proposal skripsi 1 (repaired)
TRANSCRIPT
METODE PENINGKATAN KUALITAS PADA PEMBUATAN
GARAM “BLEDUG KUWU”
Oleh:
Dwi Sudarwati
4311410037
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia.Garam sangat diperlukan
tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai penyakit,
termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi). Selain itu garam juga digunakan untuk
mengawetkan makanan dan sebagai bumbu (Wikipedia).
Garam adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin. Biasanya garam dapur
yang tersedia secara umum adalah Natrium Klorida (NaCl) yang dihasilkan oleh air laut.
Adapula garam tanah yaitu garam yang tidak berasal dari laut. Ada dua daerah di Jawa
Tengah yaitu Desa Juana dan Kelurahan Kuwu Kabupaten Grobogan. Garam yang
dihasilkan tidak terbuat dari air laut, karena letaknya yang jauh dari laut (BPPI, 1984:7).
Garam sangat diperlukan oleh tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan
dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi). Selain
itu garam juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Setiap
manusia pada umumnya mengonsumsi garam dengan jumlah yang berbeda-beda
tergantung kebiasaan masing-masing individu. Untuk mencegah penyakit gondok, garam
dapur juga sering ditambah dengan yodium.
Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan
gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan)
garam menggunakan garam iodide atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya. Pemilihan
garam sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur yang pasti
digunakan dirumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan dalam industry
pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program gaki akan tinggi. Selain itu, didukung
sifat kelarutan garam yang mudah larut dalam air, yaitu sekitar 24 gram/100 ml.
Iodium merupakan mineral yang diperlukan oleh tubuuh dalam jumlah relative
kecil, tetapi mempunyai peranan yang sangat penting untuk pembentukan hormone
tiroksin. Hormone tiroksin ini sangat berperan dalam metabolism di dalam tubuh.
Kekurangan iodium dapat berakibat buruk bagi manusia, akibat yang dapat ditimbulkan
antara lain, berkurangnya tingkat kecerdasan, pertumbuhan terhambat, penyakit gondok,
kretin endemic (cebol), berkurangnya kemampuan mental dan psikologi, meningkatnya
angka kematian prenatal, serta keterlambatan perkembangan fisik anak (lambat dalam
pengangkat kepala, tengkurap dan berjalan) (Hendrawan, 2000).
Tanpa adanya proses pemurnian maka, garam dapur yang dihasilkan melalui
penguapan air laut masih bercampur dengan senyawa lain yang terlarut, eperti MgCl2,
MgSO4, CaSO4, CaCO3, dan KBr, KCl dalam jumlah kecil. Dengan demikian metode
rekristalisasi langsung garam dapur belum dapat menghasilkan natrium klorida dengan
kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kajian tentang metode
pemurnian garam dapur melalui rekristalisasi sehingga effektifitas metode rekristalisasi
garam dapur dapat lebih optimal. Salah satu cara yang dapat digunakan dengan
menambahkan bahan pengikat impurities (pengotor) sebelum rekristalisasi dilakukan
(Mulyani,2010).
Garam dapur sebagai garam konsumsi harus memenuhi syarat standar mutu yang
telah ditetapkan. Garam dapur harus mempunyai kenampakan yang bersih, berwarna putih,
tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak terkomtaminasi oleh timbal dan logam
berat lainnya. Sistem penggaraman rakyat terutama pada pembuatan garam bledug kuwu
sampai saat ini menggunakan kristalisasi total sehingga produktifitas dan kualitasnya
masih rendah. Oleh karena itu adanya permasalahan ini peneliti melakukan meningkatkan
kualitas garam bledug kuwu dengan penambahan iodisasi untuk menghasilkan kualitas
garam bledug kuwu bermutu tinggi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang akan
dibahas adalah: “Bagaimana pengaruh bahan pengikat impurities BaCO3, NaOH dan
Na2CO3 terhadap kadar NaCl dalam pembuatan garam dapur sebelum proses kristalisasi air
“Bledug Kuwu”?”
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pada perbandingan berapa penambahan bahan pengikat
impurities dapat menghasilkan kadar NaCl sesuai standar SNI.
2. Untuk membandingkan hasil pada variasi dengan penambahan bahan pengikat
impurities BaCO3, NaOH dan Na2CO3.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas garam “Bledug
Kuwu” pada pembuatan garam dapur.
