proposal penelitian kelompok xx pkm palaran
TRANSCRIPT
HUBUNGAN RUMAH SEHAT DENGAN KEJADIAN
TUBERKULOSIS PARU DI KELURAHAN RAWA
MAKMUR KECAMATAN PALARAN SAMARINDA
DISUSUN OLEH:
1. Agriyana Sewaya (02.34872.00065.09)
2. Mila Kurniasari (04.45387.00177.09)
3. Hernita Samsir (04.45416.00206.09)
PEMBIMBING:
dr. Hj. Syarifah Rahimah, M.Kes
dr. Sri Asih
dr. MeIliati Aminyoto, M. Kes
Laboratorium/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Puskesmas Palaran Samarinda
2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosa, mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering
disebakan oleh Mycobacterium tuberculosa. Pada tahun 1993,WHO telah
mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis di dunia, karena pada
sebagian besar negara di dunia, penyakit tuberkulosis menjadi tidak terkendali.1
Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai
melaksanakan strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara
bertahap. Sampai tahun 2000, hampir seluruh Puskesmas telah komitmen dan
melaksanakan strategi DOTS yang di integrasikan dalam pelayanan kesehatan
dasar. Di Indonesia, TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia, sampai saat ini, merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di
dunia setelah India dan Cina. Diperkirakan jumlah pasien TB di Indonesia sekitar
10% dari total jumlah pasien TB didunia. Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab
kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan penyakit
infeksi. Sampai tahun 2005, program Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS
menjangkau 98% Puskesmas, sementara rumah sakit dan BP4 / RSP baru sekitar
30%.2
Menurut Beaglehole (1997), faktor resiko yang dapat menimbulkan penyakit
tuberkulosis adalah faktor genetik, malnutrisi, vaksinasi, kemiskinan dan
kepadatan penduduk. Tuberkulosis terutama banyak terjadi di populasi yang
mengalami stress,nutrisi jelek, penuh sesak, ventilasi rumah yang tidak bersih,
perawatan kesehatan yang tidak cukup dan perpindahan tempat. Genetik berperan
kecil, tetapi faktor-faktor lingkungan berperan besar pada insidensi kejadian
tuberkulosis. Lingkungan merupakan hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas
kehidupan manusia. Lingkungan, baik secara fisik maupun biologis, sangat
berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan masyarakat, termasuk
gangguan kesehatan berupa penyakit tuberkulosis.3,4
Lingkungan rumah merupakan salah satu faktor yang memberikan
pengaruh besar terhadap status kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah
merupakan salah satu faktor yang berperan dalam penyebaran kuman tuberculosis.
Kuman tuberkulosis dapat hidup selama 1 – 2 jam bahkan sampai beberapa hari
hingga berminggu-minggu tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang baik, kelembaban, suhu rumah dan kepadatan penghuni rumah.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada RSU Sumedang tahun 2004, terhadap
15 rumah penderita tuberkulosis, didapatkan data bahwa kondisi rumah-rumah
tersebut pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kesehatan, yang ditandai
dengan ventilasi rumah yang kurang, dan pencahayaan alami yang kurang karena
jendela kurang luas dan sebagian besar jendela ditutupi oleh triplek sehingga
cahaya matahari tidak dapat masuk. Selain itu karena sinar matahari tidak dapat
masuk mengakibatkan keadaan di dalam rumah cenderung lembab. Selain itu
didapatkan data bahwa ukuran rumah tidak sesuai denganjumlah penghuni, karena
sebagian besar penderita tuberkulosis tinggal dengan keluarga besar (extended
family), sehingga jumlah penghuni rumah sangat banyak dan menyebabkan
perjubelan (overcrowded).4,5
Berdasarakan uraian diatas, penulis berpendapat bahwa perlu dilakukan
penelitian tentang factor rumah sehat yang berhubungan dengan kejadian
tuberkulosis di kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran selain. Oleh karena
itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang ”bagaimanakah hubungan
antara hubungan rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis di kelurahan Rawa
Makmur Kecamatan Palaran.
1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara rumah sehat dengan angka kejadian
tuberculosis di Kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan rumah sehat dengan kejadian tuberculosis di kelurahan
Rawa Makmur kecamatan Palaran
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui komponen rumah sehat
2. Mengetahui sarana sanitasi yang terdapat dalam rumah sehat
3. Mengetahui perilaku penghuni rumah sehat
3.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai syarat untuk memenuhi tugas dalam melaksanakan Pendidikan
Profesi Dokter Muda di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat.
