program studi s-1 keperawatan stikes kusuma...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN
APD PADA PEKERJA BANGUNAN DI PT WASKITA
KARYA KARTASURA
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Dwi Prasetyo
NIM. S.11014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN
APD PADA PEKERJA BANGUNAN DI PT WASKITA
KARYA KARTASURA
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Dwi Prasetyo
NIM. S.11014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ALAT PELINDUNG
DIRI (APD) TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN
APD PADA PEKERJA BANGUNAN DI PT WASKITA
KARYA KARTASURA
SKRIPSI
“Untuk memenuhi salah satu syarat ujian guna mencapai Gelar Sarjana Keperawatan”
Oleh :
Dwi Prasetyo
NIM. S.11014
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Prasetyo
NIM : S.11014
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan
Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama
pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, 24 Juli 2015Yang membuat pernyataan,
Dwi PrasetyoS.11014
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-Nya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Tentang Alat Pelindung Diri (Apd) Terhadap Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD
pada Pekerja Bangunan di PT Waskita Karya Kartasura sebagai salah satu
persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan ini dengan lancar.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini,
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk memperbaiki
dan menyempurnakan penulisan skripsi selanjutnya. Ucapan rasa terima kasih yang
tidak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyelesaian penyusunan skripsi ini, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku ketua Prodi S-1
Keperawatan.
3. Ibu Edi Mulyono, SST., M.,Kes, selaku pembimbing utama yang dengan
sabar telah membimbing dan memberikan dukungan dan motivasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku pembimbing
pendamping yang juga telah memberikan bimbingan dan arahan penulis
v
dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
5. Bapak Wisnu Gutama selaku Kepala Bagian K3 Waskita Karya dalam
Proyek RS Pendidikan UNS yang telah memberikan izin
terlaksananyapenelitian ini.
6. Respondenyang telah membantu peneliti untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti sehingga terselesaikannya penelitian ini dengan
baik.
7. Bapak dan Ibu Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah
memberikan segenap ilmu dan pengalamannya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Orang tua tercinta Bpk H.Paryadi dan Ibu Hj Nyami, terima kasih atas do’a
dan dukungan yang senantiasa engkau berikan untuk keberhasilanku, serta
segala kesabaranmu dalam mendidik dan membesarkanku selama ini, aku
sadar tugas itu sangatlah berat bagimu, tapi dengan segala rasa kasih sayang
dan kesabaranmu, engkau mengantarkanku pada kelulusan ini.
9. Semua keluarga besar saya kakak dan adik saya Eko Budi Utomo dan Zulia
Tri Rahmawati yang selalu memberikan do’a dan semangat dalam
pembuatan skripsi.
10. Ratna Kurniawati yang selalu memberi semangat dan do’a sehingga dalam
pembuatan skripsi ini terselesaikan.
vi
11. Sahabat-sahabatkuTri Darmasto, Danu, Nandung, Ahmad
Mujiono,Gregorius,Triyadi, Didik serta teman seperjuangan yang telah
banyak memberikan bantuan, dorongan dan semangat kepadaku.
12. Teman-teman Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Angkatan 2011 yang telah berjuang menempuh skripsi bersamaku.
13. Semua pihak, yang tanpa mengurangi rasa terima kasih tidak dapat
disebutkansatu per satu.
Akhir kata penulis berharap semoga dengan do’a, motivasi, nasehat, dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis, dapat bermanfaat bagi penulis untuk
menjadi orang yang lebih baik, dan semoga dengan disusunnya karya ilmiah ini,
dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya, dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, 6 Agustus 2015Penulis
(Dwi Prasetyo)NIM: S11014
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
ABSTRAK xiii
ABSTRACT xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.3.1 Tujuan Umum 6
1.3.2 Tujuan Khusus 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Teori 8
2.2.1 Pendidikan Kesehatan 8
2.2.2 Alat Pelindung Diri (APD) 14
2.2.3 Kepatuhan 37
2.2 Kerangka Teori 43
2.3 Kerangka Konsep 43
2.4 Hipotesis 43
2.5 Keaslian Penelirtian 44
viii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan rancangan Penelitian 46
3.2 Populasi dan Sampel 46
3.3 Waktu Penelitian 47
3.4 Variabel Definisi Operasional dan Skala Pengukuran 47
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data 48
3.5.1 Alat Penelitian 48
3.5.2 Cara Pengumpulan Data 48
3.6 Teknik Pengolahan Data 49
3.7 Analisa Data 50
3.8 Etika Penelitian 51
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Analisis Univariat 53
4.2. Analisis Bivariat 55
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden 57
5.2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan APD 61
BABVI PENUTUP
6.1. Kesimpulan 65
6.2. Saran 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
2.1
3.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
Judul Tabel
Keaslian Penelitian
Definisi Operasional
Karakteristik Responden Menurut Usia
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Karakteristik Responden Menurut Tingkat
Pendidikan
Kepatuhan APD Sebelum Pendidikan Kesehatan
Kepatuhan APD Sesudah Pendidikan Kesehatan
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Kepatuhan APD
Halaman
44
47
53
54
54
54
55
55
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2.1 Skema Kerangka Teori 43
2.2 Skema Kerangka Konsep 43
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : F.01 Usulan Topik Penelitian
Lampiran 3 : F.02 Pengajuan Persutujuan Judul
Lampiran 4 : F.04 Pengajuan Izin Studi Pendahuluan
Lampiran 5 : Surat Studi Pendahuluan
Lampiran 6 : Permohonan Iji Penelitian
Lampiran 7 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 8 : Lembar Permintaan Menjadi Responden
Lampiran 9 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10 : Lembar Observasi Kuesioner Tingkat Kepatuhan
Lampiran 11 : Hasil Analisis SPSS
Lampiran 12 : Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 13 : Dokumentasi
Lampiran 14 : Lembar Konsultasi
Lampiran 15 : Lembar Opponent Ujian Sidang Proposal Skripsi
Lampiran 16 : Lembar Audience Ujian Sidang Proposal Skripsi
xii
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Dwi Prasetyo
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Alat Pelindung Diri (APD)Terhadap Tingkat Kepatuhan Pemakaian APD Pada Pekerja
Bangunan Di PT Waskita Karya Kartasura
ABSTRAK
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan akhir dari pengendaliankecelakaan kerja. Pada kenyataannya, pekerja ada yang tidak menggunakannya,walaupun perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang alatpelindung diri (APD) terhadap tingkat kepatuhan dalam memakai APD padapekerja bangunan di PT. Waskita Karya Kartasura.
Jenis penelitian ini adalah Quasi experimental dengan rancangan one-grouppre-post test design without control populasi dalam penelitian ini adalah pekerjabangunan di PT. Waskita KaryaPemilihan sampel dilakukan dengan metodepurposive sampling yaitu 38 responden. Analisa data dalam penelitian inimenggunakan uji McNemar, didapatkan p value 0,000 ( p < 0,005) sehingga adapengaruh pendidikan kesehatan tentang alat pelindung diri (APD) terhadap tingkatkepatuhan dalam memakai APD pada pekerja bangunan di PT. Waskita Kartasura.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan dengan mediavideo sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan karena materi yangdiberikan dapat diterima dengan panca indera penglihatan dan pendengaransehingga materi mudah diserap dan lebih mudah dipahami. Hasil penelitian inidiharapkan dapat meningkatkan penggunaan APD pada pekerja bangunan sertadimanfaatkan dalam hal safety.
Kata Kunci : Alat Pelindung Diri, Tingkat Kepatuhan, Pendidikan KesehatanDaftar Pustaka : 34 (2005-2014)
xiii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Dwi Prasetyo
Effect of Health Education of Personal Protective Equipment (PPE) onConstruction workers’ Obedience Level in the Use of PPE at Limited
Liability Company of Waskita Karya of Kartasura
ABSTRACT
The use of Personal Protective Equipment (PPE) is the end of work accidentcontrol. In fact, there are some workers who do not use it, even though thecompany has provided personal protective equipment. The objective of thisresearch is to investigate the effect of the health education of the PPE on theconstruction workers’ obedience level in the use of the PPE at the LimitedLiability Company of Waskita Karya of Kartasura.
This research used the quasi experimental one-group pre-post testwithoutcontrol design. The population of research was the construction workers of theLimited Liability Company of Waskita Karya. The samples of research were 38respondents and were taken by using the purposive sampling technique. The datawere analyzed by using the McNemar’s method. The result of the analysis showsthat the p-value was 0.000 which was less than 0.05, meaning that there was aneffect of the health education of the PPE on the construction workers’ obediencelevel at the Limited Liability Company of Waskita of Kartasura.
The result of this study shows that health education with video media wasvery effective to improve the knowledge because the material can be received bysense of sight and sense of hearing so that the material was easily absorbed andunderstood. The result of this study is expected to increase the use of the PPE ofthe construction workers and to be utilized in terms of safety.
Keywords: Personal protective equipment, Obedience level, health educationReference: 34 (2005-2014)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pekerjaan konstruksi merupakan kompleksitas kerja yang dapat menjadi
sumber terjadinya kecelakaan kerja dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang
konstruksi (Taufik dalam Annishia, 2011). Konstruksi mempunyai
karakteristik yang unik dan kompleks serta dapat mempertinggi angka risiko
dan bahaya kecelakaan kerja, (Siaoman dan Hendy dalam Annishia, 2011).
Data yang diperoleh dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Menakertrans) RI dalam Annishia (2011), kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia tahun2009, terdapat 88.492 kasus yang mengakibatkan 1.970
tenaga kerja meninggal dunia, cacatfungsi 4.023 orang, cacat anatomis tetap
2.534 orang dan sebanyak 79.985 tenaga kerjasembuh.
