program magister hukum ekonomi syariah...

179
Pengaruh Fatwa DSN MUI Terhadap Pelaksanaan Transaksi Tawarruq TESIS Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Hukum Ekonomi Syariah Oleh : Baihaqi NIM : 2112043300003 Pembimbing Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A. PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1437 H

Upload: ngohuong

Post on 05-Jul-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

Pengaruh Fatwa DSN MUI Terhadap Pelaksanaan Transaksi Tawarruq

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Hukum Ekonomi Syariah

Oleh :

Baihaqi

NIM : 2112043300003

Pembimbing

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A.

PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1437 H

Page 2: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat
Page 3: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat
Page 4: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim.

Puji syukur kepada Allah SWT pencipta alam semesta yang telah melimpahkan rahmat,

nikmat, dan berkah-Nya yang begitu banyak dan tiada henti-hentinya kepada makhluk-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sosok teladan yang menjadi panutan bagi setiap

umat manusia.

Tesis ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi

syarat-syarat meraih gelar Magister Hukum Ekonomi Syariah, dan atas izin dari Allah Tuhan

Semesta alam, penulis telah menyelesaikan tesis ini. Dalam realisasinya, penulis sadar

sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis

ini. Oleh karena itu, puji dan syukur penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT

anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya, kepada :

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA.

2. Ketua Program Studi Magister Ekonomi Syariah Ibu Dr.Nurhasanah, M.A. dan Sekretaris

Program Studi Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A.

3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., terima kasih atas bimbingan serta

bantuannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini.

4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya. Terima kasih atas setiap ilmu

yang diberikan.

5. Kedua Orang tuaku tercinta terima kasih untuk semua doa, harapan, kasih sayang serta

bantuan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini. Terima kasih telah menjadi

orang tua sekaligus guru yang luar biasa bagi putra-putrimu.

6. Untuk isteriku Neneng Rahmawati, S.E., dua putriku tercinta Queena Keisha Salsabila dan

Quaneisha Ufairah Ramadniya.

Page 5: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

7. Untuk teman-teman di Prodi MES Angkatan Pertama: Dila, mba Ade, Febri, Rani, Ayu, mba

Liza, pak Kadarisman, pak Nurdin, dan pak Rio. Semoga Allah menjaga persahabatan kita

dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Sukses untuk kita semua. Aamiin.

8. Rekan-rekan di PT Lentera Abadi.

9. Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan

konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat di kemudian hari. Semoga

tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Aamiin yaa rabbal

‘aalamiin.

Wassalammu’alaikumWr. Wb.

Jakarta, Desember 2017

Penulis

Page 6: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat
Page 7: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

ABSTRAK

Perbankan Islam dan Lembaga Keuangan Syariah saat ini telah mengalami pertumbuhan yang

sangat pesat terutama dengan adanya banyak fatwa dan produk sebagai hasil ijtihad. Adanya

fatwa tersebut digunakan sebagai legitimasi produk yang ditawarkan oleh perbankan dan

lembaga keuangan syariah. Salah satunya adalah tawarruq yang merupakan salah satu bentuk

jual beli yang paling banyak menuai kontroversi di kalangan para ulama.

Masalah yang timbul adalah mengenai kebolehan transaksi yang menggunakan akad tawarruq,

karena transaksi tersebut dianggap oleh sebagian ahli fikih tidak jauh dari bai’ inah. Letak

perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat penjualan kembali. Pada

tawarruq yang melibatkan pihak ketiga dianggap hilah kepada riba dan tujuan utamanya adalah

untuk mendapatkan keuntungan berlebih dalam transaksi tersebut.

Tesis ini bertujuan menganalisis pengaruh fatwa DSN MUI terhadap pelaksanaan transaksi

tawarruq serta bertujuan melihat sejauh mana akad tawarruq telah diaplikasikan dalam lembaga

keuangan di Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Dalam

penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah pandangan para ulama fikih terhadap bai’

tawarruq. Dari penelitian ini dapat ditemukan bahwa transaksi tawarruq tidak dianggap sebagai

produk keuangan Islam karena banyak kekurangan di dalamnya dan adanya hilah yang mengarah

kepada riba. Akan tetapi diperbolehkan jika akadnya tawarruq fiqhi sebagaimana telah

diaplikasikan dalam perdagangan komoditas syariah di Indonesia.

Kata Kunci: Akad, Al-Tawarruq, Al-Inah, bai’, fatwa, hilah, riba, murabahah .

Page 8: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................................v

ABSTRAK ..................................................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

A. Latar Belakang ................................................................................................................1

B. Batasan Masalah ............................................................................................................11

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................................11

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...............................................................................12

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ......................................................................13

F. Sistematika Penulisan ....................................................................................................15

BAB II AKAD TAWARRUQ .....................................................................................................17

A. Pengertian Akad Tawarruq .............................................................................................17

B. Pendapat Ulama yang Membolehkan dan Melarang Tawarruq ......................................25

1. Pendapat Ulama yang Membolehkan .........................................................................25

2. Pendapat Ulama yang Melarang .................................................................................28

C. Analisis Teori Bai’ Tawarruq .........................................................................................29

1. Tawarruq Munazam dan Tawarruq Fiqhi ...................................................................32

Page 9: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

v

2. Argumentasi Ulama yang Mendukung Tawarruq Munazam .....................................34

3. Argumentasi Ulama yang Menolak Tawarruq Munazam ..........................................36

D. Hubungan Tawarruq dengan Bai’ Inah ...........................................................................38

E. Bai’ Dayn ........................................................................................................................41

BAB III FATWA DSN MUI TERHADAP PELAKSANAAN TRANSAKSI TAWARRUQ

............................................................................................................................................45

A. Pengertian Fatwa .............................................................................................................45

B. Prosedur Penetapan Fatwa .............................................................................................49

C. Kedudukan Fatwa DSN MUI ..........................................................................................51

D. Fatwa No. 82 Tahun 2011 ...............................................................................................54

E. Pasar Komoditas Syariah ................................................................................................56

F. Serifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA) .....59

BAB IV ANALISIS PENGARUH FATWA DSN MUI TERHADAP TRANSAKSI

TAWARRUQ .................................................................................................................62

A. Analisis Perbandingan Pendapat Terhadap Tawarruq....................................................62

B. Pendapat Pakar Ekonomi Syariah Terhadap Transaksi Tawarruq… .............................68

C. Analisis Fatwa DSN MUI ............................................................................................71

BAB V PENUTUP........................................................................................................................75

A. Kesimpulan ....................................................................................................................75

B. Saran ..............................................................................................................................76

Page 10: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

vi

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................77

LAMPIRAN..................................................................................................................................88

Page 11: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah merupakan risalah yang sempurna

yang mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik aspek politik, budaya, ekonomi, sosial,

hukum, seni, dan manajeman. Salah satu aspek yang mendapat perhatian cukup besar dalam

Islam adalah masalah ekonomi.

Dalam konteks aktivitas ekonomi, pemikiran dan praktiknya telah dilakukan sejak

masa Islam itu lahir di bawah kepemimpinan Rasulullah. Madinah adalah sebuah negara

yang sangat maju dan menyisakan peradaban yang tinggi di semua segi termasuk

fundamental bidang ekonomi yang belakangan disebut sebagai ekonomi syariah. Para sahabat

dan pemikir Islam berikutnya pada masa Umayah dan Abbasiyah telah menorehkan kejayaan

hingga mencapai masa renaissance pemikiran dan peradaban Islam.1

Dalam melakukan aktivitas ekonomi seorang muslim tidak hanya sekadar untuk

memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi juga sekaligus merupakan bagian ibadah kepada Allah

sehingga setiap tahap dan proses aktivitas ekonomi selalu dikaitkan dengan nilai-nilai Islam

yang dikenal dengan istilah ekonomi syariah atau ekonomi Islam.

Ekonomi syariah merupakan sistem pembangunan menyeluruh. Sistem ini bertujuan

mengakhiri keterbelakangan, menegakkan bangunan ekonomi yang mewujudkan solidaritas

dan ikatan antra umat Islam. Dengan demikian Islam memandang masalah ekonomi sebagai

bagian dari cara hidup yang utuh.

1 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Gramata

Publishing Depok. 2010, hlm. vii.

Page 12: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

2

Ekonomi syariah adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan

Al-Hadits yang mengatur perekonomian umat manusia.2 Oleh sebab itu, ekonomi syariah

dimaknai lebih luas mencakup semua aktivitas manusia untuk mempertahankan

kehidupannya yang meliputi semua usaha, kegiatan, jasa dan profesi sepanjang tidak

bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits, semuanya juga sudah termasuk dalam makna

ekonomi syariah.3

Konsep sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang adil, transparan,

mementingkan nilai kemanusiaan dan kesejahteraan, bebas dari riba, tidak mengandung unsur

penipuan, pemaksaan, spekulasi, suap, barang haram, maksiat, serta jauh dari hal-hal yang

dilarang syariah. Dari segi konsep, operasional, dan ragam produk, ekonomi syariah

seharusnya berani menunjukkan perbedaan yang jelas dibandingkan dengan sistem ekonomi

konvensional. 4

Berikut ini beberapa definisi ekonomi syariah atau ekonomi Islam menurut beberapa

pakar:

1. Hasanuzzaman (1984), ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan

syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber

daya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar menjalankan

kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.

2. Muhammad Abdul Mannan (1986), ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang

mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam.

2 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah. Sinar Grafika Jakarta. 2008, hlm. 4.

3 Lebih khusus penjabaran ekonomi syariah merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang

per orang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka

memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah. Istilah ini biasanya

juga digunakan untuk untuk menyebut ekonomi Islam.

4 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010,

hlm. v.

Page 13: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

3

3. Nejatullah Ash-Shiddiqi (1992), ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-pemikir

muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya. Di mana dalam upaya ini

mereka dibantu oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah disertai dengan argumentasi dan

pengalaman empiris.

4. Khan (1994), ekonomi Islam adalah suatu upaya memusatkan perhatian pada studi

tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya

di bumi atas kerja sama dan partisipasi.

5. Khursid Ahmad (1992), ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk

memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah

itu dari perspektif Islam.5

Kegiatan ekonomi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

Oleh karena itu, ekonomi syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep ajaran

Islam. Dalam hukum Islam masalah yang berkaitan dengan ekonomi tidak terlepas dengan

muamalah6 seperti dalam bentuk kegiatan perdagangan

7, sewa-menyewa

8, jual beli

9, pinjam

meminjam10

, utang piutang, dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dasar muamalah tersebut

5 Veithzal Rivai & Andi Buchari, Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tapi Solusi), Bumi

Aksara Jakarta. 2009, hlm. 11-12. 6 Muamalah berarti: 1. Proses interaksi dengan pertukaran barang, atau jasa. 2. Interaksi sosial di

masyarakat, termasuk kegiatan bisnis yang sejalan atau didasarkan pada prinsip syariah. Muamalah dibutuhkan

karena sifat manusia sebagai makhluk sosial dalam rangka memenuhi kebutuhannya. (Lihat Ahmad Ifham

Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010, hlm. 518). 7 Perdagangan; Kegiatan mengembangkan modal untuk mendapatkan keuntungan. Termasuk juga

praktik jual beli dan kegiatan lain yang sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. (Ibid., hlm. 642). 8 Sewa-menyewa diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian. (Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 13, Alma‟arif Bandung. 1988, hlm. 15). 9 Jual beli merupakan pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milik dengan ganti

yang dapat dibenarkan, yaitu berupa alat tukar yang sah. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan

adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal

ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. (Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 12, Alma‟arif Bandung. 1988, hlm.

47-48). 10

Pinjam meminjam adalah memberikan sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil

manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, agar dapat dikembalikan zat barang itu. (Lihat Sulaiman Rasyid, Fiqh

Islam, Sinar Baru Bandung.1990, hlm 301).

Page 14: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

4

telah diberikan pedoman yang jelas dalam hukum Islam, di antaranya bahwa transaksi yang

dilakukan sah jika terbebas dari maisir, gharar, haram, riba, dan bathil.11

Seiring perkembangan zaman, saat ini banyak sekali ditemukan berbagai jenis

transaksi di lembaga keuangan syariah yang berkembang mulai dari yang paling sederhana

hingga yang konsepnya sangat kompleks. Mulai dari industri perbankan syariah, asuransi

syariah, pasar modal syariah, dan bursa komoditi berjangka pun tidak mau ketinggalan dalam

mengikuti tren tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya commodity trading.

Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Hal ini

menyebabkan banyak pihak ingin mengetahui perbedaaan yang mendasar antara lembaga

keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Salah satu perbedaan yang sering

dikemukakan oleh para ahli adalah, bahwa di lembaga keuangan syariah harus ada underlying

transaction yang jelas, sehingga uang tidak boleh mendatangkan keuntungan dengan

sendirinya tanpa ada alas transaksi, seperti jual beli yang akan menimbulkan margin, sewa

11

Maisir berarti setiap tindakan atau permainan yang bersifat untung-untungan/ spekulatif yang

dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan materi seperti dampak terjadinya praktik kepemilikan harta secara

bathil. Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan maisir sebagai transaksi

yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti atau untung-untungan. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin,

Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010, hlm. 479). Gharar; 1. Menurut

bahasa: ancaman/ bahaya (risk of uncertatainty). Menurut istilah, beberapa definisi ulama: (a) Imam Sarakhsi:

tidak diketahui hasilnya; (b) Imam Qarafi: tidak diketahui terjadi/ hasil/ tidak; (c) Imam Asnawi: dua

kemungkinan yang paling dominan yang paling ditakutkan; (d) Ibnu Taimiyah: tidak diketahui akibatnya; (e)

Ibnu Qayyim: yang tidak dapat diserahterimakan; (f) Musthafa Zarqa: jual beli yang tidak jelas batasannya dan

objeknya karena risiko sehingga mirip judi. 2. Transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan/atau tipuan dari

salah satu pihak; seperti bai‟ ma‟dum (jual beli sesuatu yang belum ada barangnya). Undang-Undang No. 21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan gharar sebagai transaksi yang objeknya tidak jelas,

tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuai

diatur lain dalam syariah. (Ibid., hlm. 288). Haram berarti larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan,

yang jika dikerjakan berdosa, sedangkan jika ditinggalkan mendapat pahala. Haram juga berarti tuntutan untuk

meninggalkan suatu perbuatan, bersifat jaazim atau sungguh-sungguh/pasti. (Ibid., hlm 302). Riba secara garis

besar dikelompokkan menjadi dua. Yaitu riba utang-piutang dan riba jual beli. Riba utang-piutang terbagi lagi

menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba jual beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi‟ah. (1)

Riba qardh: Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang

(muqtaridh). (2) Riba jahiliyyah: Utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu

membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. (3) Riba fadhl: Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar

atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk jenis barang ribawi. (4) Riba

nasi‟ah: Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang

ribawi lainnya. Riba dalam nasi‟ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang

diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. (Ibid., hlm 729). Bathil berarti tidak sesuai dengan syariah

Islam (illegal); transaksi yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah akan menjadi bathil jika syarat dan

rukunnya tidak terpenuhi serta bertentangan dengan syariah Islam. (Ibid., hlm 159).

Page 15: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

5

menyewa yang akan menimbulkan fee, dan penyertaan modal yang akan memperoleh bagi

hasil.12

Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah terbagi

menjadi tiga bagian, yaitu produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana

(funding), dan produk jasa (service).13

Industri keuangan syariah di Indonesia terus berkembang di tengah-tengah

masyarakat dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya. Regulasi yang jelas

tentang lembaga keuangan syariah membuka peluang bagi syariat Islam untuk menunjukkan

eksistensi ajarannya.

Setiap lembaga keuangan syariah dalam menjalankan operasionalnya harus

berdasarkan prinsip syariah, terutama pada produk-produk yang dikeluarkannya. Dengan kata

lain produk-produk lembaga keuangan syariah tersebut harus dilandasi oleh akad-akad yang

sesuai dengan tuntunan syariah.14

Dalam praktiknya, lembaga keuangan syariah harus memenuhi ketentuan hukum

Islam. Hukum Islam ini ditentukan dengan keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis

Ulama Indonesia (MUI) melalui lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN). Jika DSN belum

mengeluarkan fatwanya tentang sesuatu masalah maka Dewan Pengawas Syariah (DPS)

sebagai kepanjangan DSN dapat mengeluarkan opini sementara sampai keluarnya fatwa.

Karakteristik fatwa yang sifatnya tidak mengikat kepada siapapun, kemudian menjadi

mengikat kepada praktisi ekonomi syariah karena fatwa dikuatkan dan ditetapkan menjadi

standar kepatuhan syariah (syariah compliance) oleh peraturan perundang-undangan.15

12

Fathurrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Sinar Grafika

Jakarta. 2012, hlm. v. 13

Muhammad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia, PT Gramedia

Pustaka Utama Jakarta. 2013, hlm. 3. 14

Ma‟ruf Amin dalam pengantar, Teori Hukum Ekonomi Syariah, UI Press Jakarta. 2015, hlm. v. 15

M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah, UI Press Jakarta. 2015, hlm. iii.

Page 16: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

6

Tugas dari DSN MUI adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-

masalah yang berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan

aktivitas lembaga keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya pembentukan

DSN dimaksudkan oleh MUI sebagai upaya efisiensi dan koordinasi para ulama dalam

menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi atau keuangan. Salah satu

tugas pokok DSN MUI adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip

hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan

transaksi di lembaga keuangan syariah.16

Sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan yang ada, DSN MUI merupakan

mitra lembaga pemerintah yang menjadi regulator dalam mengatur lembaga keuangan

syariah. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya domain kesyariahan yang terkait dengan

lembaga keuangan syariah kepada DSN MUI. Misalnya dalam hal memverifikasi salah satu

izin prinsip pendirian lembaga keuangan syariah di Indonesia yang disyaratkan harus telah

memenuhi aspek kesyariahan, maka dalam hal penentuan apakah lembaga tersebut betul telah

memenuhi aspek kesyariahan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada DSN MUI. Selain

itu, dalam hal produk dan akad-akad yang dipergunakan lembaga keuangan syariah untuk

menjalankan operasionalnya juga harus didasarkan atas ketetapan fatwa yang dikeluarkan

oleh DSN MUI. Dengan begitu tidak dibenarkan bagi lembaga keuangan syariah untuk

mendasarkan prinsip kesyariahan operasionalnya dari pendapat ulama yang tidak tercover

dalam fatwa DSN MUI, selagi sudah ada fatwa dari DSN MUI tentang hal tersebut. 17

Ekonomi dunia modern dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan dan peran

penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan perbankan pada khususnya. Melalui sektor

16

Ma‟ruf Amin, Op.Cit.,hlm. vi. 17

Ibid., hlm. vi-vii.

Page 17: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

7

jasa keuangan inilah dana atau potensi investasi yang ada pada masyarakat disalurkan ke

dalam kegiatan-kegiatan produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.18

Dewasa ini ada kecenderungan di kalangan umat Islam untuk memperlonggar dan

mempermudah hukum agama khususnya dalam urusan muamalah. Alasan dharurah

misalnya, digunakan sebagai bahan justifikasi untuk menghalalkan sesuatu yang telah jelas

diharamkan dalam nash-nash syariah seperti dalam isu riba. Memang syariat Islam

membenarkan prinsip dharurah digunakan bila berhadapan dengan keadaan terdesak hingga

tidak memungkinkan individu melaksanakan tuntutan syariah secara sempurna. Dalam Islam

prinsip dharurah disebutkan sebagai salah satu kaidah fiqih yang masyhur dari Imam Al-

Sayuti, yaitu “al-dharurat tubih al-mahzurat”, artinya apabila sudah ada dharurah seseorang

diperbolehkan mengerjakan perkara yang dilarang.19

Hal demikian pula digunakan dalam muamalah maliyah bila menghadapi dharurah.

Namun terdapat beberapa dhawabith (aturan) yang harus terpenuhi demi tercapainya keadaan

dharurah tersebut. Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwafaqat sebagaimana dikutip Muhamad

Nadratuzzaman mengatakan bahwa dharurah adalah keadaan yang terlalu mendesak,

sehingga mendesak seseorang untuk tidak dapat mempertahankan lima perkara dalam

syariah, yaitu agama, nyawa, akal, keturunan, dan harta. Dari pengertian tersebut, dharurah

berarti ketika seseorang tidak dapat lagi mempertahankan kelima perkara yang disebutkan,

boleh baginya melakukan hal yang asal hukumnya haram. 20

Sebagai contoh adalah ketika seseorang ingin mendapatkan uang tunai dan

menghindari transaksi ribawi, maka orang tersebut melakukan transaksi jual beli dengan

menggunakan akad tawarruq.

Ulama yang memperbolehkan tawarruq memberlakukan dharurah dengan alasan

yang jelas, yaitu bahwa keberadaan bank-bank Islam di dunia sangat terbatas dan bisnisnya

18 Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit.,hlm. 3-4.

19 Ibid., hlm.114.

20 Ibid., hlm.114-115.

Page 18: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

8

sangat terbatas pula. Selain dapat mempermudah proses transaksi, dapat pula meningkatkan

loyalitas nasabah dan tentu akan menambah likuiditas21

yang sangat bermanfaat bagi bank-

bank Islam di dunia.

Namun sejumlah ulama masih memperdebatkan kehalalan transaksi ini. Sejumlah

pihak berpandangan bahwa tawarruq merupakan rekayasa atau hilah, yaitu merekayasa untuk

menutupi unsur ribanya tidak tampak, padahal esensinya adalah kegiatan atau praktik ribawi.

Di lain pihak, tawarruq dianggap sebagai hal yang diperkenankan dalam Islam sebagai solusi

untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.

Tawarruq merupakan penguangan aset. Jual beli aset yang dilakukan secara tangguh

dengan pembeli menjual kembali aset itu secara tunai kepada pihak ketiga.

Tawarruq adalah suatu kontrak penjualan di mana seorang pembeli memperoleh

barang dagangan secara kredit dan kemudian menjual barang dagangan tersebut dengan

merugi (sebab harga lebih rendah) kepada penjual asal untuk mendapatkan uang tunai.

Tujuan dari transaksi ini adalah untuk mendapatkan uang tunai dan bukan untuk kegiatan

bisnis. Model transaksi ini dikecam sebagai sebuah rekayasa untuk memberi atau

mendapatkan suatu pinjaman berbunga.22

Berbagai produk dengan tawarruq telah diciptakan demi kenyamanan dan kemajuan

pangsa pasar Islam, seperti diberlakukan di Malaysia. Alasannya ialah perekonomian dunia

Islam harus meningkat seiring waktu dan kebutuhan pasar, sehingga platform yang telah

dipraktikkan pada perbankan Islam di dunia Islam harus diperbarui dan disesuaikan dengan

21

Likuiditas; Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam

waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta

lancer yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity). Tujuan dari pengaturan dan

pengolahan likuiditas adalah a. Memberikan jaminan kepada deposan untuk ketepatan pembayaran dana mereka

yang akan dikembalikan atau jatuh tempo; b. Memastikan kemampuan untuk melakukan pembayaran atas

semua pinjaman yang akan jatuh tempo; c. Memastikan untuk dapat memberikan dana yang telah disetujui

untuk pembiayaan baru yang telah disetujui; d. Meminimalkan terjadinya penjualan asset yang tidak

direncanakan; e. Memastikan agar ketentuan GWM (Giro Wajib Minimum) selalu terpenuhi. (Lihat Ahmad

Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 476) 22

Muhammad Akram Khan, Islamic Economics and Finance: A Glossary. Routledge London. 2003,

hlm. 182.

Page 19: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

9

keadaan dan kebutuhan saat ini. Murabahah, ijarah, dan banyak akad lain adalah akad

kontemporer yang telah berkembang dan tidak lagi sesuai dengan akad-akad murabahah,

ijarah, dan sebagainya di masa Rasulullah ataupun sahabat dan tabi‟in. Dengan demikian

tawarruq seyogyanya mengalami perkembangan dan perubahan mekanisme sesuai perubahan

zaman dan kebutuhan perbankan Islam saat ini. 23

Tidak dapat dipungkiri bahwa ulama klasik pun ada yang menghalakan tawarruq

dengan catatan tertentu, yaitu apabila seseorang tidak berhasil mendapatkan likuiditas dan

pinjaman dan tidak pula dipersyaratkan dalam jual beli.

Pembahasan mengenai produk-produk tersebut tidak terlepas dari jenis akad yang

digunakan. Jenis akad yang digunakan oleh suatu produk biasanya melekat pada nama

produk tersebut.24

Transaksi tawarruq muncul pada fatwa DSN-MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 yang

mengatur secara khusus tentang perdagangan berjangka komoditi syariah. Fatwa ini bertujuan

untuk mengeliminir unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah dalam

perdagangan berjangka komoditi syariah.

Dalam kegiatan ekonomi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ruang dan waktu, posisi

fatwa sebagai pijakan hukum diperlukan. Fatwa dijadikan pedoman oleh otoritas keuangan

dan lembaga keuangan syariah (LKS) dalam kegiatan ekonomi syariah. Fatwa dijadikan

standar untuk memastikan kesyariahan produk dan operasional keuangan syariah. Bahkan

menurut Mahmoud A. El-Gamal sebagaimana dikutip Muhammad Maksum, fatwa menjadi

satu-satunya sarana menentukan keabsahan transaksi keuangan Islam.25

Menurut Muhammad Ayub tawarruq berarti membeli secara kredit dan menjual di

tempat secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan uang tunai, yang berarti bahwa

23

Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit.,hlm. 115-116. 24

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, PT Rajawali Press Jakarta. 2012, hlm. 3. 25

Muhammad Maksum, Disertasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam

Merespon Produk-Produk Ekonomi Syariah. UIN Jakarta. 2013, hlm.1.

Page 20: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

10

transaksi tersebut bukanlah untuk memenuhi kebutuhan pihak pembeli; ia sebenarnya hanya

ingin likuiditas, yang ia dapatkan dengan membeli sebuah barang secara kredit dan menjual

dengan segera untuk mendapatkan uang tunai. Jika ia menjual kepada pihak ketiga, hal

tersebut dapat diterima dari prinsip syariah, tetapi jika ia menjual kepada seseorang yang

menjadi pihak dimana ia membeli barang dimaksud secara kredit, hal demikian tidaklah

sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan pendapat mayoritas ulama. Meskipun berada

dalam wilayah abu-abu, tawarruq digunakan oleh banyak Bank Islam untuk manajemen

likuiditas dan sebagai sebuah model pembiayaan, khususnya untuk pembiayaan individu dan

kartu kredit.26

Para ulama klasik dari Mazhab Hanafi, Syafi‟i dan Hanbali memandang tawarruq

sebagai transaksi yang diperbolehkan secara legal. Islamic Fiqh Academy, yang

beranggotakan negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI pada konferensi tahunan sesi

ke 15 di kota Mekkah, telah mengeluarkan resolusi yang mendukung diperbolehkan transaksi

tawarruq, dengan syarat pembeli tidak menjual kembali barang yang telah dibelinya kepada

penjual pertama dengan harga yang lebih rendah, langsung atau tidak langsung, sebab kalau

hal itu terjadi, maka bisa dikatakan masuk dalam kategori transaksi yang mengandung riba.27

Untuk mendapatkan uang tunai tanpa melakukan cara ribawi, beberapa pihak yang

melakukan tawarruq. Namun demikian, transaksi tawarruq menjadi perdebatan oleh beberapa

pihak mengenai kehalalannya. Sejumlah pihak berpandangan bahwa tawarruq sebagai sebuah

kegiatan yang dibuat-buat sehingga unsur ribanya tidak tampak padahal esensinya adalah

kegiatan ribawi. Di lain pihak, tawarruq dianggap hal yang diperkenankan dalam Islam

sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan uang tunai. 28

Para ulama dari Mazhab Maliki tidak setuju dengan penjualan barang dengan harga

yang lebih tinggi dari harga pasar apabila dilakukan oleh seseorang yang mengambil

26

Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance. John Wiley & Sons, Ltd Inggris. 2007, hlm. 349. 27

Nibra Hosen,”Tawarruq” dari http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/21. 28

Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 3.

Page 21: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

11

keuntungan pinjaman dengan cara yang masuk dalam kategori riba. Umar Ibn Abdul Aziz

dan Muhammad Ibn al Hasan tidak setuju dengan tawarruq. Ibnu Taimiyyah dari Mazhab

Hanbali, dan muridnya Ibn al-Qayim sangat tidak setuju dengan tawarruq dan menyamakan

dengan katagori inah. Sebagian dari Ulama Hanafi telah melarang transaksi ini dan

menyamakannya dengan inah, namun sebagian lagi, seperti Ibn al-Humam mengatakan kalau

tawarruq tidak terlalu di senangi atau khilaf al-awla.29

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik

melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang Pengaruh Fatwa DSN MUI

Terhadap Pelaksanaan Transaksi Tawarruq.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini akan memfokuskan kajian hukum transaksi tawarruq dengan

mengkhususkan fatwa DSN MUI, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pendapat para ulama terkait akad tawarruq yang digunakan dalam

komoditas syariah?

2. Bagaimana analisis ketentuan fikih untuk tawarruq, fatwa Dewan Syariah Nasional

untuk perdagangan komoditi..

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, maka

tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seperti apa konsep akad tawarruq dan praktiknya di lembaga keuangan

syariah.

2. Untuk mengetahui pandangan para ulama terkait akad-akad yang digunakan dalam

komoditas syariah.

29 Nibra Hosen, Op.Cit.

Page 22: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

12

3. Mengetahui kedudukan tawarruq dalam hukum Islam.

4. Menganalisa ketentuan fikih tentang tawarruq, fatwa DSN MUI untuk bursa komoditi.

.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:

1. Bagi penulis pada khususnya dapat menambah khazanah keilmuan dan mengembangkan

daya analisis berupa gagasan atau pendapat yang direalisasikan melalui karya ini,

mengenai akad tawarruq pada komoditas syariah .

2. Bagi para akademisi dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi kuliah.

3. Bagi para praktisi ekonomi syariah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

meningkatkan sharia compliance demi menjaga produk-produknya agar tidak keluar dari

prinsip-prinsip syariat Islam.

4. Bagi masyarakat, dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan juga sebagai bahan

pembelajaran terhadap kompleksnya produk-produk keuangan syariah.

D. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Tinjauan studi terdahulu dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:

Artikel dengan judul “Manajemen Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah Non

Bank (BMT) dengan Akad Tawarruq ” yang ditulis oleh Edi Susilo. Perbedaannya dengan

tesis penulis ini adalah artikel menjelaskan bahwa akad tawarruq dapat dirivitalisasi

berdasarkan kebutuhan masa kini untuk memenuhi kebutuhan likuiditas lembaga keuangan

mikro non bank (BMT). Sedangkan tesis penulis lebih memfokuskan pengaruh fatwa DSN

MUI terhadap transaksi tawarruq.

Artikel yang ditulis oleh Nibra Hosen yang berjudul “Tawarruq”. Adapun perbedaannya

dengan tesis penulis adalah artikel ini hanya menjabarkan tentang akad tawarruqnya saja,

Page 23: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

13

tanpa menjelaskan lebih rinci tentang pengaruh fatwa DSN MU terhadap komoditas syariah

sebagaimana yang ingin diungkapkan penulis pada tesis ini.

Tesis “Bai’ Al-Tawarruq Perspektif Dewan Syariah Nasioanl Indonesia dan Shariah

Advisory Council Malaysia” yang ditulis oleh Luqman Nurhisam. Tesis ini menjelaskan

tentang sejauh mana akad tawarruq telah diaplikasi dalam keuangan Islam di Indonesia dan

Malaysia. Sedangkan tesis penulis lebih memfokuskan pengaplikasian akad tawarruq di

lembaga keuangan Indonesia akibat pengaruh fatwa DSN MUI.

Buku Muhamad Nadratuzzaman yang berjudul “Produk Keuangan Islam di Indonesia dan

Malaysia”. Buku ini menjelaskan tentang produk-produk perbankan Islam di Malaysia

dengan Indonesia beserta perbandingannya. Demikian juga penjelasan tentang dibolehkannya

akad tawarruq, inah, dan dayn di Malaysia karena dinilai sebagai faktor yang dapat

memajukan perekonomian serta merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan mendesak.

Sedangkan tesis ini memfokuskan pada kajian tentang tawarruq dan aplikasinya di lembaga

keuangan syariah.

E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan

1. Metode Penelitian

a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fikih muamalah dan keuangan

Islam. Dengan fikih muamalah dapat dilihat berbagai argumen dan hukum yang terkait

tentang tawarruq. Sedangkan pendekatan keuangan Islam akan dilihat berbagai argumen

terkait tawarruq di lembaga keuangan syariah.

b. Jenis Penelitian

Page 24: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

14

Dilihat dari jenis penelitiannya, maka lam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.30

Jika dilihat dari objek kajian dan orientasi yang hendak dicapai, maka penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian

dengan mengandalkan data-data yang diperoleh dari buku, jurnal, dokumen, dan tulisan-

tulisan lain. Ruang lingkupnya saat ini juga mencakup media elektronik, seperti internet.

Tipe penelitian ini adalah deskriptif-analitis terhadap pendapat para ulama terkait

pelaksanaan transaksi tawarruq.

c. Data Penelitian

Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif diperoleh dari berbagai bahan bacaan

yang diperoleh dari perpustakaan dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data

Penelitian yang digunakan penulis bersumber dari buku-buku yang membahas tentang bai‟

tawarruq, seperti: Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia karya Muhamad

Nadratuzzaman, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah karya Abdurrahman As-

Sa‟di, dkk, Akad dan Produk Perbankan Syariah karya Ascarya, dan Teori Hukum

Ekonomi Syariah karya M. Cholil Nafis.

Adapun data sekunder berupa literatur yang ditulis oleh para pengamat, baik langsung

maupun tidak langsung yang berkenaan dengan kajian transaksi tawarruq. Kajian tersebut

dapat dalam bentuk buku, artikel, jurnal, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya.

d. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitinnya, teknik pengumpulan data di lakukan di ruang

perpustakaan. Tekniknya dengan memilah-milah data di perpustakaan berdasarkan tema-

30

Penelitian kualitatif diartikan dengan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Lihat, Lexy J.

Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda Bandung. 2007. hlm 3.

Page 25: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

15

tema yang relevan. Tema itu kemudian diklasifikasi berdasarkan nilai atau mutu mencari

relevansinya dengan topik penelitian ini.

