proposal bibit matoa

18
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lingkungan hidup Indonesia yang kaya akan keanekaragaman hayati, dari Sabang sampai Merauke adalah anugerah Allah yang sangat besar kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Anugerah ini tentu wajib dipelihara, dilestarikan dan dikembangkan agar dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri. Tanaman merupakan salah satu penghasil bahan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Peningkatan kebutuhan manusia atas berbagai hasil tanaman mengakibatkan ketersediaan dan kemampuan tanaman yang tumbuh secara alami tidak lagi dapat memenuhinya. Untuk mengantisipasi hal tersebut manusia dengan sengaja melakukan budidaya berbagai jenis tanaman yang dapat menghasilkan produk- produk yang dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Dalam budidaya berbagai jenis tanaman tersebut manusia mengharapkan hasil yang lebih banyak dan lebih baik dibanding hasil yang diperoleh dari tanaman yang tumbuh secara alami. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia melakukan berbagai perlakuan terhadap tanaman yang ditanam dan lingkungan tumbuh di tempat menanamnya. Budidaya tanaman merupakan usaha manusia untuk memaksimalkan pertumbuhan dan hasil yang diinginkan dari suatu jenis tanaman melalui berbagai perlakuan pada baik pada tanaman yang ditanam maupun pada lingkungan tumbuh tempat penanamannya menggunakan

Upload: ahmad-sakri

Post on 22-Jul-2016

90 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Bibit Matoa

A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang

Lingkungan hidup Indonesia yang kaya akan keanekaragaman

hayati, dari Sabang sampai Merauke adalah anugerah Allah yang sangat

besar kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Anugerah ini tentu wajib

dipelihara, dilestarikan dan dikembangkan agar dapat tetap menjadi

sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta

makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas

hidup itu sendiri.

Tanaman merupakan salah satu penghasil bahan untuk memenuhi

kebutuhan hidup manusia. Peningkatan kebutuhan manusia atas

berbagai hasil tanaman mengakibatkan ketersediaan dan kemampuan

tanaman yang tumbuh secara alami tidak lagi dapat memenuhinya.

Untuk mengantisipasi hal tersebut manusia dengan sengaja melakukan

budidaya berbagai jenis tanaman yang dapat menghasilkan produk-

produk yang dapat digunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan

hidupnya.

Dalam budidaya berbagai jenis tanaman tersebut manusia

mengharapkan hasil yang lebih banyak dan lebih baik dibanding hasil

yang diperoleh dari tanaman yang tumbuh secara alami. Untuk

mencapai tujuan tersebut manusia melakukan berbagai perlakuan

terhadap tanaman yang ditanam dan lingkungan tumbuh di tempat

menanamnya. Budidaya tanaman merupakan usaha manusia untuk

memaksimalkan pertumbuhan dan hasil yang diinginkan dari suatu jenis

tanaman melalui berbagai perlakuan pada baik pada tanaman yang

ditanam maupun pada lingkungan tumbuh tempat penanamannya

menggunakan teknik dan sumberdaya yang dikuasainya.

Indonesia, dianugerahi Allah dengan kekayaan sumbaer daya alam

hayati, sesungguhnya, jika saja manusia Indonesia dapat mengolah

kekayaan alam hayati tersebut secara maksimal, tentu rakyat Indonesia

dapat lebih sejahtera tidak perlu sampai merusak hutan, dimana dalam

jangka panjang justru kerugian lebih besar daripada keuntungan yang

hanya sesaat dan hanya dinikmati pemodal besar. Sebagai contoh,

buah manggis di Moskow (Rusia) harga perkilonya mencapai Rp.

Page 2: Proposal Bibit Matoa

127.575,- harga yang fantastis bukan? (Enjay Diana, Harga Manggis di

Moskow, Tribun Jogja, Jogjakarta, 2012)

Namun ironisnya, hampir semua toko buah di seluruh kota di

Indonesia didominasi buah asing. Buah impor memang lebih menarik,

baik dari segi tampilan, adapun rasanya tidak lebih baik dari buah-

buahan lokal, karena daktor rasa sangat subjektif, lagipula semua buah

ciptaan Tuhan memang “sengaja” dibikin berbeda-beda.

