proposal metopen
DESCRIPTION
Proposal MetopenTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
system pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan Negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun
standar pendidikan nasional, terdiri atas, standar kompetensi lulusan, standar
isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, da standar penilaian.
Dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan
pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesrta didik
untukberpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu
melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelalajaran
serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang
terwujudnya selkuruh kompetensi yang dimuat dalam kurikulum 2013.
Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,
sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa
dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan
persiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun
kelompok yang mengacu pada silabus.
Melihat begitu pentingnya proses pembelajaran dalam suatu kelas untuk
pencapaikan hasil belajar yang optimal maka guru perlu menyusun strategi
yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam mengajar matematika
penulis menjumpai banyak sekali kendala sehingga hal ini memberikan
pengaruh pada hasil belajar siswa. Bagi bayak siswa terutama di sekolah
dimana penulis mengajar, matematika menjadi mata pelajaran yang sulit bagi
siswa. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merasa pesimis terhadap mata
pelajaran matematika. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang memiliki
keyakinan diri (self efficacy) yang rendah terhadap matematika. Ketika
keyakinan diri mereka sudah rendah maka akan berpengaruh terhadap hasil
belajar matematinya.
Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diripada dasarnya adalah hasil
dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang
sejauh mana individu memperkiraan kemampuan dirinya dalam melaksanakan
tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Dari pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa efikasi diri juga
dapat mengembangkan perilaku bersikap positif dalam menghadapi tugas.
Sikap positif ini kemudian membuat siswa yang memiliki efikasi diri yang baik
tidak akan mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang sedang
dikerjakannya.
Selain efikasi diri yang kurang pada diri siswa, proses pembelajaran
matematika yang selama berlangsung belum sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
yang telah dikemukakan diatas telah jelas menyampaikan bahwa pembelajaran
sebaiknya yang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, bukan
pembelajaran yang berpusat pada guru. Pemilihan strategi pembelajaran juga
sebaiknya benar-benar yang dapat mendukung partisipasi aktif siswa. Sehingga
model pembelajaran dapat menjadi solusi dalam pemecahan masalah
pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika.
Pembelajaran kooperativ (cooperative learning) Merupakan salah satu
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran (student
orientied).
B. Diagnosis Permasalahan Kelas
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat
didiagnosis beberapa masalah dalam kelas sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih didomonasi oleh guru(teacher centered).
2. Keyakinan diri (self efficacy) siswa terhadap mata pelajaran matematika
rendah.
3. Siswa mengangggap bahwa matetika adalah pelajaran yang sulit dan
membosankan sehingga siswa cenderung kurang tertarik untuk belajar
matematika.
4. Kurangnya kerja sama antar siswa di dalam belajar.
5. Siswa jarang berdiskusi di dalam kelompok.
6. Hasil belajar Matematika masih rendah.
C. Fokus dan Rumusan Masalah
1. Fokus
Berdarkan identifikasi permasalahan di atas maka ditentukan permasalahan
yang akan diteliti yaitu masalah: keyakinan diri siswa untuk belajar matematika
dan hasil belajar belajar matematika masih rendah, dengan menerapkan metode
yang bayak melibatkan aktifitas siswa, dalam hal ini dipilih pembelajaran
kooperatif model Teams Games Tournament.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikuta:
1. Bagaimana meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) siswa terhadap
mata pelajaran matematika di kelas V SD N Lanteng Baru dengan
menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament.
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Matematika siswa di kelas V SD N
Lanteng Baru yang terjadi setelahmenerapkan metode
pembelajarankooperatif model Teams Games Tournament?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Meningkatkan keyakinan diri (self efficacy)siswa terhadap mata pelajaran
matematika di kelas V SD N Lanteng Baru dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament.
2. Meningkatan hasil belajar Matematika siswa di kelas V SD N Lanteng
Baru setelah menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournament.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitianini diharapkan dapat membawa manfaat terhadap peningkatan
kualitas pembelajaran Matematika, baik secara teoritis maupun secara praktis
bagi siswa, guru, dan lembaga pendidikan.
