proposal penelitian pengaruh contingency planning terhadap peningkatan cash flow perusahaan
DESCRIPTION
proposal ini dipenuhi sebagai tugas dari penulisTRANSCRIPT
PENYUSUNAN CONTINGENCY PLAN UNTUK MENINGKATKAN CASH FLOW PERUSAHAAN GRAHA KERAMIKINDO PRATAMA
SEMINAR
Diajukan sebagai proposal penelitian untuk Manajemen Stratejik
Oleh:
Jenzo Andika Prasetyo
2012120240
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGANFAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMENBANDUNG
2015
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penilitian
Sebagai manusia, kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat terus bertahan
hidup. Sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan primer manusia. Singkatnya,
sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia sebagai makhluk berbudaya,
pangan merupakan kebutuhan berupa asupan makanan bagi manusia dan papan yaitu
kebutuhan manusia untuk membuat tempat tinggal. Berkaitan dengan kebutuhan akan papan,
awalnya fungsi rumah hanya untuk bertahan diri. Namun lama kelamaan berubah menjadi
tempat tinggal keluarga. Karena itu kebutuhan akan memperindah rumah semakin
ditingkatkan.
Dapat kita ketahui juga bahwa setiap bangunan mempunyai banyak komponen, dimana
salah satu komposisi dominan dari sebuah bangunan adalah lantai, yang sering didominasi
oleh keramik. Dalam industri keramik, Indonesia kini telah masuk dalam lima negara dengan
produksi keramik terbesar di dunia bersama China, India, Spanyol, dan Italia. Pada 2014 lalu,
kapasitas produksi keramik Tanah Air mencapai 490 juta meter persegi. Tahun ini, kapasitas
produksi diprediksi menyentuh angka 550 juta meter persegi.
Dengan menjadi salah satu produsen keramik terbesar di dunia, tentu tidak sedikit
perusahaan di Indonesia yang menjalankan bisnis dalam sektor keramik maupun bahan
bangunan. Menurut data dari pemerintah provinsi Jawa Barat, luas dari areal
pemukiman/perumahan Jawa Barat seluas 3.368 kilometer persegi, dimana hal tersebut tentu
menjadi peluang bisnis baik untuk usaha properti maupun penyedia bahan bangunan.
Hal ini mendorong penulis untuk meneliti perusahaan Graha Keramikindo Pratama, yaitu
perusahaan distributor bahan bangunan yang berfokus pada penjualan lantai keramik
berdomisili di Bandung dan sudah berdiri sejak tahun 2000. Tentu sebuah pencapaian bagi
perusahaan disaat bisnis tersebut sudah berjalan lebih dari 10 tahun, penggunaan strategi
bisnis yang tepat adalah salah satu faktor penting untuk membuat perusahaan terus bertahan
dalam persaingan yang makin lama makin ketat.
Menurut Chandler (Rangkuti, 2000, p3) strategi bisnis merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
serta prioritas alokasi sumber daya. Lalu Menurut Hamel dan Prahalad (Rangkuti, 2000, p4)
strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus-
menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari
“apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Tetapi kecepatan inovasi
pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core
competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Mengacu kepada definisi dari kedua ahli tersebut, strategi bisnis tentu bermacam-macam
bentuknya tergantung dari faktor apa perusahaan ingin mencapainya. Berbagai keputusan
dalam menjalankan strategi bisa diambil oleh perusahaan dan tentu ada resiko dari setiap
keputusan tersebut. Namun dalam implementasinya, tentu perusahaan dapat menghadapi
kondisi tidak terduga yang dapat berdampak secara tidak langsung ke aliran kas atau cash
flow perusahaan.
Kas merupakan salah satu aspek fundamental di dalam perusahaan karena kas merupakan
aset paling likuid yang berfungsi sebagai penggerak operasi rutin perusahaan. Keberadaan
kas dalam perusahaan sangat penting karena tanpa kas, aktivitas operasi perusahaan tidak
dapat berjalan. Perusahaan harus menjaga jumlah kas agar sesuai dengan kebutuhannya. Jika
jumlah kas kurang, maka kegiatan operasional akan terganggu, dan jika terlalu banyak kas,
menyebabkan perusahaan tidak dapat memanfaatkan kas tersebut untuk mendapatkan imbal
hasil yang tinggi (Martani dkk.,2012). Untuk itu, pengelolaan dan pengendalian kas yang
mencakup eksistensi dan ketepatan jumlahnya merupakan hal yang krusial bagi perusahaan.