Menurut data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans)
DKI Jakarta dalam Annishia (2011) sepanjang 2009 jumlah kecelakaan kerja
yang berujung pada kematian mencapai 2.974 kasus. Sementara jumlah
pekerja yang ada di DKI mencapai 2.331.580 orang. Angka ini meningkat
dari dua tahun sebelumnya. Pada 2007 jumlah kematian akibat kecelakaan
kerja mencapai 2.195 orang, sedangkan tahun berikutnya mencapai angka
2.857 orang.
2
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan faktor yang paling
penting dalam pencapaian sasaran tujuan proyek. APD merupakan salah
satubagian dari K3. Hasil yang maksimal dalam kinerja biaya, mutu dan
waktu tidak berarti jika tingkat keselamatan kerja terabaikan. Indikatornya
dapat berupa tingkat kecelakaan kerja yang tinggi, seperti banyak tenaga kerja
yang meninggal, cacat permanen serta instalasi proyek yang rusak, selain
kerugian materi yang besar (Sanjaya, 2012).
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap akhir dari
pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Meskipun demikian,
penggunaan alat pelindung diri akan menjadi penting apabila pengendalian
secara teknis dan administratif telah dilakukan secara maksimal namun
potensi risiko masih tergolong tinggi. Pada kenyataannya, masih banyak juga
pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya
manfaat alat ini dan perusahaan sudah menyediakan alat pelindung diri. Hal
tersebut disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi perilaku
pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri tersebut
(Yusmardian, 2005). Alat pelindung diri merupakan alat pelindung bagi
pekerja yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, alat pelindung
diri yang harus digunakan saat bekerja helm proyek, kacamata pelindung,
masker, tutup telinga, sarung tangan, sepatu safety dan sabuk pengaman.
(Sucita & Broto, 2011).
3
Hasil penelitian dari Pratiwi (2009) tentang Tinjauan Faktor Perilaku
Kerja Tidak Aman pada Pekerja Konstruksi Bagian Finishing PT. Waskita
Karya Proyek Pembangunan Fasilitas dan Sarana Gelanggang Olahraga
(GOR) Ciracas, perilaku tidak aman dalam bekerja pada pekerja konstruksi
diantaranya tidak menggunakan APD, bercanda atau bergurau saat bekerja,
melempar alat kerja ketika memberikan ke teman, merokok pada saat bekerja
dan bekerja dengan terburuburu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku tidak aman dalam bekerja yaitu faktor pendorong, faktor pemungkin
dan faktor penguat. Faktor pendorong adalah faktor yang dapat memberikan
dorongan pada pekerja untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, faktor
pendorong ini terdiri dari pengetahuan pekerja, persepsi pekerja dan sikap
pekerja.Hasil penelitian Atmanto (2007) menunjukkan bahwa praktik
penggunaan APD pada industri pengecoran logam tidak dapat dilaksanakan.
Berdasarkan wawancara mendalam didapatkan informasi bahwa faktor yang
menjadi determinan para pekerja tidak menggunakan APD adalah faktor
lingkungan fisik kerja dan managemen yang belum menerapkan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja.
Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan pekerja
untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, ketersediaan APD dan peraturan
merupakan factor pemungkin. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor
penguat adalah faktor-faktor yang memberikan dukungan terhadap pekerja
untuk berperilaku tidak aman dalam bekerja, yang termasuk faktor penguat
adalah pengawasan (Annishia, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh
4
Suryani, Handayani,dan Wibowo (2010) menunjukan ada hubungan antara
penggunaan alat pelindung diri dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian
rustic PT. Borneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. Penggunaan APD
merupakan upaya untuk pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan sehingga
saat pekerja tidak memakai APD secara lengkap maka akan memperbesar
resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dhian, Imroatul & Maria (2009),
tingkat kepatuhan kerja Tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Bagian
Mesin Pabrik Gula Watoetoelis Prambon, Sidoarjo menyatakan bahwa
pekerja yang tidak patuh sebanyak 64 responden (61.5%) dan pekerja yang
patuh sebanyak 40 responden (38.5%).
Hasil penelitian Candra & Ruhyandi (2008) memperlihatkan bahwa
faktor internal yang terdiri dari variabel pengetahuan memiliki hubungan
yang bermakna terhadap perilaku kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD,
serta variabel sikap memiliki hubungan yang bermakna terhadap perilaku
kepatuhan pekerja dalam penggunaan APD, dan pada faktor eksternal yang
memiliki hubungan yang bermakna dengan perilaku kepatuhan pekerja dalam
penggunaan APD adalah penyuluhan.
Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat dapat berperilaku
hidup sehat (tahu, mau, dan mampu) memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Pendidikan kesehatan memiliki keunggulan seperti
memberikan informasi yang belum diketahui seseorang tentang sesuatu hal,
seseorang dapat mengerti hal-hal baru serta sebagai media pembelajaran
5
dalam meningkatkan tingkat pengetahuan tentang hal yang baru.
(Notoadmodjo, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2010), media seperti film, VCD, televisi lebih
tinggi intensitasnya dibandingkan dengan kata-kata dan tulisan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Berek (2009) tentang penggunaan metode
pemutaran film/video yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna
terhadap peningkatan pengetahuan. Metode tersebut dapat mempermudah
cara memahami responden karena melibatkan indera penglihatan dan
pendengaran sehingga informasi yang diberikan mudah dipahami.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 10 Desember
2014 pada pekerja bangunan di PT.Waskita Karya didapatkan data 2 dari
5pekerja memakai APD lengkap tetapi tidak mengetahui kegunaanya secara
benar karena pekerja baru dan 3 pekeja tidak memakai APD lengkap karena
mengganggu saat bekerja walaupun dari pihak ketua K3 sudah memberi tahu
pekerjanya setiap bekerja harus menggunakan APD lengkap, salah satu
pekerja mengatakan bahwa akan lebih baik apabila disediakan informasi
tentang pentingnya penggunaan APD dalam bentuk pemutaran video berupa
ilustrasi resiko apabila tidak patuh menggunakan APD lengkap. Hasil
wawancara dari salah satu pekerja bangunan di PT. Waskita Karya pernah
mengalami kecelakaan tertusuk paku saat bekerja tidak menggunakan sepatu,
maka disimpulkan bahwa penggunaan APD sangat penting dilakukan saat
bekerja.
6
Uraian latar belakang diatas membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang APD (Alat
Pelindung Diri) Terhadap Tingkat Kepatuhan Dalam Memakai APD Pada
Pekerja Bangunan di PT Waskita Karya”.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang APD (Alat
Pelindung Diri) Terhadap Tingkat Kepatuhan DalamDalam Memakai APD
Pada Pekerja Bangunan di PT.Waskita Karya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh
Pendidikan Kesehatan tentang APD (Alat Pelindung Diri) Terhadap
Tingkat Kepatuhan dalam Memakai APD pada Pekerja Bangunandi
PT.Waskita Karya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui karakteristik responden.
2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan responden sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang Alat Pelindung
Diri pada pekerja bangunan.
7
3. Untuk mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan responden
sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan tentang
Alat Pelindung Diri pada pekerja bangunan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi PT.Waskita Karya
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi pekerja bangunan di PT. Waskita
Karya.
2. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan dalam
meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja melalui penggunaan APD
lengkap.
3. Manfaat bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literatur
ilmu keperawatan khususnya tentang Alat Pelindung Diri untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
4. Manfaat bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
yang berkaitan Alat Pelindung Diri untuk Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
8
5. Manfaat bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang Alat
Pelindung Diri untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori
2.1.1. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah upaya agar masyarakat
dapat berperilaku hidup sehat (tahu, mau, dan mampu)
memelihara dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo,
2011).
Dimensi sasaran dalam pendidikan kesehatan ada 3
kelompok, yaitu pendidikan kesehatan untuk individu,
pendidikan kesehatan untuk kelompok, dan pendidikan
kesehatan masyarakat, dengan sasaran masyarakat luas
(Notoatmodjo, 2011).
2. Media Pendidikan Kesehatan
Media Pendidikan Kesehatan adalah alat - alat yang
digunakan untuk menyalurkan informasi atau pesan-pesan
kesehatan serta mempermudah penerimaan pesan-pesan
kesehatan bagi masyarakat atau murid. Media tersebut dibagi
menjadi 3 yaitu : media cetak, media elektronik, dan media
papan (Notoatmodjo, 2010).
10
a. Media cetak adalah media statis dan mengutamakan pesan-
pesan visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari
gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna
b. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan
pesannya diluar ruang secara umum melalui media cetak
dan elektronik secara statis, misalnya :
1) Papan reklame adalah poster dalam ukuran besar yang
dapat dilihat secara umum di perjalanan.
2) Spanduk yaitu suatu pesan dalam bentuk tulisan dan
disertai gambar yang dibuat di atas secarik kain denga
dipasang di suatu tempat strategi agar dapat dilihat oleh
semua orang.
3) X-Banner atau standing banner adalah ungkapan dari
sebagian orang menyebutkan dengan X banner, kini
menjadi pajangan yang lazim di berbagai tempat.
