proposal 2
DESCRIPTION
jjcgyufyfhTRANSCRIPT
![Page 1: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/1.jpg)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi
yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Definisi ini
membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram
mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk ( Winkjosastro,
2007).
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan
masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian
Bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per
1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran
yang indah, karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan
negara- negara di bagian ASEAN, dan penyebab kematian bayi
terbanyak adalah karena gangguan perinatal. Dari seluruh kematian
perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karena BBLR.
Pembangunan sektor kesehatan bertujuan untuk mewujudkan
manusia yang sehat, cerdas, dan produktif yang menyentuh seluruh
proses kehidupan manusia mulai dari kandungan dengan
memperhatikan derajat kesehatan calon ibu, bayi, balita, usia sekolah,
remaja sampai usia lanjut.
![Page 2: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/2.jpg)
2
Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah.
Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan karena adanya
komplikasi yang menyertai seperti asfiksia, aspirasi pneumonia,
perdarahan intrakranial dan hipoglikemia.
Berdasarkan survei Riset Kesehatan Dasar Depkes 2007,
kematian bayi baru lahir (neonatus) merupakan penyumbang kematian
terbesar pada tingginya angka kematian balita (AKB). Setiap tahun sekitar 20
bayi per 1.000 kelahiran hidup terenggut nyawanya dalam rentang
waktu 0-12 hari paskakelahirannya. Selaras dengan target pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target
penurunan AKB di Indonesiadari rata-rata 36 meninggal per 1.000
kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015.
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 2007 hampir semua
(98%) dari 5 juta kematian neonatal di negara berkembang atau
berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian adalah BBLR
yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global
diperkirakan terdapat 25 juta persalinan pertahun dimana 17%
diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara
berkembang.
Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah
satu faktor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi
khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat
![Page 3: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/3.jpg)
3
mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya
sehinggamembutuhkan biaya perawatan yang tinggi. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter di peroleh angka
BBLR dengan rentang 2,1%-17,2%. Secara nasional berdasarkan analisa
lanjut SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia), angka BBLR sekitar
7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%
(Depkes, 2010).
Banyak hal yang berkaitan dengan kejadian bayi lahir dengan
BBLR antara lain karena faktor usia, paritas, status gizi ibu hamil
sosial ekonomi dan faktor pendukung lain seperti faktor kehamilan
dan faktor janin.
Derajat kesehatan suatu negara dapat dilihat dari angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Salah satu tolak
ukur keberhasilan pembangunan kesehatan adalah menurunkan
angka kematian dan kesakitan, khususnya angka kematian bayi.
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian bayi tertinggi di
lingkungan ASEAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan yang
optimal di masyarakat pemerintah negara Indonesia khususnya dalam
bidang kesehatan mulai menyusun program-program kesehatan yang
bersifat membangun.
![Page 4: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/4.jpg)
4
Angka kematian bayi yakni angka kematian bayi sampai umur
satu tahun menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat
kesehatan anak, karena merupakan cermin dari status kesehatan
anak saat ini. Secara statistik angka kesakitan dan kematian pada
neonatus di negara berkembang adalah tinggi, di Indonesia pada
tahun 2007 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran
hidup sedangkan angka kematian di negara-negara maju telah turun
dengan cepat dan sekarang mencapai angka di bawah 20 pada 1000
kelahiran di mana pentebab utama adalah berkaitan dengan Bayi
Berat Lahir Rendah (Wiknjosastro, 2007)
Pada tingkat ASEAN, angka kematian bayi di Indonesia 35 per
1000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat dibandingkan dengan
angka kematian bayi Malaysia, hampir 2 kali dibandingkan dengan
Thailand dan 1,3 kali dibandingkan dengan Philipina (USAID
Indonesia, 2008). Salah satu indikator untuk mengetahui derajat
kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB). Data yang
ada saat ini memperlihatkan bahwa status kesehatan anak di
Indonesia masih merupakan masalah.
Pada tahun 2007 AKB masih tinggi yaitu sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup. Angka ini 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
Negara Association of Southeast Asia Nation (ASEAN) yang lain
(Departemen Kesehatan Depkes, 2008). Upaya untuk meningkatkan
![Page 5: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/5.jpg)
5
kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin sejak janin dalam
kandungan dan sangat tergantung kepada kesejahteraan ibu dan
keselamatan reproduksinya. Oleh karena itu upaya meningkatkan
status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih merupakan
masalah.
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi
rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan
di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram (World
Health Organization (WHO). Development of a strategy towards
promoting optimal fetal growth. Avaliable from Last
update :January 2007).
Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu
daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi
di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-
17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %.
