program magister hukum ekonomi syariah...
TRANSCRIPT
![Page 1: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/1.jpg)
Pengaruh Fatwa DSN MUI Terhadap Pelaksanaan Transaksi Tawarruq
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Hukum Ekonomi Syariah
Oleh :
Baihaqi
NIM : 2112043300003
Pembimbing
Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, M.A.
PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1437 H
![Page 2: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/2.jpg)
![Page 3: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/3.jpg)
![Page 4: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/4.jpg)
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur kepada Allah SWT pencipta alam semesta yang telah melimpahkan rahmat,
nikmat, dan berkah-Nya yang begitu banyak dan tiada henti-hentinya kepada makhluk-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sosok teladan yang menjadi panutan bagi setiap
umat manusia.
Tesis ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memenuhi
syarat-syarat meraih gelar Magister Hukum Ekonomi Syariah, dan atas izin dari Allah Tuhan
Semesta alam, penulis telah menyelesaikan tesis ini. Dalam realisasinya, penulis sadar
sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian tesis
ini. Oleh karena itu, puji dan syukur penulis haturkan atas kekuatan yang telah Allah SWT
anugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya, kepada :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Bapak Dr. H. Asep Saepudin Jahar, MA.
2. Ketua Program Studi Magister Ekonomi Syariah Ibu Dr.Nurhasanah, M.A. dan Sekretaris
Program Studi Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A.
3. Bapak Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, M.A., terima kasih atas bimbingan serta
bantuannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini.
4. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmunya kepada saya. Terima kasih atas setiap ilmu
yang diberikan.
5. Kedua Orang tuaku tercinta terima kasih untuk semua doa, harapan, kasih sayang serta
bantuan moril maupun materil yang telah diberikan selama ini. Terima kasih telah menjadi
orang tua sekaligus guru yang luar biasa bagi putra-putrimu.
6. Untuk isteriku Neneng Rahmawati, S.E., dua putriku tercinta Queena Keisha Salsabila dan
Quaneisha Ufairah Ramadniya.
![Page 5: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/5.jpg)
7. Untuk teman-teman di Prodi MES Angkatan Pertama: Dila, mba Ade, Febri, Rani, Ayu, mba
Liza, pak Kadarisman, pak Nurdin, dan pak Rio. Semoga Allah menjaga persahabatan kita
dan memberikan yang terbaik bagi kita semua. Sukses untuk kita semua. Aamiin.
8. Rekan-rekan di PT Lentera Abadi.
9. Dan semua orang dan pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik, saran, dan masukan
konstruktif dari berbagai pihak agar dapat lebih memberikan manfaat di kemudian hari. Semoga
tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya. Aamiin yaa rabbal
‘aalamiin.
Wassalammu’alaikumWr. Wb.
Jakarta, Desember 2017
Penulis
![Page 6: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/6.jpg)
![Page 7: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/7.jpg)
ABSTRAK
Perbankan Islam dan Lembaga Keuangan Syariah saat ini telah mengalami pertumbuhan yang
sangat pesat terutama dengan adanya banyak fatwa dan produk sebagai hasil ijtihad. Adanya
fatwa tersebut digunakan sebagai legitimasi produk yang ditawarkan oleh perbankan dan
lembaga keuangan syariah. Salah satunya adalah tawarruq yang merupakan salah satu bentuk
jual beli yang paling banyak menuai kontroversi di kalangan para ulama.
Masalah yang timbul adalah mengenai kebolehan transaksi yang menggunakan akad tawarruq,
karena transaksi tersebut dianggap oleh sebagian ahli fikih tidak jauh dari bai’ inah. Letak
perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat penjualan kembali. Pada
tawarruq yang melibatkan pihak ketiga dianggap hilah kepada riba dan tujuan utamanya adalah
untuk mendapatkan keuntungan berlebih dalam transaksi tersebut.
Tesis ini bertujuan menganalisis pengaruh fatwa DSN MUI terhadap pelaksanaan transaksi
tawarruq serta bertujuan melihat sejauh mana akad tawarruq telah diaplikasikan dalam lembaga
keuangan di Indonesia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif. Dalam
penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah pandangan para ulama fikih terhadap bai’
tawarruq. Dari penelitian ini dapat ditemukan bahwa transaksi tawarruq tidak dianggap sebagai
produk keuangan Islam karena banyak kekurangan di dalamnya dan adanya hilah yang mengarah
kepada riba. Akan tetapi diperbolehkan jika akadnya tawarruq fiqhi sebagaimana telah
diaplikasikan dalam perdagangan komoditas syariah di Indonesia.
Kata Kunci: Akad, Al-Tawarruq, Al-Inah, bai’, fatwa, hilah, riba, murabahah .
![Page 8: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/8.jpg)
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................................v
ABSTRAK ..................................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Batasan Masalah ............................................................................................................11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .....................................................................................11
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...............................................................................12
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan ......................................................................13
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................................15
BAB II AKAD TAWARRUQ .....................................................................................................17
A. Pengertian Akad Tawarruq .............................................................................................17
B. Pendapat Ulama yang Membolehkan dan Melarang Tawarruq ......................................25
1. Pendapat Ulama yang Membolehkan .........................................................................25
2. Pendapat Ulama yang Melarang .................................................................................28
C. Analisis Teori Bai’ Tawarruq .........................................................................................29
1. Tawarruq Munazam dan Tawarruq Fiqhi ...................................................................32
![Page 9: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/9.jpg)
v
2. Argumentasi Ulama yang Mendukung Tawarruq Munazam .....................................34
3. Argumentasi Ulama yang Menolak Tawarruq Munazam ..........................................36
D. Hubungan Tawarruq dengan Bai’ Inah ...........................................................................38
E. Bai’ Dayn ........................................................................................................................41
BAB III FATWA DSN MUI TERHADAP PELAKSANAAN TRANSAKSI TAWARRUQ
............................................................................................................................................45
A. Pengertian Fatwa .............................................................................................................45
B. Prosedur Penetapan Fatwa .............................................................................................49
C. Kedudukan Fatwa DSN MUI ..........................................................................................51
D. Fatwa No. 82 Tahun 2011 ...............................................................................................54
E. Pasar Komoditas Syariah ................................................................................................56
F. Serifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA) .....59
BAB IV ANALISIS PENGARUH FATWA DSN MUI TERHADAP TRANSAKSI
TAWARRUQ .................................................................................................................62
A. Analisis Perbandingan Pendapat Terhadap Tawarruq....................................................62
B. Pendapat Pakar Ekonomi Syariah Terhadap Transaksi Tawarruq… .............................68
C. Analisis Fatwa DSN MUI ............................................................................................71
BAB V PENUTUP........................................................................................................................75
A. Kesimpulan ....................................................................................................................75
B. Saran ..............................................................................................................................76
![Page 10: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/10.jpg)
vi
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................77
LAMPIRAN..................................................................................................................................88
![Page 11: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/11.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai agama yang dibawa oleh Rasulullah merupakan risalah yang sempurna
yang mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik aspek politik, budaya, ekonomi, sosial,
hukum, seni, dan manajeman. Salah satu aspek yang mendapat perhatian cukup besar dalam
Islam adalah masalah ekonomi.
Dalam konteks aktivitas ekonomi, pemikiran dan praktiknya telah dilakukan sejak
masa Islam itu lahir di bawah kepemimpinan Rasulullah. Madinah adalah sebuah negara
yang sangat maju dan menyisakan peradaban yang tinggi di semua segi termasuk
fundamental bidang ekonomi yang belakangan disebut sebagai ekonomi syariah. Para sahabat
dan pemikir Islam berikutnya pada masa Umayah dan Abbasiyah telah menorehkan kejayaan
hingga mencapai masa renaissance pemikiran dan peradaban Islam.1
Dalam melakukan aktivitas ekonomi seorang muslim tidak hanya sekadar untuk
memenuhi kebutuhan fisik saja, tetapi juga sekaligus merupakan bagian ibadah kepada Allah
sehingga setiap tahap dan proses aktivitas ekonomi selalu dikaitkan dengan nilai-nilai Islam
yang dikenal dengan istilah ekonomi syariah atau ekonomi Islam.
Ekonomi syariah merupakan sistem pembangunan menyeluruh. Sistem ini bertujuan
mengakhiri keterbelakangan, menegakkan bangunan ekonomi yang mewujudkan solidaritas
dan ikatan antra umat Islam. Dengan demikian Islam memandang masalah ekonomi sebagai
bagian dari cara hidup yang utuh.
1 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer. Gramata
Publishing Depok. 2010, hlm. vii.
![Page 12: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/12.jpg)
2
Ekonomi syariah adalah kumpulan norma hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan
Al-Hadits yang mengatur perekonomian umat manusia.2 Oleh sebab itu, ekonomi syariah
dimaknai lebih luas mencakup semua aktivitas manusia untuk mempertahankan
kehidupannya yang meliputi semua usaha, kegiatan, jasa dan profesi sepanjang tidak
bertentangan dengan Al-Qur‟an dan Al-Hadits, semuanya juga sudah termasuk dalam makna
ekonomi syariah.3
Konsep sistem ekonomi syariah adalah sistem ekonomi yang adil, transparan,
mementingkan nilai kemanusiaan dan kesejahteraan, bebas dari riba, tidak mengandung unsur
penipuan, pemaksaan, spekulasi, suap, barang haram, maksiat, serta jauh dari hal-hal yang
dilarang syariah. Dari segi konsep, operasional, dan ragam produk, ekonomi syariah
seharusnya berani menunjukkan perbedaan yang jelas dibandingkan dengan sistem ekonomi
konvensional. 4
Berikut ini beberapa definisi ekonomi syariah atau ekonomi Islam menurut beberapa
pakar:
1. Hasanuzzaman (1984), ekonomi Islam adalah ilmu dan aplikasi petunjuk dan aturan
syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh dan menggunakan sumber
daya material agar memenuhi kebutuhan manusia dan agar menjalankan
kewajibannya kepada Allah dan masyarakat.
2. Muhammad Abdul Mannan (1986), ekonomi Islam adalah ilmu sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat dalam perspektif nilai-nilai Islam.
2 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah. Sinar Grafika Jakarta. 2008, hlm. 4.
3 Lebih khusus penjabaran ekonomi syariah merupakan usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang
per orang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial menurut prinsip syariah. Istilah ini biasanya
juga digunakan untuk untuk menyebut ekonomi Islam.
4 Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010,
hlm. v.
![Page 13: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/13.jpg)
3
3. Nejatullah Ash-Shiddiqi (1992), ekonomi Islam adalah tanggapan pemikir-pemikir
muslim terhadap tantangan ekonomi pada zamannya. Di mana dalam upaya ini
mereka dibantu oleh Al-Qur‟an dan As-Sunnah disertai dengan argumentasi dan
pengalaman empiris.
4. Khan (1994), ekonomi Islam adalah suatu upaya memusatkan perhatian pada studi
tentang kesejahteraan manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya
di bumi atas kerja sama dan partisipasi.
5. Khursid Ahmad (1992), ekonomi Islam adalah suatu upaya sistematis untuk
memahami masalah ekonomi dan perilaku manusia yang berkaitan dengan masalah
itu dari perspektif Islam.5
Kegiatan ekonomi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.
Oleh karena itu, ekonomi syariah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari konsep ajaran
Islam. Dalam hukum Islam masalah yang berkaitan dengan ekonomi tidak terlepas dengan
muamalah6 seperti dalam bentuk kegiatan perdagangan
7, sewa-menyewa
8, jual beli
9, pinjam
meminjam10
, utang piutang, dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dasar muamalah tersebut
5 Veithzal Rivai & Andi Buchari, Islamic Economics (Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tapi Solusi), Bumi
Aksara Jakarta. 2009, hlm. 11-12. 6 Muamalah berarti: 1. Proses interaksi dengan pertukaran barang, atau jasa. 2. Interaksi sosial di
masyarakat, termasuk kegiatan bisnis yang sejalan atau didasarkan pada prinsip syariah. Muamalah dibutuhkan
karena sifat manusia sebagai makhluk sosial dalam rangka memenuhi kebutuhannya. (Lihat Ahmad Ifham
Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010, hlm. 518). 7 Perdagangan; Kegiatan mengembangkan modal untuk mendapatkan keuntungan. Termasuk juga
praktik jual beli dan kegiatan lain yang sejenis dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan. (Ibid., hlm. 642). 8 Sewa-menyewa diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian. (Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 13, Alma‟arif Bandung. 1988, hlm. 15). 9 Jual beli merupakan pertukaran harta atas dasar saling rela. Atau memindahkan milik dengan ganti
yang dapat dibenarkan, yaitu berupa alat tukar yang sah. Dengan demikian, perkataan jual beli menunjukkan
adanya dua perbuatan dalam satu peristiwa, yaitu satu pihak menjual dan pihak lain membeli. Maka dalam hal
ini terjadilah peristiwa hukum jual beli. (Lihat Sayyid Sabiq, Fikih Sunah 12, Alma‟arif Bandung. 1988, hlm.
47-48). 10
Pinjam meminjam adalah memberikan sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil
manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, agar dapat dikembalikan zat barang itu. (Lihat Sulaiman Rasyid, Fiqh
Islam, Sinar Baru Bandung.1990, hlm 301).
![Page 14: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/14.jpg)
4
telah diberikan pedoman yang jelas dalam hukum Islam, di antaranya bahwa transaksi yang
dilakukan sah jika terbebas dari maisir, gharar, haram, riba, dan bathil.11
Seiring perkembangan zaman, saat ini banyak sekali ditemukan berbagai jenis
transaksi di lembaga keuangan syariah yang berkembang mulai dari yang paling sederhana
hingga yang konsepnya sangat kompleks. Mulai dari industri perbankan syariah, asuransi
syariah, pasar modal syariah, dan bursa komoditi berjangka pun tidak mau ketinggalan dalam
mengikuti tren tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya commodity trading.
Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Hal ini
menyebabkan banyak pihak ingin mengetahui perbedaaan yang mendasar antara lembaga
keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Salah satu perbedaan yang sering
dikemukakan oleh para ahli adalah, bahwa di lembaga keuangan syariah harus ada underlying
transaction yang jelas, sehingga uang tidak boleh mendatangkan keuntungan dengan
sendirinya tanpa ada alas transaksi, seperti jual beli yang akan menimbulkan margin, sewa
11
Maisir berarti setiap tindakan atau permainan yang bersifat untung-untungan/ spekulatif yang
dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan materi seperti dampak terjadinya praktik kepemilikan harta secara
bathil. Undang-Undang No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan maisir sebagai transaksi
yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti atau untung-untungan. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin,
Buku Pintar Ekonomi Syariah, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2010, hlm. 479). Gharar; 1. Menurut
bahasa: ancaman/ bahaya (risk of uncertatainty). Menurut istilah, beberapa definisi ulama: (a) Imam Sarakhsi:
tidak diketahui hasilnya; (b) Imam Qarafi: tidak diketahui terjadi/ hasil/ tidak; (c) Imam Asnawi: dua
kemungkinan yang paling dominan yang paling ditakutkan; (d) Ibnu Taimiyah: tidak diketahui akibatnya; (e)
Ibnu Qayyim: yang tidak dapat diserahterimakan; (f) Musthafa Zarqa: jual beli yang tidak jelas batasannya dan
objeknya karena risiko sehingga mirip judi. 2. Transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan/atau tipuan dari
salah satu pihak; seperti bai‟ ma‟dum (jual beli sesuatu yang belum ada barangnya). Undang-Undang No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah mendefinisikan gharar sebagai transaksi yang objeknya tidak jelas,
tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuai
diatur lain dalam syariah. (Ibid., hlm. 288). Haram berarti larangan Allah yang pasti terhadap suatu perbuatan,
yang jika dikerjakan berdosa, sedangkan jika ditinggalkan mendapat pahala. Haram juga berarti tuntutan untuk
meninggalkan suatu perbuatan, bersifat jaazim atau sungguh-sungguh/pasti. (Ibid., hlm 302). Riba secara garis
besar dikelompokkan menjadi dua. Yaitu riba utang-piutang dan riba jual beli. Riba utang-piutang terbagi lagi
menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Sedangkan riba jual beli terbagi atas riba fadhl dan riba nasi‟ah. (1)
Riba qardh: Suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang
(muqtaridh). (2) Riba jahiliyyah: Utang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu
membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. (3) Riba fadhl: Pertukaran antar barang sejenis dengan kadar
atau takaran yang berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk jenis barang ribawi. (4) Riba
nasi‟ah: Penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang
ribawi lainnya. Riba dalam nasi‟ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang
diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. (Ibid., hlm 729). Bathil berarti tidak sesuai dengan syariah
Islam (illegal); transaksi yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah akan menjadi bathil jika syarat dan
rukunnya tidak terpenuhi serta bertentangan dengan syariah Islam. (Ibid., hlm 159).
![Page 15: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/15.jpg)
5
menyewa yang akan menimbulkan fee, dan penyertaan modal yang akan memperoleh bagi
hasil.12
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh lembaga keuangan syariah terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana
(funding), dan produk jasa (service).13
Industri keuangan syariah di Indonesia terus berkembang di tengah-tengah
masyarakat dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapinya. Regulasi yang jelas
tentang lembaga keuangan syariah membuka peluang bagi syariat Islam untuk menunjukkan
eksistensi ajarannya.
Setiap lembaga keuangan syariah dalam menjalankan operasionalnya harus
berdasarkan prinsip syariah, terutama pada produk-produk yang dikeluarkannya. Dengan kata
lain produk-produk lembaga keuangan syariah tersebut harus dilandasi oleh akad-akad yang
sesuai dengan tuntunan syariah.14
Dalam praktiknya, lembaga keuangan syariah harus memenuhi ketentuan hukum
Islam. Hukum Islam ini ditentukan dengan keputusan fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) melalui lembaga Dewan Syariah Nasional (DSN). Jika DSN belum
mengeluarkan fatwanya tentang sesuatu masalah maka Dewan Pengawas Syariah (DPS)
sebagai kepanjangan DSN dapat mengeluarkan opini sementara sampai keluarnya fatwa.
Karakteristik fatwa yang sifatnya tidak mengikat kepada siapapun, kemudian menjadi
mengikat kepada praktisi ekonomi syariah karena fatwa dikuatkan dan ditetapkan menjadi
standar kepatuhan syariah (syariah compliance) oleh peraturan perundang-undangan.15
12
Fathurrahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Sinar Grafika
Jakarta. 2012, hlm. v. 13
Muhammad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia, PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta. 2013, hlm. 3. 14
Ma‟ruf Amin dalam pengantar, Teori Hukum Ekonomi Syariah, UI Press Jakarta. 2015, hlm. v. 15
M. Cholil Nafis, Teori Hukum Ekonomi Syariah, UI Press Jakarta. 2015, hlm. iii.
![Page 16: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/16.jpg)
6
Tugas dari DSN MUI adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-
masalah yang berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan
aktivitas lembaga keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya pembentukan
DSN dimaksudkan oleh MUI sebagai upaya efisiensi dan koordinasi para ulama dalam
menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi atau keuangan. Salah satu
tugas pokok DSN MUI adalah mengkaji, menggali dan merumuskan nilai dan prinsip-prinsip
hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan
transaksi di lembaga keuangan syariah.16
Sebagaimana amanat peraturan perundang-undangan yang ada, DSN MUI merupakan
mitra lembaga pemerintah yang menjadi regulator dalam mengatur lembaga keuangan
syariah. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya domain kesyariahan yang terkait dengan
lembaga keuangan syariah kepada DSN MUI. Misalnya dalam hal memverifikasi salah satu
izin prinsip pendirian lembaga keuangan syariah di Indonesia yang disyaratkan harus telah
memenuhi aspek kesyariahan, maka dalam hal penentuan apakah lembaga tersebut betul telah
memenuhi aspek kesyariahan atau tidak, sepenuhnya diserahkan kepada DSN MUI. Selain
itu, dalam hal produk dan akad-akad yang dipergunakan lembaga keuangan syariah untuk
menjalankan operasionalnya juga harus didasarkan atas ketetapan fatwa yang dikeluarkan
oleh DSN MUI. Dengan begitu tidak dibenarkan bagi lembaga keuangan syariah untuk
mendasarkan prinsip kesyariahan operasionalnya dari pendapat ulama yang tidak tercover
dalam fatwa DSN MUI, selagi sudah ada fatwa dari DSN MUI tentang hal tersebut. 17
Ekonomi dunia modern dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan dan peran
penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan perbankan pada khususnya. Melalui sektor
16
Ma‟ruf Amin, Op.Cit.,hlm. vi. 17
Ibid., hlm. vi-vii.
![Page 17: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/17.jpg)
7
jasa keuangan inilah dana atau potensi investasi yang ada pada masyarakat disalurkan ke
dalam kegiatan-kegiatan produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.18
Dewasa ini ada kecenderungan di kalangan umat Islam untuk memperlonggar dan
mempermudah hukum agama khususnya dalam urusan muamalah. Alasan dharurah
misalnya, digunakan sebagai bahan justifikasi untuk menghalalkan sesuatu yang telah jelas
diharamkan dalam nash-nash syariah seperti dalam isu riba. Memang syariat Islam
membenarkan prinsip dharurah digunakan bila berhadapan dengan keadaan terdesak hingga
tidak memungkinkan individu melaksanakan tuntutan syariah secara sempurna. Dalam Islam
prinsip dharurah disebutkan sebagai salah satu kaidah fiqih yang masyhur dari Imam Al-
Sayuti, yaitu “al-dharurat tubih al-mahzurat”, artinya apabila sudah ada dharurah seseorang
diperbolehkan mengerjakan perkara yang dilarang.19
Hal demikian pula digunakan dalam muamalah maliyah bila menghadapi dharurah.
Namun terdapat beberapa dhawabith (aturan) yang harus terpenuhi demi tercapainya keadaan
dharurah tersebut. Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwafaqat sebagaimana dikutip Muhamad
Nadratuzzaman mengatakan bahwa dharurah adalah keadaan yang terlalu mendesak,
sehingga mendesak seseorang untuk tidak dapat mempertahankan lima perkara dalam
syariah, yaitu agama, nyawa, akal, keturunan, dan harta. Dari pengertian tersebut, dharurah
berarti ketika seseorang tidak dapat lagi mempertahankan kelima perkara yang disebutkan,
boleh baginya melakukan hal yang asal hukumnya haram. 20
Sebagai contoh adalah ketika seseorang ingin mendapatkan uang tunai dan
menghindari transaksi ribawi, maka orang tersebut melakukan transaksi jual beli dengan
menggunakan akad tawarruq.
Ulama yang memperbolehkan tawarruq memberlakukan dharurah dengan alasan
yang jelas, yaitu bahwa keberadaan bank-bank Islam di dunia sangat terbatas dan bisnisnya
18 Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit.,hlm. 3-4.
19 Ibid., hlm.114.
20 Ibid., hlm.114-115.
![Page 18: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/18.jpg)
8
sangat terbatas pula. Selain dapat mempermudah proses transaksi, dapat pula meningkatkan
loyalitas nasabah dan tentu akan menambah likuiditas21
yang sangat bermanfaat bagi bank-
bank Islam di dunia.
Namun sejumlah ulama masih memperdebatkan kehalalan transaksi ini. Sejumlah
pihak berpandangan bahwa tawarruq merupakan rekayasa atau hilah, yaitu merekayasa untuk
menutupi unsur ribanya tidak tampak, padahal esensinya adalah kegiatan atau praktik ribawi.
Di lain pihak, tawarruq dianggap sebagai hal yang diperkenankan dalam Islam sebagai solusi
untuk memenuhi kebutuhan uang tunai.
Tawarruq merupakan penguangan aset. Jual beli aset yang dilakukan secara tangguh
dengan pembeli menjual kembali aset itu secara tunai kepada pihak ketiga.
Tawarruq adalah suatu kontrak penjualan di mana seorang pembeli memperoleh
barang dagangan secara kredit dan kemudian menjual barang dagangan tersebut dengan
merugi (sebab harga lebih rendah) kepada penjual asal untuk mendapatkan uang tunai.
Tujuan dari transaksi ini adalah untuk mendapatkan uang tunai dan bukan untuk kegiatan
bisnis. Model transaksi ini dikecam sebagai sebuah rekayasa untuk memberi atau
mendapatkan suatu pinjaman berbunga.22
Berbagai produk dengan tawarruq telah diciptakan demi kenyamanan dan kemajuan
pangsa pasar Islam, seperti diberlakukan di Malaysia. Alasannya ialah perekonomian dunia
Islam harus meningkat seiring waktu dan kebutuhan pasar, sehingga platform yang telah
dipraktikkan pada perbankan Islam di dunia Islam harus diperbarui dan disesuaikan dengan
21
Likuiditas; Kemampuan untuk memenuhi seluruh kewajiban yang harus dilunasi segera dalam
waktu yang singkat; sebuah perusahaan dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta
lancer yang lebih besar dibandingkan dengan seluruh kewajibannya (liquidity). Tujuan dari pengaturan dan
pengolahan likuiditas adalah a. Memberikan jaminan kepada deposan untuk ketepatan pembayaran dana mereka
yang akan dikembalikan atau jatuh tempo; b. Memastikan kemampuan untuk melakukan pembayaran atas
semua pinjaman yang akan jatuh tempo; c. Memastikan untuk dapat memberikan dana yang telah disetujui
untuk pembiayaan baru yang telah disetujui; d. Meminimalkan terjadinya penjualan asset yang tidak
direncanakan; e. Memastikan agar ketentuan GWM (Giro Wajib Minimum) selalu terpenuhi. (Lihat Ahmad
Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 476) 22
Muhammad Akram Khan, Islamic Economics and Finance: A Glossary. Routledge London. 2003,
hlm. 182.
![Page 19: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/19.jpg)
9
keadaan dan kebutuhan saat ini. Murabahah, ijarah, dan banyak akad lain adalah akad
kontemporer yang telah berkembang dan tidak lagi sesuai dengan akad-akad murabahah,
ijarah, dan sebagainya di masa Rasulullah ataupun sahabat dan tabi‟in. Dengan demikian
tawarruq seyogyanya mengalami perkembangan dan perubahan mekanisme sesuai perubahan
zaman dan kebutuhan perbankan Islam saat ini. 23
Tidak dapat dipungkiri bahwa ulama klasik pun ada yang menghalakan tawarruq
dengan catatan tertentu, yaitu apabila seseorang tidak berhasil mendapatkan likuiditas dan
pinjaman dan tidak pula dipersyaratkan dalam jual beli.
Pembahasan mengenai produk-produk tersebut tidak terlepas dari jenis akad yang
digunakan. Jenis akad yang digunakan oleh suatu produk biasanya melekat pada nama
produk tersebut.24
Transaksi tawarruq muncul pada fatwa DSN-MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 yang
mengatur secara khusus tentang perdagangan berjangka komoditi syariah. Fatwa ini bertujuan
untuk mengeliminir unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip syariah dalam
perdagangan berjangka komoditi syariah.
Dalam kegiatan ekonomi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ruang dan waktu, posisi
fatwa sebagai pijakan hukum diperlukan. Fatwa dijadikan pedoman oleh otoritas keuangan
dan lembaga keuangan syariah (LKS) dalam kegiatan ekonomi syariah. Fatwa dijadikan
standar untuk memastikan kesyariahan produk dan operasional keuangan syariah. Bahkan
menurut Mahmoud A. El-Gamal sebagaimana dikutip Muhammad Maksum, fatwa menjadi
satu-satunya sarana menentukan keabsahan transaksi keuangan Islam.25
Menurut Muhammad Ayub tawarruq berarti membeli secara kredit dan menjual di
tempat secara langsung dengan tujuan untuk mendapatkan uang tunai, yang berarti bahwa
23
Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit.,hlm. 115-116. 24
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, PT Rajawali Press Jakarta. 2012, hlm. 3. 25
Muhammad Maksum, Disertasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam
Merespon Produk-Produk Ekonomi Syariah. UIN Jakarta. 2013, hlm.1.
![Page 20: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/20.jpg)
10
transaksi tersebut bukanlah untuk memenuhi kebutuhan pihak pembeli; ia sebenarnya hanya
ingin likuiditas, yang ia dapatkan dengan membeli sebuah barang secara kredit dan menjual
dengan segera untuk mendapatkan uang tunai. Jika ia menjual kepada pihak ketiga, hal
tersebut dapat diterima dari prinsip syariah, tetapi jika ia menjual kepada seseorang yang
menjadi pihak dimana ia membeli barang dimaksud secara kredit, hal demikian tidaklah
sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan pendapat mayoritas ulama. Meskipun berada
dalam wilayah abu-abu, tawarruq digunakan oleh banyak Bank Islam untuk manajemen
likuiditas dan sebagai sebuah model pembiayaan, khususnya untuk pembiayaan individu dan
kartu kredit.26
Para ulama klasik dari Mazhab Hanafi, Syafi‟i dan Hanbali memandang tawarruq
sebagai transaksi yang diperbolehkan secara legal. Islamic Fiqh Academy, yang
beranggotakan negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI pada konferensi tahunan sesi
ke 15 di kota Mekkah, telah mengeluarkan resolusi yang mendukung diperbolehkan transaksi
tawarruq, dengan syarat pembeli tidak menjual kembali barang yang telah dibelinya kepada
penjual pertama dengan harga yang lebih rendah, langsung atau tidak langsung, sebab kalau
hal itu terjadi, maka bisa dikatakan masuk dalam kategori transaksi yang mengandung riba.27
Untuk mendapatkan uang tunai tanpa melakukan cara ribawi, beberapa pihak yang
melakukan tawarruq. Namun demikian, transaksi tawarruq menjadi perdebatan oleh beberapa
pihak mengenai kehalalannya. Sejumlah pihak berpandangan bahwa tawarruq sebagai sebuah
kegiatan yang dibuat-buat sehingga unsur ribanya tidak tampak padahal esensinya adalah
kegiatan ribawi. Di lain pihak, tawarruq dianggap hal yang diperkenankan dalam Islam
sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan uang tunai. 28
Para ulama dari Mazhab Maliki tidak setuju dengan penjualan barang dengan harga
yang lebih tinggi dari harga pasar apabila dilakukan oleh seseorang yang mengambil
26
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance. John Wiley & Sons, Ltd Inggris. 2007, hlm. 349. 27
Nibra Hosen,”Tawarruq” dari http://nibrahosen.multiply.com/journal/item/21. 28
Muhammad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 3.
![Page 21: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/21.jpg)
11
keuntungan pinjaman dengan cara yang masuk dalam kategori riba. Umar Ibn Abdul Aziz
dan Muhammad Ibn al Hasan tidak setuju dengan tawarruq. Ibnu Taimiyyah dari Mazhab
Hanbali, dan muridnya Ibn al-Qayim sangat tidak setuju dengan tawarruq dan menyamakan
dengan katagori inah. Sebagian dari Ulama Hanafi telah melarang transaksi ini dan
menyamakannya dengan inah, namun sebagian lagi, seperti Ibn al-Humam mengatakan kalau
tawarruq tidak terlalu di senangi atau khilaf al-awla.29
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik
melakukan pengkajian yang lebih mendalam tentang Pengaruh Fatwa DSN MUI
Terhadap Pelaksanaan Transaksi Tawarruq.
B. Batasan Masalah
Penelitian ini akan memfokuskan kajian hukum transaksi tawarruq dengan
mengkhususkan fatwa DSN MUI, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pendapat para ulama terkait akad tawarruq yang digunakan dalam
komoditas syariah?
2. Bagaimana analisis ketentuan fikih untuk tawarruq, fatwa Dewan Syariah Nasional
untuk perdagangan komoditi..
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui seperti apa konsep akad tawarruq dan praktiknya di lembaga keuangan
syariah.
2. Untuk mengetahui pandangan para ulama terkait akad-akad yang digunakan dalam
komoditas syariah.
29 Nibra Hosen, Op.Cit.
![Page 22: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/22.jpg)
12
3. Mengetahui kedudukan tawarruq dalam hukum Islam.
4. Menganalisa ketentuan fikih tentang tawarruq, fatwa DSN MUI untuk bursa komoditi.
.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Bagi penulis pada khususnya dapat menambah khazanah keilmuan dan mengembangkan
daya analisis berupa gagasan atau pendapat yang direalisasikan melalui karya ini,
mengenai akad tawarruq pada komoditas syariah .
2. Bagi para akademisi dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi kuliah.
3. Bagi para praktisi ekonomi syariah, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
meningkatkan sharia compliance demi menjaga produk-produknya agar tidak keluar dari
prinsip-prinsip syariat Islam.
4. Bagi masyarakat, dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan juga sebagai bahan
pembelajaran terhadap kompleksnya produk-produk keuangan syariah.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Tinjauan studi terdahulu dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
Artikel dengan judul “Manajemen Likuiditas Lembaga Keuangan Mikro Syariah Non
Bank (BMT) dengan Akad Tawarruq ” yang ditulis oleh Edi Susilo. Perbedaannya dengan
tesis penulis ini adalah artikel menjelaskan bahwa akad tawarruq dapat dirivitalisasi
berdasarkan kebutuhan masa kini untuk memenuhi kebutuhan likuiditas lembaga keuangan
mikro non bank (BMT). Sedangkan tesis penulis lebih memfokuskan pengaruh fatwa DSN
MUI terhadap transaksi tawarruq.
Artikel yang ditulis oleh Nibra Hosen yang berjudul “Tawarruq”. Adapun perbedaannya
dengan tesis penulis adalah artikel ini hanya menjabarkan tentang akad tawarruqnya saja,
![Page 23: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/23.jpg)
13
tanpa menjelaskan lebih rinci tentang pengaruh fatwa DSN MU terhadap komoditas syariah
sebagaimana yang ingin diungkapkan penulis pada tesis ini.
Tesis “Bai’ Al-Tawarruq Perspektif Dewan Syariah Nasioanl Indonesia dan Shariah
Advisory Council Malaysia” yang ditulis oleh Luqman Nurhisam. Tesis ini menjelaskan
tentang sejauh mana akad tawarruq telah diaplikasi dalam keuangan Islam di Indonesia dan
Malaysia. Sedangkan tesis penulis lebih memfokuskan pengaplikasian akad tawarruq di
lembaga keuangan Indonesia akibat pengaruh fatwa DSN MUI.
Buku Muhamad Nadratuzzaman yang berjudul “Produk Keuangan Islam di Indonesia dan
Malaysia”. Buku ini menjelaskan tentang produk-produk perbankan Islam di Malaysia
dengan Indonesia beserta perbandingannya. Demikian juga penjelasan tentang dibolehkannya
akad tawarruq, inah, dan dayn di Malaysia karena dinilai sebagai faktor yang dapat
memajukan perekonomian serta merupakan hal yang sangat dibutuhkan dan mendesak.
Sedangkan tesis ini memfokuskan pada kajian tentang tawarruq dan aplikasinya di lembaga
keuangan syariah.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
1. Metode Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fikih muamalah dan keuangan
Islam. Dengan fikih muamalah dapat dilihat berbagai argumen dan hukum yang terkait
tentang tawarruq. Sedangkan pendekatan keuangan Islam akan dilihat berbagai argumen
terkait tawarruq di lembaga keuangan syariah.
b. Jenis Penelitian
![Page 24: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/24.jpg)
14
Dilihat dari jenis penelitiannya, maka lam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.30
Jika dilihat dari objek kajian dan orientasi yang hendak dicapai, maka penelitian ini adalah
penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah penelitian
dengan mengandalkan data-data yang diperoleh dari buku, jurnal, dokumen, dan tulisan-
tulisan lain. Ruang lingkupnya saat ini juga mencakup media elektronik, seperti internet.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif-analitis terhadap pendapat para ulama terkait
pelaksanaan transaksi tawarruq.
c. Data Penelitian
Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif diperoleh dari berbagai bahan bacaan
yang diperoleh dari perpustakaan dalam bentuk data primer dan data sekunder. Data
Penelitian yang digunakan penulis bersumber dari buku-buku yang membahas tentang bai‟
tawarruq, seperti: Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia karya Muhamad
Nadratuzzaman, Fiqih Jual Beli: Panduan Praktis Bisnis Syariah karya Abdurrahman As-
Sa‟di, dkk, Akad dan Produk Perbankan Syariah karya Ascarya, dan Teori Hukum
Ekonomi Syariah karya M. Cholil Nafis.
Adapun data sekunder berupa literatur yang ditulis oleh para pengamat, baik langsung
maupun tidak langsung yang berkenaan dengan kajian transaksi tawarruq. Kajian tersebut
dapat dalam bentuk buku, artikel, jurnal, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya.
d. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis penelitinnya, teknik pengumpulan data di lakukan di ruang
perpustakaan. Tekniknya dengan memilah-milah data di perpustakaan berdasarkan tema-
30
Penelitian kualitatif diartikan dengan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Lihat, Lexy J.
Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosda Bandung. 2007. hlm 3.
![Page 25: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/25.jpg)
15
tema yang relevan. Tema itu kemudian diklasifikasi berdasarkan nilai atau mutu mencari
relevansinya dengan topik penelitian ini.
.
2.Teknik Penulisan
Sebagai buku pedoman penulisan ini, penulis merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi
dan Tesis Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017.
F. Sistematika Penulisan
Bab pertama tentang pendahuluan. Dijelaskan latar belakang penelitian ini disertai
perumusan permasalahan yang mendorong dilakukan penelitian ini. Dari perumusan masalah
akan terlihat tujuan penelitian. Selanjutnya disajikan tinjauan pustaka bersumber dari
penelitian yang terkait dengan tesis ini.. Kemudian metode penelitian diuraikan dalam bagian
ini yang dilengkapi dengan metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bagian
diakhiri dengan bab sistematika penulisan.