.

2.Teknik Penulisan

Sebagai buku pedoman penulisan ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi

dan Tesis Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.

F. Sistematika Penulisan

Bab pertama tentang pendahuluan. Dijelaskan latar belakang penelitian ini disertai

perumusan permasalahan yang mendorong dilakukan penelitian ini. Dari perumusan masalah

akan terlihat tujuan penelitian. Selanjutnya disajikan tinjauan pustaka bersumber dari

penelitian yang terkait dengan tesis ini.. Kemudian metode penelitian diuraikan dalam bagian

ini yang dilengkapi dengan metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bagian

diakhiri dengan bab sistematika penulisan.

Bab kedua tentang akad tawarruq yang disajikan mulai dari pengertian, pendapat ulama yang

membolehkan dan melarang tawarruq, analisis teori bai‟ tawarruq, yang terdiri tawarruq

munazam dan fiqhi, argumentasi ulama yang mendukung tawarruq munazam, argumentasi

ulama yang menolak tawarruq munazam, serta hubungan tawarruq dengan bai‟ inah, dan

diakhiri dengan bai‟ dayn.

Bab ketiga tentang fatwa DSN MUI terhadap pelaksanaan transaksi tawarruq, yang terdiri

dari pengertian fatwa, prosedur penetapan fatwa, kedudukan fatwa DSN MUI, fatwa No. 82

Tahun 2011, pasar komoditas syariah, dan Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan

Prinsip Syariah Antarbank (SiKA).

Page 26: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

16

Bab keempat adalah analisis pengaruh fatwa DSN MUI terhadap transaksi tawarruq, yang

terdiri dari analisis perbandingan pendapat terhadap tawarruq, pendapat pakar ekonomi

syariah terhadap transaksi tawarruq, dan analisis fatwa DSN MUI.

Bagian kelima adalah kesimpulan dan saran. Hasil tulisan ini disimpulkan dalam bagian ini,

yakni menjawab permasalahan-permasalahan yang menjadi topik penelitian. Adapun saran

tersaji sebagai sumbangan pemikiran bagi akademisi, praktisi, dan penggiat hukum ekonomi

Islam.

Page 27: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

17

BAB II

AKAD TAWARRUQ

A. Pengertian Akad Tawarruq

Akad mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia. Perjanjian (akad)

merupakan dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian manusia. Akad memfasilitasi setiap

orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri

tanpa bantuan dan jasa orang lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa betapa kehidupan

manusia tidak lepas dari apa yang namanya perjanjian (akad). Mengingat pentingnya

perjanjian (akad), setiap peradaban manusia yang pernah muncul pasti memberi perhatian

dan pengaturan terhadapnya.31

Semua akad yang dibentuk secara sah berlaku sebagai nash syariah bagi mereka yang

mengadakan akad. Suatu akad tidak hanya mengikat untuk hal yang dinyatakan secara tegas

di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat akad yang diharuskan oleh

kepatutan, kebiasaan, dan nash-nash syariah. Suatu akad hanya berlaku antara pihak-pihak

yang mengadakan akad. Suatu akad dapat dibatalkan oleh pihak yang berpiutang jika pihak

yang berutang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan pihak yang berpiutang.32

Secara bahasa akad33

berarti al-„aqdu. Kata al-„aqdu merupakan bentuk jamak dari

„aqada, ya‟qidu, „aqdan yang berarti menyimpul, membuhul, mengikat, atau mengikat

janji.34

31

Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat.

Rajagrafindo Persada Jakarta. 2010, hlm. xiii 32

Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 19. 33

Akad secara bahasa bisa juga berarti ikatan (ar-ribthu), perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-

Ittifaq). 34

A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2012. hlm, 129 .

Page 28: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

18

Makna akad secara syar‟i adalah hubungan antara ijab dan qabul dengan cara yang

dibolehkan syariat yang mempunyai pengaruh secara langsung. Ini artinya bahwa akad

termasuk dalam kategori hubungan yang mempunyai nilai menurut pandangan syara‟ antara

dua orang sebagai hasil kesepakatan antara keduanya yang kemudian dua keinginan itu

dinamakan ijab dan qabul.35

Jika terjadi ijab dan qabul dan terpenuhinya semua syarat yang ada, maka syara‟ akan

mengangap ada ikatan di antara keduanya dan akan terlihat hasilnya pada barang yang

diakadkan berupa harta yang menjadi tujuan kedua belah pihak membuat akad. Pengaruhnya

adalah berupa keluarnya barang yang diakadkan dari kondisi pertama kepada kondisi baru,

jika ia jual beli, maka barang yang akan dijual akan berpindah ke tangan pembeli dan nilai

harga dari tangan pembeli ke tangan penjual. 36

Semua akad yang dibentuk secara sah berlaku sebagai nash syariah bagi mereka yang

mengadakan akad. Suatu akad tidak hanya mengikat untuk hal yang dinyatakan tegas di

dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat akad yang diharuskan oleh

kepatuhan, kebiasaan, dan nash-nash syariah. Suatu akad hanya berlaku antara pihak-pihak

yang mengadakan akad. Suatu akad dapat dibatalkan oleh pihak yang berpiutang jika pihak

yang berutang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan pihak yang berpiutang.37

Akad dilakukan berdasarkan asas:

1. Ikhtiyari/ sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari

keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.

35

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam. Amzah

Jakarta. 2010, hlm. 17. 36

Ibid, hlm 17. 37

Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 19.

Page 29: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

19

2. Amanah/ menepati janji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai

dengan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat

yang sama terhindar dari cedera janji.

3. Ikhtiyati/ kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang

dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.

4. Luzum/ tidak berubah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan

perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisir.

5. Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para

pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

6. Taswiyah/ kesetaraan; para pihak dalam dalam setiap akad memiliki kedudukan

yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.

7. Transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak

secara terbuka.

8. Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak

sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.

9. Taisir/ kemudahan; setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan

kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan

kesepakatan.

10. Itikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak

mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.

11. Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum

dan tidak haram.38

Rukun dalam akad ada tiga, yaitu: 1) pelaku akad; 2) objek akad; dan 3) shighah atau

pernyataan pelaku akad, yaitu ijab dan qabul. Pelaku akad haruslah orang yang mampu

38

Ibid, hlm 19.

Page 30: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

20

melakukan akad untuk dirinya (ahliyah) dan mempunyai otoritas syariah yang diberikan pada

seseorang untuk merealisasikan akad sebagai perwakilan dari yang lain (wilayah). Objek

akad harus ada ketika terjadi akad, harus sesuatu yang disyariatkan, harus bisa

diserahterimakan ketika terjadi akad, dan harus sesuatu yang jelas antara dua pelaku akad.

Sementara itu, ijab qabul harus jelas maksudnya, sesuai antara ijab dan qabul, dan

bersambung antara ijab dan qabul.39

Syarat dalam akad ada empat, yaitu: 1) syarat berlakunya akad (In‟iqad); 2) syarat

sahnya akad (Shihah); 3) syarat terealisasikannya akad (Nafadz); dan 4) syarat Lazim. Syarat

In‟iqad ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad, seperti

syarat yang harus ada pada pelaku akad, objek akad dan Shighah akad, akad bukan pada

sesuatu yang diharamkan, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat

khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal

dua saksi pada akad nikah. Syarat shihah, yaitu syarat yang diperlukan secara Syariah agar

akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat. Syarat nafadz ada

dua, yaitu kepemilikan (barang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya) dan

wilayah. Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat.40

Hukum asal dari akad-akad adalah dibenarkan agama selama tidak bertentangan

dengan prinsip agama. Firman Allah menegaskan tentang halalnya jual beli. Praktik Nabi dan

sahabat dalam berbagai kegiatan muamalah, seperti berdagang, menyewa, menggadaikan,

berkongsi dalam bisnis, dan sebagainya, sebagai bukti kebolehan akad.41

Adapun kata tawarruq berasal dari kata al-wariq, yang berarti mata uang logam

berwarna perak. Istilah al-wariq juga digunakan untuk menyebut seseorang yang memiliki

banyak mata uang logam berwarna silver. Atau dengan kata lain, biasanya kata ini digunakan

39

Ascarya, Op.Cit, hlm. 34-35. 40

Ibid, hlm. 35. 41

Muhammad Maksum. Op.Cit. hlm, 47.

Page 31: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

21

untuk mencari uang perak, sementara istilah ini sekarang digunakan untuk mencari uang

kertas.42

Kemudian kata tawarruq diartikan lebih luas menjadi mencari uang tunai dengan

berbagai cara, yaitu bisa dengan mencari perak, emas, atau semacamnya. Dalam kajian

literatur tawarruq adalah berbagai cara yang ditempuh seseorang demi mendapatkan uang

tunai.43

Dalam istilah yang lain, tawarruq adalah mashdar dari kata kerja tawarraqa yang

disandingkan dengan kata al-hayawan, artinya hewan yang memakan daun pepohonan. 44

Kata al-wariq yang bermakna uang perak dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an, yaitu

surat Al-Kahfi ayat 19 sebagai berikut:

Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu

ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia

membawa makanan itu untukmu.(QS. Al-Kahfi (18): 19)

Adapun menurut istilah tawarruq adalah seseorang yang membutuhkan uang tunai

kemudian membeli suatu barang dengan cara kredit, dan menjualnya kepada pihak ketiga

dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya secara tunai.

Ibnu Taimiyah menjelaskan tawarruq adalah seseorang membeli barang kepada

seseorang dengan cara tidak tunai (cicilan) dan menjualnya kembali barang tersebut dengan

cara tunai kepada pihak ke tiga (bukan penjual pertama) dengan maksud ingin mendapatkan

uang/ modal, kemudian dia mengambil keuntungan dari penjualannya tersebut. Maka

permasalahan ini disebut tawarruq karena orang membeli barang tersebut bukan bertujuan

42

Ibnu Manzur, Lisan al-Arab. Dar al-Sadr Beirut, t.t., hlm. 374. 43

Muhamad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. PT Gramedia

Pustaka Utama Jakarta. 2013, hlm. 77. 44

Wahbah al-Zuhaili, “Tawarruq, Its Essence and Its Types: Mainstream Tawarruq and Organized

Tawarruq” http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Markets/a%20(65).pdf.

Page 32: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

22

untuk memanfaatkan barang tersebut tetapi digunakan untuk mendapatkan uang/modal

dengan cepat.45

Dalam pembahasan yang lain Ibnu Taimiyah46

mengatakan bahwa tawarruq adalah

seseorang membeli barang dengan diam-diam kemudian menjualnya kepada orang yang

berutang secara terang-terangan, karena pembeli dalam hal ini tujuannya bukan untuk

berdagang tetapi tujuannya untuk mencari modal. Hal ini menurut para ulama salaf adalah

termasuk riba, dikatakan oleh Umar bin Abdul Aziz47

.

Dalam kamus ekonomi dan keuangan Islam, secara istilah tawarruq adalah suatu akad

penjualan di mana seorang pembeli memperoleh barang dagangan secara kredit dan

kemudian menjual barang dagangan tersebut dengan harga yang lebih rendah (merugi)

kepada penjual asal untuk mendapatkan uang secara tunai. Adapun tujuan dari transaksi ini

adalah untuk mendapatkan uang tunai dan bukan untuk kegiatan bisnis. Model transaksi ini

dikecam sebagai sebuah rekayasa untuk memberi atau mendapatkan suatu pinjaman

berbunga.48

Adapun Muhammad Ayub mengemukakan pengertian tawarruq adalah membeli

secara kredit (angsuran) dan menjual di tempat secara langsung dengan tujuan untuk

mendapatkan uang tunai. Hal ini berarti bahwa transaksi tersebut bukanlah untuk memenuhi

45 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, Penerjemah Amir Hamzah. Al-Munawwir

Madinah. 1465 H – 6004 M. hlm. 302- 304. 46

Ibnu Taimiyah bernama lengkap Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin

Taimiyah al Harrani , lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661H– wafat: 26 September 1328 M / 22

Dzulqadah 728 H, adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki. (Lihat

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Taimiyah).

47 Umar bin Abdul Aziz (bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38

tahun) adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–

3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan

dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, di mana ia merupakan sepupu dari khalifah

sebelumnya, Sulaiman. Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-

Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin

Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang s yang paling dekat. (Lihat:

https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz).

48 Muhammad Akram Khan, Islamic Economics and Finance. Routledge London. 2003. hlm. 182.

Page 33: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

23

kebutuhan pihak pembeli tetapi hanya untuk kepentingan likuiditas, yang didapatkan dengan

membeli sebuah barang secara kredit dan menjual dengan segera untuk mendapatkan uang

secara tunai. Jika ia menjual kepada pihak ketiga, hal tersebut dapat diterima dari prinsip

syariah, tetapi jika ia menjual kepada seseorang yang menjadi pihak di mana ia membeli

barang dimaksud secara kredit, hal demikian tidaklah sesuai dengan prinsip syariah

berdasarkan pendapat kebanyakan ulama.49

Tawarruq dibagi dalam tiga mekanisme, yaitu:

1. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, membeli barang dengan harga cicilan

dan tempo yang telah ditentukan, kemudian ia menjualnya kepada pihak ketiga

tanpa sepengetahuan pihak pertama dengan harga lebih rendah secara tunai.

2. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, kemudian berusaha meminjam tapi

orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai, tetapi dia menawarkan

barang dagangannya untuk dibeli oleh orang yang membutuhkan uang tunai,

kemudian barang tersebut dapat dia jual dengan harga rendah ataupun lebih tinggi

secara tunai.

3. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, kemudian berusaha meminjam tapi

orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai, dia menawarkan barang

dagangannya dengan harga tinggi untuk dibeli oleh orang yang membutuhkan

uang tunai tadi, kemudian barang tersebut dapat dijual kembali dengan harga

rendah ataupun lebih tinggi secara tunai. Khiyar50

yang diberikan penjual adalah

khiyar paksa kepada mutawarriq yang sangat membutuhkan dana tunai.51

49

Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance. Jhon Wiley & Sons, Ltd Inggris. 2007. hlm. 349. 50

Khiyar; hak memilih atau hak menentukan pilihan di antara dua hal. Secara etimologi, khiyar artinya

memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau

lebih) untuk dijadikan orientasi. Secara terminologis dalam ilmu fikih artinya adalah hak yang dimiliki orang

yang melakukan perjanjian usaha untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan perjanjian

tersebut atau membatalkannya. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 407). 51

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 78.

Page 34: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

24

Penjabaran terperinci mengenai tiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

No. Keadaan Perbedaan

1 Seseorang yang membutuhkan uang

tunai, membeli barang dengan harga

cicilan dan tempo waktu yang

ditentukan, kemudian ia menjualnya

kepada pihak ketiga tanpa

sepengetahuan pihak pertama dengan

harga lebih rendah dengan cara tunai.

Penjual tidak mengetahui keadaan dan

tujuan pembeli.

2 Seseorang yang membutuhkan uang

tunai, kemudian berusaha meminjam

tapi orang yang dituju tidak ingin

meminjam uang tunai, dia menawarkan

barang dagangannya untuk dibeli oleh

orang yang membutuhkan uang tunai

tadi, kemudian barang tersebutdapat dia

jual kembali dengan harga rendah

ataupun lebih tinggi secara tunai.

Penjual mengetahui keadaan dan tujuan

pembeli, namun tidak peduli.

3 Seseorang yang membutuhkan uang

tunai, kemudian berusaha meminjam

tapi orang yang dituju tidak ingin

meminjamkan uang tunai, dia

menawarkan barang dagangannya

dengan harga tinggi untuk dibeli oleh

Penjual mengetahui keadaan dan tujuan

pembeli, namun memaksakan pembeli demi

mencari keuntungan sebesar-besarnya.

Page 35: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

25

orang yang membutuhkan uang tunai

tadi, kemudian barang tersebut dapat

dia jual kembali dengan harga rendah

ataupun lebih tinggi secara tunai.

Khiyar yang diberikan penjual adalah

khiyar paksa kepada mutawarriq yang

sangat membutuhkan dana tunai.

Tawarruq secara literatur artinya adalah berbagai cara yang di tempuh untuk

mendapatkan uang tunai atau likuditas. Istilah tawarruq ini di perkenalkan oleh Mazhab

Hanbali. Tawarruq dalam kalangan pengikut Mazhab Syafii dikenal dengan istilah zarnaqah,

yang artinya bertambah atau berkembang.52

B. Pendapat Ulama yang Membolehkan dan Melarang Tawarruq

1. Pendapat Ulama yang Membolehkan

Para ulama klasik dari mazhab Hanafi, Syafii, dan Hanbali memandang transaksi

tawarruq sebagai transaksi yang sah/ legal. Demikian juga para ulama kontemporer

memandang tawarruq sebagai transaksi yang sah/ legal, di antaranya adalah Abdul Aziz bin

Baz dan Muhammad ibn Shaleh al-Uthaymin.

Ulama yang membolehkan dan mengangap sah transaksi tawarruq berlandaskan

kepada ayat-ayat Al-Qur‟an dan qaidah fiqhiyyah, yaitu: “Semua transaksi jual beli adalah

transaksi yang halal, kecuali transaksi jual beli yang telah ada dalil pengharamannya oleh Al-

Qur‟an dan sunnah.”

52

Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar Al-Azhari al-Harawi Abu Mansur, Al-Zahir fi Gharib Alfaz

Syafi‟i. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Kuwait. 1399. hlm. 216.

Page 36: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

26

Secara umum memang jual beli adalah transaksi yang halal dan tawarruq merupakan

transaksi halal karena tidak ada dalil qath‟i yang melarang transaksi ini dan tidak ada pula

atsar sahabat yang melarang transaksi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transaksi

jual beli transaksi tawarruq adalah transaksi yanhg halal.

Dasar hukum para ulama yang membolehkan tawarruq antara lain, pertama adalah

Al-Qur‟an. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut:

Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah

(2): 275)

Ayat di atas dijadikan dasar hukum oleh para ulama yang menerima tawarruq dengan

adanya kata al-bai‟ artinya jual beli. Mereka menafsirkannya secara umum jual beli

dibolehkan, termasuk tawarruq yang masuk kategori akad jual beli.

Para ulama yang membolehkan tawarruq bersandarkan pada hadis Bukhari Muslim

yang terbukti telah mendukung transaksi tawarruq, yaitu ketika seorang petani dari Khaybar

datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa kurma kualitas terbaik. Rasulullah

bertanya padanya: “Apa semua kurma Khaybar sangat bagus kualitasnya?” Petani menjawab:

“Tidak, saya telah menukar dua kilo gram kurma berkualitas rendah dengan satu kilo gram

kualitas unggulan.” Mendengar jawaban petani tersebut, Rasulullah melarangnya dan

menyarankan untuk menjual semua kurma berkualitas rendahnya secara tunai untuk

mendapatkan uang, kemudian membeli kurma dengan kualitas unggulan.53

Hadis di atas mengindikasikan diperkenankannya suatu metode jual beli sah demi

menghindari riba, tanpa adanya hilah atau semacamnya karena semua syarat jual beli telah

terpenuhi dan tidak ada riba dalam transaksi jual beli ini. Dengan demikian hal ini

53

Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, vol 3. Dar al-Hadis Beirut. 1997, hlm. 70, hadis nomor 1595.

Page 37: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

27

menunjukkan legalitas dari transaksi jual beli, yaitu maksud dan tujuan yang berlainan

menggunakan suatu media dapat diterima dan dilakukan atau dipraktikkan serta terbebas dari

riba secara eksplisit ataupun implisit. Dengan kata lain transaksi tawarruq diperbolehkan dan

dilegalkan apabila memang diperlukan.54

Kaidah fikih yang menyatakan bahwa hukum dasar dari segala sesuatu adalah boleh.

Asal hukum segala sesuatu adalah kebolehan.55

Kaidah fikih ini menjadi landasan bahwa asal hukum segala hal adalah kebolehan.

Dasar hukumnya antara lain Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 29:

Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS. Al-

Baqarah (2): 29)

Ayat ini menunjukkan bahwa sungguh Allah telah menganugerahkan segala sesuatu

di muka bumi disediakan untuk manusia. Anugerah yang Allah karuniakan kepada manusia

menunjukkan kebolehan. Selanjutnya, Allah menggunakan huruf al-laam atas sesuatu yang Ia

ciptakan. Hal tersebut menunjukkan kepada al-mulk (kepemilikan) yang berarti kebolehan

untuk memanfaatkan bagi pemiliknya.56

54

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 80-81. 55

Muhammad Shadqi bin Ahmad bin Muhammad al-Burnu, al-Wajiiz fii Iidhahi Qawaid al-Kulliyyah.

Muassasah al-Risalah Beirut. 1996, hlm. 191. 56

Dalil Al-Qur‟an yang menjadi dasar hukum kaidah tersebut cukup banyak, antara lain surat Al-

An‟am ayat 145:

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi

orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging

babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.

Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui

Page 38: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

28

Dalam kaitannya dengan tawarruq, para ulama yang membolehkannya menganggap

bahwa tawarruq, sebagai suatu model transaksi dalam jual beli, tidak diatur dan dijelaskan

keharamannya, sehingga kembali kepada hukum asal segala sesuatu, yaitu kebolehan.

Meskipun pendapat ini kemudian ditentang karena para ulama menganggap tawarruq adalah

jembatan menuju riba. Tujuan tawarruq sama dengan inah, yaitu mendapatkan uang tunai.

2. Pendapat Ulama yang Melarang

Para ulama dari mazhab Maliki tidak setuju terhadap penjualan barang dengan harga

yang lebih tinggi daripada harga pasar apabila dilakukan oleh seseorang yang mengambil

keuntungan pinjaman dengan cara yang masuk kategori riba. Sebagian dari mazhab Maliki

menolak apabila si penjual mempraktikkan bai‟ innah. Indikasi ini membuat tawarruq

sebagai transaksi yang tidak diperkenankan oleh ulama Malikiyah.

Selain Malikiyah, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad bin al-Hasan, Ibnul Qayim, dan

Ibnu Taimiyah dari mazhab Hanbali juga menolak transaksi ini karena dikategorikan

menyerupai transaksi al-inah.

Larangan terhadap transaksi ini sangat erat kaitannya dengan formasi spesifik yang

dipraktikkan sekarang oleh lembaga keuangan syariah (yang dikenal dengan tawarruq

munazzam/ regulated tawarruq) dan bukan praktik tawarruq fiqhi yang biasa dipraktikkan

zaman dahulu.

Argumentasi hukum yang dikemukakan oleh kelompok ulama yang melarang antara

lain, pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab,

dalam Sunan Abu Dawud yang telah disebutkan sebelumnya. Bahwasanya Rasulullah SAW

menyatakan dalam sabdanya, bahwa orang-orang yang berjual beli dengan „inah, berpegang

batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An‟am (6):145. Ayat

ini menunjukkan bahwa asal segala sesuatu adalah kebolehan, sedangkan yang haram adalah pengecualian..”

Page 39: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

29

pada ekor sapi, rela untuk bertani dan meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan

kepada mereka yang tidak mungkin dicabut sehingga kalian kembali kepada agama kalian.57

Ulama yang menolak transaksi tawarruq melihat adanya niat mendapatkan uang yang

dapat berakibat sama dengan menjual uang demi mendapatkan uang lebih, sementara barang

digunakan sebagai media transaksi, bukan kepemilikan barang yang diniatkan. Dengan

demikian adanya niat memanipulasi untuk mendapatkan uang tunai dengan cara demikian

sudah jelas, maka hilah/ hiyal atau manipulasi itu hanyalah rekayasa untuk menghindari riba.

Para ulama berpendapat bahwa hasil akhir dari sebuah transaksi sangat penting dan

menentukan keabsahan dari transaksi. Bila alasan utama bertransaksi adalah mendapatkan

uang, hal ini sama dengan praktik untuk mendapatkan riba.

Ulama yang menolak menggunakan kaidah fiqhiyyah saduzzara‟i (menutup segala

jalan menuju kepada kesesatan) berpendapat bahwa tawarruq adalah transaksi menggunakan

hilah/ hiyal demi terhindar dari praktik riba. Dengan demikian tawarruq sama dengan inah

yang telah dilarang Rasulullah karena punya tujuan sama, yaitu mendapatkan uang tunai dan

bukan kepemilikan barang yang dibeli. 58

C. Analisis Teori Bai’ Tawarruq

Dari semua argumen pro dan kontra mengenai tawarruq, sebagian besar para ulama

kontemporer mengizinkan, sepanjang tidak berhubungan dengan sesuatu yang akan

berindikasi ke arah haram.

Kondisi transaksi tawarruq saat ini sifatnya berdasarkan pada keinginan (hajah),

bukan pada kebutuhan yang mendesak (dharurah). Oleh karena itu memonitor implementasi

demi memberi regulasi dalam transaksi tawarruq menjadi keharusan.

57

Abu Dawud, Op. Cit., hlm. 144. 58

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 82-83.

Page 40: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

30

Kebutuhan mencari jalan untuk mendapatkan uang tunai melalui transaksi tawarruq

harus murni berdasarkan kebutuhan orang tersebut, bukan orang lain. Sehingga ada pendapat

ulama yang menyatakan bahwa transaksi tawarruq diperbolehkan apabila tidak ada cara lain

untuk mendapatkan likuiditas atau uang tunai, seperti pinjaman bebas bunga atau qardh.

Ulama lain tidak setuju, karena tawarruq dalam bentuk sederhana (tawarruq fiqhi)

masuk dalam kategori jual beli (trading). Walaupun motif atau niatnya untuk mendapatkan

likuiditas (uang tunai), itu bukan sesuatu niat illegal. Sama halnya dengan jual beli untuk

mendapatkan barang, niat untuk mendapatkan likuiditas (uang tunai) bagi keperluan di masa

mendatang adalah sama dan tidak perlu ada regulasi yang membatasi transaksi ini.59

Sementara itu para ulama lain berpendapat agar tawarruq dapat diterima oleh semua

pihak, maka beberapa regulasi harus dibuat untuk memastikan bahwa esensi transaksi jual

beli itu adalah sah. Beberapa syaratnya adalah sebagai berikut:

1. Penjual yang menjual barang kepada mutawarriq harus memiliki barang itu pada

saat transaksi jual beli berlangsung. Ini sesuai denga hadis Rasulullah: “Janganlah

kamu menjual barang yang tidak kamu miliki.” Artinya tidak sah akad jual beli

bila penjual tidak memiliki barang yang akan dijual kepada pembeli. Ketentuan

dengan transaksi jual beli lain adalah sama, sesuai yang telah diatur dalam syariah.

2. Penjualan yang kedua harus kepada pihak ketiga, bukan kepada pihak pertama,

seperti pada transaksi bai‟ al-inah.60

Struktur tawarruq yang dapat diterima oleh sebagian ulama telah diadopsi oleh

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan esnsi tujuan serupa. Formasi yang

diimplementasikan oleh bank-bank syariah telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga

menghasilkan struktur berbeda dengan tawarruq klasik atau tawarruq fiqhi. Bisa jadi

59

Ibid., hlm. 99. 60

Ibid., hlm.100.

Page 41: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

31

modifikasi struktur tawarruq bank-bank syariah variasinya berbeda antar sesama bank

syariah. Ini disebut tawarruq munazzam atau regulated tawarruq maupun organized

tawarruq.

Tawarruq munazzam terjadi bila seseorang nasabah membeli sesuatu barang

komoditas dari bank dengan prinsip murabahah, lalu pembayarannya dilakukan dengan harg

tangguh atau cicilan dengan tempo yang telah disetujui. Setelah barang (komoditas) tersebut

pindah tangan, nasabah menunjuk bank sebagai agen atau wakilnya untuk menjual kembali

barang tersebut kepada nasabah lain dengan harga lebih rendah dan dibayar tunai.

Implementasi transaksi tawarruq munazzam juga berlaku di pasar internasional. Bank

syariah membeli suatu barang atau komoditas dari pasar internasional dibayar tunai dan

menjualnya kembali kepada nasabah dengan prinsip murabah dengan harga lebih tinggi. Lalu

bank menjual kembali barang tersebut mewakili nasabahnya (akad wakalah)61

kepada pihak

ketiga. Dana yang dibayarkan ke bank akan diserahkan ke nasabah atau disetorkan ke

61

Wakalah; (1) Suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang penerima kuasa dalam hal hibah,

pinjaman, gadai, titipan, peminjaman, kerja sama, dan kerja sama dalam modal/ usaha, harus disandarkan

kepada kehendak pemberi kuasa. (2) Jika transaksi tersebut tidak merujuk untuk diatasnamakan kepada pemberi

kuasa, transaksi itu tidak sah. (3) Transaksi pemberian kuasa sah jika kekuasaannya dilaksanakan oleh penerima

kuasa dan hasilnya diteruskan kepada pemberi kuasa. (4) Hak dan kewajiban di dalam transaksi pemberian

kuasa dikembalikan kepada pihak pemberi kuasa. (5) Barang yang dierima pihak penerima kuasa dalam

kedudukannya sebagai penerima kuasa penjualan, pembelian, pembayaran, atau penerimaan pembayaran utang

atau barang tertentu, barang itu dianggap menjadi barang titipan. (6) Jika seseorang atau badan usaha yang

berutang mengirim sejumlah uang sebagai pembayaran utangnya melalui penerima kuasa kepada yang

berpiutang dan uang itu hilang ketika ada di tangan penerima kuasanya sebelum diterima oleh yang berpiutang,

yang berutang itu harus bertanggung jawab mengganti kerugian. (7) Bila penerima kuasa berasal dari pihak

yang berpiutang, yang berpiutang harus bertanggung jawab mengganti kerugian. (8) Jika seseorang atau badan

usaha menunjuk dua orang secara bersamaan untuk menjadi penerima kuasanya, tidak cukup satu orang saja

yang bertindak sebagai penerima kuasa. (9) Pihak yang telah ditunjuk sebagai penerima kuasa untuk suatu

masalah tertentu, tidak berhak menunjuk yang lain sebagai penerima kuasa tanpa izin yang memberikan kuasa.

(10) Pihak yang ditunjuk oleh penerima kuasa akan menjadi penerima kuasa dari yang memberikan kuasa. (11)

Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum secara mutlak, ia bisa melakukan

perbuatan hukum secara mutlak. (12) Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum

secara terbatas, ia hanya bisa melakukan perbuatan hukum secara terbatas. (13) Jika disyaratkan upah bagi

penerima kuasa dalam transaksi pemberian kuasa, penerima kuasa berhak atas upahnya setelah memenuhi

tugasnya. (14) Jika pembayaran upah tidak disyaratkan dalam transaksi, dan penerima kuasa itu bukan pihak

yang bekerja untuk mendapatkan upah, pelayanannya itu bersifat kebaikan saja dan ia tidak berhak meminta

pembayaran. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit, hlm. 887-888.

Page 42: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

32

rekening nasabah, yang akan membayar transaksi murabahah itu secara cicilan dengan harga

lebih tinggi sesuai perjanjian awal.

Mekanisme ini melibatkan broker pasar komoditas internasional, yang mendapat

sejumlah komisi untuk jasanya. Prosedur ini juga dapat dilakukan pada keperluan likuiditas

nasabah pada investasi mudharabah (mudharabah investment).62

Proses lain adalah menyediakan likuiditas untuk bank syariah. Bank Syariah

menyetorkan sejumlah uang kepada bank syariah di luar negeri. Berdasarkan perjanjian, bank

syariah di luar negeri bertindak sebagai agen (dengan akad wakalah) untuk membeli barang

atau komoditas dari pasar internasional dibayar tunai, lalu menjual kembali komoditas

tersebut kepada banknya sendiri, dengan pemabayaran ditangguhkan, setelah itu menjual

kembali barang tersebut ke pasar internasional dibayar tunai. Proses ini menggunakan prinsip

murabahah internasional yang dapat menambah pendapatan bank. Proses atau mekanisme

dari tawarruq ini melibatkan transfer sejumlah uang ke luar negeri yang biasanya

menggunakan benchmark interest rate pada saat itu.

1. Tawarruq Munazam dan Tawarruq Fiqhi

Prosedur tawarruq munazam adalah sebagai berikut:

a. Seorang nasabah yang membutuhkan dana datang ke bank syariah, membuat

perjanjian dengan bank untuk membeli komoditas dari bank setelah bank

membelinya dari broker.

b. Bank syariah membeli komoditas.

c. Bank syariah menjual kembali komoditas tersebut kepada nasabah dengan harga

tangguh.

62

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 101.

Page 43: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

33

d. Nasabah akan menunjuk bank sebagai wakilnya untuk menjual kembali komoditas

tersebut dibayar tunai.

e. Bank Syariah menjual komoditas kepada pihak ketiga (biasanya broker lain)

dibayar tunai.

f. Uang tunai hasil penjualan disetorkan ke rekening nasabah.

g. Pada akhirnya nasabah mendapatkan dana yang dibutuhkannya dan punya

kewajiban membayar cicilan kepada bank atas pembelian komoditas pada

transaksi ketiga (poin c) di atas.

Untuk menghindari kerumitan transaksi murabahah, ada beberapa bank yang

meniadakan beberapa prosedur, salah satunya prinsip wakalah atau wakil dari nasabah untuk

membeli barang dari pihak luar, sehingga bank syariah itu memilih memiliki show room

sendiri untuk kendaraan roda dua dan empat serta barang-barang elektronik lain agar proses

jual beli murabahah-nya lebih mudah, sebagaimana dilakukan oleh Bank Al-Rajhi Malaysia.

63

Perbedaan antara akad tawarruq munazam dan akad tawarruq fiqhi tampak dalam

tabel berikut ini:64

No Tawarruq munazam Tawarruq fiqhi

1 Dilakukan oleh empat pihak. Dilakukan oleh tiga pihak

2 Ada perjanjian di awal untuk membeli

barang (komoditas).

Tidak ada perjanjian untuk membeli.

3 Tidak ada perjanjian untuk membeli

dari nasabah (mutawariq).

Hanya ada dua dasar jual beli.

63

Muhamad Nadratuzzaman, Ibid, hlm. 102-103. 64

Ibid, hlm. 103-104.

Page 44: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

34

4 Melibatkan perjanjian bersama (MoU)

yang harus sesuai dengan prosedur.

Tidak ada MoU.

5 Ada penunjukan bank sebagai wakil

dari nasabah untuk menjual komoditas

kepada pihak lain.

Nasabah menjual sendiri komoditasnya.

6 Tidak terjadi pemindahan fisik dari

komoditas, hanya sebatas

penandatangan akad jual beli.

