proposal mambo23-konsul i
TRANSCRIPT
PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA ( Azadirachta indica ) TERHADAP
STRUKTUR HEPAR TIKUS ( RattusNorvegicus ) YANG DIINDUKSI
KARBON TETRAKLORIDA ( CCL4 )
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Lalu Dedy Rusman
H1A 006 023
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Seiring perkembangan zaman, dunia kesehatan mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Berbagai obat telah ditemukan dan dikembangkan sejalan dengan
perkembangan teknologi. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menjaga
kesehatan antara lain dengan cara memperhatikan dan mengatur pola makan
sehari-hari, hidup teratur, olah raga atau mengkonsumsi obat-obatan yang tanpa
efek samping ( Fitriyana, 2008 ). Namun seringkali karena situasi khusus, kita
diharuskan mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Obat-obatan yang kita konsumsi
baik yang berasal dari tanaman maupun sintetik dapat menimbulkan efek samping
yang berbahaya bagi tubuh kita, terutama dapat berefek langsung pada organ yang
berperan dalam proses metabolisme obat. Insidensi kerusakan hepar yang
disebabkan oleh konsumsi obat-obatan semakin meningkat belakangan ini.
Seiring dengan bertambah banyak dan meluasnya penggunaan obat-obatan yang
memiliki efek hepatotoksik digunakan dalam praktek-praktek kesehatan. Lebih
dari 1100 obat-obatan, obat herbal, obat terlarang, dan bahan-bahan kimia
lingkungan telah diketahui menyebabkan kerusakan hepatobilier. Pada penderita
kerusakan hepar ringan hingga sedang dengan usia lebih dari 50 tahun, 40 %
diakibatkan oleh akibat penggunaan obat-obatan (drug induce). Di Amerika
ditemukan sekitar 200 kasus gagal hati fulminan yang terjadi setiap tahunnya.(
Robert MacLaren, Drug Induce Disease ). Contoh obat-obatan yang dapat
menyebabkan kerusakan hepar, antara lain : isoniazid, rifampin, clavulanic acid,
erythromycin, sulfonamides, phenytoin, carbamazepine, valproic acid,
amiodarone, dan beberapa golongan NSAID dan statin.( Action Plan for Liver
Disease Research).
Hati memegang peranan yang sangat penting dalam fungsi fisiologis
tubuh. Hati merupakan tempat pembentukan lipid, albumin, dan beberapa protein
plasma. Selain itu juga merupakan organ penting dalam proses biotransformasi
senyawa endogen maupun senyawa eksogen, misalnya amonia, hormon steroid,
dan obat. Metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid juga terjadi di hati.
Demikian pula proses detoksifikasi atau inaktivasi obat atau senyawa beracun
lainnya dilakukan oleh hati, sehingga dapat dikatakan hati mempunyai fungsi
pertahanan dan pelindung bagi tubuh.
Ada tiga macam kerusakan hati, antara lain : kerusakan hati akut, subakut,
dan kronis. Pada hakekatnya dapat dibedakan 3 macam kerusakan hati akut, yaitu:
1. sitotoksik (hepatoseluler) yang berhubungan dengan kerusakan parenkim
sel hati. Luka ini dapat berupa steatosis (degenerasi melemak) dan atau
nekrosis sel-sel hati.
2. kolestatik berupa hambatan aliran empedu dengan sedikit atau tanpa
kerusakan sel-sel hati, baik karena luka pada kanalikuler
(hepatokanalikuler) atau luka pada saluran empedu (kolangia destruktif),
dapat pula tanpa adanya luka (kanalikuler).
3. campuran berupa kombinasi dari kedua macam kerusakan sitotoksik dan
kolestatik. ( Yunita Linawati et al, 2008)
Salah satu tanaman yang telah diketahui memiliki khasiat menyembuhkan adalah
tanaman mimba ( Azadirachta indica ). Kemampuan hepatoprotektif ekstrak daun
mimba ( Azadirachta indica ) terhadap efek toksik parasetamol pada tikus telah
diteliti oleh Chattopadhyay ( 2005 ).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Ekstrak Air Daun Mimba ( Azadirachta indica ) terhadap struktur
hepar tikus ( Rattus Norvegicus ) yang diinduksi Karbon Tetraklorida ( CCL4 )”
1.2. Rumusan Masalah
1. Umum
1.2.1.1. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
“Adakah pengaruh pemberian ekstrak air daun mimba (
Azadirachta indica ) terhadap struktur sel hepar tikus putih
(Rattus norvegicus L.) jantan yang diinduksi karbon
tetraklorida ( CCl4 )
2. Khusus
1.2.2.1. “Bagaimanakah gambaran histopatologi dari struktur sel
hepar tikus putih (Rattus norvegicus L.) jantan yang
diinduksi oleh karbon tetraklorida ( CCl4 ) setelah
pemberian ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica )?”
