proposal penelitian pengaruh contingency planning terhadap peningkatan cash flow perusahaan

34
PENYUSUNAN CONTINGENCY PLAN UNTUK MENINGKATKAN CASH FLOW PERUSAHAAN GRAHA KERAMIKINDO PRATAMA SEMINAR Diajukan sebagai proposal penelitian untuk Manajemen Stratejik Oleh: Jenzo Andika Prasetyo 2012120240 UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BANDUNG 2015

Upload: jenzo-andika

Post on 18-Feb-2016

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proposal ini dipenuhi sebagai tugas dari penulis

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

PENYUSUNAN CONTINGENCY PLAN UNTUK MENINGKATKAN CASH FLOW PERUSAHAAN GRAHA KERAMIKINDO PRATAMA

SEMINAR

Diajukan sebagai proposal penelitian untuk Manajemen Stratejik

Oleh:

Jenzo Andika Prasetyo

2012120240

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI MANAJEMENBANDUNG

2015

Page 2: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penilitian

Sebagai manusia, kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat terus bertahan

hidup. Sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan primer manusia. Singkatnya,

sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya,

pangan merupakan kebutuhan berupa asupan makanan bagi manusia dan papan yaitu

kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Berkaitan dengan kebutuhan akan papan,

awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan berubah menjadi

tempat tinggal keluarga. Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah semakin

ditingkatkan.

Dapat kita ketahui juga bahwa setiap bangunan mempunyai banyak komponen, dimana

salah satu komposisi dominan dari sebuah bangunan adalah lantai, yang sering didominasi

oleh keramik. Dalam industri keramik, Indonesia kini telah masuk dalam lima negara dengan

produksi keramik terbesar di dunia bersama China, India, Spanyol, dan Italia. Pada 2014 lalu,

kapasitas produksi keramik Tanah Air mencapai 490 juta meter persegi. Tahun ini, kapasitas

produksi diprediksi menyentuh angka 550 juta meter persegi.

Dengan menjadi salah satu produsen keramik terbesar di dunia, tentu tidak sedikit

perusahaan di Indonesia yang menjalankan bisnis dalam sektor keramik maupun bahan

bangunan. Menurut data dari pemerintah provinsi Jawa Barat, luas dari areal

pemukiman/perumahan Jawa Barat seluas 3.368 kilometer persegi, dimana hal tersebut tentu

menjadi peluang bisnis baik untuk usaha properti maupun penyedia bahan bangunan.

Hal ini mendorong penulis untuk meneliti perusahaan Graha Keramikindo Pratama, yaitu

perusahaan distributor bahan bangunan yang berfokus pada penjualan lantai keramik

berdomisili di Bandung dan sudah berdiri sejak tahun 2000. Tentu sebuah pencapaian bagi

perusahaan disaat bisnis tersebut sudah berjalan lebih dari 10 tahun, penggunaan strategi

bisnis yang tepat adalah salah satu faktor penting untuk membuat perusahaan terus bertahan

dalam persaingan yang makin lama makin ketat.

Menurut Chandler (Rangkuti, 2000, p3) strategi bisnis merupakan alat untuk mencapai

tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

Page 3: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

serta prioritas alokasi sumber daya. Lalu Menurut Hamel dan Prahalad (Rangkuti, 2000, p4)

strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-

menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari

“apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi

pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Mengacu kepada definisi dari kedua ahli tersebut, strategi bisnis tentu bermacam-macam

bentuknya tergantung dari faktor apa perusahaan ingin mencapainya. Berbagai keputusan

dalam menjalankan strategi bisa diambil oleh perusahaan dan tentu ada resiko dari setiap

keputusan tersebut. Namun dalam implementasinya, tentu perusahaan dapat menghadapi

kondisi tidak terduga yang dapat berdampak secara tidak langsung ke aliran kas atau cash

flow perusahaan.