Pemindahan komoditas secara fisik terjadi,

setiap kali transaksi.

2. Argumentasi Ulama yang Mendukung Tawarruq Munazam

Ulama yang mengizinkan implementasi tawarruq munazam berpendapat bahwa

setiap langkah dari prosedur yang dilalui dalam proses atau mekanisme itu sesuai prinsip

syariah. Bila setiap mekanisme suatu akad yang terlibat di dalamnya sah, tidak ada alasan

atau hujjah untuk menolak semua mekanisme yang sudah jelas keabsahannya, yaitu:

a. Bank membeli barang (komoditas) dari pasar dan secara konstruktif memiliki

barang tersebut melalui beberapa mekanisme dalam dokumen transaksi atau akad

atas dasar janji atau wa‟d untuk membeli dari nasabahnya.

b. Bank menjual komoditas dengan prinsip murabahah dan hak kepemilikan barang

pindah kepada nasabah.

c. Nasabah menunjuk bank sebagai wakilnya untuk menjual kembali barang atau

komoditas tersebut.

d. Bank kemudian menjual kembali komoditas tersebut kepada pihak ketiga.

e. Bank memberikan dana hasil penjualan kepada nasabah.

Page 45: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

35

Pertama-tama yang harus dibahas di sini adalah perjanjian sepihak (wa‟d) untuk

membeli komoditas dari nasabah. Perdebatannya, apakah janji tersebut dapat dipaksakan

untuk dipenuhi atau tidak? Bila kedua belah pihak membuat perjanjian bersama untuk

transaksi jual beli yang akan dilakukan kemudian, Imam Syafii mengatakan bahwa transaksi

tersebut tidak sah. Akan tetapi kalau hanya satu pihak berjanji untuk membeli komoditas

tersebut, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh banyak. Ini karena bank mengharuskan

nasabah untuk membuat perjanjian sepihak kepada bank untuk membeli komoditas, tanpa ada

janji dari pihak bank untuk menjual komoditas tersebut kepada nasabah.

Sebagian dari para ulama mengatakan bahwa wa‟d atau janji sepihak tidak dapat

dipaksakan untuk dipenuhi, sementara para ulama kontemporer berpendapat bahwa demi

kepentingan kelancaran transaksi komersial saat ini, maka janji sepihak haruslah mengikat.65

Kedua, jual beli pada transaksi murabahah dengan dasar harga beli ditambah ongkos

dan laba bank. Barang atau komoditas yang dibeli nasabah dari bank biasanya dibayar dengan

cicilan. Dengan demikian walaupun suatu barang atau komoditas dijual dengan harga lebih

tinggi dari harga tunai, transaksi tersebut sah.

Ketiga, ada akad wakalah ketika nasabah menunjuk bank sebagai wakilnya untuk

menjual kembali barang yang telah dibelinya. Wakalah adalah akad sah yang dapat dilakukan

dengan upah atau ujrah ataupun dilakukan secara gratis (free of charge).

Para ulama yang mendukung tawarruq munazam berpendapat bahwa transaksinya

sangat serupa dengan tawarruq fiqhi, hanya lebih well organized (teratur) agar lebih lancer

dan cepat prosesnya.66

65

Ibid., hlm. 105. 66

Ibid., hlm. 106.

Page 46: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

36

3. Argumentasi Ulama yang Menolak Tawarruq Munazam

Perdebatan atas tawarruq munazam adalah pada bentuk tawarruq ketiga, yaitu penjual

menjual barangnya dengan harga lebih mahal dari harga pasar kepada mutawarriq, sebagai

akibat dari pembayaran yang tertunda atau dilakukan dengan cicilan dalam tempo waktu

tertentu. Dengan demikian tawarruq munazam adalah indikasi dari kerja sama antara bank

dan nasabahnya bertujuan menyediakan uang tunai (likuiditas) terhadap kewajiban kredit

untuk nasabahnya. Sehingga prinsip objektivitas dari niat dalam konteks ini sangatlah

relevan. Nasabah berniat mendapatkan uang tunai dan membayar sejumlah uang yang lebih

di kemudian hari melakukan akad. Tujuan utamanya adalah mendapatkan uang tunai atau

likuiditas, yang dapat pula dilakukan melalui proses tawarruq fiqhi.

Peran bank syariah dalam transaksi ini bukan hanya terbatas sebagai perantara atau

wakil untuk pembelian barang (komoditas) seperti pada prinsip murabahah, melainkan untuk

mendapatkan keuntungan dari pemberian fasilitas atau sebagai intermediasi bagi nasabah

untuk mencarikan uang tunai (cash), terhadap utang yang lebih tinggi dari jumlah uang tunai

yang didapat nasabahnya.

Bank syariah tidak pernah bermaksud menyediakan komoditas kepada nasabahnya.

Bank syariah punya niat dan tujuan yang jelas, yaitu mendapatkan keuntungan dari harga

komoditas dengan cara pembayaran cicilan. Sementara nasabah berniat mendapatkan uang

tunai untuk menutupi cicilan yang jumlahnya lebih besar dari uang tunai yang dia dapat. Jadi

sangat jelas di sini adanya hilah atau rekayasa untuk melakukan hal-hal yang dilarang,

berindikasi ke arah mendapatkan riba yang permanen sifatnya melalui beberapa proses.

Bank syariah hanya berperan sebagai perantara yang tidak sungguh-sungguh tertarik

pada jual beli komoditas atau memasuki pasar komoditas internasional. Nasabah pun tidak

berniat untuk memiliki komoditas yang dibelinya itu atau pada kasus tertentu tidak mau tahu

Page 47: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

37

tentang adanya proses jual beli komoditas. Karena tujuan utamanya hanyalah untuk

mendapatkan uang tunai dari bank dengan cara berutang dan akan dibayar secara cicilan.

Oleh karena itu sebagian ulama mengangap transaksi ini merupakan transaksi ribawi.

Dari hasil observasi para ulama, tawarruq munazam telah melanggar beberapa

larangan yang telah disebutkan dalam beberpa hadits karena secara eksplisit sama dengan

formasi dalam inah, yaitu komoditas kembali kepada penjual asal, ditambahkan komisi atau

ujrah yang diterimanya. Hal ini termasuk dalam kategori dua transaksi al-bai‟ dalam satu

transaksi al-bai‟ (bai‟atain fi bai‟atain).

Salah satu hadits yang dilanggar adalah al-bai‟ yang tidak ada relevansi dengan

kondisinya (bai‟ wa syart), yang sangat jelas dilarang. Ada pula larangan mengenai al-bai‟

dan al-qardh, yaitu jual beli dan pinjaman sangat relevan di sini. Pada transaksi ini jual beli

yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan melalui pinjaman. Jadi tujuan

tawarruq munazam adalah pertukaran antara uang tunai dengan uang utang yang lebih besar

nilainya. Itu disebabnya tawarruq munazam tidak dapat memenuhi kualifikasi atau

persyaratan sebagai pembiayaan alternatif dari pembiayaan konvensional berbasis interest

(bunga, riba).

Hal lain yang juga banyak dikritik oleh para ulama atau implementasi dari tawarruq

munazam adalah barang yang dibeli di pasar internasional, yaitu refleksi dari transaksi ribawi

(riba al fadhl) yang dilarang. Ibnu Taimiyah berkata: “Sangat tidak mungkin menghalalkan

kerusakan yang besar dan mengharamkan kerusakan yang kecil, yaitu riba.” Beliau mengutip

perkataan Umar bin Abdul Aziz,” Tawarruq merupakan saudaranya riba.”

Dampak ekonomi dari tawarruq sangatlah jelas pada perkataan Ibnu Taimiyah, yaitu

akan menyebabkan kerusakan besar. Praktik tawarruq munazam telah melanggar prinsip

utama syariah, yaitu seseorang tidak dapat menjual barang yang tidak dia miliki.” Di samping

Page 48: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

38

itu pula transaksi seperti ini mengandung syubhat dan menyerupai bai‟ al-inah yang jelas

larangannnya. 67

D. Hubungan Tawarruq dengan Bai’ Inah

Meskipun mayoritas ulama klasik menolak, namun di Malaysia melalui Advisory

Council (dewan penasihat), bai‟ inah tetap digunakan sebagai salah satu pengembangan

ekonomi Islam. Dampaknya masyarakat Malaysia mengangap tidak ada perbedaan antara

bank syariah dengan bank konvensional, sehingga kepercayaan masyarakat Malaysia kepada

bank syariah mengalami penurunan. Di sisi lain perbankan Malaysia mengalami kesulitan

untuk menarik investor atau menarik dana investasi dari Timur Tengah, karena mayoritas

investor di sana berpendapat bahwa bai‟ inah jelas keharamannya.

Bai‟ inah masih termasuk masalah khilafiyah, sementara para ulama dan cendekiawan

Malaysia tidak menerima atsar sebagai refensi hukum. Sehingga sebagian kalangan

masyarakat kemudian berpendapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara bank syariah

dan bank konvensional. Di sisi lain, perbankan Malaysia mengalami kesulitan menarik dana

investasi dari Timur Tengah karena mayoritas investor di sana berpendapat bahwa bai‟ inah

adalah transaksi haram dari sisi hukum Islam.

Tidak dilegalkannya bai‟ inah di Indonesia oleh DSN MUI merupakan cermin sikap

kehati-hatian yang sangat dipegang teguh demi mendekatkan diri pada konsep Islam yang

sesungguhnya dalam bermuamalah. Dampak dari kehati-hatian ini adalah semakin

bertambahnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap mekanisme dan akad-akad yang

digunakan dan diimplementasikan di perbankan syariah. Ini terbukti perkembangan

perbankan Indonesia dan banyaknya minat bank konvensional untuk membuka cabang

67

Ibid., hlm. 108-109.

Page 49: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

39

syariah juga. Tentu bila tidak menguntungkan tidak akan menarik minat banyak bank

konvensional.68

Contoh penerapan bai‟ inah dapat ditemui pada mekanisme kartu kredit Islam.

Pemegang kartu kredit dapat menggunakan pinjaman uang dari kartunya sampai batas

sejumlah yang telah ditentukan bank. Kemudian pemegang kartu berkewajiban membayar

pinjaman tersebut dengan cara cicilan dalam tempo waktu yang telah ditentukan, namun bila

tidak melunasi pinjamannya ia akan dikenakan bunga atas saldo pinjaman.

Sebagian ulama memandang bai‟ inah boleh dan tidak mengandung zari‟ah (jalan

yang dilarang) bila melibatkan pihak ketiga. Contoh, pembeli membeli barang dengan harga

cicilan kepada penjual, kemudian pembeli menjualnya kepada pihak ketiga dengan tujuan

mendapatkan uang tunai. Pembeli masih berkewajiban melunasi harga barang yang dibelinya

secara cicilan, di samping itu pembeli telah mendapatkan uang tunai yang dikehendakinya.

Imam Syafii menurut satu riwayat membolehkan bai‟ inah berdasarkan sabda

Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id dan Abu Hurairah, ”Tukarkanlah kurma yang

jelek dengan dirham kemudian dengan dirham itu belilah kurma yang lebih bagus.”

Dalam mencermati masalah bai‟ inah, menarik meninjau pendapat Ibnu Taimiyah

mengenai transaksi jual beli. Menurut Ibnu Taimiyah, jual beli terbagi menjadi tiga macam:

1. Seseorang membeli barang dengan tujuan konsumsi, maka hukumnya halal.

2. Seseorang membeli barang untuk dijual lagi, maka hukumnya juga halal karena

tidak ada larangan terhadap perdagangan.

3. Seseorang membeli barang bukan untuk konsumsi atau diperdagangkan kembali,

akan tetapi mendapatkan uang tunai, dan karena mendapatkan pinjaman sangat

sulit, ia membeli barang dengan harga tinggi, kemudian menjualnya kembali

68

Ibid., hlm. 109-110.

Page 50: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

40

kepada penjual aslinya dengan harga yang lebih rendah, untuk mendapatkan uang

tunai.69

Sedangkan mayoritas ulama yang berpendapat bahwa bai‟ inah dilarang karena

mengandung zari‟ah. Kaidah yang diambil dalam hal ini adalah sadduzzara‟i (menutup

segala jalan yang menuju kepada hal-hal yang haram).

Al-Amien Ahmad mengatakan bahwa bai‟ inah ialah ketika seseorang menjual sutra

dengan harga seratus dinar, kemudian dia beli kembali dengan harga lima puluh dinar.

Praktik ini tidak dapat dibenarkan apabila transaksi kedua dilangsungkan sebelum serah

terima uang sebagai pembayaran akad atau transaksi yang pertama. Apabila dilaksanakan

setelah pembayaran akad pertama dan penjual pertama hanya sebagai syarat untuk akad

kedua, hal itu tetap tidak diperbolehkan karena terdapat dua transaksi untuk barang yang

sama Kalaupun tidak disyaratkan tetap makruhhukumnya, karena dalam hal ini pembeli tidak

membutuhkan sutra, akan tetapi butuh uang tunai; sementara penjual adalah orang pelit yang

tidak ingin melakukan ihsan ataupun menolong saudaranya, maka dipaksalah pembeli

membeli barang dagangannya kemudian menjualnya kembali kepadanya. Sikap penjual

seperti ini adalah sikap yang dikecam oleh etika dan akhlak Islam.70

Mayoritas ulama selain Syafii menyatakan bahwa bai‟ inah batal sebab ia lebih dekat

kepada riba yang membolehkan sesuatu yang Allah larang, sehingga tidak sah jual beli

tersebut.71

Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal menyatakan ketidakbolehan

bai‟ inah.72

Dr. Azzarqa mengungkapkan bahwa bila bai‟ inah diimlementasikan dengan alasan

(hujjah) apa pun, ia akan menghasilkan kesulitan membayar utang (cicilan) dan tidak

69

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit., hlm 85. 70

Ibid., hlm. 87. 71

Al-Zuhaili, Op. Cit. hlm 467. 72

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam, Op. Cit., hlm. 96.

Page 51: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

41

menutup kemungkinan bagi pembeli atau pihak kedua untuk melakukan bai‟ inah yang satu

untuk menutup bai‟ inah yang pernah dilakukan pada waktu lalu dan seterusnya, sehingga

pada akhirnya akan terlilit utang yang tiada habisnya dan sulit untuk dilunasi.73

Hikmah dari pelarangan bai‟ inah adalah terhindarnya pembeli dari keterlilitan utang

yang tiada akhir dan kesulitan melunasinya, sehingga pembeli akan terpelihara harga diri dan

martabatnya sebagai seorang muslim.

E. Bai’ Dayn

Bai‟ dayn atau bai‟ nasi‟ah bi nasi‟ah sebagaimana Rasulullah sering menyebutnya

bai‟ kaly bi kaly adalah menjual utang dengan utang. Mekanismenya adalah membeli barang

dengan utang dan uangnya juga hasil utang.

Bai‟ dayn adalah akad penyediaan pembiayaan untuk jual beli barang dengan

menerbitkan surat utang dagang atau surat berharga lain berdasarkan harga yang telah

disepakati terlebih dahulu. Pembiayaan ini bersifat jangka pendek (kurang dari satu tahun)

dan hanya mencakup surat-surat berharga yang memiliki nilai rating investasi baik.

Bai‟ dayn merujuk pada pembiayaan utang. Dalam prinsip pembiayaan ini dibuat

berdasarkan jual beli dokumen perdagangan dan pembiayaan digunakan dengan tujuan

pengeluaran.

Ketentuan-ketentuan bai‟ dayn adalah sebagai berikut:

1. Nasabah yang telah menerima fasilitas jual beli dari bank syariah akan

mengeluarkan surat utang (promissory note), sementara bank syariah sendiri tidak

dapat menerbitkan surat utang, maka promissory note di-endorse dan menjadi

underlying transaction untuk menerima dari bank konvensional.

73

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 111.

Page 52: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

42

2. Adapun kompensasi penempatan dana (placing) dan penerimaan dana (talking)

masih mengacu pada hitungan yang ditetapkan oleh pihak bank konvensioanl,

yaitu bank syariah pada waktu itu harus mengoptimalkan kelebihan dananya dan

masuk sebagai pendatang baru dengan sistem yang belum pernah dikenal oleh

bank konvensional.74

Selain itu menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip Agustianto, bahwa bai‟ dayn

tidak ada manfaatnya. Ia hanya akan mengakibatkan riba. Dalam riwayat lain bai‟ dayn dapat

menyebabkan rusaknya ibadah haji, bahkan ibadah jihad.75

Adapun bentuk bai‟ dayn adalah sebagai berikut:

1. Menjual barang dengan harga yang ditangguhkan dengan pemabayaran yang

ditangguhkan juga. Di antaranya ialah menggugurkan kewajiban yang ada pada

tanggungan orang yang berutang dengan jaminan nilai tertentu yang

pengambilannya ditangguhkan dari waktu pengguguran. Secara sederhana hal

tersebut dapat diaplikasikan dengan kata-kata, “ Silahkan tangguhkan pembayaran

utangmu, tapi tambah jumlahnya.” Ini merupakan bentuk riba yang paling jelas.

2. Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang barang dagangan tertentu yang

juga diserahterimakan secara tertunda. Bentuk aplikasinya adalah bila seseorang

menjual piutangnya kepada pengutang dengan barang dagangan tertentu (mobil

misalnya) yang akan dia terima secara tertunda.

3. Menjual barang dengan kriteria tertentu, harganya ditangguhkan dan diterima

secara tertunda. Dalam sebuah peristiwa seseorang memiliki piutang atas seorang

secara tertunda, lalu ia membeli barang tertentu dari orang yang berutang (beras

misalnya) dan diterima secara tertunda pula. Bila orang yang berutang

melaksanakan pembayaran dengan segera, peristiwa ini tergolong jual beli salam.

74

Ibid., hlm. 88. 75

Agustianto, Artikel Bai‟ Inah dan Tawarruq: Isu-isu dan penyelesaiannya dalam Konteks Kewangan

Islam.2007.

Page 53: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

43

Akan tetapi kalau oaring yang berutang tidak mau menyegerakan pemabayaran

utang yang menjadi tanggungannya dan malah dijadikan sebagai pemabayaran

salam, bentuk aplikasi jual beli ini tidak sah, karena salah satu rukun jual beli

salam tidak terpenuhi, yaitu penyegeraan pembayaran modal barang.

4. Menjual barang yang disebutkan kriterianya secara tertunda dengan barang yang

disebutkan kriterianya secara tertunda pula. Bentuk aplikasinya misalnya ada

seseorang menjual laptop yang digambarkan kriteria dan diserahkan secara

tertunda pula.76

Dengan demikian bentuk aplikasi jual beli ini ada dua kemungkinan yaitu:

1. Transaksi dilaksanakan seperti jual beli salam. Bila demikian, itu tidak boleh,

karena salah satu dari rukun jusl beli salam tidak terpenuhi, yakni pembayaran

uang muka.

2. Dilakukan akad dengan bentuk seperti kontrak. Dalam hal ini tampaknya tidak ada

masalah bagi mereka yang berpendapat bahwa kontrak adalah bentuk akad jual

beli tersendiri. Tidak ada persyaratan harus ada uang muka atau „urbun di lokasi

transaksi.77

Al-Kasani berkata sebagaimana dikutip Muhamad Nadratuzzaman, “ Jika seorang

meminjam dengan dengan syarat akan melunasi utang dengan sedikit manfaat atau tambahan

melebihi pinjamannya, itu tidak sah pinjamannya”. Sebagaimana kutipan teksnya: “Selama

masih berkaitan dengan pinjaman perlu dikatakan bahwa pinjaman tidak seharusnya

mengandung jenis manfaat apa pun. Jika manfaat itu ada, pinjaman itu tidak sah. Misalnya

jika seseorang memberikan uang logam dengan nilai yang stagnan dengan syarat bahwa

peminjam akan melunasi pinjamannya dengan uang logam yang lebih baik ataupun

76

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 89-91. 77

Ibid, hlm. 91.

Page 54: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

44

memberikan sesuatu sebagai manfaat pada saat pelunasan, transaksi ini tidak sah karena

Rasulullah melarang jenis pinjaman apa pun yang memberikan manfaat. Prinsip utama dalam

hal ini adalah bahwa manfaat yang ditetapkan dalam transaksinya adalah riba. Merupakan

kewajiban setiap muslim untuk mencegah riba yang benar-benar terjadi ataupun keraguan

adanya riba. 78

78

Ibid, hlm. 91-92.

Page 55: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

45

BAB III

FATWA DSN MUI TERHADAP PELAKSANAAN TRANSAKSI

TAWARRUQ

A. Pengertian Fatwa

Fatwa79

merupakan penjelasan tentang hukum Islam80

yang diberikan oleh seorang

fakih atau lembaga fatwa kepada umat, yang muncul karena adanya pertanyaan atau tidak.

Fatwa juga merupakan respons para ulama atas pertanyaan atau situasi terkini pada setiap

zaman. Ia muncul sebagai dampak perubahan yang dihadapi masyarakat akibat perubahan

tatanan kehidupan masyarakat atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 81

Secara etimologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu al-ifta yang yang merupakan

mufrad (tunggal) dan memiliki arti pendapat resmi atau fatwa.82

Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, fatwa adalah jawab (keputusan, pendapat) yang diberikan kepada mufti

tentang sesuatu masalah. 83

Menurut Yusuf Qardhawi fatwa adalah menerangkan atau menjelaskan hukum syara‟

dari suatu permasalahan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh yang meminta

fatwa (mustafti), baik individu, maupun kolektif atau lembaga.84

As-Syatibi menyatakan

bahwa fatwa dalam arti al-ifta mempunyai arti keterangan-keterangan tentang hukun syara‟

79

Dalam kitab Lisan Al-Arab karya Ibnu Mandzur, fatwa memiliki beberapa makna. Yang terpenting,

fatwa berarti penjelasan atas persoalan yang musykil dan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya,

ulama fikih membangun terminologi fatwa, dari pendapat Ibn Hamadan dalam kitab Al-Furuq, bahwa fatwa

adalah penjelasan dan pemberitahuan tentang hukum syariat tanpa ikatan kemestian (tabyin al-hukm al-syar‟i

wal ikhbar bihi duna ilzam). Dari terminologi ini, fatwa adalah penjelasan dan pemahaman, maqam-nya bukan

maqam syariat, dan perlu ada batas yang tegas antara fatwa dan hukum syariat. 80

Terdapat dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan hukum Islam, yaitu syariah Islam dan fiqih

Islam. Di dalam buku-buku Islam berbahasa Inggris, syariah Islam disebut law, sedangkan fiqih Islam disebut

Islamic jurisprudence. Di Indonesia, syariah Islam sering disebut dengan istilah hukum syariat atau hukum

syara‟, sedangkan fiqih Islam sering disebut dengan istilah hukum fiqih atau kadang-kadang disebut dengan

fiqih Islam. (Lihat M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 19). 81

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Bulan Bintang:

Jakarta. 1975. hlm, 11-12. 82

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir. Pustaka Progresif: Yogyakarta.

1997. hlm, 1034. 83

KamusBesarBahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta. 2001. hlm. 314. 84

Ma‟ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Elsas: Jakarta. 2008. hlm. 20.

Page 56: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

46

yang tidak mengikat untuk diikuti.85

Zamakhsyari, fatwa berarti penjelasan hukum syara‟

tentang suatu permasalahan atas pertanyaan seseorang atau kelompok.86

Al-Jurjani

menjelaskan bahwa fatwa berasal dari kata al-fata atau al-futya, yang berarti jawaban

terhadap suatu permasalahan dalam bidang hukum, sehingga fatwa dalam pengertian ini

diartikan sebagai pemberi penjelasan.87

Sedangkan menurut M. Hasbi Ash-Shidiqie fatwa

adalah jawaban atas pertanyaan yang tidak begitu jelas hukumnya.88

Muhammad Abu Zahrah berpendapat bahwa fatwa lebih khusus dari ijtihad. Ijtihad

merupakan penarikan garis hukum (istinbath al-ahkam), baik sebab ada pertanyaan maupun

tidak. Adapun fatwa muncul sebab adanya peristiwa hukum yang terjadi yang kemudian ahli

hukum (al-faqih) menerangkan hukumnya. Adapun dalam ilmu ushul fiqh, fatwa berarti

pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid atau ahli fiqih (faqih) sebagai jawaban

atas pertanyaan yang diminta atau diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu kasus yang

sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bisa pihak pribadi, lembaga atau

kelompok masyarakat.89

Sementara, dalam defenisi komisi Fatwa MUI, disebutkan bahwa fatwa merupakan

penjelasan tentang hukum atau ajaran Islam mengenai permasalahan yang dihadapi atau yang

dinyatakan oleh masyarakat serta merupakan pedoman dalam melaksanakan ajaran

agamanya.90

Fatwa adalah pandangan ulama dalam menetapkan hukum Islam tentang suatu

peristiwa yang membutuhkan ketetapan hukum. Seorang mufti tidak hanya ahli ilmu fiqih

(faqih), akan tetapi juga menguasai permasalahan yang akan diberikan ketetapan hukum

85

Ibid., hlm. 20. 86

Ibid., hlm. 20. 87

Ibid., hlm. 19. 88 M. Hasbi Ash-Shidiqie. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Pustaka Rizki: Semarang. 2001. hlm.

86. 89

Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. Ichtiar Baru Van Hoeve: Jakarta.1996. hlm. 32. 90

Pengantar Komisi Fatwa MUI dalam Hasil Munas VII Majelis Ulama Indonesia. Sekertariat MUI:

Jakarta. 2005.

Page 57: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

47

(tasawwur al-mas‟alah). Menurut Ahmad Hidayat Buang sebagaimana dikutip M. Cholil

Nafis, fatwa merupakan elemen penting pada zaman modern yang berfungsi sebagai

pembimbing dalam menerangkan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang hukum-hukum

Islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti ibadah dan akidah untuk

kelangsungan umat Islam dalam beragama.91

Fatwa muncul karena adanya suatu masalah akibat perkembangan sosial yang

dihadapi oleh umat. Karena itu, fatwa mensyaratkan adanya orang yang meminta atau kondisi

yang memerlukan adanya pandangan atau keputusan hukum. Dengan demikian, fatwa tidak

persis sama dengan tanya-jawab keagamaan biasa. Bukan juga sekedar ceramah-ceramah

seputar suatu ajaran agama. Fatwa senantiasa sangat sosiologis. Ia mengandalkan adanya

perkembangan baru, persoalan baru, atau kebutuhan baru yang secara hukum belum ada

ketetapan hukumnya, atau belum jelas duduk masalahnya.92

Aktivitas ekonomi yang dipraktikkan oleh lembaga keuangan membutuhkan

seperangkat aturan hukum sebagai pedoman yang mengatur dan memberikan kepastian

hukum bagi masyakarat. Tak terkecuali bagi kegiatan ekonomi syariah, lembaga keuangan

membutuhkan seperangkat aturan hukum yang mengatur kegiatan usahanya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah.

Fatwa ekonomi syariah memiliki peran penting dalam menjawab kebutuhan

pertumbuhan produk ekonomi syariah. Keberadaan fatwa untuk mendinamisasikan hukum

Islam dalam merespon persoalan yang muncul, termasuk permasalahan ekonomi modern,

sesuai dengan dimensi ruang dan waktu yang melingkupinya.93

Munculnya produk-produk baru di perbankan syariah dan merambahnya bisnis

syariah di sektor lain, seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, pasar uang syariah,

91

M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 103. 92 Khozainul Ulum, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Pemikiran Hukum Islam di

Indonesia. Diakses tanggal 22 Agustus 2017. 93

Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. Logos: Jakarta. 1995, hlm. 19

Page 58: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

48

pegadaian syariah, pembiayaan syariah, multi level marketing syariah, dan sukuk syariah,

menuntut adanya pengembangan akad. Semakin modernya dunia bisnis dengan ditandai

lahirnya berbagai model lembaga keuangan yang menawarkan ragam produk, akan memicu

persoalan keabsahan kegiatan keuangan itu.94

Hikmah dari hubungan fatwa dengan perkembangan masyarakat adalah kenyataan

bahwa sejak semula hukum Islam sebagaimana yang diilustrasikan oleh gradualisasi turunnya

Al-Qur‟an adalah al-taqlil fi al-taqnin. Bahwa, hukum tidak perlu dibuat sepanjang tidak ada

masalah yang mendesak untuk dipecahkan. Sebab jika segala sesuatu harus diatur secara

hukum, sementara ada aspek-aspek lain dari kehidupan yang juga mengandung pedoman

kehidupan, seperti akhlak, akidah, muamalah, dan sebagainya.95

Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah para ulama,

zu‟ama, dan cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia

adalah lembaga paling berkompeten dalam menjawab dan memecahkan setiap masalah sosial

keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat. MUI juga telah mendapat

kepercayaan dari masyarakat maupun dari pemerintah.96

MUI sebagai wadah pengkhidmatan ulama kepada umat Islam di Indonesia,

mempunyai beberapa fungsi dan tugas yang harus di emban. Salah satu fungsi dan tugas

tersebut adalah memberi fatwa keagamaan di Indonesia. Fatwa sangat dibutuhkan oleh umat

Islam yang tidak mempunyai kemampuan untuk menggali hukum langsung dari sumber

sumbernya, karena fatwa memuat penjelasan tentang kewajiban-kewajiban agama (faraidh),

batasan-batasan (hudud), serta menyatakan tetang haram atau halalnya sesuatu.97

94

Yusuf al-Qaradhawi, Ijtihad Kontemporer, terj. Abu Barzani. Risalah Gusti: Surabaya. 1995. hlm. 7-

8. 95

Khozainul Ulum, Op.Cit. 96

Sainul dan Muhamad Ibnu Afrelian, Aspek Hukum Fatwa DSN-MUI dalam Operasional Lembaga

Keuangan Syariah. Diakses 8 Agustus 2017. 97

Ma‟ruf Amin, Op.Cit. hlm 21.

Page 59: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

49

B. Prosedur Penetapan Fatwa

Fatwa yang ditetapkan harus mengikuti tata cara dan prosedur tertentu yang telah

disepakati oleh para ulama, termasuk dalam hal penggunaan dasar yang menjadi landasan

hukum dalam penetapan fatwa.

Untuk memberikan bentuk kehati-hatian dalam memberikan fatwa, Ahmad bin

Hanbal menyatakan bahwa seseorang tidak pantas untuk mengeluarkan fatwa sebelum pada

dirinya terdapat lima hal berikut :

1. Mempunyai niat yang tulus ikhlas. Maksudnya setiap orang yang mengeluarkan fatwa

harus diniatkan “lillahi ta‟ala”, tidak karena maksud-maksud lain, apalagi maksud

keduniaan, misalnya agar mendapat kedudukan yang mulia. Karena menurut Imam

Ahmad, fatwa yang tidak didasari oleh niat ”lillahi ta‟ala” tidak mempunyai nur

(cahaya).

2. Mempunyai ketenangan dan kewibawaan. Karena setiap mufti harus mampu

menyampaikan dan menjelaskan fatwanya kepada pihak yang meminta fatwa

(mustafti), sehingga fatwanya dipahami secara utuh dan benar. Orang yang tidak

mempunyai ketenangan dan kewibawaan akan sulit untuk menyampaikan secara jelas

fatwanya.

3. Mempunyai kapasitas kelilmuan yang memadai untuk menetapkan fatwa. Karena

seseorang yang mengeluarkan fatwa tanpa didasari oleh keyakinan akan keilmuannya,

maka orang tersebut termasuk orang yang membuat-buat hukum.

4. Mempunyai kecukupan dalam penghidupannya. Karena jika tidak mempunyai

penghidupan yang cukup dikhawatirkan menggantungkan hidupnya dari berfatwa

yang bisa menjadikannya tidak independen dalam berfatwa.

Page 60: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

50

5. Memiliki kecermatan dan kecerdikan dalam menghadapi masalah. Hal ini sangat

dibutuhkan oleh seorang mufti agar tidak terjebak dalam tipu daya orang yang ingin

menjadikan fatwa sebagai tempat berlindung dari masalah yang dihadapinya.98

Menurut Ma‟ruf Amin metode-metode yang dijadikan dasar atau pedoman dalam

penetapan fatwa adalah sebagai berikut :

1. Metode Bayani (Analisa Kebahasaan)

Metode ini dipergunakan untuk memperjelaskan teks Al-Qur,an dan As-Sunnah dalam

menetapkan hukum dengan menggunakan analisa kebahasaan. Yang dimaksud dengan kaidah

kebahasaan adalah kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para ahli bahasa dan kemudian

diadopsi oleh para ulama ushul fiqh untuk melakukan pemahaman terhadap makna lafadz

sebagai hasil analisa induktif dari tradisi kebahwaan bangsa Arab sendiri. Pembahasaan

metode bayani ini dalam kajian ushul fiqh mencakup analisa berdasarkan segi makna lafadz,

analisa berdasarkan segi pemakian makna, analisa berdasarkan segi terang dan samarnya

makna, analisa berdasarkan segi penunjukan lafadz kepada makna menurut maksud pencipta

nash.

2. Metode Ta‟lili

Metode ini digunakan untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap suatu kejadian yang

tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nash baik secara qath‟i maupun dzanni, dan

tidak juga ada ijma‟ yang menetapkan hukumnya, namun hukumnya tersirat dalam dalil yang

ada. Istinbath seperti ini ditujukan untuk menetapkan hukum suatu peristiwa dengan merujuk

kepada kejadian yang telah ada hukumnya Karena antara dua peristiwa itu terdapat kesamaan

illat hukumnya. Dalam hal ini, mufti menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan pada

98

Ibid., hlm. 30.

Page 61: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

51

kejadian yang telah ada nash-nya, istinbath jenis ini dilakukan melalui metode qiyas atau

istihsan.

3. Metode Istishlahi

Metode ini dipergunakan untuk menggali, menemukan, dan merumuskan hukum syara‟

dengan cara menerapkan hukum kulli untuk peristiwa yang ketentuan hukumnya tidak

terdapat dalam nash baik qath‟i maupun dhanni dan tidak memungkinkan mencari kaitannya

engan nash yang ada, belum diputuskan dengan ijma‟ dan tidak memungkinkan dengan qiyas

atau istihsan.99

C. Kedudukan Fatwa DSN MUI

Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di tanah air

akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap lembaga keuangan,

dipandang perlu didirikan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang akan menampung berbagai

masalah/kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya

dalam masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah.100

Salah satu tugas dan fungsi DSN MUI adalah mengeluarkan fatwa tentang ekonomi

syariah untuk dijadikan pedoman bagi praktisi dan regulator.

