program ppi

35
BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi yang sedemikian pesat, pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab menjadi tuntutan yang sangat wajar seiring dengan kesadaran pasien akan hak-haknya. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu ada suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Salah satu program yang dibuat adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). A. LATAR BELAKANG Kejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit 1

Upload: nurul-hidayat

Post on 09-Jul-2016

51 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Pada era globalisasi dimana kemajuan teknologi yang

sedemikian pesat, pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab menjadi tuntutan

yang sangat wajar seiring dengan kesadaran pasien akan hak-haknya.

Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,

padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di

rumah sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis disiplin. Agar rumah

sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian kompleks, rumah sakit harus

memiliki sumber daya, manusia yang profesional baik di bidang teknis medis

maupun administrasi kesehatan. Untuk menjaga dan meningkatkan mutu, rumah

sakit harus mempunyai suatu ukuran yang menjamin peningkatan mutu di semua

tingkatan. Dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan keperawatan perlu ada

suatu program yang terencana dan berkesinambungan sebagai pedoman bagi

pelayanan keperawatan dalam mengevaluasi dan membuat rencana tindak lanjut

sehingga tercapai peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan. Salah satu

program yang dibuat adalah Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).

A. LATAR BELAKANGKejadian infeksi rumah sakit adalah infeksi yang didapat atau timbul pada

waktu pasien dirawat di rumah sakit. Bagi pasien di rumah sakit hal ini merupakan

persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak dapat

langsung kematian pasien. Beberapa kejadian infeksi rumah sakit mungkin tidak

menyebabkan kematian pasien akan tetapi dapat menjadi penyebab penting

pasien dirawat lebih lama dirumah sakit. Penyebabnya oleh kuman yang berada di

lingkungan rumah sakit atau oleh kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri,

yaitu kuman endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi

rumah sakit adalah infeksi yang secara potensial dapat dicegah.

Salah satu hal yang perlu disadari bersama bahwa kualitas pencegahan

dan pengendalian infeksi di rumah sakit yang masih sangat rendah, berdampak

pada rendahnya mutu pelayanan rumah sakit maupun bertambahnya beban yang

harus ditanggung oleh penderita. Suatu kejadian infeksi rumah sakit pada pasien

akan mengakibatkan hal-hal seperti memperberat penyakit dan sangat mungkin

menyebabkan terjadinya kematian ataupun kecacatan, perpanjangan waktu

perawatan yang juga berdampak pada perpanjangan waktu tunggu bagi pasien 1

lainnya, serta peningkatan biaya pengobatan yang ditanggung oleh pasien

maupun rumah sakit.

Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit semakin hari semakin

penting untuk dapat dilaksanakan oleh semua petugas yang ada di fasilitas

pelayanan kesehatan. Perlu disadari bahwa rendahnya kualitas dan kuantitas

pengendalian infeksi di rumah sakit memerlukan dukungan berbagai pihak

khususnya para klinisi serta komitmen pimpinan rumah sakit untuk secara terus

menerus menggerakkan semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan di

rumah sakit untuk melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi. Untuk itu,

rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dituntut untuk mampu

memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat

khususnya terhadap jaminan keselamatan pasien (patient safety).

Memperhatikan kompleksnya permasalahan tetapi di satu sisi banyaknya

manfaat yang dihasilkan apabila kita melaksanakan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dengan baik, maka kegiatan program

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit ini seharusnya dapat

dilaksanakan dalam suatu struktur organisasi yang kuat dan rapi, yang mampu

menyusun dan menjabarkan program secara komprehensif, rinci dan jelas,

sehingga dapat dilaksanakan oleh semua petugas rumah sakit secara benar dan

bertanggung jawab. Dibutuhkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan

pembinaan sebagai upaya menekan kejadian infeksi di RS Avicenna.

Sehubungan dengan besarnya masalah dan akibat infeksi rumah sakit

seperti dikemukakan di atas, maka perlu disusun suatu program Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di RS Avicenna dengan baik dan terarah sehingga rumah

sakit dapat meningkatkan mutu, cakupan dan efesiensi pelayanannya kepada

masyarakat.

B. TUJUAN2

1. Tujuan Umum Meningkatkan keselamatan pasien, petugas dan keluarga/pengunjung

melalui setiap aktivitas yang berpotensi atau berisiko penyebaran infeksi

diantara pasien oleh petugas kesehatan, fasilitas dan lingkungan rumah

sakit untuk mencapai kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi

persayaratan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi serta membantu

proses pengobatan dan penyembuhan penderita sehingga rumah sakit

dapat meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan.