Menurut Statement of Financial Accounting Concept No. 2 mengenai Quality Character
of Accounting Information, Part 15, terdapat dua hal yang menjadi kualitas primer dalam
suatu laporan keuangan, yaitu relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliability). Relevan
informasi dapat diukur dalam kaitannya dengan maksud penggunaan informasi tersebut.
Artinya, jika suatu informasi terutama pada laporan aliran kas tidak relevan dengan
kebutuhan para pengambil keputusan, maka informasi tersebut tidak ada gunanya. Unsur-
unsur dari relevan adalah nilai prediktif (predictive value), nilai umpan balik (feed back), dan
ketepatan waktu (timeliness). Pada umumnya informasi yang relevan selalu memberikan nilai
prediktif dan nilai umpan balik secara serentak. Umpan balik dari kejadian masa lalu dapat
membantu memperkirakan hasil yang akan diperoleh di masa mendatang.
Agar mendapatkan aliran kas yang tetap positif dan meningkat, diperlukan sebuah
perencanaan dan implementasi yang baik. Dalam hal ini, sebuah contingency planning bisa
menjadi salah satu alat untuk membuat aliran kas tetap positif. Contingency planning adalah
sebuah perencanaan untuk ‘insiden’ tak diduga dan memiliki tujuan utama untuk
restorasi/perbaikan ke mode operasi normal dengan biaya minimum & gangguan ke
aktivitas normal bisnis setelah suatu ‘insiden’ tak terduga terjadi. Maksudnya adalah,
contingency planning membantu untuk mencari solusi dari insiden tidak terduga yang
dihadapi perusahaan dengan perumusan perencanaan dan menganggulangi permasalahan
tersebut dengan menggunakan 4 komponen contingency planning.
Graha Keramikindo Pratama adalah sebuah perusahaan yang membutuhkan restorasi
dalam aliran kas-nya. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dan observasi oleh penulis
terhadap perusahaan dimana pemilik perusahaan pun mengaku bahwa pengeluaran dan
pemasukan perusahaan cenderung tidak stabil dari tahun ke tahun apalagi menghadapi tren
perdagangan bahan bangunan lantai keramik yang makin tahun semakin sulit juga menjaring
banyak konsumen.
Tentu posisi aliran kas atau posisi cash flow adalah sebuah laporan yang memegang
posisi krusial dalam keberlangsungan berjalannya perusahaan. Lalu dalam manajemen juga,
perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain seperti pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak
akan dapat berjalan. Oleh karena itu berdasarkan fenomena yang terjadi, penulis memiliki
ketertarikan lebih lanjut untuk merancang sebuah perencanaan kontingensi dengan memiliki
tujuan agar cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama tetap meningkat dari tahun ke
tahun dan membuat posisi perusahaan tersebut terus bertahan dan bersaing di pasar, sehingga
mendorong penulis untuk meneliti dengan judul “Penyusunan contingency plan untuk
meningkatkan cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, permasalahan dapat
diidentifikasi menjadi:
1. Bagaimana kondisi cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama dalam sisi
operasional dari tahun 2013 sampai bulan Oktober 2015?
2. Bagaimana pengaruh contingency plan terhadap peningkatan cash flow perusahaan
Graha Keramikindo Pratama?
1.3 Tujuan Penilitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui kondisi cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama dalam sisi
operasional dari tahun 2013 sampai bulan November 2015.
2. Mengetahui pengaruh contingency plan yang sudah disusun terhadap peningkatan
cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama.
1.4 Manfaat Penilitian
Bagi perusahaan:
Mendapatkan masukan berupa contingency plan, yang dapat dikaji ulang untuk
diimplementasi dalam perusahaan serta menjadi bahan pengembangan dan perbaikan dalam
meningkatkan cash flow perusahaan Graha Keramikindo Pratama.
Bagi penulis:
Untuk mengembangkan pengetahuan dalam Manajemen Stratejik, pengetahuan dalam
menggunakan contingency plan terhadap cash flow serta menambah wawasan dalam bisnis
perdagangan.
1.5 Kerangka Penilitian
Menurut Muhamad (2009 : 75) kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan
antar variabel dalam suau penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka
logis. Menurut Riduwan (2004 : 25) kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian
yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka pikir memuat
teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam
kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran (1992 : 72)
kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Variabel penelitian diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama
2) Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu
dengan lainnya.
3) Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari
penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka
berpikir apakah hubungan itu positif atau negative.
4) Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antar
variabel itu ada.
5) Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas
melihat hubungan antar variabel.
6) Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar masalah, kemudian
masalah yang diteliti, dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian.
Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau kesimpulan
penelitian. Sebelum ataupun setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka
biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang
akan telah dibuatnya tersebut. Menurut Whitman dkk (2009), tujuan utama contingency plan adalah mengembalikan
kegiatan operasi secara normal dengan biaya yang minimal dan mengembalikan kegiatan
usaha secara normal setelah adanya gangguan pada peristiwa tak terduga. Idealnya, sistem
informasi harus dipastikan tetap tersedia terus menerus meskipun menanggulangi kejadian
tak terduga.
Dalam menyusun perencanaan kontingensi, perusahaan harus mengevaluasi terlebih
dahulu penyebab dari suatu kejadian atau masalah yang terjadi. Setelah itu contingency plan
berperan untuk mengidentifikasi kejadian tersebut agar perusahaan dapat bersiap-siap untuk
menghadapi, mendeteksi, bereaksi & melakukan pemulihan dari ‘insiden’ yang mengancam
perusahaan.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis
BAB II
Landasan Teori
2.1 Manajemen Stratejik
Banyak definisi manajemen stratejik yang pada umumnya menyatakan bahwa
manajemen stratejik merupakan serangkaian keputusan dan tindakan mendasar yang
dibuat oleh manajemen puncak dan diimplementasikan oleh seluruh jajaran suatu
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi tersebut. Definisi manajemen
stratejik menurut Pearce dan Robinson (1997:20): “Manajemen stratejik didefinisikan
sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan (formulasi)
dan pelaksanaan(implementasi) rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran
perusahaan”. Definisi manajemen stratejik menurut Glueck dan Jauch (1998:6) adalah :
“Sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu strategi atau
sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran perusahaan”. Menurut
David (2002:5) manajemen stratejik adalah :“Seni dan pengetahuan untuk merumuskan,
mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat
organisasi mampu mencapai obyektifitasnya”. Menurut J. David Hunger dan Thomas L.
Wheelen, manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial
yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Menurut H. Igor
Ansoff, manajemen stratejik adalah analisis yang logis tentang bagaimana perusahaan
dapat beradaptasi terhadap lingkungan, baik yang berupa ancaman maupun kesempatan
dalam berbagai aktivitasnya.
Manajemen stratejik merupakan suatu proses yang dinamik,
karena berlangsung secara terus-menerus dalam suatu organisasi. Setiap strategi selalu
memerlukan peninjauan ulang dan bahkan mungkin perubahan di masa depan. Salah satu
alasan utama mengapa demikian adalah karena kondisi yang dihadapi oleh suat
uorganisasi, baik yang sifatnya internal maupun eksternal, selalu berubah-ubah pula.
2.2 Cash Flow
Hendriksen ( 2001 ) memformulasikan arus kas satuan usaha sebagai kas yang
dihasilkan oleh perusahaan melalui aktivitas operasi, dikurangi kas yang dihasilkan atau
diinvestasikan dalam pelepasan atau akuisisi property, dikurangi kas yang diinvestasikan
dalam (ditarik dari) sekuritas perusahaan, yakni kenaikan (penurunan) dalam likuiditas.
Secara sederhana arus kas dapat dipahami sebagai arus kas masuk operasi dengan
pengeluaran yang dibutuhkan untuk mempertahankan arus kas operasi di masa
mendatang. Apabila arus kas yang masuk lebih besar dari arus kas yang keluar, hal ini
menunjukkan positif cash flow dan sebaliknya apabila arus kas masuk lebih sedikit
daripada arus kas keluar maka arus kas yang terjadi akan negatif cash flows.
Menurut Harahap (2010 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut:
Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta
surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1) setiap saat dapat ditukar menjadi kas
2) tanggal jatuh temponya sangat dekat
3) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.
Sementara menurut PSAK No. 2 (2009), informasi dari arus kas terakomodasi dalam
bentuk sebuah laporan arus kas perusahaan yang berguna bagi para pengguna laporan
keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas
dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam laporan arus kas terkandung
informasi yang sangat relevan untuk pengambilan keputusan. Arus kas perusahaan
mencerminkan produktivitas operasi yang dilakukan oleh sebah perusahaan bisnis juga
dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan di dalam memenuhi ketersediaan
dana dan likuiditasnya.