Tugas utama lembaga DSN adalah menggali, mengkaji dan merumuskan nilai dan

prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan panduan dalam

kegiatan dan urusan ekonomi pada umumnya dan khususnya terhadap urusan dan kegiatan

transaksi lembaga keuangan syariah, yaitu untuk menjalankan operasional lembaga keuangan

99

Ibid., hlm. 44-47. 100

Ahyar A. Gayo, Penelitian Hukum tentangKedudukan Fatwa MUI dalam Upaya Mendorong

Pelaksanaan Ekonomi Syariah. BPHN PUSLITBANG. 2011. hlm. 43.

Page 62: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

52

syariah dan mengawasi pelaksanaan dan implementasi fatwa.101

Untuk melaksanakan tugas

utama tersebut, DSN memiliki otoritas untuk:102

1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing

Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/ peraturan yang

dikeluarkan oleh institusi yang berhak, seperti Kementerian Keuangan dan Bank

Indonesia.

3. Memberikan dukungan dan/atau mencabut dan menyokong nama-nama yang akan

duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam

pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/ lembaga keuangan dalam

maupun luar negeri.

5. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga keuangan Syariah untuk menghentikan

penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

6. Mengusulkan kepada institusi yang berhak untuk mengambil tindakan apabila

perintah tidak didengar.

DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI yang secara struktural berada di bawah

MUI. Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang

berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan aktivitas lembaga

keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan DSN dimaksudkan

oleh MUI sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu

yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Di samping itu, DSN diharapkan

dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai dan prinsip-

101

Ibid., hlm. 45. 102

M. Cholil Nafis, Op.Cit., hlm. 89.

Page 63: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

53

prinsip ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh sebab itu, DSN berperan secara proaktif

dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi dan keuangan.

103

Lahirnya DSN-MUI dibentuk dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam

mengenai masalah perekonomian dan mendorong penerapan ajaran Islam dalam bidang

perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan syariat Islam.

Dibentuknya DSN-MUI merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam

menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/ keuangan. Berbagai

masalah/ kasus yang memerlukan fatwa akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh

kesamaan pendangan dalam penanganannya oleh masing-masing Dewan Pengawas Syariah

yang ada di lembaga keuangan syariah. Selain itu, kehadiran DSN-MUI bertujuan untuk

mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan dengan

senantiasa berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia

yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan.104

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, DSN-MUI memiliki wewenang antara

lain:105

1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing

lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait;

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang

dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Kementerian Keuangan dan Bank

Indonesia;

103

M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 82. 104

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Op. Cit., hlm. 3. 105

Ibid. Lihat juga Sam, Op. Cit., hlm. 13.

Page 64: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

54

3. Memberikan rekomendasi dan/ atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan

duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu lembaga keuangan dan

bisnis syariah;

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam

pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam

maupun luar negeri;

5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan

penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI; dan

6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila

peringatan tidak diindahkan.

D. Fatwa Nomor 82 Tahun 2011

Inisiatif dan pengembangan wacana komoditas syariah berasal dari gagasan Dewan

Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dilaksanakan di Jakarta Futures

Exchange (JFX), didukung penuh oleh Bank Indonesia (BI). Komoditas syariah bukanlah

produk derivatif, sehingga ia berbeda dan tidak dapat disamakan dengan produk JFX lain.106

Berikut kronologis peluncuran transaksi komoditas syariah:107

1. JFX dan DSN-MUI menandatangani kesepakatan (MoU, memorandum of

understanding) yang diketahui oleh Kepala Badan Pengawas Perdagangan

Berjangka Komoditas (Bappebti), disaksikan Menteri Perdagangan pada Januari

2011. JFX dan DSN MUI sepakat bahwa JFX akan mengembangkan sistem

transaksi didampingi tim DSN MUI yang terdiri dari tiga orang.

106

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit. hlm. 134. 107

Ibid., hlm 135-136.

Page 65: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

55

2. Berdasarkan kesepakatan tersebut JFX bersama DSN MUI mengembangkan suatu

mekanisme jual beli komoditas berbasis syariah menggunakan akad-akad sesuai

syariah yang diselenggarakan di JFX. Oleh karena itu perdagangan seperti ini

tidak boleh diberi nama murabahah komoditas sebagaimana wacana awal,

melainkan komoditas syariah. Karena desakan kebutuhan, awalnya target yang

dibebankan kepada JFX untuk mengoperasikan komoditas syariah pada bulan Juli

2011. Namun demikian, pengembangan sistem perdagangan beserta aturan

pendukungnya membutuhkan waktu. Selanjutnya, untuk mempercepat proses, tim

pendamping DSN MUI pun ditambahkan menjadi tujuh orang.

3. JFX dan DSN MUI merampungkan rancangan Peraturan Tata Tertib (PTT)

komoditas syariah, hasilnya diusulkan kepada Bappepti sebagai bahan persetujuan

atas diperdagangkannya transasksi komoditas syariah di JFX. Selain itu, PTT

digunakan BI sebagai bahan untuk membuat peraturan bagi perbankan syariah

yang ingin melakukan transaksi komoditas syariah.

4. DSN MUI menerbitkan fatwa untuk momoditas syariah. Transaksi ini mengacu

pada tiga peraturan, yaitu:

a. Peraturan Bappepti: UU No. 32 Tahun 1997, UU No. 10 Tahun 2011, dan

Peraturan Tata Tertib (PTT) Komoditas Syariah.

b. Fatwa MUI No. 82 Tahun 2011.

c. Peraturan Bank Indonesia.

Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi

Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi ditetapkan pada 05 Agustus 2011. Dalam

konsiderannya, fatwa tersebut mengemukakan bahwa di kalangan masyarakat dan lembaga

keuangan syariah muncul kebutuhan untuk melakukan perdagangan komoditi yang

memenuhi prinsip syariah di bursa. Sebagai pelaku kegiatan komoditi, bursa memerlukan

Page 66: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

56

landasan syariah untuk menyusun peraturan dan tata tertib (PTT) dan menyediakan sistem

yang sesuai dengan prinsip syariah dalam pelaksanaan perdagangan komoditi.

Fatwa ini mengatur tentang aspek pengaturan perdagangan komoditi berdasarkan

prinsip syariah yang meliputi 8 (delapan) bagian, antara lain ketentuan umum, ketentuan

hukum, ketentuan mengenai perdagangan, ketentuan mengenai bursa, ketentuan mengenai

mekanisme perdagangan serah-terima fisik, ketentuan mengenai mekanisme perdagangan

dengan penjualan lanjutan, ketentuan mengenai agen dan mekanisme perdagangannya, dan

ketentuan penutup.

E. Pasar Komoditas Syariah

Pasar komoditas syariah adalah pasar yang difasilitasi oleh bursa untuk

menyelenggarakan perdagangan komoditas berdasarkan prinsip syariah berupa kegiatan jual

beli komoditas antar peserta pedagang komoditas dengan peserta komersial dengan

konsumen komoditas, dan dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan. Jual beli dilakukan

antar peserta pedagang komoditas. Penjual adalah peserta pedagang komoditas, lembaga

keuangan syariah (LKS) yang menjadi peserta komersial atau konsumen komoditas dalam

perdagangan dengan penjualan lanjutan. Pembeli adalah peserta komersial atau konsumen

komoditas dan peserta pedagang komoditas dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan.108

Dari unsur pengertian di atas dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:109

1. Komoditas syariah adalah produk syariah dalam JFX. Syariah yang merupakan

perdagangan komoditas berdasarkan prinsip-prinsip syariah sesuai fatwa Majelis

Ulama Indonesia.

108

Ibid., hlm 136. 109

Ibid., hlm 137.

Page 67: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

57

2. Bursa adalah PT Bursa Berjangka (JFX) yang telah memperoleh persetujuan dari

Bappepti untuk menyelenggarakan kegiatan pasar komoditas syariah.

3. Peserta pedagang komoditas adalah peserta yang menyediakan penawaran jual

komoditas di pasar komoditas syariah.

4. Peserta komersial adalah lembaga keuangan syariah (LKS) yang membeli

komoditas dari peserta pedagang komoditas.

5. Konsumen komoditas adalah nasabah dari peserta komersial adalah nasabah dari

peserta komersial tertentu atau peserta komersial lain yang membeli komoditas

tersetujui dari peserta komersial tersebut sesuai aturan Bank Indonesia.

6. Penjualan lanjutan adalah perdagangan yang dilanjutkan dengan penjualan

komoditas oleh konsumen komoditas.

Peserta Pasar Komoditas Syariah

Peserta Status Peran

Peserta pedagang komoditas Anggota Menyediakan persediaan

(stock) komoditas di pasar

komoditas syariah.

Peserta komersial Anggota Institusi keuangan yang

membeli komoditas dari

peserta pedagang komoditas.

Konsumen komoditas Bukan anggota Membeli komoditas.

Mungkin menjual kembali

komoditas melalui sistem

pada hari yang sama.

Page 68: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

58

JFX Syariah Pertukaran Melalui cara akad wakalah,

mewakili anggota penjual

komoditas dalam membeli

komoditas.

1.Persyaratan peserta pedagang bebas:

a. Berbentuk badan hukum atau badan usaha.

b. Memiliki jumlah tertentu komoditas tersetujui sebagaimana ditentukan oleh bursa.

c. Memiliki prasarana dan sarana fisik perusahaan.

2. Persyaratan komoditas yang diperdagangkan:

a. Komoditas yang diperdagangkan merupakan komoditas halal dan tidak dilarang

oleh peraturan perundang-undangan.

b. Jenis, kualitas, dan kuantitas komoditas yang diperdagangkan jelas.

c. Komoditas yang diperdagangkan merupakan komoditas yang sudah ada (wujud)

dan dapat diserahterimakan secara fisik.

d. komoditas telah disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Bappebti.

3. Persyaratan peserta komersial:

a. Perbankan syariah.

b. Lembaga keuangan syariah non bank.

Berikut ini langkah-langkah dalam mekanisme transaksi komoditas syariah:

1. Konsumen komoditas membuat pengajuan pembelian kepada peserta komersial.

2. Peserta komersial membeli komoditas dari sejumlah peserta pedagang komoditas

hingga kepemilikan komoditas akan berpindah dari peserta pedagang komoditas

kepada peserta komersial, ditandai dengan Jaminan Surat Penguasaan Atas

Komoditas Tersetujui (SPAKT) oleh JFX.

Page 69: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

59

3. Peserta komersial membayar tunai kepada peserta pedagang komoditas melalui

JFX dengan perhitungan khusus peserta komersial. Langkah kedua dan ketiga

merupakan transaksi tunai menggunakan akad transaksi tunai (bai‟).

4. Peserta komersial menjual komoditas untuk konsumen komoditas, kepemilikan

komoditas berpindah dari peserta komersial kepada konsumen komoditas ditandai

dengan penerimaan SPAKT.

5. Konsumen komoditas membayar kepada peserta komersial. Akad yang digunakan

adalah akad murabahah.

6. Konsumen komoditas menerima pengiriman dokumen dari peserta pedagang

komoditas. JFX mengawasi proses serah terima. JFX menyelesaikan pembayaran

kepada peserta pedagang komoditas. Konsumen komoditas menjual komoditas

dengan tunai.

7. Peserta pedagang komoditas melalui akad wakalah memberi kuasa JFX untuk

melakukan pembelian tunai.

8. Konsumen komoditas menerima pembayaran tunai dari peserta pedagang

komoditas. Peserta pedagang komoditas memperoleh komoditas dari peserta

pedagang komoditas lain yang ditentukan secara acak. Akad yang digunakan pada

langkah ini adalah transaksi tunai (bai‟).

9. Penyelesaian komoditas di antara peserta perdagang komoditas dengan

menggunakan akad muqayadhah.

F. Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA)

Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA)

merupakan sertifikat yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah oleh Bank Umum Syariah

(BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam transaksi Pasar Uang Syariah (PUAS) yang

Page 70: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

60

merupakan bukti jual beli dengan pembayaran tanggung atas perdagangan komoditas di

Bursa.110

SiKA merupakan salah satu instrumen keuangan yang digunakan oleh peserta Pasar Uang

Antarbank Syariah yang diatur oleh Bank Indonesia sebagai instrumen PUAS. PUAS adalah

kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam

rupiah maupun mata uang asing. Adapun yang dimaksud dengan instrumen PUAS adalah

instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh BUS atau UUS yang

digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS.111

Adanya instrumen PUAS berfungsi memudahkan perbankan yang mengalami kesulitan

likuiditas, baik berupa kekurangan maupun kelebihan likuiditas. Diterbitkannya regulasi baru

yaitu PBI No. 14/1/PBI/2012 merupakan upaya penyempurnaan mekanisme PUAS dengan

menambahkan peran perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing dalam transaksi

PUAS.112

Selain perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, bursa yaitu PT.

Bursa Berjangka Jakarta (PT BBJ) yang telah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas

Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga diberikan kesempatan untuk mengadakan

kegiatan pasar komoditi syariah di PUAS.113

Karakteristik dan Persyaratan SiKA

SiKA mempunyai karakteristik dan persayaratan sebagai berikut114

:

1. Diterbitkan atas dasar transaksi jual beli komoditas di bursa dengan menggunakan

akad murabahah.

2. Diterbitkan dalam rupiah.

3. Dapat diterbitkan dengan atau tanpa warkat (scripless).

4. Berjangka waktu satu hari (overnight) sampai 365 hari.

5. Tidak dapat dialihkan kepemilikannya sepanjang belum jatuh waktu.

110

Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum dan Perusahaan Pialang

Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing perihal Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah

Antarbank, SEBI No. 14/3/DPM Tahun 2012. 111

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. 112

Ibid. 113

Ibid. 114

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit. hlm. 142.

Page 71: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

61

Mekanisme Transaksi SiKA115

1. Pihak yang akan melakukan transaksi PUAS sepakat untuk menggunakan SiKA.

2. Peserta komersial membeli komoditas di bursa dari peserta pedagang komoditas

secara tunai dan menerima Surat Penguasaan Atas Komoditas Tersetujui (SPKAT).

3. Konsumen komoditas membeli komoditas di bursa dari peserta komersial. Dari

transaksi tersebut, konsumen komoditas menerima SPAKT dan menerbitkan SiKA.

4. Konsumen komoditas menjual komoditas di bursa kepada peserta pedagang

komoditas secara tunai dengan akad bai‟ sebesar nilai nominal komoditas

sebagaimana tercantum dalam SPAKT.

Penggunaan Instrumen SiKA

Peserta transaksi PUAS terdiri dari BUS, UUS, dan bank asing yang melakukan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu116

:

1. BUS dan UUS yang membutuhkan likuiditas bertindak selaku penerbit SiKA

sekaligus sebagai konsumen komoditas.

2. BUS, UUS, dan bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah yang kelebihan likuiditas bertindak selaku peserta komersial.

115

Ibid. hlm. 142. 116

Ibid. hlm. 142

Page 72: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

62

BAB IV

ANALISIS PENGARUH FATWA DSN MUI TERHADAP TRANSAKSI

TAWARRUQ

A. Analisis Perbandingan Pendapat Terhadap Tawarruq

Tawarruq bisa dikaji dalam pelbagai dimensi. Situasi yang pertama dikenali sebagai

al-tawarruq al-fardi atau al-tawarruq al-fiqhi. Dalam situasi pertama ini, tawarruq berlaku

dalam keadaan pembeli pertama membeli barangan secara angsuran dari seseorang dan

menjualnya kepada pihak ketiga secara tunai dengan harga yang lebih rendah daripada harga

angsuran dalam pembelian pertama tadi. Dalam situasi ini pihak ketiga tidak mempunyai

kaitan dengan penjual barang yang pertama. Oleh itu, penjual yang pertama tidak boleh

dikaitkan dengan jualan tunai yang dilakukan oleh pihak pembeli yang kedua (pihak yang

ketiga). Secara teorinya tawarruq semacam dibolehkan oleh mayoritas ulama, tetapi apabila

proses tawarruq ini menjadi satu kaedah untuk mendapatkan pembiayaan/ uang tunai, para

ulama telah berbeda pendapat tentang hukumnya.117

Perbedaan pendapat di kalangan ulama terhadap transaksi tawarruq tidak hanya terjadi

pada masa lalu, bahkan para ulama sekarang ini masih berada dalam perbedaan. Perdebatan

di satu sisi menimbulkan kebingungan di antara umat Islam, terutama penggiat ekonomi

Islam. Meskipun di sisi lain, perdebatan menunjukkan akan kekayaan pemikiran hukum

Islam dalam bidang ekonomi. Hukum Islam sangat terbuka terhadap ijtihad atau penemuan

hukum terutama di bidang muamalah. Sehingga sangat tepat dikatakan bahwasanya hukum

117

Asmak Ab Rahman, dkk, Bay‟ Al-Tawarruq dan Aplikasinya dalam Pembiayaan Peribadi di Bank

Islam Malaysia Berhard, diakses 25 Agustus 2017.

Page 73: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

63

Islam bersifat luwes terhadap perubahan masa dan tempat berdasarkan tujuan-tujuan

syariat.118

Karakteristik tawarruq terbagi menjadi dua tipe, yaitu:119

1. Tawarruq Hakiki/Real Tawarruq

Tawarruq di mana jika seseorang membeli barang dari seorang penjual dengan harga

kredit lalu ia menjual barang tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain

2. Tawarruq Munadzzam/ Organized Tawarruq

Tawarruq di mana pihak ketiga telah ditunjuk terlebih dahulu atau diskenariokan yang

biasanya dilakukan oleh pihak perbankan. Contohnya adalah ketika nasabah (pihak A)

membeli sebuah komoditas kepada pihak bank (Pihak B), biasanya kendaraan

bermotor, besi, barang elektronik, dan lain-lain, lalu pihak bank memerintahkan

seorang agen untuk menjualkan barang tersebut yang kemudian uangnya diserahkan

pada pihak A tadi.

Perbedaan mendasar dari Organized Tawarruq ini adalah pihak A (nasabah) tidak

menerima barang tersebut secara langsung, akan tetapi hanya dengan berdasarkan sebuah

surat kesepakatan yang kemudian pihak B akan langsung memerintahkan pihak C untuk

menjualkannya, sedangkan dalam Real Tawarruq pihak nasabah (pihak A) akan menerima

barang tersebut secara langsung dan memiliki opsi untuk memilikinya dan membawanya

untuk diri sendiri ataukah akan dijual ke pihak yang lain. Akan tetapi, dalam perbankan pihak

bank tetap akan memberikan opsi untuk memiliki atau menjual barang pada si nasabah tadi,

walaupun hal ini juga terlihat sebagai forrmalitas saja. Hal ini dikarenakan memang pihak

118

Hidayatulloh, Tawarruq dalam Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah, Tesis

Universitas Indonesia. 119

Ali Samsuri, Membincang Konsep Tawarruq dalam Dunia Perbankan Saat Ini. Diakses 25 Agustus

2017.

Page 74: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

64

nasabah tadi membutuhkan uang tunai bukanlah komoditas tersebut, sehingga mau tidak mau

ia akan lebih memilih untuk bank agar menjualkannya melalui agennya.120

Di bawah merupakan pendapat ulama mazhab tentang transaksi tawarruq:

Mazhab Hanabilah

Imam Ahmad memiliki tiga riwayat pendapat tentang tawarruq; boleh, makruh dan

haram. Al-Mardawi menjelaskan bahwa; “Kalau seseorang memerlukan uang tunai, lalu dia

membeli barang yang nilainya setara dengan seratus (rupiah) dengan harga seratus

limapuluh (rupiah), maka tidak ada masalah. Imam Ahmad telah menegaskannya secara

langsung, dan inilah yang menjadi pegangan para mujtahid Mazhab Hanbali, yaitu masalah

tawarruq. Diriwayatkan dari Ahmad, tawarruq hukumnya makruh. Dan diriwayatkan

darinya, tawarruq hukumnya haram”.

Namun, di antara para pengikut Mazhab Hanbali mutakhir ada yang melarang praktik

tawarruq. Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab pernah ditanya tentang hal tersebut,

dia menjawab; “Jual beli secara kredit jika memang target pembeli itu adalah mengambil

nilai manfaat barang atau untuk diperdagangkan kembali, maka hal tersebut dibolehkan

selama formulanya diperbolehkan, sedangkan jika target pembeli ada lah dirham (uang

tunai), lalu dia membelinya seharga seratus (rupiah) kredit, dan menjualnya di pasar

seharga tujuh puluh (rupiah) tunai, maka ini pola jual beli yang tercela serta dilarang

menurut salah satu dua pendapat para ulama.”

Muhammad bin Utsmain membolehkan tawarruq dengan catatan dalam kondisi

terpaksa, dia mengatakan; “Para ulama berbeda pendapat mengenai kehalalan masalah

tawarruq. Namun, menurut pemahamanku, tatkala seseorang memang terpaksa melakukan

praktik tersebut, sementara dia tidak mendapati orang yang memberinya pinjaman, dan tidak

mendapati orang yang memberinya utang, maka tidak ada masalah baginya.”

120

Ibid.

Page 75: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

65

Mazhab Maliki

Para mujtahid Madzhab Maliki meletakkan tawarruq dalam katagori jenis ba‟i al-

inah. Pernyataan mereka hampir sama dengan muatan yang telah disampaikan para mujtahid

Mazhab Hanbali. Dalam Mukhtashar Khalil pada pembahasan praktik jual beli kategori inah

di se butkan; “Pernyataan „Belilah seharga seratus(rupiah), barang yang nilainya setara

dengan delapan puluh (rupiah)‟, hukumnya makruh.”. Para komentatornya menjelaskan,

“Tatkala A datang kepada B, lalu A berkata pada B, „Utangi aku uang sebesar delapan

puluh (rupiah), dan aku akan mengembalikan kepadamu sebesar seratus (rupiah), lalu A

mengatakan, „praktik semcam ini tidak diboleh kan, tetapi aku akan menjual kepadamu

sebuah barang yang nilainya setara dengan delapan puluh (rupiah) seharga seratus

(rupiah), ini adalah model inah yang dimakruhkan.”.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipastikan bahwasanya target pembelian

barang itu adalah uang tunai, karena sudah sejak awal akad dia menyatakan, “Aku

memerlukan uang sebesar delapan puluh (rupiah) tunai.” Targetnya bukan menjual kembali

barang kepada penjual itu sendiri, karena ini termasuk kategore jual beli dengan pembayaran

tunda, bukan ba‟i al-‟inah. Jadi, menurut madzhab ini tidak ragu lagi bahwa tawarruq itu

hukumnya makruh.

Mazhab Abu Hanifah

Para mujtahid Madzhab Hanafi ah menyebutkan praktik tawarruq ini termasuk

kategori bai‟ al-inah. Dalam Thalabah Al-Thalabah karya Al-Nasafi (w. 537) disebutkan

penjelasan tentang inah, dia mengatakan; “Menurut sebuah riwayat, model inah adalah

pembelian barang di mana seseorang menjualnya dengan harga yang lebih murah harga

saat dia membeli sebelum menyerahkan uang secara tunai. Sedangkan menurut riwayat lain

yang shahih, inah misalnya adalah,A membeli kain dari B, seharga sepuluh dirham dengan

Page 76: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

66

pembayaran tunda selama sebulan, sedangkan harga kain yang sebenarnya adalah delapan

dirham, kemudian A menjualnya kepada C seharga delapan dirham tunai. Jadi, A

mendapatkan uang tunai sebesar delapan dirham, dan memiliki kewajiban membayar kredit

sebesar sepuluh dirham, dinamakan înah karena dia mengalihkan dari praktik utang ke

penjualan barang.”

Mazhab Syafii

Para mujtahid Mazhab Syafii telah menegaskan bahwa bai‟ al-inah hukumnya mak

ruh, dan menghukumi makruh semua ben tuk jual beli yang pensyariatannya masih

diperselisihkan. Dalam Tuhfatul Muhtaj karya Ibnu Hajar Al Haitami disebutkan; “Praktik

jual beli kadang dihukumi makruh seperti bai‟ al-inah dan semua bentuk jual beli yang

kehalalannya masih diperselisihkan, sama seperti rekayasa untuk menghindari praktik

riba.”121

Menurut pendapat yang rajih, sistem tawarruq ini bertentangan dengan maqashid al-

syari‟ah (hifzhul mal) dan kaidah tukar menukar barang. Dalil-dalil syara‟ memberikan

kepastian larangan haram transaksi tersebut, dan seorang muslim tidak boleh mengadakan

kontrak perjanjian antara dia dengan Allah dengan model kontrak semacam ini. Misalnya

hadits Umar dari Nabi Muhammad, beliau bersabda; “Tatkala kalian melakukan akad jual

beli dengan model inah, kalian lebih memilih menggembala sapi, rela bercocok tanam dan

meninggalkan jihad, maka Allah akan meletakkan kehinaan pada diri kalian, yang tidak akan

pernah bisa tercerabut sampai dengan kalian kembali kepada aturan agama kalian.”.

Sudut pandang pengambilan dalilnya adalah, bahwa inah dalam hadits tersebut adalah

nash yang bersifat umum mencakup semua mua malah, yang targetnya adalah uang tunai,

121 Sami bin Ibrahim As-Sualimi, At-Tawarruq wa At-Tawarruq Al Munazham, (Rabithah Alam Al Islami

Mekkah, 2003) hlm. 8-17.

Page 77: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

67

sebagai imbalan waktu tunda pembayaran dengan pengenaan harga yang lebih tinggi dari

harga yang sebenarnya. Ini mencakup inah dua pihak, tiga pihak dan tawarruq. Hadits

tersebut menyinggung masalah inah dalam rangka memberikan kecaman atas praktik ini. Hal

ini secara otomatis juga mengecam praktik tawarruq secara syara‟. Sedangkan dilalah yang

menunjukan „inah mencakup makna tawarruq, adalah makna inah baik secara bahasa

maupun secara istilah syara‟ mengindikasikan mencakup praktik tawarruq. Ibnu Faris

misalnya, menjelaskan al „ain adalah harta yang bersifat tunai serta tersedia (ada barangnya).

Jadi dapat dikatakan, al „ain adalah barang tunai bu kan utang, yang terlihat oleh

pandangan mata. Kemudian dia mengutip pernyataan Al Khalil; “Al inah adalah utang

(salaf).”, dan dia mengatakan, “ Inah diambil dari kata dasar „ainul mîzan (mata timbangan),

yaitu kelebihan timbangan.”. Ibnu Faris menjelaskan, “Apa yang dikemukakan oleh Al Khalil

benar, karena inah memastikan adanya penarikan keuntungan lebih.”. Jadi, „ain itu

maksudnya adalah uang tunai, kemudian „inah digunakan untuk istilah utang karena utang itu

menjadi faktor mendapatkan uang tunai. Kemudian unsur riba yang mengandung kezhaliman.

Dapat dipastikan bahwa kezhaliman yang terkandung dalam riba adalah beban pembayaran

yang ditanggung debitur tanpa ada timbal balik apapun. Jadi, tatkala dia mengajukan kredit

sebesar seratus (rupiah), dan dia harus membayar dalam bentuk tanggungan sebesar seratus

sepuluh (rupiah), maka beban tanggungannya sebesar sepuluh (rupiah) tanpa ada timbal balik

apapun.

Demikian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpegangan, karena dia menyatakan;

“Debitur mengajukan permohonan kredit kepada kreditor, „Aku memerlukan uang

tunai,apapun mekanisme untuk mendapatkannya, dan menyisakan beberapa dirham dalam

tanggungan nya yang dibayar secara tunda, maka ini adalah muamalah yang batal, dan

inilah hakikat riba yang sebenarnya.”122

122 Sami bin Ibrahim As-Sualimi, At-Tawarruq wa At-Tawarruq Al Munazham, hlm. 24-27.

Page 78: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

68

Tawarruq adalah istilah muamalah yang menghimpun dua akad sekaligus. Pertama;

pembelian dengan pembayaran tunda dari satu pihak. Dan kedua; penjualan secara tunai pada

pihak lain dengan harga lebih rendah dibanding harga tunda. Penggabungan inilah yang

membuat transaksi model tawarruq ini dilarang. Sedangkan mereka yang membolehkansis

tem transaksi tawarruq berpegangan pada sejumlah dalil di antaranya fi rman Allah,

“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,” (QS. Al Baqarah [2]:

275). Tawarruq tersusun dari dua buah akad, yang masing-masing dari keduanya adalah halal

(boleh), sehingga gabungan kedua akad tersebut juga halal. Mereka mengatakan, target

transaksi tawarruq adalah uang tunai, sama seperti target seorang pedagang adalah uang

tunai. Tatkala seorang pedagang boleh membeli dan menjual dengan target mendapatkan

uang tunai, maka demikian pula dengan tawarruq, tidak ada perbedaan sama sekali. Hukum

asal dalam muamalah adalah boleh, dan inilah dalil yang dikuatkan berdasarkan dalil-dalil

hukum yang telah dikenal banyak orang, selama tidak ada dalil yang melarang tawarruq

secara meyakinkan. Jadi, tawarruq tetap sesuai dengan hukum aslinya, karena sesuatu yang

ditetapkan berdasarkan sumber yang meyakinkan tidak bisa direduksi kecuali dengan dalil

yang meyakinkan pula. Kebutuhan akan uang tunai amat mendesak, dan tidak mendapati

seseorang yang mengucurkan kredit tanpa keuntungan. Penghilangan kesempitan adalah

kaidah dari sejumlah kaidah pembelakuan hukum syara‟. Sama seperti tawarruq lebih baik

disbanding riba yang bersifat terang-terangan.123

B. Pendapat Pakar Ekonomi Syariah Terhadap Transaksi Tawarruq

Menurut Adiwarman Karim sebagaimana dikutip Muhamad Nadratuzzaman

mengungkapkan bahwa pelaksanaan suatu akad haruslah disertai kesiapan dan kesigapan

masyarakat dalam mengimplementasikannya. Waktu yang tepat bagi pengesahan

123

Ali Samsuri, Op.Cit.

Page 79: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

69

mekanisme suatu akad merupakan waktu ketika masyarakat telah siap menerima dan

memahami serta mengamalkan fatwa tersebut.

Keahlian dan kesiapan masyarakat sangatlah diperlukan demi terlaksananya

mekanisme yang sah dan tidak menyimpang dari maqasidusy syariah.124

Walaupun suatu

akad halal secara teoritis, akan tetapi jika masyarakat tidak siap menerima dan

mengimplementasikannya hal itu bisa membawa kepada kemudaratan dan akan lenyapnya

maqasidusy syariah yang dituju. Oleh karena itu, produk-produk tawarruq, bai‟ inah, bai‟

dayn, bahkan banyak produk lain yang belum disahkan oleh Dewan Syariah Nasional tentu

memperhitungkan tingkat kesiapan masyarakat menerimanya.

Ada kejadian pada masa Rasulullah patut dijadikan contoh dalam hal ini. Suatu ketika

terjadi penjualan atau transaksi jual beli kacang tanah yang masih ditanam. Transaksi itu

dilarang karena termasuk kategori bai‟ al-ma‟dum.125

Dalam ilmu fiqih terdapat kaidah

yang menyatakan “janganlah kau jual apa yang tidak kau miliki”, tidak sesuai dengan

keadaan sesungguhnya, karena dalam hal ini kacang tanahnya ada. Dalam ilmu fiqih

124

Maqasidusy syariah; 1. Adalah tujuan-tujuan syariah; Tujuan-tujuan syariah adalah memenuhi lima

kebutuhan pokok dalam menunjang kesejahteraan manusia yang terletak pada pemeliharaan agama (iman),

hidup, akal, harta, dan keturunan. 2. Maqasidusy syariah; adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang

dimaksudkan oleh Allah dalam setiap hukum dari keseluruhan hukum-Nya. Inti dari tujuan syariah adalah

“maslahah” atau manfaat. Keseluruhan produk hukum Islam adalah untuk kemaslahatan dan manfaat bagi

manusia. Kemaslahatan manusia ini oleh Imam Ghazali dirinci dalam lima aspek kehidupan yang menjadi aspek

pokok tujuan syariat. Kelima aspek tersebut adalah: 1) terpeliharanya agama, 2) terpeliharanya jiwa, 3)

terpeliharanya akal, 4) terpeliharanya keturunan, dan 5) terpeliharanya harta atau modal. Dalam memelihara

lima aspek pokok tujuan syariat di atas, ada dua metode yang digunakan, yaitu pemeliharaan secara preventif,

dan pemeliharaan secara proaktif. Metode preventif berarti melestarikan dan memelihara lima aspek tersebut

dengan melarang perbuatan-perbuatan yang berakibat bagi kerusakan lima aspek tersebut, atau dengan memberi

hukuman berupa sanksi bagi yang melanggar. Contoh dalam pemeliharaan preventif ini adalah: sanksi bagi yang

meninggalkan shalat (pemeliharaan agama), larangan membunuh (pemeliharaan jiwa), larangan minum-

minuman yang memabukkan (pemeliharaan akal), larangan zina (pemeliharaan keturunan), larangan makan

harta orang lain secara bathil (pemeliharaan harta). Sedangkan metode proaktif dilakukan dengan cara

memberikan perintah untuk mengerjakan amalan demi terpeliharanya kelima aspek pokok tujuan syariat.

Contoh dalam pemeliharaan proaktif ini adalah: perintah shalat (pemeliharaan agama), perintah mengonsumsi

makanan yang halal dan baik (pemeliharaan jiwa), perintah belajar (pemeliharaan akal), perintah nikah

(pemeliharaan keturunan), dan perintah bekerja (pemeliharaan harta). Tujuan-tujuan syariah dalam ekonomi

juga diatur dalam kaitannya dengan maqasidusy syariah. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam kehidupan

masyarakat, dalam hukum-hukum Islam yang mengatur perekonomian juga memiliki tujuan dan hikmah.

Tujuan dan hikmah dalam sistem ekonomi adalah: 1) Perputaran atau sirkulasi (al tadaawul), 2) Jelas atau legal

(al wudluuh), 3) Keadilan dalam harta (al adl fi al amwaal), 4) Terpeliharanya harta dengan menghindarkan dari

kezaliman. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 491-492) 125

Bai‟ al-ma‟dum; Melakukan penjualan atas barang yang belum dimiliki (short selling). Ini adalah

transaksi yang tidak dibenarkan oleh Islam. Ibid., hlm. 140.

