project 1

25
Bermain Terapeutik “Soccer CuTe (Cut and Paste)” untuk Mengurangi Nyeri dan Kecemasan pada Anak K Usia 14 Tahun dengan Apendisitis Disusun untuk memenuhi tugas project mata kuliah Keperawatan Anak Dosen Pembimbing : Ns. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med Disusun oleh: 1. Hani Indira Probodewi 22020112110028 2. Diksi Puspita Dewi 22020112130031 3. Aldelya Intan M.K. 22020112130035 4. Iin Cempaka Wati 22020112130061 5. Ita Rosita 22020112140020 Kelompok 10 A 12. 1

Upload: diksi-puspita-dewi

Post on 17-Dec-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

Bermain Terapeutik Soccer CuTe (Cut and Paste) untuk Mengurangi Nyeri dan Kecemasan pada Anak K Usia 14 Tahun dengan Apendisitis

Disusun untuk memenuhi tugas project mata kuliah Keperawatan AnakDosen Pembimbing : Ns. Meira Erawati, S.Kep., M.Si.Med

Disusun oleh:1. Hani Indira Probodewi220201121100282. Diksi Puspita Dewi220201121300313. Aldelya Intan M.K.220201121300354. Iin Cempaka Wati 220201121300615. Ita Rosita22020112140020

Kelompok 10A 12. 1

JURUSAN KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS DIPONEGORO2014

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangBermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan (Wong, 2000 dalam Supartini, 2004). Brooks dan Elliot (1971) mengartikan bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara suka rela tanpa paksaan atau tekanan dari luar (Tim Pustaka Familia, 2006). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan dan tekanan dari luar dengan tujuan memperoleh kesenangan atau kepuasaan diri.Apendisitis adalah peradangan pada apendiks (umbai cacing) akibat infeksi bakteri (Firmansyah et al, 2007). Boughman (2000) menerangkan bahwa apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut kuadran kanan bawah rongga abdomen dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat. Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan pada apendisitis adalah tindakan operasi untuk membuang apendiks yang terinfeksi (apendiktomi) (Wijayakusuma, 1999). Salah satu dampak dari operasi adalah timbulnya nyeri.Nyeri yang terjadi pada anak-anak akan mengurangi kenyaman mereka. Selain nyeri yang dialami, proses hospitalisasi akan menambah stressor pada anak. Oleh karena itu, untuk mengatasi nyeri dan mengurangi kecemasan pada anak hospitalisasi pasca operasi apensiditis, kelompok kami melakukan bermain terapeutik dengan metode menggunting dan menempel.

B. TujuanTujuan umum:Setelah dilakukan bermain terapeutik selama 60 menit diharapkan dapat membantu tumbuh kembang anak meskipun sedang menjalani proses hospitalisasi.Tujuan khusus:Setelah dilakukan bermain terapeutik selama 60 menit diharapkan klien mampu :1. Mengurangi kecemasan dan kejenuhan anak selama hospitalisasi2. Melakukan koping maladaptif terhadap stress karena penyakit3. Memahami teknik mengurangi nyeri dengan metode guided imagery4. Mempraktikkan teknik mengurangi nyeri yang dirasakan dengan metode guided imagery