1.2.2.2. Berapakah jumlah sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus
L.) jantan yang mengalami kerusakan yang diinduksi oleh
karbon tetraklorida ( CCl4 ) setelah pemberian ekstrak air
daun mimba ( Azadirachta indica )?”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Umum
1.3.1.1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak air daun mimba (
Azadirachta indica ) terhadap struktur sel hepar tikus putih
(Rattus norvegicus L.) jantan yang diinduksi karbon
tetraklorida ( CCl4 )
2. Khusus
1.3.2.1. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak air daun mimba (
Azadirachta indica ) dapat mempengaruhi gambaran
histopatologi struktur sel hepar tikus putih (Rattus
norvegicus L.) jantan yang diinduksi karbon tetraklorida (
CCl4 )
1.3.2.2. Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak air daun mimba (
Azadirachta indica ) dapat mempengaruhi jumlah
kerusakan sel hepar tikus putih (Rattus norvegicus L.)
jantan yang diinduksi karbon tetraklorida ( CCl4 )
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Menambah khasanah dan pengetahuan tentang tanaman Azadirachta
indica
2. Memanfaatkan Azadirachta indica sebagai obat alternatif yang
bernilai ekonomis.
3. Memberi sumbangan ilmu pengetahuan tentang pemanfaatan
Azadirachta indica dalam pencegahan kerusakan hepar terutama
akibat paparan obat-obatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hepar
1.1. Anatomi dan fisiologi Hepar
Hati adalah organ metabolisme terbesar dalam tubuh, dengan berat rata-rata
sekitar 1.500 gram atau 2% dari berat badan orang dewasa normal (Price dan Wilson,
2005). Hati terlibat dalam sintesis, penyimpanan dan metabolisme banyak senyawa
endogen dan klirens senyawa eksogen, termasuk obat dan toksin yang lain dari tubuh.
1.2. Histopatologi
Sampel hepar tikus difiksasi dalam larutan formalin 10 %. Pembuatan
preparat dimulai dengan melakukan irisan hepar tikus setebal 5 mm yang
kemudian diwarnai dengan hematoxylin dan eosin. Preparat yang telah jadi
diperiksa dibawah mikroskop cahaya untuk melihat adanya kerusakan serta
menentukan derajat degenarasi dan nekrosis hepatoselular. Penentuan derajat
kerusakan berdasarkan metavir scale oleh Poynard et al., 2003; adalah sebagai
berikut :
Tabel. 1. Skoring METAVIR pada fibrosis hati
Stage Gambaran
F0 Tanpa fibrosis
F1 Fibrosis portal tanpa septa
F2 Fibrosis portal dengan sedikit septa
F3 Fibrosis septal tanpa sirosis
F4 Sirosis
( sumampow, 2008 )
Gambar. Lobus hepar normal ( Riede, 2004 )
Gambar. Sirosis hepar ( Riede, 2004 )
2. Mimba (Azadirachta indica)
Mimba adalah anggota dari suku Meliaceae. Tanaman ini biasa hidup di
daerah tropis, yaitu di Asia Selatan dan Asia Tenggara ( Gupta, 2008 ). Di
berbagai negara, mimba juga dikenal dengan nama Neem (Inggris), dan Azad
Darkhtu Hind (Arab). ( National forest Library, 2004 ).