2. Menambah pengetahuan dan penerapan teori-teori yang telah diterima selama
perkuliahan serta memberikan gambaran tentang peningkatan kualitas mutu garam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Garam Dapur
Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan
pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia
termasuk Negara maritime, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati,
termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam
dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak import dari luar
negri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri.
Bledug kuwu berupa kawah lumpur (bledug) yang dinamakan Bledug Kuwu karena
berlokasi di desa Kuwu. Kawah ini secara berkala melepaskan lumpur mineral dalam
bentuk letupan. Oleh penduduk setempat lumpur ini dimanfaatkan mineralnya untuk
pembuatan konsentrat garam yang disebut bleng. Lumpur dari kawah ini airnya
mengandung garam, oleh masyarakat setempat dimanfaatkan untuk dipakai sebagai bahan
pembuat garam secara tradisional. Caranya adalah dengan menampung air dari bledug itu
ke dalam glagah, lalu dikeringkan (Wikipedia).
Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionic yang terdiri dari ion positif (kation)
dan ion negative (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam
terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa
senyawa anorganik seperti klorida (Cl-), dan bias juga berupa senyawa organik seperti
asetat (CH3COO-) dan ion monoatomik seperti fluoride (F-), serta ion poliatomik seperti
sulfat (SO42-).
Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam. Ada banyak
macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika
dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan
membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam
yang bukan garam asam maupun garam basa. Larutan Zwitterion mempunyai sebuah
anionik dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi tidak disebut sebagai garam.
Contohnya adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein.
Garam dapur adalah sejenis mineral yang lazim dimakan manusia. Bentuknya
Kristal putih, seringkali dihasilkan dari air laut. Biasanya garam dapur yang tersedia secara
umum adalah Natrium Klorida (NaCl).
Garam sangat diperlukan oleh tubuh, namun bila dikonsumsi secara berlebihan
dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk tekanan darah tinggi. Selain itu garam
juga digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk mencegak
penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi Iodium.
2.2. Kegunaan Garam
2.2.1. Garam Konsumsi
Garam dapur merupakan media yang telah lama digunakan untuk pemberantasan
gangguan akibat kekurangan iodium (gaki), yaitu dengan proses fortifikasi (penambahan)
garam menggunakan garam iodide atau iodat seperti KIO3, KI, NaI, dan lainnya.
Pemilihan garam sebagai media iodisasi didasarkan data, garam merupakan bumbu dapur
yang pasti digunakan di rumah tangga, serta banyak digunakan untuk bahan tambahan
dalam industry pangan, sehingga diharapkan keberhasilan program gaki akan tinggi. Selain
itu, didukung sifat kelarutan garam yang mudah larut dalam air, yaitu sekitar 24 gram/100
ml.
2.2.2 Oralit
Oralit merupakan produk kesehatan yang dikonsumsi saat mengalami diare.
Kandungan oralit yang utama adalah campuran antara NaCl dengan gula (glukosa atau
sukrosa). Fungsi oralit yang utama adalah menjaga keseimbangan jumlah cairan dan
mineral dalam tubuh. Oralit merupakan satu-satunya obat yang dianjurkan untuk mengatasi
diare yang menyebabkan banyak kehilangan cairan tubuh. Oralit tidak menghentikan diare,
tetapi mengganti cairan tubuh yang hilang bersama tinja. Dengan mengganti cairan tubuh
tersebut, terjadinya dehidrasi dapat dihindarkan.
2.2.3 Minuman Kesehatan
Produk minuman kesehatan terutama dirancang sebagai produk minuman untuk
mengembalikan kesegaran tubuh dan mengganti mineral-mineral yang keluar bersama
keringat dari tubuh selama proses metabolism atau aktivitas olah raga yang berat.
Umumnya produk-produk minuman kesehatan selain mengandung pemanis dan zat aktif,
juga mengandung mineral-mineral dalam bentuk ion seperti ion natrium (Na+), kalium
(K+), magnesium (Mg++), Kalsium (Ca++), karbonat-bikarbonat (CO32- dan HCO3
2-), dan
Klorida (Cl-).