Tujuan laporan arus kas adalah memberikan informasi historis tentang perubahan kas
dan setara kas suatu perusahaan pada periode tertentu melalui 3 aktivitas utama suatu
perusahaan bisnis yakni aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (financing). Arus kas
dari aktivitas operasi mengandung pengertian bahwa arus kas yang dihasilkan dan
dikeluarkan oleh perusahaan adalah bersumber dari aktivitas penghasil utama pendapatan
perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas yang lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan pendanaan (IAI, 2012).
Beberapa contoh arus kas yang termasuk dalam aktivitas operasi antara lain :
- Arus kas masuk atau penerimaan kas dari hasil penjualan barang jasa atau
pendapatan lainnya,
- Arus kas keluar atau pengeluaran kas kepada pemasok
- Pembayaran gaji karyawan
Sedangkan arus kas dari aktivitas investasi menurut PSAK 2 (2009) mencerminkan
pengeluaran maupun penerimaan yang terjadi untuk sumber daya yang dimaksudkan
menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan. Beberapa contoh aktivitas investasi
ini antara lain :
- Pembayaran kas untuk membeli aset tetap
- Penerimaan kas dari hasil penjualan aset tetap
- Pembayaran kas untuk membeli instrument utang atau instrument ekuitas
perusahaan lain,
Serta yang dimaksudkan dengan arus kas dari aktivitas pendanaan adalah arus kas
dari aktivitas yang berkaitan dengan liabilitas dan ekuitas perusahaan. Aktivtas
pendanaan berimplikasi pada perubahan jumlah pada modal dan pinjaman perusahaan.
Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan antara lain :
- Penerimaan kas dari penerbitan saham atau instrumen ekuitas lain
- Penerimaan kas dari penerbitan obligasi, wesel, hipotek, pinjaman jangka pendek
dan jangka panjang lainnya
- Pengeluaran kas untuk pelunasan pinjaman
2.2.1 Laporan Cash Flow / Arus Kas
Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi pemakai laporan keuangan
sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dan menilai kebutuhan perusahaan
untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam proses pengambilan keputusan ekonomi,
para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas serta keputusan perolehannya. Perusahaan harus menyusun laporan
arus kas dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dilaporan keuangan untuk periode penyajian laporan keuangan. Agar menghasilkan
keuntungan tambahan, perusahaan harus mempunyai kas untuk ditanamkan kembali.
Keuntungan yang dilaporkan dalam buku belum pasti dalam bentuk kas. Sehingga
dengan demikian perusahaan dapat mempunyai jumlah kas yang lebih besar atau lebih
kecil daripada jumlah keuntungan yang dilaporkan dalam buku.
Menurut Skousen dkk (2009 : 284) Laporan arus kas itu sendiri didefinisikan sebagai
berikut :
“Laporan arus kas (statement of cash flow) adalah laporan keuangan yang melaporkan
jumlah kas yang diterima dan dibayar oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut Harahap (2010 : 257), mengemukakan bahwa :
”Laporan arus kas memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan
pengeluaran kas suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, dengan
mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan : operasi, pembiayaan dan investasi”.
Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa laporan arus kas
merupakan laporan yang menginformasikan arus kas masuk dan arus kas keluar yang
dihasilkan dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan atau
pembiayaan.
2.2.2 Metode Penyusunan Laporan Arus Kas
Menurut Skousen dkk (2009:289) dua metode yang dapat digunakan untuk
menghitung dan melaporkan jumlah arus kas bersih dari aktivitas operasi,
aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan yaitu :
1) Metode langsung
Pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos (atau akun) laporan laba rugi
dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan
sehubungan dengan pos tersebut, dan cara terbaik untuk melakukan metode langsung
adalah mengurutkan secara sistematis daftar pos-pos dilaporan laba rugi dan
menghitung berapa banyak kas yang terkait dengan setiap pos.
2) Metode tidak langsung
Dengan metode tidak langsung, laporan arus kas dimulai dengan laba bersih, yang
memasukkan pengaruh bersih dari seluruh laporan laba rugi, dan kemudian melaporkan
penyesuaian yang diperlukan untuk mengubah seluruh akun laporan laba rugi menjadi
angka-angka arus Kas. Hanya penyesuaian saja yang dilaporkan. Seperti halnya dengan
metode langsung, cara terbaik untuk menampilkan metode tidak langsung adalah
dengan melihat laporan laba rugi akun demi akunnya.