2. Tujuan Khusus a. Mencegah dan mengendalikan kejadian infeksi rumah sakit (IRS/Incident

Rate HAIs) di RS Avicenna melalui kegiatan surveilans, investigasi

outbreak/KLB, audit kepatuhan PPI dan edukasi tentang PPI.

b. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman, panduan dan atau

SOP tentang PPI melaui kegiatan monitoring di semua unit pelayanan.

c. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di

unit-unit pelayanan.

d. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Komite PPI RS Avicenna.

3

BAB II KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang

harus dilakukan sehingga tercapainya program PPI. Adapun kegiatan pokok dan

rincian kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Menurunkan dan mengendalikan angka insiden infeksi rumah sakit

(IRS/incident rate HAIs) khususnya mengendalikan angka insiden infeksi

seperti infeksi daerah operasi (IDO), infeksi pneumonia akibat tirah baring

(HAP), infeksi luka infus (Pleblitis) dan infeksi saluran kemih (ISK). Kegiatan

yang dilaksanakan meliputi:

1. Survelance data Infeksi Rumah Sakit

2. Investigasi Outbreak/wabah/Kejadian Luar Biasa (KLB)

3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

4. Membuat Pengkajian Resiko Infeksi Rumah Sakit

5. Monitoring Pelaksanaan Sterilisasi di Rumah Sakit

6. Monitoring pelaksanaan manajemen Loundry dan Linen Rumah Sakit

7. Monitoring pembuangan sampah sampah infeksius, cairan tubuh, dan darah.

8. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum

9. Pelayanan makanan dan permesinan

10.Monitoring hand hygiene pada pasien, pengunjung dan staf/petugas.

11.Monitoring penggunaan alat pelindung diri.

B. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di

semua unit pelayanan dengan kegiatan:

1. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.

2. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan

kadaluarsa obat.

3. Monitoring di kamar operasi

C. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di

semua area pengunjung dengan kegiatan :

1. Monitoring pelaksanaan PPI di kantin/kafetaria rumah sakit

2. Monitoring pelaksanaan PPI di Ruang Tunggu

4

D. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit/unit

pelayanan melalui:

1. Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung penerapan

PPI di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana kebersihan tangan

(wastafel, sabun, larutan desinfektan/antiseptik, tisu, handrub), pengadaan

bedpan washer, diswasher, dll

2. Melakukan koordinasi dengan direktur terkait pengadaan sarana pendukung

penerapan PPI

E. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas komite PPI yang meliputi:

1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN

2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN

3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi

seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis)

4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI

5

BAB III CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Menurunkan dan Mengendalikan Angka Insiden IRS/Incident Rate HAIs1. Surveilans IRS

Data infeksi rumah sakit merupakan salah satu indikator klinik rumah

sakit sehingga surveilans harus dilakukan dengan benar agar mendapatkan

data yang akurat yang menggambarkan keadaan sesungguhnya. Data yang

akurat akan membantu mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi

untuk mendapatkan mutu pelayanan pasien yang optimal. Data akan

dikoleksi setiap bulan sesuai dengan yang telah ditetapkan dan telah

diinformasikan kepada unit yang terkait.

Ruang lingkup pelaksanaan surveilans IRS di RS Avicenna adalah di

semua unit pelayanan perawatan/kesehatan langsung kepada pasien

dengan mengumpulkan dan mengevaluasi data yang terkait dengan risiko

infeksi pada:

a. Saluran kencing seperti prosedur invasif dan peralatan terkait dengan

indwelling urinary catheter, sistim drainase urin.

b. Infeksi di daerah pemasangan infus vena line seperti prosedur invasif

dan peralatan terkait.

c. Lokasi operasi seperti pelayanan dan type pembalut luka dan prosedur

aseptik.

Metode surveilans yang digunakan oleh Komite PPI RS Avicenna

adalah:

a. Surveilans ISK, menggunakan metode surveilans target meliputi ruang

intensif (HCU), ruang rawatan inap.

ISK adalah infeksi yang terjadi pada saluran kemih murni (uretra dan

permukaan saluran kemih) atau melibatkan bagian yang lebih dalam dari

organ-organ pendukung saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih,

uretra dan jaringan sekitar retroperitoneal atau rongga perinefrik).

`ISK yaitu infeksi akibat pemakaian/pemasangan kateter urine

menetap setelah 48 jam pemakaian alat. Alat yang digunakan pasien

adalah alat yang dipasang di RS Avicenna.6

b. Surveilans HAP, menggunakan metode surveilans target meliputi ruang

intensif (HCU).

HAP yaitu infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim

paru yang terjadi setelah pasien dirawat lebih dari 48 jam akibat tirah

baring tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita infeksi

saluran nafas bawah.

c. Surveilans pleblitis, menggunakan metode surveilans target yang

terfokus pada pasien di ruang rawat inap.

