara lain :
1. Perencanaan kegiatan pembangunan kesehatan harus berdasarkan fakta
dilapangan (planning by evidence based) termasuk pencapaian indikator SPM
dan indikator Indonesia Sehat minimal 3 tahun sebelumnya dan diupayakan
mempunyai daya ungkit terhadap penurunan AKI, AKB dan peningkatan
Profil Kesehatan Provinsi Sumsel Tahun 2010 Page 139
status gizi masyarakat serta memperhatikan kebijakan-kebijakan Pemerintah
Provinsi Sumatera Selatan.
2. Meningkatkan monitoring dan evaluasi pencapaian program kesehatan
dengan melakukan supervisi-supervisi ke Kabupaten/Kota secara berkala
(setiap triwulan).
3. Meningkatkan pertemuan-pertemuan dengan penanggung jawab program di
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas Kesehatan Provinsi dalam
rangka memberikan feedback terhadap pelaksanaan program yang sedang
berjalan.
4. Meningkatkan kemampuan petugas pengelolah data dan informasi melalui
pelatihan atau bimbingan teknis.
5. Meningkatkan kemampuan pengelolah program kesehatan dalam menyusun
perencanaan kesehatan berbasis kinerja.
6. Mengoptimalkan Jaringan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (Siknas
Online)
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 4
BAB 2
GAMBARAN UMUM
2.1. KEADAAN PENDUDUK
Perkiraan penduduk Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2009 berjumlah
7.222.635 jiwa (BPS, Susenas 2009). Dengan komposisi 3.650.615 penduduk laki-
laki dan 3.572.020 penduduk perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera
Selatan sebesar 1,42 persen pada tahun 2009 menurun jika dibandingkan dengan
tahun 2008 sebesar 1,45 persen.
Tabel 2.1Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun, Luas Daerah, Rata-rata Penduduk Desa
Dan Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kabupaten /KotaDi Sumatera Selatan
Tahun 2009
Kabupaten / Kota JumlahPenduduk
JumlahDesa/
Kelurahan
Luas Daerah(Km2)
Rata-rataPenduduk
per KK
KepadatanPendudukPer Km2
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
01. OKU 267.022 152 2.773 4,04 9602. OKI 707.627 309 17.058 4,00 4103. Muara Enim 668.341 325 8.588 4,19 7804. Lahat 341.055 376 4.076 3,92 8405. Musirawas 505.940 277 12.135 3,92 4206. Musi Banyuasin 523.025 218 4.477 4,09 3607. Banyuasin 818.280 303 12.143 4,09 6708. OKU Selatan 331.879 260 5.494 4,00 6009. OKU Timur 581.665 298 3.410 3,82 17110. Ogan Ilir 384.663 241 2.513 4,01 15311. Empat Lawang 213.872 156 2.556 4,05 8412. Palembang 1.438.938 107 374 4,35 3.84713. Prabumulih 137.786 37 422 4,12 32714. Pagar Alam 116.486 35 579 4,03 20115. Lubuk Linggau 186.056 72 420 4,05 443
Jumlah 7.222.635 3.166 87.018 4,08 83
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera SelatanSusenas 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 5
Tingkat kepadatan penduduk provinsi Sumatera Selatan sekitar 83 orang per
km2. Dari 15 Kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, Kota
Palembang mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi sebesar 3.847 orang per
km2. Sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Kabupaten Musi
Banyuasin yaitu 36 orang per km2.
Penduduk menurut kelompok umur menunjukkan bahwa 30,03% penduduk
Sumatera Selatan berusia muda (0-14 tahun), 64,16% berusia produktif (umur 15-59
tahun), dan hanya 5,81% yang berumur 60 tahun lebih, sehingga diperoleh angka
ketergantungan (dependency ratio) penduduk Sumatera Selatan sebesar 50,90 artinya,
setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 51 orang penduduk usia
tidak produktif, meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar 36 orang
penduduk usia tidak produktif.
Tabel 2.2Jumlah Penduduk Berdasarkan Hasil Susenas Menurut Kelompok
Umur dan Jenis Kelamin di Provinsi Sumatera Selatan2008 – 2009
2008 2009KelompokUmur Laki-Laki Perempuan Jumlah Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0 – 4 368.899 351.587 720.476 371.212 353.006 724.2185 – 9 365.780 347.990 713.770 365.405 282.650 711.206
10 – 14 371.091 354.204 725.295 374.902 358.300 733.20215 – 19 371.999 356.012 728.011 362.301 344.999 707.30020 – 24 380.003 373.508 753.511 384.798 373.508 761.69825 – 29 339.003 342.104 681.107 346.898 342.104 695.59930 – 34 286.500 297.401 583.901 294.102 297.401 598.20435 – 39 245.101 250.101 495.202 251.002 250.101 509.00340 – 44 214.001 214.904 428.905 218.799 214.904 438.60145 – 49 189.505 184.204 373.709 193.499 184.204 384.10150 – 54 155.911 141.901 297.812 162.600 141.901 312.00255 – 59 113.108 101.599 214.707 119.900 101.599 227.601
60 + 198.801 206.583 405.384 205.098 214.802 419.900Jumlah 3.599.692 3.522.098 7.121.790 3.650.615 3.572.020 7.222.635
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera SelatanSusenas 2009
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 6
Gambar 2.1Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009
(500.000) (400.000) (300.000) (200.000) (100.000) - 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000
