program studi agroekoteknologi fakultas … · ternak ( samsudin dan djakamiharja, 1985). kebutuhan...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PENELITIANHIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2015
JUDUL PENELITIANPEMANFAATAN RHIZOBAKTERIA DARI TANAMAN SOLANACEAE UNTUK
MEMACU PERTUMBUHAN BAKTERI RHIZOBIUM SP DALAMPEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN MENGINDUKSI KETAHANAN SISTEMIK
TANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL) TERHADAP HAMA DANPENYAKIT DI LAHAN SAWAH
Oleh
Prof.Dr. Ir. Made Sudana, MS (NIDN. 0018065401)Dr. IGN. Alit Susanta Wirya, MP.MAgr (NIDN. 0015016802
Ir. Gusti Ngurah Raka, MS (NIDN. 0021085502 )
Dibiayai olehDirektorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan TinggiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan PenelitianNomor: 10/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS UDAYANA
Oktober 2015
3
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………..Latar Belakang.......................................................................................................
Tujuan Penelitian....................................................................................................Keutamaan penelitian…………………………………………………………….
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………Bakteri Rhizobium……………………………………………………………….Induksi ketahanan Sistemik………………………………………………………Bakteri Pelarut Fosfat…………………………………………………………….Bakteri Penghasil Fitohormon……………………………………………………
BAB III. METODELOGI.......................................................................................Penelitian Tahun I................................................................................................
A. Isolasi Rhizobakteria dari permukaan akar solanaceae………………...B. Seleksi Bakteri Rhizobium pembentuk bintil akar kedelai…………………C. Uji Pengaruh Rhizobakteria solanaceae terhadap pertumbuhan tanaman
Kedelai……………………………………………………………………..1. Uji kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman kedele………...2. Uji kemampuan Rhizobakteria menginduksi ketahanan sistemik
tanaman kedelai terhadap serangan Hama dan Penyakit………………D. Identifikasi Spesies Rhizobakteia secara moekular………………………..
BAB IV. HASIL PENELITIANA. Isolasi Rhizobakteria dari permukaan akar solanaceae………………...
1. Isolasi Rhizobacteria dari Tanaman Solanacearum dan Leguminose2. Pengujian Rhizobakteria sebagai Mikroba Pelarut Fosfat
B. Seleksi Bakteri Rhizobium pembentuk bintil akar kedelai……………C. Uji Pengaruh Rhizobakteria solanaceae terhadap pertumbuhan tanaman
Kedelai…………………………………………………………………….
BAB V. KESIMPULAN`DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
3345
56788
999
10
111111
11
121212121516
17
17
4
BAB I. PENDAHULUAN
Latar BelakangDi Indonesia kedelai digunakan uintuk bahan makanan dalam bentuk tahu, tempe,
tauco, kecap, dan tauge, sedangkan bungkilnya dapat digunakan untuk campuran pakan
ternak ( Samsudin dan Djakamiharja, 1985). Kebutuhan kedelai secara nasional saat ini
mencapai 2,2 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi
kebutuhan 35-40%, sehingga kekurangannya dipenuhi dari import (Hapsoh, 2008)
Naiknya harga kedelai di pasaran dunia akhir-akhir ini berdampak pada kenaikan
harga kedelai di dalam negeri. Keadaan ini membuat banyak industri-industri olahan kedelai
terutama industri-industri kecil seperti pengrajin tempe dan tahu menjadi gulung tikar, karena
ketidak mampuan membeli bahan baku (Hapsoh 2008) . Untuk dapat meningkatkan produksi
kedelai dalam negeri maka perlu dilakukan upaya-upaya seperti peningkatan luas areal
pertanaman (ekstensifikasi) dan juga penerapan teknologi budidaya kedelai yang dapat
meningkatkan produktivitasnya (intensifikasi)
Selain itu rendahnya produksi kedelai dalam negeri disebabkan oleh adanya serangan
hama dan penyakit serta tanaman kurang mendapat pemiliharan dari petani, dan biasanya
tanaman kedelai di tanam di sawah setelah padi dipanen dan tampa pengolahan tanah terlebih
dahulu, akibatnya pertumbuhan akar dan tanaman kedelai kurang baik karena tanah bekas
tanaman padi strukturnya padat, kurang oksigen, populasi mikrofloranya rendah, dan
sebagian unsur hara masih terikat dalam butiran tanah dan sulit diserap oleh akar tanaman.
Selain itu tanaman kedelai yang di tanam di lahan sawah, peka terhadap serangan penyakit,
karena tanaman kurang cukup mendapat hara untuk memproduksi metabolit sekunder yang
dapat melindungi tanamn dari serangan patogen penyakit dan serangga hama (Hidayat dan
Mulyani, 2002)
Peningkatan produtivitas tanaman sering dilakukan dengan pemberian pupuk dan
pestisida sintetis. Pupuk sintetis N P dan K serta pupuk kimia lainnnya, namun pemberian
pupuk sintetis akan menambah kerusakan struktur, kimia dan biologi tanah, menyebabkan
tanah mencadi keras dan sulit diolah, kandungan oksigen dalam tanah rendah, sehingga akar
kekurangan oksigen untuk bernafas, berkurangnya mikroflora tanah dan berkurangnya hara
yang bisa diserap oleh tanaman. Sedangkan pemakaian pestisida sintetis menyebabkan
mikroflora tanah rusak dan keseimbangan hara dalam tanah terganggu, sehingga proses
dekomposisi bahan organik dalam tanah untuk menjadi humus sangat terhambat, akibatnya
5
tanaman sangat sedikit mendapat asupan hara terutama mikroelement. Dengan kekurangan
mikro elemen, proses metabolisme dalam tubuh terganggu, sehingga tanaman sedikit
menghasilkan metabolit sekunder yang dapat membunuh hama dan penyakit tanaman
(Hoerussalam el al 2013)
Tanaman kedelai dapat mencukupi kebutuhan nitrogennya dengan mengadakan
simbiosis dengan bakteri penambat nitrogen dari udara yaitu bakteri Rhizobium, namun
namun mekanisme simbiosis antara tanaman kedelai dengan Rhizobium sering terganggu
oleh kondisi fisik, kimia dan biologi tanah (Sprent, 1976). Dalam keadaan lingkungan yang
memenuhi persyaratan tumbuh, simbiosis yang terjadi mampu memenuhi 50% atau bahkan
seluruh kebutuhan nitrogen tanaman yang bersangkutan dengan cara menambat nitrogen
bebas (Saono, 1981). Di samping itu bakteri Rhizobium tersebut mempunyai dampak yang
positip baik langsung maupun tidak langsung terhadap sifat fisik dan kimia tanah, sehingga
mampu meningkatkan kesuburan tanah (Alexander, 1977).
Dalam tanah sawah umumnya Fosfat tersedia untuk tanaman rendah, maka untuk
mencukupi ketersediaan fosfat dalam tanah maka diperlukan rhizobakteria dari solanaceae
yang mampu melarutkan fosfat yang terikat pada butiran bahan organik tanah, namun
mampujuga merangsang pertubuhan bakteri Rhizobium
Maka untuk meningkatkan pertumbuhan Rhizobium dalam tanah, perlu dicari bakteri
yang hidup dipermukaan akar tanaman (Rhizobakteria) dan mampu memacu pertumbuhan
bakteri Rhiobium, sehingga bakteri Rhizobium semakin banyak membentuk bintil bintil akar
dan tanaman semakin banyak mendapat asupan nitrogen dari udara sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi subur dan sehat. Dengan bagusnya pertumbuhan tanaman maka tanaman
akan menghasilkan eksudat pada permukaan akar tanaman, eksudat tersebut kaya akan
protein, karbohidrat dan vitamin yang di butuhkan untuk kelangsungan hidup Rhizobakteria
pada akar kedelai.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan;
1. Menghasilkan Biofertilizer berupa Bakteri penghuni permukaan akar (Rhizobakteria) yang
mampu meningkatkan populasi Rhirobium di sekitar akar, dan meningkatkan
kemampuan Rhizobium untuk untuk mempenetrtasi akar kedelai, sehingga jumlah bintil
akar pada tanaman kedelai tinggi, dan kebutuhan Nitrogen pada tanaman kedelai
mencukupi.
6
2. Menghasilkan Biofertilizer Nitrogen (pupuk hayati Nitrogen), yaitu bakteri Rhizobium
yang mampu bersimbiosis dengan tanaman kedelai, bakteri tersebut mampu menambat
Nitrogen dari udara dan menyediakan Nitrogen pada tanaman kedelai
3. Menghasilkan Biofertilizer Fosfat, ada beberapa Rhizobakteria pada akar tanaman kedelai
merupakan Bakteri pelarut Fosfat, yang mampu melarutkan fosfat yang terikat pada
butiran tanah dengan memakai enzym, sehingga fosfat tersedia bagi tanaman kedelai
4. Menghasilkan Biopestisida (Pestisita hayati), beberapa bakteri pada akar tanaman kedele
bersifat sebagai penginduksi ketahanan sistemik, dengan menghasilkan Protein PR.
