proposal kp ikan senggaringan
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai spesies asli yang tersebar di Asia Tenggara,
menurut Müller-Belecke et al. (2002) dan Hee (2002), Mystus
nigriceps layak dijadikan kandidat baru untuk budidaya, karena
produksinya dapat mencapai 700 ton per tahun. Tetapi, menurut
Mijkherjee et al. (2002) dan Arockiaraj et al. (2004), genus
Mystus termasuk ikan-ikan Asia Tenggara yang terancam punah.
Sukamsiputro (2003) melaporkan bahwa, antara tahun 1998
sampai 2002, hasil perolehan tangkapan di sungai Klawing untuk
senggaringan menurun dari 14,3 ton menjadi 8,9 ton.
Spesies Mystus nigriceps (nama lokal: senggaringan),
sebagaimana dilaporkan Sulistyo dan Setijanto (2002), Rukayah
et al. (2003), dan Sukamsiputro (2003), dijumpai di sungai
Serayu dan Klawing. Ikan ini termasuk dalam familia Bagridae
(Ekanayake et al., 2005). Sungai Klawing merupakan satu dari
banyak sungai yang cukup besar dan penting di Kabupaten
Purbalingga, Jawa Tengah. Sungai ini banyak dimanfaatkan
pengguna antara lain penambang pasir, pabrik tapioka, dan juga
nelayan sungai (Sukamsiputro, 2003).
Salah satu upaya untuk menjaga pemanfaatan ikan
senggaringan (Mystus nigriceps) yaitu dengan melakukan
restocking ke habitatnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
1
perubahan pengelolaan sumberdaya perikanan dari pola
perikanan tangkap menuju pola perikanan budidaya (Herianti,
2005). Restocking dapat dilakukan apabila ikan tersebut sudah
dapat didomestikasi dan dikuasai mengenai aspek biologinya.
Data bio-ekologis untuk mendukung budidaya ikan
senggaringan (Mystus nigriceps) saat ini baru pada tahap in-situ
(Sulistyo dan Setijanto, 2002). Untuk melakukan manipulasi
suatu pertumbuhan ikan masih diperlukan data bio-ekologis pada
lingkungan budidaya. Untuk memperoleh informasi tentang bio-
ekologi spesies ini maka perlu dilakukan riset untuk mendalami
fase aklimatisasi dan adaptasi di lingkungan budidaya dengan
metode experimental, yaitu melalui manipulasi lingkungan
(temperatur air dan pencahayaan). Menurut Sulistyo (1998),
menguraikan bahwa informasi lengkap dan utuh tentang
pertumbuhan ikan akan bermanfaat untuk penerapan manipulasi
pertumbuhan di lingkungan budidaya.
Fase aklimatisasi dan adaptasi merupakan faktor penting
dalam manipulasi lingkungan budidaya sehingga ikan liar yang
akan didomestikasi mampu survival. Faktor lingkungan terutama
temperatur dan pencahayaan (Phototermal) memiliki peranan
penting terhadap proses fisiologi ikan senggaringan (Mystus
nigriceps) mengingat ikan ini bersifat demersal
potamonodromous. Kerja Praktek ini mengkaji keterkaitan antara
2
variasi phototermal terhadap pertumbuhan ikan senggaringan
betina (Mystus nigriceps) pada lingkungan budidaya.
3
1.2. Perumusan Masalah
Ikan senggaringan merupakan jenis ikan yang endemik
asli berasal dari Indonesia. Pelestarian jenis ikan ini tidak lepas
dari usaha manusia untuk membudidayakannya. Informasi
tentang usaha untuk membudidayakannya dan mengoptimalkan
pertumbuhan ikan ini masih sangat sedikit dan perlu penelitian
yang lebih lanjut, guna meningkatkan dan melestarikan ikan
endemik ini agar dapat berkelanjutan keberadaannya. Sistem
penggunaan manipulasi baik dari temperatur lingkungan dan
faktor lainnya dapat digunakan sebagai salah satu upaya
peningkatan usaha budidaya agar keberlanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, maka timbul perumusan
permasalahan yaitu ”Bagaimana pengaruh phototermal terhadap
laju pertumbuhan Ikan Senggaringan betina (Mystus nigriceps) di
lingkungan budidaya?”