Kas merupakan salah satu aspek fundamental di dalam perusahaan karena kas merupakan

aset paling likuid yang berfungsi sebagai penggerak operasi rutin perusahaan. Keberadaan

kas dalam perusahaan sangat penting karena tanpa kas, aktivitas operasi perusahaan tidak

dapat berjalan. Perusahaan harus menjaga jumlah kas agar sesuai dengan kebutuhannya. Jika

jumlah kas kurang, maka kegiatan operasional akan terganggu, dan jika terlalu banyak kas,

menyebabkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan kas tersebut untuk mendapatkan imbal

hasil yang tinggi (Martani dkk.,2012). Untuk itu, pengelolaan dan pengendalian kas yang

mencakup eksistensi dan ketepatan jumlahnya merupakan hal yang krusial bagi perusahaan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 2 mengenai Quality Character

of Accounting Information, Part 15, terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer dalam

suatu laporan keuangan, yaitu relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliability). Relevan

informasi dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi tersebut.

Artinya, jika suatu informasi terutama pada laporan aliran kas tidak relevan dengan

kebutuhan para pengambil keputusan, maka informasi tersebut tidak ada gunanya. Unsur-

unsur dari relevan adalah nilai prediktif (predictive value), nilai umpan balik (feed back), dan

ketepatan waktu (timeliness). Pada umumnya informasi yang relevan selalu memberikan nilai

prediktif dan nilai umpan balik secara serentak. Umpan balik dari kejadian masa lalu dapat

membantu memperkirakan hasil yang akan diperoleh di masa mendatang.

Page 4: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Agar mendapatkan aliran kas yang tetap positif dan meningkat, diperlukan sebuah

perencanaan dan implementasi yang baik. Dalam hal ini, sebuah contingency planning bisa

menjadi salah satu alat untuk membuat aliran kas tetap positif. Contingency planning adalah

sebuah perencanaan untuk ‘insiden’ tak diduga dan memiliki tujuan utama untuk

restorasi/perbaikan ke mode operasi normal dengan biaya minimum & gangguan ke

aktivitas normal bisnis setelah suatu ‘insiden’ tak terduga terjadi. Maksudnya adalah,

contingency planning membantu untuk mencari solusi dari insiden tidak terduga yang

dihadapi perusahaan dengan perumusan perencanaan dan menganggulangi permasalahan

tersebut dengan menggunakan 4 komponen contingency planning.

Graha Keramikindo Pratama adalah sebuah perusahaan yang membutuhkan restorasi

dalam aliran kas-nya. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dan observasi oleh penulis

terhadap perusahaan dimana pemilik perusahaan pun mengaku bahwa pengeluaran dan

pemasukan perusahaan cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun apalagi menghadapi tren

perdagangan bahan bangunan lantai keramik yang makin tahun semakin sulit juga menjaring

banyak konsumen.

Tentu posisi aliran kas atau posisi cash flow adalah sebuah laporan yang memegang

posisi krusial dalam keberlangsungan berjalannya perusahaan. Lalu dalam manajemen juga,

perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa

perencanaan fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak

akan dapat berjalan. Oleh karena itu berdasarkan fenomena yang terjadi, penulis memiliki

ketertarikan lebih lanjut untuk merancang sebuah perencanaan kontingensi dengan memiliki

tujuan agar cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama tetap meningkat dari tahun ke

tahun dan membuat posisi perusahaan tersebut terus bertahan dan bersaing di pasar, sehingga

mendorong penulis untuk meneliti dengan judul “Penyusunan contingency plan untuk

meningkatkan cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama”

Page 5: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, permasalahan dapat

diidentifikasi menjadi:

1. Bagaimana kondisi cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama dalam sisi

operasional dari tahun 2013 sampai bulan Oktober 2015?

2. Bagaimana pengaruh contingency plan terhadap peningkatan cash flow perusahaan

Graha Keramikindo Pratama?

1.3 Tujuan Penilitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui kondisi cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama dalam sisi

operasional dari tahun 2013 sampai bulan November 2015.

2. Mengetahui pengaruh contingency plan yang sudah disusun terhadap peningkatan

cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama.

1.4 Manfaat Penilitian

Bagi perusahaan:

Mendapatkan masukan berupa contingency plan, yang dapat dikaji ulang untuk

diimplementasi dalam perusahaan serta menjadi bahan pengembangan dan perbaikan dalam

meningkatkan cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama.