Daun Azadirachta indica Juss mengandung senyawa-senyawa diantaranya
adalah β-sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin quercitrin, rutin,
azadirachtin, dan nimbine ( Farmasi UGM, 2009 ). Berdasarkan hasil penelitian
Rasheed (2002) yang mengisolasi sejumlah polifenol yaitu karoten, kaempferol-3-
O-β-D glucoside
3. CCL4
Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan xenobiotik yang lazim digunakan
untuk menginduksi peroksidasi lipid dan keracunan. Dalam endoplasmik
retikulum hati CCl4 dimetabolisme oleh sitokrom P450 2E1 (CYP2E1) menjadi
radikal bebas triklorometil (CCl3*) 1,2. Triklorometil dengan oksigen akan
membentuk radikal triklorometilperoxi yang dapat menyerang lipid membran
endoplasmik retikulum dengan kecepatan yang melebihi radikal bebas
triklorometil. Selanjutnya triklorometilperoxi menyebabkan peroksidasi lipid
sehingga mengganggu homeostasis Ca2+
, dan akhirnya menyebabkan kematian sel
3. (Panjaitan, 2007)
Karbon tetraklorida secara cepat diabsorpsi oleh tubuh per oral dan inhalasi,
tapi lebih lambat bila melalui kulit. Pada hewan, setelah diabsorpsi secara
sistemik karabon tetraklorida terdistribusi langsung pada sebagian besar organ
mayor, konsentrasi paling tinggi dapat ditemukan pada jaringan lemak, hepar,
otak, medulla spinalis, darah, sumsum tulang, kelenjar adrenal dan ginjal.
Karbon tetraklorida yang telah diabsorpsi kemudian dimetabolisme oleh
enzim chytochrome P450 menjadi bentuk senyawa reaktif radikal bebas
triklorometil. Kemudian mengalami biotransformasi oksidatif membentuk
senyawa reaktif tingkat tinggi, trichloromethylperoxy radical yang selanjutnya
mengalami dekomposisi membentuk phosgene. Phosgene dapat didetoksifikasi
melalui reaksi terhadap air menghasilkan karbon dioksida atau bisa juga melalui
reksi terhadap glutation atau sistein.( Carbon tetrachloride Toxicological
overview, Health Protection Agency)
Penyusun utama membran sel adalah lipid, protein, dan karbohidrat. Lipid
yang menyusun membran adalah fosfolipid. Fosfolipid merupakan molekul yang
bersifat amfipatik, artinya memiliki daerah hidrofilik dan hidrofobik. Keberadaan
dua lapis fosfolipid mengakibatkan membran memiliki permeabilitas selektif,
tetapi protein juga ikut menentukan sebagian besar fungsi spesifik membran.
Pemberian CCl4 dalam dosis tinggi dapat merusak endoplasmik retikulum,
mengakumulasi lipid, mengurangi sintesis protein, mengacaukan proses oksidasi,
menurunkan bobot badan, menyebabkan pembengkakan hati sehingga bobot hati
menjadi bertambah, dan pemberian jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis
sentrilobular serta degenerasi lemak di hati.
2. Kerangka Konsep
3. Hipotesis
3.1. Ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) dapat mencegah kerusakan
struktur sel hepar tikus ( Rattus norvegicus ) yang diinduksi karbon
tetraklorida ( CCL4 ).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental laboratorium dengan
desain penelitian sederhana ( Postest Only Control Group Discussion ).
Pada percobaan ini terdapat dua kelompok penelitian yaitu kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan. Pada kelompok perlakuan diberikan ekstrak air daun Mimba
( Azadirachta indica ) dengan lima dosis yang berbeda yaitu 28 mg; 56 mg; 84
mg; 112 mg; 140 mg. Rancangan penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
K : Kelompok Kontrol
P : Kelompok Perlakuan
O : Parameter yang diukur yaitu gambaran histopatologi hepar tikus
U : Unit Eksperimen yaitu 43 tikus ( Rattus norvegicus ) jantan.
K1 : Diberi CMC 0,5 % per oral dua kali sehari selama 14 hari, pada hari ke-15
( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi aquades, sebagai kontrol
1.
K2 : Diberi CMC 0,5 % per oral dua kali sehari selama 14 hari, pada hari ke-15
( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---)
intraperotoneal, sebagai kontrol 2.
P1 : Diberi ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) per oral dosis 28 mg
yang disuspensikan dalam CMC 0,5 % dibagi dalam dua kali pemberian
per hari selama selama 14 hari, pada hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian
dosis terakhir ) diberi CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
P2 : Diberi ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) per oral dosis 56 mg
yang disuspensikan dalam CMC 0,5 % dibagi dalam dua kali pemberian
per hari selama selama 14 hari, pada hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian
dosis terakhir ) diberi CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
P3 : Diberi ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) per oral dosis 84 mg
yang disuspensikan dalam CMC 0,5 % dibagi dalam dua kali pemberian
per hari selama selama 14 hari, pada hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian
dosis terakhir ) diberi CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
P4 : Diberi ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) per oral dosis 112
mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5 % dibagi dalam dua kali
pemberian per hari selama selama 14 hari, pada hari ke-15 ( 12 jam setelah
pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
P5 : Diberi ekstrak air daun mimba ( Azadirachta indica ) per oral dosis 140
mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5 % dibagi dalam dua kali
pemberian per hari selama selama 14 hari, pada hari ke-15 ( 12 jam setelah
pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O1 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
aquades.