Untuk provinsi Sulawesi tenggara pada tahun 1999 tercatat
bayi dengan status BBLR sebesar 10,80 % ( Badan Pusat
Statistik/BPS, 1999 ) dan data di Ruang Bayi Rumah Sakit Umum
![Page 6: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/6.jpg)
6
Daerah ( RSUD ) provinsi Sulawesi tenggara tahun 2003 dari 1228
persalinan terhadap 144 yang lahir BBLR ( 15,10 % ) tahun 2005 dari
persalinan 1362 terdapat 172 yang lahir BBLR ( 15,10 % ) pada tahun
2006 periode januari sampai september dari 948 kelahiran terdapat
144 kasus BBLR ( 15, 18 % ).
Hasil pengumpulan data oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia pada tahun 2007 sekitar 15 – 20 %. Kejadian BBLR hasil
survey biro pusat statistik ( BPS ) tahun 2008 di provinsi Sulawesi
tenggara ditemukan prevalensi BBLR sebesar 10,80% (Dines
Kesehatan Sulawesi tenggara, 2009). Pada tahun 2010 kejadian
BBLR adalah 104 bayi dari 725 kelahiran bayi. Hal ini menunjukkan
bahwa bayi kejadian BBLR masih sangat perlu mendapat perhatian
karena merupakan masalah yang sangat penting.
Bertolak dari uraian diatas bahwa penulis menganggap perlu
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Umur Ibu
Bersalin Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit
Umum Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masaklah
pada penelitian ini adalah ‘Hubungan Umur Ibu Bersalin Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di Rumah Sakit Umum Provinsi
Sulawesi Tenggara Tahun 2011’
![Page 7: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/7.jpg)
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian
BBLR di RSU Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2011.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi kejadian BBLR di RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara.
b. Mengidentifikasi umur ibu bersalin di RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara.
c. Untuk mengetahui hubungan umur ibu bersalin dengan
kejadian BBLR di RSU Provinsi Sulawesi Tenggara 2011.
D. Manfaat Penelitian
1. Menberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi para ibu
tentang hal-hal yang berhubungan dengan BBLR di RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara di dalam perencanaan pengolahan upaya
pencegahan bayi BBLR.
2. Dapat bermanfaat bagi institusi dalam pengembangan pendidikan
khususnya di bidang penelitian.
3. Dapat menjadi pengalaman paling berharga dalam
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikan di Politeknik Kesehatan Kendari jurusan kebidanan.
![Page 8: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/8.jpg)
8
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah di lakukan
oleh peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah:
1. Elvi Nurfitriani (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah, tempat penelitian RSU
Provinsi Sulawesi Tenggara periode juli – desember tahun 2010
terdapat 15,69% bayi yang lahir dengan BBLR.
2. Rita sari adam (2007). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah, tempat penelitian RSU
Provinsi Sulawesi Tenggara periode juli – desember tahun 2007
terdapat 112 bayi yang lahir dengan BBLR.
![Page 9: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/9.jpg)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
1. Pengertian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR
biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi lahir prematur
dan BBLR cukup bulan atau lebih bulan dengan hambatan
pertumbuhan intra uterine (IUGR). BBLR kurang bulan atau
premature khususnya yang masa kehamilannya, biasanya mengalami
penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan
sebagainya,yang apabila tidak dikelola sesuai dengan
standar pelayanan medis akan berakibat fatal. Manuaba
(2008).
Sementara BBLR yang cukup atau lebih bulan pada
umumnya organtubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu
bermasalah dalam perawatannya. Dahulu neonatus dengan
berat badan lahir kurang dari 2.500 gram atau sama dengan
2.500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO
semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari
2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).
![Page 10: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/10.jpg)
10
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia morbiditas
dan mortalitas BBLR masih tinggi. Masalah BBLR merupakan
masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena BBLR
dapat menyebabkan gangguan perkembangan fisik, pertumbuhan
terhambat dan gangguan perkembangan mental pada masa
mendatang.
Berdasarkan kurva pertumbuhan intrauterin dari
Lubchenko, maka kebanyakan bayi prematur akan dilahirkan
dengan berat badan yang rendah.
2. Golongan BBLR
Menurut Manuaba (2008), bayi dengan BBLR dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
1. Prematuritas murni
1.) Pengertian
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat
badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan -
Sesuai Masa Kehamilan (NKB- SMK). Mengingat belum
sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perIu untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian
diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu
![Page 11: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/11.jpg)
11
diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian
makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan
kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan
permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator
sehingga panas badannya mendekati dalam rahim.