2.3. Mekanisme Reaksi
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemurnian garam dapur
adalah dengan menambahkan bahan pengikat impurities. Bahan pengikat impurities
sengaja ditambahkan ke dalam air laut pada proses pembuatan garam dapur untuk
mengikat pengotor-pengotor yang ada. Bahan pengikat tersebut berupa BaCO3,, NaOH, dan
Na2CO3. Bahan tersebut akan membentuk garam yang sukar larut dalam air. Pada proses
penambahan bahan pengikat reaksi yang terjadi adalah:
1. NaOH(aq) → Na (aq) + OH- (aq)
Mg2+(aq) + OH-
(aq) → Mg(OH)2(aq) ↓ Endapan putih
Fe3+(aq) + 3OH-
(aq) → Fe(OH)3(s) ↓ (Vogel, 1990: 261)
(coklat kemerahan)
Ksp Fe(OH)3(s) : 1.10-36 (Day dan Underwood, 1986:677)
2. Na2CO3 + Mg2+ → MgCO3 ↓ (putih)
CaSO4 + Na2CO3 → CaCO3 ↓ + Na2SO4 (putih)
Ksp CaCO3 : 5.10-9 (Day dan Underwood,1986:677)
Ksp MgCO3: 1.10-5 (Day dan Underwood,1986:677)
2.4. Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Garam.
Garam dapur sebagai garam konsumsi harus memenuhi syarat standar mutu yang
telah ditetapkan. Garam dapur harus mempunyai kenampakan yang bersih, berwarna putih
tidak berbau, tingkat kelembaban rendah dan tidak terkontaminasi oleh timbale dan logam
berat lainnya (Warlan,dkk.2010).
Tabel. 1 Komposisi garam dapur menurut SNI 01-3556-2000
Senyawa Kadar
Natrium Klorida Min 94,7%
Air Maks 5%
Iodium sebagai KI Min 30 mg/Kg
Logam timbal (Pb) Maks 10,0 mg/Kg
Logam tembaga (Cu) Maks 10,0 mg/Kg
Logam air raksa (Hg) Maks 0,1 mg/Kg
Logam arsen Maks 0,5 mg/Kg
Ca Maks 2,0 mg/Kg
Mg Maks 2,0 mg/Kg
Fe Maks 2,0 mg/Kg
Garam beriodium yang dianjurkan untuk di konsumsi manusia adalah yang
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu berdasarkan SNI NO. 01 3556.2.2000
tahun 1994 dalam SNI kadar yodium dalam garam ditentukan sebesar 30-80 ppm dalam
bentuk KIO3 hal ini dikaitkan dengan jumlah garam yang dikonsumsi tiap orang per hari
adalah 6-10 gram. (Palupi,2004).
2.5. Kristalisasi
Kristalisasi adalah proses pembentukan fase padat (kristal) komponen tunggal dari
fase cair (larutan) yang multi komponen, dan dilakukan dengan cara pendinginan,
penguapan dan kombinasi pendinginan dan penguapan. Proses pembentukan Kristal
dilakukan dalam tiga tahap, yaitu:
1. pencapaian kondisi lewat jenuh (supersaturation)
2. pembentukan inti Kristal (nucleation)
3. pertumbuhan inti Kristal menjadi Kristal (crystal growth).
Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan, penguapan dan
penambahan presipitan. Pembentukan inti Kristal terjadi setelah kondisi lewat jenuh
(supersaturation) tercapai. Proses kristalisasi dapat ditingkatkan kinerjanya dengan
penambahan Kristal biji Kristal (seed). Tujuan penambahan seed dalam proses
kristalisasi adalah untuk membantu mempercepat kondisi lewat jenuh larutan garam
dan juga dapat menginduksi pembentukan Kristal lebih banyak.
Metode yang sering digunakan dalam proses kristalisasi adalah metode
pendinginan dan metode penguapan. Untuk mempercepat pertumbuhan Kristal maka
dapat menambahkan seed. Seed tersebut di gantung dengan benang dan diletakkan
tepat ditengah-tengah larutan (William, 1970:246 dalam Mulyani, 2010)
2.6. Bahan Pengikat Impurities (Pengotor)
Bahan pengikat impurities adalah bahan yang dapat mengikat zat-zat asing yang
keberadaannya tidak dikehendaki dalam zat murni. Air laut sebagai bahan baku pembuatan
garam dapur selain mengandung NaCl juga mengandung garam-garam terlarut lainnya
sebagai Impurities (pengotor). Pengotor ini biasanya berasal dari ion Ca 2+, CO32-. SO4
2-, Fe 3+ dan Mg 2+.