1. Manfaat teoritik sebagai berikut:
a. Diperolehnya metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan
keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar siswa.
b. Menambah pengetahuan pembaca tentang upaya meningkatkan
keyakinan diri (self efficacy) dan dan hasil belajar Matematika .
2. Manfaat Praktik adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa yaitu untuk mendorong siswa agar meningkatkan keyakinan
diri (self efficacy) dan hasil pembelajaran matematika.
b. Bagi guru bermanfaat untuk memahami secara lebih mendalam metode
pembelajaran kooperatif yang banyak melibatkan siswa untuk
meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika.
c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah sebagai salah satu bahan
untuk menentukan kebijakan mutu pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Matematika
1) Pengertian Matematika
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
2)
2. Belajar
Menurut Suryabrata (1998) pengertian belajar meliputi tiga hal,yaitu
yang pertama belajar adalah sesuatu yang membawa perubahan, dalam
arti ada perubahan tingkah laku baik actual maupun potensial. Kedua,
perubahan tersebut akan menghasilkan keahlihan baru. Ketiga, perubahan
tersebut terjadi karena usaha yang dilakukan dengan sengaja.
Dalam Slavin 2012, belajar adalah proses trial dan error. Ada tiga
hukum yang harus diperhatikan dalam belajar, yaitu kesiapan (readiness)
untuk mempelajari sesuatu, hukum latihan, dan hukum effect.
Menurut Winkel (1996) Merupakan aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dapat
menghasilkan berbagai perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman,
keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan yang terjadi dari hasil belajar
secara relative bersifat tetap dan membekas dalam kehidupan manusia.
Dari pengertian di atas dapat dimpulkan bahwa belajar merupakan
proses yang melibatkan menta/psikis yang berlangsung aktif dan dilakukan
dengan sengaja sehingga akan muncul perubahandalam berbagai hal
seperti pengetahuan, pemahaman, dan tingkah laku dsb.
3. Prestasi belajar matematika
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Klausmeir
dan Goodwin (1971) meliputi enam aspek sebagai berikut:
a. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa meliputi karakteristik psikis dan fisik. Karakteristik
psikis terdiri atas kemampuan intelektual dan kemapuan non intelektual.
Kemampuan intelektual diantaranya adalah sikap, kebiasaaan belajar,
minat, perhatian, motivasi belajar, dan kondisi psikis. Sedangkan
kemmapuan non intelektual misalnya pengamatan, fantasi, persepsi, dan
perasaan. Sedangkan pada karakteristik fisik meliputi keadaan indera
fisik, kesehatan, dan gizi.
b. Faktor Pengajar
Faktor pengajar meliputi penguasaan pengajar pada materi yang akan
diajarkan, keterampilan dalam mengajar, dan karakteristik kepribadian
seorang guru.
c. Bahan atau Materi yang Dipelajari
Bahan atau yang diajarkan oleh guru meliputi jenis materi, tingkat
kesukaran, dan tingkat kompleksitas bahan pelajaran.
d. Media Pengajaran
Media pengajaran yang digunakan meliputi jenis media, karakter media,
dan kemampuan menggunakan media.
e. Karaktersitik Fisik Sekolah
Karakteristik fisik sekolah meliputi keadaan gedung dan fasilitas belajar.
f. Faktor Lingkungan dan Situasi
Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam seperti suhu, keadaan
musim, dan kelembaban udara.
4. Efikasi Diri
a. Pengertian Efikasi Diri
Menurut Bandura (1997) efikasi diri merupakan suatu keyakinan
seseorang atas kemampuannnya untuk melaksanakan tugas khusus atau
bagian dari berbagai komponen tugas.
