proposal fix
DESCRIPTION
proposalTRANSCRIPT
PROPOSALSISTEM EKOLOGI PANGAN DAN GIZI DI KELURAHAN
KEMBANGSARI KECAMATAN SEMARANG TENGAH
KELAS A 2012
KELOMPOK 5
Puji Kurniasih 25010112120044
Rani Novianis Rizky S 25010112120045
Puspa Run Canti 25010112120046
Umaya 25010112120047
Haifa Nurdiennah 25010112120048
Ria Nur Madyasari 25010112120050
Wiwi Wulandari 25010112120051
Khaerunnisa Uljannah 25010112120054
Tias Larasati 25010112120055
Prasti Widyorini 25010112120056
Ida Mahfiroh 25010112120057
Winda Asriyani 25010112122058
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal
penelitian yang berjudul :
SISTEM EKOLOGI PANGAN DAN GIZI DI KELURAHAN
KEMBANGSARI KECAMATAN SEMARANG TENGAH
Di susun Oleh :
Puji Kurniasih NIM: 25010112120044
Rani Novianis Rizky S NIM: 25010112120045
Puspa Run Canti NIM: 25010112120046
Umaya NIM: 25010112120047
Haifa Nurdiennah NIM: 25010112120048
Ria Nur Madyasari NIM: 25010112120050
Wiwi Wulandari NIM: 25010112120051
Khaerunnisa Uljannah NIM: 25010112120054
Tias Larasati NIM: 25010112120055
Prasti Widyorini NIM: 25010112120056
Ida Mahfiroh NIM: 25010112120057
Winda Asriyani NIM: 25010112122058
Telah disahkan oleh dosen mata kuliah ekologi pangan dan gizi pada tanggal
15 April 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Dosen Ekologi Pangan dan Gizi
Ir. Laksmi Widajanti, M.Si
NIP. 196608131992032003
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan proposal Project Based Learning (PjBL) Mata Kuliah
Ekologi Pangan dan Gizi, yang berjudul “Sistem Ekologi Pangan dan Gizi
di Kelurahan Kembangsari Kecamatan Semarang Tengah”.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini
banyak mengalami kendala. Berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama
dari berbagai pihak, akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Laksmi
Widajanti, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi yang
sekaligus menjadi pembimbing dalam pembuatan proposal ini. Berkat
arahan dan saran-saran yang beliau berikan, akhirnya kami dapat
menyelesaikan proposal ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga kami
sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan usaha terbaiknya
dalam proses penyusunan proposal ini.
Kami menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan kesempurnaan proposal ini.
Semarang, April 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu
memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima,
serta cerdas. Namun kualitas SDM sangat ditentukan oleh status gizi yang
baik. Jika status gizi seseorang dinyatakan buruk, maka daya tahan
tubuhnya akan menurun dan rentan terserang penyakit infeksi.
Istilah pangan dan gizi merupakan dua istilah yang tidak mungkin
untuk dipisahkan satu sama lain. Mengapa demikian? Karena didalam
suatu bahan pangan tentu haruslah memiliki kadar gizi baik dan cukup
yang terkandung didalamnya. Tanpa adanya gizi yang dikandung oleh
suatu bahan pangan, maka bahan pangan tersebut tidaklah bermanfaat bagi
tubuh. Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa
untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan sekitar 45
jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan
tidak ada satu jenis pangan pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan
gizi bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, setiap orang
perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang, serta
aman.
Ditinjau dari potensi sumber daya wilayah, sumber daya alam
Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun
protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian,
umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah dan biji
berminyak. Berbagai potensi ketersediaan pangan yang dimiliki oleh
Indonesia tentu tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh
masyarakat, melainkan harus melalui proses produksi pangan terlebih
dahulu. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan, Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,
mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk pangan. Bahan
mentah yang berupa padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-
kacangan, sayur dan buah harus melalui proses produksi pangan agar
dapat diubah menjadi bahan setengah mentah yang siap olah ataupun
diproduksi menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi.
Tempe merupakan salah satu hasil produksi pangan yang banyak
dijumpai di Indonesia. Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang
sangat terkenal di Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat
Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai.
Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan
perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan tempe lebih
mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena
tempe tahan hanya selama 2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati
dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein,
akibatnya tempe cepat busuk (Sarwono, 2005).