2. Sebagai bahan masukan bagi petugas sanitasi di Puskesmas Palaran dalam
rangka meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang rumah sehat.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sehat
2.1.1 Definisi Rumah Sehat
Rumah Sehat adalah bangunan rumah tempat tinggal yang memenuhi
syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat
dari tanah.6,7
2.1.2 Syarat Rumah Sehat
Menurut American Public Health Association (APHA) rumah dikatakan
sehat apabila8,9 :
1. Memenuhi kebutuhan fisik dasar, seperti temperature lebih rendah dari udara
luar, penerangan yang memadai, ventilasi yang nyaman dan kebisingan 45-55
Dba.
2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan
3. Melindungi penghuninya dari penularan penyakit menular, yaitu memiliki
penyediaan air bersih, sarana pembuangan sampah dan saluran pembuangan
air limbah yang saniter dan memenuhi sarana kesehatan
4. Melindungi penghuninya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bahaya
kebakaran, seperti fondasi rumah yang kokoh, tangga yang tidak curam,
bahaya kebakaran karena arus pendek listrik, keracunan, bahkan ancaman
kecelakaan lalu lintas
Menurut WHO (2001) mengemukakan beberapa prinsip standar rumah
sehat. Prinsip dibedakan atas dua bagian, yaitu7:
1. Berkaitan dengan kebutuhan kesehatan, terdiri atas :
a. Perlindungan terhadap penyakit menular, melalui pengadaan air minum,
sistem sanitasi, pembuangan sampah, saluran air, kebersihan personal dan
domestik, penyiapan makanan yang aman dengan struktur rumah yang aman
dengan memberi perlindungan
b. Perlindungan terhadap trauma/benturan, keracunan dan penyakit kronis
dengan memberikan perhatian pada struktur rumah, polusi udara rumah,
polusi udara dalam rumah, keamanan dari bahaya kimia dan perhatian pada
penggunaan rumah sebagai tempat bekerja
c. Stress psikologis dan sosial melalui ruang yang adekuat, mengurangi privasi,
nyaman, member rasa aman pada individu, keluarga dan akses pada rekreasi
dan sarana komunitas pada perlindungan terhadap bunyi
2. Berkaitan dengan kegiatan melindungi dan meningkatkan kesehatan, terdiri
atas :
a. Informasi dan nasehat tentang rumah sehat dilakukan oleh petugas kesehatan
umumnya dan kelompok masyarakat melalui berbagai saluran media dan
kampanye
b. Kebijakan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus
mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan untuk
memaksimalkan aspek fisik, mental dan sosial
c. Pembangunan sosial ekonomi yang berkaitan dengan perumahan harus
mendukung penggunaan tanah dan sumber daya perumahan dan hunian harus
didasarkan pada proses perencanaan, formulasi dan pelaksanaan kebijakan
politik dan pemberian pelayanan dengan kerjasama intersektoral dalam
manajemen dan perencanaan pembangunan, perencanaan perkotaan dan
penggunaan tanah, standar rumah, desain dan konstruksi rumah, pengadaan
pelayanan bagi masyarakat dan monitoring serta analisis situasi secara terus
menerus
d. Pendidikan pada masyarakat profesional, petugas kesehatan, perencanaan dan
penentuan kebijakan akan pengadaan dan penggunaan rumah sebagai sarana
peningkatan kesehatan
e. Keikutserataan masyarakat dalam berbagai tingkat melalui kegiatan mandiri
diantara keluarga dan perkampungan
Menurut Depkes RI (2002), suatu rumah dikatakan sehat apabila10:
1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu
2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup, komunikasi
yang sehat antar anggota dan penghuni rumah
3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,
kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindunginya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping
pencahayaan dan penghawaan yang cukup
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan sempadan
jalan, komponen yang tidak roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung
membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Komponen yang harus dimiliki rumah sehat menurut Depkes RI adalah10:
1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar,
member kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi penghubung antara
bangunan dengan tanah
2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan
dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat
terbuat dari papan atau anyaman bambu
3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya
sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai
4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga
atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar,
serta menjaga kerahasiaan (privacy) penghuninya
5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari, minimum
2,4 m dari lantai, bias dari bahan papan, anyaman bambu, tripleks atau
gipsum
6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari serta
melindungi masuknya debu, angin dan air hujan
Adapun aspek konstruksi atau komponen rumah yang memenuhi syarat
rumah sehat adalah11:
1. Langit-langit
Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik adalah dapat menahan
ebu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus menutup rata kerangka atap
kuda-kuda penyangga dengan konstruksi bebas tikus, tinggi langit-langit
sekurang-kurangya 2,40 dari permukaan lantai kecuali dalam hal langit-langit
miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40 m dan tinggi ruang
selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75 m, ruang cuci dan kamar
mandi diperbolehkan sekurang-kurangnya sampai 2,40 m.