3. Metode Pendidikan Kesehatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
penyuluhan, diskusi, dan simulasi (video). Penyuluhan
kesehatan merupakan suatu proses belajar untuk
mengembangkan pengertian yang benar dan sikap yang positif
dari individu atau kelompok terhadap kesehatan agar yang
bersangkutan dapat menerapkan cara hidup sehat sebagai bagian
dari cara hidupnya sehari-hari. Salah satu metode penyuluhan
11
yang bisa diberikan adalah metode ceramah dalam kelompok
kecil. Ceramah merupakan sebuah cara dalam menerangkan dan
menjelaskan suatu ide, pengertian, atau pesan secara lisan
kepada sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi
tentang kesehatan. Metode video lebih efektif digunakan pada
kelompok yang besar sebab memberikan gambaran secara visual
sehingga informasi yang diberikan dapat diserap melalui panca
indera pendengaran serta penglihatan sedangkan metode
ceramah hanya diserap melalui panca indera pendengaran.
Media pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo (2007)
adalah alat bantu pendidikan. Disebut media pendidikan
kesehatan karena alat-alat tersebut merupakan alat
saluran(Channel) untuk menyampaikan kesehatan karena alat-
alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-
pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien. Berdasarkan
fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan (Media),
media dibagi menjadi 3 yakni :
a. Media cetak
Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan sangat bervariasi antara lain :
1) Booklet ialah suatu media untuk menyampaikan pesan-
pesan kesehatan dan bentuk buku, baik tulisan maupun
gambar.
12
2) Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-
pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat.
3) Flyer ialah seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk
lipatan.
4) Flip Chart ialah media penyampaian pesan atau
informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.
5) Rubrik ialah tulisan-tulisan pada surat kabar atau
majalah.
6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan
informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok.
7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi
kesehatan.
b. Media elektronik
Media elektronik sebagai saranan untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan dan jenisnya
berbeda-beda, antara lain :
1) Televisi : penyampaian pesan atau informasi-informasi
kesehatan melalui nmedia televise dapat dalam bentuk
sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato, sport, dan
kuis.
2) Radio : penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan melalui radio juga dapat berbentuk macam-
13
macam antara lain : obrolan , sandiwara, ceramah, dan
radio sport.
3) Video: penyampaian informasi atau pesan-pesan
kesehatan dapat melaui video.
4) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan atau informasi-informasi kesehatan.
5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan.
c. Media papan
Papan yang dipasang ditempat-tempat umum dapat
dipakai dan diisi dengan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup
pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel
pada kendaraan-kendaraan umum (bus dan taksi).
4. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pendidikan Kesehatan
Menurut Potter dan Perry, proses pendidikan kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari perawat dan
dan siswa. Faktor yang berasal dari perawat adalah: sikap,
emosi, pengetahuan dan pengalaman masa lalu (Notoadmodjo,
2010).
a. Sikap
Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan
mempengaruhi penyampaian informasi kepada siswa.
14
Sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti
siswa.
b. Emosi
Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan
kesehatan. Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan
perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati dan telaten.
Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih mudah
diterima siswa.
c. Pengetahuan
Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam
pendidikan kesehatan. Perawat harus memiliki pengetahuan
yang cukup untuk memberikan pendidikan kesehatan.
Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan perawat pada
kegiatan pembelajaran siswa. Siswa akan semakin banyak
menerima informasi dan informasi tersebut sesuai dengan
kebutuhan siswa.
d. Pengalaman
Pengalaman masa lalu berpengaruh terhadap gaya
dalam memberikan informasi dan informasi yang diberikan
akan lebih terarah sesuai dengan kebutuhan.
15
2.1.2. Alat Pelindung Diri (APD)
1. Pengertian
Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat keselamatan
yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau
seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan
penyakit akibat kerja (Tarwaka, 2008). Alat Pelindung diri
merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang berfungsi
mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja
(Suma’mur, 2009). Suma’mur (2009) menunjukkan hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemakaian alat pelindung diri, yaitu:
a. Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang
telah ditentukan untuk menjamin bahwa alat pelindung diri
akan memberikan perlindungan sesuai dengan yang
diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan
harus diuji lebih dahulu mutunya.
b. Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-
benar sesuai dengan kondisi tempat kerja, bahaya kerja dan
tenaga kerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan
perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.
16
c. Ukuran harus tepat
Adapun untuk memberikan perlindungan yang
maksimum pada tenaga kerja, maka ukuran alat pelindung
diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan menimbulkan
gangguan pada pemakaiannya.
d. Cara pemakaian yang benar
Sekalipun alat pelindung diri disediakan oleh
perusahaan, alat-alat ini tidak akan memberikan manfaat
yang maksimal bila cara memakainya tidak benar.
Tenaga kerja harus diberikan pengarahan tentang :
1) Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan
dengan potensi bahaya yang ada.
2) Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat
yang akan diterima oleh tenaga kerja jika tidak
memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
3) Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara
benar harus dijelaskan pada tenaga kerja.
4) Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja
menggunakan alat pelidung diri.
5) Pemeliharaan alat pelindung diri harus dipelihara
dengan baik agar tidak menimbulkan kerusakan
ataupun penurunan mutu.
17
6) Penyimpaan alat pelindung diri harus selalu disimpan
dalam keadaan bersih
7) ditempat yang telah tersedia, bebas dari pengaruh
kontaminasi.
2. Pemilihan Alat Pelindung Diri
Setiap tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis, bahan dan proses produksi
yang dilakukan. Dengan demikian, sebelum melakukan
pemilihan alat pelindung diri mana yang tepat digunakan,
diperlukan adanya suatu investarisasi potensi bahaya yang ada
di tempat kerja masing-masing. Pemilihan dan penggunaan alat
pelindung diri harus memperhatikan aspek-aspek sebagai
berikut (Tarwaka, 2008) :
a. Aspek Teknis, meliputi :
1) Pemilihan berdasarkan jenis dan bentuknya. Jenis dan
bentuk alat pelindung diri harus disesuaikan dengan
bagian tubuh yang dilindungi.
2) Pemilihan berdasarkan mutu atau kualitas. Mutu alat
pelindung diri akan menentukan tingkat keparahan dan
suatu kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi. Semakin rendah mutu alat pelindung diri, maka
akan semakin tinggi tingkat keparahan atas kecelakaan
atau penyakit akibat kerja yang terjadi. Adapun untuk
18
menetukan mutu suatu alat pelindung diri dapat dilakukan
melalui uji laboratorium untuk mengetahui pemenuhan
terhadap standar.
3) Penentuan jumlah alat pelindung diri. Jumlah yang
diperlukan sangat tergantung dari jumlah tenaga kerja
yang terpapar potensi bahaya di tempat kerja. Idealnya
adalah setiap pekerja menggunakan alat pelindung diri
sendiri-sendiri atau tidak dipakai secara bergantian.
4) Teknik penyimpanan dan pemeliharaan. Penyimpanan
investasi untuk penghematan dari pada pemberian alat
pelindung diri.
b. Aspek Psikologis
Di samping aspek teknis, maka aspek psikologis yang
menyangkut masalah kenyamanan dalam penggunaan alat
pelindung diri juga sangat penting untuk diperhatikan.
Timbulnya masalah baru bagi pemakai harus dihilangkan,
seperti terjadinya gangguan terhadap kebebasan gerak pada
saat memakai alat pelindung diri. Penggunaan alat pelindung
diri tidak menimbulkan alergi atau gatal-gatal pada kulit,
tenaga kerja tidak malu memakainya karena bentuknya tidak
cukup menarik. Ketentuan pemilihan alat pelindung diri
meliputi (Tarwaka, 2008) :
19
1) Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan
yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-
bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut
tidak menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3) Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4) Bentuknya harus cukup menarik.
5) Alat pelindung tahan lama untuk pemakaian yang lama.
6) Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi
pemakainya, yang dikarenakan bentuknya yang tidak tepat
atau karena salah dalam penggunaanya.
7) Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8) Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris
pemakaiannya.
9) Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah
pemeliharaannya.
3. Kriteria Alat Pelindung Diri
Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu
diperhatikan pula beberapa kriteria dalam pemilihan alat
pelindung diri sebagai berikut (Tarwaka, 2008) :
a. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan
efektif kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi
ditempat kerja.
20
b. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,
nyaman dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi
pemakainya.
c. Bentuknya cukup menarik, sehingga tenaga kerja tidak malu
memakainya.
d. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik
karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dan
pemakiannya.
e. Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.
f. Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan
serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam
wktu yang cukup lama.
g. Tidak mengurangi persepsi sensoris dalam menerima tanda-
tanda peringatan.
h. Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup
tersedia dipasaran.
i. Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.
j. Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai dengan standar
yang ditetapkan dan sebagainya.
4. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri
Jenis-jenis alat pelindung diri berdasarkan fungsinya
terdiri dari beberapa macam. Alat pelindung diri yang digunakan
21
tenaga kerja sesuai dengan bagian tubuh yang dilindungi, antara
lain (Tarwaka, 2008) :
a. Alat Pelindung Kepala
Digunakan untuk melindungi rambut terjerat oleh
mesin yang berputar dan untuk melindungi kepala dari
terbentur benda tajam atau keras, bahaya kejatuhan benda
atau terpukul benda yang melayang, percikan bahan kimia
korosif, panas panas sinar matahari. Jenis alat pelindung
kepala antara lain :
1) Topi Pelindung (Safety Helmets)
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda-
benda keras yang terjatuh dan terkena arus listrik. Topi
pelindung harus tahan terhadap pukulan, tidak mudah
terbakar, tahan terhadap perubahan iklim dan tidak
menghantarkan arus listrik. Topi pelindung dapat terbuat
dari plastik serta gelas (fiberglass) maupun metal. Topi
pelindung dari bahan bakelite enak dipakai karena ringan
tahan terhadap benturan dan benda keras serta tidak
menyalurkan arus listrik. Sedangkan topi pelindung
biasanya dilengkapi dengan anyaman penyangga yang
berfungsi untuk menyerap keringat dan mengatur
pertukaran udara.
