proposal pemberian penguatan dapat mempengaruhi pribadi anak didik untuk merasa senang
TRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
PEMBERIAN REINFORCEMENT UNTUK MENGEMBANGKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK
TERATAI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
SURIANI. S074 924 622
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI S1FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2009
1
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas ke hadirat Allah Subhana Wataala karena Rahmat-Nya,
hidayah-Nya sehingga Proposal ini dapat diselesaikan meskipun dalam bentuk yang
sederhana Proposal ini berjudul “Pemberian Penguatan untuk Meningkatkan Motivasi
Belajar Anak di Taman Kanak-kanak Teratai Universitas Negeri Makassar.
Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan studi guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (SI).
Demi kesempurnaan proposal ini kami berharap para pembaca dapat berkenan
memberikan kritik dan saran.
Makassar, 2009
Penulis
SURIANI S.
2
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar belakang masalah .................1
B. Fokus Masalah .................4
C. Tujuan penelitian .................5
D. Manfaat Hasil Penelitian .................5
E. Sistematika penulisan .................6
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS ............... 7
A. KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 7
1. Penguatan ....................................................................................... 7
2. Motivasi Belajar.............................................................................. 14
3. Kaitan pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran
dengan motivasi belajar ................................................................. 29
B. KERANGKA PIKIR ........................................................................... 30
C. HIPOTESIS ......................................................................................... 32
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 33
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN ..................................... 33
B. FOKUS PENELITIAN ........................................................................ 33
C. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................................. 34
D. UNIT ANALISIS ................................................................................34
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ................................................... 34
F. ANALISIS DAN VALIDASI DATA.................................................. 34
G. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN ...................................... 35
3
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah merupakan hak bagi
setiap warna negara Indonesia. Hal ini telah dijamin dalam UU RI nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional (2003: 8) yaitu “setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Oleh
karena itu, setiap warga negara betul-betul memanfaatkan lembaga pendidikan
sekolah untuk belajar secara kreatif sebagai bekal untuk masa depannya yang lebih
baik, karena lembaga pendidikan formal merupakan lembaga pembinaan sumber
daya manusia dalam aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Sebagai konsekuensi dalam menekuni pendidikan di lembaga pendidikan
sekolah, maka setiap anak didik dituntut untuk memiliki motivasi belajar. Dengan
motivasi belajar anak, maka ia akan memiliki daya tarik untuk memperhatikan atau
berkonsentrasi terhadap pelajaran yang akan atau sedang dipelajari. Dalam kegiatan
pendidikan, motivasi belajar memegang peranan penting sehingga anak didik belajar
dan sukses dalam belajarnya. Hal ini berarti setiap anak perlu ditimbulkan motivasi
belajar dalam dirinya baik dalam melakukan aktivitas belajar di TK maupun di rumah
agar dapat mendukung kesuksesan belajarnya di TK.
Guna menumbuhkan motivasi belajar anak di TK, maka guru hendaknya
berupaya menumbuhkan penilaian positif dari anak terhadap pentingnya penilaian
positif dari anak didik terhadap anak didik dalam pembelajaran, dan membentuk
kebiasaan anak memusatkan perhatian terhadap pembelajaran. Memusatkan perhatian
1
merupakan akibat adanya konsentrasi yang timbul dari motivasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang diikuti. Salah satu usaha yang dapat ditempuh guru dalam
menumbuhkan motivasi belajar anak adalah dengan memberikan penguatan baik
secara verbal dan non verbal.
Menurut L. B. Curzon, motivasi berasal dari kata “Motus, moverc = to move”
yang didefinisikan oleh ahli psikologi sebagai gejala yang meliputi dorongan dan
perilaku mencari tujuan pribadi”. Selanjutnya juga definisikan sebagai
“kecenderungan untuk melakukan kegiatan yang berawal dengan stimulus atau
dorongan yang kuat dan berakhir dengan respons penyesuaian yang tepat”.
Setiap anak diupayakan sedini mungkin untuk selalu bertindak berdasarkan
motif yang jelas. Tingkah laku yang diharapkan adalah perilaku yang dilatarbelakangi
oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan agar terpuaskan.
Sedang menurut T. M. Newcomb. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
perilaku bermotivasi mencakup segala sesuatu yang dilihat, diperbuat, dirasakan dan
dipikirkan seseorang dengan cara yang sedikit banyaknya berintegrasi dalam
mengejar suatu tujuan tertentu.
Abimanyu (2005: 63) mengemukakan pernyataan verbal terhadap perilaku
yang baik atau hasil belajar anak yang baik merupakan cara paling mudah yang
sangat efektif untuk meningkatkan motif belajar anak menuju kepada situasi belajar
yang baik”. Pernyataan yang sama dikemukakan oleh Usman (1994: 73) bahwa “
penguatan mempunyai pengaruh berupa sikap positif terhadap proses belajar anak
2
dan bertujuan untuk meningkatkan perhatian anak terhadap kegiatan belajar atau
merangsang dan meningkatkan motivasi belajar.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, bahwa pemberian penguatan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran sangat penting utamanya dalam meningkatkan motivasi
belajar anak. Oleh karena itu, setiap guru perlu mengetahui cara-cara pemberian
penguatan dan kesempatan memberikan penguatan secara cepat berupa penguatan
verbal dan non verbal sehingga memungkinkan anak didik dalam menerima
penguatan dalam menerimanya sebagai salah sumber motivator baginya dalam
kegiatan belajarnya, baik dalam kegiatan belajar di TK maupun aktivitas belajarnya
di rumah.
Dengan pemberian penguatan dapat mempengaruhi pribadi anak didik untuk
merasa senang, tertarik, bersemangat, bahkan melakukan reaksi atau tindakan
terhadap suatu objek. Banyak anak yang semakin giat belajar karena di janji orang
tuanya akan dibelikan mainan, sepatu, sepeda apabila naik kelas atau nilai belajarnya
meningkat.
