promosi kesehatan

19
MAKALAH PROMOSI KESEHATAN DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI LANJUT Disusun Oleh: KELOMPOK 2 1. Dwi Febri Handayani (P2.31.31.0.11.009) 2. Lia Efriyanurika (P2.31.31.0.11.020) 3. Musthika Dhea Arasyi (P2.31.31.0.11.026) 4. Nursiyam Hidayanti (P2.31.31.011.030) D III – GIZI 2A Semester IV JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Upload: dwi-febri-handayani

Post on 13-Aug-2015

226 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

kel 2

TRANSCRIPT

Page 1: PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH PROMOSI KESEHATANDISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS PENDIDIKAN DAN KONSULTASI GIZI LANJUT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 2

1. Dwi Febri Handayani (P2.31.31.0.11.009)

2. Lia Efriyanurika (P2.31.31.0.11.020)

3. Musthika Dhea Arasyi (P2.31.31.0.11.026)

4. Nursiyam Hidayanti (P2.31.31.011.030)

D III – GIZI 2A Semester IV

JURUSAN GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

JAKARTA

2013

Page 2: PROMOSI KESEHATAN

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB II : PEMBAHASAN.

2.1 Promosi Kesehatan

2.1.1 Tujuan Promosi Kesehatan2.1.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan2.1.3 Sasaran Promosi Kesehatan 2.1.4 Media Promosi Kesehatan 2.1.5 Prinsip – prinsip Promosi Kesehatan 2.1.6 Strategi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)

BAB III : DAFTAR PUSTAKA

Page 3: PROMOSI KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

SEJARAH SINGKAT PROMOSI KESEHATAN. Istilah Health Promotion (Promosi

Kesehatan) sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika

diselenggarakannya konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa,

Canada pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang

didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion. Namun istilah

tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masa itu,

istilah yang cukup terkenal hanyalah penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul

dan populer istilah-istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social

Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.

Suatu ketika pada tahun 1994, Dr.Ilona Kickbush yang pada saat itu sebagai Direktur

Health Promotion WHO Headquarter Geneva datang melakukan kunjungan ke Indonesia.

Sebagai seorang direktur baru ia telah berkunjung kebeberapa negara termasuk Indonesia

salah satunya. Pada waktu itu pula Kepala Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes juga baru

diangkat, yaitu Drs. Dachroni, MPH., yang menggantikan Dr.IB Mantra yang telah memasuki

masa purna bakti (pensiun). Dalam kunjungannya tersebut Dr.Ilona Kickbush mengadakan

pertemuan dengan pimpinan Depkes pada waktu itu baik pertemuan internal penyuluhan

kesehatan maupun eksternal dengan lintas program dan lintas sektor, termasuk FKM UI,

bahkan sempat pula Kickbush mengadakan kunjungan lapangan ke Bandung.

Dari serangkaian pertemuan yang telah dilakukan serta perbincangan selama

kunjungan lapangan ke Bandung, Indonesia banyak belajar tentang Health Promotion

(Promosi Kesehatan). Barangkali karena sangat terkesan dengan kunjungannya ke

Indonesia kemudian ia menyampaikan suatu usulan. Usulan itu diterima oleh pimpinan

Depkes pada saat itu Prof. Dr. Suyudi. Kunjungan Dr. Ilona Kickbush itu kemudian

ditindaklanjuti dengan kunjungan pejabat Health Promotion WHO Geneva lainnya, yaitu

Dr.Desmonal O Byrne, sampai beberapa kali, untuk mematangkan persiapan konfrensi

jakarta. Sejak itu khususnya Pusat Penyuluhan Kesehatan Depkes berupaya

mengembangkan konsep promosi kesehatan tersebut serta aplikasinya di Indonesia.

Dengan demikian penggunaan istilah promosi kesehatan di indonesia tersebut dipicu

oleh perkembangan dunia Internasional. Nama unit Health Education di WHO baik di

Page 4: PROMOSI KESEHATAN

Hoodquarter, Geneva maupun di SEARO, India juga sudah berubah menjadi unit Health

Promotion. Nama organisasi profesi Internasional juga mengalami perubahan menjadi

International Union For Health Promotion and Education (IUHPE). Istilah promosi kesehatan

tersebut juga ternyata sesuai dengan perkembangan pembangunan kesehatan di Indonesia

sendiri, yang mengacu pada paradigma sehat.

B. TUJUAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca

mengenai promosi dan pemberdayaan masyarakat. Kami berharap setelah membaca

makalah ini para pembaca sekalian dapat menjelaskan berbagai konsep tentang promosi

serta pemberdayaan masyarakat

Page 5: PROMOSI KESEHATAN

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah tentang meningkatkan status kesehatan dari individu dan

komunitas. Terlalu sering kata promosi bila digunakan dalam konteks promosi kesehatan.