1.3. Tujuan
Kerja Praktek ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
phototermal terhadap laju pertumbuhan Ikan Senggaringan
betina (Mystus nigriceps) di lingkungan budidaya.
4
1.4. Manfaat
Manfaat dari kerja praktek ini diharapkan dapat dijadikan
dasar untuk memanipulasi pertumbuhan spesies ikan ini di
lingkungan budidaya dan dapat menyediakan konsep ilmiah
dalam merumuskan kebijakan pembangunan perikanan dan
pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan.
5
Mystus nigricepsMystus nigriceps
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Senggaringan
Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps) merupakan salah
satu spesies asli ikan air tawar yang ada di Indonesia. Menurut
Saanin (1984), genus Mystus mempunyai kedudukan sistematika
sebagai
berikut :
Gambar 1. Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Bagridae
Genus : Mystus
Spesies : Mystus nigriceps
6
Genus Mystus mempunyai ciri-ciri diantaranya mempunyai
kepala dan tubuh berbentuk relatif compressed (Hee, 2002).
Memiliki sirip lemak lebih panjang dari pada sirip dubur dan
bersambung dengan sirip punggung, sungut rahang atas
mencapai pangkal ekor atau melampaui sirip ekor, dahi
memanjang sampai ke pangkalan dahi (Kottelat et al,. 1993).
2.2. Syarat dan Kebiasaan Hidup
Habitat Ikan senggaringan (Mystus nigriceps) terdapat di
sungai dengan arus yang kecil, keruh dan substrat lumpur (Hee,
2002). Setijanto dan Sulistyo (2002) melaporkan juga bahwa,
tempat hidup ikan senggaringan (Mystus nigriceps) memiliki
karakter yaitu segmen sungai yang mempunyai bagian yang
dangkal dan bagian dalam, berarus lemah (0.1-0.43 m/det.) dan
putar, terletak pada bagian sungai yang membelok, pada bagian
sungai tedapat ceruk (lempeng) atau kayu besar yang terendam
yang digunakan sebagai tempat berlindung, subtrat dasar bagian
dangkal (<0,15 m) berupa campuran pasir, krikil dan pada
bagian dalam berupa pasir dan lumpur, pada bagian dangkal
yang ditumbuhi lumut dan bagian tepi sungai ditumbuhi
tanaman yang lebat (riparian vegetation). Ikan senggaringan
hidup dengan kondisi kandungan oksigen terlarut yang tinggi
(6.6– 8.8 ppm), kekeruhan yang tinggi (0.7–42.1 NTU) dan
tertangkap pada ketinggian 85– 40 m dpl.
7
Ikan Senggaringan bersifat nokturnal. Materi hewan dan
materi tumbuhan merupakan makanan utama ikan dan musim
berpengaruh terhadap diet ikan ini. Ikan Senggaringan termasuk
omnivora yang cenderung bersifat karnivora dan merupakan
hewan “oportunistic feeder” (Sulistyo et al,. 2007). Hal tersebut
serupa dengan yang dikemukakan Wellborn (1988) bahwa, ikan
jenis catfish pada tahap juvenil bersifat karnivora, setelah ikan
tersebut dewasa akan bersifat omnivora.
2.3. Pertumbuhan Ikan
Pada umumnya, ikan mengalami pertumbuhan secara
terus menerus sepanjang hidupnya. Hal ini yang menyebabkan
pertumbuhan merupakan salah satu aspek yang dipelajari dalam
dunia perikanan dikarenakan pertumbuhan menjadi indikator
bagi kesehatan individu dan populasi yang baik bagi ikan. Dalam
istilah sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai
pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu,
sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan
jumlah. Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan
ukuran (panjang, berat) ikan pada waktu tertentu atau
perubahanan kalori yang tersimpan menjadi jaringan somatik
dan reproduksi. Pertumbuhan biasanya bersifat positif (misal
penambahan berat tubuh ikan pada waktu tertentu),
menunjukkan keseimbangan energi yang positif dalam
metabolisme (Effendie, 2002).
8
Metabolisme adalah penjumlahan anabolisme ditambah
katabolisme. Pada pertumbuhan, laju anabolisme akan melebihi
katabolisme. Pada dasarnya, faktor-faktor yang mengkontrol
proses anabolik yaitu sekresi hormon pertumbuhan oleh pituitary
dan hormon steroid dari gonad. Namun demikian, laju
pertumbuhan ikan sangat bervariasi sebab sangat tergantung
pada berbagai faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua
bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-
faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak.
Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol,
diantaranya ialah keturunan, seks, umur. Sedangkan Faktor luar
yang utama mempengaruhi pertumbuhan seperti suhu air,
kandungan oksigen terlarut dan amonia, salinitas dan fotoperiod
(Effendie, 2002)
2.4. Peran Phototermal Terhadap Laju Pertumbuhan
Phototermal merupakan gabungan cahaya dan
temperatur yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
(Sutisna dan Sutarmanto, 1995). Pada beberapa ikan,
phototermal merupakan “trigger” atau pemicu untuk
perkembangan gonad. Phototermal akan diterima oleh organ
reseptor, dari reseptor akan diteruskan ke sistem syaraf pusat.
Kemudian Hipotalamus menghasilkan hormon yang dibawa
dalam pembuluh darah menuju bagian anterior dari kelenjar
pituitary. Hormon ini digunakan untuk merangsang pituitary
9
untuk menghasilkan hormon-hormon lain. Kelenjar pituitary
merangsang pengeluaran hormon pertumbuhan (Growth
Hormone/ GH). Pengeluaran hormon GH di rangsang oleh
hormon-hormon pelepas pertumbuhan (Growth Hormone
Releasing Factor/ GHRF) yang direproduksi oleh hipotalamus.
Selain itu terdapat juga hormon yang fungsinya berlawanan
dengan GHRF, yaitu hormon pelepas yang sifatnya menghambat
(Growth Hormone Releasing-inhibits Factor. GHRiF) yang juga
dihasilkan oleh hipotalamus (Herfen, 2009).
Basuki (2001) menjelaskan bahwa, GH (Growth Hormone)
atau hormon pertumbuhan, untuk membuktikan hipotesis
tersebut telah dilakukan berbagai penelitian dengan penerapan
berbagai cara agar GH dapat disekresikan sehingga kadar GH
dalam darah dapat ditingkatkan atau dapat dihambat dengan
efek, apabila GH dirangsang sehingga kadarnya didalam darah
meningkat dapat meningkatkan pertumbuhan, dan sebaliknya
apabila GH dihambat maka pertumbuhannya akan menurun,
menurut Peter dan Marchant (1995), dari hasil berbagai
penelitian pada ikan menunjukkan bahwa ada beberapa hormon
yang berperan dalam menstimulasi sekresi GH yaitu dopamin,
tirotropin-releasing hormon, GH releasing faktor, Gn-RH, neuro
peptide Y, noreepineprin, dan ada pula hormon yang berperan
didalam menghambat sekresi GH yaitu serotonin, somatostatin.
10
Temperatur berpengaruh terhadap aktifitas enzim yang
terlibat proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme
berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi)
dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang
dibutuhkan tubuh). Jika aktifitas enzim metabolisme meningkat
maka laju proses metabolisme akan semakin cepat dan kadar
metabolit dalam darah semakin tinggi. Tingginya kadar
metabolit dalam darah menyebabkan ikan cepat lapar dan
memiliki nafsu makan tinggi, sehingga tingkat konsumsi pakan
meningkat. Konsumsi pakan yang tinggi akan meningkatkan
jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh. Energi ini akan
digunakan untuk proses-proses maintenance dan selanjutnya
digunakan untuk pertumbuhan (Musida, 2008).
11
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi Kerja Praktek
3.1.1. Bahan Kerja Praktek
Bahan yang digunakan adalah ikan senggaringan (Mystus
nigriceps) sebanyak 12 ekor ikan betina ukuran panjang ± 15 cm
dan berat ± 20 gr.
3.1.2. Alat Kerja Praktek
Alat yang digunakan dalam kerja praktek ini adalah 4 bak
fiberglass dengan kapasitas 250 L, ketinggian air 40 cm, water
bath, serok, plastik penutup warna hitam, penggaris (cm) atau
kertas milimeter blok, timbangan digital merek O-hauss (dengan
ketelitian ± 0,1 g), lampu TL 10 watt, thermometer celscius.