Menurut Bandura (1997) efikasi diri akan mempengaruhi kognisi,
motivasi, emosi, dan performansi. Selain itu juga berpengaruh pada
pemilihan aktivitas, seberapa banyak usaha yang dicurahkan, dan berapa
lama seseorang dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan. Tingkat
efikasi yang lebih tinggi akan mendorong siswa untuk melakukan tugas
yang mereka yakini akan membuahkan hasil.
b. Tipe-Tipe Efikasi Diri
1) Real Self Efficacy
Merupakan keyakinan yang dimiliki oleh individu atas
kemampuannya dalam melakukan tugas tertentu. Dalam hal ini
individu tersebut telah yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan
tugas tertentu karenan memang memiliki kemampuan yang
diperlukan.
2) Perceived Self Efficacy
Merupakan kesan yang dimiliki oleh individu tentang kemampuan
yang dimilikidalam melakukan tugas tertentu, artinya individu
tersebut meyakini bahwa mampu menyelesaikan tugas meskipun
memiliki kemampuan yang kurang memadai.
c. Dimensi Efikasi Diri
Ada tiga dimensi efikasi diri menurut Bandura (1997) sebagai
berikut:
1) Level
Pada dimensi level merupakan tingkat keyakinan individu terhadap
kemapuan dirinya terkait dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi.
Pada level ini merupakan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan, yaitu
seberapa sulit tugas tersebut menurut perkiraan individu. Bila tingkat
kesulitan yang dihadapi oleh seseorang terlalu tinggi maka ia akan sulit
melakukannya, dan sebaliknya jika tingkat kesulitan terlalu rendah
maka seseorang akan mudah melakukannya. Pada umumnya seseorang
akan memillih tingkat kesulitan yang cukup tinggi akan tetapi masih
pada batas kemampuannya.
Sehingga dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi
level adalah seberapa besar tingkat keyakinan individu terhadap
kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tingkat kesulitan tugas.
2) Generality
Generality merupakan keluasan bidang tugas yang dilakukan.
Artinya seberapa jauh pencapaian individu dalam memiliki efikasi diri
pada bidang tugas khusus, atau menyebar pada berbagai bidang tugas
lainnya.
Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sejauh mana
keyakinan individu terhadap tingkat keluasan tugas.
3) Strenght
Strengh dapat diartikan kuat lemahnya keyakinan individu dalam
mencapai tugas – tugas yang sulit. Semakin individu mantap dalam
melakukan tugas maka akan semakin mudah dilakukan meskipun tugas
sebenarnya cukup sulit.
Tiap individu pada dasarnya memiliki efikasi diri, namun yang
membedakan dengan individu yang lain adalah tinggi rendahnya
efikasinya.
d. Sumber-sumber efikasi diri
Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,
diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi
empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi
(performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious
experience), persuasi sosial (social persuation), dan pembangkitan
emosi (emotional/physiological states).
1. Pengalaman performansi
Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada
masa yang telah lalu. Sebagai sumber performansi masa lalu
menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya.
Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi,
sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan
akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung
proses pencapaiannya :
a. Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi
semakin tinggi.
b. Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja
kelompok, dibantu orang lain.
c. Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah
berusaha sebaik mungkin.
d. Kegagalan dalam suasana emosional atau stres, dampaknya tidak
seburuk kalau kondisinya optimal.
e. Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,
dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang
yang keyakinan efikasinya belum kuat.
f. Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak memengaruhi
efikasi.
2. Pengalaman vikarius
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat
ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan
menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira
sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati
berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar.
Sebaliknya, ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan
dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah
gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu
yang lama.
3. Persuasi sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan
melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi
pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat
memengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada
pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
4. Keadaan emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan
mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,
takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun, bisa
terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat
meningkatkan efikasi diri, (http:/www.google.com).
5. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (1995:2) mengemukakan bahwa “Cooperative Learning refers to a variety of teaching methods in which student work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and
argue with each other, to asses each other’s current knowledge and fill in gaps in each other’s understanding”.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran
kooperatif mengacu pada berbagai metode pengajaran di mana siswa
bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu satu sama lain
mempelajari isi materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa
diharapkan dapat membantu, untuk membahas dan berdiskusi dengan
siswa yang lain, untuk menilai pengetahuan siswa saat ini dan
menambah pengetahuannya masing-masing.
