program studi pendidikan pancasila dan ...eprints.uns.ac.id/2374/1/208301812201104411.pdfprogram...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD
SURAKARTA TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA
Oleh :
TRI ANINGGAR
NIM. K 6405035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD SURAKARTA
TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES
KOTA SURAKARTA
2010/2011
Oleh :
TRI ANINGGAR
NIM. K 6405035
SKRIPSI
Ditulis Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
TRI ANINGGAR. MOTIVASI PEMILIH DALAM PEMIIHAN UMUM ANGGOTADPRD SURAKARTA TAHUN 2009 DI KECAMATAN JEBRES KOTASURAKARTA TAHUN DIKLAT 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi pemilihdalam pemilihan umum anggota DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakartaberdasarkan klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.
Berdasarkan masalah dan tujuan, penelitian ini digunakan bentuk penelitiankualitatif. Metode penelitian adalah metode penelitian deskriptif. Populasi penelitianadalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di Kecamatan Jebres Kota Surakartayang telah memiliki hak sebagai pemilih serta menggunakan haknya tersebut dalampemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009, sebesar 93.151 orang. Teknikpengambilan sampel yang dipergunakan adalah purposive sampling dan sampelpenelitian sebesar 26 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dananalisis dokumen. Validitas data yang digunakan adalah trianggulasi data.
Setelah penelitian dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :(1) Pemilihdengan usia 17tahun-25tahun dan usia 26tahun-45tahun termasuk dalam tipe pemilihrasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilih dengan usia46tahun-lanjut termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi.(2)Pemilih dengan jenis kelamin laki-laki memiliki motivasi yang membuatnya termasukdalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilihperempuan sebagian besar termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasiideologi.(3) Pemilih dengan status ekonomi menengah ke atas sebagian besar termasukdalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilihdengan status ekonomi menengah ke bawah termasuk tipe pemilih tradisional denganorientasi ideologi.(4) Pemilih dengan tingkat pendidikan yang tinggi termasuk dalam tipepemilih rasional dengan orientasi policy-problem-solving, sedangkan pemilih dengantingkat pendidikan lebih rendah termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasiideologi. Namun tidak semua pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi termasuk dalamtipe rasional dengan orientasi policy-problem-solving. Begitu pula sebaliknya padapemilih dengan tingkat pendidikan lebih rendah tidak semua termasuk dalam tipetradisional dengan orientasi ideologi. Dengan demikian semakin tinggi tingkatpendidikan seseorang belum tentu orang tersebut lebih kritis dalam mengahadapi segalasesuatu dan memperhitungkan dampak jangka panjang dibandingkan dampak jangkapendek, terkhusus pada hasil pelaksanaan pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
TRI ANINGGAR. MOTIVATION OF VOTERS IN GENERAL MEMBERPARLIAMENT SURAKARTA OF 2009 IN CITY SURAKARTA ,JEBRES. SUB INTRAINING 2010/2011. Thesis, Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education.Sebelas Maret University, Surakarta, February 2011.
Based on the problems and goals, this study used a qualitative research. Theresearch method is descriptive research method. The study population was all peoplewho reside in District Jebres, Surakarta who already have the right to exercise itsright to vote and those in the general election of DPRD members Surakarta in 2009,amounting to 93,151 people. The sampling technique used was purposive sampling andsample study of 26 people. Techniques of data collection using interviews and documentanalysis. Validation of data on these research is data trianggulation.
Having done research results are obtained as follows: (1) Voters with 17yearsold-25years old,26years old-45years old included in this type of rational voters withpolicy-oriented problem-solving, while voters with age up to 46years old including thetype of traditional voters with orientation traditional. (2) Voters with male gender has amotivation that makes it rational voters included in the type of policy-oriented problem-solving, while the majority of women voters, including the type of traditional voters withideological orientation. (3) Voters with economic status mostly middle to upper includingthe type of rational voters with policy-oriented problem-solving, while voters with middleto lower economic statust, including type of traditional voters with ideologicalorientation. (4) Voters with high levels of education including the type of voter rationalorientation policy-problem-solving, while voters with lower education levels, includingthe type of traditional voters with ideological orientation. But not all voters with highereducation levelQs included in this type of rational policy-oriented problem-solving.Similarly, contrary to the voters with lower education levels are not all included in thetraditional type with ideological orientation. Those the higher one's education level is notnecessarily the person is more critical in the deal with everything and take into accountlong-term impact than short-term impact, in particular on the results of the election ofmembers of parliament in Surakarta city.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
Kejernihan hati yang keluar dari setiap manusia tergantung dari apa yang dituangkan dan
akan dijadikan apa bejana hatinya
( Mario Teguh)
Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan
menerimanya.
(Matius 21:22)
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib.
(Mazmur 139:14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Ayah (Alm) dan Ibu tercinta
Mas Hendra, Mbak Ema, Mbak Santi, dan Mas Indra
tersayang
Rekan-rekan PPkn’05
Almamater
KATA PENGANTAR
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini dengan judul :”Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum
Anggota DPRD Surakarta Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”. Skripsi ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi sebagian persyaratan mendapat
gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UNS Surakarta, yang telah memberikan surat keputusan ijin penyusunan
skripsi ini.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang
telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd, Ketua Program Pendidikan kewarganegaraan, yang telah
memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini serta sebagai Pembimbing I yang telah
dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Triyanto, SH, M.Hum, Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada peneliti sehingga memperlancar penyusunan skripsi ini
5. Basuki Anggoro Heksa, SE, Camat Kecamatan Jebres yang telah memberikan ijin
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di wilayah Kecamatan Jebres.
6. Segenap pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatian sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semoga amal baik tersebut mendapatkan balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Seperti pepatah “Tak ada gading yang tak retak” yang artinya segala sesuatu tak
ada yang sempurna. Demikianlah pula dengan skripsi ini, sehingga segala kritik dan saran
demi lebih baiknya skripsi ini sangat diharapkan.
Surakarta, Februari 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. .......... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... .......... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... .......... iv
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. .......... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... .......... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ........ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ .......... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian............................................................................... 6
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 8
1. Tinjauan Tentang Motivasi ......................................................... 8
a. Pengertian Motivasi................................................................ 8
b. Fungsi Motivasi .................................................................. 11
c. Indikator Motivasi .................................................................. 11
d. Definisi Konseptual Motivasi................................................. 13
e. Definisi Operasiona Motivasi................................................. 13
2. Tinjauan Tentang Pemilih.............................................................. 13
a. Pengertian Pemilih................................................................... 13
b. Tipe-Tipe Pemilih.................................................................... 17
1) Rasional .................................................................... ....... 17
2) Tradisional (Emosional) ........................................... ....... 18
c. Orientasi Pemilih ............................................................. ............. 19
1) Orientasi Policy – Problem – Solving ........................ ...... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Orientasy Ideologi ..................................................... ....... 20
d. Definisi Konseptual Motivasi Pemilih .................................... 21
e. Definisi Operasional Motivasi Pemilih ................................... 21
3. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum ............................................. 21
a. Pengertian Pemilihan Umum................................................... 21
b. Azas Pemilihan Umum ........................................................... 22
c. Pemilihan Umum Anggota DPRD .......................................... 23
d. Definisi Konseptual Pemilihan Umum.................................... 24
e. Definisi Operasional Pemilihan Umum................................... 25
4. Tinjauan Tentang Perilaku Politik ................................................. 25
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................... 27
C. Kerangka Berpikir............................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................... 31
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................ 32
C. Sumber Data ........................................................................................ 33
D. Populasi Dan Teknik Sampling (Cuplikan)......................................... 34
E. Teknik Pengumpulan data ................................................................... 39
F. Validitas Data ...................................................................................... 40
G. Analisis Data ....................................................................................... 42
H. Prosedur Penelitian.............................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................................. 46
1. Tinjauan Geografis ........................................................................ 46
2. Tinjauan Demografi ...................................................................... 48
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................................... 57
1. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Usia .................................... 59
2. Motivasi Pemiih Menurut Klasifikasi Jenis Kelamin...................... 62
3. Motivasi Pemilih Nmenurut Status Ekonomi .................................. 66
4. Motivasi Pemiih Menurut Tingkat Pendidikan................................ 70
C. Temuan Studi.............................................................................. ........... 74
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 81
B. Implikasi ............................................................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Saran ..................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 89
LAMPIRAN.................................................................................................................. 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitian ................................................................ 31
Tabel 2. Daftar Informan Kunci ....................................................................... 38
Tabel 3. DaftarNama Kepala Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008..... 43
Tabel 4. Luas wilayah Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres........................... 48
Tabel 5. Banyaknya Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis
Kelamin Tiap Kelurahan Tahun 2008................................................ 50
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat
Pendidikan Tiap KelurahanTahun 2008 ............................. ............. 54
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Tiap
Kelurahan Tahun 2008 ..................................................................... . 55
Tabel 8. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya Di Tiap Kelurahan
Tahun 2008 ........................................................................................ 56
Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kelurahan
Tahun 2008 ......................................................................................... 57
Tabel 10 Tabulasi Data ................................................................................... .. 59
Tabel 11. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Usia .................................. 76
Tabel 12. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin ................. 77
Tabel 13. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi .............. 79
Tabel 14. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan.......... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Bagan Pembagian Jenis Pemilih ................................................... ........ 15
Gambar 2. Piramida Lapisan Masyarakat ................................................................ 16
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir ...................................................................... 30
Gambar 4 Macam-macam Teknik Sampling............................................................ 36
Gambar 5. Model Analisi Interaktif ......................................................................... 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara Informal ............................... 91
Lampiran 2. Lembar Jawaban Wawancara Informal ................................. 92
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Formal......................... ......... . 97
Lampiran 4. Lembar Jawaban Wawancara Formal..................................... 98
Lampiran 5 . Triangguasi Data I................................................................... 133
Lampiran 6. Triangguasi Data II................................................................. 134
Lampiran 7. Triangguasi Data III............. .................................................. 135
Lampiran 8. Triangguasi Data IV............................................................... 136
Lampiran 9. Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Kepatihan Kulon Kota Surakarta .................... 137
Lampiran 10 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Kepatihan Wetan Kota Surakarta .................... 138
Lampiran 11. Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres
Kota Surakarta ....................................................................... 139
Lampiran 12 Rekapitulasi Jumlah Pemilih Tetap
Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pileg 2009
Kelurahan Gandekan.............................................................. 140
Lampiran 13 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres
Kota Surakarta ....................................................................... 141
Lampiran 14 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres
Kota Surakarta ....................................................................... 142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 15 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Jagalan Kota Surakarta.................................... 143
Lampiran 16 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Purwodiningratan Kecamatan Jebres
Kota Surakarta ....................................................................... 144
Lampiran 17 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Tegal Harjo Kecamatan Jebres
Kota Surakarta ....................................................................... 145
Lampiran 18 Jumlah Pemilih Laki-laki dan Perempuan di TPS
Dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu Legislatif 2008
Di Kelurahan Jebres Kota Surakarta...................................... 146
Lampiran 19 Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Pada
Masing-masing TPS Pemilu Legislatif 2009 ......................... 147
Lampiran 20 Peta Kecamatan Jebres ........................................................... 149
Lampiran 21. Foto Aktifitas Pemilih di Kecamatan Jebres.......................... 150
Lampiran 22. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi kepada
Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret...... .......................... 151
Lampiran 23 Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Nomor 706
tentang izin menyusun skripsi............................................... 152
Lampiran 24. Surat Permohonan Ijin Research/Try Out kepada Camat
Kecamatan Jebres Surakarta................................................... 153
Lampiran 25. Surat Keterangan telah melakukan penelitian
di Kecamatan Jebres ........................................... 154
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di masa sekarang ini, negara Indonesia membutuhkan tumbuh dan
berkembangnya masyarakat madani. Kondisi negara Indonesia yang dilanda
euforia demokrasi, semangat otonomi daerah dan globalisasi membutuhkan
masyarakat yang memiliki kemandirian dan kebebasan menentukan wacana
politik di tingkat publik. Dalam mewujudkan masyarakat madani maka demokrasi
tidak hanya dipahami sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik saja tetapi
demokrasi juga merupakan pandangan hidup.
Salah satu perwujudan demokrasi di Indonesia adalah melalui
penyelenggaraan pemilu yang diselenggarakan secara periodik. Pemilu
merupakan salah satu mekanisme politik untuk memilih pemimpin yang baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Pemilu seharusnya menjadi sarana bagi
rakyat untuk menyalurkan aspirasinya serta menjadi sarana bagi rakyat untuk
memanifestasikan kekuasaan. Oleh karena itu, kualitas pemilihan umum yang
mencerminkan besarnya akses politik masyarakat menjadi suatu tolok ukur yang
penting untuk melihat demokrasi.
Namun sebelum menentukan pilihannya dalam pemilihan umum,rakyat
harus mengetahui mengenai demokrasi dan pemilihan umum terlebih dahulu.
Pengetahuan mengenai demokrasi dan pemilihan umum dapat ditempuh dengan
adanya pendidikan politik. Pendidikan politik di Indonesia adalah pendidikan
yang diarahkan untuk mewujudkan kesadaran politik yang tinggi bagi warga
negara, sehingga mereka sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara termasuk kesadaran untuk menggunakan hak pilihnya
dalam pemilu berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan
politik bertujuan untuk membangun kesadaran dan partisipasi politik rakyat dalam
pemberian suara pada saat pemilu dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Daam rangka membangun kesadaran politik masyarakat,
pendidikan politik diberikan kepada semua elemen masyarakat, baik yang masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
terbelakang pengetahuan politiknya maupun yang sudah mengerti politik, serta
pendidikan politik harus dilaksanakan secara sistematis dan itensif. Untuk itu
mata pelajaran pendidikan Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, dan
Pendidikan Imu Pengetahuan Sosial merupakan kelompok mata pelajaran yang
memiliki misi seperti itu.
Melalui Pendidikan Kewarganegaraan setiap Warga Negara Indonesiadiharapkan mampu, ”memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalahyang dihadapi masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dankonsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalampembukaan UUD 1945. (Tim,2002:7)
Tidak berbeda dengan kota-kota lain di Indonesia, kota Surakarta juga ikut
mengalami salah satu momentum politik yang dilaksanakan secara periodik lima
tahun sekali ini. Segala persiapan pun dilakukan demi kelancaran pemilihan
umum. Pemilihan umum 2009 ini terbagi menjadi 5 tahap, yakni pendaftaran
pemilih, pencalonan partai politik, kampanye, pemungutan dan penghitungan
suara, serta penetapan hasil. Poin penting dari pendaftaran pemilih adalah proses
update para pemilih yang harus dilakukan minimal setahun sekali. Sulastomo
(2001:5) mengemukakan bahwa:
Dengan pemilihan umum, sebuah negara diyakini dapat membangunbangsa sesuai dengan aspirasi rakyatnya secara berkelanjutan, tertib danaman. Dengan pemilihan umum dapat tercipta suasana kehidupanberbangsa dan bernegara yang dapat melindungi hak-hak setiap warganegara, sehingga mampu mendorong kreativitas setiap individu untuk ikutberperan dalam membangun bangsanya.
Pada hakekatnya setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Hak dan kewajiban warga negara terdapat diberbagai bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain dalam bidang politik, hukum,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 pada Pasal 27 ayat (1) menyatakan, “Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”. Pasal 27 ayat (1) ini
mengandung pengertian bahwa kedudukan dalam pemerintahan termasuk hak
politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Selain itu pada Pasal 28 menyatakan bahwa, “kemerdekaan berserikat,
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dalam Undang-Undang”. Dengan demikian pada pasal 28 mengandung
arti bahwa setiap warga negara dijamin oleh negara untuk berpartisipasi di
berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. jadi hak-hak warga negara
yang dijamin oleh Undang-Undang 1945 antara lain hak membentuk dan
memasuki organisasi politik ataupun organisasi masyarakat yang dalam waktu
tertentu melibatkan diri kedapa aktifitas politik, hak untuk berkumpul yang
berkaitan dengan politik, hak untuk menyatakan pandangan atau pemkiran tentang
politik, hak untuk menduduki jabatan itu dan pemerintahan serta hak memilih
dalam pemilu.
Dengan demikian hak politik warga negara ini dapat diwujudkan dengan
memberikan kebebasan setiap warga negara untuk aktif dalam memberikan
partisipasi politiknya. Dimana Ramlan Surbakti (1992:120) mendefinisikan
bahwa, “Partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan
dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan”. Hal tersebut senada dengan
definisi partisipasi politik yang dikemukakan oleh Mirriam Budiardjo dalam
bukunya Drs. Sudijono Sastroatmojo (1995:68) yaitu bahwa, ”Partisipasi politik
adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam
kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan negara secara
langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.”
Berdasarkan beberapa defenisi partisipasi politik diatas, dapat diketahui
bahwa yang berperan melakukan kegiatan politik itu adalah warga negara yang
mempunyai jabatan dalam pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan, yang
berwenang membuat dan melaksanakan keputusan politik adalah pemerintah,
akan tetapi masyarakat mempunyai hak untuk mempengaruhi proses pembuatan
serta pelaksanaan keputusan yang dibuat oleh pemerintahan tersebut. Oleh karena
itu pemilihan umum anggota DPR, DPD, dan DPRD, Presiden dan Wakil
Presiden secara langsung merupakan fenomena politik baru. Reaksi publik atas
fenomena itu layak untuk dikaji dan disikapi secara bijak, karena pemilihan umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dalam beberapa hal mampu menghasilkan perubahan. Perubahan yang terjadi
tidak hanya pada sistem aturan pelaksanaannya, tetapi juga hal-hal yang
bersangkutan dengan motivasi pemilih dalam memberikan partisipasi politiknya.
Begitu pula pada pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun
2009.
Motivasi pemilih dalam pemilihan umum sering diidentikkan dengan
alasan atau tujuan apa yang melatarbelakangi pemilih dalam memberikan
partisipasi politiknya dalam pemilihan umum. Namun sebelum mengetahui
motivasi pemilih dalam pemilihan umum, alangkah lebih baik jika mengetahui
apa yang menjadi orientasi pemilih. Menurut Newcomb (1978) & Byrne (1971)
yang dikutip Firmanzah (2007:114) menyatakan bahwa, ”Salah satu model
psikologis yang bisa digunakan untuk menganalisis perilaku pemilih dalam
menentukan pilihannya adalah model kesamaan (similarity) dan daya tarik
(attraction)”. Hal ini dilengkapi oleh Downs (1957) yang dikutip pula oleh
Firmanzah (2007:115) mengemukakan bahwa, ”Dalam dunia politik, ketertarikan
pemilih terhadap kontestan dapat dijelaskan dengan menggunakan model
kedekatan (proximity) atau model ’spatial’.” Dalam model-model tersebut, alasan
pemilih memberikan suaranya adalah karena adanya rasa kesamaan dan kedekatan
sistem nilai dan keyakinan dengan diri pemilih sendiri.
Namun kenyataan yang ada adalah tidak hanya model-model tersebut di
atas yang menjadi orientasi pemilih dalam menyuarakan suaranya. Masih banyak
orientasi-orientasi lain yang muncul dalam diri pemilih sehingga akhirnya menjadi
motivasi pemilih dalam pemilihan umum. Motivasi pemilih yang bisa kita temui
dalam kehidupan politik di negara kita misalnya adalah motivasi yang
ditimbulkan karena ingin mendapatkan imbalan/keuntungan bagi diri sendiri.
Selain itu, motivasi untuk mendapatkan suatu jabatan tertentu serta mendapatkan
’kesejahteraan’ bagi dirinya/golongan. Motivasi seperti itulah yang juga ditemui
di sebagian besar kehidupan politik masyarakat di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta. Salah satu contohnya yang terjadi di kampung Mertoudan kelurahan
Mojosongo, sebagian besar pemilih memilih calon anggota DPRD yang
memberikan bantuan dalam perbaikan fasilitas umum di kampung tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Demikian pula yang terjadi di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres, yaitu adanya
tim sukses calon anggota DPRD yang melakukan kampanyenya dengan
memberikan sejumlah uang bagi siapa yang memilih calon anggota DPRD yang
didukungnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi yang dimiliki oleh
sebagian besar pemilih ini tidak mencerminkan sikap pemilih yang cerdas dan
kritis. Oleh karena itu dibutuhkan suatu penyuluhan dan bimbingan untuk
menjadikan pemilih menjadi pemilih yang kritis dan cerdas. Seperti yang
dikemukakan Ardan Sirodjuddin(http://ardansirodjuddin.wordpress.com/jadilah-
pemilih-cerdas/) bahwa, ”Untuk menjadi pemilih yang cerdas, hendaknya pemilih
tidak memberikan suaranya dalam pemilihan umum kepada: Caleg yang
mempunyai kesan kurang baik, Caleg yang memberikan uang, Caleg yang tidak
dikenal”. Hal ini diharapkan dapat berlaku juga pada pemilihan umum anggota
DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
Motivasi pemilih pada pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun
2009 ini merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Selain itu, fenomena
tersebut sangat berkaitan dengan peran aktif atau partisipasi warganegara. Dimana
partisipasi dalam permasalahan ini adalah mengenai partisipasi politik
warganegara yang dituangkan dalam pelaksanaan pemilihan umum. Sehingga atas
dasar fenomena di atas penulis tertarik meneliti masalah tersebut dengan
mengambil judul: “ Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum Anggota DPRD
Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta”.
B. Perumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penilitian ini adalah sebagai berikut :
Apa yang menjadi motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota
DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta berdasarkan
klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu agar
penelitian menjadi terarah. Adapun tujuan yang ingin saya capai dari penelitian ini
sebagai berikut :
Untuk mengetahui apa yang menjadi motivasi pemilih dalam pemilihan
umum anggota DPRD tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta
berdasarkan klasifikasi usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat
pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Setiap peneliti yang akan melakukan penelitian tentu berharap kegiatannya
membawa manfaat bagi diri sendiri maupun pihak lain. Demikian pula dengan
penelitian ini diharapkan hasilnya dapat bermanfaat, baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan mengenai demokrasi dan pemilihan umum di
tingkat daerah, khususnya pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun
2009.
b. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
1) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat akan pentingnya motivasi
yang benar di berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara
2) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat untuk bersikap kritis
terhadap fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar.
3) Dapat memberikan masukan bagi masyarakat dalam pengimplementasian
hak dan kewajibannya, khususnya di bidang politik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
b. Bagi peneliti
Dapat berguna untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pancasila dan Kewarganegaraan
FKIP Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam suatu penelitian ilmiah, konsep teori merupakan langkah awal
dalam usaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi karena disinilah diperoleh
informasi atau keterangan abstrak yang bersangkutan dengan variabel
permasalahan yang diteliti. Dengan berpedoman pada konsep teori yang
informatif, seorang peneliti dapat mencari data lapangan yang tepat dan berdaya
guna, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dengan baik.
Dapat dikatakan bahwa tinjauan pustaka dari variabel yang hendak dicapai
oleh peneliti mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kesimpulan akhir
yang hendak dicapainya. Oleh karena itu kerangka berpikir dasar teori suatu
naskah penelitian ilmiah harus disusun dan direncanakan sesuai dengan arah dan
sasaran yang diinginkan. Dengan memandang pentingnya tinjauan pustaka bagi
kegiatan penelitian maka pada bab ini akan diuraikan beberapa keterangan nilai
yang berkaitan dengan masalah yang peneliti lakukan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengadakan tugas kepustakaan
guna mencari bahan teori yang memuat tentang keterangan abstrak dari variabel
yang relevan dengan masalah yang peneliti lakukan. Adapun landasan teori yang
melandasi kerangka berpikir adalah:
1. Tinjauan tentang motivasi
2. Tinjauan tentang pemilih
3. Tinjauan tentang pemilihan umum
4. Tinjauan tentang perilaku politik
1. Tinjauan Tentang Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Di masa sekarang ini, hampir dipastikan bahwa tak seorang pun mampu
melepaskan diri dari dorongan untuk mencapai suatu tujuan. Dorongan ini sering
disebut dengan istilah motif. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif merupakan suatu driving force yang
menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu
mempunyai tujuan tertentu. Dan setiap tindakan manusia selalu didorong oleh
adanya motivasi (niat). Menurut Mitchell (Winardi, 2002:18) bahwa, “Motivasi
mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter)
yang diarahkan ke tujuan tertentu”.
Sedangkan Morgan dalam Wasty Soemanto (1987:20) mengemukakanbahwa:
Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspekdari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorongtingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaantersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut(goals or ends of such behavior).
Pendapat tersebut senada dengan pengertian motivasi yang terdapat dalam
http: //en.wikipedia.org/wiki/Motivation, bahwa :
Motivation is the activation or energization of goal-oriented behavior.Motivation may be internal or external. The term is generally used forhumans but, theoretically, it can also be used to describe the causes foranimal behavior as well. According to various theories, motivation may berooted in the basic need to minimize physical pain and maximize pleasure,or it may include specific needs such as eating and resting, or a desiredobject, hobby, goal, state of being, ideal, or it may be attributed to less-apparent reasons such as altruism, morality, or avoiding mortality.
Yang artinya bahwa motivasi adalah kegiatan atau tenaga dalam orientasi-
tujuan bertingkah laku. Motivasi dibagi menjadi dalam dan luar. Batasnya adalah
kegunaan umum manusia tapi, teorinya, itu juga dapat digunakan untuk
menguraikan dengan baik sebab-sebab tingkah laku hewan. Berdasarkan
bermacam-macam teori, motivasi mungkin adalah akar dari kebutuhan utama
dalam memperkecil kerusakan alam dan memperbesar kesenangan, atau itu
mungkin termasuk kebutuhan istimewa selain makan dan istirahat, atau keinginan
pada suatu benda, kebiasaan, tujuan, keadaan, ideal, yang mungkin disimbolkan
dengan lebih kecilnya pendapat yang dikeluarkan kecuali orang yang hanya
mementingkan orang lain, adat sopan santun atau bahkan menghindari adat sopan
santun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pengertian motivasi di atas lebih menekankan pada dorongan manusia
dalam bertingkah laku yang membedakannya dengan tingkah laku hewan. Karena
dalam setiap tingkah laku manusia selalu memilki tujuan yang dapat dijadikan
orientasi dalam hidupnya. Selain itu manusia memiliki kemampuan untuk
mewujudkan dorongan yang timbul baik dari dirinya maupun dari luar dirinya.
Sedangkan menurut Galon A. Melendy dalam jurnalnya yang terdapat di
http://www.asian-efl-journal.com/ menyebutkan bahwa :
It is difficult to find a standardized definition for motivation. However, theword's Latin root “movere,” which means “to move,” suggests thatmotivation can be defined as a process that starts with a need thatactivates behavior which in turn moves someone towards achieving agoal.
Yang artinya sulit untuk menemukan definisi standar untuk motivasi.
Namun, kata akar bahasa Latin "movere", yang berarti "untuk bergerak,"
menunjukkan bahwa motivasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang
dimulai dengan kebutuhan yang mengaktifkan perilaku yang pada gilirannya
menggerakkan seseorang untuk mencapai tujuan.
Pengertian di atas arti kata motivasi lebih menekankan bahwa suatu
perilaku manusia muncul dikarenakan adanya dorongan untuk memenuhi
kebutuhan. Karena dorongan itu membuat seseorang untuk bergerak demi dapat
mencapai tujuannya. Sebaliknya jika seseorang tidak memiliki dorongan di dalam
dirinya maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut tidak mempunyai tujuan
yang ingin dicapai.
Sedangkan pengertian motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
ialah:
1) Dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
2) Usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang
tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya atau mendapat kepuasaan dengan perbuatanya. ( Tim
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen P dan K, 1990:593 ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan pengertian motivasi dari beberapa pendapat di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri
seseorang untuk melakukan suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan yang
ingin dicapai untuk mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya tersebut.
.
b. Fungsi Motivasi
Motivasi merupakan daya upaya yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu kegiatanatau pekerjaan jadi motivasi berkaitan dengan suatu
tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada 3 (tiga) fungsi motivasi, yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi. Dalam hal ini motivasi sebagai motor atau
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang sesuai dengan serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
c. Indikator Motivasi
Motivasi merupakan salah satu komponen pembentuk sikap. Selain itu
motivasi juga dapat diartikan sebagai faktor yang mendorong seseorang untuk
bertindak dengan cara tertentu serta merupakan hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia. Sedangkan yang melatar
belakangi timbulnya motif seseorang adalah karena adanya keinginan untuk
memenuhi kebutuhan , sebagaimana yang dinyatakan oleh Walter Langer dalam
Onong U Effendy (1983:57-58) bahwa kebutuhan manusia itu ada tiga macam,
yaitu: “ Kebutuhan fisik ( phisical needs), kebutuhan sosial (social needs) dan
kebutuhan egoistis ( egoistic needs)”. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
1) Kebutuhan fisik (physical needs)
Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang berkaitan dengan kenyamanan
tubuh, seperti makan, minum dan pakaian. Selain contoh tersebut yang menjadi
kebutuhan lainnya adalah tempat tinggal. Dengan kata lain kebutuhan fisik ini
dapat disebut juga dengan kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat dianggap terpenuhi apabila tubuh kita sudah merasa nyaman.
2) Kebutuhan sosial (social needs)
Merupakan kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain secara akrab.
Kebutuhan sosial memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat,
karena manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dengan
berbagai macam kebutuhan dalam hidupnya.
3) Kebutuhan egoistis (egoistic needs)
Merupakan kebutuhan yang tujuannya bukan semata-mata untuk
berhubungan dengan orang lain, akan tetapi lebih dari itu, yaitu kebutuhan
mengenai keinginan untuk mendapat pengakuan keistimewaan dari orang lain
akan dirinya. Kebutuhan ini tidak dapat diperoleh hanya dengan usaha dari dirinya
sendiri melainkan dengan keterlibatan orang lain agar bersedia mengakui
keberadaannya.
Berdasarkan uraian di atas peneliti dapat simpulkan indikator-indikator
motivasi. Berikut adalah indikator-indikator motivasi dalam penelitian ini
meliputi :
1) Adanya dorongan yang dididominasi dari dalam diri sendiri dan didukung
sebagian kecil dorongan dari luar dirinya
2) Untuk melakukan suatu tindakan tertentu yang terkait dengan pelaksanaan
pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun 2009
3) Adanya aktivitas politik yang berkaitan dengan pelaksanaan pemilihan
umum, khususnya pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun
2009
4) Adanya kegiatan pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta tahun
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
d. Definisi Konseptual Motivasi
Motivasi merupakan suatu tenaga penggerak yang menggerakkan manusia
dalam bertindak dan bertingkah laku yang mana dalam tindakan dan tingkah
lakunya tersebut memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai, yang dilakukan secara
sadar maupun tidak sadar sehingga membuat seseorang atau bahkan sekelompok
orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang
dikehendakinya demi mendapat kepuasan dari tindakannya tersebut.
e. Definisi Operasional Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang dapat berasal dari diri sendiri
maupun dari luar dirinya serta dari lingkungan disekitarnya yang membuat
seseorang atau sekelompok orang mengambil suatu keputusan untuk melakukan
suatu tindakan demi mencapai tujuan tertentu.
2. Tinjauan Tentang Pemilih
a. Pengertian Pemilih
Pemilih adalah warga negara yang berhak memilih dalam pemilihan
umum. Menurut pasal 15 PP RI No.6 Tahun 2005 yang dimaksud pemilih yaitu
Warga Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara, pemilih
sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak
pilih. Dari pasal ini terdapat dua kemungkinan. Kemungkinan pertama yaitu
bahwa warga negara Indonesia yang terdaftar sebagai penduduk (memiliki kartu
tanda penduduk) di daerah yang bersangkutan. Dan kemungkinan yang kedua
adalah warga negara Indonesia yang telah berdomisili di daerah bersangkutan
dalam jangka waktu tertentu.
Untuk dapat menggunakan hak pilih, seorang warga negara Indonesia
harus terdaftar sebagai pemilih. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
didaftar sebagai pemilih adalah:
1) Nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatan
2) Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan
sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan
kartu tanda penduduk
Selain itu menurut Eep Saefulloh Fatah (http//www.kompas.com/2007),
“Perbedaan mencolok antara pemilih (voters) dan supporters. Setelah pemilihan
dilaksanakan tugas pemilih justru baru dimulai.” Sebaliknya, tugas supporters
telah selesai setelah hasil pemilihan umum diumumkan. Supporters sering kali
lebih emosional, tidak punya agenda dan hanya bisa marah, dan hal ini akan
berhenti dengan sendirinya jika mereka telah menerima imbalan. Sedangkan
voters cenderung akan terus melawan, menagih janji dan menuntut
pertanggungjawaban serta mengontrol jalannya pemerintahan yang dilaksanakan
oleh pemerintah baru pemenang pemilihan umum.
Sementara itu, Brenan dan Lomasky (1977) serta Fiorina (1976) yang
dikutip Firmanzah (2007:105) menyatakan bahwa:
Keputusan memilih selama pemilu adalah perilaku ekspresif. Perilaku initidak jauh berbeda dengan perilaku supporter yang memberikan dukunganpada sebuah tim sepakbola. Menurut mereka, perilaku memilih sangatdipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk memberikandukungan dan suaranya tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitaspemilih yang cukup tinggi terhadap partai politik jagoannya atau memilihcenderung memilih ideologi yang sama dengan yang mereka anut danmenjauhkan diri dari ideologi yang berseberangan dengan mereka.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pemilih masih
kurang rasional karena hanya memiliki orientasi sesaat tidak memikirkan ke
depan dan beraksi untuk mencapai tujuan atau masih dikategorikan sebagai
pemilih tradisional. Pemilih dalam jenis ini memiliki orientasi ideologi sangat
tinggi dan terlalu melihat kebijakan partai politik atau seorang kontestan sebagai
suatu yang penting dalam pengambilan keputusan. Pemilih tradisional dalam hal
ini masih menekankan sudut pandang hubungan emosional daripada hubungan
rasional. Hubungan emosional ini timbul disebabkan oleh adanya faktor
kekerabatan dan faktor good looking. Sedangkan hubungan rasional lebih
menekankan dari sudut pandang misi-visi dan program yang menjadi tujuan dari
kepemimpinannya. Selain itu salah satu karakter mendasar dari jenis pemilih ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
adalah karena tingkat pendidikan rendah dan sangat teguh memegang nilai serta
faham yang dianut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemilih adalah semua
pihak yang menjadi tujuan utama para calon wakil rakyat untuk mereka pengaruhi
dan yakinkan agar mendukung dan dikemudian hari dapat memberikan suaranya
kepada calon wakil rakyat peserta pemilihan umum. Pemilih dalam hal ini dapat
berupa masyarakat pada umumnya maupun para calon wakil rakyat itu sendiri.
Dimana yang disebut calon wakil rakyat adalah kelompok masyarakat yang
merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan
dalam institusi politik seperti partai politik. Sedangkan kelompok masyarakat
adalah para pendukung suatu partai politik di lingkungan internal atau peserta
pemilihan umum dan pendukung pesaing-pesaing di lingkungan eksternal.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini terdapat bagan tentang pembagian jenis
pemilih yang dikemukakan leh Firmanzah( 2007:103).
Internal Eksternal
Non Partisan
Calon Wakil
Rakyat PemilihCalon Wakil Rakyat
Dari Partai Lain
Gambar 1. Bagan Pembagian Jenis Pemilih
Selain kelompok masyarakat di atas, Soerjono Soekanto (2002:220)
menggolongkan masyarakat yang digambarkan melalui piramida lapisan
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Gambar 2. Piramida Lapisan Masyarakat
Gambar piramida yang mengerucut ke atas tersebut menunjukkan bahwa
anggota masyarakat yang berada pada lapisan atas jumlahnya sedikit, hal ini
terjadi karena untuk mencapai lapisan tersebut perlu sejumlah syarat dan
persaingan yang ketat. Ada tahapan yang di bawahnya ialah lapisan menengah
yang jumlahnya relatif lebih banyak daripada lapisan atas. Sedangkan pada
lapisan bawah jumlahnya paling banyak bila dibandingkan lapisan atas dan
lapisan menengah.
Untuk mengetahui kriteria atau ukuran yang digunakan untuk
menggolongkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan di atas, maka Soerjono
Soekanto (2002:237-238) mengemukakan beberapa kriteria atau ukuran yang
dapat dipakai, yaitu : “Ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan,
ukuran ilmu pengetahuan.”
a) Ukuran Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan
teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mengenakan pakaian serta bahan
pakaian yang dipakainya, kebiasaan berbelanja barang-barang mahal dan
seterusnya.
Berkaitan dengan ukuran kekayaan, Soerjono Soekanto (2002:245) juga
mengemukakan pendapatnya mengenai kategori status ekonomi dalam
masyarakat, yaitu sebagai berikut :
“Status ekonomi dapat dikategorikan menjadi:(1) Status ekonomi menengah ke bawah yaitu dengan penghasilan di
bawah Rp1.000.000; per bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(2) Status ekonomi menengah yaitu dengan penghasilan Rp1.000.000;sampai dengan Rp2.500.000; per bulan
(3) Status ekonomi menengah ke atas yaitu dengan penghasilan di atasRp2.500.000;per bulan.”
b) Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar maka akan menempati lapisan atas.
c) Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati menempati lapisan atas.
d) Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuan yang menjadi ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah
tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar
tersebut walau tidak halal. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan
pendapat yang disampaikan oleh Darji Darmodiharjo (1981:14), bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan.” Sehingga apabila memperoleh ilmu pengetahuan hanya untuk
mendapatkan gelar, maka hal itu akan sia-sia. Karena dalam pendidikan antara
kepribadian dan kemampuan untuk dapat menangkap ilmu pengetahuan harus
seimbang. Dengan demikian hasilnya pun pasti lebih memuaskan.
b. Tipe-Tipe Pemilih
Pemilih pada pemilihan umum yang memiliki orientasi yang berbeda
seperti telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa pemilih dapat dibedakan
menjadi beberapa tipe. Seperti yang dikemukakan oleh Firmanzah (2007:135-137)
yaitu bahwa tipe-tipe tersebut terbagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :
1) Pemilih Rasional
Pemilih rasional (rational voter) merupakan pemilih yang lebih
mengutamakan kemampuan calon wakil rakyat dalam program kerjanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(platform). Namun pemilih tipe ini tidak hanya melihat program kerja (platform)
yang berorientasi ke depan, tetapi juga menganalisis apa saja yang telah dilakukan
oleh calon wakil rakyat tersebut di masa sebelumnya. Kinerja calon wakil rakyat
biasanya termanifestasikan pada reputasi atau citra yang berkembang di
masyarakat.
Pemilih tipe ini memiliki ciri khas yang tidak begitu mementingkan ikatan
ideologi kepada suatu partai atau seorang calon wakil rakyat. Pemilih tipe ini
inginmelepaskan hal-hal yang bersifat dogmatis, tradisional dan ikatan lokasi
dalam kehidupan politiknya. Pertimbangan logis sangat dominan dalam proses
pengambilan keputusan. Hal terpenting bagi pemilih tipe ini adalah apa yang bisa
(dan yang telah) dilakukan calon wakil rakyat, bukan faham dan nilai dari calon
wakil rakyat tersebut. Oleh karena itu jika seorang calon wakil rakyat ingin
menarik perhatian dari pemilih tipe ini, mereka harus mengedepankan solusi logis
akan permasalahan ekonomi, pendidikan, kesejahteraan, sosial-budaya, hubungan
luar negeri, dan lain-lain. Karena pemilih tipe ini tidak akan segan-segan untuk
berpindah kelain hati jika mereka menganggap bahwa calon wakil rakyat tidak
mampu menyelesaikan permasalahan nasional.
2) Pemilih Tradisional (Emosional)
Menurut Rohrscheneider yang dikutip oleh Firmanzah (2007:137) bahwa,
“Pemilih tradisional merupakan pemilih yang bisa dimobilisasi selama masa
kampanye”. Pemilih tipe ini sangat mengutamakan kedekatan sosial-budaya, nilai,
asal-usul, faham dan agama sebagai ukuran dalam pengambilan keputusan.
Pemilih tipe ini juga tidak terlalu memperhatikan tentang apa yang telah dilakukan
dan apa yang akan dilakukan oleh calon wakil rakyat yang mereka dukung. Salah
satu karakteristik mendasar tipe pemilih ini adalah tingkat pendidikan yang rendah
dan sangat konservatif dalam memegang nilai serta faham yang dianut.
Salah satu ciri khas dari pemilih tipe ini adalah loyalitas tinggi. Karena apa
saja yang dikatakan oleh seorang yang didukungnya merupakan sebuah kebenaran
yang sulit untuk dibantah. Ideologi dianggap sebagai suatu landasan dalam
membuat suatu keputusan serta bertindak, dan terkadang terkadang kebenarannya
tidak bisa diganggu gugat. Oleh karena itu apa saa yang dikatakan oleh seorang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang didukungnya dianggap sebagai petunjuk dalam bersikap dan bertindak.
Meskipun dalam hal ini ideologi sangat sulit untuk berubah, tapi bukan berarti
tidak bisa berevolusi seiring dengan perjalanan waktu.
c. Tinjauan Tentang Orientasi Pemilih
Mencoba memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi mengapa dan
bagaimana pemilih menyuarakan pendapatnya adalah sesuatu yang penting, baik
dalam teori maupun praktik. Untuk mengetahuinya, maka perlu diketahui pula apa
yang menjadi orientasi pemilih dalam menyuarakan pendapatnya pada pemilu.