Protein ini mampu menginduksi setiap sel tanaman untuk mengaktifkan metabolisme
sekunder hingga sel menghasilkan senyawa senyawa yang beracun terhadap patogen dan
hama tanaman
Keutamaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan :
1. Menambah pengetahuan ilmiah tentang perkembangan bakteri Rhizobium pada akar tanaman
kedelai selain dipengaruhi oleh sifat fisik dan kimia tanah, juga dipengaruhi oleh hubungan
antara Rhizobium dengan bakteri penghuni permukaan akar tanaman, dan beberapa diantaranya
dapat memacu pertumbuhan populasi Rhizobium dan meningkatkan kemampuan Rhizobium
menginfeksi akar tanaman
2. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang adanya mikroba selain Rhizobium yang dapat
digunakan sebagai pupuk dan pestisida hayati, dalam hal menunjang pertanian organik kedelai
3. Dari penelitian ini diharapkan akan dapat terwujudnya formulasi biopestisida dan Biofertilizer
yang dapat di komersilkan untuk perkembangan pertanian Organik
4. Kegiatan ini akan memberikan pengetahuan praktis pada petani untuk dapat memproduksi
kedelai bergizi, sehat dan aman bagi konsumen serta aman bagi kelestrarian lingkungan yang
dibudidayakan secara organik
BAB II. Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia
sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi
pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara
tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika.
Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula penyebaran dan
pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa,kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara,
dan pulau pulau lainnya (Rukmana,dan Yuniarsih. 1996)
7
Kebutuhan kedelai (Glycine max L. Merril) di Indonesia setiap tahun selalu
meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita.
Kedelai digunakan uintuk bahan makanan dalam bentuk tahu, tempe, tauco, kecap, dan tauge,
sedangkan bungkilnya dapat digunakan untuk campuran pakan ternak ( Samsudin dan
Djakamiharja, 1985). Kebutuhan kedelai secara nasional saat ini mencapai 2,2 juta ton per
tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan 35-40%, sehingga
kekurangannya dipenuhi dari import. Rata-rata produktivitas kedelai nasional masih rendah,
yakni hanya 1,1 ton/ ha. Angka produktivitas itu sebetulnya masih dapat ditingkatkan
menjadi 2,0 – 2,5 ton/ha, untuk itu perlu dilakukan penelitian yang mendalam agar dapat
meningkatkan produksi kedelai di Indonesia (Adisarwanto, dan Wudianto. 1999). Salah
satunya adalah dengan memperbaiki pertumbuhan bakteri Rhizobium, agar bakteri ini dapat
berkembang dengan baik di dekat akar tanaman dan mempunyai kamampuan tinggi untuk
melakukan penetrasi kedalam akar tanaman, di dalam jaringan akar bakteri akan membentuk
bintil akar sebagai tempat tinggal bakteri Rhizobium, dan dalam bintil akar itulah bakteri
mampu memfiksasi Nitrogen dari Udara untuk tanaman, dan bakteri hidup dalam bintil akar
akan mendapat makanan dari tanaman baik berupa protein, karbohidrat dan vitamin(
Surtiningsih, et al,2009)
Perbaikan kondisi lingkungan Rhizobium, yaitu dilakukan perbaikan secara biologis
dengan cara meningkatkan populasi bakteri yang bermanfaat di sekitar bakteri Rhizobium,
bakteri tersebut menguntungkan bagi Rhizobium, baik dalam memacu peningkatan populasi
Rhizobium dan kemampuannya menginfeksi akar tanaman kedelai, tetapi juga bakteri
tersebut mampu meningkatkan kesuburan tanaman baik sebagai pengyedia nutrisi maupun
hormon tumbuh tanaman serta mikroba tersebut mampu menginduksi ketahanan sistemik
tanaman sehingga tanaman tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Bakteri
yang menguntungkan bagi bakteri Rhizobium akan memproduksi protein dan karbohidrat
yang berguna bagi Rhizobium, dan meranggsang pertumbuhan rambut akar tempat masuknia
Rhizobium ke dalam jaringan akar.
Bakteri Rhizobium
Rhizobium adalah bakteri gram negatif yang merupakan bakteri penghuni tanah,
bersifat aerob, bentuk batang, koloninya berwarna putih berbentuk sirkular, merupakan
penambat nitrogen yang hidup di dalam tanah dan berasosiasi simbiotik dengan sel akar
tanaman leguminoceae. Bakteri ini masuk melalui bulu-bulu akar tanaman berbuah polongan
dan menyebabkan jaringan akar agar tumbuh berlebih-lebihan hingga menjadi kutil-kutil.
Bakteri ini hidup dalam kutil pada akar tanaman dan memperoleh makanannya dari sel-sel
8
akar tanaman. Biasanya beberapa spesies Actinomycetes kedapatan bersama-sama
dengan Rhizobium sp. dalam satu sel, untuk itu perlu diteliti fungsi keberadaan Actinomycetes
terhadap pertumbuhan Rhizobium dalam bintil akar (Surtiningsih,et al. 2009)
Rhizobium masuk ke dalam akar kedelai salah satunya melalui rambut akar atau
secara langsung ke titik munculnya akar lateral. Rhizobium menginfeksi akar leguminoceae
melalui ujung-ujung bulu akar yang tidak berselulose, karena bakteri Rhizobium tidak dapat
menghidrolisis selulose. Pada mulanya tanaman menghasilkan senyawa seperti flavonoids,
sebagai akibat sekresi lipochitooligosaccharides (LCOs) oleh bakteri Rhizobium. Tahap
berikutnya, LCOs membentuk nodul pada akar tanaman inang dan memicu proses infeksi
sehingga sel berkembang abnormal sehingga membentul Nodul tempat hidup Rhizobium
dalam hal bersimbiosa dengan tanaman dimana Rhizobium menambat nitrogen dari udara
untuk tanaman dan Rhizobium mendapat makanan dar i sel tanaman disekitarnya
Induksi Ketahanan Sistemik oleh Rhizobakteria
Rhizobakteria dapat melakukan Indusi ketahanan sistemik atau Systemic acquired
resistance (SAR) pada tanaman, yang mengakibatkan tanaman tahan terhadap serangan
pathogen. Dalam hal ini, bakteri yang berada disekitar akar dapat memacu sel akar untuk
menghasilkan senyawa yang mampu menghambat pertumbuhan pathogen, selanjutnya sel
mengirimkan signyal ke sel lainnya agar menghasilkan senyawa toksik sehingga seluruh sel
tanaman dikatakan tahan terhadap penyakit (Kuc, J. 1983, Hanuddin dan B. Marwoto. 2003).
Ciri khas terjadinya peristiwa Systemic acquired resistance (SAR) pada tanaman, yaitu
terjadinya akumulasi senyawa asam salisilat, asam jasmonik. ethylene serta pathogenesis
related-protein (PR-protein) dalam tanaman yang sangat berperan dalam peningkatan
ketahanan tanaman terhadap hama atau penyakit (Ryals et al, 1996; Zhang, et al. 2002)..
Ketahanan sistemik yang diinduksi oleh infeksi mikroorganisme baik yang patogenik
maupun non patogenik telah banyak dipelajari pada tanaman Cucurbitae. Tanaman mentimun
atau tanaman lain dari suku Cucurbitae dapat memperoleh ketahanan sistemik setelah
sebelumnya diinfeksi dengan jamur Colletotrichum lagenarium terhadap patogen yang sama
(Kloepper, dan Tuzun, S. 2004). Selain itu infeksi daun pertama dengan Tobacco Necrosis Virus
(TNV) atau Cladosporium cucumerinum Ell. Et Arth. akan dapat melindungi tanaman dari
serangan C. lagenarium. Perendaman benih semangka ke dalam suspensi inokulum
Pseudomonas sp dapat mengurangi kerusakan tanaman karena penyakit antraknose.
Demikian pula perlakuan benih mentimun ke dalam suspensi Pseudomonas mycophaga
selama 24 jam dapat mengurangi antraknose sebesar 52-63 % (Caruso dan Kuc, 1979).
Infeksi C. lagenarium atau TNV pada mentimun dapat pula menimbulkan ketahanan tanaman
9
terhadap serangan layu oleh Fusarium oxysporum f.sp. cucumerinum Snyder et Hansen
(Gessler & Kuc, 1982).
Bakteri Pelarut Fosfat
Alternatif untuk meningkatkan efisiensi pemupukan Fosfat (P) dan untuk mengatasi
rendahnya fosfat tersedia atau kejenuhan fosfat dalam tanah dapat dilakukan dengan
memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut fosfat sebagai pupuk hayati.
Mikroorganisme pelarut fosfat adalah mikroorganisme yang dapat melarutkan fosfat sukar
larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat
diserap oleh tanaman. Ketersediaan P didalam tanah sangat rendah, karena P terjerap oleh
mineral tanah dan senyawa organik serta terfiksasi Al,Fe,Mn,Ca dan dalam proses pelapukan
bagan organic yang rendah. Bakteri Pelarut Fospat merupakan salah satu pupuk hayati yang
dapat berperansebagai amelioran,penyedia unsur hara dan tidak terjadi pencemaran
lingkungan. Berbagai spesies mikroba pelarut fosfat, antara lain Pseudomonas, Microccus,
Azotobacter, Bacillus, Flavobacterium, Penicillium, Sclerotium, Fusarium, dan Aspergillus,
berpotensi tinggi dalam melarutkan fosfat terikat menjadi fosfat tersedia dalam tanah, karena
mikroba tersebut menghasilkan enzim fosfatase dan enzim fitase. Enzim fosfatase dapat
memutuskan fosfat yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia bagi
tanaman (Marista et al 2013)
Bakteri Penghasil Fitohormon
Bakteri akar tanaman dapat menghasilkan fitohormon, misalnya, Azotobacter sp dan
Azospirillum sp. Sebagai penghasil fitohormon, bakteri ini sangat berguna bagi tumbuhan
karena dengan adanya fitohormon tersebut maka tanaman akan tumbuh dengan cepat.