Motivasi terhadap pelajaran akan memberikan rasa senang dan menyentuh
seluruh aktivitas jiwa murid dalam proses kegiatan belajarnya. Sebaliknya, jika
motivasi kurang terhadap pelajaran akan menumbuhkan kesan kurang senang
terhadap pelajaran tersebut dan kadang-kadang timbul rasa tidak senang terhadap
guru yang mengajar. Akibatnya terjadi tingkah laku yang menyimpang, kompensasi
negatif, acuh tak acuh, malas ke sekolah dan anak akan mengalami keterlambatan
atau kesulitan belajar.
3
Sesuai survei awal di kelp B6 Tk Teratai UNM menunjukkan masih ada anak
didik yang menunjukkan indikasi memiliki motivasi belajar rendah. Hal itu dapat
dilihat dari adanya anak dengan perhatian yang rendah terhadap mengikuti kegiatan
pembelajaran. Misalnya tidak mengerjakan tugas, kurang memusatkan perhatian,
suka mengganggu teman dan perilaku yang ditunjukkan anak sebagai indikasi adanya
anak yang menunjukkan motivasi belajar rendah atau masih perlu bimbingan.
Fenomena di atas seharusnya mendapat perhatian serius dari guru agar anak
didik yang berindikasi memiliki motivasi belajar rendah dapat dilakukan pendekatan
dan memungkinkan pula diberikan perhatian khusus misalnya layanan bimbingan
belajar agar dapat menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya. Bahkan senantiasa
memberikan penguatan saat proses pembelajaran, baik penguatan secara verbal
maupun non verbal sebagai salah satu upaya memotivasi murid dalam belajar.
Sehubungan dengan uraian dan pendapat di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul ”Pemberian penguatan untuk meningkatkan
motivasi belajar anak di taman kanak-kanak Teratai Universitas Negeri Makassar.
B. Fokus Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
pemberian reinforcement untuk mengembangkan motivasi belajar anak didik Taman
Kanak-Kanak Teratai UNM di Kelompok B6.
4
C. Tujuan penelitian
Berdasarkan fokus masalah tersebut di atas, maka tujuan pelaksanaan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pemberian reinforcement untuk
mengembangkan motivasi belajar anak didik TK Teratai UNM di kelompok B6.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoritis dan praktis sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis
a. Bagi akademis khususnya program studi pendidikan guru TK (PGTK),
menjadi bahan informasi dalam ilmu pengetahuan dan langkah-langkah dalam
meningkatkan kualitas belajar anak didik melalui proses pembelajaran yang
berkualitas
b. Bagi peneliti, sebagai masukan atau referensi dalam melakukan penelitian
guna mengembangkan perubahan yang berkaitan dengan motivasi belajar
anak didik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru TK, sebagai masukan agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran
perlu memperhatikan cara pemberian penguatan secara tepat dalam upaya
meningkatkan motivasi belajar anak didik
5
b. Bagi anak didik, sebagai masukan pentingnya memiliki motivasi belajar yang
tinggi agar dapat sukses, kreatif dalam belajarnya di TK
E. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara umum mengenai isi dari keseluruhan
penulisan ini maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut :
1. Bab I pendahuluan terdiri dari : latar belakang, fokus masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II kajian pustaka, kerangka pikir dan hipotesis ; kajian pustaka;
penguatan, motivasi belajar, kaitan pemberian penguatan dalam kegiatan
pembelajaran dengan motivasi belajar; kerangka pikir; hipotesis.
3. Bab III, metodologi penelitian terdiri dari; pendekatan dan jenis
penelitian; fokus penelitian; deskripsi lokasi penelitian; unit analisis; teknik
pengumpulan data; analisis dan validasi data; jadwal pelaksanaan penelitian.
4. Bab I,V hasil penelitian; pembahasan hasil penelitian
5. Bab V, penutup yang terdiri dari; kesimpulan dan saran
6
II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Penguatan
a. Arti penguatan
Penguatan merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus
dimiliki oleh seorang guru sehingga dapat memberikan suatu dorongan
kepada anak didik dalam mengikuti pelajaran. Penguatan yang diberikan oleh
guru harus dapat tepat sasaran dan tepat waktu sehingga dapat menjadi
pemicu bagi anak didik secara keseluruhan dalam kelas, baik yang menjadi
sasaran penguasa maupun bagi teman-temannya.
Usman (1994: 73) mengemukakan :
Penguatan adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku murid, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi si penerima (anak didik) atas perbuatannya sebagai tindak dorongan ataupun koreksi.
Hasibuan (1992: 58) mengemukakan :
Penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu murid yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.
Hal ini berarti penguatan merupakan suatu respons yang diberikan
oleh guru sebagai suatu penghargaan terhadap kemampuan belajar murid, baik
dilakukan secara verbal atau non verbal, di mana respons tersebut dilakukan
guru saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas.