Pleblitis yaitu infeksi disekitar bekas tusukan jarum infus, termasuk di

vena yang terjadi disekitar tusukan atau bekas tusukan jarum infus dan

timbul setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah sakit. Alat yang digunakan

pasien adalah alat yang dipasang di RS Avicenna

d. Surveilans IDO, menggunakan metode Surveilans komprehensif (wide

hospital surveillance) yaitu dilakukan di semua ruang perawatan rawat

inap serta surveilans paska rawat (post discharge surveillance) yaitu

dilakukan setelah pasien keluar dari RS yaitu di Poliklinik (Bedah dan

Kebidanan).

IDO adalah infeksi pada semua kategori luka operasi bersih dan

bersih terkontaminasi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari setelah

operasi tanpa implant dan 90 hari setelah operasi dengan implant.

Pencatatan dilakukan oleh perawat yang ditunjuk (IPCN) dibantu oleh

IPCLN yang ada di setiap unit perawatan dengan menggunakan format

harian rumah sakit yang mencakup semua variabel (satuan) yang ada

dalam formula dari seluruh jenis infeksi rumah sakit yang ada. Pencatatan 7

ISK = Jumlah kasus ISK x 1000 Jumlah lama hari pemakaian alat

IDO = Jumlah kasus IDO x 1000 Jumlah seluruh tindakan operasi

Plebitis = Jumlah kasus plebitis x 1000 Jumlah lama hari pemakaian alat

HAP = Jumlah kasus HAP x 1000 Jumlah lama hari perawatan tirah baring

dilakukan bila ditemukan kelainan sesuai jenis infeksi rumah sakit yang ada

maka petugas ruangan atau IPCLN yang pertama kali menemukan pasien

terinfeksi harus langsung mencatat dan melaporkannya kepada IPCN.

Indikasi adanya infeksi rumah sakit juga dapat dengan melakukan

telaah/kajian laboratorium untuk mengetahui apakah ada hasil kultur atau

isolasi positif pada waktu tersebut di ruang perawatan dimana dilakukan

kegiatan surveilans.

Data infeksi yang ditemukan terlebih dahulu dikonfirmasi dengan dokter

yang merawat untuk menegakkan apakah hal tersebut dapat diindikasikan

sebagai data infeksi rumah sakit.

2. Investigasi outbreak/wabah/KLBSurveilans atau investigasi outbreak/KLB dilaksanakan terhadap

temuan adanya kasus infeksi yang muncul dan pemunculan ulang

(emerging atau reemerging) serta kuman multi resisten lain yang dipantau

melalui pemantauan hasil laboratorium mikrobiologi seperti ESBL (Extended

Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug Resistant Organism), MRSA

(Meticllin Resistant Staphylococcus aureus), VRE (Vancomycin Resistant

Enterococcus).

Suatu kejadian disebut outbreak/KLB adalah meningkatnya suatu

kejadian, kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu kelompok pasien dalam kurun waktu tertentu. Kriteria yang

digunakan adalah:

a. Timbulnya penyakit/infeksi dan atau kuman yang sebelumnya tidak ada.

b. Adanya peningkatan kejadian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah

yang terjadi pada kurun waktu yang sama pada periode/tahun

sebelumnya.

3. Melaksanakan Kesehatan dan Keselamatan KerjaMonitoring kesehatan karyawan/petugas dilakukan dengan berkoordinasi

dengan Tim K3RS, yang meliputi beberapa kegiatan antara lain :

a. Pemeriksaan berkala

b. Pemberian imunisasi yang pelaksanaannya tergantung pada:

Risiko ekspos petugas

Kontak petugas dengan pasien

Karakteristik pasien Rumah Sakit8

Dana Rumah Sakit

c. Pelaporan pajanan dan insiden kecelakaan kerja (tertusuk jarum)

d. Pengobatan dan atau Konseling

4. Membuat Pengkajian Resiko Pengendalian Infeksi.Pengkajian resiko pengendalian infeksi terdiri dari tiga tahapan : identifikasi

resiko, analisa resiko dan evaluasi resiko.

a. Identifikasi resiko dilakukan oleh Komite PPI dengan melibatkan

bidang pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan, unit

penjaminan mutu dan tim patient safety. Identifikasi resiko ini

didasarkan pada issue infeksi.

b. Analisa resiko, resiko yang sudah teridentifikasi dilakukan grading

dengan memberikan skor pada probabilitas , dampak dan kesiapan

system di RS. Analisa resiko ini dilakukan oleh Komite PPI dengan

melibatkan bidang pelayanan medis, bidang pelayanan keperawatan,

unit penjaminan mutu dan tim patient safety.

c. Evaluasi resiko adalah tahapan melihat resiko mana yang paling

tinggi nilainya dengan cara mengalikan skoring risiko probabilitas

dengan dampak dengan kesiapan system yang ddilakukan oleh

Komite PPI dengan melibatkan bidang pelayanan medis, bidang

pelayanan keperawatan, unit penjaminan mutu dan tim patient

safety..

5. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.Monitoring pelaksanaan sterilisasi dilakukan minimal 1 kali tiap bulan

meliputi prosedur penerimaan alat kotor, pembersihan alat, pengeringan,

sterilisasi/dekontaminasi, pengemasan, pelabelan kadaluarsa steril alat,

penyimpanan dan pendistribusian alat. Monitoring juga dilakukan terhadap

kepatuhan petugas dalam penggunaan APD. Hasil monitoring akan

dilaporkan tiap bulan. (Blanko monitoring terlampir).

9

6. Monitoring pelaksanaan manajemen loundry dan linen rumah sakit.Monitoring manajemen linen meliputi kegiatan monitoring pada prosedur

penerimaan linen kotor, pemilahan linen infeksius dan non infeksius,

perendaman, pencucian, pengeringan, penyimpanan dan pendistribusian

linen serta alur linen kotor dan bersih. Kegiatan monitoring dilakukan

minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan. (Blanko

monitoring terlampir).

7. Monitoring pembuangan sampah infeksius, cairan tubuh, dan darahMonitoring dilakukan terhadap prosedur penanganan sampah infeksius dan

cairan tubuh mulai dari sumbernya (ruang perawatan, laboratorium)

termasuk kantong sampah yang digunakan, sampai dikelola di

incenerator/limbah. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan

dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

8. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.Monitoring penerapan kewaspadaan isolasi lainnnya termasuk penanganan

dan pengeloaan benda tajam yang dilakukan setiap hari bersamaan dengan

kunjungan ruangan, meliputi prosedur yang benar tentang pembuangan

benda tajam dan prosedur yang benar tentang penggunaan benda

tajam/jarum. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan

hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

9. Monitoring pelayanan makanan Monitoring pelayanan makanan meliputi kegiatan monitoring pada

penyediaan bahan makanan mentah, penataan/penyususunan bahan

makanan, pengolahan makanan, penyajian makanan dan pendistribusian

makanan ke ruang perawatan. Monitoring juga dilakukan terhadap

kepatuhan petugas dalam penggunaan APD, kepatuhan petugas dalam

kebersihan tangan, prosedur pencucian dan penyimpanan alat-alat makan,

pencatatan suhu dan kelembaban ruangan. Kegiatan monitoring dilakukan

minimal 1 kali tiap bulan dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

10

10.Monitoring hand hygiene pada pasien, penunggu dan petugas/stafa. Monitoring hand hygiene pada pasien dilakukan dengan memberikan

informasi kepada pasien tentang kapan harus cuci tangan dan

bagaimana cara melakukan kebersihan tangan, juga diberikan informasi

kapan harus melakukan hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan

dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan kebersihan

tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.

b. Monitoring hand hygiene pada penunggu dilakukan dengan memberikan

informasi kepada penunggu tentang kapan harus cuci tangan dan

bagaimana cara melakukan kebersihan tangan, juga diberikan informasi

kapan harus melakukan hand hygiene dengan cuci tangan dan kapan

dengan hand rubb. Ketersediaan fasilitas untuk melakukan kebersihan

tangan pada area pasien juga dimonitor ketersediaannya.

c. Monitoring hand hygiene pada petugas/ staf dilakukan dengan Audit

kepatuhan melakukan kebersihan tangan yang dilakukan setiap hari dan

analisanya dubuat setiap 3 (tiga) bulan. Audit dilakukan terhadap

petugas yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien meliputi unit

rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap.

11.Monitoring penggunaan alat pelindung diri (APD)Monitoring penggunaan APD yang dilakukan setiap hari terhadap petugas di

unit perawatan terutama di ruangan isolasi, dilakukan bersamaan dengan

kunjungan ruangan. Hasil monitoring dilaporkan tiap 1 bulan. (blangko

terlampir.

12.Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.Kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan monitoring kebersihan

lingkungan rumah sakit, lingkungan masing-masing unit pelayanan,

prosedur penatalaksanaan pengendalian lingkungan seperti mengepel

lantai, membersihkan dinding dan dekontaminasi permukaan termasuk

prosedur pembuatan/pencampuran larutan desinfektan. Kegiatan

monitoring dilaksanakan tiap hari dan hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

11

13.Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa obat.Monitoring pola pelayanan farmasi meliputi prosedur yang terkait dengan

dispensing obat, kebersihan peralatan yang digunakan, kebersihan

lingkungan sekitar, penataan obat-obatan, dan penatalaksanaan obat

kadaluarsa. Kegiatan monitoring dilakukan minimal 1 kali tiap bulan dan

hasil monitoring dilaporkan tiap bulan.