Bab kedua tentang akad tawarruq yang disajikan mulai dari pengertian, pendapat ulama yang
membolehkan dan melarang tawarruq, analisis teori bai‟ tawarruq, yang terdiri tawarruq
munazam dan fiqhi, argumentasi ulama yang mendukung tawarruq munazam, argumentasi
ulama yang menolak tawarruq munazam, serta hubungan tawarruq dengan bai‟ inah, dan
diakhiri dengan bai‟ dayn.
Bab ketiga tentang fatwa DSN MUI terhadap pelaksanaan transaksi tawarruq, yang terdiri
dari pengertian fatwa, prosedur penetapan fatwa, kedudukan fatwa DSN MUI, fatwa No. 82
Tahun 2011, pasar komoditas syariah, dan Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan
Prinsip Syariah Antarbank (SiKA).
![Page 26: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/26.jpg)
16
Bab keempat adalah analisis pengaruh fatwa DSN MUI terhadap transaksi tawarruq, yang
terdiri dari analisis perbandingan pendapat terhadap tawarruq, pendapat pakar ekonomi
syariah terhadap transaksi tawarruq, dan analisis fatwa DSN MUI.
Bagian kelima adalah kesimpulan dan saran. Hasil tulisan ini disimpulkan dalam bagian ini,
yakni menjawab permasalahan-permasalahan yang menjadi topik penelitian. Adapun saran
tersaji sebagai sumbangan pemikiran bagi akademisi, praktisi, dan penggiat hukum ekonomi
Islam.
![Page 27: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/27.jpg)
17
BAB II
AKAD TAWARRUQ
A. Pengertian Akad Tawarruq
Akad mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia. Perjanjian (akad)
merupakan dasar dari sekian banyak aktivitas keseharian manusia. Akad memfasilitasi setiap
orang dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingannya yang tidak dapat dipenuhinya sendiri
tanpa bantuan dan jasa orang lain. Kenyataan ini menunjukkan bahwa betapa kehidupan
manusia tidak lepas dari apa yang namanya perjanjian (akad). Mengingat pentingnya
perjanjian (akad), setiap peradaban manusia yang pernah muncul pasti memberi perhatian
dan pengaturan terhadapnya.31
Semua akad yang dibentuk secara sah berlaku sebagai nash syariah bagi mereka yang
mengadakan akad. Suatu akad tidak hanya mengikat untuk hal yang dinyatakan secara tegas
di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat akad yang diharuskan oleh
kepatutan, kebiasaan, dan nash-nash syariah. Suatu akad hanya berlaku antara pihak-pihak
yang mengadakan akad. Suatu akad dapat dibatalkan oleh pihak yang berpiutang jika pihak
yang berutang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan pihak yang berpiutang.32
Secara bahasa akad33
berarti al-„aqdu. Kata al-„aqdu merupakan bentuk jamak dari
„aqada, ya‟qidu, „aqdan yang berarti menyimpul, membuhul, mengikat, atau mengikat
janji.34
31
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah: Studi tentang Teori Akad dalam Fikih Muamalat.
Rajagrafindo Persada Jakarta. 2010, hlm. xiii 32
Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 19. 33
Akad secara bahasa bisa juga berarti ikatan (ar-ribthu), perikatan, perjanjian, dan permufakatan (al-
Ittifaq). 34
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah. Gramedia Pustaka Utama Jakarta. 2012. hlm, 129 .
![Page 28: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/28.jpg)
18
Makna akad secara syar‟i adalah hubungan antara ijab dan qabul dengan cara yang
dibolehkan syariat yang mempunyai pengaruh secara langsung. Ini artinya bahwa akad
termasuk dalam kategori hubungan yang mempunyai nilai menurut pandangan syara‟ antara
dua orang sebagai hasil kesepakatan antara keduanya yang kemudian dua keinginan itu
dinamakan ijab dan qabul.35
Jika terjadi ijab dan qabul dan terpenuhinya semua syarat yang ada, maka syara‟ akan
mengangap ada ikatan di antara keduanya dan akan terlihat hasilnya pada barang yang
diakadkan berupa harta yang menjadi tujuan kedua belah pihak membuat akad. Pengaruhnya
adalah berupa keluarnya barang yang diakadkan dari kondisi pertama kepada kondisi baru,
jika ia jual beli, maka barang yang akan dijual akan berpindah ke tangan pembeli dan nilai
harga dari tangan pembeli ke tangan penjual. 36
Semua akad yang dibentuk secara sah berlaku sebagai nash syariah bagi mereka yang
mengadakan akad. Suatu akad tidak hanya mengikat untuk hal yang dinyatakan tegas di
dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu menurut sifat akad yang diharuskan oleh
kepatuhan, kebiasaan, dan nash-nash syariah. Suatu akad hanya berlaku antara pihak-pihak
yang mengadakan akad. Suatu akad dapat dibatalkan oleh pihak yang berpiutang jika pihak
yang berutang terbukti melakukan perbuatan yang merugikan pihak yang berpiutang.37
Akad dilakukan berdasarkan asas:
1. Ikhtiyari/ sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari
keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.
35
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam. Amzah
Jakarta. 2010, hlm. 17. 36
Ibid, hlm 17. 37
Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 19.
![Page 29: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/29.jpg)
19
2. Amanah/ menepati janji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai
dengan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat
yang sama terhindar dari cedera janji.
3. Ikhtiyati/ kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.
4. Luzum/ tidak berubah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan
perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisir.
5. Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para
pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.
6. Taswiyah/ kesetaraan; para pihak dalam dalam setiap akad memiliki kedudukan
yang setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
7. Transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak
secara terbuka.
8. Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak
sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.
9. Taisir/ kemudahan; setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan
kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan
kesepakatan.
10. Itikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak
mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.
11. Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum
dan tidak haram.38
Rukun dalam akad ada tiga, yaitu: 1) pelaku akad; 2) objek akad; dan 3) shighah atau
pernyataan pelaku akad, yaitu ijab dan qabul. Pelaku akad haruslah orang yang mampu
38
Ibid, hlm 19.
![Page 30: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/30.jpg)
20
melakukan akad untuk dirinya (ahliyah) dan mempunyai otoritas syariah yang diberikan pada
seseorang untuk merealisasikan akad sebagai perwakilan dari yang lain (wilayah). Objek
akad harus ada ketika terjadi akad, harus sesuatu yang disyariatkan, harus bisa
diserahterimakan ketika terjadi akad, dan harus sesuatu yang jelas antara dua pelaku akad.
Sementara itu, ijab qabul harus jelas maksudnya, sesuai antara ijab dan qabul, dan
bersambung antara ijab dan qabul.39
Syarat dalam akad ada empat, yaitu: 1) syarat berlakunya akad (In‟iqad); 2) syarat
sahnya akad (Shihah); 3) syarat terealisasikannya akad (Nafadz); dan 4) syarat Lazim. Syarat
In‟iqad ada yang umum dan khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad, seperti
syarat yang harus ada pada pelaku akad, objek akad dan Shighah akad, akad bukan pada
sesuatu yang diharamkan, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat
khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal
dua saksi pada akad nikah. Syarat shihah, yaitu syarat yang diperlukan secara Syariah agar
akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat. Syarat nafadz ada
dua, yaitu kepemilikan (barang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya) dan
wilayah. Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat.40
Hukum asal dari akad-akad adalah dibenarkan agama selama tidak bertentangan
dengan prinsip agama. Firman Allah menegaskan tentang halalnya jual beli. Praktik Nabi dan
sahabat dalam berbagai kegiatan muamalah, seperti berdagang, menyewa, menggadaikan,
berkongsi dalam bisnis, dan sebagainya, sebagai bukti kebolehan akad.41
Adapun kata tawarruq berasal dari kata al-wariq, yang berarti mata uang logam
berwarna perak. Istilah al-wariq juga digunakan untuk menyebut seseorang yang memiliki
banyak mata uang logam berwarna silver. Atau dengan kata lain, biasanya kata ini digunakan
39
Ascarya, Op.Cit, hlm. 34-35. 40
Ibid, hlm. 35. 41
Muhammad Maksum. Op.Cit. hlm, 47.
![Page 31: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/31.jpg)
21
untuk mencari uang perak, sementara istilah ini sekarang digunakan untuk mencari uang
kertas.42
Kemudian kata tawarruq diartikan lebih luas menjadi mencari uang tunai dengan
berbagai cara, yaitu bisa dengan mencari perak, emas, atau semacamnya. Dalam kajian
literatur tawarruq adalah berbagai cara yang ditempuh seseorang demi mendapatkan uang
tunai.43
Dalam istilah yang lain, tawarruq adalah mashdar dari kata kerja tawarraqa yang
disandingkan dengan kata al-hayawan, artinya hewan yang memakan daun pepohonan. 44
Kata al-wariq yang bermakna uang perak dapat ditemukan dalam Al-Qur‟an, yaitu
surat Al-Kahfi ayat 19 sebagai berikut:
Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu
ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah dia
membawa makanan itu untukmu.(QS. Al-Kahfi (18): 19)
Adapun menurut istilah tawarruq adalah seseorang yang membutuhkan uang tunai
kemudian membeli suatu barang dengan cara kredit, dan menjualnya kepada pihak ketiga
dengan harga yang lebih murah dari harga aslinya secara tunai.
Ibnu Taimiyah menjelaskan tawarruq adalah seseorang membeli barang kepada
seseorang dengan cara tidak tunai (cicilan) dan menjualnya kembali barang tersebut dengan
cara tunai kepada pihak ke tiga (bukan penjual pertama) dengan maksud ingin mendapatkan
uang/ modal, kemudian dia mengambil keuntungan dari penjualannya tersebut. Maka
permasalahan ini disebut tawarruq karena orang membeli barang tersebut bukan bertujuan
42
Ibnu Manzur, Lisan al-Arab. Dar al-Sadr Beirut, t.t., hlm. 374. 43
Muhamad Nadratuzzaman, Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta. 2013, hlm. 77. 44
Wahbah al-Zuhaili, “Tawarruq, Its Essence and Its Types: Mainstream Tawarruq and Organized
Tawarruq” http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Markets/a%20(65).pdf.
![Page 32: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/32.jpg)
22
untuk memanfaatkan barang tersebut tetapi digunakan untuk mendapatkan uang/modal
dengan cepat.45
Dalam pembahasan yang lain Ibnu Taimiyah46
mengatakan bahwa tawarruq adalah
seseorang membeli barang dengan diam-diam kemudian menjualnya kepada orang yang
berutang secara terang-terangan, karena pembeli dalam hal ini tujuannya bukan untuk
berdagang tetapi tujuannya untuk mencari modal. Hal ini menurut para ulama salaf adalah
termasuk riba, dikatakan oleh Umar bin Abdul Aziz47
.
Dalam kamus ekonomi dan keuangan Islam, secara istilah tawarruq adalah suatu akad
penjualan di mana seorang pembeli memperoleh barang dagangan secara kredit dan
kemudian menjual barang dagangan tersebut dengan harga yang lebih rendah (merugi)
kepada penjual asal untuk mendapatkan uang secara tunai. Adapun tujuan dari transaksi ini
adalah untuk mendapatkan uang tunai dan bukan untuk kegiatan bisnis. Model transaksi ini
dikecam sebagai sebuah rekayasa untuk memberi atau mendapatkan suatu pinjaman
berbunga.48
Adapun Muhammad Ayub mengemukakan pengertian tawarruq adalah membeli
secara kredit (angsuran) dan menjual di tempat secara langsung dengan tujuan untuk
mendapatkan uang tunai. Hal ini berarti bahwa transaksi tersebut bukanlah untuk memenuhi
45 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Majmu‟ Fatawa, Penerjemah Amir Hamzah. Al-Munawwir
Madinah. 1465 H – 6004 M. hlm. 302- 304. 46
Ibnu Taimiyah bernama lengkap Abul Abbas Taqiyuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin
Taimiyah al Harrani , lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661H– wafat: 26 September 1328 M / 22
Dzulqadah 728 H, adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki. (Lihat
https://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Taimiyah).
47 Umar bin Abdul Aziz (bergelar Umar II, lahir pada tahun 63 H / 682 – Februari 720; umur 37–38
tahun) adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–35 tahun) sampai 720 (selama 2–
3 tahun). Tidak seperti khalifah Bani Umayyah sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan
dari khalifah sebelumnya, tetapi ditunjuk langsung, di mana ia merupakan sepupu dari khalifah
sebelumnya, Sulaiman. Ayahnya adalah Abdul Aziz bin Marwan, gubernur Mesir dan adik dari Khalifah Abdul-
Malik. Ibunya adalah Ummu Asim binti Asim. Umar adalah cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin
Khattab, dimana umat Muslim menghormatinya sebagai salah seorang s yang paling dekat. (Lihat:
https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz).
48 Muhammad Akram Khan, Islamic Economics and Finance. Routledge London. 2003. hlm. 182.
![Page 33: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/33.jpg)
23
kebutuhan pihak pembeli tetapi hanya untuk kepentingan likuiditas, yang didapatkan dengan
membeli sebuah barang secara kredit dan menjual dengan segera untuk mendapatkan uang
secara tunai. Jika ia menjual kepada pihak ketiga, hal tersebut dapat diterima dari prinsip
syariah, tetapi jika ia menjual kepada seseorang yang menjadi pihak di mana ia membeli
barang dimaksud secara kredit, hal demikian tidaklah sesuai dengan prinsip syariah
berdasarkan pendapat kebanyakan ulama.49
Tawarruq dibagi dalam tiga mekanisme, yaitu:
1. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, membeli barang dengan harga cicilan
dan tempo yang telah ditentukan, kemudian ia menjualnya kepada pihak ketiga
tanpa sepengetahuan pihak pertama dengan harga lebih rendah secara tunai.
2. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, kemudian berusaha meminjam tapi
orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai, tetapi dia menawarkan
barang dagangannya untuk dibeli oleh orang yang membutuhkan uang tunai,
kemudian barang tersebut dapat dia jual dengan harga rendah ataupun lebih tinggi
secara tunai.
3. Seseorang yang membutuhkan uang tunai, kemudian berusaha meminjam tapi
orang yang dituju tidak ingin meminjamkan uang tunai, dia menawarkan barang
dagangannya dengan harga tinggi untuk dibeli oleh orang yang membutuhkan
uang tunai tadi, kemudian barang tersebut dapat dijual kembali dengan harga
rendah ataupun lebih tinggi secara tunai. Khiyar50
yang diberikan penjual adalah
khiyar paksa kepada mutawarriq yang sangat membutuhkan dana tunai.51
49
Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance. Jhon Wiley & Sons, Ltd Inggris. 2007. hlm. 349. 50
Khiyar; hak memilih atau hak menentukan pilihan di antara dua hal. Secara etimologi, khiyar artinya
memilih, menyisihkan, dan menyaring. Secara umum artinya adalah menentukan yang terbaik dari dua hal (atau
lebih) untuk dijadikan orientasi. Secara terminologis dalam ilmu fikih artinya adalah hak yang dimiliki orang
yang melakukan perjanjian usaha untuk memilih antara dua hal yang disukainya, meneruskan perjanjian
tersebut atau membatalkannya. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm 407). 51
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 78.
![Page 34: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/34.jpg)
24
Penjabaran terperinci mengenai tiga kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
No. Keadaan Perbedaan
1 Seseorang yang membutuhkan uang
tunai, membeli barang dengan harga
cicilan dan tempo waktu yang
ditentukan, kemudian ia menjualnya
kepada pihak ketiga tanpa
sepengetahuan pihak pertama dengan
harga lebih rendah dengan cara tunai.
Penjual tidak mengetahui keadaan dan
tujuan pembeli.
2 Seseorang yang membutuhkan uang
tunai, kemudian berusaha meminjam
tapi orang yang dituju tidak ingin
meminjam uang tunai, dia menawarkan
barang dagangannya untuk dibeli oleh
orang yang membutuhkan uang tunai
tadi, kemudian barang tersebutdapat dia
jual kembali dengan harga rendah
ataupun lebih tinggi secara tunai.
Penjual mengetahui keadaan dan tujuan
pembeli, namun tidak peduli.
3 Seseorang yang membutuhkan uang
tunai, kemudian berusaha meminjam
tapi orang yang dituju tidak ingin
meminjamkan uang tunai, dia
menawarkan barang dagangannya
dengan harga tinggi untuk dibeli oleh
Penjual mengetahui keadaan dan tujuan
pembeli, namun memaksakan pembeli demi
mencari keuntungan sebesar-besarnya.
![Page 35: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/35.jpg)
25
orang yang membutuhkan uang tunai
tadi, kemudian barang tersebut dapat
dia jual kembali dengan harga rendah
ataupun lebih tinggi secara tunai.
Khiyar yang diberikan penjual adalah
khiyar paksa kepada mutawarriq yang
sangat membutuhkan dana tunai.
Tawarruq secara literatur artinya adalah berbagai cara yang di tempuh untuk
mendapatkan uang tunai atau likuditas. Istilah tawarruq ini di perkenalkan oleh Mazhab
Hanbali. Tawarruq dalam kalangan pengikut Mazhab Syafii dikenal dengan istilah zarnaqah,
yang artinya bertambah atau berkembang.52
B. Pendapat Ulama yang Membolehkan dan Melarang Tawarruq
1. Pendapat Ulama yang Membolehkan
Para ulama klasik dari mazhab Hanafi, Syafii, dan Hanbali memandang transaksi
tawarruq sebagai transaksi yang sah/ legal. Demikian juga para ulama kontemporer
memandang tawarruq sebagai transaksi yang sah/ legal, di antaranya adalah Abdul Aziz bin
Baz dan Muhammad ibn Shaleh al-Uthaymin.
Ulama yang membolehkan dan mengangap sah transaksi tawarruq berlandaskan
kepada ayat-ayat Al-Qur‟an dan qaidah fiqhiyyah, yaitu: “Semua transaksi jual beli adalah
transaksi yang halal, kecuali transaksi jual beli yang telah ada dalil pengharamannya oleh Al-
Qur‟an dan sunnah.”
52
Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar Al-Azhari al-Harawi Abu Mansur, Al-Zahir fi Gharib Alfaz
Syafi‟i. Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Kuwait. 1399. hlm. 216.
![Page 36: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/36.jpg)
26
Secara umum memang jual beli adalah transaksi yang halal dan tawarruq merupakan
transaksi halal karena tidak ada dalil qath‟i yang melarang transaksi ini dan tidak ada pula
atsar sahabat yang melarang transaksi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa transaksi
jual beli transaksi tawarruq adalah transaksi yanhg halal.
Dasar hukum para ulama yang membolehkan tawarruq antara lain, pertama adalah
Al-Qur‟an. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 275 sebagai berikut:
Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah
(2): 275)
Ayat di atas dijadikan dasar hukum oleh para ulama yang menerima tawarruq dengan
adanya kata al-bai‟ artinya jual beli. Mereka menafsirkannya secara umum jual beli
dibolehkan, termasuk tawarruq yang masuk kategori akad jual beli.
Para ulama yang membolehkan tawarruq bersandarkan pada hadis Bukhari Muslim
yang terbukti telah mendukung transaksi tawarruq, yaitu ketika seorang petani dari Khaybar
datang kepada Rasulullah SAW dengan membawa kurma kualitas terbaik. Rasulullah
bertanya padanya: “Apa semua kurma Khaybar sangat bagus kualitasnya?” Petani menjawab:
“Tidak, saya telah menukar dua kilo gram kurma berkualitas rendah dengan satu kilo gram
kualitas unggulan.” Mendengar jawaban petani tersebut, Rasulullah melarangnya dan
menyarankan untuk menjual semua kurma berkualitas rendahnya secara tunai untuk
mendapatkan uang, kemudian membeli kurma dengan kualitas unggulan.53
Hadis di atas mengindikasikan diperkenankannya suatu metode jual beli sah demi
menghindari riba, tanpa adanya hilah atau semacamnya karena semua syarat jual beli telah
terpenuhi dan tidak ada riba dalam transaksi jual beli ini. Dengan demikian hal ini
53
Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, vol 3. Dar al-Hadis Beirut. 1997, hlm. 70, hadis nomor 1595.
![Page 37: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/37.jpg)
27
menunjukkan legalitas dari transaksi jual beli, yaitu maksud dan tujuan yang berlainan
menggunakan suatu media dapat diterima dan dilakukan atau dipraktikkan serta terbebas dari
riba secara eksplisit ataupun implisit. Dengan kata lain transaksi tawarruq diperbolehkan dan
dilegalkan apabila memang diperlukan.54
Kaidah fikih yang menyatakan bahwa hukum dasar dari segala sesuatu adalah boleh.
Asal hukum segala sesuatu adalah kebolehan.55
Kaidah fikih ini menjadi landasan bahwa asal hukum segala hal adalah kebolehan.
Dasar hukumnya antara lain Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 29:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu. (QS. Al-
Baqarah (2): 29)
Ayat ini menunjukkan bahwa sungguh Allah telah menganugerahkan segala sesuatu
di muka bumi disediakan untuk manusia. Anugerah yang Allah karuniakan kepada manusia
menunjukkan kebolehan. Selanjutnya, Allah menggunakan huruf al-laam atas sesuatu yang Ia
ciptakan. Hal tersebut menunjukkan kepada al-mulk (kepemilikan) yang berarti kebolehan
untuk memanfaatkan bagi pemiliknya.56
54
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 80-81. 55
Muhammad Shadqi bin Ahmad bin Muhammad al-Burnu, al-Wajiiz fii Iidhahi Qawaid al-Kulliyyah.
Muassasah al-Risalah Beirut. 1996, hlm. 191. 56
Dalil Al-Qur‟an yang menjadi dasar hukum kaidah tersebut cukup banyak, antara lain surat Al-
An‟am ayat 145:
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi
orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai atau darah yang mengalir atau daging
babi, karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.
Barangsiapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui
![Page 38: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/38.jpg)
28
Dalam kaitannya dengan tawarruq, para ulama yang membolehkannya menganggap
bahwa tawarruq, sebagai suatu model transaksi dalam jual beli, tidak diatur dan dijelaskan
keharamannya, sehingga kembali kepada hukum asal segala sesuatu, yaitu kebolehan.
Meskipun pendapat ini kemudian ditentang karena para ulama menganggap tawarruq adalah
jembatan menuju riba. Tujuan tawarruq sama dengan inah, yaitu mendapatkan uang tunai.
2. Pendapat Ulama yang Melarang
Para ulama dari mazhab Maliki tidak setuju terhadap penjualan barang dengan harga
yang lebih tinggi daripada harga pasar apabila dilakukan oleh seseorang yang mengambil
keuntungan pinjaman dengan cara yang masuk kategori riba. Sebagian dari mazhab Maliki
menolak apabila si penjual mempraktikkan bai‟ innah. Indikasi ini membuat tawarruq
sebagai transaksi yang tidak diperkenankan oleh ulama Malikiyah.
Selain Malikiyah, Umar bin Abdul Aziz, Muhammad bin al-Hasan, Ibnul Qayim, dan
Ibnu Taimiyah dari mazhab Hanbali juga menolak transaksi ini karena dikategorikan
menyerupai transaksi al-inah.
Larangan terhadap transaksi ini sangat erat kaitannya dengan formasi spesifik yang
dipraktikkan sekarang oleh lembaga keuangan syariah (yang dikenal dengan tawarruq
munazzam/ regulated tawarruq) dan bukan praktik tawarruq fiqhi yang biasa dipraktikkan
zaman dahulu.
Argumentasi hukum yang dikemukakan oleh kelompok ulama yang melarang antara
lain, pertama, hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, putra Umar bin Khattab,
dalam Sunan Abu Dawud yang telah disebutkan sebelumnya. Bahwasanya Rasulullah SAW
menyatakan dalam sabdanya, bahwa orang-orang yang berjual beli dengan „inah, berpegang
batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An‟am (6):145. Ayat
ini menunjukkan bahwa asal segala sesuatu adalah kebolehan, sedangkan yang haram adalah pengecualian..”
![Page 39: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/39.jpg)
29
pada ekor sapi, rela untuk bertani dan meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kehinaan
kepada mereka yang tidak mungkin dicabut sehingga kalian kembali kepada agama kalian.57
Ulama yang menolak transaksi tawarruq melihat adanya niat mendapatkan uang yang
dapat berakibat sama dengan menjual uang demi mendapatkan uang lebih, sementara barang
digunakan sebagai media transaksi, bukan kepemilikan barang yang diniatkan. Dengan
demikian adanya niat memanipulasi untuk mendapatkan uang tunai dengan cara demikian
sudah jelas, maka hilah/ hiyal atau manipulasi itu hanyalah rekayasa untuk menghindari riba.
Para ulama berpendapat bahwa hasil akhir dari sebuah transaksi sangat penting dan
menentukan keabsahan dari transaksi. Bila alasan utama bertransaksi adalah mendapatkan
uang, hal ini sama dengan praktik untuk mendapatkan riba.
Ulama yang menolak menggunakan kaidah fiqhiyyah saduzzara‟i (menutup segala
jalan menuju kepada kesesatan) berpendapat bahwa tawarruq adalah transaksi menggunakan
hilah/ hiyal demi terhindar dari praktik riba. Dengan demikian tawarruq sama dengan inah
yang telah dilarang Rasulullah karena punya tujuan sama, yaitu mendapatkan uang tunai dan
bukan kepemilikan barang yang dibeli. 58
C. Analisis Teori Bai’ Tawarruq
Dari semua argumen pro dan kontra mengenai tawarruq, sebagian besar para ulama
kontemporer mengizinkan, sepanjang tidak berhubungan dengan sesuatu yang akan
berindikasi ke arah haram.
Kondisi transaksi tawarruq saat ini sifatnya berdasarkan pada keinginan (hajah),
bukan pada kebutuhan yang mendesak (dharurah). Oleh karena itu memonitor implementasi
demi memberi regulasi dalam transaksi tawarruq menjadi keharusan.
57
Abu Dawud, Op. Cit., hlm. 144. 58
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 82-83.
![Page 40: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/40.jpg)
30
Kebutuhan mencari jalan untuk mendapatkan uang tunai melalui transaksi tawarruq
harus murni berdasarkan kebutuhan orang tersebut, bukan orang lain. Sehingga ada pendapat
ulama yang menyatakan bahwa transaksi tawarruq diperbolehkan apabila tidak ada cara lain
untuk mendapatkan likuiditas atau uang tunai, seperti pinjaman bebas bunga atau qardh.
Ulama lain tidak setuju, karena tawarruq dalam bentuk sederhana (tawarruq fiqhi)
masuk dalam kategori jual beli (trading). Walaupun motif atau niatnya untuk mendapatkan
likuiditas (uang tunai), itu bukan sesuatu niat illegal. Sama halnya dengan jual beli untuk
mendapatkan barang, niat untuk mendapatkan likuiditas (uang tunai) bagi keperluan di masa
mendatang adalah sama dan tidak perlu ada regulasi yang membatasi transaksi ini.59
Sementara itu para ulama lain berpendapat agar tawarruq dapat diterima oleh semua
pihak, maka beberapa regulasi harus dibuat untuk memastikan bahwa esensi transaksi jual
beli itu adalah sah. Beberapa syaratnya adalah sebagai berikut:
1. Penjual yang menjual barang kepada mutawarriq harus memiliki barang itu pada
saat transaksi jual beli berlangsung. Ini sesuai denga hadis Rasulullah: “Janganlah
kamu menjual barang yang tidak kamu miliki.” Artinya tidak sah akad jual beli
bila penjual tidak memiliki barang yang akan dijual kepada pembeli. Ketentuan
dengan transaksi jual beli lain adalah sama, sesuai yang telah diatur dalam syariah.
2. Penjualan yang kedua harus kepada pihak ketiga, bukan kepada pihak pertama,
seperti pada transaksi bai‟ al-inah.60
Struktur tawarruq yang dapat diterima oleh sebagian ulama telah diadopsi oleh
Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dengan esnsi tujuan serupa. Formasi yang
diimplementasikan oleh bank-bank syariah telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga
menghasilkan struktur berbeda dengan tawarruq klasik atau tawarruq fiqhi. Bisa jadi
59
Ibid., hlm. 99. 60
Ibid., hlm.100.
![Page 41: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/41.jpg)
31
modifikasi struktur tawarruq bank-bank syariah variasinya berbeda antar sesama bank
syariah. Ini disebut tawarruq munazzam atau regulated tawarruq maupun organized
tawarruq.
Tawarruq munazzam terjadi bila seseorang nasabah membeli sesuatu barang
komoditas dari bank dengan prinsip murabahah, lalu pembayarannya dilakukan dengan harg
tangguh atau cicilan dengan tempo yang telah disetujui. Setelah barang (komoditas) tersebut
pindah tangan, nasabah menunjuk bank sebagai agen atau wakilnya untuk menjual kembali
barang tersebut kepada nasabah lain dengan harga lebih rendah dan dibayar tunai.
Implementasi transaksi tawarruq munazzam juga berlaku di pasar internasional. Bank
syariah membeli suatu barang atau komoditas dari pasar internasional dibayar tunai dan
menjualnya kembali kepada nasabah dengan prinsip murabah dengan harga lebih tinggi. Lalu
bank menjual kembali barang tersebut mewakili nasabahnya (akad wakalah)61
kepada pihak
ketiga. Dana yang dibayarkan ke bank akan diserahkan ke nasabah atau disetorkan ke
61
Wakalah; (1) Suatu transaksi yang dilakukan oleh seorang penerima kuasa dalam hal hibah,
pinjaman, gadai, titipan, peminjaman, kerja sama, dan kerja sama dalam modal/ usaha, harus disandarkan
kepada kehendak pemberi kuasa. (2) Jika transaksi tersebut tidak merujuk untuk diatasnamakan kepada pemberi
kuasa, transaksi itu tidak sah. (3) Transaksi pemberian kuasa sah jika kekuasaannya dilaksanakan oleh penerima
kuasa dan hasilnya diteruskan kepada pemberi kuasa. (4) Hak dan kewajiban di dalam transaksi pemberian
kuasa dikembalikan kepada pihak pemberi kuasa. (5) Barang yang dierima pihak penerima kuasa dalam
kedudukannya sebagai penerima kuasa penjualan, pembelian, pembayaran, atau penerimaan pembayaran utang
atau barang tertentu, barang itu dianggap menjadi barang titipan. (6) Jika seseorang atau badan usaha yang
berutang mengirim sejumlah uang sebagai pembayaran utangnya melalui penerima kuasa kepada yang
berpiutang dan uang itu hilang ketika ada di tangan penerima kuasanya sebelum diterima oleh yang berpiutang,
yang berutang itu harus bertanggung jawab mengganti kerugian. (7) Bila penerima kuasa berasal dari pihak
yang berpiutang, yang berpiutang harus bertanggung jawab mengganti kerugian. (8) Jika seseorang atau badan
usaha menunjuk dua orang secara bersamaan untuk menjadi penerima kuasanya, tidak cukup satu orang saja
yang bertindak sebagai penerima kuasa. (9) Pihak yang telah ditunjuk sebagai penerima kuasa untuk suatu
masalah tertentu, tidak berhak menunjuk yang lain sebagai penerima kuasa tanpa izin yang memberikan kuasa.
(10) Pihak yang ditunjuk oleh penerima kuasa akan menjadi penerima kuasa dari yang memberikan kuasa. (11)
Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum secara mutlak, ia bisa melakukan
perbuatan hukum secara mutlak. (12) Penerima kuasa yang diberi kuasa untuk melakukan perbuatan hukum
secara terbatas, ia hanya bisa melakukan perbuatan hukum secara terbatas. (13) Jika disyaratkan upah bagi
penerima kuasa dalam transaksi pemberian kuasa, penerima kuasa berhak atas upahnya setelah memenuhi
tugasnya. (14) Jika pembayaran upah tidak disyaratkan dalam transaksi, dan penerima kuasa itu bukan pihak
yang bekerja untuk mendapatkan upah, pelayanannya itu bersifat kebaikan saja dan ia tidak berhak meminta
pembayaran. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit, hlm. 887-888.
![Page 42: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/42.jpg)
32
rekening nasabah, yang akan membayar transaksi murabahah itu secara cicilan dengan harga
lebih tinggi sesuai perjanjian awal.
Mekanisme ini melibatkan broker pasar komoditas internasional, yang mendapat
sejumlah komisi untuk jasanya. Prosedur ini juga dapat dilakukan pada keperluan likuiditas
nasabah pada investasi mudharabah (mudharabah investment).62
Proses lain adalah menyediakan likuiditas untuk bank syariah. Bank Syariah
menyetorkan sejumlah uang kepada bank syariah di luar negeri. Berdasarkan perjanjian, bank
syariah di luar negeri bertindak sebagai agen (dengan akad wakalah) untuk membeli barang
atau komoditas dari pasar internasional dibayar tunai, lalu menjual kembali komoditas
tersebut kepada banknya sendiri, dengan pemabayaran ditangguhkan, setelah itu menjual
kembali barang tersebut ke pasar internasional dibayar tunai. Proses ini menggunakan prinsip
murabahah internasional yang dapat menambah pendapatan bank. Proses atau mekanisme
dari tawarruq ini melibatkan transfer sejumlah uang ke luar negeri yang biasanya
menggunakan benchmark interest rate pada saat itu.
1. Tawarruq Munazam dan Tawarruq Fiqhi
Prosedur tawarruq munazam adalah sebagai berikut:
a. Seorang nasabah yang membutuhkan dana datang ke bank syariah, membuat
perjanjian dengan bank untuk membeli komoditas dari bank setelah bank
membelinya dari broker.
b. Bank syariah membeli komoditas.
c. Bank syariah menjual kembali komoditas tersebut kepada nasabah dengan harga
tangguh.
62
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 101.
![Page 43: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/43.jpg)
33
d. Nasabah akan menunjuk bank sebagai wakilnya untuk menjual kembali komoditas
tersebut dibayar tunai.
e. Bank Syariah menjual komoditas kepada pihak ketiga (biasanya broker lain)
dibayar tunai.
f. Uang tunai hasil penjualan disetorkan ke rekening nasabah.
g. Pada akhirnya nasabah mendapatkan dana yang dibutuhkannya dan punya
kewajiban membayar cicilan kepada bank atas pembelian komoditas pada
transaksi ketiga (poin c) di atas.
Untuk menghindari kerumitan transaksi murabahah, ada beberapa bank yang
meniadakan beberapa prosedur, salah satunya prinsip wakalah atau wakil dari nasabah untuk
membeli barang dari pihak luar, sehingga bank syariah itu memilih memiliki show room
sendiri untuk kendaraan roda dua dan empat serta barang-barang elektronik lain agar proses
jual beli murabahah-nya lebih mudah, sebagaimana dilakukan oleh Bank Al-Rajhi Malaysia.
63
Perbedaan antara akad tawarruq munazam dan akad tawarruq fiqhi tampak dalam
tabel berikut ini:64
No Tawarruq munazam Tawarruq fiqhi
1 Dilakukan oleh empat pihak. Dilakukan oleh tiga pihak
2 Ada perjanjian di awal untuk membeli
barang (komoditas).
Tidak ada perjanjian untuk membeli.
3 Tidak ada perjanjian untuk membeli
dari nasabah (mutawariq).
Hanya ada dua dasar jual beli.
63
Muhamad Nadratuzzaman, Ibid, hlm. 102-103. 64
Ibid, hlm. 103-104.
![Page 44: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/44.jpg)
34
4 Melibatkan perjanjian bersama (MoU)
yang harus sesuai dengan prosedur.
Tidak ada MoU.
5 Ada penunjukan bank sebagai wakil
dari nasabah untuk menjual komoditas
kepada pihak lain.
Nasabah menjual sendiri komoditasnya.
6 Tidak terjadi pemindahan fisik dari
komoditas, hanya sebatas
penandatangan akad jual beli.
Pemindahan komoditas secara fisik terjadi,
setiap kali transaksi.
2. Argumentasi Ulama yang Mendukung Tawarruq Munazam
Ulama yang mengizinkan implementasi tawarruq munazam berpendapat bahwa
setiap langkah dari prosedur yang dilalui dalam proses atau mekanisme itu sesuai prinsip
syariah. Bila setiap mekanisme suatu akad yang terlibat di dalamnya sah, tidak ada alasan
atau hujjah untuk menolak semua mekanisme yang sudah jelas keabsahannya, yaitu:
a. Bank membeli barang (komoditas) dari pasar dan secara konstruktif memiliki
barang tersebut melalui beberapa mekanisme dalam dokumen transaksi atau akad
atas dasar janji atau wa‟d untuk membeli dari nasabahnya.
b. Bank menjual komoditas dengan prinsip murabahah dan hak kepemilikan barang
pindah kepada nasabah.
c. Nasabah menunjuk bank sebagai wakilnya untuk menjual kembali barang atau
komoditas tersebut.
d. Bank kemudian menjual kembali komoditas tersebut kepada pihak ketiga.
e. Bank memberikan dana hasil penjualan kepada nasabah.