2. Dinding
Adapun syarat untuk dinding antara lain dinding harus tegak lurus agar
dapat memikul berat sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding
pemikul harus pula dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah
dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya 15 cm
dibawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai bangunan agar tanah
tidak dapat meresap naik keatas sehingga dinding tembok terhindar dari basah
dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut, lubang jendela dan pintu pada
dinding bila lebarnya kurang dari 1 m dapat diberi susunan batu tersusun
tegak di atas lubang harus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau
kayu awet.
Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkaku
yang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12
meter.
3. Lantai
Lantai harus cukup kuat untuk menahan beban diatasnya. Bahan untuk
lantai biasanya digunakan ubin, kayu plesteran atau bamboo dengan syarat-
syarat tidak licin, stabil, tidak lentur waktu dipijak, tidak mudah aus,
permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemasangan lantai adalah sekurang-kurangnya 60 cm di
atas tanah dan ruang bawah tanah harus ada aliran tanah yang baik, lantai
harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain sehingga tidak ada lubang-
lubang ataupun lekukan, untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus
yang tahan air dan rayap serta untuk konstruksi di atasnya agar digunakan
lantai kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan, lantai ubin yang terbanyak
digunakan pada bangunan perumahan karena murah dan tahan lama serta
mudah dibersihkan dan tidak dirusak rayap.
4. Pembagian ruangan/tata ruang
Setiap rumah harus mempunyai bagian ruangan yang sesuai dengan
fungsinya. Penataan ruang dalam rumah harus disesuaikan dengan
persyaratan kesehatan rumah. Rancangan runag termasuk peletakan dan
pemilihan bahan bangunan untuk jendela, pintu dan ventilasi di tiap ruang
ikut menentukan adanya kualitas udara yang baik dalam rumah.
Dalam persyaratan rumah sehat, rumah yang sehat harus mempunyai
cukup banyak ruangan-ruangan sperti ruang duduk/ruang makan, kamar tidur,
kamar mandi, jamban, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasi dan
tempat beristirahat dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat dan
merasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian
ruangan yang baik adalah :
a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga
(suami istri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun
perempuan, terutama anak-anak yang sudah dewasa
b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi dan
perhubungan antara ruangan di dalam rumah dan juga menjamin kebebasan
dan kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi
c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantai
sekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninya
untuk melakukan kegiatan kehidupan
d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak boleh
kurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal ini
harus dipisah
e. Dapur luas minimal 14 m2dan lebar minimal 1,5 m2, apabila penghuni lebih
dari 2 orang, luas dapur tidak boleh kurang dari 3 m2, di dapur harus tersedia
alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak tempat cuci peralatan dan air
bersih, tersedia tempat penyimpaan bahan makanan atau makanan yang sudah
siap disajikan yang dapat mencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan
lain-lain serta mencegah sinar matahari langsung
f. Kamar mandi dan jamban keluarga : setiap kamar mandi dan jamban paling
sedikit salah satu dari dindingnya yang berlubang ventilasi berhubungan
dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis
untuk mengeluarkan udara dari kamar mandi dan jamban tersebut sehingga
tidak mengotori ruangan lain, pada setiap kamar mandi harus bersih untuk
mandi yang cukup jumlahnya, jamban harus berleher angsa dan 1 jamban
tidak boleh dari 7 orang bila jamban tersebut terpisah dari kamar mandi.
5. Ventilasi
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan dan
pengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun
secara buatan. Vantilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh
buruk yang dapat merugikan kesehatan manusia pada suatu kediaman yang
tertutup atau kurang ventilasi. Pengaruh-pengatuh buruk itu adalah
berkuarangnya kadar oksigen di udara dalam ruangan kediaman,
bertambahnya kadar asam karbon dioksida dari pernafasan manusia, bau
pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia, suhu udara
dalam ruang ketajaman naik karena panas yang dikeluarkan oleh badan
manusia, kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena
penguapan air dan kulit pernafasan manusia.