14.Monitoring kamar operasiMonitoring penggunaan di kamar operasi dilakukan dengan melakukan

kunjungan lapangan oleh IPCN dengan mengisi formulir pemantauan yang

meliputi ketersediaan/kelengkapan sarana/prasarana, kepatuhan

penggunaan APD, kepatuhan kebersihan tangan, penempatan pasien, serta

pencatatan suhu, tekanan dan kelembaban ruangan. Hasil monitoring

dilaporkan tiap bulan

15.Membuat rekomendasi untuk usulan pengadaan sarana pendukung

penerapan PPI di unit pelayanan seperti pengadaan APD, sarana

kebersihan tangan (wastafel, sabun, larutan desinfektan/antiseptik, tisu,

handrub), pengadaan bedpan washer, diswasher, dll. Rekomendasi PPI

dalam pengadaan sarana pendukung PPI akan dibuat dalam Rencana

Anggaran Biaya (RAB) yang disusun oleh Komite PPI untuk diajukan

kepada Direktur yang selanjutnya akan dimasukkan ke dalam RAB rumah

sakit.

16.Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.Perkembangan ilmu dan tekhnologi harus diimbangi dengan pelatihan bagi

IPCN yang berkesinambungan dan ter-up date sesuai dengan

perkembangan kondisi saat ini. Komite PPI membuat daftar kebutuhan

pelatihan untuk diajukan ke Direktur dan ditembuskan kepada Direktur SDM

dan Pendidikan.

17.Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.Adanya beberapa petugas IPCLN yang pindah tugas ke unit/ruangan lain

menyebabkan upaya untuk mencarikan pengganti yang tentu belum

tersentuh lebih jauh tentang pemahaman PPI. Oleh karena itu Komite PPI 12

membuat daftar kebutuhan pelatihan untuk IPCLN agar bisa diajukan ke

Direktur Utama dan ditembuskan kepada Direktur SDM dan Pendidikan.

18.Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).Program in house training PPI akan berkoordinasi dengan Bagian Diklit

yang dilaksanakan rutin dan berkesinambungan. Setiap petugas yang

sudah mengikuti kegiatan in house training akan mendapatkan sertifikat

sebagai bukti keikutsertaannya dan masa berlaku sertifikat adalah satu

tahun. Komite PPI juga melakukan in house training ke Insatalasi-Instalasi

yang bertujuan semua staf yang ada di setiap Instalasi dapat terpapar

program in house training PPI.

19.Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPIAgar lebih cepat mendapatkan up date tentang PPI, Komite PPI membuat

usulan supaya Komite PPI sebagai pelaksanaan kegiatan operasional

Program PPI bisa mengikuti seminar/simposium/work shop yang

berhubungan dengan PPI, baik Nasional maupun internasional. Usulan

ditujukan kepada Direktur Utama yang ditembuskan kepada Direktur SDM

dan Pendidikan.

13

BAB IV SASARAN

A. Sasaran program dengan melibatkan:1. Seluruh staf RS

Seluruh staf RS dilibatkan dalam penerapan PPI dalam memberikan

pelayanan kepada pasien baik secara langsung maupun tidak langsung di

unitnya masing masing.

2. Pasien dan keluargaPasien dan keluarga diberikan edukasi tentang PPI dengan harapan ikut

serta dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi. Edukasi

diberikan secara langsung (face to face) ataupun dikumpulkan dalam suatu

pertemuan dalam bentuk penyuluhan yang berkaitan dengan PPI.

3. PengunjungPengunjung pasien yang datang ke RS diberikan edukasi tentang PPI

dengan harapan ikut pula dalam upaya pencegahan dan pengendalian

infeksi di RS terutama tentang aturan yang harus dipatuhi dan dijauhi ketika

mengunjungi pasien-pasien dengan penyakit menular,

immunocompromissed, maupun tentang upaya lain yang berhubungan

dengan PPI.

B. Menurunkan Angka Insiden IRS/incident rate HAIsSasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pencegahan dan pengendalian

infeksi di RS Avicenna tahun 2015 untuk menurunkan angka insiden IRS

adalah:

1. Surveilans IRSa. Angka insiden ISK <10 kasus per-1000 hari pemakaian kateter urine

menetap (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang

intensif (HCU).

b. Angka insiden ILI < 10 kasus per-1000 hari pemakaian infus vena line

(<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang inap.

c. Angka insiden HAP <10 kasus per-1000 hari perawatan dengan tirah

baring (<10‰) dalam satu periode tertentu (1 bulan) meliputi ruang

intensif (HCU).