22
2) Tutup Kepala
Berfungsi untuk melindungi kepala dari kebakaran,
korosi, suhu panas atau dingin. Tutup kepala ini biasanya
terbuat dari asbestos, kain tahan api/korosi, kulit dan kain
tahan air.
3) Topi (Hats/cap)
Berfungsi untuk melindungi kepala atau rambut
dari kotoran/debu atau mesin yang berputar. Topi ini
biasanya terbuat dari kain katun.
4) Alat Pelindung Mata
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk
melindungi mata dari percikan bahan kimia korosif, debu
dan partikel-partikel kecil yang melayang di udara, gas
atau uap yang dapat menyebabkan iritasi mata, radiasi
gelombang elektronik, panas radiasi sinar matahari,
pukulan atau benturan benda keras.
a) Kacamata (Spectacles)
Berfungsi untuk melindungi mata dari partikel-
partikel kecil, debu dan radiasi gelombang
elektromagnetik.
b) Goggle
Berfungsi untuk melindungi mata dari gas, debu,
uap dan percikan larutan bahan kimia. Goggle biasanya
23
terbuat dari plastik transparan dengan lensa berlapis
kobalt untuk bahaya radiasi gelombang
elektromagnetik mengion.
5) Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk
mengurangi intensitas yang masuk kedalam telinga.
a) Sumbat Telinga (Ear Plug)
Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet
alami dan bahan sintetis. Ear plug yang terbuat dari
kapas, spon malam (wax) hanya dapat digunakan untuk
sekali pakai (disposieble). Sedangkan yang terbuat dari
bahan dan plastik yang dicetak dapat digunakan
berulang kali.
b) Tutup Telinga (Ear Muff)
Alat pelindung jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah
tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga
ini berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk
menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk
waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat
menurun karena bantalannya menjadi mengeras dan
mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan
minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini
dapat mengurangi intensitas suara 30 dB(A) dan juga
24
dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan
benda keras atau percikan bahan api. Faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas alat pelindung telinga
adalah :
(1) Kebocoran udara
(2) Peralatan gelombang suara melalui bahan alat
pelindung
(3) Vibrasi alat itu sendiri
(4) Konduksi suara melalui tulang dan jaringan.
6) Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung jenis ini digunakan untuk
melindungi pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu,
atau udara terkontaminasi atau beracun, korosi atau yang
bersifat rangsangan. Sebelum melakukan pemilhan
terhadap suatu alat pelindung pernafasan yang tepat, maka
perlu mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau
kadar kontaminan yang ada di lingkungan kerja. Hal-hal
yang perlu diketahui antara lain :
a) Bentuk kontaminan di udara, apakah gas, uap, kabut,
fume, debu atau kombinasi dari berbagai kontaminan
tersebut.
b) Kadar kontaminan di udara lingkungan kerja.
25
c) Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperkenanakan
untuk masing-masing kontaminan.
d) Reaksi fisilogis terhadap pekerja, seperti dapat
menyebabkan iritasi mata dan kulit.
e) Kadar oksigen di udara tempat kerja.
b. Alat Pelindung Tangan
Digunakan untuk melindungi tangan dan bagian lainnya
dari dari bendatajam atau goresan, bahan kimia, benda panas
dan dingin, kontak dengan aruslistrik. Sarung tangan terbuat
karet untuk melindungi kontaminasi terhadap bahankimia dan
arus listrik; sarung tangan dari kain/katun untuk melindungi
kontakdengan panas dan dingin.
c. Alat Pelindung Kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dan bagian lainnya
dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan
kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.
d. Pakaian Pelindung
Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh
dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia.
Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi
sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai
lulut atau overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh.
26
e. Sabuk Pengaman Keselamatan
Digunakan untuk melindungi tubuh dari kemungkinan
terjatuh dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki, memanjat
dan pada pekerjaan kontruksi bangunan.
5. Pengertian Umum Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaannya. Keselamatan kerja adalah
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian
sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik
adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja Keselamatan
kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik
barang maupun jasa (Sucipto, 2014).
Keselamatan adalah Keselamatan yang berkaitan dengan
mesin, pesawat, alat-alat kerja, bahan dan proses pengolahan,
landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan
pekerjaan dan proses produksi (Tarwaka, 2008).
6. Tujuan Keselamatan
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan
secara efisien.
27
c. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman tanpa
hambatan apapun.
7. Tujuan Kesehatan Kerja
a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja
setinggitingginya baik fisik, mental dan sosial di semua
lapangan pekerjaan.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja.
c. Melindungi tenaga kerja dari bahaya yang ditimbulkan akibat
pekerjaan.
d. Menempatkan tenaga kerja pada lingkungan kerja yang
sesuai dengan kondisi fisik, faal tubuh dan mental psikologis
tenaga kerja yang bersangkutan.
e. Menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman dan sehat
tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya mendukung peningkatan efisiensi dan produktivitas
kerja.
8. Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan, bahaya peledakan
dan kebakaran.
b. Mencegah dan mengurangi timbulnya penyakit akibat kerja.
c. Mencegah dan mengurangi kematian, cacat tetap dan luka
ringan.
28
d. Mengamankan material bangunan, mesin, pesawat, bahan,
alat kerja lainnya.
e. Meningkatkan produktivitas.
f. Mencegah pemborosan tenaga kerja dan modal.
g. Menjamin tempat kerja yang aman.
h. Memperlancar, meningkatan, mengamankan sumber, dan
proses produksi
9. Kecelakaan Kerja
a. Pengertian
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan berhubungan dengan hubugan kerja pada
perusahaan, atau kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan (Sucipto,
2014).
Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian yang jelas
tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang
dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau
properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu
proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya
(Tarwaka, 2008).
b. Sebab-sebab Kecelakaan Kerja
Suatu kecelakaan kerja hanya akan terjadi apabila
terdapat berbagai faktor penyebab secara bersamaan pada
29
suatu tempat kerja atau proses produksi. Berdasarkan pada
beberapa penelitian para ahli memberikan indikasi bahwa
kecelakaan karja tidak dapat terjadi dengan sendirinya, akan
tetapi terjadi oleh satu atau beberapa faktor penyebab
kecelakaan sekaligus dalam suatu kejadian. Dalam buku
“Accident Prevention” (Heinrech dalam Tarwaka, 2008)
mengemukakan suatu teori sebab akibat terjadinya
kecelakaan kerja yang selanjutnya dikenal dengan “Teori
Domino”. Teori domino tersebut menggambarkan bahwa
timbulnya suatu kecelakaan atau cidera disebabkan oleh lima
faktor penyebab secara berurutan dan berdiri sejajar antara
faktor satu dengan yang lainnya. Kelima faktor tersebut
adalah :
1) Domino Kebiasaan
2) Domino Kesalahan
3) Domino Tindakan dan kondisi tidak aman
4) Domino kecelakaan
5) Domino Cidera.
Penyebab kecelakaan secara umum dapat dibagi
menjadi 2 yaitu (Tarwaka, 2008) :
1) Sebab dasar atau asal mula sebab dasar merupakan sebab
atau faktor yang mendasari secara umum terhadap
30
kejadian atau peristiwa kecelakaan. Sebab dasar
kecelakaan kerja di industri antara lain meliputi faktor :
a) Komitmen atau partisipasi dari pihak manajemen atau
pimpinan perusahaan dalam upaya penerapan K3 di
perusahaan
b) Manusia atau pekerja sendiri
c) Kondisi tempat kerja, saran kerja dan lingkungan.
2) Sebab utama
Sebab utama dari kejadian kecelakaan kerja
adalah adanya faktor dan persyaratan K3 yang belum
benar. Sebab utama kecelakaan kerja meliputi (Tarwaka,
2008):
a) Faktor manusia atau tindakan tidak aman (Unsafe
Action) yaitu merupakan tindakan berbahaya dari para
tenaga kerja yang mungkin dilator belakangi oleh
berbagai sebab antara lain :
(1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan.
(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal.
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak
nampak.
(4) Kelelahan dan kejenuhan.
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman.
31
(6) Kebingungan dan stress karena prosedur kerja
yang baru belum dapat dipahami.
(7) Penurunan konsentrasi dari tenaga kerja saat
melakukan pekerjaan.
(8) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja.
(9) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja.
(10)Kurang adanya kepuasan kerja.
b) Faktor lingkungan atau kondisi tidak aman merupakan
kondisi tidak aman dari mesin, peralatan, pesawat,
bahan, lingkungan dan tempat kerja, proses kerja, sifat
pekerjaan dan system kerja. Lingkungan dalam arti
luas dapat diartikan tidak saja lingkungan fisik, tetapi
juga faktor-faktor yang berkaitan dengan penyediaan
fasilitas, pengalaman manusia yang berlalu maupun
sesaat sebelum bertugas, pengaturan organisasi kerja,
hubungan sesame pekerja, kondisi ekonomi dan
politik yang bisa mengganggu konsentrasi.
10. Usaha-usaha pencegahan
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja
haruslah ditujukan untuk mengenal dan menemukan sebab-
sebabnya bukan gejala-gejalanya untuk kemudian sedapat
mungkin dikurangi atau dihilangkan. Setelah ditentukan
sebabsebab terjadinya kecelakaan atau kekurangan-kekurangan
32
dalam sistem atau proses produksi, sehingga dapat disusun
rekomendasi cara pengendalian yang tepat (Tarwaka, 2008).
