proposal guess word
DESCRIPTION
HIUHU HIJNKM NNNNNNNNNNNNNNNNNN JJJJJJJJJJJJJJJJ JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ G GGGGGGGGGGGGGGGGGGG HUIHNJNUJNJKNHUGTYGVBHBJMHIHQWERTYUIOPASDFGHJKLZXCVBNM,EDFVBNWEDFGHJMJBVCXZSDFGHJM BVFGJMNHNHHBHYTFVBHYTFVBHYHTRANSCRIPT
1
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI
MODEL KOOPERATIF TEKNIK GUESS WORD (TEBAK KATA)
DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 02
INDRALAYA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan
isu sosial. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan, dibimbing, dan
dibantu untuk menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan
bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Pada masa
mendatang siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan
masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Untuk itulah, IPS
dirancang untuk membangun dan merefleksikan kemampuan siswa dalam
kehidupan bermayarakat yang selalu berubah dan berkembang secara terus
menerus (Saidiharjo, 2007)
Secara umum pendidikan IPS memiliki tujuan sebagai berikut: (a)
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, (b) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam
kehidupan sosial, (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan, dan (d) memiliki kemampuan berkomunikasi,
kerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal,
nasional dan global (Depdiknas, 2006:124).
Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan
membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu
2
melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika,
selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan
memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem
pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem
pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi
kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses
dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi
pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta
kebutuhan masyarakat.
Dari pengamatan yang dilakukan peneliti saat PPL di kelas IV SD 02
Indralaya di temukan bahwa siswa saat mengikuti pembelajaran siswa kurang
aktif. Siswa masih suka bermain-main dengan teman, kurang memperhatikan
penjelasan guru, jarang siswa mengajukan pertanyaan, dan jarang
memberikan jawaban jika ada pertanyaan dari guru atau dari siswa sendiri.
Akibatnya hasil tes atau tugas siswa mendapat nilai yang kurang baik. Pada
hasil ujian smester gasal di kelas IV SD Negeri 02 Indralaya, dari 20 orang
siswa hanya 6 orang yang mendapat nilai rata-rata 65 ke atas atau 30 % saja
yang memenuhi KKM (Lihat lampiran 1). Sedangkan dinyatakan berhasil jika
tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tidak kurang dari standar
ketuntasan minimal pada masing-masing mata pelajaran yaitu 65 dan
memiliki persentase ketuntasan klasikal sebesar 85%.
Dari hasil tanya jawab yang dilakukan peneliti dengan seorang guru,
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya
adalah kemauan siswa dalam belajar sangat kurang, siswa sulit memahami
materi yang diajarkan dalam pelajaran IPS karena terlalu banyak konsep yang
harus dihafal, interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru
masih belum optimal. Selain itu hasil pengamatan yang peneliti lakukan
3
bahwa proses pembelajaran masih berpusat pada guru, bukan pada siswa.
Guru juga mengalami kesulitan menerapkan berbagai model yang kreatif
dengan alasan tidak ada sarana dan tidak adanya dana yang cukup.
Berdasarkan kenyataan diatas, diperlukan strategi yang tepat sehingga
dapat mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan. Ketidaktepatan dalam
mengajarkan materi pelajaran IPS seringkali membuat siswa bosan dan
akibatnya apa yang disampaikan tidak ada yang berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajarnya sangat rendah. Untuk memperbaiki prestasi hasil belajar
siswa tersebut maka peneliti memilih menggunakan model pembelajaran
kooperatif.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka diperoleh macam-macam teknik
belajar-mengajar model pembelajaran kooperatif yaitu: (a) mencari pasangan,
(b) bertukar pasangan, (c) berpikir-berpasangan-berempat, (d) kepala
bernomor, (e) kepala bernomor struktur, (f) dua tinggal dua tamu, (g) keliling
berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i) keliling kelas, (j) lingkaran kecil
lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m) bercerita berpasangan, dan (n)
berkirim salam dan soal.
Suyatno (2009:129) juga mengemukakan aneka model pembelajaran
kooperatif, dan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif teknik guess
word (tebak kata). Menurutnya teknik ini dapat memberikan penguatan
pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa bukan menghafal materi pelajaran
melainkan melakukan pemahaman materi.
Model Pembelajaran kooperatif teknik Guess Word (Tebak Kata)
dipilih oleh peneliti berdasarkan hasil refleksi dari proses pembelajaran yang
telah dilakukan sebelumnya, ternyata dalam proses pembelajaran gurulah
yang lebih banyak aktif dalam menyampaikan materi, siswa hanya mendengar
dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain guru kurang
melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa menjadi bosan, akibatnya apa
yang disampaikan tidak ada yang melekat diingatan siswa dan ini dapat
4
mengakibatkan prestasi belajar siswa menjadi rendah. Selain itu, diperkuat
juga dengan hasil penelitian Sefitri dalam mata pelajaran sejarah di MTs. yang
menemukan bahwa Model Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata)
mampu mempengaruhi hasil belajar siswa (Sefitri, 2010).
Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti
berkeinginan untuk mengadakan suatu penelitian tindak kelas dengan judul ”
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Kooperatif Teknik
Guess Word (Tebak Kata) dalam Pembelajaran IPS Kelas IV SD Negeri 02
Indralaya”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas
timbulah permasalahan yaitu “Apakah penerapan Pembelajaran Kooperatif
Teknik Guess Word (Tebak Kata) dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 02 Inderalaya?”
1.3 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah:
“Melalui Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata) dapat
meningkatkan hasil belajar IPS kelas IV SD Negeri 02 Inderalaya”.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess
Word (Tebak Kata) dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran IPS kelas
IV SD Negeri 02 Inderalaya.
5
1.5 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan hasil
belajar dan mengembangkan keterampilan sosial.
2. Guru
Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil
menggunakan Pembelajaran Kooperatif Teknik Guess Word (Tebak Kata),
guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat
bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar.
3. Sekolah
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan dalam rangka
memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah
dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain.
4. Penulis
Sebagai bekal pengalaman dan pengetahuan dalam mempersiapkan diri
sebagai calon guru yang professional.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tentang Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar menurut Behaviorisme bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon . Artinya perubahan prilaku
siswa dari tidak mampu melakukan sesuatu menjadi mampu melakukan sesuatu
adalah merupakan hasil interaksi antara stimulus dan respon.Stimulus yang bermakna
dapat menghasil respon yang bermakna pula dengan kondisi yang tertentu.( Mustapa
dan Sukmaningaji 2006).
Hal ini sejalan dengan pendapat Sagala (2009) bahwa kosep belajar itu selalu
menunjukan kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang
berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu dan hal – hal pokok dalam pengertian
belajar adalah belajar membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan
latihan, perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru dan perubahan itu
terjadi karena usaha yang disengaja.
Sudjana (2006:28), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pemahamannya, pengetahuannya, sikap dan tingkah lakunya, daya penerimaan dan
lain-lain aspek yang ada pada individu siswa.
Sementara itu Slameto (2003) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
serangkaian proses berfikir untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
7
hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.
2.1.2 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, karena kualitas
hasil belajar dipengaruhi oleh proses belajar itu sendiri. Menurut Winkel
(dalam Johnson Lauanne, 2007) bahwa proses belajar yang dialami oleh siswa
menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan dan pemahaman
dalam bidang nilai, sikap dan keterampilan. Sedangkan Nasution (dalam
Arianty 2008:14), mendefinisikan hasil belajar sebagai suatu perubahan pada individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pemahaman atau pengetahuan tapi juga yang
membentuk kecakapan dan penghayatan pada individu.
Berbeda dengan pernyataan Marsun dan Martaniah (dalam Wahyuningsih,
2004) hasil belajar yaitu sejauhmana siswa menguasai bahan pelajaran yang
diajarkan, yang diikuti dengan munculnya perasaan puas bahwa ia telah
melakukan sesuatu yang baik. Hal ini berarti bahwa hasil belajar hanya bisa
diketahui jika telah dilakukan penilaian.
Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar
merupakan usaha yang dicapai siswa berupa suatu kecakapan dari
kegiatan belajar yang dapat diketahui setelah dilakukan penilaian. Adanya
perubahan tersebut tampak dalam hasil belajar yang diperoleh siswa terhadap
pemberian pertanyaan atau tugas oleh guru. Hasil belajar memberi informasi
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam belajar.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Untuk mencapai hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Slameto (2010:54-71), faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat
digolongkan menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern, yaitu faktor yang
8
ada dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi: faktor jasmaniah, berupa
kesehatan dan cacat tubuh; faktor psikologis, berupa inteligensi, perhatian, minat,
bakat, motif, kematangan dan kesiapan; faktor kelelahan, berupa kelelahan jasmani
dan psikis. Faktor ekstern, yaitu faktor yang ada di luar individu yang sedang belajar,
meliputi: faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, relasi antaranggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua dan latar
belakang kebudayaan; faktor sekolah, berupa metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu
sekolah, stándar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung sekolah, metode belajar
dan tugas rumah; faktor masyarakat, berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mass
media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
Menurut Hanafiah (2009:8-10), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
belajar, antara lain:
1. Peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya
2. Pengajar yang profesional
3. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif
4. Sarana dan prasarana
5. Kurikulum
6. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan teknologi serta
lingkungan alam sekitar
7. Atmosfir kepemimpinan belajar yang sehat, partisipatif, demokratis, dan
situasional
8. Pembiayaan yang memadai
Jadi, untuk menunjang keberhasilan belajar siswa diharapkan adanya pengajar
yang professional yaitu seorang guru harus memiliki kemampuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang baik dan terarah. Selain itu harus memberikan
suasana yang nyaman kepada siswa untuk belajar di sekolah serta pemenuhan fasilitas
pendidikan yang baik.
9
2.2 Konsep tentang Ilmu Pengetahuan Sosial
2.2.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang mengkaji
seperangkat Peristiwa, Fakta, Konsep, Generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial
serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan
siswa tentang masyarakat , bangsa dan negara Indonesia (KTSP, 2006)
Menurut Hidayati, dkk (2008:1-4) IPS merupakan bidang studi baru. Disebut
demikian karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru, walaupun
bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara
pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi,
ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan
sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki
obyek material kajian yang sama yaitu manusia.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu mata
pelajaran yang mengkaji tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang
berkaitan dengan isu sosial, serta mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari
sejumlah mata pelajaran yang memiliki obyek material kajian yang sama yaitu
manusia.
2.2.2 Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Kurikulum 2006 untuk tingkat SD menyatakan bahwa IPS bertujuan untuk:
(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis dan logis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
10
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global
(Depdiknas, 2006: 124).
Morterella (dalam Solihatin dan Raharjo, 2008:18) mengatakan bahwa
pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep
karena dalam pendidikan IPS peserta didik diharapkan mendapat pemahaman
terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan
keterampilan berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.
Dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya,
serta sebagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
2.2.3 Karakteristik Pendidikan IPS SD
Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan.
Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya. Karekteristik IPS dilihat dari materi yang terkandung didalamnya
ialah bahwa ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: (1) segala sesuatu atau apa
saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya, (2)
kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi, (3) lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek
geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat
sampai yang terjauh, (4) kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia,
sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar, (5) anak sebagai sumber materi
meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga (Badruddin,
2009:11).
11
Jadi masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi materi IPS sekaligus
juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh
anak di dalam kelas dapat dicocokan dan dicobakan sekaligus dapat diterapkan dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
2.3.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2008:8) kooperatif adalah mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sata lain sebagai satu kelompok atau
satu tim. Menurut Slavin (dalam Solihatin dan Raharjo, 2005:4) pembelajaran
kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mempunyai sistem belajar dan
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang dengan
struktur yang heterogen secara kolaboratif sehingga keberhasilan belajar kelompok
tergantung pada aktivitas individual maupun aktivitas kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat juga didefinisikan sebagai kegiatan belajar
kelompok yang terstruktur (Lie, 2007:18). Sedangkan menurut Solihatin dan Raharjo
(2008:7), pembelajaran kooperatif adalah
Suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sanagat dipengaruhi oleh dari keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang sangat menekankan pada
kegiatan belajar kelompok yang merupakan gabungan siswa yang heterogen untuk
memicu terjadinya kerjasama dan meningkatkan gairah belajar siswa.
12
2.3.4 Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif
Menurut Isjoni (2008) terdapat enam tahap dalam pembelajaran kooperatif ,
sesuai dengan table berikut :
Tabel 1Tahap Tahap Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase -1Menyampaikan tujuan dan motivasi awal
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase-2Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase-3Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase-4Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase-5Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase-6Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Dari fase diatas dapat diketahui bahwa pada model pembelajaran kooperatif
siswa di minta untuk lebih aktif dan saling berinteraksi. Bukan hanya interaksi antara
murid dan guru daja tetapi juga interaksi antara murid yang satu dengan murid
dengan yang lain.
2.3.6 Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif
Banyak jenis model pembelajaran kooperatif oleh para ahli. Menurut Lie
(2007:55-71) dan Isjoni (2008: 70) macam-macam teknik belajar-mengajar model
13
pembelajaran kooperatif yaitu: (a) mencari pasangan, (b) bertukar pasangan, (c)
berpikir-berpasangan-berempat, (d) kepala bernomor, (e) kepala bernomor struktur,
(f) dua tinggal dua tamu, (g) keliling berkelompok, (h) kancing gemerincing, (i)
keliling kelas, (j) lingkaran kecil lingkaran besar, (k) tari bambu, (l) jigsaw, (m)
bercerita berpasangan, dan (n) berkirim salam dan soal.
Suyatno (2009:129) mengemukakan aneka model pembelajaran kooperatif,
dan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif teknik guess word (tebak kata).
Teknik ini dapat memberikan penguatan pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa
bukan menghafal materi pelajaran melainkan melakukan pemahaman materi.
Pada dasarnya, tujuan dari semua teknik hampir sama karena tetap mengacu
pada tujuan model pembelajaran kooperatif pada umumnya. Kesemua teknik di atas
menekankan pada kerjasama dan partisipasi tiap anggota kelompok untuk mencapai
tujuan bersama yang merupakan tujuan pembelajaran pada tiap-tiap pertemuan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik. guess word (tebak kata).
2.4 Model Pembelajaran kooperaif teknik Guess Word (Tebak Kata)
2.4.1 Pengertian Teknik Guess word (Tebak Kata)
Dalam pembelajaran kooperatif banyak teknik yang dapat digunakan . salah
satunya adalah teknik guess word (tebak Kata). Teknik guess word (tebak Kata)
adalah teknik yang berisi pertanyaan yang sesuai dengan pengertian-pengertian
penting dan dapat berupa peristiwa dan kejadian penting dari suatu konsep dan
subkonsep dari suatu materi pelajaran.
Teknik guess word (tebak Kata) tergolong pembelajaran kooperatif yang
berteknik permainan (games). Artinya dalam permainan, tidak hanya aspek belajar
saja yang diterapkan , melaikan aspek kesantunnan, kesopanan, kerjasama, dan
keantusiasan siswa dalam belajar juga dikembangkan (Suyatno,2009:100).
14
Seorang guru yang menerapkan permainan dalam proses belajar dapat
mengurangi rasa steress dan tegang siswa dalam belajar. Teknik guess word (tebak
Kata) cocok diterapkan di pelajaran IPS sebab anggapan bahwa IPS adalah pelajaran
menghafal yang membosankan dapat menjadi pelajaran yang menyenangkan. Teknik
ini dapat memberikan penguatanan dalam pemahaman materi pelajaran. Jadi, siswa
bukan menghafal materi pelajaran melainkan melakukan pemahaman materi.
Penggunaan pembelajaran koperatif teknik guess word (tebak Kata) dalam
proses belajar mengajar di kelas sejalan dengan teori belajar ynag dikemukakan oleh
Gestalt. Menurutnya belajar harus dimulai dari keseluruhan kemudian pada bagian-
bagian. Teori Gestalt menganggap bahwa pemahaman (insight) merupakan inti dari
belajar (Sutigno,2009:11). Dengan kata lain, dalam belajar yang penting bukan
mengulangi hal-hal yang harus dipelajari melainkan mengerti atau memperoleh
pemahaman.
Sesuai dengan tujuan pembelajaran kooperatif yang dikemukakan Ibrahim
(2001) bahwa teknik guess word (tebak Kata) dikembangkan untuk mencapai tiga
tujuan , yaitu hasil belajar akademik , penerimaan terhadap perbedaan individu atau
keberagaman, dan mengembangkan keterampilan social.
Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif Teknik guess word (tebak Kata) bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan siswa dalam proses belajar dan berusaha untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dengan keterampilan berbeda-beda yang mereka miliki. Pembelajaran
kooperatif Teknik guess word (tebak kata) memberikan banyak manfaat kepada siswa
antara lain siswa dapat bereksplorasi dengan ilmu dan pengetahuan baru, serta
memiliki motivasi dan dapat mengembangkan keterampilan berbahasa dan berfikir
logis yang banyak diperoleh siswa dari proses pembelajaran.
15
2.4.2 Langkah –Langkah Teknik Guess Word (Tebak Kata)
Menurut Suyatno (2009:129) langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
Teknik guess word (tebak Kata) yaitu sebagai berikut :
1. Guru membuat kartu ukuran 10 x 10 cm, kemudian diisi ciri-ciri atau kata-kata
lain yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ditebak.
2. Guru membuat kartu ukuran 5 x 2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang
akan ditebak (kartu dilipat dan ditempel pada dahi atau telinga).
3. Guru menjelaskan materi pelajaran kurang lebih 45 menit.
4. Siswa diminta berdiri di depan kelas dan berpasangan.
5. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10 x10 cm yang nanti dibacakan pada
pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5 x 2 cm
yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempel didahi atau diselipkan
ke telinga.
6. Sementara siswa membawa kartu 10 x 10 cm dan membacakan kata-kata yang
tertulis didalamnya,sementara pasangannya menebak apa yang di maksud di
dalam kartu 10 x 10 cm bila jawaban tepat dan sesuai dengan isi kartu yang di
tempel didahi atau telinga.
7. Apabila jawabannya tepat (sesuai dengan yang tertulis didalam kartu) maka
pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan
boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi
jawabannya. Dan seterusnya.
Berdasarkan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif Teknik guess
word (tebak Kata) diatas dan dikaitkan dengan fase-fase pembelajaran kooperatif,
maka fase – fase pembelajarannya dapat dilihat pada tabel berikut:
16
Tabel 2
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperaif Teknik Guess Word (Tebak
Kata)
FASE PERILAKU GURUFase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi
awal
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai
dan memotivasi siswa.
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada
siswa melalui demonstrasi atau
media bacaan.
Fase 3
Mengorganisasikan siswa dalam
kelompok-kelompok belajar
Guru membagi siswa menjadi
kelompok kecil.
Fase 4
Membimbing kelompok untuk bekerja
dan belajar
Guru membimbing siswa
melakukan pembelajaran
kooperatif Teknik guess word
(tebak Kata)
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah
dipelajari.
Fase 6
Memberikan penghargaan(reward)
Guru menberikan penghargaan
kepada pasangan siswa yang
memperoleh nilai yang tertinggi.
(adaptasi dari Isjoni : 2008)
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa proses pembelajaran kooperatif Teknik
guess word (tebak Kata) terjadi pada fase 4. Sedangkan pada fase-fase yang lain
hampir sama dengan proses pembelajaran kooperatif pada umumnya.
17
2.4.3 Kelebihan dan kekurangan Teknik guess word (tebak Kata)
Menurut Kiranawati (2007) kelebihan dan kekurangan Teknik guess word
(tebak Kata) yaitu sebagai berikut:
a. Kelebihan
1. Mendorong pemahaman siswa terhadap meteri pembelajaran
2. Melatih untuk disiplin
3. Meningkatkan keterampilan bekerja sama siswa.
4. Sangat menarik sehingga dapat membuat siswa untuk mencobanya.
5. Tercipta suasana gembira dalam belajar.
b. Kekurangan
1. Bila siswa tidak bisa menjawab dengan benar, maka tidak semua siswa dapat
maju karena waktu terbatas.
2. Memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit disampaikan.
III. METODE PENELITIAN
III.1 Lokasi Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 02 Inderalaya
yaitu terletak di desa Tanjung Sejaro kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir
provinsi Sumatera selatan. Peneliti memilih Sekolah Dasar ini karena sekolah ini
tempat peneliti melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL).
III.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester kedua tahun ajaran 2010/2011.
Waktu penelitian ini akan berlangsung selama empat bulan, mulai dari tahap
persiapan, pelaksanaan, dan penulisan laporan penelitian sejak bulan Januari hingga
bulan April pada semester II tahun pelajaran 2010/2011.
18
III.3 Subjek yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil sebagai subjek
penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 02 Indralaya Kabupaten Ogan Ilir,
dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang, yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki
dan 10 orang siswa perempuan.
III.4 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah menggunakan
pendekatan penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research). Penelitian
dilaksanakan dalam 2 siklus.
Menurut Arikunto (2007) terdapat empat tahapan penelitian tindakan yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan. (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
Model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Tahapan penelitian tindak kelas (Arikunto, 2007:16)
dst.
19
1. Tahap PerencanaanDalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian
tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan. (Arikunto:2007)
Langkah awal kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan
menganalisis kompetensi pembelajaran sebagimana yang tertuang dalam
kurikulum (analisis pengembangan tujuan, menetapkan materi pelajaran,
menelaah buku paket IPS yang ada , menyusun RPP, membuat peta sebagai
media pembelajaran, membuat instrumen data (misalnya pedoman observasi,
wawancara, angket).
2. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto:2007). Dalam tahap
ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang telah dirumuskann dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak di buat- buat.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanan tindakan ini dilakukan
dalam 2 siklus penelitian dengan kegiatan utama pembelajaran adalah dengan
model pembelajaran kooperatif teknik Guess Word (tebak kata). Selama
kegiatan pembelajaran, kegiatan pengamatan dilakukan untuk melihat efek
dari pemberian tindakan.
3. Tahap pengamatan
Menurut Arikunto (2007) tahap pengamatan merupakan kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pengamatan berlangsung
bersamaan dengan proses pelaksanaan. Saat proses pembelajaran berlangsung,
guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar
memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
20
4. Tahap Refleksi
Menurut Arikunto (2007) refleksi merupakan kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi
dilakukan ketika guru sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan
tindakan.
Jadi refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu
tindakan yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami
proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan. Refleksi
biasanya dibantu dengan diskusi di antara peneliti dan kolaborator. Melalui
diskusi, refleksi memberikan dasar rencana perbaikan untuk kegiatan
pembelajaran berikutnya. Tahapannya meliputi analisis data, memaknakan
data, menyimpulkan kemudian merencanakan tindakan selanjutnya.
III.5 Deskripsi per Siklus
a. Siklus I
1) Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini meliputi:
a) Membuat skenario pelaksanaan tindakan yang tertuang dalam RPP yang
direncanakan dengan Kompetensi Dasar mengenal perkembangan teknologi
produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.
b) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka membantu siswa
memahami konsep-konsep IPS dengan baik dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan Teknik guess word (tebak kata).
21
c) Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana suasana belajar mengajar
dengan Teknik guess word (tebak kata).
d) Mendesain alat evaluasi untuk melihat penguasaan materi IPS siswa.
2) Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan pembelajaran dengan scenario pembelajaran kooperatif
teknik Guess Word (Tebak Kata) berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran
yang telah disusun. Dalam setiap akhir pembelajaran diadakan tes hasil belajar
IPS siswa. Pada setiap akhir pembelajaran dilakukan proses evaluasi
pembelajaran, evaluasi tersebut dilakukan untuk melihat apakah ada atau tidak
peningkatan hasil belajar siswa. Alat evaluasi yang digunakan berupa butir- butir
tes yang disusun oleh peneliti.
3) Observasi
Observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
dibuat. Pelaksanaan observasi ini dilaksanakan oleh teman sejawat yaitu guru
kelas IV ibu Yuliam, S.Pd. sebagai pengamat dalam proses pembelajaran.
Observasi ini melihat aktivitas pembelajaran. (lihat lampiran 2)
4) Refleksi
Hasil (data) yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dianalisis dan
dimaknai bersama dengan teman sejawat. Kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada setiap siklus akan menjadi bahan
rekomendasi revisi kegiatan siklus berikutnya. Bentuk antisipasi dilakukan
dengan menugaskan siswa membaca materi sebelumnya dan memberinya tugas
mengenai materi berikutnya.
b. Siklus II (tahapan penelitian sama dengan siklus I).
c. Siklus III (tahapan penelitian sama dengan siklus I dan II).
22
III.6 Cara Pengambilan Data
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Tes
Tes digunakan untuk mengungkap data tentang hasil belajar siswa pada setiap
akhir pembelajaran di setiap siklus . Bentuk dari instrumen tes di dalam penelitian
ini adalah tes tertulis yaitu pilihan ganda. Banyak soal berjumlah 10 butir.
b) Observasi
Observasi yang dilaksanakan menggunakan lembar pengamatan terhadap
kegiatan dalam pembelajaran. Data observasi ini jadikan sebagai bahan untuk
refleksi setiap siklus. Peneliti menggunakan lembar observasi sebagai instrument
pengamatan.
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
analisis deskriptis kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mengolah data yang bersifat
kualitatif, baik yang berhubungan dengan keberhasilan proses maupun hasil
pembelajaran. Adapun data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan teknik
deskriptif kuantitatif sederhana. Dalam menganalisa data peneliti membandingkan
hasil ulangan siswa sebelum tindakan dengan hasil ulangan siswa setelah tindakan.
Dari hasil analisis data akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan dengan
menyatakan kebenaran hipotesis tindakan yang telah ditetapkan.
Untuk menghitung tingkat keberhasilan menggunakan rumus :
P =
FN X 100 ( Hamalik, 1990:123)
Keterangan
P = persentase keberhasilan siswa
F = Jumlah skor yang diperoleh siswa
N = jumlah skor maksimun
23
Data hasil belajar siswa dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan
analisa statistic deskriptif. Mencari nilai rata-rata siswa dan persentase keberhasilan
belajar yang mengacu pada KKM siswa.
1) Mencari nilai rata-rata siswa dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
Me = JNS
Keterangan : Me = nilai rata-rata siswa
JN = Jumlah nilai seluruh siswa
S = Jumlah seluruh siswa
2) Persentase ketuntasan siswa yang memenuhi standar KKM, diperoleh dengan
rumus :
PK = SKS x 100 %
Keterangan : PK : Persentase Ketuntasan
SK : Jumlah siswa yang memenuhi ketuntasan
S : jumlah seluruh siswa.
3) Menghitung persentase setiap siklus. Untuk menghitung persentase
digunakan rumus:
NP= Me2−Me1Me 1
x 100
Keterangan :NP = PersentaseMe1 = Nilai rata-rata siklus 1Me2 = Nilai rata-rata siklus 2
24
3.8 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa
kelas IV SD Negeri 02 Indralaya lebih dari 85% dapat mencapai KKM yang
ditetapkan dalam KTSP yaitu sebesar 65 (dalam skala ratusan).
3.9 Jadwal Kegiatan
Tabel 3. Jadwal Kegiatan
No KegiatanBulan
Januari Februari Maret April Mei1 Persiapan
Proposal√ √
2 Pengumpulan data
√
3 Pelaksanaan penelitian
√ √ √
4 Pengolahan dan analisa data
√ √
5 Penyelesaian laporan akhir
√
Lampiran 1
25
Daftar Nilai Ujian Semester Gasal Pelajaran IPSSiswa kelas IV SD Negeri 02 Indralaya
Tahun 2010-2011
No Nama Siswa Nilai Keterangan1. Gustiranda 55 Tidak Tuntas2. Hidayatullah 55 Tidak Tuntas3. Putri Piyolita 60 Tidak Tuntas4. Rahmad Adnan 55 Tidak Tuntas5. Seruan 55 Tidak Tuntas6. Yuni 60 Tidak Tuntas7. Aldalifah 70 Tuntas8. Della Puspita 60 Tidak Tuntas9. Kausar 55 Tidak Tuntas10. Qoriza 60 Tidak Tuntas11. M. Pebriadi 80 Tuntas12. M.Ridwan 50 Tidak Tuntas13. Nurbaiti 60 Tidak Tuntas14. Putri Numalina 55 Tidak Tuntas15. Riadi 50 Tidak Tuntas16. Rully Solina 70 Tuntas17. Reza Pahlepi 65 Tuntas18 Sisilia 60 Tidak Tuntas19. Sulton Akbar 70 Tuntas20. Fathya Salsabila 80 Tuntas
1225Rata-rata 61,25Keterangan persentaseTuntas 30 %Tidak tuntas 70 %