Dikaitkan dengan penjualan (sales) dan periklanan (advertising) dan dipandang sebagai

pendekatan propaganda yang didominasi oleh penggunaan media massa. Ini merupakan

suatu kesalahpahaman dengan promosi dalam konteks kesehatan yang berarti memperbaiki

kesehatan, memajukan, mendukung, mendorong dan menempatkan kesehatan lebih tinggi

pada agenda perorangan maupun masyarakat umum.

Defenisi promosi kesehatan menurut WHO promosi kesehatan adalah proses

membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan

mereka.

Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu

memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan

melalui kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat.

Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosial

budaya setempat Sebagaimana diketahui, WHO meneruskan : “Persfektif ini diperoleh dari

konsepsi “sehat” dimana seorang individu atau kelompok mampu di satu sisi untuk

mewujudkan aspirasi dan memuaskan kebutuhan hidup dan disisi yang lain untuk

mengubah atau mengatasi tantangan lingkungan.

Page 6: PROMOSI KESEHATAN

2.1.1 TUJUAN PROMOSI KESEHATAN

Adapun tujuan promosi kesehatan antara lain :

a. Meningkatkan kewaspadaan dan kesadaran akan kesehatan

b. Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan

c. Pembercayaan pribadi/diri sendiri, meningkatkan kewaspadaan diri, harga diri

dan pengambilan keputusan

d. Mengubah sikap dan perilaku

e. Mempengaruhi perubahan sosietal/environment

Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu

kesehatan yang mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni,

yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi

program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang

telah ada misalnya pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program

perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program

pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh

adanya promosi kesehatan.

Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau

pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata,

akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk dapat memfasilitasi dalam rangka

perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah

merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :

“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and

improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-

being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy

needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa Charter,1986).

Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan

adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang

sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal

Page 7: PROMOSI KESEHATAN

serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi

lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).

Page 8: PROMOSI KESEHATAN

2.1.2 RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN

Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.

2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.

3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.

4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai keadaan).

6. Promosi kesehatan adalah juga pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan.Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat/b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran

kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan.Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

Page 9: PROMOSI KESEHATAN

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari

Leavel and Clark.

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).

Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:

1) Dimensi aspek pelayanan kesehatan.2) Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.

2.1.3 SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Sasaran promosi kesehatan adalah masyarakat yang sangat heterogen,

baik dilihat dari kelompok umur, latar belakang etnis dan sosio-budaya, latar

belakang ekonomi, latar belakang pendidikan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaan

promosi kesehatan, biasanya sasaran promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi

3, yakni sasaran primer, sekunder dan tertier.

a. Sasaran primer (primary target)

Sasaran primer adalah kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.

Masyarakat umum,yang mempunyai latar belakang yang heterogen seperti

disebutkan di atas, merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi

kesehatan. Akan tetapi dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini

dikelompokkan menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak

balita, anak sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat-tempat

umum, dan sebagainya.

Page 10: PROMOSI KESEHATAN

b. Sasaran sekunder (secondary target)

Tokoh masyarakat setempat (formal, maupun informal) dapat digunakan

sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap

masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi

masyarakatnya. Perilakunya selalu menjadi acuan bagi masyarakat di sekitarnya.

Oleh sebab itu, tokoh masyarakat dapat dijadikan sasaran sekunder dengan cara

memberikan kemampuan untuk menyampaikan pesan-pesan bagi masyarakat, di

samping mereka sendiri dapat menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakat di

sekelilingnya.

c. Sasaran tertier (tertiary target)

Seperti telah disebutkan di atas bahwa masyarakat memerlukan faktor

pemungkin (enabling) untuk berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk

terwujudnya perilaku tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana

untuk berperilaku sehat ini seringkali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu

perlu dukungan dari penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, utamanya,

misalnya lurah, camat, bupati atau pejabat pemerintah setempat. Misalnya di daerah

yang sangat kekurangan air bersih, padahal masyarakatnya tidak mampu

mengadakan sarana air bersih tersebut. Oleh sebab itu kegiatan promosi kesehatan

dapat menjadikan para pejabat setempat ini sebagai sasaran tertier. Caranya

misalnya, bupati atau camat dapat menganggarkan melalui APBD untuk

pembangunan sarana air bersih tersebut.