Fitohormon adalah hormon tumbuhan yang berupa senyawa organik yang dibuat pada suatu
tempat dibagian tanaman dan kemudian diangkut ke bagian lain, yang dengan konsentrasi
rendah menghasilkan suatu dampak fisiologis pada sel tanaman yang signifikan. Peran suatu
hormon adalah merangsang pertumbuhan, pembelahan sel, pemanjangan sel, dan ada yang
menghambat pertumbuhan (Doke 1982; Istamar Syamsuri, 2007). Fitohormon yang
dihasilkan bakteri ini adalah auksin, sitokinin, giberelin dan etilen. Hormon-hormon ini
berperan penting dalam pertumbuhan tanaman dan masing-masing memiliki fungsi yang
berbeda-beda pada suatu fase pertumbuhan suatu tanaman. Jika bakteri tersebut
menghasilkan hormon tumbuh di sekitar akar, maka akan merang pembentukan bulu akar di
permukaan akar sehingga bakteri Rhizobium mudah mempenetrasi untuk masuk ke sel akar
tanaman.
10
BAB III. METODA PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu penyakit Tumbuhan, rumah kaca
Fakultas pertanian unud dan di lapangan di desa Peguyangan kangin, Denpasar, Penelitian
lapangan dilakukan untuk mengamati kemampuan mikroba dalam merangsang bakteri
Rhizobium membentuk bintil akar pada tanaman dan tahan terhadap serangan hama atau
penyakit di lahan sawah , tahap-tahap penelitian meliputi;
Penelitian Tahun I
A. Isolasi Rhizobacteria Perangsang Bakteri Rhizobium dalam membentuk bintil akar
kedele dan sebagai Pelarut Fosfat
Isolasi Rhizobakteria diambil dari permukaan akar (Rhizosfer) tanaman solanaceae,
dan sebagai Pelarut Fosfat
Akar tanaman Solanaceae di gali hingga mendapatkan jaringan akar serabut, kemudian
akar dicuci dengan air bersih hingga bebas dari tanahnya. Selanjutnya dikeringkan dengan
kertas tissu dalam petri steril, setelah kering, akar dimasukan dalam tabung berisi air steril
dan mengandung 10 % MgCl2, sambil di kocok kocok guna melepaskan lapisan eksudat
tanaman yang ada dipermukaan akar, selanjutnya air yang berisi eksudat dan akar diambil
untuk mendapatkan mikroba.
Isolasi dari kulit akar tanaman dilakukan dengan cara ; Akar dicuci kembali dengan
air steril, selanjutnya dikeringakan dengan tissu steril. Kulit akar di kupas, dipotong kecil
kecil. Potongan potongan akar ini diinokulasi secara terpisah antara kulit akar pada petri
berisi media NA untuk mendapatkan biakan bakteri, biakan diinkubasi pada suhu kamar
selama 2 – 4 hari. Setelah masa inkubasi berakhir, mikroba yang tumbuh di isolasi
berdasarkan perbedaan bentuk, warna, bentuk tepi, dan bentuk permukaan koloni dan
disimpan dalam media miring pada tabung reaksi.
Selanjutnya untuk menguji bakteri tersebut sebagai pelarut fosfat, maka bakteri
tersebut ditumbuhkan kembali pada media Pikovskaya + PCNB. Rhizobakteria yang tumbuh
dengan membentuk zona bening mengelilingi koloni adalah Rhizobakteria pelarut Fosfat
yang di cari pemurnian dilakukan mengikuti metoda Fein dan Coffly (1983). mikroba yang
sudah murni di simpan pada agar miring dalam tabung reaksi dan di simpan pada ruang
dingin –4 0 C untuk Penelitian lebih lanjut
11
B. Seleksi Bakteri Rhizobium pembentuk Bintil Akar pada Tanaman Kedele
Untuk mendapatkan bakteri Rhizobium, dilakukan isolasi bakteri dalam bintil akar
tanaman kedele. Untuk itu sampel tanaman kedele diperoleh dari seluruh lahan tanaman
kedele sekabupaten di Bali. Tanaman kedele yang telah berumur sekitar 2 – 3 bulan di cabut
sehingga seluruh akar yang mengandung bintil akar di peroleh. Di laboratorium akar di cuci
bersih agar tanah yang melekat hilang sehingga tampak jelas bintil bintil akar. Selanjutnya
akar di keringkan dalam kertas tissu steril, kemudian bintil bintil akar dilepas dari akar dan
dimasukan dalam tabung reaksi berisi alkohol 75%, selama 5 menit, guna mensterilkan
permukaan bintil akar dari mikroba, kemudian bintil akar kembali dikeringkan pada kertas
tissu. Selanjutnya bintil bintil akar di belah memakai pisau skapel steril, dan diinokulasikan
kedalam petri berisi media khusus untuk Rhizobium yaitu medium YEMA (Yeast Extract
Mannitol Agar) (Vincent, 1970) yang terdiri dari:
K2HPO4 0,5 g, MgSO47H2O 0,2 g, NaCl 0,1 g, CaCO3 g, Mannitol 10 g, Yeast extract 3 g,
PCNB 2 g, Agar 20 g, aquades 1.000 ml, dengan pH 6,8.
Biakan diinkubasi selama 2 – 4 hari pada suhu kamar dan dalam ruangan gelap, bakteri yang
tumbuh diisolasi dan dibiakan kembali dalam media YEMA tanpa PCNB. Untuk
mendapatkan bakteri Rhizobium pembentuk bintil akar pada tanaman kedele dilakukan uji
Postulat Koch,
Uji Postulat Koch bakteri Rhizobium
Pengujian ini dilakukan dengan cara, menyiapkan biakan bakteri Rhizobium dalam
media YEMA cair pada erlenmeyer, biakan diinkubasi dalam shaker selama 3 hari hingga
biakan berwarna keruh hingga konsentrasi bakteri mencapai 106 cfu/ml. Bersaam dengan itu
disiapkan bak plastik ukuran tinggi 15 cm dan luas 250 cm2 berisi tanah dicampur pasir 2 : 1
dan steril, tanah dilembabkan denagn air steril hingga mencapai kapasitas lapang dan
ditauangkan biakan bakteri Rhizobium sebanyak 10 ml/ 5 cm2, dituangkan dalam tanah dan
diaduk rata, kemudian tanah dalam bok diratakan dan ditanami dengan biji kedele dengan
jarak tanam 5 cm. Tanaman di pelihara hingga berumur 15 atau 20 hari, setelah itu tanaman
dicabut dan diamati apakah ada bintil akarnya, bakteri Rhizobium yang membentuk bintil
akar adalah bakteri yang akan digunakan sebagai inokulum untuk penelitian selanjutnya.
12
C. Uji Pengaruh Rhizobakteria dari tanaman Solanaceae Pada tanaman kedelai
Mikroba Rhizobakteria hasil isolasi dari tanaman leguminosae diuji kemampuannya
dalam memacu pembentukan senyawa penginduksi ketahanan sistemik pada tanaman kedele,
dan pertumbuhan tanaman kedele serta hasil tanaman kedele di rumah kaca dilakukan
dengan cara;
a. Disiapkan Sumber inokulum Rhizobakteria dari tanaman leguninosae
Ke tiga belas isolate Rhizobakteria dari tanaman leguninosae, masing masing di biakan
pada media Potato pepton glukosa (PPG) cair dan diinkubasi selama 2 hari hingga media
tampak keruh dan penuh ditumbuhi bakteri, selanjutnya larutan bakteri tersebut diencerkan
sebanyak tiga kali hingga mendapatkan konsentrasi bakteri 106 cfu/ml,
b. Disiapkan Sumber inokulum bakteri Rhizobium
Bakteri Rhizobium isolate Btl 8, dibiakan pada media YEM (Yeast Extract Mannitol) cair
yang terdiri atas K2HPO4 0,5 g, MgSO47H2O 0,2 g, NaCl 0,1 g, CaCO3 g, Mannitol 10 g,
Yeast extract 3 g, PCNB 2 g, aquades 1.000 ml. dan di inkubasi selama 2 hari.
selanjutnya larutan bakteri tersebut diencerkan sebanyak tiga kali hingga mendapatkan
konsentrasi bakteri Rhizobium 106 cfu/ml
c. Perlakuan benih
Disiapkan media humus yang bahan bakunya berasal dari limbah pembuatan biogas
kotoran sapi. Media humus dikemas dalam kantong plastik masing-masing sebanyak 150
g dan disterilisasi memakai autoclave. Setelah media humus dingin, media diinokulasikan
masing masing dengan 1 ml biakan Rhizobakteria dari tanaman leguninosae, perlakuan ini
di ulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 39 kantong inokulum dan satu kantong
sebagai control. Kemudian media yang sudah berisi Rhizobakteria diinokulasi kembali
dengan 1 ml biakan bakteri Rhizobium Btl 8. Selanjutnya media humus yang sudah
diinokulasikan dengan Rhizobakteria dari tanaman leguninosae dan bakteri Rhizobium Btl
8 diinkubasi selama 30 hari, sambil setiap hari biakan di kocok. Benih kedelai sebelum
ditanam terlebih dahulu diimbibisi pada media humus selama 24 jam sebanyak 50 biji
kedele dalam 1 kantong humus mengandung Rhizobakteria.
d. Penanaman benih
Setelah benih kedele mendapatkan perlakuan Imbibisi Rhizobakteria dari tanaman
leguninosae, benih kedele ditanam pada 2 kg media tanah campuran, tanah : pupuk
kandang sapi (2 : 1) di dalam pot, dan humus bekas media imbibisi dicampurkan secara
merata ke media tanam. Setiap pot di Tanami 4 benih kedele nantinya akan di perjarang
13
menjadi 2 tanaman. yang masing masing sudah mendapatkan perlakuan benih dengan
Rhizobakteria pelarut fosfat sesuai dengan perlakuan yang di uji. Perlakuan yang di uji
adalah 14 perlakuan yang terdiri dari 13 isolat Rhizobakteria dari tanaman leguninosae,
dan satu control tampa perlakuan bakteri, yaitu dengan perlakuan air saja. Rancangan yang
di gunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAK).