Bila bayi dirawat dalam inkubator maka suhu bayi
dengan berat badan, 2 kg adalah 35 derajat celsius
dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah
33-34 derajat celsius. Bila inkubator tidak ada bayi
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya
ditaruh botol yang berisi air panas, sehingga panas
badannya dapat di pertahankan.
b. Makanan bayi premature
Alat pencemaan bayi prematur masih
belum sempuma. lambung kecil, enzim pencernaan
belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
![Page 12: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/12.jpg)
12
gr/kg BB dan kalori 110 Kal/kg BB sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan
makanan yang paling utama, sehingga ASI yang
paling dahulu diberikan. Bila kurang, maka ASI
dapat diperas dan di minumkan perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg
BB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai
sekitar 200 cc/kg BB/hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena
infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempuma. Oleh
karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan sehingga tidak terjadi persalinan
prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan
![Page 13: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/13.jpg)
13
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus
dan terisolasi dengan baik.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu: faktor ibu, faktor janin, faktor
lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit yang
diderita ibu misalnya toksemia gravidarium,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis,
nefritis akut, DM dan lain-lain. Usia ibu saat hamil
kurang dari 16 tahun, atau lebih dari 35 tahun, multi
gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat dan
lain-lain. Keadaan sosial ekonomi golongan sosial
ekonomi, perkawinan yang tidak sah. Sebab lain
termasuk karena ibu perokok, peminum alkohol atau
narkotik. Faktor janin, meliputi hidramnion,
kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan lain-lain.
Faktor lingkungan, meliputi tempat tinggal, radiasi,
zat-zat racun.
Tanda-tanda yang dapat ditemukan antara lain:
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang
badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala
kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari
30 cm.
![Page 14: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/14.jpg)
14
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c. Kepala lebih besar dari pada badan
d. Kulit tipis transparan
e. Lanugo halus banyak terutama pada dahi,
pelipis, telinga, dan lengan
f. Lemak subkutan kurang
g. Ubun-ubun dan sutura lebar
h. Genetalia belum sempurna, labio minora
belum tertutup oleh labia
i. mayora (pada wanita), pada laki-laki testis
belum turun
j. Pembuluh darah kulit banyak terlihat,
peristaltik usus dapat terlihat
k. Rambut tipis, halus dan teranyam
l. Tulang rawan dan daun telinga imature
(elastis daun telinga masih kurang sempurna)
m. Puting susu belum terbentuk dengan baik
n. Bayi kecil, posisi Masih posisi fetal
o. Pergerakan kurang dan lemah
p. Banyak tidur, tangis lemah. pernapasan belum
teratur dan sering mengalami serangan
apnea
![Page 15: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/15.jpg)
15
q. Otot masih hipotonik
r. Refleks tonus leher lamah, reflek mengisap
dan menelan serta reflek batuk Mum
sempurna
s. Kulit nampak mengkilat dan licin
2.) Komplikasi Penyakit pada BBLR
Selain itu masalah yang sering terjadi pada BBLR
adalah sindrom gangguan pernafasan idiopatik,
pneumonia aspirasi, hiperbilirubinemia, hipotermia dan
pneumonia aspirasi (JNPKKR-POGI, 2005). Alat tubuh
bayi BBLR (prematur) belum berfungsi seperti pada
bayi matur, oleh sebab itu ia mengalami kesulitan untuk
hidup diluar uterus ibunya. Makin pendek masa
kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan
alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin
mudahnya terjadi komplikasi dan makin tingginya angka
kematiannya. Dalam hubungan ini sebagian besar
kematian perinatal terjadi pada bayi-bayi prematur.
a. Sindroma gawat pernapasan (penyakit membran
hialin).
Paru-paru yang matang sangat penting
bagi bayi baru lahir. Agar bisa bernapas dengan
![Page 16: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/16.jpg)
16
bebas, ketika lahir kantung udara (alveoli) harus
dapat terisi oleh udara dan tetap terbuka. Alveoli
bisa membuka lebar karena adanya suatu bahan
yang disebut surfaktan, yang dihasilkan oleh
paru-paru dan berfungsi menurunkan tegangan
permukaan.
Bayi prematur seringkali tidak
menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
memadai, sehingga alveolinya tidak tetap
terbuka. Di antara saat-saat bernapas, paru-paru
benar-benar mengempis akibatnya terjadi
Sindroma Distres Pernapasan. Sindroma ini bisa
menyebabkan kelainan lainnya dan pada
beberapa kasus bisa berakibat fatal. Kepada bayi
diberikan oksigen; jika penyakitnya berat,
mungkin mereka perlu ditempatkan dalam sebuah
ventilator dan diberikan obat surfaktan (bisa
diteteskan secara langsung melalui sebuah
selang yang dihubungkan dengan trakea bayi).
b. Ketidak matangan pada sistem saraf pusat bisa
menyebabkan gangguan refleks menghisap atau
![Page 17: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/17.jpg)
17
menelan, rentan terhadap terjadinya perdarahan
otak atau serangan apneu.
Selain paru-paru yang belum berkembang,
seorang bayi prematur juga memiliki otak yang
belum berkembang. Hal ini bisa menyebabkan
apneu (henti nafas), karena pusat pernapasan di
otak mungkin belum matang. Untuk mengurangi
frekuensi serangan apneu bisa digunakan obat-
obatan. Jika oksigen maupun aliran darahnya
terganggu, otak yang sangat tidak matang sangat
rentan terhadap perdarahan (perdarahan
intraventrikuler) atau cedera.
c. Ketidak matangan sistem pencernaan
menyebabkan intoleransi pemberian makanan.