BAB IILANDASAN TEORI

A. Definisi BermainBermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/kepuasan (Wong, 2000 dalam Supartini, 2004). Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif menurunkan stres pada anak dan penting untuk mensejahterakan mental dan emosional anak (Champbel & Glaser, 1995 dikutip oleh Supartini, 2004). Bermain dapat dijadikan sebagai suatu terapi karena berfokus pada kebutuhan anak untuk mengekspresikan diri mereka melalui penggunaan mainan dalam aktivitas bermain dan dapat juga digunakan untuk membantu anak mengerti tentang penyakitnya.Uraian diatas menjelaskan bahwa bermain merupakan kegiatan yang penting bagi anak. Bermain dan masa anak-anak merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Bermain sebagai sarana berekspresi dan mencapai kesenangan. Pentingnya peran bermain pada anak menjadikan bermain sebagai salah satu pilihan terapi yang dapat dilakukan pada anak dengan hospitalisasi.B. Tujuan BermainAnak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga ia tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial (Soetjiningsih, 1995).Anak dengan bermain dapat mengungkapkan konflik yang dialaminya, bermain cara yang baik untuk mengatasi kemarahan, kekuatiran dan kedukaan. Anak dengan bermain dapat menyalurkan tenaganya yang berlebihan dan ini adalah kesempatan yang baik untuk bergaul dengan anak lainnya (Soetjiningsih, 1995).C. Fungsi Bermaina. Perkembangan Sensoris-motorikPada saat melakukan permainan aktivitas sensoris-motoris merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti : stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik.b. Perkembangan Intelektual (Kognitif)Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan memanipulasi segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.c. Perkembangan SosialPerkembangan sosial ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan sosial dan belajar memecahkan masalah dari hubungan tersebut.d. Perkembangan KreativitasDimana melalui kegiatan bermain anak akan belajar mengembangkan kemampuannya dan mencoba merealisasikan ide-idenya.e. Perkembangan Kesadaran diriMelalui bermain anak akan mengembangkan kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain.f. Perkembangan MoralAnak mempelajari nilai yang benar dan salah dari lingkungan, terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapat kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya.D. Kategori Bermaina. Bermain aktifDalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, seperti kegiatan menggambar, melipat kertas origami, puzzle, dan bermain dokter-dokteran.b. Bermain pasifDalam bermain pasif, kesenangan anak timbul dari apa yang dilakukan oleh orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi, seperti menonton televisi dan membaca buku.E. Kategori BermainMenurut Wong (2008), bahwa permainan dapat diklasifikasikan: 1. Berdasarkan isinya a. Bermain afektif sosial (social affective play). Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapat kesenangan dan kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orangtua atau orang lain. Permainan yang biasa dilakukan adalah cilukba, berbicara sambil tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.b. Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang pada anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat gunung-gunung atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuk dengan pasir. Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan bermacam-macam permainan seperti memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.c. Permainan ketrampilan (skill play)Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar dan halu. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan.d. Permainan simbolik atau pura-pura (dramatic play role)Permainan anak ini yang memainkan peran orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru orang dewasa. Misalnya, ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya yang sebagai yang ia ingin ditiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk memproses/mengidentifikasi anak terhadap peran tertentu.2. Berdasarkan jenis permainan (Supartini, 2004): a. Permainan (Games) Yaitu jenis permainan dengan alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini bisa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya. Banyak sekali jenis permainan ini yang dimulai dari sifat tradisional maupun moderen seperti ular tangga, congklak, puzzle dan lain-lain.b. Permainan yang hanya memperhatikan saja (unoccupied behaviour)Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir, tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati aktivitas anak lain.3. Berdasarkan karakteristik sosial a. Solitary playDi mulai dari bayi bayi (toddler) dan merupakan jenis permainan sendiri atau independent walaupun ada orang lain di sekitarnya. Hal ini karena keterbatasan sosial, ketrampilan fisik dan