Perbedaan antara kedua metode terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan
operasi. Dengan metode langsung, arus kas dari kegiatan operasional dirinci menjadi
arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk dan keluar dirinci lebih lanjut
dalam beberapa jenis penerimaan atau pengeluaran kas.
Sementara itu dengan metode tidak langsung, arus kas dari opersional ditentukan
dengan cara mengoreksi laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi dengan
beberapa hal seperti biaya penyusutan, kenaikan harta lancar dan hutang lancar serta
laba/rugi karena pelepasan investasi. Arus kas yang berasal dari kegiatan operasional
dirinci menjadi penerimaan dari berbagai sumber yang merupakan kegiatan operasional
dan pengeluaran kas untuk berbagai kegiatan operasional. Arus kas dari kegiatan
investasi dan keuangan juga dirinci menurut jenis-jenis kegiatan yang mengakibatkan
timbulnya penerimaan dan pengeluara kas. Perbedaan antara metode langsung dengan
metode tidak langsung terletak pada penyajian arus kas berasal dari kegiatan operasi,
sementara itu baik aliran kas dari kegiatan investasi dan keuangan adalah sama
penyajiannya.
2.3 Contingency Plan
Kontinjensi (contingency) adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan
segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi (Oxford Dictionary & BNPB,
2011). Sedangkan menurut Childs & Dietrich (2002) kontinjensi adalah:
“The additional effort to be prepared for unexpected or quickly changing
circumstances” (Childs & Dietrich, 2002: 241)
Perencanaan kontinjensi atau contingency plan pada hakikatnya adalah suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi
tersebut. Beberapa lembaga internasional telah memberikan definisi perencanaan
kontinjensi yang lengkap, diantaranya:
1. UNISDR yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses manajemen
yang menganalisis potensi kejadian atau sistuasi tertentu yang bisa mengancam
masyarakat atau lingkungan dan proses menetapkan pengaturan awal, agar mampu
merespon ancaman tersebut secara tepat waktu, efektif, dan sesuai (Vidiarina,
undated).
2. IASC yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses untuk
menentukan tujuan, pendekatan, dan prosedur program untuk menanggapi situasi yang
diperkirakan akan terjadi, termasuk mengidentifikasi kejadian tersebut dan membuat
skenario serta rencana yang tepat untuk mempersiapkan dan menanggapinya secara
efektif (Vidiarina, undated).
3. IFRC yang mendefinisikan perencanaan kontinjensi sebagai proses untuk
menentukan prosedur operasional dalam merespon kejadian khusus atau risiko
berdasarkan pada sumberdaya dan kapasitas yang dimiliki dan memenuhi syarat
sehingga respon bisa dilakukan secara tepat waktu, efektif, dan sesuai (Vidiarina,
undated).
Dari berbagai definisi di atas bisa diketahui bahwa tujuan utama dari perencanaan
kontinjensi adalah untuk meminimalisir dampak dari ketidakpastian dengan melakukan
pengembangan skenario dan proyeksi kebutuhan saat keadaan darurat terjadi. Suatu
rencana kontinjensi mungkin saja tidak pernah diaktifkan jika keadaan yang
diperkirakan tidak pernah terjadi.
Menurut Whitman dkk. (2008), contingency plan memiliki 4 komponen utama, yaitu :
1. BIA – Bussiness Impact Analysis yaitu suatu kegiatan persiapan umum untuk
manajemen resiko
2. IRP – Incident Response Planning berfokus pada tanggapan atau respon pertama
kali saat menghadapi suatu peristiwa tidak terduga.
3. DRP – Disaster Recovery Planning berfokus pada pemulihan operasi pada area
utama setelah bencana terjadi (pemulihan)
4. BCP – Business Continuity Planning memfasilitasi pembentukan operasi di sebuah
situs alternative, rencana yang mengarah pada kelanjutan yang akan ditempuh setelah
kejadian terjadi dengan mempertimbangkan dampaknya pada bisnis
Gambar 2: Komponen Contingency Planning
2.3.1 Penggunaan Contingency Plan
Perencanaan kontinjensi merupakan salah satu dari berbagai rencana yang digunakan
dalam siklus manajemen risiko. Berikut dijelaskan aktivitas yang dilakukan dan
rencana yang digunakan dari tahapan-tahapan siklus manajemen risiko:
Tabel 1: Aktivitas dan Rencana yang Digunakan dalam Siklus Manajemen
Risiko
Siklus Aktivitas RencanaSituasi tidak terjadi
bencana
Pencegahan dan
mitigasiRencana mitigasi
Situasi berpotensi
bencanaKesiapsiagaan Rencana kontinjensi
Terjadi bencana Tanggap darurat Rencana operasi
Setelah terjadi
bencanaPemulihan Rencana pemulihan
Sumber: BNPB (2011)
Dari tabel di atas bisa dilahat bahwa perencanaan kontinjensi dilakukan ketika
terdapat potensi untuk terjadinya bencanan atau pada tahap aktivitas kesiapsiagaan.