Dalam hal ini orientasi pemilih dapat dibagi menjadi 2 seperti yang terdapat
dalam Firmanzah (2007:116-122), yaitu :
1) Orientasi Policy - Problem – Solving
Pada orientasi Policy – Problem – solving ini pemilih menaruh perhatian
yang sangat tinggi atas cara calon wakil rakyat atau partai politk dalam
menawarkan solusi sebuah permasalahan. Karena semakin efektif seorang / calon
wakil rakyat dalam menawarkan solusi yang tepat untuk menjawab permasalahan,
maka semakin tinggi pula probabilitas untuk dipilih oleh para pemilih. Para
pemilih yang mempunyai orientasi ini mempunyai kecenderungan untuk tidak
memilih calon wakil rakyat yang kurang mampu menawarkan program kerja dan
hanya mengandalkan spekulasi serta jargon-jargon politik. Program kerja dan
solusi atas suatu permasalahan harus jelas, detail dan logis. Firmanzah (2007:116)
mengutip pendapat dari Bartels (1988) bahwa “ ketidakpastian (uncertainly) atas
program kerja partai atau calon wakil rakyat memiliki efek negatif terhadap
persepsi pemilih”.
Pemilih tidak memilih ketertarikan pada program-program kerja yang
sama sekali tidak menjawab permasalahan yang mereka hadapi. Oleh karena itu,
jika wakil rakyat dinilai gagal untuk memperjuangkan kepentingan rakyat akan
berakibat pemberian hukuman (punishment) bagi wakil rakyat yang bersangkutan.
Hukuman tersebut direalisasikan dengan tidak dipilihnya kembali wakil rakyat
yang bersangkutan pada pelaksanaan pemilihan umum mendatang. Sebaliknya
jika wakil rakyat dinilai berhasil dalam memperjuangkan nasib rakyat, maka wakil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
rakyat tersebut akan diberikan penghargaan (reward). Penghargaan ini dapat
berupa dipilihnya wakil rakyat tersebut dalam pelaksanaan pemilihan umum
mendatang.
Penilaian tentang policy – problem – solving dapat dilakukan secara ‘ex-
post’ dan ‘ex-ante’. Penilaian ex-post berarti menilai apa saja yang telah dilakukan
sebuah partai ataupun wakil rakyat yang berkuasa untuk memperbaiki kondisi
yang ada. Sementara ex–ante dilakukan dengan mengukur dan menilai
kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan seorang wakil rakyat
ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan.
2) Orientasi Ideologi
Dalam banyak hal ideologi sering diartikan sebagai lawan kata dari
kebenaran, ilmu pengetahuan, jalan pikiran atau logika. Firmanzah (2007:120)
juga mengutip pendapat dari Loewenstein (1983) bahwa “ Ideology is a consistent
intregrated pattern of thought and beliefs explaining man’s attitude toward life
and his existency in society, and advocating a conduct and action pattern
responsive to and commensurate with such thought and beliefs”.
Yang artinya adalah bahwa ideologi adalah suatu pola integrasi konsisten
dari pikiran dan kepercayaan yang menjelaskan sikap seseorang tentang
kehidupan dan keberadaannya di lingkungan sosial dan mempertahankan suatu
sikap dan pola perbuatan untuk menjawab dan menyeimbangkan antara pikiran
dan kepercayaan. Ini berarti bahwa ideologi merupakan keseimbangan antara
pikiran dan kepercayaan terhadap sikap wakil rakyat tentang kehidupan dan
keberadaannya di lingkungan sosial, yang kemudian bertujuan menjawab segala
permaslahan yang timbul di kalangan masyarakat pada umumnya.
Ideologi bukanlah sesuatu yang baku, karena ideologi dianggap sebagai
faktor utama bagi pemilih dalam menentukan siapakah yang akan dipilih dan
sekaligus bisa berevolusi seiring dengan perjalanan waktu. Dalam hal ini terdapat
dialetika antara ideologi pemilih dengan ideologi partai atau ideologi calon wakil
rakyat peserta pemilihan umum. Di satu sisi, peran partai politik dan seorang
calon wakil rakyat mungkin saja mencoba menyakinkan pemilih dari kalangan
yang seluas mungkin. Sehingga para pemilih merasa bahwa ideologi calon wakil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
rakyat sama dengan ideologi mereka. Di sisi lain, pemilih memiliki sistem nilai
dan kenyakinan, ex-ante, yang menjadi petunjuk untuk menilai partai politik atau
calon wakil rakyat mana yang memiliki kesamaan dengan ideologi mereka.
d. Definisi Konseptual Motivasi Pemilih
Motivasi adalah dorongan yang timbul dari diri seseorang/ pemilih untuk
melakukan suatu tindakan untuk dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai untuk
mendapat kepuasan dari hasil perbuatannya tersebut.
e. Definisi Operasional Motivasi Pemilih
Motivasi pemilih dapat timbul dari dorongan diri sendiri maupun dari luar
diri sendiri yang kemudian membuat pemilih memiliki orientasi yang berbeda,
yaitu orientasi policy problem solving dan orientasi ideologi. Orientasi policy
problem solving disini lebih menitik beratkan pada cara calon wakil rakyat atau
partai politik dalam menawarkan solusi sebuah permasalahan. Sedangkan
orientasi ideologi lebih menitik beratkan pada keseimbangan antara pikiran dan
kepercayaan terhadap sikap wakil rakyat tentang kehidupan dan keberadaannya di
lingkungan sosial, yang kemudian bertujuan menjawab segala permasalahan yang
timbul di kalangan masyarakat pada umumnya.
3. Tinjauan Tentang Pemilihan Umum
a. Pengertian Tentang Pemilihan Umum
Pada masa sekarang ini, negara-negara di dunia hampir seluruhnya
menggunakan demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan. Hal ini
berarti kekuasaan rakyat diwakili oleh Badan Perwakilan Rakyat. Di negara kita,
salah satu cara untuk memilih wakil rakyat adalah melalui pemilihan umum
(Pemilu). Karena pemilu merupakan sarana untuk mewujudkan kedaulatan rakyat
dalam pemerintahan Negara Kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila,
sebagaimana yang diamanatkan dalam UUD 1945. Hal ini dipertegas dalam UU
No.32 tahun 2008 yaitu bahwa pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan
rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Melalui pemilihan umum yang demokratis, pergantian pemerintahan dapat
dilaksanakan secara damai, dan melalui pemilihan umum ruang politik publik
terbuka luas. Pemilihan umum adalah salah satu sarana untuk menilai kualitas
demokrasi, selain kebebasan (kebebasan pers, kebebasan berpendapat, kebebasan
berorganisasi, kebebasan beragama), persamaan di depan hukum dan distribusi
pendapatan yang adil. Sulastomo (2001:5)mengemukakan bahwa:
Dengan pemilihan umum, sebuah negara diyakini dapat membangunbangsa sesuai dengan aspirasi rakyatnya secara berkelanjutan, tertib danaman. Dengan pemilihan umum dapat tercipta suasana kehidupanberbangsa dan bernegara yang dapat melindungi hak-hak setiap warganegara, sehingga mampu mendorong kreativitas setiap individu untuk ikutberperan dalam membangun bangsanya.
Oleh karena itu guna melancarkan penyelenggaraan pemilihan umum dibutuhkan
berbagai persiapan-persiapan yang terdiri dari 5 tahap, yakni pendaftaran pemilih,
pencalonan partai politik, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, serta
penetapan hasil.
Selain pengertian pemilihan umum di atas, pemilihan umum juga
merupakan suatu proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik
tertentu, seperti presiden, anggota DPR, DPD (parlemen), DPRD, gubernur,
bupati/walikota dan kepala desa.
b. Azas Pemilihan Umum
Pemilu diselenggarakan secara demokratis dan transparan, jujur dan adil
dengan mengadakan pemberian dan pemungutan suara secara langsung, umum,
bebas, dan rahasia. Dengan demikian berdasarkan Undang-undang tersebut
Pemilu menggunakan azas sebagai berikut :
1) Jujur
Yang berarti bahwa penyelenggara/pelaksana, pemerintah dan partai
politik peserta Pemilu, pengawas, dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Adil
Berarti dalam penyelenggaraan Pemilu setiap pemilih dan Parpol peserta
Pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak
manapun.
3) Langsung
Yaitu rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan
suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara.
4) Umum
Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal
dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah pernah kawin, berhak ikut
memilih dalam Pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak
dipilih.
5) Bebas
Setiap warga negara yang memilih menentukan pilihannya tanpa tekanan
dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya setiap warga negara
dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati
nurani dan kepentingannya.
6) Rahasia
Yang berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa
pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
Azas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat
pemungutan suara yang secara suka rela bersedia mengungkapkan pilihannya
kepada pihak manapun.
c. Pengertian Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
Pemilihan umum anggota DPRD tertuang di dalam Undang-Undang No.
10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1) Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia Tahun 1945.
2) Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah
pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemilihan umum anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kota adalah pemilihan umum untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD kota
berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2008 tentang pemilihan Umum
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
d. Definisi Konseptual Pemilihan Umum
Pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik politik yang
memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan (representative
goverment). Pemilihan umum juga disebut dengan ‘political market’, artinya
pemilihan umum adalah dasar politik tempat individu/masyarakat berinteraksi
untuk melakukan kontrak sosial (perjanjian masyarakat) antara peserta pemilihan
umum dengan pemilih yng memiliki hak pilih setelah terebih dahulu melakukan
serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, iklan politik melalui media
massa cetak, audio dan visual, serta media lainnya guna menyakinkan pemilih
sehingga pada saat pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu
peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif ataupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
eksekutif. Selain itu pemilihan umum juga merupakan salah satu sarana
pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil demi mewujudkan demokrasi dengan menjunjung tinggi
kebebasan, persamaan di depan hukum dan distribusi pendapatan yang adil
sehingga tercipta kesejahteraan bersama.
e. Definisi Operasional Pemilihan Umum
Pemilihan umum merupakan suatu sarana bagi masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam memberikan suaranya guna memilih wakil rakyat, serta
merupakan bukti adanya upaya untuk mewujudkan demokrasi.
4. Tinjauan Tentang Perilaku Politik
Perilaku politik merupakan interaksi antara aktor-aktor politik, baik
masyarakat, pemerintah atau lembaga dalam proses politik. Perilaku politik dapat
dirumuskan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan proses pembuatan dan
pelaksanaan keputusan politik. Perilaku politik pada umumnya ditentukan oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari individu tersebut misalnya
seperti idealisme, tingkat kecerdasan, dan kehendak hati, sedangkan faktor
eksternal (kondisi lingkungan) misalnya seperti kehidupan beragama, sosial,
politik, ekonomi dan sebagainya yang mengelilinginya. Menurut Jack C. Plano
dkk yang dikutip Moh. Ridwan (1997:25), bahwa :
Perilaku politik adalah pikiran dan tindakan manusia yang berkaitandengan proses memerintah. Yang termasuk perilaku politik adalahtanggapan-tanggapan internal (pikiran, persepsi, sikap dan keyakinan) danjuga tindakan-tindakan yang nampak (pemungutan suara, gerak protes,lobbying, kaukus, kampanye dan demonstrasi).
Dari pendapat di atas jelas bahwa perilaku politik bukanlah sesuatu yang dapat
berdiri sendiri tetapi mengandung keterkaitan dengan hal yang lain. Salah satu hal
tersebut adalah sikap politik. Sikap dan perilaku memang sangat erat
hubungannya, namun keduanya dapat dibedakan. Karena sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek lingkungan tertentu, sehingga belum
merupakan tindakan tetapi masih berupa suatu kecenderungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Kecenderungan inilah yang kemudian mendorong munculnya perilaku
memilih (voting behavior). Perilaku memilih merupakan perilaku politik warga
negara yang sering dikaitkan dengan kegiatan mereka memilih wakilnya dalam
pemilihan umum. Dimana dalam perilaku memilih ini terdapat beberapa
pendekatan seperti yang dikemukakan oleh Ramlan Surbakti (1992:145-246) yang
mengklasifikasikan pendekatan dalam perilaku memilih menjadi lima, yaitu
“pendekatan struktural, pendekatan sosiologis, pendekatan ekologis, pendekatan
psikologis, dan pendekatan pilihan rasional”.
a Pendekatan struktural adalah pendekatan yang melihat kegiatan memilih
sebagai produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial,
sistem partai, sistem pemilihan umum, permasalahan, dan program yang
ditonjolkan oleh setiap partai.
b Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan yang cenderung menempatkan
kegiatan memilih dalam kaitan dengan konteks sosial. Kongkretnya, pilihan
seseorang dalam pemilihan umum dipengaruhi latar belakang demografi dan
sosial ekonomi, seperti jenis kelamin, tempat tinggal (kota-desa), pekerjaan,
pendidikan, kelas, pendapatan dan agama.
c Pendekatan ekologis hanya relevan apabila dalam suatu daerahpemilihan
terdapat perbedaan karakteristik pemilih berdaarkan unit territorial, seperti
desa, kelurahan, kecamatan, dan kabupaten.
d Pendekatan psikologi sosial merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai
yang ada atau keterikatan emosional pemilih terhadap partai tertentu.
e Pendekatan pilihan rasional melihat kegiatan memilih sebagai produk
kalkulasi untung dan rugi. Yang dipertimbangkan tidak hanya “ongkos”
memilih dan kemungkinan suaranya dapat mempengaruhi hasil yang
diharapkan tetapi juga melihat alternatif lain yang menguntungkan.
Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan dua pendekatan,
yaitu : pendekatan sosiologis dan pendekatan psikologis. Dimana pendekatan
sosiologis pada penelitian ini dapat dilihat dari pengklasifikasian motivasi pemilih
dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan
Jebres berdasarkan usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Sedangkan penggunaan pendekatan psikologis dalam penelitian ini dapat dilihat
pada pengklasifikasian motivasi pemilih berdasarkan orientasi yang dimilikinya
dalam memberikan suara dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun
2009 di Kecamatan Jebres. Dengan mengetahui orientasi yang dimiliki pemilih
berdasarkan klasifikasi motivasi pemilih tersebut, maka pemilih dapat
dikelompokkan lagi menjadi dua tipe yaitu tipe pemilih rasional dan tipe pemilih
tradisional
A. PENELITIAN YANG RELEVAN
Selama pencarian yang telah peneliti lakukan, peneliti belum menemukan
penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti ambil. Peneliti baru bisa
menemukan penelitian seperti yang tertera di bawah ini:
1. Pipien Ariestaningsih. 2008. Partisispasi Politik Masyarakat Dalam
Pencalonan Kepala Desa Di Desa Blimbing Kecamatan Gatak Kabupaten
Sukoharjo (Studi Kasus Calon Kepala Desa Melawan Kotak Kosong). Pada
penelitian ini dijelaskan bahwa dalam pencalonan kepala desa hanya terdapat
satu calon kepala desa yaitu mantan kepala desa itu sendiri. Karena bagi
masyarakat yang sebenarnya memiliki minat untuk mencalonkan diri menjadi
kepala desa mempunyai beberapa kendala perihal dana pencalonan serta
merasa kalah pamor dibanding mantan kepala desa yang mencalonkan diri
menjadi kepala desa kembali. Hal inilah yang membuat masyarakat
mengurungkan niat mencalonkan diri sebagai kepala desa karena mereka takut
tidak ada yang memilih mereka.
2. Barni. 2007. Partisipasi Politik Ditinjau Dari Pendidikan Dan Status Sosial Di
Desa Pekandangan Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara. Pada penelitian
kedua ini menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang ikut menentukan
tingkat partisipasi politik seseorang itu pula. Demikian pula dengan status
sosial, karena semakin tinggi status sosial seseorang di mata masyarakat,
menunjukkan besarnya motivasi seseorang dalam kegiatan politik bangsa.
Dari pokok permasalahan kedua penelitian di atas, maka dapat peneliti
simpulkan bahwa: status ekonomi, tingkat pendidikan serta status sosial sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
dipengaruhi oleh motivasi politik seseorang. Jika dikaitkan dengan penelitian
yang peneliti ambil, maka kedua penelitian tersebut memiliki hubungan yang
positif. Karena peneliti mengambil penelitian mengenai motivasi pemilih dalam
pemilihan umum anggota DPRD Surakarta. Yang dimaksud pemilih disini adalah
masyarakat yang sudah berhak untuk memilih. Sehingga dalam memberikan
pemilih tentu memiliki motivasi atau dorongan untuk mencapai suatu tujuan.
Dimana motivasi pemilih satu dengan pemilih lainnya pasti berbeda. Sehingga
untuk mengetahui perbedaan tersebut peneliti juga mengklasifikasikan pemilih
menjadi empat, yaitu berdasarkan usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat
pendidikan.
B. KERANGKA BERFIKIR
Suatu kenyataan bahwa dalam pelaksanaan pemilihan umum motivasi
pemilih ikut menentukan berhasil dan tidaknya pemilihan umum tersebut. Pemilih
adalah seorang atau kelompok orang yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan
umum yang dapat dilatarbelakangi oleh motivasi yang berbeda-beda. Motivasi
pemilih merupakan suatu dorongan yang bisa berasal dari diri pemilih maupun
dari luar diri pemilih dengan tujuan tertentu yang dicapai oleh pemilih tersebut.
Sehingga motivasi pemilih dapat diklasifikasikan menjadi 4, yaitu berdasarkan
usia, jenis kelamin, status ekonomi dan tingkat pendidikan.
Pada klasifikasi pertama yaitu pemilih yang dibedakan berdasarkan usia
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu usia 17 tahun – 25 tahun, usia 26 tahun – 45
tahun, dan usia 46 tahun – lanjut. Kemudian pada klasifikasi kedua yaitu pemilih
yang dibedakan menurut jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Klasifikasi
ketiga dibedakan menurut status ekonomi. Pada klasifikasi ini peneliti
membaginya menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok status ekonomi menengah ke
atas yaitu pemilih yang memiliki penghasilan di atas Rp2.500.000;- setiap
bulannya dan kelompok status ekonomi menengah ke bawah yaitu pemilih yang
memiliki penghasilan di bawah Rp2.500.000;- setiap bulannya. Kemudian pada
klasifikasi keempat ini pemilih dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu
tingkat pendidikan tamat SMP-SMA dan sedang/tamat Perguruan Tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Melalui klasifikasi di atas peneliti berharap hasil yang dicapai dapat
maksimal. Karena melalui pengklasifikasian tersebut kita dapat mengetahui apa
yang menjadi motivasi pemilih dalam mengikuti pemilihan umum, khususnya
pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Surakarta tahun 2009
sebelum mengambil keputusan kepada siapa pemilih akan memberikan suaranya.
Hal ini semakin menarik ketika melalui pengklasifikasian tersebut peneliti dapat
mengetahui motivasi-motivasi yang ada dalam diri pemilih. Kemudian dengan
mengetahui motivasi pemilih tersebut, maka dapat diketahui pula orientasi yang
dimiliki setiap pemilih yaitu orientasi policy-problem-solving dan orientasi
ideologi.. Dengan demikian pemilih dapat dikelompokkan kedalam dua tipe
pemilih, yaitu tipe pemilih rasional dan tipe tradisional. Untuk lebih jelasnya
kerangka berpikir yang telah peneliti uraikan di atas dapat digambarkan seperti di
bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Gambar 3. Skema Kerangka Berpikir
Pemilihan Umum
Presiden&
Wakil Presiden
AnggotaDPR
AnggotaDPRD
Motivasi Pemilih
Usia JenisKelamin
StatusEkonomi
PengambilanKeputusan
AnggotaDPD
TingkatPendidikan
Policy-Problem-Solving
Ideologi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti memilih tempat penelitian di Kecamatan
Jebres Kota Surakarta. Peneliti memilih lokasi penelitian di tempat tersebut,
dengan beberapa pertimbangan antara lain:
a. Peneliti tertarik terhadap motivasi pemilih di Kecamatan Jebres Kota
Surakarta dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009.
b. Pada lokasi penelitian tersebut terdapat data atau informasi yang
diperlukan dalam penelitian yang peneliti lakukan.
c. Lokasi penelitian tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga
akan memudahkan peneliti dalam melakukan observasi maupun penelitian.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian sampai dengan penyusunan laporan penelitian adalah 20
bulan yang dimulai pada bulan Juni 2009 sampai dengan Februari 2011. Berikut
ini gambar alokasi waktu kegiatan penelitian yang peneliti lakukan:
Tabel 1. Jadual Kegiatan Penelitian
No Kegiatan Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun2011
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Ijin Penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk penelitian
kualitatif. Karena data-data yang akan dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat
pencatatan dokumen maupun arsip yang memiliki arti yang sangat lebih dari
sekedar angka atau frekuensi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan
menggambarkan dan memaparkan keadaan obyek dan subyek penelitian pada saat
sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagai mana mestinya.
Menurut Lexy J Moeleong (2007:3) yang mengutip dari pendapat Bogdan
dan Taylor, penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: “Metodologi kualitatif
adalah prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan
dari orang-orang atau perilaku yang diamati”.