kognitif. b. Pararel playDilakukan oleh suatu kelompok anak balita atau prasekolah yang masing-masing mempunyai permainan yang sama tetapi satu sama lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung. Dan karakteristik khusus pada usia toddler. c. Associative playPermainan kelompok dengan tanpa tujuan kelompok. Yang mulai dari usia toddler dan dilanjutkan sampai usia prasekolah dan merupakan permainan dimana anak dalam kelompok dengan aktivitas yang sama tetapi belum terorganisir secara formal. d. Cooperative playSuatu permainan yang terorganisir dalam kelompok, ada tujuan kelompok dan ada memimpin yang di mulai dari usia prasekolah. Permainan ini dilakukan pada usia sekolah dan remaja.e. Onlooker playAnak melihat atau mengobservasi permainan orang lain tetapi tidak ikut bermain, walaupun anak dapat menanyakan permainan itu dan biasanya dimulai pada usia toddler. f. Therapeutic playMerupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey & Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.F. Hospitalisasi pada AnakHospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2000). Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2004).Meskipun anak sedang mengalami hospitalisasi, namun kebutuhan bermain dalam rangka mendukung tumbuh kembangnya harus tetap terpenuhi. Dengan dilakukan bermain terapeutik, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anak akan bermain (rekreasi).G. Pentingnya Bermain dalam Mengurangi Efek HospitalisasiPada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti : marah, takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stresor yang ada di lingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya karena dengan melakukan permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi).H. Prinsip bermain pada anakMenurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti :a. Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan. b. Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. c. Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak. d. Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur. e. Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut. f. Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. Bila permainan dilakukan bersama dengan orangtua, maka hubungan orangtua dan anak menjadi lebih akrabI. Karakteristik dan Perkembangan RemajaAnak remaja (usia 13-18 tahun) berada dalam suatu fase peralihan, yaitu di satu sisi akan meninggalkan masa kanank-kanak dan di sisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan mengalami krisis identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari kompensasi pada hal yang berbahaya, seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras, dan atau seks bebas. Anak seringkali menyendiri, berkhayal, atau melamun, di sisi lain mereka mempunyai geng sesama anak remaja. Disini pentingnya keberadaan orang tua sebagai orang tua yang mengetahui kebutuhan mereka (Supartini, 2004). J. Jenis Mainan yang Tepat untuk RemajaMelihat karateristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olahraga, mendengarkan, dan lain-lain. Prinsipnya, kegiatan bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan pengembangan fisioemosonal, tetapi juga lebih kearah menyalirkan minat, bakat, dan aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat permainan yang tepat bisa berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat gambar atau lukis (Supartini, 2004).K. Menggunting dan MenempelManfaat menggunting adalah sebagai berikut (Anonim, 2012) :1. Melatih motorik halus anakMenggunting merupakan salah satu ajang melatih motorik halus anak selain menulis, menempel, meronce, dan lain-lain.2. Stimulasi kekuatan dan ketahanan jemari anakSaat menggunakan gunting, anak memusatkan kekuatan menggerakkan gunting pada 2 buah jarinya.3. Melatih koordinasi antara mata dengan tanganSaat menggunting, anak belajar mengoordinasikan gerakan tangan kanan yang memegang gunting dan kiri memegang kertasnya, serta mata yang mengikuti gerakan gunting tersebut.4. Melatih konsentrasi dan kesabaranPola benda yang beraneka ragam membuat anak membutuhkan konsentrasi dan kesabaran lebih saat di permulaan memotong.5. Melatih percaya diriBerhasil menggunting selembar koran dari satu sisi ke sisi yang lain sendiri. Hal ini membuat anak percaya diri untuk menggunting banyak kertas lainnya.6. KreativitasKegiatan menggunting dapat meningkatkan kreativitas anak karena anak diberi kebebasan untuk menggunting sesuai bentuk can cara yang mereka inginkan.Menempel untuk anak dapat menggunakan berbagai macam bahan dan media. Kegiatan yang dirancang dengan sangat baik dan menarik akan meningkatkan motivasi anak untuk mengikuti kegiatan menempel. Kegiatan menempel dapat mengembangkan kemampuan motorik halus, mampu memecahkan masalah, mengembangkan kreativitas dan imajinasi, dan dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi pada anak (Beal, 2003).