Bagi penulis:

Untuk mengembangkan pengetahuan dalam Manajemen Stratejik, pengetahuan dalam

menggunakan contingency plan terhadap cash flow serta menambah wawasan dalam bisnis

perdagangan.

Page 6: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

1.5 Kerangka Penilitian

Menurut Muhamad (2009 : 75) kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan

antar variabel dalam suau penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka

logis. Menurut Riduwan (2004 : 25) kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian

yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat

teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam

kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran (1992 : 72)

kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama

2) Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu

dengan lainnya.

3) Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari

penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka

berpikir apakah hubungan itu positif atau negative.

4) Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antar

variabel itu ada.

5) Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas

melihat hubungan antar variabel.

6) Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar masalah, kemudian

masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian.

Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau kesimpulan

penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka

biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang

akan telah dibuatnya tersebut. Menurut Whitman dkk (2009), tujuan utama contingency plan adalah mengembalikan

kegiatan operasi secara normal dengan biaya yang minimal dan mengembalikan kegiatan

usaha secara normal setelah adanya gangguan pada peristiwa tak terduga. Idealnya, sistem

informasi harus dipastikan tetap tersedia terus menerus meskipun menanggulangi kejadian

tak terduga.

Dalam menyusun perencanaan kontingensi, perusahaan harus mengevaluasi terlebih

dahulu penyebab dari suatu kejadian atau masalah yang terjadi. Setelah itu contingency plan

berperan untuk mengidentifikasi kejadian tersebut agar perusahaan dapat bersiap-siap untuk

Page 7: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

menghadapi, mendeteksi, bereaksi & melakukan pemulihan dari ‘insiden’ yang mengancam

perusahaan.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis

Page 8: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

BAB II

Landasan Teori

2.1 Manajemen Stratejik

Banyak definisi manajemen stratejik yang pada umumnya menyatakan bahwa

manajemen stratejik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang

dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu

organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Definisi manajemen

stratejik menurut Pearce dan Robinson (1997:20): “Manajemen stratejik didefinisikan

sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi)

dan pelaksanaan(implementasi) rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran

perusahaan”. Definisi manajemen stratejik menurut Glueck dan Jauch (1998:6) adalah :

“Sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau

sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan”. Menurut

David (2002:5) manajemen stratejik adalah :“Seni dan pengetahuan untuk merumuskan,

mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat

organisasi mampu mencapai obyektifitasnya”. Menurut J. David Hunger dan Thomas L.

Wheelen, manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial

yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Menurut H. Igor

Ansoff, manajemen stratejik adalah analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan

dapat beradaptasi terhadap lingkungan, baik yang berupa ancaman maupun kesempatan

dalam berbagai aktivitasnya. 

Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik,

karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu

memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Salah satu

alasan utama mengapa demikian adalah karena kondisi yang dihadapi oleh suat

uorganisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal, selalu berubah-ubah pula.

Page 9: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

2.2 Cash Flow

Hendriksen ( 2001 ) memformulasikan arus kas satuan usaha sebagai kas yang

dihasilkan oleh perusahaan melalui aktivitas operasi, dikurangi kas yang dihasilkan atau

diinvestasikan dalam pelepasan atau akuisisi property, dikurangi kas yang diinvestasikan

dalam (ditarik dari) sekuritas perusahaan, yakni kenaikan (penurunan) dalam likuiditas.

Secara sederhana arus kas dapat dipahami sebagai arus kas masuk operasi dengan

pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi di masa

mendatang. Apabila arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar, hal ini

menunjukkan positif cash flow dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit

daripada arus kas keluar maka arus kas yang terjadi akan negatif cash flows.

Menurut Harahap (2010 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut:

Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta

surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut :

1) setiap saat dapat ditukar menjadi kas

2) tanggal jatuh temponya sangat dekat

3) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.