![Page 45: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/45.jpg)
35
Pertama-tama yang harus dibahas di sini adalah perjanjian sepihak (wa‟d) untuk
membeli komoditas dari nasabah. Perdebatannya, apakah janji tersebut dapat dipaksakan
untuk dipenuhi atau tidak? Bila kedua belah pihak membuat perjanjian bersama untuk
transaksi jual beli yang akan dilakukan kemudian, Imam Syafii mengatakan bahwa transaksi
tersebut tidak sah. Akan tetapi kalau hanya satu pihak berjanji untuk membeli komoditas
tersebut, hal ini tidak akan terlalu berpengaruh banyak. Ini karena bank mengharuskan
nasabah untuk membuat perjanjian sepihak kepada bank untuk membeli komoditas, tanpa ada
janji dari pihak bank untuk menjual komoditas tersebut kepada nasabah.
Sebagian dari para ulama mengatakan bahwa wa‟d atau janji sepihak tidak dapat
dipaksakan untuk dipenuhi, sementara para ulama kontemporer berpendapat bahwa demi
kepentingan kelancaran transaksi komersial saat ini, maka janji sepihak haruslah mengikat.65
Kedua, jual beli pada transaksi murabahah dengan dasar harga beli ditambah ongkos
dan laba bank. Barang atau komoditas yang dibeli nasabah dari bank biasanya dibayar dengan
cicilan. Dengan demikian walaupun suatu barang atau komoditas dijual dengan harga lebih
tinggi dari harga tunai, transaksi tersebut sah.
Ketiga, ada akad wakalah ketika nasabah menunjuk bank sebagai wakilnya untuk
menjual kembali barang yang telah dibelinya. Wakalah adalah akad sah yang dapat dilakukan
dengan upah atau ujrah ataupun dilakukan secara gratis (free of charge).
Para ulama yang mendukung tawarruq munazam berpendapat bahwa transaksinya
sangat serupa dengan tawarruq fiqhi, hanya lebih well organized (teratur) agar lebih lancer
dan cepat prosesnya.66
65
Ibid., hlm. 105. 66
Ibid., hlm. 106.
![Page 46: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/46.jpg)
36
3. Argumentasi Ulama yang Menolak Tawarruq Munazam
Perdebatan atas tawarruq munazam adalah pada bentuk tawarruq ketiga, yaitu penjual
menjual barangnya dengan harga lebih mahal dari harga pasar kepada mutawarriq, sebagai
akibat dari pembayaran yang tertunda atau dilakukan dengan cicilan dalam tempo waktu
tertentu. Dengan demikian tawarruq munazam adalah indikasi dari kerja sama antara bank
dan nasabahnya bertujuan menyediakan uang tunai (likuiditas) terhadap kewajiban kredit
untuk nasabahnya. Sehingga prinsip objektivitas dari niat dalam konteks ini sangatlah
relevan. Nasabah berniat mendapatkan uang tunai dan membayar sejumlah uang yang lebih
di kemudian hari melakukan akad. Tujuan utamanya adalah mendapatkan uang tunai atau
likuiditas, yang dapat pula dilakukan melalui proses tawarruq fiqhi.
Peran bank syariah dalam transaksi ini bukan hanya terbatas sebagai perantara atau
wakil untuk pembelian barang (komoditas) seperti pada prinsip murabahah, melainkan untuk
mendapatkan keuntungan dari pemberian fasilitas atau sebagai intermediasi bagi nasabah
untuk mencarikan uang tunai (cash), terhadap utang yang lebih tinggi dari jumlah uang tunai
yang didapat nasabahnya.
Bank syariah tidak pernah bermaksud menyediakan komoditas kepada nasabahnya.
Bank syariah punya niat dan tujuan yang jelas, yaitu mendapatkan keuntungan dari harga
komoditas dengan cara pembayaran cicilan. Sementara nasabah berniat mendapatkan uang
tunai untuk menutupi cicilan yang jumlahnya lebih besar dari uang tunai yang dia dapat. Jadi
sangat jelas di sini adanya hilah atau rekayasa untuk melakukan hal-hal yang dilarang,
berindikasi ke arah mendapatkan riba yang permanen sifatnya melalui beberapa proses.
Bank syariah hanya berperan sebagai perantara yang tidak sungguh-sungguh tertarik
pada jual beli komoditas atau memasuki pasar komoditas internasional. Nasabah pun tidak
berniat untuk memiliki komoditas yang dibelinya itu atau pada kasus tertentu tidak mau tahu
![Page 47: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/47.jpg)
37
tentang adanya proses jual beli komoditas. Karena tujuan utamanya hanyalah untuk
mendapatkan uang tunai dari bank dengan cara berutang dan akan dibayar secara cicilan.
Oleh karena itu sebagian ulama mengangap transaksi ini merupakan transaksi ribawi.
Dari hasil observasi para ulama, tawarruq munazam telah melanggar beberapa
larangan yang telah disebutkan dalam beberpa hadits karena secara eksplisit sama dengan
formasi dalam inah, yaitu komoditas kembali kepada penjual asal, ditambahkan komisi atau
ujrah yang diterimanya. Hal ini termasuk dalam kategori dua transaksi al-bai‟ dalam satu
transaksi al-bai‟ (bai‟atain fi bai‟atain).
Salah satu hadits yang dilanggar adalah al-bai‟ yang tidak ada relevansi dengan
kondisinya (bai‟ wa syart), yang sangat jelas dilarang. Ada pula larangan mengenai al-bai‟
dan al-qardh, yaitu jual beli dan pinjaman sangat relevan di sini. Pada transaksi ini jual beli
yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan melalui pinjaman. Jadi tujuan
tawarruq munazam adalah pertukaran antara uang tunai dengan uang utang yang lebih besar
nilainya. Itu disebabnya tawarruq munazam tidak dapat memenuhi kualifikasi atau
persyaratan sebagai pembiayaan alternatif dari pembiayaan konvensional berbasis interest
(bunga, riba).
Hal lain yang juga banyak dikritik oleh para ulama atau implementasi dari tawarruq
munazam adalah barang yang dibeli di pasar internasional, yaitu refleksi dari transaksi ribawi
(riba al fadhl) yang dilarang. Ibnu Taimiyah berkata: “Sangat tidak mungkin menghalalkan
kerusakan yang besar dan mengharamkan kerusakan yang kecil, yaitu riba.” Beliau mengutip
perkataan Umar bin Abdul Aziz,” Tawarruq merupakan saudaranya riba.”
Dampak ekonomi dari tawarruq sangatlah jelas pada perkataan Ibnu Taimiyah, yaitu
akan menyebabkan kerusakan besar. Praktik tawarruq munazam telah melanggar prinsip
utama syariah, yaitu seseorang tidak dapat menjual barang yang tidak dia miliki.” Di samping
![Page 48: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/48.jpg)
38
itu pula transaksi seperti ini mengandung syubhat dan menyerupai bai‟ al-inah yang jelas
larangannnya. 67
D. Hubungan Tawarruq dengan Bai’ Inah
Meskipun mayoritas ulama klasik menolak, namun di Malaysia melalui Advisory
Council (dewan penasihat), bai‟ inah tetap digunakan sebagai salah satu pengembangan
ekonomi Islam. Dampaknya masyarakat Malaysia mengangap tidak ada perbedaan antara
bank syariah dengan bank konvensional, sehingga kepercayaan masyarakat Malaysia kepada
bank syariah mengalami penurunan. Di sisi lain perbankan Malaysia mengalami kesulitan
untuk menarik investor atau menarik dana investasi dari Timur Tengah, karena mayoritas
investor di sana berpendapat bahwa bai‟ inah jelas keharamannya.
Bai‟ inah masih termasuk masalah khilafiyah, sementara para ulama dan cendekiawan
Malaysia tidak menerima atsar sebagai refensi hukum. Sehingga sebagian kalangan
masyarakat kemudian berpendapat bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara bank syariah
dan bank konvensional. Di sisi lain, perbankan Malaysia mengalami kesulitan menarik dana
investasi dari Timur Tengah karena mayoritas investor di sana berpendapat bahwa bai‟ inah
adalah transaksi haram dari sisi hukum Islam.
Tidak dilegalkannya bai‟ inah di Indonesia oleh DSN MUI merupakan cermin sikap
kehati-hatian yang sangat dipegang teguh demi mendekatkan diri pada konsep Islam yang
sesungguhnya dalam bermuamalah. Dampak dari kehati-hatian ini adalah semakin
bertambahnya kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap mekanisme dan akad-akad yang
digunakan dan diimplementasikan di perbankan syariah. Ini terbukti perkembangan
perbankan Indonesia dan banyaknya minat bank konvensional untuk membuka cabang
67
Ibid., hlm. 108-109.
![Page 49: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/49.jpg)
39
syariah juga. Tentu bila tidak menguntungkan tidak akan menarik minat banyak bank
konvensional.68
Contoh penerapan bai‟ inah dapat ditemui pada mekanisme kartu kredit Islam.
Pemegang kartu kredit dapat menggunakan pinjaman uang dari kartunya sampai batas
sejumlah yang telah ditentukan bank. Kemudian pemegang kartu berkewajiban membayar
pinjaman tersebut dengan cara cicilan dalam tempo waktu yang telah ditentukan, namun bila
tidak melunasi pinjamannya ia akan dikenakan bunga atas saldo pinjaman.
Sebagian ulama memandang bai‟ inah boleh dan tidak mengandung zari‟ah (jalan
yang dilarang) bila melibatkan pihak ketiga. Contoh, pembeli membeli barang dengan harga
cicilan kepada penjual, kemudian pembeli menjualnya kepada pihak ketiga dengan tujuan
mendapatkan uang tunai. Pembeli masih berkewajiban melunasi harga barang yang dibelinya
secara cicilan, di samping itu pembeli telah mendapatkan uang tunai yang dikehendakinya.
Imam Syafii menurut satu riwayat membolehkan bai‟ inah berdasarkan sabda
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Abu Sa‟id dan Abu Hurairah, ”Tukarkanlah kurma yang
jelek dengan dirham kemudian dengan dirham itu belilah kurma yang lebih bagus.”
Dalam mencermati masalah bai‟ inah, menarik meninjau pendapat Ibnu Taimiyah
mengenai transaksi jual beli. Menurut Ibnu Taimiyah, jual beli terbagi menjadi tiga macam:
1. Seseorang membeli barang dengan tujuan konsumsi, maka hukumnya halal.
2. Seseorang membeli barang untuk dijual lagi, maka hukumnya juga halal karena
tidak ada larangan terhadap perdagangan.
3. Seseorang membeli barang bukan untuk konsumsi atau diperdagangkan kembali,
akan tetapi mendapatkan uang tunai, dan karena mendapatkan pinjaman sangat
sulit, ia membeli barang dengan harga tinggi, kemudian menjualnya kembali
68
Ibid., hlm. 109-110.
![Page 50: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/50.jpg)
40
kepada penjual aslinya dengan harga yang lebih rendah, untuk mendapatkan uang
tunai.69
Sedangkan mayoritas ulama yang berpendapat bahwa bai‟ inah dilarang karena
mengandung zari‟ah. Kaidah yang diambil dalam hal ini adalah sadduzzara‟i (menutup
segala jalan yang menuju kepada hal-hal yang haram).
Al-Amien Ahmad mengatakan bahwa bai‟ inah ialah ketika seseorang menjual sutra
dengan harga seratus dinar, kemudian dia beli kembali dengan harga lima puluh dinar.
Praktik ini tidak dapat dibenarkan apabila transaksi kedua dilangsungkan sebelum serah
terima uang sebagai pembayaran akad atau transaksi yang pertama. Apabila dilaksanakan
setelah pembayaran akad pertama dan penjual pertama hanya sebagai syarat untuk akad
kedua, hal itu tetap tidak diperbolehkan karena terdapat dua transaksi untuk barang yang
sama Kalaupun tidak disyaratkan tetap makruhhukumnya, karena dalam hal ini pembeli tidak
membutuhkan sutra, akan tetapi butuh uang tunai; sementara penjual adalah orang pelit yang
tidak ingin melakukan ihsan ataupun menolong saudaranya, maka dipaksalah pembeli
membeli barang dagangannya kemudian menjualnya kembali kepadanya. Sikap penjual
seperti ini adalah sikap yang dikecam oleh etika dan akhlak Islam.70
Mayoritas ulama selain Syafii menyatakan bahwa bai‟ inah batal sebab ia lebih dekat
kepada riba yang membolehkan sesuatu yang Allah larang, sehingga tidak sah jual beli
tersebut.71
Abu Hanifah, Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal menyatakan ketidakbolehan
bai‟ inah.72
Dr. Azzarqa mengungkapkan bahwa bila bai‟ inah diimlementasikan dengan alasan
(hujjah) apa pun, ia akan menghasilkan kesulitan membayar utang (cicilan) dan tidak
69
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit., hlm 85. 70
Ibid., hlm. 87. 71
Al-Zuhaili, Op. Cit. hlm 467. 72
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam, Op. Cit., hlm. 96.
![Page 51: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/51.jpg)
41
menutup kemungkinan bagi pembeli atau pihak kedua untuk melakukan bai‟ inah yang satu
untuk menutup bai‟ inah yang pernah dilakukan pada waktu lalu dan seterusnya, sehingga
pada akhirnya akan terlilit utang yang tiada habisnya dan sulit untuk dilunasi.73
Hikmah dari pelarangan bai‟ inah adalah terhindarnya pembeli dari keterlilitan utang
yang tiada akhir dan kesulitan melunasinya, sehingga pembeli akan terpelihara harga diri dan
martabatnya sebagai seorang muslim.
E. Bai’ Dayn
Bai‟ dayn atau bai‟ nasi‟ah bi nasi‟ah sebagaimana Rasulullah sering menyebutnya
bai‟ kaly bi kaly adalah menjual utang dengan utang. Mekanismenya adalah membeli barang
dengan utang dan uangnya juga hasil utang.
Bai‟ dayn adalah akad penyediaan pembiayaan untuk jual beli barang dengan
menerbitkan surat utang dagang atau surat berharga lain berdasarkan harga yang telah
disepakati terlebih dahulu. Pembiayaan ini bersifat jangka pendek (kurang dari satu tahun)
dan hanya mencakup surat-surat berharga yang memiliki nilai rating investasi baik.
Bai‟ dayn merujuk pada pembiayaan utang. Dalam prinsip pembiayaan ini dibuat
berdasarkan jual beli dokumen perdagangan dan pembiayaan digunakan dengan tujuan
pengeluaran.
Ketentuan-ketentuan bai‟ dayn adalah sebagai berikut:
1. Nasabah yang telah menerima fasilitas jual beli dari bank syariah akan
mengeluarkan surat utang (promissory note), sementara bank syariah sendiri tidak
dapat menerbitkan surat utang, maka promissory note di-endorse dan menjadi
underlying transaction untuk menerima dari bank konvensional.
73
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 111.
![Page 52: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/52.jpg)
42
2. Adapun kompensasi penempatan dana (placing) dan penerimaan dana (talking)
masih mengacu pada hitungan yang ditetapkan oleh pihak bank konvensioanl,
yaitu bank syariah pada waktu itu harus mengoptimalkan kelebihan dananya dan
masuk sebagai pendatang baru dengan sistem yang belum pernah dikenal oleh
bank konvensional.74
Selain itu menurut Ibnu Taimiyah sebagaimana dikutip Agustianto, bahwa bai‟ dayn
tidak ada manfaatnya. Ia hanya akan mengakibatkan riba. Dalam riwayat lain bai‟ dayn dapat
menyebabkan rusaknya ibadah haji, bahkan ibadah jihad.75
Adapun bentuk bai‟ dayn adalah sebagai berikut:
1. Menjual barang dengan harga yang ditangguhkan dengan pemabayaran yang
ditangguhkan juga. Di antaranya ialah menggugurkan kewajiban yang ada pada
tanggungan orang yang berutang dengan jaminan nilai tertentu yang
pengambilannya ditangguhkan dari waktu pengguguran. Secara sederhana hal
tersebut dapat diaplikasikan dengan kata-kata, “ Silahkan tangguhkan pembayaran
utangmu, tapi tambah jumlahnya.” Ini merupakan bentuk riba yang paling jelas.
2. Menjual harga yang ditangguhkan dengan barang barang dagangan tertentu yang
juga diserahterimakan secara tertunda. Bentuk aplikasinya adalah bila seseorang
menjual piutangnya kepada pengutang dengan barang dagangan tertentu (mobil
misalnya) yang akan dia terima secara tertunda.
3. Menjual barang dengan kriteria tertentu, harganya ditangguhkan dan diterima
secara tertunda. Dalam sebuah peristiwa seseorang memiliki piutang atas seorang
secara tertunda, lalu ia membeli barang tertentu dari orang yang berutang (beras
misalnya) dan diterima secara tertunda pula. Bila orang yang berutang
melaksanakan pembayaran dengan segera, peristiwa ini tergolong jual beli salam.
74
Ibid., hlm. 88. 75
Agustianto, Artikel Bai‟ Inah dan Tawarruq: Isu-isu dan penyelesaiannya dalam Konteks Kewangan
Islam.2007.
![Page 53: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/53.jpg)
43
Akan tetapi kalau oaring yang berutang tidak mau menyegerakan pemabayaran
utang yang menjadi tanggungannya dan malah dijadikan sebagai pemabayaran
salam, bentuk aplikasi jual beli ini tidak sah, karena salah satu rukun jual beli
salam tidak terpenuhi, yaitu penyegeraan pembayaran modal barang.
4. Menjual barang yang disebutkan kriterianya secara tertunda dengan barang yang
disebutkan kriterianya secara tertunda pula. Bentuk aplikasinya misalnya ada
seseorang menjual laptop yang digambarkan kriteria dan diserahkan secara
tertunda pula.76
Dengan demikian bentuk aplikasi jual beli ini ada dua kemungkinan yaitu:
1. Transaksi dilaksanakan seperti jual beli salam. Bila demikian, itu tidak boleh,
karena salah satu dari rukun jusl beli salam tidak terpenuhi, yakni pembayaran
uang muka.
2. Dilakukan akad dengan bentuk seperti kontrak. Dalam hal ini tampaknya tidak ada
masalah bagi mereka yang berpendapat bahwa kontrak adalah bentuk akad jual
beli tersendiri. Tidak ada persyaratan harus ada uang muka atau „urbun di lokasi
transaksi.77
Al-Kasani berkata sebagaimana dikutip Muhamad Nadratuzzaman, “ Jika seorang
meminjam dengan dengan syarat akan melunasi utang dengan sedikit manfaat atau tambahan
melebihi pinjamannya, itu tidak sah pinjamannya”. Sebagaimana kutipan teksnya: “Selama
masih berkaitan dengan pinjaman perlu dikatakan bahwa pinjaman tidak seharusnya
mengandung jenis manfaat apa pun. Jika manfaat itu ada, pinjaman itu tidak sah. Misalnya
jika seseorang memberikan uang logam dengan nilai yang stagnan dengan syarat bahwa
peminjam akan melunasi pinjamannya dengan uang logam yang lebih baik ataupun
76
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 89-91. 77
Ibid, hlm. 91.
![Page 54: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/54.jpg)
44
memberikan sesuatu sebagai manfaat pada saat pelunasan, transaksi ini tidak sah karena
Rasulullah melarang jenis pinjaman apa pun yang memberikan manfaat. Prinsip utama dalam
hal ini adalah bahwa manfaat yang ditetapkan dalam transaksinya adalah riba. Merupakan
kewajiban setiap muslim untuk mencegah riba yang benar-benar terjadi ataupun keraguan
adanya riba. 78
78
Ibid, hlm. 91-92.
![Page 55: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/55.jpg)
45
BAB III
FATWA DSN MUI TERHADAP PELAKSANAAN TRANSAKSI
TAWARRUQ
A. Pengertian Fatwa
Fatwa79
merupakan penjelasan tentang hukum Islam80
yang diberikan oleh seorang
fakih atau lembaga fatwa kepada umat, yang muncul karena adanya pertanyaan atau tidak.
Fatwa juga merupakan respons para ulama atas pertanyaan atau situasi terkini pada setiap
zaman. Ia muncul sebagai dampak perubahan yang dihadapi masyarakat akibat perubahan
tatanan kehidupan masyarakat atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 81
Secara etimologi fatwa berasal dari bahasa arab yaitu al-ifta yang yang merupakan
mufrad (tunggal) dan memiliki arti pendapat resmi atau fatwa.82
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, fatwa adalah jawab (keputusan, pendapat) yang diberikan kepada mufti
tentang sesuatu masalah. 83
Menurut Yusuf Qardhawi fatwa adalah menerangkan atau menjelaskan hukum syara‟
dari suatu permasalahan sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh yang meminta
fatwa (mustafti), baik individu, maupun kolektif atau lembaga.84
As-Syatibi menyatakan
bahwa fatwa dalam arti al-ifta mempunyai arti keterangan-keterangan tentang hukun syara‟
79
Dalam kitab Lisan Al-Arab karya Ibnu Mandzur, fatwa memiliki beberapa makna. Yang terpenting,
fatwa berarti penjelasan atas persoalan yang musykil dan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya,
ulama fikih membangun terminologi fatwa, dari pendapat Ibn Hamadan dalam kitab Al-Furuq, bahwa fatwa
adalah penjelasan dan pemberitahuan tentang hukum syariat tanpa ikatan kemestian (tabyin al-hukm al-syar‟i
wal ikhbar bihi duna ilzam). Dari terminologi ini, fatwa adalah penjelasan dan pemahaman, maqam-nya bukan
maqam syariat, dan perlu ada batas yang tegas antara fatwa dan hukum syariat. 80
Terdapat dua istilah yang digunakan untuk menunjukkan hukum Islam, yaitu syariah Islam dan fiqih
Islam. Di dalam buku-buku Islam berbahasa Inggris, syariah Islam disebut law, sedangkan fiqih Islam disebut
Islamic jurisprudence. Di Indonesia, syariah Islam sering disebut dengan istilah hukum syariat atau hukum
syara‟, sedangkan fiqih Islam sering disebut dengan istilah hukum fiqih atau kadang-kadang disebut dengan
fiqih Islam. (Lihat M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 19). 81
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Bulan Bintang:
Jakarta. 1975. hlm, 11-12. 82
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia Al Munawwir. Pustaka Progresif: Yogyakarta.
1997. hlm, 1034. 83
KamusBesarBahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta. 2001. hlm. 314. 84
Ma‟ruf Amin. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Elsas: Jakarta. 2008. hlm. 20.
![Page 56: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/56.jpg)
46
yang tidak mengikat untuk diikuti.85
Zamakhsyari, fatwa berarti penjelasan hukum syara‟
tentang suatu permasalahan atas pertanyaan seseorang atau kelompok.86
Al-Jurjani
menjelaskan bahwa fatwa berasal dari kata al-fata atau al-futya, yang berarti jawaban
terhadap suatu permasalahan dalam bidang hukum, sehingga fatwa dalam pengertian ini
diartikan sebagai pemberi penjelasan.87
Sedangkan menurut M. Hasbi Ash-Shidiqie fatwa
adalah jawaban atas pertanyaan yang tidak begitu jelas hukumnya.88
Muhammad Abu Zahrah berpendapat bahwa fatwa lebih khusus dari ijtihad. Ijtihad
merupakan penarikan garis hukum (istinbath al-ahkam), baik sebab ada pertanyaan maupun
tidak. Adapun fatwa muncul sebab adanya peristiwa hukum yang terjadi yang kemudian ahli
hukum (al-faqih) menerangkan hukumnya. Adapun dalam ilmu ushul fiqh, fatwa berarti
pendapat yang dikemukakan oleh seorang mujtahid atau ahli fiqih (faqih) sebagai jawaban
atas pertanyaan yang diminta atau diajukan oleh peminta fatwa dalam suatu kasus yang
sifatnya tidak mengikat. Pihak yang meminta fatwa tersebut bisa pihak pribadi, lembaga atau
kelompok masyarakat.89
Sementara, dalam defenisi komisi Fatwa MUI, disebutkan bahwa fatwa merupakan
penjelasan tentang hukum atau ajaran Islam mengenai permasalahan yang dihadapi atau yang
dinyatakan oleh masyarakat serta merupakan pedoman dalam melaksanakan ajaran
agamanya.90
Fatwa adalah pandangan ulama dalam menetapkan hukum Islam tentang suatu
peristiwa yang membutuhkan ketetapan hukum. Seorang mufti tidak hanya ahli ilmu fiqih
(faqih), akan tetapi juga menguasai permasalahan yang akan diberikan ketetapan hukum
85
Ibid., hlm. 20. 86
Ibid., hlm. 20. 87
Ibid., hlm. 19. 88 M. Hasbi Ash-Shidiqie. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Pustaka Rizki: Semarang. 2001. hlm.
86. 89
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedia Hukum Islam. Ichtiar Baru Van Hoeve: Jakarta.1996. hlm. 32. 90
Pengantar Komisi Fatwa MUI dalam Hasil Munas VII Majelis Ulama Indonesia. Sekertariat MUI:
Jakarta. 2005.
![Page 57: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/57.jpg)
47
(tasawwur al-mas‟alah). Menurut Ahmad Hidayat Buang sebagaimana dikutip M. Cholil
Nafis, fatwa merupakan elemen penting pada zaman modern yang berfungsi sebagai
pembimbing dalam menerangkan dan menjelaskan kepada masyarakat tentang hukum-hukum
Islam yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari seperti ibadah dan akidah untuk
kelangsungan umat Islam dalam beragama.91
Fatwa muncul karena adanya suatu masalah akibat perkembangan sosial yang
dihadapi oleh umat. Karena itu, fatwa mensyaratkan adanya orang yang meminta atau kondisi
yang memerlukan adanya pandangan atau keputusan hukum. Dengan demikian, fatwa tidak
persis sama dengan tanya-jawab keagamaan biasa. Bukan juga sekedar ceramah-ceramah
seputar suatu ajaran agama. Fatwa senantiasa sangat sosiologis. Ia mengandalkan adanya
perkembangan baru, persoalan baru, atau kebutuhan baru yang secara hukum belum ada
ketetapan hukumnya, atau belum jelas duduk masalahnya.92
Aktivitas ekonomi yang dipraktikkan oleh lembaga keuangan membutuhkan
seperangkat aturan hukum sebagai pedoman yang mengatur dan memberikan kepastian
hukum bagi masyakarat. Tak terkecuali bagi kegiatan ekonomi syariah, lembaga keuangan
membutuhkan seperangkat aturan hukum yang mengatur kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip-prinsip syariah.
Fatwa ekonomi syariah memiliki peran penting dalam menjawab kebutuhan
pertumbuhan produk ekonomi syariah. Keberadaan fatwa untuk mendinamisasikan hukum
Islam dalam merespon persoalan yang muncul, termasuk permasalahan ekonomi modern,
sesuai dengan dimensi ruang dan waktu yang melingkupinya.93
Munculnya produk-produk baru di perbankan syariah dan merambahnya bisnis
syariah di sektor lain, seperti asuransi syariah, pasar modal syariah, pasar uang syariah,
91
M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 103. 92 Khozainul Ulum, Fatwa-Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Pemikiran Hukum Islam di
Indonesia. Diakses tanggal 22 Agustus 2017. 93
Fathurrahman Djamil, Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. Logos: Jakarta. 1995, hlm. 19
![Page 58: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/58.jpg)
48
pegadaian syariah, pembiayaan syariah, multi level marketing syariah, dan sukuk syariah,
menuntut adanya pengembangan akad. Semakin modernya dunia bisnis dengan ditandai
lahirnya berbagai model lembaga keuangan yang menawarkan ragam produk, akan memicu
persoalan keabsahan kegiatan keuangan itu.94
Hikmah dari hubungan fatwa dengan perkembangan masyarakat adalah kenyataan
bahwa sejak semula hukum Islam sebagaimana yang diilustrasikan oleh gradualisasi turunnya
Al-Qur‟an adalah al-taqlil fi al-taqnin. Bahwa, hukum tidak perlu dibuat sepanjang tidak ada
masalah yang mendesak untuk dipecahkan. Sebab jika segala sesuatu harus diatur secara
hukum, sementara ada aspek-aspek lain dari kehidupan yang juga mengandung pedoman
kehidupan, seperti akhlak, akidah, muamalah, dan sebagainya.95
Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang merupakan wadah musyawarah para ulama,
zu‟ama, dan cendikiawan muslim serta menjadi pengayom bagi seluruh muslim Indonesia
adalah lembaga paling berkompeten dalam menjawab dan memecahkan setiap masalah sosial
keagamaan yang senantiasa timbul dan dihadapi masyarakat. MUI juga telah mendapat
kepercayaan dari masyarakat maupun dari pemerintah.96
MUI sebagai wadah pengkhidmatan ulama kepada umat Islam di Indonesia,
mempunyai beberapa fungsi dan tugas yang harus di emban. Salah satu fungsi dan tugas
tersebut adalah memberi fatwa keagamaan di Indonesia. Fatwa sangat dibutuhkan oleh umat
Islam yang tidak mempunyai kemampuan untuk menggali hukum langsung dari sumber
sumbernya, karena fatwa memuat penjelasan tentang kewajiban-kewajiban agama (faraidh),
batasan-batasan (hudud), serta menyatakan tetang haram atau halalnya sesuatu.97
94
Yusuf al-Qaradhawi, Ijtihad Kontemporer, terj. Abu Barzani. Risalah Gusti: Surabaya. 1995. hlm. 7-
8. 95
Khozainul Ulum, Op.Cit. 96
Sainul dan Muhamad Ibnu Afrelian, Aspek Hukum Fatwa DSN-MUI dalam Operasional Lembaga
Keuangan Syariah. Diakses 8 Agustus 2017. 97
Ma‟ruf Amin, Op.Cit. hlm 21.
![Page 59: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/59.jpg)
49
B. Prosedur Penetapan Fatwa
Fatwa yang ditetapkan harus mengikuti tata cara dan prosedur tertentu yang telah
disepakati oleh para ulama, termasuk dalam hal penggunaan dasar yang menjadi landasan
hukum dalam penetapan fatwa.
Untuk memberikan bentuk kehati-hatian dalam memberikan fatwa, Ahmad bin
Hanbal menyatakan bahwa seseorang tidak pantas untuk mengeluarkan fatwa sebelum pada
dirinya terdapat lima hal berikut :
1. Mempunyai niat yang tulus ikhlas. Maksudnya setiap orang yang mengeluarkan fatwa
harus diniatkan “lillahi ta‟ala”, tidak karena maksud-maksud lain, apalagi maksud
keduniaan, misalnya agar mendapat kedudukan yang mulia. Karena menurut Imam
Ahmad, fatwa yang tidak didasari oleh niat ”lillahi ta‟ala” tidak mempunyai nur
(cahaya).
2. Mempunyai ketenangan dan kewibawaan. Karena setiap mufti harus mampu
menyampaikan dan menjelaskan fatwanya kepada pihak yang meminta fatwa
(mustafti), sehingga fatwanya dipahami secara utuh dan benar. Orang yang tidak
mempunyai ketenangan dan kewibawaan akan sulit untuk menyampaikan secara jelas
fatwanya.
3. Mempunyai kapasitas kelilmuan yang memadai untuk menetapkan fatwa. Karena
seseorang yang mengeluarkan fatwa tanpa didasari oleh keyakinan akan keilmuannya,
maka orang tersebut termasuk orang yang membuat-buat hukum.
4. Mempunyai kecukupan dalam penghidupannya. Karena jika tidak mempunyai
penghidupan yang cukup dikhawatirkan menggantungkan hidupnya dari berfatwa
yang bisa menjadikannya tidak independen dalam berfatwa.
![Page 60: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/60.jpg)
50
5. Memiliki kecermatan dan kecerdikan dalam menghadapi masalah. Hal ini sangat
dibutuhkan oleh seorang mufti agar tidak terjebak dalam tipu daya orang yang ingin
menjadikan fatwa sebagai tempat berlindung dari masalah yang dihadapinya.98
Menurut Ma‟ruf Amin metode-metode yang dijadikan dasar atau pedoman dalam
penetapan fatwa adalah sebagai berikut :
1. Metode Bayani (Analisa Kebahasaan)
Metode ini dipergunakan untuk memperjelaskan teks Al-Qur,an dan As-Sunnah dalam
menetapkan hukum dengan menggunakan analisa kebahasaan. Yang dimaksud dengan kaidah
kebahasaan adalah kaidah-kaidah yang dirumuskan oleh para ahli bahasa dan kemudian
diadopsi oleh para ulama ushul fiqh untuk melakukan pemahaman terhadap makna lafadz
sebagai hasil analisa induktif dari tradisi kebahwaan bangsa Arab sendiri. Pembahasaan
metode bayani ini dalam kajian ushul fiqh mencakup analisa berdasarkan segi makna lafadz,
analisa berdasarkan segi pemakian makna, analisa berdasarkan segi terang dan samarnya
makna, analisa berdasarkan segi penunjukan lafadz kepada makna menurut maksud pencipta
nash.
2. Metode Ta‟lili
Metode ini digunakan untuk menggali dan menetapkan hukum terhadap suatu kejadian yang
tidak ditemukan dalilnya secara tersurat dalam nash baik secara qath‟i maupun dzanni, dan
tidak juga ada ijma‟ yang menetapkan hukumnya, namun hukumnya tersirat dalam dalil yang
ada. Istinbath seperti ini ditujukan untuk menetapkan hukum suatu peristiwa dengan merujuk
kepada kejadian yang telah ada hukumnya Karena antara dua peristiwa itu terdapat kesamaan
illat hukumnya. Dalam hal ini, mufti menetapkan hukum suatu peristiwa berdasarkan pada
98
Ibid., hlm. 30.
![Page 61: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/61.jpg)
51
kejadian yang telah ada nash-nya, istinbath jenis ini dilakukan melalui metode qiyas atau
istihsan.
3. Metode Istishlahi
Metode ini dipergunakan untuk menggali, menemukan, dan merumuskan hukum syara‟
dengan cara menerapkan hukum kulli untuk peristiwa yang ketentuan hukumnya tidak
terdapat dalam nash baik qath‟i maupun dhanni dan tidak memungkinkan mencari kaitannya
engan nash yang ada, belum diputuskan dengan ijma‟ dan tidak memungkinkan dengan qiyas
atau istihsan.99
C. Kedudukan Fatwa DSN MUI
Dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga keuangan syariah di tanah air
akhir-akhir ini dan adanya Dewan Pengawas Syariah pada setiap lembaga keuangan,
dipandang perlu didirikan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang akan menampung berbagai
masalah/kasus yang memerlukan fatwa agar diperoleh kesamaan dalam penanganannya
dalam masing-masing Dewan Pengawas Syariah yang ada di lembaga keuangan syariah.100
Salah satu tugas dan fungsi DSN MUI adalah mengeluarkan fatwa tentang ekonomi
syariah untuk dijadikan pedoman bagi praktisi dan regulator.
Tugas utama lembaga DSN adalah menggali, mengkaji dan merumuskan nilai dan
prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) dalam bentuk fatwa untuk dijadikan panduan dalam
kegiatan dan urusan ekonomi pada umumnya dan khususnya terhadap urusan dan kegiatan
transaksi lembaga keuangan syariah, yaitu untuk menjalankan operasional lembaga keuangan
99
Ibid., hlm. 44-47. 100
Ahyar A. Gayo, Penelitian Hukum tentangKedudukan Fatwa MUI dalam Upaya Mendorong
Pelaksanaan Ekonomi Syariah. BPHN PUSLITBANG. 2011. hlm. 43.
![Page 62: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/62.jpg)
52
syariah dan mengawasi pelaksanaan dan implementasi fatwa.101
Untuk melaksanakan tugas
utama tersebut, DSN memiliki otoritas untuk:102
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing
Lembaga Keuangan Syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait.
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/ peraturan yang
dikeluarkan oleh institusi yang berhak, seperti Kementerian Keuangan dan Bank
Indonesia.
3. Memberikan dukungan dan/atau mencabut dan menyokong nama-nama yang akan
duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu Lembaga Keuangan Syariah.
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/ lembaga keuangan dalam
maupun luar negeri.
5. Memberikan rekomendasi kepada Lembaga keuangan Syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.
6. Mengusulkan kepada institusi yang berhak untuk mengambil tindakan apabila
perintah tidak didengar.
DSN adalah lembaga yang dibentuk oleh MUI yang secara struktural berada di bawah
MUI. Tugas DSN adalah menjalankan tugas MUI dalam menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan ekonomi syariah, baik yang berhubungan dengan aktivitas lembaga
keuangan syariah ataupun yang lainnya. Pada prinsipnya, pembentukan DSN dimaksudkan
oleh MUI sebagai usaha untuk efisiensi dan koordinasi para ulama dalam menanggapi isu-isu
yang berhubungan dengan masalah ekonomi dan keuangan. Di samping itu, DSN diharapkan
dapat berperan sebagai pengawas, pengarah dan pendorong penerapan nilai-nilai dan prinsip-
101
Ibid., hlm. 45. 102
M. Cholil Nafis, Op.Cit., hlm. 89.
![Page 63: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/63.jpg)
53
prinsip ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi. Oleh sebab itu, DSN berperan secara proaktif
dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia di bidang ekonomi dan keuangan.
103
Lahirnya DSN-MUI dibentuk dalam rangka mewujudkan aspirasi umat Islam
mengenai masalah perekonomian dan mendorong penerapan ajaran Islam dalam bidang
perekonomian/keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan tuntutan syariat Islam.
Dibentuknya DSN-MUI merupakan langkah efisiensi dan koordinasi para ulama dalam
menanggapi isu-isu yang berhubungan dengan masalah ekonomi/ keuangan. Berbagai
masalah/ kasus yang memerlukan fatwa akan ditampung dan dibahas bersama agar diperoleh
kesamaan pendangan dalam penanganannya oleh masing-masing Dewan Pengawas Syariah
yang ada di lembaga keuangan syariah. Selain itu, kehadiran DSN-MUI bertujuan untuk
mendorong penerapan ajaran Islam dalam kehidupan ekonomi dan keuangan dengan
senantiasa berperan secara proaktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia
yang dinamis dalam bidang ekonomi dan keuangan.104
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, DSN-MUI memiliki wewenang antara
lain:105
1. Mengeluarkan fatwa yang mengikat Dewan Pengawas Syariah di masing-masing
lembaga keuangan syariah dan menjadi dasar tindakan hukum pihak terkait;
2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan/peraturan yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang, seperti Kementerian Keuangan dan Bank
Indonesia;
103
M Cholil Nafis. Op.Cit. hlm, 82. 104
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Op. Cit., hlm. 3. 105
Ibid. Lihat juga Sam, Op. Cit., hlm. 13.
![Page 64: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/64.jpg)
54
3. Memberikan rekomendasi dan/ atau mencabut rekomendasi nama-nama yang akan
duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada suatu lembaga keuangan dan
bisnis syariah;
4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan dalam
pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter/lembaga keuangan dalam
maupun luar negeri;
5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan syariah untuk menghentikan
penyimpangan dari fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI; dan
6. Mengusulkan kepada instansi yang berwenang untuk mengambil tindakan apabila
peringatan tidak diindahkan.
D. Fatwa Nomor 82 Tahun 2011
Inisiatif dan pengembangan wacana komoditas syariah berasal dari gagasan Dewan
Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) dilaksanakan di Jakarta Futures
Exchange (JFX), didukung penuh oleh Bank Indonesia (BI). Komoditas syariah bukanlah
produk derivatif, sehingga ia berbeda dan tidak dapat disamakan dengan produk JFX lain.106
Berikut kronologis peluncuran transaksi komoditas syariah:107
1. JFX dan DSN-MUI menandatangani kesepakatan (MoU, memorandum of
understanding) yang diketahui oleh Kepala Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditas (Bappebti), disaksikan Menteri Perdagangan pada Januari
2011. JFX dan DSN MUI sepakat bahwa JFX akan mengembangkan sistem
transaksi didampingi tim DSN MUI yang terdiri dari tiga orang.
106
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit. hlm. 134. 107
Ibid., hlm 135-136.
![Page 65: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/65.jpg)
55
2. Berdasarkan kesepakatan tersebut JFX bersama DSN MUI mengembangkan suatu
mekanisme jual beli komoditas berbasis syariah menggunakan akad-akad sesuai
syariah yang diselenggarakan di JFX. Oleh karena itu perdagangan seperti ini
tidak boleh diberi nama murabahah komoditas sebagaimana wacana awal,
melainkan komoditas syariah. Karena desakan kebutuhan, awalnya target yang
dibebankan kepada JFX untuk mengoperasikan komoditas syariah pada bulan Juli
2011. Namun demikian, pengembangan sistem perdagangan beserta aturan
pendukungnya membutuhkan waktu. Selanjutnya, untuk mempercepat proses, tim
pendamping DSN MUI pun ditambahkan menjadi tujuh orang.
3. JFX dan DSN MUI merampungkan rancangan Peraturan Tata Tertib (PTT)
komoditas syariah, hasilnya diusulkan kepada Bappepti sebagai bahan persetujuan
atas diperdagangkannya transasksi komoditas syariah di JFX. Selain itu, PTT
digunakan BI sebagai bahan untuk membuat peraturan bagi perbankan syariah
yang ingin melakukan transaksi komoditas syariah.
4. DSN MUI menerbitkan fatwa untuk momoditas syariah. Transaksi ini mengacu
pada tiga peraturan, yaitu:
a. Peraturan Bappepti: UU No. 32 Tahun 1997, UU No. 10 Tahun 2011, dan
Peraturan Tata Tertib (PTT) Komoditas Syariah.
b. Fatwa MUI No. 82 Tahun 2011.
c. Peraturan Bank Indonesia.
Fatwa DSN MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011 tentang Perdagangan Komoditi
Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi ditetapkan pada 05 Agustus 2011. Dalam
konsiderannya, fatwa tersebut mengemukakan bahwa di kalangan masyarakat dan lembaga
keuangan syariah muncul kebutuhan untuk melakukan perdagangan komoditi yang
memenuhi prinsip syariah di bursa. Sebagai pelaku kegiatan komoditi, bursa memerlukan
![Page 66: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/66.jpg)
56
landasan syariah untuk menyusun peraturan dan tata tertib (PTT) dan menyediakan sistem
yang sesuai dengan prinsip syariah dalam pelaksanaan perdagangan komoditi.
Fatwa ini mengatur tentang aspek pengaturan perdagangan komoditi berdasarkan
prinsip syariah yang meliputi 8 (delapan) bagian, antara lain ketentuan umum, ketentuan
hukum, ketentuan mengenai perdagangan, ketentuan mengenai bursa, ketentuan mengenai
mekanisme perdagangan serah-terima fisik, ketentuan mengenai mekanisme perdagangan
dengan penjualan lanjutan, ketentuan mengenai agen dan mekanisme perdagangannya, dan
ketentuan penutup.
E. Pasar Komoditas Syariah
Pasar komoditas syariah adalah pasar yang difasilitasi oleh bursa untuk
menyelenggarakan perdagangan komoditas berdasarkan prinsip syariah berupa kegiatan jual
beli komoditas antar peserta pedagang komoditas dengan peserta komersial dengan
konsumen komoditas, dan dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan. Jual beli dilakukan
antar peserta pedagang komoditas. Penjual adalah peserta pedagang komoditas, lembaga
keuangan syariah (LKS) yang menjadi peserta komersial atau konsumen komoditas dalam
perdagangan dengan penjualan lanjutan. Pembeli adalah peserta komersial atau konsumen
komoditas dan peserta pedagang komoditas dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan.108
Dari unsur pengertian di atas dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:109
1. Komoditas syariah adalah produk syariah dalam JFX. Syariah yang merupakan
perdagangan komoditas berdasarkan prinsip-prinsip syariah sesuai fatwa Majelis
Ulama Indonesia.
108
Ibid., hlm 136. 109
Ibid., hlm 137.
![Page 67: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/67.jpg)
57
2. Bursa adalah PT Bursa Berjangka (JFX) yang telah memperoleh persetujuan dari
Bappepti untuk menyelenggarakan kegiatan pasar komoditas syariah.
3. Peserta pedagang komoditas adalah peserta yang menyediakan penawaran jual
komoditas di pasar komoditas syariah.
4. Peserta komersial adalah lembaga keuangan syariah (LKS) yang membeli
komoditas dari peserta pedagang komoditas.
5. Konsumen komoditas adalah nasabah dari peserta komersial adalah nasabah dari
peserta komersial tertentu atau peserta komersial lain yang membeli komoditas
tersetujui dari peserta komersial tersebut sesuai aturan Bank Indonesia.
6. Penjualan lanjutan adalah perdagangan yang dilanjutkan dengan penjualan
komoditas oleh konsumen komoditas.
Peserta Pasar Komoditas Syariah
Peserta Status Peran
Peserta pedagang komoditas Anggota Menyediakan persediaan
(stock) komoditas di pasar
komoditas syariah.
Peserta komersial Anggota Institusi keuangan yang
membeli komoditas dari
peserta pedagang komoditas.
Konsumen komoditas Bukan anggota Membeli komoditas.
Mungkin menjual kembali
komoditas melalui sistem
pada hari yang sama.
![Page 68: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/68.jpg)
58
JFX Syariah Pertukaran Melalui cara akad wakalah,
mewakili anggota penjual
komoditas dalam membeli
komoditas.
1.Persyaratan peserta pedagang bebas:
a. Berbentuk badan hukum atau badan usaha.
b. Memiliki jumlah tertentu komoditas tersetujui sebagaimana ditentukan oleh bursa.
c. Memiliki prasarana dan sarana fisik perusahaan.
2. Persyaratan komoditas yang diperdagangkan:
a. Komoditas yang diperdagangkan merupakan komoditas halal dan tidak dilarang
oleh peraturan perundang-undangan.
b. Jenis, kualitas, dan kuantitas komoditas yang diperdagangkan jelas.
c. Komoditas yang diperdagangkan merupakan komoditas yang sudah ada (wujud)
dan dapat diserahterimakan secara fisik.
d. komoditas telah disetujui oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Bappebti.
3. Persyaratan peserta komersial:
a. Perbankan syariah.
b. Lembaga keuangan syariah non bank.
Berikut ini langkah-langkah dalam mekanisme transaksi komoditas syariah:
1. Konsumen komoditas membuat pengajuan pembelian kepada peserta komersial.
2. Peserta komersial membeli komoditas dari sejumlah peserta pedagang komoditas
hingga kepemilikan komoditas akan berpindah dari peserta pedagang komoditas
kepada peserta komersial, ditandai dengan Jaminan Surat Penguasaan Atas
Komoditas Tersetujui (SPAKT) oleh JFX.
![Page 69: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/69.jpg)
59
3. Peserta komersial membayar tunai kepada peserta pedagang komoditas melalui
JFX dengan perhitungan khusus peserta komersial. Langkah kedua dan ketiga
merupakan transaksi tunai menggunakan akad transaksi tunai (bai‟).
4. Peserta komersial menjual komoditas untuk konsumen komoditas, kepemilikan
komoditas berpindah dari peserta komersial kepada konsumen komoditas ditandai
dengan penerimaan SPAKT.
5. Konsumen komoditas membayar kepada peserta komersial. Akad yang digunakan
adalah akad murabahah.
6. Konsumen komoditas menerima pengiriman dokumen dari peserta pedagang
komoditas. JFX mengawasi proses serah terima. JFX menyelesaikan pembayaran
kepada peserta pedagang komoditas. Konsumen komoditas menjual komoditas
dengan tunai.
7. Peserta pedagang komoditas melalui akad wakalah memberi kuasa JFX untuk
melakukan pembelian tunai.
8. Konsumen komoditas menerima pembayaran tunai dari peserta pedagang
komoditas. Peserta pedagang komoditas memperoleh komoditas dari peserta
pedagang komoditas lain yang ditentukan secara acak. Akad yang digunakan pada
langkah ini adalah transaksi tunai (bai‟).
9. Penyelesaian komoditas di antara peserta perdagang komoditas dengan
menggunakan akad muqayadhah.
F. Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA)
Sertifikat Perdagangan Komoditas Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA)
merupakan sertifikat yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah oleh Bank Umum Syariah
(BUS) atau Unit Usaha Syariah (UUS) dalam transaksi Pasar Uang Syariah (PUAS) yang
![Page 70: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/70.jpg)
60
merupakan bukti jual beli dengan pembayaran tanggung atas perdagangan komoditas di
Bursa.110
SiKA merupakan salah satu instrumen keuangan yang digunakan oleh peserta Pasar Uang
Antarbank Syariah yang diatur oleh Bank Indonesia sebagai instrumen PUAS. PUAS adalah
kegiatan transaksi keuangan jangka pendek antarbank berdasarkan prinsip syariah baik dalam
rupiah maupun mata uang asing. Adapun yang dimaksud dengan instrumen PUAS adalah
instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh BUS atau UUS yang
digunakan sebagai sarana transaksi di PUAS.111
Adanya instrumen PUAS berfungsi memudahkan perbankan yang mengalami kesulitan
likuiditas, baik berupa kekurangan maupun kelebihan likuiditas. Diterbitkannya regulasi baru
yaitu PBI No. 14/1/PBI/2012 merupakan upaya penyempurnaan mekanisme PUAS dengan
menambahkan peran perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing dalam transaksi
PUAS.112
Selain perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, bursa yaitu PT.
Bursa Berjangka Jakarta (PT BBJ) yang telah mendapatkan persetujuan Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) juga diberikan kesempatan untuk mengadakan
kegiatan pasar komoditi syariah di PUAS.113
Karakteristik dan Persyaratan SiKA
SiKA mempunyai karakteristik dan persayaratan sebagai berikut114
:
1. Diterbitkan atas dasar transaksi jual beli komoditas di bursa dengan menggunakan
akad murabahah.
2. Diterbitkan dalam rupiah.
3. Dapat diterbitkan dengan atau tanpa warkat (scripless).
4. Berjangka waktu satu hari (overnight) sampai 365 hari.
5. Tidak dapat dialihkan kepemilikannya sepanjang belum jatuh waktu.
110
Bank Indonesia, Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum dan Perusahaan Pialang
Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing perihal Sertifikat Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah
Antarbank, SEBI No. 14/3/DPM Tahun 2012. 111
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia
Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip Syariah. 112
Ibid. 113
Ibid. 114
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit. hlm. 142.
![Page 71: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/71.jpg)
61
Mekanisme Transaksi SiKA115
1. Pihak yang akan melakukan transaksi PUAS sepakat untuk menggunakan SiKA.
2. Peserta komersial membeli komoditas di bursa dari peserta pedagang komoditas
secara tunai dan menerima Surat Penguasaan Atas Komoditas Tersetujui (SPKAT).
3. Konsumen komoditas membeli komoditas di bursa dari peserta komersial. Dari
transaksi tersebut, konsumen komoditas menerima SPAKT dan menerbitkan SiKA.
4. Konsumen komoditas menjual komoditas di bursa kepada peserta pedagang
komoditas secara tunai dengan akad bai‟ sebesar nilai nominal komoditas
sebagaimana tercantum dalam SPAKT.
Penggunaan Instrumen SiKA
Peserta transaksi PUAS terdiri dari BUS, UUS, dan bank asing yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu116
:
1. BUS dan UUS yang membutuhkan likuiditas bertindak selaku penerbit SiKA
sekaligus sebagai konsumen komoditas.
2. BUS, UUS, dan bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah yang kelebihan likuiditas bertindak selaku peserta komersial.
115
Ibid. hlm. 142. 116
Ibid. hlm. 142
![Page 72: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/72.jpg)
62
BAB IV
ANALISIS PENGARUH FATWA DSN MUI TERHADAP TRANSAKSI
TAWARRUQ
A. Analisis Perbandingan Pendapat Terhadap Tawarruq
Tawarruq bisa dikaji dalam pelbagai dimensi. Situasi yang pertama dikenali sebagai
al-tawarruq al-fardi atau al-tawarruq al-fiqhi. Dalam situasi pertama ini, tawarruq berlaku
dalam keadaan pembeli pertama membeli barangan secara angsuran dari seseorang dan
menjualnya kepada pihak ketiga secara tunai dengan harga yang lebih rendah daripada harga
angsuran dalam pembelian pertama tadi. Dalam situasi ini pihak ketiga tidak mempunyai
kaitan dengan penjual barang yang pertama. Oleh itu, penjual yang pertama tidak boleh
dikaitkan dengan jualan tunai yang dilakukan oleh pihak pembeli yang kedua (pihak yang
ketiga). Secara teorinya tawarruq semacam dibolehkan oleh mayoritas ulama, tetapi apabila
proses tawarruq ini menjadi satu kaedah untuk mendapatkan pembiayaan/ uang tunai, para
ulama telah berbeda pendapat tentang hukumnya.117
Perbedaan pendapat di kalangan ulama terhadap transaksi tawarruq tidak hanya terjadi
pada masa lalu, bahkan para ulama sekarang ini masih berada dalam perbedaan. Perdebatan
di satu sisi menimbulkan kebingungan di antara umat Islam, terutama penggiat ekonomi
Islam. Meskipun di sisi lain, perdebatan menunjukkan akan kekayaan pemikiran hukum
Islam dalam bidang ekonomi. Hukum Islam sangat terbuka terhadap ijtihad atau penemuan
hukum terutama di bidang muamalah. Sehingga sangat tepat dikatakan bahwasanya hukum
117
Asmak Ab Rahman, dkk, Bay‟ Al-Tawarruq dan Aplikasinya dalam Pembiayaan Peribadi di Bank
Islam Malaysia Berhard, diakses 25 Agustus 2017.
![Page 73: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/73.jpg)
63
Islam bersifat luwes terhadap perubahan masa dan tempat berdasarkan tujuan-tujuan
syariat.118
Karakteristik tawarruq terbagi menjadi dua tipe, yaitu:119
1. Tawarruq Hakiki/Real Tawarruq
Tawarruq di mana jika seseorang membeli barang dari seorang penjual dengan harga
kredit lalu ia menjual barang tersebut secara kontan kepada pihak ketiga selain
2. Tawarruq Munadzzam/ Organized Tawarruq
Tawarruq di mana pihak ketiga telah ditunjuk terlebih dahulu atau diskenariokan yang
biasanya dilakukan oleh pihak perbankan. Contohnya adalah ketika nasabah (pihak A)
membeli sebuah komoditas kepada pihak bank (Pihak B), biasanya kendaraan
bermotor, besi, barang elektronik, dan lain-lain, lalu pihak bank memerintahkan
seorang agen untuk menjualkan barang tersebut yang kemudian uangnya diserahkan
pada pihak A tadi.
Perbedaan mendasar dari Organized Tawarruq ini adalah pihak A (nasabah) tidak
menerima barang tersebut secara langsung, akan tetapi hanya dengan berdasarkan sebuah
surat kesepakatan yang kemudian pihak B akan langsung memerintahkan pihak C untuk
menjualkannya, sedangkan dalam Real Tawarruq pihak nasabah (pihak A) akan menerima
barang tersebut secara langsung dan memiliki opsi untuk memilikinya dan membawanya
untuk diri sendiri ataukah akan dijual ke pihak yang lain. Akan tetapi, dalam perbankan pihak
bank tetap akan memberikan opsi untuk memiliki atau menjual barang pada si nasabah tadi,
walaupun hal ini juga terlihat sebagai forrmalitas saja. Hal ini dikarenakan memang pihak
118
Hidayatulloh, Tawarruq dalam Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah, Tesis
Universitas Indonesia. 119
Ali Samsuri, Membincang Konsep Tawarruq dalam Dunia Perbankan Saat Ini. Diakses 25 Agustus
2017.
![Page 74: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/74.jpg)
64
nasabah tadi membutuhkan uang tunai bukanlah komoditas tersebut, sehingga mau tidak mau
ia akan lebih memilih untuk bank agar menjualkannya melalui agennya.120
Di bawah merupakan pendapat ulama mazhab tentang transaksi tawarruq:
Mazhab Hanabilah
Imam Ahmad memiliki tiga riwayat pendapat tentang tawarruq; boleh, makruh dan
haram. Al-Mardawi menjelaskan bahwa; “Kalau seseorang memerlukan uang tunai, lalu dia
membeli barang yang nilainya setara dengan seratus (rupiah) dengan harga seratus
limapuluh (rupiah), maka tidak ada masalah. Imam Ahmad telah menegaskannya secara
langsung, dan inilah yang menjadi pegangan para mujtahid Mazhab Hanbali, yaitu masalah
tawarruq. Diriwayatkan dari Ahmad, tawarruq hukumnya makruh. Dan diriwayatkan
darinya, tawarruq hukumnya haram”.
Namun, di antara para pengikut Mazhab Hanbali mutakhir ada yang melarang praktik
tawarruq. Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahab pernah ditanya tentang hal tersebut,
dia menjawab; “Jual beli secara kredit jika memang target pembeli itu adalah mengambil
nilai manfaat barang atau untuk diperdagangkan kembali, maka hal tersebut dibolehkan
selama formulanya diperbolehkan, sedangkan jika target pembeli ada lah dirham (uang
tunai), lalu dia membelinya seharga seratus (rupiah) kredit, dan menjualnya di pasar
seharga tujuh puluh (rupiah) tunai, maka ini pola jual beli yang tercela serta dilarang
menurut salah satu dua pendapat para ulama.”
Muhammad bin Utsmain membolehkan tawarruq dengan catatan dalam kondisi
terpaksa, dia mengatakan; “Para ulama berbeda pendapat mengenai kehalalan masalah
tawarruq. Namun, menurut pemahamanku, tatkala seseorang memang terpaksa melakukan
praktik tersebut, sementara dia tidak mendapati orang yang memberinya pinjaman, dan tidak
mendapati orang yang memberinya utang, maka tidak ada masalah baginya.”
120
Ibid.
![Page 75: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/75.jpg)
65
Mazhab Maliki
Para mujtahid Madzhab Maliki meletakkan tawarruq dalam katagori jenis ba‟i al-
inah. Pernyataan mereka hampir sama dengan muatan yang telah disampaikan para mujtahid
Mazhab Hanbali. Dalam Mukhtashar Khalil pada pembahasan praktik jual beli kategori inah
di se butkan; “Pernyataan „Belilah seharga seratus(rupiah), barang yang nilainya setara
dengan delapan puluh (rupiah)‟, hukumnya makruh.”. Para komentatornya menjelaskan,
“Tatkala A datang kepada B, lalu A berkata pada B, „Utangi aku uang sebesar delapan
puluh (rupiah), dan aku akan mengembalikan kepadamu sebesar seratus (rupiah), lalu A
mengatakan, „praktik semcam ini tidak diboleh kan, tetapi aku akan menjual kepadamu
sebuah barang yang nilainya setara dengan delapan puluh (rupiah) seharga seratus
(rupiah), ini adalah model inah yang dimakruhkan.”.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat dipastikan bahwasanya target pembelian
barang itu adalah uang tunai, karena sudah sejak awal akad dia menyatakan, “Aku
memerlukan uang sebesar delapan puluh (rupiah) tunai.” Targetnya bukan menjual kembali
barang kepada penjual itu sendiri, karena ini termasuk kategore jual beli dengan pembayaran
tunda, bukan ba‟i al-‟inah. Jadi, menurut madzhab ini tidak ragu lagi bahwa tawarruq itu
hukumnya makruh.
Mazhab Abu Hanifah
Para mujtahid Madzhab Hanafi ah menyebutkan praktik tawarruq ini termasuk
kategori bai‟ al-inah. Dalam Thalabah Al-Thalabah karya Al-Nasafi (w. 537) disebutkan
penjelasan tentang inah, dia mengatakan; “Menurut sebuah riwayat, model inah adalah
pembelian barang di mana seseorang menjualnya dengan harga yang lebih murah harga
saat dia membeli sebelum menyerahkan uang secara tunai. Sedangkan menurut riwayat lain
yang shahih, inah misalnya adalah,A membeli kain dari B, seharga sepuluh dirham dengan
![Page 76: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/76.jpg)
66
pembayaran tunda selama sebulan, sedangkan harga kain yang sebenarnya adalah delapan
dirham, kemudian A menjualnya kepada C seharga delapan dirham tunai. Jadi, A
mendapatkan uang tunai sebesar delapan dirham, dan memiliki kewajiban membayar kredit
sebesar sepuluh dirham, dinamakan înah karena dia mengalihkan dari praktik utang ke
penjualan barang.”
Mazhab Syafii
Para mujtahid Mazhab Syafii telah menegaskan bahwa bai‟ al-inah hukumnya mak
ruh, dan menghukumi makruh semua ben tuk jual beli yang pensyariatannya masih
diperselisihkan. Dalam Tuhfatul Muhtaj karya Ibnu Hajar Al Haitami disebutkan; “Praktik
jual beli kadang dihukumi makruh seperti bai‟ al-inah dan semua bentuk jual beli yang
kehalalannya masih diperselisihkan, sama seperti rekayasa untuk menghindari praktik
riba.”121
Menurut pendapat yang rajih, sistem tawarruq ini bertentangan dengan maqashid al-
syari‟ah (hifzhul mal) dan kaidah tukar menukar barang. Dalil-dalil syara‟ memberikan
kepastian larangan haram transaksi tersebut, dan seorang muslim tidak boleh mengadakan
kontrak perjanjian antara dia dengan Allah dengan model kontrak semacam ini. Misalnya
hadits Umar dari Nabi Muhammad, beliau bersabda; “Tatkala kalian melakukan akad jual
beli dengan model inah, kalian lebih memilih menggembala sapi, rela bercocok tanam dan
meninggalkan jihad, maka Allah akan meletakkan kehinaan pada diri kalian, yang tidak akan
pernah bisa tercerabut sampai dengan kalian kembali kepada aturan agama kalian.”.
Sudut pandang pengambilan dalilnya adalah, bahwa inah dalam hadits tersebut adalah
nash yang bersifat umum mencakup semua mua malah, yang targetnya adalah uang tunai,
121 Sami bin Ibrahim As-Sualimi, At-Tawarruq wa At-Tawarruq Al Munazham, (Rabithah Alam Al Islami
Mekkah, 2003) hlm. 8-17.
![Page 77: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/77.jpg)
67
sebagai imbalan waktu tunda pembayaran dengan pengenaan harga yang lebih tinggi dari
harga yang sebenarnya. Ini mencakup inah dua pihak, tiga pihak dan tawarruq. Hadits
tersebut menyinggung masalah inah dalam rangka memberikan kecaman atas praktik ini. Hal
ini secara otomatis juga mengecam praktik tawarruq secara syara‟. Sedangkan dilalah yang
menunjukan „inah mencakup makna tawarruq, adalah makna inah baik secara bahasa
maupun secara istilah syara‟ mengindikasikan mencakup praktik tawarruq. Ibnu Faris
misalnya, menjelaskan al „ain adalah harta yang bersifat tunai serta tersedia (ada barangnya).
Jadi dapat dikatakan, al „ain adalah barang tunai bu kan utang, yang terlihat oleh
pandangan mata. Kemudian dia mengutip pernyataan Al Khalil; “Al inah adalah utang
(salaf).”, dan dia mengatakan, “ Inah diambil dari kata dasar „ainul mîzan (mata timbangan),
yaitu kelebihan timbangan.”. Ibnu Faris menjelaskan, “Apa yang dikemukakan oleh Al Khalil
benar, karena inah memastikan adanya penarikan keuntungan lebih.”. Jadi, „ain itu
maksudnya adalah uang tunai, kemudian „inah digunakan untuk istilah utang karena utang itu
menjadi faktor mendapatkan uang tunai. Kemudian unsur riba yang mengandung kezhaliman.
Dapat dipastikan bahwa kezhaliman yang terkandung dalam riba adalah beban pembayaran
yang ditanggung debitur tanpa ada timbal balik apapun. Jadi, tatkala dia mengajukan kredit
sebesar seratus (rupiah), dan dia harus membayar dalam bentuk tanggungan sebesar seratus
sepuluh (rupiah), maka beban tanggungannya sebesar sepuluh (rupiah) tanpa ada timbal balik
apapun.
Demikian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpegangan, karena dia menyatakan;
“Debitur mengajukan permohonan kredit kepada kreditor, „Aku memerlukan uang
tunai,apapun mekanisme untuk mendapatkannya, dan menyisakan beberapa dirham dalam
tanggungan nya yang dibayar secara tunda, maka ini adalah muamalah yang batal, dan
inilah hakikat riba yang sebenarnya.”122
122 Sami bin Ibrahim As-Sualimi, At-Tawarruq wa At-Tawarruq Al Munazham, hlm. 24-27.
![Page 78: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/78.jpg)
68
Tawarruq adalah istilah muamalah yang menghimpun dua akad sekaligus. Pertama;
pembelian dengan pembayaran tunda dari satu pihak. Dan kedua; penjualan secara tunai pada
pihak lain dengan harga lebih rendah dibanding harga tunda. Penggabungan inilah yang
membuat transaksi model tawarruq ini dilarang. Sedangkan mereka yang membolehkansis
tem transaksi tawarruq berpegangan pada sejumlah dalil di antaranya fi rman Allah,
“Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,” (QS. Al Baqarah [2]:
275). Tawarruq tersusun dari dua buah akad, yang masing-masing dari keduanya adalah halal
(boleh), sehingga gabungan kedua akad tersebut juga halal. Mereka mengatakan, target
transaksi tawarruq adalah uang tunai, sama seperti target seorang pedagang adalah uang
tunai. Tatkala seorang pedagang boleh membeli dan menjual dengan target mendapatkan
uang tunai, maka demikian pula dengan tawarruq, tidak ada perbedaan sama sekali. Hukum
asal dalam muamalah adalah boleh, dan inilah dalil yang dikuatkan berdasarkan dalil-dalil
hukum yang telah dikenal banyak orang, selama tidak ada dalil yang melarang tawarruq
secara meyakinkan. Jadi, tawarruq tetap sesuai dengan hukum aslinya, karena sesuatu yang
ditetapkan berdasarkan sumber yang meyakinkan tidak bisa direduksi kecuali dengan dalil
yang meyakinkan pula. Kebutuhan akan uang tunai amat mendesak, dan tidak mendapati
seseorang yang mengucurkan kredit tanpa keuntungan. Penghilangan kesempitan adalah
kaidah dari sejumlah kaidah pembelakuan hukum syara‟. Sama seperti tawarruq lebih baik
disbanding riba yang bersifat terang-terangan.123
B. Pendapat Pakar Ekonomi Syariah Terhadap Transaksi Tawarruq
Menurut Adiwarman Karim sebagaimana dikutip Muhamad Nadratuzzaman
mengungkapkan bahwa pelaksanaan suatu akad haruslah disertai kesiapan dan kesigapan
masyarakat dalam mengimplementasikannya. Waktu yang tepat bagi pengesahan
123
Ali Samsuri, Op.Cit.
![Page 79: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/79.jpg)
69
mekanisme suatu akad merupakan waktu ketika masyarakat telah siap menerima dan
memahami serta mengamalkan fatwa tersebut.
Keahlian dan kesiapan masyarakat sangatlah diperlukan demi terlaksananya
mekanisme yang sah dan tidak menyimpang dari maqasidusy syariah.124
Walaupun suatu
akad halal secara teoritis, akan tetapi jika masyarakat tidak siap menerima dan
mengimplementasikannya hal itu bisa membawa kepada kemudaratan dan akan lenyapnya
maqasidusy syariah yang dituju. Oleh karena itu, produk-produk tawarruq, bai‟ inah, bai‟
dayn, bahkan banyak produk lain yang belum disahkan oleh Dewan Syariah Nasional tentu
memperhitungkan tingkat kesiapan masyarakat menerimanya.
Ada kejadian pada masa Rasulullah patut dijadikan contoh dalam hal ini. Suatu ketika
terjadi penjualan atau transaksi jual beli kacang tanah yang masih ditanam. Transaksi itu
dilarang karena termasuk kategori bai‟ al-ma‟dum.125
Dalam ilmu fiqih terdapat kaidah
yang menyatakan “janganlah kau jual apa yang tidak kau miliki”, tidak sesuai dengan
keadaan sesungguhnya, karena dalam hal ini kacang tanahnya ada. Dalam ilmu fiqih
124
Maqasidusy syariah; 1. Adalah tujuan-tujuan syariah; Tujuan-tujuan syariah adalah memenuhi lima
kebutuhan pokok dalam menunjang kesejahteraan manusia yang terletak pada pemeliharaan agama (iman),
hidup, akal, harta, dan keturunan. 2. Maqasidusy syariah; adalah tujuan-tujuan syariat dan rahasia-rahasia yang
dimaksudkan oleh Allah dalam setiap hukum dari keseluruhan hukum-Nya. Inti dari tujuan syariah adalah
“maslahah” atau manfaat. Keseluruhan produk hukum Islam adalah untuk kemaslahatan dan manfaat bagi
manusia. Kemaslahatan manusia ini oleh Imam Ghazali dirinci dalam lima aspek kehidupan yang menjadi aspek
pokok tujuan syariat. Kelima aspek tersebut adalah: 1) terpeliharanya agama, 2) terpeliharanya jiwa, 3)
terpeliharanya akal, 4) terpeliharanya keturunan, dan 5) terpeliharanya harta atau modal. Dalam memelihara
lima aspek pokok tujuan syariat di atas, ada dua metode yang digunakan, yaitu pemeliharaan secara preventif,
dan pemeliharaan secara proaktif. Metode preventif berarti melestarikan dan memelihara lima aspek tersebut
dengan melarang perbuatan-perbuatan yang berakibat bagi kerusakan lima aspek tersebut, atau dengan memberi
hukuman berupa sanksi bagi yang melanggar. Contoh dalam pemeliharaan preventif ini adalah: sanksi bagi yang
meninggalkan shalat (pemeliharaan agama), larangan membunuh (pemeliharaan jiwa), larangan minum-
minuman yang memabukkan (pemeliharaan akal), larangan zina (pemeliharaan keturunan), larangan makan
harta orang lain secara bathil (pemeliharaan harta). Sedangkan metode proaktif dilakukan dengan cara
memberikan perintah untuk mengerjakan amalan demi terpeliharanya kelima aspek pokok tujuan syariat.
Contoh dalam pemeliharaan proaktif ini adalah: perintah shalat (pemeliharaan agama), perintah mengonsumsi
makanan yang halal dan baik (pemeliharaan jiwa), perintah belajar (pemeliharaan akal), perintah nikah
(pemeliharaan keturunan), dan perintah bekerja (pemeliharaan harta). Tujuan-tujuan syariah dalam ekonomi
juga diatur dalam kaitannya dengan maqasidusy syariah. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam kehidupan
masyarakat, dalam hukum-hukum Islam yang mengatur perekonomian juga memiliki tujuan dan hikmah.
Tujuan dan hikmah dalam sistem ekonomi adalah: 1) Perputaran atau sirkulasi (al tadaawul), 2) Jelas atau legal
(al wudluuh), 3) Keadilan dalam harta (al adl fi al amwaal), 4) Terpeliharanya harta dengan menghindarkan dari
kezaliman. (Lihat Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 491-492) 125
Bai‟ al-ma‟dum; Melakukan penjualan atas barang yang belum dimiliki (short selling). Ini adalah
transaksi yang tidak dibenarkan oleh Islam. Ibid., hlm. 140.
![Page 80: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/80.jpg)
70
transaksi semacam ini dibolehkan apabila terjadi antara penjual yang ahli dan pembeli yang
ahli pula.
Tawarruq merupakan produk yang masih dikaji hingga saat ini, karena bila dicari
hukumnya akan ditemukan dalil yang menghalalkan. Namun mekanisme tawarruq yang
dihalalkan dahulu sangatlah berbeda dengan tawarruq yang terjadi saat ini. Oleh karena itu
ketika HSBC (The Hongkong and Shanghai Banking Corporation) meminta tawarruq untuk
menjadi produk missal, ditolaklah proposal ini oleh DSN. Bila tawarruq diterima, seluruh
perbankan syariah Indonesia akan memiliki deposito dan tabungan murabahah126
, hal ini
akan menyebabkan perubahan orientasi dari bank syariah ke bank konvensional dalam
mekanisme perbankannya, malah akan membawa kemudaratan ketimbang kemanfaatan. Di
samping itu, tawarruq akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap perbankan
syariah dan tentunya hal ini sangat tidak diinginkan oleh Dewan Syariah Nasional.
Implementasi tawarruq saat ini terdapat kelemahan, yaitu bank bertindak sebagai
wakil dalam skema pertama, yaitu pembelian suatu komoditas. Kemudian bank menjadi
wakil pula dalam skema kedua, yaitu untuk menjual komoditas tersebut tadi. Dalam hal ini
bank menjamin return yang akan didapat dari penjualan tersebut. Tentunya hal ini tidak
boleh dari kacamata fiqih. Wakil tidak berhak dan tidak pula memiliki kewenangan untuk
menentukan return yang akan diperoleh dari sebuah penjualan. Wakil hanya bertindak
sebagai perantara, maka bank tidak boleh menjamin fix return bagi dirinya sendiri. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme dan implementasi tawarruq pada saat ini tidak syar‟i dan
tidak dapat diterima keabsahannya.
126
Murabahah; Mengambil keuntungan yang disepakati. 1. Perjanjian jual beli antara bank dan
nasabah dengan bank syariah membeli barang yang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian menjualnya
kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin atau keuntungan yang
disepakati antara bank syariah dan nasabah; 2. Secara fiqih, murabahah adalah akad jual beli atas barang
tertentu, dengan penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian
barang kepada pembeli, kemudian dia mensyaratkan atasnya laba/ keuntungan dalam jumlah tertentu. (Lihat
Ahmad Ifham Sholihin, Op.Cit., hlm. 532)
![Page 81: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/81.jpg)
71
Implementasi bai‟ inah pun ditemukan kelemahan yang sangat menonjol. Menurut
mazhab Syafii, bai‟ inah adalah sah dan halal dilakukan dengan argumentasi kuat, yaitu bila
pembeli menjual barangnya kepada pihak ketiga, maka tidak masalah dan sah bila ia
menjualnya pada pihak pertama (pihak asli). Namun Imam Syafii tidak membolehkan
adanya syarat dalam hal jual beli tersebut.
Kelemahan implementasi bai‟ inah adalah terjadi perjanjian tertulis (ta‟ahud, wa‟d)
oleh pembeli kepada pihak pertama (bank), untuk menjual komoditas yang telah dibelinya
itu kepada pihak pertama (penjual asli). Tentu hal ini pun tidak dapat diterima
keabsahannya.
Dalam mengimplementasikan suatu akad harus dicermati betul segala aspeknya agar
terhindar dari syubhat127
dan ketidakjelasan, yang pada ujungnya bisa berakibat bisa
hilangnya kepercayaan masyarakat kepada bank syariah.