BAB IIIRANCANGAN BERMAIN TERAPEUTIK

A. KasusAnak K laki-laki usia 14 tahun dirawat dengan diagnosa medis appendiksitis post operasi hari ke-2. Anak mengeluh sakit di daerah operasi terutama saat bergerak. Buatlah program bermain dan komunikasi untuk anak K.B. Judul permainanSoccer CuTe (Cut and Paste) untuk mengurangi nyeri dan kecemasan pada anak K usia 14 tahun dengan apendisitisC. Deskripsi permainanSoccer CuTe (Cut and Paste) merupakan terapi permainan yang menggabungkan antara aktivitas motorik halus dan imajinasi. Aktivitas motorik halus yang dilakukan meliputi menggunting, menyusun gambar dan menempel. Hasil dari aktivitas Soccer CuTe dapat digunakan untuk mengurangi nyeri dengan teknik guided imagery.Sebelum terapi ini dilakukan, perawat perlu melakukan pengkajian mengenai hal-hal apa yang disukai klien. Klien remaja laki-laki mungkin akan menyukai sepak bola, sedangkan klien perempuan mungkin menyukai boneka atau pemandangan alam. Dalam permainan ini, klien remaja laki-laki diasumsikan menyukai klub sepak bola Liverpool.

Soccer CuTe (Cut and Paste

Usia: 8 tahun remajaPasien : perawat: 1:1Waktu: SituasionalRasional terapi: Untuk mengurangi nyeri melalui penggunaan imajinasi untuk mengalihkan kecemasan dengan menciptakan lingkungan imajinasi yang menyenangkanPenggunaan: Seorang anak perlu mempraktekkan penggunaan imajinasi sebelum merasakan nyeri agar teknik ini berjalan dengan baik.Kemampuan yang diperlukan : menggunting, menempelPeralatan:a. Kertas bergambar lapangan sepak bolab. Gambar karikatur pemain sepak bolac. Guntingd. LemImplementasi:a. Minta anak untuk menggunting gambar pemain sepak bola yang telah disediakan.b. Minta anak untuk menyusun dan menempel gambar pemain sepak bola di gambar lapangan sesuai keinginan mereka.c. Minta anak untuk menceritakan tentang gambar tersebut, bagaimana tempat tersebut, bagaimana suasana di sana, apa yang mungkin mereka dengar di sana, bagaimana perasaan mereka ketika berada di sana, dan apa yang akan mereka lakukan jika berada di sana.d. Ketika anak merasa cemas, tertekan atau nyeri, minta anak menggunakan Soccer CuTe untuk membantu anak membayangkan dirinya berada di stadion dalam gambar dan sedang menyaksikan pertandingan tim favoritnya yang memenangkan pertandingan. Anak diminta untuk mengekspresikan kegembiraan di dalam imajinasi sehingga mengurangi nyeri yang timbul.Evaluasia. Evaluasi Struktur 1. Alat dan bahan telah disiapkan dengan baik2. Kontrak waktu sudah tepat, mempertimbangkan juga kondisi klienb. Evaluasi Proses1. Kegiatan berlangsung di tempat dan waktu yang sudah disepakati2. Media dan alat bantu digunakan sesuai dengan fungsinya3. Perawat mendampingi klien selama kegiatan4. Di akhir kegiatan sudah dievaluasi jalannya kegiatan dan dilakukan kontrak yang akan datang.

c. Evaluasi Hasil 1. Klien mampu melaksanakan kegiatan sampai akhir2. Klien dapat mengungkapkan perasaannya3. Klien dapat menggunakan hasil dari kreasinya untuk melakukan D. Organisasi kelompokKlien laki-laki berusia 14 tahun: Diksi Puspita DewiIbu klien: Aldelya Intan Mawardani KusumaPerawat: Hani Indira ProbodewiKameramen: Ita RositaEditor video & penulis naskah: Iin Cempaka WatiE. Organisasi peralatanPeralatan yang digunakan :a. Kertas ukuran A3 bergambar lapangan sepak bola

b. Gambar karikatur pemain sepak bola

c. Guntingd. Lem

F. Pengaturan waktuWaktu dan Tempat Pelaksanaan kegiatanHari, tanggal: Minggu, 8 Juni 2014Waktu: 15.00-14.00 WIBTempat: Ruang Rawat Inap Paviliun Garuda Rumah Sakit KariadiG. Hal-hal yang perlu diantisipasia. Keamanan alat-alat yang digunakan seperti gunting dan lemb. Sisa potongan gambar dapat mengotori tempat tidurH. Kendala yang mungkin Terjadia. Anak mudah merasa bosan dengan aktivitas menggunting dan menempelb. Anak tidak menyukai gambar yang diberikanc. Nyeri pada anak dapat mengganggu kegiatan

I. Cara mengatasia. Berikan motivasi bahwa anak dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik dan hasilnya dapat digunakan untuk membantu mengalihkan nyerinya.b. Lakukan pengkajian sebelum memberikan terapi ini. Berikan kebebasan pada anak untuk memilih gambar dan berkreasi sesuai imajinasinya.c. Ajarkan pada anak untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri sebelum melanjutkan kegiatan

BAB IVPENUTUP

A. KesimpulanBermain merupakan salah satu kebutuhan pada anak. Anak yang sedang hospitalisasi akan mengalami gangguan keyamanan dan kecemasan. Pada anak dengan post operasi apendisitis akan mengalami gangguan nyeri. Bermain terapeutik yang diberikan kepada anak dapat mengalihkan rasa nyeri dan memberikan keceriaan pada anak.B. SaranKebutuhan bermain pada anak hospitalisasi masih sering dikesampingkan oleh kelurga maupun perawat di rumah sakit. Padahal, bermain merupakan salah satu kebutuhan pada anak. Penulis menyarankan kepada mahasiswa keperawatan dan perawat untuk tetap memperhatikan kebutuhan bermain pada anak sehingga ketika merawat anak yang hospitalisasi tidak hanya membantu pemenuhan kebutuhan biologi fisiologi, tetapi juga dari kebutuhan rekreasi (bermain).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Manfaat Belajar Menggunting. Diunduh dari http://mommiesdaily.com/2012/04/11/manfaat-belajar-menggunting/ pada tanggal 5 Juni 2014 pukul 23.54.Beal, Nancy. 2003. Rahasia Mengajarkan Seni pada Anak. Yogyakarta : Pripoenbooks.Boughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.Firmansyah et al, 2007. Mudah dan Aktif Belajar Biologi. Bandung : PT Setia Purna Inves.Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.Tim Pustaka Familia. 2006. Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Penerbit KANISIUS.Wijayakusuma, H.M. Hembing. 1999. 10 Menit Menuju Sehat dengan Terapi Tulang Kepala Belakang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC. Wong, Donna L, et al. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6. Jakarta : EGC.