Pada awalnya, lambung yang berukuran
kecil mungkin akan membatasi jumlah
makanan/cairan yang diberikan, sehingga
pemberian susu yang terlalu banyak dapat
menyebabkan bayi muntah. Pada awalnya,
lambung yang berukuran kecil mungkin akan
membatasi jumlah makanan/cairan yang
![Page 18: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/18.jpg)
18
diberikan, sehingga pemberian susu yang terlalu
banyak dapat menyebabkan bayi muntah.
d. Retinopati dan gangguan penglihatan atau
kebutaan (fibroplasia retrolental)
e. Displasia bronkopulmoner.
f. Penyakit jantung.
g. Jaundice.
Setelah lahir, bayi memerlukan fungsi hati
dan fungsi usus yang normal untuk membuang
bilirubin (suatu pigmen kuning hasil pemecahan
sel darah merah) dalam tinjanya. Kebanyakan
bayi baru lahir, terutama yang lahir prematur,
memiliki kadar bilirubin darah yang meningkat
(yang bersifat sementara), yang dapat
menyebabkan sakit kuning (jaundice).
Peningkatan ini terjadi karena fungsi
hatinya masih belum matang dan karena
kemampuan makan dan kemampuan
mencernanya masih belum sempurna. Jaundice
kebanyakan bersifat ringan dan akan menghilang
sejalan dengan perbaikan fungsi pencernaan
bayi.
![Page 19: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/19.jpg)
19
h. Infeksi atau septikemia.
Sistem kekebalan pada bayi prematur
belum berkembang sempurna. Mereka belum
menerima komplemen lengkap antibodi dari
ibunya melewati plasenta (ari-ari).
Resiko terjadinya infeksi yang serius
(sepsis) pada bayi prematur lebih tinggi. Bayi
prematur juga lebih rentan terhadap enterokolitis
nekrotisasi (peradangan pada usus).
i. Anemia.
j. Bayi prematur cenderung memiliki kadar gula
darah yang berubah-ubah, bisa tinggi
(hiperglikemia maupun rendah (hipoglikemia).
k. Perkembangan dan pertumbuhan yang lambat.
l. Keterbelakangan mental dan motorik.
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan,
dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term.
Untuk dismaturitas post term sering disebut post maturity.
Penyebab dismaturitas ialah setiap keadaan yang
mengganggu pertukaran zat antara ibu dan janin. Gejala
![Page 20: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/20.jpg)
20
klinis dismatur dapat terjadi preterm, term, post term´. Pada
preterm akan terlihat gejala fisis bayi prematur murni
ditambah dengan gejala dismaturitas.
Menurut Yushananta, (2001) Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
a. Berat bayi lahir rendah (BBLR) : Berat Badan < 2500
gram
b. Berat bayi lahir sangat rendah (BLSR) : Berat Badan
1000 –1500 gram
c. Berat bayi lahir amat sangat rendah (BBLASR) : Berat Badan
<1000 gram
3. Karakteristik BBLR
Menurut Manuaba (2008), karakteristik Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah sebagai berikut:
a. Berat kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
e. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
f. Kepala relatif besar, kepala tidak mampu tcgak
![Page 21: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/21.jpg)
21
g. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang, otot hipotonik- lemah.
h. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas,
pernafasan sekitar 40- 50 kali per menit.
i. Kepala tidak mampu tegak
j. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit.
4. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan BBLR
a. Umur Ibu
Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi
seorang ibu, sehingga diperlukan kesiapan yang matang
untuk menghadapinya termasuk kecukupan umur ibu. Umur
ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua
(lebih dari 35 tahun) cenderung meningkatkan frekuensi
komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Hasil
penelitian terhadap 632 ibu hamil diperoleh kejadian BBLR
pada ibu hamil yang berusia 10-19 tahun dan 36-45 tahun
menunjukkan kejadian BBLR yang tinggi dibandingkan
dengan kelompok umur yang lain.
b. Umur Kehamilan
Kebutuhan zat gizi khususnya zat besi pada ibu
hamil meningkat sesuai dengan bertambahnya umur
![Page 22: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/22.jpg)
22
kehamilan. Apabila terjadi peningkatan kebutuhan zat besi
tanpa disertai oleh pemasukan yang memadai, maka
cadangan zat besi akan menurun dan dapat mengakibatkan
terjadinya anemia. Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada
waktu hamil jauh lebih besar dari wanita tidak hamil, hal ini
dikarenakan kebutuhan Fe naik untuk kebutuhan plasenta
dan janin dalam kandungan. Pada masa trimester I
kehamilan, kebutuhan zat besi lebih rendah dari sebelum
hamil karena tidak menstruasi dan jumlah zat besi yang
ditransfer kepada janin masih rendah. Pada waktu mulai
menginjak trimester II, terdapat peningkatan volume plasma
darah yang lebih besar dibandingkan pertambahan masa
sel darah merah sampai pada trimester III sehingga terjadi
anemia yang bersifat fisiologis.
Apabila wanita hamil tidak mempunyai simpanan zat
besi yang cukup banyak dan tidak mendapat suplemen
preparat besi, sementara janin bertambah terus dengan
pesat maka janin dalam hal ini akan berperan sebagai
parasit, ibu akhirnya akan menderita anemia, sedangkan
janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada
keadaan yang sangat berat misalnya kadar Hb ibu sangat
rendah maka zat besi yang kurang akan berpengaruh pula
![Page 23: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/23.jpg)
23
terhadap janin sehingga menimbulkan BBLR (Manuaba,
2008).
Pembagian kehamilan berdasarkan usia kehamilan menurut
WHO (1979) dalam Manuaba (2008) dibagi menjadi 3
kelompok, yaitu :
1) Preterm yaitu umur kehamilan kurang dari 37 minggu
(259 hari).
2) Aterm yaitu umur kehamilan antara 37 minggu sampai
42 minggu (259 –293 hari).
3) Post-term yaitu umur kehamilan di atas 42 minggu (294
hari).
Bayi dengan BBLR sebagian besar (86%)
dilahirkan oleh ibu dengan umur kehamilan kurang dari
37 minggu. Sehingga umur kehamilan yang kurang
dapat menyebabkan makin kecil bayi yang dilahirkan.
Hal ini disebabkan karena pertumbuhan dan
perkembangan organ bayi belum sempurna.
c. Paritas
Paritas adalah faktor penting dalam menentukan
nasib ibu dan janin selama kehamilan maupun melahirkan.
Dalam studinya, Sorjoenoes dalam Srimalem, di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan bahwa prevalensi
![Page 24: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/24.jpg)
24
kejadian BBLR berfluktuatif dengan bertambahnya paritas
yakni 46,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara dan
37,05% untuk grande multipara. Berdasarkan penelitian
Hanifa (2004) di RS Koja Jakarta Utara diketahui bahwa
kasus BBLR banyak terjadi pada primipara yaitu sebesar
62,4%, dibandingkan dengan multipara (37,6%). Hal ini
dikarenakan fungsi organ pada kahamilan multipara lebih
siap dalam menjaga kehamilan dan menerima kahadiran
janin dalam kandungan.
d. Penyakit Penyerta
Oesman Syarif (2004) dalam penelitiannya mengenai
kejadian BBLR pada Rumah Sakit di Kabupaten Serang
dan Tangerang memperoleh hasil bahwa ibu hamil dengan
penyakit penyerta misalnya trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut kemungkinan
memiliki resiko terjadinya BBLR 6,8 kali lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ibu hamil tanpa penyakit penyerta.
Dari 100 kehamilan yang mencapai minggu ke-20, kurang
dari 2 akan menghasilkan bayi lahir dalam keadaan
meninggal atau kematian bayi dalam bulan pertama
kehidupannya. Penyebabnya agak kompleks. Lebih dari
30% kejadian penyebabnya tidak diketahui, meskipun
![Page 25: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/25.jpg)
25
sebagian besar bayi dilahirkan prematur atau dengan
BBLR, pada saat dilahirkan. Sekitar 15% kematian terjadi
karena antepartum haemorrhage, dan jumlah yang sama
dari bayi kelainan bentuk. Hampir 6% terjadi karena
hipertensi kehamilan, dan jumlah yang sama karena
penyakit yang diderita ibu (Derek Lewelynn-Jones, 2005).
e. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses
pelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan
pengetahuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu
dapat berdiri sendiri (Notoatmodjo,2005).
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan
bahwa terdapat kecenderungan terhadap kematian bayi
yang jumlahnya lebih banyak pada ibu yang memiliki tingkat
pendidikan rendah (SD) hinggatidak sekolah),namun dalam
uji korelasi tidak terdapat hubungan yang bermakna.
Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan
dalammenghadapi berbagai masalah misalnya
membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi oralit
waktu menceret misalnya kesedian menjadipeserta
keluarga, termasuk pengaturan makanan bagi ibu hamil
untuk mencegah timbulnya bayi dengan berat badan lahir
![Page 26: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/26.jpg)
26
rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup
penting dalam kesehatan danpertumbuhan, akan dapat
ditunjukan oleh kenyataan berikut, anak- anak dan ibu
mempunyai latar belakang. Pendidikan lebih tinggi
akanmendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang
yang baik.
Penyebab BBLR antara lain:
1. Faktor Ibu
a. Mengalami komplikasi kehamilan seperti :
Perdarahan antepartum, anemia berat, hipertensi, preeklampsia
berat, eklampsia, infeksi selama kehamilan (infeksi kandung
kemih dan ginjal). Menderita penyakit seperti malaria,
infeksimenular seksual, HIV/AIDS, dan malaria.
b. Usia Ibu Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia < 20
tahunatau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda (multi
gravida),
c. Jarak kelahiran Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada jarak
kelahiran terlalu dekat atau pendek (<2 tahun).
d. Pekerjaan ibu Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada ibu
yang bekerjadan memerlukan tenaga fisik yang besar.
![Page 27: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/27.jpg)
27
e. Pendidikan ibu Angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada ibu
yang memiliki pendidikan rendah.
f. Keadaan Sosial Ekonomi Keadaan ini sangat
berperanan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi
terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan
pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pulakejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah
ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah.
g. Sebab lain ialah Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan
pecandu obat narkotik.
2. Faktor Janin
a. Hidraminium
b. Kehamilan ganda dan
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan meliputi Tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi dan zat-zat racun.
5. Penatalaksanaan BBLR
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuian diri
![Page 28: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/28.jpg)
28
dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan
pengukuran suhu lingkungan, pemberian makan dan bila perlu
pemberian oksigen,mencegah infeksi, serta mencegah
kekurangan vitamin dan zat besi.
Penanganan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengaturan suhu bayi
Mempertahankan suhu BBLR dapat dilakukan
dengan cara membungkus bayi dan meletakkan botol-botol
hangat disekitarnya atau memasang lampu petromaks di
dekat tempat tidur bayi. Dikarenakan BBLR mudah
mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya
harus dipertahankan dengan ketat.
b. Makanan bayi
Pada bayi BBLR belum sempurnanya
refleks isap. Oleh sebab itu pemberian nutrisi
harus dilakukan dengan cermat. Padakeadaan ini air
susu ibu di pompa atau dengan cara diberi susu
botolcara pemberian melalui susu botol adalah dengan
frekuensi pemberianyang lebih sering dalam jumlah
susu yang lebih sedikit. Frekuensipemberian ini makin
berkurang dengan bertambahnya berat badanbayi,
![Page 29: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/29.jpg)
29
susunya dapat diganti dengan susu buatan yang
mengandunglemak yang mudah dicerna bayi, dan
mengandung 20 kalori per 30 ml air atau sekurang-
kurangnya bayi mendapat 110 kal/kg berat badan per
hari.
c. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi
bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh
sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat pada setiap hari.
7. Pencegahan BBLR
Pada kasus berat lahir rendah (BBLR) pencegahan yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala
minimal 4 kali selamakurun waktu kekamilan dan dimulai
sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
beresiko, terutama faktor resiko yang mengarah melahirkan
bayiBBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk
pada institusi pelayanankesehatan yang lebih mampu.
b. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu hamil
untuk merawat danmemeriksakan kehamilan dengan baik
dan teratur dan mengkonsumsi makananyang bergizi
![Page 30: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/30.jpg)
30
sehingga dapat menanggulangi masalah ibu hamil resiko
tinggisedini mungkin untuk menurunkan resiko lahirnya bayi
berat badan lahirrendah.
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada
kurun reproduksi sehat( 20-34 tahun ).
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan
dalam merekadapat meningkatkan akses terhadap
pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu
selama hamil akan lebih mudah dalam menerima informasi
kesehatan khususnya dibidang gizi sehingga dapat menambah
pengetahuandan mampu menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Tinjauan Umum Tentang Usia Ibu
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dalam
perkembangan alat-alat reproduksi wanita. Hal ini berkaitan dengan
fisiologis dari organ tubuh dalam menerima kehadiran yang
mendukung perkembangan janin. Dalam kurun reproduksi sehat
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia
antara 20-35 tahun. Dan resiko kehamilan yang tinggi dijumpai pada
wanita hamil dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
Pengaruh umur ibu terhadap terjadinya bayi bblr berkaitan
dengan perkembangan biologis dan psikologis dari ibu tersebut. Pada
![Page 31: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/31.jpg)
31
usia antara 20-35 tahun seorang wanita secara fisioanatomis dan
psikilogis telah siap untuk hamil, sehingga upaya untuk pemeliharaan
kehamilan akan lebih baik dan adanya resiko bayi yang akan dilahirkan
dapat dikurangi. Ibu yang melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun
perkembangan organ reproduksinya belum optimal, jiwanya masih labil
sehingga kehamilannya masih sering timbul komplikasi.
Kehamilan sekitar usia 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
meningkatkan resiko terhadap kesehatan ibu dan anak. Setiap tahun
lebih dari 22.000 wanita hamil Indonesia meninggal karena kesulitan-
kesulitan dalam masa kehamilannya dan melahirkan yang
menyebabkan lebih dari 1 juta anak kehilanngan ibunya.