Dengan adanya ventilasi silang akan terjamin adanya gerak udara yang
lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan memasukkan ke dalam
ruangan udara bersih dan segar melalui jendela atau lubang angin di dinding,
sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dinding
yang berhadapan.
Agar dalam ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebih
banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas
dari rintangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus
sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai ruaagn dan setengah dari
jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu
harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95 di atas permukaan
lantai. Diberi lubang hawa atau saluran angin di dekat permukaan langit-
langit yang luas bersihnya sekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang
bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan langit-
langit berguna sekali untuk mengeluarkan udara panas di bagian atas dalam
ruangan tersebut.
Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yang
umum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim
daerah tersebut. Untuk daerah pegunungan yang berhawa dingin dan banyak
angin, maka luas jendela/lubang angin dapat dikurangi 1/20 dari luas ruangan.
Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas
dan basah maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar
dan dapat mencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurang
memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, maka
diperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki
keadaan udara daalam ruangan, system mekanis ini harus bekerja terus-
menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa
digunakan untuk system pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin
(ventilating, fan atau exhauster) atau air conditioning.
Gambar 2.1. Ilustrasi Sirkulasi Udara Bagi Rumah Sehat12
6. Pencahayaan
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah merupakan
kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan
cahaya buatan dan cahaya alam.
a. Pencahayaan alamiah
Pencahayaan alamiah diperoleh dengan masiknya sinar matahari ke dalam
ruangan melalui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinar
sebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohon-pohon maupun tembok
pagar yang tinggi. Kebutuhan standar cahaya alami yang memenuhi syarat
kesehatan untuk kamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux.
Suatu cara menilai baik tidaknya peneranganalamm yang terdapat dalam
sebuah rumah adalah sebagai berikut baik, bila jelas membaca koran dengan
huruf kecil, cukup; bila samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila
hanya huruf besar yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat
ditentukan oleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya
matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur
menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas
10-20% dari luas lantai.
Apabila luas jendela melebihi 20% dapat menimbulkan kesilauan dan
panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana
gelap dan pengap.
Gambar2.2. Ilustrasi Pencahayaan Bagi Rumah Sehat12
b. Pencahayaan buatan
Untuk penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistem
penerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut dapat
menumbuhkan suasana rumah yang lebih menyenangkan. Lampu fluoresen
(neon) sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena
pada kuat penerangan yang relative rendah maumpu menghasilkan cahaya
yang baik bila dibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin
menggunakan lampu pijar sebaiknya dipilih yang warna putih
dikombinasikan beberapa lampu neon. Untuk penerangan malam hari dalam
ruangan terutama untuk ruang baca dan ruang kerja, penerangan minimum
adalah 150 Lux sama dengan 10 watt lampu TL atau 40 watt dengan lampu
pijar.
2.1.3 Sarana Lingkungan Rumah Sehat
Dilihat dari aspek sarana sanitasi, maka beberapa sarana lingkungan yang
berkaitan dengan perumahan sehat adalah sebagai berikut8 :
1. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak
(Per Men Kes No.416/MENKES/Per /IX/1990). Air minum adalah air yang
syaratnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum yang berasal
dari penyediaan air minum.12
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Pembuangan kotoran yaitu suatu pembuangan yang digunakan oleh
keluarga atau sejumlah keluarga untuk buang air besar.
a. Cara pembuangan tinja, prinsipnya yaitu 1) Kotoran manusia tidak mencemari
permukaan tanah 2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan maupun air
tanah 3) Kotoran manusia tidak dijamah lalat 4) Jamban tidak menimbulkan
sarang nyamuk 5) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu 6)
Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
Ada 4 cara pembuangan tinja, yaitu 9:
1) Pembuangan tinja di atas tanah
2) Kakus lubang gali (pit privy)
3) Kakus air (aqua pravy)
4) Septic Tank
b. Hubungan tinja dengan kesehatan, dapat memberikan efek secara langsung dan
tak langsung. Secara langsung yaitu misalnya dapat mengurangi insiden dari
penyakit tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja.