Siklus manajemen risiko tersebut (termasuk perencanaan kontijensi) selain digunakan
dalam pengelolaan bencana berbasis kewilayahan, biasanya juga digunakan dalam
bidang militer, bisnis, dan proyek pembangunan infrastruktur.
BAB III
Metode dan Objek Penilitian
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian berguna untuk mengetahui bagaimana langkah penelitian
seharusnya dilakukan, Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatu
pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan
data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat
penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Menurut Sekaran & Bougie (2010:108),
penelitian deskriptif berusaha menggambarkan mengenai suatu situasi yang terjadi dengan
cara mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data untuk dapat menarik suatu
kesimpulan. Penulis berusaha menarik kesimpulan dengan mencari fakta dari perusahaan
Graha Keramikindo Pratama.
3.2 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Data primer ini diperoleh langsung
dari hasil wawancara terhadap pemilik perusahaan dan representatif karyawan dari
tiap divisi dalam perusahaan Graha Keramikindo Pratama serta observasi yang
dilakukan penulis terhadap kondisi lingkungan internal maupun lingkungan eksternal
perusahaan.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan informasi
secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil
pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari
orang lain (Sugiyono, 2012:225). Data sekunder bisa berupa laporan penjualan, data
pelanggan tiap periode waktu, serta laporan seperti operational cash flow dari tahun
2013 sampai tahun 2015 bulan Oktober yang penulis dapatkan dari data yang diolah
kembali dari perusahaan Graha Keramikindo Pratama.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan 3 teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu:
a. Observasi
Nasution, dalam Sugiyono (2012:226) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta
mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Penulis melakukan
observasi di lokasi objek penelitian yaitu di kantor Graha Keramikindo Pratama,
Bandung. Observasi yang dilakukan adalah melihat kondisi lokasi objek penelitian
dengan cara mengamati proses kegiatan operasional di Gudang, kegiatan direct selling di
toko, koordinasi antar divisi, serta kondisi lingkungan di sekitar lokasi.
b. Wawancara
Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Mengemukakan beberapa macam
wawancara yaitu wawancara terstruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi
apa yang akan diperoleh sehingga peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan), wawancara semi
terstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan bertujuan untuk menemukan
pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden dimintai pendapat dan ide-idenya),
dan wawancara tidak terstuktur (merupakan wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya). Penulis melakukan wawancara tidak terstruktur kepada
pemilik perusahaan, 1 karyawan divisi Operasional, 1 karyawan administrasi, 1 karyawan
HR dan 1 karyawan administrasi. Wawancara tidak terstruktur dan terbuka dilakukan
dengan tujuan untuk mendapat informasi mengenai lingkungan internal dan lingkungan
eksternal perusahaan, bagaimana pandangan responden terhadap permasalahan yang
terjadi di perusahaan, serta jobdesc yang dilakukan dari masing-masing karyawan.
c. Dokumen
Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen
merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau laporan. Penulis mendapatkan dokumen berupa laporan keuangan dengan
format tidak resmi yang dimiliki oleh perusahaan. Penulis mengolah kembali data
tersebut untuk menjadi sebuah laporan aliran kas dari tahun 2013 sampai Oktober 2015.
3.4 Pengolahan Data
Penulis akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari perusahaan dengan ketiga
teknik pengumpulan data, lalu data akan dianalisis serta dievaluasi terutama dibagian aliran
kas, melihat gejolak cash flow dimana data tersebut penulis ambil sejak tahun 2013 sampai
bulan Oktober tahun 2015. Setelah itu, penyusunan contingency plan bisa dilaksanakan
berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap laporan aliran kas.