Sebagian besar dari kematian ini dapat dicegah dengan
menerapkan pengetahuan yang ada dewasa ini mengenai pentingnya
perawatan kehamilan. Penunda usia perkawinan berkaitan dengan
factor resiko selama kehamilan. Seorang ibu yang melahirka dibawah
usia 20 tahun mempunyai resiko kematian maternal terlalu tinggi. Di
jawa timur dengan sumatera pada tahun 1990 diketahui 7,75%
kematian maternal terjadi pada ibu yang melahirkan pada usia di
bawah 20 tahun.
Ibu hamil pada umur ≤ 20 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan
keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu
![Page 32: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/32.jpg)
32
mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi
antara lain, bayi lahir belum cukup umur, perdarahan bisa terjadi
sebelum bayi lahir, perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir.
Resiko pada kehamilan juga dapat dihadapi ibu hamil berumur 35
tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan
pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi.
Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain
dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi, tekanan darah tinggi
dan pre-eklamsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau
macet, perdarahan setelah bayi lahir.
C. Landasan Teori
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan di
desa berat lahir ditimbang dalam 24 jam pertama seyelah lahir
(Saifuddin, 2008)
Umur adalah lamamnya seseorang hidup. Umur
berkembang sejalan dengan berkembangnya biologis atau alat-
alat tubuh manusia. Umur ibu sangat mempengaruhi suatu
kesuksesan persalinan. Dalam kurun reprodaksi sehat dianjurkan
agar umur ibu untuk hamil antara 20-35 tahun.
![Page 33: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/33.jpg)
33
Usia ibu dibawah 20 tahun cenderung mempunyai factor
resiko yang tinggi untuk terjadinya komplikasi kehamilan. Pada
penelitian bakketeig dan Hoffman, kelompok yang memiliki resiko
tersebar persalinan preterm adalah ibu yang berusia kurang dari
20 tahun.
Cunningham dan leveno melaporkan bahwa wanita yang
berusia lebih dari 35 tahun memperlihatkan peningkatkan
bermakna dalam insidensi hipertensi, diabetes, solusio plasenta,
persalinan premature, lahir mati dan plasenta previa. Bayi yang
dilahirkan dengan berat badan lebih rendah yang disebabkan oleh
perubahan pembulu darah ibu dan bagi ibu hamil yang usia lanjut
ketika proses faal dan tubuh mengalami kemunduran, maka hal ini
akan mempengaruhi pula keadaan rahim dan peredaran darah
sudah banyak mengalami pengapuran. Keadaan yang nantinya
akan memperoleh sirkulasi makanan kejanin yang akan
menyebabkan kelahiran dengan berat badan lahir rendah BBLR.
![Page 34: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/34.jpg)
34
D. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Hubungan variable yang diteliti
Umur ibu Kejadian BBLR
![Page 35: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/35.jpg)
35
E. Hipotesis
Berdsarkan pada masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka
konsep maka hipotesis yang di ajukan yakni:
1. Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR
2. Ho (Hipotesis Null)
Tidak ada hubungan umur ibu dengan kejadian BBLR
![Page 36: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/36.jpg)
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitan analitik
dengan rancangan penelitian case control yaitu dimana untuk
mengetahui apakah ada hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian
BBLR.
Rancangan penelitian case contol :
Faktor Resiko +
retrospektif BBLR (Kasus)
FaktorResiko –
Faktor Resiko +
retrospektif Tidak BBLR (Kontrol)
Faktor Resiko –
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan di lakukan di ruang delima II RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tanggal maret – juni 2012.
Semua BBL di R.Delima II RSU Provinsi SulTra
![Page 37: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/37.jpg)
37
C. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh bayi yang lahir dan
tercatat dalam buku register di ruang delima RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara periode juni – desember 2011 berjumlah 1546
orang bayi
2. Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh bayi yang lahir dan
tercatat dalam buku register di ruang delima RSU Provinsi
Sulawesi Tenggara periode januari – desember 2011 berjumlah
318 orang bayi.
a. Kasus :
ibu yang melahirkan bayi yang lahir dengan berat badan
lahir rendah yang tercatat dalam buku register di ruang delima
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara periode januari - desember
tahun 2011 berjumlah 159 orang bayi.
b. Control:
Ibu yang melahirkan bayi yang lahir dengan berat badan
normal yang tercatat dalam buku register di ruang delima II
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara periode januari – desember
tahun 2011 berjumlah 159 orang bayi.
![Page 38: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/38.jpg)
38
Perbandingan sampel :
Jumlah sampel pada kelompok kasus yang tercatat dalam buku
register di ruang delima RSU Provinsi Sulawesi Tenggara
periode januari - desember tahun 2011 berjumlah 159 orang
bayi dan jumlah sampel pada kelompok control yang tercatat
dalam buku register di ruang delima II RSU Provinsi Sulawesi
Tenggara periode januari – desember tahun 2011 berjumlah
159 orang bayi. Sehingga perbandingan antara kelompok
kasus dan control yaitu 1:1 jadi total sampel sebanyak 318.