Sementara menurut PSAK No. 2 (2009), informasi dari arus kas terakomodasi dalam

bentuk sebuah laporan arus kas perusahaan yang berguna bagi para pengguna laporan

keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas

dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam laporan arus kas terkandung

informasi yang sangat relevan untuk pengambilan keputusan. Arus kas perusahaan

mencerminkan produktivitas operasi yang dilakukan oleh sebah perusahaan bisnis juga

dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan di dalam memenuhi ketersediaan

dana dan likuiditasnya.

Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi historis tentang perubahan kas

dan setara kas suatu perusahaan pada periode tertentu melalui 3 aktivitas utama suatu

perusahaan bisnis yakni aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (financing). Arus kas

dari aktivitas operasi mengandung pengertian bahwa arus kas yang dihasilkan dan

dikeluarkan oleh perusahaan adalah bersumber dari aktivitas penghasil utama pendapatan

perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas yang lain yang bukan

merupakan aktivitas investasi dan pendanaan (IAI, 2012).

Beberapa contoh arus kas yang termasuk dalam aktivitas operasi antara lain :

Page 10: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

- Arus kas masuk atau penerimaan kas dari hasil penjualan barang jasa atau

pendapatan lainnya,

- Arus kas keluar atau pengeluaran kas kepada pemasok

- Pembayaran gaji karyawan

Sedangkan arus kas dari aktivitas investasi menurut PSAK 2 (2009) mencerminkan

pengeluaran maupun penerimaan yang terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan

menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh aktivitas investasi

ini antara lain :

- Pembayaran kas untuk membeli aset tetap

- Penerimaan kas dari hasil penjualan aset tetap

- Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument ekuitas

perusahaan lain,

Serta yang dimaksudkan dengan arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas

dari aktivitas yang berkaitan dengan liabilitas dan ekuitas perusahaan. Aktivtas

pendanaan berimplikasi pada perubahan jumlah pada modal dan pinjaman perusahaan.

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan antara lain :

- Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen ekuitas lain

- Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, wesel, hipotek, pinjaman jangka pendek

dan jangka panjang lainnya

- Pengeluaran kas untuk pelunasan pinjaman

2.2.1 Laporan Cash Flow / Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan

sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan

untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,

para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan

arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan

dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Agar menghasilkan

keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali.

Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga

dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih

kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.

Page 11: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Menurut Skousen dkk (2009 : 284) Laporan arus kas itu sendiri didefinisikan sebagai

berikut :

“Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang melaporkan

jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.

Menurut Harahap (2010 : 257), mengemukakan bahwa :

”Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan

pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan

mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan : operasi, pembiayaan dan investasi”.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa laporan arus kas

merupakan laporan yang menginformasikan arus kas masuk dan arus kas keluar yang

dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan atau

pembiayaan.

2.2.2 Metode Penyusunan Laporan Arus Kas

Menurut Skousen dkk (2009:289) dua metode yang dapat digunakan untuk

menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi,

aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan yaitu :

1) Metode langsung

Pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos (atau akun) laporan laba rugi

dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan

sehubungan dengan pos tersebut, dan cara terbaik untuk melakukan metode langsung

adalah mengurutkan secara sistematis daftar pos-pos dilaporan laba rugi dan

menghitung berapa banyak kas yang terkait dengan setiap pos.

2) Metode tidak langsung

Dengan metode tidak langsung, laporan arus kas dimulai dengan laba bersih, yang

memasukkan pengaruh bersih dari seluruh laporan laba rugi, dan kemudian melaporkan

penyesuaian yang diperlukan untuk mengubah seluruh akun laporan laba rugi menjadi

angka-angka arus Kas. Hanya penyesuaian saja yang dilaporkan. Seperti halnya dengan

metode langsung, cara terbaik untuk menampilkan metode tidak langsung adalah

dengan melihat laporan laba rugi akun demi akunnya.

Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan

Page 12: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi

arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut

dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.

Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan

dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan

beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta

laba/rugi karena pelepasan investasi. Arus kas yang berasal dari kegiatan operasional

dirinci menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional

dan pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan

investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan

timbulnya penerimaan dan pengeluara kas. Perbedaan antara metode langsung dengan

metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi,

sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah sama

penyajiannya.