14

d. Angka insiden IDO < 2 kasus per- 100 tindakan operasi (<2%), meliputi

semua pasien paska operasi di RS Avicenna yang sedang dirawat dan

setelah pasien keluar dari RS yaitu di Poliklinik

2. Investigasi outbreak/KLBSasaran surveilans kuman multiresisten aalah menurunnya angka insiden

seperti ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase), MDRO (Multi Drug

Resistent Organism), MRSA (Methicyllin Resistant Staphylococcus aureus),

yaitu pada pasien yang sudah dinyatakan infeksi dan atau dicurigai infeksi

yang sedang dirawat di semua ruang perawatan, dengan pemeriksaan

kultur mikrobiologi. Sasaran pencapaiannya adalah tidak ditemukan kuman

multiresisten (0%) dalam 6 bulan.

3. Audit Kepatuhana. Sasaran audit kepatuhan melakukan kebersihan tangan adalah semua

petugas baik medis dan non medis seperti dokter, perawat, petugas

radiologi, petugas laboratorium, petugas fisioterapi, petugas kebersihan ,

dan peserta didik yang terlibat langsung dalam pelayanan pasien

meliputi di unit rawat jalan, kamar operasi dan rawat inap. Sasaran

pencapaian kepatuhan kebersihan tangan adalah >80% dalam jangka

waktu 3 bulan.

b. Sasaran audit kepatuhan penggunaan APD petugas di unit perawatan

khususnya di ruangan isolasi, intensif dan kamar operasi dilakukan

bersamaan dengan kunjungan ruangan. Sasaran pencapaiannya adalah

100% dalam 1 bulan.

c. Audit kelengkapan PPI juga dilakukan setiap hari/setiap minggu/setiap

waktu tertentu bersamaan dengan kunjungan lapangan ke unit-unit

pelayanan/perawatan untuk melihat apakah sarana dan prasarana

pendukung di semua unit tersedia, tidak lengkap atau salah/tidak

digunakan. Sasaran pencapaiannya adalah >80% dalam waktu 3 bulan.

15

4. Edukasi Sasaran yang ingin dicapai Komite PPI dalam pelaksanaan program

edukasi dibagi dalam kategori yaitu staf baru dan staf lama (medis dan non

medis), pasien, keluarga pasien/pengunjung serta petugas/pekerja non

petugas RS Avicenna yang tidak melayani pasien langsung tetapi berada di

lingkungan RS Avicenna seperti petugas parkir dan petugas

kantin/kafetaria.

a. Staf Baru :

Staf baru tidak dibedakan perawat, dokter atau staf lain diberikan

edukasi PPI saat mereka memulai bekerja atau mulai menjadi karyawan

di RS Avicenna. Kegiatan ini bekerja sama dengan Bagian SDM.

Sasaran pencapaian adalah semua staf baru yang akan bekerja di RS

Avicenna sudah teredukasi PPI (100%).

b. Staf Lama :

Dalam kaitan peningkatan pemahaman pengendalian infeksi akan

dilakukan inventarisasi staf medis dan non medis yang telah menjalani

edukasi sebelumnya, sehingga dapat diketahui siapa yang belum

menjalani kegiatan edukasi. Peningkatan pengetahuan untuk seluruh

staf dalam bentuk in house training PPI sehingga mempunyai persepsi

dan pemahaman yang sama untuk pengendalian infeksi. Staf yang telah

teredukasi sebelumnya, dalam kurun waktu 1 tahun harus meng-update

sertifikat pelatihannya. Sasaran pencapaian adalah >80% staf sudah

teredukasi PPI dalam waktu 1 tahun.

c. Pasien

Edukasi kepada pasien diberikan secara langsung dan melalui leaflet

oleh IPCLN, petugas ruangan atau IPCN saat kunjungan langsung ke

unit pelayanan perawatan tentang kebersihan tangan, pencegahan

penyebaran penyakit infeksi di rumah sakit, dan pengelolaan penyakit

infeksi di rumah sakit. Sasaran pencapaian edukasi kepada pasien

adalah lebih dari 80% pasien yang sedang dirawat dapat teredukasi PPI

dalam waktu 6 bulan.

d. Pengunjung

Edukasi dengan pengunjung/keluarga pasien dilaksanakan

berkoordinasi dengan Tim PKRS dan petugas ruang perawatan.

Kegiatan dilakukan di poliklinik/unit rawat jalan dan ruang perawatan, 16

meliputi kebersihan tangan, pencegahan penyebaran penyakit infeksi di

rumah sakit, kebersihan lingkungan, pengenalan penyakit seperti

penyakit menular, DM, penyakit Jantung, dll. Sasaran pencapaiannya

adalah >80% pengunjung dapat teredukasi dalam waktu 3 bulan.

