program studi ilmu perpustakaan fakultas adab...
TRANSCRIPT
PERILAKU PENCARIAN INFORMASI
Studi kasus Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
SITI MAEMUNAH INDRIATI
NIM: 1112025100019
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1439 H/ 2018 M
iii
ABSTRAK
Siti Maemunah Indriati (1112025100019) Perilaku Pencarian Informasi: Studi
Kasus Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi. Dibawah bimbingan Dr. Ida
Farida MLIS. Progam Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2018
Skripsi ini membahas tentang perilaku pencarian informasi, dan hambatan
pencarian informasidi Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi. Subjek
penelitian ini adalah 3 orang ustadz yang mengajar dan berdakwah, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis yang
dilakukan dengan tiga tahap kegiatan,yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model
of Information Seeking of Profesional yang dikembangkan oleh J.Leckie, Karen E
Pettirew dan Christian Sylvain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran ustadz
di pondok pesantren Hidayatul Falah diantaranya sebagai pengajar, pendakwah,
penyuluh agama,dan pembimbing santri. Adapun tugas ustadz di pesantren
diantaranya mencakup mengajar, menjawab persoalan masyarakat, mengasuh dan
membimbing santri. Karakteristik kebutuhan informasi ustadz dalam menjalankan
perannya dipengaruhi oleh demografi individu, kebutuhan terulang dan baru
individu, dan prediksi kebutuhan informasiyang bersumber daribuku(kitab
tradisional berbahasa Arab, tafsir alqur’an dan hadist), individu, toko buku dan
internet. Kesadaran ustadz terhadap informasidapat dilihat dari beberapa
komponen berikut; kemudahan akses, informasi yang terpercaya, dan kemampuan
ustadz dalam membandingkan sumber informasi. Hasil pencarian informasi yaitu
informasi yang ustadz butuhkan mencakup informasibelajar mengajar, berdakwah,
dan untuk keperluan pribadi. Minimnya pengetahuan tentang internet,keterbatasan
kitab dan fasilitas seperti perpustakaan merupakan hambatan para ustadz
dalammencari informasi. Tidak semua komponen pada model Leckie dapat
ditemukan dalam pencarian informasi seperti komponen kekompleksan dalam
karakteristik kebutuhan informasi, keakraban dan kesuksesan dalam kesadaran
terhadap informasi, ketepatan waktu, biaya dan kualitas sumber informasi.
Komponen-komponen yang muncul pada penelitian ini antara lain: variabel
informasi yang terpercaya dan variabel kemampuan ustadz dalam
membandingkan sumber informasi. Cara mengatasihambatan pencarian informasi
pada studi kasus ini yaitu menjadikan hambatan merekasebagai motivator dalam
mencari informasi sehingga mereka sangat rajin berdiskusi dengan sesama
pengajar, pendakwah dan senior serta mencari informasi dari televisi, radio dan
masyarakat.
Keyword: pesantren, perilaku pencarian informasi, ustadz
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehinggapenulisdapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa penulis curahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.Adapun
judul skripsi ini adalah “Perilaku Pencarian Informasi: Studi Kasus Pondok
Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi”. Penulisan skripsi ini dilakukan untuk
memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Strata Satu (SI) pada Progam Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Skripsiini berhasil diselesaikan penulis berkat kerja keras, do’a serta
dukungan dari berbagai pihak yang terkait. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, karenapenulis
pun menyadari bahwa selesainya skripsi ini banyak dibantu dan didukung oleh
beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis juga ingin
mengucapkan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan,
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
4. Ibu Dr. Ida Farida, MLIS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberikan pengarahan,
ilmu dan bimbingannya kepada penulis dalam membantu menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Nuryudi, M.LIS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan saran kepada penulis
6. Ustadz Jaenudin selaku kepala yayasan pondok pesantren Hidayatul Falah
Sukabumi, yang telah bersedia mengizinkan penulis melakukan penelitian dan
bersedia menjadi informan dalam penelitian ini
7. Ustadz Khoerudin selaku pengajar pondok pesantren Hidayatul Falah
Sukabumi, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan
dalam penelitian ini
8. Ustadzah Khotimah S.Pdi selaku bendahara dan pengasuh santri putri pondok
pesantren Hidayatul Falah Sukabumi, yang telah bersedia menjadi informan
dalam penelitian ini
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak
ilmu pengetahuan yang sangat berharga. Semoga ilmu yang telah diberikan
selama ini bermanfaat.
10. Bapak dan ibuku tercinta, yang tiada henti-hentinya selalu memberikan
dukungan, baik berupa moril maupun materiil dan selalu memberikan kasih
sayangnya serta selalu mendo’akan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Adikku tersayang Ari Rahmatullah Fauzi beserta keluarga yang telah
memberikan dukungan semangat dan do’anya
vi
12. Sahabat-sahabatku, terimakasih telah menjadi sahabat terbaik yang
memberikan ilmu,pengalaman, dukungan, do’a, bantuan, serta semangat
kepada penulis dari awal masuk kuliah sampai menyelesaikan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan angkatan 2012, khususnya IPI
A 2012 yang saya tidak isasebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas
segala keseruan, bantuan, semangat, serta do’anya dari awal bersama di kelas
A sampai akhir saat menyelesaikan skripsi ini. Semoga kekeluargaan kita bisa
terus terjaga,dan kita bisa menjadi orang-orang sukses.
14. Untuk semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, terimakasih untuk bantuan, semangat dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih terdapat beberapa kekurangan, baik dari segi isi maupun
penulisannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala saran dan kritik
yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas dan
melipatgandakan segala kebaikan dari semua pihak tersebut, dengan
memberikan rahmat dan ridha-Nya, serta semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca, khususnya kepada Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Aamiin .
Jakarta, 21 Mei 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
SURAT PERNYATAAN .............................................................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................. 3
1. Pembatasan Masalah .................................................... 3
2. Perumusan Masalah ..................................................... 3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 4
1. Tujuan Penelitian ......................................................... 4
2. Manfaat Penelitian ....................................................... 4
D. Definisi Istilah
a) Pengertian perilaku pencarian informasi ............... 4
b) Pengertian pesantren. ............................................. 5
E. Sistematika Penulisan ........................................................ 5
BAB II TINJAUAN LITERATUR
1. Perilaku Pencarian Informasi ............................................... 7
a. Definisi Perilaku Pencarian Informasi ............................ 7
b. Model Perilaku Pencarian Informasi ............................. 11
1) Model perilaku pencaian informasi Wilson. ............ 11
2) Model perilaku pencarian informai Krikelas ........... 15
3) Model perilaku pencarian informasi David Ellis... 16
4) Model pencarian informasi Kuthlthlau. ................... 18
5) Model perilaku pencarian informasi Leckie ............ 19
2. Pondok pesantren… ............................................................. 23
a. Pengertian pesantren ...................................................... 23
viii
b. Komponen-komponen pesantren. ................................. 26
3. Penelitian terdahulu. ........................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian. ......................................... 37
2. Sumber Data ....................................................................... 40
a. Data Primer. .................................................................. 40
b. Data Sekunder. .............................................................. 40
3. Informan Penelitian. ............................................................ 41
4. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 42
a. Observasi ....................................................................... 42
b. Wawancara .................................................................... 43
c. Dokumentasi .................................................................. 43
d. Studi Pustaka ................................................................. 44
5. Teknik Analisis Data ........................................................... 44
a. Reduksi Data ................................................................. 44
b. Penyajian Data .............................................................. 44
c. Penarikan Kesimpulan. ................................................. 45
6. Jadwal Penelitian. ............................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Profil Pondok Pesantren Hidayatul Falah ............................... 46
a. Sejarah berdiri dan tujuan didirikannya PesantrenHidayatul
Falah Sukabumi ................................................................. 46
b. Visi dan misi Hidayatul Falah ........................................... 47
c. Sarana Prasarana ............................................................... 47
d. Struktur Organisasi ............................................................. 48
2. Hasil Penelitian ...................................................................... 48
a. Perilaku pencarian Informasi di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah… ............................................................. 49
b. Hambatan Pencarian Informasi di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah… ............................................................ 63
3. Pembahasan ............................................................................ 65
BAB V PENUTUP
ix
1. Kesimpulan ............................................................................ 68
2. Saran ...................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Penelitian. ................................................................................. 45
Tabel 2. Informan Penelitian. .............................................................................. 49
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1a. Model perilaku informasi menurut Wilson (1981). ....................... 12
Gambar 1b. Perilaku pencarian informasi Wilson (1996).................................. 13
Gambar 2. Model Perilaku Pencarian Informasi Krikelas (1983). ...................... 15
Gambar 3. Model Perilaku Pencarian Informasi Leckie (1996). ....................... 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
“Pada kegiatan pencarian informasi, sebagian besar upaya manusia
berkembang ketika mencari informasi yang berhubungan langsung dengan
tujuan pekerjaan, penelitian, ataupun sekolah”. 1 Permintaan terhadap
informasi seseorang merupakan perwujudan dari adanya rasa untuk
memenuhi kebutuhan akan informasi setiap individu.
Kebutuhan informasi biasanya didorong oleh situasi problematik
yang terjadi dalam diri manusia yang merasa tidak puas dalam mencapai
suatu tujuan tertentu di hidupnya. Ketidakpuasan ini menyebabkan ia
merasa harus memperoleh masukan (input) dari sumber-sumber diluar
dirinya. Dengan kata lain, seseorang bisa dikatakan membutuhkan
informasi ketika ia menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki dirinya
masih kurang mencukupi untuk memecahkan suatu masalah tertentu dalam
hidupnya.Contoh kasus yang membuktikan bahwa mencari informasi
merupakan bagian penting dan dilakukan dalam kehidupan manusia.
Pertama ketika seseorang ingin membeli sebuah mobil maka ia harus
mengetahui informasi mengenai produk mobil, keuntungan yang
ditawarkan, kelebihan dan kekurangan, dan tempat yang cocok untuk
1Agosto, Denise E. DanSandra Hughes-Hassel. People, Places and Questions: an investigation of
the everyday life information seeking behaviours of urban young adult (Library & Information
Science Research, 2005) , hlm.143.
2
membelinya. Kasus kedua seseorang yang mencari informasi di
perpustakaan harus mengetahui kata kunci yang berkaitan, sumber
informasi yang dimiliki perpustakaan, dan memilih informasi sesuai
dengan kebutuhannya2
Berdasarkan contoh tersebut menunjukkan bahwa setiap kelompok
memerlukan informasi salah satunya kalangan profesional. Menurut
Leckie et.al yang termasuk kalangan profesional adalah dokter, pengacara
atau advokat, guru, perawat, phisioterapis, pustakawan, akuntan, dan
insinyur 3 . Dalam penelitian ini kalangan profesional yang akan diteliti
adalah guru atau ustadz di Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi
Pesantren Hidayatul Falah merupakan salah satu pesantren yang
menampung masyarakat yang ingin mempelajari ilmu agama dengan
sistem pembelajaran tradisional. Setiap tahunnya jumlah santri di
pesantren Hidayatul Falah terus bertambah dari berbagai latar belakang
pendidikan.
Salah satu tujuan didirikannya Pesantren Hidayatul Falah yaitu,
Mencetak santri yang mampu memahami serta mengaplikasikan hasil
karya ulama-ulama besar dari zaman klasik, pertengahan, maupun zaman
kontemporer yang terdapat pada buku-buku yang berbahasa Arab.
Dengan banyaknya karya ulama-ulama klasik, pertengahan dan
ulama zaman kontemporer yang sebagian besar berbahasa Arab, tentunya
2Case D.O. Looking for Information: a survey of research on information seeking,needs, and
behavior (2nd Ed). Amsterdam: Elsevier. 2007. Hlm 18
3Leckie, G.J., Pettigrew K.E., Sylvian C. Modelling the Information Seeking of Professionals: A
General Model Derived from Research on Engineers, Health Care Professionals,and Lawyers. The
Library Quarterly, 66(2), 161-193. Tersedia dalam http://www.jstor.org/stable/4309109, diakses
pada 09 juli 2017 pukul 12.00 1996. Hlm 162
3
akan terdapat berbagai kendala ustadz dalam memenuhi kebutuhan
informasi ustadz. Salah satu kendalanya yaitu dalam mengakses sumber
informasi yang berbahasa Arab. Dengan kurangnya bahan bacaan yang
berbahasa Arab dan kendala-kendala lainnya, sehingga pengajar harus
mampu menguasai keterampilan untuk memenuhi kebutuhan informasi
dalam mengakses informasi dari berbagai media yang khususnya kajian
dalam bahasa Arab, agar para pengajar dapat mengajar, menerjemahkan
serta membahas apa saja yang terkandung dalam kitab berbahasa Arab
beserta ilmu-ilmu keislaman lainnya.
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa setiap
individumencari informasi sesuai yang mereka butuhkan. Oleh karena itu,
melihat latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Perilaku
Pencarian Informasi: Studi Kasus Pondok Pesantren Hidayatul Falah
Sukabumi
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi penelitian hanya dengan
memfokuskan kepada perilaku pencarian informasi di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Sukabumi yang dilakukan ustadz. Adapun perumusan
masalah untuk penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana perilaku pencarian informasi ustadz di Pesantren
Hidayatul Falah dengan menggunakan model pencarian
informasi professional yang dikembangkan oleh Leckie et.al?
2. Apa saja hambatan yang mempengaruhi pencarian informasi di
Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi?
4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku pencarian informasi ustadz di
Pesantren Hidayatul Falah dengan menggunakan model pencarian
informasi professional yang dikembangkan oleh Leckie et.al
2. Mengidentifikasi hambatan yang mempengaruhi pencarian informasi
di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi
Dan adapun manfaat dari penelitian ini diantaranya yaitu:
1. Dapat menambah pengetahuan perihal perilaku pencarian informasi
ustadz di pesantren
2. Diharapkan dapat menjadi landasan untuk penelitian selanjutnya,
khususnya untuk penelitian yang menyangkut masalah dan topik yang
sama.
3. Dapat menjadi masukan yang berguna untuk para ustadz Pondok
Pesantren Hidayatul Falah terkait dengan perilaku pencarian informasi,
terutama dalam memenuhi kebutuhan informasi dan kebutuhan
berdakwah.
4. Dapat memberikan pemikiran yang dapat memperkaya khazanah
pengetahuan pada bidang perpustakaan terutama dalam hal perilaku
pencarian informasi
D. Definisi Istilah.
1. Perilaku pencarian informasi
Perilaku pencarian informasi adalah perilaku yang dilihat dari kegiatan
ustadz di Pesantren Hidayatul Falah untuk memuaskan kebutuhan
5
informasi yang telah terdeteksi, yang memungkinkan ustadz tersebut untuk
memecahkan masalah atau membuat keputusan
2. Pesantren Hidayatul Falah
Pesantren Hidayatul Falah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
salah satu pesantren salafi yang menampung santri di lingkungan desa
Cikiray kec. Cikidang Sukabumi
E. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, yang meliputi: latar
belakang, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
metode penelitian, definisi istilah, penelitian yang relevan dan sistematika
penulisan.
Bab II : Tinjauan Literatur
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang sesuai jenis perpustakaan
yang diambil dan sejumlah variabel penelitian yang relevan dengan topik
penelitian, meliputi: pengertian serta gambaran mendetail mengenai informasi,
sumber-sumber informasi, perilaku pencarian informasi dan model-model
perilaku pencarian informasi .
Bab III : Gambaran Umum tentang Objek Penelitian
Bab ini berisi metode penelitian yang digunakan, mulai dari jenis dan
pendekatan penelitian, sumber data, informan, teknik pengolahan data, teknis
analisis data dan jadwal penelitian.
6
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini membahas hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi hal-hal yang
berkaitan dengan sejarah singkat Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi, visi
dan misi, sarana dan prasarana, serta latar belakang ustadz yang mengajar di
Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi, dan pembahasan hasil penelitian yang
berkaitan dengan perilaku pencarian informasi yang terjadi di Pondok
Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi dalam memenuhi kebutuhan informasi
mengajar dan berdakwah serta cara mengatasi kendala-kendala dalam
pencarian informasi oleh ustadz yang mengajar di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Sukabumi dalam memenuhi kebutuhan berdakwah serta
mengajar.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab akhir dari penelitian, yang meliputi: penarikan
kesimpulan dan beberapa rekomendasi berupa saran-saran. Baik kesimpulan
dan saran wajib menjawab tujuan penelitian secara singkat dan padat.
7
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perilaku pencarian informasi
1. Definisi perilaku pencarian informasi
Penelitian mengenai perilaku informasi banyak dilakukan, karena
berhubungan dengan tingkah laku seseorang dalam menemukan, mencari dan
menjawab setiap informasi yang dibutuhkannya.
Perilaku merupakan aspek yang dapat menggambarkan “mengapa”
sehingga “bagaimana” dan “untuk apa” sesuatu dilakukan oleh manusia.
Karena hal tersebut, dalam kajian pemakai, perilaku manusia merupakan salah
satu titik perhatian utama. Lebih jelasnya, perilaku yang dimaksudkan adalah
perilaku terhadap informasi.4
Perilaku pencarian informasi berawal dari kebutuhan pemakai terhadap
informasi. Dalam pencarian informasi, dikenal adanya rangkaian aktivitas yang
dinamakan Information Searching Process (ISP). Dalam proses ini, secara
umum terdapat enam pola urutan yang dilakukan pencari informasi mulai dari
pencarian sampai pada penggunaannya. Urutan proses tersebut diantaranya
yaitu dimulai dari inisiasi, seleksi, eksplorasi, formulasi, koleksi, dan presentasi
dari informasi yang telah ditemukan.
Menurut Kaniki, perilaku pencari informasi sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, seperti dalam situasi pengambilan keputusan, bagaimana cara
4Darmono dan Ardoni, “Kajian Pemakai dan Sumbangan Kepada Dunia Pusdokinfo.” Jurnal Ilmu
Perpustakaan dan Ilmu Informasi Vol 1 No.2(April 1994): hlm.24
8
menjawab pertanyaan, fakta yang ada di lokasi, dan faktor mengenai mengerti
atau tidaknya terhadap apa yang dicari
Kebutuhan dan pencarian informasi merupakan satu konsep yang tidak bisa
dipisahkan begitu saja. Seseorang yang mencari informasi tentu saja karena
adanya kebutuhan informasi dalam diri orang tersebut. Krikelas (1983)
mengungkapkan bahwa perilaku pencarian informasi merupakan kegiatan
dalammenentukan dan mengidentifikasi pesan guna memuaskan kebutuhan
informasi yang dirasakan. Sedangkan menurut Auster (1982) perilaku
pencarian informasi adalah sebagai kaitan antara siapa, membutuhkan
informasi yang seperti apa; dan guna alasan apa, bagaimana informasi dapat
ditemukan, dievaluasi dan digunakan; serta bagaimana kebutuhan-kebutuhan
informasi dapat diidentifikasi dan dipenuhi.5
Penelusuran informasi di zaman sekarang ini menjadi lebih rumit
dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Hal ini dikarenakan 3 alasan
penting, yaitu:6
a. Ledakan informasi yang terjadi disebabkan karena infomasi yang
diciptakan setiap hari sangat banyak jumlahnya, sehingga mengikuti atau
memperoleh informasi tentang perkembangan sukar bagi seseorang
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baru, bahkan
informasi bidangnya sendiri.