< 1
5 - 9
15 - 19
25 - 29
35 - 39
45 - 49
55 - 59
65 - 69
75+
perempuanlaki-laki
2.2. LETAK GEOGRAFIS DAN LUAS WILAYAH
Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1o sampai 4o Lintang Selatan dan
102o sampai 106o Bujur Timur dengan luas wilayah 87.018 km2 terdiri dari
pegunungan dan pesisir pantai dan dilintasi oleh banyak sungai dan karenanya sering
terjadi banjir. Sebagian besar lahan terdiri dari hutan produksi, lahan pertanian,
eksplorasi dan ekploitasi gas bumi dan bahan galian lainnya seperti minyak tanah dan
batubara. Batas daerah ini adalah di sebelah Utara dengan Provinsi Jambi, di sebelah
Selatan dengan Provinsi Lampung, di sebelah Timur dengan Provinsi Bangka
Belitung, di Pantai Timur tanahnya terdiri dari rawa-rawa dan payau yang
dipengaruhi oleh pasang surut. Vegetasinya berupa tumbuhan palmase dan kayurawa
(bakau). Semakin ke barat merupakan dataran tinggi dan terdapat daerah Bukit
Barisan.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 7
2.3. KEADAAN PEMERINTAHAN
Sejak tahun 2006, kembali Provinsi Sumatera Selatan mengalami pemekaran
daerah, dari 14 (empat belas) kabupaten / Kota menjadi 15 (lima belas) kabupaten
kota. Kabupaten yang mengalami pemekaran yaitu kabupaten Ogan Komering Ulu
(OKU) menjadi Kabupaten OKU, OKU Selatan dan OKU Timur dan Kabupaten
Ogan Komering Ilir (OKI) menjadi Kabupaten OKI dan Kabupaten Ogan Ilir dan
pada tahun 2007, kabupaten Lahat mengalami pemekaran lagi menjadi Kabupaten
Lahat dan Kabupaten Empat Lawang, sehingga sampai dengan tahun 2009, Provinsi
Sumatera Selatan mempunyai 15 kabupaten/kota.
2.4. PENDIDIKAN
Sumber daya manusia akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
seseorang. Dari data Susenas 2008 data pendidikan disajikan dalam data partisipasi
bersekolah, tingkat pendidikan penduduk dan kemampuan membaca dan menulis.
Tabel 2.3Persentase Partisipasi Bersekolah, Tingkat Pendidikan Penduduk
Dan Kemampuan Membaca dan MenulisTahun 2009
2009Kota Desa Kota+Desa
- Partisipasi menurut kelompok Umur- 07 – 12 tahun 99,01 97,16 97,80- 13 – 15 tahun 90,85 80,59 84,64- 16 – 18 tahun 63,99 47,12 54,08- 19 – 24 tahun 18,93 6,17 11,57
- Pendidikan Tertinggi yg ditamatkan-Tidak tamat SD 14,16 29,65 23,50- SD / Sederajat 19,75 36,89 30,09- SLTP / Sederajat 20,96 18,64 19,56- SLTA / Sederajat 34,76 12,82 21,52-Diploma/Universitas 10,40 2,00 5,33
% Melek Huruf 98,37 96,43 97,20
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 8
Secara umum di Sumatera Selatan, Angka Partisipasi Sekolah (APS)
penduduk perkotaan lebih besar dari APS penduduk pedesaan kecuali pada kelompok
umur 7 – 12 tahun yang relative merata.
Kemampuan baca tulis (melek huruf) merupakan keterampilan minimum yang
dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. Persentase melek
huruf yaitu persentase penduduk 10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin dan huruf lainnya sebesar 97,20% dari seluruh penduduk usia 10 tahun
keatas pada tahun 2009. Ini berarti bahwa tingkat penduduk yang buta huruf relatif
kecil yaitu sebesar 2,80%.
Ijazah/STTB tertinggi yang dimiliki merupakan indicator pokok kualitas
pendidikan formal. Semangkin tinggi ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata
penduduk suatu Negara dapat mencerminkan taraf intelektualitas suatu bangsa. Pada
table 2.3. di atas terlihat bahwa penduduk Sumatera Selatan berumur 10 tahun ke atas
yang tidak/belum memiliki ijazah sebesar 23,50 persen, tamat SD/MI sederajat
sebesar 23,50 persen, SLTP/MTs sederajat sebesar 19,56 persen, SMU/MA sederajat
sebesar 21,52 persen, Diploma sampai perguruan tinggi sebesar 5,33 persen.
2.5. EKONOMI
Ukuran yang sering digunakan sebagai kemakmuran suatu daerah adalah
pendapatan per kapita.
Pada tahun 2008, pendapatan per kapita Sumatera Selatan atas dasar harga
berlaku dengan Migas dan tanpa Migas meningkat dari tahun sebelumnya yaitu dari
Rp. 13.292.695 tahun 2007 menjadi Rp.15.900.105 tahun 2008 (dengan Migas),
sementara tanpa Migas naik dari Rp.9.025.731 menjadi 10.546.378. Sedangkan
pendapatan perkapita atas dasar harga konstan dengan Migas dan tanpa Migas juga
mengalami peningkatan yaitu dari Rp.6.623.790 tahun 2007 menjadi Rp.6.862.014
(dengan Migas), tanpa Migas dari Rp.5.032.531 menjadi Rp.5.275.313.
Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010 Page 9
Tabel 2.4PDRB Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga KonstanTahun 2004-2008 (Juta Rupiah)
Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga KonstanTahunDengan MIGAS Tanpa MIGAS Dengan MIGAS Tanpa MIGAS
2004 64.319.375 45.470.766 47.344.395 33.969.0832005 81.531.510 52.726.675 49.633.536 36.317.674
2006 r) 95.928.763 63.500.068 52.214.848 38.971.0242007 *) 109.895.707 74.905.270 55.262.114 42.106.1492008**) 133.358.882 88.794.817 58.080.027 44.777.677
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatanr) Angka Revisi*) Angka Sementara**) Angka Sangat Sementara