Page 80: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

70

transaksi semacam ini dibolehkan apabila terjadi antara penjual yang ahli dan pembeli yang

ahli pula.

Tawarruq merupakan produk yang masih dikaji hingga saat ini, karena bila dicari

hukumnya akan ditemukan dalil yang menghalalkan. Namun mekanisme tawarruq yang

dihalalkan dahulu sangatlah berbeda dengan tawarruq yang terjadi saat ini. Oleh karena itu

ketika HSBC (The Hongkong and Shanghai Banking Corporation) meminta tawarruq untuk

menjadi produk missal, ditolaklah proposal ini oleh DSN. Bila tawarruq diterima, seluruh

perbankan syariah Indonesia akan memiliki deposito dan tabungan murabahah126

, hal ini

akan menyebabkan perubahan orientasi dari bank syariah ke bank konvensional dalam

mekanisme perbankannya, malah akan membawa kemudaratan ketimbang kemanfaatan. Di

samping itu, tawarruq akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan

syariah dan tentunya hal ini sangat tidak diinginkan oleh Dewan Syariah Nasional.

Implementasi tawarruq saat ini terdapat kelemahan, yaitu bank bertindak sebagai

wakil dalam skema pertama, yaitu pembelian suatu komoditas. Kemudian bank menjadi

wakil pula dalam skema kedua, yaitu untuk menjual komoditas tersebut tadi. Dalam hal ini

bank menjamin return yang akan didapat dari penjualan tersebut. Tentunya hal ini tidak

boleh dari kacamata fiqih. Wakil tidak berhak dan tidak pula memiliki kewenangan untuk

menentukan return yang akan diperoleh dari sebuah penjualan. Wakil hanya bertindak

sebagai perantara, maka bank tidak boleh menjamin fix return bagi dirinya sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa mekanisme dan implementasi tawarruq pada saat ini tidak syar‟i dan

tidak dapat diterima keabsahannya.

126

Murabahah; Mengambil keuntungan yang disepakati. 1. Perjanjian jual beli antara bank dan

nasabah dengan bank syariah membeli barang yang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya

kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang

disepakati antara bank syariah dan nasabah; 2. Secara fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang

tertentu, dengan penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian

barang kepada pembeli, kemudian dia mensyaratkan atasnya laba/ keuntungan dalam jumlah tertentu. (Lihat

Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 532)

Page 81: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

71

Implementasi bai‟ inah pun ditemukan kelemahan yang sangat menonjol. Menurut

mazhab Syafii, bai‟ inah adalah sah dan halal dilakukan dengan argumentasi kuat, yaitu bila

pembeli menjual barangnya kepada pihak ketiga, maka tidak masalah dan sah bila ia

menjualnya pada pihak pertama (pihak asli). Namun Imam Syafii tidak membolehkan

adanya syarat dalam hal jual beli tersebut.

Kelemahan implementasi bai‟ inah adalah terjadi perjanjian tertulis (ta‟ahud, wa‟d)

oleh pembeli kepada pihak pertama (bank), untuk menjual komoditas yang telah dibelinya

itu kepada pihak pertama (penjual asli). Tentu hal ini pun tidak dapat diterima

keabsahannya.

Dalam mengimplementasikan suatu akad harus dicermati betul segala aspeknya agar

terhindar dari syubhat127

dan ketidakjelasan, yang pada ujungnya bisa berakibat bisa

hilangnya kepercayaan masyarakat kepada bank syariah.

Bai‟ inah pernah dibolehkan di Indonesia tahun 1992-1998, namun setelah itu

dilarang. Awalnya adalah dharurah karena bank syariah pada saat itu hanya satu-satunya

bank yang bersaing di antara bank konvensioanl, maka bai‟ inah dibolehkan untuk

memberi kesempatan kepada nasabah konvensional yang ingin memindahkan kreditnya ke

bank syariah. Namun dengan berkembangnya bank syariah di tanah air, dharurah tidak lagi

ada hujjah (alasan) yang membolehkan suatu akad telah tiada. Begitu pula akadnya tidak

boleh diimplementasikan lagi selama tidak ada dharurah yang mendesak. 128

C. Analisis Fatwa DSN MUI

Fatwa DSN MUI tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di

Bursa Komoditi ini lahir disebabkan adanya kebutuhan di kalangan masyarakat dan lembaga

127

Syubhat; Samar atau tidak jelas. Hal-hal yang hukumnya belum diketahui secara pasti, apakah halal

ataukah haram. Tidak tentu halal haramnya, sebab para ahli hukum berselisih pendapat tentangnya. 128

Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 93-96.

Page 82: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

72

keuangan syariah untuk melakukan perdagangan komoditi yang memenuhi prinsip syariah di

Bursa.

Fatwa ini merujuk kepada 7 (tujuh) ayat Al-Qur‟an dan 10 (sepuluh) hadis. Ayat

perintah untuk menunaikan akad (QS. Al-Ma‟idah (5): 1), perintah untuk memenuhi janji

(QS. Al-Isra (17): 34), pengharaman riba dan penghalalan jual beli (QS. Al-Baqarah (2)]:

275), perintah meninggalkan sisa riba (QS. Al-Baqarah (2): 278), larangan mengambil harta

orang lain dengan cara yang batil (QS. al-Nisa (4): 29), kewajiban memenuhi amanat (QS.

Al-Baqarah (2): 283) dan perintah untuk menyampaikan amanat dan menetapkan hukum

dengan adil (QS. Al-Nisa (4): 58).129

Dalam merujuk hadis, fatwa ini mengutip hadis-hadis antara lain: hadis tentang

larangan membahayakan diri sendiri dan orang lain (HR. Ibnu Majah), larangan jual beli

hashah dan jual beli yang mengandung tipu daya (HR. Muslim), larangan melakukan najsy

(penawaran palsu (HR. Bukhari), larangan menghadang pengendara pembawa dagangan dan

jual beli hadhir li-bad yaitu orang kota menjual kepada harga dengan tujuan manipulasi harga

(HR Bukhari), larangan jual beli sesuatu yang tidak ada di tangan (HR. Tirmidzi), ketentuan

penguasaan barang atau qabdh (HR. Ahmad), perintah memberikan upah kepada pekerja

(HR. Ibnu Majah), perintah memberitahukan nominal upah kepada pekerja (HR. Abd al-

Razaq), larangan menjual kurma berbeda kualitas dengan takaran berbeda (HR. Bukhari) dan

ketentuan shulh atau perdamaian dan perikatan antara muslim dalam perjanjian (HR.

Tirmidzi).130

Setelah mencantumkan ayat, hadis dan kaidah fikih dalam fatwa. Selanjutnya

pembuat fatwa, yakni DSN-MUI mencantumkan pendapat-pendapat ulama dalam fatwa

nomor 82 tahun 2011 ini antara lain pendapat Ibnu Qudamah, Syaukani, Tim Penyusun

Ensiklopedia Fiqh Islam Kuwait, al-Mirdawi, Ibnu al-Humam dan al-Ma‟ayir al-Syar‟iyah.

129

Hidayatulloh. Op.Cit. hlm 123. 130

Ibid.

Page 83: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

73

Akad tawarruq di Indonesia tidak diperbolehkan karena beberapa alasan. Alasan

pertama, yaitu sesuai dengan Konferensi Islamic Fiqh Academy Jeddah ke-17 melarang

praktek tawarruq munazzam yang berlaku di beberapa bank syari‟ah saat ini dikarenakan

praktek ta warruq munazzam hanyalah sebatas transaksi di atas kertas untuk mendapatkan

uang tunai. Alasan kedua yaitu, salah satu syarat transaksi atau muamalah amaliyah haruslah

bersifat transparan, terlepas dari unsur-unsur penipuan atau pun syubhat di dalamnya. Dan

alasan ketiga akad ini tidak diperbolehkan di Indonesia yaitu tawarruq lebih besar

mafsadahnya dari pada maslahahnya jika dilihat dari segi kepentingan umum.131

Menurut M. Nejatullah Sidqi sebagaimana dikutip Ali Samsuri bahwa konsep

tawarruq ini lebih besar mafsadah-nya daripada maslahah-nya, jika dilihat dari segi

kepentingan umum. Di bawah ini adalah mafsadah yang telah dirangkum oleh Sidqi:

1. Tawarruq menyebabkan pembentukan utang yang mana volumenya cenderung

mengalami peningkatan.

2. Hasil pertukaran (exchange) uang sekarang dengan uang dikemudian hari dalah tidak

fair dari segi sudut pandang resiko dan termasuk ketidakpastian.

3. Hal ini menyebabkan perkembang-biakan utang secara terus menerus, menuju arah

perjudian seperti transaksi spekulasi.

4. Hal ini menyebabkan keuangan berdasarkan utang (debt fi nance) yang terus menerus,

meningkatkan ketidak stabilan dalam ekonomi. Dalam debt-based economy, suplay

uang dihubungkan kepada utang yang mana tendency kedepannya adalah peningkatan

(expantion) lonjakan infl asi.

5. Ini menghasilkan ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan kesejahteraan.

Dan menghasilkan keuangan berdasarkan utang yang terus menerus, dalam

Ketidakefesienan alokasi sumber daya.

131

Ali Samsuri, Op.Cit.

Page 84: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

74

6. Dengan pengkonsolidasian pembiayaan berbasis utang (debt fi nancing) berkontribusi

untuk meningkatkan tingkatan (level) kekhawatiran dan kerusakan (destruction)

lingkungan.

Tawarruq memiliki mafsadah yang lebih besar dibanding dengan maslahah-nya

secara perekonomian. Akad Tawarruq diperboehkan oleh ulama terdahulu karena;

Pertama, fuqaha pada masa itu berbeda keadaannya dan alat analisis ekonomi makro

yang dibutuhkan untuk menemukan mafsadah dari efek tawarruq tidak ada pada waktu itu.

Kedua, pengaruh mafsadah dari tawarruq pada ekonomi secara keseluruhan pada saat

sekarang ini tidak ditemui pada waktu itu. Seperti halnya infl asi yang dikarenakan mata

uang, karena memang mata uang saat ini saja sudah berdasarkan utang sehingga gap antara

sektor riil dan keuangan semakin besar.

Page 85: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

75

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tawarruq merupakan bentuk jual beli yang melibatkan beberapa pihak, ketika pemilik

barang menjual barangnya kepada pembeli pertama dengan cara pembayaran tunda (kredit),

kemudian pembeli pertama menjual kembali barang tersebut kepada pembeli lain dengan

tunai. Munculnya perdebatan oleh beberapa kalangan ulama mengenai boleh atau tidaknya

bai‟ tawarruq. Sejumlah ulama berpendapat bahwa bai‟ tawarruq dibolehkan dan telah

diperkenalkan Islam sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan akan likuiditas. Namun,

sebagian lainnya berpandangan bahwa tawarruq adalah sebuah kegiatan muamalah maliyah

yang dibuat-buat untuk menutupi unsur riba dan mengakali keadaan dharurah dalam

kebutuhan akan likuiditas, padahal esensi dari transaksi ini masih tergolong kepada kegiatan

ribawi. Salah satu perkembangan produk keuangan ekonomi syariah adalah perdagangan

komoditas syariah. Dalam hal ini muncul tawarruq kontemporer yang pada zaman dahulu

belum ada dan menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ulama yang

membolehkan menyatakan bahwa tawarruq merupakan transaksi jual beli yang bermanfaat.

Sedangkan ulama yang melarangnya berpendapat bahwa tawarruq hanya akan meningkatkan

jumlah utang yang berarti terjadi mafsadah, karena itu dihukumi haram.

2. Ulama yang membolehkan bai‟ tawarruq dari mazhab Hanafi, Syafii dan Hanbali di

antaranya Abdul Aziz bin Baz dan Muhammad ibn Shaleh al-Uthaymin. Sementara ulama

yang melarang transaksi ini adalah Ibnu Taimiyah dan Abu Hanifah. Sebagian dari mazhab

Maliki juga menganggap tawarruq menyerupai transaksi al-inah. Demikian pula dengan

Umar bin Abdul Aziz, Muhammad bin al-Hasan, Ibnul Qayim, dan Ibnu Taimiyah dari

mazhab Hanbali juga menolak transaksi tawarruq.

Page 86: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

76

3. Dari semua argument pro dan kontra tentang kedudukan tawarruq dalam hukum Islam, sebagian

ulama komntemporer mengizinkan, sepanjang tidak berindikasi kea rah riba. Kondisi tawarruq saat ini

sifatnya berdasarkan pada keinginan (hajah), bukan pada kebutuhan yang mendesak (dharurah).

4. Fatwa DSN-MUI No. 82 2011 tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah.

Tawarruq diaplikasikan ke dalam produk keuangan non bank untuk manajemen likuiditas

industri keuangan. Dalam transaksi perdagangan komoditi bai‟ tawarruq muncul dengan

terpenuhinya unsur-unsur tawarruq di dalamnya, antara lain para pihak; mustawriq/mutawarriq,

muwarriq, objek komoditi, akad murabahah dengan pembayaran tangguh, dan penjualan kembali

kepada pihak ketiga secara tunai.

B. SARAN

Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagi berikut:

1. Inovasi produk-produk keuangan syariah sebagai bagian perkembangan zaman harus

bersumber kepada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan syariah. Dengan memegang teguh prinsip

tersebut maka akan menjadi pembeda yang nyata antara ekonomi syariah dan ekonomi

konvensional.

2. Perlunya kodifikasi produk dan standarisasi atas regulasi yang bersifat nasional maupun

global untuk menjembatani akan adanya perbedaan dalam konteks muamalat. Oleh karena itu

sebagai lembaga fatwa sebaiknya DSN MUI mengeluarkan regulasi (kejelasan boleh dan tidaknya)

tentang tawarruq sebagai pedoman dan aturan yang jelas dalam menjalankan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah. Hal ini tentunya harus dilakukan dengan kajian yang mendalam dan

intensif melalui perbandingan tawarruq pada negara Islam lainnya di dunia.

Page 87: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

77

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim Mustofa, Muhammad, Kamus Bisnis Syariah, Yogyakarta: Asnalitera, 2012.

Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al-Fiqh. Beirut: Dar al-Fikr al-„Arabi, t.t.

Ahmad, Nazih Kamal. Bai‟ al-Kali bi al-Kali. Jedah: Markaz al-Iqtishadi al-Islami, 1994.

Ahyar A. Gayo, Penelitian Hukum tentang Kedudukan Fatwa MUI dalam Upaya Mendorong

Pelaksanaan Ekonomi Syariah. BPHN PUSLITBANG. 2011. hlm. 43.

Ali, Engku Rabiah Adawiah Engku. “Bay‟ Al-Inah and Tawarruq: Mechanisms and

Solutions,” dalam Essential Readings in Islamic Finance. Kuala Lumpur: CERT

Publications, 2008.

Al-Burnu, Muhammad Shadqi bin Ahmad bin Muhammad. Al-Wajiiz fi Iidhahi Qawaid al-

Kulliyyah. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1996.

Al-„Alim, Yusuf Hamid. Maqashid al-„Ammah li al-Syariah al-Islamiyah. Riyadh: al-Dar al-

„Alamiyah li al-Kitab al-Islami, 1994.

Al-Duwaisi, Ahmad bin Abdurrazak. Fatwa-fatwa Jual Beli (Fatawa al-Lajnah al-Daaimah

li al-Buhuuts al-„Ilmiyyah wa al-Iftaa‟). Diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M.

Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2004.

Al-Fasi, Alal. Maqashid al-Syariat al-Islamiyyat wa Makarimuha, T.tp.: Maktabat al-Wihdat

al- „Arabiyah, t.t.

Al-Hajjaj, Muslim bin. Shahih Muslim, vol 3. Beirut: Dar al-Hadis, 1997.

Al-Hakami, Ali bin Abbas. Al-Buyu‟ al-Manhi „anha Nashshan fi al-Syari‟ah al-Islamiyyah.

Mekah: Nadi Makkah al-Tsaqafi al-Adabi, 1990.

Al-Jauziyyah, Abu Abdillah Ibnu Qayyim. I‟lam al-Muwaqqi‟iin. Riyad: Dar Ibnu al-Jauzi,

2003.

Page 88: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

78

Al-Jazairi, Abu „Abd al-Rahman „Abd al-Majid. Al-Qawaid al-Fiqhiyyah: al-Mustakhrajat

min Kitab Ilam al-Muwaqqi‟in. Beirut: Dar Ibnu Qayyim dan Dar Ibnu „Affan, t.t.

Al-Khadimi, Nur al-Din bin Mukhtar. Ilmu al-Maqashid al-Syariah. Riyadh: Maktabah al-

„Abikan, 2001.

Al-Khallaf, Abd al-Wahab. Khulashah Tarikh al-Tasyri‟ al-Islami. Kairo: Fakultas Hukum

Universitas Kairo, t.t.

------------------------------------. Mashadir al-Tasyri al-Islami fi ma la Nashsha Fihi. Kuwait:

Dar al-Qalam, 1993.

Al-Madani, Muhammad Muhammad. Nazhariyyat fi Fiqh al-Faruq Umar bin al-Khattab.

Kairo: Kementerian Wakaf Republik Arab Mesir, 2002.

Al-Nawawi. Shahih Muslim bi syarh al-Nawawi, vol 11. Beirut: Dar al-Fikr, 2008.

Al-Sadlaan, Shalih bin Ghanim. Al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Kubra wa ma Tafarra‟a „Anha.

Riyad: Dar al-Balnasiah, 1996.

Al-Sijistani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud. Beirut: Dar al-Fikr, 2007.

Al-Subki, Taqiyuddin. Kitab al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairazi, vol 10. Jedah:

Maktabah al-Irsyad, t.t.

Al-Suyuthi, Jalal al-Din „Abd al-Rahman. Al-Asybah wa al-Nazhaair. Beirut: Dar al-Kutub

al- „Ilmiyah, 1983.

Al-Syarbini, Muhammad bin Khatib. Mughni al-Muhtaj, vol 2, cet. 1. Beirut: Dar al-

Makrifah, 1997.

Al-Syatibi, Abu Ishak Ibrahim bin Musa al-Lakhim al-Gharnathi. Al-Muwafaqaat fi Ushul al-

Ahkam, vol. II. Beirut: Dar Ibnu al-Affan, t.t.

Al-Tirmidzi, Abu Isa. Sunan al-Tirmidzi, vol 4. Kairo: Dar al-Hadis, 2005.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, vol 4. Beirut: Dar al-Fikr, 1985.

------------------------. “Maqashid al-Syariah al-Islamiyah fi al-Mal wa al-Iqtishad al-Islami.”

Page 89: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

79

Makalah disampaikan pada Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank

Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 13 November 2013.

------------------------. Ushul al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar al-Fikr, 1986.

Amaliah, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.

Depok: Gramata Publishing. 2010.

Amin, Ma‟ruf. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: elSAS, 2008.

Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani

Press, 2001.

Ash-Shidiqie, M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Semarang: Pustaka Rizki. 2001.

Atha, Muhammad Abdul Qadir dan Mustafa Abdul Qadir „Atha, Ed. Al-Fatawa al-Kubra.

Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1987.

Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance. Inggris: John Wiley & Sons, Ltd, 2007.

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqih Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam.

Jakarta: Amzah. 2010.

Bank Islam Malaysia Berhad, Islamic Banking Practice, From Practitioner‟s Perspective,

Kuala Lumpur: BIMB ,1994.

Barlinti, Yeni Salma. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum

Nasional di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,

2010.

Basha, Ahmad Taimur. Al-Mazahib al-Fiqhiyyah al-Arba‟ah: al-Hanafi wa al-Maliki wa al-

Syafii wa al-Hanbali wa intisyaruha „inda jumhur al-muslimin. Kairo: al-Afaq al-

Arabiyah, 2001.

Chapra, M. Umer. The Future of Economics An Islamic Perspective: Landscape Baru

Perekonomian Masa Depan. Penerjemah: Amdiar Amir, dkk., Jakarta: Shari‟ah

Page 90: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

80

Economics and Banking Institute, 2001.

Crowther, Jonathan. Ed. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary. Oxford: Oxford University

Press, 1995.

Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 1996.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI, vol 1. Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,

2006.

----------------------. Mengenal Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:

DSN- MUI, 2011.

Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di

Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007.

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema

Insani Press, 2003.

Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

----------------------------. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos, 1995.

----------------------------. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga

Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

----------------------------. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah. Jakarta:

Sinar Grafika, 2012.

Djazuli. A, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam, cet. Ke-3 Jakarta:

Prenada Media Group. 2006.

Dusuki, Asyraf Wajdi. “Commodity Murabahah Programme (CMP): An Innovative

Approach to Liquidity Management,” dalam Essential Readings in Islamic Finance.

Kuala Lumpur: CERT Pubications, 2008.

Page 91: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

81

Ediana, Dian, Transaksi Derivatif dan Masalah Regulasi Ekonomi Di Indonesia, Jakarta: PT.

Elex Media Kompotindo, 2008.

Edward, Franklin R. dan Cindy W. Ma. Futures and Option. Singapura: Mc. Graw Hill,

1992.

Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah: Ditinjau dari Aspek Hukum dan Politik. Bandung:

Fajar Media, 2013.

Hull, John C. Introduction to Futures and Options Markets. New Jersey: Prentice Hall, 1995.

Ibnu Abidin. Radd al-Mukhtar, vol 7. Riyad: Dar „Alam al-Kutub, 2003.

Ibnu Majah, Muhammad bin Zaid al-Qazwini. Sunan Ibnu Majah, vol 3. Kairo: Dar Ibnu al-

Haitsam, 2005.

Ibnu Manzur. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Sadr, t.t.

Ibnu Qudamah. Al-Mughni, vol 6. Riyad: Dar „Alam al-Kutub, 1997.

Ibnu Taymiyyah, Taqiyuddin Ahmad. Majmu‟ al-Fatwa Kitab al-Fiqh, vol 29. Beirut: Dar al-

Wafa, 2005.

Ibrahim, Muhammad bin. Al-Hiyal al-Fiqhiyyah fi al-Muamalat al-Maliyah, cet. 1. Kairo:

Dar al- Salam, 2009.

Irianto, Sulistyowati. “Memperkenalkan Studi Sosiolegal dan Implikasi Metodologisnya”

Dalam Metode Peneliian Hukum: Konstelasi dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2009.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press,

2011.

Ka‟bah, Rifyal. Hukum Islam di Indonesia: Perspektif Muhammadiyah dan NU. Jakarta:

Universitas Yarsi, 1999.

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam. Al-Mausuu‟ah al-Fiqhiyyah, juz 9. Kuwait:

Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam, 1987.

Page 92: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82

Khan, Muhammad Akram. Islamic Economics and Finance: A Glossary. London: Routledge,

2003.

Komisi Fatwa MUI. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa. Jakarta: Komisi Fatwa MUI,

t.t.

Maksum, Muhammad. “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam

Merespon Produk-produk Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011.”Disertasi Doktor

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.

Majelis Ulama Indonesia, Pengantar Komisi Fatwa MUI dalam Hasil Munas VII Majelis

Ulama Indonesia. Jakarta: Sekertariat MUI. 2005.

Mingka, Agustianto. Maqashid Syariah: Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jakarta:

Ikatan Ahli Ekonomi Islam, 2013.

Mudzhar, Atho. “The Legal Reasoning and Socio-Legal Impact of the Fatwas of the Council

of Indonesian Ulama on Economic Issues,” dalam Jurnal Ilmu Syariah Ahkam.

Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, cet. 1. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus

Fakultas Ekonomi UII, 2004.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia: Al Munawwir. Yogyakarta: Pustaka

Progressif, 1997.

Nadratatuzzaaman, Muhamad. Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.

Nafis, Cholil. Teori Hukum Ekonomi: Kajian Komprehensif Tentang Teori Hukum Ekonomi

Islam, Penerapannya dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Penyerapannya ke

dalam Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: UI Press, 2011.

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:

Bulan Bintang, 1975.

Page 93: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

83

Putri, Shima Kencono. “Tinjauan Yuridis Transaksi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan

Prinsip Syariah (PUAS) Menggunakan Akad Murabahah Melalui Piranti Sertifikat

Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA).” Skripsi

Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2012.

Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru, 1990.

Renti D., Allystia M. “Perdagangan Berjangka Komoditi dan Kajian Hukum Kontrak

Derivatif FOREX dan Indeks Saham Asing Dalam Industri Perdagangan Berjangka di

Indonesia,” Jurnal Hukum dan Pembangunan, no. 1, tahun ke-42 (Januari 2012).

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tetapi

Solusi . Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Sabiq, Sayyid. Fikih Sunah (12) dan (13). Bandung: Al-Ma‟arif, 1988.

Sam, M. Ichwan. Et al. Tanya Jawab Seputar Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia. Jakarta: Sekretariat DSN-MUI, 2011.

Samsul, Mohamad, Pasar Berjangka Komoditas dan Derivatif, Jakarta: Salemba Empat,

2010.

Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2010.

Sinungun, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya.

Jakarta: Jayakarta Agung Offset, 2010.

Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.

------------------------- dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.

Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Sutedi, Adrian, Produk-Produk Derivatif Dan Aspek Hukumnya, Bandung: Alfabeta, 2012.

Page 94: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

84

Syafi‟i Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,

2001.

Syakir, Muhammad bin Sa‟d bin. Fiqh Umar bin Abd al-Aziz, vol 1. Riyad: Maktabah al-

Rusyd, 2003.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, vol 2. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2005.

Thahhan, Mahmud. Taisir Mushthalah al-Hadis. Surabaya: Penerbit al-Haramain, t.t.

Walter, Elizabeth. Ed. Cambridge Advanced Learner‟s Dictionary. Cambridge: Cambridge

University Press, 2008.

Wangsawidjaja, A., Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2012.

Zaid, Abd al-Azhim Jalal Abu. Fiqih Riba: Studi Komprehensif Tentang Riba Sejak Zaman

Klasik Hingga Modern (Fiqh al-Riba: Dirasah Muqaaranah wa Syaamilah li al-

Tathbiqaat al-Mua‟ashirah). Diterjemahkan oleh Abdullah. Jakarta: Senayan Publishing,

2011.

Peraturan Perundang-undangan dan Fatwa DSN MUI:

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank

Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip

Syariah, PBI No. 14/1/PBI/2012, LN No. 2 DPM Tahun 2012, TLN No. 5270.

-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan

Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah, SEBI No.

8/19/DPbs tanggal 24 Agustus 2006.

-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia tentang Sertifikat Investasi Mudharabah

Antarbank, SEBI No. 14/2/DPM Tahun 2012.

-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum dan Perusahaan

Page 95: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

85

Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing perihal Sertifikat Perdagangan

Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank, SEBI No. 14/3/DPM Tahun 2012.

-------------------.PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana

Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Mahkamah Agung. Peraturan Mahkamah Agung RI tentang Kompilasi Hukum Ekonomi

Syariah. Perma No. 2 Tahun 2008.

Dewan Syariah Nasional. Fatwa No. 82/DSN-MUI/VIII/2011.

Internet:

Abbaspour, Reza. “Future Contracts In Trading From the Perspektives of Juridical Issues,”

www.ipedr.com/vol22/20-ICEBM2011-M10004.pdf, akses pada 13 April 2017.

Al-Arabiya News, “Market-Friendly Rullings Promote Islamic Finance,”

http://www.alarabiya.net/articles/2009/08/27/83052.html, akses pada 27 Desember

2016.

Al-Esaikh, Nourah Mohammad. “Jurisprudence on Tawarruq: Contextual Evaluation on

Basis of Customs, Circumstances, Time and Place”

http://etheses.dur.ac.uk/3188/1/MA_Thesis.pdf, akses pada 19 September 2017.

Al-Shalhoob, Salah. “Organised Tawarruq in Islamic Law: A Study of Organised Tawarruq

as Practised in the Financial Institutions in Saudi Arabia.”

http%3a//faculty.kfupm.edu.sa/IAS/shalhoob/organised%2520tawarruq%2520in%252

0Islamic%2520law%2520(Conf%252023%2520Apr%25202007).pdf, akses 9

Oktober 2016.

Al-Zuhaili, Wahbah. “Tawarruq, Its Essence and Its Types: Mainstream Tawarruq and

Organized Tawarruq” http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Markets/a%20(65).pdf.

Akses 9 Oktober 2017.

Page 96: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

86

Amin, Ma‟ruf. “Fatwa MUI Komoditi Syariah” Buletin Kontrak Berjangka. (Agustus 2011),

hlm. 4. http://www.bappebti.go.id/publication/bulletin/download/bulletin_2012-11-

13_10-59-50_info.pdf.html, akses pada 21 April 2017.

Asmak Ab Rahman dkk., “Bay‟ Al-Tawarruq dan Aplikasinya dalam Pembiayaan Peribadi

di Bank Islam Malaysia Berhad,” Shariah Journal, Vol.18:2, November 2010.

Bappebti, “Glossary” http://www.bappebti.go.id/id/edu/glossary/15.html, akses pada 1

Mei 2016.

Bursa Berjangka Jakarta (BBJ)/Jakarta Future Exchange (JFX), http://jfx.co.id/tentang-jfx-

46-sekilas-jfx.html, akses 6 Agustus 2016.

“JFX Gebrak Ekonomi Syariah”, Buletin Kontrak Berjangka, (Oktober 2011), hlm. 4.

http://www.bappebti.go.id/publication/bulletin/download/bulletin_2012-11-13_10-58-

03_info.pdf.html, akses pada 10 Juli 2017.

Kamali, Mohammad Hashim. “Fiqhi Issues In Commodity Futures”,

http://www.hashimkamali.com/index.php/publications/item/77-fiqhi-issues-in-

commodity-futures, akses pada 13 April 2017.

Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Indonesia, http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-

dan-stabilitas/bookletbi/Documents/BPI%20Tahun%202014.pdf , akses 9 Oktober

2016.

Lunching Fatwa DSN-MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011,

http://www.dakwatuna.com/2011/08/09/14005/mui-sahkan-fatwakomoditas-

syariah/#ixzz3xgVBt2Fj, akses 9 Oktober

2016.

Mekanisme Transaksi Pembiayaan Peribadi BIMB, http://www.bankislam.com.my, akses 17

September 2017.

Minhajat, Imam Sastra. “Parameter Komoditi Syariah”,

Page 97: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

87

www.bappebti.go.id/id/topdf/create/129.html, akses pada 13 April 2017.

Profil Bursa Malaysia Suq Al-Sila, http://www,

http://www.bursamalaysia.com/market/islamic-markets/products/bursa-suqal-sila/,

akses 17 September 2017.

Siddiqi, Mohammad Nejatullah. “Economics of Tawarruq: How its Mafasid overwhelm the

Masalih.”, http://www.siddiqi.com/mns/Economics_of_Tawarruq.pdf, akses pada

13 April 2017.

Tawarruq Dalam Perspektif Hukum Islam, http://www.

duscikceolah.wordpress.com/2009/08/03/hukum-tawarruq-berdasarkankajian-fiqih-

terpadu/, akses 6 Agustus 2016.

Shareholder JFX, http://jfx.co.id/tentang-jfx-48-pemegang-saham-jfx.html, akses 6 Agustus

2016.

Spesifikasi Kontrak Berjangka Kakao, http://www.jfx.co.id, akses 6 Agustus 2016.

Page 98: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

88

Page 99: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

FATWA

DEWAN SYARIAH NASIONAL

NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011

Tentang

PERDAGANGAN KOMODITI BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

DI BURSA KOMODITI

���������������� ��������� ��

Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah:

Menimbang : a. bahwa di kalangan masyarakat dan Lembaga Keuangan Syariah

muncul kebutuhan untuk melakukan perdagangan komoditi

yang memenuhi prinsip syariah di Bursa;

b. bahwa dalam merespon kebutuhan tersebut, Bursa memerlukan

landasan syariah untuk menyusun peraturan dan tata tertib

(PTT) dan menyediakan sistem yang sesuai dengan prinsip

syariah dalam pelaksanaan perdagangan komoditi;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dikemukakan

dalam huruf a dan b, DSN-MUI memandang perlu menetapkan

fatwa tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip

Syariah di Bursa untuk dijadikan pedoman dan landasan

operasional.

Mengingat : 1. Firman Allah s.w.t.:

a. QS. al-Ma’idah [5]: 1:

������������������������������������ �!"�����#$ ���� %��“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu…”

b. Q.S al-Isra’ [17] :34 :

….�������������&�����'��(��)#�����"'�*�)#���������+,---��“… Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu

akan dimintai pertanggung jawaban…”

c. QS. al-Baqarah [2]: 275:

---���."/���"0���������1 ����2� ������3���4��---��

Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat 10320

Telp. (021) 390 4146 Fax: (021) 3190 3288

Page 100: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 2

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

“…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan

mengharamkan riba....”

d. QS. al-Baqarah [2]: 278:

��������5������6���(��'�*����1 ��������7�������������8�9���:��������;������������ �!"�����#$ ���� -��“Hai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman.”

e. QS. al-Nisa’ [4] : 29:

��'��<�;� �'��� ",�*� �0�=��4������ ���<������� ���<���������� ����/�(�>�;� �,� ��������� �� �!"��� ��#$ ���� ���<�����?@�� �;���A�+B�8��C�;---��

“Hai orang yang beriman!Janganlah kalian memakan

(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika

berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di

antara kalian....”

f. QS. al-Baqarah [2]: 283:

---�!"���1��5���/����DE��������<�E������������'�F���.���8�:����G�6�������H�.�6�I���������;�J��K---��“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang

lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.

g. QS. al-Nisa’ [4]: 58:

� ��."/���"'�*��L���������������6��<�����9�*�����#�/�M���N���*��O��I���:P�����$��5�;��'������(� ���>�Q�)�������������<�R�;��'���---��

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan

amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila

kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah

kamu menetapkan hukum dengan adil….”

2. Hadis Nabi s.a.w.:

a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit,

riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan riwayat Imam Malik

dari Yahya:

"/�S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T� �."/��� �Q��S�8� "'����8�� �U� �,��� �8� �U� �,� �'��� N�E�V� ��W�.X Y��.X�����Z��[�����B��4A�A�\�.��S]�^�6<���_�H2�<�P�

�^�4���_�` )a���V8�Hb8�c� E ���.���\�d����_effg�b��8��H7h�A�i�����HL�4A����A�)j�k��

Page 101: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 3

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

“Rasulullah s.a.w. menetapkan: Tidak boleh membahaya-

kan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)

membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang

lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).”

(HR. Ibnu Majah)

b. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah:

Q��V� �B� � � �M� 7����� ��A� _� �Q��S�8� N�#�I"/���.��3����� ��A� ��"/�S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T���8� �l���� �3����� ��A����B��[�R���W�\��/���.X Y�.R�RT]^�6<���_�Hm��4��

^��� _n8� �o� �.���� K�!"��� �3���4������ �B��[�R���� �3����� �'�p�q��` )a�� �V8� H�_frsfk��

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah

s.a.w. melarang jual beli hashah dan jual beli yang

mengandung gharar,” (HR. Muslim).

c. Hadis Nabi riwayat Imam al-Bukhari:

�t�C����� ��A�N�#�I� ��"/�S��� �.���/�A� �."/���N"/�T� �."/��� �Q��S�8� "'��� � ��A� ����� ��A�-W�.X Y��.R�RT�\�u8�v4��]�^�6<����_�^�4���H0�w��_���b < ��

�` )a���V8�HtX��6���_xyys�k��Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah s.a.w.

melarang (untuk) melakukan najsy (penawaran palsu).”

(H.R Bukhari).

d. Hadis Nabi riwayat Ibnu Abbas:

��A"/��� �7�U�8� ?L��4�A� �������.���/�A� �."/��� N"/�T� �."/��� �Q��S�8� �Q��V� �Q��V� ���#���A� �.?���4���n �U�����3�4� ��,����'��4�($ ������"��/�;��,���"/�S���-?L��4�A����,���Z�/������Q��V�_����

� �Q��V� z?���4��� n �U���� �3��4� � �,� �.�����V� _�D8�����S� �.��� �'��<� � �,� -W�.X Y�v4��^�6<��� H.R�RT�\�u8�� _^�4��� Hm��4��� _���4�� U���3�4 �0M

�` )a���V8�H.��� �0M�� X��{l��_e|gf�k��Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, berkata: Rasulullah saw

bersabda: “Jangan kamu sekalian menghadang para

pengendara (pembawa barang dagangan, pen.) dan jangan

melakukan bai’ hadhir li-bad (orang kota menjual kepada

orang desa).” Ia (periwayat) berkata: Aku bertanya kepada

Ibnu Abbas: Apa arti: “Jangan melakukan bai’ hadhir

li-bad?” Ia menjawab: Orang kota tidak boleh menjadi

perantara (calo) bagi orang desa. (HR. Bukhari).

Page 102: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 4

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

e. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Hakim bin Hizam:

� �Z���;��� �Q��V� ?2��}��� ���� ����<��� ��A�Q��S�8� �."/���~�/S�� .�/A� ��� N/T�~������ �.��� �m��6����� K�)���A� ������� ���� �3���4���� ���� N�����>��� � �0�X� ��� N����;�>� � �Z�/����

��Q��V�H�.����������������$���������)���A�������������3�4�;��,��-W.X Y�u!� 6����\��^�6<���H.��S�_�^�4���Hm��4���_�H�)�A�������3�����M (�\���X��

` )a���V8�_gg�fk��Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Saya

menemui Rasulullah s.a.w., lalu berkata: Seorang laki-laki

datang kepadaku meminta agar saya menjual suatu barang

yang tidak ada pada saya, saya akan membelikan untuknya

di pasar, kemudian saya menjualnya kepada orang tersebut.

Rasulullah saw. menjawab: “Janganlah kamu menjual

sesuatu yang tidak ada padamu,” (HR. Tirmidzi).

f. Hadis Nabi riwayat dari Hakim bin Hizam:

�u���8�Q��V�?2��}�����������<���"'����_�Z�/�V�_��� �Q��S�8��DA������u� �6�����71I�*��."/����Q��V� z�7�/�A� �2� �R� � ������ ��#����� 7��� �0�R� � ����� _��.���4�;� �p��� �D������ �Z� � �6���� ��9�F��

�.�E�4���;� N�6��� � -W� .X Y�� ^�6<��� � Hb)���� \� )j�� _H��<��� )�����^�4��� _��V8�H�/S��.�/A����N/T������A�2�}�������<��)���

�` )a��_gyrrrk-��“Diriwayatkan bahwa hakim bin Hizam berkata : Aku

berkata : Wahai Rasulullah saw : Aku membeli beberapa

barang; apa yang halal dan yang haram saya lakukan?

Rasulullah saw bersabda : Jika engkau membeli sesuatu,

jangan engkau menjualnya kecuali setelah engkau

terima/kuasai (taqabudh).”(HR. Ahmad)

g. Hadis Nabi riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar:

�Q��V� � ��A� ���� �."/��� �)�4�A� ��A� _� �Q��S�8� �Q��V�."/���S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T���"/�_�.�V� �A����C� ��'����0�4�V��b� �X����{�X:P������q�A�-W�.X Y��.��S�\�.X�������]

^�6<���_^�4���H2�<�P��_�` )a���V8�H�� XP�� X��_eyfyk��Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata, Rasulullah

saw bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum

keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)

Page 103: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 5

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

h. Hadis Nabi riwayat ‘Abd al-Razaq dari Sa‘id:

� �7�4����� "'��� �.���A� ���� �7�U�8� ?)�����S� ��A��N"/�T�Q��V� ��"/�S��� �.���/�A� ����� _�������.�;� �X��� 1������/��� �D ���X��� � �X�>�6�SW�H2p���� 04S� H��� ��� )4A� b��8�)��

��B8�X,���B�V�����^���H�pR<���0�A�����f]se�H` )a���V8�_�-��

“Dari Abi Sa‘id radhiyallah ‘anhu, sesungguhnya

Rasulullah saw bersabda: ‘Barang siapa mempekerjakan

pekerja, beritahukanlah upahnya.” (HR. ‘Abd al-Razaq).

i. Hadis Nabi riwayat dari Abi Sa’id al-Khudri dan Abi

Hurairah:

� �B� � � �M�7����� ��A��� 1u�8�)�v���� ?)����S�7����� ��A�7�U�8��Q��S�8� "'��� ���#���A� �."/�����.���/�A��."/���N"/�T��."/����"/�S���� �4���Y�N�/�A�+p�X�8��0����6�S���b:���C���H?�����X�? ��6���

��� �Q��S�8� �Q�������"/�S��� �.���/�A� �."/���N"/�T� �."/� _�Q��V�z��!�<�M� � �4���Y� � ��;� �0�(���_�H����A��[����� ��!�M� ���� �m��[��� �!�Y�>����� ��I�*� H�."/��� �Q��S�8� �� � �."/����� H�,

"/�S����.���/�A� �."/���N"/�T��."/��� �Q��S�8��Q������H�����p"������ ����A��[�������_�H�0�����;� �,�D4����X� ���M��8�)����� �3�6���� ����� H���M��8�)����� �3��C���� �3��� -W�\� u8�v4��� .X Y�

^�6<���H.R�RT�_^�4���Hm��4���_��V8�H.���{Y� 6�� ��3�����8���9*�` )a��_e|�|k-��

“Dari Abi Said al-Khudri dan Abi Hurairah r.a., bahwa

Rasulullah saw menugaskan seorang sahabat di Khaibar.

Kemudian Sahabat tersebut datang kepada Rasulullah saw

membawa kurma yang bagus. Rasulullah saw bertanya:

Apakah seluruh kurma Khaibar seperti ini? Sahabat itu

menjawab: Tidak, wahai Rasulullah saw. Kami menukar

satu sha’ dari kurma bagus ini dengan dua sha’ korma

(biasa, pen.), dan menukar dua sha’ dari kurma bagus ini

dengan tiga sha’ korma (biasa, pen.). Maka Rasulullah saw

bersabda: Jangan engkau lakukan itu, tapi juallah kurma

dengan dirham; kemudian dengan dirham tersebut, engkau

membeli kurma yang bagus”. (HR. Bukhari).�j. Hadis Nabi riwayat dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani:

���A�17�I�}�����?����A������? ��A�A�.�������."/���N"/�T��."/����Q��S�8�"'����b1)�X���A��Q��V���"/�S����.���/�A�_n}����X����/$[���*�����/������������� ������+,�p����2� ����DR�/�T�",

�"0����������+,�p����2� ����+=� ���",�*����#�=�� ���N�/�A��'���/���������H�D��� ���"0����

Page 104: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 6

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

�D��� ��.N����A��������Q��V��_n���R�T�n������̀ �)�����!�M�-W�u!� 6���.X Y��.��S�\]^�6<���_�P�^�4���H2�<�_�H�/[���\����Q�S8�A� (9��

�` )a���V8�_gere�k��Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, dari ayahnya,

dari kakeknya, Rasulullah s.a.w. bersabda:“Perdamaian

boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat

dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram.” (H.R Tirmidzi)

3. Kaidah fikih:

���� �� ������������ �������P��N��� �0�T:P�������� "Q�)� � ����� � �R�6���N�/�A� �0����W� -�b�4�P��7=���/�� �� �����_x|k��

“Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh

dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya.”

^~� ��'��<������� �8�)����� �3���)� � �8� �E���W� -�H2�<�P�� �/¡� ¢ �� 2�<a�� 88�O�{��H� �Yp���_�B�����H��� �����6<�������*�8��fg��g�]yek��

“Segala madharat (bahaya, kerugian) harus dihindarkan

sedapat mungkin.”

O~� �� �Q��}� � �8� �E���WB M����� H7=���/�� �� ����� b�4�P�� _�H2p���� 8��e||y� £� HeG�/�;�� G��¤� H� _�8���A� ¥����� ��;� )¦� )¦

�§�H¥���g�¨�Heg|k��“Segala madharat (bahaya, kerugian) harus

dihilangkan.”

©~� ����R�/�[������� �£������� �����A� ��� �N/�A� �2�������� ��$ �[�;W��b�4�P�� H7=�����B M�����H �� �����_�H2p����8��e||y�£�HeG�/�;��G��¤�H�_�)¦

�§�H¥����8���A�¥����� ��;�)¦g�¨�Herxk��“Tindakan atau kebijakan Imam [pemegang otoritas]

terhadap rakyat harus berorientasi pada mashlahat.

�§~���������[��������/�X�����N��������)�S�����������8��W7=������H �� �����b�4�P��HB M�����_�H2p����8��e||y�£�HeG�/�;��G��¤�H�_� ��;�)¦�)¦

�§�H¥����8���A�¥����g�¨�Hegrk��

Page 105: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 7

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

“Mencegah mafsadah (kerusakan) lebih diutamakan

daripada mengambil kemaslahatan.”

¢~� ��2�� �R����N���*�K������� � � n2�� ����#�W�)A��V2�<�P��}��� 2�IP��ª�[��\��O�{��H2p����)4A��� )���_�H��/�����6<���8��e]eg�k��

“Apa saja yang menjadi perantara (media) terhadap

perbuatan haram, maka haram pula hukumnya”�

Memperhatikan : 1. Pendapat Ibnu Qudamah:

�Z����X�����N��*� �����A���� ���X��R���� "'�>����� H���/��C���� 7��� ������(������ ������X� N�/�A� �����P���«0�(���<�� ��,��.�I�F���H�i���9 ���?)������0�� ��H��#����*����X��R�����Z�A�)���H�.����*��§��6�R� �����

W�H���)V��,�¬l��B M�����_�H` )a��8��e||y�H�]�gk��“Umat (ulama) telah sepakat bahwa secara garis besar

wakalah itu hukumnya boleh; dan karena hajat (kebutuhan)

orang pun mendorong untuk melakukan wakalah. Tidak setiap

orang bisa melakukan langsung apa yang ia butuhkan. Dengan

demikian, ada kebutuhan terhadap wakalah tersebut.”�2. Pendapat Ibnu Qudamah :

� "'�F��� H?0���X� � ���o��� ?0���C��� �0���(���6��� �����C� ��� �.���/�A� ���� N"/�T� �7�4�������"/�S��� �.�������Q���4�V� �7��� ?3����8� ������� H?B���� ���� ��� �7��� �B��� �A��� H1)�R���� ������V�*� �7��� �D����I��� �0"(��

����¢��<1����+�����A����#����0���C� ����O��V�)�[����­�4������.�����A��̀ ���4� ��'��(����?0���X�� ���lW�H���)V����dl��®B M�����_�H` )a��8��e||y¯§�H�-x�¨�Hyxsk��

“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan

maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi

wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Unais untuk

melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli

kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah,

(semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga

mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat)

dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.”

3. Pendapat Imam Syaukani:���� �.��������i���9� �)����� �B� �X�P��� �!�Y��� �.��� �����C� � �m$ �4�6��� K���I� ���� "'��� N�/�A� �0������� �DE�

W��0�IB M�����H��(�°/��8�=�P�_�8��` )a��He|||�Hy]�erk��“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang

yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’ boleh menerima

imbalan.”.

Page 106: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 8

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

4. Pendapat Tim Penyusun Ensiklopedi Fiqh Islam Kuwait :

� ? �X�>��� ������(������W?0���C��� k��0���C���� �0��(������ $G�R�6������� H�O��8��X����� ���<��� ��#��<����0±(�������N��*��.������0±(�����������/���6��²�������'��(��'*����<�� �.���/���;� �X:P����.�/����-

WZ �<��� H��/�������A�³���#����� �A�S���� _�H��6 �<�����V�P�� B8���gg]fey�k��

Wakalah dengan upah (imabalan) hukumnya sama dengan

hukum ijarah. Wakil berhak mendapatkan upah dengan

menyerahkan obyek yang diwakilkan kepada yang mewakilkan

jika obyek tersebut bisa diserah-terimakan, maka ia berhak

mendapatkan upah.�5. Pendapat al-Mirdawi :

Q�� �� u��� ���� _� H?)���I� N��*� �§��6���� ����K� �6������?�������� +������� u������ � �����L�>��� �p��� ������Y��� -�.���/�A� �́ �I� -���M�����M�!������ -�̂ ��R�T:P��� �.���/�A��� -��7�M��

��$8���6��� �����>����� -W��}³�� Hu��� /���pw�����X� ��� �� ���\���[I���R�T�H3�� ���_ffsk��

Imam al-Mirdawi berkata: jika seseorang membutuhkan uang,

kemudian ia membeli barang yang seharga 100 dengan harga

150, maka hukumnya boleh. Ini adalah pendapat Madzhab

(Hanbali); dan masalah tersebut dinamakan tawarruq.

6. Pendapat Ibnu al Humam:

�2�µ�����Q�� ��_��'����0����@� ��� ��'����Q��&�������N���>������'�� �)������§��6�R� � �'�>�(� �°�A�u������ ������3��4� ?0�X���N��*�� �°�A�������v���+BH��.� � �6�°������'�� �)�����7����.����4� ���

���$����"�����?B� �°����� �¶��H��"���������·���V��.�/����V��0�X:P���"'�F�����!�M��7����L�>����,��n̂ ��)��������M��0���H�D�������.���/�A�?��X����� ���o��@� �������W�-�6��H� �)µ��¢ �� )����

�R�T�H3�������}³��H2�µ���,�_egfk

Ibnu al-Humam berkata: Seperti orang mau berutang, tapi

pihak yang diminta untuk memberikan utang enggan

memberikan pinjaman (utang), ia malah menjual kepada orang

itu barang yang seharga 10 dengan harga 15 secara tangguh.

Kemudian orang itu pun membeli barang tersebut dan

menjualnya di pasar dengan harga 10 secara tunai. Jual beli

seperti itu hukumnya boleh, karena tangguh (kurun waktu

pembayaran) itu berimbal harga. Sedangkan memberikan

pinjaman (utang, qardh) hukumnya tidak wajib, tetapi sunnah.

Page 107: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 9

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

7. Al-Ma’ayir Al-Syar’iyah. (2010, h. 413)

� ������� ��$8���6���+��l���T����X��R�/��� �}���X��� ���I�*��� H�0� ����6��� ����� �8�����6�S�,��� �̧ ���T� ����� �'��� �O����S�5����� N�/�A� ��!����� H��#�=��� �°�����������$���� � �������6��� ��$8���6��� N�/�A� �2�)���;� ",

�������(����������������8��E�������� �=���A��Q�����:P���N±��/�6����)�#�C�����Q�!�������+,�)�����#�6���/�������M� ���o������ �8�����6�S�,��� �G� ������[�������� �8�����6�S�,�����-��� ����.�����#�;�����)�v�6�S��� �[����7�l�4

���#���p��A��B�8����Y���$��C�;������X��R���������4�/�6�����������$����7����́ �������������}�C������u������6����#�6���/��A�� �����;��W�-�H��A °���{ ����e|g|�_ygfk

Tawarruq bukan merupakan skema investasi maupun

pembiayaan. Tawaruq hanya dibolehkan karena hajat (ada

kebutuhan) dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Oleh

karena itu, lembaga keuangan syariah (LKS) tidak boleh

melakukan tawaruq dalam memenuhi kebutuhan likuiditas

operasionalnya, untuk menggantikan penerimaan dana melalui

produk mudharabah, wakalah untuk investasi, produk

reksadana, dan sebagainya. Tawaruq hanya boleh digunakan

untuk menutupi kekurangan (kesulitan) likuiditas, menghindari

(meminimalisir) kerugian nasabah, dan mengatasi kesulitan

operasional LKS.

8. Substansi fatwa DSN-MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Murabahah

9. Keputusan DSN tentang Murabahah Komoditi Tahun 2007.

10. Surat dari Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 13/33/DpG/DPbS

tanggal 11 April 2011 yang berisi rekomendasi Working Group.

11. Surat dari Direksi PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) No.

L/BBJ/DIR/02-11/100 tanggal 25 Februari 2011.

12. Hasil Workshop DSN-MUI dengan BBJ; tanggal 09 Mei 2011.

13. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada Jumat,

05 Agustus 2011 M./05 Ramadhan 1432 H.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa

Komoditi

Pertama : Ketentuan Umum

Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:

1. Bursa adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures

Exchange) yang telah memperoleh persetujuan dari Badan

Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)

untuk mengadakan kegiatan Pasar Komoditi Syariah;

2. Perdagangan adalah perdagangan komoditi di Bursa

berdasarkan prinsip syariah berupa kegiatan jual beli komoditi

antara Peserta Pedagang Komoditi dengan Peserta Komersial,

antara Peserta Komersial dengan Konsumen Komoditi; dan

Page 108: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 10

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan, jual beli

dilakukan antara Konsumen Komoditi dengan Peserta

Pedagang Komoditi;

3. Perdagangan Serah Terima Fisik adalah perdagangan yang

diakhiri dengan penerimaan komoditi secara fisik oleh

Konsumen Komoditi sebagai pembeli;

4. Perdagangan dengan Penjualan Lanjutan adalah perdagangan

yang dilanjutkan dengan penjualan komoditi oleh Konsumen

Komoditi;

5. Komoditi di Bursa adalah komoditi yang dipastikan

ketersediaannya untuk ditransaksikan di Pasar Komoditi

Syariah sebagaimana ditetapkan oleh Bursa atas Persetujuan

Dewan Pengawas Syariah, kecuali indeks dan valuta asing;

6. Penjual adalah Peserta Pedagang Komoditi, Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) yang menjadi Peserta Komersial,

atau Konsumen Komoditi;

7. Pembeli adalah Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi,

dan Peserta Pedagang Komoditi dalam perdagangan dengan

penjualan lanjutan;

8. Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan

stock komoditi di Pasar Komoditi Syariah;

9. Peserta Komersial adalah LKS yang membeli komoditi dari

Pedagang Komoditi;

10. Konsumen Komoditi adalah pihak yang membeli komoditi dari

Peserta Komersial;

11. Peserta Agen adalah pihak yang melaksanakan amanat Peserta

Pedagang Komoditi atau melaksanakan amanat Peserta

Komersial;

12. Wa‘d adalah janji sepihak yang disampaikan salah satu pihak

untuk melaksanakan suatu transaksi;

13. Bai‘ adalah jual beli, yaitu pertukaran harta dengan harta yang

menjadi sebab berpindahnya kepemilikan obyek jual beli;

14. Murabahah adalah penjualan suatu barang (komoditi) dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli

membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba;

15. Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak

(Muwakkil/pemberi kuasa) kepada pihak lain (wakil) untuk

melakukan hal-hal yang boleh diwakilkan;

16. Qabd adalah penguasaan komoditi oleh pembeli yang

menyebabkan ia berhak untuk melakukan tindakan hukum

(tasharruf, seperti menjual) terhadap komoditi tersebut,

menerima manfaat atau menanggung risikonya;

Page 109: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 11

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

17. Qabdh Haqiqi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli atas

fisik komoditi yang dibelinya;

18. Qabdh Hukmi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli

secara dokumen kepemilikan komoditi yang dibelinya baik

dalam bentuk catatan elektronik maupun non-elektronik;dan

19. Muqayadhah adalah salah satu bentuk jual beli yang berupa

pertukaran komoditi dengan komoditi lainnya, baik pertukaran

antar komoditi yang sejenis maupun pertukaran antar komoditi

yang berbeda jenis;

Kedua : Ketentuan Hukum

Perdagangan Komoditi di Bursa, baik yang berbentuk Perdagangan

Serah Terima Fisik maupun yang berbentuk Perdagangan Lanjutan,

hukumnya boleh dengan memenuhi ketentuan yang diatur dalam

fatwa ini.

Ketiga : Ketentuan mengenai Perdagangan

1. Komoditi yang diperdagangkan harus halal dan tidak dilarang

oleh peraturan perundang-undangan;

2. Jenis, kualitas, dan kuantitas komoditi yang diperdagangkan

harus jelas;

3. Komoditi yang diperdagangkan harus sudah ada (wujud) dan

dapat diserahterimakan secara fisik;

4. Harga Komoditi yang diperdagangkan harus jelas dan

disepakati pada saat akad (Ijab qabul);

5. Akad dilakukan melalui penawaran dan penerimaan yang

disepakati para pihak yang melakukan perdagangan dengan

cara-cara yang lazim berlaku di Bursa;

6. Penjual harus memiliki komoditi atau menjadi wakil pihak lain

yang memiliki komoditi;

7. Penjual wajib menyerahkan komoditi yang dijual kepada

pembeli dengan tata cara dan waktu sesuai kesepakatan;

8. Pembeli wajib membayar komoditi yang dibeli kepada penjual

dengan tatacara dan waktu berdasarkan kesepakatan; dan

9. Pembeli boleh menjual komoditi tersebut kepada selain penjual

sebelumnya/pertama hanya setelah terjadi qabdh haqiqi atau

qabdh hukmi atas komoditi yang dibeli.

Keempat : Ketentuan mengenai Bursa

1. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme

perdagangan komoditi yang tidak bertentangan dengan prinsip-

prinsip syariah;

Page 110: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 12

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

2. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme yang

memungkinkan terjadinya serah fisik komoditi yang

diperdagangkan;

3. Bursa tidak boleh membuat peraturan yang melarang

terjadinya serah-terima fisik komoditi yang diperdagangkan;

4. Bursa wajib menyediakan sistem perdagangan di Bursa;

5. Bursa wajib melakukan pengawasan terhadap perdagangan di

Bursa;

6. Bursa boleh menetapkan syarat-syarat tentang pihak-pihak

yang melakukan perdagangan di Bursa.

Kelima : Ketentuan mengenai Mekanisme Perdagangan Serah-Terima

Fisik

1. Konsumen Komoditi selaku pembeli memesan kepada Peserta

Komersial dan berjanji (wa’d) akan melakukan pembelian

komodiiti;

2. Peserta Komersial membeli komoditi dari sejumlah Peserta

Pedagang Komoditi dengan pembayaran tunai (bai’);

3. Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang

berupa Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT)

yang diterbitkan oleh Bursa melalui sistem, sebagai bukti atas

pembelian komoditi dari Peserta Pedagang Komoditi;

4. Peserta Komersial menjual komoditi kepada Konsumen

Komoditi dengan akad murabahah; dan diikuti dengan

penyerahan dokumen kepemilikan;

5. Konsumen Komoditi membayar kepada Peserta Komersial

secara tangguh atau angsuran sesuai kesepakatan dalam akad

murabahah;

6. Konsumen Komoditi menerima fisik komoditi tersebut dari

Peserta Komersial.

Keenam : Ketentuan mengenai Mekanisme Perdagangan dengan

Penjualan Lanjutan

1. Konsumen Komoditi selaku pembeli memesan kepada peserta

Komersial dan berjanji (wa’d) akan melakukan pembelian

komoditi;

2. Peserta Komersial membeli komoditi dari sejumlah Peserta

Pedagang Komoditi dengan pembayaran tunai (bai’);

3. Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang

berupa Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT)

yang diterbitkan oleh Bursa melalui sistem, sebagai bukti atas

pembelian komoditi dari Peserta Pedagang Komoditi;

Page 111: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 13

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

4. Peserta Komersial menjual komoditi kepada Konsumen

Komoditi dengan akad murabahah; dan diikuti dengan

penyerahan dokumen kepemilikan;

5. Konsumen Komoditi membayar kepada Peserta Komersial

secara tangguh atau angsuran sesuai kesepakatan dalam akad

murabahah;

6. Konsumen Komoditi mendapat jaminan untuk menerima

komoditi dalam bentuk SPAKT dari Peserta Komersial;

sehingga dengan demikian, telah terjadi qabdh hukmi;

7. Peserta Pedagang Komoditi mewakilkan kepada Bursa untuk

membeli komoditi secara tunai dengan akad wakalah;

8. Konsumen Komoditi boleh menjual komoditi kepada Peserta

Pedagang Komoditi secara tunai dengan akad bai' melalui

Bursa selaku wakil pembeli (Peserta Pedagang Komoditi);

9. Konsumen Komoditi menyerahkan komoditi, dengan

mengalihkan jaminan akan terjadinya serah fisik (SPKAT)

yang diterima dari Peserta Komersial sebagaimana dimaksud

dalam butir 6;

10. Konsumen Komoditi menerima pembayaran tunai dari Peserta

Pedagang Komoditi;

11. Settlement (penyelesaian transaksi) Komoditi antar Peserta

Pedagang Komoditi dilakukan dengan akad muqayadhah;

Ketujuh : Ketentuan mengenai Agen dan Mekanisme Perdagangannya

1. Penjual maupun pembeli komoditi di Bursa boleh

menggunakan jasa agen dengan akad wakalah;

2. Agen penjual tidak boleh merangkap sebagai agen pembeli

dalam transaksi yang sama / pada saat yang bersamaan;

3. Dalam hal agen penjual dalam kedudukannya sebagai wakil

penjual merangkap sebagai pembeli dalam transaksi yang

sama/pada saat yang bersamaan, kedudukan agen sebagai

wakil gugur; selanjutnya agen berkedudukan sebagai pembeli;

4. Dalam hal kedudukan agen penjual sebagai wakil penjual,

agen penjual tidak boleh menjanjikan keuntungan kepada

penjual;

5. Dalam hal kedudukan agen penjual sebagai pembeli, agen

patuh pada ketentuan perdagangan, dan terikat pada hak dan

kewajiban pembeli;

6. Dalam hal agen pembeli dalam kedudukannya sebagai wakil

pembeli merangkap sebagai penjual dalam transaksi yang

sama/pada saat yang bersamaan, kedudukan agen sebagai

wakil gugur; selanjutnya agen berkedudukan sebagai penjual;

Page 112: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 14

Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

7. Dalam hal kedudukan agen pembeli sebagai wakil pembeli,

agen pembeli tidak boleh menjanjikan harga yang pasti kepada

pembeli;

8. Dalam hal kedudukan agen pembeli sebagai pembeli, agen

patuh pada ketentuan perdagangan, dan terikat pada hak dan

kewajiban pembeli;

9. Ketentuan mengenai mekanisme perdagangan melalui agen

merujuk pada ketentuan kelima dan keenam dalam fatwa ini.

Kedelapan : Ketentuan Penutup

1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka

penyelesaiannya dilakukan berdasarkan musyawarah untuk

mufakat. Dalam hal tidak tercapai kemufakatan, maka

penyelesaian perselisihan dapat dilakukan melalui Badan

Arbitrase Syariah atau berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan sesuai prinsip-prinsip syariah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan

jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah

dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada Tanggal : 05 Ramadhan 1432 H

05 Agustus 2011 M

DEWAN SYARIAH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua,

Sekretaris,

DR. K.H.M.A. SAHAL MAHFUDH DRS. H.M. ICHWAN SAM

Page 113: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997

TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera, dan berkeadilan;

b. bahwa dalam upaya untuk lebih menjamin kepastian

hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, untuk mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan

dengan perdagangan global, serta agar Perdagangan Berjangka Komoditi yang bertujuan meningkatkan kegiatan

usaha Komoditi dapat terselenggara secara teratur, wajar, efisien, efektif, dan terlindunginya masyarakat dari tindakan yang merugikan serta memberikan kepastian

hukum kepada semua pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, perlu pengaturan yang

lebih jelas dalam pelaksanaan Perdagangan Berjangka Komoditi;

c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor

32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sudah tidak sesuai dengan penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi sehingga perlu dilakukan perubahan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk

Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi;

Mengingat . . .

Page 114: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 2 -

Mengingat : 1. Pasal 20 ayat (1), Pasal 21, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-

UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN

BERJANGKA KOMODITI.

Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya

disebut Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan

penarikan Margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

2. Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari

Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

3. Badan . . .

Page 115: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 3 -

3. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka.

4. Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau

sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

5. Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di

dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.

6. Kontrak Derivatif adalah kontrak yang nilai dan harganya bergantung pada subjek Komoditi.

7. Kontrak Derivatif Syariah adalah kontrak derivatif

yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

8. Opsi adalah kontrak yang memberikan hak kepada

pembeli untuk membeli atau menjual Kontrak Berjangka atau Komoditi tertentu pada tingkat harga, jumlah, dan jangka waktu tertentu yang telah

ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi.

9. Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan

menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka.

10. Sistem Perdagangan Alternatif adalah sistem perdagangan yang berkaitan dengan jual beli Kontrak

Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah, yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara bilateral dengan penarikan Margin

yang didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangka.

11. Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif adalah Pedagang Berjangka yang merupakan Anggota Kliring

Berjangka yang melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak

Derivatif Syariah, untuk dan atas nama sendiri dalam Sistem Perdagangan Alternatif.

12. Peserta . . .

Page 116: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 4 -

12. Peserta Sistem Perdagangan Alternatif adalah Pialang Berjangka yang merupakan Anggota Kliring Berjangka

yang melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah, atas amanat Nasabah dalam Sistem

Perdagangan Alternatif.

13. Pihak adalah orang perseorangan, koperasi, badan

usaha lain, badan usaha bersama, asosiasi, atau kelompok orang perseorangan, dan/atau perusahaan yang terorganisasi.

14. Afiliasi adalah:

a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan derajat kedua, baik

secara horizontal maupun vertikal;

b. hubungan antara Pihak dan pegawai, direktur

atau komisaris, dari Pihak tersebut;

c. hubungan antara dua perusahaan yang mempunyai satu anggota direksi atau lebih atau

anggota dewan komisaris yang sama;

d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung, yang

mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;

e. hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau

f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.

15. Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan

transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka.

16. Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka

adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari

Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka

penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

17. Pialang . . .

Page 117: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 5 -

17. Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang

melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat

Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk

menjamin transaksi tersebut.

18. Penasihat Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Penasihat Berjangka adalah Pihak yang

memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya

dengan menerima imbalan.

19. Sentra Dana Perdagangan Berjangka yang selanjutnya

disebut Sentra Dana Berjangka adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diinvestasikan dalam Kontrak

Berjangka dan/atau Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka dan/atau instrumen lainnya yang diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.

20. Pengelola Sentra Dana Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pengelola Sentra Dana Berjangka

adalah Pihak yang melakukan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana dari peserta Sentra Dana Berjangka untuk diinvestasikan

dalam Kontrak Berjangka.

21. Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif

Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak

melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok

usahanya.

22. Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka.

23. Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan

Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang

Berjangka.

24. Margin . . .

Page 118: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 6 -

24. Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang

Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin

pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.

2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Menteri menetapkan kebijakan umum di bidang Perdagangan Berjangka.

(2) Kebijakan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diatur dengan Peraturan Menteri.

3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 3

Komoditi yang dapat dijadikan subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.

4. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 4

(1) Pengaturan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Perdagangan Berjangka dilakukan oleh Bappebti.

(2) Bappebti berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

(3) Susunan dan kedudukan organisasi Bappebti diatur dengan Peraturan Presiden.

5. Ketentuan . . .

Page 119: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 7 -

5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 5

Pengaturan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dilakukan

dengan tujuan:

a. mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan serta

dalam suasana persaingan yang sehat;

b. melindungi kepentingan semua Pihak dalam Perdagangan Berjangka; dan

c. mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka sebagai sarana pengelolaan risiko harga dan pembentukan

harga yang transparan.

6. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 6

Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, Bappebti berwenang:

a. membuat pedoman teknis mengenai mekanisme

Perdagangan Berjangka;

b. memberikan:

1. izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka;

2. persetujuan pembukaan kantor cabang Pialang Berjangka;

3. izinkepada orang perseorangan untuk menjadi

Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana

Berjangka;

4. sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka;

5. persetujuan . . .

Page 120: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 8 -

5. persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah

dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri;

6. persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan

dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka;

7. persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar fisik komoditi terorganisasi;

8. persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan

penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan

9. persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan

Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dalam

penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif.

c. menetapkan daftar surat berharga alas hak (document of title) yang dipergunakan dalam penyelesaian transaksi dalam Perdagangan Berjangka;

d. menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;

e. melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau

sertifikat pendaftaran;

f. menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang

Bappebti sebagaimana dimaksud pada huruf e;

g. memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaran

terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

h. menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya;

i. memberikan . . .

Page 121: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 9 -

i. memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, sesuai dengan persyaratan

yang telah ditentukan;

j. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan

dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga

Kliring Berjangka, sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham;

k. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin

usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

l. menetapkan batas jumlah maksimum dan batas

jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap

Pihak;

m. mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring

Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu, apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan tidak wajarnya perkembangan

harga di Bursa Berjangka dan/atau terhambatnya pelaksanaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif

Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;

n. mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan dan/atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi

yang menyesatkan dan/atau merugikan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari iklan atau

kegiatan promosi dimaksud baik secara langsung maupun tidak langsung;

o. menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang Berjangka yang mengalami pailit;

p. memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak

terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk

menguatkan atau membatalkannya;

q. membentuk . . .

Page 122: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 10 -

q. membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka;

r. mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua Pihak terhadap ketentuan

Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

s. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau

peraturan pelaksanaannya; dan

t. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan

pelaksanaannya.

7. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 10

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

8. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 12

(1) Bursa Berjangka merupakan perseroan terbatas yang

didirikan oleh sejumlah badan usaha berbentuk

perseroan terbatas yang satu dengan lainnya tidak terafiliasi.

(2) Pendiri Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi Anggota Bursa Berjangka.

(3) Pemegang saham Bursa Berjangka sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) terdiri atas orang perseorangan dan/atau badan hukum Indonesia.

(4) Bursa Berjangka dikelola oleh tenaga ahli di bidang Perdagangan Berjangka secara profesional.

9. Ketentuan . . .

Page 123: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 11 -

9. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 13

Penyaluran amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri hanya dapat dilakukan ke Bursa Berjangka dan

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang daftarnya ditetapkan oleh Bappebti.

10. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 15

(1) Bursa Berjangka dapat menyelenggarakan transaksi

fisik komoditi yang jenisnya diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.

(2) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Kepala Bappebti.

11. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 16

Bursa Berjangka bertugas:

a. menyediakan fasilitas yang cukup untuk dapat terselenggaranya transaksi Kontrak Berjangka,

Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan

transparan;

b. menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Berjangka sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bappebti;

c. melakukan . . .

Page 124: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 12 -

c. melakukan pengawasan pasar atas setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan

Kontrak Derivatif Syariah, dari Penyelenggara dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif; dan

d. menyusun peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka.

12. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 17

(1) Bursa Berjangka wajib:

a. memiliki modal yang cukup untuk

menyelenggarakan kegiatan Bursa Berjangka dengan baik;

b. menyiapkan catatan dan laporan terperinci seluruh kegiatan Anggota Bursa Berjangka yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka,

Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan penguasaan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut;

c. menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka

pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

d. membentuk Dana Kompensasi;

e. mempunyai satuan pemeriksa;

f. mendokumentasikan dan menyimpan dengan

baik semua data yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Berjangka;

g. menyebarluaskan informasi harga Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang diperdagangkan;

h. memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Bursa Berjangka serta mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian

Anggota Bursa Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan dan pelaporan, sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan

i. mengawasi . . .

Page 125: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 13 -

i. mengawasi transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya.

(2) Pimpinan satuan pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, wajib melaporkan secara

langsung kepada direksi, dewan komisaris Bursa Berjangka, dan Bappebti tentang masalah materiil

yang ditemukan, yang dapat memengaruhi Anggota Bursa Berjangka dan/atau Bursa Berjangka yang bersangkutan.

(3) Bursa Berjangka wajib menyediakan semua laporan satuan pemeriksa setiap saat apabila diperlukan oleh Bappebti.

(4) Sebelum peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d

termasuk perubahannya diberlakukan, wajib memperoleh persetujuan Bappebti.

13. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 18

Bursa Berjangka berwenang:

a. mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi

Anggota Bursa Berjangka;

b. mengatur dan menetapkan sistem penentuan harga

penyelesaian bersama dengan Lembaga Kliring Berjangka;

c. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Bursa Berjangka;

d. melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Bursa

Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan;

e. menetapkan biaya keanggotaan dan biaya lain;

f. melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk

mengamankan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya,

termasuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi harga;

g. menetapkan . . .

Page 126: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 14 -

g. menetapkan mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan sehubungan dengan transaksi Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;

h. mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya dengan baik serta melaporkannya kepada Bappebti; dan

i. memperoleh informasi yang diperlukan dari Lembaga Kliring Berjangka yang berkaitan dengan transaksi

yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka, termasuk transaksi Pedagang Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem Perdagangan Alternatif.

14. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 24

Lembaga Kliring Berjangka didirikan dengan tujuan

mendukung terciptanya transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

15. Ketentuan Pasal 25 ayat (3) diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga Pasal 25 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 25

(1) Penyelenggaraan Bursa Berjangka dilengkapi dengan

Lembaga Kliring Berjangka.

(2) Lembaga Kliring Berjangka, sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), adalah badan usaha berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha sebagai Lembaga Kliring Berjangka dari Bappebti.

(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan kepada:

a. Badan usaha yang terpisah dari Bursa Berjangka

dan bersifat mandiri; atau

b. Badan usaha yang merupakan bagian dari Bursa

Berjangka.

(4) Badan . . .

Page 127: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 15 -

(4) Badan usaha yang menyelenggarakan tugas penerimaan pendaftaran dan penjaminan penyelesaian

transaksi Kontrak Derivatif lainnya dari Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif, izin usaha sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan kepada satu badan usaha.

16. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 26

Lembaga Kliring Berjangka bertugas:

a. menyediakan fasilitas yang cukup untuk

terlaksananya penjaminan dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik komoditi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

b. menerima pendaftaran dan menjamin penyelesaian setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak

Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dari Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem

Perdagangan Alternatif; dan

c. menyusun peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka.

17. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 27

(1) Lembaga Kliring Berjangka wajib:

a. memiliki modal yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan Lembaga Kliring

Berjangka dengan baik;

b. menyimpan dana yang diterima dari Anggota

Kliring Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti;

c. menjamin dan menyelesaikan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya yang disebabkan kegagalan anggotanya dalam memenuhi kewajiban kepada Lembaga Kliring Berjangka;

d. menjamin . . .

Page 128: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 16 -

d. menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka,

kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;

e. mendokumentasikan dan menyimpan semua data yang berkaitan dengan kegiatan Lembaga Kliring

Berjangka; dan

f. memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Kliring Berjangka serta mengambil

tindakan pembekuan atau pemberhentian Anggota Kliring Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan minimum dan pelaporan

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

(2) Sebelum peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c termasuk perubahannya diberlakukan, wajib

memperoleh persetujuan Bappebti.

18. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 28

Lembaga Kliring Berjangka berwenang:

a. mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi

Anggota Kliring Berjangka;

b. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Kliring Berjangka;

c. melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Kliring Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu

diperlukan;

d. menetapkan besarnya Margin, membentuk dan

mengelola dana kliring, serta menetapkan dana jaminan kliring, biaya keanggotaan dan biaya lain;

e. memperoleh informasi yang diperlukan dari Bursa

Berjangka yang berhubungan dengan transaksi yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka; dan

f. mengambil . . .

Page 129: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 17 -

f. mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring dan penjaminan

penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik Komoditi dengan baik serta

melaporkannya kepada Bappebti.

19. Di antara Bab III dan Bab IV disisipkan 1 (satu) bab, yakni

Bab IIIA sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB IIIA

SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF

Pasal 30A

(1) Sistem Perdagangan Alternatif hanya dapat dilakukan

oleh Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan

Peserta Sistem Perdagangan Alternatif yang satu dan lainnya tidak berafiliasi serta telah memperoleh persetujuan Bappebti.

(2) Sistem perdagangan elektronik yang digunakan dalam Sistem Perdagangan Alternatif wajib memenuhi

persyaratan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Bappebti.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan

persetujuan, mekanisme transaksi, dan penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dalam Peraturan Kepala Bappebti.

Pasal 30B

(1) Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan

Peserta Sistem Perdagangan Alternatif wajib

melaporkan setiap transaksi Kontrak Derivatif lainnya ke Bursa Berjangka dalam rangka pengawasan pasar.

(2) Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif wajib mendaftarkan setiap transaksi Kontrak Derivatif

lainnya ke Lembaga Kliring Berjangka untuk dijamin penyelesaiannya.

20. Mengubah . . .

Page 130: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 18 -

20. Mengubah judul Bab IV sehingga judul Bab IV berbunyi sebagai berikut:

BAB IV

PIALANG BERJANGKA, PENASIHAT BERJANGKA, DAN

PEDAGANG BERJANGKA

21. Menambah 1 (satu) bagian dalam Bab IV, yakni Bagian Ketiga sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Ketiga Pedagang Berjangka

Pasal 35A

(1) Kegiatan usaha sebagai Pedagang Berjangka dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka, baik oleh orang perseorangan maupun badan usaha yang

berdomisili di dalam atau di luar negeri, yang telah memperoleh sertifikat pendaftaran dari Bappebti.

(2) Sertifikat pendaftaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (1), diberikan kepada Anggota Bursa Berjangka yang memiliki integritas keuangan, reputasi bisnis

yang baik, dan kecakapan profesi.

Pasal 35B

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemberian sertifikat pendaftaran Pedagang Berjangka

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.

22. Di antara Bab V dan Bab VI disisipkan 1 (satu) Bab, yakni Bab VA sehingga berbunyi sebagai berikut:

BAB VA ASOSIASI INDUSTRI PERDAGANGAN BERJANGKA

Pasal 44A

(1) Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka merupakan wadah berbadan hukum yang didirikan dengan tujuan

untuk memperjuangkan kepentingan para anggotanya dan pengembangan industri Perdagangan Berjangka.

(2) Setiap . . .

Page 131: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 19 -

(2) Setiap Pihak yang telah memperoleh izin usaha, izin, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran wajib menjadi

anggota Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka.

Pasal 44B

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Asosiasi Industri

Perdagangan Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.

(2) Pendirian, pengurusan, dan/atau pembubaran Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka dilakukan sesuai dengan ketentuan di dalam Anggaran

Dasar/Anggaran Rumah Tangga asosiasi dan Peraturan Perundang-undangan.

23. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 49 disisipkan 1 (satu)

ayat, yakni ayat (1a), dan ayat (2) diubah sehingga Pasal 49

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 49

(1) Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan

Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

(1a) Setiap Pihak dilarang melakukan penawaran Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya dengan atau tanpa kegiatan promosi, rekrutmen, pelatihan, seminar, dan/atau menghimpun dana Margin, dana jaminan, dan/atau

yang dipersamakan dengan itu untuk tujuan transaksi yang berkaitan dengan Perdagangan Berjangka kecuali memiliki izin dari Bappebti.

(2) Setiap Pihak dilarang menyalurkan amanat untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari pihak ketiga, kecuali transaksi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau

peraturan pelaksanaannya.

24. Di antara . . .

Page 132: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 20 -

24. Di antara ketentuan Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a), ketentuan ayat (2)

dan ayat (4) diubah, dan ditambahkan 2 (dua) ayat yakni ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 50

(1) Pialang Berjangka wajib mengetahui latar belakang,

keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai

Perdagangan Berjangka dari Nasabahnya.

(1a) Ketentuan mengenai keadaan keuangan dari Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Kepala Bappebti.

(2) Pialang Berjangka wajib menyampaikan Dokumen

Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang

bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

(3) Pialang Berjangka dilarang menerima amanat Nasabah apabila mengetahui Nasabah yang bersangkutan:

a. telah dinyatakan pailit oleh pengadilan;

b. telah dinyatakan melanggar ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya

oleh badan peradilan atau Bappebti;

c. pejabat atau pegawai:

1. Bappebti, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka; atau

2. bendaharawan lembaga yang melayani

kepentingan umum, kecuali yang bersangkutan mendapat kuasa dari lembaga tersebut.

(4) Pialang Berjangka dalam memberikan rekomendasi kepada Nasabah untuk membeli atau menjual Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya wajib terlebih dahulu memberitahukan apabila ada kepentingan Pialang

Berjangka yang bersangkutan.

(5) Nasabah . . .

Page 133: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 21 -

(5) Nasabah dapat melakukan pengisian, penandatanganan, dan penyampaian dokumen

berkaitan dalam kegiatan Perdagangan Berjangka pada sistem elektronik Pialang Berjangka, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan

yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian, penandatanganan, dan penyampaian dokumen berkaitan dengan Perdagangan Berjangka pada sistem

elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.

25. Ketentuan Pasal 51 ayat (1) dan ayat (5) diubah sehingga

Pasal 51 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 51

(1) Pialang Berjangka, sebelum melaksanakan transaksi

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk Nasabah, wajib menarik Margin dari Nasabah untuk jaminan

transaksi tersebut.

(2) Margin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu.

(3) Pialang Berjangka wajib memperlakukan Margin milik Nasabah, termasuk tambahan dana hasil transaksi

Nasabah yang bersangkutan, sebagai dana milik Nasabah.

(4) Dana milik Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat

(3), wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti.

(5) Dana milik Nasabah hanya dapat ditarik dari rekening terpisah, sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk

pembayaran komisi dan biaya lain dan/atau untuk keperluan lain atas perintah tertulis dari Nasabah yang bersangkutan, sehubungan dengan transaksi

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

(6) Apabila . . .

Page 134: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 22 -

(6) Apabila Pialang Berjangka dinyatakan pailit, dana milik Nasabah yang berada dalam penguasaan Pialang

Berjangka tidak dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban Pialang Berjangka terhadap pihak ketiga atau kreditornya.

26. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 52

(1) Pialang Berjangka dilarang melakukan transaksi

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekening Nasabah, kecuali telah menerima perintah untuk

setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.

(2) Pelaksanaan Perdagangan Berjangka melalui sarana sistem perdagangan elektronik yang diselenggarakan oleh Bursa Berjangka dan/atau Pedagang

Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dilakukan secara langsung oleh Nasabah.

(3) Dalam hal pelaksanaan Perdagangan Berjangka secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dilaksanakan secara langsung oleh Nasabah,

Pialang Berjangka wajib melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka setelah adanya perintah dari

Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.

(4) Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan direkam serta disimpan oleh Pialang Berjangka.

(5) Dalam hal tertentu Bappebti dapat menetapkan bahwa Pialang Berjangka dapat pula melakukan transaksi

atas Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekeningnya sendiri.

(6) Pialang . . .

Page 135: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 23 -

(6) Pialang Berjangka wajib mendahulukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabahnya.

27. Ketentuan Pasal 53 ayat (4) diubah sehingga Pasal 53

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 53

(1) Penasihat Berjangka berkewajiban mengetahui latar

belakang, keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka dari kliennya.

(2) Penasihat Berjangka wajib menyampaikan Dokumen

Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko kepada klien sebelum kedua pihak

mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemberian jasa.

(3) Penasihat Berjangka dilarang menarik atau menerima

uang dan/atau surat berharga tertentu dari kliennya, kecuali untuk pembayaran jasa atas nasihat yang

diberikan kepada klien yang bersangkutan.

(4) Penasihat Berjangka dalam memberikan rekomendasi kepada klien untuk membeli atau menjual Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya wajib terlebih dahulu memberitahukan apabila ada kepentingan Penasihat

Berjangka yang bersangkutan.

28. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 57

(1) Dalam Perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya setiap Pihak dilarang melakukan atau berusaha melakukan manipulasi melalui tindakan:

a. menguasai sebagian besar sediaan Komoditi secara fisik dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya dengan posisi beli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam waktu bersamaan;

b. membeli . . .

Page 136: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 24 -

b. membeli atau menjual Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak

Derivatif lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan seolah-olah terjadi perdagangan yang aktif atau yang

mengakibatkan terciptanya informasi yang menyesatkan mengenai keadaan pasar atau harga

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka; dan/atau

c. membuat, menyebarkan, dan/atau menyuruh orang lain membuat dan/atau menyebarluaskan pernyataan atau informasi yang tidak benar atau

menyesatkan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan maksud mengambil keuntungan dari timbulnya gejolak harga di Bursa Berjangka akibat

tersebarluasnya pernyataan atau informasi tersebut.

(2) Setiap Pihak dilarang:

a. melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya yang telah diatur sebelumnya secara tidak wajar;

b. menyelesaikan dua amanat Nasabah atau lebih

yang berlawanan untuk Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak

Derivatif lainnya yang diperdagangkan di Bursa Berjangka yang dilakukan di luar Bursa Berjangka;

c. secara langsung atau tidak langsung menjadi lawan transaksi Nasabahnya, kecuali:

1. amanat Nasabah telah ditawarkan di Bursa

Berjangka secara terbuka; dan

2. transaksi yang terjadi dilaporkan, dicatat,

dan dikliringkan dengan cara yang sama sebagaimana amanat lain yang ditransaksikan di Bursa Berjangka; atau

d. secara . . .

Page 137: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 25 -

d. secara langsung atau tidak langsung memengaruhi pihak lain untuk melakukan

transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan cara membujuk atau memberi harapan

keuntungan di luar kewajaran.

29. Ketentuan Pasal 58 ayat (1) diubah sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 58

(1) Setiap Pihak dilarang memiliki, baik secara langsung

maupun tidak langsung, posisi terbuka atas Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya yang melebihi batas maksimum.

(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat

(1), ditetapkan oleh Bappebti.

30. Ketentuan Pasal 63 ayat (2) diubah sehingga Pasal 63

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 63

(1) Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang

Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib:

a. menyampaikan laporan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu kepada Bappebti;

b. membuat dan menyimpan pembukuan, catatan,

dan/atau rekaman atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatannya; dan

c. menyiapkan pembukuan, catatan, dan/atau

rekaman sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk setiap saat dapat diperiksa oleh Bappebti.

(2) Pihak yang memperoleh izin sebagai Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka serta Pihak yang

telah memperoleh persetujuan, dan/atau sertifikat pendaftaran wajib menyampaikan laporan yang terkait

dengan Perdagangan Berjangka apabila diminta oleh Bappebti.

31. Ketentuan . . .

Page 138: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 26 -

31. Ketentuan Pasal 68 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 68

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan

Bappebti diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka berdasarkan ketentuan dalam

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:

a. menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu perbuatan yang diduga

merupakan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;

b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan

atau pengaduan;

c. meneliti, memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan serta barang bukti dari setiap Pihak

yang diduga melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;

d. melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan, dan/atau dokumen lain yang berhubungan dengan tindak pidana di bidang

Perdagangan Berjangka;

e. melakukan penggeledahan terhadap perusahaan

yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;

f. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang

diduga menjadi tempat penyimpanan atau tempat diperolehnya barang bukti, pembukuan, catatan, dan/atau dokumen lain serta menyita benda yang

dapat digunakan sebagai barang bukti dalam tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;

g. meminta kepada bank atau lembaga keuangan lain untuk membekukan rekening Pihak yang disangka melakukan atau terlibat tindak pidana

di bidang Perdagangan Berjangka;

h. Meminta . . .

Page 139: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 27 -

h. meminta bantuan tenaga ahli dalam melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perdagangan

Berjangka; dan

i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.

(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bappebti mengajukan

permohonan izin kepada lembaga yang berwenang untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai keadaan keuangan tersangka pada bank sesuai

dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perbankan.

(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) memberitahukan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada

Penuntut Umum.

(5) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyampaikan hasil

penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan

Pasal 107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(6) Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bappebti dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum.

32. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan

Berjangka tanpa memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 25 ayat (2),

Pasal 31 ayat (1), Pasal 34 ayat (1), atau Pasal 39 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10

(sepuluh) tahun, dan denda paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan

paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

(2) Setiap . . .

Page 140: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 28 -

(2) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memiliki persyaratan, persetujuan, atau penetapan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), Pasal 30A ayat (1), Pasal 30A ayat (2), Pasal 32, atau Pasal 36 ayat (2) dipidana

dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan denda paling

sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

(3) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3), pasal 34 ayat (3), atau Pasal 39 ayat (3) atau tanpa

memiliki sertifikat pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling

banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

33. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 73

Setiap Pihak yang memanfaatkan setiap informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi atau mengungkapkan

kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima

ratus juta rupiah).

34. Di antara Pasal 73 dan Pasal 74 disisipkan 7 (tujuh) pasal, yakni Pasal 73A, Pasal 73B, Pasal 73C, Pasal 73D, Pasal

73E, Pasal 73F, dan Pasal 73G sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 73A

(1) Setiap Pihak yang tidak menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(2) Setiap . . .

Page 141: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 29 -

(2) Setiap Pihak yang tidak menjamin kerahasiaan data dan informasi mengenai Nasabah, klien, atau peserta

Sentra Dana Berjangka, dan mengungkapkan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 73B

(1) Setiap Pihak yang tidak menyimpan dana yang diterima dari Anggota Kliring Berjangka dalam

rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat

(1) huruf b, atau tidak menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(2) Setiap Pihak yang tidak menyimpan semua kekayaan Sentra Dana Berjangka pada bank sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(3) Setiap Pihak yang tidak menyimpan Dana Kompensasi dalam rekening yang terpisah dari rekening Bursa

Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar

rupiah).

Pasal 73C . . .

Page 142: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 30 -

Pasal 73C

(1) Setiap Pihak yang menerima dan/atau memberikan pinjaman serta menggunakan dana Sentra Dana Berjangka untuk membeli Sertifikat Penyertaan dari

Sentra Dana Berjangka lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling

banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(2) Setiap Pihak yang menyimpan kekayaan Sentra Dana Berjangka pada bank yang berafiliasi dengannya

dan/atau menggunakan jasa Pialang Berjangka yang berafiliasi dengannya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 43, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(3) Setiap Pihak yang menarik atau menerima uang

dan/atau surat berharga tertentu dari kliennya, kecuali untuk pembayaran jasa atas nasihat yang

diberikan kepada klien yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 73D

(1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat

(1a), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan denda paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh

miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).

(2) Setiap . . .

Page 143: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 31 -

(2) Setiap Pihak yang menyalurkan amanat untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari pihak ketiga yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan

pelaksanaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak

Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(3) Setiap Pihak yang menerima amanat Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3),

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda

paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

(4) Setiap Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekening Nasabah

tanpa menerima perintah untuk setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara

tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

(5) Setiap Pihak yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, posisi terbuka atas Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang melebihi batas

maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat)

tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 73E . . .

Page 144: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 32 -

Pasal 73E

(1) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan

Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang

bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk Perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), atau tidak memberitahukan kepentingan Pialang Berjangka

yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4

(empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(2) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan

Adanya Risiko kepada klien sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2),

atau tidak memberitahukan kepentingan Penasihat Berjangka yang bersangkutan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 53 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(3) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan

Adanya Risiko kepada calon peserta Sentra Dana Berjangka sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pengelolaan Sentra Dana

Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat

miliar rupiah).

(4) Setiap . . .

Page 145: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 33 -

(4) Setiap Pihak yang tidak melaporkan kepada Bappebti melalui Bursa Berjangka posisi terbuka Kontrak

Berjangka yang dimilikinya apabila mencapai batas tertentu yang ditetapkan oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit

Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

(5) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)

dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Pasal 73F

(1) Setiap Pihak yang tidak memperlakukan Margin milik

Nasabah, termasuk tambahan dana hasil transaksi Nasabah yang bersangkutan, sebagai dana milik

Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3), atau tidak menyimpan Dana milik Nasabah dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang

Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4), atau

menarik dana milik Nasabah dari rekening terpisah, untuk pembayaran komisi dan biaya lain dan/atau untuk keperluan lain tanpa perintah tertulis dari

Nasabah yang bersangkutan, sehubungan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (5), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

(2) Setiap . . .

Page 146: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 34 -

(2) Setiap Pihak yang tidak mengelola setiap Sentra Dana Berjangka dalam suatu lembaga yang terpisah dari

Pengelola Sentra Dana Berjangka yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3), atau tidak menempatkan dana bersama yang dihimpun dari

calon peserta Sentra Dana Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening Pengelola Sentra Dana

Berjangka yang bersangkutan pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

Pasal 73G

Setiap Pihak yang tidak melaporkan setiap transaksi

Kontrak Derivatif lainnya ke Bursa Berjangka dan/atau tidak mendaftarkan setiap transaksi Kontrak Derivatif lainnya ke Lembaga Kliring Berjangka sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 30B ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan

paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

35. Ketentuan Pasal 76 dihapus.

36. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 77

Bappebti, Bank Indonesia, badan yang mengawasi pasar modal dan lembaga keuangan, dan lembaga yang

menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan wajib mengadakan konsultasi dan/atau koordinasi sesuai dengan fungsi masing-masing dalam mengawasi kegiatan

lembaga di bawah ruang lingkup kewenangannya, yang berkaitan dengan kegiatan di bidang Perdagangan

Berjangka.

37. Di antara . . .

Page 147: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 35 -

37. Di antara Pasal 80 dan Pasal 81 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 80A sehingga berbunyi sebagai berikut:

Pasal 80A

(1) Urusan Perdagangan Berjangka Komoditi yang pada saat berlakunya Undang-Undang ini belum dapat diselesaikan, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi yang meringankan setiap Pihak.

(2) Semua bentuk perizinan yang telah diberikan oleh Bappebti sebelum berlakunya Undang-Undang ini

dan/atau hanya diatur berdasarkan Peraturan Kepala Bappebti tetap berlaku serta tunduk pada ketentuan Undang-Undang ini.

Pasal II

1. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:

a. sebelum dibentuknya Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang perdagangan berjangka komoditi syariah, maka penyelenggaraan Kontrak

Derivatif Syariah ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia;

dan

b. semua Peraturan Perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-Undang ini

harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkan.

2. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar . . .

Page 148: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 36 -

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2011

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2011

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

PATRIALIS AKBAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 79

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Perekonomian,

ttd

Setio Sapto Nugroho

Page 149: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

PENJELASAN

ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 10 TAHUN 2011

TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997

TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

I. UMUM

Salah satu tugas utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan

rakyat melalui peningkatan dan pemberdayaan ekonomi nasional. Kesejahteraan masyarakat akan meningkat apabila tingkat pendapatan

mereka meningkat. Hal itu secara tegas dan inheren dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Pasal 33 UUD 1945, bahwa bumi dan air dan segala isinya

harus diupayakan sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan meningkatkan kegiatan di sektor perdagangan. Perdagangan internasional

yang dalam hal ini kegiatan ekspor ditujukan untuk mendapatkan devisa yang akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menunjang

pembangunan suatu negara. Peningkatan di bidang perdagangan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan tolok ukur utama untuk kemajuan suatu negara. Dewasa ini perdagangan tidak hanya

dilakukan dengan cara perdagangan biasa, seperti ekspor, impor, dan perdagangan dalam negeri, tetapi jauh lebih luas daripada itu, yaitu dengan

Perdagangan Berjangka Komoditi.

Dalam era globalisasi dan liberalisasi yang saat ini berlangsung sangat

cepat telah mengakibatkan terjadinya persaingan yang makin tajam di dunia diiringi dengan terjadinya risiko yang sering sangat merugikan pihak pelaku usaha. Risiko yang terjadi yang sering dialami oleh para pelaku

usaha adalah risiko pada mata rantai pemasaran, seperti harga, produksi, distribusi, dan pengolahan. Dari semua risiko tersebut, yang paling sulit

diperkirakan adalah risiko akibat terjadinya fluktuasi harga, khususnya harga di bidang komoditi.

Indonesia . . .

Page 150: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 2 -

Indonesia sangat beruntung sebagai salah satu negara penghasil komoditi dunia yang memiliki manfaat ekonomi yang tinggi karena sebagian besar

hasilnya dijual ke pasar internasional (ekspor). Sebagai ilustrasi, komoditi utama dunia yang dihasilkan oleh Indonesia seperti kopi, karet, minyak kelapa sawit, olein, timah, batubara, emas, rumput laut, hasil hutan, dan

alumunium. Sebagai negara penghasil komoditi, risiko yang mungkin terjadi sebagaimana dijelaskan di atas perlu diatasi dengan instrumen yang

disebut sebagai Perdagangan Berjangka. Fungsi ekonomi Perdagangan Berjangka adalah sebagai sarana lindung nilai (hedging) serta sarana penciptaan harga (price discovery) sebagai harga rujukan (reference of price)

yang transparan yang menjadi acuan harga dunia. Dengan Perdagangan Berjangka tersebut, risiko yang merugikan para pelaku usaha khususnya

petani kecil dapat terlindungi.

Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi antara lain mengatur pengertian Komoditi, Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, praktik Perdagangan Berjangka di luar bursa, sanksi pidana terhadap praktik kegiatan promosi, rekrutmen, pelatihan, seminar oleh pihak-pihak

yang tidak memiliki izin dari Bappebti (Ilegal), demutualisasi Bursa Berjangka, Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka, dan transaksi

Perdagangan Berjangka melalui elektronik.

Dengan dibentuknya Undang-Undang ini, dapat mengakomodasi

kebutuhan terhadap praktik di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi secara global.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1 Cukup jelas.

Angka 2 Pasal 2

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “kebijakan umum” adalah kebijakan di bidang Perdagangan Berjangka yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

kebijakan perdagangan luar negeri, seperti ekspor dan impor dan kebijakan perdagangan dalam negeri seperti

distribusi, stabilisasi harga, dan pelindungan konsumen.

Ayat (2) . . .

Page 151: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 3 -

Ayat (2) Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 3

Komoditi yang diperdagangkan, dalam hal ini biasanya berciri harganya fluktuatif, memiliki standar mutu tertentu, dan

tersedia dalam jumlah cukup besar serta diperdagangkan secara bebas di pasar.

Penetapan Komoditi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya merupakan kewenangan Bappebti, hal itu dimaksudkan untuk memudahkan penetapan kontrak sehingga dapat

dengan cepat merespons perkembangan Perdagangan Berjangka yang bersifat global.

Angka 4 Pasal 4

Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pengaturan” adalah pengaturan teknis yang dilakukan oleh Bappebti dalam membuat

peraturan pelaksanaan teknis sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri. Selain itu, Bappebti memberikan petunjuk sesuai dengan perkembangan kegiatan sehari-hari di pasar agar

kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak

Derivatif lainnya di Bursa Berjangka ataupun Kontrak Derivatif lainnya dalam Sistem Perdagangan Alternatif dapat terlaksana secara teratur, wajar, efisien, efektif,

dan transparan. Di samping itu, para pelakunya perlu dibina melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang cukup, baik yang

dilaksanakan sendiri maupun bekerja sama dengan berbagai institusi lain. Semua pelaku di pasar

diharapkan telah lulus tes pengetahuan tentang Komoditi dan Perdagangan Berjangka.

Untuk . . .

Page 152: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 4 -

Untuk menjamin bahwa semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang

berlaku, diperlukan pengawasan yang dilakukan setiap hari terhadap kegiatan di Bursa Berjangka ataupun dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Pengawasan sehari-

hari dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan/atau melalui berbagai laporan yang wajib

disampaikan kepada Bappebti. Kegiatan pengawasan itu dapat pula dilakukan secara preventif, seperti pembuatan tata tertib, pedoman pelaksanaan, arahan, dan

bimbingan serta secara represif seperti pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Angka 5 Pasal 5

Huruf a Untuk mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan,

semua pelaku harus memiliki pengetahuan tentang Komoditi, berbagai peraturan dan tata cara perdagangan

yang berlaku di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, memiliki modal yang cukup, bebas untuk masuk dan keluar pasar, dan tidak

melakukan kegiatan persekongkolan. Dengan demikian, mekanisme pasar dapat berjalan berdasarkan kekuatan

permintaan dan penawaran, dengan kata lain dapat terlaksana secara wajar.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “melindungi kepentingan semua Pihak” adalah terhindarnya masyarakat dari praktik perdagangan yang merugikan, antara lain, membujuk

dengan menjanjikan keuntungan, memberikan informasi yang menyesatkan, tidak menyalurkan amanat Nasabah

sesuai dengan perintah, melaksanakan transaksi tanpa sepengetahuan atau tanpa perintah Nasabah, tidak menjelaskan risiko yang dihadapi kepada calon Nasabah,

dan tidak menempatkan dana Nasabah pada rekening yang terpisah.

Huruf c . . .

Page 153: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 5 -

Huruf c Tingkat harga yang selalu berubah merupakan ciri yang

melekat pada Komoditi, khususnya Komoditi primer. Risiko ini tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dipindahkan kepada investor yang bersedia mengambil

risiko tersebut melalui Bursa Berjangka. Banyaknya pembeli dan penjual yang melakukan transaksi secara

terbuka memungkinkan terbentuknya harga berdasarkan kekuatan pasar. Informasi harga yang diumumkan secara luas segera setelah terjadinya transaksi, sangat

bermanfaat bagi dunia usaha di dalam negeri dan di luar negeri serta bagi petani sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang sekaligus memperkuat daya tawar-

menawar.

Angka 6

Pasal 6 Huruf a

Untuk memberi kejelasan bagi masyarakat terhadap

ketentuan dari Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya, Bappebti diberi kewenangan untuk membuat pedoman dan penjelasan teknis, baik peraturan

tertulis maupun lisan. Penjelasan tertulis dapat berupa surat keputusan ataupun edaran.

Selain itu, karena Perdagangan Berjangka merupakan kegiatan yang cukup kompleks, Bappebti membuat penjelasan yang seluas-luasnya sehingga tujuan ekonomi

Perdagangan Berjangka dapat terwujud sebagai sarana lindung nilai dan tempat pembentukan harga yang efektif

dan transparan.

Huruf b Angka 1

Cukup jelas.

Angka 2 Cukup jelas.

Angka 3 Cukup jelas.

Angka 4 Cukup jelas.

Angka 5 . . .

Page 154: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 6 -

Angka 5 Pialang Berjangka dalam negeri yang dapat

menyalurkan amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri adalah Pialang Berjangka yang dapat menunjukkan bukti kerja sama dengan Pialang

Berjangka luar negeri yang bersangkutan, menyerahkan uang jaminan (guarantee fund), dan

memenuhi persyaratan modal yang besarnya ditentukan oleh Bappebti.

Angka 6

Persetujuan yang diberikan tersebut dilakukan dengan cara koordinasi dan konsultasi antara

Bappebti dan Bank Indonesia.

Angka 7 Cukup jelas.

Angka 8 Cukup jelas.

Angka 9

Cukup jelas.

Huruf c

Penggunaan surat berharga alas hak (document of title) dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif

lainnya merupakan unsur yang sangat penting dalam mempermudah proses penyelesaian apabila terjadi serah

fisik. Oleh karena itu, sebelum surat berharga alas hak (document of title) tersebut digunakan dalam penyelesaian transaksi, Bappebti perlu memastikan bahwa surat

berharga tersebut diterbitkan oleh Pihak yang berhak dan memiliki kredibilitas yang baik dan penerbitan surat

berharga tersebut dilakukan berdasarkan Undang-Undang.

Huruf d

Penyaluran amanat Nasabah ke luar negeri hanya dapat dilakukan ke Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya berdasarkan daftar yang telah ditetapkan oleh Bappebti.

Daftar Bursa Berjangka dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang ditetapkan Bappebti berdasarkan kriteria, antara

lain:

1) memiliki keuangan yang cukup;

2) mempunyai . . .