5Puji Astuti, “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi: Studi Kasus Mahasiswa PDPT FIB
UI 2007 Dengan Metode Problem Based Learnig,” (Skripsi S1 Prodi Ilmu Perpustakaan, FIB,
Universitas Indonesia, 2008), hlm.22.
6 Jusni Djatin, Penelusuran Literatur, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), hlm.3
9
b. Perlu penguasaan mengenai sumber-sumber informasi yang ada dan cara
memilih infomasi yang sesuai dengan sumber informasi yang sangat
banyak dan luas cakupannya.
c. Informasi sekarang ini banyak disimpan dalam berbagai bentuk
mediaseperti: pngkalan data dalamkomputer baik dalam bentuk pita
magnetik maupun dalam bentuk CD-ROOM, bentuk mikro seperti
mikrofis atau mikrofilm, disamping dalam bentuk media tradisional kertas.
Untuk memperjelas batas kajian yang berkaitan dengan pengguna sistem
informasi, Wilson menyajikan beberapa definisi yang dikutip oleh Pendit (2003)
yaitu:
1) Perilaku informasi (information behavior) yang merupakan
keseluruhanperilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran
informasi,termasuk perilaku pencarian dan penggunaan informasi baik
secara aktifmaupun secara pasif. Menonton TV dapat dianggap sebagai
perilakuinformasi, demikian pula komunikasi antar-muka.
2) Perilaku penemuan informasi (information seeking behavior)
merupakanupaya menemukan dengan tujuan tertentu sebagai akibat dari
adanyakebutuhan untuk memenuhi tujuan tertentu. Dalam upaya ini,
seseorangbisa saja berinteraksi dengan sistem informasi hastawai (surat
kabar,sebuah perpustakaan) atau berbasis-komputer.
3) Perilaku pencarian informasi (information searching behavior)
merupakanperilaku di tingkat mikro, berupa perilaku mencari yang
ditunjukkansesorang ketika berinteraksi dengan sistem informasi.
Perilaku ini terdiridari berbagai bentuk interaksi dengan sistem, baik di
10
tingkat interaksidengan komputer (misalnya penggunaan mouse atau
tindakan meng-kliksebuah link), maupun di tingkat intelektual dan
mental (misalnyapenggunaan strategi Boolean atau keputusan memilih
buku yang palingrelevan di antara sederetan buku di rak perpustakaan).
Juga perilaku seperti menafsirkan ketepatan data atau menemukan
kembali informasi.
4) Perilaku penggunaan informasi (information user behavior) adalah terdiri
atas tindak-tindakan fisik maupun mental yang dilakukan seseorang
ketika seseorang menggabungkan informasi yang ditemukannya dengan
pengetahuan dasar yang telah dimiliki sebelumnya.7
Untuk memilih cara penelusuran terbaik yang digunakan, perlu diketahui
manfaaat utama dari masing-masing cara. Segi manfaat ini dapat dilihat
dari beberapa hal, yaitu:8
a. Apakah informasi yang dibutuhkan segera diperoleh
b. Informasi yang diinginkan merupakan informasi terbaru
c. Cakupan informasi yang dibutuhkan
d. Kegunaannya
e. Apakah sudah cukup melakukan penelusuran dengan salah satu cara
saja atau menggunakan ketiga cara tersebut diatas
f. Berapakah biaya jasa yang disediakan.
Ada beberapa motif spesifik yang berhubungan dengan tindakan
langsung dalam memperoleh sekelompok informasi, diantaranya
terdapat 3 kategori yang diantaranya yaitu:
7Putu Laxman Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi, (Jakarta: JIF FSUI, 2003),
hlm.29.
8 Jusni Djatin, op.cit, hlm. 3
11
1) Pencarian langsung, artinya aktivitas pencarian langsung untuk
memenuhi masalah informasi. Misalnya pencarian informasi tentang
angin topan di internet
2) Monitoring, yaitu metode pencarian langsung untuk suatu permasalahan
yang sama, misalnya monitoring perkembangan kerja aliran listrik yang
terhubung dengan aliran listrik suatu perusahaan.
3) Pemakai informasi pasif, artinya memperoleh informasi tanpa berperan
aktif dalammencari informasi tersebut. Misalnya, menerima berita yang
update dari aplikasi sosial media.9
2. Model Perilaku Pencarian Informasi
Model perilaku pencarian informasi banyak macamnya dan beragam yang
dilakukan oleh masyarakat, hal terbebut karena perilaku pencarian informasi
terdapat perbedaan pola antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Oleh karena
itu ilmu informasi telah menghasilkan beberapa model dari perilaku pencarian
informasi yang telah diteliti oleh beberapa ilmuwan, yang diantaranya yaitu:
1) Model Perilaku Pencarian Informasi Wilson (1981 dan 1996)
Ada beberapa model perilaku pencarian informasi,satu diantaranya adalah
model Wilson yang disebut a model of informationbehavior. Model yang
diperkenalkan oleh Wilson berdasarkan pada dua propisisi (maksud),yaitu:
a) Bahwa kebutuhan informasi bukan kebutuhan utama primer,
namunmerupakan kebutuhan sekunder yang timbul karena keinginan
untukmemnuhi kebutuhan dasarnya.
9Irene Lopatoyska dan Bobby Smiley, “Proposed model of information behaviour in crisis: the
case oh Hurricane Sandy”, Vol 19 No. 1, (Maret 2014), hlm.7.
12
b) Bahwa dalam usahanya menemukan informasi menghadapi
hambatan(barries) sebagai variabel perantara (intervening variable),
hambatantersebut kemungkinan akan mempengaruhi perilakunya.10
Wilson menggambarkan perilaku pencarian informasi dalam dua
model. Model yang pertama di buat pada tahun 1981 dan yang kedua pada
tahun 1996. Model yang pertama Wilson (1981) mendeskripsikan sebuah
model perilaku penemuan informasi sebagai suatu alternatif kebutuhan
informasi yang termasuk didalamnya perilaku informasi. Dalam model ini,
perilaku penemuan informasi timbul sebagai suatu konsekuensi yang
dibutuhkan oleh pengguna informasi, yang mana membuat suatu informasi
menjadi sumber formal atau informal, dimana hasil kesuksesan maupun
kegagalan untuk menemukan informasi menjadi relevan. Model perilaku
informasi tersebut dapat digambarkan seperti berikut:
Gambar 1a : Model perilaku informasi menurut Wilson (1981)
Sumber: Looking for Information (117:2002)
10 Budiyanto, M. “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peneliti bidang Ilmu
Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia”, (Tesis
Pascasarjana Program Studi Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan Bidang Ilmu Budaya
Universitas Indonesia, 2000), hlm.20.
13
Context of
information need
Activating
mechanism
Intervening
variable
Activation
mechanism
Information
seeking
behavior
Person-in-
centext
Strees/coping
theory
Risk/ reward
theory
Information processing
and use
Social
learning
theory
Self-
efficacy
Passive
attention
Passive
search
Active
search
Ongoing
search
Psychological
Demographic
Role-related
interpersonal
Environmental
Source
characteristic
Pengguna informasi dalam model ini mempunyai kebutuhan informasi
tertentu. Darikebutuhan informasi tersebut, akan menciptakan perilaku
pencarian informasi yang terdiri dari permintaan sistem informasi dan
permintaan sumber informasi lain. Hasil dari perilaku pencarian infromasi
tersebut yaitu sukses atau gagal. Ketika proses tersebut sukses maka
pengguna mendapatkan informasi, dan akan timbul rasa puas dan tidak puas
yang dilanjutkan ke proses transfer informasi kepada orang lain, kemudian
terjadilah kegiatan pertukaran informasi.11
Untuk model yang kedua perilaku pencarian informasi Wilson (1996)
adalah sebagai berikut :
Gambar 1b : A revised general model of information- seeking behavior
Sumber : Theories of Information Behavior (34: 2005)
11 Donald O Case, Looking for Information (London: Academic Press, 2002), hlm. 117.
14
Model ini terbatas pada kontek pencarian informasi dan Wilson
menganggap bahwa perilaku informasi merupakan proses melingkar yang
langsung berkaitan dengan pengolahan dan pemanfaatan informasi dalam konteks
kehidupan seseorang. Kebutuhan akan informasi tidak langsung berubah menjadi
perilaku mencari informasi, melainkan harus dipicu terlebih dahulu oleh
pemahaman seseorang tentang persoalan dalan kehidupannya. Kemudian, setelah
kebutuhan informasi berubah menjadi aktivitas mencari informasi, ada beberapa
hal yang mempengaruhi perilaku tersebut, yaitu:
a. Kondisi psikologi seseorang
Bahwa seseorang yang sedang risau akan memperlihatkan perilaku
informasi yang berbeda dibandingkan dengan seseorang yang sedang gembira.
b. Demografis
Dalam arti luas menyangkut kondisi sosial-budaya seseorang sebagai
bagian dari masyarakat dalam hal ini. Kelas sosial juga dapat mempengaruhi
perilaku informasi seseorang.
c. Peran seseorang di masyarakat
Peran ini khususnya dalam hubungan interpesonal ikut mempengaruhi
perilaku informasi.
d. Lingkungan
Dalam hali ini adalah lingkungan terdekat maupun lingkungan yang
lebih luas.
e. Karakteristik sumber informasi
Karakter media yang akan digunakan dalam mencari dan menemukan
informasi.
15
Information seeking behavior
Information
gathering Information
giving
Need-creating
event/environment
Needs
(deferred)
Needs
(immediate)
Source preference
internal external
memory Direct (structured)
observation
Direct
(interpersonal)
contact
Recorded (literature
Personal files
Kelima faktor diatas, menurut Wilson akan sangat mempengaruhi
bagaimana akhirnya seseorang menunjukkan kebutuhan informasi dalam
bentuk perilaku informasi.
2) Model Perilaku Pencarian Informasi Krikelas (1983)
Gambar 2: Krikelas’s model of information seeking
(dalam“Information-seeking behavior: paterns and
concept”, 17:1983)
Model Krikelas terdiri atas tiga belas komponen. Proses Model
perilaku pencarian informasi Krikelas dimulai dari atas ke bawah (dalam
gambar 3). Komponen paling atas dari model Krikelas adalah tindakan
pengumpulan informasi dan pemberian informasi. Hasil dari
pengumpukan informasi di arahkan untuk disimpan dalam memory,
observasi langsung dan data pribadi. Tindakan pemberian informasi di
16
dasarkan pada sumber internal dan eksternal. Sumber internal yaitu
memory dan data pribadi, sedangkan eksternal dibagi menjadi dua
komponen yaitu “ kontak langsung” dan “rekam”. Adapun komponen
“ kontak langsung” tersebut adalah hubungan tatap muka antara
interpersonal seperti telepon, video call, email dll. Sedangkan komponen
rekam yaitu berupa literatur seperti buku dan jurnal. 12
Tetapi Model Krikelas setidaknya tidak membatasi untuk satu jenis
pekerjaan dalam pencarian informasi. Untuk model ini pengumpulan
informasi memang memiliki tujuan yang lebih umum. Sama dengan yang
disebutkan sebelumnya jika pengumpulan informasi muncul di sebabkan
oleh lingkungan atau kejadian, sehingga menimbulkan suatu kebutuhan
informasi. Untuk model karakteristik pengguna informasi tidak di
pertimbangkan, model ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
namun tetap digunakan sebagai model pencarian informasi di
perpustakaan, seperti di meja referensi (kebutuhan langsung/seketika >
sumber eksternal>pustakawan) atau koleksi perpustakaan (kebutuhan
langsung/seketika > sumber eksternal > tumpukan).13
3) Model Perilaku Pencarian Informasi David Ellis (1990)
Ellis mengemukakan teori ini dengan mengadakan penelitian
kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh objeknya, seperti mencari bacaan,
meneliti di laboratorium, menulis makalah, mengajar dan sebagainya.
Serangkaian kegiatan tersebut, yaitu:
12Donald O Case, Looking for Information(London: Academic Press, 2002), hlm. 119
13 Ibid, hlm. 122
17
1. Memulai (starting)
Pada tahap ini, mencakup seluruh kegitan yang membentuk awal pola
pencarian. seseorang mengidentifikasi suatu konsep
2. Menghubungkan (chaining)
Merupakan kegiatan mengikuti catatan kaki, dan sitasi pada bahan yang
diketahuinya atau melanjutkan kegiatan mata rantai dari materi yang
diketahui melalui indeks sitasi
3. Pencarian (browsing)
Browsing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Seperti mencari
informasi dari sumber ke sumber lain sehingga secara tidak langsungia
akan mulai melakukan suatu strukturasi sumber informasi yang akan
digunakan.
4. Pemilihan data (differentiating)
Seseorang akan berusaha menyaring, menyeleksi, memilah-milah
berbagai sumber informasi agar bisa mengetahui informasi mana yang
paling bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhannya.
5. Memantau (monitoring)
Pada tahapan ini seseorang tetap mencari tahu berbagai hal terbaru yang
terjadi pada pada bidang yang diinginkannya melalui berbagai sumber
informasi agar tidak merasa “ketinggalan zaman”, sehingga tetap bisa
mendapatkan informasi yang up-to-date.
6. Merangkum(extracting)
Merangkummerupakan kegiatan mencari informasi mengenai bidang
tertentu pada sumber yang dianggap terpercaya, kemudian mengambil
18
informasi yang relevan dengan bidang yang sesuai dengan yang
diinginkan.
7. Verifikasi (verfying)
Verifikasi merupakan kegiatan untuk mengetahui kebenaran informasi
yang diperoleh
8. Penyelesaian (ending)
Kegiatan pencarian informasi terakhir.
4) Model pencarian informasi Teori Kuthlthlau (1991)
Teori model perilaku pencarian informasi lainnya dikemukakan
olehKuthlthlau, yang terbagi kedalam 6 tahap, yaitu:14
a. Initiation. Tahap permulaan merupakan tahapan dimana individu merasa
kurang pengetahuan. Ditandai dengan perasaan tidak yakin atau tidak
pasti, yang mengakibatkan dilakukannya upaya-upaya mengaitkan situasi
yang dihadapi dengan simpanan pengalaman yang dimilikinya dari masa
lampau yang berhubungan dengan informasi yang dicarinya. Maka dapat
menimbulkan kesadaran akan kebutuhan informasi.
b. Selection. Tahapan dimana individu mengidentifikasi dan memilih topik
yang akan diselidiki dan menetapkan fasilitas penelusuran sehingga pada
tahap ini individu siap untuk melakukan pencarian informasi.
c. Eksploration. Merupakan tahap eksplorasi atau tahap penjelajahan. Tahap
ini sering merupakan tahap yang paling sulit bagi pemakai dan perantara
14 Carol Collier Kulthau, Inside the Searching process: Information Seeking from the
User’sPerspective, Journalof the American Society and Information Science, 1991 Vol
42(5):362https://
comminfo. rutgers.edu/~kuhlthau/docs/InsidetheSearchProcess.pdf (diakses tanggal 21
Februari2017),hlm.366
19
(intermediary) atau petugas lembaga informasi. Hal ini disebabkan karena
ketidakmampuan pemakai untuk menyatakan dengan tepat mengenai
informasi yang dibutuhkannya.
d. Formulation. Pada tahap ini individu lebih memfokuskan pada tema yang
dicari sehingga pola pikir individu menjadi lebih jelas dan terpusat pada
masalah yang ditekuninya.
e. Collection. Merupakan tahapan mengumpulkan informasi yang terfokus
pada masalah yang dihadapainya, memilih informasi yang relevan,
membuat catatan terkait informasi yang didapat.
f. Presentation. Merupakan perasaan puas dan merasa jelas akan informasi
yang didapatkan. Dapat pula menimbulkan perasaan kecewa terhadap hasil
pencarian dan pemustaka dapat mengulang kembali proses pencarian
informasi. Pada tahapan ini menandakan proses pencarian telah selesai.
Individu dalam taham tahap ini telah berani dan merasa siap untuk
menyajikan pendapatnya berdasarkan informasi yang dicari melalui karya
tulis, diskusi atau yang lainnya.
5) Model Perilaku Pencarian Informasi Leckie (1996)
Sources or information Information is
sought Awareness of
information
feedback Outcomes
feedback
Characteristics of information needs
Tasks
Work Roles
20
Gambar 3 : “Modelling The Information Seeking of ProfessionalsSumber:
(Leckie, 1997:100)
Kerangka model ini terdiri dari beberapa komponen yang dimulai
dengan faktor penyebab pencarian informasi yaitu peran kerja dan tugas
hingga hasil pencarian informasi. Karena model Leckie, et al ini terbatas
pada kalangan profesional saja, maka faktor primer yang menjadi motivasi
dalam melakukan penemuan informasi adalah peran kerja dan tugas. Studi
empiris yang ada mengenai kebutuhan dan penggunaan informasi
profesional menunjukkan bahwa profesional menghadapi dunia kerja yang
rumit dan mengasumsikan keanekaragaman peran dalam pekerjaan mereka
sehari-hari. Lima peran profesional yang sering dijalani (lebih kepada
frekuensi kejadian) yakni penyedia layanan, administrator/manajer,
peneliti, pendidik, dan siswa. Secara umum, kebutuhan informasi muncul
dari situasi yang berkaitandengan tugas tertentu yang berhubungan dengan
satu atau lebih dari peran kerja yang dimainkan. Kebutuhan informasi
tidak bersifat tetap dan dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor intervensi.
Kebutuhan informasi para profesional dipengaruhi dan dibentuk oleh
beberapa variabel, diantaranya adalah: demografi individu, konteks,
frekuensi dan prediksi. Dalam model ini, menunjukkan bahwa kebutuhan
informasi dapat menciptakan suatu kesadaran terhadap sumber informasi
dan/atau kandungan informasi, hal tersebutlah yang dapat memotivasi
seseorang dalam melakukan penemuan informasi. Variabel terpenting dari
pemahaman terhadap sumber informasi adalah: terbiasa dengan sumber
informasi yang digunakan, keberhasilan penggunaan informasi
21
sebelumnya, ketepatan waktu, biaya, kualitas, dan aksesibilitas sumber
informasi. Dalam fase “information is sought” (informasi ditemukan) anak
panah menunjuk kedua arah, yakni ke arah karakteristik kebutuhan
informasi (characteristics of information needs) dan hasil (outcome). Hal
ini menjelaskan bahwa hasil penelusuran yang ditemukan harus sesuai
dengan kebutuhan informasinya. Dan hasil akhir dari keseluruhan proses
pencarian informasi berupa“outcomes” yang mempengaruhi sebagian
besar aspek-aspek dalam model melalui putaran umpan balik (feedback)
yang mengarah pada sumber informasi (sourcesof information), kesadaran
informasi (awareness of information), dan informasi ditemukan
(information is sought). Diagram Leckie dan Pettigrew ini secara jelas
dimaksudkan untuk mengutamakan yang berhubungan dengan proses
kerja.
Pencarian informasi selalu terpengaruh oleh beberapa komponen
sehingga menghasilkan hasil akhir yang berbeda. Komponen-komponen
dalam model ini dijelaskan sebagai berikut:
a. Fungsi dan tugas (Work Roles and Task)
Setiap profesi mempunyai bermacam-macam fungsi dalam pekerjaan
harian mereka. Lima fungsi profesional yang sering disebutkan adalah
penyedia layanan (service provider), administrator/manajer, peneliti,
pengajar dan murid. Setiap fungsi tersebut mempunyai tugas khusus
seperti (penilai, penasehat, pengawas, pembuat laporan) 15
15Leckie, G.J.,Pettigrew K.E., Sylvian C. Modeling the Information Seeking of Professionals: A
General Model Derived from Research on Engineers, Health Care Professionals, and Lawyers.