3.2. Metode Kerja Praktek
3.2.1. Prosedur Kerja Praktek
Rancangan pada kerja praktek ini adalah model
eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan pola faktorial, yaitu dengan 4 perlakuan dengan 3
kali ulangan pada ikan. Secara rinci rancangan kerja praktek
tersebut adalah :
Tabel 1. Rancangan PerlakuanNo. Perlakua
nKeterangan
1 T0L0 Temperatur ruang, pencahayaan alami2 T0L1 Temperatur ruang, pencahayaan 10 jam terang
dan 14 jam gelap3 T0L2 Temperatur ruang, pencahayaan 14 jam terang
dan 10 jam gelap
12
4 T2L1 Temperatur 30ºC, pencahayaan 10 jam terang dan 14 jam gelap
3.2.1.1. Persiapan Bak Perlakuan Phototermal
Wadah percobaan disiapkan dengan dicuci sampai bersih
terlebih dahulu. Kemudian diisi dengan air hingga kedalaman 40
cm, dan disiapkan sistem resirkulasi tertutup agar tidak perlu
dilakukan pergantian air. Wadah percobaan diberi pengatur
temperatur agar stabil dan diberi pencahayaan menggunakan
lampu TL 10 watt yang lama pencahayaan diatur alat timer
sesuai perlakuan, kecuali T0LP0.
3.2.1.2. Pemberian Pakan
Induk diberi pakan alami berupa ikan mujair (panjang 2-4
cm) secara adlibitum.
3.2.1.3. Penanganan Sampel
Pengambilan data secara sampel acak yaitu dengan
menangkap 3 ekor ikan senggaringan betina dari setiap wadah
pada awal, pertengahan, dan akhir percobaan.
3.2.1.3.1. Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik (SGR) merupakan nilai
konveksi pakan yang menunjukan kualitas melalui pertumbuhan
yang dihasilkan (Suhenda et, al., 2003). Menurut Effendie (2002),
SGR dapat dihitung dengan rumus :
13
Keterangan :
SGR : Specific Growth Rate (Laju Pertumbuhan Spesifik)
Wt : Berat ikan akhir (g)Wo : Berat ikan awal (g)T : Waktu Pemeliharaan
3.2.1.3.2. Pengukuran Pertumbuhan Nisbi
Dirumuskan sebagai persentase pertumbuhan pada tiap
interval waktu, atau dengan kata lain ialah perbedaan ukuran
pada waktu akhir interval dengan ukuran pada waktu awal
interval dibagi dengan ukuran pada waktu akhir interval.
Umumnya pertambahan dalam berat jauh lebih banyak
digunakan karena mempunyai nilai praktis dari pada panjang.
Perumusan kecepatan pertumbuhan nisbi tadi adalah sebagai
berikut menurut Effendie (2002),:
h =
Keterangan :
h = kecepatan pertumbuhan nisbiWt = Bobot akhir interval (gr)Wo = Bobot awal interval (gr)t = jumlah hari selama percobaan.
3.3. Waktu dan Tempat
Kerja praktek ini dilaksanakan di Laboratorium
Pengembangan Budidaya, Jurusan Perikanan dan Kelautan
14
Unsoed. Kerja praktek ini dimulai sejak bulan Oktober sampai
Januari 2009.
3.4. Analisis Data
Variabel yang diamati dalam kerja praktek ini adalah
pertumbuhan ikan senggaringan (Mystus nigriceps) berupa laju
pertumbuhan spesifik dan pertumbuhan nisbi. Data ini diujikan
secara statistik menggunakan analisis keragaman dengan uji F
(ANOVA) pada taraf kesalahan 0,01%. Apabila terjadi perbedaan
yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil jika
terdapat perbedaan perlakuan.
15
IV. JADWAL RENCANA KERJA PRAKTEK
Jadwal rencana kerja praktek Efek Photo-Termal Terhadap Laju Pertumbuhan Ikan Senggaringan (Mystus Nigriceps) Betina. dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No KegiatanBulan
September
Oktober
November
Desember
Januari
1Penyusunan proposal kerja praktek
2Pengambilan sample dan identifikasi
3 Analisis data 4 Penyusunan laporan
16
DAFTAR PUSTAKA
Arockiaraj A. J., Haniffa M. A., Seetharaman S., Singh S., 2004. Cyclic changes in gonadal maturation and histological observations of threatened freshwater catfish “Narikeliru” Mystus montanus (Jerdon, 1849). Acta Ichthyologica Et Piscatoria, 34 (2): 253–266.