O2 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O3 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O4 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O5 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O6 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
O7 : Gambaran histopatologi hepar kelompok kontrol 1, 12 jam setelah diberi
CCl4 (---) µL/kg secara intraperitoneal.
3.2. Unit Eksperimen dan Replikasi
Unit Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (
Rattus norvegicus ) jenis kelamin jantan, usia 6-8 minggu dengan berat
badan antara 150-250 gram dan dalam keadaan sehat fisik yang ditandai
dengan keadaan umum yang baik.
Banyak replikasi ditentukan berdasarkan rumus Federer :
( t-1 ) ( r-1 ) ≥ 15
Keterangan :
t : jumlah kelompok perlakuan
r : jumlah replikasi
berdasarkan rumus tersebut, maka :
↔ ( )( )
↔ ( )( )
↔ ( )
↔ ( )
↔
↔
Jadi, jumlah replikasi adalah 4 ekor atau lebih dalam satu kelompok.
Untuk mengantisipasi hilangnya unit eksperimen, maka dikoreksi dengan
faktor pengoreksi 0,25 ( 25 % ). Berdasarkan banyak replikasi per
kelompok dan faktor pengoreksi, maka jumlah unit eksperimen secara
keseluruhan adalah 43 ekor. Penentuan unit eksperimen dilakukan dengan
metode simple random sampling.
3.3. Variabel Penelitian
1) Variabel Bebas
Dosis ekstrak air daun Mimba ( Azadirachta indica ) dengan dosis
pemberian; 28 mg; 56 mg; 84 mg; 112 mg; 140 mg.
2) Variabel Tergantung
a. Gambaran histopatologi hepar tikus berdasarkan skala metavir
3) Variabel Kendali
a. Spesies, strain, jenis kelamin, berat badan, pakan, air minum,
kondisi kandang, dan cara perawatan tikus ( Rattus norvegicus )
b. Teknik pemberian Karbon Tetraklorida
c. Teknik pemeriksaan histopatologi hepar.
3.4. Definisi Operasional Variabel
1) Variabel Bebas
Ekstrak air daun Mimba ( Azadirachta indica ) adalah sediaan
kandungan zat aktif dalam tanaman Mimba yang difiltrasi
menggunakan air. Dosis efektif ekstrak air daun Mimba (
Azadirachta indica ) sebagai hepatoprotektor digunakan dosis ekstrak
air daun maimba sebagai patokan berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Ofusuri et al, 2008 dengan dosis 300 mg/kg dapat
menunjukkan efek sitoprotektif terhadap mukosa gaster pada hewan
coba tikus.
Untuk memudahkan pemberian secara per oral, ekstrak air daun
mimba ( Azadirachta indica ) dalam sediaan kering disuspensikan
dengan CMC 0,5 % yang berfungsi sebagai pengikat ekstrak agar
tercampur homogen. Pemberian ekstrak dibagi dalam dua kali
pemberian dengan mempertimbangkan volume lambung hewan coba
( Nurhidayati, 2009 ).
2) Variabel Tergantung??
3) Variabel Kendali
Spesies tikus yang dijadikan hewan coba pada penelitian ini adalah
tikus putih ( Rattus norvegicus ), strain-bla-bla-bla- dengan kelamin
jantan usia 6-8 minggu dengan berat badan 100-300 gram.
Tikus didapatkan dalam kandang yang sesuai standar dimiliki oleh
Laboratorium Biomedik RSU Mataram dengan kondisi lingkungan
terkontrol yaitu temperatur 25 ± 2°C, kelembaban 50-70 %, ventilasi
cukup dan kandang dibersihkan setiap hari. Makanan diberikan ad
libitum. Selama percobaan berlangsung. Air minum selalu tersedia
berasal dari PDAM.
Pemberian ekstrak daun Mimba yang disuspensikan dengan CMC
0,5% menggunakan spuit 1 cc yang disambungkan dengan sonde
sehingga ekstrak bisa mencapai esofagus bahkan lambung tikus
(Nurhidayati, 2009).