The Library Quarterly, 66(2), 166-193. diakses pada 14 Februari 2017pukul 13.13 dari
http://www.jstor.org/stable/4309109, 1996, hlm 180-181
22
b. Karakteristik kebutuhan informasi (Characteristics of Information Needs)
Kebutuhan informasi timbul akibat adanya situasi yang disebabkan oleh
tugas-tugas untuk memenuhi fungsi yang dijalankan oleh profesional.
Oleh karena itu karakteristik kebutuhan informasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor16, diantaranya yaitu:
Demografi individu: mencakup umur, profesi, spesialisasi, jenjang karir,
dan lokasi geografis
Konteks: mencakup situasi kebutuhan yang khusus, internal dan eksternal
Frekuensi: mencakup kebutuhan yang terulang atau baru
Prediksi: mencakup kebutuhan informasi yang dapat diharapkan atau
yang tidak diduga
Kekompleksan: mencakup tingkat kemudahan atau kerumitan masalah
yang membutuhkan informasi
c. Sumber-sumber informasi (Sources of information)
Profesional mencari informasi menggunakan banyak sumber seperti
kolega, pustakawan, handbook, artikel jurnal, pengetahuan, dan
pengetahuan pribadi. Sumber informasi dapat dikategorikan secara luas
berdasarkan jenis dan format, yaitu formal (melalui konferensi, jurnal),
informal (pembicaraan atau diskusi), internal atau eksternal (sumber yang
berasal dari dalam organisasi), oral atau tulisan (bentuk tercetak dan teks
elektronik) dan personal (pengetahuan dan pengalaman pribadi)
16 Gloria J.Leckie and Karen E.Petiigrew, A General Model of the Information Seeking of
Professionals: Role Theory through the back door?.Diakses melalui
http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://smallbusinessnownerib.files.wo
rdpress.com/2011/11/leckie.pdf&ved=2ahUKEwjMirORqJhbAhUKYo8KHXZhBAIQFjAEegQIB
BAB&usg=AOvVaw3Ta9Aan4d--gzVIUuPJcDH pada tanggal 29 Maret 2017pukul12.22
23
d. Pemahaman/pengenalan atas informasi (Awarenessof information)
Pengetahuan langsung atau tidak langsung tentang berbagai sumber dan
persepsi tentang proses yang terbentuk, atau tentang informasi yang
didapatkan, memiliki peranan penting dalam proses pencarian informasi.
Pemahaman tentang sumber-sumber informasi dan isi/konten informasi
dapat menentukan jalan/proses pencarian informasi yang akan diambil.
Variable-variable penting yang mempengaruhi pemahaman atas informasi
mencakup kemudahan akses (accessibility), keakraban dan kesuksesan
sebelumnya (familiarity and prior sucsess), ketepatan waktu (timeliness),
biaya (cost), kualitas (quality),
e. Hasil akhir
Hasil akhir adalah hasil dari pencarian informasi. Hasil yang optimal
adalah tercapainya kebutuhan informasi dan pencarian informasi dalam
menuntaskan tugasnya. Akan tetapi, dapat juga terjadi kemungkinan hasil
yang tidak memuaskan serta tidak dibutuhkan sehingga dibutuhkan
pencarian lanjutan. Hal ini dalam model disebut feedback. Apabila
pencarian kedua dilakukan, maka akan terjadi perbedaan sumber
informasi dan faktor yang mempengaruhi pencarian.
B. Pondok pesantren
1. Definisi pondok pesantren
Kata pesantren yang terdiri dari kata asal “santri” awalan “pe” dan
akhiran “an”, yang menentukan tempat, jadi berarti “tempat para santri”.
Kadang-kadang ikatan kata “sant” (manusia baik) dihubungkan dengan suku
24
kata “tra” (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti “tempat
pendidikan manusia baik-baik”.17
Menurut C.C. Berg kata pesantren berasal dari bahasa india yaitu
shastri, kata sastri berasal dari kata shastra yang berarti buku-buku suci,
buku-buku agama, atau ilmu tentang pengetahuan.Dari asal usul kata santri
pula banyak sarjana berpendapat bahwa lembaga pesantren pada dasarnya
adalah lembaga pendidikan keagamaan bangsa Indonesia pada masa menganut
agama Hindu Buddha yang bernama mandala yang diislamkan oleh para
kyai.18
Pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah “tempat belajar
para santri”. Sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana
yang terbuat dari bambu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal
dari bahasa Arab “Funduq” yang berarti hotel atau asrama.19
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai
asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
pengertian pesantren secara istilah adalah lembaga pendidikan Islam dimana
para santri biasa tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-
kitab klasik dan kitab-kitab umum yang bertujuan untuk menguasai ilmu
agama Islam secara detail serta mengamalkan sebagai pedoman hidup
keseharian dengan menekankan penting moral dalam kehidupan
bermasyarakat.20
17 Dhofier, Z. Tradisi Pesantren (Jakarta, 1982), hlm.18.
18Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandanngan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,
2011), hlm.41
19Prasodjo, S, et.al. Profil Pesantren (Jakarta, 1974), hlm.13
20 “Pengertian Pondok Pesantren,” artikel diakses pada 5 September 2016 dari
http://beritaislamimasakini.com/pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.htm
25
Sebagaimana banyak diketahui pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan keagamaan yang tumbuh dan berkembang di pedesaan. Hadirnya
pesantren merupakan hasil refleksi keinginan yang telah disepakati antara
pimpinan pesantren (kiai/ulama) dengan masyarakat sekitarnya. Di samping
sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga merupakan lembaga sosial-
kemasyarakatan.21
Pesantren mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga
pendidikan. Jika ada lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga
memainkan peran sebagai lembaga bimbingan keagamaan, keilmuan,
kepelatihan, pengembangan masyarakat, dan sekaligus menjadi simpul budaya,
maka itulah pondok pesantren.22
Pesantren, walaupun pada dasarnya adalah lembaga pendidikan Islam,
namun demikian ia mempunyai fungsi tambahan yang tidak kalah pentingnya
dengan fungsi pendidikan tersebut. Ia merupakan sarana informasi,
komunikasi timbal balik secara kultural dengan masyarakat, tempat
pemupukan solidaritas masyarakat, dan seterusnya. 23 Menurut Yacub yg
dikutip oleh Khozin mengatakan bahwasannya ada beberapa pembagian
tipologi (model)pondok pesantren, diantaranya yaitu :
Pesantren Salafi yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajaran
dengan kitab-kitab klasik dan tanpa diberikan pengetahuan umum. Model
21Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial (Jakarta: Perhimpunan Pengembangan
Pesantren dan Masyarakat, 1986), hlm. 60.
22M.Dian Nafi (Eds), Praksis Pembelajaran Pesantren, (Yogyakarta: Instite For Training And
Development, MA, 2007), hlm. 11
23Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-Esai Pesantren, (Yogyakarta: LKiS, 2001),
hlm. 6.
26
pengajarannya pun sebagaimana yang lazim diterapkan dalam pesantren salaf
yaitu dengan metode sorogan dan weton.
Pesantren Khalafi yaitu pesantren yg menerapkan sistem pengajaran klasikal
(madrasi) memberikan ilmu umum dan ilmu agama serta juga memberikan
pendidikan keterampilan.
Pesantren Kilat yaitu pesantren yg berbentuk semacam training dalam waktu
relatif singkat dan biasa dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini
menitikberatkan pada keterampilan ibadah dan kepemimpinan. Sedangkan
santri terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan
keagamaan dipesantren kilat.
Pesantren terintegrasi yaitu pesantren yang lebih menekankan pada
pendidikan vocasional atau kejuruan sebagaimana balai latihan kerja di
Departemen Tenaga Kerja dengan program yang terintegrasi. Sedangkan
santri mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari
kerja.24
2. Komponen-Komponen Pesantren
Pesantren memiliki lima komponen yang menjadikan bahwa suatu lembaga
pengajian tersebut telah berkembang menjadi sebuah pesantren.Komponen
tersebut antara lain:
1) Pondok
Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren dimana para santrinya
tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang
24 “Pengertian Pondok Pesantren,” artikel diakses pada 5 September 2016 dari
http://beritaislamimasakini.com/pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan-islam.htm
27
lebih dikenal dengan sebutan “kiai”. Asrama atau pondok berada dalam
lingkungan komplek pesantren, dimana kiai bertempat tinggal yang juga
menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan
kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya. Komplek pesantren biasanya
dikelilingi oleh tembok agar para santri dapat diawasi keluar dan masuknya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Keadaan pondok biasanya sangat sederhana,mereka tidur di atas
lantai tanpa kasur. Papan-papan dipasang pada dinding untuk menyimpan tas
atau barang-barang lain. Para santri tidak boleh tingal diluar komplek
pesantren, kecuali mereka yang berasal dari masyarakat sekeliling pondok.
Alasannya, agar kiai dapat mengawasi dan menguasai para santri. Pesantren
pada umumnya tidak menyediakan kamar khusus untuk santri senior, mereka
tinggal dan tidur bersama santri junior. Dalam pesantren besar biasanya
terdiri dari beberapa blok tempat tinggal yang diorganisir oleh seorang seksi.
Pondok tempat tinggal santri wanita biasanya dipisahkan dengan pondok
santri laki-laki, selain dipisahkan oleh rumah kyai dan keluarganya, juga oleh
masjid dan bangunan-bangunan lain.
Sistem pondok bukan saja merupakan komponen paling penting dari
tradisi pesantren. Walaupun keadaan pondok sangat sederhana, para santri
dapat belajar dengan lingkungan sosial yang baru.25
25Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,Studitentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:LP3ES,
1982), hlm.45-48.
28
2) Masjid
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari pesantren
karena masjid merupakan pusat pendidikan dalam tradisi pesantren. Masjid
ini berfungsi sebagai manifestasi universalisme dari system pendidikan islam
tradisional. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam.
Dimanapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid
sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan
cultural. Bahkan saat dimana umat Islam belum begitu terpengaruh oleh
kehidupan Barat, para ulama dengan penuh pengabdian mengajar murid-
murid di masjid, serta memberi nasehat kepada santri tersebut untuk
meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam
3) Pengajaran kitab-kitab islam klasik
Zaman sekarang kebanyakan pesantren telah memasukkan pengajaran
pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam
pendidikan pesantren. Namun, pengajaran kitab-kitab klasik tetap diberikan
sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-
calonulama.
Dalam penyampaian materi para ustadz memiliki strategi dan evaluasi
pembelajaran. Adapun cara mereka menyampaikan dan mengevaluasi sejauh
mana materi dapat dikuasai oleh para santri ada empat model yaitu :
a) Metode Sorogan, ialah suatu model pembelajaran yang mirip mentoring
system, dimana santri diajak memahami kandungan kitab kuning secara
perlahan-lahan, detail, teliti mengikuti pikiran dan konsep-konsep yang
termuat dalam kitab dari kata per kata.
29
b) Metode Bandongan, adalah model pembelajaran yang berupa pengkajian
kitab-kitab induk dimana seorang kyai atau ustadz membacakan dan
menjabarkan isi kandungan kitab kuning sementara para santri
mendengarkan dan member makna.
c) Metode Musyawarah atau diskusi, adalah kegiatan belajar mengajar
dimana para santri dianjurkan untuk menelaah, memahami suatu topik
atau masalah yang terdapat pada masing-masing kitab kuning.
d) Metode Muhafadhoh atau hafalan, yakni kegiatan belajara mengajar
dimana santri menghafal materi pelajaran secara teratur dengan
menghadap kyai atau ustadz. Metode hafalan sangat efektif untuk
memelihara daya ingat santri terhadap materi yang dipelajarinya karena
dapat dilakukan baik didalam maupun diluar kelas.26
4) Santri
Sebuah pesantren tidak dapat dikatakan jika tidak ada santri karena
santri merupakan komponen penting untuk berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Menurut tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri yaitu :
a. Santri Mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di
pesantren biasanya memegang tanggung jawab untuk mengurusi
kepentingan pesantren sehari-hari,mereka juga memikul tanggung
jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan
menengah.
26Sulthon Masyhud, Tipologi Pondok Pesantren(Jakarta: Putra Kencana, 2002), hlm.89
30
b. Santri Kalong, yaitu santri yang berasal dari desa-desa disekeliling
pesantren, yang biasanya tidak menetap di pesantren. Untuk mengikuti
pelajaranya di pesantren, mereka bolak-balik dari rumahnya sendiri.
5) Ustadz
Dalam kamus besar bahasa indonesia, guru adalah orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. 27 Guru menurut
pandangan tradisional adalah seorang yang berdiri di depan kelas untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan.28
Pada dasarnya sebutan untuk orang yang mengajarkan ilmu kepada
orang lain mempunyai sebutan yang bermacam-macam. Dalam bahasa
indonesia sebutan guru, dosen, ustadz, tutor, kyai adalah istilah yang sering
didengar. Dalam Bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan
artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher yang diartikan guru
atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di
rumah. Dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim, dan
mu’addib. Ustadz adalah seseorang yang mengajarkan ilmu-ilmu agama di
pesantren. Selain sebagai pengajar, peran lain ustadz adalah sebagai pembina
dan pembimbing santri yang melenggar aturan pondok, baik dalam
kedisiplinan ibadah, nilai-nilai keagamaan maupun dalam proses belajar.
Setiap harinya ustadz berhadapan dengan santri, dimana para santri belajar
pada seorang ustadz untuk muthola’ah kitab, memperdalam/ memperoleh
ilmu, utamanya ilmu-ilmu agama yang diharapkan nantinya menjadi bekal
dalam menghadapi kehidupan dunia maupun akhirat
27Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta; 1988), hlm.288.
28 Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rieneka Cipta, 1990),hlm. 182
31
Namun secara umum, kalau berbicara tentang pendidikan Islam, maka
beberapa istilah yang sering muncul antara lain: ustaadz, mu‟allim, murabby,
mursyid, mudarris, dan mu‟addib. 29 Kata-kata dan istilah yang bervariasi
tersebut menunjukkan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan dimana
pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan. Istilah-istilah tersebut
walaupun berbeda, namun semuanya mengarah kepada transfer keilmuan dari
seseorang kepada orang lain.
Namun dilihat dari kata-kata pendidikan sendiri yang dalam bahasa
arab disebut dengan Tarbiyah. Maka Murabbi sebagai isim faa‟il dari
rabbaYarubbu yang bermakna memperbaiki, mengurusi kepentingan,
mengatur, menjaga, dan memperhatikan30dan ini lebih dekat, walaupun tidak
menafikan makna istilah yang ada
Rabb secara istilah sebagaimana dalam kitab Anwaar al-tanziil wa
Asraar al-Ta’wiil karangan Imam al-Baidhawi mengatakan, “ pada dasarnya
ar-rabb itu bermakna tarbiyah yang makna lengakapnya adalah
menyampaikan sesuatu sehingga mencapai kesempurnaan”.
Sedangkan al-Raaghib al-Isfahaanii dalam kitab Mufradaat
mengatakan bahwa ar-rabb berarti tarbiyah yang makna lengkapnya adalah
menumbuhkan perilaku demi perilaku secara bertahap hingga mencapai
batasan kesempurnaan. Dengan lebih jelas Abdurrahman al-Ba>ni
menjelaskan secara lebih luas menyatakan bahwa pendidikan itu tercakup tiga
unsur berikut; yaitu menjaga dan memelihara anak, mengembangkan bakat,
29 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di sekolah, Madrasah, dan
Perguruan tinggi, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 44.
30 Abdurrahman an-Nahlawi, Usul al-tarbiyah al-islamiyah wa Asalîbaha; fi al-bait wa al
madrasah, wa al-mujtama’, terj. ( Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm.20.
32
dan potensi anak sesuai dengan kekhasan masing-masing; mengarahkan
potensi dan bakat agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan.31
A. Syarat dan Sifat Guru/Ustadz
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang sangat mulia,
sebagaimana yang penulis cantumkan dalam landasan religius.
Seorang guru/ustadz dalam peribahasanya sering disebutkan sebagai
„tanpa tanda jasa‟, orang yang digugu dan ditiru‟, dan lain sebagainya
yang menunjukkan posisi dan kedudukannya. Namun seorang
guru/ustadz yang bermutu dan berkualiats, maka tentu harus
mempunyai sifat-sifat tertentu yang mencerminkan ia sebagai
guru/ustadz. Para pakar pendidikan banyak memberikan beberapa
persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang guru/ustad, walaupun ada
yang berbeda, namun substansinya sama. Agar seorang guru/ustadz
dapat menjalankan fungsinya sebagaimana yang telah dibebankan oleh
Allah kepada Rasul dan pengikutnya, maka seorang guru/ustadz harus
memiliki sifat-sifat antara lain:
1) Memiliki sifat Rabbani, sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat
suci al-qur’an surat Al-Imran ayat 79”
ب وبما كنتم تدرسون ن بما كنتم تعلمون ٱلكت نيۦ ............كونوا رب
“….Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani”
Ini artinya seorang guru harus mampu menjadikan apa yang ia
ajarkan kepada siswa sebagai bentuk perwujudan keagungan Allah
Subhanahu wata’ala. Dan akan sangat baik bila dapat
31Ibid, hlm. 21
33
menghadirkan ayat-ayat suci al-qur’an pada setiap materi pelajaran
yang ia ajarkan.
2) Ikhlas karena Allah subhanau wa ta’ala.
3) Mengajarkan ilmu dengan sabar.
4) Memiliki kejujuran dalam menyampaikan ilmu
5) Selalu meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya.
6) Pendidik harus terampik, cerdik dalam menciptakan metode
pengajaran yang variatif.
7) Seorang guru harus mampu bersifat tegas dan meletakkan sesuatu
pada proporsinya.
8) Seorang guru harus peka terhadap fenomena yang berdampak
buruk bagi peserta didik.
9) Seorang guru harus memiliki sikap adil terhadap seluruh anak
didiknya.32
B. Tugas-Tugas Guru/Ustadz
Sebagai pendidik seorang guru/ustadz dalam kesehariannya adalah
sebagai orang yang memberikan dan mentransfer keilmuannya kepada
siswa. Proses transfer keilmuan di sekolah adalah tugas utama secara
umum dilakukan oleh setiap guru/ustadz. Namun secara khusus,
seorang guru/ustadz mempunyai tugas sangat berat yang ia harus
pertanggungjawabkan kepada Allah, dirinya sendiri, lembaga
pendidikam, masyarakat, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus mempunyai kemampuan-kemampuan yang dapat menyelesaikan
32 Abdurrahman an-Nahlawi, Usul al-tarbiyah al-islamiyah wa Asâlîbaha; fi al-bait wa al-
madrasah, wa al-mujtama’, hlm. 170-175
34
tugas khususnya tersebut. Secara spritual telah dijelaskan dalam ayat
suci al-qur’an tugas seorang pendidik, yang mana diwakili oleh
Rasulullah melalui firman Allah Subhanahu wata‟ala. Sebagamaina
dalam surah al-Imran ayat 164 ditegaskan; ” Sungguh, Allah telah
memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah
mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri,
yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan
(jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-
hikmah dan sesungguhnya sebelum (kedatangan nabi) itu, mereka
adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”
Dari gambaran ayat di atas, guru/ustadz memiliki beberapa fungsi,
diantaranya; pertama, fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi
sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara
fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran; artinya seorang guru
berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai
keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh
pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.33
C. Penelitian terdahulu
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
penulis teliti, baik penelitian dalam satu universitas maupun luar universitas,
diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang ditulis oleh Grecy Astari Puji Astuti dalam skripsinya yang
berjudul “Perilaku pencarian informasi dosen Jurusan Komunikasi dan
33Ibid.,hlm. 170
35
Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi kebutuhan berdakwah”. Yang
diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2016. Skripsi ini
berisi tentang dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
memenuhi kebutuhan berdakwah. Abstrak dari skripsi ini: mengidentifikasi
apa saja kebutuhan informasi dan bagaimana perilaku pencarian informasi
oleh dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam memenuhi
kebutuhan berdakwah, serta mengetahui bagaimana cara yang dilakukan
dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalampencarian
informasinya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan
pendekaan kualitatif. Tahapan perilaku pencarian informasi yang ditemukan
dalam penelitian ini memenuhi Model Ellis (1989), yang dilakukan secara
berurutan dari tahap memulai mencari tema, menghubungkannya, melakukan
pencarian, pemilihan data, memantau ulang data, merangkumnya,
memverifikasi, hingga ke tahap penyelesaiannya dengan memprint out hasil
yang ditemukan. Sedangkan hambatan/ kendala yang dihadapi berasal dari
individu, antar individu dan lingkungan.