3.5 Operasionalisasi Variabel
Variabel Independen: Contingency Plan
Variabel Depeneden: Aliran Kas Perusahaan
3.6 Objek Penelitian
Dalam penyusunan proposal penilitian ini, penulis meneliti perusahaan yang bergerak
di usaha jual-beli bahan bangunan, dan memiliki fokus pada penjualan produk keramik
lantai yaitu perusahaan Graha Keramikindo Pratama. Perusahaan ini mengutamakan
penjualan B2B atau Buyer to Buyer, dimana konsumen utama dari perusahaan Graha
Keramikindo Pratama ini adalah toko bahan bangunan yang tersebar di seluruh daerah di
Jawa Barat. Namun, perusahaan ini juga melakukan penjualan secara B2C atau Buyer to
Consumer karena tata letak interior kantor yang disusun sedemikian rupa sehingga
terdapat gallery produk dan memudahkan konsumen untuk langsung melakukan
pembelian ditempat.
Contingency Plan Aliran Kas Perusahaan
3.6.1 Sejarah Perusahaan
Graha Keramikindo Pratama telah berdiri sejak tahun 2000, dengan kantor yang
tersedia di Jalan Pelajar Pejuang 45 pada saat itu. Pada tahun 2008, kantor Graha
Keramikindo Pratama pindah ke alamat Jalan Margacinta III/103A, dan kantor tersebut
memiliki perubahan dalam segi layout dimana tersedia gallery keramik lantai pada pintu
masuk, sehingga konsumen dapat memilih tipe serta model keramik yang tersedia dengan
lebih mudah.
Selain menjadi distributor keramik lantai, Graha Keramikindo Pratama juga menjual
bahan bangunan lainnya seperti granit, asbes, pintu PVC, closet dan juga megaboard.
Graha Keramikindo Pratama memiliki ±20 orang karyawan dan dibagi menjadi 2 divisi
utama yaitu divisi administrasi dan pemasaran. Target market dari Graha Keramikindo
Pratama adalah toko toko bangunan sekitar Jawa Barat, dan sampai saat ini ada sekitar
±300 toko yang menjadi pelanggan Graha Keramikindo Pratama. Omzet perusahaan
Graha Keramikindo Pratama bisa mencapai 1 Miliar rupiah perbulan, dengan margin
keuntungan sekitar 15 – 20%.
Adapun Visi dan Misi Graha Keramikindo Pratama adalah sebagai berikut.
Visi:
Menjadi perusahan nasional distribusi keramik yang tangguh dengan sistem, standar
serta manajemen yang baik.
Misi:
Dapat menjangkau keinginan masyarakat dalam kebutuhan bahan bangunan lantai
keramik serta produk penunjangnya dengan harga yang terjangkau.
Menjalin relasi baik antara pihak eksternal serta antar karyawan
Menjunjung tinggi kejujuran, loyalitas, tatakrama, dan tanggung jawab dalam bekerja
3.6.2 Cash Flow
Berikut data laporan Cash Flow yang dilampirkan dari tahun 2013 sampai bulan
Oktober tahun 2015.
Gambar 3. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2013
Gambar 4. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2014
Gambar 5. Cash Flow perusahaan GKP tahun 2015
Berdasarkan laporan aliran kas tersebut:
- cash flow total tahun 2013 yaitu Rp.31,885,821,757
- cash flow total tahun 2014 yaitu Rp. 49,371,900,289
- cash flow total tahun 2015 sampai bulan Oktober yaitu Rp 33,127,573,724
Diharapkan dengan menggunakan contingency planning, aliran kas dari tiap bulan bisa stabil
dan menghasilkan cash flow total per tahun yang tidak memiliki gap yang terlalu jauh.
Adapun perusahaan Graha Keramikindo sendiri menjual beberapa produk bahan bangunan
sebagai berikut:
Nama Produk Jenis Produk Harga Jual Profit Margin
Malta Keramik Lantai Rp.40.000 - 57.500 20%
Mulia Keramik Lantai Rp.34.000 – 49.500 20%
Rant Mulia Keramik Lantai Rp.34.000 – 49.500 20%
Ikad Keramik Lantai,
Granit
Rp. 60.000 –
Rp.200.000
20%
Valentino Granit Rp.110.000/ Dz 25%
Surya Asbes Rp.26.500/ Lembar 15%
Megaboard GRC Rp.47.500/Lembar 15%
Swan Pintu PVC Rp125.000/pc 15%
3.6.3 Analisis Divisional Perusahaan
-Kepala Manajer:
Memiliki jobdesc sebagai pemegang keputusan tertinggi sekaligus pemilik
perusahaan. Pada perusahaan Graha Keramikindo Pratama, tugas kepala manajer adalah
berkoordinasi dan dealing dengan supplier bahan baku, mengecek dan mengobservasi produk
bahan bangunan terbaru di pasar terutama keramik lantai, lalu membantu tim Marketing
untuk menagih piutang yang belum terbayar oleh konsumen.