Pemberian Karbon Tetraklorida secara intraperitoneal menggunakan
spuit dengan dosis-bla-bla-bla- µL/kg menggunakan pengencer
minyak zaitun ( bla-bla ml/kg ) ( Lima et al., 2006 )
Teknik pemeriksaan histopatologi hepar?????
3.5. Bahan dan Instrumen Penelitian
1) Bahan Penelitian
3.5.1.1. Hewan Coba
Penelitian ini menggunakan tikus ( Rattus norvegicus ) strain Wistar,
dengan beberapa alasan antara lain karena mudah didapatkan, mudah
dipelihara, fisiologinya mirip dengan manusia, lebih tahan terhadap
perlakuan dibandingkan mencit. Jenis kelamin hewan coba jantan,
usia 6-8 minggu, berat badan 150-250 gram dengan kondisi sehat.
3.5.1.2. Bahan Habis Pakai
a. Ekstrak Air daun Mimba ( Azadirachta indica )
Daun mimba didapatkan dari halaman belakang kampus Universitas
Mataram, yang telah sering dimanfaatkan oleh para mahasiswa
sebagai obat tradisional. Pembuatan ekstrak air daun Mimba
dilakukan dengan mencuci daun terlebih dahulu, kemudian daun segar
ditimbang, lalu dipotong kecil-kecil, ditambahkan akuades dengan
perbandingan 200 gram daun mimba dengan 1500 mL aquades.
Selanjutnya diblender selama 15 menit. Setelah didapatkan jus
Mimba, kemudian disaring menggunakan dua kali penyaringan.
Saringan pertama menggunakan kain katun tipis, kemudian hasil
saringan pertama disaring kembali mneggunakan kertas saring. Hasil
saringan kedua tersebut, kemudian dituangkan ke dalam nampan dan
dikeringkan ( diuapkan ) dalam suhu ruangan. Ini merupakan
modifikasi dari pembuatan ekstrak dengan metode freeze drying (
Sithisarn et al., 2005 ).
b. CMC 0,5 % sebagai pembentuk suspensi dengan ekstrak
c. Minyak zaitun sebagai pengencer CCl4
d. Larutan CCL4
e. Aquades
2) Alat Penelitian
a. Alat untuk membuat ekstraksi daum Mimba (Azadirachta indica)
b. Alat untuk perlakuan hewan coba : sonde, spuit disposible 1 cc
c. alat untuk mengangkat organ hepar : minor set, obat anestesi
inhalasi
d. timbangan analitik dan timbangan hewan coba
e. kandang mencit dan autoclave??
3.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Pembuatan ekstrak daun Mimba ( Azadirachta indica) dilakukan di
laboratorium Kimia Analitik Universitas Mataram dan Laboratorium
anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram.
2. Pemeliharaan dan pemberian perlakuan mencit percobaan dilakukan
di laboratorium Biomedik RSU Mataram
3. Pembuatan preparat hepar dilakukan di ( bla bla bla )
Tabel. Rencana Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
RENCANA
KEGIATAN FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI
PENYUSUNAN
PROPOSAL
PELAKSANAAN
PENELITIAN
PENGOLAHAN
DATA
ANALISIS
DATA
PENYUSUNAN
LAPORAN
3.7. Prosedur Penelitian
1) Aklimatisasi
Aklimatisasi hewan coba selama (---)hari terhadap air, makanan, dan
kondisi laboratorium.
2) Perlakuan Hewan
a. Tikus (Rattus norvegicus) dipilih secara acak dan dibagi menjadi
tujuh kelompok yang terdiri atas dua kelompok kontrol dan dua
kelompokn perlakuan.
b. Tiap kelompok terdiri dari 5-6 ekor tikus.
c. Kelompok kontrol 1; diberi sonde CMC 0,5% 2 x sehari selama
14 hari dan pada hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis
terakhir) , diberi minyak zaitun secara intraperitoneal.
d. Kelompok kontrol 2; diberi sonde CMC 0,5% 2 x sehari selama
14 hari dan pada hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis
terakhir) , diberi CCl4 yang diencerkan dengan minyak zaitun
secara intraperitoneal.
e. Kelompok perlakuan 1; diberi ekstrak daun Mimba (Azadirachta
indica) dosis 28 mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5% dibagi
dalam dua kali pemberian per hari selama 14 hari dan pada hari
ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---
)µL/kg yang diencerkan dengan minyak zaitun.