Tempe merupakan bahan pangan yang sederhana namun memiliki
banyak manfaat. Selain memiliki kandungan serat tidak larut yang tinggi
dan protein, tempe juga mengandung zat antioksidan berupa karoten,
vitamin E, dan isoflavon. Itulah sebabnya tempe sering disebut-sebut
sebagai bahan makanan yang dapat mencegah kanker (Wardlaw, 1999).
Pada awalnya tempe hanya terkenal di pulau Jawa dan merupakan
makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari. Seiring dengan
berjalannya waktu, tempe tidak hanya dikenal dipulau Jawa, melainkan
hampir seluruh pelosok Indonesia dan diakui sebagai makanan khas yang
berasal dari Indonesia(Wirakusuma, 2005). Dikenalnya tempe sebagai
makanan khas Indonesia berdampak pada semakin menjamurnya produksi
pembuatan tempe di berbagai penjuru nusantara.
Produksi pembuatan tempe yang semakin menjamur di Indonesia
tidak hanya menimbulkan sisi positif dalam meningkatkan status gizi
masyarakat, namun juga meninggalkan sisi negatif bagi lingkungan. Salah
satu dampak negatif yang dihasilkan dari berdirinya pabrik pembuatan
tempe adalah limbah yang berasal dari proses produksi tempe. Jumlah
pabrik tempe yang banyak dan sebagian besar mengambil lokasi di sekitar
sungai ataupun selokan-selokan guna memudahkan proses pembuangan
limbahnya tentu akan sangat mencemari lingkungan perairan disekitarnya.
Proses produksi tempe, memerlukan banyak air yang digunakan
untuk perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai.
Limbah yang diperoleh dari proses-proses tersebut diatas dapat berupa
limbah cair maupun limbah padat. Sebagian besar limbah padat yang
berasal dari kulit kedelai, kedelai yang rusak dan mengambang pada
proses pencucian serta lembaga yang lepas pada waktu pelepasan kulit,
sudah banyak yang dimanfaatkan untuk makanan ternak. Limbah cair
berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai masih
dibuang langsung diperairan disekitarnya (Anonim, 1989). Jika limbah
tersebut langsung dibuang ke perairan maka dalam waktu yang relatif
singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun
fosfin sebagai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik tersebut
(Wardojo, 1975).
Dalam penelitian ini kami (penulis) ingin melakukan pengkajian
tentang sistem ekologi pangan dan gizi pada masyarakat di Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Tempat tersebut kami pilih
dengan alasan bahwa di sekitar tempat tersebut tepatnya di bantaran sungai
blerok, terdapat banyak home industry pembuatan tempe. Dalam hal ini
kami akan meneliti sejauh mana pabrik tempe di wilayah Kelurahan
Kembangsari Kecamatan Semarang Tengah mempengaruhi sistem ekologi
pangan dan gizi masyarakat di wilayah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Kelurahan Kembangsari merupakan salah satu kelurahan yang
terletak di Kecamatan Semarang Tengah. Kelurahan ini menjadi sentra
industri pembuatan tempe di Kota Semarang. Lokasi produksi pembuatan
tempe terdapat di sepanjang aliran sungai Blerok. Hasil samping proses
produksi tempe yang berupa limbah cair dan limbah padat dapat
berdampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya apabila tidak dikelola
dengan baik. Dalam penelitian ini kami akan melakukan pengkajian
tentang sistem ekologi pangan dan gizi yang menjelaskan dampak
keberadaan industri tempe terhadap status gizi masyarakat dan kondisi
lingkungan di wilayah tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sistem ekologi pangan dan
gizi di Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji proses pengolahan tempe di Kelurahan Kembangsari,
Kecamatan Semarang Tengah.
2. Mengkaji bahan-bahan yang digunakan dalam produksi tempe di
Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
3. Mengkaji proses pengemasan tempe yang diproduksi di
Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
4. Mengkaji proses distribusi tempe yang diproduksi di Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Tengah.
5. Menganalisis sasaran dari produk tempe yang diproduksi di
Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
6. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari pengolahan tempe
terhadap lingkungan dan gizi masyarakat di Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu
Gizi Masyarakat, terutama tentang ekologi pangan dan gizi yaitu
berkaitan dengan proses produksi, ketersediaan bahan baku,
distribusi serta dampak gizi yang ditimbulkan. Selain itu, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi literatur dan rujukan bagi penelitian
yang akan datang.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini akan memberi masukan untuk
perusahaan tentang Ekologi pangan dan gizi yaitu yang berkaitan
dengan produksi, pengemasan dan distribusi serta dampak yang
ditimbulkan baik dampak lingkungan maupun dampak gizi.