Dengan berjuta-juta alasan, komoditas hortikultura produksi anak

bangsa sendiri 'dilecehkan' oleh bangsanya sendiri. Hal ini bisa kita

buktikan sendiri ketika berkunjung ke salah satu supermarket di kota

besar, adalah hamper bisa dipastikan bukan buah lokal yang dipajang di

depan, di tempat yang bagus, sedangkan buah local ditempatkan di

tempat yang kurang layak, sehingga Kesan gengsi melekat pada buah

impor. Sebagai bukti kita dengan mudah menemukan buah jeruk

Mandarin dan Pear dari China atau apel dari New Zealand, namun

sangat sulit menemukan buah matoa. Buah matoa? Bahkan ada yang

belum pernah mendengar buah eksotis dari Indonesia bagian timur ini.

B ua h Ma t o a ( Pometia pinnata) adalah buah khas asli Papua. Rasa

buah ini secara umum manis seperti buah rambuatan atau buah

kelengkeng. Lebih spesifik, rasa buahnya “ramai”, dan susah

didefinisikan, seperti antara rasa buah leci dan buah rambutan. Ada juga

yang merasakannya sangat manis seperti buah kelengkeng. Ada yang

bilang manis legit. Ada lagi yang merasakan aromanya seperti antara

buah kelengkeng dan durian. Pendeknya, buah matoa berasa enak, bagi

mayoritas orang yang telah mencicipinya.

Meskipun dikenal memiliki citarasa yang khas dan harganya cukup

mahal sejauh ini matoa belum dibudidayakan secara intensif. Buah yang

diperjualbelikan di pasar lokal berasal dari pohon yang tumbuh secara

alami di kebun masyarakat atau kawasan hutan sehingga

ketersediaannya terbatas dengan kualitas buah yang beragam. Apalagi

sebagian masyarakat memanen buah matoa dengan menebang

pohonnya sehingga dari waktu ke waktu ketersediaan pohon penghasil

buah semakin berkurang. Di lain pihak, kelezatan buah matoa yang khas

semakin banyak peminatnya, bahkan sampai ke luar daerah Papua.

Page 3: Proposal Bibit Matoa

Rendahnya minat membeli buah lokal secara akumulasi

mengurangi devisa negara, dan sebaliknya, menurunkan pendapatan

petani buah dalam negeri serta gairah petani untuk menanam buah-buah

lokal dalam negeri.

Berikut data impor buah Indonesia 1999-2001 (ton)

Tahun Produksi Impor*

1999 7,54 juta 110.446

2000 8,8 juta 228.529

2001 9,96 juta 250.625

Ket: * total buag segar/beku, kering dan olahan

Sumber: Deptan

2. Risalah Umum dan Spesifikasi buah Matoa

Selama ini orang mengenal buah matoa berasal dari Papua,

padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi,

Kalimantan, dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di

atas permukaan laut. Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di

Malaysia, tentunya juga di Papua New Guinea (belahan timurnya

Papua), serta di daerah tropis Australia.

Di Papua, pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-

hutan. Ini adalah sejenis tumbuhan rambutan, atau dalam ilmu biologi

disebut berasal dari keluarga rambutan-rambutanan (Sapindaceae).

Sedangkan jenisnya dalam bahasa latin disebut pometia pinnata.

Di Papua New Guinea, buah matoa dikenal dengan sebutan Taun.

Sedangkan di daerah-daerah lainnya, sebutannya juga bermacam-

macam, antara lain : Kasai (Kalimantan Utara, Malaysia, Indonesia),

Malugai (Philipina), dan Taun (Papua New Guinea). Sedangkan nama

daerah adalah Kasai, Kongkir, Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam

(Sumatera); Galunggung, Jampango, Kasei, Landur (Kalimantan); Kase,

Landung, Nautu, Tawa, Wusel (Sulawesi); Jagir, Leungsir, Sapen

(Jawa); Hatobu, Matoa, Motoa, Loto, Ngaa, Tawan (Maluku); Iseh,

Kauna, Keba, Maa, Muni, (Nusa Tenggara); Ihi, Mendek, Mohui, Senai,

Tawa, Tawang (Papua). Artinya, buah ini sebenarnya juga dijumpai di

daerah-daerah lain di Indonesia.

1. Kl as ifi k as i i l m i a h

Page 4: Proposal Bibit Matoa

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Sapindales

Familia : Sapindaceae

Genus : Pometia

Species : Pometia pinnata J.R & G. Forst, Pometia acuminata, dan

Pometia coreaceae.

2. KartakteristikMatoa merupakan tumbuhan berbentuk pohon dengan tinggi

20 – 40 m, dan ukuran diameter batang dapat mencapai 1,8 meter.

Batang silindris, tegak, warna kulit batang coklat keputih-putihan,

permukaan kasar. Bercabang banyak sehingga membentuk pohon

yang rindang, percabangan simpodial, arah cabang miring hingga

datar. Akar tunggang, coklat kotor.

Matoa berdaun majemuk, tersusun berseling, 4 – 12 pasang anak

daun. Saat muda daunnya berwarna merah cerah, setelah dewasa

menjadi hijau, bentuk jorong, panjang 30 – 40 cm, lebar 8 – 15 cm.

Helaian daun tebal dan kaku, ujung meruncing (acuminatus), pangkal

tumpul (obtusus), tepi rata. Pertulangan daun menyirip (pinnate)

dengan permukaan atas dan bawah halus, berlekuk pada bagian

pertulangan.

Bunga majemuk, bentuk corong, di ujung batang. Tangkai

bunga bulat, pendek, hijau, dengan kelopak berambut, hijau. Benang

sari pendek, jumlah banyak, putih. Putik bertangkai, pangkal

membulat, putih dengan mahkota terdiri 3 – 4 helai berbentuk pita,

kuning.

Buah bulat atau lonjong sepanjang 5 – 6 cm, berwarna hijau

kadang merah atau hitam (tergantung varietas). Daging buah lembek,

berwarna putih kekuningan. Bentuk biji bulat, berwarna coklat muda

sampai kehitam-hitaman.

3. PerbanyakanMatoa pada umumnya dikembangbiakkan melalui biji

(generatif). Biji matoa cepat kehilangan viabilitas setelah terpapar

Page 5: Proposal Bibit Matoa

udara luar. Benih matoa tidak memiliki sifat dormansi dan akan

segera mati beberapa hari setelah dikeluarkan dari buahnya atau jika

dibiarkan terbuka (Widarsih, 1997 dalam Nurmiaty, 2006). Selama

penyimpanan terbuka benih matoa mengalami pengeringan alami

yang merupakan salah satu ciri benih rekalsitran, yaitu benih yang

menghendaki penyimpanan dengan kadar air dan kelembaban tinggi

sehingga benih tetap lembab dan enzim-enzimnya tetap aktif. Hasil

penelitian Widarsih (1997) dalam Nurmiaty (2006) menyimpulkan

bahwa penyimpanan secara alami (terbuka) menurunkan viabilitas

benih yang ditunjukkan dengan menurunnya daya berkecambah,

tinggi bibit, dan pertambahan tinggi. Penyimpanan secara alami

selama 6 hari menurunkan daya berkecambah dari 72 % menjadi 19

%.

Matoa juga dapat dikembangbiakkan secara vegetatif seperti

cangkok, okulasi hingga teknik kultur jaringan. Untuk memperoleh

jumlah bibit dalam jumlah banyak dan seragam serta untuk perbaikan

sifat tanaman di masa mendatang, telah dilakukan penelitian

perbanyakan tanaman dengan menggunakan teknik kultur jaringan.

Hasil penelitian Sudarmonowati, Bachtiar, dan A.S. Yunita (1995),

menunjukkan bahwa kultur biji muda dan embrio matoa dapat tumbuh

pada media MS yang mengandung kombinasi 4,0 mg/L BAP dan 0,5

mg/L NAA sehingga akan sangat bermanfaat dalam program

konservasi karena biji muda dapat diselamatkan sebelum terserang

hama. Pada kultur tunas samping, perpanjangan tunas terhambat

karena pengkalusan, sedangkan kultur anter dapat menghasilkan

embrioid dalam jumlah banyak

B. NAMA KEGIATAN

Sesuai dengan latar belakang yang telah kami uraikan di atas, maka

kegiatan ini kami beri nama:

“Permohonan Bantuan Bibit Matoa”

C. ORGANISASI PENGAJUKelompok Tani Tunas Mandiri adalah organisasi dan kelompok kerja

yang bergerak dalam bidang pengembangan Pertanian, Peternakan dan

ekonomi kerakyatan, serta aktif dalam kegiatan sosialisasi dan

pengembangan pertanian.

D. MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

Page 6: Proposal Bibit Matoa

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian RI No.

160/Kpts/SR.120/3/2006, matoa Papua telah ditetapkan sebagai varitas buah

unggul yang patut dibudidayakan. Matoa sebagai jenis pohon buah lokal

Papua merupakan sumberdaya potensial yang harus dilestarikan dan

ditingkatkan nilai manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat.