7
b. Tujuan pemberian penguatan
Pemberian penguatan hendaknya selalu mengacu pada prestasi yang
ditunjukkan anak didik, baik sewaktu proses pembelajaran berlangsung
maupun atas hasil belajar yang dicapai anak didik. Pemberian penguatan
tentunya memiliki tujuan tertentu yang mengacu pada peningkatan
kemampuan belajar anak didik saat mengikuti pelajaran
Hasibuan (1992: 58) mengemukakan tujuan penguatan kepada anak
didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu :
1. Meningkatkan perhatian murid
2. Melancarkan atau memudahkan proses belajar
3. Membangkitkan dan mempertahankan motivasi
4. Mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku
belajar yang produktif
5. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar
6. Mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/dirigen dan misiatif pribadi
Usman (1994: 73) mengemukakan tujuan pemberian penguatan
kepada murid di sekolah yaitu :
1. Meningkatkan perhatian murid terhadap pelajaran
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku murid yang
produktif
8
Lebih jelasnya mengenai tujuan pemberian penguatan menurut Usman
di atas akan diuraikan sebagai berikut :
1. Meningkatkan perhatian anak didik terhadap pelajaran
Dalam rangka peningkatan perhatian anak didik terhadap pelajaran, maka
guru harus jeli melihat aktivitas belajar anak didik di kelas, dengan
berbagai macam metode mengakar yang diterapkan guru, pengelolaan
kelas yang baik, alat peraga yang kongkrit, dapat berdampak positif
terhadap upaya meningkatkan perhatian anak didik terhadap materi
pelajaran yang diajarkan guru. Upaya meningkatkan perhatian anak didik
terhadap pelajaran dapat ditempuh dengan memberikan penguatan
terhadap anak didik, seperti hidup melalui penguatan secara verbal
maupun non verbal
2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
Dalam rangka merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, maka guru
harus memberikan penguatan secara objektif terhadap anak didik yang
menunjukkan prestasi. Namun tidak berarti murid yang tidak
menunjukkan prestasi diabaikan, akan tetapi semuanya mereka harus tetap
mendapatkan perhatian yang sama dari guru, sehingga motivasi belajar
anak di tingkatkan.
3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku anak didik yang
produktif
9
Tujuan akhir dari pemberian pengautan adalah agar anak didik dapat lebih
meningkatkan perhatiannya terhadap pelajaran sekaligus membina tingkah
laku yang produktif dalam melakukan aktivitas belajar. Dengan pemberian
penguatan yang diberikan oleh guru, baik secara simbolik, meteri maupun
dalam bentuk penguatan akan dapat merangsang anak didik untuk lebih
meningkatkan keaktifannya dalam belajar sekaligus berupaya membina
tingkah lakunya ke arah yang lebih positif.
c. Prinsip-prinsip pemberian penguatan
Menurut Usman (1994: 74 – 75), ada beberapa prinsip pemberian
penguatan yaitu; “1) kehangatan dan keantusiasan, 2) kebersamaan, dan 3)
menghindari penggunaan respons yang negatif”.
Ketiga prinsip pemberian penguatan di atas diujikan sebagai berikut :
1. Kehangatan dan keantusiasan
Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan, akan
menunjukkan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan
penguatan. Dengan demikian, tidak terjadi kesan bahwa guru tidak
ikhlas dalam memberikan penguatan karena tidak disertai dengan
kehangatan dan keantusiasan.
2. Kebermaknaan
Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan
penampilan anak didik sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut
10
diberi penghargaan. Jadi penguatan itu bermakna baginya, yang jelas
jangan sampai terjadi sebaliknya.
3. Menghindari penggunaan respons yang negatif
Walaupun teguran, sanksi masih bisa digunakan, respons negatif yang
diberikan oleh guru berupa komentar, bercanda menghina, ejekan yang
kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat murid untuk
mengembangkan dirinya. Misalnya, jika anak tidak dapat memberikan
jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi
bisa melontarkan pertanyaan kepada anak lain.
d. Cara Pemberian Penguatan
Menurut Usman (1994 : 75), cara pemberian penguatan yaitu: “ 1)
penguatan kepada pribadi tertentu, 2) penguatan kepada kelompok anak, 3)
penguatan dengan cara segera, dan 4) variasi dalam penggunaan”.
Keempat cara pemberian penguatan di atas diuraikan sebagai berikut:
1. Penguatan kepada pribadi tertentu.
Pemberian penguatan jelas kepada siapa yang ditujukan, sebab bila tidak
akan kurang efektif. Oleh karena itu, sebelum memberikan penguatan,
guru terlebih dahulu menyebut anak yang bersangkutan dapat mengetahui
keberhasilannya dan dapat menjadi contoh bagi teman-temannya sekaligus
dalam merangsang motivasi belajar teman-temannya untuk kreatif dalam
belajar.
11
2. Penguatan kepada kelompok anak didik
Pemberian penguatan dapat pula diberikan kepada sekelompok anak didik,
misalnya, apabila tugas telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas,
guru membolehkan kelas itu bermain bola voli yang menjadi
kegemarannya.
3. Penguatan dengan cara segera
Pemberian penguatan diberikan segera setelah munculnya tingkah laku
atau respons anak didik yang diharapkan, penguatan yang ditunda
pemberiannya, dapat cenderung kurang efektif karena dapat menimbulkan
penafsiran yang negatif dari anak didik yang bersangkutan.
4. Variasi dalam penggunaan
Jenis penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak terbatas pada
suatu jenis penguatan, karena hal ini akan dapat menimbulkan kebosanan
dan lama-kelamaan akan kurang efektif. Penggunaan setiap jenis
penguatan dapat dilakukan bergantian sesuai situasi dalam proses
pembelajaran di TK.
e. Pemberian Penguatan dalam Kegiatan Pembelajaran
Pemberian penguatan kepada anak di TK merupakan salah satu bentuk
perhatian guru terhadap anak didik yang melakukan aktivitas belajar.
Pemberian penguatan dapat secara verbal maupun non verbal seperti gerak
isyarat, gerak mendekati, sentuhan, simbol atau benda, sangat penting.
12
Sehingga bentuk pemberian penghargaan terhadap kemampuan belajar anak
didik.
Salah satu bentuk penguasaan yang dilakukan guru proses
pembelajaran di TK, seperti :
Guru : “ Coba kamu sebutkan apa guna telinga “?
“ Ya coba kamu, Anwar “.