C. Memaksimalkan Kepatuhan Dalam Penerapan Kebijakan, Pedoman Dan atau SOP Tentang PPI Di Semua Unit Pelayanan1. Area Pelayanan

a. Monitoring pengendalian lingkungan rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah seluruh lingkungan rumah sakit yaitu

semua lingkungan di unit-unit pelayanan/perawatan dan lingkungan di

sekitar rumah sakit.

b. Monitoring pelaksanaan sterilisasi rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Sterilisasi di ruang bedah

sentral yang meliputi petugas, alat-alat, mesin dan lingkungan ruang

bedah sentral.

c. Monitoring pelaksanaan manajemen linen rumah sakit.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi laundry yang meliputi petugas,

linen, alat-alat/mesin dan lingkungan.

d. Monitoring pelaksanaan pelayanan gizi.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Gizi meliputi petugas, bahan

makanan mentah, makanan jadi, alat-alat/mesin dan lingkungan.

e. Monitoring pola pelayanan farmasi khususnya tentang dispensing obat dan kadaluarsa obat.Sasaran yang dicapai adalah di Instalasi Farmasi khususnya di bagian

Depo Farmasi RS Avicenna meliputi petugas, alat-alat dan lingkungan

sekitar Farmasi.

f. Monitoring pembuangan sampah infeksius dan cairan tubuh.Sasaran yang dicapai adalah di ruang-ruang perawatan dan

laboratorium.

g. Monitoring pembuangan benda tajam dan jarum.Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, laboratorium dan

incenerator meliputi petugas, tempat sampah benda tajam/sharp box

dan lingkungan.

17

h. Monitoring kamar operasiSasaran yang ingin dicapai adalah pada petugas dan pengelolaan

pasien di kamar operasi terutama tentang pengelolaan pasien dengan

kasus penyakit menular.

2. Area Stafa. Monitoring pencatatan dan pelaporan tertusuk jarum.

Sasaran yang dicapai adalah di ruang perawatan, HD, laboratorium dan

radiologi meliputi hasil dokumentasi pencatatan dan pelaporan insiden

sehingga semua insiden dapat terlaporkan (100%).

b. Monitoring kesehatan karyawan.Sasaran yang dicapai adalah di semua unit pelayanan meliputi semua

petugas RS Avicenna terutama di unit pelayanan yang berisiko tinggi

seperti OK, laundry.

3. Area Pengunjunga. Monitoring penerapan PPI di area pengunjung

Sasaran yang ingin dicapai adalah seluruh pengunjung yang datang ke

RS.

D. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI1. Membuat usulan pelatihan lanjutan bagi tenaga IPCN.

Sasaran yang dicapai adalah petugas IPCN dapat mengikuti pelatihan

lanjutan dalam 1 tahun.

2. Membuat usulan pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN.Sasaran yang dicapai adalah >90% dari petugas IPCLN dapat mengikuti

dan memiliki sertifikasi pelatihan PPI Dasar dalam 1 tahun.

3. Membuat pelatihan berkesinambungan (in house training) tentang PPI bagi seluruh petugas rumah sakit (medis dan non medis).Sasaran yang dicapai adalah >80% petugas di RS Avicenna dapat

mengikuti kegiatan in house training dan kegiatan dapat terlaksana

minimal 1 kali dalam setahun.

4. Mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional maupun internasional.Sasaran yang dicapai adalah 30% dari semua petugas Tim PPI (2

orang) dapat mengikuti seminar/simposium/work shop dalam 1 tahun.

18

19

BAB VJADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

N

o

Kegiatan Bulan Ket

Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 Surveilans data IRS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2 Audit kepatuhan kebersihan tangan √ √ √ √

3 Audit kepatuhan penggunaan APD √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4 Audit kelengkapan prasarana/sarana

