prop. penelitian

23

Click here to load reader

Upload: rizkan-zuliasdin

Post on 22-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

proposal penelitian

TRANSCRIPT

5

BAB I PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) banyak ditanam di Indonesia sebagai pembatas lahan/pekarangan, sehingga disebut sebagai jarak pagar. Biji jarak pagar mengandung minyak yang dapat diproses menjadi bahan bakar nabati (biofuel) (Lestari dan Budi H., 2007). Tanaman ini dimanfaatkan masyarakat sebagai tanaman pagar serta sebagai obat tradisional, disamping sebagai bahan bakar dan minyak pelumas. Menurut Hambali, dkk (2007), Jarak pagar dapat hidup dan berkembang dari dataran rendah sampai dataran tinggi, curah hujan yang rendah maupun tinggi (300 2.380 ml/tahun), rentang suhu 20 26 oC. Karena sifat tersebut tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada tanah berpasir, berbatu, lempung ataupun tanah liat, sehingga jarak pagar dapat dikembangkan pada lahan kritis.Penanaman jarak pagar secara besar-besaran dimulai tahun 2005-2006. Bahan tanam yang digunakan di wilayah pengembangan masih menggunakan benih asalan (tidak unggul) yang tidak berasal dari pohon induk berkualitas. Oleh karena itu walaupun tanaman dapat tumbuh, tidak dijamin dapat berproduksi tinggi. Jika tanaman yang telah ditanam dari benih asalan akan dibongkar dan diganti dengan benih varietas unggul membutuhkan biaya yang besar. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan cara penyambungan (Lestari dan Budiono, 2007).

Penyambungan tanaman merupakan salah satu teknik perbanyakan yang sering dilakukan dengan menggabungkan dua bagian tanaman. Manfaat sambungan pada tanaman adalah untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas hasil tanaman, dihasilkan gabungan tanaman baru yang mempunyai keunggulan dari segi perakaran dan produksinya, juga dapat mempercepat waktu berbunga dan berbuah (tanaman berumur genjah) serta menghasilkan tanaman yang sifat berbuahnya sama dengan induknya (Haryanto, 2002).Salah satu sistem yang digunakan untuk memperbanyak tanaman melalui penyambungan adalah dengan sistem Top Working. sistem perbanyakan melalui Top Working, sama dengan penyambungan pada bibit muda yang biasa dilakukan. Hal yang membedakan adalah pada kondisi batang bawahnya sudah berwujud pohon yang besar dengan diameter 2,5-30 cm. Sedangkan pada penyambungan bibit muda atasnya berdiameter 0,5-1,0 cm (Anonim, 2006).Ada dua metode Top Working, yaitu dengan cara Sambung Kulit (bark grafting) dan Sambung Celah (cleft grafting). Cara sambung kulit digunakan untuk pohon yang kulit batangnya mudah dikelupas, sedangkan cara sambung celah digunakan untuk pohon yang terlalu tua dan kulit batangnya susah dikelupas. Perbanyakan melalui teknik Top Working ini dilakukan dengan memanfaatkan batang atas yang memiliki sifat unggul (Anonim, 2006). Kondisi demikian sangat diperlukan untuk menghasilkan buah jarak pagar yang berkualitas. Dalam hal ini metode yang akan digunakan adalah metode Bark Grafting dengan jumlah entris yang berbeda pada satu bidang sambung atau Multi entris.Penyambungan dengan metode Bark grafting sudah banyak diterapkan pada tanaman tahunan, seperti tanaman apel, jeruk, kakao, mangga, durian, dan lain-lain. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Sumatra Barat, tanaman srikaya lokal yang buahnya kecil dan berbiji banyak dapat diganti dengan dengan tanaman srikaya jumbo yang berasal dari Thailand dan dapat berbuah 2-3 bulan setelah okulasi. Dan hasil penelitian Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Jakarta selatan. Secara signifikan memperlihatkan peningkatan mutu produksi buah maupun pembentukan bagian vegetatip tanaman (Anonim, 2006). Namun teknik ini belum ada yang menerapkan untuk mengembangi atau membudidayakan tanaman jarak pagar. Jika hal ini berhasil diterapkan maka akan dapat meningkatkan penghasilan para petani jarak pagar, sekaligus dapat menghemat waktu dan biaya yang seandainya tanaman lama diganti dengan tanaman baru. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian Keberhasilan Sambungan Multi Entris Pada Tanaman Jarak Pagar Dewasa .1.2. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.2.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jumlah entris terhadap keberhasilan sambungan pada tanaman Jarak pagar dewasa.1.2.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai dasar dalam memperbaiki teknik budidaya khususnya dalam bidang penyambungan tanaman jarak pagar di masyarakat petani, untuk peningkatan dan percepatan produktivitas tanaman, dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan sumber pustaka bagi peneliti yang terkait dengan pembiakan vegetatif melalui teknik penyambungan multi entries.1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan jumlah entries dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan sambungan jarak pagar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1. Jarak Pagar

Tanaman Jarak pagar merupakan tanaman berupa semak (perdu) atau pohon yang tahan dan dapat tumbuh baik pada lingkungan kering, lahan-lahan marginal maupun lahan lahan-lahan dengan pengairan sekalipun (Santoso, 2009). Jarak pagar termasuk anggota keluarga Euphorbiaceae dengan bagian tanaman dapat dimanfaatkan sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Bagian utama yang dapat dijadikan minyak bahan bakar adalah kapsulnya (Anonim, 2008).Klasifikasi tanaman jarak pagar menurut Prihandana dan Handoko (2006) adalah sebagai berikut,Devisi : Spermathophyta

Sub divisi: Angiospermae

Kelas: Dicotyledoneae

Ordo: Euparbeales

Family: Euparbeaceae

Genus: Jatropha

Spesies: Jatropha curcas L.

Sistem perakaran jarak pagar sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan. Pada lahan yang ideal sistem perakaran jarak pagar yang berasal dari stek tidak berbeda dengan dari biji. Bagian tengah akar terdiri atas jaringan air (xilem) dan jaringan makanan (floem). Xilem terdiri atas sel sel penyalur yaitu trakeid, pembuluh maupun serat dan parenkima. Parenkima merupakan jaringan pengisi dan berfungsi dalam penyimpanan makanan. Floem terdiri atas pembuluh tapis, sel pengiring, serat dan parenkima. Pembuluh tapis berfungsi dalam translokasi zat-zat organik (Mahmud, dkk., 2009).Batang, termasuk tanaman sukulen yang menggugurkan daun pada musim kering dan adaptif pada lahan arid dan semi arid. Batang mempunyai struktur kayu bentuk silindris dengan percabangan tidak teratur (Dawary dan Pramanick, 2006). Observasi klon yang dikumpulkan di Indonesia memperlihatkan adanya variasi kulit batang (Hasnam dan Hartati, 2006). Epidermis pada batang diliputi bahan bersifat lipoid bernama kutin disebut kutikula. Antara epidermis dan jaringan pembuluh terdapat daerah yang dinamakan korteks yang terdiri atas : parenkima, kolenkima, dan sklerenkima. Fungsi dari parenkima menyimpan dan menghasilkan makanan terutama pada batang yang hijau. Kolenkima dan sklerenkima fungsinya memperkuat jaringan. (Mahmud, dkk., 2009).

Daun, berbentuk menjari dengan panjang dan lebar daun masing-masing 6 dan 15 cm berselang seling, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Panjang tangkai daun bervariasi 6-23 mm (Puslitbang Perkebunan, 2006; Puslitbang Perkebunan, 2007). Helai daun berlekuk dan ujung meruncing. Daun dihubungkan dengan tangkai daun sepanjang 4-15 cm ke batang (Mahmud, dkk., 2005; Hasnam, 2007).2.2. Perbanyakan Tanaman Melalui PenyambunganPenyambungan merupakan suatu metode perbanyakan vegetatif, dimana sebagian dari pohon yang unggul disisipkan pada batang bawah, sehingga kedua bagian tersebut menyatu menjadi satu tanaman yang utuh. Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Okulasi. Grafting adalah penyatuan antara batang (sepotong cabang dengan dua atau tiga mata tunas vegetatif) dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Sedangkan okulasi adalah bentuk grafting yang khas karena hanya satu tunas digunakan sebagai batang atas dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah (Anonim 2013)..Menurut Santoso et, al. (2009), alasan dilakukannya penyambungan atau teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah sebagai berikut.

1. Penyambungan dapat meningkatkan daya adaptasi tanaman dengan tanaman yang memiliki sitem tanaman yang lebih toleran

2. Dengan mengganti sistem perakaran yang lebih tahan, maka dapat memberikan dukungan pertumbuhan kepada tanaman yang semulanya tidak tahan terhadap patogen tular tanah.3. Batang bawah dapat mempengaruhi pertumbuhan setelah sambungan terjadi.

4. Upaya untuk pengabadian atau pengkekalan sifat-sifat klon yang tidak dapat dilakukan dengan stek, bumbun ataupun cara vegetative lainnya.

5. Mempercepat pembungaan dan pembuahan bibit-bibit terseleksi.

Menurut Djoemairi (2010) penyambungan pada tanaman dapat memberikan nilai estetika yakni meperindah percabangan pohon dan penampilan secara keseluruhan. Atas dasar alasan dan tujuan penyambungan tersebut kemudian dikenal beberapa jenis dan tekhnik penyambungan, yaitu;

1. Sambung pucuk (top grafting)

2. Sambung cabang

3. Sambung sisip dan

4. Sambung akar

Keberhasilan teknik penyambungan dipengaruhi oleh kompatibilitas antara dua jenis tanaman yang disambung. Pada umunya semakin dekat keakraban antar dua tanaman yang disambung maka kecepatan pertumbuhan batang atas dan presentasi keberhasilan dari penyambungan ditentukan pula oleh kecepatan terjadinya pertautan antara batang atas dan batang bawah. Pertautan ini akan ditentukan oleh proses pembelahan sel pada bagian yang akan bertautan (Hanoto, 2000).2.3. Penyambungan DewasaPenyambungan dewasa dapat dilakukan dengan teknik sambung langsung terhadap jaringan dewasa, maupun melakukan penyambungan setelah batang bawah tersebut bertunas. Untuk mendapatkan tunas sebagai batang bawah dapat dilakukan dengan pemangkasan terlebih dahulu. Penyambungan tanaman dewasa langsung setelah pemangkasan dapat dilakukan dengan memadukan antara batang bawah yang berwujud pohon dengan entris yang berasal dari varietas yang lebih unggul (Puji, 2012).

2.4. Penyambungan Top WorkingTop Working adalah suatu cara peremajaan cabang tanaman tua dengan caramelakukan penempelan mata tunas atau biasa disebut sebagai metode okulasi, dan cara lainya yaitu dengan metode penyambungan atau grafting. Metode Top Working ini sendiri bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas buah tanaman. Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk mengganti varietas jeruk yang lama dengan varietas jeruk yang baru tanpa harus mematikan tanaman pokoknya. Salah satu keunggulan metode ini adalah tidak perlu melakukan pembongkaran tanaman lama dan menggantinya dengan tanaman yang baru, sehingga dapat mempercepat waktu produksi dan menghemat biaya serta dapat dilakukan penganekaragaman varietas pada satu pohon (Anonim, 2006). Ada dua metode Top Working, yaitu dengan cara Sambung Kulit (bark grafting) dan Sambung Celah (cleft grafting). Cara sambung kulit digunakan untuk pohon yang kulit batangnya mudah dikelupas, sedangkan cara sambung celah digunakan untuk pohon yang terlalu tua dan kulit batangnya susah dikelupas. Perbanyakan melalui teknik Top Working ini dilakukan dengan memanfaatkan batang atas yang memiliki sifat unggul. Kondisi demikian sangat diperlukan untuk menghasilkan buah apokat berkualitas (Majalah Iptek Hortikultura, 2006).Teknik Top Working mempunyai keuntungan mampu mengganti varietas suatu tanaman dengan varietas lain yang dikehendaki tanpa harus membongkar/mematikan tanaman. Disamping itu, juga mempercepat pertumbuhan tanaman dan mempersingkat masa juvenile tanaman. Tanaman akan berproduksi antara 2 hingga 3 tahun setelah Top Working (Majalah Iptek Hortikultura, 2006).BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1. Metode PenelitianMetode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan.

3.2. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK). Dalam penelitian ini terdapat 3 perlakuan yaitu :

1. Penyambungan dengan 1 entris dalam satu bidang sambung pada cabang primer2. Penyambungan dengan 1 entris dalam satu bidang sambung pada cabang skunder3. Penyambungan dengan 2 entris dalam satu bidang sambung pada cabang primer4. Penyambungan dengan 2 entris dalam satu bidang sambung pada cabang skunder5. Penyambungan dengan 3 entris dalam satu bidang sambung pada cabang Primer6. Penyambungan dengan 3 entris dalam satu bidang sambung pada cabang skunderSetiap perlakuan diulang 3 kali dengan sub ulangan berjumlah 2. Jadi dalam penelitian ini terdapat (3 x 6 x 2) = 36 unit percobaan. Semua perlakuan disambung dengan entris yang berasal dari jarak pagar IP-2NTB (Improved Population-2NTB), dan sebagai batang bawah adalah tegakan tanaman jarak pagar yang sudah berumur 5 tahun sebagai pertanaman monokultural dengan jarak tanam 2x2 meter.3.3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan pada bulan Agustus sampai dengan September 2013 di desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi NTB.3.4. Pelaksanaan Penelitian3.4.1. Persiapan Bahan Sambungana. EntrisBahan entris dalam penelitian ini adalah pucuk apikal dari jarak pagar IP - 2NTB yang telah berumur 2 tahun. Tanaman IP - 2NTB berada di lahan penelitian desa Gumantar, Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara dengan jarak tanam 2x2 meter. Pucuk apikal diambil atau dipotong sepanjang 15-20 cm sesaat akan dilakukan penyambungan. Pangkal entries selanjutnya diiris membentuk hurup V.b. Batang bawah (root-stok)Batang bawah menggunakan jarak pagar dewasa genotipe Lombok Barat yang berada di Desa Amor-amor. Tanaman jarak pagar Lombok Barat tersebut berumur 5 tahun dengan jarak tanam 2x2 meter. Tanaman dewasa ini dipotong setinggi 50-70 cm dari atas permukaan tanah, sehingga hasil pemotongan tersebut merupakan tanaman jarak pagar cabang primer dan skunder.3.4.2. Perlakuan PenyambunganPenyambungan dilakukan dengan metode Bark grafting dengan jumlah entris dalam satu bidang sambung yang berbeda sesuai dengan perlakuan (Multi Entris). Tanaman yang dijadikan batang bawah disayat sesuai dengan masing-masing perlakuan sebagai tempat pangkal entries disambung. Untuk penyambungan dengan 1 entris, kulit batang bawah pada ujungnya disayat menggunakan pisau atau silet dengan panjang 5 cm, sebagai tempat ditancapkan batang atas. Perlakuan dengan 2 entris, pada batang bawah juga dilakukan penyayatan dengan berlawan arah dengan ukuran yang sama, dan perlakuan dengan jumlah entris 3 pada batang bawah diperlakukan sama dengan perlakuan 1, dan 2 tapi dengan jumlah 3 sayatan. Entris jarak pagar IP 2 NTB yang pangkal batangnya telah disayat kemudian ditancapkan pada batang bawah yang sudah disayat sampai pangkal sayatan dan diikat menggunakan plastik kemudian bagian potongan yang terbuka dilapisi dengan cat meni. Terakhir sambungan dikerodong menggunakan plastik untuk menjaga kelebaban entris. Kerodong pada sambungan dapat dilepas setelah entris menunjukkan adanya calon daun atau kira-kira 2-4 minggu setelah penyambungan. Untuk ikatan sambungan dapat dilepas setelah kedua bagian tanaman benar-benar tersambung dengan menggunakan silet. Penyambungan yang berhasil akan menunjukkan bagian entris terlihat berwarna hijau segar terutama pada pucuknya, sedangkan yang gagal akan layu dan batang pada daerah sambungan akan kelihatan gelap/kecoklatan3.4.3. Pemeliharaan SambunganKegiatan pemeliharaan sambungan dalam penelitian ini meliputi:

Pengendalian Tunas Baru. Tunas baru yang muncul pada batang bawah sambungan dan ketiak daun pada entries dipotong menggunakan silet atau tangan. Pengendalian dilakukan sesudah penyambungan sampai selesai pengamatan

Pengendalian Hama dan Penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan ketika terjadi serangan. Hama yang biasa menyerang tanaman ini adalah belalang dan terkadang oleh kutu daun. 3.4.4. Pengamatan

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi 5 hal yaitu:

Diameter Entris. Pengukuran dilakukan dengan mengukur diameter bagian tengah batang pokok setiap tanaman setelah daerah sanbungan menyatu..

Jumlah daun. Perhitungan dilakukan dengan menghitung daun yang tumbuh pada batang atas dengan warna kehijauan. Di katakan daun bila pada calon daun sudah menunjukkan warna kehijauan lebih dari 50%. Panjang Entris. Perhitungan dilakukan dengan mengukur tinggi entries mulai dari daerah sambungn sampai ujung entries setelah daerah sambungan menyatu..

Luas daun. Perhitungan dilakukan dengan mengukur panjang x lebar x tinggi x faktor koreksi.

Persentase(%) hidup. Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah sambungan yang mati dibagi dengan semua sambungan pada satu unit percobaan dikali 100%.

Penghitungan dan pengukuran pada setiap komponen pengamatan dilakukan setalah penyambungan berhasil, dilakukan setiap 7 hari sekali kecuali Persentase(%) hidup dihitung setelah pengamatan selesai.

3.5. Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan analilisis keragaman (ANOVA) pada taraf nyata 5%Tabel 1. ANOVA RAKSumber KeragamanDerajat Bedas (db)Jumlah kuadarat(JK)Kuadarat Tengah (KT)F hit.F tab.

5%1%

Perlakuant-1JK perlakuanJKP/db PKTP/KTG

Kelompokr-1JK kelompokJKK/db KKTK/KTG

Galat(r-1)(t-1)JKT-JKP-JKKJKT-JKP-JKK

Totaltr-1JK totalJKT/dbk

Hasil analisis keragaman yang menunjukkan beda nyata diuji lanjut dengan menggunakan uji BNT pada taraf nyata 5%.

3.6. Jadwal PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yakni pada bulan Juli-Oktober 2013 seperti yang dirincikan pada tabel 2.Tabel 2. Rincian jadwal penelitianKegiatanWaktu (Bulan (2013))

JuliAgustus SeptemberOktober

Penyiangan

Pemupukan

Penyambungan

Pemeliharaan sambungan

Pengamatan hasil

3.7. Bahan dan Alat penelitian3.7.1. Bahan-bahan penelitianBahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu tanaman jarak pagar IP-2 NTB hasil seleksi massa terhadap populasi jarak pagar genotipe NTB (genotipe Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur,Sumbawa, dan Bima) yang akan digunakan sebagai entris. Sedangkan sebagai root-stoknya digunakan tanaman jarak pagar Lombok Barat yang benihnya didapati dari tanaman yang tumbuh liar di pekarangan warga. Cat meni sebagai penutup, dan Alkohol digunakan sebagai sterilisasi.3.7.2. Alat-alat penelitianAlat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu gergaji, silet/cuter, tali plastik, meteran, penggaris, jangka sorong, dan alat tulis menulis.DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Peningkatan Kualitas Jeruk Siem Kintamani Melalui Metode Top Working. http://cybex.deptan.go.id/lokalita/peningkatan-kualitas-jeruk-siem-kintamani-melalui-metodetop-working. . 2008. Deskripsi tanaman jarak pagar ( Jatropha curcas L.). http://sinergibiorasta.wordpress.com/2008/05/19/deskripsi-tanaman-jarak-pagar-jatropha-curcas/. [16 Juni 2013]. . 2013. Proses pembibitan Tanaman dengan teknik sambungan. http://budisma.web.id/proses-pembibibitan-tanaman-dengan-teknik-sambungan.html. [16 Juni 2013].Budianto, A., dan Santoso, B.B. 2011. Keragaan Bibit Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Genotipe Nusa Tenggara Barat Hasil Seleksi Massa Siklus Pertama (IP-1) dan Siklus Kedua (IP-2). Jurnal Crop Agro. Vol. 4 no.2.Dawary, A dan M. Pramanick. 2006. Jatropha a biodiesel for the future. Everymens sciens, 40(6): 430 432.

Fuller, H. J. 2005. College Botany. Henry Holt and Co. New YorkHambali E. dkk, 2007. Teknologi bioenergi. Agroe media, jakartaHanoto, W. 2000. Pengaruh Batang Bawah dan Zat Pengatur Tumbuhan Terhadap Tumbuhan Penyambungan Tanaman Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Agrotropikal.5(1) : 1-4.Hasnam. 2007. Status Perbaikan dan Penyediaan Bahan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Puslitbang Perkebunan Prosiding.Hasnam dan Rr. Sri Hartati. 2006. Penyediaan Benih Unggul Harapan Jarak Pagar (jatropha curcas L.). Prosiding Lokakarya I Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Jakarta, 11-12 April 2006. Hlm 35-42

Lestari dan Budi H. 2007. Teknik Penyambungan Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat, Malang. Hlm 228.Mahmud, Z., Hasnam dan Rr. S. Hartati. 2009. Biologi Teknologi Jarak Pagar. Menjawab Tantangan Krisis Energi. Pulitbang Perkebunan, Bogor. Hlm 5-12.

Mahmud, Z., A.A. Rivaie, dan D. Allolerurung. 2005. Petunjuk Teknik Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Puslitbang perkebunan, 35 hlm. Majalah Iptek Hortikultura. 2006. Top Working, Teknik Perbanyakan Bibit Unggul Apokat. Badan Penelitian dan Pengembangan penelitian, Jakarta Selatan. Puslitbang Perkebunan. 2007. Tekniik Budidaya Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Edisi Revisi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.Santoso, B.B. 2009. Pembiakan Vegetatif Dalam Hortikultura. Edisi pertama. UNRAM Press, Lombok NTB.