Penelitian kualitatif diperoleh dengan mempertimbangkan kesesuaian
obyek dari studi, penggunaan metode penelitian secara mendalam agar sesuai
dengan metode tersebut yaitu menggunakan metode deskriptif. Menurut Sugiyono
(1999:11), “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan terhadap
variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan
variabel lain”. Tujuan utama dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan
kenyataan kehidupan sosial yang kompleks. Sedangkan menurut Anselm Strauss
dan Juliet Corbin dalam Djunaidi Ghony (1997: 11) yang menyebutkan bahwa
penelitian kualitatif adalah “Penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan
yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur
statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran)”.
2. Strategi Penelitian
Dalam penelitian deskriptif menurut HB Sutopo (2002:78) ada 4 macam
strategi penelitian yang dapat digunakan dalam menyusun penelitian, yaitu :
a. Tunggal Terpancang
Studi yang memusatkan pada variabel yang telah ditentukan terlebih dahulu atau
dengan istilah Embeded Case Study yang dilakukan hanya dalam satu lokasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
penelitian.
b. Ganda Terpancang
Sedangkan pada ganda terpancang yang membedakan dengan tunggal terpancang
adalah pada lokasi penelitian, jika pada tunggal terpancang penelitian hanya
dalam satu lokasi, maka pada ganda terpancang penelitian ada dua lokasi yang
digunakan.
c. Tunggal Holistik
Studi yang mengarahkan pada subyeknya secara menyeluruh dengan berbagai
aspek atau dengan istilah Atnografi Grounded
d. Ganda Holistik
Studi yang mengarahkan pada dua obyeknya secara menyeluruh dengan berbagai
aspek atau dengan istilah Atnografi Grounded
Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi penelitian tunggal
terpancang. Mengenai hal ini HB. Soetopo (2002:112) bahwa: “Bentuk penelitian
terpancang (embeded reaserch) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan
fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan tujuan
dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan studinya.”
Pada penelitian ini peneliti lebih memfokuskan penelitiannya pada
motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009.
Sehingga peneliti tidak akan melakukan penelitian pada masyarakat yang tidak
menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta
tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
Untuk itu maksud dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini,
dapat mengandung pengertian sebagai berikut: tunggal yang artinya hanya dalam
satu lokasi yaitu Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Sedangkan terpancang artinya
hanya pada satu tujuan untuk mengetahui motivasi pemilih dalam pemilihan
umum anggota DPRD Surakarta tahun 2009 di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
C. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan peneliti terdiri dari
sumber data primer dan sumber data sekunder.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber-
sumber terkait. Pengumpulan data dilakukan dengan jalan mengadakan
wawancara langsung dengan responden. Responden adalah manusia sebagai
sumber data yang perlu dipahami, bahwa mereka terdiri dari beragam individu
dan memiliki beragam posisi. Dalam penelitian ini yang menjadi responden
adalah masyarakat Kecamatan Jebres yang telah memenuhi syarat sebagai
pemilih, memberikan suaranya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota
Surakarta tahun 2009 serta termasuk dalam klasifikasi yang telah ditentukan
dalam penelitian ini.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung, dan
bersifat mendukung data-data primer. Data sekunder diperoleh dengan jalan
mempelajari, membaca dan mencatat buku, dokumen, serta peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan penelitian. Buku yang banyak mendukung
penelitian ini adalah buku dari Firmanzah yang berjudul Marketing Politik.
Sedangkan dokumen sebagai pelengkap data adalah data tentang keadaan
geografis dan demografi Kota Surakarta yang berasal dari Kecamatan Jebres Kota
Surakarta. Dan landasan yuridis yang berkaitan dengan permasalahan pada
penelitian ini adalah peraturan yang mengatur mengenai pemilih dan pemilihan
umum yaitu UU No 32 tahun 2008 dan pasal 15 PP RI No.6 Tahun 2005
D. Populasi dan Teknik Sampling (cuplikan)
1. Populasi
Populasi menurut Suharsimi Arikunto (2002:108) adalah: “Keseluruhan
subjek penelitian.” Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada
dalam wilayah penelitian, maka peneliti harus meneliti populasi. Namun dalam
penelitian besar peneliti tidak mungkin meneliti seluruh populasi yang ada. Selain
itu hal ini pasti merepotkan, membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang
besar pula. Untuk mengantisipasi hambatan tersebut maka peneliti hanya meneliti
sebagaian dari populasi saja. Penelitian ini disebut penelitian sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dalam penelitian kualitatif sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat
dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Berdasarkan uraian tersebut dapat
diketahui fungsi dari sampel yaitu:
a. Untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber
b. Menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori
yang akan muncul
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa:populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang telah memiliki hak sebagai pemilih serta
menggunakan haknya tersebut dalam pemilihan umum anggota DPRD Surakarta
tahun 2009. Dimana jumlah populasi pada penelitian ini adalah 93.151 orang
yang telah memenuhi syarat sebagai pemilih.
2. Teknik Sampling
Sampel yang diambil dalam penelitian ini disesuaikan dengan pemilih
yang menggunakan haknya berdasarkan pada klasifikasi yang telah ditentukan
oleh peneliti. Dalam penelitian kualitatif sampel ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat
dipercaya dan datanya bersifat obyektif. Dengan demikian data yang diperoleh
lebih akurat.
Suharsimi Arikunto (2002:109) mengatakan bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti.” Sedangkan Kartini Kartono
(1990:129) menyatakan bahwa, “ Sampel adalah contoh, monster, representan,
atau wakil dari satu populasi yang cukup besar jumlahnya, yaitu satu bagian dari
keseluruhan yang dipilih dan representatif sifat dari keseluruhannya.”
Meski jumlah sampel bukan prioritas utama dalam teknik sampling
penelitian ini, namun peneliti tetap mempertimbangkan keakuratan data dengan
memilih sampel yang dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Adapun
permasalahan dalam penelitian ini adalah mengenai motivasi pemilih dalam
pemilihan umum DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres, maka sampel yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
diambil juga merupakan masyarakat Kecamatan Jebres yang sudah sah menjadi
pemilih. Dalam melakukan penelitian terdapat beberapa macam teknik sampling.
Secara skematis, Prof.Dr.Sugiyono (2008:81) mengklasifikasikan macam-
macam teknik sampling yang ditunjukkan pada gambar berikut :
Sumber : Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D
Gambar 4. Macam-macam Teknik Sampling
Dari gambar 3 terlihat bahwa, teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan mejadi dua yaitu Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Nonprobability Sampling
dengan teknik Purposive Sampling.
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,
kuota, aksidental, purposive, jenuh, dan snowball.
TeknikSampling
Probability sampling Non Probabilitysampling
1. Simple RandomSampling
2. Proportionatestratified randomsampling
3. Disproportionatestratified randomsampling
4. Area (cluster)sampling (samplingmenurut daerah)
1. Sampling sistematis
2. Sampling kuota
3. Sampling incidental
4. Purposive sampling
5. Sampling jenuh
6. Snowball sampling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Teknik purposive sampling (sampel bertujuan) adalah sampel yang telah
ditentukan dan dimantapkan sebagai sampel. Sumber data digunakan di sini tidak
sebagai yang mewakili populasinya, tetapi lebih cenderung mewakili
informasinya. Selain itu teknik cuplikan yang digunakan merupakan teknik
cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan
konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan pribadi peneliti. Oleh karena
pengambilan sampling didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu, maka
teknik sampling ini lebih dikenal dengan purposive sampling, dengan
kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui
informasi dan masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi
sumber data yang mantap..
Menurut Goetz & Le Compte dalam H. B. Sutopo (2002:56): “Purposive
Sampling yaitu teknik mendapatkan sampel dengan memilih individu-individu
yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data.” Jadi dalam metode ini beberapa objek
penelitian dipilih, kemudian dari yang tersebut dijadikan sebagai sumber data
yang akan membantu dalam mengungkap permasalahan yang telah dirumuskan.
Dengan kata lain metode pengambilan sampel yang digunakan dengan teknik
informan kunci (key informant) yaitu peneliti mengambil orang-orang kunci untuk
dijadikan sebagai sumber data. Sehingga dalam penetapan responden (informan),
peneliti tidak mempermasalahkan apakah sumber data yang diambil representatif
atau tidak terhadap populasi, namun lebih menitikberatkan pada bagaimanakah
peneliti dapat memperoleh data lengkap dan informasi yang sesuai untuk
menjawab permasalahan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Berikut adalah daftar informan dalam penelitian ini.
Tabel 2. Daftar Informan
KELURAHAN NAMA ALAMATKEPATIHAN KULON 1. Nurliana Kepatihan Kulon Rt 002, Rw
001
KEPATIHAN WETAN 1. Suwandi
2. Mirriam Agustina K
o Jl. Sutan syahrir No 13, Rt 008,Rw 002
o Jl. Jend.Urip Sumoharjo, Rt009, Rw 002
SUDIROPRAJAN 1. Heri
2. Mulyanto
3. Wiji
Purbowadayan, Rt 001, Rw002
Tegal Harjo, Rt 005, Rw 001 Tegal Harjo, Rt 005, Rw 001
GANDEKAN 1. Idha Nuryanthi
2. Agung
o Mertokusuman Rt 02/Rw VII
o Gandekan Rt 01/ Rw 06
SEWU 1. Sriati
2. Yemima Wahyuningtyas
Kampung Sewu, Rt 001/Rw 07
Kampung Sewu, Rt 001/Rw 07PUCANG SAWIT 1. Waluyo
2. Dyah
o Pucang Sawit Rt 002 / Rw XII
o Pucang Sawit Rt 002 / Rw XII
JAGALAN 1. Bambang H
2. Putra Christiawan Sutanto
3. Cuk Sutanto
Jagalan Rt 002/ Rw 014
Kalisindang, Rt 03/Rw 03
Kalisindang , Rt 03/Rw 03
PURWODININGRATAN 1. Awang
2. Heri Kurniawan
o Purwodiningratan, Rt 04/Rw09
o Purwodiningratan, Rt 04/Rw09
TEGAL HARJO 1. Abiam Rudi
2. Timan
Jl. Semeru No 8, Rt 004/ Rw001
Jl. Semeru No 10, Rt 004/ Rw001
JEBRES 1 Setyo Purnama
2 Dwi Handayanto
3 Amos Handoyo
o Kandang Sapi Rt 001 / Rw 034
o Kandang Sapi Rt 033 / Rw 33
o Kandang Sapi Rt 033 / Rw 33
MOJOSONGO 1. Suratno, SPd
2. Mbah Mul
o Mertoudan Rt 006 / Rw 009,Mojosongo
o Mertoudan Rt 006 / Rw 009Mojosongo
o Mertoudan Rt 006 / Rw 009Mojosongo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Interview atau Wawancara
Wawancara (interview) dilakukan dengan masyarakat yang termasuk
dalam klasifikasi pada permasalahan dan berada dalam posisi sebagai sampel
penelitian. Cholid Narbuko dan Abu Achmadi(2001:83) menagatakan bahwa,
“Tujuan wawancara ialah untuk mengumpulkan informasi dan bukannya untuk
merubah ataupun mempengaruhi pendapat responden.” Dalam melakukan
wawancara, peneliti mengunakan gabungan antara wawancara dengan
pembicaraan informal maupun pendekatan menggunakan petunjuk umum
wawancara.
Menurut pendapat Paton yang dikutip oleh Lexy J. Moleong (2007:135-
136)macam-macam wawancara dibagi menjadi menjadi tiga, yaitu:“ Wawancara
pembicaraan informal, pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara,
wawancara baku terbuka.” Macam-macam wawancara tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Wawancara Pembicaraan Informal
Wawancara yang dilaksanakan dalam suasana biasa, menggunakan bahasa
sehari-hari serta sangat tergantung pada spontanitas yang melakukan wawancara.
Dengan teknik ini informan tidak menyadari bahwa ia sedang diwawancarai dan
akan mendapatkan data yang sebenarnya. Pokok-pokok pertanyaan secara garis
besar terdapat pada lampiran 1. sedangkan jawaban dari hasil wawancara tersebut
terdapat pada lampiran 2.
b. Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini menggunakan kerangka dan garis besar pokok-pokok
yang akan ditanyakan, namun pokok-pokok yang dirumuskan itu tidak perlu
ditanyakan secara berurutan.
c. Wawancara Baku Terbuka (Formal)
Jenis wawancara ini pewawancara menggunakan perangkat pertanyaan
baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya dan cara penyajiannya harus sama untuk
semua informan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Pokok-pokok pertanyaan yang diberikan kepada responden terdapat pada
lampiran 3. Sedangkan jawaban dari hasil wawancara tersebut terdapat pada
lampiran 4.
2. Analisis Dokumen
Analisis dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan melihat dokumen yang telah terkumpul,mempelajari kemudian
menganalisanya. Dokumen sebagai sumber data yang berbentuk tulisan atau
gambar yang bisa merupakan keterangan tentang keadaan masa sekarang maupun
pada masa lampau yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali. Hal ini sesuai
dengan pendapat HB Sutopo (2002:54) yaitu, “ Analisa dokumen merupakan
bahan tertulis atau benda yang bergelayutan dengan peristiwa tertentu, ia bisa
berupa bahan tertulis atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu
aktivitas atau peristiwa tertentu.” Data-data yang dikumpulkan melalui teknik
dokumentasi ini berupa keadaan geografis, keadaan demografi dan data pemilih
yang dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam penelitian.
F. Validitas Data
1. Trianggulasi
Setiap data yang dikemukakan perlu dibuktikan validitasnya, yaitu untuk
meyakinkan kebenaran data tersebut. Untuk membuktikan kebenaran suatu data
maka digunakan cara triangulasi data dengan maksud untuk memeriksa keabsahan
data dengan memanfaatkan sumber lain yang diperlukan untuk dibandingkan
dengan data yang diperoleh.
Menurut Paton yang dikutip oleh HB Sutopo (2002:78-82) mengatakan
bahwa ada empat macam teknik trianggulasi yaitu “ Trianggulasi data ( data
trianggulation), trianggulasi metode (infestifator trianggulation), trianggulasi
peneliti (methodoligical trianggulation), dan trianggulasi teori (theory
trianggulation).” Teknik trianggulasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Trianggulasi Data (Data Trianggulation)
Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan
beberapa sumber data untuk mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
mengontrol dari sumber yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode (Investifator Trianggulation)
Jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode
pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti ( Methodological Trianggulation)
Hasil penelitian baik data atau simulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi Teori (Theoritical Trianggulation)
Trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan prespektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Adapun teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data triangulation dan methods trianggulation.
Dimana pada trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber
data untuk mengumpulkan data yang sama sehingga akan saling mengontrol dari
data dengan sumber yang berbeda. Sumber-sumber tersebut antara lain dapat
berupa dokumen yang diperoleh dari Kecamatan Jebres, data yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan informan, data yang diperoleh dari buku dan sumber dari
internet serta keadaan geografis. Hal ini difokuskan pada motivasi pemilih dalam
pelaksanaan Pemilihan Umum Anggota DPRD Surakarta Kecamatan Jebres.
Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai informan adalah masyarakat
Kecamatan Jebres yang dianggap telah memenuhi syarat sebagai pemilih serta
telah memenuhi klasifikasi yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Untuk
keabsahan (validasi) data dilakukan dengan mengcross check masing-masing hasil
wawancara, sehingga diperoleh suatu kesimpulan penelitian berdasarkan sumber-
sumber yang dianggap berkompeten dalam penelitian. Sedangkan trianggulasi
metode yang peneliti terapkan bahwa pengumpulan data dilakukan melalui
berbagai metode atau teknik pengumpulan data yang dipakai. Hal ini berarti
bahwa pada satu kesempatan peneliti menggunakan teknik wawancara, pada saat
yang lain menggunakan teknik dokumentasi, dan seterusnya. Penerapan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda ini sedapat mungkin untuk menutupi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
kelemahan atau kekurangan dari satu teknik tertentu sehingga data yang diperoleh
benar-benar akurat
2. Informant Review
Pengertian informant review adalah : “ Merupakan upaya pengembangan
validitas data yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan unit-unit laporan
yang telah disusun kepada informannya, khususnya yang dipandang sebagai
informan kunci (key informant).(HB. Sutopo,2002:83). Adapun yang menjadi
informan kunci pada penelitian ini dibedakan menjadi empat kelompok sesuai
dengan klasifikasi yang telah ditentukan.
Informan untuk klasifikasi usia adalah Bapak Rudi, Ibu Lilies, Ibu Nur,
Bapak Suwandi, Bapak Temu, Sdri. Yemima, Sdri.Mirriam, Sdr.Awang. Untuk
klasifikasi jenis kelamin yaitu Bapak Waluyo, Bapak Heri, Sdr. Dwi, Ibu Ida, Ibu
Dyah, Sdri. Dewi. Sedangkan untuk klasifikasi status ekonomi yaitu Bapak Setyo
P., Bapak Bambang, Bapak Wiyono, Bapak Mulyanto,. Dan informan untuk
klasifikasi tingkat pendidikan adalah Bapak Suratno, Sdri. Mirriam Agustina dan
Sdr. Agung.
G. Analisis Data
Data yang telah masuk kemudian dianalisa untuk mengetahui hasilnya.
Hal ini didasarkan hasil wawancara, pengamatan, atau observasi serta analisis
dokumen dan laporan-laporan yang ada.
Dalam analisa data, teknik yang digunakan yaitu metode analisa kualitatif
dengan bentuk penyajiannya secara deskriptif, yaitu menggambarkan secara
singkat atau jelas mengenai motivasi pemilih dalam pemilihan umum anggota
DPRD Surakarta berdasarkan data-data atau fakta yang diperoleh atau yang ada.
Dari sini kemudian disimpulkan guna menentukan hasilnya. Teknik yang
digunakan adalah teknik analisa interaktif.
Adapun langkah-langkah analisa interaktif ini sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari
buku-buku, serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan masalah-masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
yang diteliti.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data kasar yang dilaksanakan selama berlangsungnya proses penelitian.
Reduksi ini merupakan bagian analisa data yang mempertajam fokus dan
membuang hal yang tidak penting serta mengatur data sedemikian hingga
kesimpulan akhir dapat dilaksanakan.
3. Sajian Data
Sajian data adalah rangkaian informasi yang mendukung kesimpulan
dalam sebuah penelitian. sajian data meliputi berbagai jenis matrik, gambar atau
skema, jaringan kerja kegiatan dan tabel. Semua dirakit secara teratur guna
mempermudah pemahaman informasi.
4. Penarikan kesimpulan
Kesimpulan akhir yang diperoleh bukan hanya sampai pada akhir
pengumpulan data, melainkan dibutuhkan suatu verivikasi yang berupa
pengulangan dengan melihat kembali field note (data mentah) agar kesimpulan
yang diambil lebih kuat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Keempat komponen utama tersebut merupakan suatu rangkaian dalam
proses analisis data yang satu dengan yang lain sehingga tidak dapat dipisahkan.
Dimana komponen yang satu merupakan langkah menuju komponen yang
lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak bisa
mengambil salah satu komponen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Untuk lebih jelasnya, proses analisis data dengan menggunakan model
interaktif dapat digambarkan dalam bentuk skema berikut ini:
Sumber: Miles and Huberman (1992: 20)
Gambar 5. Model Analisis Interaktif
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa tahapan, yaitu:
“(1)Persiapan, (2) Pengumpulan data, (3) Analisis data, (4) Penyusunan laporan
Penelitian” (H. B. Sutopo, 2002:187-190)
Untuk lebih jelasnya, masing-masing akan diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengurus perijinan penelitian ke Pembantu Dekan III Universitas Sebelas
Maret dan Camat Kecamatan Jebres Kota Surakarta
b. Menyusun protokol penelitian yang ditujukan kepada Camat Kecamatan
Jebres yang kemudian diteruskan kepada Kepala Sub Bagian
Pemerintahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta, pengembangan pedoman,
pengumpulan data dan menyusun jadwal kegiatan penelitian.
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan observasi,
wawancara mendalam, mencatat, dan menganalisa dokumen.
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Memilah dan mengatur data yang sesuai.
3. Analisis Data
a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross
check dengan temuan di lapangan.
c. Setelah memperoleh data yang sesuai dengan intensitas kebutuhan maka
dilakukan proses verifikasi dan pengayaan
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
a. Penyusunan laporan awal.
b. Review laporan
c. Perbaikan laporan sesuai dengan rekomendasi hasil diskusi.
d. Penyusunan laporan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Tinjauan Geografis
a. Letak Dan Batas Wilayah
Letak geografis suatu wilayah adalah letak suatu wilayah dilihat dari
kenyataannya di permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya Kota Surakarta
terletak diantara dua kota besar di wilayah propinsi Jawa Tengah yaitu Kota
Semarang yang merupakan ibukota Jawa Tengah dan Kota Yogyakarta yang
merupakan Daerah Istimewa. Keadaan ini membuat Kota Surakarta menjadi kota
dengan letak yang sangat strategis. Karena secara tidak langsung Kota Surakarta
akan terpengaruh dengan mobilitas di kedua kota besar tersebut. Namun meski
sedikit terpengaruh oleh kedua kota besar tersebut tidak membuat Kota Surakarta
kehilangan ciri khas aslinya.