Anwar : “ Telinga gunanya untuk mendengar Bu !”
Guru : “ Bagus, Ibu Guru kasih jempol, itu jawaban yang tepat, ibu senang
mempunyai anak pintar yang dapat menjawab seperti Anwar “.
Contoh di atas merupakan salah satu bentuk penguatan kepada anak
yang dapat memberikan jawaban yang tepat atas pernyataan guru. Pemberian
penguatan dapat merangsang motivasi anak didik untuk belajar lebih giat
ataupun berusaha menjawab setiap pertanyaan guru. Pemberian penguatan
terhadap anak didik diberikan secara objektif sehingga anak yang memperoleh
penguatan dapat menilai kemampuannya, begitu pula dapat menjadi pemicu
bagi anak yang lainnya untuk meningkatkan motivasi belajarnya, baik di
sekolah maupun di rumah sebagai salah satu upaya meningkatkan hasil
belajarnya.
Pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran berarti penguatan
yang diberikan guru dilakukan seketika, yaitu saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran.
13
Pemberian penguatan memang harus dilakukan secara tepat waktu
sehingga anak didik dapat secara langsung memperoleh respons yang positif
dari guru, bukannya respons tersebut diberikan di luar kegiatan pembelajaran,
tetapi seharusnya diberikan secara cepat dan tepat, yaitu saat berlangsungnya
kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Motivasi Belajar
a. Arti Motivasi Belajar
Motivasi merupakan suatu kondisi psikologis dalam diri seseorang
yang mendukung tingkah laku orang yang relatif menetap. Motivasi besar
pengaruhnya dalam melakukan suatu aktivitas, sebab dengan motivasi
seseorang akan melakukan sesuatu yang dimotivasinya. Sebaliknya tanpa
motivasi, seseorang akan merasa malas melakukan sesuatu.
Purwanto (2007 : 6) mengemukakan “Motivasi adalah suatu
pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan
tingkah laku terhadap suatu tujuan atau perangsang”. Sahabuddin (2000 : 146)
mengemukakan “Motivasi adalah dorongan atau kehendak, yang
menyebabkan timbulnya kekuatan sehingga bertindak atau bertingkah laku”.
Sementara Sadirman (2001 : 73) mengemukakan “Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri seseorang yang di tandai munculnya ”feeling” dan didahului
tanggapan terhadap adanya tujuan”. Moekijas (1987 : 27) mengemukakan
“Motivasi adalah pengaruh suatu kekuatan yang menimbulkan perilaku.
14
Berdasarkan pendapat di atas maka memberi suatu gambaran bahwa
motivasi merupakan keinginan-keinginan, dorongan-dorongan yang timbul
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas dalam rangka
pencapaian tujuan yang diinginkan. Dari pengertian tentang motivasi, maka
pada hakikatnya dalam motivasi terkandung beberapa elemen seperti di
kemukakan Sadirman (2001 : 72) yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap
individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem “NEUROYSIOLOGICAL” yang ada
pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia
(walaupun motivasi itu muncul dari diri manusia), menampakkannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa, afeksi seseorang, dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afektif dan emosi
yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi, motivasi dalam hal
ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya
terangsang oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan, tujuan ini
akan menyangkut soal kebutuhan.
Motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting dimiliki setiap
orang dalam melakukan sesuatu walaupun sifatnya kompleks. Motivasi akan
15
menyebabkan terjadinya perubahan yang ada pada diri manusia, dan berkaitan
pada diri manusia, dan berkaitan dengan persoalan kejiwaan, perasaan dan
juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan untuk
mewujudkannya sehingga harapan dapat berubah menjadi kenyataan, sasaran
motivasi adalah belajar.
Slameto (1995: 2) mengemukakan “Belajar adalah aktivitas yang
dilakukan oleh individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari
apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan
sekitarnya”. Sadirman (2001: 21) mengemukakan “belajar adalah serangkaian
kegiatan jiwa raga, psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi manusia
seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, rana kognitif,
afektif dan psikomotorik “. Hal senada di kemukakan oleh Syah (2000 : 92)
bahwa “ belajar adalah seluruh perubahan tingkah laku individu yang relatif
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Berdasarkan pengertian di atas, belajar merupakan suatu usaha
menguasai hal-hal yang baru yang ditandai oleh adanya perubahan dalam diri
seseorang yang mengarah kepada perubahan pemahaman, sikap dan
keterampilan. Proses belajar adalah proses yang berbeda dengan proses
kematangan yang dicapai oleh seseorang dari proses pertumbuhan
psikologisnya. Perubahan yang juga tidak termasuk dalam kategori belajar
16
adalah refleks. Kegiatan belajar di sini adalah peristiwa belajar di mana
seseorang menyadari bahwa dia mempelajari sesuatu dan menyadari
perubahan itu melalui belajar.
Salah satu kondisi proses pembelajaran yang afektif adalah adanya
motivasi anak didik dalam belajar. Motivasi merupakan suatu kondisi dalam
diri yang relatif menetap. Motivasi besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,
sebab dengan motivasi seseorang akan melakukan sesuatu yang
dimotivasinya. Sebaliknya tanpa motivasi seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu.
Motivasi belajar merupakan kecenderungan seseorang seperti halnya
anak didik untuk merasa dalam mengikuti pelajaran di TK maupun di rumah,
yang ditunjukkan oleh keaktifan dalam mengikuti proses belajar di kelas,
kesenangan atau ketertarikan dalam mengikuti pelajaran di TK, dan
menyelesaikan tugas di sekolah dan belajar di rumah. Hal ini didasarkan pada
pendapat Sadirman (2001 :73) bahwa :
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
murid yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Hal senada di kemukakan oleh Wingkel (1991 : 94) bahwa “ Motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis yang menjamin
17
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar
guna mencapai tujuan“.