Impurities dari kalsium biasanya dalam bentuk gips. Kristal gips sangat hals dan
mengendap sangat lambat sehingga pada masa pembentukan Kristal NaCl, gips ikut
terkristalkan. Hal ini terjadi penyebab garam yang diperoleh dari penguapan air laut
dengan tenaga sinar matahari kemurniannya lebih rendah dibandingkan dengan penguapan
buatan. Senyawa magnesium terdapat dalam larutan induk (mother liquor) yaitu larutan
sisa pengendapan NaCl. Senyawa ini menyebabkan sifat higroskopis garam menjadi besar
dan rasanya menjadi pahit (Djoko, 1995:5 dalam Mulyani, 2010).
2.7. Inductively Coupled Plasma (ICP)
Inductively Coupled Plasma (ICP) adalah sebuah teknik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
3.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. ( Arikunto, 2006:130). Populasi
dalam penelitian ini adalah air garam tanah dengan kepekatan 24,50 Be dari Bledug Kuwu
Jawa Tengah.
3.1.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. (Arikunto,2006:131)
Sampel dalam penelitian ini adalah air tua dari Bledug Kuwu Purwodadi Jawa Tengah.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. (Arikunto, 2006:118)
3.2.1 Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kadar NaCl garam bledug kuwu yang
dihasilkan.
3.2.2 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu bahan pengikat berupa BaCO3, NaOH dan
Na2CO3
3.2.3 Variabel terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini yaitu derajat kepekatan air garam tanah
(0Be).
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Inductively Couple Plasma (ICP)
b. Stopwatch
c. Oven merk Memmert
d. Cawan Porselen
e. Botol sampel
f. Pipet tetes
g. Pipet volume 10 ml Iwaki pyrex
h. Corong dan pengaduk
i. Kertas saring (whatman 42)
j. Labu ukur 50mL, 100mL, 250mL
k. Gelas ukur 10mL, 100mL
l. Erlenmeyer 250 mL
m. Beaker glass 100 mL, 250 mL Iwaki Pyrex
n. Baumeter
3.3.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. NaOH (teknis), Mr = 40 g/mol
b. Na2CO3 (teknis), Mr = 106 g/mol
c. NaCl (p.a. Merck), kadar 99,5 %, Mr = 58,44 g/mol
d. HCl pekat 37 %, ρ = 1,19 Kg/L
e. Aquadest
3.3.2. Preparasi Air Garam Tanah
Sampel air Bledug Kuwu yang digunakan, sebelum dikristalkan ditentukan terlebih
dahulu kepekatannya menggunakan baumeter. Selanjutnya sampel air Bledug Kuwu
diuapkan dibawah sinar matahari sehingga kepekatannya mencapai 24,50 Be.
3.3.3. Pembuatan Larutan
1. Larutan NaCl standar
Menimbang sebanyak 0,2922 g NaCl (p.a) dimasukan dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
2. Larutan NaOH 0,5 M
Menimbang sebanyak 2 g NaOH dimasukan dalam labu takar 100 mL, kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
3. Larutan NaOH 1,0 M
Menimbang sebanyak 4 g NaOH dimasukan dalam labu takar 100 mL, kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
4. Larutan NaOh 1,5 M
Menimbang sebanyak 6 g NaOH dimasukan dalam labu takar 100 mL, kemudian
diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
5. Larutan Na2CO3 0,5 M
Menimbang sebanyak 5,3 g Na2CO3 dimasukan dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
6. Larutan Na2CO3 1,0 M
Menimbang sebanyak 10,6 g Na2CO3 dimasukan dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
7. Larutan Na2CO3 1,5 M
Menimbang sebanyak 15,9 g Na2CO3 dimasukan dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
8. Larutan HCl 0,1 M
Mengukur sebanyak 0,8280 mL HCl dimasukan dalam labu takar 100 mL,
kemudian diencerkan dengan aquadest sampai tanda.
3.3.4. Kristalisasi tanpa Penambahan Bahan Pengikat Impurities
Sebanyak 50 mL air tua dengan kepekatan 24,5 0 Be. Dimasukan dalam cawan petri
100 mL kemudian diuapkan sampai kering. Kristal yang diperoleh ditimbang, dihitung
kadar airnya, kadar impurities yaitu Ca2+, Mg2+ dan kadar NaClnya.