2.1.4 MEDIA PROMOSI KESEHATAN

Media massa merupakan saluran komunikasi bagi sejumlah orang terdiri dari

televisi, radio, majalah dan koran, buku displasy dan pameran. Leaflet dan poster

juga media massa bila diguanakn mandiri, dibanding penggunaanya sebagai alat

bantu belajar dalam komunikasi tatap muka dengan individu atau kelompok. Pesan

kesehatan dipersiapkan melalui media massa dengan berbagai cara yakni :

a. Promosi kesehatan yang dipersiapkan, misalnya display dan pameran

mengenai kesehatan. Iklan dari dinas PKM di televisi dan koran, program

pendidikan universitas terbuka mengenai kesehatan.

b. Promosi kesehatan oleh biro iklan dan pembuat produk “sehat” dan pelayanan,

misalnya iklan roti sehat, pasta gigi atau susu ibu hamil dan bersalin, leaflet

Page 11: PROMOSI KESEHATAN

pendidikan tentang “memberi makanan bayi” atau petunjuk “makanan sehat”

yang juga mempromosikan produk atau pelayanan yang relevan.

c. Buku, dokumentasi dan artikel tentang permasalahan kesehatan misalnya

program televisi dan majalah tentang makanan, AIDS, polusi dan senam untuk

ibu hamil.

d. Diskusi permasalahan kesehatan sebagai sistem sisipan berita atau acara

hiburan misalnya sinetron dengan seorang pemain memiliki masalah

kesehatan seperti korban percabulan atau menderita kanker payudara.

e. Pesan kesehatan (anti) disampaikan dengan lugas atau secara wajar misalnya

orang terkenal tidak merokok atau sebalinya perokok berat.

f. Promosi terprogram pesan anti kesehatan (mungkin pendekatan atau

rasionalisasi bukan anti kesehatan) misalnya iklan rokok, permen dan coklat.

g. Sponsor acara promosi kesehatan dan pelayanan oleh organisasi atau

perusahaan komersial seperti sponsor olahraga oleh perusahaan rokok atau

promosi kesehatan oleh perusahaan komersial. Dengan menghubungkan

sponsor dengan promosi kesehatan atau pelayanan produk telah dikenalkan

pada publik dengan cap pengakuan bahwa produknya tergolong sehat.

2.1.5 PRINSIP-PRINSIP PROMOSI KESEHATAN

1. Promosi kesehatan merupakan bagian dari upaya kesehatan masyarakat

secara keseluruhan, yang fokus utamanya adalah upaya memampukan

masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan oleh

karena itu promosi kesehatan lebih bersifat promotif – preventif, tanpa

mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.

2. Pemberdayaan dilakukan dengan menumbuhkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan untuk hidup sehat, disertai pengembangan iklim yang mendukung

sehingga penekanan promosi kesehatan pada pengembangan perilaku dan

lingkungan sehat.

3. Pemberdayaan merupakan upaya kemitraan berbagai pihak dan merupakan

upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Masyarakat aktif sebagai

perilaku atau subjek.

4. Pemberdayaan dilakuakn sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat.

Page 12: PROMOSI KESEHATAN

5. Dalam promosi kesehatan nuansa peningkatan kesehatan menjadi lebih kenal

suasana kemitraan menjadi lebih nampak dan keberadaan masyarakat sebagai

subjek menjadi lebih menonjol.

2.1.6 STRATEGI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Ditinjau dari prinsip-prinsip yang dapat dipelajari dalam promosi kesehatan,

pada pertengahan tahun 1995 dikembangkanlah strategi atau upaya peningkatan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), sebagai suatu bentuk operasional

setidaknya merupakan embrio promosi kesehatan di Indonesia. Strategi tersebut

dikembangkan dalam pertemuan baik internal, pusat penyuluhan kesehatan maupun

eksternal secara lintas program dan lintas sektor, termasuk dengan organisasi

profesi, FKM UI dan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).

Adapun beberapa hal yang disarikan tentang pokok-pokok promosi

kesehatan (health promotion) atau PHBS yang merupakan embrio promosi

kesehatan di Indonesia ini adalah bahwa:

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion), yang diberi definisi: Proses

pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi

kesehatannya (the process of enabling people to control over and improve their

health), lebih luas dari Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan. Promosi

Kesehatan meliputi Pendidikan/ Penyuluhan Kesehatan, dan di pihak lain

Penyuluh/Pendidikan Kesehatan merupakan bagian penting (core) dari

Promosi Kesehatan.

2. Pendidikan/Penyuluhan Kesehatan (dapat dikatakan) menekankan pada upaya

perubahan atau perbaikan perilaku kesehatan. Promosi Kesehatan adalah

upaya perubahan/perbaikan perilaku di bidang kesehatan disertai dengan

upaya mempengaruhi lingkungan atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh

terhadap perbaikan perilaku dan kualitas kesehatan.

3. Promosi Kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan)

sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan)

dan rehabilitatif (pemulihan) dalam rangkaian upaya kesehatan yang

komprehensif. Promosi Kesehatan juga merupakan upaya untuk menjajakan,

memasarkan atau menjual yang bersifat persuasif, karena sesungguhnya

“kesehatan” merupakan “sesuatu” yang sangat layak jual, karena sangat perlu

dan dibutuhkan setiap orang dan masyarakat.

Page 13: PROMOSI KESEHATAN

4. Pendidikan/penyuluhan kesehatan menekankan pada pendekatan edukatif,

sedangkan pada promosi kesehatan, selain tetap menekankan pentingnya

pendekatan edukatif yang banyak dilakukan pada tingkat masyarakat di strata

primer (di promosi kesehatan selanjutnya digunakan istilah gerakan

pemberdayaan masyarakat), perlu dibarengi atau didahului dengan upaya

advokasi, terutama untuk strata tertier (yaitu para pembuat keputusan atau

kebijakan) dan bina suasana (social support), khususnya untuk strata sekunder

(yaitu mereka yang dikategorikan sebagai para pembuat opini). Maka

dikenalah strategi ABG, yaitu Advokasi, Bina Suasana dan

Gerakan/pemberdayaan Masyarakat.

5. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan, masalah diangkat dari apa yang

ditemui atau dikenali masyarakat (yaitu masalah kesehatan atau masalah apa

saja yang dirasa penting/perlu diatasi oleh masyarakat); Pada PHBS,

masyarakat diharapkan dapat mengenali perilaku hidup sehat, yang ditandai

dengan sekitar 10 perilaku sehat (health oriented). Masyarakat diajak untuk

mengidentifikasi apa dan bagaimana hidup bersih dan sehat, kemudian

mengenali keadaan diri dan lingkungannya serta mengukurnya seberapa

sehatkah diri dan lingkungannya itu. Pendekatan ini kemudian searah dengan

paradigma sehat, yang salah satu dari tiga pilar utamanya adalah perilaku

hidup sehat.

6. Pada pendidikan/penyuluhan kesehatan yang menonjol adalah pendekatan di

masyarakat (melalui pendekatan edukatif), sedangkan pada PHBS/promosi

kesehatan dikembangkan adanya 5 tatanan: yaitu di rumah/tempat tinggal

(where we live), di sekolah (where we learn), di tempat kerja (where we work),

di tempat-tempat umum (where we play and do everything) dan di sarana

kesehatan (where we get health services). Dari sini dikembangkan kriteria

rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, tempat umum sehat, dan lain-

lain yang mengarah pada kawasan sehat seperti : desa sehat, kota sehat,

kabupaten sehat, sampai ke Indonesia Sehat.

7. Pada promosi kesehatan, peran kemitraan lebih ditekankan lagi, yang dilandasi

oleh kesamaan (equity), keterbukaan (transparancy) dan saling memberi

manfaat (mutual benefit). Kemitraan ini dikembangkan antara pemerintah

dengan masyarakat termasuk swasta dan Lembaga Swadaya Masyarakat,

juga secara lintas program dan lintas sektor.

Page 14: PROMOSI KESEHATAN

8. Sebagaimana pada Pendidikan dan Penyuluhan, Promosi Kesehatan

sebenarnya juga lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa

mengecilkan arti hasil apalagi dampak kegiatan. Jadi sebenarnya sangat susah

untuk mengukur hasil kegiatan, yaitu perubahan atau peningkatan perilaku

individu dan masyarakat. Yang lebih sesuai untuk diukur: adalah mutu dan

frekwensi kegiatan seperti: advokasi, bina suasana, gerakan sehat masyarakat,

dan lain-lain. Karena dituntut untuk dapat mengukur hasil kegiatannya, maka

promosi kesehatan mengaitkan hasil kegiatan tersebut pada jumlah tatanan

sehat, seperti: rumah sehat, sekolah sehat, tempat kerja sehat, dan

seterusnya.

Page 15: PROMOSI KESEHATAN

DAFTAR PUSTAKA

http://fiqihsantoso.wordpress.com/2008/06/17/konsep-dan-metode-pemberdayaan-

masyarakat-indonesia/

http://iqbal-iqi.blogspot.com/

http://mhs.blog.ui.ac.id/rani.setiani/2009/11/10/45/

http://en.wikipedia.org/wiki/Ottawa_Charter_for_Health_Promotion

James A. Christenson & Jerry W. Robinson, Jr Ames. Community development in

perspective .State University Press. Inggris : 1989.

O'Donnell, Michael, MBA, MPH. "Definition of Health Promotion: Part III: Expanding the

Definition." American Journal of Health Promotion. Winter 1989, Vol. 3, No. 3. p. 5.

Minkler, M. Ed. Community Organizing & Community Building for Health. Rutgers State

University Press, 1997.

http://irwandykapalawi.wordpress.com/2008/03/01/mengenal-ilmu-kesehatan-masyarakat/

http://www.pemberdayaan.com/pemberdayaan/konsep-pemberdayaan-membantu-

masyarakat-agar-bisa-menolong-diri-sendiri.html