PPI

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

5 Edukasi PPI untuk staf baru √ √ Sesuai

kebutuhan/rekrutmen

6 Edukasi PPI untuk staf lama √ √ √ √ Setiap Instalasi 1 kali

setahun

7 Edukasi PPI untuk pasien √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

8 Edukasi PPI untuk pengunjung √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

9 Koordinasi kegiatan PPI dengan

seluruh staf RS

√ √ √ √

10 Monitoring pengendalian ling RS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

12 Monitoring Laundry √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

13 Monitoring Gizi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

17 Monitoring Farmasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

20

18 Monitoring sampah infeksius dan

cairan tubuh

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

20 Monitoring pembuangan benda tajam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

21 Monitoring pencatatan pelapora √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

23 Monitoring Kesehatan karyawan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

26 Monitoring kamar operasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

28 Rapat Komite PPI √ √ √ √

29 Rapat Tim PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

30 Peninjauan, perbaikan dan

pengembangan kebijakan/SOP

√ √ √ √ √

31 Usulan pelatihan lanjutan PPI √ 1 kali setahun

32 Usulan pelatihan Dasar PPI √ 1 kali setahun

33 In house training PPI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

34 Seminar/simposium/work shop √ 1 kali setahun

21

BAB VIEVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali atau 2

(dua) kali setahun yang dilakukan oleh IPCN (perawat pengendali infeksi) dibawah

koordinasi Komite PPI dan Komite PPI. Laporan evaluasi pelaksanaan kegiatan

dibuat sesuai pelaksanaan evaluasi kegiatan ditujukan kepada Komite PPI RS

Avicenna, menyangkut jadwal pelaksanaannya serta elemen kegiatan yang

sudah/belum/tidak dapat dilaksanakan agar dapat dilakukan perbaikan bila mana

perlu.

22

BAB VIIPENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

A. Pencatatan1. Setiap hari IPCN mencatat data infeksi rumah sakit di unit-unit pelayanan

(surveilans) dengan formulir harian dari Komite PPI, mendokumentasikan

hasil audit kepatuhan kebersihan tangan, kepatuhan APD, kepatuhan

penerapan SOP/kebijakan PPI dan atau monitoring penerapan PPI di

semua unit pelayanan.

2. Data yang terkumpul akan dibuatkan analisa dengan anggota Tim PPI dan

Komite PPI.

B. Pelaporan1. Setiap 1 (satu) bulan sekali data dikumpulkan dan dibuatkan laporan oleh

Tim PPI untuk didiskusikan dengan Komite PPI dan selanjutnya laporan

dikirim ke Direktur RS Avicenna ditembuskan ke semua Direksi, Bidang

Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis dan Unit Penjamin Mutu.

2. Data kepatuhan kebersihan tangan dikumpulkan selama periode 3 bulan,

dianalisa dan didiskusikan dengan Tim PPI dan Komite PPI, selanjutnya

dibuatkan laporan yang dikirim ke Direktur RS Avicenna ditembuskan ke

semua Direksi, Bidang Keperawatan, Bidang Pelayanan Medis.

3. Setiap 1 (satu) tahun semua pelaksanaan program Komite PPI dibuatkan

Laporan Tahunan yang akan dikirim kepada Direktur Utama RS Avicenna.

C. Evaluasi1. Evaluasi Proses

a. Semua kegiatan program berjalan sesuai jadwal.

b. Formulir terisi sesuai surveilans dan audit PPI.

2. Evaluasi Hasil

a. Hasil kegiatan program PPI tiap bulan akan dilakukan feed back oleh

Direksi dalam hal ini Direktur Medik dan Keperawatan untuk dilakukan

tindak lanjut oleh Komite PPI.

b. Hasil kegiatan pelaksanaan program PPI dalam satu tahun akan

dilakukan feedback oleh Direktur Utama RS Avicenna.

23

BAB VIIIPENUTUP

Program Komite PPI di RS Avicenna yang disusun untuk tahun 2015 meliputi

kegiatan rutin yang sudah berjalan untuk pengendalian infeksi dan kegiatan yang

baru diterapkan atau bersifat pengembangan untuk peningkatan mutu pelayanan

yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi.

Program Komite PPI tahun 2015 ini berisi tentang rencana kegiatan yang

akan dilaksanakan yang disusun secara rinci yang dipergunakan untuk mencapai

tujuan Komite PPI RS Avicenna. Rencana kegiatan tersebut meliputi:

1. Menurunkan angka insiden infeksi rumah sakit (IRS/incident rate HAIs) meliputi:

a. Surveilans data IRS.

b. Investigasi outbreak/kejadian luar biasa (KLB).

c. Audit yang meliputi audit kepatuhan kebersihan tangan dan audit pemakaian

alat pelindung diri (APD) di semua unit perawatan.

d. Edukasi PPI bagi masyarakat rumah sakit (petugas, pasien,

pengunjung/keluarga pasien dan petugas fasilitas pendukung seperti

kantin/kafetaria, ataupun petugas parkir.

2. Memaksimalkan penerapan kebijakan, pedoman dan atau SOP tentang PPI di

semua unit pelayanan melalui kegiatan monitoring.

3. Mengembangkan fasilitas pendukung pelaksanaan/penerapan PPI di unit-unit

pelayanan.

4. Meningkatkan kualitas/kompetensi petugas Tim PPI melalui pelatihan lanjutan

bagi tenaga IPCN, pelatihan dasar PPI bagi tenaga IPCLN, in house training

tentang PPI, mengikuti seminar/simposium/work shop tentang PPI baik nasional

maupun internasional.

24

25