Tanaman dipelihara hingga berbuah hingga bijinya siap panen tetapi tanaman belum
kering dan dipanen.
Pada saat tanaman berumur 2 minggu, tanaman diinokulasi dengan virus penyebab penyakit
mosaic, inokulasi dilakukan secara mekanis dengan memakai air perasan tanaman kedele
sakit terserang penyakit Mosaic. Tanaman sebagai sumber inokulum di ambil dilapangan
karena pada saat ini tanamn kedele petani banyak yang tersrang penyakit Mosaic. Metode
inokulasi virus adalah;
Inokulasi virus dilakukan sat tanaman berumur 30 hari setelah tanam. Inokulum yang
digunakan diperoleh dari tanaman kedelai yang ada di areal sawah Subak Angantaka, Desa
Angantaka Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, yang menunjukkan gejala serangan
CMV. Tanaman kedelai yang akan diinokulasi, daunnya yang masih muda dan sudah
membuka sempurna (daun kedua dan ketiga dari ujung tunas) ditaburi dengan celite secara
merata. Inokulasi dilakukan secara mekanik dengan menggunakan cotton bud. Konsentrasi
inokulum yang digunakan adalah 1 mg/10 ml phosphate buffer pH 7. Inokulasi dilakukan
antara pukul 17.00 sampai 18.00. Sehari setelah inokulasi, permukaan daun tanaman disiram
dengan air untuk membersihkan celite
Selama pemeliharaan dilakukan pengamatan:
1. Tinggi tanaman,
2. Jumlah daun,
3. jumlah khlorofil
4. Gejala penyakit yang muncul pada tanaman, di uji dengan metode Elisa
5. jumlah Polong, jumlah biji dan Berat biji, pertanaman
6. Kemudian diamati juga kandungan senyawa Fenol, asam salisilat dan senyawa
Peroksidase
Rhizobakteri yang mampu menghasilkan bintil akar dengan jumlah dan berat terbesar,
serta mampu memberikan pertumbuhan tanaman kedele terbaik dan mampu melindungi
tanaman dari serangan penyakit virus mosaic adalah Rhizobakteri pelarut fosfat terbaik
14
D. Identifikasi Spesies Rhizobakteria Pemacu Rhizobium membentuk Bintil akar
terbaik
Identifikasi Spesies mikroba Bakteri sebagai penyebab Pemacu Rhizobium
membentuk Bintil akar terbaik dan Spesies Rhizobium pembentuk bintil akar di lakukan
dengan mengikuti metoda Bergeys manual, dengan mengamati sifat sifat kimiawi mikroba.
Juga dilakukan dengan menggunakan KIT Mikrobac dilakukan di Lab. Ilmu Penyakit
Tumbuhan FP Unud. Kemudian identifikasi di lalakukan secara molekuler menggukan PCR
(Polymerase Chain Reaction) dengan menggunakan primer spesifik Prokaryot dilakukan di
lab. Biologi Molekuler LIPI, Bogor, dengan memanfaatkan program BLAST-N (Basic Local
Alignment Search Tool-Nucleotide) dan merunut ke Gen Bank NCBI
15
IV. HASIL PENELITIAN
A. Isolasi Rhizobacteri
1. Isolasi Rhizobacteria dari Tanaman Solanacearum dan Leguminosae
Bakteri ini diisolasi dari berbagai daerah di Bali, yang bertujuan untuk mendapat
rhizobakateria terbaik, mampu melarutkan fosfat dalam tanah dan mampu merangsang
pertumbuhan bintil akar pada tanaman kedele. Diharapkan nantinya Rhizobakteria ini mampu
menyediakan Unsur Nitrogen dan Fosfat bagi tanaman, isolate bakteri ada pada table 1
Tabel 1. Rhizobacteria dari Tanaman Solanacearum dan Leguminosae
No Kode IsolatRhizobakteria
Jenis Solanaceae/Leguminosae
Bahas Latin Tanaman Asal Tanamandaerah/Kabupaten
1 Rhi 1 Kacang Kara Mucuna pruriens Sading, Badung2 Rhi 2 Gereng-gereng Crotalaria juncea Darmasaba, Badung3 Rhi 3 Subya Stylosanthes
guianensis.Gerih, Badung
4 Rhi 4 Kemerakan Caesalpiniapulcherrima
Perang, Badung
5 Rhi 5 Turi Besar Sesbania grandiflora Perang, Badung6 Rhi 6 Turi kecil Sesbania rostrata Perang, Badung7 Rhi 7 Kacang panjang Vigna sinensis Darmasaba, Badung8 Rhi 8 Gamal Gliricidia sepium Gerih Badung9 Rhi 9 Lamtoro Leucaena glauca Perang, Badung
10 Rhi 10 Dapdap Erythrina variegate. Sading, Badung11 Rhi 11 Kecipir Psophocarpus
tetragonolobusSading, Badung
12 Rhi 12 Kacang tanah Arachis hypogaea Sading, Badung13 Rhi 13 Putri Malu Mimosa pudica Celuk Gianyar14 Rhi 14 Lamtoro-1 Leucaena glauca Kediri, Tabana15 Rhi 15 Lamtoro 2 Leucaena glauca Penitih, Denpasar16 Rhi16 Gereng gereng Crotalaria juncea Tembau,Denpasar17 Rhi17 Mirif Kecipir (Saga) Abrus precatorius Pegok, Denpasar18 Rhi 18 Kembang Telang Clitoria ternatea Ubung, Denpasar19 Rhi 19 Gamal Gliricidia sepium Sanur, Denpasar20 Rhi 20 Kacang Sangketan Arachis pintoi Kerta, Gianyar21 Rhi 21 Kacang Tanah akar Arachis hypogaea Antosari, Tabanan22 Rhi 22 Undis akar, kerta Cajanus cajan Kerta, Gianyar23 Rhi 23 Terung Kokak Solanum torvum Pedungan, Denpasar24 Rhi 24 Undis akar, Cajanus cajan Sukasada Buleleng25 Rhi 25 Terung Kokak, Solanum torvum Kediri, Tabanan26 Rhi 25 Undis akar, grogak Cajanus cajan Grokgak Singaraja27 Rhi 26 Terung Ranti 1 Solanum nigrum Kerta, Gianyar28 Rhi 27 Terung rantil 2 Solanum nigrum Marga, Tabanan29 Rhi 28 Kacang tanah D Arachis hypogaea Mendoyo Negara30 Rhi 29 Kacang Panjang L Vigna sinensis Celuk, Gianyar
16
31 Rhi 30 Undis akar c Cajanus cajan Kalibugbug,Singaraja
32 Rhi 32 Kacang Tanah A Arachis hypogaea Beraban, Tabanan33 Rhi 33 Cabe 5 Capsicum annum Canggu, Badung34 Rhi 34 Terong ranti4 Solanum nigrum Pegok, Denpasar35 Rhi 35 Undis 4 Cajanus cajan Mayong, Singaraja36 Rhi 36 Undis 3 Cajanus cajan Kubu, Singaraja37 Rhi 37 Kaliandra Calliandra
calothrysusJagaraga, Singaraja
38 Rhi 38 Undis F Cajanus cajan Bondalem,Singaraja39 Rhi 39 Kacang Panjang akar Vigna sinensis Mendoyo, Negara40 Rhi 40 Kacang Tanah akar Arachis hypogaea Celuk, Gianyar41 Rhi 41 Cabe 2 Capsicum annum Batu Bulan, Gianyar42 Rhi 42 Buncis akar P Phaseolus vulgaris Payangan, Gianyar43 Rhi 43 K. Panjang akar P Vigna sinensis Pemogan, Denpasar44 Rhi 44 Buncis akar H Phaseolus vulgaris Padang Sambian45 Rhi 45 Buncis akar B Phaseolus vulgaris Krambitan,Tabanan46 Rhi 46 Kokak 2 Solanum torvum Sesetan, Denpasar47 Rhi 47 Cabe 1 Capsicum annum Penebel, Tabanan48 Rhi 48 Undis 2 Cajanus cajan Gitgit, Singaraja49 Rhi 49 Kacang panjang Vigna sinensis Pupuan, Tabanan50 Rhi 50 Kacang sangketan Arachis pintoi Kerta, Gianyar51 Rhi 51 Undis 5 Cajanus cajan Jagaraga, Singaraja52 Rhi 52 Terung ranti Solanum nigrum Tuak Ilang Tabanan53 Rhi 53 Undis 1 Cajanus cajan Beratan Sukasada54 Rhi 54 Terung ranti Solanum nigrum Desa Tunjuk Marga55 Rhi 55 Kacang . Panjang X Vigna sinensis Sempidi, Tabanan56 Rhi 56 Akasia Acacia auriculiformis Antosari, Tabanan57 Rhi 57 Petai Parkia speciosa Desa Baha, Badung58 Rhi 58 Kacang Panjang M Vigna sinensis Badjra, Tabanan
2. Pengujian Rhizobakteria sebagai Mikroba Pelarut Fosfat
Isolat Rhizobakteria yang telah terkoleksi dari berbagai jenis tanaman solanaceae
dibiakan pada media petri berisi media Pikovskaya + PCNB untuk mendapatkan biakan
bakteri yang mampu melepaskan ikatan fosfat dari dalam tanah sehingga tersedia bagi