Adapun pengambilan sampel ini dilakukan dengan tehnik
random sampling, dengan menggunakan rumus jumlah
populasi dibagi jumlah sampel (1546 : 159 = 10) sehingga di
dapatkan kelipatan 10 untuk memperoleh sampel control
(Notoatmodjo, 2005)
D. Definisi Opetrasional Dan Kriteria Obyektif
1. Variabel terikat
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang umur kehamilan.
Kriteria objektif :
BBLR yaitu jika berat badan bayi pada saat lahir kurang dari
2500 gram.
![Page 39: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/39.jpg)
39
Tidak BBLR yaitu jika berat badan bayi pada saat lahir lebih dari
2500 gram.
2. Variebel bebas
Umur ibu adalah usia ibu yang dihitung berdasarkan ulang
tahun terakhir yang tercantum dalam berkas rekam medik.
Kriteria obyektif:
Tidak beresiko: Usia ibu 20-35 tahun
Beresiko: < 20 tahun dan > 35 tahun.
E. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang
diambil dari laporan rawatan pasien dan rekam medis diruang delima
II RSU Provinsi Sulawesi Tenggara 2011.
F. Pengolahan Data
Data yang telah di kumpulkan selanjutnya akan diolah dengan
menggunakan statistik secara manual, yaitu dengan cara tabulasi
yaitu penyusunan data-data kedalam tabel distribusi frekuensi setelah
dilakukan perhitungan secara manual.
G. Analisa Data
1. Analisa Univariabel
Analisa univariad bertujuan untuk mendapatkan gambaran
variabel-variabel penelitian secara diskriptif berupa distribusi
![Page 40: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/40.jpg)
40
frekuensi dengan menggunakan tabel dalam bentuk presentase,
pada penelitian ini hendak menggambarkan umur ibu dan
kejadian BBLR.
Dengan rumus:
f
X= × K
N
(Arikunto, 2002)
Keterangan:
X : Presentasi hasil yang dicapai
F : Frekuensi variabel yang diteliti
N : Jumlah sample : Konstanta 100%
2. Analisa Bivariabel
Analisa ini bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel
independent (umur ibu) dengan variabel dependent (kejadian
BBLR) dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi square
dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) dengan formulasi
sebagai berikut:
(o- e)2
X2 = ∑
e
![Page 41: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/41.jpg)
41
Keterangan:
X2 : Nilai chi square
o : Frekuensi observasi (yang diamati)
e : Frekuensi eksprektasi (yang diharapkan)
Tabel uji Chi-square
Faktor resikoBBLR
JumlahKasus Kontrol
+ Ea Eb Ea + Ea
- Ec Ed Ec + Ed
Jumlah Ea + Ea Eb + Ed Ea+EB+Ec+Ed
Untuk mendapatkan nilai E digunakan rumus sebagai berikut:
(Arikunto, 2006)
Setelah itu nilai X2 hitung di bandingkan dengan nilai X2 tabel pada
taraf signifikan 0,05 (95%) sedagkan derajat kebebasan pada tabel
adalah (b-1) (k-1) di mana b adalah baris dan k adalah kolom.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan sebagai berikut:
Jumlah baris
e= x jumlah kolom
Jumlah total sampel
![Page 42: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/42.jpg)
42
1. Apabila X2 hitung > X2 tabel Ho di tolak atau Ha diterima artinya
ada pengaruh antara variabel independen dengan dependen.
2. Apabila X2 hitung kurang dari X2 tabel Ho di terima atau Ha
ditolak artinya ada pengaruh antara variabel independen
dengan dependen (Candra, 2008).
H. Penyajian Data
Data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
yang kemudian dinarasikan. Sehingga memberi gambaran tentang
hubungan umur ibu bersalin dengan kejadian BBLR di ruang delima II
RSU Provinsi Sulawesi Tenggara 2011.
![Page 43: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/43.jpg)
43
DAFTAR PUSTAKA
Derek Llewelllyn-Jones, (2005). Setiap Wanita, Delapratas Publishing:
Jakarta.
Manuaba, 2008, Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan & KB
untuk Pendidikan Bidan , EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka cipta,
Jakarta.
Setyowaty, dkk.1998. Pengetahuan dan Perilaku Ibu Balita Tentang Status
Gizi Ibu Pada Bayi BBLR. Majalah kedokteran indonesia. Jakarta
Sorjoenoes (1993) dalam Srimalem, 1998, Beberapa Faktor yang
Berhubungan dengan BBLR di RS PMI Bogor tahun 1998, Skripsi FKM-UI, Depok
Winknjosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bida Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta
Yushananta, 2001, Perawatan Bayi Risiko Tinggi, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
![Page 44: Proposal 2](https://reader034.vdocuments.pub/reader034/viewer/2022052603/563db8e2550346aa9a97e1d2/html5/thumbnails/44.jpg)
44