- Divisi Akunting dan SDM:
Bekerja mencatat arus kas masuk dan keluar tiap harinya, lalu bertugas mengecek tiap
tagihan dari supplier maupun konsumen yang sudah jatuh tempo dan selanjutnya diberikan
kepada tim Marketing untuk segera ditagih. Sistem penagihan di perusahaan Graha
Keramikindo hanya bersyarat 1 bulan, jadi misalnya konsumen tidak bayar dalam waktu 1
bulan maka tim Marketing akan terus-terusan menunggu kepastian dan menagih ke
konsumen terkait. Akibat dari pembayaran yang terlambat, konsumen tersebut untuk
pembelian selanjutnya akan lebih diberatkan dalam down payment bahkan bisa saja ditolak
langsung pesanannya oleh perusahaan Graha Keramikindo Pratama. Dalam jobdesc SDM,
karyawan di divisi ini hanya sekedar controlling dari tiap divisi dan melihat apakah tiap
karyawan mengerjakan pekerjaannya sesuai dengan jobdesc, lalu mengatur penggajian dan
insentif, selanjutnya jika dirasa pekerjaan karyawan divisi lain ada yang kurang baik,
karyawan divisi akunting dan SDM memberi laporan kepada kepala manajer agar ditindak
lanjuti.
-Divisi Pemasaran
Pada divisi ini, seluruh karyawan bertugas untuk berkeliling di sekitar Jawa Barat untuk
mencari konsumen yaitu toko bangunan agar perusahaan Graha Keramikindo Pratama bisa
menjadi supplier toko tersebut. Tugas kedua yaitu membantu tim Akuntansi dan HRD untuk
menagih tagihan yang belum dibayar atau tagihan yang jatuh tempo milik konsumen
perusahaan. Oleh kepala manajer, divisi pemasaran diberi armada berupa 2 mobil dan 2
motor untuk berkeliling di seputar Jawa Barat.
-Divisi Administrasi
Pada divisi administrasi, karyawan ditugaskan untuk menerima dan melayani pembelian dari
konsumen yang membeli produk langsung ke toko, lalu mencatat pembelian harian tersebut
dan menyetornya ke divisi akunting. Divisi administrasi juga bertugas untuk mengecek surat
jalan barang masuk dari supplier, memberikan surat jalan barang keluar untuk selanjutnya
dikirimkan oleh divisi pengiriman, dan mengatur orang yang melakukan pengiriman serta
biaya pengiriman perusahaan yang terbagi seperti biaya makan, biaya bensin, dan biaya
pokok divisi pengiriman .
-Divisi Gudang
Divisi Gudang bertanggung jawab terhadap penyimpanan seluruh stock produk yang dijual
perusahaan Graha Keramikindo Pratama seperti keramik, granit, asbes, dll. Divisi Gudang
bertugas untuk melakukan stock opname rutin setiap 1 minggu sekali, dan mengatur tata letak
penyimpanan produk agar tidak menghambat mobilitas keluar masuk barang. Pada sektor
pengiriman, tanggung jawabnya adalah menerima surat jalan dari divisi administrasi,
menyiapkan sumber daya manusia beserta armada untuk mengirim produk ke konsumen.
3.6.4 Struktur Organisasi
Kepala Manajer
Akunting dan SDM
Kepala Administrasi
Kepala pemasaran
Kepala Gudang
Gudang Pengiriman
Salesman
Daftar Pustaka
Stice & Skousen. 2009. Akuntansi Intermediate, Edisi Keenam Belas, Buku 1, Salemba
Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, “Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 2,” Salemba
Empat, Jakarta.
Harahap, Sofyan Syafri. 2010. Teori Akuntansi Edisi Revisi. Raja Grafindo Persada : Jakarta
Whitman, M. E., Mattord, H. J., & Austin, R.D., Guide to Firewalls and Network Security:
Intrusion Detection and VPNs © 2009 Course Technology, Boston, MA
Childs, Donna R., & Stefan Dietrich. 2002. Contingency Planning And Disaster Recovery: A
Small Business Guide: John Wiley & Sons Inc. Hoboken, New Jersey.
Sugiyono, 2009, “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan RD”, Alfabeta, Bandung.