2. Penelitian yang ditulis oleh Maulidya Istiqfani dalam skripsinya yang
berjudul “Kebutuhan informasi guru-guru fiqh dalam proses kegiatan belajar
mengajar: studi kasus di MTsN Tangerang II Pamulang”. Yang diterbitkan
oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif dan pendekatan
36
kualitatif. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa ketika guru Fiqih
ingin membuat RPP, mereka membutuhkan informasi mengenai tujuan
pembelajaran, kompetensi yang diharapkan, metode mengajar, dan materi ajar
dan ketika guru Fiqih menggunakan model pembelajaran CTL, mereka juga
membutuhkan informasi mengenai metode mengajar dan fsilitas
pembelajaran yang tepat untuk anak didik. Selain itu, terkait ilmu Fiqih
mereka membutuhkan informasi tentang perkembangan hukum Islam dan
berita-berita dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dijadikan contoh dalam
proses pembelajaran dikelas. Untuk memenuhi informasinya, guru-guru Fiqih
membaca buku, melakukan pencarian di Internet dan berdiskusi dengan
teman di MGMP agama.
Hal yang membedakan penelitian diatas dengan penelitian penulis lakukan
terletak pada sasaran dalam penelitin, karena penelitian ini yang dijadikan
sasaran ialah ustadz-ustadz yang sekaligus menjadi pendakwah dan selain itu
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian
berupastudi kasus serta pembahasan dari hasil penelitian ini terfokus pada
perilaku pencarian informasi yang terjadi di Pesantren Hidayatul Falah.
37
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian studi kasus yang dilakukan terhadap ustadz di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Sukabumi, untuk mengetahui perilaku pencarian
informasi ustadz dalam memberikan pengajaran islami, hambatan apa
yang mempengaruhi pencarian informasi dan bagaimana cara mengatasi
ustadz mengatasi hambatan dalam mencari informasi. Pendekatan
kualitatif, yaitu pendekatan dengan mengkaji perspektif partisipan dengan
strategi-strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dalam buku memahami Penelitian Kualitatif karya Basrowi dan Suwandi,
Bogdan dan Taylor mengatakan bahwa penelitian kualitatif merupakan
salah satu prosedur penelitan yang menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan atau tulisan serta perilaku orang-orang yang diamati. Melalui
penelitian kualitatif peneliti dapat mengenali subjek, merasakan apa yang
mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.34 Data kualitatif juga dapat
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya
wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus, atau observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif
34 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm 1
38
adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perilaku kebutuhan informasi
yang ada di Pondok Pesantren Hidayatul Falah, serta memahami dan
mencari tahu kendala apa saja yang ditemui oleh ustadz di Pesantren serta
bagaimana cara mengatasinya pada saat melakukan pencarian informasi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi
kasus adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha menemukan makna,
menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman
mendalam yang mendalam dari individu, kelompok atau situasi”35.
Dalam pengertian lain studi kasus adalah sebuah eksplorasi dari “suatu
sistem yang terikat” atau “suatu kasus/beragam kasus” yang dari waktu ke
waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan
berbagai sumber informasi yang “kaya” dalam suatu konteks.
Yang dimaksud kasus adalah kejadian atau peristiwa, bisa sangat
sederhana bisa pula kompleks. Oleh karena itu peneliti mimilih salah satu
saja yang benar-benar spesifik. Peristiwanya tergolong unik, artinya hanya
terjadi di situs atau lokus tertentu.
Peneliti mengumpulkan data dan mendeskripsikan perilaku pencarian
informasi yang terjadi di Pondok Pesantren Hidayatul Falah sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian
35 Emzir,Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Hlm. 20.
39
1) Subjek dan objek penelitian
Objek dari penelitian ini adalah perilaku pencarian informasi yang
dilakukan ustadz. Subjek penelitian ini adalah ustadz di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah
2) Informan penelitian
Informan dari penelitian ini adalah ustadz di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah yang berjumlah tiga orang. Pemilihan informan ini
dilakukan secara sengaja. Spradley (1980) mengusulkan lima kriteria lima
kriteria untuk pemilihan kriteria untuk pemilihan informan, sebagai
berikut:
a. Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan
atau medan aktivitas yang menjadi informasi
b. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi perhatian peneliti
c. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk
diwawancarai
d. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau
dipersiapkan terlebih dahulu
e. Subjek yang sebelumnya tergolong masih “asing” dengan penelitian,
sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk “belajar” sebanyak
mungkin dari subjek yang berfungsi sebagai “guru baru” bagi
peneliti36
36 Burhan Bungin. Analisis data penelitian kualitatif: Pemahaman filosofis dan metodologis ke
arah penguasaan model aplikasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005) hlm.54-55
40
Kriteria informan yang dipilih penulis memenuhi empat kriteria yang
disarankan oleh Spradley, yaitu ketiga informan orang-orang yang intensif
dan berperan aktif dalam kegiatan pencarian informasi serta mempunyai
waktu atau kesempatan untuk diwawancarai. Selain itu, informan yang
dipilih pun disesuaikan dengan persyaratan unuk diangkat sebagai ustadz
2. Sumber data
Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
a. Data primer yaitu semua bahan-bahan informasi dari tangan pertama
atau dari orang sumber yang terkait langsung dengan suatu gejala atau
peristiwa tertentu. Data primer merupakan data yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya dan tanpa melalui perantara. 37 Dalam
penelitian ini, yang merupakan data primer adalah Ustadz yang ada di
Pondok Pesantren Hidayatul Falah yang berjumlah 10 orang, namun
penulis mengambil jumlah data primer sebanyak 3 orang karena jumlah
ustadz tetap Pondok Pesantren Hidayatul Falah yang juga menjadi
pendakwah di lngkungan sekitar Sukabumi
b. Data sekunder adalah data-data yang tersedia dan telah diolah terlebih
dahulu seperti buku-buku dan literatur lainnya yang berhubungan
dengan penelitian seperti artikel yang berkaitan dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini yang merupakan data sekunder adalah buku-buku,
literatur, artikel, karya tulis, dokumentasi dan lain sebagainya.
37 Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, hlm. 86
41
3. Informan
Informan adalah orang yang diwawancarai dan dijadikan sebagai
narasumber untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Informan
merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data,
informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.38
Kegunaan informan bagi peneliti ialah membantu agar cepat dan teliti
dalam melakukan analisis, terutama bagi peneliti yang belum mengalami
latihan etnografi.39Adapun informan dalam penelitian ini diantaranya yaitu
Ustadz Pesantren Hidayatul Falah dan juga menjadi seorang pendakwah
dilingkungan Sukabumi yang bersedia diwawancarai oleh penulis, yaitu
ustadz Jaenudin, Ustadz Khoerudin dan ibu Khotimah.
Alasan penulis menjadikan ketiganya sebagai informan, karena ustadz
Jaenudin, Ustadz Khoerudin dan ibu Khotimah merupakan pengajar tetap
di Pondok Pesantren Hidayatul Falah yang sekaligus merupakan seorang
pendakwah di lingkungan Sukabumi khususnya kecamatan Cikidang.
A. Profil Informan/Narasumber
a) Informan J
Informan J adalah ustadz yang mengajar di Pesantren yang sekaligus
sebagai Kepala yayasan Pondok Pesantren Hidayatul Falah dengan
latar belakang pendidikan terakhir Pesantren selama kurang lebih 12
tahundi Pesantren Hidayatul Falah dan Pesantren As-salafiyah
Sukabumi dan berkuliah di STAI An-Andina Sukabumi . Sudah 15
tahun beliau mengajar di Pesantren Hidayatul Falah. Selain itu beliau
38Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: komunikasi, ekonom, kebijakan politik, dan ilmu sosial
lainnya (Jakarta: Kencana, 2007),hlm.108
39S. Yvonna Lincoln dan Egon G. Guba, Effective Evaluation (San Fransisco, 1981), hlm. 258
42
juga mengajar bidang studi keagamaan di SMK AL-Mumtaz
Sukabumi. Di masyarakat selain menjadi pendakwah, beliau juga
menjadi anggota MUI desa Cikiray serta sebagai anggota PAH
(Penyuluh Agama Honorer) di kecamatan
b) Informan K
Informan K adalah asisten pengajar di Pesantren Hidayatul Falah.
Pendidikan terakhir beliau yaitu pesantren selama 12 tahun di
Pesantren As-salafiyah Sukabumi dan pesantren Hidayatul Falah.
Selain mengajar, beliau juga sering berdakwah di lingkungan sekitar
serta sebagai pengajar di DTA Al-Mumtaz Sukabumi
c) Informan O
Informan O adalah ustadzah yang mengajar dan membimbing santri
khusus putri. Latar belakang pendidikan beliau yaitu Sarjana
Pendidikan di STAI Pelabuhan Ratu dan pesantren selama 6 tahun di
Pesantren Hidayatul Falah, selain mengajar di Pesantren Hidayatul
Falah, beliau juga mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Yasri Sukabumi.
4. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu:
a. Observasi.
Observasi atau pengamatan dapat didefinisikan sebagai perhatian
yang terfokus terhadap kejadian, gejala, atau sesuatu. Adapun menurut
Garayibah, observasi ilmiah adalah perhatian terfokus terhadap gejala,
kejadian atau sesuatu dengan maksud menafsirkan,ya, mengungkapkan
faktor-faktor penyebabnya, dan menentukan kaidah-kaidah yang
43
mengaturnya. 40 Dalam pengertian lain observasi adalah metode atau
cara-cara penghimpunan data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang sedang dijadikan
sasaran pengamatan. Dan dalam hal ini, Ustadz Pesantren Hidayatul
Falah lah yang dijadikan sasaran pengamatan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara(interviewee) yaang memberi
jawaban atas pertanyaan itu.41Wawancara adalah teknik pengambilan
data melalui bentuk pertanyaan yang diajukan secara lisan kepada
narasumber, dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalammelakukan
penelitian tersebut.
c. Dokumen
Soehartono menyatakan bahwa studi dokumentasi merupakan teknik
pengumpulan data yang tak langsung ditujukan kepada subjek:
penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berbagai macam, tidak hanya
dokumen resmi.42
Dilakukan dengan cara membaca berbagai buku yang berkaitan
dengan penelitian ini sebagai acuan.
40Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data (Jakarta: Rajawali Press. 2011),Hlm .38.
41Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung :Pt. Remaja Rosdakarya. 2014),
Hlm.186. 42Ibid. Hlm, 70
44
d. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencata serta
mengolah bahan penelitian. 43 Dalam kegiatan ini, penulis
mengumpulkan data melalui membaca berbagai macam sumber
referensi atau literatur-literatur yang lerevan dengan tema yang dibahas
oleh penulis. Adapun sumber-sumber yang dimaksud dapat diperoleh
dari buku, jurnal, artikel,surat kabar, skripsi, prosiding dan dengan
menelusur melalui media elektronik.
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif. Adapun langkahnya yaitu:
a. Reduksi Data
Pada tahap ini, dilakukan pemilihan tentang relevan tidaknya antara
data dengan dengan tujuan penelitian. Data-data yang penulis peroleh
hasil dari wawancara, observasi, dan studi pustaka yang tidak semuanya
penulis gunakan. Akan tetapi, data tersebut dipilih-pilih yang relevan
dengan tema penelitian.
b. Penyajian Data
Dalam penelitian ini, penulis menyajikan data dalam bentuk teks yang
bersifat naratif. Data ini yang nantinya akan menjelaskan haasil dari
penelitian yang telah dilakukan.
43Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,2008),hlm. 3.
45
c. Penarikan Kesimpulan
Setelah data-data terangkum dan dijabarkan, penulis akan membuat
kesimpulan yang nantinya dapat digunakan untuk menjawab rumusan
masalah.
6. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pesantren Hidayatul Falah yang bertempat di
kp.Tipar desa Cikiray kec. Cikidang kab. Sukabumi
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2016 sampai dengan November
2018 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
N
o
Kegiatan 2016-2018
Juni Juli - agust
Sept Okt-Des Jan- Mei Jun Jul
1 Penyusunan
Proposal
2 Pengajuan
Proposal
3 Bimbingan Skripsi
4 Pengumpulan
Literatur
Mengenai Skripsi
5 Melakukan
wawancara
dengan informan
6 Penelitian di
lapangan
7 Analisis Data
8 Penyusunan
Skripsi
9 Pengajuan Sidang
10 Sidang Skripsi
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Hidayatul Falah
1. Sejarah Berdiri dan Tujuan didirikannya Pesantren Hidayatul Falah
Sukabumi
Pondok Pesanten Hidayatul Falah berkedudukan di Kecamatan
Cikidang kabupaten Sukabumi. Yayasan ini didirikan pada tanggal 02 Mei
1953. Berdiri di atas lahan tanah seluas 517 m2 (lima ratus tujuh belas meter
persegi) yang awalnya hasil wakaf dari tanah bekas milik adat. Yayasan ini
merupakan wadah bagi penyelenggaraan pengajian anak-anak, dakwah, dan
kegiatan sosial.
Pendirian yayasan ini diprakarsai oleh Alm K.H Muhammad
Husni. Latar belakang berdirinya pondok pesantren ini karena semata-mata
mereka terpanggil dan merasa bertanggung jawab atas pendidikan anak-
anak dan masyarakat sekitarnya maupun masyarakat luas. Didirikannya
pondok pesantren didasarkan pada minimnya pengetahuan masyarakat
mengenai ilmu agama pada masa lalu, agar masyarakat dapat menerapkan
pendidikan islam dalam kehidupan sehari-hari. Pondok pesantren Hidayatul
Falah ini terbuka untuk umum, karena tidak hanya para santri saja yang
dapat belajar di pesantren ini, bapak-bapak beserta ibu-ibu dilingkungan
sekitar juga diperbolehkan untuk mengikuti pengajian yang telah
terjadwalkan oleh pesantren Adapun sistem pengajaran yang diterapkan di
47
pesantren ini adalah ceramah dan sorogan, dimana santri diajak memahami
kandungan kitab kuning secara perlahan-lahan, detail, teliti mengikuti
pikiran dan konsep-konsep yang termuat dalam kitab dari kata per kata.Di
pesantren Hidayatul Falah mengaji kitab diajarkan sesuai dengan tingkat
kesulitan dalam memahami kitab dan usia. Pesantren ini tidak menggunakan
kurikulum pemerintah dalam sistem belajar mengajar, tetapi pesantren ini
sudah bekerjasama dengan pesantren lain untuk mengembangkan bakat-
bakat para santrinya
2. Visi Dan Misi
Visi Pondok Pesantren Hidayatul Falah
“Unggul dalam ilmu, berkualitas dalam beramal, dan bergaul dengan
landasan keimanan”
Misi Pondok Hidayatul Falah
“Menciptakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, inisiatif, dan
produktif, serta membentuk santri yang berilmu Amaliyah dan beramal
ilmiah”
3. Sarana Prasarana
Pondok Pesantren Hidayatul Falah memiliki banyak fasilitas
pendukung, diantaranya: asrama putra dan putri, ruang aula, mesjid,
majelis ta’lim, tempat wudhu, ruang pesantren dan ruang alat marawis.
Semua ruangan tersebut masih dalam kondisi yang baik sampai saat ini.
48
4. Struktur Organisasi
Adapun susunan Organisasi Yayasan tersebut antara lain:
1. K.H Muhammad Husni (alm) sebagaiPendiri
2. Jejen Jaenudin sebagai Ketua Yayasan
3. Khoerudin sebagai Sekretaris
4. Khotimah, S.Pd.I sebagai Bendahara
5. Syafe’i sebagai Anggota
6. Uto Muslim sebagai Anggota.
7. Komarudin sebagai Anggota
8. Ujang Hendrik sebagai Anggota
9. Iskandar sebagai Anggota
10. Ihun Solihun (alm) sebagai Anggota
5. Toko buku Sukabumi
Adapun toko buku yang menjadi acuan pondok pesantren hidayatul falah
yaitu:
1. Toko Kitab dan Buku Bintang Fajar
Toko Kitab & Buku Bintang Fajar beralamat di Jalan Stasiun
BaratNo.19, Gunungparang, Cikole, Gunungparang, Cikole, Kota
Sukabumi, Jawa Barat 43111, Indonesia.
2. Toko Kitab - Buku Al-Islamiyah
Toko Kitab - Buku Al-Islamiyah beralamat di Jl. Zaenal Zakse,
Gunungparang, Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43111, Indonesia.
49
3. Toko Buku AA
Toko Buku AA beralamat di Jalan A. Yani No.86, Gunungparang,
Cikole, Gunungparang, Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43111,
Indonesia.
B. Hasil penelitian
Pada point ini penulis akan memaparkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Pondok Pesantren Hidayatul Falah. Penulis meneliti dan
mengamati perilaku pencarian informasi yang terjadi di pondok Pesantren
Hidayatul Falah. Selain itu penulis melakukan wawancara kepada ustadz
yang mengajar, diantaranya yaitu:
No Nama Peran Inisial
1 Jaenudin Kepala yayasan
sekaligus
pengajar
u.j
2 Khoerudin Asisten pengajar u.k
3 Khotimah Bendahara
sekaligus
pengajar
u.o
Wawancara dilakukan untuk mencari informasi tentang perilaku
pencarian informasi di Pondok Pesantren Hidayatul Falah. Tahapan yang
pertama penulis lakukan yaitu melakukan observasi atau pengamatan
untuk mengetahui kegiatan apa saja yang terjadi di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah setiap hari. Observasi ini dilakukan dalam beberapa tahap,
50
pertama penulis meminta izin untuk melakukan penelitian yang
berlangsung selama 4 hari. Observasi kedua dilakukan penulis selama
1bulan. Observasi dilakukan untuk melihat kegiatan-kegiatan yang terjadi
di Pesantren Hidayatul Falah serta mengamati bagaimana perilaku
pencarian informasi yang terjadi disana
Pada hasil penelitian ini penulis menganalisis data yang telah di
dapat, selanjutnya penulis melakukan reduksi data, penyajian data
sehingga dapat menarik kesimpulan dari apa yang penulis teliti. Penulis
akan mendeskripsikan, dan menyajikan apa yang telah di teliti. Hal
tersebut bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku
pencarian informasi serta hambatan apa saja yang terdapat dalam proses
pencarian informasi. Maka berikut akan penulis jelaskan hasil
daripenelitian yang telah penulis lakukan dalam bentuk sub-sub
pembahasan.