Wilayah Kota Surakarta secara umum keadaannya datar, hanya bagian
timur agak bergelombang.dengan ketinggian 80-130 meter di atas permukaan laut
dan kemiringan tanah 0-40 . Jenis tanah di wilayah Kota Surakarta sebagian besar
adalah tanah liat berpasir termasuk regosol kelabu dan alluvial, di wilayah bagian
utara jenis tanahnya adalah tanah grumosol serta wilayah bagian timur laut adalah
tanah litosol mediteran.
Jika di atas telah di uraikan letak geografis dari kota Surakarta secara
umum, maka selanjutnya peneliti akan memaparkan letak geografis Kecamatan
Jebres yang merupakan lokasi penelitian ini. Kecamatan Jebres merupakan salah
satu kecamatan yang masih merupakan wilayah dari Kota Surakarta. Letak dari
Kecamatan Jebres ini adalah terletak diantara 110 LS-111 LS dan 7,6 BT-8 LS.
Untuk lebih jelasnya, peta Kecamatan Jebres dapat dilihat pada lampiran 9. Selain
itu Kecamatan Jebres juga mempunyai batas-batas dengan wilayah tertentu,
karena setiap wilayah pasti berbatasan dengan wilayah yang lain. Batas-batas
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Utara : Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
2) Selatan : Kecamatan Pasar Kliwon dan Kabupaten Sukoharjo
3) Barat : Kecamatan Banjarsari
4) Timur : Kabupaten Karanganyar
Selain letak geografis Kecamatan Jebres, selanjutnya peneliti paparkan
ketinggian dari daerah yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Jebres yaitu
80m-130m di atas permukaan lain.
b. Luas Daerah
Kecamatan Jebres yang dikepalai oleh Drs. Sumarno ini terbagi menjadi
11 kelurahan. Dimana setiap kelurahan juga dikepalai oleh seorang Lurah. Berikut
tabel Kepala Kelurahan atau Lurah dari masing masing kelurahan, yaitu sebagai
berikut :
Tabel 3. Daftar Nama Kepala Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
Setelah mengetahui jumlah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Jebres
beserta Kepala Kelurahan atau Lurah masing-masing kelurahan, selanjutnya
peneliti akan memaparkan mengenai luas wilayah Kecamatan Jebres secara
keseluruhan. Berikut peneliti uraikan secara detail mengenai luas Kecamatan
No. Kelurahan Nama NIP
1. Kepatihan Kulon Yuwestri.H, SE 500082395
2. Kepatihan Wetan Dra. Sri Wirasti, MM 500098223
3. Sudiroprajan Sigit Prakosa, S.Sos 500073775
4. Gandekan Suroso, SH 010078877
5. Sewu Sunarman Budi.H, S.sos 500050818
6. Pucangsawit Bambang Edy, S.Sos 500086612
7. Jagalan Urip Jatmiko, SH 500102557
8. Purwodiningratan Drs. Sri Wahyono,M.Si 500056567
9. Tegal Harjo Nanang Heri, S.Sos 010227892
10. Jebres Drs. Tamso 380050583
11. Mojosongo Ir. Heru Sunardi, MM 010247291
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Jebres yang terbagi menjadi 11 kelurahan seperti yang telah disebutkan di atas
dalam sebuah tabel.
Tabel 4. Luas Wilayah Tiap Kelurahan Di Kecamatan Jebres
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
Dari tabel di atas diketahui bahwa luas Kecamatan Jebres adalah 1.258,18
ha, dan dari tabel di atas pula dapat diketahui bahwa Kecamatan Mojosongo
mempunyai wilayah yang paling luas dibandingkan dengan luas kecamatan-
kecamatan lain yang ada di Kota Surakarta. Hal ini dapat dilihat ada gambar peta
Kecamatan Jebres yang terdapat pada lampiran 3.
2. Tinjauan Demografi
Demografi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kependudukan.
Gambaran mengenai jumlah penduduk dan data kependudukan dapat diperoleh
dengan tiga cara, yaitu registrasi penduduk, sensus penduduk, dan survey
penduduk. Registrasi penduduk merupakan pencatatan terjadinya peristiwa-
peristiwa kelahiran, kematian, dan segala kejadian penting yang dapat mengubah
No. Kelurahan Luas (Ha)
1. Kepatihan Kulon 17,50
2. Kepatihan Wetan 22,50
3. Sudiroprajan 23,00
4. Gandekan 35,00
5. Sewu 48,50
6. Pucangsawit 127,00
7. Jagalan 65,00
8. Purwodiningratan 37,30
9. Tegal Harjo 32,50
10. Jebres 317,00
11. Mojosongo 532,88
Jumlah 1.258,18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
status seseorang dari lahir sampai mati. Sensus penduduk adalah keseluruhan
proses mengumpulkan, menghimpun, menyusun, serta menerbitkan data
demografi, ekonomi, sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu
dan wilayah tertentu. Sedangkan survey penduduk ini dapat berfungsi sebagai
pelengkap sensus penduduk.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa demografi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kependudukan, yang dalam penelitian
ini adalah penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Jebres yang juga
merupakan obyek dalam penelitian yang peneliti lakukan. Untuk lebih jelasnya
akan peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Pada data di atas telah disebutkan mengenai jumlah penduduk Kecamatan
Jebres ialah sebesar 142.292 jiwa dengan luas wilayah 1.258,18 ha. Selanjutnya
yang perlu diketahui mengenai jumlah penduduk Kecamatan Jebres apabila
dikaitkan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah mengenai jumlah
penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin. Data tersebut merupakan jumlah
penduduk tahun 2008. Data tersebut juga digunakan oleh pemerintah daerah
sebagai dasar untuk menentukan berapa besar jumlah penduduk yang telah
memenuhi syarat untuk menjadi pemilih pada pelaksanaan pemilihan umum,
khususnya pada pemilihan umum anggota DPR, DPRD dan DPD pada bulan
April tahun 2009.
Pada penelitian ini peneliti juga mengklasifikasikan pemilih berdasarkan
jenis kelamin. Dimana jenis kelamin ada 2, yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini
bertujuan untuk mengetahui apakah perbedaan jenis kelamin (gender) ini juga
berarti bahwa motivasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan anggota DPRD
Surakarta tahun 2009 tersebut juga ada perbedaan.
Berikut data keadaan penduduk Kecamatan Jebres menurut kelompok usia
dan menurut jenis kelamin tiap kelurahan tahun 2008.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Tab
el5.
Ban
yakn
yaPe
ndud
uk M
enur
utK
elom
pok
Um
ur D
an J
enis
Kel
amin
Tia
p K
elur
ahan
Tah
un 2
008
Kel
urah
an0
-4
5-
910
-14
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Kep
atih
an K
ulon
7496
170
7016
412
614
014
026
6K
epat
ihan
Wet
an22
819
242
016
230
019
716
216
235
9Su
diro
praj
an31
532
363
816
233
832
124
824
856
9G
ande
kan
1.07
51.
150
2.22
529
466
544
351
151
195
4Se
wu
314
537
851
312
634
298
350
350
648
Puca
ngsa
wit
1.33
21.
079
2.41
168
31.
385
708
685
685
1.39
3Ja
gala
n65
164
01.
291
701
1.45
174
680
380
31.
549
Purw
odin
ingr
atan
437
452
889
305
609
248
256
256
504
Teg
alha
rjo
176
187
363
334
688
387
257
257
644
Jebr
es1.
060
971
2.25
42.
254
4.62
91.
697
1.86
21.
862
3.55
9M
ojos
ongo
4.73
24.
878
1.99
01.
990
2.13
71.
809
1.87
11.
871
3.68
0
Jum
lah
10.3
9410
.505
20.8
997.
267
7.73
315
.000
6.98
07.
145
14.1
2520
0713
.770
13.6
9827
.468
6.68
87.
169
13.8
656.
437
6.68
620
06
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Lan
juta
n T
abel
5.
Kel
urah
an15
-19
20-
2425
–29
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
.K
epat
ihan
Kul
on13
214
227
413
815
115
113
214
427
8K
epat
ihan
Wet
an17
116
633
717
214
214
215
711
527
2Su
diro
praj
an31
138
069
127
428
055
427
426
954
3G
ande
kan
409
521
930
460
510
970
330
291
621
Sew
u45
841
987
748
048
896
834
829
364
1Pu
cang
saw
it68
773
71.
424
771
829
1.60
081
773
51.
552
Jaga
lan
741
728
1.46
979
975
41.
553
629
743
1.37
2Pu
rwod
inin
grat
an29
432
161
524
832
957
721
829
251
0T
egal
harj
o33
132
265
331
834
566
334
430
264
6Je
bres
1.92
82.
013
3.94
12.
256
2.37
44.
630
2.16
62.
071
4.23
7M
ojos
ongo
1.83
71.
943
3.78
01.
765
2.13
22.
338
2.33
82.
297
3.63
5
Jum
lah
7.29
97.
692
14.9
917.
681
8.33
416
.015
7.75
37.
552
15.3
0520
076.
836
7.03
614
.124
7.16
17.
902
15.1
037.
247
7.12
214
.363
2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Lan
juta
n T
abel
5.
Kel
urah
an30
-39
40-
4950
-59
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
Lak
iPe
rem
puan
Jum
lah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
.K
epat
ihan
Kul
on18
218
236
420
021
021
041
017
421
0K
epat
ihan
Wet
an12
323
535
817
817
816
534
313
913
4Su
diro
praj
an20
318
839
128
928
930
759
627
230
4G
ande
kan
303
298
601
254
254
275
529
396
355
Sew
u47
141
788
844
844
841
786
543
135
7Pu
cang
saw
it72
668
91.
415
686
686
586
1.27
244
442
1Ja
gala
n62
971
71.
346
421
421
553
974
421
396
Purw
odin
ingr
atan
187
519
223
823
824
147
920
122
1T
egal
harj
o28
134
562
627
627
631
659
233
236
8Je
bres
1.76
01.
561
3.32
11.
563
1.56
31.
534
3.09
788
71.
298
Moj
oson
go2.
434
2.43
94.
873
1.74
31.
743
1.86
63.
609
1.67
11.
518
Jum
lah
7.29
97.
076
14.3
756.
296
6.29
66.
470
12.7
665.
368
5.36
820
072.
434
6.89
713
.666
5.69
25.
692
6.10
511
.797
4.91
34.
913
2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Lan
juta
n T
abel
5
Kel
urah
an60
+Ju
mla
h Pe
ndud
ukL
aki
Pere
mpu
anJu
mla
hL
aki
Pere
mpu
anJu
mla
h(1
)(5
)(6
)(7
)(8
)(9
)(1
0)
Kep
atih
an K
ulon
162
171
333
1.39
01.
540
2.93
Kep
atih
an W
etan
4757
104
1.57
41.
506
3.08
0Su
diro
praj
an65
5311
82.
486
2.52
85.
014
Gan
deka
n77
649
11.
267
4.74
04.
773
9.51
3Se
wu
381
287
668
3.94
13.
887
7.82
8Pu
cang
saw
it36
134
670
77.
215
6.86
914
.084
Jaga
lan
190
208
398
5.92
86.
292
12.2
20Pu
rwod
inin
grat
an15
014
829
82.
533
2.83
95.
372
Teg
alha
rjo
229
292
521
3.00
83.
088
6.09
6Je
bres
380
451
831
15.9
5115
.510
32.4
61M
ojos
ongo
1.38
190
32.
284
21.7
0021
.994
43.6
94
Jum
lah
4.12
23.
407
7.52
970
.466
71.8
2614
2.29
220
075.
152
4.52
79.
679
70.6
5972
.630
143.
289
2006
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Kecamatan Jebres dengan jumlah penduduk 142.292 jiwa, untuk
mengetahui tingkat pendidikan peneliti susun kedalam tabel sebagai berikut :
Tabel 6. Banyaknya Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan
Tiap Kelurahan Tahun 2008
Kelurahan Tamat
Akademi/PT
Tamat
SLTA
Tamat
SLTP
Tamat SD
Kepatihan Kulon 368 776 463 167
Kepatihan Wetan 137 342 567 532
Sudiroprajan 105 783 1.142 110
Gandekan 439 1.133 1.502 2.105
Sewu 151 1.144 2.994 624
Pucangsawit 260 2.200 1.900 2.900
Jagalan 187 1.305 3.086 3.552
Purwodiningratan 59 590 991 1.414
Tegalharjo 116 815 535 927
Jebres 1.484 4.719 4.297 4.659
Mojosongo 2.450 4.648 5.618 5.209
Jumlah 5.756 18.455 23.095 22.199
2007 5.740 18.623 23.405 21.518
2006
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
Berdasarkan data di atas diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan
Jebres adalah tingkat pendidikan SLTP dengan jumlah sebanyak 23.095 orang .
Meskipun jumlah ini telah berkurang dari data tahun 2007 yang menyebutkan
sebanyak 23.405 orang dengan tingkat pendidikan SLTP, namun hal ini perlu
mendapat perhatian lebih agar masyarakat Surakarta, khususnya di Kecamatan
Jebres lebih maju.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
c. Keadaan Penduduk Menurut Agama
Kebebasan memeluk agama merupakan hak asasi dari masing-masing
individu yang harus di junjung tinggi oleh umat manusia. Kebebasan itu diatur
dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2. Oleh karena itu dalam kehidupan
bermasyarakat hendaknya saling menghormati dan menghargai satu sama lain
serta memegang teguh sikap toleransi beragama.
Untuk mengetahui keadaan penduduk di kecamatan Jebres secara umum
dapat dilihat dari tabel sebagai berikut.
Tabel 7. Banyaknya Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Tiap Kelurahan
Tahun 2008
Kelurahan Islam Katolik Protestan Budha Hindu Jumlah
Kepatihan Kulon 2.142 263 481 40 4 2.930Kepatihan Wetan 1.797 595 561 67 60 3.080Sudiroprajan 2.846 1.101 867 195 5 5.014Gandekan 6.270 914 2.013 316 - 9.513Sewu 6.568 575 626 30 29 7.828Pucangsawit 9.768 2.290 1.752 170 104 14.084Jagalan 8.940 1.825 1.257 144 54 12.220Purwodiningratan 2.808 1.056 1.320 39 149 5.372Tegalharjo 3.523 1.016 1.033 223 301 6.096Jebres 23.300 4.624 4.231 148 158 32.461Mojosongo 27.334 7.543 8.377 432 8 43.6941
Jumlah 95.296 21.802 22.518 1.804 872 142.2922007 96.342 21.767 22.473 1.850 857 143.2892006
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa penduduk Kecamatan Jebres
mayoritas memeluk agama Islam dengan jumlah penduduk sebnyak 95.296 orang
dari jumlah penduduk Kecamatan Jebres keseluruhan adalah sebanyak 142.292
orang.
Kehidupan beragama tidak lepas dari adanya sarana peribadatan. Dengan
sarana peribadatan yang ada, maka dapat menggambarkan komposisi-komposisi
mayoritas. Adapun sarana peribadatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Jebres
dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Tabel 8. Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenisnya Di Tiap Kelurahan
Tahun 2008
Kelurahan Masjid Surau/
Mushola
Gereja Vihara/
Kuil/
Klenteng
Pura
Kepatihan Kulon - 3 1 1 -
Kepatihan Wetan 2 1 - - -
Sudiroprajan 2 - 2 1 -
Gandekan 4 4 7 - -
Sewu 5 3 2 - -
Pucangsawit 9 5 5 1 -
Jagalan 6 1 7 - -
Purwodiningratan 2 1 3 1 -
Tegalharjo 4 1 2 - -
Jebres 42 13 18 1 1
Mojosongo 48 16 13 - -
Jumlah 124 48 60 5 1
2007 124 48 60 5 1
2006
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
d. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Penduduk di setiap wilayah pastilah mempunyai mata pencaharian untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Begitu pula dengan penduduk di Kecamatan
Jebres. Ada berbagai macam mata pencaharian yang dilakukan penduduk di
Kecamatan Jebres. Mata pencaharian ini tersebar ke dalam berbagai sektor atau
bidang. Berikut ini jumlah penduduk menurut mata pencaharian tiap kelurahan di
Kecamatan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 9. Banyaknya Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tiap Kelurahan Tahun
2008
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2008
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di
Kecamatan Jebres memiliki mata pencaharian sebagai buruh industri yaitu
sebanyak 17.653 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk
Kecamatan Jebres memiliki status ekonomi menengah kebawah.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Motivasi Pemilih dalam Pemilihan
Umum Anggota DPRD di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2009” ini
bertujuan untuk mengetahui motivasi-motivasi yang dimiliki oleh pemilih dalam
mengikuti pemilihan umum, khususnya pada pemilihan umum anggota DPRD
Surakarta yang dilaksanakan pada 9 April 2009 yang lalu. Motivasi pemilih ini
sangat penting karena berkaitan langsung dengan pelaksanaan pemilihan umum
yang mana tujuan dari pemilihan umum ini sendiri adalah untuk kepentingan
Kelurahan Petani
Sendiri
Buruh
Tani
Pemilik
Usaha
Buruh
industri
Buruh
bangunan
Peda-
gang
Angku-
tan
PNS/
TNI/
POL
Pensiun
-an
Lain-
lain
Kepatihan Kulon - - 42 347 65 202 114 112 46 1668
Kepatihan Wetan - - 25 482 462 572 182 192 2 443
Sudiroprajan - - 83 93 16 34 - 23 24 3765
Gandekan - - 127 1614 1642 923 114 388 291 1524
Sewu - - 22 3159 820 255 73 65 70 1879
Pucang Sawit - - 350 1051 733 550 301 455 342 6564
Jagalan - - 66 528 242 136 38 213 96 8159
Purwodiningratan - - 31 433 273 430 56 132 67 2452
Tegalharjo - - 10 299 171 131 292 139 149 3854
Jebres - - 41 4859 4684 635 134 981 6.506 7961
Mojosongo 81 - 322 4788 7426 610 323 4467 1044 10886
Jumlah 81 1119 17653 16534 4478 1627 7167 8637 49155
2007 78 1102 17614 16458 4393 1511 7115 2839 51150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
rakyat. Oleh karena itu dalam penelitian ini, pemilih diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status ekonomi
4. Tingkat pendidikan
Tetapi meskipun sudah di klasifikasikan, pada masing-masing klasifikasi
akan lebih dipersempit dengan membaginya menjadi beberapa sub bagian. Pada
klasifikasi yang pertama yaitu berdasarkan usia dibagi menjadi tiga, yaitu :
pemilih dengan usia 17 tahun–25 tahun, 26 tahun–45 tahun, dan 46 tahun–lanjut.
Kemudian pada klasifikasi yang kedua, klasifikasi berdasarkan jenis kelamin
dibagi menjadi menjadi dua, yaitu : laki-laki dan perempuan. Sedangkan
klasifikasi berdasarkan status ekonomi dibagi menjadi dua yaitu : pemilih dengan
status ekonomi menengah keatas dan status ekonomi menengah kebawah. Dan
klasifikasi yang terakhir berdasarkan tingkat pendidikan dibagi menjadi 2, yaitu :
pemilih dengan tingkat pendidikan tamat SMP-tamat SMA dan Perguruan Tinggi.
Data-data diperoleh dari hasil observasi di Kecamatan Jebres selama satu
hari dan melakukan wawancara langsung dengan responden, dalam hal ini adalah
masyarakat Kecamatan Jebres yang telah memenuhi syarat menjadi pemilih dalam
pemilihan umum, menggunakan hak suaranya dalam pemilhan umum serta
termasuk dalam klasifikasi-klasifikasi yang telah ditentukan di atas. Beberapa
contoh fotonya dapat dilhat pada lampiran 10. Selain itu untuk memperjelas
informan dalam penelitian ini, maka dibawah ini akan disajikan tabulasi data dari
masing-masing klasifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 10. Tabulasi Data
N
o.
Klasifikasi Indikator Jumlah
Informan
Nama Informan
1. Usia 17tahun-25 tahun
26tahun-45 tahun
46tahun-lanjut
2
2
2
• Sdri. Yemima danSdr. Putra C.S
• Bpk. Abiam Rudidan Ibu Nurliana
• Bpk. Suwandi danMbah Mul
2. Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
6 o Sdr.Dwi H., BpkHeri, dan Bpk.Waluyo
o Ibu Idha N., IbuDyah, Ibu Sriati
3. Status Ekonomi Status EkonomiMenengah Ke atasStatus EkonomiMenengah
Ke bawah
6 • Bpk. Setyo P., Bpk.Bambang H., dan Bpk.Cuk Sutanto
• Bpk. Mulyanto, BpkTiman, Bpk. Wiji S.