Page 155: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 7 -

2) mempunyai ketentuan dan peraturan mengenai perlindungan terhadap Nasabah, kliring,

penyelesaian transaksi, dan mekanisme penyerahan barang;

3) memiliki ketentuan mengenai proses pemantauan,

pemeriksaan, dan penyidikan terhadap pengaduan;

4) mempunyai manfaat bagi perekonomian Indonesia

dan pasar Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut likuid.

Huruf e Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini adalah pemeriksaan secara berkala dan sewaktu-waktu

diperlukan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat

pendaftaran dari Bappebti. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh Bappebti dengan mewajibkan Pihak dimaksud untuk menyampaikan laporan tertentu atau

memeriksa kantor dan catatan seperti rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual, mekanis, elektronik, atau dengan cara

lain.

Huruf f

Pihak lain yang dapat ditunjuk Bappebti untuk melakukan pemeriksaan, misalnya Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk memeriksa Pialang

Berjangka yang menjadi anggotanya, akuntan publik, konsultan hukum, ahli komoditi, dan ahli pemasaran

untuk memeriksa kasus-kasus tertentu dari pemegang izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran.

Huruf g Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf ini adalah pemeriksaan secara berkala atau sewaktu-waktu

diperlukan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh Bappebti atau pihak lain yang ditunjuk untuk memeriksa

laporan dan catatan seperti rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual, mekanis, elektronik, atau dengan cara lain.

Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan unsur-unsur tindak pidana, akan dilakukan penyidikan oleh

pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Huruf h . . .

Page 156: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 8 -

Huruf h Semua peraturan dan tata tertib yang dikeluarkan oleh

Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya untuk menciptakan

kelancaran dan perlindungan kepada semua pihak yang melakukan transaksi di Bursa Berjangka.

Huruf i Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya merupakan unsur yang sangat

penting dan menentukan untuk dapat terselenggaranya kegiatan Perdagangan Berjangka secara baik dan dapat dipercaya integritas pasarnya oleh masyarakat. Oleh

karena itu, sebelum Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas suatu

Komoditi tertentu digunakan, perlu diteliti kebutuhan, manfaat, dan kemungkinan likuiditas kontrak tersebut. Di samping itu, diteliti juga rancangan kontrak tersebut,

khususnya persyaratan standar yang tercantum di dalamnya, seperti waktu transaksi, proses kliring, biaya, tempat penyerahan, pemberitahuan penyerahan,

pergudangan, pengujian mutu, penerimaan tender, serta tanggung jawab membayar deposit dan Margin.

Huruf j Persyaratan calon pengurus Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, antara lain:

1) memiliki akhlak dan moral yang baik;

2) memiliki keahlian di bidang Perdagangan Berjangka;

3) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana;

4) tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang

Perdagangan Berjangka; dan/atau

5) tidak pernah melakukan pelanggaran yang materiil terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau

peraturan pelaksanaannya.

Tata cara pencalonan anggota dewan komisaris dan/atau

direksi Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka adalah sebagai berikut:

1) Calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi

diajukan kepada Bappebti untuk diteliti sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh

Bappebti.

2) Apabila . . .

Page 157: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 9 -

2) Apabila calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi dimaksud telah memenuhi persyaratan,

Bappebti wajib memberikan persetujuannya. Apabila berdasarkan hasil penelitian Bappebti bahwa calon dimaksud tidak memenuhi persyaratan, Bappebti

menolak pencalonan tersebut.

3) Calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi

yang telah disetujui oleh Bappebti dipilih dan diangkat oleh rapat umum pemegang saham.

Bappebti dapat memberhentikan sementara waktu

anggota dewan komisaris dan/atau direksi Bursa Berjangka, antara lain, apabila anggota tersebut:

1) tidak memiliki akhlak dan moral yang baik;

2) melakukan perbuatan tercela di bidang Perdagangan Berjangka;

3) kehilangan kewarganegaraan Indonesia atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum;

4) dihukum karena melakukan tindak pidana; atau

5) melakukan pelanggaran yang materiil terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Apabila Bappebti memberhentikan sementara waktu seluruh anggota dewan komisaris dan/atau direksi,

Bappebti dapat menunjuk pihak yang berasal, dari dalam ataupun dari luar Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, sebagai manajemen sementara. Selanjutnya,

Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka wajib menyelenggarakan rapat umum pemegang saham untuk

mengangkat anggota dewan komisaris dan/atau direksi yang baru.

Huruf k

Persyaratan keuangan minimum terdiri atas persyaratan modal yang disetor dan kekayaan bersih yang harus dipertahankan setiap saat oleh para Pihak. Kekayaan

bersih yang harus dipertahankan ditetapkan dalam bentuk absolut dan persentase tertentu dari dana

Nasabah yang dikelola oleh Pihak yang bersangkutan. Apabila jumlah absolut berbeda dengan jumlah persentase dana Nasabah yang dikelolanya, yang diambil

adalah jumlah yang terbesar.

Huruf l . . .

Page 158: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 10 -

Huruf l Penetapan batas maksimum posisi terbuka tersebut

dimaksudkan untuk mencegah penguasaan kontrak dalam jumlah besar oleh satu Pihak yang mengarah pada manipulasi harga. Selain itu, Bappebti menetapkan pula

batas wajib lapor atas posisi terbuka tersebut yang berguna sebagai alat pengendalian bagi Bappebti. Pihak

yang telah mencapai batas wajib lapor, wajib melaporkan jumlah kontrak terbuka yang dikuasainya dan Bappebti akan terus memantau posisi Pihak yang bersangkutan

sampai dengan posisinya kembali berada pada jumlah di bawah batas wajib lapor. Batas posisi dimaksud ditetapkan berdasarkan usul Bursa Berjangka yang

bersangkutan dengan memperhatikan, antara lain, faktor fundamental dan teknis, likuiditas kontrak yang

bersangkutan, dan jangka waktu penyerahan. Selain berwenang menetapkan batas posisi kontrak terbuka, Bappebti juga berwenang mengubah batas posisi tersebut

sesuai dengan perkembangan kondisi yang terjadi.

Huruf m

Perkembangan harga yang tidak wajar dapat terjadi karena pengaruh eksternal dan internal, antara lain

kebijakan di bidang ekonomi, moneter, dan politik, atau bencana alam, gangguan produksi karena faktor iklim, atau upaya manipulasi oleh Anggota Bursa Berjangka.

Tanpa mengurangi wewenang dan tanggung jawab yang ada pada Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring

Berjangka untuk mengamankan keadaan tersebut, Bappebti berwenang mengarahkan Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil

langkah-langkah yang bersifat darurat seperti menghentikan kegiatan transaksi untuk sementara waktu atau menetapkan likuidasi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tertentu atau semua Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya terbuka pada tingkat harga terakhir sebelum keadaan tersebut berkembang menjadi keadaan yang lebih buruk

lagi.

Huruf n . . .

Page 159: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 11 -

Huruf n Yang dimaksud dengan “promosi yang menyesatkan”

adalah pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka yang meskipun benar, Perdagangan Berjangka dapat menimbulkan gambaran

yang menyesatkan pemahamannya, antara lain:

1) memberikan informasi yang tidak sesuai dengan

fakta;

2) menjanjikan keuntungan tanpa memberitahukan risiko yang dihadapi; atau

3) mengajak atau menganjurkan untuk membeli dan/atau menjual Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya tertentu tanpa analisis yang kuat.

Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Pihak yang melakukan kesalahan, antara lain:

1) menghentikan atau memperbaiki pernyataan yang

telah disebarluaskan;

2) membuat pernyataan pengakuan dan permohonan maaf atas kesalahan tersebut; dan/atau

3) membayar ganti rugi yang ditetapkan, baik dengan penyelesaian melalui musyawarah untuk mencapai

mufakat, arbitrase, maupun melalui putusan pengadilan.

Huruf o

Dana Nasabah yang ada pada Pialang Berjangka adalah milik Nasabah yang bersangkutan. Apabila pengadilan

menetapkan bahwa Pialang Berjangka tersebut pailit, dana tersebut tidak termasuk aset Pialang Berjangka yang bersangkutan. Karena banyaknya Nasabah yang

rekeningnya dikelola oleh Pialang Berjangka tersebut, ketentuan pendistribusian dana Nasabah ditetapkan oleh Bappebti.

Dana Nasabah yang ada pada rekening terpisah pada

bank tertentu didistribusikan kepada semua Nasabah sesuai dengan haknya, dengan memperhatikan posisi masing-masing dalam transaksi Kontrak Berjangka,

Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Apabila dana yang ada di dalam rekening terpisah kurang dari jumlah yang diperlukan untuk

melunasi utangnya kepada Nasabah, dana yang ada didistribusikan secara proporsional.

Huruf p . . .

Page 160: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 12 -

Huruf p Apabila suatu Pihak tidak dapat menerima sanksi yang

dikenakan atau merasa dirugikan oleh keputusan Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka, Pihak tersebut dapat mengajukan keberatan atas pengenaan

sanksi itu kepada Bappebti. Bappebti meneliti pengaduan tersebut dan berdasarkan hasil temuannya, memutuskan

untuk menguatkan, mengubah, atau membatalkan keputusan itu.

Huruf q

Selain penyelesaian permasalahan melalui pengadilan dan/atau lembaga lain, Bappebti membentuk alternatif sarana penyelesaian permasalahan yang cepat, mudah,

dan profesional.

Huruf r

Cukup jelas.

Huruf s Yang dimaksud dengan “tindakan yang diperlukan untuk

mencegah kerugian masyarakat” adalah tindakan yang bersifat penting dan segera harus diambil untuk melindungi masyarakat dari pelanggaran terhadap

ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya, antara lain:

1) memutuskan cara penyelesaian transaksi apabila Lembaga Kliring Berjangka tidak mampu menyelesaikan transaksi tertentu;

2) membekukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya

tertentu; dan/atau

3) meminta Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka menindak anggotanya yang melakukan

pelanggaran dan apabila perlu, mengambil tindakan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Huruf t Yang dimaksud dengan “melakukan hal-hal lain” pada

huruf ini adalah kewenangan selain yang ditetapkan pada huruf a sampai dengan huruf s, antara lain:

1) melakukan evaluasi dan inovasi terhadap peraturan

pelaksanaan yang dibuat oleh Bappebti sebagai penjabaran ketentuan Undang-Undang ini dan/atau

peraturan pelaksanaannya;

2) menyebarluaskan . . .

Page 161: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 13 -

2) menyebarluaskan informasi Perdagangan Berjangka;

3) mengatur dan menetapkan kode etik kegiatan

Perdagangan Berjangka; dan

4) mencegah pengaruh negatif kegiatan Perdagangan Berjangka bagi perekonomian nasional dan

masyarakat.

Angka 7 Pasal 10

Bursa Berjangka didirikan untuk menyelenggarakan dan

menyediakan sistem dan sarana Perdagangan Berjangka. Dengan tersedianya sistem dan sarana yang baik, Anggota Bursa Berjangka yang bersangkutan dapat melakukan

penawaran transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya secara teratur,

wajar, efisien, dan transparan. Selain itu, tersedianya sistem dan sarana dimaksud memungkinkan Bursa Berjangka melakukan pengawasan terhadap anggotanya dengan lebih

efektif.

Angka 8

Pasal 12 Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “sejumlah badan usaha” adalah jumlah minimum badan usaha yang dibutuhkan agar kegiatan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif

Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dapat terlaksana dalam suasana persaingan yang sehat.

Pendiri Bursa Berjangka tidak boleh berafiliasi antara satu dan lainnya serta terbuka seluas-luasnya bagi badan usaha yang memenuhi persyaratan untuk menghindari

terjadinya persekongkolan dan penguasaan pasar oleh sekelompok perusahaan tertentu.

Ayat (2)

Pendiri Bursa Berjangka dinyatakan dapat menjadi anggota pertama Bursa Berjangka setelah memenuhi

persyaratan yang ditetapkan oleh Bappebti.

Ayat (3) . . .

Page 162: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 14 -

Ayat (3) Ketentuan ini mencerminkan sifat Bursa Berjangka yang

bukan berdasarkan keanggotaan (mutual), melainkan bersifat demutual dan bersifat profit oriented. Hal ini dimaksudkan agar Bursa Berjangka dapat bergerak cepat

sesuai dengan perkembangan globalisasi yang bergerak cepat. Dengan sifat demutual, maka Bursa Berjangka

dapat menarik minat para investor besar yang memiliki peran besar untuk memajukan Bursa Berjangka. Selama ini Bursa Berjangka tidak dapat berkembang karena sifat

bursa yang masih bersifat mutual nonprofit oriented. Dengan sifat demutual profit oriented, Bursa Berjangka

dimungkinkan menjadi perusahaan terbuka untuk umum.

Peralihan atau proses dari Bursa Berjangka yang bersifat

mutual non profit oriented menjadi demutual profit oriented dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan ”tenaga ahli” dalam Undang-

Undang ini adalah orang perseorangan yang mempunyai keahlian di bidang Perdagangan Berjangka, baik warga

negara Indonesia maupun warga negara asing.

Angka 9 Pasal 13

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 15 Cukup jelas.

Angka 11

Pasal 16 Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b Dalam menyusun anggaran tahunan dan penggunaan

laba, Bursa Berjangka wajib berpedoman pada prinsip efisiensi Perdagangan Berjangka dan memperhatikan ketentuan:

1) peningkatan sistem atau sarana transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya;

2) peningkatan . . .

Page 163: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 15 -

2) peningkatan sistem pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Berjangka;

3) peningkatan sistem pelayanan informasi;

4) pengembangan Perdagangan Berjangka melalui kegiatan promosi atau penelitian; dan

5) peningkatan kemampuan sumber daya manusia.

Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa

Berjangka diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan dilaporkan kepada Bappebti.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Angka 12 Pasal 17

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan “modal yang cukup” adalah

sejumlah dana yang antara lain, dapat membiayai studi kelayakan, pendirian Bursa Berjangka, penyediaan gedung dan perlengkapannya,

penyusunan perangkat peraturan pelaksanaan transaksi dan tata tertib Bursa Berjangka serta

sumber daya manusia yang cukup.

Huruf b Catatan dan laporan yang perlu disiapkan berkaitan

dengan kegiatan Anggota Bursa Berjangka, antara lain:

1) amanat Nasabah yang diterima dan disalurkan;

2) rekaman kegiatan transaksi di lantai Bursa Berjangka;

3) hasil transaksi, meliputi penjual, pembeli, jumlah, dan harga yang terjadi;

4) posisi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif

Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimiliki setiap Anggota Bursa Berjangka;

5) konduite Anggota Bursa Berjangka; dan

6) perkembangan perdagangan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.

Huruf c . . .

Page 164: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 16 -

Huruf c Informasi posisi keuangan dan kegiatan usaha

Anggota Bursa Berjangka wajib dijamin kerahasiaannya agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan pribadi

dan/atau kelompoknya dengan merugikan pihak lain. Misalnya:

1) Anggota Bursa Berjangka yang sedang memperbaiki likuiditas keuangan perusahaannya dengan menjual Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimilikinya dapat ditekan harganya oleh pihak lain yang

mengetahui informasi tersebut; atau

2) pemilikan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif

Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dalam posisi jual dalam jumlah besar oleh suatu pihak dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang

mengetahui informasi tersebut untuk menekan harga pada saat kontrak tersebut hampir jatuh tempo.

Informasi tersebut hanya dapat diberikan dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Pembentukan satuan pemeriksa pada setiap Bursa Berjangka dimaksudkan agar pengawasan terhadap Bursa Berjangka dan Anggota Bursa Berjangka

dapat dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu untuk memastikan bahwa setiap Bursa Berjangka dan Anggota Bursa Berjangka melakukan

kegiatannya, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Huruf f Jangka waktu penyimpanan dokumentasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Huruf g . . .

Page 165: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 17 -

Huruf g

Harga yang terjadi di Bursa Berjangka harus segera

diumumkan secara jelas dan luas, antara lain, melalui media tulis, media cetak, atau media elektronik agar dapat dimanfaatkan sebagai rujukan

harga bagi yang memerlukannya.

Huruf h

Kegiatan dan kondisi keuangan yang perlu dipantau, antara lain, adalah:

1) kewajiban Anggota Bursa Berjangka untuk

mempertahankan jumlah minimum kekayaan bersih yang ditetapkan; dan

2) pelaporan posisi Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimilikinya apabila telah mencapai

jumlah batas wajib lapor yang telah ditetapkan.

Huruf i Cukup jelas.

Ayat (2) Pelaporan pada ayat ini dimaksudkan agar direksi, dewan

komisaris Bursa Berjangka, dan Bappebti dapat mengambil tindakan atau langkah-langkah yang

diperlukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan, baik pada Anggota Bursa Berjangka maupun pada Bursa Berjangka yang bersangkutan.

Ayat (3)

Ketentuan ini dimaksudkan agar Bursa Berjangka mengadministrasikan semua laporan satuan pemeriksa secara baik sehingga selalu tersedia apabila sewaktu-

waktu diperlukan oleh Bappebti.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 13 . . .

Page 166: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 18 -

Angka 13 Pasal 18

Huruf a Bursa Berjangka mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran isian formulir serta dokumen yang diserahkan

calon Anggota Bursa Berjangka. Bursa Berjangka juga menguji kualifikasi yang bersangkutan, terutama

menyangkut kemampuan keuangan, pengetahuan tentang Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka, dan pengetahuan tentang

Perdagangan Berjangka, serta etika bisnis yang bersangkutan.

Huruf b

Bursa Berjangka bersama dengan Lembaga Kliring Berjangka menetapkan sistem atau formula penentuan

harga penyelesaian (settlement price) yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan oleh Lembaga Kliring Berjangka dalam menentukan besarnya selisih

harga yang harus diterima atau dibayar oleh setiap Anggota Kliring Berjangka.

Huruf c Persyaratan keuangan minimum yang ditetapkan Bursa Berjangka tidak boleh lebih rendah daripada jumlah yang

ditetapkan oleh Bappebti.

Huruf d

Yang dimaksud dengan pengawasan atau pemeriksaan sewaktu-waktu adalah pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan apabila ditemukan adanya indikasi atau

adanya laporan pihak tertentu bahwa telah terjadi penyimpangan terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Huruf e Yang termasuk biaya lain, antara lain, biaya transaksi,

biaya penggunaan sarana fisik, biaya telekomunikasi, dan biaya informasi harga yang terjadi saat itu.

Huruf f

Untuk mengamankan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan menghindari kemungkinan terjadinya

manipulasi harga, perlu dicegah, antara lain:

1) terjadinya persekongkolan;

2) Penguasaan . . .

Page 167: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 19 -

2) penguasaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dalam

posisi beli dan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut dalam

jumlah besar secara bersamaan;

3) penetapan persyaratan Kontrak Berjangka, Kontrak

Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang tidak jelas dan tidak lengkap; dan

4) perkembangan harga yang tidak wajar.

Huruf g Mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan yang perlu ditetapkan, antara lain:

1) tata cara penyelesaian secara musyawarah untuk mencapai mufakat; dan

2) tata cara penyelesaian melalui arbitrase yang disediakan oleh Bursa Berjangka.

Huruf h

Mekanisme transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang perlu dijamin kelancaran pelaksanaannya oleh

Bursa Berjangka adalah mulai dari penerimaan amanat dan pelaksanaan transaksi di lantai Bursa Berjangka

sampai dengan penyelesaian keuangan dan penyerahan Komoditi.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjamin dapat

terlaksananya mekanisme tersebut secara baik antara lain perbaikan tata cara transaksi, penyelesaian

keuangan, dan penyerahan Komoditi.

Huruf i Cukup jelas.

Angka 14 Pasal 24

Lembaga Kliring Berjangka menyediakan sistem pelaksanaan

kliring atas transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka untuk menjamin penyelesaian keuangan yang berkaitan dengan

Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang masih dimiliki oleh Anggota Kliring Berjangka sampai dengan jatuh tempo dan

menyelesaikan penyerahan Komoditi pada saat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak

Derivatif lainnya tertentu jatuh tempo.

Angka 15 . . .

Page 168: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 20 -

Angka 15 Pasal 25

Ayat (1) Lembaga Kliring Berjangka merupakan institusi yang harus ada di dalam sistem Perdagangan Berjangka,

sebagai kelengkapan Bursa Berjangka, yang melaksanakan kliring dan penjaminan atas semua

transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka. Lembaga Kliring Berjangka menjalankan fungsi substitusi, yaitu bertindak selaku pembeli bagi penjual dan selaku penjual

bagi pembeli.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan ”dapat diberikan kepada satu badan usaha”, memungkinkan untuk memberikan izin

usaha kepada satu atau lebih badan usaha.

Angka 16

Pasal 26 Huruf a

Lembaga Kliring Berjangka menyediakan fasilitas yang

cukup, antara lain:

1) tempat dan perlengkapannya;

2) sumber daya manusia yang profesional; dan

3) berbagai formulir yang diperlukan.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c Lembaga Kliring Berjangka membuat peraturan dan tata

tertib yang berisi, antara lain, manajemen Lembaga Kliring Berjangka, komite kliring, keanggotaan,

persyaratan keuangan minimum, pengawasan posisi keuangan, dana jaminan, dan pelaksanaan penyerahan Komoditi.

Angka 17 . . .

Page 169: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 21 -

Angka 17 Pasal 27

Ayat (1) Huruf a

Modal awal yang diperlukan untuk pendirian

Lembaga Kliring Berjangka adalah modal yang cukup untuk membiayai, antara lain, pendirian

perusahaan, penyediaan gedung dan perlengkapannya, penyiapan perangkat peraturan penyelesaian transaksi dan tata tertib Lembaga

Kliring Berjangka serta sumber daya manusia yang cukup agar dapat terlaksana kegiatan kliring dan penjaminan secara cepat dan akurat.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e Jangka waktu penyimpanan dokumen sesuai dengan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Huruf f

Kegiatan dan kondisi keuangan yang perlu dipantau, antara lain:

1) kewajiban Anggota Kliring Berjangka untuk

mempertahankan jumlah minimum kekayaan bersih yang ditetapkan; dan

2) laporan posisi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimiliki apabila telah mencapai

jumlah batas wajib lapor yang telah ditetapkan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Angka 18 . . .

Page 170: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 22 -

Angka 18 Pasal 28

Huruf a Lembaga Kliring Berjangka mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran isian formulir dalam dokumen yang

diserahkan oleh calon Anggota Kliring Berjangka. Lembaga Kliring Berjangka juga menguji kualifikasi yang

bersangkutan, terutama menyangkut kemampuan keuangan, kepemilikan sit di Bursa Berjangka, dan dukungan Anggota Kliring Berjangka yang lain.

Huruf b Persyaratan keuangan minimum yang ditetapkan Lembaga Kliring Berjangka tidak boleh lebih rendah

daripada jumlah yang ditetapkan oleh Bappebti.

Huruf c

Lembaga Kliring Berjangka melakukan pengawasan atau pemeriksaan sewaktu-waktu apabila ditemukan adanya indikasi atau adanya laporan pihak tertentu bahwa telah

terjadi penyimpangan terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.

Huruf d

Yang termasuk biaya lain, antara lain, adalah dana jaminan, biaya kliring, biaya penyelesaian Kontrak

Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, biaya keterlambatan penyampaian dokumen penyerahan, dan biaya kelalaian dalam

melakukan pemberitahuan penyerahan serta pembayaran penyerahan.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Angka 19 Pasal 30A

Cukup jelas.

Pasal 30B

Cukup jelas.

Angka 20 Cukup jelas.

Angka 21 . . .

Page 171: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 23 -

Angka 21 Pasal 35A

Ayat (1) Sebagai Anggota Bursa Berjangka, Pedagang Berjangka hanya berhak bertransaksi untuk rekeningnya sendiri

dan/atau untuk kelompok usahanya. Pedagang Berjangka terbuka bagi berbagai bentuk badan usaha

dan orang perseorangan yang berkegiatan sebagai produsen, petani perseorangan, koperasi, organisasi petani, pedagang, eksportir, dan prosesor yang ingin

berperan langsung atau tidak langsung dalam Perdagangan Berjangka.

Untuk mencegah Pedagang Berjangka melakukan

penyimpangan dan/atau melakukan manipulasi yang dapat menggangu mekanisme dan dinamisasi pasar di

Bursa Berjangka, Pedagang Berjangka wajib terdaftar pada Bappebti.

Sertifikat pendaftaran diberikan oleh Bappebti setelah

yang bersangkutan melampirkan:

1) keanggotaan Bursa Berjangka;

2) sertifikat pelatihan dalam bidang Perdagangan

Berjangka yang dikelola oleh Bursa Berjangka atau pihak lain yang diakui oleh Bappebti; dan

3) data pribadi dan/atau perusahaan yang bersangkutan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 35B

Cukup jelas.

Angka 22 Pasal 44A

Cukup jelas.

Pasal 44B Cukup jelas.

Angka 23 Pasal 49

Cukup jelas.

Angka 24 Pasal 50

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (1a) . . .

Page 172: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 24 -

Ayat (1a) Cukup jelas.

Ayat (2) Dalam rangka pelindungan Nasabah, Pialang Berjangka

wajib terlebih dahulu menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan kepada Nasabahnya, yang antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan

kepengurusan perusahaan tersebut. Pialang Berjangka juga wajib menjelaskan segala risiko yang mungkin

dihadapi Nasabahnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila Nasabahnya memahami dan dapat menerima risiko

tersebut, Nasabah tersebut harus menandatangani dan memberi tanggal pada dokumen tersebut, yang

menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memahami risiko yang akan dihadapi dan menyetujuinya.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pejabat atau pegawai” adalah pejabat struktural dan fungsional, seluruh karyawan Bappebti, anggota direksi, anggota dewan

komisaris, seluruh staf dan karyawan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka.

Yang dimaksud dengan “lembaga yang melayani kepentingan umum” adalah lembaga yang tidak bersifat komersial seperti sekolah, rumah sakit, dan

yayasan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum serta menghindari penyalahgunaan jabatan dan benturan kepentingan.

Ayat (4) Pialang Berjangka dalam memberikan rekomendasi

kepada seorang Nasabah untuk melakukan transaksi tertentu harus berdasarkan pertimbangan yang objektif. Apabila dalam memberikan rekomendasi tersebut ada

kaitannya dengan kepentingan pribadi atau kelompoknya, Pialang Berjangka wajib terlebih dahulu memberitahukannya kepada Nasabah secara jelas.

Ayat (5) . . .

Page 173: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 25 -

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Angka 25

Pasal 51 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Yang dimaksud dengan “biaya lain”, antara lain, adalah biaya untuk transaksi, kliring, dan keterlambatan dalam memenuhi kewajibannya.

Ayat (6) Cukup jelas.

Angka 26

Pasal 52 Ayat (1)

Pelaksanaan amanat transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari Nasabah harus didasarkan atas perintah

tertulis dari Nasabah yang bersangkutan atau kuasanya. Perintah tersebut berisikan sekurang-kurangnya jenis

dan jumlah kontrak yang akan dibeli atau dijual oleh Nasabah yang bersangkutan. Pialang Berjangka atau pegawainya dilarang bertindak sebagai kuasa dari

Nasabah yang bersangkutan. Dengan kata lain, Nasabah dilarang memberikan kewenangan kepada Pialang Berjangka untuk melakukan transaksi bagi Nasabah

tanpa perintah tertulis.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) . . .

Page 174: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 26 -

Ayat (5) Yang dimaksud dengan “hal tertentu” adalah suatu

keadaan pasar berjangka yang tidak ramai sehingga menyebabkan pasar tidak likuid.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Angka 27

Pasal 53 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) Dalam rangka perlindungan klien, Penasihat Berjangka wajib terlebih dahulu menyampaikan Dokumen

Keterangan Perusahaan kepada kliennya, yang antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan

kepengurusan perusahaan tersebut. Penasihat Berjangka juga wajib menjelaskan segala risiko yang mungkin dihadapi kliennya, sebagaimana tercantum dalam

Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila kliennya mengerti dan dapat menerima risiko tersebut, klien harus menandatangani dan memberi tanggal pada

dokumen tersebut, yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mengerti risiko yang akan dihadapi

dan menyetujuinya.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Angka 28 Pasal 57

Ayat (1)

Huruf a Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini akan menyebabkan situasi pasar dengan jumlah

pasokan Komoditi secara fisik menjadi langka dan harga Komoditi tersebut melonjak sehingga harga

yang terjadi di Bursa Berjangka juga akan meningkat di atas harga normal. Manipulasi harga di Bursa Berjangka tersebut mengakibatkan Pihak yang

memiliki posisi jual yang masih terbuka terpaksa menutup kontraknya dengan harga yang tinggi pada

saat jatuh tempo.

Huruf b . . .

Page 175: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 27 -

Huruf b Yang dimaksud dengan “seolah-olah terjadi perdagangan yang aktif atau yang mengakibatkan terciptanya informasi yang menyesatkan” adalah transaksi fiktif yang dapat memengaruhi perkembangan situasi di Bursa Berjangka sehingga perkembangan harga Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tidak mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran pasar pada saat itu. Pihak yang terlibat dalam transaksi fiktif ini pada dasarnya tidak mempunyai posisi di Bursa Berjangka, tetapi bermaksud mengambil keuntungan dari perkembangan harga yang diharapkan. Meskipun terlihat besar, volume transaksi tidak menambah jumlah keseluruhan posisi terbuka dari Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya karena transaksi tersebut umumnya saling menghapuskan posisi yang ada. Dampak negatif yang dapat timbul dari keadaan semu atau informasi yang menyesatkan ini dapat memengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, menahan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau menggunakannya sebagai patokan harga.

Huruf c

Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi calon Nasabah dalam memutuskan keikutsertaannya dalam Perdagangan Berjangka. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan membuat dan/atau menyebarluaskan informasi yang tidak benar yang dapat menciptakan gambaran yang menyesatkan (misleading statement/information) tentang keadaan pasokan dan permintaan Komoditi yang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diperdagangkan di Bursa Berjangka. Tindakan ini dilakukan untuk memengaruhi harga di Bursa Berjangka agar bergerak ke arah yang diinginkan Pihak yang menyebarluaskan pernyataan atau informasi palsu. Sebagai contoh, penyebarluasan pernyataan atau informasi tentang terjadinya bencana alam di negara penghasil utama Komoditi yang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diperdagangkan di Bursa Berjangka, yang sesungguhnya informasi tersebut tidak benar.

Ayat (2) . . .

Page 176: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 28 -

Ayat (2) Huruf a

Transaksi yang diatur terlebih dahulu secara tidak wajar (persekongkolan) merupakan hal yang terlarang. Transaksi seperti ini dikenal dengan pre-

arranged atau accomodation trade.

Huruf b

Semua amanat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari Nasabah harus disalurkan untuk ditransaksikan di

Bursa Berjangka. Transaksi yang diselesaikan sendiri (dibandari) oleh Pialang Berjangka di luar

Bursa Berjangka (bucketing) dilarang.

Huruf c Angka 1

Semua amanat yang diterima oleh Anggota Bursa Berjangka yang berstatus sebagai Pialang

Berjangka wajib ditransaksikan di Bursa Berjangka. Anggota Bursa Berjangka tersebut dilarang mengambil posisi secara langsung

sebagai lawan transaksi dari amanat Nasabahnya tanpa menempuh prosedur

sebagaimana ditetapkan.

Angka 2 Cukup jelas.

Huruf d Keikutsertaan seorang Nasabah dalam transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,

dan/atau Kontrak Derivatif lainnya hendaknya dilakukan atas kesadaran dan pengertian yang

penuh dari Nasabah yang bersangkutan. Hal penting lain adalah tidak adanya unsur bujukan atau pemaksaan (high-pressure sales tactics) kepada

Nasabah dalam penyaluran amanat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau

Kontrak Derivatif lainnya.

Angka 29 Pasal 58

Cukup jelas.

Angka 30

Pasal 63 Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) . . .

Page 177: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 29 -

Ayat (2) Apabila diperlukan laporan sewaktu-waktu untuk

kelengkapan data dan informasi mengenai kegiatan para Pihak dalam transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya

dan/atau ditemukan indikasi atau laporan penyimpangan terhadap ketentuan Undang-undang ini dan/atau

peraturan pelaksanaannya, Bappebti dapat mewajibkan pemegang izin, persetujuan, dan sertifikat pendaftaran untuk menyampaikan laporan.

Angka 31 Pasal 68

Ayat (1)

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Bappebti yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik adalah Pegawai

Negeri Sipil di lingkungan kementerian yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang perdagangan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Penyidikan perlu dilaksanakan dengan cepat agar

masalah yang timbul segera dapat diatasi untuk menghilangkan keragu-raguan peserta Bursa Berjangka. Untuk keperluan tersebut, Bappebti diberikan hak

mengajukan permohonan izin secara langsung kepada lembaga yang berwenang dalam rangka mendapatkan

keterangan tentang keadaan keuangan tersangka yang disimpan di bank.

Ayat (4) Sejak dimulai penyidikan dan selama penyidikan berlangsung, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil perlu

berkonsultasi dengan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Ayat (5) . . .

Page 178: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 30 -

Ayat (5) Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara

Republik Indonesia, yang selanjutnya wajib segera menyampaikannya kepada penuntut umum. Dalam hal

ini, kata melalui pada ayat ini tidak berarti bahwa Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dapat atau perlu melakukan penyidikan ulang karena sejak

awal sampai dengan berlangsungnya penyidikan, Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia telah memberikan bimbingan teknis penyidikan, termasuk

pemberkasan hasil penyidikan.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Angka 32 Pasal 71

Cukup jelas.

Angka 33 Pasal 73

Cukup jelas.

Angka 34

Pasal 73A Cukup jelas.

Pasal 73B

Cukup jelas.

Pasal 73C

Cukup jelas.

Pasal 73D Cukup jelas.

Pasal 73E Cukup jelas.

Pasal 73F

Cukup jelas.

Pasal 73G

Cukup jelas.

Angka 35 Pasal 76

Dihapus.

Angka 36 . . .

Page 179: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat

- 31 -

Angka 36 Pasal 77

Konsultasi atau koordinasi dilakukan sepanjang masalah atau kegiatan tersebut berkaitan dengan bidang tugas dan fungsi Bank Indonesia dan/atau badan yang mengawasi pasar modal

dan lembaga keuangan, dan lembaga yang menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan. Untuk itu,

Bappebti berkewajiban mengambil inisiatif untuk mengadakan konsultasi dan/atau koordinasi dengan Bank Indonesia dan/atau badan yang mengawasi pasar modal dan lembaga

keuangan, dan lembaga yang menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan.

Angka 37

Pasal 80A Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5232