Analisis Pencarian informasi ustadz pondok pesantren Hidayatul Falah
a. Perilaku Pencarian Informasi.
Perilaku pencarian informasi yang terjadi di Pesantren Hidayatul
Falah secara umum akan dilihat dengan menggunakan model pencarian
informasi profesional oleh Gloria J.Leckie, Karen E. Pettigrew, dan
Christian Sylvain. Berdasarkan model ini, komponen-komponen yang
akan dianalisis adalah peran dan tugas pekerjaan, karakteristik kebutuhan
informasi, sumber informasi yang digunakan dan pemahaman terhadap
sumber informasi, dan hasil akhir. Seseorang bisa menemui kegagalan
selama pencarian informasi. Dan kegagalan ini terjadi akibat adanya
51
berbagai hambatan.Oleh karena itu, penulis menambahkan komponen
lain yang berhubungan dengan perilaku pencarian informasi yaitu
hambatan yang terjadi selama proses pencarian informasi.
Peran dan tugas pekerjaan terdiri dari fungsi penyedia layanan dan
administrasi/manajemen; karakteristik kebutuhan informasi terjadi dari
demografi individu, frekuensi, kepentingan, dan prediksi dan
kekompleksan; faktor-faktor yang mempengaruhi pencarian informasi
terdiri dari subbagian sumber-sumber informasi dan pemahaman
terhadap sumber informasi yang terdiri dari variable keakraban dan
kesuksesan sebelumnya, sumber terpercaya, kemasan, kualitas,
kemudahan akses, ketepatan waktu, dan biaya; yang terakhir adalah hasil
akhir dan hasil.
1. Peran dan fungsi pekerjaan
Menurut leckie.et.al (1996) berdasarkan berbagai penelitian
tentang kebutuhan informasi dan pemanfaatannya pada profesional
diketahui bahwa mereka mempunyai bermacam-macam peran dalam
menjalankan tugas sehari-hari, lima peran yang sering ditemukan
diantaranya: penyedia pelayanan (service provider), administrator/
manager, peneliti (researcher), pendidik/penyuluh (educator) dan
murid (student)
Peranan mereka dalam menjalankan tugas sehari-harinya
mempunyai peran yang sesuai dengan yang ditemukan oleh Leckie
yaitu:
52
a) Sebagai pendidik/penyuluh, pembimbing dan pengasuh santri
Peran yang dijalankan ustadz dengan menggunakan model
Leckie diantaranya yaitu sebagai penyuluh agama, pendakwah,
pengajar, pengasuh santri, dan asisten pengajar. Adapun tugas yang
dilakukan ustadz dalam menjalankan perannya yaitu tugas dalam
memberikan pembelajaran kepada santri dalam menerjemahkan
kitab yang berbahasa Arab, membimbing santri dalam menjawab
permasalahan yang ada dilingkungan sekitar, memberikan
pembelajaraan kewanitaan yang terdapat dalam kitab. Hal tersebut
dapat dilihat dari hasil wawancara dibawah ini
“Kalau di masyarakat saya ini anggota MUI desa Cikiray dan anggota PAH (Penyuluh Agama Honorer) di kecamatan,
ngedakwah juga kadang kalau ada yang manggil, sedangkan kalau di Pesantren mah saya Pengajar, pengasuh santri dan kepala
yayasan” (UJ)44
“kalau saya sih disini sebagai Pengajar dan pengasuh santri putri”
(UO)45
“Iya, disini saya seorang asisten pengajar tapi kadang berdakwah
juga, ceramah di masyarakat”(UK)46
“....memberi pembelajaran kepada para santri maupun santriwati dalam menerjemahkan kitab tradisonal, yg kitab bahasa Arab
gundul”(UK)47
“......mengartikan (menerjemahkan) kitab-kitab dasar serta membimbing santri putri dalam menjawab permalahan-
permasalahan yang ada”(UO)48
“.....namanya ngajar bukan sekedar ngajar saja pasti mendidik
juga, plus membimbing iya.........” (UJ)49
44Wawancara pribadi dengan ustadz Jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
45Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 19 september 2016
46Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 september 2016
47Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 september 2016
48Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 19 september 2016
49Wawancara pribadi dengan ustadz Jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
53
“.....memberi pembelajaran tentang kewanitaan, khususnya yang
terdapat pada kitab-kitab dasar seperti kitab safinah” (UO)50
Dari data diatas peran mereka dapat dilihat bahwa peran
ustadz yang dijalankan sehari-hari adalah sebagai
pendidik/penyuluh, pembimbing dan pengasuh santri, dan tugas
yang mereka lakukan yaitu memberikan pembelajaran dalam
menerjemahkan kitab tradisional yang berbahasa Arab serta
membimbing santri dalam menjawab permasalahan-permasalahan
yangterjadi di lingkungan pesantren.Dan peran tersebut ada dalam
model Leckie et.al tentang peran pendidik/penyuluh (educator) .
b) sebagai pendakwahdan sarana konsultasi masyarakat umum perihal
kehidupan
Peran lain yang terdapat dalam penelitian ini bedasarkan model
Leckie et.al yaitu sebagai sarana konsultasi masyarakat umum dan
pendakwah. Hal tersebut sesuai dari hasil wawancara dibawah ini:
“ngedakwah juga kadang kalau ada yang manggil, .........” (UJ)51
“iya gitu, kadang yang namanya masyarakat kan suka nanya kalau di pengajian, nah maka dari itu hasil dari mencari informasi itu informasi yang kita butuhkan agar kita bisa menjawab pertanyaan
masyarakat”(UK)52
“PAH itu biasanya yang membantu permasalahan di masyarakat,
contohnya kemaren kan sempet ada pembaptisan gitu di
kecamatan, nah kita itu mencari tahu kenapa bisa begitu, nah nanti
kita kasih pengertian ke masyarakat yang terlanjur pindah agama,
50Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 19 september 2016
51Wawancara pribadi dengan ustadz Jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
52Wawancara pribadi dengan ustadzkhoerudin, sukabumi, 19 september 2016
54
menjawab persoalan-persoalan mereka, dan alhamdulillah ada
yang balik pada akidahnya”(UJ)53
Berdasarkan hasil wawancara diatas peran ustadz sebagai
sarana konsultasi masyarakat dan pendakwah sesuai dengan peran
penyedia pelayanan (service provider) yang ada dalam model
Leckieet.al
c) sebagai murid
Selain sebagai pengajar, ustadz juga berperan sebagai murid bagi
senior-senior mereka. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara di
bawah ini:
“biasanya untuk menambah wawasan,saya juga suka ikut pengajian ustadz-ustadz senior, menjadi pendengar begitu neng,
gak cuma diskusi aja”(UJ)54
“terkadang ikut pengajian lagi neng, belajar sama senior yang
lebih luas wawasannya”(UO)55
Dari hasil wawancara diatas, peran lain ustadz yaitu sebagai murid.
Hal ini sesuai dengan peran yang ada dalam model Leckie yaitu
peran sebagai murid (student).
2. Karakteristik kebutuhan terhadap informasi
Setiap manusia mempunyai kebutuhan informasi yang berbeda-beda,
untuk memenuhinya juga mempunyai cara masing-masing. Sulistyo-
Basuki mendefinisikan kebutuhan informasi adalah informasi yang
diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah,
pendidikan dan lain sebagainya. Menurut Leckie et.al karakteristik
53Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
54Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
55Wawancara pribadi dengan ustadzah Otih, Sukabumi, 19 September 2016
55
kebutuhan informasi dapat dipengaruhi dan dibentuk oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut adalah demografi individu (individual
demographics), konteks masalah (context), frekuensi (frekuensi), prediksi
(predictability), kepentingan (importance), dan kekompleksan
(complexcity)
a. Demografi individu
Dalam memenuhi tugas-tugasnya sebagai pengajar dan pendakwah,
para ustadz tentu membutuhkan informasi sesuai kebutuhan dan
demografi individu mereka. Hal ini dapat dilihat dari hasil
wawancara dibawah ini:
“informasi untuk bisa menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam sebuah kitab tidak selalu sama artinya, tapi disesuaikan dengan kata dasar dari kata tersebut atau mengikuti kata seterusnya, jadi kita
harus banyak-banyak baca kitab Arab” (UO)56
“.....informasi keagamaan kebanyakan, soalnya untuk bekal sebagai
pendakwah,kalau untuk ngajar palingan baca kitab kitab lain” (UJ)57
“informasi keagaaman dengan informasi yang sedang terjadi di
masyarakat” (UK)58
Dari hasil wawancara diatas, demografi individu ustadz sangat
mempengaruhi dalam pencarian informasi. Dan ini sesuai dengan
model perilaku pencarian informasi professional milik Leckie at.al
tentang faktor yang mempengaruhi karakteristik kebutuhan informasi
setiap individu yaitu demografi individu
56 Wawancara pribadi dengan ustadzah Otih, Sukabumi, 19 September 2016
57Wawancara pribadi dengan Ustadz Jaenudin, Sukabumi, 19 September 2016
58Wawancara pribadi dengan Ustadz Khoerudin, Sukabumi, 19 September 2016
56
b. Faktor kebutuhan informasi yang baru atau terulang
Faktor kebutuhan informasi yang baru atau terulang dapat dilihat
dari tindakan yang dilakukan ustadz bila menemukan permasalahan
di lingkungan masyarakat.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dibawah ini:
“iya, sebenarnya saya sudah tahu tentang informasi tersebut, tapi
saya hanya ingin menambah informasi dan wawasan saja, contohnya
ketika saya ingin berdakwah,nah enak kalau misalnya mencari informasi lewat internet,karena kalau dikitab kan gak semuanya di
jelaskan dan sesuai dengan apa yang terjadi sekarang pembahasannya, maka dari itu saya mencari informasi lewat internet
untuk bisa disesuaikan antara informasi yang ada di kitab dengan informasi yang ada di internet, kalau dulu mah mau dakwah itu
paling ngebahasapa saja yang telah di pelajari, kalau sekarang kan informasi semakin banyak, jadi bisa gunakan untuk kepentingan yang
kita butuhkan”(UJ)59
Dari hasil wawancara diatas, ustadz mencari informasi yang
berulang-ulang untuk menambah informasi dan wawasan ustadz
dalam memenunuhi tugasnya berdakwah, mengajar dan tugas
lainnya. Dan hal ini merupakan faktor yang mempengaruhi
karakteristik kebutuhan informasi individu menurut Leckie.et.al.
c. Prediksi yaitu mencakup kebutuhan informasi yang diharapkan
atau tidak terduga
Dalam menjalankan peran dan tugasnya, para ustadz memprediksi
terlebih dahulu kebutuhan informasi yang mereka butuhkan agar
sesuai dengan yang mereka harapkan. Pernyataan ini sesuai dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
59Wawancara pribadi dengan ustadz Jaenudin, Sukabumi, 19 September 2016
57
“.......kita juga kadang suka memprediksi, bahasan apa yang
biasanya sering muncul di lingkungan sekitar, maka dari itu kita harus mencari informasi itu agar bisa menjawab pertanyaan-
pertanyaan masyarakat dan penyampaiannya diseseuaikan dengan permasalahan masa itu, sekarangkan cari informasi mah gampang,
asal harus pinter milih-milihnya”(UO)60
Dari data diatas demografi individu, faktor kebutuhan terulang dan
baru, dan prediksi sangat mempengaruhi kebutuhan informasi para
ustadz dalam mencari informasi.
3. Sumber informasi
Sumber informasi merupakan media tersimpannya sekaligus media
penyampaian suatu informasi. Sumber informasi menurut Suwanto dapat
berupa dokumen dan non dokumen, maksudnya sumber informasi dalam
bentuk dokumen adalah buku, majalah, tesis, disertasi, laporan penelitian,
jurnal abstrak atau yang lainnya dalam bentuk tercetak. Sedangkan
sumber informasi non dokumen adalah sumber informasi yang didapat
dari manusia langsung seperti keluarga, teman, dosen, pustakawan,para
ahli, spesialis informasi. Adapun sumber informasi yang ustadz dan
ustadzah yang banyak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
diantaranya yaitu:
a. Buku dokumen
Hasil wawancara menunjukkan bahwa buku tradisional yang
berbahasa Arabtentang kegamaan, tafsir alqur’an dan hadist yang
biasanya dijadikan bahan ajar utama dalam kegiatan belajar mengajar.
Alasannya karena ketersediaan buku tersebut.
60Wawancara pribadi dengan ustadzah Otih, Sukabumi, 19 September 2016
58
“informasi untuk bisa menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam
sebuah kitab karena kata dari setiap kalimat yang berbahasa Arab itu tidak selalu sama artinya, tapi disesuaikan dengan kata dasar dari kata
tersebut atau mengikuti kata seterusnya, jadi kita harus banyak-banyak
baca kitab Arab”(UO)61
“disini kebanyakan kita menggunakan kitab tradisional yang berbahasa Arab neng, nah kalau referensinya baru dari al- qur’an atau buku lain”
(UJ)62
“iya banyaknya kita pake kitab tradisional yang berbahasa arab, atau
nggak baca tafsir-tafsir alqur’an“ (UK)63
b. Individu
Keterbatasan informasi dalam bentuk dokumen disiasati dengan
pencarian informasi dalam bentuk non dokumen, seperti pencarian
informasi dengan antar individu yang dianggap memiliki informasi
yang shahih dan dapat dipertanggungjawabkan.
Individu yang dijadikan sumber oleh ustadz pada umumnya yaitu
rekan-rekan sejawat yang seprofesi sebagai pengajar dan pendakwah,
serta orang-orang yang ada dalam lingkungan pesantren serta saling
pinjam meminjam kitab
“biasanya untuk menambah wawasan,saya juga suka ikut pengajian ustadz-ustadz senior, menjadi pendengar begitu neng, gak cuma diskusi
aja “(UJ)64
“ Ya dapat dari diskusi juga ada, dari kitab juga ada, seperti
muthola’ahlah kalau nambah ilmu para ustadz-ustadz” (UK)65
“oh jelas, kalau di pesantren salafi seperti disini,mungkin mencari
informasinya itu disitu, yaitu muthola’ah sama diskusi dengan ustadz
lagi, kita tidak menyepelekan kitab-kitab terjemahan, bukan gitu.. tapi
kitab tersebut hanya untuk perbandingan“ (UJ)66
61 Wawancara pribadi dengan ustadzah Otih, Sukabumi, .19 September 2016
62Wawancara pribadi dengan Ustadz Jaenudin, Sukabumi, 19 September 2016
63Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi,19 September 2016
64Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19.September 2016
65 Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 September 2016
66Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 20 september . 2016
59
“karena setiap para ustadz sangat mungkin saling pinjam meminjam
seperti mau meminjam kitab karena kita tidak punya kitabnya, maka
kita minjam ke si anu, maka kita meminjam kitab ke beliau begitupun
sebaliknya”(UK)67
“Saya juga tentu pernah merasa tidak puas dalam mencari informasi
dan Saya akan mencari informasi dengan sumber informasi yang
samadengan cara yang sama pula,misalnya nyari informasinya dikitab
lain seperti meminjam kitab” (UO)68
“saling sharring dan sambil saling meminjam kan kitab, karena kitab
pribadi yang belum lengkap.................”(UJ)69
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan kekurang
puasan ustadz dalam mencari informasi maka ustadz mencari informasi
dari berbagai sumber informasi siapa saja dan dari mana saja. Pemilihan
informasi ini atas dasar kebutuhan informasi individu
c. Toko buku
Sumber informasi lain ustadz didapat dari toko buku dengan cara
membelinya. Pernyataaan ini sesuai dengan hasil wawancara berikut
ini:
“...... kitab yg ustadz ajarkan di pesantren ini sama beliau juga sama beli pribadi beli sendiri di toko anda, anda sukabumi dan toko bintang fajar sukabumi dan toko islamiyah sukabumi, itu masalah kitab semua
guru pada beli sendiri”(UJ)70
Dengan adanya toko buku didaerah dapat membantu ustadz dalam
mengoleksi sumber informasi dengan cara membelinya dalam bentuk
buku. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara diatas.
67Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 September 2016
68Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 20 september 2016
69Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
70Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
60
d. Internet
Sumber informasi yang berasal dari internet juga biasanya
digunakan oleh para ustadz, karena sumber informasi tersebut dianggap
sebagai sumber informasi yang lengkap. Dengan perkembangan
informasi yang semakin pesat, maka teori belajar pun semakin
kompleks perkembangannya. Banyak kemajuan yang menarik dari teori
belajar mengajar bila dibandingkan dengan teori belajar yang
sebelumnya, karena teori belajar sekarang yang semakin beragam.Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan ustadz dibawah ini:
“kalau saya udah mulai pake alhamdulillah, seperti kemarin saya pake google untuk mencari referensi hadist yang berkaitan tentang zakat
tanaman(UJ)71
“sedikit-sedikit saya sudah memakai internet,contohnya saya pernah mencari tentang permasalah perempuan,apa saja yang berkaitan
dengan itu,untuk menambah pengetahuan saja“(UO)72
Dengan adanya internet, ustadz sedikit terbantu dalam mencari
informasi sesuai dengan yang mereka butuhkan. Dan hal ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan informasi mereka dalam menjalankan tugas
dan perannya.
4. Kesadaran terhadap informasi
Kesadaran terhadap informasi dapat menentukan jalan/proses
pencarian infromasi yang akan diambil. Adapun variabel-variabel yang
mempengaruhi kesadaran ustadz terhadap informasi diantaranya yaitu:
71Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 20 september 2016
72Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 20 September 2016
61
a. Variable kemudahan akses
Menurut Leckie et. al profesional akan memilih sumber informasi
yang telah terbiasa mereka gunakan untuk masalah atau kebutuhan
yang sama dengan terdahulu.
“... memilih sumber informasi tersebut sih karena lebih mudah
didapat, disinikan kebayakannya kan menggunakan kitab tradisional
yang berbahasa Arab dan saya juga suka bertukar fikiran dengan ustadz lain agar saya dapat lebih faham dan menguasai ilmu yang
bersangkutan, seperti yang saya ajarkan” (UO)73
b. Variable informasi yang terpercaya
Berdasarkan hasil wawancara,ketiga informan menyatakan variable
sumber yang terpercaya dan kualitas akan sangat berpengaruh dalam
pemilihan sumber informasi.
“bukannya kita tidak memakai dari buku-buku yang terjemahan, bukannya tidak senang, tp kayaknya kita lebih mendalamnya atau
lebih percayanya lebih kesitu” (UJ)74
Kurangnya ustadz mempercayai dan memakai kitab terjemahan
dipengaruhi oleh percayanya ustadz terhadap kitab yang berbahasa
Arab dan lebih memahaminya ustadz terhadap kitab tersebut. Hal
tersebutsesuai dengan pernyataan ustadz diatas.
73Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 19 september 2016
74Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
62
c. Variabel kemampuan ustadz dalam membandingkan sumber
informasi
Variabel ini merupakan variabel perbandingan para ustadz dalam
mencari informasi dan perbandingan ini pun berpengaruh dalam
pencarian informasi
“.....mencari informasi dari internet itu untuk perbandingan bukan untuk bahan bacaan mentah-mentah tapi kita juga bersyukur dengan
adanya internet, jadi kita juga lebih banyak perbandingan” (UJ)75
Dari pernyataan diatas mencari informasi melalui internet dilakukan
ustadz untuk membandingkan informasi yang mereka ketahui dari
media lain dengan informasi yang mereka dapatkan dari internet
sebagai perbandingan yang kelak dapat digunakan dalam
menjalankan tugas dan perannya.