f. Kelompok perlakuan 2; diberi ekstrak daun Mimba (Azadirachta
indica) dosis 56 mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5% dibagi
dalam dua kali pemberian per hari selama 14 hari dan pada hari
ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---
)µL/kg yang diencerkan dengan minyak zaitun.
g. Kelompok perlakuan 3; diberi ekstrak daun Mimba (Azadirachta
indica) dosis 84 mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5% dibagi
dalam dua kali pemberian per hari selama 14 hari dan pada hari
ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4 (---
)µL/kg yang diencerkan dengan minyak zaitun.
h. Kelompok perlakuan 4; diberi ekstrak daun Mimba (Azadirachta
indica) dosis 112 mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5%
dibagi dalam dua kali pemberian per hari selama 14 hari dan pada
hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4
(---)µL/kg yang diencerkan dengan minyak zaitun.
i. Kelompok perlakuan 5; diberi ekstrak daun Mimba (Azadirachta
indica) dosis 140 mg yang disuspensikan dalam CMC 0,5%
dibagi dalam dua kali pemberian per hari selama 14 hari dan pada
hari ke-15 ( 12 jam setelah pemberian dosis terakhir ) diberi CCl4
(---)µL/kg yang diencerkan dengan minyak zaitun.
3.8. Prosedur Pemeriksaan dan Pengambilan Data
1) Prosedur Pengangkatan Hepar
Hewan coba yang akan diambil heparnya terlebih dahulu dianestesi
menggunakan dietil eter ( CH4Cl2 ) yang diberikan secara inhalasi.
Kemudian dilakukan pembedahan pada bagian abdomen untuk
mencapai hepar dan dilakukan pengangkatan hepar. Hepar yang
telah diangkat kemudian dimasukkan dalam larutan formaldehide 10
%. Setelah itu, hepar dikirim ke tempat pembuatan preparat patologi
anatomi. Setelah preparat jadi, kemudian dilakukan penghitungan sel
hepar yang rusak dibawah mikroskop.
2) Pemeriksaan histopatologi sel hepar
Pemeriksaan preparat sel hati tikus hasil pengecatan hematoksilin-
eosin dilakukan dengan mikroskop dengan perbesaran 100 kali. Hasil
pemeriksaan dibuat fotomikroskopis sebagai data kualitatif.
3.9. Analisis Data
Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini disusun dalam tabel dan
dianalisis secara statistik.
3.10. Kerangka Operasional Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Aleksunes, Lauren M et al. Differential Expression of Mouse Hepatic Transporter
Genes in Response to Acetaminophen and Carbon Tetrachloride.
Sumampow, Eric Halim. 2008. Pengaruh Pentoxyfilline Terhadap Fibroindeks
Pada Penderita Hepatitis Kronis B. USU Repository : Medan
Poynard T, Mathurin P, Lai CL, et al. A Comparison of fibrosis Progression in
Chronic Liver Disease. J Hepatol 2003; 38 : 257-65.
Panjaitan, Ruqiah Ganda Putri et al. 2007. Pengaruh Pemberian Karbon
Tetraklorida Terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Tikus. MAKARA, KESEHATAN,
VOL. 11, NO. 1, JUNI 2007: 11-16
Fitriyana, Yunita. 2008. Kadar Glukosa darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L)
Jantan Yang Terbebani Kolesterol setelah Pemberian Kombucha coffee.
Nurhidayati. 2009. Efek Protektif Teripang Pasir ( Holothuria scabra ) terhadap
hepatoksisitasn yang diinduksi CCL4. Universitas Airlangga : Fakultas
Kedokteran.
Sisthisarn, P; Supabphol, R ; Gritsanapan, W. 2005. Comparison of Free Radical
Scavenging Activity of Siamese Neem Tree (Azadirachta indica A. Juss var
siamenesis Valeton) leaf Extracts Prepared by Different Methods of Eztraction.
Med Princ Pract 15: 219-222
Riede, Ursus-Nikolaus and Werner, Martin. 2004. Color Atlas Of Pathology.
Thieme : Stuttgart (Germany)-New York (USA).
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6. EGC : Jakarta
Linawati, Yunita et al. 2008. Efek Hepatoprotektif Rebusan Herba Putri-Malu
(Mimosa pigra, L.) Pada Tikus Terangsang Parasetamol. Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Chattopadhyay RR., 2003. Possible mechanism of hepatoprotective activity of
Azadirachta indica leaf extract: part II. J Ethnopharmacol. 89(2-3):217-9