Meskipun matoa sudah memberi kontribusi terhadap pendapatan

masyarakat Papua pada khususnya namun kontribusi tersebut masih sangat

kecil karena sejauh ini sebagian besar matoa yang dihasilkan berasal dari

pohon yang tumbuh secara alami dengan pengelolaan yang masih sangat

minimal. Sedangkan permintaan akan buah Matoa meningkat setiap

tahunnya sehingga tidak mungkin terpenuhi dari Papua untuk saat ini,

apalagi sampai ke Kepulauan Meranti.

Keberhasilan pengembangan suatu komoditas tanaman dipengaruhi

oleh aspek ekologi tanaman yang dibudidayakan dan aspek sosial ekonomi

pelakunya. Pohon matoa mempunyai range penyebaran yang cukup luas.

Selain di Papua dilaporkan jenis pohon ini juga berhasil dikembangkan di

beberapa daerah di luar Papua, seperti di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan

Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut.

Selain di Indonesia pohon matoa juga tumbuh di Malaysia, tentunya juga di

Papua New Guinea (belahan timurnya Papua), serta di daerah tropis

Australia.

1. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus

mempromosikan buah lokal dan melestarikan lingkungan hijau.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum di atas, kami uraikan beberapa tujuan khusus

yang dapat dihasilkan dari tanaman matoa itu sendiri yakni:

a) Turut menyehatkan masyarakat, buah matoa Biji, buah dan daun

matoa (Pometia pinnata J.R & G. Forst.) mengandung saponin,

flavonoida, dan polifenol. Biji matoa berkhasiat untuk tonikum. Kulit

batang matoa kemungkinan mempunyai sifat penghambat

pertumbuhan bakteri.

b) Untuk mengurangi penebangan kayu hutan, Kayu matoa dapat

untuk bahan bangunan (rumah dan jembatan), mebel, ukir-ukiran

Page 7: Proposal Bibit Matoa

dan alat pertanian katena kayu matoa lurus dan panjang dan

berserat bagus. (Sumiasri, Kuswara, dan Setyowati-Indarto, 2000).

c) Untuk mengurangi ketergantungan buah-buahan dari luar Kabupaten

Kepulauan Meranti sekaligus menciptakan komoditas baru dari

Kabupaten Kepulauan Meranti yang pada akhirnya meningkatkan

taraf kehidupan masyarakat Kabupaten Kepulauan Meranti.

Page 8: Proposal Bibit Matoa

E. DESKRIPSI KEGIATAN

Ide pokok permohonan bibit matoa ini adalah demi terciptanya

lingkungan yang hijau asri dan lestari sekalilgus produktif dan bernilai

ekonomi tinggi bagi masyarakat Desa Alahair.

Adapun jumlah bibit yang kami ajukan adalah sebanyak 1.000

batang/bibit matoa, dengan harapan apabila menghasilkan buah, masyarakat

Kabupaten Kepulauan Meranti secara umum dapat menikmatinya, tidak

Cuma masyarakat Desa Alahair saja.

Sedangkan sistematika kerjanya adalah, kami berencana

membagikan bibit matoa ke masyarakat Desa Alahair secara cuma-cuma

(gratis). Sedangkan teknis penanaman sekaligus penyuluhan akan dibimbing

oleh Petugas Penyuluh Lapangan wilayah kerja Desa Alahair. Hal ini

dimaksudkan untuk menghemat biaya dan hasilnya akan benar0benar

dirasakan langsung oleh masyaraka. Namun rencana ini akan berjalan

sejauh Bapak berkenan mengabulkan proposal ini, dikarenakan keterbatasan

sumberdaya kami untuk mendatangkan benih Matoa.

F. LOKASI KEGIATAN

Lokasi kegiatan ini adalah seluruh wilayah Desa Alahair kec

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti.