5. Hasil Penelusuran Informasi
Hasil penelusuran informasi adalah hasil yang didapat dari proses
pencarian informasi. Hasil yang optimal dapat tercapai apabila informasi
yang diperoleh dapat membantu menyelesaikan tugas dan peran kerja
profesional. Tindakan yang dilakukan para ustadz adalah menyimpan
informasi agar dapat memanfaatkan kembali informasi tersebut apabila
mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Namun tidak
jarang pula para ustadz melakukan kembali penelusuran informasi
(feedback) sebab informasi yang didapat tidak sesuai dengan informasi
yang mereka butuhkan. Dan proses penemuan infromasi baru akan
berakhir apabila hasil informasi yang diperoleh dapat membantu
75Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
63
menjawab pemasalahan dalam menyelesaikan tugas yang mereka
kerjakan. Adapun hasil akhir dari proses pencarian informasi yang terjadi
di Pesantren Hidayatul Falah
“informasi untuk bisa menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam
sebuah kitab karena kata dari setiap kalimat yang berbahasa Arab itu
tidak selalu sama artinya, tapi disesuaikan dengan kata dasar dari kata tersebut atau mengikuti kata seterusnya, jadi kita harus banyak-banyak
baca kitab Arab”(UO)76
“kalau saya sih informasi keagamaan kebanyakan, soalnya kan sebagai
bekal untuk berdakwah, kalau untuk ngajar palingan baca kitab kitab
lain”(UJ)77
“iya gitu, kadang yang namanya masyarakat kan suka nanya kalau di pengajian, nah maka dari itu hasil dari mencari informasi itu informasi yang kita butuhkan agar kita bisa menjawab pertanyaan masyarakat”
(UK)78
Informasi seputar keagamaan dan menerjemahkan bahasa Arab
merupakan hasil dari pencarian informasi ustadz yang sering mereka
lakukan sehari-hari. Hal tersebut mereka lakukan untuk membantu
mereka dalam menjalankan peran dan tugas mereka sebagai pendidik,
penyuluh dan peran lainnya.
6. Hambatan-hambatan
Hampir dapat dipastikan setiap individu akan mengalami hambatan
dalam pencarian informasi. Hambatan dalam pencarian informasi dapat
dikategorikan menjadi hambatan individu, hambatan lingkungan dan
hubungan antar individu (interpersonal). Hambatan individu adalah
faktor yang menghambat pencarian informasi yang berasal dari dalam
76Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi,19 september 2016
77Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 20 september 2016
78Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 september 2016
64
diri pencari informasi itu sendiri seperti faktor sifat, pendidikan dan
status sosial ekonomi. Hambatan yang berasal dari lingkungan pencarian
informasi antara lain waktu yang terlalu lama untuk memperoleh
informasi, fasilitas akses yang terbatas, situasi ekonomi dan politik.
Kendala lain juga diutarakan oleh Wersig, bahwa segala tindakan
manusia didasarkan pada suatu keadaan yang dipengaruhi oleh
lingkungan pengetahuan, situasi, dan tujuan yang ada pada diri
manusia.79
Leckie et. al mengungkapkan ada beberapa hambatan yang dapat
menghilangkan kebutuhan untuk mencari informasi
“ya kendalanya itu dalam kurangnya bahan bacaan, karenakan
terkadang kalau mencari di toko buku itu tidak semuanya ada, kadang
jauh juga, terus disini juga masih minim perpustakaan, jadi disana
kendalanya” (UJ)80
“mungkin karna kita belum ada perpustakaan kali ya, yang di dalamnya tu terdapat kitab-kitab berbahasa arab dalam berbagai
ilmu”(UK)81
“fasilitas sih kita masih kurang”(UO)82
“jarang kalau saya mencari informasi lewat internet, soalnya pengetahuan mencari informasi menggunakan internet yang baik itu
masih kurang”(UJ)83
Dengan adanya kendala-kendala tersebut, solusi yang dilakukan
oleh para ustadz apabila tidak menemukan informasi dari kitab maupun
media lain, atau tidak memahami salah satu pembahasan yaitu dengan
79Putu Laxman, Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu Pengantar Diskusi
Epistemologi dan Metodologi, (Jakarta: JIP-FSUI, 2003), hlm.5
80Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 20 september 2016
81Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 20 september 2016
82Wawancara pribadi dengan ustadzah otih, sukabumi, 20 september 2016
83Wawancara pribadi dengan ustadz jaenudin, sukabumi, 20 september 2016
65
berdiskusi dengan kolega yang lebih senior dan lebih luas wawasannya.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pernyataan dibawah ini:
“pernah lah merasa tidak puas pas nyari informasi yang kita butuhkan,
tapi karna keterbatasan sumber informasi biasanyasaya akan mencari
informasi dengan sumber informasi yang berbeda dengan cara yang
sama, misalnya nyari informasinya gak dapet di buku yang kita punya
nih, maka nanti basanya saya nyari informasinya diskusi gitu nanya-
nanya dengan sesama pengajar” (UK)84
“Ya pasti diskusi sama ustadz lain yang lebih paham kalau kita gak
nemu informasi di kitab” (UJ)85
C. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan menjelaskan secara singkat analisis dari hasil
penelitian penulis pada bab 4. Hasil penelitian
1. Perilaku pencarian informasi
Bedasarkan hasil penelitian penulis tentang perilaku pencarian informasi
ustadz yang ada di Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi dengan
menggunakan Model of Information Seeking of Profesional yang
dikembangkan oleh J.Leckie, Karen E Pettirew dan Christian Sylvain.
menunjukkan bahwa perilaku pencarian ustadz dilihat dari peran ustadz di
pondok pesantren Hidayatul Falah yang diantaranya sebagai pengajar,
pendakwah, penyuluh agama, dan pembimbing santri. Adapun tugas
ustadz di pesantren diantaranya mencakup mengajar, menjawab persoalan
masyarakat, mengasuh dan membimbing santri. Karakteristik kebutuhan
informasi ustadz dalam menjalankan perannya dipengaruhioleh demografi
individu, faktor kebutuhan informasi yang terulang dan baru, kebutuhan
individu,dan prediksi ( kebutuhan informasi yang diharapkan atau tidak
84Wawancara pribadi dengan ustadz khoerudin, sukabumi, 19 september 2016
85Wawancara pribadi dengan ustadz Jaenudin, sukabumi, 19 september 2016
66
terduga). Sumber informasi yang ustadz gunakan dalam mencari informasi
yaitu sumber informasi bersumber dari buku (kitab tradisional berbahasa
Arab, tafsir alqur’an dan hadist), individu, toko buku dan internet.
Kesadaran ustadz terhadap informasi dapat dilihat dari beberapa
komponen berikut; kemudahan akses informasi, informasi yang
terpercaya, dan kemampuan ustadz dalam membandingkan sumber
informasi yang didapat, baik itu dari buku maupun media lain. Hasil
pencarian informasi yang ustadz lakukan yaitu informasi yang ustadz
butuhkan mencakup informasi belajar mengajar, berdakwah, dan untuk
keperluan pribadi seperti ilmu keagamaan, informasi tentang
menerjemahkan kitab yang berbahasa Arab, dan informasi yang
dibutuhkan oleh individu.
Tidak semua komponen pada model Leckie ini dapat ditemukan dalam
pencarian informasiyang terjadi di pondokpesantren Hidayatul Falah
Sukabumi seperti komponen kesulitan dalam mencari informasi dalam
karakteristik kebutuhan informasi, keakraban dan kesuksesan dalam
kesadaran terhadap informasi, ketepatan waktu, biaya dan kualitas sumber
informasi. Komponen-komponen yang muncul pada penelitian ini antara
lain: variabel informasi yang terpercaya dan variabel kemampuan ustadz
dalam membandingkan sumber informasi.
2. Hambatan
Bagi ustadz Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi minimnya
pengetahuan tentang internet, keterbatasan kitab bacaan baik itu yang
berbahasa Arab atau bacaan lainnya dan fasilitas seperti perpustakaan
67
merupakan hambatan para ustadz dalam mencari informasi. Keunikan dari
perilaku pencarian informasi pada studi kasus ini yaitu menjadikan
hambatan mereka sebagai motivator dalam mencari informasi sehingga
mereka sangat rajin berdiskusi dengan sesama pengajar, mengikuti
pengajian-pengajian pendakwah lain dan senior serta mencari informasi
dari televisi, radio dan masyarakat.
68
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai perilaku pencarian
informasi di Pondok Pesantren Hidayatul Falah yang telah dilaksanakan
dan dianalisa diambil dari bab 1-4. Point selanjutnyaialah saranyang
diberikan sebagai masukan bagi pesantren agar bisa menjadi lebih baik
untuk kedepannya. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pencarian informasi
ustadz berdasarkan model Leckie et.al dapat dilihat dari peran ustadz
di pondok pesantren Hidayatul Falah diantaranya sebagai pengajar,
pendakwah, penyuluh agama, dan pembimbing santri. Adapun tugas
ustadz di pesantren diantaranya mencakup mengajar, menjawab
persoalan masyarakat, mengasuh dan membimbing santri.
Karakteristik kebutuhan informasi ustadz dalam menjalankan perannya
dipengaruhi oleh demografi individu, frekuensi kebutuhan individu,
konteks dan prediksi yang bersumber dari buku (kitab tradisional
berbahasa Arab, tafsir alqur’an dan hadist), individu, toko buku dan
internet. Kesadaran ustadz-ustadz terhadap informasi dapat dilihat dari
beberapa komponen berikut; kemudahan akses, informasi yang
terpercaya, dan kemampuan ustadz dalam membandingkan sumber
informasi. Hasil pencarian informasi yaitu informasi yang ustadz
69
butuhkan mencakup informasi belajar mengajar, berdakwah, dan untuk
keperluan pribadi. Adapun komponen-komponen yang muncul pada
penelitian ini antara lain: variabel informasi yang terpercaya dan
variabel kemampuan ustadz-ustadz dalam membandingkan sumber
informasi
2) Hambatan yang mempengaruhi pencarian informasi ustadz adalah
minimnya pengetahuan tentang internet, keterbatasan kitab dan
fasilitas seperti perpustakaan. Uniknya ustadz-ustadz menjadikan
hambatan mereka sebagai alternatif penyelesaian dalam mencari
informasi sehingga mereka sangat rajin berdiskusi dengan sesama
pengajar yang menguasai pengetahuan tentang internet, mengikuti
pengajian-pengajian pendakwah lain dan senior serta mencari
informasi dari televisi, radio dan masyarakat.
b. Saran
1) Sebagai lembaga pendidikan yang mencetak santri yang
berkepribadian serta berpengetahuan Islami, para staff pengajar di
pesantren Hidayatul Falah perlu mengembangkan pengetahuan
yang lebih terbuka terhadap informasi –informasi lain selain
informasi yang ada di kitab yang berbahasa Arab klasik, serta
mengangggarkan biaya khusus untuk sarana pesantren seperti
membuat perpustakaan pesantren sehingga dapat membantu
ustadzdalam memerankan perannya agar lebih baik lagi dan dapat
menjalankan tugasnya dengan baik pula.
70
2) Selain itu perlu disediakannya sarana prasarana penelusuran
informasi yang dapat memudahkan para pendidik agar
mendapatkan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya.
3) Para ustadz harus lebih giat dalam mempelajari pengetahuan
menggunakan internet dan tentunya jaringan internet yang
memadai juga diperlukan untuk membantu kinerja dalam mencari
informasi
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman an-Nahlawi, Usul al-tarbiyah al-islamiyah wa Asalîbaha; fi al-
bait wa al madrasah, wa al-mujtama’, terj. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi; Esai-Esai Pesantren,cet. 1.
Yogyakarta: LKiS, 2001.
Agosto, Denise E. dan Sandra Hughes-Hassel. People, Places and Questions: an
investigation of the everyday life information seeking behaviours of urban
young adult. Library & Information Science Research, 27, 2005.
Agus Rusmana, dkk, Analisis Sistem Informasi. Jakarta: UT, 2007.
Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren; Pesantren Di Tengah Arus
Ideologi-Ideologi Pendidikan, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007.
Akamarul Zaman & M. Dahlan, Kamus Ilmiah Serapan.Cet. 1, Yogyakarta:
Absolut, 2005.
Atherton, Pauline. Handbook for Information System and service. Paris:
UNESCO.1977.
Badenoch, Douglas, dkk. The Value of Information. Ed. In mary Feeney dan
Maureen Grieves. The Value and Impact of Information. London Bowker-
Saur, 1994.
Bambang S. Sankarto dan maman Permana. Identifikasi Kebutuhan Informasi
melalui Teknik Pengamatan, Wawancara dan Angket. Diakses melalui
www.pfi3pdata.litbang.deptan.go.id/laporan/one/26/file pada tanggal 29
Februari 2016 pukul 08.00
Basleman, Anisah. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2011.
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif,Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Budiyanto, M. “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi Peneliti bidang
Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia”, Tesis Pascasarjana Program Studi Ilmu Perpustakaan, Informasi
dan Kearsipan Bidang Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2000.
Burhan Bungin. Analisis data penelitian kualitatif: Pemahaman filosofis dan
metodologis ke arah penguasaan model aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005.
72
Carol Collier Kulthau. “Inside the Searching process: Information Seeking from
the User’sPerspective, Journalof the American Society and Information
Science, 1991 Vol 42(5):362. diakses tanggal 21 Februari2017 melalui
https://comminfo. rutgers.edu/~kuhlthau/docs/InsidetheSearchProcess.pdf
Darmono dan Ardoni, “Kajian Pemakai dan Sumbangan Kepada Dunia
Pusdokinfo.” Jurnal Ilmu Perpustakaan dan Ilmu Informasi Vol 1 No.2.
April 1994.
Davis, Keith dan Newstrom, Perilaku dalam Organisasi, Ed. Ketujuh .Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2001.
Donald O Case, Looking for Information,London: Academic Press, 2002.
...................... Looking for Information: A Survey of Research onInformaton
Seeking, Needs, and Behavior. United Kingdom: EmeraldGroup, 2007.
Drerr, R. L.. A Conceptual analysis of Information Needs. Information proces
and management. Vol.19. Ed.5 1983
Edhy Sutanta, System Informasi Manajemen.Yogyakarta: Graha Ilmu, 2003.
Emzir,Metode Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers, 2011
Encang Saepudin. Perilaku Pencarian DalamMemenuhi Kebutuhan Informasi.
Diposting pada tanggal 10 Januari 2009. Diakses melalui
http://encangsaepudin.wordpress.com pada tanggal 27 Februari 2016 pukul
14.00
Gloria J.Leckie and Karen E.Petiigrew, A General Model of the Information
Seeking of Professionals: Role Theory through the back door?. Diakses
melaluihttp://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sm
allbusinessnownerib.files.wordpress.com/2011/11/leckie.pdf&ved=2ahUKEw
jMirORqJhbAhUKYo8KHXZhBAIQFjAEegQIBBAB&usg=AOvVaw3Ta9
Aan4d--gzVIUuPJcDH pada tanggal 29 Maret 2017pukul12.22.
Gunawan Wiradi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Vol. 4 .Bekasi: PT.Data
Pamungkas, 2004.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Cet. 5 Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006
Ipah Farihah, Buku panduan penelitian UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian, Jakarta: STIA-LAN Press.,
1999
73
Irene Lopatoyska dan Bobby Smiley, “Proposed model of information behaviour
in crisis: the case oh Hurricane Sandy”, Vol 19 No. 1, Maret 2014.
Ismail. Kebutuhan Informasi: Bab 2. Diakses melalui http://uin-
alauddin.ac.id/dwonload04%20kinerja%20dan%20kompetisi%20Guru%20-
%20muh%20Ilyas%20Ismail2.pdf pada tanggal 20 Februari 2016 pukul
10.00
Jusni Djatin, Penelusuran Literatur. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996
Khoirul Azizi. “Thesis: Perilaku santri dalammenelusur informasi di
Perpustakaan A. Wahid Hasyim Pondok Pesantren Tebuireng Jombang”.
Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2012.
Kosam Rimbawa. Dasar-dasar Organisasi Informasi.Jakarta: Hakaesar, 2010.
Leckie, G.J.,Pettigrew K.E., Sylvian C. Modeling the Information Seeking of
Professionals: A General Model Derived from Research on Engineers, Health Care Professionals, and Lawyers. The Library Quarterly, 66(2), 161-
193. diakses pada 14 Februari 2017pukul 13.13 dari
http://www.jstor.org/stable/4309109, 1996
Lexy J.Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung :Pt. Remaja
Rosdakarya. 2014
M.Dian Nafi (Eds), Praksis Pembelajaran Pesantren, Cet. 1.Yogyakarta: Instite
For Training And Development, MA, 2007.
Mahmud Yunus. Pokok pokok pendidikan dan pengajaran, Jakarta: Hidakarya
Agung, 1961.
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial .Jakarta: Perhimpunan
Pengembangan Pesantren dan Masyarakat, 1986.
Mestika zed, Metode penelitian kepustakaan, Jakarta:Yayasan obor Indonesia,
2004
Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; 1988
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di sekolah,
Madrasah, dan Perguruan tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005
Pawit. M Yusuf. Pedoman mencari Sumber Informasi. Bandung: Rosdakarya,
1995.
......................... dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran
Informasi.Jakarta: Kencana, 2010
Prasodjo, S, et.al. Profil Pesantren.Jakarta, 1974.
74
Puji Astuti, “Kebutuhan dan Perilaku Pencarian Informasi: Studi Kasus
Mahasiswa PDPT FIB UI 2007 Dengan Metode Problem Based
Learnig,”.Skripsi S1 Prodi Ilmu Perpustakaan, FIB, Universitas Indonesia,
2008.
Putu Laxman, Pendit, Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu
Pengantar Diskusi Epistemologi dan Metodologi, Jakarta: JIP-FSUI, 2003.
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rieneka Cipta, 1990
S. Yvonna Lincoln dan Egon G. Guba, Effective Evaluation (San Fransisco,
1981)
Sulistyo-Basuki, dkk,Perpustakaan dan Informasi dalam Konteks Budaya.
Depok: Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB, UI, 2006.
Sulthon Masyhud, Tipologi Pondok Pesantren,Jakarta: Putra Kencana, 2002.
Wilson, T.D. Human Information Behavior, http://ptarpp2.uitm.edu.
my/ptarpprack/silibus/is772/HumanInfoBehavior.pdf, terakhir diakses pada
tanggal 13 Januari 2016
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren,Studi tentang Pandangan Hidup
Kyai,Jakarta:LP3ES, 1982.
Pengertian-pesantren. Diakses melalui
http://indoskrip.Wordpress.Com/2011/03/15/Pengertian-pesantren/ pada tanggal
29 Februari 2016 pukul 11.00 WIB
“Pengertian Pondok Pesantren,” artikel diakses pada 5 September 2016 dari
http://beritaislamimasakini.com/pondok-pesantren-sebagai-lembaga-pendidikan-
islam.htmpada tanggal 29 Februari 2016 pukul 11.10 WIB
LAMPIRAN
Contoh Kitab Yang Dipelajari Kegiatan Pengajian Santri
Dakwah di Masyarakat Kegiatan Muhadhoroh Santri
Pengajian Bapak-Bapak Pengajian Mingguan Ibu-Ibu
Gedung Asrama Pesantren
Wawancara Peneliti Dengan Ustadzah Wawancara Peneliti Dengan Ustadz
Panduan Wawancara
Sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas kesempatan dan waktu luang yang
para informan berikan kepada saya. Saat ini saya sedang melakukan
penelitian tentang Perilaku pencarian informasi: Studi kasus Pondok
Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi. Oleh karena itu saya mengharapkan
kesediaan saudara untuk dapat menceritakaan sejelas mungkin akan
kebutuhan dan proses pencarian infromasi yang saudara lakukan dalam
penulisan skripsi ini.
Saya mohon izin untuk menggunakan alat perekam (recorder) dalam
melakukan wawancara ini untuk mempermudah penulis dalam menganalisa
data. Hasil wawancara ini yang relevan dengan topik nantinya akan saya
transkrip dalam bentuk tulisan untuk memudahkan penulis. Baiklah
wawancara ini akan saya mulai dengan pertanyaan
1. Work roles and task
a. Apa yang menjadi tanggung jawab dari jabatan bapak/ibu saat ini?
b. Apa peran bapak/ibu sebagai pengajar?
2. Task
a. Dalam melaksanakan tanggungjawab tersebut, tugas apa yang bapak/ibu
kerjakan?
3. Information needs
a. Untuk memenuhi tugas yang bapak/ibu emban, apakah bapak/ibu
membutuhkan informasi? Mengapa?
b. Apakah ada perbedaan antara proses pencarian informasi sebagai pengajar,
pendakwah dan tugas-tugas lainnya?
4. Sources of information
a. Sumber informasi apa yang yang menjadi pilihan bapak/ibu?
5. Awareness of information
a. Apa alasan bapak/ibu memilih sumber informasi tersebut?
b. Bagaimana cara bapak/ibu untuk menjaga kebaruan informasi yang
bapak/ibu butuhkan?
6. Outcomes
a. Hasil apa yang banyak bapak/ibu dapatkan dari pencarian informasi?
7. Feed back
a. Pernahkah bapak/ibu merasa hasil pencarian tersebut tidak memuaskan?
Kalau iya, apakah bapak/ibuakan mencari sumber yang sama dan cara
yang sama?
Jadwal Kegiatan Pesantren Hidayatul Falah
Senin : Jurumiyah, Taqrib,Imriti, Riyadu Sholihin
Selasa: Duraotun Nasihin, Jurumiyah
Rabu:Tafsir Jalalain, Pengajian Ibu-Ibu (Di Kampung Cikiray)
Kamis: Pengajian Ibu-Ibu Di Majlis Ta’lim (Di Kampung Tipar), Muhadloroh Santri
Jum’at: Pengajian Bapak-Bapak, Alfiyah, Adqiya, Ahlaqul Banin
Sabtu: Fathul Mu’in, Ta’limu Ta’lim, Minggu: Jurumiyah, Taqrib
Transkrip hasil wawancara narasumber
Saya: Kalau boleh tau, apakah antum disini sebagai pengajar ?
Uj: Kalau di masyarakat saya ini anggota MUI desa Cikiray dan anggota PAH (Penyuluh
Agama Honorer) di kecamatan, ngedakwah juga kadang kalau ada yang manggil,
sedangkan kalau di Pesantren mah saya Pengajar, pengasuh santri dan kepala yayasan
saya: PAH itu ngapain saja ya biasanya?
Uj: PAH itu biasanya yang membantu permasalahan di masyarakat, contohnya kemaren
kan sempet ada pembaptisan gitu di kecamatan, nah kita itu mencari tahu kenapa bisa begitu,
nah nanti kita kasih pengertian ke masyarakat yang terlanjur pindah agama, menjawab
persoalan-persoalan mereka, dan alhamdulillah ada yang balik pada akidahnya
Saya: berarti masyarakat juga bisa konsultasi juga ke ustadz sama ustadzah?
Uj: iya neng, kan kadang kalau di pengajian ibu-ibu gitu suka ada aja yang nanya mah, nah
tugas kita itu menjawab pertanyaaan masyarakat seperti ibu-ibu itu neng, gak santri aja
Saya: kalau boleh tahu, pendidikan terakhir ustadz-ustadz dan ustadzah disini apa ya?
Uj: pendidikan terakhir saya yaitu pesantren 12 tahun di pesantren hidayatul falah lalu
melanjutkan di pesantren as-salafiyah sukabumi, saya juga sekarang lagi kuliah jurusan
Peradilan agama di STAI An- Andina
Saya: nah saya itu ingin bertanya, kitab nya tu dapet dari pesantren juga? Dari pesantren
mana?
Uj: Mayoritas kl kitab-kitab yang diaji pertama dari sini mama haji
Saya: Dikasih atau disediakan? Apa gimana?
Uj: Kalau kitab, kita beli sendiri
Saya: maksudnya dari mana?
Uj: Ya dari toko yang berbeda antara lain, islamiyah, kitab yg ustadz ajarkan di pesantren
ini sama beliau juga sama beli pribadi beli sendiri di toko anda, anda sukabumi dan toko
bintang fajar sukabumi dan toko islamiyah sukabumi, itu masalah kitab semua guru pada
beli sendiri
u.j yang pasti diingat beli kitab disana, karena di sukabumi ada 3 toko yang kategori
terbesarnya disitu yang terlengkap gitu salah satunya yaitu toko islamiyah, toko anda dan
toko bintang fajar dan pasti kl disukabumi itu disitu banyaknya
saya: berarti sumber informasi disini apa aja ya?
Uj: disini kebanyakan kita menggunakan kitab tradisional yang berbahasa Arab neng, nah
kalau referensinya baru dari al- qur’an atau buku lain
saya: hmm kan kitab yang di pelajari disini itu banyak ya? Boleh tidak disebutin nama
kitabnya plus nama pengarangnya? Yang antum ajarkan di pesantren ini gt kitabnya.
u.j kalo tentang kitab karya karya ulama seperti muallifnya gt antara lain syekh ibrohim al
bajuri yang mengarang ilmu nahwu seperti imriti, seperti kitab fiqih oleh ibnu hajar al-
haitami kalau ilmu tauhid diantara lainnya seperti kitab adqiya oleh imam jainuddin
al.malibari syekh itu, terus ushul fiqih karya imam asy’ari lalu karya imam almaturidi,
Tafsir jalalain karya syekh imam jalaluddin as suyuti dan jalaluddin al mahalli, Alfiyah karya
syekh muhammad bin abdullah bin malik atau disebut ibnu malik, Taqrib karya syekh ahmad
ibnu husen asyari, atau terkenal dengan nama abu suja’i, Nasoihud dinniyah karya syekh
Abdullah ibnu alami al hadad, fathul mu’in karya syekh Zainuddin bin Muhammad al
Ghozaly al Malibary
saya: untuk memenuhi tugas yang diemban, apa mamang itu membutuhkan informasi selain
yang ada dikitab?
U.j Sangat membutuhkan
saya: contohnya informasi yang seperti apa?
Uj: kalau saya sih informasi keagamaan kebanyakan, soalnya kan sebagai bekal untuk
berdakwah, kalau untuk ngajar palingan baca kitab kitab lain
saya: nah biasanya proses mencari informasi itu bagaimana? Apa informasinya dari buku?
Atau dari mendengarkan orang lain? Apa dari diskusi?
Uj: biasanya untuk menambah wawasan,saya juga suka ikut pengajian ustadz-ustadz
senior, menjadi pendengar begitu neng, gak cuma diskusi aja
Saya: kalau misalnya baca dari buku nih, bukunya tu yg tradisional atau pake yang modern
juga seperti kitab terjemahan?
u.j nggak, kita nggak pakai itu, kitab yg kita pake kitab yg salafi atau kitab yg dulu, jadi
yang kita cari dari informatika itu kebanyakan dari kitab2 yg telah disebutkan untuk di
muthola’ah karena kalau orang pesantren seperti saya dan beliau ini bukannya tidak suka
dengan informasi yang lebih sinkron, karena biasanya informasi yang didapat itu hasil dari
diskusi sama muthola’ah
u.j bukannya kita tidak memakai dari buku-buku yang terjemahan, bukannya tidak senang,
tp kayaknya kita lebih mendalamnya atau lebih percayanya lebih kesitu
u.j kalau di pesantren salafi seperti disini,mungkin mencari informasinya itu disitu, yaitu
muthola’ah sama diskusi dengan ustadz lagi, kita tidak menyepelekan kitab-kitab
terjemahan, bukan gitu.. tapi kitab tersebut hanya untuk perbandingan
saya: berarti sumber informasi yang digunakan itu kitab tradisional ya?
u.j iya betul sumber informasi yang banyak kita gunakan itu kitab tradisional
Saya: kalau ke internet nggak? Maksudnya pernah tidak pake internet?
u.j kalau saya udah mulai pake alhamdulillah, seperti kemarin saya pake google untuk
mencari referensi hadist yang berkaitan tentang zakat tanaman
saya: alasan menggunakan kitab tradisional itu selain lebih percaya itu apa ada alasan
lainnya?
U.j: Kembali lagi ke yang tadi, seperti saya pribadi mencari informasi itu dari kitab
tradisional alasannya karena jujur saja kitab yang saya pake ini terbatas , bahkan sangat
terbatas, adapun ilmu yang guru berikan alhamdulillah bisa baca (yang berbahasa Arab) yang
kitabnya tidak ada, apalagi dengan adanya teknologi canggih seperti internetan ,maka
biasanya kita bisa menggunakan informasi yang dari internet sebagai penolong
Saya: terus hasil dari mencari informasi itu apa?
Uj: ya tentunya informasi yang kita perlukan neng, untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang sering terjadi di lingkungan kita
Saya: permasalahan masyarakat yang bagaimana yang sering ditanyakan?
Uj: seperti tentang aqiqah, tentang lebaran yang dilaksanakan pada hari jum’at dan masih
banyak lagi neng
Saya: pernah tidak minjam kitab dari orang lain ?
u.j pernah
saya: berarti saling pinjam meminjam ya ?
u.j iya, saling sharring dan sambil saling meminjam kan kitab, karena kitab pribadi yang
belum lengkap, kemaren saja bagaimana kaitan tentang hari raya ied bila terkumpul dengan
hari jum’at atau contoh hari ied adha dilaksanakan di hari jum’at , padahal saya misalnya
belum tau, maka dari itu saya mencari informasi itu di internet atau meminjam kitab ke
ustadz lain, nah itu sangat membantu sekali itu internet,karena banyak sekali kitab disana
saya: apa antum semua pernah merasa tidak puas dengan informasi yang antum cari?
Uj: pernah, tapi biasanya karna kan kitab yang kita punya juga terbatas, makanya kita suka
minjem ke temen gitu sambil diskusi juga,kalau nggak ya nyari di internet
Saya: ada tidak perbedaan antara mencari informasi untuk ngajar dengan mencari informasi
untuk berdakwah atau ngeda’i?
Uj: ya pasti diskusi sama ustadz lain yang lebih paham kalau kita gak nemu informasi di kitab
Saya: kalau misalnya dulu sama sekarang apakah ada perbedaan dalam mencari informasi?
Maksudnya itu informasi untuk pengajian (berdakwah) atau mengajar
Uj: ya ada perbedaan sih, contohnya kalau dulu itu kalau dulu itu berdakwah hanya ala
kadarnya gt, apa adanya dengan apa yang terjadi pada zaman itu terus keterbatasan dalam
mencari informasi juga dulu mah salah satu hambatannya, nah kalau sekarang mah karena
zaman sudah semakin canggih, jadi mencari informasinya juga beda lagi, bisa lewat internet
dan lain-lain, jadi bia lebih mudah, karena pembahasan untuk sekarang itu harus lebih luas
karena pendengarnya juga sekarang itu berbeda dengan zaman dulu, lebih kritis, misalnya
temanya sama dengan zaman dulu, tetapi pembahasannya sekarang agak sedikit berbeda
dengan dulu, kita lebih spesifikkan dan kita beri beberapa contoh agar mudah dipahami,
karena untuk pembahasan sekarang itu pembahasannya lebih luas dengan adanya kemudahan
mencari informasi
Saya: Nah biasanya suka kalau ngeda’i, pernah gak pakai tema yang sama gitu, tapi beda
waktu? atau nggak dulu pernah di pakai pas ngedakwah dan pas di suruh tampil lagi, ustadz
dakwah pakai tema itu lagi?
Uj: ya jelas pernah,tapi karna permasalahan di masyarakat sekarang makin berkembang,
maka kita sesuaikan dengan keadaan sekarang
Uj: iya kayak gitu, makanya nanti kita cari jawabannya ya baca dari kitab yang kita
pelajari,atau nggak tafsir dari alqur’an
Saya: berarti saling berkaitan informasi antara ngajar kitab sama ngedakwah ya??
Uj: saling, saling berkaitan
Saya: contohnya?
Uj: contohnya antara mengajar dengan berdakwah kan?
Saya: iya
Uj: contohnya ya, ketika saya membuka kitab dan misalnya isi kitab yang isinya tentang
sholat, maka saya langsung membahasnya, lalu kita beralih ke berdakwah ketika berdakwah
terkadang kitab berdakwah menjelaskan apa yang ada di pikiran dan hati kita dengan apa
yang kita ketahui dan kita pelajari, oleh karena itu saling berkaitan antara mengajar dengan
berdakwah. Contohnya ini “wa’lam: sesungguhnya kebanyakan dari manusia itu pertama:
melalaikan sholat, kedua melalaikan zakat berzakat, ketiga membuka aurat, keempat curang
dalam timbangan, ke lima menipu orang, ke enam mencampur aduk kan urusan agama dan
dunia, dan lain-lain, nah itu semua kan kalu misalnya saya mengajar, jadi menjelaskan apa
yang saya baca di dalam kitab
Saya: contohnya dalam mengajar, bagaimana cara antum menyampaikan informasi kepada
santri ?
u.j. contoh kita membuka kitab misalnya dimana batasnya, nah kebetulan tentang fashlun fil
wudhu i, nah terangin tentang wudhu, bahas sama kita, fardhu wudhu ada enam misalnya:
niat dan lain-lain nanti dicari penjelasan lain nya,dan itu udah ada disini semuanya juga,di
bantu dengan referensi lain, misalnya di kitab ini mah hanya niat, dimana sumbernya niat,ya
dari hadist yang lain, nah kata hadist ”inna mal’amalu bin niat” nah di kitab itu gak ada, jadi
cari ke yang lain, nah kemudian di fardhu wudhu membahas yang lain maka di jelaskan,
misalnya kata kitab bahwa fadhu wudhu yang kedua yaitu membasahi wajah maka kita
mengambil referensi dari alqur’an , kata alqu’an “faghsilu wujuhakum wa aidikum.....”maka
kita buka alqu’an
saya: kan buku-buku itu banyak ya? Apa pakai yang punya sendiri atau dari yang lain seperti
meminjam sesama pengajar?
u.j maksudnya seperti buku yang ini?
Saya: iya seperti buku itu
u.j oh ya jelas punya sendiri, semua megang punya pribadi
saya: misalnya nyari keperpustakaan,pernahkah?
Uj: hmm di saat saya mengajar,saya membawa buku pribadi yang sama dengan santri, disaat
saya buka kita itu maka santri juga membuka kitab yang sama yang judulnya sama ,satu
terbitan Nah nanti saya mencari referensinya dari alqur’an ,kalau misalnya saya hafal maka
hafalkan kalau misalnya saya lupa maka saya buka kitabnya
saya: selain kegiatan mengajar di pesantren apakah ustadz ada kegiatan lain?
Uj:iya ada pengajian ibu-ibu
Saya: biasanya menggunakan kitab tidak? Jika iya, kitab apa yang di pakai?
Uj: biasanya menggunakan kitab safinatu najah,dan ada juga pengajian ibu2
Saya: biasanya kalau pengajian bapak-bapak pakai kitab apa?
Uj:kl untuk pengajian bapak-bapak itu menggunakan kitab kifayatul akhyar
Saya: kalau misalnya mengajar dengan berdakwah itu beda tidak referensi yang ustadz baca?
Uj: ya beda,beda banget
Saya: dimana bedanya?
Uj: kalau ngajar itu terfokus dengan kitab yang ada, misalnya lihat ke kitab baru kita
menjelaskan dengan detail, kalau ngeda’i mah itu serabutan
Saya: maksudnya serabutan?
Uj: ya kesana kemari nyari referensinya untuk bisa membahasnya
Saya: itu dapat informasinya darimana? Yang ceramah itu
Uj: ya kan dari kitab juga, dari baca
Saya: apa pernah diskusi dengan yang lain?
Uj: iya kadang saya diskusi juga dengan yang lain, kadang juga kita menghadiri pengajian
ustadz lain sebagai penambah informasi buat saya
Saya: berarti informasi yang sering di cari itu informasi tentang keagamaan ya?
Uj: iya jelas, pasti itu,
Saya: ada kendala atau hambatan tidak dalam mencari informasi?
Uj: ya iya atuh
Saya: kendalanya itu dimana?
Uj: ya kendalanya itu dalam kurangnya bahan bacaan, karenakan terkadang kalau
mencari di toko buku itu tidak semuanya ada, kadang jauh juga, terus disini juga masih
minim perpustakaan, jadi disana kendalanya
Saya: kalau mencari informasi lewat internet itu sering atau jarang?
Uj: jarang kalau saya mencari informasi lewat internet, soalnya pengetahuan mencari
informasi menggunakan internet yang baik itu masih kurang
Saya: tapi pernah kan mencari informasi dengan menggunakan internet?
Uj: Iya pernah
Saya : bagaimana caranya?
Uj: ya saya paling mencari informasinya sesuai dengan apa yang saya cari, maka saya ketik
saja kalimat apa yang sedang saya pikirkan, tapi juga kadang pake layanan yang pake suara gt
nyarinya
Saya: kalau mencari informasi dengan internet, apakah ustadz sebelumnya sudah mengetahui
informasi yang ustadz cari?
Uj: iya, sebenarnya saya sudah tahu tentang informasi tersebut, tapi saya hanya ingin
menambah informasi dan wawasan saja, contohnya ketika saya ingin berdakwah,nah enak
kalau misalnya mencari informasi lewat internet,karena kalau dikitab kan gak semuanya di
jelaskan dan sesuai dengan apa yang terjadi sekarang pembahasannya, maka dari itu saya
mencari informasi lewat internet untuk bisa disesuaikan antara informasi yang ada di kitab
dengan informasi yang ada di internet, kalau dulu mah mau dakwah itu paling ngebahas apa
saja yang telah di pelajari, kalau sekarang kan informasi semakin banyak, jadi bisa gunakan
untuk kepentingan yang kita butuhkan
Saya: apakah ustadz percaya langsung dengan informasi yang ada di internet?
Uj: tidak, karena saya biasanya membandingkan dulu dengan kitab yang telah saya pelajari
Saya: oh...gak langsung percaya?
Uj: ya nggak atuh, nggak boleh begitu,kita harus sesuaikan dulu dengan apa yang telah kita
pelajari, saya jadi ingat dengan pepatah dulu katanya nanti itu bakal banyak orang yang lebih
percaya dengan koran daripada qur’an, nah kita itu mencari informasi dari internet itu untuk
perbandingan bukan untuk bahan bacaan mentah-mentah tapi kita juga bersyukur dengan
adanya internet, jadi kita juga lebih banyak perbandingan
Saya: kalau misalnya menggunakan buku elektronik itu bagaimana?