4. Tingkat
Pendidikan
Tamat SMP-SMA
Perguruan Tinggi
6 o Sdr. Awang, Sdr. HeriK., Bpk. Wiji P.
o Bpk. Amos H., Sdr.Agung, dan Sdri.Mirriam A
1. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Usia
Pemilihan umum merupakan salah satu tempat rakyat untuk menyalurkan
aspirasi. Pemilihan umum juga merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam pemilihan umum, terkhusus pemilihan umum anggota DPR,
DPRD, DPD yang diadakan pada tanggal 9 April tahun 2009 telah mencerminkan
adanya kedaulatan rakyat di negara Republik Indonesia. Karena rakyat telah
mengerti betapa pentingnya suara mereka dalam pemilihan umum itu sendiri.
Namun di balik itu setiap individu yang telah memiliki hak untuk memilih
pastilah mempunyai motivasi yang berbeda-beda. Motivasi ini bisa saja timbul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dalam diri seseorang tanpa memperhatikan apakah orang tersebut mempunyai
pengalaman sebelumnya atau orang tersebut baru dalam bidang tertentu. Hal ini
senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Bapak Rudi (37 tahun)bahwa, “
Motivasi pemilih itu keluar dari diri seseorang (pemilih) sesuai dengan apa yang
dia lihat dan rasakan mengenai proses pemilihan umum tanpa dipaksa oleh orang
lain,untuk itu motivasi saya adalah untuk mengekspresikan partisipasi saya
sebagai warga yang baik.” (15 Maret 2010)., Pada dasarnya motivasi itu dapat
timbul di dalam diri siapa saja dan terhadap apa saja. Hal tersebut berbeda dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Mbah Mul (70 tahun), bahwa “ motivasi saya
dalam mengikuti pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta adalah untuk
memberikan suara saya karena pemilu tidak selalu ada setiap tahun.” (20 Maret
2010). Berdasarkan pendapat dari beberapa responden di atas memang tidak dapat
dipungkiri bahwa hal demikian sering dijumpai dalam masyarakat pada
umumnya. Bahkan perbedaaan pendapat mengenai keikutsertaan mereka dalam
pemilihan umum ini juga tidak dapat dihindari.
Motivasi yang timbul dari diri seseorang dapat juga dipengaruhi oleh
faktor lingkungan. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Yemima (18tahun)
bahwa,” Keadaan dan orang-orang yang berada di sekitar kita pasti mempunyai
pengaruh tersendiri dalam kita melakukan suatu tindakan, termasuk dalam hal
mengikuti pemilihan umum.” (9 Februari 2010). Hal ini sepaham dengan apa yang
dikemukakan Morgan dalam bukunya Wasty Soemanto(1987:20) bahwa:
Motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspekmotivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku(motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut(motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals orends of such behavior ).
Selain pendapat di atas, Putra Christiawan S (19 tahun) yang pada saat juga baru
pertama kali mengikuti pemilihan umum menyampaikan motivasinya dalam
mengikuti pemilihan umum, yaitu bahwa: ”Karena pada saat itu rasa ingin tahu
saya tentang menjadi seorang pemilih sangat besar, sehingga saya tidak mau
melewatkannya begitu saja meskipun saya sendiri tidak terlalu paham dengan
politik.” (5 April 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Keadaan pada saat itu mendorong seseorang yang merupakan pemilih
untuk menentukan sikap, apakah dia akan memilih atau tidak. Dan apakah dia
dalam melakukan hal itu atas dasar kemauan dari dirinya sendiri atau ada
pengaruh-pengaruh lain yang bukan berasal dari dirinya sendiri. Seperti yang
terjadi pada Bapak Suwandi (55 tahun) yang mengatakan bahwa alasan dia
memilih karena adanya iming-iming yang ditawarkan oleh tim sukses dari calon
anggota DPRD yang ikut mencalonkan diri dalam pemilihan umum anggota
DPRD (20 Maret 2010), meskipun dia sendiri tidak begitu mengenal calon yang
dia pilih. Hal tersebut sebenarnya sudah banyak ditemui pada pemilihan umum-
pemilihan umum sebelumnya. Dimana kontrol dan pengawasan masih sangat
kurang. Selain itu hal tersebut sepertinya memang sudah menjadi budaya bangsa
Indonesia bahwa penggunaan money politik baik berupa iming-iming ataupun
pemberian sejumlah uang oleh sekelompok orang dalam usaha mencapai
tujuannya. Oleh karena itu setiap pemiih harus memiliki kesadaran politik yang
tinggi agar dapat bertanggung jawab dalam setiap tindakan politiknya sehingga
dapat terhindar dari money politik itu sendiri.
Selain itu ada pula pemilih yang memilih seorang calon anggota DPRD
dikarenakan kharisma yang ada pada diri salah seorang calon tersebut. Seperti
yang dikemukakan oleh salah seorang responden yang bernama Ibu Nur (43
tahun) yaitu bahwa,” Saya merasa cocok dengan salah satu calon yang berasal dari
partai Demokrat karena saya lihat dari sikapnya yang santun dan berwibawa pada
saat mengadakan lawatan ke daerah kami.” ( 17 Maret 2010). Pendapat-pendapat
yang serupa mungkin banyak ditemui dalam pelaksanaan pemilihan anggota
DPRD. Sikap seperti demikian dapat diklasifikasikan kedalam tipe-tipe pemilih.
Perlu diketahui, tipe pemilih sendiri terbagi menjadi 2, yaitu pemilih rasional dan
pemilih emosional/tradisional. Berdasarkan tipenya, pendapat yang disampaikan
oleh bapak Suwandi dan ibu Nur menunjukkan bahwa dia termasuk kedalam tipe
pemilh tradisional. Seseorang termasuk dalam tipe pemilih tradisional karena
pemilih tersebut lebih mengutamakan figur dan kepribadian dari calon yang
dipilihnya itu. Selain itu, pemilih yang termasuk dalam tipe ini memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap calon yang mereka pilih dalam pemilihan umum, meskipun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mobilitas untuk pemilih tipe ini hanya terjadi pada saat kampanye. Sedangkan
empat informan lainnya termasuk dalam tipe pemilih rasional.
Setiap pemilih pastilah memiliki motivasi yang berbeda-beda,hal tersebut
terlihat dari beberapa pendapat di atas baik pendapat dari pemilih pemula sampai
usia lanjut. Dimana pada klasifikasi ini peneliti mewawancarai 6 orang informan
yaitu 2 termasuk pemilih pemula yaitu sdri. Yemima dan sdr. Putra C.S., 2
pemilih produktif yaitu bpk. Abiam Rudi dan Ibu Nurliana dan 2 pemilih usia
lanjut yaitu bpk. Suwandi dan Mbah Mul. Seperti diketahui bahwa pemilihan
umum, khususnya pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta dilaksanakan
untuk menentukan siapa yang terpilih menjadi anggota DPRD dan pemilihan
tersebut juga tidak membedakan usia dari setiap pemilih. Meskipun motivasi yang
mereka miliki berbeda satu dengan yang lain, namun ternyata pendapat mereka
mengenai wakil rakyat yang ideal tidak berbeda jauh. Wakil rakyat yang ideal
menurut mereka diantaranya adalah menjunjung tinggi kejujuran dan kebenaran,
membela rakyat, mempunyai kharisma dan kualitas sebagai wakil rakyat, dan
mengerti kebutuhan rakyatnya serta tepat dalam mengambil segala keputusan
yang berhubungan dengan kehidupan bersama. Sehingga jika diprosentasekan tipe
tradisional pada klasifikasi ini sebanyak 33,33% sedangkan untuk tipe rasional
sebanyak 66,67%.
2. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Jenis Kelamin
Perbedaan gender seringkali masih menjadi perdebatan dalam kancah
perpolitikan Indonesia. Banyak anggapan bahwa kaum wanita tidak mempunyai
kemampuan yang dapat disejajarkan dengan kaum laki-laki dalam berbagai aspek.
Di lain pihak banyak pula yang beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh
kaum laki-laki dapat juga dilakukan oleh kaum wanita. Hal ini dapat terlihat dari
banyaknya kaum wanita yang menjadi pemimpin baik di perusahaan-perusahaan,
organisasi-organisasi, maupun di institusi-institusi dan departemen.
Dalam pemilihan umum hak untuk dipilh atau pun memilih merupakan
hak semua warga negara Indonesia. Bahkan untuk mendukung emansipasi wanita,
pemerintah mengeluarkan aturan bahwa dalam pemilihan umum anggota DPR,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
DPRD dan DPD harus memenuhi 30 % calon dari kaum wanita. Hal tersebut
tentulah menuai banyak kritik dari berbagai kalangan, bahkan oleh sebagian dari
kaum wanita itu sendiri. Misalnya seperti pendapat yang disampaikan oleh ibu Ida
(23 tahun) yaitu bahwa, ” saya kurang setuju dengan banyaknya pemimpin wanita,
karena menurut saya kaum laki-laki lebih baik daripada kaum wanita.” kemudian
penulis menanyakan mengenai sosok pemimpin ideal atau dalam hal ini calon
anggota DPRD kota Surakarta yang ideal dan dia menjawab bahwa, ” seorang
pemimpin haruslah mempunyai sikap yang jujur, amanah dan konsisten dengan
visi dan misi yang diusungnya.”
Pendapat di atas memang sedikit berbeda dengan pendapat yang
disampaikan oleh bapak Waluyo yang menyatakan bahwa, ” saya setuju adanya
calon anggota DPRD wanita, karena setiap warga negara Indnesia berhak
memimpin asalkan dia mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
baik.” ( 21 Maret 2010). Perbedaan pendapat antara kaum laki-laki dan kaum
wanita ini bukanlah sesuatu hal baru. Begitu pula perbedaan mengenai motivasi
dari masing-masing individu dalam mengikuti pemilihan umum anggota DPRD
Kota Surakarta.
Motivasi pemilih dalam pemilihan umum memang berbeda-beda, seperti
motivasi yang dimiliki oleh bapak Heri yang menyatakan bahwa,
Motivasi saya memberikan suara saya dalam pemilihan umum adalahkarena saya memandang calon yang saya pilih sangat pantas menjadianggota DPRD baik karena pengalamannya yang cukup lama dalambidang politik, latar belakang pendidikan yang tinggi dan prestasinyaselama ini dalam kemasyarakatan.(1 Maret 2010)
Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh sdr.Dwi yang menyatakan bahwa,
Motivasi saya memilih selain karena hal tersebut hak setiap warga negaraIndonesia,juga karena saya melihat apa yang telah dilakukan oleh calonanggota DPRD tersebut dalam bidang kemasyarakatan sehingga denganlatar belakang yang baik serta program-program yang berpihak kepadakehidupan rakyat banyak membuat saya terdorong untuk memilihnya. (22Maret 2010)
Motivasi kedua responden di atas mengarah ada orientasi policy-problem-solving
yang penilaiannya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara ex-post dan ex-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
ante. Penilaian ex-post berarti menilai apa saja yang telah dilakukan oleh calon
anggota sebelum mencalonkan diri sebagai anggota DPRD yang berkaitan dengan
kehidupan kemasyarakatan. Sedangkan penilaian ex-ante berarti penilaian yang
dilakukan dengan mengukur dan menilai kemungkinan kerja dan solusi yang
ditawarkan ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan dalam
masyarakat. Reputasi di masa lalu juga merupakan petunjuk atau signal bagi
pemilih untuk mengidentifikasi para calon anggota DPRD kota Surakarta.
Selain berorientasi pada policy-problem-solving kedua motivasi pemilih
diatas juga menjelaskan bahwa kedua responden tersebut termasuk dalam tipe
pemilih rasional. Pemilih tipe ini mempunyai ciri khas yang tidak begitu
mementingkan ikatan ideologi kepada seorang calon anggota DPRD/ peserta
pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta. Karena hal terpenting bagi
pemilih tipe ini adalah apa yang bisa (dan yang telah) dilakukan oleh seorang
calon anggota DPRD/ peserta pemilihan umum, daripada faham dan nilai para
peserta itu sendiri.
Pendapat yang berbeda disampaikan oleh Ibu Sriati yaitu bahwa,
”Motivasi saya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta
adalah karena ikut serta dalam memberikan suara di pemilu merupakansuatu kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia, selain itu saya jugamerasa simpatik terhadap satu peserta pemilihan umum karena sosoknyayang berwibawa dan memiliki kharisma tersendiri di mata saya.” ( 21
Februari 2010)
Selain Ibu Sri, pendapat lain juga dikemukakan oleh Ibu Dyah yaitu bahwa,
”Motivasi saya memilih adalah karena ingin perubahan terjadi dalam masyarakat,
selain itu saya terdorong untuk memilih karena saya mengenal peserta pemilihan
umum tersebut bahkan peserta pemilihan tersebut masih kerabat saya.”( 11 Maret
2010). Hal ini memang tidak asing lagi dalam kehidupan politik di negara kita.
Bahwa sistem kekerabatan dan figur atau sosok peserta pemilihan umum
merupakan beberapa faktor yang mendorong pemilih dalam menentukan
pilihannya dalam pemilihan umum.
Berbeda dengan motivasi informan laki-laki sebelumnya, motivasi yang
dimiliki oleh kedua informan perempuan ini memiliki orientasi ideologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Meskipun tidak semua perempuan di Kecamatan Jebres mempunyai pendapat
yang sama dengan kedua informan perempuan pada penelitian ini, namun hal ini
bukanlah sesuatu yang perlu dipermasalahkan. Orientasi ini muncul ketika
seorang pemilih mempunyai kesamaan ideologi, sistem nilai maupun keyakinan
yang sama dengan seorang peserta pemilihan umum. Selain itu faktor kedekatan
dan kekerabatan antara pemilih dan peserta pemilihan umum juga merupakan hal
yang menjadi pertimbangan tersendiri bagi pemilih dengan orientasi ideologi.
Pemilih yang memiliki orientasi ideologi seperti Ibu Sriati dan Ibu Dyah
ini kemudian menjelaskan bahwa mereka termasuk tipe pemilih tradisional atau
emosional. Karena tipe pemilih ini cenderung memiliki orientasi ideologi yang
tinggi terhadap seorang peserta pemilihan umum dan tidak melihat kebijakan
maupun program dari peserta pemilihan umum menjadi sesuatu yang penting
dalam pengambilan keputusan. Pemilih tipe ini lebih mengutamakan figur dan
kepribadian, mitos dan nilai historis peserta pemilihan umum. Salah satu ciri khas
dari pemilih tipe ini ialah loyalitas yang tinggi terhadap seorang peserta pemilihan
umum. Terkadang bagi pemilih tipe ini ideologi dianggap sebagai suatu landasan
yang tidak bisa diganggu gugat karena apa yang diutarakan oleh peserta tersebut
dianggap sebagai landasan untuk bertindak. Disamping itu, pemilih pada
klasifikasi ini yang telah terbagi menjadi dua kelompok pemilih yaitu tipe pemilih
rasional dan pemilih tradisional (emosional) mengemukakan pendapat mereka
mengenai kriteria wakil rakyat ideal, diantaranya bahwa seorang wakil rakyat
yang ikut dalam pemilihan harus bersikap jujur, berani membela kepentingan
rakyat di atas kepentingannya sendiri ataupun kelompoknya, dan mempunyai jiwa
pemimpin sehingga dapat menjadi teladan bagi rakyat yang dipimpinnya.
Dari hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui jumlah pemilih pada
klasifikasi ini ada 6 informan, yaitu 3 informan perempuan dan 3 informan laki-
laki. Dimana informan perempuan tersebut adalah ibu Ida, ibu Sriati dan ibu
Dyah. Sedangkan informan laki-laki adalah bapak Waluyo, bapak Heri dan sdr.
Dwi. Dimana prosentase pemilih dengan tipe tradisional dan tipe rasional
seimbang yaitu 50%-50%, karena 3 informan laki-laki termasuk tipe rasional dan
3 informan perempuan termasuk tipe tradisional..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Status Ekonomi
Status yang berasal dari bahasa latin ”stare” yang artinya adalah di atas
tanah memang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari. Status ini juga dapat
diartikan sebagai kedudukan. Perbedaan kedudukan seseorang dari yang
berkedudukan tinggi sampai rendah seolah-olah mempunyai lapisan yang bersap-
sap dari atas ke bawah. Jika diamati secara mendalam maka pada setiap
masyarakat atau kelompok terdapat beberapa orang yang lebih dihormati daripada
orang lain dalam masyarakat atau kelompok tersebut.
Dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga lapisan yang jika digambarkan
berbentuk piramida yang mengerucut ke atas, yang menunjukkan bahwa anggota
masyarakat yang berada pada lapisan atas jumlahnya sedikit. Hal ini terjadi karena
untuk mencapai lapisan tersebut perlu sejumlah syarat dan persaingan yang ketat.
Pada tahapan yang di bawahnya ialah lapisan menengah yang jumlahnya relatif
lebih banyak daripada lapisan atas. Sedangkan pada lapisan bawah jumlahnya
paling banyak bila dibandingkan lapisan atas dan lapisan menengah.
Membahas kedudukan di dalam lapisan mayarakat memang tidak bisa
lepas dari status seseorang berdasarkan tingkat kemampuan ekonominya.
Ekonomi merupakan pokok permasalahan yang sangat pelik dan sangat rumit.
Terlebih lagi ekonomi merupakan salah satu aspek yang berdampak langsung
terhadap kehidupan rakyat. Status ekonomi ini dapat dipengaruhi, antara lain oleh
pekerjaan, penghasilan, tingkat kesejahteraan, pola konsumsi keluarga, kondisi
rumah, kepemilikan barang-barang dan luas lahan yang dimiliki. Oleh karena itu
ekonomi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan rakyat. Demikian
halnya apabila ekonomi dikaitkan dengan motivasi pemilih dalam pemilihan
umum anggota DPRD Kota Surakarta. Sehingga untuk mengetahui motivasi
pemilih menurut klasifikasi status ekonomi maka pemilih dibagi menjadi dua,
yaitu pemilih dengan status ekonomi menengah keatas dengan penghasilan diatas
Rp 2.500.000 dan pemilih dengan status ekonomi menengah kebawah dengan
penghasilan dibawah Rp 2.500.000.
Melalui wawancara yang dilakukan dengan pemilih status ekonomi ke atas
mengenai motivasi apa yang timbul di dalam diri mereka dalam mengikuti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
pemungutan suara dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta. Bapak
Setyo P mengemukakan motivasi apa yang dia miliki dalam pemilihan umum
anggota DPRD Kota Surakarta yaitu bahwa, ”Dengan mengikuti pemungutan
suara pada pemilihan ini berarti saya juga ikut mendukung perubahan ke arah
yang lebih baik, karena melalui pemilihan umum ini akan menentukan juga siapa
yang pantas menjadi anggota DPRD sekaligus menjadi wakil rakyat.” Dari
pendapat tersebut diketahui bahwa motivasi yang dimiliki oleh Bapak Setyo P
adalah dorongan untuk terciptanya kehidupan yang lebih baik khususnya melalui
pemilihan ini.
Selain Bapak Setyo P motivasi yang hampir sama juga dikemukakan oleh
Bapak Bambang H yaitu bahwa,
Motivasi saya mengikuti pemungutan suara karena saya ingin melihatperubahan terjadi di negara kita, terutama di Kota Surakarta, karena sayamelihat hampir semua wakil rakyat sekarang lebih mementingkan kepentingankelompok dan partainya daripada memenuhi janji pada rakyat melalui visimisinya sebelum terpilih menjadi wakil rakyat. Karena yang kami butuhkanbukan sekedar janji tapi bukti.
Kedua motivasi di atas memang hampir sama karena kedua motivasi tersebut
menyebutkan adanya keinginan untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik.
Dan perubahan yang dimaksud dapat dimulai dari pelaksanaan pemilihan umum
anggota DPRD karena pemilihan ini paling dekat dengan rakyat, khususnya di
kota Surakarta. Di samping motivasi di atas ada juga motivasi yang berbeda dari
kelompok pemilih yang berasal dari status ekonomi menengah ke atas. Karena
tidak semua informan pada kelompok ini memiliki motivasi untuk mewujudkan
perubahan kearah lebih baik. Kemudian Bapak Timan seorang satpam juga
berpendapat bahwa, ”Motivasi saya dalam pemilihan umum anggota DPRD
Surakarta ini adalah karena saya sadar dengan tanggung jawab saya sebagai warga
Indonesia sehingga saya memilih salah satu peserta pemilu yang sesuai dengan
hati saya dan Insya Allah pilihan saya tidak salah.” ( 6 April 2011)
Apabila dilihat dari tiga motivasi di atas memang terlihat ada sedikit
perbedaan, namun dibalik itu semua ada persamaan tujuan yaitu bahwa ketiga
informan di atas termasuk dalam tipe pemilih rasional. Dimana motivasi dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
ketiga informan di atas menginginkan suatu perubahan setelah terselenggaranya
pemilihan umum, selainnya menginginkan erubahan bagi kota Surakarta ternyata
juga keinginan untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai warga negara
yang baik. Dengan demikian ketiga informan diatas lebih mementingkan kinerja
dan visi misi yang ditawarkan oleh peserta pemilihan umum anggota DPRD
dalam menghadapi segala permasalahan yang dihadapi masyarakat daripada
persamaan ideologi mereka dengan peserta pemilihan umum anggota DPRD
tertentu.
Selain termasuk tipe pemilih rasional, ketiga informan yang merupakan
pemilih dengan status ekonomi menengah keatas cenderung mempunyai orientasi
policy-problem-solving. Dimana pemilh lebih mementingkan program yang
ditawarkan peserta pemilihan umum DPRD. Meski tidak semua pemilih dengan
status ekonomi menengah ke atas mempunyai pendapat yang sama dengan adanya
pemilihan umum tersebut.
Pendapat lain juga disampaikan oleh pemilih dengan status ekonomi
menengah ke atas yaitu Bapak Cuk Sutanto bahwa, ” Saya mengikuti pemilihan
umum, karena salah satu kerabat saya ikut mendaftar menjadi salah satu peserta
dan apabila kerabat saya itu berhasil menjadi anggota DPRD maka saya pun
mendapatkan keuntungan baik dalam kehidupan sosial saya maupun dalam usaha
yang saya jalankan.” (7 Maret 2010)
Selain Bapak Cuk Sutanto, ada pula pemilih dengan status ekonomi
menengah ke bawah yang berpendapat senada yaitu pendapat yang disampaikan
oleh Bapak Mulyanto yaitu, bahwa :
Saya menjadi lebih termotivasi untuk memberikan suara saya dalampemilu anggota DPRD yang lalu karena saya mengetahui kalau saudarasaya ada yang ikut mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Kota Solo,meskipun bukan saya yang menjadi anggota DPRD tapi saya tetap merasabangga bila dia yang terpilih.”( 20 Februari 2010)
Hal tersebut memang sering dijumpai di Indonesia bahwa ikatan kekerabatan
masih sangat dijunjung tinggi dalam budaya dan tradisi masyarakat Indonesia.
Seperti halnya dalam pelaksanaan pemilihan umum, khususnya pemilihan umum
anggota DPRD Kota Surakarta. Pemilih seperti ini hanya dimobilisasi dalam masa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
kampanye karena mereka cenderung melihat figur, kepribadian dan kedekatan
sosial-budaya, asal usul, faham serta agama dari peserta pemilihan umum tersebut
daripada melihat visi misinya. Hal ini kemudian membuat mereka berpikir untuk
apa memilih calon lain jika ada calon yang sudah mereka kenal. Pola pikir seperti
ini terus berkembang dan tumbuh di masyarakat Indonesia. Bapak Wiji
menambahkan, ”Kenapa kita harus repot-repot mengenal peserta lain jika ada
saudara kita sendiri yang turut serta dalam pemilihan itu. Bukankah lebih baik jika
kita mendukung orang yang masih termasuk kerabat kita atau bahkan saudara kita
sendiri.” ( 5 Maret 2010). Pemikiran seperti itu tidaklah dengan mudah dapat
dihilangkan dari pola pikir masyarakat Indonesia karena hal tersebut telah
tertanam sejak dari nenek moyang bangsa Indonesia yang beregang teguh pada
keyakinan dan tradisi..
Fenomena di atas bukanlah sesuatu yang baru di dalam pelaksanaan
pemilihan umum di negara Indonesia. Bahkan pemilih seperti ini merupakan
mayoritas di Indonesia. Hal ini ditegaskan lagi oleh Bapak Bambang bahwa
Perbandingan jumlah pemilih yang lebih memperhatikan kedekatanemosional lebih banyak daripada pemilih yang menggunakan pemikiranrasionalnya. Hal ini disebabkan adanya budaya yang mendukung haltersebut terus berlanjut hingga sekarang atau bahkan sampai masa yangakan datang bila tidak decegah pertumbuhannya. (13 maret 2010)
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa pemilih pada
pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta berdasarkan status ekonomi terbagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pemilih tradisional dan kelompok pemilih
rasional baik pemilih dengan status ekonomi menengah ke atas maupun pemilih
dengan status ekonomi menengah ke bawah. Meski memiliki status ekonomi yang
berbeda ternyata tidak menutup kemungkinan bahwa mereka atau sebagian dari
mereka memiliki motivasi yang sama yang tentu memiliki orientasi yang sama
pula. Bagi pemilih rasional yaitu pemilih yang lebih memperhatikan visi dan misi
dari peserta pemilihan umum cenderung berorientasi pada misi dan visi serta
solusi yang ditawarkan oleh peserta pemilihan umum untuk menyelesaikan
permasalahan yang dialami oleh masyarakat. Sedangkan pemilih tradisional lebih
berorientasi pada figur dari peserta pemilihan umum serta hubungan kekerabatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
yang masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun
demikian para pemilih dari kedua tipe pemilih di atas memiliki kriteria yang
hampir sama mengenai wakil rakyat ideal. Hampir semua informan pada
klasifikasi ini menyebutkan bahwa wakil rakyat yang ideal adalah wakil rakyat
yang jujur, mau membela kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok yang
mengusungnya menjadi wakil rakyat serta di atas kepentingan pribadinya, dan
layak menjadi seorang wakil rakyat yang harus menjadi teladan bagi masyarakat
banyak. Jumlah informan pada klasifikasi ini adalah 6 orang, 3 informan termasuk
dalam pemilih dengan status eknomi menengah ke atas yaitu bapak Setyo P,
bapak Bambang H, bapak Cuk Sutanto dan 3 informan dengan status ekonomi
menengah ke bawah yaitu bapak Muyanto, bapak Wiji dan bapak Timan. Dimana
dari hasil wawancara bila diprosentasekan tipe pemilih tradisional sebanyak
66,67% dan pemilih tipe rasional juga sebanyak 33,33%.
4. Motivasi Pemilih Menurut Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan satu hal yang mutlak menjadi kebutuhan
masyarakat. Karena pendidikan merupakan alat untuk mencapai cita-cita dan
tujuan hidup manusia serta merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa. Sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita
tertentu sudah sewajarnya bila secara implisit telah mengandung masalah
penilaian terhadap hasil usaha. Untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan, maka dibutuhkan suatu wadah yang digunakan sebagai tempat untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan. Wadah atau tempat yang
dimaksud dapat melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah atau jalur
informal(diluar sekolah). Meskipun terdapat dua jalur pendidikan, namun di
dalam penelitian ini penulis hanya mewawancarai informan yang menempuh jalur
pendidikan formal saja, mulai dari tingkat SD-SMP, SMA dan perguruan tinggi.
Melalui wawancara dengan pemilih berdasarkan tingkat pendidikan yang
telah atau sedang ditempuh, maka penulis dapat mengetahui pula motivasi-
motivasi yang ada dalam diri mereka dalam pelaksanaan pemilihan umum DPRD
Kota Surakarta yang lalu. Motivasi yang mereka miliki tidak jauh berbeda dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
informan lainnya yang termasuk dalam klasifikasi sebelumnya. Namun untuk
lebih jelas mengenai motivasi apa saja yang terdapat dalam klasifikasi ini maka
penulis membagi tiga kelompok informan, yaitu informan dengan tingkat
pendidikan SD-SMP, informan dengan tingkat pendidikan SMA, dan informan
dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
penulis dapat mengetahui bagaimana motivasi di tiap tingkat pendidikan tersebut,
adakah perbedaan motivasi diantara para informan seperti yang terjadi pada
klasifikasi sebelumnya. Motivasi pemilih dalam pemilihan umum, khususnya
pada pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta memang sangat beragam.
Keberagaman dan perbedaan motivasi pemilih dapat dilihat pula pada klasifikasi
ini.
Seperti pada klasifikasi sebelumnya, pada klasifikasi ini juga terdapat
beberapa informan yang menyampaikan pendapatnya mengenai motivasi pemilih
dalam pemilihan umum anggota DPRD kota Surakarta. Pendapat pertama
disampaikan oleh Bapak Wiji P. yaitu bahwa, ” Motivasi saya dalam pemilihan
umum adalah untuk membantu negara dalam mewujudkan demokrasi, meskipun
saya hanya lulusan SMP tapi saya yakin suara saya juga ikut menentukan.” (5
Maret 2010). Begitu juga dengan Sdr. Heri K., seorang dengan lulusan SMA yang
berpendapat bahwa ”Saya tidak ingin melihat negara Indonesia lebih buruk dan
menurut saya melalui pemilihan umum pemilih dapat menggunakan suaranya
secara tepat sasaran sehingga daat membantu mewujudkan negara yang lebih
demokratis lagi.” (1 Maret 2010). Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa keduanya memiliki motivasi yang hampir sama yaitu mewujudkan
demokrasi dan Indonesia yang lebih baik. Namun saat pemilih mewawancari lebih
lanjut mengenai peserta pemilihan umum yang mereka pilih, keduanya menjawab
hal yang sama yaitu mereka hanya mengenal peserta pemilihan umum melalui visi
misi yang tertulis pada poster-poster tanpa mngetahui bagaimana figur sebenarnya
dari peserta pemilihan umum tersebut bahkan ada pula yang hanya berdasar pada
feeling saja. Hal tersebut memang banyak ditemui di setiap pelaksanaan pemilihan
umum. Misal pendapat yang disampaikan oleh Sdr.Awang yaitu bahwa, ” Saya
memang memberikan suara saya dalam pemilu DPRD tapi saya tidak mengenal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
mereka karena terlalu banyaknya peserta yang ikut sehingga terlalu banyak nama
yang dicantumkan, sehingga akhinya saya memilihnya berdasarkan feeling saja.”(
6 Maret 2010). Meskipun dia tidak mengetahui peserta pemilihan umum anggota
DPRD tapi sebagai pemilih dia tetap mempunyai motivasi tertentu dalam
menentukan pilihannya, dia mengatakan bahwa ”Negara Indonesia membutuhkan
kesadaran setiap warganya untuk membantu negara dalam menyelenggarakan
demokrasi demi kemajuan bersama karena untuk itulah setiap warga negara
mempunyai peran sebagai pemilih.” (6 Maret 2010)
Melihat beberapa pendapat di atas, Bapak Wiyono menjelaskan bahwa
”Situasi seperti demikian memang banyak terjadi pada pelaksanaan pemilihan
umum, tidak hanya tidak mengetahui peserta pemilihan umum tapi banyak juga
yang hanya ikut-ikutan saja dengan pilihan orang lain.” (7Maret 2010). Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya kedekatan antara pemilih satu dengan pemilih
yang lain. Hal ini biasanya terjadi di daerah yang masih memiliki hubungan
kekerabatan yang erat. Dengan demikian beberapa pemilih di atas dapat dikatakan
termasuk dalam tipe pemilih tradisional karena mereka tidak memusingkan diri
pada kebijakan apa yang telah dilakukan dan kebijakan apa yang akan dilakukan
oleh peserta pemilihan umum yang mereka pilih. Pemilih tipe ini juga lebih
cenderung memiliki orientasi yang menekankan keyakinan pemilih terhadap
peserta pemilihan umum dan bukan pada prestasi atau pun program kerja yang
ditawarkan oleh peserta pemilihan umum tersebut. Dari pendapat di atas maka
dapat diketahui bahwa dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi belum tentu
membuat seseorang dapat berpikir lebih kritis dan rasional
Selain pendapat di atas terdapat beberapa informan yang memiliki
pendapat berbeda. Di antaranya adalah Sdr. Agung yang mengatakan bahwa,
”Motivasi saya pada pemilihan umum anggota DPRD adalah kesadaran saya
untuk ikut mensukseskan program pemerintah demi kemajuan bangsa Indonesia.
Selain itu saya tidak mau suara saya hilang dengan percuma.” (11 Maret 2010).
Kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya untuk ikut mendukung
kelancaran pemilihan umum memang sangat penting. Tanpa adanya kesadaran
masyarakat maka pemilihan umum tidak dapat terlaksana dengan maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Selain itu perannya sebagai seorang pendidik, juga mendorongnya untuk
memberikan contoh dan teladan bagi setiap peserta didik bahwa partisipasi setiap
warga negara sangat dibutuhkan demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Hal
ini sama dengan pendapat yang dikemukakan bapak Amos H yaitu bahwa,
”Motivasi merupakan niat yang berasal dari diri sendiri, begitu pula dengan
motivasi dalam pemilu. Motivasi itu harus didasari oleh niat dari diri sendiri
karena dengan niat yang baik niscaya hasilnya pun pasti baik.” (22 Februari
2010). Dengan niat tersebut maka timbullah kesadaran pada diri pemilih untuk
memberikan suaranya. Sehingga pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD
pun dapat berjalan lancar. Bapak Amos H juga menambahkan bahwa motivasinya
dalam pemilihan umum anggota DPRD adalah wujud dari kesadarannya dalam
berpolitik, serta kesadaran akan perannya sebagai seseorang yang pernah belajar
mengenai ilmu hukum maka ia mengetahui benar apa yang menjadi hak dan
kewajibannya sebagai warga negara yang baik. Kemudian sdri. Mirriam A juga
berpendapat bahwa dia memberikan suaranya dalam pemilihan umum anggota
DPRD karena dia memiliki hak pilih. (28 Februari 2010). Motivasi ini
mencerminkan bahwa kesadaran pemilih mengenai hak pilihnya dalam pemilihan
umum DPRD sangat dibutuhkan. Oleh karena itu motivasi yang benar sangat
penting demi mewujudkan demokrasi dan kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
Berdasarkan tiga pendapat di atas maka sdr. Agung, sdr. Heri K., sdri.
Mirriam A dan bapak Amos H dan bapak Wiji P. termasuk tipe pemilih rasional
yang memiliki orientasi policy-problem-solving. Seperti pada klasifikasi
sebelumnya setiap pemilih yang termasuk dalam tipe ini lebih mengutamakan
rasionalitasnya daripada emosionalitasnya. Karena pemilih ini cenderung
menggunakan logikanya dalam menentukan pilihannya atau mengambil keputusan
mengenai siapa yang mereka pilih menjadi wakil rakyat. Meskipun demikian
hampir semua informan pada klasifikaasi ini berpendapat bahwa wakil rakyat
yang ideal adalah wakil rakyat yang jujur, mempunyai sosok sebagai pemimpin
dan setiap kebijakan yang dibuatnya senantiasa demi kepentingan rakyat.
Sedangkan sdr. Awang termasuk tipe pemilih tradisional. Dimana jumlah
informan dalam klasifikasi ini adalah 6 orang, yaitu 3 informan dengan lulusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
SMP-SMA yaitu sdr. Heri, bapak Wiji P. dan sdr. Awang dan 3 informan lulusan
atau sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yaitu sdr.Agung, bapak
Amos H, sdri. Mirriam A. Dari jumlah informan tersebut diperoleh kesimpulan
bahwa 16,67% merupakan pemilih dengan tipe tradisional dan 83,33% merupakan
tipe pemilih rasional.
C. Temuan Studi
Pada sub bab ini peneliti memaparkan hasil yang berhasil dikumpulkan
peneliti pada saat penelitian. Kegiatan analisis ini mengacu pada rumusan masalah
yang telah dibuat dan ingin dijawab serta menggunakan acuan landasan teori yang
relevan dan telah di paparkan. Penelitian ini meneliti mengenai motivasi pemilih
dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres. Dari
hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menemukan beberapa temuan studi.
Temuan studi tersebut bermula dari terpenuhinya fungsi motivasi yang
menyebutkan bahwa motivasi dalam diri seorang pemilih berfungsi untuk
mendorong seseorang untuk berbuat yang dalam hal ini adalah mendorong
pemilih untuk ikut memilih dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota
Surakarta. Kemudian fungsi motivasi untuk menentukan arah perbuatan, yaitu
mengarahkan pemilih untuk memilih peserta pemilihan umum anggota DPRD
Kota Surakarta yang pantas menjadi menjadi wakil rakyat. Dan yang terakhir
memenuhi fungsi motivasi untuk menyeleksi perbuatan yaitu perbuatan atau
tindakan apa yang harus dan perlu dilakukan pemilih sebelum mengambil
keputusan untuk memilih salah satu peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota
Surakarta. Berdasarkan fungsi motivasi di atas, menegaskan bahwa pemilih dalam
pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta berusaha memenuhi kebutuhan
dalam hidupnya, yaitu kebutuhan fisik yang terlihat pada sebagian pemilih yang
berusaha mendapatkan keuntungan selama pemilihan umum ini berlangsung,
kebutuhan sosial yang ditunjukkan adanya loyalitas pemilih terhadap salah satu
peserta pemilihan umum dan kebutuhan egoistik pemilih. Dengan demikian
indikator-indikator pada penelitian ini bisa dikatakan telah terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sehingga tepat sekali pendapat yang dikemukakan oleh Brenan dan
Lomasky (1977) serta Fiorina (1976) yang dikutip Firmanzah (2007:105)
menyatakan bahwa:
Keputusan memilih selama pemilu adalah perilaku ekspresif. Perilaku initidak jauh berbeda dengan perilaku supporter yang memberikan duknganpada sebuah tim sepakbola. Menurut mereka, perilaku memilih sangatdipengaruhi oleh loyalitas dan ideologi. Keputusan untuk memberikandukungan dan suaranya tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitaspemilih yang cukup tinggi terhadap partai politik jagoannya atau memilihcenderung memilih ideologi yang sama dengan yang mereka anut danmenjauhkan diri dari ideologi yang bersebrangan dengan mereka.
Pendapat di atas sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia yang
mayoritas merupakan tipe pemilih tradisional yang memiliki orientasi ideologi.
Meskipun setiap klasifikasi pemilih dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tipe
pemilih yaitu tipe tradisional dan tipe rasional dimana masing-masing tipe
memiliki orientasi yang berbeda-beda yaitu orientasi ideologi dan policy-problem-
solving. Jika tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi telah diuraikan di
atas, maka pemilih yang termasuk tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-
problem solving dalam penelitian ini melakukan penilaian secara ex-post dan ex-
ante. Penilaian ex-post ini dilakukan pemilih tradisional yaitu dengan menilai apa
saja yang telah dilakukan sebuah partai ataupun wakil rakyat yang berkuasa untuk
memperbaiki kondisi yang ada. Sementara ex–ante dilakukan dengan mengukur
dan menilai kemungkinan program kerja dan solusi yang ditawarkan seorang
wakil rakyat ketika diterapkan untuk memecahkan sebuah persoalan.
Pada klasifkasi yang pertama yaitu klasifikasi berdasarkan usia, dimana
pada klasifikasi ini dibagi menjadi tiga kelompok usia ini mnyebutkan bahwa
pemilih dengan usia pemula dan produktif termasuk dalam tipe pemilih rasional,
meskipun tidak semua pemilih di usia produktif pada penelitian ini tidak
demikian. Sedangkan sebagian dari pemilih dengan usia lanjut termasuk dalam
tipe pemilih tradisional. Untuk lebih jelasnya, berikut peneliti uraikan dalam
bentuk tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Tabel 11. Motivasi pemilih Berdasarkan Klasifikasi Usia
Klasifikasi Usia Pemilih Motivasi Yang Dimiliki
17 th - 25 th Rasa ingin tahu untuk merasakan bagaimana memilihsecara langsung dalam pemilihan umumTerdorong lingkungan disekitarnya untuk memilihmeskipun pada saat memilih tetap berdasarkankeyakinannya sendiriTerdorong oleh kesadaran diri sendiri terhadap haksekaligus kewajiban sebagai warga negara yang baikdalam pelaksanaan pemilihan umumTerdorong oleh keinginan untuk memilih wakil rakyatyang dianggap bisa memimpin rakyat denganmemperhatikan prestasi apa saja yang telah dicapaidan kebijakan yang telah dibuatnya serta program apayang ditawarkan
26 th – 45 th Terdorong oleh harapan tentang kehidupan dankeseahteraan yang lebih baik di masa yang akandatang melalui pemilihan umumTerdorong oleh kesadaran diri mengenai hak dankewajibannya sebagai warga negara dalam mengikutipemilihan umum (sama dengan motivasi pemilihpemula)Terdorong oleh pengalaman mengenal sosok salahsatu peserta pemilihan umum melalui lawatan yangpernah dilakukan oleh peserta tersebut
46 th - lanjut Adanya iming-iming atau imbalan yang ditawarkanoleh tim sukses dari calon anggota DPRD yang ikutmencalonkan diri dalam pemilihan umum anggotaDPRD.Keikutsertaan pemilihan umum terdorong oleh faktorpenyelenggaraan pemilihan yang hanya diadakan 4tahun sekaliTerdorong oleh harapan tentang kehidupan dankesejahteraan yang lebih baik di masa yang akandatang melalui pelaksanaan pemilihan umum ini(sama dengan motivasi pemilih usia produktif).