G. ANALISIS

1. Faktor Penghambat

Setiap jenis tanaman membutuhkan lingkungan tumbuh tertentu

untuk dapat tumbuh dan berkembang. Hukum Minimum Liebig

menyatakan bahwa pertumbuhan dan/atau penyebaran suatu spesies

tanaman tergantung pada satu faktor lingkungan kritis yang sangat

dibutuhkan. Teori tersebut selanjutnya disempurnakan oleh Ronald Good

menjadi Teori Toleransi yang menyatakan bahwa

a. setiap spesies tanaman hanya dapat hidup dan berkembang biak

pada kisaran kondisi lingkungan tertentu;

b. kondisi lingkungan yang berpengaruh adalah iklim, tanah, dan

biologis;

c. kisaran toleransi dapat luas untuk suatu faktor tetapi sempit untuk

faktor yang lain, dan kisaran toleransi tersebut dapat berubah sesuai

dengan tingkat pertumbuhan tanaman,

Page 9: Proposal Bibit Matoa

d. kisaran toleransi suatu tanaman tidak dapat dinilai berdasarkan

kenampakan morfologis, tetapi berkaitan dengan proses fisiologi yang

hanya dapat diuji melalui eksperimen,

e. kisaran toleransi dapat berubah melalui proses evolusi,

f. penyebaran relatif suatu spesies dengan toleransi dan faktor

lingkungan yang sama ditentukan oleh hasil kompetisi (atau interaksi

biologis lain) antar spesies (Barbour, Burk, dan Pitts, 1980).

Variasi kondisi lingkungan tumbuh dan perbedaan kemampuan

spesies tanaman untuk beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan

mengakibatkan terjadinya zona-zona penyebaran tanaman sesuai dengan

perubahan kondisi lingkungan tempat tumbuh dan kemampuan tanaman

untuk beradaptasi terhadap perbedaan tempat tumbuh. Semakin besar

kemampuan suatu jenis tanaman beradaptasi terhadap perbedaan

lingkungan tumbuh akan semakin luas penyebaran tumbuhnya, dan

sebaliknya, semakin kecil kemampuan suatu jenis tanaman untuk

beradaptasi mengakibatkan penyebarannya hanya terbatas pada habitat

tertentu saja.

Faktor lingkungan sebagai pembatas utama pertumbuhan dan

perkembangbiakan tanaman adalah ilkim, tanah dan biologis. Faktor ilkim

yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

adalah intensitas dan distribusi curah hujan, suhu, dan cahaya. Sedang

faktor tanah yang berpengaruh adalah ketinggian tempat dan jenis tanah.

Faktor biologis yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan tanaman berkaitan dengan berbagai bentuk interaksi

antara individu tamaman dengan individu tanaman yang lain maupun

dengan berbagai satwa.

Kemampuan beradaptasi suatu jenis tanaman terhadap kondisi

lingkungan tumbuh yang kurang sesuai dengan lingkungan tumbuh

aslinya sampai batas-batas tertentu akan menimbulkan perubahan baik

pada pola pertumbuhan maupun perkembangbiakannya. Perubahan pola

pertumbuhan tanaman pada lingkungan tumbuh yang berbeda dapat

terjadi pada laju pertumbuhan maupun penampilan morfologi tanaman

(bentuk, ukuran, warna). Pada pola perkembangbiakan, perbedaan

lingkungan tumbuh akan menyebabkan terjadinya perbedaan masa

berbunga dan berbuah, produktifitas buah dan viabilitas biji, atau bahkan

ketidakmampuan untuk berbuah meskipun berbunga (bunganya infertil).

Page 10: Proposal Bibit Matoa

2. Faktor PendukungDi Indonesia matoa (Pometia spp.) tumbuh menyebar di Sumatera,

Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Maluku,

dan Papua (Sudarmono, 2001). Daerah penyebaran matoa di Papua

antara lain di Dataran Sekoli (Jayapura), Wandoswaar – P. Meoswaar,

Anjai – Kebar, Warmare, Armina, Bintuni, Ransiki (Manokwari), dan lain-

lain. Tumbuh pada tanah yang kadang-kadang tergenang air tawar, pada

tanah berpasir, berlempung, berkarang dan berbatu cadas. Keadaan

lapangan datar, bergelombang ringan – berat dengan lereng landai

sampai curam pada ketinggian sampai 120 m di atas permukaan air laut

(Dinas Kehutanan DATI I Irian Jaya, 1976)

Berdasarkan uraian habitat dan karakteristik Matoa di atas, besar

kemunginan matoa bisa tumbuh dengan baik di Kabupaten Kepulauan

Meranti, karena selain bisa tumbuh di dataran rendah, matoa juga

ternyata ditemukan tumbuh di pulau sumatera.

I. Penutup

Dalam rangka ikut meningkatkan sumber daya manusia dan sekaligus

melestarikan kekayaan alam Indonesia bagi masyarakat Desa Alahair

khususnya, besar harapan kami pemerintah dan stakeholder bisa

mengabulkan permohonan kami. Atas perhatiannya kami ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.