2.3 Contingency Plan

Kontinjensi (contingency) adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan

segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi (Oxford Dictionary & BNPB,

2011). Sedangkan menurut Childs & Dietrich (2002) kontinjensi adalah:

“The additional effort to be prepared for unexpected or quickly changing

circumstances” (Childs & Dietrich, 2002: 241)

Perencanaan kontinjensi atau contingency plan pada hakikatnya adalah suatu proses

identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi

tersebut. Beberapa lembaga internasional telah memberikan definisi perencanaan

kontinjensi yang lengkap, diantaranya:

1. UNISDR yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses manajemen

yang menganalisis potensi kejadian atau sistuasi tertentu yang bisa mengancam

masyarakat atau lingkungan dan proses menetapkan pengaturan awal, agar mampu

merespon ancaman tersebut secara tepat waktu, efektif, dan sesuai (Vidiarina,

undated).

2. IASC yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses untuk

menentukan tujuan, pendekatan, dan prosedur program untuk menanggapi situasi yang

Page 13: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

diperkirakan akan terjadi, termasuk mengidentifikasi kejadian tersebut dan membuat

skenario serta rencana yang tepat untuk mempersiapkan dan menanggapinya secara

efektif (Vidiarina, undated).

3. IFRC yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses untuk

menentukan prosedur operasional dalam merespon kejadian khusus atau risiko

berdasarkan pada sumberdaya dan kapasitas yang dimiliki dan memenuhi syarat

sehingga respon bisa dilakukan secara tepat waktu, efektif, dan sesuai (Vidiarina,

undated).

Dari berbagai definisi di atas bisa diketahui bahwa tujuan utama dari perencanaan

kontinjensi adalah untuk meminimalisir dampak dari ketidakpastian dengan melakukan

pengembangan skenario dan proyeksi kebutuhan saat keadaan darurat terjadi. Suatu

rencana kontinjensi mungkin saja tidak pernah diaktifkan jika keadaan yang

diperkirakan tidak pernah terjadi.

Menurut Whitman dkk. (2008), contingency plan memiliki 4 komponen utama, yaitu :

1. BIA – Bussiness Impact Analysis yaitu suatu kegiatan persiapan umum untuk

manajemen resiko

2. IRP – Incident Response Planning berfokus pada tanggapan atau respon pertama

kali saat menghadapi suatu peristiwa tidak terduga.

3. DRP – Disaster Recovery Planning berfokus pada pemulihan operasi pada area

utama setelah bencana terjadi (pemulihan)

4. BCP – Business Continuity Planning memfasilitasi pembentukan operasi di sebuah

situs alternative, rencana yang mengarah pada kelanjutan yang akan ditempuh setelah

kejadian terjadi dengan mempertimbangkan dampaknya pada bisnis

Page 14: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Gambar 2: Komponen Contingency Planning

2.3.1 Penggunaan Contingency Plan

Perencanaan kontinjensi merupakan salah satu dari berbagai rencana yang digunakan

dalam siklus manajemen risiko. Berikut dijelaskan aktivitas yang dilakukan dan

rencana yang digunakan dari tahapan-tahapan siklus manajemen risiko:

 Tabel 1: Aktivitas dan Rencana yang Digunakan dalam Siklus Manajemen

Risiko

Siklus Aktivitas RencanaSituasi tidak terjadi

bencana

Pencegahan dan

mitigasiRencana mitigasi

Situasi berpotensi

bencanaKesiapsiagaan Rencana kontinjensi

Terjadi bencana Tanggap darurat Rencana operasi

Setelah terjadi

bencanaPemulihan Rencana pemulihan

Sumber: BNPB (2011)

Dari tabel di atas bisa dilahat bahwa perencanaan kontinjensi dilakukan ketika

terdapat potensi untuk terjadinya bencanan atau pada tahap aktivitas kesiapsiagaan.

Siklus manajemen risiko tersebut (termasuk perencanaan kontijensi) selain digunakan

dalam pengelolaan bencana berbasis kewilayahan, biasanya juga digunakan dalam

bidang militer, bisnis, dan proyek pembangunan infrastruktur.