Suma’mur (2009) menjelaskan bahwa kecelakaan yang terjadi
dapat dicegah dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan mengenai kondisi kerja pada umumnya,
perencanaan, perawatan, dan pengawasan, pengujian, dan
cara kerja peralatan.
b. Standarisasi yang ditetapkan secara resmi, setengah resmi,
atau tidak resmi misalnya syarat-syarat keselamatan sesuai
intruksi alat pelindung diri (APD).
c. Pengawasan, agar ketentuan undang-undang wajib
dipenuhi.
d. Penelitian bersifat teknik, misalnya tentang bahan-bahan
yang berbahaya, pagar pengaman, pengujian APD,
pencegahan ledakan.
e. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis
kecelakaan yang terjadi.
f. Pendidikan meliputi subyek keselamatan sebagai mata
ajaran dalam akademi teknik, sekolah dagang ataupun
kursus magang.
33
g. Pelatihan yaitu pemberian instruksi-instruksi praktis bagi
pekerja, khususnya bagi pekerja baru dalam hal-hal
keselamatan kerja.
h. Asuransi yaitu insentif untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan dan usaha keselamatan pada tingkat perusahaan.
Pengendalian kecelakaan kerja pokok ada 5 usaha yaitu
(Tarwaka, 2008) :
a. Eliminasi
Suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk
menghilangkan bahaya secara keseluruhan.
b. Substitusi
Mengganti bahan, material atau proses yang berisiko
tinggi terhadap bahan, material atau proses kerja yang
berpotensi risiko rendah.
c. Pengendalian rekayasa
Mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau
proses kerja untuk menghambat atau menutup jalannya
transisi antara pekerja dan bahaya.
d. Pengendalian administrasi
Mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya
dengan memenuhi
34
e. Prosedur atau instruksi.
Pengendalian tersebut tergantung pada perilaku
manusia untuk mencapai keberhasilan.
f. Alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya
pengendalian terakhir yang berfungsi untuk mengurangi
keparahan akibat dari bahaya yang ditimbulkan.Penyakit
Akibat Kerja
11. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Permenaker
No.01/MEN/1981). Secara umum, potensi bahaya lingkungan
kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain (Tarwaka, 2008) :
a. Faktor teknis yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat
pada peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu
sendiri.
b. Faktor lingkungan yaitu potensi bahaya yang berasal dari
atau berada di dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari
proses produksi termasuk bahan baku, baik produk maupun
hasil akhir.
c. Faktor manusia yaitu dimana manusia adalah merupakan atau
mengandung potensi bahya yang cukup besar terutama
35
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tidak berada
dalam kondisi kesehatan yang prima, baik fisik maupun
psikis. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dapat dikelompokan antara lain sebagai berikut
(Tarwaka, 2008):
1) Potensi bahaya fisik yaitu potensi bahaya yang dapat
menyebabkan gangguan-gangguan kesehatan terhadap
tenaga kerja yang terpapar.
2) Potensi bahaya kimia yaitu potensi yang berasal dari
bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses
produksi. Potensi bahaya ini dapat mempengaruhi tubuh
tenaga kerja melalui cara inhalation (melalui jalan
pernafasan), ingestion (melalui mulut kesaluran
percernaan), atau skin contac (melalui kulit). Terjadinya
pengaruh potensi bahan kimia ini terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari : jenis bahan kimia atau
kontaminan, bentuk potensi bahaya (debu, gas, uap, asap),
daya racun bahan (toksisitas), cara masuk kedalam tubuh.
3) Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang bersal
atau ditimbulkan oleh kuman-kuman penyakit yang
terdapat di udara, yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu.
36
4) Potensi bahaya biologis yaitu potensi bahaya yang berasal
atau yang disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak
baik atau tidak sesuai dengan norma norma ergonomi yang
berlaku, didalam melakukan pekerjaan serta peralatan
kerja, termasuk sikap kerja yang tidak sesuai, pengaturan
kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian
antara manusia dan mesin.
5) Potensi bahaya psiko-sosial yaitu potensi bahaya yang
berasal atau ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek
psikologi ketenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti penempatan tenaga kerja
yang tidak sesuai dengan bakat, minat , kepribadian,
motivasi, temperamen atau pendidikannya, system seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya
sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh,
serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan
tidak serasi dalam organisasi kerja. Kesemuanya tersebut
menyebabkan terjadinya stress akibat kerja.
6) Potensi bahaya dari proses produksi yaitu potensi bahaya
yang berasal atau ditimbulkan oleh berbagai kegiatan yang
dilakukan dalam proses produksi, yang sangat tergantung
37
dari bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis
kegiatan yang dilakukan.
2.1.3. Kepatuhan
1. Pengertian Kepatuhan
Kepatuhan (compliance) merupakan salah satu bentuk
perilaku yang dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal. Penggunaan Alat Pelindung Diri termasuk faktor
lingkungan. Kepatuhan terhadap penggunaan APD merupakan
perilaku keselamatan spesifik terhadap objek lingkungan kerja.
Kepatuhan menggunakan APD memiliki peran yang penting
dalam menciptakan keselamatan di tempat kerja. Berbagai
contoh perilaku (tindakan) tidak aman yang sering ditemukan di
tempat kerja pada dasarnya adalah perilaku tidak patuh terhadap
prosedur kerja/operasi, seperti menjalankan mesin atau peralatan
tanpa wewenang, mengabaikan peringatan dan keamanan,
kesalahan kecepatan pada saat mengoperasikan peralatan, tidak
menggunakan Alat Pelindung Diri dan memperbaiki peralatan
yang sedang bergerak atau dengan kata lain tidak mengikuti
prosedur kerja yang benar (Riyadi dalam Candra & Ruhyandi,
2008).
38
Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti
suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan
jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Menurut
Meissenheimer Standar adalah rentang variasi yang dapat
diterima dari suatu norma atau kriteria, serta ukuran yang
ditetapkan, dan disepakati bersama. Azwar menyatakan
seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami,
menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan,
tanpa paksaan dari siapapun (Wesiklopedia, 2005).
Hasil penelitian Hutapea (2010) menunjukkan hubungan
keluarga dapat meningkat kepatuhan dalam waktu 8 minggu
dengan peningkatan kepatuhan dari minggu ke-1 sebesar 60,4 %
sampai minggu ke-8 mencapai 82,1%.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan adalah :
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia
meningkatkan kepribadian atau proses perubahan perilaku
menuju kedewasaan dan penyempurnaan kehidupan manusia
dengan jalan membina dan mengembangkan potensi
kepribadiannya, yang berupa rohni (cipta, rasa, karsa) dan
jasmani.
39
b. Pengetahuan
Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan
(knowledge).
c. Sikap
Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan
yang diberikan (attitude) Sikap dan perilaku individu dimulai
dengan tahap kepatuhan, identifikasi petugas tanpa kerelaan
untuk memberikan tindakan dan sering menghindar,
hukuman jika pekerja tidak patuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan bekerja
dalam menggunakan APD menurut Candra & Ruhyandi
(2008) antara lain :
1) Faktor Internal
a) Pengetahuan
Pengetahuan tentang APD yang kurang pada
pekerja sehingga menyebabkan ketidakpatuhan dalam
penggunaan APD disebabkan karena pekerja banyak
yang tidak mengikuti ataupun menyimak penyuluhan-
penyuluhan yang diberikan oleh petugas P2K3
yangada di perusahaan.
40
b) Sikap
Sikap seseorang akan timbul karena
dipengaruhi oleh bantuan fisik dan bantuan mental.
Bantuan mental seperti perinth harus berangsur-
angsur dikurangi dan ditukar dengan pengarahan
berarti atau dukungan. Sedangkan bantuan fisik dalam
kerja harus bersifat terus-menerus. Pekerja yang
bekerja di daerah yang high risk memerlukan Alat
Pelindung Diri untuk mengurangi terpaparnya suatu
penyakit atau mencegah kecelakaan kerja yang
mungkin terjadi di tempat kerja, hal ini akan terus
dilakukan karena merupakan suatu kebutuhan.
Demikian juga lingkungan kerja harus tetap sesuai
dengan dengan batas-batas kemampuan fisik dan
mental pekerja.
2) Faktor Eksternal
a) Penyuluhan
Penyuluhan tentang APD merupakan salah
satu faktor yang mendorong terbentuknya perilaku
dan faktor penguat reinforcing factors), oleh karena
itu penyuluhan tentang APD sangat penting
peranannya untuk meningkatkan penggunaan APD
saat bekerja. Media yang digunakan dalam
41
penyuluhandapat berupa leaflet, poster, atau bisa
dilakukan dengan suatu pelatihan khusus untuk
karyawan di bagian produksi yang memang sangat
membutuhkan pengetahuan tersebut. Dengan
diberikannya penyuluhan pekerja akan lebih
memahami dan dapat berperilaku sehat, baik di dalam
tempat kerja maupun di luar tempat kerja.
b) Pengawasan
Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan
pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan
berhasil guna (efektif), sesuai dengan rencana yang
telah ditentukan sebelumnya. Begitu pula yang
diharapkan dalam hal kepatuhan penggunaan APD,
walaupun pengawasan telah dilakukan namun tidak
memberikan pengaruhyang signifikan terhadap
perilaku pekerja. Dengan demikian keberadaan
pengawasan diperusahaan tidak memepengaruhi
pekerja dalam hal penggunaan APD
c) Kelengkapan APD
Pada dasarnya perusahaan telah menyediakan
APD untuk pekerja namun APD yangdisediakan tidak
dipergunakan oleh pekerja secara maksimal, misalnya
saja di bagian Press Shop pekerja hanya
42
menggunakan sarung tangan untuk melindungi diri
dari kecelakaan. Padahal jika dilihat dari lingkungan
kerjanya yang bising dan panas , seharusnya pekerja
dapatmenggunakan APD lainnya, jadi tidak hanya
sarung tangan dan masker saja yang digunakan
pekerja pada saat bekerja.
43
2.2. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori ( Tarwaka, 2008 )
2.3. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
2.4. Hipotesa
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap
tingkat kepatuhan dalam keselamatan dan kesehatan kerja.
H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap tingkat
kepatuhan dalam keselamatan dan kesehatan kerja.
Alat Pelindung Diri (APD)1. Alat pelindung kepala2. Alat pelindung tangan3. Alat pelindung badan4. Alat pelindung kaki
PendidikanKesehatan tentang
APD
Kepatuhan Pekerja dalamMemakai APD
Pendidikan Kesehatan Tentang APD1. Pengertian APD2. Tujuan APD3. Macam APD4. Pemilihan APD5. Cara Memakai APD yang Benar
KepatuhanPenggunaan APD K3
44
2.5 Keaslian Penelitian
No Nama Judul Metode Hasil
1 Candra dan Ruhyandi(2008)
Faktor-Faktor YangBerhubungan DenganPerilaku KepatuhanPenggunaan Apd PadaKaryawan Bagian PressShop Di Pt. Almasindo IiKabupaten Bandung BaratTahun 2008
Desain penelitian yang digunakanadalah cross sectional. Sampelpenelitian diambil dari jumlah totalpopulasi pekerja pada bagian PressShop yaitu sebanyak 150responden. Pengumpulan datadilakukanmelalui wawancara danobservasi. Analisis data melalui duatahapan, yaitu univariat untukmelihatdistribusi frekuensi dan bivariatuntuk melihat hubungan (chi-square) serta besarnya hubungan.
Hasil memperlihatkan bahwa faktorinternal yang terdiri dari variabelpengetahuan memiliki hubunganyang bermakna (p=0,000) terhadapperilaku kepatuhan pekerja dalampenggunaan APD, serta variabelsikap memiliki hubungan yangbermakna (p=0,000) terhadap perilakukepatuhan pekerja dalampenggunaan APD, dan pada faktoreksternal yang memiliki hubungan yangbermakna dengan perilakukepatuhan pekerja dalam penggunaanAPD adalah penyuluhan (p=0,039).Sedangkan variabelpengawasan dan kelengkapan APDtidak terbukti memiliki hubunganbermakna dengan perilakukepatuhan pekerja dalam penggunaanAPD
2 Dhian, Imrotul, danMaria
( 2009 )
Study Tingkat KepatuhanPekerja Tentang KesehatanDan Keselamatan Kerja DiBagian Mesin Pabrik GulaWatoetoelis Prambon,
Penelitian ini menggunakan metodepenelitian Deskriptif. Populasinyaadalah semua pekerja bagian mesinPabrik Gula Watoetoelis yangberjumlah 140 responden. Sampel
Hasil penelitian menunjukkan tingkatkepatuhan pekerja tentang Kesehatandan Keselamatan Kerja di bagian mesinPabrik Gula Watoetoelis Prambon,Sidoarjo adalah pekerja yang tidak
45
Sidoarjo diambil dengan teknik NonProbability Sampling dan denganmetode Quota Sampling. Sampelyang diambil sebanyak 104responden yaitu sebagian pekerjaPabrik Gula Watoetoelis PrambonSidoarjo yang memenuhi kriteriainklusi. Data penelitian diambildengan menggunakan lembarobservasi terstruktur. Setelahditabulasi, data yang ada dianalisa.Penelitian dilakukan pada bulanMaret 2008 di bagian mesin PG.Watoetoelis Prambon Sidoarjo.
patuh sebanyak 64 responden (61.5%)dan pekerja yang patuh sebanyak 40responden (38.5%).
46
BAB III
METODOLOGI
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimenal dengan desain
penelitian pretest-posttest one group designyaitu membandingkan hasil
kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD sebelum dan sesudah pemberian
pendidikan kesehatan tentang APD (Hidayat, 2007).
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjekyang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini
menggunakan populasi pekerja bangunan di PT.Waskita Karya dengan
jumlah 250 pekerja, dan teknik penggunaan sampel menggunakan purposive
samplingyaitu sample yang digunakan harus memiliki kriteria-kriteria yang
diinginkan oleh peneliti (Sugiyono 2013). Rumus pengambilan jumlah
sampel adalah sebagai berikut :
n =N
1+N (d2)
n =250
1+250 (0,152)
n =37,7=38 Pekerja
47
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT.Waskita Karya pada bulan Februari –
Maret 2015.
3.4 Variabel, Definisi Operasional,dan Skala Pengukuran
3.4.1 Definisi operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Parameter Skala SkorIndependent :PendidikanKesehatanTentang APD
PemberianinformasipekerjabangunantentangpenggunaanAPD agarpekerja dapatberperilakupatuh dalammenggunakanAPD
- - Nominal 1 : DiberikanPendidikanKesehatan
2 : TidakDiberikanPendidikanKesehatan
Dependent :TingkatKepatuhanPekerjadalammenggunakanAPD
Salah satubentukperilakupekerja dalammenggunakanAPD saatbekerja
LembarObservasi
PerilakuKepatuhanAPD
Nominal 1-14:tidakpatuh15-22 : patuh
Keterangan :
n = Sampel
N = Populasi
d = Tingkat Kesalahan ( 15%)
48
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
1. Media Pendidikan Kesehatan
Penelitian menggunakan alat-alat pendukung seperti laptop,
layar proyektor, LCD, buku, bolpoin, stop kontak dan video
tentang kepatuhan APD.
2. Lembar Observasi Penelitian
Lembar observasi pada penelitian ini menggunakan 11 butir
pertanyaan kepatuhan dalam menggunakan APD.
3.5.1 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara :
1. Peneliti mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari
institusi kepada Kepala PT.Waskita Karya.
2. Setelah mendapatkan surat persetujuan dari Kepala Waskita
Karya,, peneliti mengumpulkan data tentang pekerja bangunan di
Waskita Karya.
3. Setelah mendapatkan data, peneliti membuat undangan dan
diserahkan ke Waskita Karya untuk diberikan kepada masing –
masing pekerja untuk berkumpul sebentar saat jam istirahat untuk
pendataan kelengkapan APD dan pemberian pendidikan
kesehatan tentang APD sehari setelah pendataan.
4. Pendataan tingkat kepatuhan dilakukan ulang dua minggu setelah
pemberian pendidikan kesehatan.
49
3.6 Teknik Pengolahan Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap
sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran
pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden. Hal ini
dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga bila ada kekurangan
segera dapat dilengkapi. Selama proses penelitian ada beberapa data
yang tidak terisi sehingga peneliti meminta responden untuk
melengkapinya sehingga didapatkan data yang lengkap.
2. Coding
Peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk mempermudah
mengolah data, hanya 2 variabel diberi kode yaitu variabel dependen
(Nursalam 2013). Coding data dilakukan untuk menilai kepatuhan jika
patuh dinilai 1 jika tidakpatuh dinilai 1.
3. Entry data
Merupakan suatu proses pemasukan data kedalam komputer untuk
selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan program
komputer.
5. Cleaning
Cleaning adalah memastikan bahwa seluruh data yang dimasukkan
kedalam mesin pengolah data sudah sesuai dengan sebenarnya atau
proses pembersihan data. Dalam proses ini peneliti melakukan
50
pengecekan ulang untuk memastikan bahwa semua data yang
dimasukkan dalam program komputer telah sesuai dengan data asli
yang didapat di lapangan.
6. Tabulating
Kegiatan memasukkan data hasil penelitian kedalam tabel kemudian
diolah dengan bantuan komputer.
3.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Data
yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan teknik statistik kuantitatif
dengan menggunakan analisis unviariat dan bivariat. Pada penelitian ini
menggunakan sistem komputer dalam penghitungan data. Adapun analisa
yang digunakan sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan untuk
menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian yang menghasilkan
suatu distribusi frekuensi dan prosentase dari masing-masing variabel
(Hidayat 2007). Analisa univariat dalam penelitian ini adalah
karakteristik responden (tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan umur
pekerja), tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan.
51
2. Analisa Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji McNemarkarena kategori skala
data dalam bentuk nominal sehingga bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap kepatuhan pekerja
dalam menggunakan APD dengan mengukur tingkat kepatuhan sebelum
dilakukan pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan pendidikan
kesehatan dengan pengelompokkan responden patuh dan tidak patuh
(Sugiyono, 2012).
Analisa hasil uji statistik : apabila p value > 0,05 maka Ho
diterima artinya tingkat kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD
sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan tidak berbeda secara
bermakna. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak artinya tingkat
kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD sebelum dan sesudah
pendidikan kesehatan berbeda secara bermakna (Dahlan, 2012).
3.6 Etika Penelitian
Ada beberapa etika yang dilakukan untuk mendukung kelancaran
penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Informed consent (Lembar Persetujuan)
Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan calon responden dengan memberikan lembar persetujuan.
Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada calon responden. Calon
52
responden bersedia menjadi responden maka dipersilahkan
menandatangani lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan Identitas)
Anonimity merupakan etika penelitian dimana peneliti tidak
mencantumkan nama responden dan tanda tangan pada lembar alat
ukur, tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
Kode yang digunakan berupa nama responden.
3. Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)
Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi
atau masalah lain yang menyangkut privacy responden. Hanya
kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil penelitian.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Data
1. Analisa Univariat
Hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan karateristik
responden yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
lama kerja yang telah disusun dalam bentuk table serta deskripsi.