Sedangkan hubungan tak langsung umumnya berkaitan dengan komponen-
komponen lain dalam sanitasi lingkungan.
c. Pembuangan Air Limbah (SPAL)
Air limbah adalah air yang tidak bersih mengandung berbagai zat yang
bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun hewan, dan lazimnya karena
hasil perbuatan manusia.
Dalam kehidupan sehari-hari, sumber air limbah yang lazim dikenal
adalah : a) Berasal dari rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan dapur.
b) Berasal dari perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam renang c) Berasal
dari industri seperti dari pabrik baja, pabrik tinta dan pabrik cat, dan lain
sebagainya.
3. Sampah
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat, sebagai akibat
aktifitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna.
Entjang berpendapat bahwa agar sampah tidak membahayakan kesehatan
manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, sepeti penyimpanan sampah
yaitu tempat penyimpanan sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum
sampah tersembuh dikumpulkan untuk diangkat serta dibuang (dimusnahkan).
Untuk tempat sampah tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik.
Syarat tempat sampah adalah
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan. Kuat sehingga tidak mudah
bocor, kedap air
b. Tempat sampat harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat sedemikian
rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta dibersihkan, sangat
dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori
tangan
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat oelh satu
orang dan ditutup
d. Harus ditutup rapat sehinggs tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
2.2 Dampak Rumah Tidak Sehat
Rumah yang tidak sehat dan juga perilaku tidak sehat dapat menyebabkan
danmenularkan penyakit bagi penghuninya, seperti sakit batuk-batuk, pilek,
sakitmata, demam, sakit kulit, maupun kecelakaan.13
Kebiasaan tidur beramai-ramai dalam satu kamar tidur atau terlalu
padatpenghuni adalah kebiasaan tidak baik dalam rumah, karena dapat
menularkanpenyakit dengan cepat. Biasanya bila salah seorang menderita batuk
dan pilekmaka semua yang tidur bersama-sama dengan orang tersebut akan
tertular sakitbatuk dan pilek. Penyakit-penyakit lain yang dapat menular akibat
tidur ramai-ramaiyaitu sakit mata, kulit, batuk darah (TB).13
Merokok adalah kebiasaan yang sangat tidak sehat bagi perokok
tersebut,apalagi dilakukan di dalam rumah maka akibatnya dapat mengenai
penghunirumah lainnya. Asap yang dikeluarkan dari rokok mengandung zat yang
sifatnyaracun bagi tubuh dan dapat mennyebabkan sakit kanker, jantung dan
gannguanjanin pada ibu hamil.13
Gambar 2.3 Diagram Penularan Penyakit Terkait Rumah Tidak Sehat13
Dapur merupakan tempat kegiatan untuk mengolah, menyiapkan
danmenyimpan makanan, kegiatan memasak sering dilakukan oleh ibu-ibu
sambilmenggendong anaknya yang masih kecil. Tanpa disadari bahwa
menggendonganak sambil memasak merupakan perilaku tidak sehat terutama
untuk sang anakkarena dapat terkena asap dapur yang berasal dari pembakaran
bahan bakar(minyak, kayu, arang, daun, batu bara). Dari kegiatan memasak
sambilmenggendong anak dapat terkena sakit saluran pernafasan seperti batuk-
batuk.Menjamah makanan tanpa cuci tangan pakai sabun terlebih dahulu
adalahsangat berbahaya karena di tangan terdapat banyak kotoran setelah
tanganmelakukan banyak kegiatan.13
Kegiatan manusia sebagian besar menggunakan tangan, sehingga
tangandapat menjadi sumber penularan penyakit. Penyakit yang dapat
ditularkanmelalui tangan antara lain diare, kecacingan, keracunan, sakit kulit dan
lainlain.Secara ringkas keadaan rumah yang tidak sehat dapat menjadi
sumberpenularan penyakit seperti terlihat pada alur penularan penyakit dibawah
ini.13,14
2.3 Tuberkulosis
2.3.1 Definisi Tuberkulosa
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.15
2.3.2 Etilogi
Penyebab terjadinya penyakit tuberkulosis adalah basil tuberkulosis yang
termasuk dalam genus Mycobacterium, suatu anggota dari famili
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium
tuberculosa menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab
terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya,
misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan
Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau
tidak dapat terklasifikasikan.16
2.3.3 Karakteristik Kuman Tuberkulosa
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosa hidup baik
pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari.
Mycobacterium tuberculosa mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2-0,8
mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman
tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa
sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan
mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api. Kuman
tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu
kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol
80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24
jam.17,18,19,20
Bakteri Mycobacterium tuberculosa seperti halnya bakteri lain pada
umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang
tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal
essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban
udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
termasuk tuberkulosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosa memiliki rentang suhu
yang disukai. Mycobacterium tuberculosa merupakan bakteri mesofilik yang
tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada
suhu 31-37 C.15,20
Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium
tuberculosa. Kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang
penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang. Menurut penelitian
pusat ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di
lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata
dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan
ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika
ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa ”menangkap”
kuman TB.15,18
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000),
didapatkan data bahwa :
1) Rumah tangga yang penderitanya mempunyai kebiasaan tidur dengan balita
mempunyai resiko 2,8 kali terkena tuberkulosis dibanding dengan yang tidur
terpisah,
2) Tingkat penularan tuberkulosis di lingkugan keluarga penderita cukup tinggi,
dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di
dalam rumahnya
3) Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih
dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang
penderita tuberkulosis.18
2.3.4 Diagnosis Penyakit TB
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah21:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin.
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,demam meriang
lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker
paru, dan lain-lain.21
Mengingat prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai
seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasien anak. Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan
yang berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS)15:
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada
saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak
pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.
Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan
ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA
melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.
Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan
sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak
dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit. Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur
diagnostik untuk suspek TB paru pada gambar 3.15,18,21
Gambar 2.4. Alur diagnosis TB paru21
2.3.6 Pengobatan TB
Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan
strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly
observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi
penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-efective). Strategi ini
dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices, dan hasil
implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade.
Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah kasus
menular menjadi tidak menular, juga mencegah berkembangnya MDR-TB. Fokus
utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan
kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan
dengan demkian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan
menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan
penularan TB.15
Pada tahun 1995, WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai
strategi dalam penanggulangan TB. Bank Dunia menyatakan strategi DOTS
sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif. Integrasi strategi
DOTS ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat dianjurkan demi efisiensi dan
efektifitasnya.15
BAB III
LANDASAN TEORI
Gambar 3.1. Bagan Landasan Teori
_________ Variabel yang diteliti
_________ Variabel yang tidak diteliti
Faktor yang mempengaruhi:
• Status Ekonomi Masyarakat
• Keadaan lingkungan
Kondisi Rumah RUMAH SEHAT
•Komponen Rumah
•Sarana Sanitasi
•Perilaku Penghuni
TB Paru•Memenuhi kebutuhan fisiologis
•Memenuhi kebutuhan psikologis
•Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit
•Memenuhi persyaratan pencegahan kecelakaan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analitik deskriptif dengan
pendekatan cross sectional , yaitu untuk melihat bagaimana hubungan antara
rumah sehat dengan kejadian tuberkulosis pada pasien yang terdiagnosa TB Paru
yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di
kelurahan Rawa Makmur Kecamatan Palaran Samarinda.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 19 April - 29 April 2011.
Tempat penelitian yaitu di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran,
Samarinda.
1.3. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang telah
terdiagnosa TB Paru yang sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran
dan berdomisili di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda.
2. Sampel
Sampel adalah rumah pasien yang telah terdiagnosa TB paru yang
sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di
kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda. Sampel diambil
dengan cara total sampling, dan didapatkan sampel sebanyak 19 orang.
4.2 Kriteria Inklusi dan Eklusi
1. Kriteria inklusi
a. Pasien yang terdiagnosa TB Paru
b. Pasien sedang menjalani pengobatan TB di Puskesmas Palaran
c. Pasien berdomisili di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Palaran,
Samarinda
d. Pasien bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien menolak menjadi responden
b. Pasien yang tidak berada di tempat saat dilakukan pengambilan
sampel.
c. Pasien meninggal atau berpindah alamat
d. Pasien yang alamatnya tidak dapat ditemukan
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kejadian tuberkulosis di
kelurahan Rawa Makmur kecamatan Palaran
2. Variabel Terikat
a. Komponen rumah
1) Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah
dasar, member kestabilan bangunan, dan merupakan konstruksi
penghubung antara bangunan dengan tanah
2) Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk
rumah panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu
3) Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan
masuknya sinar matahari dengan luas minimum 10% luas lantai
4) Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau
menyangga atap, menahan angin dan air hujan, melindungi dari
panas dan debu dari luar, serta menjaga kerahasiaan (privacy)
penghuninya
5) Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik
matahari, minimum 2,4 m dari lantai, bias dari bahan papan,
anyaman bambu, tripleks atau gypsum
6) Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar
matahari serta melindungi masuknya debu, angin dan air hujan
b. Sarana Sanitasi
1) Sarana Air Bersih adalah fasilitas untuk penggunaan dan
pengelolaan air bersih sebelum dikonsumsi atau dipergunakan
untuk hal lain yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.
2) Jamban (sarana pembuangan kotoran) adalah suatu pembuangan
yang digunakan oleh keluarga atau sejumlah keluarga untuk
buang air besar yang memenuhi syarat kesehatan.
3) Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah sarana
pembuangan air yang tidak bersih mengandung berbagai zat
yang bersifat membahayakan kehidupan manusia ataupun
hewan, dan lazimnya berasal dari rumah tangga yang berada
dalam keadaan tertutup dan tidak tergenang di halaman atau
tidak
4) Sarana pembuangan sampah adalah tempat penampungan
sampah sementara di rumah dalam keadaan tertutup, kedap air
dan memenuhi syarat kesehatan.
c. Perilaku penghuni adalah sikap, kebiasaan dan tidakan penghuni
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah sehat.
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner, yaitu
suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang
umumnya banyak menyangkut kepentingan dalam hal ini digunakan angket
berbentuk pilihan dengan jawaban yang telah disediakan.
Kuesioner terdiri dari 4 bagian yaitu: bagian 1 berisi biodata responden,
bagian 2 berisi item pertanyaan mengenai komponen rumah, bagian 3 berisi item
pertanyaan mengenai sarana sanitasi rumah, bagian 4 berisi item pertanyaan
tentang perilaku penghuni di rumah pasien yang telah terdiagnosa TB paru yang
sedang menjalani pengobatan di Puskesmas Palaran dan berdomisili di Kelurahan
Rawa Makmur, Kecamatan Palaran, Samarinda.
4.7 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan berdasarkan nilai yang
didapatkan. Setelah itu data ditabulasi dan dianalisa secara deskriptif.
Lampiran 1Kuesioner Penilaian Rumah Sehat
Nama : Jenis kelamin : L/P
Umur : Pekerjaan :
Alamat: Pendidikan :
Status : Penghasilan/bulan :
Jml angg. keluarga :
No Komponen Rumah Yang Dinilai
Kriteria Nilai
I. Komponen Rumah 31 ( Bobot )1. Langit-langit a.Tidak ada 0
b.Ada, kotor, sulit dibersihkan dan rawan kecelakaan
1
c.Ada,bersih dan tidak rawan kecelakaan 22. Dinding a.Bukan tembok (terbuat dari anyaman
bambu/ilalang) 1
b.Semi permanen/ setengah tembok/ pasangan bata/batu yg tidak diplester/papan yg tidak kedap air
2
c.Permanen(tembok/pasangan batu bata yg diplester)papan kedap air
3
3. Lantai a.Tanah 0bb.Papan /anyaman bambu dekat dengan
tanah/plesteran yg retak dan berdebu 1
c.Diplester/ubin/kerami /papan (rumah panggung)
2
4. Jendela kamar tidur a. Tidak ada 0b. Ada 1
5. Jendela ruang keluarga a. Tidak Ada 0b. Ada 1
6. Ventilasi a.Tidak ada 0b.Ada,luas ventilasi permanen <10% dari luas lantai
1
c.Ada,luas ventilasi permanen >10% dari luas lantai
2
7. Lubang asap dapur a.Tidak ada 0b.Ada,lubang ventilasi dapur <10% dari luas lantai dapur
1
c.Ada,lubang ventilasi >10 % dari luas lantai dapur (asap keluar dengan sempurna) / dengan exhaust fan ada peralatan lain yg sejenis.
2
8. Pencahayaan a.Tidak terang,tidak dapat dipergunakan untuk membaca.
0
b.Kurang terang,sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal
1
c.Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan untuk membaca dengan normal
2
II Sarana Sanitasi 25 (bobot)1. Sarana Air Bersih
(SGL/SPT/PP/KU/PA)a.Tidak ada 0b.Ada,bukan milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
1
c.Ada,milik sendiri dan tidak memenuhi syarat kesehatan
2
d.Ada,bukan milik sendiri dan memenuhi syarat
3
e.Ada,milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan
4
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
a.Tidak ada 0b.Ada,bukan leher angsa,tidak ada tutup,disalurkan ke sungai / kolam
1
c.Ada,bukan leher angsa ada ditutup (leher angsa),disalurkan ke sungai / kolam
2
d.Ada,bukan leher angsa ada tutup,septic tank
3
e.Ada,leher angsa,septic tank 43. Sarana Pembuangan Air
Limbah (SPAL)a.Tidak ada,sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah
0
b.Ada,diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan sumber air <10 m)
1
c.Ada,dialirkan keselokan terbuka 2d.Ada,dialirkan ke selokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut
3
4. Sarana pembuangan sarana (tempat sampah)
a.Tidak ada 0b.Ada,tetapi tidak kedap air dan tidak ada 1
tutupc.Ada,kedap air dan tidak bertutup 2d.Ada,kedap air dan bertutup 3
III Perilaku Penghuni 44 (bobot)1. Membuka jendela
kamar tidura.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 2
2. Membuka jendela ruang keluarga
a.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 3
3. Membersihkan rumah dan halaman
a.Tidak pernah dibuka 0b.Kadang-kadang 1c.Setiap hari dibuka 2
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
a.Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan
0
b.Kadang-kadang ke jamban 1c.Setiap hari di buang ke jamban 2
5. Membuang sampah pada tempat sampah
a.Dibuang ke sungai/kebun/kolam/sembarangan
0
b.Kadang-kadang di buang ke tempat sampah
1
c.Setiap hari di buang ke tempat sampah 2TOTAL HASIL PENILAIAN
CARA MENGHITUNG HASIL PENILAIAN = Nilai × bobot
Hasil Perhitungan Skor : Rumah Sehat Skor : 1068 – 1200 Rumah Tidak Sehat Skor : < 1068
DAFTAR PUSTAKA
1. FKUI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. 1998. Jakarta: FKUI
2. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.2002. Jakarta: Dinas
P2M
3. Fletcher. Sari Epidemiologi Klinik. 1992.Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
4. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
5. Ikeu, dkk. Hubungan Antara Karakteristik Lingkungan Rumah Dengan
Kejadian Tuberkulosis (Tb) Pada Anak Di Kecamatan Paseh Kabupaten
Sumedang. 2007. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Padjajaran.
Bandung
6. Komisi WHO mengenai kesehatan dan lingkungan. 2001. Planet Kita
Kesehatan Kita. Gajah Mada University Press. Yogyakarta
7. Retnaningsih, Ekowati. Survei Rumah Sehat di Kota Palembang Tahun
2007. Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8 No.2 Tahun 2009.
8. Blaang C.D.1996.Perumahan dan Pemukiman Sebagai Kebutuhan
Pokok.Yayasan Obor Indonesia.Jakarta
9. Azwar A.1996.Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan.Mutiara Sumber
Widya.Jakarta
10. Departemen Kesehatan RI.2002. Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.
Ditjen PPM dan PL. Jakarta
11. Entjang.1993.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung
12. Wirawan K. 2010. Tentang Rumah Sehat. P2KP.
http://www.p2kp.org/wartaarsip.asp?catid=2&.
13. Pamsimas. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dan Penyakit Berbasis
Lingkungan. Field Book. http://pamsimas.org/index.php?
option=com_phocadownload&view=category&id=48:pedum-strategi-
clts&download=300:phbs-kesling-penyakit&Itemid=12
14. Dimsum. Kesehatan Lingkungan. ITS. 2008.
http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6
15. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Jakarta: Dinas P2M
16. Rosmayudi, O. 2002. Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis. Browsing
at http//www.depkes.com on April 12, 2011
17. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-prinsip
Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
18. Atmosukarto dan Sri Soewasti. 2000. Pengaruh Lingkungan Pemukiman
dalam Penyebaran Tuberkulosis. Jakarta: Media Litbang Kesehatan, Vo. 9
(4), Depkes RI.
19. Gould, D dan Brooker, C. 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat.
Jakarta: EGC.
20. Girsang, M. 1999. Kesalahan-kesalahan dalam Pemeriksaan Sputum BTA
pada Program Penanggulangan TB terhadap Beberapa Pemeriksaan dan
Identifikasi Penyakit TBC. Jakarta: Media Litbang Kesehatan Vo. IX No. 3
tahun 1999.