tanaman biakan diinkubasi pada suhu kamar selama 2 – 4 hari. Setelah masa inkubasi
berakhir, mikroba yang tumbuh dan membentuk zona bening yag melingkar disekeliling
koloni adalah Rhizobakteria pelarut Fosfat, dari hasil pengujian diperoleh bahwa dari 58
isolat Rhizobakteria ternyata hanya 16 isolat Rhizobakteria sebagai pelarut Fosfat, hal ini
dapat dilihat pada table 2. Sedangkan indeks efisiensi pelarutan fosfat (IEP), oleh
Rhizobakteria dapat di ukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hefdiyah dan Maya
Shovitri, 2014);
17
Diameter zona bening (B-A)IEP = ------------------------------------- X 100
Dimeter koloni (A)IEP = Indeks efisiensi pelarutan
Tabel 2. Rhizobakteria yang membentuk Zona bening mengelilingi koloni yangdibiakan pada media Pikovskaya + PCNB (Rhizobakteria pelarut fosfat)
No JenisRhizobakteripelarut fosfat
Diameter Total(B) mm
DiameterKoloni (A)mm
DiameterZonaBening (B-A) mm
IndeksEfisiensiPelarutFosfat
1 Rhi 53 30,34 5,25 24,75 4712 Rhi 26 23,75 11,50 12,25 1073 Rhi 52 29,25 27,50 1,75 6,364 Rhi 55 37,25 6,50 30,75 4735 Rhi 46 20,50 12,00 8,50 70,836 Rhi 38 66,25 60,00 6,25 10,427 Rhi 7 61,25 6,50 54,75 8428 Rhi 36 61,25 6,25 55,00 8809 Rhi 35 52,50 6,00 46,50 775
10 Rhi 51 39,50 6,75 32,75 48511 Rhi 5 11,00 4,50 6,50 14412 Rhi 58 11,00 8,00 3,00 37,5013 Rhi 9 12,75 10,00 2,75 27,5014 Rhi 6 14,25 11,00 3,25 29,5515 Rhi 8 13,50 9,25 4,25 45,9516 Rhi 48 14,50 5,75 8,75 152
Pada table 2, dapat dilihat bahwa Rhizobakteria terbaik adalah isolate Rhi 36 dan Rhi
35 (Rhizobakteri akar tanaman undis) diikuti oleh Rhi 51 dan Rhi 53 yang juga berasal dari
tanaman Undis. Dari penelitian ini ternyata Rhizobakteria yang diambil dari akar tanaman
undis sangat potensial berfungsi melarutkan fosfat dalam tanah dan di harapkan nantinya
mampu meningkatkan produtivitas tanaman kedele
18
Gambar 1 Rhizobakteria di peroleh dari berbagai tanaman Lebuminosae dan Solanaceae
Gambar 2. Rhizobakteria yang merangsang pertumbuhan akar di gunakan untukpenelitian
B. Koleksi bintil akar dari tanaman kedele asal berbagai daerah penamana kedele,
Penelitian ini dilakukan guna memperoleh Isolat bakteri Rhizobium yang dapat
bersimbiose dengan tanaman kedelai dalam hal penyediaan Nitrogen, untuk itu dilakukan
koleksi bintil akar pada tanamn kedele dari berbagai daerah yang merupakan lokasi tanaman
kedele, selanjutnya akar di bersihkan dan di ambil bintil akar yang telah dilakukan strilisasi
permukaan bintil, selanjutnya bintil akar di belah dan diinokulasikan pada media YEMA
19
(Yeast Extract Mannitol Agar), bakteri yang tumbuh kemudian di murnikan dan di simpan
dalam media agar miring dalam tabung reaksi untuk penelitian lebih lanjut.
Untuk mengetahui apakah bakteri yang diperoleh tersebut dapat membentuk bintil
akar serta kemampuannya membentuk bintil akar pada tanaman kedele, maka benih kedele di
rendam dalam larutan bakteri rhizobium selama 10 menit kemudian di tanam pada media
tanah dalam polybag, kemudian diamati setelah tanaman berumur 3 minggu jumlah dan berat
bintil akar yang terbentuk pada akar tanamn kedele. Isolat yang membentuk bintil akar
terbaik akan digunakan pada penelitian lebih lanjut. Koleksi tanaman kedele dapat dilihat
pada table 3, dan hasil uji kemampuan rhizobium membentuk bintil akar dapat dilihat pada
table 4
Tabel 3. Koleksi Rhizobium sp (dalam bintil akar) dari tanaman kedele asal berbagaidaerah penanaman kedele,
No Kode IsolatRhzobium
Jenis Solanaceae/Leguminosae
Asal Tanaman Kedele daerah/Kabupaten
1 Btl 1 Kedele Kediri, Tabanan2 Btl 2 Kedele Canggu, Badung3 Btl 3 Kedele Beraban, Tabanan4 Btl 4 Kedele Penatih, Denpasar5 Btl 5 Kedele Kerobokan, Badung6 Btl 6 Kedele Celuk, Gianyar7 Btl 7 Kedele Uluwatu, Jimbaran8 Btl 8 Kedele Pedungan, Denpasar9 Btl 9 Kedele Pekutatan, Negara
10 Btl 10 Kedele Yeh embang, Negara11 Btl 11 Kedele Antosari, Tabanan
Uji Postulat Koch, bakteri yang di duga Rhizobium dalam hal membentuk bintil akarpada tanaman kedele
Pada table 4, dapat dilihat bahwa semua isolate Rhizobium mampu membentuk bintil
akar pada tanaman kedele, namun isolate Btl 8 mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam
pembentukan bintil akar di bandingkan isolate lainnya, isolate Btl 8, juga mampu
meningkatkan pertumbuhan tanaman kedede di bandingkan dengan isolate lainnya.
Selanjutnya isolate ini akan digunakan dalam penelitian berikutnya, dan diharapkan nantinya
ada isolate Rhizobakteria yang mampu merangsang Rhizobium isolate Btl 8 agar mampu
berasosiasi dengan akar tanaman kedele dalam hal menyediakan unsure Nitrogen bagi
tanaman kedele
20
Tabel 4. Pertumbuhan tanaman kedelai dan kemampuan Rhizobium membentuk bintilakar (umur tiga minggu)
Jenisrhizobium
akar batang daun bintil akarBeratbasah
(g)
Beratkering
(g)
Beratbasah
(g)
Beratkering
(g)
Beratbasah
(g)
Beratkering
(g)
Jumlah(bh)
Beratbasah
(g)
Beratkering
(g)Btl 1 0,79 0,11 2,80 0,45 3,44 0,54 26 0,22 0,05
Btl 2 0,77 0,10 2,36 0,34 3,35 0,45 24 0,18 0,04
Btl 3 0,66 0,11 2,73 0,42 3,44 0,53 22 0,18 0,04
Btl 4 1,09 0,12 2,87 0,45 3,68 0,55 32 0,21 0,04
Btl 5 0,48 0,08 2,68 0,39 2,82 0,43 26 0,11 0,02
Btl 6 1,19 0,14 3,30 0,51 4,45 0,64 31 0,21 0,05
Btl 7 0,96 0,11 2,76 0,43 3,61 0,51 26 0,17 0,04
Btl 8 1,50 0,17 2,58 0,40 4,34 0,64 26 0,24 0,05
Btl 9 1,19 0,12 2,68 0,38 4,46 0,61 27 0,27 0,06
Btl 10 1,10 0,15 2,67 0,38 4,34 0,61 34 0,20 0,05
Btl 11 1,30 0,12 2,69 0,38 4,08 0,57 36 0,19 0,04
Gambar 3. Perlakuan BTL 8 (Rhizobium 8), mempunyai kemampuan besimbiosedengan tanaman lebih baik adri perlakuan lainnya
21
C. Uji Pengaruh Rhizobakteria dari tanaman Solanaceae terhadap pertumbuhan
tanaman kedelai
Penelitian ini merupakan penelitian rumah kaca yang sedang berjalan sampai saat ini
yang penanamannya di lakukan pada tanggal 30 Juni 2015 adapun perlakuannya adalah 13
isolat Rhizobakteria pelarut fosfat sebagai hasil isolasi dari berbagai tanaman solanaceae, dan
pemberiannya di campur dengan Isolat bakteri Rhizobium Btl 8. Cara kerjanya adalah, isolate
Rhizobakteria pelarut fosfat, diinkubasi bersama isolate Rhizobium Btl8 dalam media tanah
Humus selama 30 hari, setelah itu benih tanaman kedele dimasukan dalam campuran humus
tersebut dan diinkubasi selama 1 hari. Setelah masa inkubasi berakhir, benih di tanam dalam
pot plastic berisi media tanah. Pengamatan pertumbuhan vegetative tanaman di lakukan
setiap minggu, sedangkan pembentukan bintil akar dilakukan pada saat akan panen. Hasil
pengamatan pengaruh pemberian Rhizobacteria terhadap pertumbuhan tanaman kedele dapat
dilihat pada table 5.