_______________. 2004. Early Development of a Threatened Freshwater Catfish Mystus montanus (Jerdon). Acta Zoologica Taiwanica, 14(1): 23 -32.
Basuki. F. 2001. Tinjauan Falsafah Ilmu Terhadap Transgenik Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Chua, T.E. dan S.K. Teng.1978. Effect of Feeding Frequency On The Growth of Young Estuary Grouper. Ephinephelus tauvina (Fosskal) Cultured in Floating Net-Cage, Aquaculture. 14: 31-47.
Ekanayake S. P., Bambaradeniya C. N. B., Perera W. P. N., Perera M. S. J., Rodrigo R. K., Samarawickrama V. A. M. P. K. dan Peiris T. N., 2005. A Biodiversity Status Profile of Lunama - Kalametiya Wetland Sanctuary. IUCN - The World Conservation Union, Sri Lanka Country Office. 46 p.
Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Cetakan Kedua. Yayasan Pusaka Nusatama
Hee N. H., 2002. The Identity Of Mystus nigriceps (Valenciennes In Cuvier & Valenciennes, 1840), With The Description Of A New Bagrid Catfish (Teleostei: Siluriformes) From Southeast Asia. The Raffles Bulletin Of Zoology, 50(1): 161-168
Herfen. 2009. Sistem Endoktrin. http://prestasiherfen.blogspot.com/ diakses tanggal 09-11-2009 (online).
Herianti, I. 2005. Rekayasa Lingkungan Untuk Memacu Perkembangan Ovarium Ikan Sidat (Anguilla bicolor). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah (Central Java Assessment Institute for Agricultural Technology). Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, (37):25– 41
17
Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freswater of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions, Hong Kong. 221 pp., 84 pls.
Mijkherjee M., Praharaj A., Das S., 2002. Conservation of endangered fish stocks through artificial propagation and larval rearing technique in West Bengal, India. Aquaculture Asia, 7(2): 8-11.
Müller-Belecke A., Schneiderat U., Dhesparasith D., Hösrtgen-Schwark G., 2002. Artificial reproduction of Asia green catfish (Mystus nemurus): trials to obtain high quality sperm from alive males. Abstrak Challenge to organic farming and sustainable land use in the tropics and subtropics. Deutscher Tropentag, October 9-11, 2002, Witzenhausen.
Musida. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi Hewan Air Terhadap Lingkungannya. http://www.musida.web.id/ diakses tanggal 09-11-2009 (online)
Peter, R.E. and T.A. Marchant., 1995. The Endocrinology of Groth in Carp and Releted Species. Aquaculture 129 : 299-321.
Rukayah S., Setijanto, Sulistyo I., 2003. Kajian Strategi Reproduksi Ikan senggarian (Mystus nigriceps) di Suai: Upaya Menuju Diversifikasi Budidaya Perairan. Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Biologi, Unsoed.
Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta, Bogor.
Suhenda, N., Evi Hapsari. 2003. Penentuan Kebutuhan Kadar Protein Pakan untuk Pertumbuhan dan Sintasan Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevani). Vol. III. No. 2. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.
Sukamsiputro, S., 2003. Ekologi ikan baceman (Mystus nemurus C. V.) di sungai Klawing Kabupaten Purbalingga dan beberapa faktor yang berkaitan dengan domestikasinya. Tesis Magister Sains Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana, Unsoed.
Sulistyo I., 1998. Contribution à l′étude la Maîtrise du Cycle de Reproduction de la Perche Eurasienne Perca fliviatilis L. Thèse du Docteur de I’Université Henri Poincaré. France. 145 p.
18
Sulistyo I., Setijanto, 2002. Aspek Ekologi dan Reproduksi Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps): Acuan Dasar Domestikasi dan Budidaya. Laporan Hasil Penelitian, Fakultas Biologi, Unsoed.
Sulistyo I., Setijanto dan Siregar A. S., 2007. Kinerja Reproduktif Ikan-Ikan FamiliaBagridae di Sungai Klawing, Purbalingga: 1. Indeks Morfo-anatomi Ikan Betina. Prosiding Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang 28 Agustus 2007.
Sutisna, D. H. Dan Sutarmanto, R. 1995. Pembenihan Ikan-Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta.
Wellborn, T. L. 1988. Channel Catfish Life History and Biology. The Texas A&M University System. Texas.
19