Ekologi pangan dan gizi tersebut dapat menjadi acuan bagi
perusahaan untuk menentukan strateginya dalam memproduksi dan
memasarkan produknya sehingga diharapkan dapat memberikan
keuntungan besar bagi perusahaan.
b. Bagi Konsumen
Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan tambahan
pertimbangan bagi konsumen tentang hal yang perlu diperhatikan
sebelum mereka membeli suatu produk, dengan begitu diharapkan
konsumen menjadi lebih cerdas dalam memutuskan untuk membeli
suatu produk.
c. Bagi Pemerintah
Hasil Penelitian ini dapat menjadi gambaran dan pertimbangan
bagi pemerintah tentang program program yang harus diterapkan
agar tidak merugikan perusahaan, konsumen maupun terhadap
lingkungan.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat
2.1.1 Waktu : April – Mei 2014
2.1.2 Tempat : Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
Adapun alasan memilih lokasi ini yaitu:
1. Sesuai dengan topik Aquafer Ecosystem karena
Kelurahan Kembangsari dilalui oleh aliran Sungai
Blerok.
2. Terdapat banyak home industry pembuatan tempe.
3. Ada masyarakat dan pekerja (pekerja pembuat tempe)
di daerah tersebut yang menjadi subjek penelitian.
2.2 Populasi dan Subjek
2.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.
2.2.2 Subyek
Penelitian ini terdiri dari tiga (3) subjek, yaitu pengusaha atau
produsen tempe sebanyak 4 orang, pekerja dari perusahaan tempe
sebanyak 12 orang, dan warga dari sekitar tempat produksi tempe.
Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Kembangsari sebanyak
1189 KK. Dari jumlah tersebut, maka dapat ditentukan jumlah
sampel yang akan diteliti sebesar:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi KK
d = Presisi
n = 1189/ 1189 (10%) 2 + 1
= 1189/ (1189. 0, 1 2) + 1
= 92 KK
Jadi, jumlah KK yang dibutuhkan sebagai sampel adalah sebanyak 92
KK.
2.3 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu. Alasan peneliti menggunakan
purposive samping dikarenakan jumlah populasi yang terdapat di
Kelurahan Kembangsari begitu besar, sehingga peneliti hanya ingin
meneliti sampel dari populasi yang terdapat di wilayah RW tempat
produsen tempe berada. Keempat produsen tempe berada di wilayah RW .
. . ., sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil sampel dari
keempat wilayah RW tersebut.
2.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang
berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian.
Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui
formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan
oleh peneliti (Mardalis, 2008: 66). Penelitian ini menggunakan angket
atau kuesioer, daftar pertanyaan dibuat secara berstruktur dengan
bentuk pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang kondisi ekologi pangan dan gizi
masyarakat sekitar industri pengolahan tempe serta perilaku pekerja
dalam mengolah tempe.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti
menyelidiki benda-benda tertulis seperti dokumen, peraturan-
peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi lingkungan serta
gambaran penduduk Kelurahan Kembang Sari, Kecamatan Semarang
Tengah.
3. Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket)
namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang
terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam
dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Dalam
observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-
hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Alat yang
digunakan dalam teknik observasi ini antara lain: lembar cek list, buku
catatan, kamera foto, dll.
4. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan
menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data
informasi pengelohan tempe dari pihak produsen tempe.
2.5 Variabel Data
2.5.1 Lingkungan
Lingkungan penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam proses penelitian seperti ketepatan objek, lokasi dan
keakuratan data. Mengenai lingkungan untuk penelitian, rumah
produksi tempe berada tepat di bantaran sungai blerok Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Lokasi produksi yang
dekat dengan badan sungai memberi kemudahan akses untuk
pembuangan limbah tempe.
2.5.2 Input
Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulan data baik data
primer maupun data sekunder di Kelurahan Kembangsari,
Kecamatan Semarang Tengah. Data primer diperoleh melalui
kuesioner dan wawancara kepada produsen tempe, pekerja di tempat
produksi tempe serta masyarakat di wilayah tersebut. Sementara itu
data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan Semarang Tengah.
2.5.3 Proses
Proses penelitian sistem ekologi pangan dan gizi dimulai dari
pengumpulan data, mengolah data hingga melakukan analisis data.