Tabel. 5. Pertumbuhan tanaman kedele setelah di berikan Rhizobakteria pelarut Fosfat danBakteri Rhizobium
No Perlakuan Rhizobakteriadari tanaman
Tinggi (cm) Jml. DaunTrifoliate (bh)
KandungankhlorofilSPAD
1 Rhi 53 (Undis 1) 40.13bc 5.25c 26.12ab2 Rhi 36 (Undis Ant) 45.32cd 4.83bc 26.93ab3 Rhi 11 (Kecipir 11) 44.25c 4.66bc 28.05ab4 Rhi 51 (Undis 5) 39.88ab 6.00cd 27.20ab5 Rhi 6 (Turi Kecil ) 38.42ab 5.16c 25.48a6 Rhi 3 (Kara Benguk ) 42.50bc 6.08cd 32.12bc7 Rhi 26 (Terung Ranti ) 39.20ab 6.50d 29.55bc8 Rhi 48 (Undis 2) 45.83cd 4.50b 34.17c9 Rhi 7 (K.Panjang y) 43.30bc 4.83bc 30.42bc
10 Rhi 9 (Lamtoro ) 32.38a 4.91bc 29.93bc11 Rhi 10 (Dadap ) 43.32bc 4.83bc 29.45b12 Rhi 55 (K. Panjang x) 44.73cd 4.75bc 33.20bc13 Rhi 46 (Kokak 2) 45.90d 3.66a 27.32ab14 Air (Kontrol) 43.62bc 4.08ab 26.50ab
Pada table 5, tampak bahwa Rhizobakteri isolate Rhi 46 berasal dari tanaman Terung
Kokak, mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman tertinggi di bandingkan dengan
perlakuan lainnya kemudian diikuti oleh Rhi 36 (undis) dan isolate Rhi 48 yang juga berasal
dari tanaman undis, dan terendah pada perlakuan Rhi 9 (dari lamtoro). Sedangkan jumlah
daun yang dihasilkan paling tinggi pada perlakuan Rhi 26 (dari terung ranti) namun jumlah
daun terendah di hasilkan oleh perlakuan Rhi 46 ( dari terung kokak). Jumlah klorofil pada
22
daun tanaman kedele tertinggi dihasilkan oleh perlakuan Rh 48 (dari Undis) dan jumlah
kolrofil terendah pada perlakuan Rhi 6 (turi kecil). Kemudian pengaruh pemberian
Rhizobakteria terhadap berat kering tanaman, berat kering akar dan jumlah bintil akar dapat
dilihat pada table 6.
Pada table 6, walaupun peralakuan Rhi 46, menghasilkan tanaman tertinggi namun
berat kering tanaman pada perlakuan itu ternyata cukup rendah, ini menandakan kandungan
Air pada tanaman dengan perlakuan Rhi 46 (terung kokak) cukup tinggi, dibandingkan
dengan pemberian perlakuan Rhi 9 (dari lamtoro) tanaman nya tidak begitu tinggi namun
berat kering tanaman paling berat.
Tabel 6. Pengaruh Rhizobakteria pelarut fosfat dan bakteri Rhizobium terhadap berat keringtanaman, berat kering akar dan jumlah bintil akar tanaman kedele
No Perlakuan Rhizobakteria daritanaman
Berat keringTanaman (gr)
Berat keringakar(gr)
Jumlah bintil akar
1 Rhi 53 (Undis 1) 3.48cd 1.98cd 47.08d2 Rhi 36 (Undis Ant) 3.68cd 2.04d 52.5e3 Rhi 11 (Kecipir 11) 3.12c 1.92c 42.91c4 Rhi 51 (Undis 5) 2.66a 1.63a 50.00de5 Rhi 6 (Turi Kecil ) 3.03bc 1.77b 37.08b6 Rhi 3 (Kara Benguk 3.04bc 1.85bc 39.16bc7 Rhi 26 (Terung Ranti ) 3.14c 1.96cd 52.08e8 Rhi 48 (Undis 2) 2.98abc 2.03d 44.16c9 Rhi 7 (K.Panjang y) 2.97abc 1.86bc 45.83cd
10 Rhi 9 (Lantoro ) 4.03d 2.34e 46.25d11 Rhi 10 (Dadap ) 3.19c 1.53a 35.83b12 Rhi 55 (K. Panjanx 3.48cd 1.59a 41.66c13 Rhi 46 (Kokak 2) 2.84ab 1.81b 49.00de14 Air (Kontrol) 2.23a 1.64ab 25.83a
Pada table 6, tampak perlakuan Rhi 9 (dari lamtoro) dan Rhi 53 dari undis mampu
merangsang akar tanaman kedele dan diikuti oleh perlakuan Rhi 53, serta Rhi 26.
Namun pengaruh Rhizobakteria terhadap pertumbuhan bakteri membentuk bintil akar
pada tanaman kedele tampak bahwa perlakuan Rhi 26 (dari terung Ranti) dan Rhi 46 ( dari
terung kokak) memacu pertumbuhan bintil akar terbanyak pada akar tanaman kedele, dan
pembentukan bintil akar terendah dihasilkan oleh perlakuan Kontrol, yaitu tampa aplikasi
rhizobakteria. Jika diamati dari penelitian pengaruh Rhizobakteria pelarut fosfat terhadap
pertumbuhan begetatif tanaman kedele adalah perlakuan Rhi 9 ( Rhizobakteria dari tanaman
lamtoro). Pengaruh aplikasi Rhizobakteria terhadap produksi tanaman kedele dapat dilihat
pada Tabel 7.
23
Pengaruh aplikasi Rhizobakteria terhadap produksi tanaman kedele, pada table 7 tam
pak jelas bahwa perlakuan Kontrol ( tanaman tidak diberikan Rhizobakteria ) menghasilkan
produksi panen terendah di bandingkan dengan tanaman yang mendapatkan aplikasi
Rhizobakteria pelarut Fosfat
Tabel 7. Produksi tanaman kedele setelah di berikan Rhizobakteria pelarut Fosfat danBakteri Rhizobium
No Perlakuan Rhizobakteriadari tanaman
Jumlah polong Jumlah Biji Berat Biji(gr)
1 Rhi 53 (Undis 1) 26.665cd 54.83cd 10.42de2 Rhi 36 (Undis Ant) 22.50ab 51.16bc 10.16cd3 Rhi 11 (Kecipir 11) 24.50cd 52.50cd 10.86de4 Rhi 51 (Undis 5) 23.83b 46.33ab 9.98cd5 Rhi 6 (Turi Kecil ) 28.00d 59.16d 10.81de6 Rhi 3 (Kara Benguk 22.33ab 48.66bc 10.10cd7 Rhi 26 (Terung Ranti ) 25.50cd 56.50cd 11.42e8 Rhi 48 (Undis 2) 21.16a 44.50ab 9.83abc9 Rhi 7 (K.Panjang 24.16bcd 47.83abc 9.79abc
10 Rhi 9 (Lantoro ) 27.16cd 47.00ab 8.74a11 Rhi 10 (Dadap ) 24.50cd 51.33bc 10.66de12 Rhi 55 (K. Panjang) 24.33bcd 44.83ab 9.46a13 Rhi 46 (Kokak 2) 23.66b 50.00bc 10.02cd14 Air (Kontrol) 23.33ab 40.16a 9.69abc
Pada table 7 tampak perlakuan Rhi 6 (dari turi kecil) menghasilkan jumlah polong
terbanyak, jumlah biji terbanyak dan berat biji terbesar di bandingkan dengan perlakuan
lainya, jadi di sini tampak jelas bahwa rhizobakteri pelarut fosfat yang berasaal dari tanaman
turi kecil perpotensi untuk digunakan sebagai pupuk biologi untuk tanaman kedele. Namun
juga tampak bahwa Rhi 26 (terung ranti) dan Rhi 46 (terung kokak), walaupun menghasilkan
jumlah polong yang lebih rendah, namun mampu juga menghasilkan berat biji yang lebih
besar.
Pada table 8, tampak pengaruh Rhizobakteria pelarut fosfat sudah bekerja, hal ini
dapat dilihat pada perlakuan Rhi 53 dan Rhi 36 yang semuanya rizobakteri berasal dari
tanaman undis berasil melarutkan fosfat yang terikat dalam tanah dan di serap oleh tanaman,
maka kandungan P dalam tanah pada kedua perlakuan itu lebih rendah dari perlakuan
lainnya. Rhizo bacteria dari tanaman lamtoro Rhi 9 dan dari tanaman kacang panjang Rhi 7,
posfatnya lebih sedikit yang bisa diserap tanaman karena kandungan fosfat dalam tanah pada
perlakuan ini masih tinggi.