Beberapa alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif
menurut Slavin (1995:2) sebagai berikut:
1) Sebagai dasar penelitian untuk meningkatkan prestasi siswa.
2) Meningkatkan hasil belajar dan hubungan antar kelompok.
3) Memberikan penerimaan kepada siswa yang mengalami kekurangan
dalam bidang akademik di kelas.
4) Meningkatkan harga diri.
5) Mengembangkan realisasi belajar siswa untuk berpikir, memecahkan
masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.
Slavin (1995:5) juga mengemukakan bahwa: “All cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates’ learning as well as teheir own. In addition to idea of cooperative work, Student Team Learning methods emphasize the use of team goals and team success, Which can be achieved only if all members of the team learn the objectives being tought. That is, in Student Team Learning the student’task are not to do something as a team but to learn something as a team”.
Dari pemaparan di atas dapat diartikan bahwa semua metode
pembelajaran kooperatif menyumbangkan berbagai ide atau gagasan
bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab
terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar
sama baiknya. Selanjutnya, gagasan tentang kerja kooperatif, metode
Student Team Learning menekankan penggunaan tujuan tim dan tim
sukses, yang dapat dicapai hanya jika semua anggota tim mempelajari
tujuan yang akan dicapai dalam pokok bahasan. Maka tugas yang
diberikan dalam Student Team Learning studen adalah bukan untuk
melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tapi untuk belajar sesuatu
sebagai sebuah tim.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Terdapat tiga empat prinsip karakteristik pembelajaran
kooperatif menurut Slavin (1995:12) sebagai berikut:
1) Penghargaan Kelompok
Sebagian besar metode pembelajaran kooperatif
menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Ketika suatu
kelompok dapat mencapai skor di atas kriteria yang telah
ditentukan maka kelompok tersebut akan mendapatkan
penghargaan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan
antar personel yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli. Pengargaan yang diberikan dapat berupa sertifikat
atau rekognisi yang lain.
2) Pertanggung jawaban Individu
Pertanggung jawaban menitik beratkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
Keberhasian suatu kelompok tergantung dari pembelajaran individu
dari semua anggota kelompok. Adanya pertanggung jawaban
secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa
bantuan kelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk Berhasil
Dalam pembelajaran kooperatif menggunakan skoring yang
meliputi nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi
yang diperoleh dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode
ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah maupun tinggi
memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan
yang terbaik untuk kelompoknya.
4) Kompetisi Tim
Dalam Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD
(Student Teams Achivement Divisions) dan TGT (Teams Games
Tournaments) menggunakan kompetisi antar tim sebagai hal yang
memotivasi siswa dalam bekersama di dalam tim.
Pada penelitian tesis ini akan menggunakan metode TGT
maka di dalam pembelajarannya nanti akan ada kompetisi antar
tim. Dengan adanya kompetisi antar tim maka siswa pada masing-
masing kelompok akan memberikan yang terbaik untuk
kelompoknya. Sehingga akan semakin membuat rasa tanggung
jawab yang tinggi pada diri siswa untuk sukses bersama dalam
timnya.
c. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan pada langkah-langkah atau tahapan dan aktivitas
pembelajarannya, di dalam Slavin (1995:5) pembelajaran kooperatif
dibedakan dalam beberapa tipe yaitu Student Teams Achievement
Division (STAD), Jigsaw, Tournament Games Teams (TGT),
Cooperative Integrated Reading and Compition (CIRC), dan Team
Accelerated Instruction (TAI).
Pada penelitian tesis ini akan mengunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe Tournament Games Teams (TGT) yang akan
dimplemantasikan di dalam kelas.
1)
d.