Page 15: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

BAB III

Metode dan Objek Penilitian

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian berguna untuk mengetahui bagaimana langkah penelitian

seharusnya dilakukan, Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu

pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan

data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat

penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Menurut Sekaran & Bougie (2010:108),

penelitian deskriptif berusaha menggambarkan mengenai suatu situasi yang terjadi dengan

cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data untuk dapat menarik suatu

kesimpulan. Penulis berusaha menarik kesimpulan dengan mencari fakta dari perusahaan

Graha Keramikindo Pratama.

3.2 Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Data primer ini diperoleh langsung

dari hasil wawancara terhadap pemilik perusahaan dan representatif karyawan dari

tiap divisi dalam perusahaan Graha Keramikindo Pratama serta observasi yang

dilakukan penulis terhadap kondisi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal

perusahaan.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi

secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil

pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari

orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data sekunder bisa berupa laporan penjualan, data

pelanggan tiap periode waktu, serta laporan seperti operational cash flow dari tahun

Page 16: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

2013 sampai tahun 2015 bulan Oktober yang penulis dapatkan dari data yang diolah

kembali dari perusahaan Graha Keramikindo Pratama.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan 3 teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu:

a. Observasi

Nasution, dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua

ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta

mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Penulis melakukan

observasi di lokasi objek penelitian yaitu di kantor Graha Keramikindo Pratama,

Bandung. Observasi yang dilakukan adalah melihat kondisi lokasi objek penelitian

dengan cara mengamati proses kegiatan operasional di Gudang, kegiatan direct selling di

toko, koordinasi antar divisi, serta kondisi lingkungan di sekitar lokasi.

b. Wawancara

Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Mengemukakan beberapa macam

wawancara yaitu wawancara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi

apa yang akan diperoleh sehingga peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa

pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan), wawancara semi

terstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk menemukan

pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-idenya),

dan wawancara tidak terstuktur (merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap

untuk pengumpulan datanya). Penulis melakukan wawancara tidak terstruktur kepada

pemilik perusahaan, 1 karyawan divisi Operasional, 1 karyawan administrasi, 1 karyawan

HR dan 1 karyawan administrasi. Wawancara tidak terstruktur dan terbuka dilakukan

dengan tujuan untuk mendapat informasi mengenai lingkungan internal dan lingkungan

eksternal perusahaan, bagaimana pandangan responden terhadap permasalahan yang

terjadi di perusahaan, serta jobdesc yang dilakukan dari masing-masing karyawan.

Page 17: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

c. Dokumen

Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau laporan. Penulis mendapatkan dokumen berupa laporan keuangan dengan

format tidak resmi yang dimiliki oleh perusahaan. Penulis mengolah kembali data

tersebut untuk menjadi sebuah laporan aliran kas dari tahun 2013 sampai Oktober 2015.

3.4 Pengolahan Data

Penulis akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari perusahaan dengan ketiga

teknik pengumpulan data, lalu data akan dianalisis serta dievaluasi terutama dibagian aliran

kas, melihat gejolak cash flow dimana data tersebut penulis ambil sejak tahun 2013 sampai

bulan Oktober tahun 2015. Setelah itu, penyusunan contingency plan bisa dilaksanakan

berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap laporan aliran kas.

3.5 Operasionalisasi Variabel

Variabel Independen: Contingency Plan

Variabel Depeneden: Aliran Kas Perusahaan

3.6 Objek Penelitian

Dalam penyusunan proposal penilitian ini, penulis meneliti perusahaan yang bergerak

di usaha jual-beli bahan bangunan, dan memiliki fokus pada penjualan produk keramik

lantai yaitu perusahaan Graha Keramikindo Pratama. Perusahaan ini mengutamakan

penjualan B2B atau Buyer to Buyer, dimana konsumen utama dari perusahaan Graha

Keramikindo Pratama ini adalah toko bahan bangunan yang tersebar di seluruh daerah di

Jawa Barat. Namun, perusahaan ini juga melakukan penjualan secara B2C atau Buyer to

Consumer karena tata letak interior kantor yang disusun sedemikian rupa sehingga

terdapat gallery produk dan memudahkan konsumen untuk langsung melakukan

pembelian ditempat.

Contingency Plan Aliran Kas Perusahaan

Page 18: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

3.6.1 Sejarah Perusahaan

Graha Keramikindo Pratama telah berdiri sejak tahun 2000, dengan kantor yang

tersedia di Jalan Pelajar Pejuang 45 pada saat itu. Pada tahun 2008, kantor Graha

Keramikindo Pratama pindah ke alamat Jalan Margacinta III/103A, dan kantor tersebut

memiliki perubahan dalam segi layout dimana tersedia gallery keramik lantai pada pintu

masuk, sehingga konsumen dapat memilih tipe serta model keramik yang tersedia dengan

lebih mudah.

Selain menjadi distributor keramik lantai, Graha Keramikindo Pratama juga menjual

bahan bangunan lainnya seperti granit, asbes, pintu PVC, closet dan juga megaboard.

Graha Keramikindo Pratama memiliki ±20 orang karyawan dan dibagi menjadi 2 divisi

utama yaitu divisi administrasi dan pemasaran. Target market dari Graha Keramikindo

Pratama adalah toko toko bangunan sekitar Jawa Barat, dan sampai saat ini ada sekitar

±300 toko yang menjadi pelanggan Graha Keramikindo Pratama. Omzet perusahaan

Graha Keramikindo Pratama bisa mencapai 1 Miliar rupiah perbulan, dengan margin

keuntungan sekitar 15 – 20%.

Adapun Visi dan Misi Graha Keramikindo Pratama adalah sebagai berikut.

Visi:

Menjadi perusahan nasional distribusi keramik yang tangguh dengan sistem, standar

serta manajemen yang baik.

Misi:

Dapat menjangkau keinginan masyarakat dalam kebutuhan bahan bangunan lantai

keramik serta produk penunjangnya dengan harga yang terjangkau.

Menjalin relasi baik antara pihak eksternal serta antar karyawan

Menjunjung tinggi kejujuran, loyalitas, tatakrama, dan tanggung jawab dalam bekerja

Page 19: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

3.6.2 Cash Flow

Berikut data laporan Cash Flow yang dilampirkan dari tahun 2013 sampai bulan

Oktober tahun 2015.

Gambar 3. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2013

Gambar 4. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2014

Page 20: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Gambar 5. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2015

Berdasarkan laporan aliran kas tersebut:

- cash flow total tahun 2013 yaitu Rp.31,885,821,757

- cash flow total tahun 2014 yaitu Rp. 49,371,900,289

- cash flow total tahun 2015 sampai bulan Oktober yaitu Rp 33,127,573,724

Diharapkan dengan menggunakan contingency planning, aliran kas dari tiap bulan bisa stabil

dan menghasilkan cash flow total per tahun yang tidak memiliki gap yang terlalu jauh.

Adapun perusahaan Graha Keramikindo sendiri menjual beberapa produk bahan bangunan

sebagai berikut:

Nama Produk Jenis Produk Harga Jual Profit Margin

Malta Keramik Lantai Rp.40.000 - 57.500 20%

Mulia Keramik Lantai Rp.34.000 – 49.500 20%

Rant Mulia Keramik Lantai Rp.34.000 – 49.500 20%

Ikad Keramik Lantai,

Granit

Rp. 60.000 –

Rp.200.000

20%

Valentino Granit Rp.110.000/ Dz 25%

Surya Asbes Rp.26.500/ Lembar 15%

Megaboard GRC Rp.47.500/Lembar 15%

Page 21: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Swan Pintu PVC Rp125.000/pc 15%

3.6.3 Analisis Divisional Perusahaan

-Kepala Manajer:

Memiliki jobdesc sebagai pemegang keputusan tertinggi sekaligus pemilik

perusahaan. Pada perusahaan Graha Keramikindo Pratama, tugas kepala manajer adalah

berkoordinasi dan dealing dengan supplier bahan baku, mengecek dan mengobservasi produk

bahan bangunan terbaru di pasar terutama keramik lantai, lalu membantu tim Marketing

untuk menagih piutang yang belum terbayar oleh konsumen.

- Divisi Akunting dan SDM:

Bekerja mencatat arus kas masuk dan keluar tiap harinya, lalu bertugas mengecek tiap

tagihan dari supplier maupun konsumen yang sudah jatuh tempo dan selanjutnya diberikan

kepada tim Marketing untuk segera ditagih. Sistem penagihan di perusahaan Graha

Keramikindo hanya bersyarat 1 bulan, jadi misalnya konsumen tidak bayar dalam waktu 1

bulan maka tim Marketing akan terus-terusan menunggu kepastian dan menagih ke

konsumen terkait. Akibat dari pembayaran yang terlambat, konsumen tersebut untuk

pembelian selanjutnya akan lebih diberatkan dalam down payment bahkan bisa saja ditolak

langsung pesanannya oleh perusahaan Graha Keramikindo Pratama. Dalam jobdesc SDM,

karyawan di divisi ini hanya sekedar controlling dari tiap divisi dan melihat apakah tiap

karyawan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan jobdesc, lalu mengatur penggajian dan

insentif, selanjutnya jika dirasa pekerjaan karyawan divisi lain ada yang kurang baik,

karyawan divisi akunting dan SDM memberi laporan kepada kepala manajer agar ditindak

lanjuti.

-Divisi Pemasaran

Pada divisi ini, seluruh karyawan bertugas untuk berkeliling di sekitar Jawa Barat untuk

mencari konsumen yaitu toko bangunan agar perusahaan Graha Keramikindo Pratama bisa

menjadi supplier toko tersebut. Tugas kedua yaitu membantu tim Akuntansi dan HRD untuk

menagih tagihan yang belum dibayar atau tagihan yang jatuh tempo milik konsumen

perusahaan. Oleh kepala manajer, divisi pemasaran diberi armada berupa 2 mobil dan 2

motor untuk berkeliling di seputar Jawa Barat.

Page 22: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

-Divisi Administrasi

Pada divisi administrasi, karyawan ditugaskan untuk menerima dan melayani pembelian dari

konsumen yang membeli produk langsung ke toko, lalu mencatat pembelian harian tersebut

dan menyetornya ke divisi akunting. Divisi administrasi juga bertugas untuk mengecek surat

jalan barang masuk dari supplier, memberikan surat jalan barang keluar untuk selanjutnya

dikirimkan oleh divisi pengiriman, dan mengatur orang yang melakukan pengiriman serta

biaya pengiriman perusahaan yang terbagi seperti biaya makan, biaya bensin, dan biaya

pokok divisi pengiriman .

-Divisi Gudang

Divisi Gudang bertanggung jawab terhadap penyimpanan seluruh stock produk yang dijual

perusahaan Graha Keramikindo Pratama seperti keramik, granit, asbes, dll. Divisi Gudang

bertugas untuk melakukan stock opname rutin setiap 1 minggu sekali, dan mengatur tata letak

penyimpanan produk agar tidak menghambat mobilitas keluar masuk barang. Pada sektor

pengiriman, tanggung jawabnya adalah menerima surat jalan dari divisi administrasi,

menyiapkan sumber daya manusia beserta armada untuk mengirim produk ke konsumen.

Page 23: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

3.6.4 Struktur Organisasi

Kepala Manajer

Akunting dan SDM

Kepala Administrasi

Kepala pemasaran

Kepala Gudang

Gudang Pengiriman

Salesman

Page 24: Proposal Penelitian Pengaruh Contingency Planning Terhadap Peningkatan Cash Flow Perusahaan

Daftar Pustaka

Stice & Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate, Edisi Keenam Belas, Buku 1, Salemba

Empat, Jakarta.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, “Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 2,” Salemba

Empat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Whitman, M. E., Mattord, H. J., & Austin, R.D., Guide to Firewalls and Network Security:

Intrusion Detection and VPNs © 2009 Course Technology, Boston, MA

Childs, Donna R., & Stefan Dietrich. 2002. Contingency Planning And Disaster Recovery: A

Small Business Guide: John Wiley & Sons Inc. Hoboken, New Jersey.

Sugiyono, 2009, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RD”, Alfabeta, Bandung.