24
Tabel 8. Produksi tanaman kedele setelah di berikan Rhizobakteria pelarut Fosfat danBakteri Rhizobium
No Perlakuan Rhizobakteriadari tanaman
pH KandunganN Tanah
%
KandunganP2O5 tanah
ppm
KandunganK tanah
ppm1 Rhi 53 (Undis 1) 6.6 0.30 66.2 655.82 Rhi 36 (Undis Ant) 6.6 0.30 58.9 560.63 Rhi 11 (Kecipir 11) 6.4 0.37 76.2 657.34 Rhi 51 (Undis 5) 6.4 0.34 70.7 679.85 Rhi 6 (Turi Kecil ) 6.4 0.38 71.4 705.56 Rhi 3 (Kara Benguk 6.4 0.33 70.7 619.17 Rhi 26 (Terung Ranti ) 6.4 0.36 71.0 712.68 Rhi 48 (Undis 2) 6.4 0.34 78.6 685.79 Rhi 7 (K.Panjang 6.5 0.33 88.5 664.4
10 Rhi 9 (Lantoro ) 6.4 0.32 96.1 685.011 Rhi 10 (Dadap ) 6.6 0.30 70.7 606.812 Rhi 55 (K. Panjang) 6.4 0.33 82.7 668.813 Rhi 46 (Kokak 2) 6.3 0.38 82.9 717.214 Air (Kontrol) 6.7 0.30 85.0 657.015 Tanah sebelum tanam 5,8 0.39 107.8 790.2
Dengan pemberian Rhizobakteria diharapkan tanaman dapat menghasilkan senyawa
senyawa fenol yang dapat menghambat perkembangan pathogen dan sertangga hama pada
tanaman kedele. Jumlah senyawa fenol, asam salisilat dan senyawa peroksidase yang
mengakibat tanaman tahan terhadap pathogen dapat dilihat pada table 9. Pada table 9, tampak
perlakuan Rhi 6 ( dari tanaman turi kecil) dan Rhi 48 ( dari tanamn undis) menghasilkan
senyawa peroksidase tertinggi ini menandakan tanaman itu akan tahan terhadap serangan
pathogen, kemudian diikuti oleh perlakuan Rhi 9 (dari tanaman lamtoro) dan Rhi 11 (dari
tanaman kecipir). Pada penelitian ini tampak bahwa perlakuan Rhi 7 (K.Panjang), tidak
menghasilkan peroksidase, tetapi menghasilkan asam salisilat dan senyawa fenol yang tinggi.
Pada table 9, tampak perlakuan Rhi 6 ( dari tanaman turi kecil) dan Rhi 48 ( dari
tanamn undis) menghasilkan senyawa peroksidase tertinggi ini menandakan tanaman itu akan
tahan terhadap serangan pathogen, kemudian diikuti oleh perlakuan Rhi 9 (dari tanaman
lamtoro) dan Rhi 11 (dari tanaman kecipir). Namun pada penelitian ini juga tampak bahwa
kontrol juga menghasilkan senyawa peroksidase, senyawa fenol dan asam salisilat yang
cukup tinggi. Mungkin disebabkan karena akar tanaman tidak terganggu oleh bakteri, di
bandingkan dengan Rhi 53 (Undis 1), Rhi 36 (Undis Ant) dan Rhi 7 (K.Panjang).
25
Tabel 9. Kadungan senyawa Fenol, asam Salisilat, Peroksidase serta tanaman terserang VirusCMV dan Potyvirus pada tanaman kedele setelah diaplikasi dengan Rhizobakteriapelarut Fosfat.
No Perlakuan Rhizobakteriadari tanaman
Fenol(ppm)
AsamSalisilat(ppm)
Peroksidaseµm/g/jam
Uji Elisa Tanamanterinfeksi virus
Virus CMV Potyvirus
1 Rhi 53 (Undis 1) 9 24 0.22 - -2 Rhi 36 (Undis Ant) 14 27 0.29 + +3 Rhi 11 (Kecipir 11) 28 26 0.56 + +4 Rhi 51 (Undis 5) 14 13 0.41 - +5 Rhi 6 (Turi Kecil ) 17 24 0.89 - -6 Rhi 3 (Kara Benguk 26 29 0.61 - -7 Rhi 26 (Terung Ranti ) 19 21 0.44 + -8 Rhi 48 (Undis 2) 26 36 0.92 + +9 Rhi 7 (K.Panjang 21 17 0.0 + -10 Rhi 9 (Lantoro ) 28 39 0.77 + +11 Rhi 10 (Dadap 11 13 0.0 - +12 Rhi 55 (K. Panjanx 29 28 0.02 + -13 Rhi 46 (Kokak 2) 18 16 0.11 + -14 Air (Kontrol) 17 35 0.43 + +
Jika di amati pengaruh senyawa senyawa yang terbentuk pada saat reaksi penginduksi
ketahanan sistemit, ternyata senyawa fenol, asam salisilat dan peroksidase, tidak
mempengaruhi tanaman taham terhadap virus, hal ini dapat dilihat pada table 9, bahwa
perlakuan Rhi 9 (dari lamtoro) dan Rhi 48 (dari Undis) memproduksi ketiga senyawa
tersebut dalam jumlah yang cukup tinggi, namun tanaman terserang virus CMV dan
Potyvirus, Sedangkan pada perlakuan Rhi 6 (dari tanamn turi) menghasilkan peroksidase
tinggi demikian juga fenol dan asam salisilat, tahana terhadap kedua virus tersebut, jadi dari
pengamatan ini bisa dikatakan ada suatu senyawa lain yang dibentuk oleh tanaman yang
terinduksi oleh Rhizobakteria, dan senyawa tersebut perlu diteliti lebih lanjut.
27
Virus Potyvirus Virus CMV
Gambar. 5. Tanaman sakit karena Virus Mosaic
Gambar 6. Kondisi tanaman menjelang panen
Pengaruh perlakuan Rizobakteria pelarut fosfat terhadap pertumbuhan tanaman baik
vegetative yang meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah Klorofil, berat kering tanaman
dan akar serta berat kering bintil akar maupun pertumbuhan generative tanaman berupa
jumlah polong, jumlah biji dan berat biji, dapat dilihat pada table 9. Tampak bahwa
Isolate Rhi 6 (dari Turi), memacu pertumbuhan generative dan Rhi 9 (dari lamtoro) memacu
pertumbuhan Vegetatif tanaman kedele
28
Tabel 9. Pengaruh pemberian Rhizobakteria terhadap pertumbuhan tanaman kedele (rata rata/ per tanaman)
No Perlakuan Tinggi(cm)
JumlahDaun
KandungankhlorofilSPAD
Jumlahpolong
JumlahBiji
BeratBiji(gr)
Beratkering
Tanaman(gr)
Jumlahbintilakar
Beratkeringakar(gr)
1 Rhi 53 (Undis 1) 40.13bc 5.25c 26.12ab 26.665cd 54.83cd 10.42de 3.48cd 47.08d 1.98cd
2 Rhi 36 (Undis Ant) 45.32cd 4.83bc 26.93ab 22.50ab 51.16bc 10.16cd 3.68cd 52.5e 2.04d
3 Rhi 11 (Kecipir 11) 44.25c 4.66bc 28.05ab 24.50cd 52.50cd 10.86de 3.12c 42.91c 1.92c
4 Rhi 51 (Undis 5) 39.88ab 6.00cd 27.20ab 23.83b 46.33ab 9.98cd 2.66a 50.00de 1.63a
5 Rhi 6 (Turi Kecil ) 38.42ab 5.16c 25.48a 28.00d 59.16d 10.81de 3.03bc 37.08b 1.77b
6 Rhi 3 (Kara Benguk 42.50bc 6.08cd 32.12bc 22.33ab 48.66bc 10.10cd 3.04bc 39.16bc 1.85bc
7 Rhi 26 (Terung Ranti ) 39.20ab 6.50d 29.55bc 25.50cd 56.50cd 11.42e 3.14c 52.08e 1.96cd
8 Rhi 48 (Undis 2) 45.83cd 4.50b 34.17c 21.16a 44.50ab 9.83abc 2.98abc 44.16c 2.03d
9 Rhi 7 (K.Panjang 43.30bc 4.83bc 30.42bc 24.16bcd 47.83abc 9.79abc 2.97abc 45.83cd 1.86bc
10 Rhi 9 (Lantoro ) 32.38a 4.91bc 29.93bc 27.16cd 47.00ab 8.74a 4.03d 46.25d 2.34e
11 Rhi 10 (Dadap 43.32bc 4.83bc 29.45b 24.50cd 51.33bc 10.66de 3.19c 35.83b 1.53a
12 Rhi 55 (K. Panjanx 44.73cd 4.75bc 33.20bc 24.33bcd 44.83ab 9.46a 3.48cd 41.66c 1.59a
13 Rhi 46 (Kokak 2) 45.90d 3.66a 27.32ab 23.66b 50.00bc 10.02cd 2.84ab 49.00de 1.81b
14 Air (Kontrol) 43.62bc 4.08ab 26.50ab 23.33ab 40.16a 9.69abc 2.23a 25.83a 1.64ab
29
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini di peroleh beberapa kesimpulan yang cukup ber manfaat
untuk mengembangkan kedele di lahan sawah yaitu;
1. Rhizobakteria yang diperoleh berbagai akar tanaman Solanaceae dan tanaman
Leguminosae di jumpai 16 isolate bakteri yang bersifat pelarut fosfat pelarut fosfat
dalam tanah.
2. Rhizobakteria yang di isolasi dari akar tanaman Undis mempunya kemampuan yang tinggi
sebagai pelarut fosfat di bandingkan dengan isolate lainnya
3. Bakteri yang mampu membentuk bintil akar dan hidup bersimbiosis dengan tanaman
kedele adalah isolate Rhizobium Btl 8, isolate ini berasal dari akar tanaman kedele yang
tumbuh di daerah Pedungan denpasar.
4. Untuk memacu pertumbuhan vegetative isolate terbaik adalah Rhizobakteria Rhi 6 (dari
turi kecil), Untuk memacu pertumbuhan Generatif terbaik adalah isolate Rhizobakteria
Rhi 9 ( dari lamtoro)
5. Rhizobakteri pelarut fosfat yang berpotensi sebagai penginduksi ketahanan sistemik
tanaman kedele terhadap pathogen virus CMV dan Potyvirus adalah Rhi 6 dari tanaman
turi kecil, Rhi 53 dari tanamn undis dan Rhi 6 dari tanaman kara benguk. Diduga ketiga
isolate tersebut menginduksi tanaman dengan membentuk senyawa kimia yang bukan
senyawa fenol, asam salisilat dan peroksidase
30
DAFTAR PUSTAKA
Alexander, M. 1977. Introduction to Soil Microbiology. John Willey and Son.New York.Adisarwanto, T. dan R. Wudianto. 1999. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan
Sawah-Kering-Pasang Surut. Penebar Swadaya. Bogor. 86 halEtha Marista, S. Khotimah, R. Linda. 2013 Bakteri Pelarut Fosfat Hasil Isolasi dari Tiga Jenis
Tanah Rizosfer Tanaman Pisang Nipah (Musa paradisiaca var. nipah di KotaSingkawang. Protobiont, 2013. Vol 2 (2): 93 – 101
Doke, N., K. Tomiyama and N. Furuichi. 1982. Elicitation and supression of hypersensitiveresponse in host-parasite specificity. pp 79-96 Dalam Yasuji Asada, W.R.Bushnell, Seiji Ouchi, and C.P. Vance (Eds.) Plant infection, The Physiologicaland biochemical basis. Japan Scientific Societies Press, Tokyo
Hanuddin, W. Nuryani, E. Silfia, I. Jadnika dan B. Marwoto 2010. Formulasi biopestisidaberbahan aktif Bacillus subtilis dan Pseudomonas flourescens danCorynebacterium sp nonpatogenik untuk mengendalikan penyakit karat padakrisan. J. Hort. 20(3). 247-261. 2010
Hanuddin dan B. Marwoto. 2003. Pengendalian penyakit layu bakteri dan akar gada padatomat dan Caisim menggunakan Pseudomonas florescens. J. Hort. 13 (2); 58-66.2003.
Hapsoh, 2008. Pidato pengukuhan Guru Besar, Universitas Sumatra Utara, 14 Juni 2008Hidayat A, Mulyani A. 2002. Lahan Kering untuk Pertanian. Di dalam:
Adimihardja A, Mappaona, Saleh A (Penyunting). TeknologiPengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif dan RamahLingkungan. Bogor: Puslitbangtanak. hlm 1-34.
Hoerussalam, Aziz Purwantoro, dan Andi Khaeruni 2013. Ketahanan tanaman jagung (zeamays l.) terhadap penyakit bulai melalui seed treatment serta pewarisannya padagenerasi S1. Ilmu Pertanian Vol. 16 No.2, 2013 : 42 – 59
Gaur, A.C. 1981. Phosphomicroorganism and Varians Transformation in CompostTechnology. FAO Project Field Document 13 : 106-111.
Good, RN, Z. Kiraly and KR Wood. 1986. The biochemistry and physiology of plant disease.University of Mssouri, Press. Columbus
Kuc, J. 1983. Induced systemic resistance in plant caused by fungi and bacteria, pp: 192-221dalam B.J. Deveral (Eds.), The dynamics host devence. Acad. Press, Sydney, NewYork, London
Kloepper, J.W., Wei, L., Tuzun, S. 2004. Induced systemic resistance to cucumber diseasesand increased plant growth by plant growth promoting rhizobacteria under fieldconditions. Phytopathology. 86: 221-224.
Purwaningsih, 2003. Pengaruh mikroba tanah terhadap pertumbuhan dan hasil panen kedelai(Glycine max L). Berita Biologi 5; 373-378
Rachman. S, (2002), Penerapan Pertanian Organik, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.Rao, N.S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi Kedua. Jakarta:
UI-Press.Rukmana, S. K. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya Pasca Panen. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta. 92 halSusanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. YogyakartaSurtiningsih, T; Farida dan T. Nurhayati. 2009. Biofertilisasi Rhizobium pada tanaman
kedelai (Glycine max (L). MERR). Berk.Penel. Hayati. 15 (1-5. 2009.
31
Taufik. M, A, Rahman, A. Wahab, dan SH.Hidayat . 2010. Mekanisme ketahanan terinduksioleh plant growth promoting rhizobakteria (PGPR) pada tanaman cabai terinfeksicucumber mosaic virus (CMV). J. Hort. 20(3). 274-283
Tomiyama, K. 1982. Hypersensitive cell death. Its significance and physiology, pp. 329-344dalam Yasuji Asada, W.R. Bushnell, Seiji Ouchi, and C.P. Vance (Eds.) Plantinfection, the pysiological and biochemical basis. Japan Scientific Societies Press,Tokyo
Waluyo, L., 2008, Teknik Metode Dasar Mikrobiologi, Universitas Muhamadiyah MalangPress, Malang. Widawati, S. dan Suliasih, 2006, Populasi Bakteri
Zhang, S., Reddy M.S., Klopper J.W. 2002. Development of assay for assessing inducedsystemic resistance by plant growth-promoting rhizobacteria against blue mold oftobacco. Biol Control. 23: 79-86.
34
LOGBOOK PENELITIAN TAHAP I
HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN 2015
PEMANFAATAN RHIZOBAKTERIA DARI TANAMAN SOLANACEAE UNTUKMEMACU PERTUMBUHAN BAKTERI RHIZOBIUM SP DALAM
PEMBENTUKAN BINTIL AKAR DAN MENGINDUKSI KETAHANAN SISTEMIKTANAMAN KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRIL) TERHADAP HAMA DAN
PENYAKIT DI LAHAN SAWAH
Peneliti UtamaProf.Dr.Ir. Made Sudana, MS
Anggota Peneliti1. Dr. Gst. Ngr. Alit Susanta Wirya, SP. MAgr
2. Ir. I Gusti Ngurah Raka, MS.
Dibiayai olehDirektorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Direktorat Jendral Pendidikan TinggiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan PenelitianNomor: 10/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANAJuni 2015
35
Judul Penelitian:Pemanfaatan rhizobakteria dari tanaman solanaceae untuk memacu pertumbuhan bakteri rhizobium spdalam pembentukan bintil akar dan menginduksi ketahanan sistemik tanaman kedelai (glycine max l. merril)terhadap hama dan penyakit di lahan sawah
Kegiatan Penelitian yang telah di Lakukan hingga bulan Juni 2015 adalah;
No. Tanggal Uraian/Kegiatan Hasil kegiatan Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 17 Maret2015
Persiapan penelitian, menyiapan peralatan laboratorium dipelukanserta membersihkan mensterilisasi peralatan dan ruanganlaboratorium,
Peralatan ruangan laboroatoriumtelah bersih dan siap di gunakan,
19 Maret2015
Membeli bahan bahan dan peralatan untuk pengambilan sampel dilapangan
Peralatan untuk pengambilansampel telah siap
2 23 April2015
Membeli bahan kimia untuk membuat media PDA, NA, YME danmedia Pikovskaya + PCNB dan bahan kimia untuk reagenpenelitian
Senyawa kimia untuk membuatmedia biakan dan untuk reagenpenelitian tersedia
3 26 April2015
Membuat media PDA, NA, YME dan media Pikovskaya + PCNBDan mempersiapkan media miring untuk penyimpanan biakanmikroba
Memperoleh media biakan steriluntuk memperbanyak miroba
4 11-15 Mei2015
Pencarian akar tanaman solanaceae dan leguminosae serta koleksibintil akar tanaman kedele di seluruh bali selama 4 hari,
Akar tanaman solanacaeterkoleksi dan bintil akar kedeletersedia untuk bahan penelitian
5 18 – 19 Mei Membersihkan sampel di laboratorium dan pengeringan udara untuk Sampel tanaman telah bersih dan
36
2015 sampel siap untuk digunakan penelitian
6 20 Mei – 3Juni 2015
Isolasi Rhizobacteria dari tanah disekitar perakaran tanamanSolanaceae
Diperoleh biakan mikroba darimasing masing tanamanSolanaceae
7 5 -11 Juni2015
Koleksi Rhizobakteria hasil isolasi pada media NA untuk penelitian lebihlanjut
Memperoleh mikrobaRhizobacteria segar yang dapatdigunakan dalam penelitian
8 12 -17 Juni2015
Seleksi Bakteri Rhizobium pembentuk Bintil Akar pada Tanaman Kedele Diperoleh biakan yang mamaputumbuh di media YME yangdiduga Rhizobium
9 18-25 Juni2015
Uji Postulat Koch kemampuan Rhizobium hasil isolasi untuk membentukbintil akar pada tanaman kedele
Diperoleh bakteri Rhizobium yangmampu membentuk bintil akarpada tanaman sehingga mampumenyediakan unsur N bagitanaman
10 30 Juni 2015 Uji Pengaruh Rhizobakteria dalam hal memacu pertumbuhan tanamankedele, dengan cara penanaman benih kedele yang sudah mendapatperlakuan Rhizobakteria
Penelitian sedang jalan