2.5.4 Output
Output yang dihasilkan berupa deskripsi sistem ekologi pangan
dan gizi di Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah,
yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi.
2.5.5 Outcome
Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan gambaran
tentang kondisi sistem ekologi pangan dan gizi di sekitar Kelurahan
Kembangsari Kecamatan, Semarang Tengah.
2.5.6 Feedback
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
terhadap kondisi sistem ekologi pangan dan gizi di sekitar Kelurahan
Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah agar terciptanya upaya-
upaya perbaikan.
2.6 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan langkah lanjutan dari pengumpulan
data. Tahap ini dilakukan setelah data lapangan terkumpul, baik data
mentah maupun data jadi (Satori dan Komariah, 2010: 177).
Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh
saat pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini berupa data lisan
(berupa tuturan), data tertulis, dan foto. Data lisan dan tertulis diperoleh
melalui angket/kuisioner dan wawancara terhadap narasumber atau subjek
penelitian. Data yang berupa foto merupakan data yang berfungsi
mendeskripsikan suatu hal, benda, maupun kejadian saat observasi
maupun saat pengumpulan data. Data lisan didokumentasikan ke dalam
bentuk rekaman suara, sedangkan data tertulis didokumentasikan ke dalam
bentuk tulisan atau catatan penelitian.
Data jadi merupakan suatu data mentah (data lapangan) yang telah
mengalami proses penyeleksian data. Penyeleksian data mengacu pada
permasalahan yang ingin dipecahkan, yaitu objek penelitian.
Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara: (a) persiapan, (b)
penyeleksian. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh data
lapangan, baik yang berupa rekaman, catatan lapangan, maupun foto. Data
yang berupa rekaman suara ditranskrip atau disalin dalam bentuk tulisan,
sedangkan data yang berupa foto dideskripsikan sesuai gambar. Setelah
semua terkumpul, peneliti mulai menyeleksi data sesuai dengan objek
penelitian.
2.7 Analisis Data
Bogdan (1982) dalam Sugiyono (2008: 88) menyatakan bahwa
analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain.
Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan peristiwa atau kejadian yang terjadi. Hal tersebut
dilakukan karena penelitian yang dilakukan penulis bukanlah penelitian
yang bersifat eksperimental (melibatkan suatu perlakuan). Penelitian yang
dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif dari sampel dan perilaku yang dapat diamati
(Kaswandani dan Sudigdo, 2011: 287).
Menurut Kaswandani dan Sudigdo (2011: 291) terdapat lima (5)
langkah dalam analisis data kualitatif yaitu:
1. Familiarisation
Familiarisation bertujuan untuk mendapatkan ide dan tema dengan
cara menggabungkan beberapa data dasar seperti mendengar rekaman
atau membaca transkrip.
2. Identifying a thematic framework
Tahap ini merupakan proses identifikasi tema dan konsep yang
sudah diperoleh pada tahap familiarisation. Identifikasi dilakukan
untuk membentuk indeks data secara detail dan member label pada
data sesuai dengan sub-kelompok data.
3. Indexing
Indeks data yang diperoleh dari tahap identifiying a thematic
framework diaplikasikan terhadap data yang diperoleh untuk
mengubah data menjadi kode-kode.
4. Charting
Tahap charting dilakukan untuk membuat diagram dari data-data
yang telah mengalami proses pengolahan.
5. Mapping and interpretation
Mapping and interpretation bertujuan untuk mendefinisikan
konsep, memetakan fenomena yang muncul, serta menemukan
hubungan antara tema dengan pandangan yang dapat menemukan hasil
temuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989. Tahu Tempe, Pembuatan, Pengawetan dan Pemanfaatan
Limbah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB.
Bogor.
Anonim. 2011. Skripsi BAB III.
http://eprints.undip.ac.id/24051/3/Skripsi_BAB_III.pdf diunduh pada
tanggal 11 April 2014, pukul 22.00.
id.wikipedia.org/wiki/Ekologi. Diunduh pada tanggal 14 April 2014, pukul
15.21.
Mulyatinngsih, Endang. 2010. Metode Pengumpulan Data.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Endang
%20Mulyatiningsih,%20M.Pd./METODE%20PENGUMPULAN
%20DATA.pdf diunduh pada tanggal 11 April 2014, pukul 19.00.
Prawirohardjo, Sarwono., (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Wardlaw, G.M. 1999. Perspectives in Nutrition fourth edition. McGraw-Hill.
New York.
Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor.