proposal kegiatan penyuluhan tentang jiwa sehat
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG
KONSEP SEHAT JIWA
DI POSYANDU FLAMBOYAN 5 BANDUNGREJO
Oleh :
Alvin Rois Azwarsyah 105070207111007
Yananda Maulina 105070200111007
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN PENYULUHAN
KONSEP SEHAT JIWA
DI POSYANDU FLAMBOYAN 5 BANDUNGREJO
Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Jiwa
di Desa Bantur, Kab. Malang
Oleh :
Alvin Rois Azwarsyah
Yananda Maulina
Telah diperiksa kelengkapannya pada :
Hari :
Tanggal :
Perseptor Akademik Perseptor Klinik
( Ns. Retno Lestari S.Kep, MN ) ( Ns. Soebagijono, S.Kep, M.MKes )
NIP. 198009142005022001 NIP. 1968109 1999003 1003
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama di negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah
kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan
kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invaliditas baik secara individu maupun kelompok akan
menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Hawari,
2001).
Skizofrenia adalah bahwa penderita skizofrenia umumnya pikirannya tidak konsisten
demikian juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten, tidak rasional dan tidak pasti
(LumbanTobing, 2007). Seseorang dikatakan terkena skizofrenia apabila tidak mampu
lagi berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, di rumah, di sekolah atau
kampus, di tempat kerja dan di lingkungan sosialnya. Seseorang yang menderita
gangguan jiwa akan mengalami ketidakmampuan berfungsi secara optimal dalam
kehidupannya sehari-hari (Hawari, 2001).
Skizofrenia bisa terjadi pada siapa saja. Seringkali pasien Skizofrenia digambarkan
sebagai individu yang bodoh, aneh, dan berbahaya (Irmansyah, 2006). Sebagai
konsekuensi kepercayaan tersebut, banyak pasien Skizofrenia tidak dibawa berobat ke
dokter (psikiater) melainkan disembunyikan, kalaupun akan dibawa berobat, mereka
tidak dibawa ke dokter melainkan dibawa ke orang pintar. Untuk menghilangkan stigma
pada keluarga dan masyarakat terhadap gangguan jiwa Skizofrenia ini, maka berbagai
upaya penyuluhan dan sosialisasi Skizofrenia perlu diberikan (Hawari, 2007).
II. Tujuan
Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan sasaran mampu mengetahui tentang
konsep gangguan jiwa dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, sasaran mampu:
1. Mengetahui pengertian kesehatan jiwa
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa
3. Mengetahui definisi gangguan jiwa
4. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
5. Mengetahui tanda gejala gangguan jiwa
6. Mengetahui jenis gangguan jiwa
7. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika menemui seseorang dengan
gangguan jiwa
III. Sasaran
Ibu-ibu yang mengikuti kegiatan posyandu balita di Flamboyan 5 Desa Bandungrejo
Kecamatan Bantur
IV. Tempat dan waktu
Tempat : Posyandu Flamboyan 5 Desa Bandung Rejo Kecamatan Bantur.
Waktu : 09.00 – 09.35 WIB
V. Pengorganisasian
Tanggal : 10 Juli 2015
Pukul Kegiatan
5 menit Orientasi, perkenalan, dan kontrak kegiatan
5 menit Validasi kondisi klien (Pre test dan pengukuran
tingkat kecemasan)
15 menit Penjelasan mengenai sehat jiwa
5 menit Diskusi tanya jawab
4 menit Post test
1 menit Terminasi
VI. Media
Leaflet (terlampir)
VII. Materi (terlampir)
Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Kesehatan Jiwa
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari fisik, mental dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU No 23
tahun 1992 tentang kesehatan). Sedangkan menurut WHO (2005) kesehatan adalah
suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan. Dari dua defenisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk dikatakan sehat, seseorang harus berada pada suatu kondisi fisik, mental dan
sosial yang bebas dari gangguan, seperti penyakit atau perasaan tertekan yang
memungkinkan seseorang tersebut untuk hidup produktif dan mengendalikan stres yang
terjadi sehari-hari serta berhubungan sosial secara nyaman dan berkualitas.
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau
bagian integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas
hidup manusia yang utuh. Kesehatan jiwa menurut UU No 23 tahun 1996 tentang
kesehatan jiwa sebagai suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik,
intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan
secara selaras dengan keadaan orang lain. Selain dengan itu pakar lain
mengemukakan bahwa kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang sejahtera
(mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian
yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia. Dengan kata lain, kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa,
tetapi merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh semua orang, mempunyai perasaan
sehat dan bahagia serta mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang
lain sebagaimana adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang
lain (Sumiati dkk, 2009).
Gangguan kesehatan jiwa bukan seperti penyakit lain yang bisa datang secara tiba-
tiba tetapi lebih kearah permasalahan yang terakumulasi dan belum dapat diadaptasi
atau terpecahkan. Dengan demikian akibat pasti atau sebab yang melatar belakangi
timbulnya suatu gangguan. Pengetahuan dan pengalaman yang cukup dapat
membantu seseorang untuk menangkap adanya gejala-gejala tersebut. Semakin dini
kita menemukan adanya gangguan maka akan semakin mudah penanganannya.
Dengan demikian deteksi dini masalah kesehatan jiwa anak usia sekolah dasar sangat
membantu mencegah timbulnya masalah yang lebih berat.
Masalah kesehatan jiwa yang sifatnya ringan dapat dilakukan penanganan di
sekolah oleh guru atau kerjasama antara guru dan orang tua anak karena penyebab
permasalahan dapat berkaitan dengan masalah dalam keluarga yang tidak ingin
dibicarakan oleh orang tua, mungkin pula anak mempunyai masalah dengan teman
(Noviana, 2010).
Lingkup masalah kesehatan jiwa yang dihadapi individu sangat kompleks sehingga
perlu penanganan oleh suatu program kesehatan jiwa yang bersifat kompleks pula.
Masalah-masalah kesehatan jiwa dapat meliputi: 1) perubahan fungsi jiwa sehingga
menimbulkan penderitaan pada individu (distres) dan atau hambatan dalam
melaksanakan fungsi sosialnya; 2) masalah psikososial yang diartikan sebagai setiap
perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis maupun sosial yang
memberi pengaruh timbal balik dan dianggap mempunyai pengaruh cukup besar.
Sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai gangguan jiwa.
Psikososial yang dapat berupa masalah perkembangan manusia yang harmonis,
peningkatan kualitas hidup, upaya-upaya kesehatan jiwa diperlukan untuk mengatasi
masalah tersebut yang meliputi upaya primer, sekunder dan tersier yang ditujukan untuk
meningkatkan taraf kesehatan jiwa manusia agar dapat hidup lebih sehat, harmonis, dan
produktif (Dalami, 2010)
Seorang yang sehat mental dapat: (WHO)
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif dengan kenyataan
2. Memperoleh kepuasan dalam usaha/perjuangan hidup
3. Lebih puas memberi daripada menerima
4. Bebas dari kecemasan/ketegangan
5. Berhubungan dengan orang lain tolong menolong, saling memuaskan
6. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran
7. Mengarahkan rasa bermusuhan penyelesaian kreatif dan konstruktif
8. Mempunyai rasa kasih sayang yang besar
Kepribadian yang berintegrasi baik (skinner):
• Menerima diri sendiri
• Diterima oleh orang lain
• Efisien dalam pekerjaan/studi
• Bebas dari konflik dalam diri sendiri
Perilaku manusia :
- Perilaku manusia dipengaruhi oleh stimulus dari dalam maupun dari luar individu.
- Stimulus dari dalam terkait dengan kondisi jiwa seseorang mempengaruhi
perilakunya.
- Perilaku yang “normal” menunjukkan perkembangan individu yang optimal sesuai
dengan kesejahteraan dan kemajuan kelompok dalam jangka panjang
Normal dan abnormal :
- Abnormal menyimpang dari normal
- Patokan normal untuk fisik/soma lebih mudah
- Patokan normal untuk perilaku agak sulit
Seseorang yang “sehat jiwa” mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Merasa senang terhadap dirinya serta
Mampu menghadapi situasi
Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup
Puas dengan kehidupannya sehari-hari
Mempunyai harga diri yang wajar
Menilai dirinya secara realistis, tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan
2. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta
Mampu mencintai orang lain
Mempunyai hubungan pribadi yang tetap
Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda
Merasa bagian dari suatu kelompok
Tidak "mengakali" orang lain dan juga tidak membiarkan orang lain "mengakah"
dirinya
3. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta
Menetapkan tujuan hidup yang realistis
Mampu mengambil keputusan
Mampu menerima tanggungjawab
Mampu merancang masa depan
Dapat menerima ide dan pengalaman baru
Puas dengan pekerjaannya
B. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa pada Anak Usia Sekolah
Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa pada anak usia sekolah menurut
Depkes RI (2001, dalam Noviana, 2010) antara lain:
1. Guru
Perilaku guru menunjukan suatu pengaruh yang besar dan kuat terhadap iklim atau
suasana sekolah, baik sosial maupun emosional. Keberhasilan guru dalam mengajar
dan mendidik, khususnya dapat membantu perkembangan kepribadian anak.
2. Teman sebaya
Sehari-hari anak bergaul dengan teman sekolah atau teman di luar sekolah. Orang
tua dan guru harus mengetahui kelompok teman bermain anak baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Di rumah anak berada dalam “dunia dewasa”, yang penuh
dengan norma dan nilai yang harus dipatuhi, sedangkan di luar rumah anak dalam
“dunia usia sebaya”, yang penuh dengan kebebasan.
3. Kondisi fisik sekolah
Anak tidak akan tenang belajar, apabila sekolah terletak di dekat pasar,
perkampungan yang padat, dekat pabrik, atau disekitar tempat hiburan. Keadaan
semacam ini sangat berpengaruh terhadap perilaku anak.
4. Kurikulum
Kurikulum sekolah merupakan pedoman proses pembelajaran yang sangat penting.
Undang-undang No. 2 Tahun 1989 dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990
sudah menggariskan jenis dan muatan kurikulum, khususnya kurikulum nasional
yang cukup fleksibel menampung keperluan khusus setempat dalam bentuk muatan
lokal.
5. Proses pembelajaran
Suasana sekolah yang menantang dan merangsang belajar, akan menentukan iklim
sekolah. Hal ini tergantung pada kemampuan guru mengajar, serta tata tertib yang
berlaku di sekolah. Sekolah terasa nyaman dan menarik, sehingga anak senang
berada di sekolah dan guru pun bergairah dalam mengajar.
6. Keluarga
Keluarga merupakan faktor pembentuk kepribadian anak secara dini yang pertama
dan utama. Orang tua yang bersifat otoriter, tidak sabar, mudah marah, selalu
mengatakan “tidak”, selalu melarang, sering memukul, akan sangat berpengaruh
buruk terhadap perkembangan kepribadian anak
C. Gangguan Jiwa
1. Pengertian Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi
jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi,
proses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera).Gangguan jiwa
ini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &
Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama,
maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan
pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah
mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh
gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan
atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan
penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat
pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).
1. Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yangmenonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur
kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), di lingkungan
sosial (sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik), (Maramis1994). Biasanya tidak
terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai
unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah
gangguan badan ataupun jiwa.
Faktor keturunan, kelainan otak baik sejak dalam kandungan, saat lahir
maupun akibat kecelakaan serta kelainan/sakit fisik yang mempengaruhi fungsi
otak, Kepribadian yang rapuh, Daya tahan kejiwaan yang rendah serta pola asuh
yang tidak baik, Lingkungan & situasi kehidupan sosial yang tidak pernah
menenteramkan serta adat istiadat dan kebiasaan yang tidak sehat. Orang yang
beresiko/ rawan terkena Gangguan jiwa:
a) Individu yang kehilangan anggota tubuh
b) Individu yang kehilangan/perpisahan dengan orang dicintai
c) Individu yang kehilangan pekerjaan, harta benda, tempat tinggal, sekolah
d) Keluarga dengan penyakit kronis : TBC, hipertensi, diabetes, penyakit
jantung, ginjal dan reumatik
e) Keluarga dengan ibu hamil atau ibu melahirkan
2. Tanda Gangguan Jiwa
3. Ciri orang gangguan jiwa
Marah-marah tanpa sebab
Mengamuk
Mengurung diri
Tidak mengenali orang
Bicara kacau
Bicara/tertawa sendiri
Tidak mampu merawat diri
4. Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala yang psikologik
dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim,
1998): Gangguan jiwa organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan
gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan
somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan
faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental,
gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan
onset masa kanak dan remaja.
a. Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan
disorganisasi personalitas yang terbesar.Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk
psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian
pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang
(Maramis,1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara
3P Perubahan Perasaan
Perubahan Perilaku
Perubahan Pikiran
bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan.
Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati
biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).
b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak
berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai
dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna,
putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih
dan yang berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang ditujukan
pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi
adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa
bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup
menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah,
harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai
kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari
situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa
ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan
menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang
menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktifitas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak
stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai
pulih (Atkinson, 2000).
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh
setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang
dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir
dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins
1993).Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
Skizofrenia Tanda psikotik3P
dikenali.Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai
tingkat berat.Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan
kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan
kecemasan panik.
d. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan
gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi
tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa
dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau
tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid,
kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif,
kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian
astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.
(Maslim,1998).
e. Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh
gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini
dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang
terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan
dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang
menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang
terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih
menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada
pembagian akut dan menahun.
f. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan
sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang
dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan
dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial
(Maslim,1998).
h. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis,
1994).Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan
dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling memengaruhi. Diketahui
bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat
diturunkan dari orang tua kepada anaknya.Pada gangguan otak seperti trauma
kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian.Faktor
lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan
oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku
itu dapat dipengaruhi atau dicegah.
C. Yang harus dilakukan ketika menemukan pasien jiwa
1. Melaporkan kepada kader
2. Melaporkan kepada tenaga kesehatan
3. Tenaga kesehatan atau kader akan melaporkan kepada pihak yang
bertanggungjawab terhadap pasien gangguan jiwa
4. Jangan melakukan stigma pada orang tersebut.
D. Cara Mengelola Perasaan dan Bantuan untuk orng yang Sudah Terkena Gangguan
Jiwa
Kenali perasaan anda; seperti marah, takut, sedih, iri, cemas, senang dll pada
setiap situasi.
Coba untuk mengerti apa yang menyebabkan perasaan tersebut.
Perhatikan apa yang anda lakukan terhadap diri sendiri maupun orang lain
ketika timbul perasaan tidak enak tersebut.
Ketahuilah kemampuan anda & keterbatasan anda dalam menghadapi situasi
tersebut.
Kenalilah cara anda dalam mengatasi perasaan & masalah tersebut; apakah
berhasil atau tidak.
Tanyakan pada diri sendiri : Mengapa saya marah? Kepada siapa saya
marah? Apa yang biasa saya lakukan ketika marah? Apa saja yang dapat saya
lakukan untuk mengatasi rasa marah?
Pelajari cara baru yang dapat memuaskan & memenuhi kebutuhan, dalam
mengatasi perasaan tak enak tersebut, tanpa merugikan diri sendiri maupun
orang lain.
Rencanakan cara yang positif untuk mengatasi perasaan ini, selangkah demi
selangkah.
Lakukan rencana tersebut bila hasilnya tidak memuaskan, cari cara lain.
DAFTAR PUSTAKA
Priharjo, R. (2003). Perawatan Nyeri. Jakarta :EGC
Mansjoer, Arif.2001. Kapita selekta kedokteran. Jakarta. Media Aeskulapius: FKUI
Stuart, Sunden. 1998. Keperawatan jiwa Edisi III . Jakarta : EGC
Lampiran 2
PRE & POST TEST
1. Bagaimana seseorang dapat disebut sebagai sehat jiwa?
a. Sehat secara fisik
b. Sehat secara fisik, mental, dan sosial.
c. Penganiayaan fisik dan mental
2. Yang merupakan ciri-ciri dari orang sehat jiwa adalah...
a. Merasa senang terhadap dirinya dan merasa nyaman berhubungan dengan orang
lain.
b. Mampu memenuhi tuntutan hidup orang banyak
c. Merasa nyaman dengan menarik diri dari lingkungan
3. Yang merupakan definisi dari gangguan jiwa adalah...
a. Kondisi seseorang yang stres
b. Perilaku seseorang yang berubah
c. Terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi.
4. Yang tidak termasuk jenis gangguan jiwa adalah...
a. Skizofrenia
b. Senyum sendiri
c. Depresi
5. Berikut ini yang dilakukan ketika bertemu dengan orang gangguan jiwa adalah...
a. Mengolok-ngolok dan menertai
b. Membiarkan dan lari
c. Menghubungi kader atau tenaga kesehatan.
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang – 65145Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 – Fax (62)(0341) 564755
e-mail: [email protected] http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA
DAFTAR HADIR PENYULUHAN
“KONSEP SEHAT JIWA”
Hari/ Tanggal :
Waktu :
Lokasi :
NO. NAMA PESERTA TANDA TANGAN
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS BRAWIJAYAFAKULTAS KEDOKTERAN
Jalan Veteran Malang – 65145Telp. (0341) 551611 Pes. 213.214; 569117, 567192 – Fax (62)(0341) 564755
e-mail: [email protected] http:fk.ub.ac.id
JAWA TIMUR - INDONESIA
Berita Acara Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
Nama Kegiatan : Penyuluhan konsep sehat jiwa
Hari/Tanggal : Jumat, 10 Juli 2015
Pukul : 09.00 – 09.35 WIB
Tempat : Posyandu Flamboyan 5 Desa Bandung Rejo
Pengisi Acara : Alvin Roiz A dan Yananda M
Jumlah Peserta : 15 orang
Kronologis Acara : 1. Pembukaan
2. Doa
3. Perkenalan
4. Materi
5. Tanya Jawab
6. Kesimpulan
Pertanyaan : 1. Bagaimana seseorang dapat disebut sebagai sehat jiwa?
2. Bagaimana ciri-ciri orang sehat jiwa
3. Apa yang dimaksud dengan gangguan jiwa?
4. Penyebab gangguan jiwa
5. Ciri-ciri orang dengan gangguan jiwa
Evaluasi : 1. Peserta antusias mengikuti penyuluhan
2. seluruh peserta mengikuti penyuluhan sampai selesai
Saran :
Bantur, 27 Januari 2015
Ketua Kelompok
Yananda Maulina
NIM. 105070200111007