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Karakteristik responden menurut umur hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Menurut Umur (n = 38)Klasifikasi Umur Jumlah (n) Persentase (%)
17-25 9 23,726-35 12 31,536-45 9 23,746-55 8 21,1
Jumlah 38 100
Hasil analisis pada Tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa
distribusi responden berdasarka umur yang terendah usia 46-55
tahun yaitu 8 orang (21,1%) dan tertinggi usia 26-35 tahun yaitu 12
orang (31,5%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden menurut Jenis Kelamin hasilnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
54
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin (n = 38 )Klasifikasi Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)Laki-Laki 38 100%Perempuan 0 0 %
Jumlah 38 100%
Hasil analisis pada Tabel 4.12 diatas dapat diketahui bahwa
distribusi responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini
semua laki-laki dengan jumlah 38 pekerja.
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Karakteristik responden menurut Tingkat Pendidikan hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan(n =38)
Klasifikasi Tingkat Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)SD 14 37 %SMP 16 42 %SMA 8 21 %
Jumlah 38 100%
Hasil analisis pada Tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa
distribusi responden berdasarkan Tingkat Pendidikan yang terendah
adalah SMA yaitu 8 orang (21%) dan tertinggi adalah SMP yaitu
sebanyak 16 0rang (42%).
d. Kepatuhan APD sebelum Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.4 Kepatuhan APD sebelum Pendidikan KesehatanTingkat Kepatuhan Frekuensi Persen (%)
Tidak Patuh 36 94,7Patuh 2 5,3Jumlah 38 100
55
Pada tabel diatas di dapatkan data kepatuhan APD pada
pekerja sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu pekerja yang
tidak patuh berjumlah 36 orang (94,7%) orang dan yang patuh 2
orang (5,3%).
e. Kepatuhan APD setelah Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.5 Kepatuhan APD sesudah Pendidikan KesehatanTingkat Kepatuhan Frekuensi Persen (%)
Tidak Patuh 13 34,2Patuh 25 65,8Jumlah 38 100
Pada tabel diatas di dapatkan data kepatuhan APD pada
pekerja sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu pekerja yang
patuh berjumlah 25 orang ( 65,8%) dan tidak patuh 13 orang
(34,2%).
4.2 Analisa Bivariat
Tabel 4.7 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan APD
Kepatuhan APDPre Post Nilai P
valueF % f %Patuh 2 5,3 25 65,8
0,000Tidak Patuh 36 94,7 13 34,2
Jumlah 38 100 38 100
Hasil Analisis bivariat menggunakan uji Mc Nemardidapatkan nilai p
value = 0,000 maka p value< 0,05 sehingga Ho ditolak artinya ada pengaruh
pendidikan kesehatan tentang APD terhadap kepatuhan pemakaian APD.
56
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa distribusi
responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah usia 26-35 tahun
yaitu 12 orang (31,5) dan yang paling sedikit usia 46-55 tahun yaitu 8
orang (21,1%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sejalan
dengan hasil penelitian Nurcahyanti (2004) yaitu responden yang
dinyatakan patuh dalam penggunaan APD lebih banyak pada responden
dengan umur dewasa dini yaitu sebanyak 14 responden (48,3%)
dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa madya yaitu 9
responden (28,6%), perbedaan proporsi tersebut dikarenakan pada
responden umur dewasa dini lebih banyak yang patuh.
Saryono (2009) pada umur dewasa ini mereka menghasilkan jasa
yang lebih baik sehingga mereka lebih taat terhadap peraturan dan lebih
takut melanggar aturan yang ditetapkan ditempat bekerjanya. Sedangkan
pada responden dengan umur dewasa madya pada umur tersebut mereka
dinyatakan matang dalam pengalaman dan pemikiran tetapi ternyata
dalam kepatuhan penggunaan APD sebagian besar tidak patuh, hal
tersebut disebabkan karena cenderung fanatik terhadap tradisi sehingga
57
mereka merasa tanpa menggunakan APD secara lengkap sudah merasa
terlindungi atau hanya memakai APD yang diperlukan saja cukup.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa distribusi
responden berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini semua laki-laki
dengan jumlah 38 pekerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rorimpandey,
Kawatu & Wongkar (2014) yang menunjukkan bahwa semua pekerja
adalah berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 60 pekerja. Jenis
kelamin laki-laki memiliki tenaga dan fisik yang lebih baik dibandingkan
wanita sehingga pada pekerja bangunan lebih didominasi oleh kaum laki-
laki.
Dapat dijelaskan bahwa semua karyawan berjenis kelamin laki-laki
dengan jumlah 116 orang. Hal ini disebabkan karena pekerjaan tersebut
memang cukup berat, bersentuhan langsung dengan unit-unit mesin
pengolahan dan waktu proses pengolahan dapat berlangsung selama 24
jam dengan sistem over shift sehingga tidak memungkinkan untuk
mempekerjakan karyawan berjenis kelamin wanita (Marpaung, 2013).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat diketahui bahwa distribusi
responden berdasarkan Tingkat Pendidikan yang paling banyak adalah
SMP yaitu sebanyak 16 0rang (42%), SD yaitu 14 orang (37%), dan
SMA yaitu 8 orang (21%).
58
Menurut penelitian Marpaung (2013) menunjukkan bahwa
distribusi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan lebih dominan SLTP
dikarenakan pekerja pabrik hanya membutuhkan skill serta memiliki
kemampuan untuk bekerja secara terampil.
Adanya hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan
penggunaan APD karena pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan
dari bidang tersebut terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang
membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus. Pendidikan ini
mendorong perilaku yang lebih baik dari sebelumnya pada bidang-bidang
penggunaan APD. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi
misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari
YB Mantyra dalam Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan
(Nursalam, 2008) pada umumnya makin tinggi pendidikan akan
mempermudah menerima informasi. Dari informasi yang diperoleh akan
menghasilkan pengetahuan yang baik, sedangkan semakin baik
pengetahuan seseorang akan mempengaruhi seseorang berperilaku baik.
4. Kepatuhan APD sebelum Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian diatas di dapatkan data kepatuhan
APD pada pekerja sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu pekerja
59
yang tidak patuh berjumlah 36 orang (94,7%) orang dan yang patuh 2
orang (5,3%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Candra &
Ruhyandi (2008) yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pada
pekerja dalam penggunaan APD masih banyak yang tidak patuh dengan
distribusi pekerja tidak patuh sebanyak 99 pekerja (66%) dan pekerja
yang patuh sebanyak 51 pekerja (34%). Adapun responden yang belum
selalu atau sepenuhnya menggunakan APD sebagaimana mestinya
diantaranya beralasan bahwa menggunakan APD tidak selalu lengkap,
alasan lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan tersebut seperti
responden merasa terganggu atau tidak nyaman ketika menggunakan
APD.
5. Kepatuhan APD setelah Pendidikan Kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian diatas di dapatkan data kepatuhan
APD pada pekerja sesudah diberikan pendidikan kesehatan yaitu pekerja
yang patuh berjumlah 25 orang (65,8%) dan tidak patuh 13 orang
(34,2%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Candra & Ruhyandi
(2008) yang menunjukkan bahwa pekerja yang mendapat penyuluhan
tentang APD cenderung akan patuh dalam penggunaan APD sedangkan
pekerja yang belum pernah mendapatkan penyuluhan cenderung tidak
patuh dalam menggunakan APD. Hasil penelitian Candra & Ruhyandi
(2008) menunjukkan bahwa alasan responden menggunakan APD
60
sehingga cenderung patuh, yaitu sebagian besar sudah memiliki
kesadaran bahwa penggunaan APD dapat mencegah terjadinya
kecelakaan dan mendorong keselamatan kerja. Selain itu beberapa
diantaranya responden menganggap bahwa penggunaan APD merupakan
suatu aturan sehingga harus dipatuhi.
5.2 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Kepatuhan APD
Berdasarkan penelitian diatas didapatkan ada pengaruh pendidikan
kesehatan tentang APD terhadap kepatuhan pemakaian APD dari 2 pekerja
yang patuh menjadi 25 pekerja. Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Candra dan Ruhyandi dimana pemberian penyuluhan atau
pendidikan kesehatan tentang APD berpengaruh terhadapkepatuhan pekerja
dalam menggunakan APD. Pengetahuan tentang APD yang kurang pada
pekerja sehingga menyebabkan ketidak patuhan dalam penggunaan APD
disebabkan karena pekerja banyak yang tidak mengikuti ataupun menyimak
penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas P2K3 yang ada
diperusahaan. Penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Elfrida dalam Candra dan Ruhyandi (2008) yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku
kepatuhan penggunaan APD pada saat bekerja. Potensi manusia semakin
lama seorang bekerja maka semakin banyak pengalamannya dan semakin
tinggi pengetahuan dan keterampilannya.
61
Hasil penelitian Rahmawati, Sudargo & Paramastri (2007)
menunjukkan penyuluhan dengan media audio visual (video) dapat
meningkatkan perilaku ibu dalam memberikan gizi pada balita. Media audio
visual memiliki beberapa keuntungan antara lain media ini dapat diserap
oleh 2 panca indera manusia yaitu penglihatan dan pendengaran sehingga
memaksimalkan materi yang diberikan untuk dapat diserap oleh pikiran dan
dapat langsung dipraktekkan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
penyuluhan dengan media video sangat efektif dalam meningkatkan
pengetahuan karena materi yang diberikan dapat diterima dengan panca
indera penglihatan dan pendengaran sehingga materi lebih mudah diserap
dan lebih mudah dipahami. Hasil penelitian Rahmawati, Sudargo &
Paramastri (2007) sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan menggunakan media video namun terdapat perbedaan dalam konten
pendidikan kesehatan yaitu pada peneliti menggunakan konten kepatuhan
APD pekerja bangunan sedangkan pada penelitian Rahmawati, Sudargo &
Paramastri (2007) menggunakan konten kepatuhan pemenuhan gizi balita.
Hasil penelitian Noviandry (2013) menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan dan adanya pelatihan dapat meningkatkan kepatuhan pekerja
dalam menggunakan APD. Hasil penelitian ini sama dengan pengaruh
pendidikan kesehatan tentang APD yang dapat meningkatkan pengetahuan
sehingga dapat berperilaku patuh dalam menggunakan APD. Hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pendidikan kesehatan
yang diberikan dapat meningkatkan tingkat pengetahuan. Pengetahuan yang
62
sudah baik dapat mempengaruhi kepatuhan dalam APD sehingga
pendidikan kesehatan dapat meningkatkan kepatuhan dengan peningkatan
pengethauan terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang
mengatakan bahwa suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan oleh ilmu
pengetahuan akan lebih bertahan lama, dibandingkan dengan tindakan yang
tidak disadari oleh pengetahuan. Selain faktor yang menyebabkan
pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD adalah
pengetahuan. Pengetahuan dapat meningkatkan informasi bidang tentang
APD sehingga responden lebih tertarik untuk menggunakan APD
dikarenakan telah memahami fungsi APD bagi dirinya. Pengetahuan juga
berpengaruh terhadap perilaku manusia, semakin baik pengetahuan akan
semakin baik juga perilakunya serta adanya pengalaman. Apalagi jika
pengalaman tersebut berasal dari pengalaman pribadi, yaitu pada bidang
yang berpengalaman, maka pengetahuan responden muncul setelah
responden tersebut merasakan sendiri keuntungan dan kerugian dari
penggunaan APD, sedangkan jika pengetahuan tersebut berasal dari
pengalaman orang lain kita kurang yakin.
Hasil Analisis bivariat menggunakan uji McNemardidapatkan nilai p
value = 0,000 maka p value< 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima
artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap
kepatuhan pemakaian APD.
63
Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Candra dan
Ruhyandi dimana pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
APD berpengaruh terhadap kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD.
Hasil penelitian Candra dan Ruhyandi (2008) didapatkan hasil p value 0,039
sehingga p value < 0,005 maka ada pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan atau penyuluhan tentang APD terhadap kepatuhan pekerja dalam
menggunakan APD.
Hasil penelitian Rorimpandey, Kawatu & Wongkar (2014)
menunjukkan bahwa perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuann dengan nilai p value = 0,012. Tingkat pengetahuan seseorang
dapat bertambah jika adanya sebuah penyuluhan atau pemberian pendidikan
kesehatan sehingga pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang tentang APD dan dapat
meningkatkan kepatuhan pekerja dalam menggunakan APD.
Hasil penelitian Noviandry (2023) menunjukkan bahwa tingkat
pengathuan dan adanya pelatihan dapat meningkatkan kepatuhan pekerja
dalam menggunakan APD dengan nilai signifikan p value = o,ooo. Hasil
penelitian ini sama dengan pengaruh pendidikan kesehatan tantang APD
yang dapat meningkatkan pengetahuan sehingga dapat berperilaku patuh
dalam menggunakan APD.
64
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin semua laki-laki
sebanyak 38 pekerja, berdasarkan umur paling banyak umur 25-35
tahun sebanyak 12 pekerja, dan berdasarkan tingkat pendidikan paling
banyak SMP sebanyak 16 pekerja.
2. Tingkat Kepatuhan pekerja sebelum pendidikan kesehatan adalah 36
pekerja tidak patuh dan 2 pekerja patuh sedangkan setelah pendidikan
kesehatan tentang APD adalah 25 pekerja patuh dan 13 pekerja 13 tidak
patuh.
3. Hasil Analisis bivariat menggunakan uji Mc Nemardidapatkan nilai p
value = 0,000 maka p value< 0,05 sehingga Ho ditolak artinya ada
pengaruh pendidikan kesehatan tentang APD terhadap kepatuhan
pemakaian APD
6.2 Saran
1. PT.Waskita Karya
Meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bagi pekerja
bangunan di PT. Waskita Karya dengan informasi pemakaian APD di
siplin tiap minggu atau setiap event pembangunan.
65
2. Manfaat bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi tenaga kesehatan
dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja melalui
penggunaan APD lengkap saat bekerja di rumah sakit.
3. Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya literatur
ilmu keperawatan diperpustakaan khususnya tentang Alat Pelindung
Diri untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja di pabrik.
4. Peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi penelitian
yang berkaitan Alat Pelindung Diri untuk Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
5. Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti dalam
penelitian tentang Alat Pelindung Diri untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada pekerja bangunan di PT. Waskita Karya.
DAFTAR PUSTAKA
Annishia, FristiBellia. 2011. AnalisisPerilakuTidakAmanPekerjaKonstruksi Pt.Pp (Persero) Di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta SelatanTahun 2011. Skripsi. FakultasKedokteran Dan IlmuKesehatanUniversitasIslam NegeriSyarifHidayatullah. Jakarta.
Atmanto, Ireng Sigit.(2007).Behavioral Determinants Workers In The Use Of PpeBased On Hazard Assessment In Foundry Company Ceper Klaten. ISBN.978-602-99334-0-6. UNDIP
Berek, Noorce Christiani.2010. Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan TenagaKerja Bongkar Muat (Tkbm) Dalam Penggunaan Apd Di Pelabuhan TenauKupang.Jurnal. MKM Vol. 05 No. 01
Broto, Agung Budi &Sucita. 2011. Indentifikasi Dan PenangananRisiko K3 PadaProyek Konstruksi Gedung. POLI TEKNOLOGI VOL.10 NO.1.
Candra, Evi Dan Ruhyandi.2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan DenganPerilaku Kepatuhan Penggunaan APD Pada Karyawan Bagian Press ShopDi PT. Almasindo Ii Kabupaten Bandung Barat Tahun 2008.JurnalKesehatan Kartika Stikes A. Yani
Cipta; 2010: 56-70.Pratiwi, ShintaDwi. 2009. Tinjauan Faktor Perilaku KerjaTidak Aman pada Pekerja Konstruksi Bagian Finishing PT. WaskitaKarya Proyek Pembangunan Fasilitas dan Sarana Gelanggang Olahraga(GOR) Boker, Ciracas. Jakarta Timur 2009. Skripsi. FKMUI.Depok.
Dahlan, Sopyan.2012.Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.Jakarta : SalembaMedika
Dian, Imroatul & Maria. 2008. Study Tingkat Kepatuhan Pekerja TentangKesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Bagian Mesin Pabrik GulaWatoetoelis Prambon, Sidoarjo.Jurnal Ilmiah Keperawatan. Vol 1 No1.ISSN : 2085 – 3742.
Firmansyah, Maman. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan PerilakuTidak Aman Pekerja pada Bagian Produksi PT. Lestari Busana AnggunMahkota Tangerang Tahun 2010. Skripsi. FKIK UIN. Jakarta
Hutapea, Tahan P.2010.Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap KepatuhanMinum Obat Anti Tuberculosis.Malang.RSUD Dr.Saiful Anwar
Lasmanto, Wening & Rachma, Nurullya.2009.Motivasi Perawat MelakukanPendidikan Kesehatan Di Ruang Anggrek RS TugurejoSemarang.Skripsi.UNDIP
Mangkunegara, DR. A.A. Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung:Penerbit Refika Aditama.
Mondy, R. Wayne. & Noe, Robert M. 2005. Human Resources Management,Edisike- 9. New Jersey: Penerbit Prentice Hall.
Notoatmodjo, S 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta,Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.Jakarta.
Notoatmodjo, S.2010.Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka
Nursalam & Kurniawati 2007, Asuhan keperawatan pada pasien terinfeksihiv/aid, Salemba Medika, Jakarta.
Prihandana, Sadar 2012, ‘Studi fenomenologi: pengalaman kepatuhan perawatanmandiri pada pasien hipertensi di poliklinik RSI siti hajar kota Tegal’,Tesis, Universitas Indonesia, Depok.
Putri, RA 2012, ‘Analisis efektifitas pemberian konseling dan pemasangan posterterhhadap tingkat kepatuhan dan nilai tekanan darah pada pasien hipertensidi puskesmas bakti jaya kota depok’, Tesis, Universitas Indonesia, Depok.
Sanjaya, I PutuIndra, Widhiawati Ida Ayu Rai, Frederika Ariany. 2012. AnalisisPenerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada ProyekKonstruksi Gedung Di Kabupaten Klungkung Dan Karangasem. JurnalIlmiah Elektronik Infrastruktur Teknik Sipil.
Setiadi.2013.Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan.Yogyakarta :Graha Ilmu
Sucipto, Dani Cecep.2014.Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Yogyakarta:PustakaBaru
Suma’mur P.K.2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PTToko Gunung Agung.
Suryani, Dyah, Handayani, E. Egriana, dan Wibowo, Trisno Agung.2010.Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Diri, Umur Dan MasaKerja Dengan Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Bagian Rustic Di PTBorneo Melintang Buana Eksport Yogyakarta. KesMas Vol.4 No 3 :144 –239
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Manajemen danImplementasiKesehatan dan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja. Surakarta : HarapanPress.
Yusmardian.2005.Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan AlatPelindung Diri Pada Pekerja Bagian Produksi Unit Chlor Alkali PT.Indah Kiat Pulp & Paper Perawang Tbk.hhtp://www.google.com/litbang.go.id/2429.htm, diambil pada tanggal 28Oktober 2014, Yogyakarta.
Wesiklopedia, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Gramedia, Jakarta, 2005