Bai‟ inah pernah dibolehkan di Indonesia tahun 1992-1998, namun setelah itu
dilarang. Awalnya adalah dharurah karena bank syariah pada saat itu hanya satu-satunya
bank yang bersaing di antara bank konvensioanl, maka bai‟ inah dibolehkan untuk
memberi kesempatan kepada nasabah konvensional yang ingin memindahkan kreditnya ke
bank syariah. Namun dengan berkembangnya bank syariah di tanah air, dharurah tidak lagi
ada hujjah (alasan) yang membolehkan suatu akad telah tiada. Begitu pula akadnya tidak
boleh diimplementasikan lagi selama tidak ada dharurah yang mendesak. 128
C. Analisis Fatwa DSN MUI
Fatwa DSN MUI tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di
Bursa Komoditi ini lahir disebabkan adanya kebutuhan di kalangan masyarakat dan lembaga
127
Syubhat; Samar atau tidak jelas. Hal-hal yang hukumnya belum diketahui secara pasti, apakah halal
ataukah haram. Tidak tentu halal haramnya, sebab para ahli hukum berselisih pendapat tentangnya. 128
Muhamad Nadratuzzaman, Op.Cit, hlm. 93-96.
![Page 82: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/82.jpg)
72
keuangan syariah untuk melakukan perdagangan komoditi yang memenuhi prinsip syariah di
Bursa.
Fatwa ini merujuk kepada 7 (tujuh) ayat Al-Qur‟an dan 10 (sepuluh) hadis. Ayat
perintah untuk menunaikan akad (QS. Al-Ma‟idah (5): 1), perintah untuk memenuhi janji
(QS. Al-Isra (17): 34), pengharaman riba dan penghalalan jual beli (QS. Al-Baqarah (2)]:
275), perintah meninggalkan sisa riba (QS. Al-Baqarah (2): 278), larangan mengambil harta
orang lain dengan cara yang batil (QS. al-Nisa (4): 29), kewajiban memenuhi amanat (QS.
Al-Baqarah (2): 283) dan perintah untuk menyampaikan amanat dan menetapkan hukum
dengan adil (QS. Al-Nisa (4): 58).129
Dalam merujuk hadis, fatwa ini mengutip hadis-hadis antara lain: hadis tentang
larangan membahayakan diri sendiri dan orang lain (HR. Ibnu Majah), larangan jual beli
hashah dan jual beli yang mengandung tipu daya (HR. Muslim), larangan melakukan najsy
(penawaran palsu (HR. Bukhari), larangan menghadang pengendara pembawa dagangan dan
jual beli hadhir li-bad yaitu orang kota menjual kepada harga dengan tujuan manipulasi harga
(HR Bukhari), larangan jual beli sesuatu yang tidak ada di tangan (HR. Tirmidzi), ketentuan
penguasaan barang atau qabdh (HR. Ahmad), perintah memberikan upah kepada pekerja
(HR. Ibnu Majah), perintah memberitahukan nominal upah kepada pekerja (HR. Abd al-
Razaq), larangan menjual kurma berbeda kualitas dengan takaran berbeda (HR. Bukhari) dan
ketentuan shulh atau perdamaian dan perikatan antara muslim dalam perjanjian (HR.
Tirmidzi).130
Setelah mencantumkan ayat, hadis dan kaidah fikih dalam fatwa. Selanjutnya
pembuat fatwa, yakni DSN-MUI mencantumkan pendapat-pendapat ulama dalam fatwa
nomor 82 tahun 2011 ini antara lain pendapat Ibnu Qudamah, Syaukani, Tim Penyusun
Ensiklopedia Fiqh Islam Kuwait, al-Mirdawi, Ibnu al-Humam dan al-Ma‟ayir al-Syar‟iyah.
129
Hidayatulloh. Op.Cit. hlm 123. 130
Ibid.
![Page 83: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/83.jpg)
73
Akad tawarruq di Indonesia tidak diperbolehkan karena beberapa alasan. Alasan
pertama, yaitu sesuai dengan Konferensi Islamic Fiqh Academy Jeddah ke-17 melarang
praktek tawarruq munazzam yang berlaku di beberapa bank syari‟ah saat ini dikarenakan
praktek ta warruq munazzam hanyalah sebatas transaksi di atas kertas untuk mendapatkan
uang tunai. Alasan kedua yaitu, salah satu syarat transaksi atau muamalah amaliyah haruslah
bersifat transparan, terlepas dari unsur-unsur penipuan atau pun syubhat di dalamnya. Dan
alasan ketiga akad ini tidak diperbolehkan di Indonesia yaitu tawarruq lebih besar
mafsadahnya dari pada maslahahnya jika dilihat dari segi kepentingan umum.131
Menurut M. Nejatullah Sidqi sebagaimana dikutip Ali Samsuri bahwa konsep
tawarruq ini lebih besar mafsadah-nya daripada maslahah-nya, jika dilihat dari segi
kepentingan umum. Di bawah ini adalah mafsadah yang telah dirangkum oleh Sidqi:
1. Tawarruq menyebabkan pembentukan utang yang mana volumenya cenderung
mengalami peningkatan.
2. Hasil pertukaran (exchange) uang sekarang dengan uang dikemudian hari dalah tidak
fair dari segi sudut pandang resiko dan termasuk ketidakpastian.
3. Hal ini menyebabkan perkembang-biakan utang secara terus menerus, menuju arah
perjudian seperti transaksi spekulasi.
4. Hal ini menyebabkan keuangan berdasarkan utang (debt fi nance) yang terus menerus,
meningkatkan ketidak stabilan dalam ekonomi. Dalam debt-based economy, suplay
uang dihubungkan kepada utang yang mana tendency kedepannya adalah peningkatan
(expantion) lonjakan infl asi.
5. Ini menghasilkan ketidakadilan dalam distribusi pendapatan dan kesejahteraan.
Dan menghasilkan keuangan berdasarkan utang yang terus menerus, dalam
Ketidakefesienan alokasi sumber daya.
131
Ali Samsuri, Op.Cit.
![Page 84: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/84.jpg)
74
6. Dengan pengkonsolidasian pembiayaan berbasis utang (debt fi nancing) berkontribusi
untuk meningkatkan tingkatan (level) kekhawatiran dan kerusakan (destruction)
lingkungan.
Tawarruq memiliki mafsadah yang lebih besar dibanding dengan maslahah-nya
secara perekonomian. Akad Tawarruq diperboehkan oleh ulama terdahulu karena;
Pertama, fuqaha pada masa itu berbeda keadaannya dan alat analisis ekonomi makro
yang dibutuhkan untuk menemukan mafsadah dari efek tawarruq tidak ada pada waktu itu.
Kedua, pengaruh mafsadah dari tawarruq pada ekonomi secara keseluruhan pada saat
sekarang ini tidak ditemui pada waktu itu. Seperti halnya infl asi yang dikarenakan mata
uang, karena memang mata uang saat ini saja sudah berdasarkan utang sehingga gap antara
sektor riil dan keuangan semakin besar.
![Page 85: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/85.jpg)
75
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Tawarruq merupakan bentuk jual beli yang melibatkan beberapa pihak, ketika pemilik
barang menjual barangnya kepada pembeli pertama dengan cara pembayaran tunda (kredit),
kemudian pembeli pertama menjual kembali barang tersebut kepada pembeli lain dengan
tunai. Munculnya perdebatan oleh beberapa kalangan ulama mengenai boleh atau tidaknya
bai‟ tawarruq. Sejumlah ulama berpendapat bahwa bai‟ tawarruq dibolehkan dan telah
diperkenalkan Islam sebagai solusi untuk memenuhi kebutuhan akan likuiditas. Namun,
sebagian lainnya berpandangan bahwa tawarruq adalah sebuah kegiatan muamalah maliyah
yang dibuat-buat untuk menutupi unsur riba dan mengakali keadaan dharurah dalam
kebutuhan akan likuiditas, padahal esensi dari transaksi ini masih tergolong kepada kegiatan
ribawi. Salah satu perkembangan produk keuangan ekonomi syariah adalah perdagangan
komoditas syariah. Dalam hal ini muncul tawarruq kontemporer yang pada zaman dahulu
belum ada dan menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ulama yang
membolehkan menyatakan bahwa tawarruq merupakan transaksi jual beli yang bermanfaat.
Sedangkan ulama yang melarangnya berpendapat bahwa tawarruq hanya akan meningkatkan
jumlah utang yang berarti terjadi mafsadah, karena itu dihukumi haram.
2. Ulama yang membolehkan bai‟ tawarruq dari mazhab Hanafi, Syafii dan Hanbali di
antaranya Abdul Aziz bin Baz dan Muhammad ibn Shaleh al-Uthaymin. Sementara ulama
yang melarang transaksi ini adalah Ibnu Taimiyah dan Abu Hanifah. Sebagian dari mazhab
Maliki juga menganggap tawarruq menyerupai transaksi al-inah. Demikian pula dengan
Umar bin Abdul Aziz, Muhammad bin al-Hasan, Ibnul Qayim, dan Ibnu Taimiyah dari
mazhab Hanbali juga menolak transaksi tawarruq.
![Page 86: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/86.jpg)
76
3. Dari semua argument pro dan kontra tentang kedudukan tawarruq dalam hukum Islam, sebagian
ulama komntemporer mengizinkan, sepanjang tidak berindikasi kea rah riba. Kondisi tawarruq saat ini
sifatnya berdasarkan pada keinginan (hajah), bukan pada kebutuhan yang mendesak (dharurah).
4. Fatwa DSN-MUI No. 82 2011 tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah.
Tawarruq diaplikasikan ke dalam produk keuangan non bank untuk manajemen likuiditas
industri keuangan. Dalam transaksi perdagangan komoditi bai‟ tawarruq muncul dengan
terpenuhinya unsur-unsur tawarruq di dalamnya, antara lain para pihak; mustawriq/mutawarriq,
muwarriq, objek komoditi, akad murabahah dengan pembayaran tangguh, dan penjualan kembali
kepada pihak ketiga secara tunai.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagi berikut:
1. Inovasi produk-produk keuangan syariah sebagai bagian perkembangan zaman harus
bersumber kepada prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan syariah. Dengan memegang teguh prinsip
tersebut maka akan menjadi pembeda yang nyata antara ekonomi syariah dan ekonomi
konvensional.
2. Perlunya kodifikasi produk dan standarisasi atas regulasi yang bersifat nasional maupun
global untuk menjembatani akan adanya perbedaan dalam konteks muamalat. Oleh karena itu
sebagai lembaga fatwa sebaiknya DSN MUI mengeluarkan regulasi (kejelasan boleh dan tidaknya)
tentang tawarruq sebagai pedoman dan aturan yang jelas dalam menjalankan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah. Hal ini tentunya harus dilakukan dengan kajian yang mendalam dan
intensif melalui perbandingan tawarruq pada negara Islam lainnya di dunia.
![Page 87: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/87.jpg)
77
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Karim Mustofa, Muhammad, Kamus Bisnis Syariah, Yogyakarta: Asnalitera, 2012.
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul al-Fiqh. Beirut: Dar al-Fikr al-„Arabi, t.t.
Ahmad, Nazih Kamal. Bai‟ al-Kali bi al-Kali. Jedah: Markaz al-Iqtishadi al-Islami, 1994.
Ahyar A. Gayo, Penelitian Hukum tentang Kedudukan Fatwa MUI dalam Upaya Mendorong
Pelaksanaan Ekonomi Syariah. BPHN PUSLITBANG. 2011. hlm. 43.
Ali, Engku Rabiah Adawiah Engku. “Bay‟ Al-Inah and Tawarruq: Mechanisms and
Solutions,” dalam Essential Readings in Islamic Finance. Kuala Lumpur: CERT
Publications, 2008.
Al-Burnu, Muhammad Shadqi bin Ahmad bin Muhammad. Al-Wajiiz fi Iidhahi Qawaid al-
Kulliyyah. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1996.
Al-„Alim, Yusuf Hamid. Maqashid al-„Ammah li al-Syariah al-Islamiyah. Riyadh: al-Dar al-
„Alamiyah li al-Kitab al-Islami, 1994.
Al-Duwaisi, Ahmad bin Abdurrazak. Fatwa-fatwa Jual Beli (Fatawa al-Lajnah al-Daaimah
li al-Buhuuts al-„Ilmiyyah wa al-Iftaa‟). Diterjemahkan oleh M. Abdul Ghoffar E.M.
Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2004.
Al-Fasi, Alal. Maqashid al-Syariat al-Islamiyyat wa Makarimuha, T.tp.: Maktabat al-Wihdat
al- „Arabiyah, t.t.
Al-Hajjaj, Muslim bin. Shahih Muslim, vol 3. Beirut: Dar al-Hadis, 1997.
Al-Hakami, Ali bin Abbas. Al-Buyu‟ al-Manhi „anha Nashshan fi al-Syari‟ah al-Islamiyyah.
Mekah: Nadi Makkah al-Tsaqafi al-Adabi, 1990.
Al-Jauziyyah, Abu Abdillah Ibnu Qayyim. I‟lam al-Muwaqqi‟iin. Riyad: Dar Ibnu al-Jauzi,
2003.
![Page 88: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/88.jpg)
78
Al-Jazairi, Abu „Abd al-Rahman „Abd al-Majid. Al-Qawaid al-Fiqhiyyah: al-Mustakhrajat
min Kitab Ilam al-Muwaqqi‟in. Beirut: Dar Ibnu Qayyim dan Dar Ibnu „Affan, t.t.
Al-Khadimi, Nur al-Din bin Mukhtar. Ilmu al-Maqashid al-Syariah. Riyadh: Maktabah al-
„Abikan, 2001.
Al-Khallaf, Abd al-Wahab. Khulashah Tarikh al-Tasyri‟ al-Islami. Kairo: Fakultas Hukum
Universitas Kairo, t.t.
------------------------------------. Mashadir al-Tasyri al-Islami fi ma la Nashsha Fihi. Kuwait:
Dar al-Qalam, 1993.
Al-Madani, Muhammad Muhammad. Nazhariyyat fi Fiqh al-Faruq Umar bin al-Khattab.
Kairo: Kementerian Wakaf Republik Arab Mesir, 2002.
Al-Nawawi. Shahih Muslim bi syarh al-Nawawi, vol 11. Beirut: Dar al-Fikr, 2008.
Al-Sadlaan, Shalih bin Ghanim. Al-Qawaid al-Fiqhiyyah al-Kubra wa ma Tafarra‟a „Anha.
Riyad: Dar al-Balnasiah, 1996.
Al-Sijistani, Abu Dawud. Sunan Abi Dawud. Beirut: Dar al-Fikr, 2007.
Al-Subki, Taqiyuddin. Kitab al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab li al-Syairazi, vol 10. Jedah:
Maktabah al-Irsyad, t.t.
Al-Suyuthi, Jalal al-Din „Abd al-Rahman. Al-Asybah wa al-Nazhaair. Beirut: Dar al-Kutub
al- „Ilmiyah, 1983.
Al-Syarbini, Muhammad bin Khatib. Mughni al-Muhtaj, vol 2, cet. 1. Beirut: Dar al-
Makrifah, 1997.
Al-Syatibi, Abu Ishak Ibrahim bin Musa al-Lakhim al-Gharnathi. Al-Muwafaqaat fi Ushul al-
Ahkam, vol. II. Beirut: Dar Ibnu al-Affan, t.t.
Al-Tirmidzi, Abu Isa. Sunan al-Tirmidzi, vol 4. Kairo: Dar al-Hadis, 2005.
Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, vol 4. Beirut: Dar al-Fikr, 1985.
------------------------. “Maqashid al-Syariah al-Islamiyah fi al-Mal wa al-Iqtishad al-Islami.”
![Page 89: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/89.jpg)
79
Makalah disampaikan pada Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank
Indonesia dan UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 13 November 2013.
------------------------. Ushul al-Fiqh al-Islami. Damaskus: Dar al-Fikr, 1986.
Amaliah, Euis. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam: Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer.
Depok: Gramata Publishing. 2010.
Amin, Ma‟ruf. Fatwa Dalam Sistem Hukum Islam. Jakarta: elSAS, 2008.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik. Jakarta: Gema Insani
Press, 2001.
Ash-Shidiqie, M. Hasbi. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Semarang: Pustaka Rizki. 2001.
Atha, Muhammad Abdul Qadir dan Mustafa Abdul Qadir „Atha, Ed. Al-Fatawa al-Kubra.
Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 1987.
Ayub, Muhammad. Understanding Islamic Finance. Inggris: John Wiley & Sons, Ltd, 2007.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqih Muamalah: Sistem Transaksi dalam Fiqih Islam.
Jakarta: Amzah. 2010.
Bank Islam Malaysia Berhad, Islamic Banking Practice, From Practitioner‟s Perspective,
Kuala Lumpur: BIMB ,1994.
Barlinti, Yeni Salma. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum
Nasional di Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2010.
Basha, Ahmad Taimur. Al-Mazahib al-Fiqhiyyah al-Arba‟ah: al-Hanafi wa al-Maliki wa al-
Syafii wa al-Hanbali wa intisyaruha „inda jumhur al-muslimin. Kairo: al-Afaq al-
Arabiyah, 2001.
Chapra, M. Umer. The Future of Economics An Islamic Perspective: Landscape Baru
Perekonomian Masa Depan. Penerjemah: Amdiar Amir, dkk., Jakarta: Shari‟ah
![Page 90: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/90.jpg)
80
Economics and Banking Institute, 2001.
Crowther, Jonathan. Ed. Oxford Advanced Learner‟s Dictionary. Oxford: Oxford University
Press, 1995.
Dahlan, Abdul Aziz. Ensiklopedia Hukum Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 1996.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional MUI, vol 1. Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia,
2006.
----------------------. Mengenal Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Jakarta:
DSN- MUI, 2011.
Dewi, Gemala. Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di
Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007.
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik, Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.
----------------------------. Metode Ijtihad Majelis Tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos, 1995.
----------------------------. Penerapan Hukum Perjanjian dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
----------------------------. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah. Jakarta:
Sinar Grafika, 2012.
Djazuli. A, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam, cet. Ke-3 Jakarta:
Prenada Media Group. 2006.
Dusuki, Asyraf Wajdi. “Commodity Murabahah Programme (CMP): An Innovative
Approach to Liquidity Management,” dalam Essential Readings in Islamic Finance.
Kuala Lumpur: CERT Pubications, 2008.
![Page 91: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/91.jpg)
81
Ediana, Dian, Transaksi Derivatif dan Masalah Regulasi Ekonomi Di Indonesia, Jakarta: PT.
Elex Media Kompotindo, 2008.
Edward, Franklin R. dan Cindy W. Ma. Futures and Option. Singapura: Mc. Graw Hill,
1992.
Hejazziey, Djawahir. Perbankan Syariah: Ditinjau dari Aspek Hukum dan Politik. Bandung:
Fajar Media, 2013.
Hull, John C. Introduction to Futures and Options Markets. New Jersey: Prentice Hall, 1995.
Ibnu Abidin. Radd al-Mukhtar, vol 7. Riyad: Dar „Alam al-Kutub, 2003.
Ibnu Majah, Muhammad bin Zaid al-Qazwini. Sunan Ibnu Majah, vol 3. Kairo: Dar Ibnu al-
Haitsam, 2005.
Ibnu Manzur. Lisan al-Arab. Beirut: Dar al-Sadr, t.t.
Ibnu Qudamah. Al-Mughni, vol 6. Riyad: Dar „Alam al-Kutub, 1997.
Ibnu Taymiyyah, Taqiyuddin Ahmad. Majmu‟ al-Fatwa Kitab al-Fiqh, vol 29. Beirut: Dar al-
Wafa, 2005.
Ibrahim, Muhammad bin. Al-Hiyal al-Fiqhiyyah fi al-Muamalat al-Maliyah, cet. 1. Kairo:
Dar al- Salam, 2009.
Irianto, Sulistyowati. “Memperkenalkan Studi Sosiolegal dan Implikasi Metodologisnya”
Dalam Metode Peneliian Hukum: Konstelasi dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2009.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press,
2011.
Ka‟bah, Rifyal. Hukum Islam di Indonesia: Perspektif Muhammadiyah dan NU. Jakarta:
Universitas Yarsi, 1999.
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam. Al-Mausuu‟ah al-Fiqhiyyah, juz 9. Kuwait:
Kementerian Wakaf dan Urusan Agama Islam, 1987.
![Page 92: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/92.jpg)
82
Khan, Muhammad Akram. Islamic Economics and Finance: A Glossary. London: Routledge,
2003.
Komisi Fatwa MUI. Pedoman dan Prosedur Penetapan Fatwa. Jakarta: Komisi Fatwa MUI,
t.t.
Maksum, Muhammad. “Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Dalam
Merespon Produk-produk Ekonomi Syariah Tahun 2000-2011.”Disertasi Doktor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.
Majelis Ulama Indonesia, Pengantar Komisi Fatwa MUI dalam Hasil Munas VII Majelis
Ulama Indonesia. Jakarta: Sekertariat MUI. 2005.
Mingka, Agustianto. Maqashid Syariah: Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah. Jakarta:
Ikatan Ahli Ekonomi Islam, 2013.
Mudzhar, Atho. “The Legal Reasoning and Socio-Legal Impact of the Fatwas of the Council
of Indonesian Ulama on Economic Issues,” dalam Jurnal Ilmu Syariah Ahkam.
Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2013.
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah, cet. 1. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus
Fakultas Ekonomi UII, 2004.
Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Arab-Indonesia: Al Munawwir. Yogyakarta: Pustaka
Progressif, 1997.
Nadratatuzzaaman, Muhamad. Produk Keuangan Islam di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Nafis, Cholil. Teori Hukum Ekonomi: Kajian Komprehensif Tentang Teori Hukum Ekonomi
Islam, Penerapannya dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Penyerapannya ke
dalam Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: UI Press, 2011.
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta:
Bulan Bintang, 1975.
![Page 93: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/93.jpg)
83
Putri, Shima Kencono. “Tinjauan Yuridis Transaksi Pasar Uang Antarbank Berdasarkan
Prinsip Syariah (PUAS) Menggunakan Akad Murabahah Melalui Piranti Sertifikat
Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank (SiKA).” Skripsi
Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2012.
Rasyid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru, 1990.
Renti D., Allystia M. “Perdagangan Berjangka Komoditi dan Kajian Hukum Kontrak
Derivatif FOREX dan Indeks Saham Asing Dalam Industri Perdagangan Berjangka di
Indonesia,” Jurnal Hukum dan Pembangunan, no. 1, tahun ke-42 (Januari 2012).
Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tetapi
Solusi . Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Sabiq, Sayyid. Fikih Sunah (12) dan (13). Bandung: Al-Ma‟arif, 1988.
Sam, M. Ichwan. Et al. Tanya Jawab Seputar Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia. Jakarta: Sekretariat DSN-MUI, 2011.
Samsul, Mohamad, Pasar Berjangka Komoditas dan Derivatif, Jakarta: Salemba Empat,
2010.
Sholihin, Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2010.
Sinungun, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara, 2000.
Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya.
Jakarta: Jayakarta Agung Offset, 2010.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
------------------------- dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.
Jakarta: Rajawali Press, 2011.
Soeroso, R. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Sutedi, Adrian, Produk-Produk Derivatif Dan Aspek Hukumnya, Bandung: Alfabeta, 2012.
![Page 94: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/94.jpg)
84
Syafi‟i Antonio, Muhammad, Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani,
2001.
Syakir, Muhammad bin Sa‟d bin. Fiqh Umar bin Abd al-Aziz, vol 1. Riyad: Maktabah al-
Rusyd, 2003.
Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, vol 2. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2005.
Thahhan, Mahmud. Taisir Mushthalah al-Hadis. Surabaya: Penerbit al-Haramain, t.t.
Walter, Elizabeth. Ed. Cambridge Advanced Learner‟s Dictionary. Cambridge: Cambridge
University Press, 2008.
Wangsawidjaja, A., Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2012.
Zaid, Abd al-Azhim Jalal Abu. Fiqih Riba: Studi Komprehensif Tentang Riba Sejak Zaman
Klasik Hingga Modern (Fiqh al-Riba: Dirasah Muqaaranah wa Syaamilah li al-
Tathbiqaat al-Mua‟ashirah). Diterjemahkan oleh Abdullah. Jakarta: Senayan Publishing,
2011.
Peraturan Perundang-undangan dan Fatwa DSN MUI:
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 9/5/PBI/2007 tentang Pasar Uang Antarbank Berdasarkan Prinsip
Syariah, PBI No. 14/1/PBI/2012, LN No. 2 DPM Tahun 2012, TLN No. 5270.
-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia tentang Pedoman Pengawasan Syariah dan
Tata Cara Pelaporan Hasil Pengawasan bagi Dewan Pengawas Syariah, SEBI No.
8/19/DPbs tanggal 24 Agustus 2006.
-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia tentang Sertifikat Investasi Mudharabah
Antarbank, SEBI No. 14/2/DPM Tahun 2012.
-------------------. Surat Edaran Bank Indonesia kepada Semua Bank Umum dan Perusahaan
![Page 95: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/95.jpg)
85
Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing perihal Sertifikat Perdagangan
Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah Antarbank, SEBI No. 14/3/DPM Tahun 2012.
-------------------.PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana
Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
Mahkamah Agung. Peraturan Mahkamah Agung RI tentang Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah. Perma No. 2 Tahun 2008.
Dewan Syariah Nasional. Fatwa No. 82/DSN-MUI/VIII/2011.
Internet:
Abbaspour, Reza. “Future Contracts In Trading From the Perspektives of Juridical Issues,”
www.ipedr.com/vol22/20-ICEBM2011-M10004.pdf, akses pada 13 April 2017.
Al-Arabiya News, “Market-Friendly Rullings Promote Islamic Finance,”
http://www.alarabiya.net/articles/2009/08/27/83052.html, akses pada 27 Desember
2016.
Al-Esaikh, Nourah Mohammad. “Jurisprudence on Tawarruq: Contextual Evaluation on
Basis of Customs, Circumstances, Time and Place”
http://etheses.dur.ac.uk/3188/1/MA_Thesis.pdf, akses pada 19 September 2017.
Al-Shalhoob, Salah. “Organised Tawarruq in Islamic Law: A Study of Organised Tawarruq
as Practised in the Financial Institutions in Saudi Arabia.”
http%3a//faculty.kfupm.edu.sa/IAS/shalhoob/organised%2520tawarruq%2520in%252
0Islamic%2520law%2520(Conf%252023%2520Apr%25202007).pdf, akses 9
Oktober 2016.
Al-Zuhaili, Wahbah. “Tawarruq, Its Essence and Its Types: Mainstream Tawarruq and
Organized Tawarruq” http://www.kantakji.com/fiqh/Files/Markets/a%20(65).pdf.
Akses 9 Oktober 2017.
![Page 96: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/96.jpg)
86
Amin, Ma‟ruf. “Fatwa MUI Komoditi Syariah” Buletin Kontrak Berjangka. (Agustus 2011),
hlm. 4. http://www.bappebti.go.id/publication/bulletin/download/bulletin_2012-11-
13_10-59-50_info.pdf.html, akses pada 21 April 2017.
Asmak Ab Rahman dkk., “Bay‟ Al-Tawarruq dan Aplikasinya dalam Pembiayaan Peribadi
di Bank Islam Malaysia Berhad,” Shariah Journal, Vol.18:2, November 2010.
Bappebti, “Glossary” http://www.bappebti.go.id/id/edu/glossary/15.html, akses pada 1
Mei 2016.
Bursa Berjangka Jakarta (BBJ)/Jakarta Future Exchange (JFX), http://jfx.co.id/tentang-jfx-
46-sekilas-jfx.html, akses 6 Agustus 2016.
“JFX Gebrak Ekonomi Syariah”, Buletin Kontrak Berjangka, (Oktober 2011), hlm. 4.
http://www.bappebti.go.id/publication/bulletin/download/bulletin_2012-11-13_10-58-
03_info.pdf.html, akses pada 10 Juli 2017.
Kamali, Mohammad Hashim. “Fiqhi Issues In Commodity Futures”,
http://www.hashimkamali.com/index.php/publications/item/77-fiqhi-issues-in-
commodity-futures, akses pada 13 April 2017.
Kegiatan Usaha Perbankan Syariah Indonesia, http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-
dan-stabilitas/bookletbi/Documents/BPI%20Tahun%202014.pdf , akses 9 Oktober
2016.
Lunching Fatwa DSN-MUI No. 82/DSN-MUI/VIII/2011,
http://www.dakwatuna.com/2011/08/09/14005/mui-sahkan-fatwakomoditas-
syariah/#ixzz3xgVBt2Fj, akses 9 Oktober
2016.
Mekanisme Transaksi Pembiayaan Peribadi BIMB, http://www.bankislam.com.my, akses 17
September 2017.
Minhajat, Imam Sastra. “Parameter Komoditi Syariah”,
![Page 97: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/97.jpg)
87
www.bappebti.go.id/id/topdf/create/129.html, akses pada 13 April 2017.
Profil Bursa Malaysia Suq Al-Sila, http://www,
http://www.bursamalaysia.com/market/islamic-markets/products/bursa-suqal-sila/,
akses 17 September 2017.
Siddiqi, Mohammad Nejatullah. “Economics of Tawarruq: How its Mafasid overwhelm the
Masalih.”, http://www.siddiqi.com/mns/Economics_of_Tawarruq.pdf, akses pada
13 April 2017.
Tawarruq Dalam Perspektif Hukum Islam, http://www.
duscikceolah.wordpress.com/2009/08/03/hukum-tawarruq-berdasarkankajian-fiqih-
terpadu/, akses 6 Agustus 2016.
Shareholder JFX, http://jfx.co.id/tentang-jfx-48-pemegang-saham-jfx.html, akses 6 Agustus
2016.
Spesifikasi Kontrak Berjangka Kakao, http://www.jfx.co.id, akses 6 Agustus 2016.
![Page 98: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/98.jpg)
88
![Page 99: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/99.jpg)
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
FATWA
DEWAN SYARIAH NASIONAL
NO: 82/DSN-MUI/VIII/2011
Tentang
PERDAGANGAN KOMODITI BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH
DI BURSA KOMODITI
���������������� ��������� ��
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) setelah:
Menimbang : a. bahwa di kalangan masyarakat dan Lembaga Keuangan Syariah
muncul kebutuhan untuk melakukan perdagangan komoditi
yang memenuhi prinsip syariah di Bursa;
b. bahwa dalam merespon kebutuhan tersebut, Bursa memerlukan
landasan syariah untuk menyusun peraturan dan tata tertib
(PTT) dan menyediakan sistem yang sesuai dengan prinsip
syariah dalam pelaksanaan perdagangan komoditi;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dikemukakan
dalam huruf a dan b, DSN-MUI memandang perlu menetapkan
fatwa tentang Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip
Syariah di Bursa untuk dijadikan pedoman dan landasan
operasional.
Mengingat : 1. Firman Allah s.w.t.:
a. QS. al-Ma’idah [5]: 1:
������������������������������������ �!"�����#$ ���� %��“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu…”
b. Q.S al-Isra’ [17] :34 :
….�������������&�����'��(��)#�����"'�*�)#���������+,---��“… Dan tunaikanlah janji-janji itu, sesungguhnya janji itu
akan dimintai pertanggung jawaban…”
c. QS. al-Baqarah [2]: 275:
---���."/���"0���������1 ����2� ������3���4��---��
Sekretariat : Jl. Dempo No. 19 Pegangsaan - Jakarta Pusat 10320
Telp. (021) 390 4146 Fax: (021) 3190 3288
![Page 100: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/100.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 2
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
“…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba....”
d. QS. al-Baqarah [2]: 278:
��������5������6���(��'�*����1 ��������7�������������8�9���:��������;������������ �!"�����#$ ���� -��“Hai orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang beriman.”
e. QS. al-Nisa’ [4] : 29:
��'��<�;� �'��� ",�*� �0�=��4������ ���<������� ���<���������� ����/�(�>�;� �,� ��������� �� �!"��� ��#$ ���� ���<�����?@�� �;���A�+B�8��C�;---��
“Hai orang yang beriman!Janganlah kalian memakan
(mengambil) harta orang lain secara batil, kecuali jika
berupa perdagangan yang dilandasi atas sukarela di
antara kalian....”
f. QS. al-Baqarah [2]: 283:
---�!"���1��5���/����DE��������<�E������������'�F���.���8�:����G�6�������H�.�6�I���������;�J��K---��“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.
g. QS. al-Nisa’ [4]: 58:
� ��."/���"'�*��L���������������6��<�����9�*�����#�/�M���N���*��O��I���:P�����$��5�;��'������(� ���>�Q�)�������������<�R�;��'���---��
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya dan apabila
kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah
kamu menetapkan hukum dengan adil….”
2. Hadis Nabi s.a.w.:
a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dari ‘Ubadah bin Shamit,
riwayat Ahmad dari Ibnu ‘Abbas, dan riwayat Imam Malik
dari Yahya:
"/�S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T� �."/��� �Q��S�8� "'����8�� �U� �,��� �8� �U� �,� �'��� N�E�V� ��W�.X Y��.X�����Z��[�����B��4A�A�\�.��S]�^�6<���_�H2�<�P�
�^�4���_�` )a���V8�Hb8�c� E ���.���\�d����_effg�b��8��H7h�A�i�����HL�4A����A�)j�k��
![Page 101: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/101.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 3
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
“Rasulullah s.a.w. menetapkan: Tidak boleh membahaya-
kan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang
lain) dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).”
(HR. Ibnu Majah)
b. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah:
Q��V� �B� � � �M� 7����� ��A� _� �Q��S�8� N�#�I"/���.��3����� ��A� ��"/�S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T���8� �l���� �3����� ��A����B��[�R���W�\��/���.X Y�.R�RT]^�6<���_�Hm��4��
^��� _n8� �o� �.���� K�!"��� �3���4������ �B��[�R���� �3����� �'�p�q��` )a�� �V8� H�_frsfk��
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah
s.a.w. melarang jual beli hashah dan jual beli yang
mengandung gharar,” (HR. Muslim).
c. Hadis Nabi riwayat Imam al-Bukhari:
�t�C����� ��A�N�#�I� ��"/�S��� �.���/�A� �."/���N"/�T� �."/��� �Q��S�8� "'��� � ��A� ����� ��A�-W�.X Y��.R�RT�\�u8�v4��]�^�6<����_�^�4���H0�w��_���b < ��
�` )a���V8�HtX��6���_xyys�k��Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah s.a.w.
melarang (untuk) melakukan najsy (penawaran palsu).”
(H.R Bukhari).
d. Hadis Nabi riwayat Ibnu Abbas:
��A"/��� �7�U�8� ?L��4�A� �������.���/�A� �."/��� N"/�T� �."/��� �Q��S�8� �Q��V� �Q��V� ���#���A� �.?���4���n �U�����3�4� ��,����'��4�($ ������"��/�;��,���"/�S���-?L��4�A����,���Z�/������Q��V�_����
� �Q��V� z?���4��� n �U���� �3��4� � �,� �.�����V� _�D8�����S� �.��� �'��<� � �,� -W�.X Y�v4��^�6<��� H.R�RT�\�u8�� _^�4��� Hm��4��� _���4�� U���3�4 �0M
�` )a���V8�H.��� �0M�� X��{l��_e|gf�k��Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, berkata: Rasulullah saw
bersabda: “Jangan kamu sekalian menghadang para
pengendara (pembawa barang dagangan, pen.) dan jangan
melakukan bai’ hadhir li-bad (orang kota menjual kepada
orang desa).” Ia (periwayat) berkata: Aku bertanya kepada
Ibnu Abbas: Apa arti: “Jangan melakukan bai’ hadhir
li-bad?” Ia menjawab: Orang kota tidak boleh menjadi
perantara (calo) bagi orang desa. (HR. Bukhari).
![Page 102: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/102.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 4
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
e. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari Hakim bin Hizam:
� �Z���;��� �Q��V� ?2��}��� ���� ����<��� ��A�Q��S�8� �."/���~�/S�� .�/A� ��� N/T�~������ �.��� �m��6����� K�)���A� ������� ���� �3���4���� ���� N�����>��� � �0�X� ��� N����;�>� � �Z�/����
��Q��V�H�.����������������$���������)���A�������������3�4�;��,��-W.X Y�u!� 6����\��^�6<���H.��S�_�^�4���Hm��4���_�H�)�A�������3�����M (�\���X��
` )a���V8�_gg�fk��Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, ia berkata: Saya
menemui Rasulullah s.a.w., lalu berkata: Seorang laki-laki
datang kepadaku meminta agar saya menjual suatu barang
yang tidak ada pada saya, saya akan membelikan untuknya
di pasar, kemudian saya menjualnya kepada orang tersebut.
Rasulullah saw. menjawab: “Janganlah kamu menjual
sesuatu yang tidak ada padamu,” (HR. Tirmidzi).
f. Hadis Nabi riwayat dari Hakim bin Hizam:
�u���8�Q��V�?2��}�����������<���"'����_�Z�/�V�_��� �Q��S�8��DA������u� �6�����71I�*��."/����Q��V� z�7�/�A� �2� �R� � ������ ��#����� 7��� �0�R� � ����� _��.���4�;� �p��� �D������ �Z� � �6���� ��9�F��
�.�E�4���;� N�6��� � -W� .X Y�� ^�6<��� � Hb)���� \� )j�� _H��<��� )�����^�4��� _��V8�H�/S��.�/A����N/T������A�2�}�������<��)���
�` )a��_gyrrrk-��“Diriwayatkan bahwa hakim bin Hizam berkata : Aku
berkata : Wahai Rasulullah saw : Aku membeli beberapa
barang; apa yang halal dan yang haram saya lakukan?