Kemudian pada klasifikasi kedua yaitu klasifikasi pemilih menurut jenis
kelamin, menyebutkan bahwa sebagian besar pemilih perempuan berpandangan
bahwa seorang perempuan tidak pantas menjadi pemimpin meskipun hanya
sebatas wakil rakyat di DPRD. Hal ini kemudian membuat perempuan termasuk
dalam tipe pemilih tradisional. Karena meskipun mereka memilih namun mereka
lebih cenderung memperhatikan figur dan wibawa dari peserta pemilihan umum
daripada visi misi ataupun program kerja yang ditawarkan. Sebaliknya sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
besar laki-laki yang menjadi informan dalam penelitian ini cenderung lebih
memperhatikan visi misi serta program kerja yang ditawarkan masing-masing
peserta pemilihan umu tersebut. Hal inilah yang membuat sebagian besar
informan laki-laki termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi policy-
problem-solving.
Untuk lebih jelas akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini, yaitu
Tabel 12. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis Kelamin
Klasifikasi Jenis Kelamin Motivasi Yang Dimiliki
Laki-laki Terdorong dengan memperhatikan segikepantasan peserta pemilihan umum menjadipemimin dengan mempertimbangkanpengalaman di bidang plitik, latar belakangpendidikan dan prestasi yang telah dicapai
Terdorong oleh kesadaran diri pemilih yangmempunyai hak dalam mengikuti pemilihanumum dan prestasi yang telah dicapai dibidang kemasyarakatan serta program-program yang berpihak kepada rakyat.
Perempuan Terdorong oleh rasa simpatik terhadap salahsatu peserta pemilihan umum yang dinilaiberwibawa dan memiliki kharismaTerdorong karena adanya hubungankekerabatan antara pemilih dengan salah satupeserta pemilihan umum.
Namun hal ini berbeda dengan klasfikasi ketiga yaitu pemilih menurut
status ekonomi. Status disini dapat diartikan sebagai kedudukan, Soerjono
Soekanto (2002:239) mengatakan bahwa: “Kedudukan diartikan sebagai tempat
atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.” Sehingga dapat dikatakan
bahwa status ekonomi pemilih dalam penelitian ini dapat menentukan pula
kedudukannya dalam suatu kelompok sosial. Kriteria yang digunakan untuk
menggolongkan pemilih ini juga dikemukakan oleh Soerjono Soekanto
(2002:237-238), yaitu: “Ukuran kekayaan, ukuran kehormatan, ukuran ilmu
pengetahuan.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
a. Ukuran Kekayaan
Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan
teratas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah yang
bersangkutan, mobil pribadi, cara-cara mengenakan pakaian serta bahan
pakaian yang dipakainya, kebiasan berbelanja barang-barang mahal dan
seterusnya.
b. Ukuran Kekuasaan
Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang
terbesar maka akan menempati lapisan atas.
c. Ukuran Kehormatan
Ukuran kehormatan mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan atau
kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati menempati lapisan
teratas. Ukuran semacam ini banyak dijumpai pada masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan orang tua atau mereka yang pernah berjasa.
d. Ukuran Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai dalam masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan
terjadinya akibat-akibat yang negatif, karena ternyata bukan mutu ilmu
pengetahuan yang menjadi ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah
tentu hal demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar
tersebut walau tidak halal.
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan maka diketahui bahwa
kedudukan seseorang tidak bisa lepas dari kedudukan berdasarkan jumlah
penghasilannya. Jika dalam penelitian ini pemilih hanya dibagi dalam dua lapisan
yaitu lapisan menengah ke atas yaitu dengan penghasilan lebih dari Rp 2.500.000
per bulan dan lapisan menengah ke bawah yaitu dengan penghasilan di bawah Rp
2.500.000 per bulan. Maka pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh
Soerjono Soekanto (2002:245) yaitu:
Status ekonomi dapat dikategorikan menjadi :a. Status ekonomi menengah kebawah yaitu dengan penghasilan
Rp.1.000.000; per bulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
b. Status ekonomi menengah yaitu dengan penghasilan Rp 1.000.000; sampaidengan Rp 2.500.000; per bulan.
c. Status ekonomi menengah ke atas yaitu dengan penghasilan di atas Rp2.500.000; per bulan.
Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
tidak semua informan dengan status ekonomi menengah ke atas merupakan tipe
pemilih rasional, tapi ada pula yang menjadi tipe pemilih tradisional karena
sebagian dari mereka masih memperhatikan hubungan kekerabatan dengan
peserta pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta ini.
Berikut ini akan dipaparkan motivasi yang dimiliki oleh pemilih yang
termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu sebagai berikut :
Tabel 13. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi
Klasifikasi Status Ekonomi Motivasi Yang Dimiliki
Status ekonomi menengah
ke atas
Termotivasi untuk ikut menentukan siapayang pantas menjadi wakil rakyat melaluipemilihan umum iniTermotivasi oleh perubahan yang akan terjadimelalui pemilihan umumTerdorong untuk ikut mewujudkandemokrasi melalui pemerintahan yang adildan bersahaja serta masyarakat yangsejahteraTermotivasi karena ada kerabat yang ikutmenjadi peserta pemilhan umum (samadengan motivasi masyarakat menengah kebawah)
Status menengah ke bawah Termotivasi karena ada kerabat yang ikutmenjadi peserta pemilhan umumTerdorong karena rasa bangga sertakeuntungan yang didapat apabila kerabatnyamenjadi anggota DPRDTerdorong oleh rasa loyalitas terhadap salahsatu peserta peilihan umum
Kemudian pada klasifikasi terakhir yaitu klasifikasi menurut tingkat
pendidikan diperoleh data bahwa semakin tinggi seseorang menempuh pendidikan
belum tentu orang tersebut lebih kritis dan lebih memanfaatkan logikanya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
mengambil keputusan dibanding dengan pemilih yang mempunyai tingkat
pendidikan lebih rendah, khususnya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota
Surakarta. Untuk lebih jelasnya berikut motivasi yang dimiliki oleh pemilih dalam
penelitian ini di tiap tingkat pendidikan.
Tabel 14. Motivasi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Klasifikasi
Pendidikan
Motivasi Yang Dimiliki
SD Terdorong oleh keinginan untuk melihat bangsaIndonesia lebih baik
SMP Termotivasi untuk membantu negara dalammewujudkan demokrasi
SMA Termotivasi untuk menggunakan suara secara tepatsasaran yaitu melalui pemilihan umum
PT Terdorong oleh partai yang membawa peserta pemiludalam pemilihan umumKesadaran dalam mewujudkan demokrasi bersamadengan pemerintah melalui pemilihan umum
Selain motivasi pemilih dari beberapa klasifikasi di atas, peneiti juga
menemukan suatu temuan bahwa berdasarkan dari sampel yang telah
diwawancarai yaitu 24 informan, 54,16% diantaranya merupakan pemilih dengan
tipe rasional atau sebanyak 13 informan, sedangkan 45,83% merupakan pemilih
tipe tradisional atau sebanyak 11 informan. Demikianlah temuan studi yang
diperoleh peneliti pada saat menganalisis data dalam rangka menyusun hasil
laporan penelitian yang berjudul “Motivasi Pemilih Dalam Pemilihan Umum
Anggota DPRD Surakarta Tahun 2009 Di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data maka dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pada klasifikasi usia motivasi yang dimiliki pemilih dalam pemilihan umum
anggota DPRD berbeda-beda, semakin matang seseorang ternyata ikut
menentukan bagaimana motivasi yang dimiliki. Matang disini tidak berarti
bahwa semakin besar angka usianya akan semakin kritis. Sebaliknya di usia-
usia awal menjadi pemilih ternyata menimbulkan keingintahuan yang besar
khususnya mengenai pemilihan umum anggota DPRD ini. Pemilih pemula
(17th-25th) cenderung lebih kritis daripada pemilih yang sudah pernah
mengalami pemilihan umum berulang-ulang. Oleh karena itu pemilih pemula
dan pemilih dengan usia produktif (26th-45th) termasuk dalam tipe pemilih
rasional karena lebih berorientasi pada policy-problem-solving yang
cenderung memperhatikan visi misi dan program yang ditawarkan oleh peserta
pemilihan umum anggota DPRD yang diharapkan dapat menjawab
permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya pada pemilih usia lanjut
(46th-lanjut) termasuk pada tipe pemilih tradisional karena sebagian besar
lebih memperhatikan hubungan kekerabatan, persamaan sosial budaya dengan
peserta pemilihan umum daripada program kerja yang ditawarkan. Hal itu
menjelaskan bahwa tipe pemilih ini memiliki orientasi ideologi, dimana salah
satu karakteristik yang menonjol pada pemilih ini adalah loyalitas tinggi pada
salah satu peserta pemilihan umum yang didukungnya. Meskipun tidak semua
informan pada usia lanjut termasuk pada tipe tradisional dengan orientasi
ideologi.
2. Pada klasifikasi jenis kelamin ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu laki-laki
dan perempuan. Dari hasil analisis data menyebutkan bahwa sebagian besar
informan laki-laki termasuk tipe pemilih rasional karena mereka lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
mengutamakan realita yang ada serta program-program kerja yang ditawarkan
oleh para peserta pemilihan anggota DPRD, sehingga motivasi yang mereka
miliki cenderung berorientasi pada policy-problem-solving. Sedangkan
informan perempuan termasuk tipe tradisional karena sebagian besar masih
mengutamakan persamaan ideologi dengan peserta pemilihan umum DPRD
Kota Surakarta, maka jelaslah bahwa pemilih tipe ini memiliki motivasi yang
cenderung berorientasi ideologi yaitu dimana pemilih tidak terlalu
memperhatikan visi dan misi maupun kebijakan apa yang telah dan akan
diambil oleh peserta pemilihan umum tersebut. Selain itu kelompok kedua ini
juga masih memegang teguh satu keyakinan, bahwa tempat perempuan adalah
di belakang laki-laki, sehingga tidak pantas bila mencalonkan diri pada
pemilihan anggota DPRD Kota Surakarta meski dihadapan hukum tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
3. Pada klasifikasi status ekonomi yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu
kelompok status ekonomi menengah ke atas dan kelompok status ekonomi
menengah ke bawah. Motivasi yang dimiliki oleh pemilih dengan status
ekonomi menengah ke atas sebagian besar mengarah pada tipe pemilih
rasional karena mereka lebih berpikir rasional yaitu sebelum menentukan
pilihannya dalam pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta lalu,
mereka melihat dan memperhatikan visi dan misi serta prestasi apa yang telah
dicapai oleh sebagian besar peserta pemilihan umum tersebut. Pemilih
kelompok ini juga mempunyai harapan bahwa melalui pemilihan umum ini
keadaan kota Surakarta menjadi lebih baik dan maju. Oleh karena itu tipe
pemilih ini juga memiliki oreintasi policy-problem-solving yaitu bahwa
mereka tidak terlalu mementingkan hubungan kekerabatan ataupun persamaan
ideologi dengan peserta pemilih namun mereka lebih mementingkan apa yang
telah dicapai dan apa yang akan berusaha dicapai apabila terpilih menjadi
anggota DPRD Kota Surakarta. Sebaliknya pada pemilih kelompok kedua
yaitu pemilih dengan status ekonomi menengah ke bawah lebih cenderung
berorientasi ideologi dimana pemilih ini masih memperhatikan hubungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
kekerabatan, persamaan ideologis dan persamaan sosial budaya dengan
peserta pemilihan umum tertentu. Meskipun ada pula pemilih dari status
ekonomi menengah ke atas yang juga mempunyai pendapat yang sama dengan
pemilih tipe ini. Dengan orientasi ini maka pemilih dengan status ekonomi ke
bawah termasuk tipe pemilih tradisional karena masih mementingkan ikatan
emosional dengan peserta pemilihan umum daripada rasionalitasnya.
4. Pada klasifikasi yang terakhir yaitu klasifikasi tingkat pendidikan dapat
dketahui bahwa pemilih dengan tingkat pendidikan rendah sebagian besar
motivasinya cenderung memiliki orientasi ideologi dengan peserta pemilihan
umum. Mereka lebih memperhatikan sosok peserta pemilihan umum
berdasarkan cara pandang masing-masing pemilih tanpa mengedepankan
rasionalitas mereka. Mereka beranggapan bahwa, asalkan peserta pemilih
memiliki nilai dan keyakinan yang sama dengan diri pemilih maka mereka
pasti memilihnya. Sehingga berdasarkan kriteria-kriteria di atas maka pemilih
ini termasuk tipe pemilih tradisional. Sebaliknya untuk pemilih dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi termasuk tipe pemilih rasional yang mana
motivasinya berorientasi pada policy-problem-solving karena tipe pemilih ini
lebih mengutamakan logikanya dalam menentukan pilihannya dalam
pemilihan umum, meski tidak semua yang berpendapat sama. Dengan
demikian hal ini menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang belum tentu orang tersebut akan lebih kritis dalam menanggapi
segala sesuatu dan memperhitungkan dampak jangka panjang dibandingkan
dampak jangka pendek dari hasil pelaksanaan pemilihan umum anggota
DPRD Kota Surakarta ini pada khususnya.
B. Implikasi
Dilihat dari hasil penelitian mengenai motivasi pemilih dalam pemilihan
umum anggota DPRD Kota Surakarta di Kecamatan Jebres, maka implikasi yang
dapat diberikan adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat bermacam-macam
motivasi dalam diri pemilih di masing-masing klasifikasi yang
menyebabkan terbaginya pemilih menjadi dua tipe yaitu tipe pemilih
rasional dan pemilih tradisional (emosional) yang mana masing-masing
tipe berorientasi pada policy-problem-solving dan ideologi.
a. Pada klasifikasi pertama yaitu berdasarkan usia, diketahui bahwa
pemilih pemula dan pemilih produktif pada penelitian ini lebih kritis
dan motivasi yang dimilikinya pun berbeda jika dibandingkan dengan
pemilih usia lanjut. Hal ini menyebabkan pemilih pemula dan pemilih
usia produktif termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi
policy-problem-solving. Sebaliknya pemilih usia lanjut termasuk
dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi.
b. Pada klasifikasi kedua yaitu berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa motivasi antara pemilih perempuan berbeda dengan motivasi
pemilih laki-laki. Dimana motivasi pemilih perempuan masih
dilatarbelakangi oleh adanya sistem kekerabatan dan budaya lokal
yang menilai bahwa seorang perempuan tidak pantas menjadi seorang
pemimpin. Hal inilah yang menyebabkan pemilih perempuan termasuk
dalam tipe pemilih tradisional dengan orientasi ideologi. Sebaliknya
pemilih laki-laki termasuk dalam tipe pemilih rasional dengan orientasi
policy-problem-solving.
c. Pada klasifikasi ketiga yaitu berdasarkan status ekonomi, dimana
pemilih digolongkan dalam 2 kelompok yaitu kelompok menengah ke
atas dan kelompok menengah kebawah. Pada klasifikasi ini, pemilih
dengan status ekonomi menengah ke atas termasuk dalam tipe rasional
dengan orientasi policy-problem-solving. Hal ini disebabkan karena
pemilih pada kelompok ini lebih memperhatikan visi misi serta
program kerja yang ditawarkan peserta pemilihan umum daripada
hubungan kekerabatan ataupun hubungan emosional dengan peserta
pemilihan umum. Sebaliknya bagi pemilih dengan status ekonmi
menengah ke bawah termasuk dalam tipe pemilih tradisional dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
orientasi ideologi. Hal ini disebabkan selain karena lebih
memperhatikan hubungan kekerabatan, mereka juga lebih tertarik pada
imbalan yang akan diterimanya jika memilih salah satu peserta
pemilihan umum.
d. Pada klasifikasi terakhir ini yaitu berdasarkan tingkat pendidikan,
diperoleh data bahwa tingkat pendidikan seorang pemilih tidak dapat
menjamin pemilih tersebut memiliki motivasi yang bisa membuatnya
termasuk dalam tipe pemilih rasional ataupun tradisional dengan
orientasi policy-problem-solving atau ideologi. Meskipun sebagian
besar pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi pada penelitian ini
memang termasuk dalam tipe rasional dengan orientasi policy-
problem-solving. Sedangkan pemilih yang memiliki tingkat pendidikan
lebih rendah sebagian besar termasuk dalam tipe tradisional dengan
orientasi ideologi Sehingga berdasarkan analisis data yang dilakukan
pada penelitian ini dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikan seorang pemilih belum tentu orang tersebut akan lebih
kritis dalam menanggapi segala sesuatu dan memperhitungkan dampak
jangka panjang dibandingkan dampak jangka pendek dari hasil
pelaksanaan pemilihan umum anggota DPRD Kota Surakarta ini pada
khususnya.
Sehingga dengan adanya penelitian ini menunjukkan bahwa pengenalan tentang
pemilihan umum memang sangat dibutuhkan, terlebih pengenalan mengenai
masing-masing peserta pemilihan umum yang mencalonkan diri sebagai wakil
rakyat di Surakarta. Karena hal tersebut mempengaruhi motivasi pemilih dalam
memberikan suaranya pada pemilihan umum ini. Sehingga diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan masukan-masukan yang baru demi kemajuan
bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi hasil penelitian tersebut di atas,
maka berikut ini disampaikan saran-saran. Saran-saran yang dapat disampaikan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi usia
Dengan perkembangan jaman sekarang ini, maka sebaiknya setiap pemilih
dapat berpikir lebih kritis. Terkhusus bagi pemilih dengan usia lanjut,
hendaknya jangan hanya terpaku pada kebiasaan lama yang hanya berpikir
bahwa apabila anggota kerabat menjadi wakil rakyat maka akan menjadi
keuntungan pula bagi kerabatnya yang lain. Tapi hendaknya setiap pemilih
lebih bisa mengikuti perkembangan jaman sekarang. Sehingga pemilih
tradisional sedikit demi sedikit dapat berkurang, meski tidak akan mungkin
hilang dalam pelaksanaan pemilihan umum.
b. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Jenis kelamin
Dengan diketahuinya motivasi pemilih dengan berdasarkan jenis kelamin ini,
terkhusus bagi pemilih dengan jenis kelamin perempuan yang masih
dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa seorang perempuan tidak pantas
menjadi seorang pemimpin maka sebaiknya pemilih ini bisa lebih melihat ke
dunia luar bahwa antara kaum laki-laki dan perempuan sudah tidak bisa
dibedakan. Karena tidak sedikit kaum perempuan yang bisa menyamai
kedudukan kaum laki-laki karena kemampuan yang dimilikinya. Meski secara
kodrat kaum laki-laki memang lebih tinggi daripada kaum perempuan. Namun
hal tersebut tidak berarti bahwa kaum perempuan tidak pantas menjadi
pemimpin. Oleh karena itu bagi pemilih perempuan jangan membatasi diri
dengan beranggapan bahwa kaum perempuan hanya mempunyai tempat di
belakang kaum laki-laki. Tapi tanamkan pikiran bahwa kaum perempuan pun
dapat juga melakukan apa yang dilakukan oleh kaum lak-laki, terkhusus dalam
hal ini adalah dalam memilih dalam pemilihan umum. Dengan demikian
budaya lokal yang sering mengikuti pemikiran kaum perempuan ini dapat
berkurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
c. Bagi Pemilih Berdasarkan Klasifikasi Status Ekonomi
Dalam klasifikasi ini pemilih dibagi menjadi dua yaitu pemilih dengan status
ekonomi menengah ke atas dan pemilih dengan status menengah ke bawah.
Dengan pengelompokan pemilih ini maka jelaslah bahwa terdapat perbedaan
motivasi. Terkhusus bagi pemilih dengan status ekonomi menengah ke bawah
hendaknya lebih memperhatikan kenyataan yang ada. Maksudnya pemilih ini
jangan hanya meperhatikan kepentingan sendiri. Karena pemilih ini termasuk
kelompok pemilih tradisional maka pemilih ini seharusnya mau berusaha
berubah. Karena pemilih tradisional dalam menentukan pilihannya dalam
pemilihan umum lebih cenderung memilih karena hubungan kekerabatan dan
imbalan yang diberikan kepadanya. Padahal hal tersebut sangat merugikan
negara. Karena pemerintah mengadakan pemilihan umum ini bertujuan untuk
mewujudkan demokrasi. Oleh karena itu hendaknya setiap pemilih dalam
pemilihan umum ini lebih mengutamakan kepentingan demi kemajuan
bersama dan bukan kepentingan sendiri.
d. Bagi Pemilih Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dalam klasifikasi ini pemilih terbagi menjadi beberapa tingkat pendidikan.
Karena pada klasifikasi ini yang termasuk pemilih tradisional adalah mereka
yang memiliki tingkat pendidikan rendah maka hendaknya pemilih ini bisa
lebih aktif dalam mencari informasi mengenai pemilihan umum. Sehingga
dalam menentukan pilihannya setiap pemilih mampu menentukannya sesuai
hati nurani dengan memperhatikan bagaimana wakil rakyat yang akan
dipilihnya. Hal ini tidak hanya ditujukan untuk pemilih dengan tingkat
pendidikan rendah saja yang masih beranggapan bahwa sistem kekerabatan itu
penting namun juga untuk pemilih dengan tingkat pendidikan tinggi yang
mempunyai anggapan yang sama. Dengan demikian tujuan pemerintah
mewujudkan demokrasi bersama rakyat dapat tercapai sepenuhnya.