Sesuai pendapat di atas, maka motivasi belajar merupakan dorongan
untuk melakukan suatu aktivitas berupa aktivitas belajar yang di latar
belakangi oleh adanya rasa senang yang di tunjukkan oleh keaktifan dalam
mengikuti proses belajar di sekolah atau saat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran. Kesenangan atau ketertarikan dalam mengikuti pelajaran di TK
seperti berkonsentrasi terhadap pelajaran, dan menyelesaikan tugas di sekolah,
baik secara mandiri atau kelompok.
b. Tujuan Motivasi
Motivasi merupakan pendorong bagi seseorang untuk melakukan
aktivitas, di antaranya aktivitas belajar. Adanya motivasi dalam diri seseorang
atau adanya dorongan dari luar diri akan memberi semangat untuk belajar
sehingga motivasi akan mengarahkan seseorang untuk melakukan aktivitas.
Menurut Purwanto (2007 : 73), “Tujuan motivasi yaitu untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu“. Hal ini berarti motivasi akan menggerakkan atau menjadi
pendorong bagi seseorang untuk melakukan suatu aktivitas sehingga aktivitas
yang dilakukan dapat lebih terarah dan mencapai tujuan yang maksimal.
Motivasi dalam diri seseorang yang mengarahkan untuk melakukan
suatu aktivitas akan semakin menggairahkan atau pendorong untuk mencapai
18
tujuan yang direncanakan. Jadi tujuan motivasi adalah menggerakkan
seseorang secara fisik dan psikologis agar dapat melakukan suatu aktivitas, di
antaranya aktivitas belajar.
c. Teori Motivasi
Berbagai teori motivasi di kemukakan oleh Purwanto (2007 : 74:
“teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya
pendorong, dan teori kebutuhan”. Kelima jenis teori motivasi tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Teori Hedonisme
Hedonisme merupakan suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
tujuan hidup yang utama adalah mencari kesenangan yang bersifat
duniawi. Menurut pandangan teori ini, manusia merupakan makhluk yang
mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan.
Setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung
memiliki alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan
daripada mengakibatkan kesukaran.
2. Teori Naluri
Teori naluri menekankan pada tiga dorongan nafsu pokok pada diri
manusia, yaitu dorongan mempertahankan diri, dorongan mengembangkan
diri, dan dorongan mengembangkan jenis. Menurut teori ini, untuk
memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan
perlu dikembangkan.
19
3. Teori reaksi yang dipelajari
Teori ini menekankan pada tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri, tetapi berdasarkan pola tingkah laku yang dipelajari
dari kebudayaan di tempat orang hidup itu hidup. Orang belajar paling
banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan.
Oleh karena itu, apabila seseorang pemimpin atau pendidik akan
memotivasi anak didiknya, pendidik hendaknya mengetahui benar latar
belakang kehidupan dan kebudayaan orang yang dididiknya.
4. Teori daya pendorong
Teori daya pendorong merupakan perpaduan teori naluri dengan teori
reaksi yang dipelajari. Daya pendorong merupakan semacam naluri, tetapi
hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
Misalnya sesuatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua
orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis
kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar
kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlainan menurut latar
belakang kebudayaannya.
5. Teori kebutuhan
Teori kebutuhan dikembangkan oleh Arahan Maslow. Teori ini
menekankan bahwa tindakan yang dilakukan adalah untuk memenuhi
kebutuhan, baik kebutuhan fisik maupun psikis. Seorang pendidik yang
bermaksud memberikan motivasi kepada muridnya, ia harus berusaha
20
mengetahui terlebih dahulu kebutuhan orang yang dididiknya. Semakin
tahu kebutuhan anak didik, maka akan semakin mudah guru dalam
memberikan motivasi sehingga anak didik akan merasa terpenuhi
kebutuhannya.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar anak didik
di TK, tetapi pada pokoknya dapat diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu
faktor internal yang berasal dari dalam diri seseorang. Dan faktor eksternal
yaitu berasal dari luar diri seseorang. Demikian halnya dengan motivasi untuk
melakukan aktivitas belajar pada hakikatnya di pengaruhi oleh faktor internal
dan faktor eksternal.
Sahabuddin (2000:152) mengemukakan “Sumber datangnya motivasi
biasanya digolongkan ke dalam dua hal yaitu dari dalam dan dari luar diri dari
orang yang bermotivasi “. Hal sama dikemukakan oleh Sadirman (2001:87)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu :
1. Motivasi Intrinsik, yaitu motif-motif yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu sebagai
contoh, orang yang senang membaca.
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena ada rangsangan dari luar. Seseorang itu belajar dari
21
harapan dengan mendapat nilai baik. Sehingga akan dipuji oleh orang
tuanya.
Kedua faktor yang mempengaruhi motivasi belajar diuraikan sebagai
berikut :
1. Faktor dari dalam diri murid
Faktor dari dalam diri murid yang mempengaruhi motivasi belajar
dapat berupa fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis dibedakan atas
dua bagian yaitu keadaan jasmani pada umumnya yaitu kondisi tubuh
seperti kesegaran tubuh, keadaan fungsi-fungsi tertentu yang meliputi
panca indra, sedangkan faktor psikologis merupakan faktor internal yang
mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas belajar, seperti
adanya keingintahuan yang tinggi terhadap apa yang ingin dipelajari,
adanya sifat kreatif pada diri anak didik dan keinginan untuk selalu maju
dan keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
Djamarah (2002:116) mengemukakan : murid yang memiliki
motivasi intrinsik akan cenderung menjadi orang yang terdidik,
berpengetahuan, memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Gemar belajar
adalah aktivitas yang tak pernah sepi dari kegiatan murid yang memiliki
motivasi intrinsik.
Sadirman (2001:87) yang mengklasifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu “ motivasi intrinsik yaitu itu motif-motif
yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, dan
22
motivasi ekstrinsik berupa rangsangan dari luar “. Hendrojuono (1983:23)
mengemukakan “ motivasi seorang murid terhadap apa yang dipelajari
merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi belajarnya,
karena menarik minat terhadap apa yang dipelajarinya “.
Pendapat di atas menegaskan tentang pentingnya motivasi yang
bersumber dari dalam diri anak didik, karena hal tersebut dapat menjadi
sumber motivator yang sangat berarti bagi anak didik dalam melakukan
aktivitas belajar. Adanya motivasi yang bersifat intrinsik akan
menumbuhkan kesadaran anak didik melakukan aktivitas belajar
dibandingkan jika motivasi hanya muncul karena rangsangan dari luar
dirinya.
2. Faktor dari luar anak didik
Faktor dari luar diri anak didik yang mempengaruhi motivasi belajar
anak dapat dibagi atas dua aspek yaitu faktor sosial dan non sosial. Faktor
non sosial dalam belajar yang mempengaruhi motivasi belajar anak dapat
berupa keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang atau malam).
Tempat belajar, alat-alat yang digunakan dalam belajar, termasuk adanya
hadiah penghargaan sebagai suatu motivasi belajar bagi anak didik.
Sedangkan faktor sosial berupa manusia yaitu kehadiran orang lain dalam
kegiatan belajar. Jika ada orang yang memberi semangat untuk belajar,
seperti orang tua, teman terdekat, saudara, dan sebagainya akan dapat
memacu motivasi belajar seseorang.
23
Faktor motivasi dapat dipengaruhi oleh adanya rangsangan dari luar
seperti adanya hadiah penghargaan atas prestasi yang dicapai, d imana hal
tersebut dapat menjadi dorongan bagi murid untuk lebih aktif dan kreatif
dalam belajar, bahkan rangsangan yang diterima berupa hadiah
penghargaan dan penguatan akan dapat menjadi motivasi bagi anak didik
lainnya. Para anak didik memiliki berbagai kemampuan sehubungan
dengan apa yang dipelajari, seperti, menghargai, memahami apa yang
dipelajari sehingga dapat meningkatkan kemampuan hasil dan hasil
belajar anak didik.
Motivasi belajar dapat menentukan hasil belajar yang dicapai anak
didik. Hasil belajar dapat diartikan sebagai taraf kemampuan aktual yang
bersifat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dicapai anak didik dari apa yang dipelajari di TK. Analisis
tentang pembelajaran di sekolah melibatkan input, proses, dan output yang
sekaligus dapat mempengaruhi hasil belajar, input menyangkut
karakteristik anak didik. Proses mencakup bagaimana belajar itu
berlangsung dan faktor-faktor/prinsip-prinsip apa yang mempengaruhi
motivasi belajar itu. Output adalah mengenai hasil belajar yang berkaitan
dengan tujuan pendidikan yang dijabarkan dalam tujuan pembelajaran.
Hal yang pokok pada output adalah pengukuran tentang hasil belajar.
e. Fungsi Motivasi dalam belajar
24
Motivasi belajar dapat tumbuh baik dari diri anak maupun dari luar
dirinya. Baik motivasi dari diri anak maupun dari luar, keduanya berfungsi
sebagai pendorong, penggerak dan penyeleksi perbuatan. Kesemuanya akan
menyatu dalam sikap yang diimplementasikan dalam perbuatan. Dorongan
merupakan suatu fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat
untuk bergerak dan menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan. Karena itulah
baik dorongan atau penggerak maupun kata kunci dari motivasi dalam setiap
aktivitas dalam belajar. Hal ini berarti bahwa motivasi sangat penting bagi
seseorang untuk melakukan aktivitas belajar, baik motivasi dari dalam diri
maupun dari luar diri anak.
Djamarah (2002:123) mengemukakan fungsi motivasi dalam belajar
yaitu 1) motivasi sebagai pendorong perbuatan, 2) motivasi sebagai penggerak
perbuatan dan 3) motivasi sebagai pengarah perbuatan. Ketiga fungsi motivasi
dalam belajar tersebut, akan diuraikan sebagai berikut :
1. Motivasi sebagai pendorong perbuatan
Seorang anak didik yang pada mulanya tidak hasrat atau keinginan untuk
belajar, tetapi kemudian ada sesuatu yang dicari atau ingin diketahui
sehingga muncullah minat untuk belajar. Sesuatu yang ingin diketahui itu
dalam rangka untuk memenuhi rasa ingin tahunya, maka menimbulkan
suatu dorongan untuk berbuat. Hal ini berarti sikap itulah yang mendasari
dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan dalam belajar. Jadi, motivasi
25
yang berfungsi sebagai pendorong ini mempengaruhi sikap yang
seharusnya dilakukan dalam rangka kegiatan belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Adanya dorongan psikologis yang dapat melahirkan sikap anak didik
untuk melakukan suatu aktivitas seperti aktivitas belajar, tentu merupakan
suatu kekuatan yang tak terbentuk yang kemudian diwujudkan dalam
bentuk gerakan fisik atau berbuat. Anak melakukan aktivitas belajar
dengan segenap jiwa dan raga. Akal pikiran berproses dengan sikap raga
yang cenderung tunduk dan dengan kehendak perbuatan belajar, sehingga
motivasi untuk berbuat.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Anak didik mempunyai motivasi tentu dapat menyeleksi perbuatan yang
dapat dilakukan dan yang tidak dilakukan. Anak didik ingin mendapatkan
sesuatu dari suatu kegiatan belajar, tidak mungkin dipaksakan untuk
mempelajari suatu materi yang lain, karena anak didik yang bersangkutan
akan mempelajari materi di mana tersimpan suatu yang akan dicari atau
dibutuhkan.
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Anak
Setiap anak tidak selamanya memiliki motivasi belajar yang tinggi,
tentu ada yang memiliki motivasi belajar rendah. Demikian pula motivasi
26
belajar dalam diri seseorang tidak selamanya menetap dalam arti selalu tinggi,
tetapi dapat di lain waktu memiliki motivasi belajar yang rendah. Hal ini
berarti perlunya ada upaya untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik.
Haling (2007:102) mengemukakan cara menumbuhkan motivasi
dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu “ memberi angka, hadiah,
saingan/kompetisi, ego involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil,
ujian, hukuman, hasrat untuk belajar dan minat”. Sementara Djamarah
(2002:135) mengemukakan upaya-upaya yang dapat ditempuh dalam
meningkatkan motivasi belajar murid yaitu : 1) menggairahkan murid, 2)
memberi harapan realistik, 3) memberi insentif, dan 4) mengarahkan perilaku
murid.
Upaya peningkatan motivasi menurut Djamarah (2002:135) di atas
diuraikan sebagai berikut :
1. Menggairahkan Murid
Guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas harus berusaha menghindari
hal-hal yang monoton dan membosankan bagi anak didik dalam
melakukan aktivitas belajar. Guru harus memberikan rangsangan kepada
murid untuk dapat berpikir dan melakukan sesuatu secara kreatif, seperti
dalam menggunakan penguatan, menggunakan metode dan media
pembelajaran secara bervariasi sehingga murid dapat bergairah dan aktif
dalam pembelajaran.
2. Memberikan Harapan Realistis
27
Guru saat mengajar harus memelihara harapan-harapan murid yang
realistis dan memodifikasi harapan yang kurang atau tidak realistis. Jika
murid menunjukkan suatu kegagalan dalam belajar, maka harus
memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada murid berupa
dorongan untuk berpikir dan belajar agar dapat memenuhi harapannya
menguasai materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
3. Memberikan Insentif
Jika murid berhasil dalam belajarnya, guru seharusnya dapat memberikan
penguatan atas keberhasilan murid. Pemberian penguatan harus dilakukan
secara Objektif dan tepat waktu yang memungkinkan murid dapat
menyadari bahwa insentif yang diperoleh merupakan sesuatu yang sangat
berharga bagi dirinya. Selain pemberian penguatan, murid juga dapat
diberikan hadiah penghargaan atas keberhasilan studinya yang dilakukan
secara objektif dan tepat waktu.
4. Mengarahkan Perilaku Anak
Mengarahkan perilaku murid merupakan salah satu tugas guru. Jika murid
menunjukkan perilaku kurang terarah terhadap pelajaran, maka menjadi
tugas guru untuk menegur dan mengalihkan perhatian murid terhadap
pelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa terdapat berbagai upaya
yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan motivasi belajar anak
didik. Upaya-upaya tersebut harus dilakukan secara terencana dan terarah
28
sehingga harapan guru untuk meningkatkan motivasi belajar anak didik
melalui upaya yang dilakukan dapat tercapai secara optimal.
3. Kaitan pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran
dengan motivasi belajar
Setiap anak didik yang ingin sukses dalam belajarnya mutlak memiliki
motivasi untuk melakukan aktivitas belajar baik di sekolah maupun di rumah.
Demikian pula setiap anak didik perlu diberikan rangsangan, dorongan agar
memiliki motivasi untuk belajar, salah satu diantaranta bersumber dai guru
berupa pemberian penguatan sebagai suatu bentuk penghargaan atas prestasi
atau kemampuan belajar anak didik saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Melalui penguatan yang diterimanya baik verbal atau non-verbal, anak
didik diharapkan dapat menerimanya sebagai suatu dorongan untuk lebih
memacu kemampuan belajarnya. Demikian pula terhadap anak didik yang
belum atau tidak mendapatkan penguatan diharapkan dapat menjadi motivasi
baginya agar juga giat belajar agar juga dapat mendapatkan penguatan dari
guru dengan prestasi yang ditunjukkan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini
sesuai pendapat Usman (1994: 73) bahwa “penguatan mempunyai pengaruh
berupa sikap positif terhadap proses belajar murid dan bertujuan untuk
meningkatkan perhatian murid terhadap pemaharan atau merangsang orang
dan meningkatkan motivasi belajar”.
Sahabuddin (2000: 156) mengemukakan “tidak kurang pentingnya
pengaruh dari luar yang memberikan pencerahan sehingga motivasi yang
29
tadinya positif kini bangkit mengatasi semua hambatan” sementara Hambat
(2003: 59) mengemukakan :
Apabila ada murid yang sukses berhasil menyelesaikan tugas yang
baik perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif
dan sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian
ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat
akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar
serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
Pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan
secara cepat dan tepat diharapkan dapat lebih memotivasi anak didik yang
bersangkutan untuk lebih termotivasi belajar. Bahkan dapat menjadi dorongan
bagi anak didik lainnya untuk giat atau termotivasi belajar dengan harapan
juga mendapatkan penguatan dari guru sebagai suatu bentuk respons guru atas
kemampuan belajar anak didik. Jadi anak didik yang telah mendapatkan
penguatan tentunya menjadi motivator baginya untuk lebih termotivasi dalam
belajar. Demikian pula bagi yang tidak mendapat penguatan karena tidak
menunjukkan prestasi dalam kegiatan pembelajaran juga dapat menjadi
motivator baginya untuk lebih giat belajar agar juga mendapat penguatan dari
guru, baik verbal atau non verbal.
B. Kerangka pikir
Dalam kegiatan pendidikan, aspek motivasi belajar merupakan salah satu
aspek yang sangat menentukan kesuksesan anak didik, setiap anak didik perlu
30
menumbuhkan motivasi belajarnya agar dapat sukses dalam semua bidang
pengembangan baik hal tersebut secara murni timbul atas dasar keinginan pribadi
ataupun karena adanya rangsangan dari luar dirinya. Motivasi belajar tersebut baik
terhadap pembentukan sikap perilaku (moral).
Dalam upaya meningkatkan motivasi belajar anak didik, pemberian penguatan
secara bijaksana dapat memberikan dampak positif. Ketersediaan sarana dan
prasarana pembelajaran, teknik pemberian penguatan, jenis penguatan yang
diberikan, kesesuaian penguatan yang diberikan dengan kebutuhan anak didik, dan
strategi mengajar guru, semuanya dapat menjadi penentu berkembangnya motivasi
belajar didik.
Bentuk penguatan dapat secara verbal maupun non verbal atas prestasi yang
ditunjukkan murid dalam kegiatan pembelajaran dapat menjadi dorongan bagi murid
untuk lebih termotivasi dalam belajar, bahkan juga dapat menjadi pendorong bagi
anak didik lainnya untuk lebih meningkatkan motivasi belajarnya.
31
Skema kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
C. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah “ada hubungan positif antara
pemeberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dengan motivasi belajar anak
didik kelompok B6 TK teratai UNM
GURU
PEMBERIAN REINFORCEMENT
VERBAL NON VERBAL
MOTIVASI BELAJAR
Motivasi sebagai pendorong perbuatan kegiatan pembelajaranMotivasi sebagai penggerak perbuatan Motivasi sebagai pengarah perbuatan
ANAK MENDAPAT MOTIVASI BELAJAR
32
III. METODE PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
Penelitian kualitatif dikenal cara pengumpulan data yang lazim, yaitu melalui
studi pustaka dan studi lapangan. Studi pustaka dilakukan dengan cara mengkaji
sumber tertulis seperti dokumen, laporan tahunan, peraturan perundangan, dan
diploma/sertifikat. Sumber tertulis ini dapat merupakan sumber primer maupun
sekunder, sehingga data yang diperoleh juga dapat bersifat primer dan sekunder.
Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait dengan situasi alamiah.
B. FOKUS PENELITIAN
Fokus penelitian dari penelitian ini adalah :
1. Pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu respons
yang diberikan oleh guru sebagai suatu penghargaan terhadap kemampuan belajar
murid, baik dilakukan secara verbal atau non verbal, di mana respons tersebut
dilakukan guru saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Motivasi anak didik merupakan dorongan untuk melakukan suatu aktivitas berupa
aktivitas belajar yang di latar belakangi oleh motivasi sebagai pendorong
perbuatan, motivasi sebagai penggerak perbuatan, motivasi sebagai pengarah
perbuatan.
33
C. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di TK Teratai UNM untuk mengetahui ada
atau tidaknya hubungan antara pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran
dengan motivasi belajar anak didik.
D. UNIT ANALISIS
Unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh anak TK Teratai UNM,
sedangkan objek penelitian yang diambil secara acak adalah kelompok B6 di TK
Teratai UNM berjumlah 20 orang.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan terhadap anak didik yang diteliti sambil mencatat
hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, yaitu aktivitas kegiatan yang
diterapkan di TK Teratai UNM kelompok B6.
2. Wawancara
Peneliti melakukan wawancara terhadap Guru TK Teratai UNM Kelompok B6
melalui tanya jawab secara langsung untuk mendapatkan data tentang motivasi
belajar anak.
F. ANALISIS DAN VALIDASI DATA
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.
Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan data dan variable penelitian ini secara
34
sistematis, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh dengan menelaah seluruh
data yang tersedia. Data yang didapatkan melalui wawancara akan digunakan untuk.
menguraikan sesuai dengan temuan lainnya. Analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan mengikuti prosedur atau langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data.
2. Reduksi data yaitu pada tahap ini data yang
sudah terkumpul dilakukan proses penilaian, pemusatan perhatian dan
penyederhanaan data, teori, metode dalam bentuk uraian rinci dan sistematis.
3. Display data yaitu upaya menyajikan data
untuk melihat gambaran secara keseluruhan arah bagian-bagian tertentu dan
penelitian.
4. Verifikasi data, yaitu kesimpulan berdasarkan
data yang terkumpul senantiasa memperhatikan syarat validitas, reliabilitas
dan objektivitas.
G. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu mulai bulan Mei sampai Juli
2009. Adapun jadwal pelaksanaan penelitian yang disusun sebagai berikut :
Uraian kegiatanBulan Keterangan
Mei Juni JuliPenyusunan proposal Seminar proposal Penelitian Analisis dataSeminar hasil
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Abmayu, S. dan Samad, S. 2003. Pedoman Penulisan Skripsi. Makasar: FIP UNM.
____________. 2005. Psikologi Pendidikan. Makasar: FIP UNM.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Bina Aksara
Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, S. 2000. Statistik Jilid 2. Yogyakarta: Andi.
Haling, A. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Makasar: UNM.
Hamdat, M. N. 2003. Belajar dan Pembelajaran. Diklat: Makassar FKIP UNISMUH.
Hasibuan, J. J. dan Moedjiono. 1992. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hendrojuwono, W. 1983. Pengantar Psikologi Belajar. Bandung: Universitas Padjajaran.
Moekijat. 1987. Pembangunan Manajemen dan Motivasi. Bandung: Pionir Jaya.
Purwanto, M, N. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sahabuddin. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: UNM.
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. tentang sistem pendidikan Nasional beserta Penjelasannya. Bandung: Citra Umbara.
Usman, M. U. 1994. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Grasindo
37