Rasulullah saw bersabda : Jika engkau membeli sesuatu,
jangan engkau menjualnya kecuali setelah engkau
terima/kuasai (taqabudh).”(HR. Ahmad)
g. Hadis Nabi riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar:
�Q��V� � ��A� ���� �."/��� �)�4�A� ��A� _� �Q��S�8� �Q��V�."/���S��� �.���/�A� �."/��� N"/�T���"/�_�.�V� �A����C� ��'����0�4�V��b� �X����{�X:P������q�A�-W�.X Y��.��S�\�.X�������]
^�6<���_^�4���H2�<�P��_�` )a���V8�H�� XP�� X��_eyfyk��Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, ia berkata, Rasulullah
saw bersabda: “Berikanlah upah pekerja sebelum
keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah)
![Page 103: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/103.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 5
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
h. Hadis Nabi riwayat ‘Abd al-Razaq dari Sa‘id:
� �7�4����� "'��� �.���A� ���� �7�U�8� ?)�����S� ��A��N"/�T�Q��V� ��"/�S��� �.���/�A� ����� _�������.�;� �X��� 1������/��� �D ���X��� � �X�>�6�SW�H2p���� 04S� H��� ��� )4A� b��8�)��
��B8�X,���B�V�����^���H�pR<���0�A�����f]se�H` )a���V8�_�-��
“Dari Abi Sa‘id radhiyallah ‘anhu, sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: ‘Barang siapa mempekerjakan
pekerja, beritahukanlah upahnya.” (HR. ‘Abd al-Razaq).
i. Hadis Nabi riwayat dari Abi Sa’id al-Khudri dan Abi
Hurairah:
� �B� � � �M�7����� ��A��� 1u�8�)�v���� ?)����S�7����� ��A�7�U�8��Q��S�8� "'��� ���#���A� �."/�����.���/�A��."/���N"/�T��."/����"/�S���� �4���Y�N�/�A�+p�X�8��0����6�S���b:���C���H?�����X�? ��6���
��� �Q��S�8� �Q�������"/�S��� �.���/�A� �."/���N"/�T� �."/� _�Q��V�z��!�<�M� � �4���Y� � ��;� �0�(���_�H����A��[����� ��!�M� ���� �m��[��� �!�Y�>����� ��I�*� H�."/��� �Q��S�8� �� � �."/����� H�,
"/�S����.���/�A� �."/���N"/�T��."/��� �Q��S�8��Q������H�����p"������ ����A��[�������_�H�0�����;� �,�D4����X� ���M��8�)����� �3�6���� ����� H���M��8�)����� �3��C���� �3��� -W�\� u8�v4��� .X Y�
^�6<���H.R�RT�_^�4���Hm��4���_��V8�H.���{Y� 6�� ��3�����8���9*�` )a��_e|�|k-��
“Dari Abi Said al-Khudri dan Abi Hurairah r.a., bahwa
Rasulullah saw menugaskan seorang sahabat di Khaibar.
Kemudian Sahabat tersebut datang kepada Rasulullah saw
membawa kurma yang bagus. Rasulullah saw bertanya:
Apakah seluruh kurma Khaibar seperti ini? Sahabat itu
menjawab: Tidak, wahai Rasulullah saw. Kami menukar
satu sha’ dari kurma bagus ini dengan dua sha’ korma
(biasa, pen.), dan menukar dua sha’ dari kurma bagus ini
dengan tiga sha’ korma (biasa, pen.). Maka Rasulullah saw
bersabda: Jangan engkau lakukan itu, tapi juallah kurma
dengan dirham; kemudian dengan dirham tersebut, engkau
membeli kurma yang bagus”. (HR. Bukhari).�j. Hadis Nabi riwayat dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani:
���A�17�I�}�����?����A������? ��A�A�.�������."/���N"/�T��."/����Q��S�8�"'����b1)�X���A��Q��V���"/�S����.���/�A�_n}����X����/$[���*�����/������������� ������+,�p����2� ����DR�/�T�",
�"0����������+,�p����2� ����+=� ���",�*����#�=�� ���N�/�A��'���/���������H�D��� ���"0����
![Page 104: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/104.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 6
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
�D��� ��.N����A��������Q��V��_n���R�T�n������̀ �)�����!�M�-W�u!� 6���.X Y��.��S�\]^�6<���_�P�^�4���H2�<�_�H�/[���\����Q�S8�A� (9��
�` )a���V8�_gere�k��Diriwayatkan dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, dari ayahnya,
dari kakeknya, Rasulullah s.a.w. bersabda:“Perdamaian
boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat
dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram.” (H.R Tirmidzi)
3. Kaidah fikih:
���� �� ������������ �������P��N��� �0�T:P�������� "Q�)� � ����� � �R�6���N�/�A� �0����W� -�b�4�P��7=���/�� �� �����_x|k��
“Pada dasarnya, segala sesuatu dalam muamalah boleh
dilakukan sampai ada dalil yang mengharamkannya.”
^~� ��'��<������� �8�)����� �3���)� � �8� �E���W� -�H2�<�P�� �/¡� ¢ �� 2�<a�� 88�O�{��H� �Yp���_�B�����H��� �����6<�������*�8��fg��g�]yek��
“Segala madharat (bahaya, kerugian) harus dihindarkan
sedapat mungkin.”
O~� �� �Q��}� � �8� �E���WB M����� H7=���/�� �� ����� b�4�P�� _�H2p���� 8��e||y� £� HeG�/�;�� G��¤� H� _�8���A� ¥����� ��;� )¦� )¦
�§�H¥���g�¨�Heg|k��“Segala madharat (bahaya, kerugian) harus
dihilangkan.”
©~� ����R�/�[������� �£������� �����A� ��� �N/�A� �2�������� ��$ �[�;W��b�4�P�� H7=�����B M�����H �� �����_�H2p����8��e||y�£�HeG�/�;��G��¤�H�_�)¦
�§�H¥����8���A�¥����� ��;�)¦g�¨�Herxk��“Tindakan atau kebijakan Imam [pemegang otoritas]
terhadap rakyat harus berorientasi pada mashlahat.
�§~���������[��������/�X�����N��������)�S�����������8��W7=������H �� �����b�4�P��HB M�����_�H2p����8��e||y�£�HeG�/�;��G��¤�H�_� ��;�)¦�)¦
�§�H¥����8���A�¥����g�¨�Hegrk��
![Page 105: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/105.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 7
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
“Mencegah mafsadah (kerusakan) lebih diutamakan
daripada mengambil kemaslahatan.”
¢~� ��2�� �R����N���*�K������� � � n2�� ����#�W�)A��V2�<�P��}��� 2�IP��ª�[��\��O�{��H2p����)4A��� )���_�H��/�����6<���8��e]eg�k��
“Apa saja yang menjadi perantara (media) terhadap
perbuatan haram, maka haram pula hukumnya”�
Memperhatikan : 1. Pendapat Ibnu Qudamah:
�Z����X�����N��*� �����A���� ���X��R���� "'�>����� H���/��C���� 7��� ������(������ ������X� N�/�A� �����P���«0�(���<�� ��,��.�I�F���H�i���9 ���?)������0�� ��H��#����*����X��R�����Z�A�)���H�.����*��§��6�R� �����
W�H���)V��,�¬l��B M�����_�H` )a��8��e||y�H�]�gk��“Umat (ulama) telah sepakat bahwa secara garis besar
wakalah itu hukumnya boleh; dan karena hajat (kebutuhan)
orang pun mendorong untuk melakukan wakalah. Tidak setiap
orang bisa melakukan langsung apa yang ia butuhkan. Dengan
demikian, ada kebutuhan terhadap wakalah tersebut.”�2. Pendapat Ibnu Qudamah :
� "'�F��� H?0���X� � ���o��� ?0���C��� �0���(���6��� �����C� ��� �.���/�A� ���� N"/�T� �7�4�������"/�S��� �.�������Q���4�V� �7��� ?3����8� ������� H?B���� ���� ��� �7��� �B��� �A��� H1)�R���� ������V�*� �7��� �D����I��� �0"(��
����¢��<1����+�����A����#����0���C� ����O��V�)�[�����4������.�����A��̀ ���4� ��'��(����?0���X�� ���lW�H���)V����dl��®B M�����_�H` )a��8��e||y¯§�H�-x�¨�Hyxsk��
“Akad taukil (wakalah) boleh dilakukan, baik dengan imbalan
maupun tanpa imbalan. Hal itu karena Nabi shallallahu 'alaihi
wa alihi wa sallam pernah mewakilkan kepada Unais untuk
melaksanakan hukuman, kepada Urwah untuk membeli
kambing, dan kepada Abu Rafi’ untuk melakukan qabul nikah,
(semuanya) tanpa memberikan imbalan. Nabi pernah juga
mengutus para pegawainya untuk memungut sedekah (zakat)
dan beliau memberikan imbalan kepada mereka.”
3. Pendapat Imam Syaukani:���� �.��������i���9� �)����� �B� �X�P��� �!�Y��� �.��� �����C� � �m$ �4�6��� K���I� ���� "'��� N�/�A� �0������� �DE�
W��0�IB M�����H��(�°/��8�=�P�_�8��` )a��He|||�Hy]�erk��“Hadis Busr bin Sa’id tersebut menunjukkan pula bahwa orang
yang melakukan sesuatu dengan niat tabarru’ boleh menerima
imbalan.”.
![Page 106: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/106.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 8
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
4. Pendapat Tim Penyusun Ensiklopedi Fiqh Islam Kuwait :
� ? �X�>��� ������(������W?0���C��� k��0���C���� �0��(������ $G�R�6������� H�O��8��X����� ���<��� ��#��<����0±(�������N��*��.������0±(�����������/���6��²�������'��(��'*����<�� �.���/���;� �X:P����.�/����-
WZ �<��� H��/�������A�³���#����� �A�S���� _�H��6 �<�����V�P�� B8���gg]fey�k��
Wakalah dengan upah (imabalan) hukumnya sama dengan
hukum ijarah. Wakil berhak mendapatkan upah dengan
menyerahkan obyek yang diwakilkan kepada yang mewakilkan
jika obyek tersebut bisa diserah-terimakan, maka ia berhak
mendapatkan upah.�5. Pendapat al-Mirdawi :
Q�� �� u��� ���� _� H?)���I� N��*� �§��6���� ����K� �6������?�������� +������� u������ � �����L�>��� �p��� ������Y��� -�.���/�A� �́ �I� -���M�����M�!������ -�̂ ��R�T:P��� �.���/�A��� -��7�M��
��$8���6��� �����>����� -W��}³�� Hu��� /���pw�����X� ��� �� ���\���[I���R�T�H3�� ���_ffsk��
Imam al-Mirdawi berkata: jika seseorang membutuhkan uang,
kemudian ia membeli barang yang seharga 100 dengan harga
150, maka hukumnya boleh. Ini adalah pendapat Madzhab
(Hanbali); dan masalah tersebut dinamakan tawarruq.
6. Pendapat Ibnu al Humam:
�2�µ�����Q�� ��_��'����0����@� ��� ��'����Q��&�������N���>������'�� �)������§��6�R� � �'�>�(� �°�A�u������ ������3��4� ?0�X���N��*�� �°�A�������v���+BH��.� � �6�°������'�� �)�����7����.����4� ���
���$����"�����?B� �°����� �¶��H��"���������·���V��.�/����V��0�X:P���"'�F�����!�M��7����L�>����,��n̂ ��)��������M��0���H�D�������.���/�A�?��X����� ���o��@� �������W�-�6��H� �)µ��¢ �� )����
�R�T�H3�������}³��H2�µ���,�_egfk
Ibnu al-Humam berkata: Seperti orang mau berutang, tapi
pihak yang diminta untuk memberikan utang enggan
memberikan pinjaman (utang), ia malah menjual kepada orang
itu barang yang seharga 10 dengan harga 15 secara tangguh.
Kemudian orang itu pun membeli barang tersebut dan
menjualnya di pasar dengan harga 10 secara tunai. Jual beli
seperti itu hukumnya boleh, karena tangguh (kurun waktu
pembayaran) itu berimbal harga. Sedangkan memberikan
pinjaman (utang, qardh) hukumnya tidak wajib, tetapi sunnah.
![Page 107: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/107.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 9
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
7. Al-Ma’ayir Al-Syar’iyah. (2010, h. 413)
� ������� ��$8���6���+��l���T����X��R�/��� �}���X��� ���I�*��� H�0� ����6��� ����� �8�����6�S�,��� �̧ ���T� ����� �'��� �O����S�5����� N�/�A� ��!����� H��#�=��� �°�����������$���� � �������6��� ��$8���6��� N�/�A� �2�)���;� ",
�������(����������������8��E�������� �=���A��Q�����:P���N±��/�6����)�#�C�����Q�!�������+,�)�����#�6���/�������M� ���o������ �8�����6�S�,��� �G� ������[�������� �8�����6�S�,�����-��� ����.�����#�;�����)�v�6�S��� �[����7�l�4
���#���p��A��B�8����Y���$��C�;������X��R���������4�/�6�����������$����7����́ �������������}�C������u������6����#�6���/��A�� �����;��W�-�H��A °���{ ����e|g|�_ygfk
Tawarruq bukan merupakan skema investasi maupun
pembiayaan. Tawaruq hanya dibolehkan karena hajat (ada
kebutuhan) dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah (LKS) tidak boleh
melakukan tawaruq dalam memenuhi kebutuhan likuiditas
operasionalnya, untuk menggantikan penerimaan dana melalui
produk mudharabah, wakalah untuk investasi, produk
reksadana, dan sebagainya. Tawaruq hanya boleh digunakan
untuk menutupi kekurangan (kesulitan) likuiditas, menghindari
(meminimalisir) kerugian nasabah, dan mengatasi kesulitan
operasional LKS.
8. Substansi fatwa DSN-MUI No.4/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah
9. Keputusan DSN tentang Murabahah Komoditi Tahun 2007.
10. Surat dari Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 13/33/DpG/DPbS
tanggal 11 April 2011 yang berisi rekomendasi Working Group.
11. Surat dari Direksi PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) No.
L/BBJ/DIR/02-11/100 tanggal 25 Februari 2011.
12. Hasil Workshop DSN-MUI dengan BBJ; tanggal 09 Mei 2011.
13. Pendapat dan saran peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada Jumat,
05 Agustus 2011 M./05 Ramadhan 1432 H.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa
Komoditi
Pertama : Ketentuan Umum
Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan:
1. Bursa adalah PT Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures
Exchange) yang telah memperoleh persetujuan dari Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI)
untuk mengadakan kegiatan Pasar Komoditi Syariah;
2. Perdagangan adalah perdagangan komoditi di Bursa
berdasarkan prinsip syariah berupa kegiatan jual beli komoditi
antara Peserta Pedagang Komoditi dengan Peserta Komersial,
antara Peserta Komersial dengan Konsumen Komoditi; dan
![Page 108: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/108.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 10
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
dalam perdagangan dengan penjualan lanjutan, jual beli
dilakukan antara Konsumen Komoditi dengan Peserta
Pedagang Komoditi;
3. Perdagangan Serah Terima Fisik adalah perdagangan yang
diakhiri dengan penerimaan komoditi secara fisik oleh
Konsumen Komoditi sebagai pembeli;
4. Perdagangan dengan Penjualan Lanjutan adalah perdagangan
yang dilanjutkan dengan penjualan komoditi oleh Konsumen
Komoditi;
5. Komoditi di Bursa adalah komoditi yang dipastikan
ketersediaannya untuk ditransaksikan di Pasar Komoditi
Syariah sebagaimana ditetapkan oleh Bursa atas Persetujuan
Dewan Pengawas Syariah, kecuali indeks dan valuta asing;
6. Penjual adalah Peserta Pedagang Komoditi, Lembaga
Keuangan Syariah (LKS) yang menjadi Peserta Komersial,
atau Konsumen Komoditi;
7. Pembeli adalah Peserta Komersial atau Konsumen Komoditi,
dan Peserta Pedagang Komoditi dalam perdagangan dengan
penjualan lanjutan;
8. Peserta Pedagang Komoditi adalah peserta yang menyediakan
stock komoditi di Pasar Komoditi Syariah;
9. Peserta Komersial adalah LKS yang membeli komoditi dari
Pedagang Komoditi;
10. Konsumen Komoditi adalah pihak yang membeli komoditi dari
Peserta Komersial;
11. Peserta Agen adalah pihak yang melaksanakan amanat Peserta
Pedagang Komoditi atau melaksanakan amanat Peserta
Komersial;
12. Wa‘d adalah janji sepihak yang disampaikan salah satu pihak
untuk melaksanakan suatu transaksi;
13. Bai‘ adalah jual beli, yaitu pertukaran harta dengan harta yang
menjadi sebab berpindahnya kepemilikan obyek jual beli;
14. Murabahah adalah penjualan suatu barang (komoditi) dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba;
15. Wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
(Muwakkil/pemberi kuasa) kepada pihak lain (wakil) untuk
melakukan hal-hal yang boleh diwakilkan;
16. Qabd adalah penguasaan komoditi oleh pembeli yang
menyebabkan ia berhak untuk melakukan tindakan hukum
(tasharruf, seperti menjual) terhadap komoditi tersebut,
menerima manfaat atau menanggung risikonya;
![Page 109: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/109.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 11
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
17. Qabdh Haqiqi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli atas
fisik komoditi yang dibelinya;
18. Qabdh Hukmi adalah penguasaan komoditi oleh pembeli
secara dokumen kepemilikan komoditi yang dibelinya baik
dalam bentuk catatan elektronik maupun non-elektronik;dan
19. Muqayadhah adalah salah satu bentuk jual beli yang berupa
pertukaran komoditi dengan komoditi lainnya, baik pertukaran
antar komoditi yang sejenis maupun pertukaran antar komoditi
yang berbeda jenis;
Kedua : Ketentuan Hukum
Perdagangan Komoditi di Bursa, baik yang berbentuk Perdagangan
Serah Terima Fisik maupun yang berbentuk Perdagangan Lanjutan,
hukumnya boleh dengan memenuhi ketentuan yang diatur dalam
fatwa ini.
Ketiga : Ketentuan mengenai Perdagangan
1. Komoditi yang diperdagangkan harus halal dan tidak dilarang
oleh peraturan perundang-undangan;
2. Jenis, kualitas, dan kuantitas komoditi yang diperdagangkan
harus jelas;
3. Komoditi yang diperdagangkan harus sudah ada (wujud) dan
dapat diserahterimakan secara fisik;
4. Harga Komoditi yang diperdagangkan harus jelas dan
disepakati pada saat akad (Ijab qabul);
5. Akad dilakukan melalui penawaran dan penerimaan yang
disepakati para pihak yang melakukan perdagangan dengan
cara-cara yang lazim berlaku di Bursa;
6. Penjual harus memiliki komoditi atau menjadi wakil pihak lain
yang memiliki komoditi;
7. Penjual wajib menyerahkan komoditi yang dijual kepada
pembeli dengan tata cara dan waktu sesuai kesepakatan;
8. Pembeli wajib membayar komoditi yang dibeli kepada penjual
dengan tatacara dan waktu berdasarkan kesepakatan; dan
9. Pembeli boleh menjual komoditi tersebut kepada selain penjual
sebelumnya/pertama hanya setelah terjadi qabdh haqiqi atau
qabdh hukmi atas komoditi yang dibeli.
Keempat : Ketentuan mengenai Bursa
1. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme
perdagangan komoditi yang tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah;
![Page 110: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/110.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 12
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
2. Bursa wajib membuat peraturan mengenai mekanisme yang
memungkinkan terjadinya serah fisik komoditi yang
diperdagangkan;
3. Bursa tidak boleh membuat peraturan yang melarang
terjadinya serah-terima fisik komoditi yang diperdagangkan;
4. Bursa wajib menyediakan sistem perdagangan di Bursa;
5. Bursa wajib melakukan pengawasan terhadap perdagangan di
Bursa;
6. Bursa boleh menetapkan syarat-syarat tentang pihak-pihak
yang melakukan perdagangan di Bursa.
Kelima : Ketentuan mengenai Mekanisme Perdagangan Serah-Terima
Fisik
1. Konsumen Komoditi selaku pembeli memesan kepada Peserta
Komersial dan berjanji (wa’d) akan melakukan pembelian
komodiiti;
2. Peserta Komersial membeli komoditi dari sejumlah Peserta
Pedagang Komoditi dengan pembayaran tunai (bai’);
3. Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang
berupa Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT)
yang diterbitkan oleh Bursa melalui sistem, sebagai bukti atas
pembelian komoditi dari Peserta Pedagang Komoditi;
4. Peserta Komersial menjual komoditi kepada Konsumen
Komoditi dengan akad murabahah; dan diikuti dengan
penyerahan dokumen kepemilikan;
5. Konsumen Komoditi membayar kepada Peserta Komersial
secara tangguh atau angsuran sesuai kesepakatan dalam akad
murabahah;
6. Konsumen Komoditi menerima fisik komoditi tersebut dari
Peserta Komersial.
Keenam : Ketentuan mengenai Mekanisme Perdagangan dengan
Penjualan Lanjutan
1. Konsumen Komoditi selaku pembeli memesan kepada peserta
Komersial dan berjanji (wa’d) akan melakukan pembelian
komoditi;
2. Peserta Komersial membeli komoditi dari sejumlah Peserta
Pedagang Komoditi dengan pembayaran tunai (bai’);
3. Peserta Komersial menerima dokumen kepemilikan yang
berupa Surat Penguasaan Atas Komoditi Tersetujui (SPAKT)
yang diterbitkan oleh Bursa melalui sistem, sebagai bukti atas
pembelian komoditi dari Peserta Pedagang Komoditi;
![Page 111: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/111.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 13
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
4. Peserta Komersial menjual komoditi kepada Konsumen
Komoditi dengan akad murabahah; dan diikuti dengan
penyerahan dokumen kepemilikan;
5. Konsumen Komoditi membayar kepada Peserta Komersial
secara tangguh atau angsuran sesuai kesepakatan dalam akad
murabahah;
6. Konsumen Komoditi mendapat jaminan untuk menerima
komoditi dalam bentuk SPAKT dari Peserta Komersial;
sehingga dengan demikian, telah terjadi qabdh hukmi;
7. Peserta Pedagang Komoditi mewakilkan kepada Bursa untuk
membeli komoditi secara tunai dengan akad wakalah;
8. Konsumen Komoditi boleh menjual komoditi kepada Peserta
Pedagang Komoditi secara tunai dengan akad bai' melalui
Bursa selaku wakil pembeli (Peserta Pedagang Komoditi);
9. Konsumen Komoditi menyerahkan komoditi, dengan
mengalihkan jaminan akan terjadinya serah fisik (SPKAT)
yang diterima dari Peserta Komersial sebagaimana dimaksud
dalam butir 6;
10. Konsumen Komoditi menerima pembayaran tunai dari Peserta
Pedagang Komoditi;
11. Settlement (penyelesaian transaksi) Komoditi antar Peserta
Pedagang Komoditi dilakukan dengan akad muqayadhah;
Ketujuh : Ketentuan mengenai Agen dan Mekanisme Perdagangannya
1. Penjual maupun pembeli komoditi di Bursa boleh
menggunakan jasa agen dengan akad wakalah;
2. Agen penjual tidak boleh merangkap sebagai agen pembeli
dalam transaksi yang sama / pada saat yang bersamaan;
3. Dalam hal agen penjual dalam kedudukannya sebagai wakil
penjual merangkap sebagai pembeli dalam transaksi yang
sama/pada saat yang bersamaan, kedudukan agen sebagai
wakil gugur; selanjutnya agen berkedudukan sebagai pembeli;
4. Dalam hal kedudukan agen penjual sebagai wakil penjual,
agen penjual tidak boleh menjanjikan keuntungan kepada
penjual;
5. Dalam hal kedudukan agen penjual sebagai pembeli, agen
patuh pada ketentuan perdagangan, dan terikat pada hak dan
kewajiban pembeli;
6. Dalam hal agen pembeli dalam kedudukannya sebagai wakil
pembeli merangkap sebagai penjual dalam transaksi yang
sama/pada saat yang bersamaan, kedudukan agen sebagai
wakil gugur; selanjutnya agen berkedudukan sebagai penjual;
![Page 112: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/112.jpg)
82 Perdagangan Komoditi Berdasarkan Prinsip Syariah di Bursa Komoditi 14
Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
7. Dalam hal kedudukan agen pembeli sebagai wakil pembeli,
agen pembeli tidak boleh menjanjikan harga yang pasti kepada
pembeli;
8. Dalam hal kedudukan agen pembeli sebagai pembeli, agen
patuh pada ketentuan perdagangan, dan terikat pada hak dan
kewajiban pembeli;
9. Ketentuan mengenai mekanisme perdagangan melalui agen
merujuk pada ketentuan kelima dan keenam dalam fatwa ini.
Kedelapan : Ketentuan Penutup
1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka
penyelesaiannya dilakukan berdasarkan musyawarah untuk
mufakat. Dalam hal tidak tercapai kemufakatan, maka
penyelesaian perselisihan dapat dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah atau berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan sesuai prinsip-prinsip syariah.
2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan
jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah
dan disempurnakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 05 Ramadhan 1432 H
05 Agustus 2011 M
DEWAN SYARIAH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua,
Sekretaris,
DR. K.H.M.A. SAHAL MAHFUDH DRS. H.M. ICHWAN SAM
![Page 113: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/113.jpg)
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2011
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997
TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan bangsa yang aman, tertib, sejahtera, dan berkeadilan;
b. bahwa dalam upaya untuk lebih menjamin kepastian
hukum, keadilan, transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik, untuk mendukung upaya peningkatan dan pengembangan perekonomian nasional yang berkaitan
dengan perdagangan global, serta agar Perdagangan Berjangka Komoditi yang bertujuan meningkatkan kegiatan
usaha Komoditi dapat terselenggara secara teratur, wajar, efisien, efektif, dan terlindunginya masyarakat dari tindakan yang merugikan serta memberikan kepastian
hukum kepada semua pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka Komoditi, perlu pengaturan yang
lebih jelas dalam pelaksanaan Perdagangan Berjangka Komoditi;
c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi sudah tidak sesuai dengan penyelenggaraan perdagangan berjangka komoditi sehingga perlu dilakukan perubahan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk
Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi;
Mengingat . . .
![Page 114: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/114.jpg)
- 2 -
Mengingat : 1. Pasal 20 ayat (1), Pasal 21, dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN
BERJANGKA KOMODITI.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3720) diubah sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya
disebut Perdagangan Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli Komoditi dengan
penarikan Margin dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
2. Komoditi adalah semua barang, jasa, hak dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari
Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
3. Badan . . .
![Page 115: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/115.jpg)
- 3 -
3. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi yang selanjutnya disebut Bappebti adalah lembaga
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan, dan pengawasan Perdagangan Berjangka.
4. Bursa Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau
sarana untuk kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
5. Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dengan penyelesaian kemudian sebagaimana ditetapkan di
dalam kontrak yang diperdagangkan di Bursa Berjangka.
6. Kontrak Derivatif adalah kontrak yang nilai dan harganya bergantung pada subjek Komoditi.
7. Kontrak Derivatif Syariah adalah kontrak derivatif
yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
8. Opsi adalah kontrak yang memberikan hak kepada
pembeli untuk membeli atau menjual Kontrak Berjangka atau Komoditi tertentu pada tingkat harga, jumlah, dan jangka waktu tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi.
9. Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Lembaga Kliring Berjangka adalah badan usaha yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan/atau sarana untuk pelaksanaan kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi Perdagangan Berjangka.
10. Sistem Perdagangan Alternatif adalah sistem perdagangan yang berkaitan dengan jual beli Kontrak
Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah, yang dilakukan di luar Bursa Berjangka, secara bilateral dengan penarikan Margin
yang didaftarkan ke Lembaga Kliring Berjangka.
11. Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif adalah Pedagang Berjangka yang merupakan Anggota Kliring
Berjangka yang melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak
Derivatif Syariah, untuk dan atas nama sendiri dalam Sistem Perdagangan Alternatif.
12. Peserta . . .
![Page 116: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/116.jpg)
- 4 -
12. Peserta Sistem Perdagangan Alternatif adalah Pialang Berjangka yang merupakan Anggota Kliring Berjangka
yang melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah, atas amanat Nasabah dalam Sistem
Perdagangan Alternatif.
13. Pihak adalah orang perseorangan, koperasi, badan
usaha lain, badan usaha bersama, asosiasi, atau kelompok orang perseorangan, dan/atau perusahaan yang terorganisasi.
14. Afiliasi adalah:
a. hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai dengan derajat kedua, baik
secara horizontal maupun vertikal;
b. hubungan antara Pihak dan pegawai, direktur
atau komisaris, dari Pihak tersebut;
c. hubungan antara dua perusahaan yang mempunyai satu anggota direksi atau lebih atau
anggota dewan komisaris yang sama;
d. hubungan antara perusahaan dan Pihak, baik langsung maupun tidak langsung, yang
mengendalikan atau dikendalikan oleh perusahaan tersebut;
e. hubungan antara dua perusahaan yang dikendalikan, baik langsung maupun tidak langsung, oleh Pihak yang sama; atau
f. hubungan antara perusahaan dan pemegang saham utama.
15. Anggota Bursa Berjangka adalah Pihak yang mempunyai hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Bursa Berjangka dan hak untuk melakukan
transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya sesuai dengan peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka.
16. Anggota Lembaga Kliring dan Penjaminan Berjangka yang selanjutnya disebut Anggota Kliring Berjangka
adalah Anggota Bursa Berjangka yang mendapat hak untuk menggunakan sistem dan/atau sarana Lembaga Kliring Berjangka dan mendapat hak dari
Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kliring dan mendapatkan penjaminan dalam rangka
penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
17. Pialang . . .
![Page 117: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/117.jpg)
- 5 -
17. Pialang Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang
melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat
Nasabah dengan menarik sejumlah uang dan/atau surat berharga tertentu sebagai Margin untuk
menjamin transaksi tersebut.
18. Penasihat Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Penasihat Berjangka adalah Pihak yang
memberikan nasihat kepada pihak lain mengenai jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya
dengan menerima imbalan.
19. Sentra Dana Perdagangan Berjangka yang selanjutnya
disebut Sentra Dana Berjangka adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana secara kolektif dari masyarakat untuk diinvestasikan dalam Kontrak
Berjangka dan/atau Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka dan/atau instrumen lainnya yang diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
20. Pengelola Sentra Dana Perdagangan Berjangka yang selanjutnya disebut Pengelola Sentra Dana Berjangka
adalah Pihak yang melakukan usaha yang berkaitan dengan penghimpunan dan pengelolaan dana dari peserta Sentra Dana Berjangka untuk diinvestasikan
dalam Kontrak Berjangka.
21. Pedagang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang selanjutnya disebut Pedagang Berjangka adalah Anggota Bursa Berjangka yang hanya berhak
melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka untuk diri sendiri atau kelompok
usahanya.
22. Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka.
23. Dana Kompensasi adalah dana yang digunakan untuk membayar ganti rugi kepada Nasabah yang bukan
Anggota Bursa Berjangka karena cedera janji dan/atau kesalahan yang dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka dalam kedudukannya sebagai Pialang
Berjangka.
24. Margin . . .
![Page 118: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/118.jpg)
- 6 -
24. Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang
Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin
pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan.
2. Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1) Menteri menetapkan kebijakan umum di bidang Perdagangan Berjangka.
(2) Kebijakan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Menteri.
3. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 3
Komoditi yang dapat dijadikan subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
4. Ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) diubah sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 4
(1) Pengaturan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Perdagangan Berjangka dilakukan oleh Bappebti.
(2) Bappebti berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.
(3) Susunan dan kedudukan organisasi Bappebti diatur dengan Peraturan Presiden.
5. Ketentuan . . .
![Page 119: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/119.jpg)
- 7 -
5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 5
Pengaturan, pengembangan, pembinaan, dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), dilakukan
dengan tujuan:
a. mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan serta
dalam suasana persaingan yang sehat;
b. melindungi kepentingan semua Pihak dalam Perdagangan Berjangka; dan
c. mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka sebagai sarana pengelolaan risiko harga dan pembentukan
harga yang transparan.
6. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 6
Untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5, Bappebti berwenang:
a. membuat pedoman teknis mengenai mekanisme
Perdagangan Berjangka;
b. memberikan:
1. izin usaha kepada Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka;
2. persetujuan pembukaan kantor cabang Pialang Berjangka;
3. izinkepada orang perseorangan untuk menjadi
Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana
Berjangka;
4. sertifikat pendaftaran kepada Pedagang Berjangka;
5. persetujuan . . .
![Page 120: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/120.jpg)
- 8 -
5. persetujuan kepada Pialang Berjangka dalam negeri untuk menyalurkan amanat Nasabah
dalam negeri ke Bursa Berjangka luar negeri;
6. persetujuan kepada bank berdasarkan rekomendasi Bank Indonesia untuk menyimpan
dana Nasabah, Dana Kompensasi, dan dana jaminan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya serta untuk pembentukan Sentra Dana Berjangka;
7. persetujuan kepada Bursa Berjangka untuk melakukan kegiatan penyelenggaraan pasar fisik komoditi terorganisasi;
8. persetujuan kepada Lembaga Kliring Berjangka untuk melakukan kegiatan kliring dan
penjaminan penyelesaian transaksi di pasar fisik komoditi terorganisasi; dan
9. persetujuan kepada Pedagang Berjangka dan
Pialang Berjangka untuk melakukan kegiatan jual beli Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dalam
penyelenggaraan Sistem Perdagangan Alternatif.
c. menetapkan daftar surat berharga alas hak (document of title) yang dipergunakan dalam penyelesaian transaksi dalam Perdagangan Berjangka;
d. menetapkan daftar Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;
e. melakukan pemeriksaan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau
sertifikat pendaftaran;
f. menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang
Bappebti sebagaimana dimaksud pada huruf e;
g. memerintahkan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak yang diduga melakukan pelanggaran
terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;
h. menyetujui peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, termasuk perubahannya;
i. memberikan . . .
![Page 121: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/121.jpg)
- 9 -
i. memberikan persetujuan terhadap Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya yang akan digunakan sebagai dasar jual beli Komoditi di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, sesuai dengan persyaratan
yang telah ditentukan;
j. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan
dan memberhentikan untuk sementara waktu anggota dewan komisaris dan/atau direksi serta menunjuk manajemen sementara Bursa Berjangka dan Lembaga
Kliring Berjangka, sampai dengan terpilihnya anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi yang baru oleh Rapat Umum Pemegang Saham;
k. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan kewajiban pelaporan bagi Pihak yang memiliki izin
usaha berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;
l. menetapkan batas jumlah maksimum dan batas
jumlah wajib lapor posisi terbuka Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dapat dimiliki atau dikuasai oleh setiap
Pihak;
m. mengarahkan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring
Berjangka untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu, apabila diyakini akan terjadi keadaan yang mengakibatkan tidak wajarnya perkembangan
harga di Bursa Berjangka dan/atau terhambatnya pelaksanaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;
n. mewajibkan setiap Pihak untuk menghentikan dan/atau memperbaiki iklan atau kegiatan promosi
yang menyesatkan dan/atau merugikan berkaitan dengan Perdagangan Berjangka dan mengganti kerugian sebagai akibat yang timbul dari iklan atau
kegiatan promosi dimaksud baik secara langsung maupun tidak langsung;
o. menetapkan ketentuan tentang dana Nasabah yang berada pada Pialang Berjangka yang mengalami pailit;
p. memeriksa keberatan yang diajukan oleh suatu Pihak
terhadap keputusan Bursa Berjangka atau Lembaga Kliring Berjangka serta memutuskan untuk
menguatkan atau membatalkannya;
q. membentuk . . .
![Page 122: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/122.jpg)
- 10 -
q. membentuk sarana penyelesaian permasalahan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka;
r. mengumumkan hasil pemeriksaan, apabila dianggap perlu, untuk menjamin terlaksananya mekanisme pasar dan ketaatan semua Pihak terhadap ketentuan
Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;
s. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya; dan
t. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan
pelaksanaannya.
7. Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 10
Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.
8. Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 12
(1) Bursa Berjangka merupakan perseroan terbatas yang
didirikan oleh sejumlah badan usaha berbentuk
perseroan terbatas yang satu dengan lainnya tidak terafiliasi.
(2) Pendiri Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjadi Anggota Bursa Berjangka.
(3) Pemegang saham Bursa Berjangka sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas orang perseorangan dan/atau badan hukum Indonesia.
(4) Bursa Berjangka dikelola oleh tenaga ahli di bidang Perdagangan Berjangka secara profesional.
9. Ketentuan . . .
![Page 123: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/123.jpg)
- 11 -
9. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 13
Penyaluran amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri hanya dapat dilakukan ke Bursa Berjangka dan
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang daftarnya ditetapkan oleh Bappebti.
10. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 15
(1) Bursa Berjangka dapat menyelenggarakan transaksi
fisik komoditi yang jenisnya diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 setelah mendapatkan persetujuan Bappebti.
(2) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala Bappebti.
11. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 16
Bursa Berjangka bertugas:
a. menyediakan fasilitas yang cukup untuk dapat terselenggaranya transaksi Kontrak Berjangka,
Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan
transparan;
b. menyusun rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa Berjangka sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh dan dilaporkan kepada Bappebti;
c. melakukan . . .