3.3.5 Kristalisasi dengan Penambahan Bahan Pengikat Impurities
50 mL air garam tanah dalam gelas kimia diukur kepekatannya. Menambahkan
NaOH (0,5;1,0;1,5)M dan Na2CO3 (0,5;1,0;1,5)M ke dalam larutan, sampai tidak terbentuk
endapan lagi. Larutan dibiarkan 10 menit, kemudian larutan disaring dan filtratnya
dinetralkan dengan HCl encer (diuji dengan kertas indicator universal). Larutan diuapkan
sampai kering. Kristal yang diperoleh kemudian ditimbang, dihitung kadar air, kadar
pengotor dan kadar NaClnya (Jumaeri dan Warlan, 2003).
3.3.6 Karakterisasi Sampel Garam
3.3.6.1 Penentuan Kadar NaCl
Kadar NaCl ditentukan dengan cara titrasi argentometri. Metode yang digunakan
adalah metode Mohr. Sampel garam bledug ditimbang sebanyak 0,025 gram dalam botol
timbang kemudian ditambahkan aquadest hingga volume 10 ml sambil dikocok-kocok dan
diperiksa pH larutan tersebut. Bila terlalu asam ditambahkan larutan NaHCO3 0,1 M tetes
demi tetes sampai netral, bila terlalu basa ditambahkan larutan HNO3 0,1 M tetes demi
tetes sampai netral. Kemudian ditambah 1 ml indicator K2CrO4 5 %. Larutan dititrasi
dengan larutan AgNO3 yang telah distandarisasi sampai warna merah coklat dan dihitung
kadarnya.
Keterangan : V = Volume rata-rata AgNO3 yang diperoleh dari hasil titrasi
N = Normalitas AgNO3
58,46 = Mr NaCl
Wg = Berat Garam
(Day dan Underwood, 1986:603 dalam Mulyani, 2010)
3.3.6.2. Penentuan Kadar Air
Sampel garam ditimbang 2 gram dalam botol timbang, lalu dikeringkan pada suhu
110oC selama 2 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang hasilnya.
Kadar air ditentukan sebelum dan sesudah garam murnikan dengan bahan pengikat
impurities (Anonim, 1989: 9 dalam Mulyani, 2010)
Kadar air =
Keterangan :
Berat kering = Berat sampel garam bledug yang telah dikeringkan dalam oven
Berat sampel = Berat sampel garam bledug yang belum dikeringkan.
3.3.6.3. Penentuan Kadar Ion Pengotor
Ion-ion yang akan ditentukan adalah ion Fe3+, ion Ca2+ dan ion Mg 2+. Kadar ion
pengotor ditentukan dengan menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP). Penentuan
dilakukan dengan mengukur absorbansi dari masing-masing ion kemudian diplotkan dalam
kurva kalibrasi.
3.4. Analisa Data
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif setelah memperoleh
cara perlakuan yang optimal. Kadar NaCl diperbandingkan untuk memperoleh hasil
pengurangan impurities yang optimal. Hasil kristalisasi yang menghasilkan kadar NaCl
tertinggi selanjutnya dianalisis pola difraksinya. Untuk memperolah efektifitas hasil
kristalisasi tanpa penambahan bahan pengikat pengotor dibandingkan karakterisasinya
dengan kristalisasi menggunakan bahan pengikat impurities. Kemurnian Kristal garam
bledug ditentukan dengan membandingkan antara difraktogram garam hasil kristalisasi
dengan NaCl murni menurut standar JCPDS (join commite for powder diffraction
standart).
3.5 Daftar Pustaka
Jumaeri & Warlan, S. 2003. Pemurnian Garam Dapur Menuju Kualitas Industri Melalui
Metode Rekristalisasi dengan Menggunakan Bahan Pengikat Impurities.
Semarang: Unnes.
http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_%28kimia%29
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=16&cad=rja&ved=0CDUQFjAFOAo&url=http
%3A%2F%2Fselvyfransisca.files.wordpress.com
%2F2011%2F07%2Fgaram.docx&ei=UnffUta7J8SHrAeQ54GADg&usg=AFQjCNGV4C
VcYymCnm48LQwOolrc6COf8A&sig2=qrHct-
qv5sgIcFLHOi9rYg&bvm=bv.59568121,d.bmk
http://titrasi.wordpress.com/2011/10/13/inductively-coupled-plasma-icp/
http://id.wikipedia.org/wiki/Garam_dapur
http://penyuluhankelautanperikanan.blogspot.com/2013/06/garam.html