Uj: saya jarang sekali memakai kitab yang elekronik begitu
Saya: apakah ustadz sering membaca buku yang terjemahan dari bahasa arab dan
menjadikan nya bahan ajar?
Uj: jarang, malah jarang sekali, karena saya lebih percaya kitab yang berbahasa arab untuk
menjadi bahan ajar santri-santri, tapi bermanfaat juga kitab terjemahan begitu, sebagai
penambah wawasan
saya: sebenernya ada perpustakaan digital di internet yg khusus kitab2 seperti maktabah
syamilah sama waqfeya, kalau koleksi di waqfeya yaitu bisa di download tapi kl di syamilah
itu tidak
u.j: oh gt,iya nanti saya coba itu deh
saya: oh iya tugas ustadz masing-masing disini itu apa aja ya?
Uj. Sama seperti yang lainnya kebanyakan saya juga bertugas mengajar cara membaca dan
menerjemahkan kitab-kitab dasar serta memberikan contoh-contoh kehidupan yang
terkandung di dalam kitab, selain itu saya juga bertugas untuk membantu menjawab masalah-
masalah tentang keagamaan yang ada di masyarakat
saya: kalau boleh tau,konsep ngajarnya itu sorogan atau dakwah atau apa ya?
u.j di pesantren sama di DTA tidak jauh berbeda, pertama kitab-kitab kuning yang kita miliki
itu dibaca qur’an nya dibaca atau kaitan fiqihnya di baca kemudian dijelaskan secara jelas
sehingga mereka mengerti dan memahami hasil dari pada penjelasan yang telah di
terjemahkan
u.j disini dengan guru saya yg sebelumnya juga yang namanya salafi belum disebutkan
kurikulumnya dari mana ,jadi para syekh dan para guru itu mengajarkan bebas dengan
beliau2 bisa atau dengan apa2 yang kami bisa,makakami ajarkan semua,tidak mengikuti arah
atau alur yang disebutkan kurikulum, maka itu beda jadi guru yang paling tahu kondisi santri
sekarang
saya: kalau misalnya kitab yang diajarkan udah selesai atau habis, apakah ganti kitab atau
ngulang lagi?
u.j ganti kitab, pertama yang kita ajarkan sesuai dengan kemampuan anak atau yang mereka
bisa, misalnya ada anak baru kelas satu mts maka kitab apa yang bisa diajarkan untuk dia,ya
di sesuaikan dengan perlahan-lahan
saya: berarti nanti itu melanjutkan kitabnya itu masih satu pembahasan? Seperti pemula dan
seterusnya?
u.j iya begitu betul, jadi menyusun, mulai dari safinah sampai dengan sulam taufik naik
keatas nanti kalau mereka mengerti, kira2 mereka sudah mengerti belum ya kalau dikasih
pelajaran seperti kitab bajuri kalau misalnya mereka sudah mengerti,maka kita tingkatkan ke
kitab selanjutnya,kalau memang belum berarti kita ngulang lagi
u.j guru itu paling tau kebutuhan santri, kalau bidang akhlak apa kitab nya,kalau bidang
tauhid apa kitabnya, kalau bidang fiqih apa kitabnya, ada disitu.
u.j Karena guru yang sangat tahu kondisi santri-santri , mungkin ini lebih penting maka kita
ajarkan..oleh karena itu di pesantren tidak harus menunggu apa namanya tadi? Kurikulum
maksudnya, iya tidak
Saya: tapi ada kerjasama gitu dengan yayasan lain?
Uj: Ya ada, pemerintah juga tidak apa2 kalau pesantren melakukan itu , bukan berarti anti...
bukan tapi memang sudah kebiasaan dari dulunya ,bahwa di pesantren sendiri tidak di
permasalahkan, tidak ada yang mengatur untuk kurikulum, tidak ada....karena hanya guru
sendiri
saya: biasanya ada kegiatan rutin lain gak di pesantren ini selain muhadloroh?
Uj: biasanya di sini ada haolan mama tiap tahun pas tanggal 7 syawwal, ada rajaban,
muharroman dll
Outline hasil wawancara
Model
Model Perilaku pencarian
infromasi
.
Tahapan-tahapan
.
. 1. Peran dan tugas pekerjaan
(fungsi dan tugas ustadz dalam
pekerjaan harian mereka)
Komponen-komponen Hasil Dari Wawancara
pendidik/penyuluh, pembimbing dan pengasuh santri:
“Kalau di masyarakat saya ini anggota MUI desa Cikiray
dan anggota PAH (Penyuluh Agama Honorer) di
kecamatan, ngedakwah juga kadang kalau ada yang
manggil, sedangkan kalau di Pesantren mah saya
Pengajar, pengasuh santri dan kepala yayasan” (UJ)
“kalau saya sih disini sebagai Pengajar dan pengasuh
santri putri” (UO)
Iya, disini saya seorang asisten pengajar tapi kadang
berdakwah juga, ceramah di masyarakat”(UK)
“.... memberi pembelajaran kepada para santri maupun
santriwati dalam menerjemahkan kitab tradisonal, yg
kitab bahasa Arab gundul”(UJ)
“......mengartikan (menerjemahkan) kitab-kitab dasar
serta membimbing santri putri dalam menjawab
permalahan-permasalahan yang ada”(UO)
“.....namanya ngajar bukan sekedar ngajar saja pasti
mendidik juga, plus membimbing iya.........” (UJ)
pendakwah dan sarana konsultasi masyarakat umum
2. Karakteristik kebutuhan
terhadap informasi
perihal kehidupan
ngedakwah juga kadang kalau ada yang
manggil, ...........” (UJ)
“iya gitu, kadang yang namanya masyarakat kan suka
nanya kalau di pengajian, nah maka dari itu hasil dari
mencari informasi itu informasi yang kita butuhkan agar
kita bisa menjawab pertanyaan masyarakat ”(UK)
“PAH itu biasanya yang membantu permasalahan di
masyarakat, contohnya kemaren kan sempet ada
pembaptisan gitu di kecamatan, nah kita itu mencari
tahu kenapa bisa begitu, nah nanti kita kasih pengertian
ke masyarakat yang terlanjur pindah agama, menjawab
persoalan-persoalan mereka, dan alhamdulillah ada
yang balik pada akidahnya”(UJ)
Murid: “biasanya untuk menambah wawasan, saya juga
suka ikut pengajian ustadz-ustadz senior, menjadi pendengar begitu neng, gak cuma diskusi aja”(UJ)
“terkadang ikut pengajian lagi neng, belajar sama
senior yang lebih luas wawasannya”(UO)
Demografi individu: “informasi untuk bisa
menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam sebuah
kitab tidak selalu sama artinya, tapi disesuaikan dengan
kata dasar dari kata tersebut atau mengikuti kata
seterusnya, jadi kita harus banyak-banyak baca kitab
(Kebutuhan informasi yang timbul
akibat adanya situasi yang disebabkan
oleh tugas-tugas untuk memenuhi
fungsi yang dijalankan oleh ustadz yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor)
Arab” (UO) “kalau saya sih informasi keagamaan kebanyakan,
soalnya untuk bekal sebagai pendakwah,kalau untuk
ngajar palingan baca kitab kitab lain” (UJ)
“informasi keagaaman dengan informasi yang sedang
terjadi di masyarakat” (UK)
Frekuensi : iya, sebenarnya saya sudah tahu tentang
informasi tersebut, tapi saya hanya ingin menambah
informasi dan wawasan saja, contohnya ketika saya ingin
berdakwah,nah enak kalau misalnya mencari informasi
lewat internet,karena kalau dikitab kan gak semuanya di
jelaskan dan sesuai dengan apa yang terjadi sekarang
pembahasannya, maka dari itu saya mencari informasi
lewat internet untuk bisa disesuaikan antara informasi
yang ada di kitab dengan informasi yang ada di internet,
kalau dulu mah mau dakwah itu paling ngebahsapa saja
yang telah di pelajari, kalau sekarang kan informasi
semakin banyak, jadi bisa gunakan untuk kepentingan
yang kita butuhkan”(UJ)
Konteks : “Kembali lagi ke yang tadi, seperti saya pribadi
mencari informasi itu dari kitab tradisional alasannya
karena jujur saja kitab yang saya pake ini terbatas ,
bahkan sangat terbatas, adapun ilmu yang guru berikan
alhamdulillah bisa baca (yang berbahasa Arab) yang
kitabnya tidak ada, apalagi dengan adanya teknologi
canggih seperti internetan ,maka biasanya kita bisa
menggunakan informasi yang dari internet sebagai
penolong” (UJ)
“hmm Alasan saya memilih sumber informasi tersebut sih
karena lebih mudah didapat, disinikan kebayakannya kan
menggunakan kitab tradisional yang berbahasa Arab dan
saya juga suka bertukar fikiran dengan ustadz lain agar
. 3. Sumber informasi
(ustadz mencari informasi
menggunakan banyak sumber seperti
kolega, pustakawan, handbook, artikel
jurnal, pengetahuan, dan pengetahuan
pribadi. Sumber informasi tersebut
dapat dikategorikan secara luas
berdasarkan jenis dan format, yaitu
formal (melalui konferensi, jurnal),
informal (pembicaraan atau diskusi),
internal atau eksternal (sumber yang
berasal dari dalam organisasi), oral atau
tulisan (bentuk tercetak dan teks
elektronik) dan personal (pengetahuan
dan pengalaman pribadi)
saya dapat lebih faham dan menguasai ilmu yang bersangkutan, seperti yang saya ajarkan” (UO)
Prediksi : “berbeda neng, tapi kita juga kadang suka
memprediksi, bahasan apa yang biasanya sering muncul
di lingkungan sekitar, maka dari itu kita harus mencari
informasi itu agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
masayarakat dan penyampaiannya diseseuaikan dengan
permasalahan masa itu, sekarangkan cari informasi mah
gampang, asal harus pinter milih-milihnya”(UO)
Buku dokumen (kitab tradisional berbahasa Arab, tafsir
alqur’an dan hadist: “informasi untuk bisa
menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam sebuah
kitab karena kata dari setiap kalimat yang berbahasa
Arab itu tidak selalu sama artinya, tapi disesuaikan
dengan kata dasar dari kata tersebut atau mengikuti kata
seterusnya, jadi kita harus banyak-banyak baca kitab
Arab”(UO)
“disini kebanyakan kita menggunakan kitab tradisional
yang berbahasa Arab neng, nah kalau referensinya baru
dari al- qur’an atau buku lain” (UJ)
“iya banyaknya kita pake kitab tradisional yang
berbahasa arab, atau nggak baca tafsir-tafsir alqur’an
“ (UK)
Individu: “biasanya untuk menambah wawasan,saya juga
suka ikut pengajian ustadz-ustadz senior, menjadi
pendengar begitu neng, gak cuma diskusi aja “ (UJ)
“ Ya dapat dari diskusi juga ada, dari kitab juga ada,
seperti muthola’ahlah kalau nambah ilmu para ustadz-
ustadz” (UK) ““oh jelas, kalau di pesantren salafi seperti
. 3. Kesadaran/ pemahaman terhadap
informasi
disini,mungkin mencari informasinya itu disitu, yaitu
muthola’ah sama diskusi dengan ustadz lagi, kita tidak
menyepelekan kitab-kitab terjemahan, bukan gitu.. tapi
kitab tersebut hanya untuk perbandingan “ (UJ)
“karena setiap para ustadz sangat mungkin saling pinjam
meminjam seperti mau meminjam kitab karena kita tidak
punya kitabnya, maka kita minjam ke si anu, maka kita
meminjam kitab ke beliau begitupun sebaliknya”(UK)
“Saya juga tentu pernah merasa tidak puas dalam
mencari informasi dan Saya akan mencari informasi
dengan sumber informasi yang sama dengan cara yang
sama pula,misalnya nyari informasinya dikitab lain
seperti meminjam kitab” (UO)
“saling sharring dan sambil saling meminjam kan kitab,
karena kitab pribadi yang belum lengkap.................”(UJ)
Toko buku : Ya dari toko yang berbeda antara lain,
islamiyah, kitab yg ustadz ajarkan di pesantren ini sama
beliau juga sama beli pribadi beli sendiri di toko anda,
anda sukabumi dan toko bintang fajar sukabumi dan toko
islamiyah sukabumi, itu masalah kitab semua guru pada
beli sendiri”(UJ)
Internet ” kalau saya udah mulai pake alhamdulillah,
seperti kemarin saya pake google untuk mencari referensi
hadist yang berkaitan tentang zakat tanaman (UJ)
“sedikit-sedikit saya sudah memakai internet, contohnya
saya pernah mencari tentang permasalah perempuan,apa
saja yang berkaitan dengan itu,untuk menambah
pengetahuan saja “(UO)
Kemudahan akses: “hmm Alasan saya memilih sumber
informasi tersebut sih karena lebih mudah didapat,
(Pemahaman tentang sumber-sumber
informasi dan isi/konten informasi dapat
menentukan jalan/proses pencarian
informasi yang akan diambil)
. 4. Hasil
(hasil dari pencarian informasi. Hasil
yang optimal adalah tercapainya
kebutuhan informasi dan pencarian
informasi dalam menuntaskan tugasnya)
disinikan kebayakannya kan menggunakan kitab
tradisional yang berbahasa Arab dan saya juga suka
bertukar fikiran dengan ustadz lain agar saya dapat lebih
faham dan menguasai ilmu yang bersangkutan, seperti
yang saya ajarkan” (UO)
terpercaya: bukannya kita tidak memakai dari buku-buku
yang terjemahan, bukannya tidak senang, tp kayaknya
kita lebih mendalamnya atau lebih percayanya lebih
kesitu” (UJ)
Mencari informasi dari internet untuk perbandingan
“.....mencari informasi dari internet itu untuk
perbandingan bukan untuk bahan bacaan mentah-mentah
tapi kita juga bersyukur dengan adanya internet, jadi kita
juga lebih banyak perbandingan “ (UJ)
Informasi yang diperlukan “iya gitu, kadang yang
namanya masyarakat kan suka nanya kalau di pengajian,
nah maka dari itu hasil dari mencari informasi itu
informasi yang kita butuhkan agar kita bisa menjawab
pertanyaan masyarakat” (UK)
Informasi tentang keagamaan ” kalau saya sih informasi
keagamaan kebanyakan, soalnya kan sebagai bekal untuk
berdakwah, kalau untuk ngajar palingan baca kitab kitab
lain”(UJ)
Informasi tentang menerjemahkan kitab” informasi untuk
bisa menerjemahkan/ mengartikan suatu kata dalam
sebuah kitab karena kata dari setiap kalimat yang
berbahasa Arab itu tidak selalu sama artinya, tapi
disesuaikan dengan kata dasar dari kata tersebut atau
Lain-lain
. 5. Hambatan
Cara memperoleh kitab:
Lokasi membeli kitab
mengikuti kata seterusnya, jadi kita harus banyak-banyak
baca kitab Arab”(UO)
Keterbatasan kitab ”..... karna kan kitab yang kita punya
juga terbatas..................”(U)
Pengetahuan tentang internet”..... soalnya pengetahuan
mencari informasi menggunakan internet yang baik itu
masih kurang”(Uj)
Keterbatasan fasilitas “fasilitas sih kita masih
kurang”(Uo)
a) Membeli sendiri “Kalau kitab, kita beli sendiri”(Uk)
b) Dari mama haji “Mayoritas kl kitab-kitab yang diaji
pertama dari sini mama haji”(Uj)
c) Yang diajarkan di pesantren “Kalau kitab fiqih mah
dari yg diajarkan disini”(Uj)
d) pesantren as-salafiyah sukabumi “...ilmu tauhid dari
pesantren as-salafiyah sukabumi babakan tipar”(Uj)
sendiri: “Ya dari toko yang berbeda antara lain, islamiyah,
kitab yg ua ajarkan di pesantren ini sama beliau juga sama
beli pribadi beli sendiri di toko anda, anda sukabumi dan
toko bintang fajar sukabumi dan toko islamiyah
sukabumi,......”(Uj)
a) Toko Anda Sukabumi
b) Toko Islamiyah
c) Toko Bintang Fajar
Pesantren terbuka untuk
umum ”..... kita terbuka untuk
umum”(U)
Mengaji kitab secara berurutan
(dari dasar) “..., pertama yang
kita ajarkan sesuai dengan
kemampuan anak atau yang
mereka bisa, misalnya ada anak
baru kelas satu mts maka kitab
apa yang bisa diajarkan untuk
dia,ya di sesuaikan dengan
perlahan-lahan”(Uk)
Sorogan”.... , sorogan itu yang
misalnya kita baca kita nya lalu
nanti kita terjemahkan kan
semua santri nanti
menyimak,dan biasanya ada
juga yang di tulis biar gak ada
yang lupa”(Uk)
Saling berkaitan antara
informasi mengajar dengan
berdakwah “......saling
berkaitan”(Uj)
Mencari informasi sesuai
dengan apa yang dicari
“..mencari informasinya sesuai
dengan apa yang saya
cari....”(U)
Menggunakan cara mengetik
apa yang dicari di mesin
pencarian informasi serta
menggunakan pula layanan
suara yang telah tersedia (contoh
google) “.............maka saya
ketik saja kalimat apa yang
sedang saya pikirkan, tapi
jugakadang pake layanan yang
pake suara gt nyarinya”(Uj)
Belum ada kurikulum
(kurikulum belum tercatat)
“..........di pesantren itu belum
begitu terarah bila memakai
kurikulum kalau di salafi mah,
memang ada kurikulum tapi
belum tercatat”(Uk)
Model wilson
(1981 dan 1996)
Model Krikelas
(1983)
Model David Ellis
(1990)
Model Kuthlthlau
(1991)
Mapping literatur penelitian
Perilaku pencarian informasi: studi kasus pondok pesantren hidayatul falah Sukabumi
Perilaku pencarian informasi
Model perilaku pencarian informasi
Pondok pesantren ( buku Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi
Pandanngan Hidup Kyai: 2011)
Komponen pondok pesantren (buku Zamakhsyari Dhofier, Tradisi
Pesantren: Studi Pandanngan Hidup Kyai: 2011)
Tugas pengajar (surah al-Imran ayat 164)
Model Leckie (1996)
Perilaku pencarian informasi: studi kasus di Pesantren
Hidayatul Falah
BIODATA PENULIS
SITI MAEMUNAH INDRIATI. Lahir di Sukabumi 29 November 1992.
Putri pertama dari Bapak Baban Badruddin dengan Ibu Eel Rohilah.
Penulis bertempat tinggal di kab. Sukabumi, Jawa Barat. Menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Mekarnangka Sukabumi (2004). Kemudian
menamatkan sekolah menengah pertamanya di MTs YASRI Pajagan Sukabumi (2007). Lalu
melanjutkan sekolah menengah atasnnya di Pondok Pesantren Modern Assalam Parungkuda
Sukabumi (2011). Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan progam studi (S1)
Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi yang berjudul ”Perilaku Pencarian
Informasi : Studi kasus Pondok Pesantren Hidayatul Falah Sukabumi”
Selama masa kuliah penulis juga aktif belajar di Pesantren Luhur Sabilussalam Ciputat, selain
itu penulis melakukan PKL di Perpustakaan UPN Veteran Jakarta dan KKn di desa
Cibungbulang Bogor.
Pengalaman bekerja yang dilewati penulis yaitu mengajar di Pondok Pesantren Modern
Assalam Parungkuda Sukabumi (2012) dan mengajar di DTA al-muttaqin Rempoa (2017)