![Page 124: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/124.jpg)
- 12 -
c. melakukan pengawasan pasar atas setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak Berjangka dan
Kontrak Derivatif Syariah, dari Penyelenggara dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif; dan
d. menyusun peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka.
12. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 17
(1) Bursa Berjangka wajib:
a. memiliki modal yang cukup untuk
menyelenggarakan kegiatan Bursa Berjangka dengan baik;
b. menyiapkan catatan dan laporan terperinci seluruh kegiatan Anggota Bursa Berjangka yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka,
Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan penguasaan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut;
c. menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka, kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;
d. membentuk Dana Kompensasi;
e. mempunyai satuan pemeriksa;
f. mendokumentasikan dan menyimpan dengan
baik semua data yang berkaitan dengan kegiatan Bursa Berjangka;
g. menyebarluaskan informasi harga Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang diperdagangkan;
h. memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Bursa Berjangka serta mengambil tindakan pembekuan atau pemberhentian
Anggota Bursa Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan dan pelaporan, sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya; dan
i. mengawasi . . .
![Page 125: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/125.jpg)
- 13 -
i. mengawasi transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya.
(2) Pimpinan satuan pemeriksa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, wajib melaporkan secara
langsung kepada direksi, dewan komisaris Bursa Berjangka, dan Bappebti tentang masalah materiil
yang ditemukan, yang dapat memengaruhi Anggota Bursa Berjangka dan/atau Bursa Berjangka yang bersangkutan.
(3) Bursa Berjangka wajib menyediakan semua laporan satuan pemeriksa setiap saat apabila diperlukan oleh Bappebti.
(4) Sebelum peraturan dan tata tertib Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf d
termasuk perubahannya diberlakukan, wajib memperoleh persetujuan Bappebti.
13. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 18
Bursa Berjangka berwenang:
a. mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi
Anggota Bursa Berjangka;
b. mengatur dan menetapkan sistem penentuan harga
penyelesaian bersama dengan Lembaga Kliring Berjangka;
c. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Bursa Berjangka;
d. melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Bursa
Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu diperlukan;
e. menetapkan biaya keanggotaan dan biaya lain;
f. melakukan tindakan yang dianggap perlu untuk
mengamankan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya,
termasuk mencegah kemungkinan terjadinya manipulasi harga;
g. menetapkan . . .
![Page 126: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/126.jpg)
- 14 -
g. menetapkan mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan sehubungan dengan transaksi Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya;
h. mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya dengan baik serta melaporkannya kepada Bappebti; dan
i. memperoleh informasi yang diperlukan dari Lembaga Kliring Berjangka yang berkaitan dengan transaksi
yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka, termasuk transaksi Pedagang Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem Perdagangan Alternatif.
14. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 24
Lembaga Kliring Berjangka didirikan dengan tujuan
mendukung terciptanya transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.
15. Ketentuan Pasal 25 ayat (3) diubah dan ditambahkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (4) sehingga Pasal 25 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 25
(1) Penyelenggaraan Bursa Berjangka dilengkapi dengan
Lembaga Kliring Berjangka.
(2) Lembaga Kliring Berjangka, sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), adalah badan usaha berbentuk perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha sebagai Lembaga Kliring Berjangka dari Bappebti.
(3) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan kepada:
a. Badan usaha yang terpisah dari Bursa Berjangka
dan bersifat mandiri; atau
b. Badan usaha yang merupakan bagian dari Bursa
Berjangka.
(4) Badan . . .
![Page 127: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/127.jpg)
- 15 -
(4) Badan usaha yang menyelenggarakan tugas penerimaan pendaftaran dan penjaminan penyelesaian
transaksi Kontrak Derivatif lainnya dari Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif, izin usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan kepada satu badan usaha.
16. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 26
Lembaga Kliring Berjangka bertugas:
a. menyediakan fasilitas yang cukup untuk
terlaksananya penjaminan dan penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik komoditi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;
b. menerima pendaftaran dan menjamin penyelesaian setiap transaksi Kontrak Derivatif selain Kontrak
Berjangka dan Kontrak Derivatif Syariah dari Penyelenggara dan Pialang Peserta Sistem
Perdagangan Alternatif; dan
c. menyusun peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka.
17. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 27
(1) Lembaga Kliring Berjangka wajib:
a. memiliki modal yang cukup untuk menyelenggarakan kegiatan Lembaga Kliring
Berjangka dengan baik;
b. menyimpan dana yang diterima dari Anggota
Kliring Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti;
c. menjamin dan menyelesaikan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya yang disebabkan kegagalan anggotanya dalam memenuhi kewajiban kepada Lembaga Kliring Berjangka;
d. menjamin . . .
![Page 128: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/128.jpg)
- 16 -
d. menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka,
kecuali informasi tersebut diberikan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya;
e. mendokumentasikan dan menyimpan semua data yang berkaitan dengan kegiatan Lembaga Kliring
Berjangka; dan
f. memantau kegiatan dan kondisi keuangan Anggota Kliring Berjangka serta mengambil
tindakan pembekuan atau pemberhentian Anggota Kliring Berjangka yang tidak memenuhi persyaratan keuangan minimum dan pelaporan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
(2) Sebelum peraturan dan tata tertib Lembaga Kliring Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c termasuk perubahannya diberlakukan, wajib
memperoleh persetujuan Bappebti.
18. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 28
Lembaga Kliring Berjangka berwenang:
a. mengevaluasi dan menguji kualifikasi calon anggota serta menerima atau menolak calon tersebut menjadi
Anggota Kliring Berjangka;
b. menetapkan persyaratan keuangan minimum dan pelaporan bagi Anggota Kliring Berjangka;
c. melakukan pengawasan kegiatan serta pemeriksaan terhadap pembukuan dan catatan Anggota Kliring Berjangka secara berkala dan sewaktu-waktu
diperlukan;
d. menetapkan besarnya Margin, membentuk dan
mengelola dana kliring, serta menetapkan dana jaminan kliring, biaya keanggotaan dan biaya lain;
e. memperoleh informasi yang diperlukan dari Bursa
Berjangka yang berhubungan dengan transaksi yang dilakukan oleh Anggota Kliring Berjangka; dan
f. mengambil . . .
![Page 129: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/129.jpg)
- 17 -
f. mengambil langkah-langkah untuk menjamin terlaksananya mekanisme kliring dan penjaminan
penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau transaksi fisik Komoditi dengan baik serta
melaporkannya kepada Bappebti.
19. Di antara Bab III dan Bab IV disisipkan 1 (satu) bab, yakni
Bab IIIA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB IIIA
SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF
Pasal 30A
(1) Sistem Perdagangan Alternatif hanya dapat dilakukan
oleh Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif yang satu dan lainnya tidak berafiliasi serta telah memperoleh persetujuan Bappebti.
(2) Sistem perdagangan elektronik yang digunakan dalam Sistem Perdagangan Alternatif wajib memenuhi
persyaratan yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Bappebti.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
persetujuan, mekanisme transaksi, dan penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam Peraturan Kepala Bappebti.
Pasal 30B
(1) Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan
Peserta Sistem Perdagangan Alternatif wajib
melaporkan setiap transaksi Kontrak Derivatif lainnya ke Bursa Berjangka dalam rangka pengawasan pasar.
(2) Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dan Peserta Sistem Perdagangan Alternatif wajib mendaftarkan setiap transaksi Kontrak Derivatif
lainnya ke Lembaga Kliring Berjangka untuk dijamin penyelesaiannya.
20. Mengubah . . .
![Page 130: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/130.jpg)
- 18 -
20. Mengubah judul Bab IV sehingga judul Bab IV berbunyi sebagai berikut:
BAB IV
PIALANG BERJANGKA, PENASIHAT BERJANGKA, DAN
PEDAGANG BERJANGKA
21. Menambah 1 (satu) bagian dalam Bab IV, yakni Bagian Ketiga sehingga berbunyi sebagai berikut:
Bagian Ketiga Pedagang Berjangka
Pasal 35A
(1) Kegiatan usaha sebagai Pedagang Berjangka dapat dilakukan oleh Anggota Bursa Berjangka, baik oleh orang perseorangan maupun badan usaha yang
berdomisili di dalam atau di luar negeri, yang telah memperoleh sertifikat pendaftaran dari Bappebti.
(2) Sertifikat pendaftaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diberikan kepada Anggota Bursa Berjangka yang memiliki integritas keuangan, reputasi bisnis
yang baik, dan kecakapan profesi.
Pasal 35B
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemberian sertifikat pendaftaran Pedagang Berjangka
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
22. Di antara Bab V dan Bab VI disisipkan 1 (satu) Bab, yakni Bab VA sehingga berbunyi sebagai berikut:
BAB VA ASOSIASI INDUSTRI PERDAGANGAN BERJANGKA
Pasal 44A
(1) Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka merupakan wadah berbadan hukum yang didirikan dengan tujuan
untuk memperjuangkan kepentingan para anggotanya dan pengembangan industri Perdagangan Berjangka.
(2) Setiap . . .
![Page 131: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/131.jpg)
- 19 -
(2) Setiap Pihak yang telah memperoleh izin usaha, izin, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran wajib menjadi
anggota Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka.
Pasal 44B
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Asosiasi Industri
Perdagangan Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
(2) Pendirian, pengurusan, dan/atau pembubaran Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka dilakukan sesuai dengan ketentuan di dalam Anggaran
Dasar/Anggaran Rumah Tangga asosiasi dan Peraturan Perundang-undangan.
23. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 49 disisipkan 1 (satu)
ayat, yakni ayat (1a), dan ayat (2) diubah sehingga Pasal 49
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 49
(1) Setiap Pihak dilarang melakukan kegiatan
Perdagangan Berjangka, kecuali kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
(1a) Setiap Pihak dilarang melakukan penawaran Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya dengan atau tanpa kegiatan promosi, rekrutmen, pelatihan, seminar, dan/atau menghimpun dana Margin, dana jaminan, dan/atau
yang dipersamakan dengan itu untuk tujuan transaksi yang berkaitan dengan Perdagangan Berjangka kecuali memiliki izin dari Bappebti.
(2) Setiap Pihak dilarang menyalurkan amanat untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari pihak ketiga, kecuali transaksi tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya.
24. Di antara . . .
![Page 132: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/132.jpg)
- 20 -
24. Di antara ketentuan Pasal 50 ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat yakni ayat (1a), ketentuan ayat (2)
dan ayat (4) diubah, dan ditambahkan 2 (dua) ayat yakni ayat (5) dan ayat (6) sehingga Pasal 50 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 50
(1) Pialang Berjangka wajib mengetahui latar belakang,
keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai
Perdagangan Berjangka dari Nasabahnya.
(1a) Ketentuan mengenai keadaan keuangan dari Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Kepala Bappebti.
(2) Pialang Berjangka wajib menyampaikan Dokumen
Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang
bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
(3) Pialang Berjangka dilarang menerima amanat Nasabah apabila mengetahui Nasabah yang bersangkutan:
a. telah dinyatakan pailit oleh pengadilan;
b. telah dinyatakan melanggar ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya
oleh badan peradilan atau Bappebti;
c. pejabat atau pegawai:
1. Bappebti, Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka; atau
2. bendaharawan lembaga yang melayani
kepentingan umum, kecuali yang bersangkutan mendapat kuasa dari lembaga tersebut.
(4) Pialang Berjangka dalam memberikan rekomendasi kepada Nasabah untuk membeli atau menjual Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya wajib terlebih dahulu memberitahukan apabila ada kepentingan Pialang
Berjangka yang bersangkutan.
(5) Nasabah . . .
![Page 133: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/133.jpg)
- 21 -
(5) Nasabah dapat melakukan pengisian, penandatanganan, dan penyampaian dokumen
berkaitan dalam kegiatan Perdagangan Berjangka pada sistem elektronik Pialang Berjangka, sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang mengatur mengenai informasi dan transaksi elektronik.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengisian, penandatanganan, dan penyampaian dokumen berkaitan dengan Perdagangan Berjangka pada sistem
elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (4), dan ayat (5) diatur dengan Peraturan Kepala Bappebti.
25. Ketentuan Pasal 51 ayat (1) dan ayat (5) diubah sehingga
Pasal 51 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 51
(1) Pialang Berjangka, sebelum melaksanakan transaksi
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk Nasabah, wajib menarik Margin dari Nasabah untuk jaminan
transaksi tersebut.
(2) Margin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa uang dan/atau surat berharga tertentu.
(3) Pialang Berjangka wajib memperlakukan Margin milik Nasabah, termasuk tambahan dana hasil transaksi
Nasabah yang bersangkutan, sebagai dana milik Nasabah.
(4) Dana milik Nasabah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), wajib disimpan dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti.
(5) Dana milik Nasabah hanya dapat ditarik dari rekening terpisah, sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk
pembayaran komisi dan biaya lain dan/atau untuk keperluan lain atas perintah tertulis dari Nasabah yang bersangkutan, sehubungan dengan transaksi
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
(6) Apabila . . .
![Page 134: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/134.jpg)
- 22 -
(6) Apabila Pialang Berjangka dinyatakan pailit, dana milik Nasabah yang berada dalam penguasaan Pialang
Berjangka tidak dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban Pialang Berjangka terhadap pihak ketiga atau kreditornya.
26. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 52
(1) Pialang Berjangka dilarang melakukan transaksi
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekening Nasabah, kecuali telah menerima perintah untuk
setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.
(2) Pelaksanaan Perdagangan Berjangka melalui sarana sistem perdagangan elektronik yang diselenggarakan oleh Bursa Berjangka dan/atau Pedagang
Penyelenggara Sistem Perdagangan Alternatif dilakukan secara langsung oleh Nasabah.
(3) Dalam hal pelaksanaan Perdagangan Berjangka secara elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dilaksanakan secara langsung oleh Nasabah,
Pialang Berjangka wajib melaksanakan transaksi Perdagangan Berjangka setelah adanya perintah dari
Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan.
(4) Perintah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib dicatat dan direkam serta disimpan oleh Pialang Berjangka.
(5) Dalam hal tertentu Bappebti dapat menetapkan bahwa Pialang Berjangka dapat pula melakukan transaksi
atas Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekeningnya sendiri.
(6) Pialang . . .
![Page 135: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/135.jpg)
- 23 -
(6) Pialang Berjangka wajib mendahulukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas amanat Nasabahnya.
27. Ketentuan Pasal 53 ayat (4) diubah sehingga Pasal 53
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 53
(1) Penasihat Berjangka berkewajiban mengetahui latar
belakang, keadaan keuangan, dan pengetahuan mengenai Perdagangan Berjangka dari kliennya.
(2) Penasihat Berjangka wajib menyampaikan Dokumen
Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko kepada klien sebelum kedua pihak
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemberian jasa.
(3) Penasihat Berjangka dilarang menarik atau menerima
uang dan/atau surat berharga tertentu dari kliennya, kecuali untuk pembayaran jasa atas nasihat yang
diberikan kepada klien yang bersangkutan.
(4) Penasihat Berjangka dalam memberikan rekomendasi kepada klien untuk membeli atau menjual Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya wajib terlebih dahulu memberitahukan apabila ada kepentingan Penasihat
Berjangka yang bersangkutan.
28. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 57
(1) Dalam Perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya setiap Pihak dilarang melakukan atau berusaha melakukan manipulasi melalui tindakan:
a. menguasai sebagian besar sediaan Komoditi secara fisik dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya dengan posisi beli baik secara langsung maupun tidak langsung dalam waktu bersamaan;
b. membeli . . .
![Page 136: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/136.jpg)
- 24 -
b. membeli atau menjual Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat menyebabkan seolah-olah terjadi perdagangan yang aktif atau yang
mengakibatkan terciptanya informasi yang menyesatkan mengenai keadaan pasar atau harga
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya di Bursa Berjangka; dan/atau
c. membuat, menyebarkan, dan/atau menyuruh orang lain membuat dan/atau menyebarluaskan pernyataan atau informasi yang tidak benar atau
menyesatkan yang berkaitan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan maksud mengambil keuntungan dari timbulnya gejolak harga di Bursa Berjangka akibat
tersebarluasnya pernyataan atau informasi tersebut.
(2) Setiap Pihak dilarang:
a. melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya yang telah diatur sebelumnya secara tidak wajar;
b. menyelesaikan dua amanat Nasabah atau lebih
yang berlawanan untuk Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya yang diperdagangkan di Bursa Berjangka yang dilakukan di luar Bursa Berjangka;
c. secara langsung atau tidak langsung menjadi lawan transaksi Nasabahnya, kecuali:
1. amanat Nasabah telah ditawarkan di Bursa
Berjangka secara terbuka; dan
2. transaksi yang terjadi dilaporkan, dicatat,
dan dikliringkan dengan cara yang sama sebagaimana amanat lain yang ditransaksikan di Bursa Berjangka; atau
d. secara . . .
![Page 137: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/137.jpg)
- 25 -
d. secara langsung atau tidak langsung memengaruhi pihak lain untuk melakukan
transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dengan cara membujuk atau memberi harapan
keuntungan di luar kewajaran.
29. Ketentuan Pasal 58 ayat (1) diubah sehingga Pasal 58 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 58
(1) Setiap Pihak dilarang memiliki, baik secara langsung
maupun tidak langsung, posisi terbuka atas Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya yang melebihi batas maksimum.
(2) Batas maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ditetapkan oleh Bappebti.
30. Ketentuan Pasal 63 ayat (2) diubah sehingga Pasal 63
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 63
(1) Bursa Berjangka, Lembaga Kliring Berjangka, Pialang
Berjangka, Penasihat Berjangka, dan Pengelola Sentra Dana Berjangka wajib:
a. menyampaikan laporan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu kepada Bappebti;
b. membuat dan menyimpan pembukuan, catatan,
dan/atau rekaman atas segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatannya; dan
c. menyiapkan pembukuan, catatan, dan/atau
rekaman sebagaimana dimaksud pada huruf b untuk setiap saat dapat diperiksa oleh Bappebti.
(2) Pihak yang memperoleh izin sebagai Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, dan Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka serta Pihak yang
telah memperoleh persetujuan, dan/atau sertifikat pendaftaran wajib menyampaikan laporan yang terkait
dengan Perdagangan Berjangka apabila diminta oleh Bappebti.
31. Ketentuan . . .
![Page 138: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/138.jpg)
- 26 -
31. Ketentuan Pasal 68 ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diubah sehingga Pasal 68 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 68
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Bappebti diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka berdasarkan ketentuan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:
a. menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu perbuatan yang diduga
merupakan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;
b. melakukan penelitian atas kebenaran laporan
atau pengaduan;
c. meneliti, memanggil, memeriksa, dan meminta keterangan serta barang bukti dari setiap Pihak
yang diduga melakukan atau sebagai saksi dalam tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;
d. melakukan pemeriksaan terhadap pembukuan, catatan, dan/atau dokumen lain yang berhubungan dengan tindak pidana di bidang
Perdagangan Berjangka;
e. melakukan penggeledahan terhadap perusahaan
yang diduga melakukan tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;
f. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
diduga menjadi tempat penyimpanan atau tempat diperolehnya barang bukti, pembukuan, catatan, dan/atau dokumen lain serta menyita benda yang
dapat digunakan sebagai barang bukti dalam tindak pidana di bidang Perdagangan Berjangka;
g. meminta kepada bank atau lembaga keuangan lain untuk membekukan rekening Pihak yang disangka melakukan atau terlibat tindak pidana
di bidang Perdagangan Berjangka;
h. Meminta . . .
![Page 139: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/139.jpg)
- 27 -
h. meminta bantuan tenaga ahli dalam melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Perdagangan
Berjangka; dan
i. menyatakan saat dimulai dan dihentikannya penyidikan.
(3) Dalam melaksanakan tugas penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bappebti mengajukan
permohonan izin kepada lembaga yang berwenang untuk memperoleh keterangan dari bank mengenai keadaan keuangan tersangka pada bank sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang perbankan.
(4) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memberitahukan Surat Perintah Dimulainya Penyidikan (SPDP) kepada
Penuntut Umum.
(5) Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menyampaikan hasil
penyidikannya kepada penuntut umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dengan mengingat ketentuan Pasal 6, Pasal 7, dan
Pasal 107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(6) Dalam melaksanakan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bappebti dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum.
32. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 71 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan
Berjangka tanpa memiliki izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 25 ayat (2),
Pasal 31 ayat (1), Pasal 34 ayat (1), atau Pasal 39 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun, dan denda paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan
paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
(2) Setiap . . .
![Page 140: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/140.jpg)
- 28 -
(2) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memiliki persyaratan, persetujuan, atau penetapan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), Pasal 30A ayat (1), Pasal 30A ayat (2), Pasal 32, atau Pasal 36 ayat (2) dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan denda paling
sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
(3) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan tanpa memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3), pasal 34 ayat (3), atau Pasal 39 ayat (3) atau tanpa
memiliki sertifikat pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
33. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 73
Setiap Pihak yang memanfaatkan setiap informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi atau mengungkapkan
kepada pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
34. Di antara Pasal 73 dan Pasal 74 disisipkan 7 (tujuh) pasal, yakni Pasal 73A, Pasal 73B, Pasal 73C, Pasal 73D, Pasal
73E, Pasal 73F, dan Pasal 73G sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 73A
(1) Setiap Pihak yang tidak menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Bursa Berjangka sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (1) huruf c, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(2) Setiap . . .
![Page 141: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/141.jpg)
- 29 -
(2) Setiap Pihak yang tidak menjamin kerahasiaan data dan informasi mengenai Nasabah, klien, atau peserta
Sentra Dana Berjangka, dan mengungkapkan data dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 73B
(1) Setiap Pihak yang tidak menyimpan dana yang diterima dari Anggota Kliring Berjangka dalam
rekening yang terpisah dari rekening milik Lembaga Kliring Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1) huruf b, atau tidak menjamin kerahasiaan informasi posisi keuangan serta kegiatan usaha Anggota Kliring Berjangka sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) huruf d, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(2) Setiap Pihak yang tidak menyimpan semua kekayaan Sentra Dana Berjangka pada bank sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 36 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(3) Setiap Pihak yang tidak menyimpan Dana Kompensasi dalam rekening yang terpisah dari rekening Bursa
Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar
rupiah).
Pasal 73C . . .
![Page 142: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/142.jpg)
- 30 -
Pasal 73C
(1) Setiap Pihak yang menerima dan/atau memberikan pinjaman serta menggunakan dana Sentra Dana Berjangka untuk membeli Sertifikat Penyertaan dari
Sentra Dana Berjangka lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(2) Setiap Pihak yang menyimpan kekayaan Sentra Dana Berjangka pada bank yang berafiliasi dengannya
dan/atau menggunakan jasa Pialang Berjangka yang berafiliasi dengannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(3) Setiap Pihak yang menarik atau menerima uang
dan/atau surat berharga tertentu dari kliennya, kecuali untuk pembayaran jasa atas nasihat yang
diberikan kepada klien yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 73D
(1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan Perdagangan Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat
(1a), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan denda paling sedikit Rp10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dan paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
(2) Setiap . . .
![Page 143: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/143.jpg)
- 31 -
(2) Setiap Pihak yang menyalurkan amanat untuk melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari pihak ketiga yang dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan
pelaksanaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(3) Setiap Pihak yang menerima amanat Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (3),
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda
paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Setiap Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya untuk rekening Nasabah
tanpa menerima perintah untuk setiap kali transaksi dari Nasabah atau kuasanya yang ditunjuk secara
tertulis untuk mewakili kepentingan Nasabah yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun, dan/atau denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
(5) Setiap Pihak yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, posisi terbuka atas Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang melebihi batas
maksimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat)
tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 73E . . .
![Page 144: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/144.jpg)
- 32 -
Pasal 73E
(1) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan
Adanya Risiko serta membuat perjanjian dengan Nasabah sebelum Pialang Berjangka yang
bersangkutan dapat menerima dana milik Nasabah untuk Perdagangan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (2), atau tidak memberitahukan kepentingan Pialang Berjangka
yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4
(empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(2) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan
Adanya Risiko kepada klien sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2),
atau tidak memberitahukan kepentingan Penasihat Berjangka yang bersangkutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(3) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan dan Dokumen Pemberitahuan
Adanya Risiko kepada calon peserta Sentra Dana Berjangka sebelum kedua pihak mengikatkan diri dalam suatu perjanjian pengelolaan Sentra Dana
Berjangka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat
miliar rupiah).
(4) Setiap . . .
![Page 145: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/145.jpg)
- 33 -
(4) Setiap Pihak yang tidak melaporkan kepada Bappebti melalui Bursa Berjangka posisi terbuka Kontrak
Berjangka yang dimilikinya apabila mencapai batas tertentu yang ditetapkan oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
(5) Setiap Pihak yang tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Pasal 73F
(1) Setiap Pihak yang tidak memperlakukan Margin milik
Nasabah, termasuk tambahan dana hasil transaksi Nasabah yang bersangkutan, sebagai dana milik
Nasabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (3), atau tidak menyimpan Dana milik Nasabah dalam rekening yang terpisah dari rekening Pialang
Berjangka pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (4), atau
menarik dana milik Nasabah dari rekening terpisah, untuk pembayaran komisi dan biaya lain dan/atau untuk keperluan lain tanpa perintah tertulis dari
Nasabah yang bersangkutan, sehubungan dengan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (5), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
(2) Setiap . . .
![Page 146: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/146.jpg)
- 34 -
(2) Setiap Pihak yang tidak mengelola setiap Sentra Dana Berjangka dalam suatu lembaga yang terpisah dari
Pengelola Sentra Dana Berjangka yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (3), atau tidak menempatkan dana bersama yang dihimpun dari
calon peserta Sentra Dana Berjangka dalam rekening yang terpisah dari rekening Pengelola Sentra Dana
Berjangka yang bersangkutan pada bank yang disetujui oleh Bappebti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 73G
Setiap Pihak yang tidak melaporkan setiap transaksi
Kontrak Derivatif lainnya ke Bursa Berjangka dan/atau tidak mendaftarkan setiap transaksi Kontrak Derivatif lainnya ke Lembaga Kliring Berjangka sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30B ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 4 (empat) tahun, dan denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
35. Ketentuan Pasal 76 dihapus.
36. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 77
Bappebti, Bank Indonesia, badan yang mengawasi pasar modal dan lembaga keuangan, dan lembaga yang
menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan wajib mengadakan konsultasi dan/atau koordinasi sesuai dengan fungsi masing-masing dalam mengawasi kegiatan
lembaga di bawah ruang lingkup kewenangannya, yang berkaitan dengan kegiatan di bidang Perdagangan
Berjangka.
37. Di antara . . .
![Page 147: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/147.jpg)
- 35 -
37. Di antara Pasal 80 dan Pasal 81 disisipkan 1 (satu) pasal, yakni Pasal 80A sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 80A
(1) Urusan Perdagangan Berjangka Komoditi yang pada saat berlakunya Undang-Undang ini belum dapat diselesaikan, penyelesaiannya dilakukan berdasarkan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi yang meringankan setiap Pihak.
(2) Semua bentuk perizinan yang telah diberikan oleh Bappebti sebelum berlakunya Undang-Undang ini
dan/atau hanya diatur berdasarkan Peraturan Kepala Bappebti tetap berlaku serta tunduk pada ketentuan Undang-Undang ini.
Pasal II
1. Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. sebelum dibentuknya Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang perdagangan berjangka komoditi syariah, maka penyelenggaraan Kontrak
Derivatif Syariah ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia;
dan
b. semua Peraturan Perundang-undangan yang diperlukan untuk melaksanakan Undang-Undang ini
harus diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun sejak diundangkan.
2. Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar . . .
![Page 148: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/148.jpg)
- 36 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Agustus 2011
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 79
Salinan sesuai dengan aslinya
KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Asisten Deputi Perundang-undangan Bidang Perekonomian,
ttd
Setio Sapto Nugroho
![Page 149: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/149.jpg)
PENJELASAN
ATAS
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 10 TAHUN 2011
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997
TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI
I. UMUM
Salah satu tugas utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui peningkatan dan pemberdayaan ekonomi nasional. Kesejahteraan masyarakat akan meningkat apabila tingkat pendapatan
mereka meningkat. Hal itu secara tegas dan inheren dinyatakan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) dan Pasal 33 UUD 1945, bahwa bumi dan air dan segala isinya
harus diupayakan sedemikian rupa untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut adalah dengan meningkatkan kegiatan di sektor perdagangan. Perdagangan internasional
yang dalam hal ini kegiatan ekspor ditujukan untuk mendapatkan devisa yang akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk menunjang
pembangunan suatu negara. Peningkatan di bidang perdagangan sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat merupakan tolok ukur utama untuk kemajuan suatu negara. Dewasa ini perdagangan tidak hanya
dilakukan dengan cara perdagangan biasa, seperti ekspor, impor, dan perdagangan dalam negeri, tetapi jauh lebih luas daripada itu, yaitu dengan
Perdagangan Berjangka Komoditi.
Dalam era globalisasi dan liberalisasi yang saat ini berlangsung sangat
cepat telah mengakibatkan terjadinya persaingan yang makin tajam di dunia diiringi dengan terjadinya risiko yang sering sangat merugikan pihak pelaku usaha. Risiko yang terjadi yang sering dialami oleh para pelaku
usaha adalah risiko pada mata rantai pemasaran, seperti harga, produksi, distribusi, dan pengolahan. Dari semua risiko tersebut, yang paling sulit
diperkirakan adalah risiko akibat terjadinya fluktuasi harga, khususnya harga di bidang komoditi.
Indonesia . . .
![Page 150: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/150.jpg)
- 2 -
Indonesia sangat beruntung sebagai salah satu negara penghasil komoditi dunia yang memiliki manfaat ekonomi yang tinggi karena sebagian besar
hasilnya dijual ke pasar internasional (ekspor). Sebagai ilustrasi, komoditi utama dunia yang dihasilkan oleh Indonesia seperti kopi, karet, minyak kelapa sawit, olein, timah, batubara, emas, rumput laut, hasil hutan, dan
alumunium. Sebagai negara penghasil komoditi, risiko yang mungkin terjadi sebagaimana dijelaskan di atas perlu diatasi dengan instrumen yang
disebut sebagai Perdagangan Berjangka. Fungsi ekonomi Perdagangan Berjangka adalah sebagai sarana lindung nilai (hedging) serta sarana penciptaan harga (price discovery) sebagai harga rujukan (reference of price)
yang transparan yang menjadi acuan harga dunia. Dengan Perdagangan Berjangka tersebut, risiko yang merugikan para pelaku usaha khususnya
petani kecil dapat terlindungi.
Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi antara lain mengatur pengertian Komoditi, Perdagangan Berjangka Komoditi, dan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, praktik Perdagangan Berjangka di luar bursa, sanksi pidana terhadap praktik kegiatan promosi, rekrutmen, pelatihan, seminar oleh pihak-pihak
yang tidak memiliki izin dari Bappebti (Ilegal), demutualisasi Bursa Berjangka, Asosiasi Industri Perdagangan Berjangka, dan transaksi
Perdagangan Berjangka melalui elektronik.
Dengan dibentuknya Undang-Undang ini, dapat mengakomodasi
kebutuhan terhadap praktik di bidang Perdagangan Berjangka Komoditi secara global.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I
Angka 1
Pasal 1 Cukup jelas.
Angka 2 Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “kebijakan umum” adalah kebijakan di bidang Perdagangan Berjangka yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kebijakan perdagangan luar negeri, seperti ekspor dan impor dan kebijakan perdagangan dalam negeri seperti
distribusi, stabilisasi harga, dan pelindungan konsumen.
Ayat (2) . . .
![Page 151: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/151.jpg)
- 3 -
Ayat (2) Cukup jelas.
Angka 3
Pasal 3
Komoditi yang diperdagangkan, dalam hal ini biasanya berciri harganya fluktuatif, memiliki standar mutu tertentu, dan
tersedia dalam jumlah cukup besar serta diperdagangkan secara bebas di pasar.
Penetapan Komoditi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya merupakan kewenangan Bappebti, hal itu dimaksudkan untuk memudahkan penetapan kontrak sehingga dapat
dengan cepat merespons perkembangan Perdagangan Berjangka yang bersifat global.
Angka 4 Pasal 4
Ayat (1) Yang dimaksud dengan “pengaturan” adalah pengaturan teknis yang dilakukan oleh Bappebti dalam membuat
peraturan pelaksanaan teknis sebagai penjabaran lebih lanjut dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, dan Peraturan Menteri. Selain itu, Bappebti memberikan petunjuk sesuai dengan perkembangan kegiatan sehari-hari di pasar agar
kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya di Bursa Berjangka ataupun Kontrak Derivatif lainnya dalam Sistem Perdagangan Alternatif dapat terlaksana secara teratur, wajar, efisien, efektif,
dan transparan. Di samping itu, para pelakunya perlu dibina melalui berbagai pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang cukup, baik yang
dilaksanakan sendiri maupun bekerja sama dengan berbagai institusi lain. Semua pelaku di pasar
diharapkan telah lulus tes pengetahuan tentang Komoditi dan Perdagangan Berjangka.
Untuk . . .
![Page 152: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/152.jpg)
- 4 -
Untuk menjamin bahwa semua kegiatan dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku, diperlukan pengawasan yang dilakukan setiap hari terhadap kegiatan di Bursa Berjangka ataupun dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Pengawasan sehari-
hari dapat dilakukan secara langsung di lapangan dan/atau melalui berbagai laporan yang wajib
disampaikan kepada Bappebti. Kegiatan pengawasan itu dapat pula dilakukan secara preventif, seperti pembuatan tata tertib, pedoman pelaksanaan, arahan, dan
bimbingan serta secara represif seperti pemeriksaan, penyidikan, dan pengenaan sanksi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Angka 5 Pasal 5
Huruf a Untuk mewujudkan kegiatan Perdagangan Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan,
semua pelaku harus memiliki pengetahuan tentang Komoditi, berbagai peraturan dan tata cara perdagangan
yang berlaku di Bursa Berjangka dan/atau Sistem Perdagangan Alternatif, memiliki modal yang cukup, bebas untuk masuk dan keluar pasar, dan tidak
melakukan kegiatan persekongkolan. Dengan demikian, mekanisme pasar dapat berjalan berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran, dengan kata lain dapat terlaksana secara wajar.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “melindungi kepentingan semua Pihak” adalah terhindarnya masyarakat dari praktik perdagangan yang merugikan, antara lain, membujuk
dengan menjanjikan keuntungan, memberikan informasi yang menyesatkan, tidak menyalurkan amanat Nasabah
sesuai dengan perintah, melaksanakan transaksi tanpa sepengetahuan atau tanpa perintah Nasabah, tidak menjelaskan risiko yang dihadapi kepada calon Nasabah,
dan tidak menempatkan dana Nasabah pada rekening yang terpisah.
Huruf c . . .
![Page 153: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/153.jpg)
- 5 -
Huruf c Tingkat harga yang selalu berubah merupakan ciri yang
melekat pada Komoditi, khususnya Komoditi primer. Risiko ini tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat dipindahkan kepada investor yang bersedia mengambil
risiko tersebut melalui Bursa Berjangka. Banyaknya pembeli dan penjual yang melakukan transaksi secara
terbuka memungkinkan terbentuknya harga berdasarkan kekuatan pasar. Informasi harga yang diumumkan secara luas segera setelah terjadinya transaksi, sangat
bermanfaat bagi dunia usaha di dalam negeri dan di luar negeri serta bagi petani sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang sekaligus memperkuat daya tawar-
menawar.
Angka 6
Pasal 6 Huruf a
Untuk memberi kejelasan bagi masyarakat terhadap
ketentuan dari Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya, Bappebti diberi kewenangan untuk membuat pedoman dan penjelasan teknis, baik peraturan
tertulis maupun lisan. Penjelasan tertulis dapat berupa surat keputusan ataupun edaran.
Selain itu, karena Perdagangan Berjangka merupakan kegiatan yang cukup kompleks, Bappebti membuat penjelasan yang seluas-luasnya sehingga tujuan ekonomi
Perdagangan Berjangka dapat terwujud sebagai sarana lindung nilai dan tempat pembentukan harga yang efektif
dan transparan.
Huruf b Angka 1
Cukup jelas.
Angka 2 Cukup jelas.
Angka 3 Cukup jelas.
Angka 4 Cukup jelas.
Angka 5 . . .
![Page 154: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/154.jpg)
- 6 -
Angka 5 Pialang Berjangka dalam negeri yang dapat
menyalurkan amanat Nasabah ke Bursa Berjangka luar negeri adalah Pialang Berjangka yang dapat menunjukkan bukti kerja sama dengan Pialang
Berjangka luar negeri yang bersangkutan, menyerahkan uang jaminan (guarantee fund), dan
memenuhi persyaratan modal yang besarnya ditentukan oleh Bappebti.
Angka 6
Persetujuan yang diberikan tersebut dilakukan dengan cara koordinasi dan konsultasi antara
Bappebti dan Bank Indonesia.
Angka 7 Cukup jelas.
Angka 8 Cukup jelas.
Angka 9
Cukup jelas.
Huruf c
Penggunaan surat berharga alas hak (document of title) dalam rangka penyelesaian transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif
lainnya merupakan unsur yang sangat penting dalam mempermudah proses penyelesaian apabila terjadi serah
fisik. Oleh karena itu, sebelum surat berharga alas hak (document of title) tersebut digunakan dalam penyelesaian transaksi, Bappebti perlu memastikan bahwa surat
berharga tersebut diterbitkan oleh Pihak yang berhak dan memiliki kredibilitas yang baik dan penerbitan surat
berharga tersebut dilakukan berdasarkan Undang-Undang.
Huruf d
Penyaluran amanat Nasabah ke luar negeri hanya dapat dilakukan ke Bursa Berjangka luar negeri dan Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya berdasarkan daftar yang telah ditetapkan oleh Bappebti.
Daftar Bursa Berjangka dan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang ditetapkan Bappebti berdasarkan kriteria, antara
lain:
1) memiliki keuangan yang cukup;
2) mempunyai . . .
![Page 155: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/155.jpg)
- 7 -
2) mempunyai ketentuan dan peraturan mengenai perlindungan terhadap Nasabah, kliring,
penyelesaian transaksi, dan mekanisme penyerahan barang;
3) memiliki ketentuan mengenai proses pemantauan,
pemeriksaan, dan penyidikan terhadap pengaduan;
4) mempunyai manfaat bagi perekonomian Indonesia
dan pasar Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut likuid.
Huruf e Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf ini adalah pemeriksaan secara berkala dan sewaktu-waktu
diperlukan terhadap Pihak yang memiliki izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat
pendaftaran dari Bappebti. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh Bappebti dengan mewajibkan Pihak dimaksud untuk menyampaikan laporan tertentu atau
memeriksa kantor dan catatan seperti rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual, mekanis, elektronik, atau dengan cara
lain.
Huruf f
Pihak lain yang dapat ditunjuk Bappebti untuk melakukan pemeriksaan, misalnya Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka untuk memeriksa Pialang
Berjangka yang menjadi anggotanya, akuntan publik, konsultan hukum, ahli komoditi, dan ahli pemasaran
untuk memeriksa kasus-kasus tertentu dari pemegang izin usaha, izin orang perseorangan, persetujuan, atau sertifikat pendaftaran.
Huruf g Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf ini adalah pemeriksaan secara berkala atau sewaktu-waktu
diperlukan. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan oleh Bappebti atau pihak lain yang ditunjuk untuk memeriksa
laporan dan catatan seperti rekening, pembukuan, dokumen, atau kertas kerja yang disusun secara manual, mekanis, elektronik, atau dengan cara lain.
Apabila dalam pemeriksaan tersebut ditemukan unsur-unsur tindak pidana, akan dilakukan penyidikan oleh
pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Huruf h . . .
![Page 156: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/156.jpg)
- 8 -
Huruf h Semua peraturan dan tata tertib yang dikeluarkan oleh
Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka harus sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya untuk menciptakan
kelancaran dan perlindungan kepada semua pihak yang melakukan transaksi di Bursa Berjangka.
Huruf i Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya merupakan unsur yang sangat
penting dan menentukan untuk dapat terselenggaranya kegiatan Perdagangan Berjangka secara baik dan dapat dipercaya integritas pasarnya oleh masyarakat. Oleh
karena itu, sebelum Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya atas suatu
Komoditi tertentu digunakan, perlu diteliti kebutuhan, manfaat, dan kemungkinan likuiditas kontrak tersebut. Di samping itu, diteliti juga rancangan kontrak tersebut,
khususnya persyaratan standar yang tercantum di dalamnya, seperti waktu transaksi, proses kliring, biaya, tempat penyerahan, pemberitahuan penyerahan,
pergudangan, pengujian mutu, penerimaan tender, serta tanggung jawab membayar deposit dan Margin.
Huruf j Persyaratan calon pengurus Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, antara lain:
1) memiliki akhlak dan moral yang baik;
2) memiliki keahlian di bidang Perdagangan Berjangka;
3) tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana;
4) tidak pernah melakukan perbuatan tercela di bidang
Perdagangan Berjangka; dan/atau
5) tidak pernah melakukan pelanggaran yang materiil terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya.
Tata cara pencalonan anggota dewan komisaris dan/atau
direksi Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka adalah sebagai berikut:
1) Calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi
diajukan kepada Bappebti untuk diteliti sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh
Bappebti.
2) Apabila . . .
![Page 157: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/157.jpg)
- 9 -
2) Apabila calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi dimaksud telah memenuhi persyaratan,
Bappebti wajib memberikan persetujuannya. Apabila berdasarkan hasil penelitian Bappebti bahwa calon dimaksud tidak memenuhi persyaratan, Bappebti
menolak pencalonan tersebut.
3) Calon anggota dewan komisaris dan/atau direksi
yang telah disetujui oleh Bappebti dipilih dan diangkat oleh rapat umum pemegang saham.
Bappebti dapat memberhentikan sementara waktu
anggota dewan komisaris dan/atau direksi Bursa Berjangka, antara lain, apabila anggota tersebut:
1) tidak memiliki akhlak dan moral yang baik;
2) melakukan perbuatan tercela di bidang Perdagangan Berjangka;
3) kehilangan kewarganegaraan Indonesia atau tidak cakap melakukan perbuatan hukum;
4) dihukum karena melakukan tindak pidana; atau
5) melakukan pelanggaran yang materiil terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Apabila Bappebti memberhentikan sementara waktu seluruh anggota dewan komisaris dan/atau direksi,
Bappebti dapat menunjuk pihak yang berasal, dari dalam ataupun dari luar Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka, sebagai manajemen sementara. Selanjutnya,
Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka wajib menyelenggarakan rapat umum pemegang saham untuk
mengangkat anggota dewan komisaris dan/atau direksi yang baru.
Huruf k
Persyaratan keuangan minimum terdiri atas persyaratan modal yang disetor dan kekayaan bersih yang harus dipertahankan setiap saat oleh para Pihak. Kekayaan
bersih yang harus dipertahankan ditetapkan dalam bentuk absolut dan persentase tertentu dari dana
Nasabah yang dikelola oleh Pihak yang bersangkutan. Apabila jumlah absolut berbeda dengan jumlah persentase dana Nasabah yang dikelolanya, yang diambil
adalah jumlah yang terbesar.
Huruf l . . .
![Page 158: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/158.jpg)
- 10 -
Huruf l Penetapan batas maksimum posisi terbuka tersebut
dimaksudkan untuk mencegah penguasaan kontrak dalam jumlah besar oleh satu Pihak yang mengarah pada manipulasi harga. Selain itu, Bappebti menetapkan pula
batas wajib lapor atas posisi terbuka tersebut yang berguna sebagai alat pengendalian bagi Bappebti. Pihak
yang telah mencapai batas wajib lapor, wajib melaporkan jumlah kontrak terbuka yang dikuasainya dan Bappebti akan terus memantau posisi Pihak yang bersangkutan
sampai dengan posisinya kembali berada pada jumlah di bawah batas wajib lapor. Batas posisi dimaksud ditetapkan berdasarkan usul Bursa Berjangka yang
bersangkutan dengan memperhatikan, antara lain, faktor fundamental dan teknis, likuiditas kontrak yang
bersangkutan, dan jangka waktu penyerahan. Selain berwenang menetapkan batas posisi kontrak terbuka, Bappebti juga berwenang mengubah batas posisi tersebut
sesuai dengan perkembangan kondisi yang terjadi.
Huruf m
Perkembangan harga yang tidak wajar dapat terjadi karena pengaruh eksternal dan internal, antara lain
kebijakan di bidang ekonomi, moneter, dan politik, atau bencana alam, gangguan produksi karena faktor iklim, atau upaya manipulasi oleh Anggota Bursa Berjangka.
Tanpa mengurangi wewenang dan tanggung jawab yang ada pada Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring
Berjangka untuk mengamankan keadaan tersebut, Bappebti berwenang mengarahkan Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka untuk mengambil
langkah-langkah yang bersifat darurat seperti menghentikan kegiatan transaksi untuk sementara waktu atau menetapkan likuidasi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tertentu atau semua Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya terbuka pada tingkat harga terakhir sebelum keadaan tersebut berkembang menjadi keadaan yang lebih buruk
lagi.
Huruf n . . .
![Page 159: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/159.jpg)
- 11 -
Huruf n Yang dimaksud dengan “promosi yang menyesatkan”
adalah pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan Perdagangan Berjangka yang meskipun benar, Perdagangan Berjangka dapat menimbulkan gambaran
yang menyesatkan pemahamannya, antara lain:
1) memberikan informasi yang tidak sesuai dengan
fakta;
2) menjanjikan keuntungan tanpa memberitahukan risiko yang dihadapi; atau
3) mengajak atau menganjurkan untuk membeli dan/atau menjual Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya tertentu tanpa analisis yang kuat.
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Pihak yang melakukan kesalahan, antara lain:
1) menghentikan atau memperbaiki pernyataan yang
telah disebarluaskan;
2) membuat pernyataan pengakuan dan permohonan maaf atas kesalahan tersebut; dan/atau
3) membayar ganti rugi yang ditetapkan, baik dengan penyelesaian melalui musyawarah untuk mencapai
mufakat, arbitrase, maupun melalui putusan pengadilan.
Huruf o
Dana Nasabah yang ada pada Pialang Berjangka adalah milik Nasabah yang bersangkutan. Apabila pengadilan
menetapkan bahwa Pialang Berjangka tersebut pailit, dana tersebut tidak termasuk aset Pialang Berjangka yang bersangkutan. Karena banyaknya Nasabah yang
rekeningnya dikelola oleh Pialang Berjangka tersebut, ketentuan pendistribusian dana Nasabah ditetapkan oleh Bappebti.
Dana Nasabah yang ada pada rekening terpisah pada
bank tertentu didistribusikan kepada semua Nasabah sesuai dengan haknya, dengan memperhatikan posisi masing-masing dalam transaksi Kontrak Berjangka,
Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Apabila dana yang ada di dalam rekening terpisah kurang dari jumlah yang diperlukan untuk
melunasi utangnya kepada Nasabah, dana yang ada didistribusikan secara proporsional.
Huruf p . . .
![Page 160: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/160.jpg)
- 12 -
Huruf p Apabila suatu Pihak tidak dapat menerima sanksi yang
dikenakan atau merasa dirugikan oleh keputusan Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka, Pihak tersebut dapat mengajukan keberatan atas pengenaan
sanksi itu kepada Bappebti. Bappebti meneliti pengaduan tersebut dan berdasarkan hasil temuannya, memutuskan
untuk menguatkan, mengubah, atau membatalkan keputusan itu.
Huruf q
Selain penyelesaian permasalahan melalui pengadilan dan/atau lembaga lain, Bappebti membentuk alternatif sarana penyelesaian permasalahan yang cepat, mudah,
dan profesional.
Huruf r
Cukup jelas.
Huruf s Yang dimaksud dengan “tindakan yang diperlukan untuk
mencegah kerugian masyarakat” adalah tindakan yang bersifat penting dan segera harus diambil untuk melindungi masyarakat dari pelanggaran terhadap
ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya, antara lain:
1) memutuskan cara penyelesaian transaksi apabila Lembaga Kliring Berjangka tidak mampu menyelesaikan transaksi tertentu;
2) membekukan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya
tertentu; dan/atau
3) meminta Bursa Berjangka dan/atau Lembaga Kliring Berjangka menindak anggotanya yang melakukan
pelanggaran dan apabila perlu, mengambil tindakan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Huruf t Yang dimaksud dengan “melakukan hal-hal lain” pada
huruf ini adalah kewenangan selain yang ditetapkan pada huruf a sampai dengan huruf s, antara lain:
1) melakukan evaluasi dan inovasi terhadap peraturan
pelaksanaan yang dibuat oleh Bappebti sebagai penjabaran ketentuan Undang-Undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya;
2) menyebarluaskan . . .
![Page 161: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/161.jpg)
- 13 -
2) menyebarluaskan informasi Perdagangan Berjangka;
3) mengatur dan menetapkan kode etik kegiatan
Perdagangan Berjangka; dan
4) mencegah pengaruh negatif kegiatan Perdagangan Berjangka bagi perekonomian nasional dan
masyarakat.
Angka 7 Pasal 10
Bursa Berjangka didirikan untuk menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan sarana Perdagangan Berjangka. Dengan tersedianya sistem dan sarana yang baik, Anggota Bursa Berjangka yang bersangkutan dapat melakukan
penawaran transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya secara teratur,
wajar, efisien, dan transparan. Selain itu, tersedianya sistem dan sarana dimaksud memungkinkan Bursa Berjangka melakukan pengawasan terhadap anggotanya dengan lebih
efektif.
Angka 8
Pasal 12 Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “sejumlah badan usaha” adalah jumlah minimum badan usaha yang dibutuhkan agar kegiatan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dapat terlaksana dalam suasana persaingan yang sehat.
Pendiri Bursa Berjangka tidak boleh berafiliasi antara satu dan lainnya serta terbuka seluas-luasnya bagi badan usaha yang memenuhi persyaratan untuk menghindari
terjadinya persekongkolan dan penguasaan pasar oleh sekelompok perusahaan tertentu.
Ayat (2)
Pendiri Bursa Berjangka dinyatakan dapat menjadi anggota pertama Bursa Berjangka setelah memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Bappebti.
Ayat (3) . . .
![Page 162: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/162.jpg)
- 14 -
Ayat (3) Ketentuan ini mencerminkan sifat Bursa Berjangka yang
bukan berdasarkan keanggotaan (mutual), melainkan bersifat demutual dan bersifat profit oriented. Hal ini dimaksudkan agar Bursa Berjangka dapat bergerak cepat
sesuai dengan perkembangan globalisasi yang bergerak cepat. Dengan sifat demutual, maka Bursa Berjangka
dapat menarik minat para investor besar yang memiliki peran besar untuk memajukan Bursa Berjangka. Selama ini Bursa Berjangka tidak dapat berkembang karena sifat
bursa yang masih bersifat mutual nonprofit oriented. Dengan sifat demutual profit oriented, Bursa Berjangka
dimungkinkan menjadi perusahaan terbuka untuk umum.
Peralihan atau proses dari Bursa Berjangka yang bersifat
mutual non profit oriented menjadi demutual profit oriented dilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka.
Ayat (4) Yang dimaksud dengan ”tenaga ahli” dalam Undang-
Undang ini adalah orang perseorangan yang mempunyai keahlian di bidang Perdagangan Berjangka, baik warga
negara Indonesia maupun warga negara asing.
Angka 9 Pasal 13
Cukup jelas.
Angka 10
Pasal 15 Cukup jelas.
Angka 11
Pasal 16 Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b Dalam menyusun anggaran tahunan dan penggunaan
laba, Bursa Berjangka wajib berpedoman pada prinsip efisiensi Perdagangan Berjangka dan memperhatikan ketentuan:
1) peningkatan sistem atau sarana transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya;
2) peningkatan . . .
![Page 163: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/163.jpg)
- 15 -
2) peningkatan sistem pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Berjangka;
3) peningkatan sistem pelayanan informasi;
4) pengembangan Perdagangan Berjangka melalui kegiatan promosi atau penelitian; dan
5) peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
Rencana anggaran tahunan dan penggunaan laba Bursa
Berjangka diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham dan dilaporkan kepada Bappebti.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Angka 12 Pasal 17
Ayat (1) Huruf a
Yang dimaksud dengan “modal yang cukup” adalah
sejumlah dana yang antara lain, dapat membiayai studi kelayakan, pendirian Bursa Berjangka, penyediaan gedung dan perlengkapannya,
penyusunan perangkat peraturan pelaksanaan transaksi dan tata tertib Bursa Berjangka serta
sumber daya manusia yang cukup.
Huruf b Catatan dan laporan yang perlu disiapkan berkaitan
dengan kegiatan Anggota Bursa Berjangka, antara lain:
1) amanat Nasabah yang diterima dan disalurkan;
2) rekaman kegiatan transaksi di lantai Bursa Berjangka;
3) hasil transaksi, meliputi penjual, pembeli, jumlah, dan harga yang terjadi;
4) posisi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimiliki setiap Anggota Bursa Berjangka;
5) konduite Anggota Bursa Berjangka; dan
6) perkembangan perdagangan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
Huruf c . . .
![Page 164: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/164.jpg)
- 16 -
Huruf c Informasi posisi keuangan dan kegiatan usaha
Anggota Bursa Berjangka wajib dijamin kerahasiaannya agar tidak dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau kelompoknya dengan merugikan pihak lain. Misalnya:
1) Anggota Bursa Berjangka yang sedang memperbaiki likuiditas keuangan perusahaannya dengan menjual Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimilikinya dapat ditekan harganya oleh pihak lain yang
mengetahui informasi tersebut; atau
2) pemilikan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dalam posisi jual dalam jumlah besar oleh suatu pihak dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang
mengetahui informasi tersebut untuk menekan harga pada saat kontrak tersebut hampir jatuh tempo.
Informasi tersebut hanya dapat diberikan dalam rangka pemeriksaan dan penyidikan berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Pembentukan satuan pemeriksa pada setiap Bursa Berjangka dimaksudkan agar pengawasan terhadap Bursa Berjangka dan Anggota Bursa Berjangka
dapat dilakukan secara berkala dan/atau sewaktu-waktu untuk memastikan bahwa setiap Bursa Berjangka dan Anggota Bursa Berjangka melakukan
kegiatannya, sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Huruf f Jangka waktu penyimpanan dokumentasi sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Huruf g . . .
![Page 165: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/165.jpg)
- 17 -
Huruf g
Harga yang terjadi di Bursa Berjangka harus segera
diumumkan secara jelas dan luas, antara lain, melalui media tulis, media cetak, atau media elektronik agar dapat dimanfaatkan sebagai rujukan
harga bagi yang memerlukannya.
Huruf h
Kegiatan dan kondisi keuangan yang perlu dipantau, antara lain, adalah:
1) kewajiban Anggota Bursa Berjangka untuk
mempertahankan jumlah minimum kekayaan bersih yang ditetapkan; dan
2) pelaporan posisi Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimilikinya apabila telah mencapai
jumlah batas wajib lapor yang telah ditetapkan.
Huruf i Cukup jelas.
Ayat (2) Pelaporan pada ayat ini dimaksudkan agar direksi, dewan
komisaris Bursa Berjangka, dan Bappebti dapat mengambil tindakan atau langkah-langkah yang
diperlukan untuk mengatasi masalah yang ditemukan, baik pada Anggota Bursa Berjangka maupun pada Bursa Berjangka yang bersangkutan.
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan agar Bursa Berjangka mengadministrasikan semua laporan satuan pemeriksa secara baik sehingga selalu tersedia apabila sewaktu-
waktu diperlukan oleh Bappebti.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Angka 13 . . .
![Page 166: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/166.jpg)
- 18 -
Angka 13 Pasal 18
Huruf a Bursa Berjangka mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran isian formulir serta dokumen yang diserahkan
calon Anggota Bursa Berjangka. Bursa Berjangka juga menguji kualifikasi yang bersangkutan, terutama
menyangkut kemampuan keuangan, pengetahuan tentang Peraturan Perundang-undangan di bidang Perdagangan Berjangka, dan pengetahuan tentang
Perdagangan Berjangka, serta etika bisnis yang bersangkutan.
Huruf b
Bursa Berjangka bersama dengan Lembaga Kliring Berjangka menetapkan sistem atau formula penentuan
harga penyelesaian (settlement price) yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan oleh Lembaga Kliring Berjangka dalam menentukan besarnya selisih
harga yang harus diterima atau dibayar oleh setiap Anggota Kliring Berjangka.
Huruf c Persyaratan keuangan minimum yang ditetapkan Bursa Berjangka tidak boleh lebih rendah daripada jumlah yang
ditetapkan oleh Bappebti.
Huruf d
Yang dimaksud dengan pengawasan atau pemeriksaan sewaktu-waktu adalah pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan apabila ditemukan adanya indikasi atau
adanya laporan pihak tertentu bahwa telah terjadi penyimpangan terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Huruf e Yang termasuk biaya lain, antara lain, biaya transaksi,
biaya penggunaan sarana fisik, biaya telekomunikasi, dan biaya informasi harga yang terjadi saat itu.
Huruf f
Untuk mengamankan transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dan menghindari kemungkinan terjadinya
manipulasi harga, perlu dicegah, antara lain:
1) terjadinya persekongkolan;
2) Penguasaan . . .
![Page 167: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/167.jpg)
- 19 -
2) penguasaan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dalam
posisi beli dan Komoditi yang menjadi subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tersebut dalam
jumlah besar secara bersamaan;
3) penetapan persyaratan Kontrak Berjangka, Kontrak
Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang tidak jelas dan tidak lengkap; dan
4) perkembangan harga yang tidak wajar.
Huruf g Mekanisme penyelesaian pengaduan dan perselisihan yang perlu ditetapkan, antara lain:
1) tata cara penyelesaian secara musyawarah untuk mencapai mufakat; dan
2) tata cara penyelesaian melalui arbitrase yang disediakan oleh Bursa Berjangka.
Huruf h
Mekanisme transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang perlu dijamin kelancaran pelaksanaannya oleh
Bursa Berjangka adalah mulai dari penerimaan amanat dan pelaksanaan transaksi di lantai Bursa Berjangka
sampai dengan penyelesaian keuangan dan penyerahan Komoditi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menjamin dapat
terlaksananya mekanisme tersebut secara baik antara lain perbaikan tata cara transaksi, penyelesaian
keuangan, dan penyerahan Komoditi.
Huruf i Cukup jelas.
Angka 14 Pasal 24
Lembaga Kliring Berjangka menyediakan sistem pelaksanaan
kliring atas transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka untuk menjamin penyelesaian keuangan yang berkaitan dengan
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang masih dimiliki oleh Anggota Kliring Berjangka sampai dengan jatuh tempo dan
menyelesaikan penyerahan Komoditi pada saat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak
Derivatif lainnya tertentu jatuh tempo.
Angka 15 . . .
![Page 168: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/168.jpg)
- 20 -
Angka 15 Pasal 25
Ayat (1) Lembaga Kliring Berjangka merupakan institusi yang harus ada di dalam sistem Perdagangan Berjangka,
sebagai kelengkapan Bursa Berjangka, yang melaksanakan kliring dan penjaminan atas semua
transaksi yang terjadi di Bursa Berjangka. Lembaga Kliring Berjangka menjalankan fungsi substitusi, yaitu bertindak selaku pembeli bagi penjual dan selaku penjual
bagi pembeli.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Ayat (4) Yang dimaksud dengan ”dapat diberikan kepada satu badan usaha”, memungkinkan untuk memberikan izin
usaha kepada satu atau lebih badan usaha.
Angka 16
Pasal 26 Huruf a
Lembaga Kliring Berjangka menyediakan fasilitas yang
cukup, antara lain:
1) tempat dan perlengkapannya;
2) sumber daya manusia yang profesional; dan
3) berbagai formulir yang diperlukan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c Lembaga Kliring Berjangka membuat peraturan dan tata
tertib yang berisi, antara lain, manajemen Lembaga Kliring Berjangka, komite kliring, keanggotaan,
persyaratan keuangan minimum, pengawasan posisi keuangan, dana jaminan, dan pelaksanaan penyerahan Komoditi.
Angka 17 . . .
![Page 169: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/169.jpg)
- 21 -
Angka 17 Pasal 27
Ayat (1) Huruf a
Modal awal yang diperlukan untuk pendirian
Lembaga Kliring Berjangka adalah modal yang cukup untuk membiayai, antara lain, pendirian
perusahaan, penyediaan gedung dan perlengkapannya, penyiapan perangkat peraturan penyelesaian transaksi dan tata tertib Lembaga
Kliring Berjangka serta sumber daya manusia yang cukup agar dapat terlaksana kegiatan kliring dan penjaminan secara cepat dan akurat.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e Jangka waktu penyimpanan dokumen sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Huruf f
Kegiatan dan kondisi keuangan yang perlu dipantau, antara lain:
1) kewajiban Anggota Kliring Berjangka untuk
mempertahankan jumlah minimum kekayaan bersih yang ditetapkan; dan
2) laporan posisi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya yang dimiliki apabila telah mencapai
jumlah batas wajib lapor yang telah ditetapkan.
Ayat (2) Cukup jelas.
Angka 18 . . .
![Page 170: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/170.jpg)
- 22 -
Angka 18 Pasal 28
Huruf a Lembaga Kliring Berjangka mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran isian formulir dalam dokumen yang
diserahkan oleh calon Anggota Kliring Berjangka. Lembaga Kliring Berjangka juga menguji kualifikasi yang
bersangkutan, terutama menyangkut kemampuan keuangan, kepemilikan sit di Bursa Berjangka, dan dukungan Anggota Kliring Berjangka yang lain.
Huruf b Persyaratan keuangan minimum yang ditetapkan Lembaga Kliring Berjangka tidak boleh lebih rendah
daripada jumlah yang ditetapkan oleh Bappebti.
Huruf c
Lembaga Kliring Berjangka melakukan pengawasan atau pemeriksaan sewaktu-waktu apabila ditemukan adanya indikasi atau adanya laporan pihak tertentu bahwa telah
terjadi penyimpangan terhadap ketentuan Undang-Undang ini dan/atau peraturan pelaksanaannya.
Huruf d
Yang termasuk biaya lain, antara lain, adalah dana jaminan, biaya kliring, biaya penyelesaian Kontrak
Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, biaya keterlambatan penyampaian dokumen penyerahan, dan biaya kelalaian dalam
melakukan pemberitahuan penyerahan serta pembayaran penyerahan.
Huruf e Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Angka 19 Pasal 30A
Cukup jelas.
Pasal 30B
Cukup jelas.
Angka 20 Cukup jelas.
Angka 21 . . .
![Page 171: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/171.jpg)
- 23 -
Angka 21 Pasal 35A
Ayat (1) Sebagai Anggota Bursa Berjangka, Pedagang Berjangka hanya berhak bertransaksi untuk rekeningnya sendiri
dan/atau untuk kelompok usahanya. Pedagang Berjangka terbuka bagi berbagai bentuk badan usaha
dan orang perseorangan yang berkegiatan sebagai produsen, petani perseorangan, koperasi, organisasi petani, pedagang, eksportir, dan prosesor yang ingin
berperan langsung atau tidak langsung dalam Perdagangan Berjangka.
Untuk mencegah Pedagang Berjangka melakukan
penyimpangan dan/atau melakukan manipulasi yang dapat menggangu mekanisme dan dinamisasi pasar di
Bursa Berjangka, Pedagang Berjangka wajib terdaftar pada Bappebti.
Sertifikat pendaftaran diberikan oleh Bappebti setelah
yang bersangkutan melampirkan:
1) keanggotaan Bursa Berjangka;
2) sertifikat pelatihan dalam bidang Perdagangan
Berjangka yang dikelola oleh Bursa Berjangka atau pihak lain yang diakui oleh Bappebti; dan
3) data pribadi dan/atau perusahaan yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 35B
Cukup jelas.
Angka 22 Pasal 44A
Cukup jelas.
Pasal 44B Cukup jelas.
Angka 23 Pasal 49
Cukup jelas.
Angka 24 Pasal 50
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (1a) . . .
![Page 172: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/172.jpg)
- 24 -
Ayat (1a) Cukup jelas.
Ayat (2) Dalam rangka pelindungan Nasabah, Pialang Berjangka
wajib terlebih dahulu menyampaikan Dokumen Keterangan Perusahaan kepada Nasabahnya, yang antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan
kepengurusan perusahaan tersebut. Pialang Berjangka juga wajib menjelaskan segala risiko yang mungkin
dihadapi Nasabahnya, sebagaimana tercantum dalam Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila Nasabahnya memahami dan dapat menerima risiko
tersebut, Nasabah tersebut harus menandatangani dan memberi tanggal pada dokumen tersebut, yang
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memahami risiko yang akan dihadapi dan menyetujuinya.
Ayat (3) Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “pejabat atau pegawai” adalah pejabat struktural dan fungsional, seluruh karyawan Bappebti, anggota direksi, anggota dewan
komisaris, seluruh staf dan karyawan Bursa Berjangka dan Lembaga Kliring Berjangka.
Yang dimaksud dengan “lembaga yang melayani kepentingan umum” adalah lembaga yang tidak bersifat komersial seperti sekolah, rumah sakit, dan
yayasan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi kepentingan umum serta menghindari penyalahgunaan jabatan dan benturan kepentingan.
Ayat (4) Pialang Berjangka dalam memberikan rekomendasi
kepada seorang Nasabah untuk melakukan transaksi tertentu harus berdasarkan pertimbangan yang objektif. Apabila dalam memberikan rekomendasi tersebut ada
kaitannya dengan kepentingan pribadi atau kelompoknya, Pialang Berjangka wajib terlebih dahulu memberitahukannya kepada Nasabah secara jelas.
Ayat (5) . . .
![Page 173: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/173.jpg)
- 25 -
Ayat (5) Cukup jelas.
Ayat (6) Cukup jelas.
Angka 25
Pasal 51 Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “biaya lain”, antara lain, adalah biaya untuk transaksi, kliring, dan keterlambatan dalam memenuhi kewajibannya.
Ayat (6) Cukup jelas.
Angka 26
Pasal 52 Ayat (1)
Pelaksanaan amanat transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari Nasabah harus didasarkan atas perintah
tertulis dari Nasabah yang bersangkutan atau kuasanya. Perintah tersebut berisikan sekurang-kurangnya jenis
dan jumlah kontrak yang akan dibeli atau dijual oleh Nasabah yang bersangkutan. Pialang Berjangka atau pegawainya dilarang bertindak sebagai kuasa dari
Nasabah yang bersangkutan. Dengan kata lain, Nasabah dilarang memberikan kewenangan kepada Pialang Berjangka untuk melakukan transaksi bagi Nasabah
tanpa perintah tertulis.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) . . .
![Page 174: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/174.jpg)
- 26 -
Ayat (5) Yang dimaksud dengan “hal tertentu” adalah suatu
keadaan pasar berjangka yang tidak ramai sehingga menyebabkan pasar tidak likuid.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 27
Pasal 53 Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) Dalam rangka perlindungan klien, Penasihat Berjangka wajib terlebih dahulu menyampaikan Dokumen
Keterangan Perusahaan kepada kliennya, yang antara lain memuat keterangan mengenai organisasi dan
kepengurusan perusahaan tersebut. Penasihat Berjangka juga wajib menjelaskan segala risiko yang mungkin dihadapi kliennya, sebagaimana tercantum dalam
Dokumen Pemberitahuan Adanya Risiko. Apabila kliennya mengerti dan dapat menerima risiko tersebut, klien harus menandatangani dan memberi tanggal pada
dokumen tersebut, yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah mengerti risiko yang akan dihadapi
dan menyetujuinya.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Angka 28 Pasal 57
Ayat (1)
Huruf a Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini akan menyebabkan situasi pasar dengan jumlah
pasokan Komoditi secara fisik menjadi langka dan harga Komoditi tersebut melonjak sehingga harga
yang terjadi di Bursa Berjangka juga akan meningkat di atas harga normal. Manipulasi harga di Bursa Berjangka tersebut mengakibatkan Pihak yang
memiliki posisi jual yang masih terbuka terpaksa menutup kontraknya dengan harga yang tinggi pada
saat jatuh tempo.
Huruf b . . .
![Page 175: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/175.jpg)
- 27 -
Huruf b Yang dimaksud dengan “seolah-olah terjadi perdagangan yang aktif atau yang mengakibatkan terciptanya informasi yang menyesatkan” adalah transaksi fiktif yang dapat memengaruhi perkembangan situasi di Bursa Berjangka sehingga perkembangan harga Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya tidak mencerminkan kekuatan permintaan dan penawaran pasar pada saat itu. Pihak yang terlibat dalam transaksi fiktif ini pada dasarnya tidak mempunyai posisi di Bursa Berjangka, tetapi bermaksud mengambil keuntungan dari perkembangan harga yang diharapkan. Meskipun terlihat besar, volume transaksi tidak menambah jumlah keseluruhan posisi terbuka dari Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya karena transaksi tersebut umumnya saling menghapuskan posisi yang ada. Dampak negatif yang dapat timbul dari keadaan semu atau informasi yang menyesatkan ini dapat memengaruhi Pihak lain untuk membeli, menjual, menahan Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya, dan/atau menggunakannya sebagai patokan harga.
Huruf c
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi calon Nasabah dalam memutuskan keikutsertaannya dalam Perdagangan Berjangka. Sehubungan dengan itu, ketentuan ini melarang adanya tindakan membuat dan/atau menyebarluaskan informasi yang tidak benar yang dapat menciptakan gambaran yang menyesatkan (misleading statement/information) tentang keadaan pasokan dan permintaan Komoditi yang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diperdagangkan di Bursa Berjangka. Tindakan ini dilakukan untuk memengaruhi harga di Bursa Berjangka agar bergerak ke arah yang diinginkan Pihak yang menyebarluaskan pernyataan atau informasi palsu. Sebagai contoh, penyebarluasan pernyataan atau informasi tentang terjadinya bencana alam di negara penghasil utama Komoditi yang Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya diperdagangkan di Bursa Berjangka, yang sesungguhnya informasi tersebut tidak benar.
Ayat (2) . . .
![Page 176: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/176.jpg)
- 28 -
Ayat (2) Huruf a
Transaksi yang diatur terlebih dahulu secara tidak wajar (persekongkolan) merupakan hal yang terlarang. Transaksi seperti ini dikenal dengan pre-
arranged atau accomodation trade.
Huruf b
Semua amanat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya dari Nasabah harus disalurkan untuk ditransaksikan di
Bursa Berjangka. Transaksi yang diselesaikan sendiri (dibandari) oleh Pialang Berjangka di luar
Bursa Berjangka (bucketing) dilarang.
Huruf c Angka 1
Semua amanat yang diterima oleh Anggota Bursa Berjangka yang berstatus sebagai Pialang
Berjangka wajib ditransaksikan di Bursa Berjangka. Anggota Bursa Berjangka tersebut dilarang mengambil posisi secara langsung
sebagai lawan transaksi dari amanat Nasabahnya tanpa menempuh prosedur
sebagaimana ditetapkan.
Angka 2 Cukup jelas.
Huruf d Keikutsertaan seorang Nasabah dalam transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya hendaknya dilakukan atas kesadaran dan pengertian yang
penuh dari Nasabah yang bersangkutan. Hal penting lain adalah tidak adanya unsur bujukan atau pemaksaan (high-pressure sales tactics) kepada
Nasabah dalam penyaluran amanat Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau
Kontrak Derivatif lainnya.
Angka 29 Pasal 58
Cukup jelas.
Angka 30
Pasal 63 Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2) . . .
![Page 177: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/177.jpg)
- 29 -
Ayat (2) Apabila diperlukan laporan sewaktu-waktu untuk
kelengkapan data dan informasi mengenai kegiatan para Pihak dalam transaksi Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya
dan/atau ditemukan indikasi atau laporan penyimpangan terhadap ketentuan Undang-undang ini dan/atau
peraturan pelaksanaannya, Bappebti dapat mewajibkan pemegang izin, persetujuan, dan sertifikat pendaftaran untuk menyampaikan laporan.
Angka 31 Pasal 68
Ayat (1)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di Bappebti yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik adalah Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan kementerian yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang perdagangan.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Penyidikan perlu dilaksanakan dengan cepat agar
masalah yang timbul segera dapat diatasi untuk menghilangkan keragu-raguan peserta Bursa Berjangka. Untuk keperluan tersebut, Bappebti diberikan hak
mengajukan permohonan izin secara langsung kepada lembaga yang berwenang dalam rangka mendapatkan
keterangan tentang keadaan keuangan tersangka yang disimpan di bank.
Ayat (4) Sejak dimulai penyidikan dan selama penyidikan berlangsung, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil perlu
berkonsultasi dengan Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.
Ayat (5) . . .
![Page 178: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/178.jpg)
- 30 -
Ayat (5) Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia, yang selanjutnya wajib segera menyampaikannya kepada penuntut umum. Dalam hal
ini, kata melalui pada ayat ini tidak berarti bahwa Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia dapat atau perlu melakukan penyidikan ulang karena sejak
awal sampai dengan berlangsungnya penyidikan, Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia telah memberikan bimbingan teknis penyidikan, termasuk
pemberkasan hasil penyidikan.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Angka 32 Pasal 71
Cukup jelas.
Angka 33 Pasal 73
Cukup jelas.
Angka 34
Pasal 73A Cukup jelas.
Pasal 73B
Cukup jelas.
Pasal 73C
Cukup jelas.
Pasal 73D Cukup jelas.
Pasal 73E Cukup jelas.
Pasal 73F
Cukup jelas.
Pasal 73G
Cukup jelas.
Angka 35 Pasal 76
Dihapus.
Angka 36 . . .
![Page 179: PROGRAM MAGISTER HUKUM EKONOMI SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41587/... · 2018-09-26 · perbedaan antara kedua akad tersebut adalah terjadi pada tempat](https://reader030.vdocuments.pub/reader030/viewer/2022012901/5d1f0d3f88c993364d8bf73d/html5/thumbnails/179.jpg)
- 31 -
Angka 36 Pasal 77
Konsultasi atau koordinasi dilakukan sepanjang masalah atau kegiatan tersebut berkaitan dengan bidang tugas dan fungsi Bank Indonesia dan/atau badan yang mengawasi pasar modal
dan lembaga keuangan, dan lembaga yang menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan. Untuk itu,
Bappebti berkewajiban mengambil inisiatif untuk mengadakan konsultasi dan/atau koordinasi dengan Bank Indonesia dan/atau badan yang mengawasi pasar modal dan lembaga
keuangan, dan lembaga yang menangani pelaporan dan analisis transaksi keuangan.
Angka 37
Pasal 80A Cukup jelas.
Pasal II
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5232