6.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Aniq Hudiyah Bil Hag (2014) dalam penelitian yang berjudul “Efikasi
Diri Matematika dan Hubungan dengan teman Sebaya sebagai Prediktor
Prestasi Belajar Matematika”. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan
kuantitatif dengan analisis regresi. Suyek penelitinnya siswa SMA di
Surakarta berjumlah 143 orang yang pengukuran prestasi belajar
matematikanya menggunakan nilai akhir kognitif pada raport semester
ganjil 2013/2014. Variabel efikasi diri matematika dan hubungan dengan
teman sebaya diukur menggunakan skala. Berdasarkan hasil analisis data,
diperoleh kesimpulan bahwa efikasi diri matematika dan hubungan dengan
teman sebaya secara bersama-sama dapat memprediksi prestasi belajar
matematika.
2. Umi Nurjanah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan
Iklim Kelas dan Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar Matematika pada
Siswa Kelas Lima Madrasah Ibtidaiyah”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan anatara iklim kelas dan efikasi diri dengan prestasi
belajar matematika pada siswa kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah. Subyek
penelitiannya 71 siswa di 5 Madrasah Ibtidaiyah. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah skala dan dokumentasi. Skala yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala iklim kelas dan skala efikasi diri. Nilai
prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari dokumentasi nilai rapor
semester genap siswa. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara iklim kelas dan efikasi diri dengan
prestasi belajar matematika kelas lima Madrasah Ibtidaiyah.
3. Anjum (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “The Impact of Self
efficacy on Mathematics Achivement Of Primary School Children”
meneliti tentang efikasi diri dan prestasi matematika pada siswa SD di
Pakistan yang terdiri dari 843 siswa tersebar dalam kelas 3,4,5 di Lahore
Pakistan. Dua pertanyaan yg diajukan dalam penelitian ini adalah self
efficacy matematika secara signifikan berkorelasi positif dengan prestasi
matematika. Pertanyaan yang kedua adalah apakah tingkatan sekolah
(kelas ) secara signifikan berkorelasi dengan self efficacy matematika.
Hasilnya adalah self efficacy matematika secara positif dan signifikan
berhubungan dengan prestasi matematika pada setiap tingkat kelas.
4. Endang Kusrini (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Division) dan TGT (Team Games Tournament) ditinjau dari Kreativitas
terhadap Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SMP di Purwokerto”.
Hasil penelitiananya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan prestasi belajar bahasa Inggris yang disebabkan pendekatan
pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan Konvensional. Dengan uji
Scheffe yang dilaksanakan terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe
TGT menghasilkan prestasi belajar Bahasa Inggris yang paling baik. Ada
perbedaaan yang signifikan terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris
disebabkan oleh perbedaan kreativitas. Terlihat pula adanya interaksi
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris yang
disebabkan interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan
Konvensional dan tingkat kreativitas.
C. Kerangka Pikir (Rancangan Pemecahan Masalah)
Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain
D. Pertanyaan Penelitian
Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Tournament Games Teams
(TGT) dapat meningkatkan efikasi diri dan prestasi belajar matematika siswa
kelas V SD N Lanteng Baru?
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian Tindakan
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom
action research). Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada tujuan
penelitian yaitu Meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar
siswa terhadap mata pelajaran matematika di kelas V SD N Lanteng Baru
dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Teams Games
Tournament (TGT).
B. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
C. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian tesis ini akan dilaksanakan di SD Negeri Lanteng Baru yang
berlokasi di dusun Lanteng II, desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri,
Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan likasi
penelitian didasarkan pada dimana peneliti mengajar dan mengalami
permasalah dalam pengajaran yang hendak dilaksanakan tindakan penelitian
untuk sebuah perubahan dalam pengajaran di sekolah tersebut.
D. Subyek dan Karakteristiknya
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lanteng Baru
Kabupaten Bantul. Kelas V terdiri atas kelas paralel, dan yang dipilih dalam
penelitian ini adalah kelas VB yang memiliki karakteristik lemah dalam
penguasaan materi matematika.
E. Skenario Tindakan
F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
G. Kriteria Keberhasilan Tindakan
H. Teknik Analisis Data