proposal fix

23
PROPOSAL SISTEM EKOLOGI PANGAN DAN GIZI DI KELURAHAN KEMBANGSARI KECAMATAN SEMARANG TENGAH KELAS A 2012 KELOMPOK 5 Puji Kurniasih 25010112120044 Rani Novianis Rizky S 25010112120045 Puspa Run Canti 25010112120046 Umaya 25010112120047 Haifa Nurdiennah 25010112120048 Ria Nur Madyasari 25010112120050 Wiwi Wulandari 25010112120051 Khaerunnisa Uljannah 25010112120054 Tias Larasati 25010112120055 Prasti Widyorini 25010112120056 Ida Mahfiroh 25010112120057 Winda Asriyani 25010112122058 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Upload: puji-kurniasih

Post on 17-Jul-2016

221 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

proposal

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Fix

PROPOSALSISTEM EKOLOGI PANGAN DAN GIZI DI KELURAHAN

KEMBANGSARI KECAMATAN SEMARANG TENGAH

KELAS A 2012

KELOMPOK 5

Puji Kurniasih 25010112120044

Rani Novianis Rizky S 25010112120045

Puspa Run Canti 25010112120046

Umaya 25010112120047

Haifa Nurdiennah 25010112120048

Ria Nur Madyasari 25010112120050

Wiwi Wulandari 25010112120051

Khaerunnisa Uljannah 25010112120054

Tias Larasati 25010112120055

Prasti Widyorini 25010112120056

Ida Mahfiroh 25010112120057

Winda Asriyani 25010112122058

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2013

Page 2: Proposal Fix

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa proposal

penelitian yang berjudul :

SISTEM EKOLOGI PANGAN DAN GIZI DI KELURAHAN

KEMBANGSARI KECAMATAN SEMARANG TENGAH

Di susun Oleh :

Puji Kurniasih NIM: 25010112120044

Rani Novianis Rizky S NIM: 25010112120045

Puspa Run Canti NIM: 25010112120046

Umaya NIM: 25010112120047

Haifa Nurdiennah NIM: 25010112120048

Ria Nur Madyasari NIM: 25010112120050

Wiwi Wulandari NIM: 25010112120051

Khaerunnisa Uljannah NIM: 25010112120054

Tias Larasati NIM: 25010112120055

Prasti Widyorini NIM: 25010112120056

Ida Mahfiroh NIM: 25010112120057

Winda Asriyani NIM: 25010112122058

Telah disahkan oleh dosen mata kuliah ekologi pangan dan gizi pada tanggal

15 April 2014 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.

Dosen Ekologi Pangan dan Gizi

Ir. Laksmi Widajanti, M.Si

NIP. 196608131992032003

Page 3: Proposal Fix

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat

menyelesaikan proposal Project Based Learning (PjBL) Mata Kuliah

Ekologi Pangan dan Gizi, yang berjudul “Sistem Ekologi Pangan dan Gizi

di Kelurahan Kembangsari Kecamatan Semarang Tengah”.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini

banyak mengalami kendala. Berkat bantuan, bimbingan, dan kerjasama

dari berbagai pihak, akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ir. Laksmi

Widajanti, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekologi Pangan dan Gizi yang

sekaligus menjadi pembimbing dalam pembuatan proposal ini. Berkat

arahan dan saran-saran yang beliau berikan, akhirnya kami dapat

menyelesaikan proposal ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga kami

sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan usaha terbaiknya

dalam proses penyusunan proposal ini.

Kami menyadari bahwa proposal ini masih memiliki banyak

kekurangan. Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang bersifat

membangun guna perbaikan dan kesempurnaan proposal ini.

Semarang, April 2014

Penulis

Page 4: Proposal Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu

memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima,

serta cerdas. Namun kualitas SDM sangat ditentukan oleh status gizi yang

baik. Jika status gizi seseorang dinyatakan buruk, maka daya tahan

tubuhnya akan menurun dan rentan terserang penyakit infeksi.

Istilah pangan dan gizi merupakan dua istilah yang tidak mungkin

untuk dipisahkan satu sama lain. Mengapa demikian? Karena didalam

suatu bahan pangan tentu haruslah memiliki kadar gizi baik dan cukup

yang terkandung didalamnya. Tanpa adanya gizi yang dikandung oleh

suatu bahan pangan, maka bahan pangan tersebut tidaklah bermanfaat bagi

tubuh. Berbagai kajian di bidang gizi dan kesehatan menunjukkan bahwa

untuk dapat hidup sehat dan produktif, manusia memerlukan sekitar 45

jenis zat gizi yang harus diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan

tidak ada satu jenis pangan pun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan

gizi bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, setiap orang

perlu mengkonsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang, serta

aman.

Ditinjau dari potensi sumber daya wilayah, sumber daya alam

Indonesia memiliki potensi ketersediaan pangan yang beragam dari satu

wilayah ke wilayah lainnya, baik sebagai sumber karbohidrat maupun

protein, vitamin dan mineral, yang berasal dari kelompok padi-padian,

umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, sayur dan buah dan biji

berminyak. Berbagai potensi ketersediaan pangan yang dimiliki oleh

Indonesia tentu tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh

masyarakat, melainkan harus melalui proses produksi pangan terlebih

dahulu. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun

Page 5: Proposal Fix

2012 tentang Pangan, Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses

menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat, mengawetkan,

mengemas, mengemas kembali, dan/atau mengubah bentuk pangan. Bahan

mentah yang berupa padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, kacang-

kacangan, sayur dan buah harus melalui proses produksi pangan agar

dapat diubah menjadi bahan setengah mentah yang siap olah ataupun

diproduksi menjadi makanan yang siap untuk dikonsumsi.

Tempe merupakan salah satu hasil produksi pangan yang banyak

dijumpai di Indonesia. Tempe adalah makanan hasil fermentasi yang

sangat terkenal di Indonesia. Tempe yang biasa dikenal oleh masyarakat

Indonesia adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai.

Fermentasi kedelai dalam proses pembuatan tempe menyebabkan

perubahan kimia maupun fisik pada biji kedelai, menjadikan tempe lebih

mudah dicerna oleh tubuh. Tempe segar tidak dapat disimpan lama, karena

tempe tahan hanya selama 2 x 24 jam, lewat masa itu, kapang tempe mati

dan selanjutnya akan tumbuh bakteri atau mikroba perombak protein,

akibatnya tempe cepat busuk (Sarwono, 2005).

Tempe merupakan bahan pangan yang sederhana namun memiliki

banyak manfaat. Selain memiliki kandungan serat tidak larut yang tinggi

dan protein, tempe juga mengandung zat antioksidan berupa karoten,

vitamin E, dan isoflavon. Itulah sebabnya tempe sering disebut-sebut

sebagai bahan makanan yang dapat mencegah kanker (Wardlaw, 1999).

Pada awalnya tempe hanya terkenal di pulau Jawa dan merupakan

makanan yang biasa dimakan dan dihidangkan setiap hari. Seiring dengan

berjalannya waktu, tempe tidak hanya dikenal dipulau Jawa, melainkan

hampir seluruh pelosok Indonesia dan diakui sebagai makanan khas yang

berasal dari Indonesia(Wirakusuma, 2005). Dikenalnya tempe sebagai

makanan khas Indonesia berdampak pada semakin menjamurnya produksi

pembuatan tempe di berbagai penjuru nusantara.

Produksi pembuatan tempe yang semakin menjamur di Indonesia

tidak hanya menimbulkan sisi positif dalam meningkatkan status gizi

Page 6: Proposal Fix

masyarakat, namun juga meninggalkan sisi negatif bagi lingkungan. Salah

satu dampak negatif yang dihasilkan dari berdirinya pabrik pembuatan

tempe adalah limbah yang berasal dari proses produksi tempe. Jumlah

pabrik tempe yang banyak dan sebagian besar mengambil lokasi di sekitar

sungai ataupun selokan-selokan guna memudahkan proses pembuangan

limbahnya tentu akan sangat mencemari lingkungan perairan disekitarnya.

Proses produksi tempe, memerlukan banyak air yang digunakan

untuk perendaman, perebusan, pencucian serta pengupasan kulit kedelai.

Limbah yang diperoleh dari proses-proses tersebut diatas dapat berupa

limbah cair maupun limbah padat. Sebagian besar limbah padat yang

berasal dari kulit kedelai, kedelai yang rusak dan mengambang pada

proses pencucian serta lembaga yang lepas pada waktu pelepasan kulit,

sudah banyak yang dimanfaatkan untuk makanan ternak. Limbah cair

berupa air bekas rendaman kedelai dan air bekas rebusan kedelai masih

dibuang langsung diperairan disekitarnya (Anonim, 1989). Jika limbah

tersebut langsung dibuang ke perairan maka dalam waktu yang relatif

singkat akan menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun

fosfin sebagai akibat dari terjadinya fermentasi limbah organik tersebut

(Wardojo, 1975).

Dalam penelitian ini kami (penulis) ingin melakukan pengkajian

tentang sistem ekologi pangan dan gizi pada masyarakat di Kelurahan

Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Tempat tersebut kami pilih

dengan alasan bahwa di sekitar tempat tersebut tepatnya di bantaran sungai

blerok, terdapat banyak home industry pembuatan tempe. Dalam hal ini

kami akan meneliti sejauh mana pabrik tempe di wilayah Kelurahan

Kembangsari Kecamatan Semarang Tengah mempengaruhi sistem ekologi

pangan dan gizi masyarakat di wilayah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Kelurahan Kembangsari merupakan salah satu kelurahan yang

terletak di Kecamatan Semarang Tengah. Kelurahan ini menjadi sentra

industri pembuatan tempe di Kota Semarang. Lokasi produksi pembuatan

Page 7: Proposal Fix

tempe terdapat di sepanjang aliran sungai Blerok. Hasil samping proses

produksi tempe yang berupa limbah cair dan limbah padat dapat

berdampak negatif bagi lingkungan di sekitarnya apabila tidak dikelola

dengan baik. Dalam penelitian ini kami akan melakukan pengkajian

tentang sistem ekologi pangan dan gizi yang menjelaskan dampak

keberadaan industri tempe terhadap status gizi masyarakat dan kondisi

lingkungan di wilayah tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sistem ekologi pangan dan

gizi di Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengkaji proses pengolahan tempe di Kelurahan Kembangsari,

Kecamatan Semarang Tengah.

2. Mengkaji bahan-bahan yang digunakan dalam produksi tempe di

Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

3. Mengkaji proses pengemasan tempe yang diproduksi di

Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

4. Mengkaji proses distribusi tempe yang diproduksi di Kelurahan

Kembangsari, Kecamatan Tengah.

5. Menganalisis sasaran dari produk tempe yang diproduksi di

Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

6. Menganalisis dampak yang ditimbulkan dari pengolahan tempe

terhadap lingkungan dan gizi masyarakat di Kelurahan

Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

Gizi Masyarakat, terutama tentang ekologi pangan dan gizi yaitu

berkaitan dengan proses produksi, ketersediaan bahan baku,

distribusi serta dampak gizi yang ditimbulkan. Selain itu, diharapkan

Page 8: Proposal Fix

penelitian ini dapat menjadi literatur dan rujukan bagi penelitian

yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini akan memberi masukan untuk

perusahaan tentang Ekologi pangan dan gizi yaitu yang berkaitan

dengan produksi, pengemasan dan distribusi serta dampak yang

ditimbulkan baik dampak lingkungan maupun dampak gizi.

Ekologi pangan dan gizi tersebut dapat menjadi acuan bagi

perusahaan untuk menentukan strateginya dalam memproduksi dan

memasarkan produknya sehingga diharapkan dapat memberikan

keuntungan besar bagi perusahaan.

b. Bagi Konsumen

Hasil penelitian ini dapat menjadi gambaran dan tambahan

pertimbangan bagi konsumen tentang hal yang perlu diperhatikan

sebelum mereka membeli suatu produk, dengan begitu diharapkan

konsumen menjadi lebih cerdas dalam memutuskan untuk membeli

suatu produk.

c. Bagi Pemerintah

Hasil Penelitian ini dapat menjadi gambaran dan pertimbangan

bagi pemerintah tentang program program yang harus diterapkan

agar tidak merugikan perusahaan, konsumen maupun terhadap

lingkungan.

Page 9: Proposal Fix

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu dan Tempat

2.1.1 Waktu : April – Mei 2014

2.1.2 Tempat : Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

Adapun alasan memilih lokasi ini yaitu:

1. Sesuai dengan topik Aquafer Ecosystem karena

Kelurahan Kembangsari dilalui oleh aliran Sungai

Blerok.

2. Terdapat banyak home industry pembuatan tempe.

3. Ada masyarakat dan pekerja (pekerja pembuat tempe)

di daerah tersebut yang menjadi subjek penelitian.

2.2 Populasi dan Subjek

2.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh KK di Kelurahan

Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah.

2.2.2 Subyek

Penelitian ini terdiri dari tiga (3) subjek, yaitu pengusaha atau

produsen tempe sebanyak 4 orang, pekerja dari perusahaan tempe

sebanyak 12 orang, dan warga dari sekitar tempat produksi tempe.

Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Kembangsari sebanyak

1189 KK. Dari jumlah tersebut, maka dapat ditentukan jumlah

sampel yang akan diteliti sebesar:

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah populasi KK

d = Presisi

Page 10: Proposal Fix

n = 1189/ 1189 (10%) 2 + 1

= 1189/ (1189. 0, 1 2) + 1

= 92 KK

Jadi, jumlah KK yang dibutuhkan sebagai sampel adalah sebanyak 92

KK.

2.3 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Purposive Sampling, yaitu metode pengambilan sampel

berdasarkan pertimbangan tertentu. Alasan peneliti menggunakan

purposive samping dikarenakan jumlah populasi yang terdapat di

Kelurahan Kembangsari begitu besar, sehingga peneliti hanya ingin

meneliti sampel dari populasi yang terdapat di wilayah RW tempat

produsen tempe berada. Keempat produsen tempe berada di wilayah RW .

. . ., sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil sampel dari

keempat wilayah RW tersebut.

2.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang

berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian.

Penelitian ini menggunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui

formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk

mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan

oleh peneliti (Mardalis, 2008: 66). Penelitian ini menggunakan angket

atau kuesioer, daftar pertanyaan dibuat secara berstruktur dengan

bentuk pertanyaan terbuka (open question). Metode ini digunakan

untuk memperoleh data tentang kondisi ekologi pangan dan gizi

Page 11: Proposal Fix

masyarakat sekitar industri pengolahan tempe serta perilaku pekerja

dalam mengolah tempe.

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis seperti dokumen, peraturan-

peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158). Metode ini

digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi lingkungan serta

gambaran penduduk Kelurahan Kembang Sari, Kecamatan Semarang

Tengah.

3. Observasi

Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang

tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket)

namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang

terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan

untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam

dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Dalam

observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-

hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Alat yang

digunakan dalam teknik observasi ini antara lain: lembar cek list, buku

catatan, kamera foto, dll.

4. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si

penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan

wawancara). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data

informasi pengelohan tempe dari pihak produsen tempe.

Page 12: Proposal Fix

2.5 Variabel Data

2.5.1 Lingkungan

Lingkungan penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting

dalam proses penelitian seperti ketepatan objek, lokasi dan

keakuratan data. Mengenai lingkungan untuk penelitian, rumah

produksi tempe berada tepat di bantaran sungai blerok Kelurahan

Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah. Lokasi produksi yang

dekat dengan badan sungai memberi kemudahan akses untuk

pembuangan limbah tempe.

2.5.2 Input

Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulan data baik data

primer maupun data sekunder di Kelurahan Kembangsari,

Kecamatan Semarang Tengah. Data primer diperoleh melalui

kuesioner dan wawancara kepada produsen tempe, pekerja di tempat

produksi tempe serta masyarakat di wilayah tersebut. Sementara itu

data sekunder diperoleh dari Kantor Kecamatan Semarang Tengah.

2.5.3 Proses

Proses penelitian sistem ekologi pangan dan gizi dimulai dari

pengumpulan data, mengolah data hingga melakukan analisis data.

2.5.4 Output

Output yang dihasilkan berupa deskripsi sistem ekologi pangan

dan gizi di Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah,

yang disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi.

2.5.5 Outcome

Hasil penelitian yang diperoleh dapat memberikan gambaran

tentang kondisi sistem ekologi pangan dan gizi di sekitar Kelurahan

Kembangsari Kecamatan, Semarang Tengah.

2.5.6 Feedback

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

terhadap kondisi sistem ekologi pangan dan gizi di sekitar Kelurahan

Page 13: Proposal Fix

Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah agar terciptanya upaya-

upaya perbaikan.

2.6 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan langkah lanjutan dari pengumpulan

data. Tahap ini dilakukan setelah data lapangan terkumpul, baik data

mentah maupun data jadi (Satori dan Komariah, 2010: 177).

Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh

saat pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini berupa data lisan

(berupa tuturan), data tertulis, dan foto. Data lisan dan tertulis diperoleh

melalui angket/kuisioner dan wawancara terhadap narasumber atau subjek

penelitian. Data yang berupa foto merupakan data yang berfungsi

mendeskripsikan suatu hal, benda, maupun kejadian saat observasi

maupun saat pengumpulan data. Data lisan didokumentasikan ke dalam

bentuk rekaman suara, sedangkan data tertulis didokumentasikan ke dalam

bentuk tulisan atau catatan penelitian.

Data jadi merupakan suatu data mentah (data lapangan) yang telah

mengalami proses penyeleksian data. Penyeleksian data mengacu pada

permasalahan yang ingin dipecahkan, yaitu objek penelitian.

Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara: (a) persiapan, (b)

penyeleksian. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh data

lapangan, baik yang berupa rekaman, catatan lapangan, maupun foto. Data

yang berupa rekaman suara ditranskrip atau disalin dalam bentuk tulisan,

sedangkan data yang berupa foto dideskripsikan sesuai gambar. Setelah

semua terkumpul, peneliti mulai menyeleksi data sesuai dengan objek

penelitian.

2.7 Analisis Data

Bogdan (1982) dalam Sugiyono (2008: 88) menyatakan bahwa

analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-

bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain.

Page 14: Proposal Fix

Metode analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan peristiwa atau kejadian yang terjadi. Hal tersebut

dilakukan karena penelitian yang dilakukan penulis bukanlah penelitian

yang bersifat eksperimental (melibatkan suatu perlakuan). Penelitian yang

dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

menghasilkan data deskriptif dari sampel dan perilaku yang dapat diamati

(Kaswandani dan Sudigdo, 2011: 287).

Menurut Kaswandani dan Sudigdo (2011: 291) terdapat lima (5)

langkah dalam analisis data kualitatif yaitu:

1. Familiarisation

Familiarisation bertujuan untuk mendapatkan ide dan tema dengan

cara menggabungkan beberapa data dasar seperti mendengar rekaman

atau membaca transkrip.

2. Identifying a thematic framework

Tahap ini merupakan proses identifikasi tema dan konsep yang

sudah diperoleh pada tahap familiarisation. Identifikasi dilakukan

untuk membentuk indeks data secara detail dan member label pada

data sesuai dengan sub-kelompok data.

3. Indexing

Indeks data yang diperoleh dari tahap identifiying a thematic

framework diaplikasikan terhadap data yang diperoleh untuk

mengubah data menjadi kode-kode.

4. Charting

Tahap charting dilakukan untuk membuat diagram dari data-data

yang telah mengalami proses pengolahan.

5. Mapping and interpretation

Mapping and interpretation bertujuan untuk mendefinisikan

konsep, memetakan fenomena yang muncul, serta menemukan

hubungan antara tema dengan pandangan yang dapat menemukan hasil

temuan.

Page 15: Proposal Fix

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1989. Tahu Tempe, Pembuatan, Pengawetan dan Pemanfaatan

Limbah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pangan IPB.

Bogor.

Anonim. 2011. Skripsi BAB III.

http://eprints.undip.ac.id/24051/3/Skripsi_BAB_III.pdf diunduh pada

tanggal 11 April 2014, pukul 22.00.

id.wikipedia.org/wiki/Ekologi. Diunduh pada tanggal 14 April 2014, pukul

15.21.

Mulyatinngsih, Endang. 2010. Metode Pengumpulan Data.

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dra.%20Endang

%20Mulyatiningsih,%20M.Pd./METODE%20PENGUMPULAN

%20DATA.pdf diunduh pada tanggal 11 April 2014, pukul 19.00.

Prawirohardjo, Sarwono., (2005). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka.

Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.

Wardlaw, G.M. 1999. Perspectives in Nutrition fourth edition. McGraw-Hill.

New York.

Wardoyo, S.T.H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor.