proposal teh dan coklat dalam persalinan kala i
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan SDKI tahun 2007, dari seluruh persalinan 64 %
tidak mengalami komplikasi, persalinan lama 31 %, perdarahan berlebih
7 %, infeksi 5 %. Untuk Bayi meninggal dalam satu bulan setelah
dilahirkan 39 % karena komplikasi termasuk persalinan lama 30 %,
perdarahan berlebih 12 %, dan infeksi 10 % (Pusdiknakes, 2007). Partus
lama merupakan indikasi yang paling utama untuk melakukan
persalinan dengan tindakan. Hal ini sering disebabkan oleh gangguan
kontraksi uterus his yang tidak adekuat pada saat persalinan kala I,
selain faktor nutrisi saat hamil, disporporsi kepala panggul dan kelainan
letak(Bobak,2004). Angka kematian dan kesakitan ibu di Indonesia
masih merupakan masalah besar. Berdasarkan data Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup (KH).Tingginya angka kematian
ini terjadi pada masa intra natal dan post natal dengan penyebab utama
perdarahan dimana salah satu faktor penyebab perdarahan adalah
pengelolaan persalinan pada kala satu yang tidak adekuat. MDGs 2015
merupakan upaya global dengan salah satu tujuannya meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dengan cara mengurangi AKI. Program
1
Indonesia sehat 2015 bertujuan menurunkan AKI menjadi 102/100.000
KH (Depkes RI,2008).
Persalinan adalah suatu proses alamiah yang ditandai dengan
terjadinya kontraksi uterus yang menyebabkan pendataran dan dilatasi
serviks yang nyata serta diikuti dengan pengeluaran janin dan plasenta
dari tubuh ibu (Sarwono, 2010). Proses persalinan terdiri dari empat
kala yaitu kala I sampai kala IV. Kala I persalinan dimulai sejak adanya
kontraksi uterus yang teratur hingga serviks membuka lengkap. Kala I
terdiri dari dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi proses persalinan yaitu power, passage,
pasanger, psikologis dan penolong, (Sarwono,2010).
Power merupakan tenaga yang mendorong janin keluar , yang
termasuk power adalah his dan tenaga mengejan karena dengan adanya
his menimbulkan perubahan pada serviks yaitu penipisan dan
pembukaan. His yang adekuat pada kala satu fase aktif persalinan
menimbulkan nyeri bagi ibu sehingga metabolisme tubuh meningkat.
Asupan nutrisi diutamakan untuk pemenuhan energi yang dibutuhkan
untuk kontraksi uterus. Proses persalinan kala I fase aktif memerlukan
banyak energi sehingga kebutuhan nutrisi kala I perlu mendapat
perhatian yang khusus dari pengelola persalinan. Pada fase aktif
persalinan terjadi penghambatan pengosongan lambung sehingga jika
diberikan makanan padat maka zat-zat nutrisi tidak diserap. Kebutuhan
2
nutrisi dipenuhi dengan memberikan makanan yang mudah dicerna dan
diserap dan tidak mengeluarkan sisa atau residu (Bobak, 2004).
Pemenuhan nutrisi ibu bersalin kala I bisa diperoleh atau
dipenuhi dengan memberikan makanan cair. Makanan cair adalah
makanan yang mempunyai konsistensi cair hingga kental. Menurut
konsistensi makanan, makanan cair terdiri atas tiga jenis, yaitu makanan
cair jernih, makanan cair penuh dan makanan cair kental. Makanan cair
jernih adalah makanan yang disajikan dalam bentuk cair jernih pada suhu
ruangan dengan kandungan sisa ( residu ) minimal dan tembus pandang
bila diletakkan dalam wadah bening. Bahan makanan yang termasuk
makanan cair jernih antara lain teh, sari buah, sirop, air gula, kaldu
jernih, serta cairan mudah cerna lainya. Makanan cair cair penuh
contohnya yaitu susu dengan berbagai macam rasa. Contoh makanan cair
penuh yaitu jus buah seperti jus alpukat( Almatsier, 2004).
Beberapa pakar merekomendasikan sebaiknya makanan cair
perlu diberikan oleh pengelola persalinan. Broad dan Newton (2007)
mencatat bahwa makanan dan minuman digunakan selama persalinan
sebagai makanan dan obat. Dalam banyak kasus, makanan dan minuman
diberikan sebagai treatment untuk mengurangi rasa nyeri, mempercepat
persalinan,menguatkan kontraksi uterus dan untuk meningkatkan
relaksasi sehingga tidak terjadi persalinan lama.
Penelitian Kusumawati 2006 tentang faktor risiko yang
berpengaruh terhadap persalinan dengan tindakan, dimana salah satu
3
faktor adalah pemberian nutrisi pada kala I yang tidak adekuat bisa
menyebabkan partus lama oleh karena gangguan kontraksi (his yang
tidak adekuat ). Menurut Fraser (2009), terjadi pergeseran asuhan dari
tidak boleh memberikan makanan dan minuman pada ibu selama
persalinan,berubah menjadi diberikan makanan dan minuman yang
mudah dicerna dan sesuai dengan kebutuhan energi ibu bersalin. Hal
tersebut sudah dilaksanakan dalam penerapan asuhan kebidanan ibu
bersalin namun belum tertuang sebagai suatu kebijakan.
Susu cokelat adalah makanan cair penuh yang mengandung 150
kkal dalam 200 ml sedangkan teh manis adalah makanan cair jernih
yang mengandung 78,06 kkal dalam 200 ml. Tujuan pemberian
makanan cair pada ibu bersalin adalah memudahkan metabolisme
sehingga tidak menimbulkan residu yang berlebihan pada saat
persalinan. Pedoman kebidanan dari American Society of
Anaesthesiologist tahun 2007 menyatakan bahwa asupan makanan padat
dihindari sedangkan makanan cair bening seperti air, teh, susu dan
makanan cair lainnya secara tidak langsung menurunkan aspirasi asam
paru dan menghasilkan energi yang mempengaruhi kontraksi selama
persalinan dan mencegah terjadinya muntah. Berdasarkan uji coba
terkontrol secara acak mengevaluasi pengaruh asupan kalori pada
proses persalinan didapatkan bahwa asupan makanan cair memberikan
pengaruh tiga kali lipat peningkatan kemajuan proses persalinan().Hasil
4
studi pendahuluan di Bidan Praktek Mandiri Ida Ayu Putu Tirtawati
ditemukan dari 10 ibu bersalin yang mengkonsumsi teh manis, tujuh
orang( 70%) lama kala I fase aktif berlangsung selama tiga jam.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang pengaruh pemberian makanan cair terhadap lamanya
kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida di BPM Ida Ayu Putu
Tirtawati dan BPM Rangi Artini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah penelitian adalah Bagaimana pengaruh pemberian makanan
cair terhadap lamanya kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida di
BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian makanan cair terhadap
lamanya kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida di BPM Ida
Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pemberian susu cokelat dan teh manis pada ibu
bersalin primigravida kala I fase aktif.
5
b. Mengidentifikasi lamanya kala I fase aktif .
c. Menganalisis pengaruh pemberian susu cokelat
dan teh manis terhadap lamanya kala I fase aktif pada ibu
bersalin primigravida.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Mengetahui bahan makanan yang tepat untuk diberikan pada ibu
bersalin primigravida kala I fase aktif, sehingga mencegah kelelahan
pada kala I. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi untuk
perencanaan pengelola persalinan terhadap ibu bersalin dan kebijakan
pemerintah.
2. Manfaat Teoritis
Menyediakan informasi dan data untuk penelitian lanjutan yang
berhubungan dengan pemberian makanan cair pada kala I fase aktif.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan normal adalah serangkaian kejadian yang berakhir
dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan,
disusul dengan pengeluaran plasenta secara lengkap dan selaput janin
dari tubuh ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap ( JNPK-KR, 2008).
2. Kala Persalinan
a. Kala I
Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (efficement). Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan membuka. Ada dua fase pembukaan pada
kala 1 yaitu fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat,
7
sampai pembukaan tiga sentimeter (cm) berlangsung selama 7-8 jam.
Fase aktif berlangsung selama enam jam dan dibagi menjadi atas tiga
subfase yaitu periode akselerasi berlangsung selama dua jam menjadi
pembukaan empat sentimeter , periode dilatasi maksimal berlangsung
selama dua jam pembukaan berlangsung cepat menjadi sembilan
sentimeter, periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu dua jam
pembukaan menjadi sepuluh sentimeter atau lengkap. Lama kala I
untuk primigravida dua belas jam sedangkan multigravida delapan
jam. Kemajuan pembukaan satu sentimeter satu jam bagi primi dan
dua sentimeter satu jam bagi multi, walaupun ketentuan ini
sebetulnya kurang tepat (Sarwono 2010). Kala satu persalinan ketika
telah tercapai kontraksi uterus dalam frekuensi,intensitas,dan durasi yang
cukup untuk menghasilkan pendataran dan dilatasi serviks yang
progresip.kala satu selesai ketika serviks sudah membuka lengkap (sekitar
10 cm). Sehinga mungkin kepala janin lewat.oleh karena itu kala satu
persalinan disebut stadium pendataran dan dilatasi serviks (Sarwono,
2010).
Kala satu fase laten sebelum kala satu fase aktif dan dapat
berlangsung 6 sampai 8 jam pada ibu primi gravida untuk dilatasi serviks
dari 0cm hinga 3 sampai 4 cm dan kanal serviks memendek dari 3cm
menjadi kurang atau sama dengan 0,5 cm. Kala satu fase aktif adalah saat
ketika serviks mengalami dilatasi yang lebih cepat. Saat ini dimulai ketika
servik berdilatasi 3-4 cm dan jika terdapat kontraksi ritmik,kala satu ini
8
akan selesai jika serviks sudah mengalami dilatasi penuh (10 cm ). Fase
transsisional adalah kala persalinan ketika serviks berdilatasi dan sekitar
8cm sampai dilatasi penuh (atau sehinga kontraksi ekspulsi yang terjadi
pada kala dua mulai dirasakan ibu).sering kali insensitas aktivitas uterus
berhenti sejenak pada saat ini.
1) Durasi kala satu persalinan
Lama persalinan sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh paritas,
interval kelahiran, status psikologis, presentasi dan posisi janin,bentuk dan
ukuran pelvikmaternal, serta karekteristik kontraksi uterus.jelas sekali
bahwa bagian terbesar persalinan adalah kala satu;fase aktif biasanya akan
selesai dalam 6-12 jam .Rata-rata lamanya fase aktif ( dilatasi 4-10 cm)
adalah 7,7 jam pada ibu primipara( tetapi dapat terjadi sampai 17,5 jam)
dan 5,6 jam pada ibu multipara ( sekali lagi dapat terjadi hingga 13,8
jam).Rata-rata ibu nulipara membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan ibu multipara, yang dapat diperkirakan dapat mencapai kala
dua yang lebih cepat.
2) Faktor yang mempengaruhi persalinan
a) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus bermula di fundus dekat salah satu koruna dan
menyebar kesamping dan kebawah. Kontraksi tersebut berlangsung paling
lama dan paling kuat difundus, tetapi puncaknya terjadi secara bersamaan
diseluruh uterus dan kontraksi tersebut akan menghilang dari semua
9
bagian uterus juga secara bersamaan.Pola ini memungkinkan serviks untuk
berdilatasi dan fundus berkontraksi secara kuat untuk mengeluarkan janin.
Polaritas merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keselarasan neuromuscular yang terdapat diantara dua kutub atau bagian
uterus selama persalinan .selama setiap kontraksi uterus,kedua kutub ini
bekerja secara selaras.kutub bagian atas berkontraksi secara kuat dan
melakukan retraksi untuk mengeluarkan janin; kutub bagian bawah agak
berkontraksi dan berdilatasi agar pengeluarkan janin dapat terjadi. Jika
polaritas tidak teratur, kemajuan persalinan akan terhambat.
Otot uterus memiliki sifat yang unik.selama persalinam, kontraksi
tidak menghilang keselurahan,tetapi serat otot mempertahankan sebagian
kontraksi yang semakin singkat tersebut,dan tidak benar-benar relaks hal
ini disebut retraksi.Retraksi membantu kemajuan mengeluarkan
janin ;segmen atas uterus secara bertahap menjadi lebih pendek dan lebih
tebal dan kavumnya menghilang. Persalinan bersifat individ dan tidak
selalu sesuai harapan, tetapi pada umumnya, sebelum persalinan dimulai
kontraksi uterus akan terjadi setiap 15-20 menit dan dapat berlangsung
selama sekitar 30 detik, kontraksi ini sering agak lemah dan bahkan tidak
dirasakan oleh ibu. Kontraksi ini biasanya terjadi dengan irama yang
teratur dan jarak antara kontraksi secara bertahap semakin berkurang;
sementara itu, lama dan kekuatan kontraksi secara bertahap melewati fase
laten dan masuk kedalam kala satu fase aktif. Pada akhir kala
10
satu ,kontraksi terjadi pada interval 2-3 menit, berlangsung selama 50-60
menit dan sangat kuat.
b) Jalan lahir
(1) Penipisan serviks
Penipisan yang dimaksud adalah masuknya kanal serviks ke dalam
uterus bagian bawah.Menurut pandangan obstetric konvensional, proses
ini terjadi dari atas ke bawah ,sehingga serat otot yang mengelilingi os
internal tertarik ke atas oleh segmen atas uterus yang mangalami retraksi
dan serviks menyatu ke dalam uterus bagian bawah.Kanal serviks melebar
sejajar dengan os internal, sedangkan kondisi eksternal tetap tidak
berubah
Namun demikian,mekanisme lain penipisan serviks juga
dikemukakan,yaitu jaringan dalam region os eksternal tertarik lebih dulu
dengan gerakan ke arah luar dan tidak berputar,servik menipis dari
eksternal ke arah atas, sehingga yang tertarik paling akhir adalah interna.
Penipisan dapat terjadi di akhir kehamilan atau dapat juga tidak terjadi
hingga persalinan di mulai.Pada wanita nulipara,serviks biasanya tidak
akan berdilatasi hingga penipisan sempurna,sedangkan pada wanita
multipara,penipisan dan dilatasi dapat terjadi secara bersamaan dan kanal
kecil dapat teraba di awal persalinan..
(2) Dilatasi cerviks
Dilatasi serviks adalah proses melebarnya os uterus dan celah yang
tertutup rapat menjadi lubang yang cukup besar untuk memungkinkan
11
keluarnya kepala janin.Dilatasi diukur dalam centimeter dan dilatasi
lengkap adalah sekitar 10 cm.
Dilatasi terjadi akibat kerja uterus dan tekanan dari kantong
membrane yang utuh dan atau bagian presentasi janin.Kepala janin yang
terfleksi dengan baik secara berlahan mendekat kearah serviks
menyebabkan terjadinya dilatasi yang efisien.Tekanan yang terjadi secara
merata pada serviks menyebabkan fundus uterus berespon dengan
kontraksi dan retraksi. Show.sebagai akibat dilatasi serviks, operculum
yang membentuk plug serviks selama kehamilan,sekarang menghilang.ibu
mungkin melihat adanya rabas mucoid bernoda darah beberapa jam
sebelum atau setelah persalinan dimulai.Darah tersebut berasal dari
kapiler yang rupture di dalam desidua parietal tempat korion terpisah dari
serviks yang berdilatasi.Hanya noda darah yang seharusnya yang terlihat
pada mukoid; perdarahan segar merupakan hal yang tidak normal pada
kala ini meskipun di akhir kala satu,selama periode transisi sering kali
terdapat sedikit perdarahan merah segar yang muncul pada kala
dua.Keduanya disebut sebagai ‘show’.
c). Bayi
Faktor yang mempengaruhi persalinan selain kedua factor diatas
adalah gerakan bayi saat proses persalinan. Gerakan gerakan bayi pada
persalinan yaitu turunnya kepala, flexi, putaran paksi dalam, extensi,
putaran paksi luar dan expulsi.
12
d). Psikologis
Kemajuan di bidang kebidanan dan kedokteran untuk meringankan
proses persalinan sudah mengalami banyak kemajuan, namun kehidupan
psikis wanita yang tengah bersalin sejak zaman purba hingga zaman
modern sekarang masih banyak diliputi oleh macam macam ketakutan.
Ketakutan ini muncul dalam bentuk kecemasan dan ketakutan pada dosa
dosa atau kesalahan sendiri. Rasa berdosa ini membuat wanita yang
bersangkutan merasa takut jika saat melahirkan bayinya cacat jasmani.
Lancar tidaknya proses persalinan banyak bergantung pada kondisi
biologis, khususnya kondisi fisik seorang wanita. Hampir tidak ada
tingkah laku manusia terutama yang disadari dan proses biologisnya yang
tidak dipengaruhi oleh proses psikis. Membesarnya Janin dalam
kandungan mengakibatkan calon ibu mudah lelah, tidak nyaman, tidak bisa
tidur nyenyak, kesulitan bernafas dan lain lain. Semua pengalaman
tersebut mengakibatkan rasa tegang, ketakutan, kecemasan dan konflik
batin terlebih saat mendekati kelahiran. Rasa gelisah oleh ketakutan
memperlambat kelahiran bayi dan terjadi perpanjangan masa kehamilan
(Kartono, 1992).
e). Penolong
Dasar Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan
aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia.
Terdapat lima aspek dasar yang penting dilaksanakan oleh seorang
13
pengelola persalinan dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman.
Aspek tersebut adalah sebagai berikut : pengambilan keputusan klinik,
asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, dokumentasi dan
rujukan (Sarwono, 2010).
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat, lebih
lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada
rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tekanan anus
terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka
dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan
lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi
lamanya 1,5 -2 jam, dan pada multi 0,5 - 1 jam (Sarwono 2010 ).
c. Kala III
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus
teraba keras dengan fundus uteri setingkat pusat, dan berisi plasenta
yang menjadi tebal dua kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian,
timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 1-5 menit
seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 1-30 menit setelah lahir bayi.
14
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc (Sarwono,2010 ).
d. Kala IV
Adalah pengawasan selama dua jam setelah bayi dan plasenta
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
postpartum. Asuhan dan pemantauan pada kala empat antara lain :
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan secara melintang dengan
pusat sebagai patokan.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum.
5) Evaluasi keadaan umum.
6) Dokumentasi semua asuhan dan temuan selama persalinan kala
empat dibagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan
atau setelah penilaian dilakukan (JNPK-KR,2008).
3. Pemantauan kemajuan persalinan kala I
Pada saat kala I fase aktif pemantauan terhadap kemajuan
persalinan, kondisi ibu dan janin dilakukan dengan menggunakan
Partograf. Partograf adalah sebuah alat bantu yang digunakan untuk
mencatat hasil pemeriksaan terhadap kemajuan persalinan, kondisi ibu
15
dan janin, serta menilai apakah persalinan tersebut berjalan normal atau
tidak. Pada saat fase laten pencatatan di lakukan di lembar rekam
medis.
a. Kemajuan persalinan
Untuk mengetahui kemajuan persalinan dilakukan pemeriksaan
dan observasi terhadap :
1) Pembukaan serviks
Pembukaan serviks diperiksa setiap empat jam. Pembukaan
serviks diperiksa dengan melakukan pemeriksaan dalam. Hasil
pemeriksaan dicatat pada rekam medis ibu bersalin jika ibu sedang
dalam fase laten, dan pada lembar partograf pada fase aktif.
2) Turunnya kepala janin dinilai dengan melakukan pemeriksaan
abdomen, bisa juga dengan melakukan pemeriksaan dalam, tetapi
pemeriksaan abdomen lebih disarankan karena lebih nyaman. Nilai
penurunan kepala janin dengan hitungan perlima bagian kepala janin
yang bisa di palpasi di atas simfisis pubis. Hasil pemeriksaan ditulis
sebagai berikut :
a) 5/5 jika keseluruhan kepala janin dapat diraba di atas simfisis pubis.
b) 4/5 jika sebagian besar kepala janin berada di atas simfisis pubis.
c) 3/5 jika hanya tiga dari lima jari bagian kepala janin teraba di atas
simfisis pubis.
16
d) 2/5 jika hanya dua dari lima jari bagian kepala janin di atas simfisis
pubis.
e) 1/5 jika hanya sebagian kecil kepala dapat diraba di atas simfisis
pubis.
f) 0/5 jika kepala janin tidak teraba dari luar atau seluruhnya sudah
melalui simfisis pubis.
Penurunan kepala janin diperiksa setiap empat jam, kemudian
dicatat pada rekam medis atau pada partograf pada fase aktif.
3) Kontraksi uterus
Kontraksi uterus diperiksa setiap tiga puluh menit dengan
menggunakan jam yang berisi jarum detik. Tangan pemeriksa
diletakkan di atas uterus secara hati-hati kemudian dirasakan jumlah
kontraksi yang terjadi dalam sepuluh menit. Tentukan lama kontraksi
uterus. Pada fase aktif minimal terjadi dua kontraksi dalam sepuluh
menit, lama kontraksi 40 detik.
b. Kondisi ibu
Penilaian tentang kondisi ibu berdasarkan hasil pemeriksaan :
1) Tekanan darah, nadi, dan suhu badan
Penilaian tekanan darah setiap empat jam dan lebih sering jika di
anggap ada penyulit. Nadi dinilai setiap 30 menit atau lebih sering jika
dianggap ada penyulit. Temperatur tubuh ibu diukur setiap empat jam
atau setiap satu jam jika dianggap ada penyulit.
17
2) Volume urine, protein dan aseton
Produksi urine ibu di ukur dan dicatat setiap dua jam (setiap kali
ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan
pemeriksaan adanya aseton atau protein dalam urine.
3) Obat dan cairan
Obat-obatan dan cairan yang diberikan pada ibu dipantau dan
dicatat.
c. Kesejahteraan janin
Penilaian kesejahteraan janin pada partograf adalah pencatatan
denyut jantung, air ketuban dan penyusupan tulang kepala janin.Kisaran
normal denyut jantung janin yang normal pada partograf adalah 120-
160 x/mnt, air ketuban yang normal berwarna jernih dan penyusupan
tulang kepala janin yang normal adalah apabila tulang tulang kepala
janin terpisah dan sutura dengan mudah dapat dipalpasi (Sarwono,
2010).
4. Nutrisi
Nutrisi dibutuhkan ibu selama proses persalinan adalah energi dan
energi yang terkandung dalam karbohidrat.makanan rendah
lemak ,misalnya roti panggang, sereal, yogurt, jus buah, teh, biscuit, dan
kaldu murni sangat mudah di cerna, es krim dan agar-agar juga dapat
menyegarkan. Cairan tidak dibatasi, meskipun ibu cendrung mengurangi
minum selama kemajuan persalinan. Terdapat berbagai pendapat dan
18
kebijakan yang berbeda-beda di setiap rumah sakit. Di sebagian besar unit
martenitas, terdapat sedikit resiko bahwa ibu dalam persalinan normal
akan memerlukan anastesi umum.Beberapa rumah sakit akan memproleh
ibu tersebut untuk mengonsumsi makanan rendah lemak dan rendah residu
sesuai selera untuk mamberinya energi dan memastikan bahwa ibu tidak
lapar. Namun demikian, di beberapa rumah bersalin, ibu dipuasakan
setelah persalinan di mulai dan ia hanya di perbolehkan mengisap es batu.
Kebijakan tersebut berasal dari adanya kekhawatiran yang menyatakan
bahwa makan dan minum selama persalinan akan menyebabkan ibu
mengalami peningkatan resiko regurgitasi dan aspirasi isi lambung. Isi
lambung yang teraspirasi dapat terdiri atas makanan yang tidak tercerna
dan dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.Jika ibu berpuasa, asam
lambung yang sangat kuat dapat menyebabkan pneoumonitis kimiawi jika
terinhalasi. Sfingter jantung menjadi kurang efisien karena efek
progesterone, menyebabkan terjadi kebocoran pasif isi lambung ke dalam
faring saat hilangnya kesadaran akibat anastesia umum. Hal ini jika di
kombinasikan dengan edema faring yang sangat sering terjadi pada
kehamilan.Dalam rangka menurunkan volume dan keasaman lambung ibu
bersalin,antasida dapat di berikan.
a. Kebutuhan glikogenik dan cairan
Kontraksi hebat otot uterus selama persalinan membutuhkan suplai
glukosa kontinyu. Jika hal ini tidak tidak di peroleh dari diet,tubuh akan
19
mulai memetabolisme cadangan protein dan lemak yang ada dalam rangka
memenuhi kebutuhan glukosa (gluconeogenesis).
b. Manfaat Glukosa dalam Rangsangan Kontraksi Uterus
Sebagian besar jaringan tubuh memerlukan kebutuhan minimal
terhadap glukosa. Kebutuhan minimal terhadap glukosa ini besar pada
beberapa jaringan, seperti misalnya otak. Sementara pada beberapa
jaringan lain hampir total misal, eritrosit. Glikolisis merupakan lintasan
utama bagi pemakaian glukosa dan berlangsung di dalam sitosol semua
sel. Lintasan glikolisis merupakan lintasan yang unik karena dapat
menggunakan oksigen bila memang tersedia melalui rantai respirasi di
dalam mitokondria (aerob), atau bisa pula bekerja dalam keadaan tanpa
oksigen (anaerob). Meskipun demikian, untuk mengoksidasi glukosa di
luar atau sudah stadiun akhir piruvat pada glikolisis, diperlukan bukan
hanya molekul oksigen tetapi juga sistem enzim mitokondrial seperti
kompleks piruvat dehidrogenase, siklus asam sitrat, dan rantai respirasi
(Roberth, 2003). Salah satu makna biomedis glikolisis yang sangat
menentukan adalah kemampuan ATP dalam keadaan tanpa oksigen
karena lintasan ini memungkinkan otot rangka bekerja pada tingkat
kinerja yang sangat tinggi saat oksidasi aerob tidak mencukupi, dan
memungkinkan jaringan yang memiliki kemampuan glikolosis
bermakna tetap bertahan hidup melewati kondisi anoksia
(Roberth,2003).
20
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di
dalam tubuh. Unsur ini terutama terdapat di hati (sampai 6%), otot dan
jarang melampaui jumlah 1%. Namun, karena massanya yang jauh lebih
besar, jumlah simpanan glikogen di dalam otot bisa mencapai tiga
hingga empat kali jumlahnya di hati. Glikogen otot berfungsi sebagai
sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di
dalam otot itu sendiri. Glikogen hati sangat berhubungan dengan
simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar
glukosa darah, khususnya pada saat-saat diantara waktu makan. Setelah
12-18 jam puasa, hampir seluruh simpanan glikogen hati terkuras,
sedangkan glikogen otot hanya terkuras secara bermakna setelah
seseorang melakukan olahraga yang berat dan lama (Roberth, 2003).
Glukoneoginesis memenuhi kebutuhan tubuh akan glukosa pada
saat karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup di dalam
makanan. Pasokan glukosa yang terus-menerus diperlukan sebagai
sumber energi, khususnya bagi sistem saraf dan eritrosit. Kegagalan
pada glukoneoginesis biasanya berakibat fatal. Kadar glukosa darah di
bawah nilai yang kritis akan menimbulkan disfungsi otak yang dapat
mengakibatkan koma dan kematian. Glukosa merupakan satu-satunya
bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan
anaerob (Roberth,2003).
21
B. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Bersalin
1. Makanan biasa/padat
Makanan biasa atau makanan padat sama dengan makanan sehari-
hari yang beraneka ragam, bervariasi dengan bentuk, tekstur, dan aroma
yang normal. Susunan makanan mengacu pada pola menu seimbang dan
angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan bagi orang dewasa sehat
(Almatsier, 2004).
2. Makanan cair
Makanan cair adalah makanan yang mempunyai konsistensi cair
hingga kental. Makanan diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus
pandang, bahan makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat, tidak
merangsang saluran cerna dan mudah diserap, sangat rendah sisa,
diberikan hanya selama 1-2 hari, porsi kecil dan diberikan sering.
Menurut konsistensinya, makanan cair terdiri atas tiga jenis,yaitu
makanan cair jernih, makanan cair penuh, dan makanan cair
kental(Almatsier, 2004).
a. Makanan cair jernih
Makanan Cair Jernih adalah makanan yang disajikan dalam
bentuk cair jernih pada suhu ruangandengan kandungan sisa (residu)
minimal dan tembus pandang bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis
cairan yang diberikan tergantung pada keadaan pasien atau jenis operasi
yang dijalani.
22
Tujuan Diet Makanan Cair Jernih adalah untuk memberikan
makanan dalam bentuk cair, yang memenuhi kebutuhan cairan tubuh
yang mudah diserap dan hanya sedikit meninggalkan sisa
(residu),mencegah dehidrasi dan menghilangkan rasa haus. Syarat –
syarat deit Makanan Cair Jernih adalah sebagai berikut makanan
diberikan dalam bentuk cair jernih yang tembus pandang, bahan
makanan hanya terdiri dari sumber karbohidrat,tidak merangsang
saluran cerna dan mudah diserap, sangat rendah sisa (residu ),diberikan
hanya selama1-2 hari dan porsi kecil dan diberikan saring.
Makanan Cair Jernih diberikan kepada pasien sebelum dan
sesudah operasi tertentu, keadaan mual dan muntah, dan sebagai
makanan tahap awal pasca perdarahan saluran cerna.Nilai gizinya
sangat rendah karena hanya terdiri dari sumber karbohidrat.
Bahan makanan yang boleh diberikan antara lain teh, sari buah,
sirop, airgula, kaldu jernih, serta cairan mudah cerna lainnya. Makanan
dapat ditambah dengan suplemen energi tinggi dan rendah sisa. Contoh
Pemberian Makanan / Minuman sehari; Pagi teh, pukul 10.00 air bubur
kacang hijau, siang kaldu jernih, air jeruk, pukul 16.00 teh, malam
kaldu jernih, air jeruk (Almatsier, 2004).
b. Makanan Cair Penuh
Makanan Cair Penuh adalah makanan yang berbentuk cair atau
semi cair pada suhu ruangan dengan kandungan serat minimal dan tidak
tembus pandang bila diletakkan dalam wadah bening. Jenis makanan
23
yang diberikan bergantung pada keadaan pasien. Makanan ini dapat
langsung diberikan kepada pasien ataus ebagai perpindahan dari
Makanan Cair Jernih ke Makanan Cair Kental.
Tujuan deit Makanan Cair Penuh adalah untuk memberikan
makanan dalam bentuk cair dan setengah cair yang memenuhi
kebutuhan gizi, meringankan kerja saluran cerna. Syarat-syarat deit
Makanan Cair Penuh : tidak merangsang saluran cerna, bila diberikan
lebih dari tiga hari harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan protein.
Kandungan energi minimal 1 kkal/ml. Konsentrasi cairan dapat
diberikan secara bertahap dari setengah, tiga perempat sampai penuh.
Berdasarkan masalah pasien, dapat diberikan formula rendah atau bebas
laktosa, formula dengan asam lemak rantai sedang, formula dengan
protein yang terhidrolisa, formula tanpa susu, formula dengan serat, dan
sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral dapat
diberikan tambahan ferosulfat, vitamin B komplek, vitamin C.
Sebaiknya osmolaritas < 400 Mosml. Makanan Cair Penuh diberikan
pada yang mempunyai masalah untuk mengunyah, menelan, atau
mencernakan makanan padat, misalnya pada operasi mulut atau
tenggorokan, dan atau pada kesadaran menurun. Makanan ini dapat
diberikan melalui oral, pipa, atau enteral (Noso Gastrik Tube) secara
bolus atau drip ( tetes ). Contoh makanan cair penuh : dengan susu
(whole/skim), makanan blender, rendah laktosa, tanpa susu. Bahan
makanan : 1500 kkal (g) Contohnya : maezena (20g), telur ayam (150g),
jeruk (100g), margarin (10g), susu penuh bubuk (120g), susu skim
24
bubuk (40g), gula pasir (80g), glukosa (0g), cairan (1500ml). Bahan
makanan yang dianjurkan makanan cair dengan susu penuh/skim,
makanan yang di blender, rendah laktosa, tanpa susu
c. Makanan Cair Kental.
Makanan Cair Kental adalah makanan yang mempunyai
konsistensi kental atau semi padat pada suhu kamar, yang tidak
membutuhkan proses mengunyah dan mudah di telan. Menurut keadaan
penyakit, Makanan cair kental dapat di berikan langsung kepada pasien
atau merupakan perpindahan dari makanan cair penuh ke makanan
saring. Tujuan diet makanan cair kental adalah memberikan makanan
yang tidak membutuhkan proses menguyah, mudah di telan, dan
mencegah terjadinya aspirsi, yang memenuhi kebutuhan gizi. Syarat-
syarat diet Makanan Cair Kental adalah sebagai berikut :
(1) Mudah di telan dan tidak merangsang saluran cerna.
(2) Cukup energi dan protein.
(3) Diberikan bertahap menuju ke makanan lunak.
(4) Porsi di berikan kecil dan sering (tiap 2-3 jam ).
Makanan Cair Kental di berikan kepada pasien yang tidak mampu
mengunyah dan menelan, serta untuk mencegah aspirasi (cairan masuk
kedalam saluran nafas), seperti pada saat penyakit yang di sertai
peradangan, ulkus peptikum, atau gangguan struktural atau motorik
pada rongga mulut. Makanan ini dapat mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh (Almatsier, 2004).
25
3. Kebutuhan ibu bersalin
Kebutuhan kalori ibu bersalin dari berbagai sumber tidak
dicantumkan secara khusus, sehingga kebutuhan kalori ibu bersalin
sama dengan kebutuhan kalori ibu hamil yaitu :
Kebutuhan Kalori : 2500
Rata-rata 24 jam : 2500
Rata-rata 1 jam : 104 kal
Jenis pemberian makanan cair :
a. Makanan cair jernih yaitu teh manis dengan kandungan sebagai
berikut :
No Bahan Makanan Berat (gr) Energi(Kalori)
1 Gula Pasir 10 38,7
2 The 50 66,0
Cara perhitungan :
1 sachet teh = 0,5 gr = 0,66 kalori
1 sendok makan gula pasir = 10 gr = 38,7 kalori
Kebutuhan : 20 gr ( 2 sendok makan gula pasir )
= 77 ,4 kalori
Jumlah = 0,66 kalori + 77,4 kalori = 78,06 kalori
= 1 gelas teh = 200 cc
26
Total kebutuhan 5 – 6 gelas sampai persalinan dengan tambahan
12,97 kalori (Almatsier, 2004)
b. Makanan Cair penuh yaitu susu coklat
Kandungan :
- kalori susu coklat 200 ml adalah 150 kkal
- Lemak jenuh 2,5 gr
- Lemak total 4 gr
- Protein 6 gr
- Karbohidrat total 22 gr
- Gula 14 gr
- Natrium 45 mg
- Kalium 320 mg
Total kebutuhan adalah 2 gelas (400 ml) dalam waktu 3 jam.
Hasil penelitian dari di RS St Thomas London 2001 dan 2006
dimana diambil 2 kelompok secara acak, kelompok diberi makan atau
air saja kelompok disarankan untuk mengkonsumsi makanan cair yaitu
teh, susu atau air dan kelompok lainnya seperti jus buah, susu, sup atau
makanan cair lainnya dikonsumsi selama proses persalinan minimal
enam jam sebelum persalinan, dan bagi ibu inpartu yang dilatasi serviks
kurang dari enam cm. Dari penelitian tersebut ternyata tidak ada
perbedaan yang significan tetapi waktu yang dibutuhkan sampai
melahirkan lebih cepat dari ada perkiraan waktu yang sudah ada, dan
27
ibu inpartu yang diberikan makanan padat ternyata membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk menyelesaikan persalinan dibanding dengan ibu
inpartu pada fase aktif yang diberikan makanan cair.
28
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional
1. Identifikasi Variabel
Variabel adalah karakteristik yang dimiliki oleh subyek (benda,
orang, situasi) yang berbeda yang dimiliki oleh kelompok tersebut.
29
Teh (Makanan Cair Jernih)
Lama Kala IFase Aktif
Faktor Yang mempengaruhi :- Psikologi- Penolong
Susu Coklat (Makanan Cair
Penuh)
(Nursalam, 2008). Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan
variabel tergantung, yaitu :
a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel lain. Variabel bebas biasanya
dimanipulasi, diamati, dan diukur untuk diketahui hubungannya atau
pengaruhnya / dampaknya terhadap variabel lain. (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah makanan cair berupa teh
manis dan susu coklat.
b. Variabel tergantung atau terikat (dependent variabel) adalah
variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel terikat
adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya
hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2008). Dalam
penelitian ini variabel terikatnya adalah lama kala I fase aktif pada
primigravida.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga
mempermudah pembaca atau penguji dalam mengartikan makna
penelitian (Nursalam, 2008).
30
Tabel 1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1 2 3 4 5Variabel Terikat : lamanya kala I fase aktif
Waktu yang dibutuhkan dalam jam untuk mencapai pembukaan lengkap selama persalinan
Observasi 0 – 10 jam Interval
Makanan cair
Makanan berupa minuman seperti susu coklat yang mengandung 150 kkal dan teh manis yang mengandung 78,06 kkal dan dikonsumsi selama kala I persalinan
Lembaran Observasi
- Ya : apabila mengkonsumsi makanan cair (susu coklat) dengan 150 kkal
- Tidak : apabila ibu mengkonsumsi makanan cair(teh manis)dengan 78,06 kkal
Nominal
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan penelitian (Nursalam, 2008). Adapun hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Ada Pengaruh pemberian makanan cair terhadap
lamanya kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida. di BPM Ida
Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini.
31
32
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik Pre
Experiment dengan rancangan post test control group dengan
pendekatan kohort Prospektif. Peneliti melakukan penelitian untuk
melihat pengaruh pemberian makanan cair terhadap lamanya kala I fase
aktif pada ibu bersalin primigravida di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan
BPM Rangi Artini.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni
tahun 2012 di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Variabel bisa orang, kejadian, perilaku atau
sesuatu yang lain yang akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu inpartu primigravida di
BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini.
33
Sampel Penelitian
a. Unit analisis dan responden
Unit analisis dalam penelitian ini adalah lamanya kala I fase
aktif. Responden dalam penelitian ini adalah ibu inpartu primigravida
Kala I fase aktif yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
b. Jumlah dan Besar Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu inpartu
primigravida di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria sampel yang dapat atau layak
diteliti kriterianya adalah :
a) Ibu inpartu kala I fase aktif primigravida dengan hamil normal.
b) Ibu yang bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah karakteristik sampel yang tidak layak
diteliti kriterianya adalah :
a) Ibu yang didiagnosa mengalami gangguan psikologis.
Penentuan besarnya sampel pada penelitian ini tergantung dari
jenis penelitian yang dilakukan. Untuk penelitian ini jumlah sampelnya
digunakan adalah 15 orang, kelompok pertama 15 orang ibu inpartu
34
yang mengkonsumsi susu cokelat dan kelompok kedua 15 orang ibu
inpartu yang mengkonsumsi teh manis.
c. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai
dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2008). Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian adalah non probability sampling
jenis “Quota Sampling” yang menetapkan subyek berdasarkan
kapasitas/daya tampung yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam,
2008).
D. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data yang dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data
primer yaitu ibu inpartu primigravida kala I yang mengkonsumsi susu
cokelat dan yang mengkonsumsi teh manis serta lamanya kala I fase
aktif.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data akan dilakukan setelah sebelumnya mendapat
izin dari BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini untuk
mengadakan penelitian. Saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh
satu orang petugas di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi
35
Artini. Sebelum melaksanakan penelitian akan dilaksanakan pelatihan
untuk petugas yang membantu peneliti sehingga ada kesamaan persepsi
mengenai alat ukur. Langkah pertama pengumpulan data adalah
menyeleksi calon responden dengan berpedoman pada kriteria inklusi
dan eklusi. Setelah mendapatkan responden yang dikehendaki,
responden dibagi menjadi dua kelompok sampel terdiri dari 15 orang
sebagai kelompok yang mengkonsumsi makanan cair yaitu susu
cokelat dan 15 orang kelompok yang mengkonsumsi teh manis. Setelah
mendapatkan persetujuan kemudian dilakukan pengamatan/observasi
untuk mengetahui lamanya kala I fase aktif.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat pengumpulan data makanan cair
menggunakan lembar pedoman observasi sedangkan untuk mengetahui
lamanya kala I fase aktif pada persalinan primigravida dengan partograf
dan catatan perkembangan.
E. Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Data hasil pengamatan akan diolah dengan beberapa tahapan.
Menurut Hidayat (2009), tahapan pengolahan data antara lain :
a. Editing yaitu melihat apakah data yang sudah terisi atau kurang
lengkap.
36
b. Coding yaitu memberikan kode angka terhadap data yang terdiri atas
beberapa kategori.
c. Skoring yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan dengan memberi
skor berdasarkan jawaban responden.
d. Tabulasi yaitu data yang diperoleh dikelompokkan dan diproses
dengan menggunakan master label menurut sifat dan katagorinya.
e. Entry yaitu upaya untuk memasukkan data kedalam media agar
peneliti mudah mencari bila diperlukan lagi. Data tersebut
dimasukkan kedalam disket/CD yang telah diolah dengan
menggunakan computer.
f. Cleaning yaitu pembersihan data melalui pengecekan kembali data
yang akan dientry apakah data sudah benar atau belum.
Data yang akan diolah adalah data lamanya kala I fase aktif.
2. Teknik Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dan diolah.
Pada penelitian ini teknik analisa data yang digunakan antara lain :
a. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan adalah univariat, yaitu analisis yang
dilakukan pada tiap tabel dari hasil penelitian dan pada umumnya dalam
analisis ini dapat menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui distribusi dari
variabel-variabel yang diamati sehingga dapat mengetahui gambaran
37
tiap variabel. Adapun data yang dianalisis secara univariat meliputi
umur, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anak yang telah dilahirkan.
b. Analisis bivariat
Uji analisis digunakan pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui adanya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Mengingat jumlah sampel pada penelitian ini berjumlah 30 sampel dan
dari data yang tersedia pada kelompok dan kelompok kontrol
merupakan sampel kelompok tidak berpasangan dan berbentuk data
interval, sebelum dilakukan uji beda maka perlu dilakukan uji prasyarat
yaitu uji normalitas data dan uji homogenitas. Bila data berdistribusi
normal dilakukan uji parametrik dengan uji Independent t Test. Bila
data tidak berdistribusi normal dilakukan uji non parametrik dengan
Wilcoxon. Data diolah dengan menggunakan komputer. Penarikan
kesimpulan berdasarkan nilai p. Dari hasil uji akan ditentukan apakah
hipotesa diterima atau ditolak. Penentuan hipotesa diterima atau ditolak
adalah dengan membandingkan nilai probability yang didapatkan dari
hasil pengujian dengan nilai signifikansi, pada penelitian ini tingkat
signifikansi ditentukan sebesar 0,05. kesimpulannya apabila nilai
probability lebih besar dari nilai signifikansi (P > 0,05), maka hipotesa
nol diterima dan hipotesa alternatif ditolak berarti tidak ada perbedaan
lamanya kala I fase aktif pada ibu bersalin primigravida yang diberikan
makanan cair dengan makanan padat di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati
38
dan BPM Rangi Artini. Bila nilai probability lebih kecil dari nilai
signifikansi (P < 0,05) maka hipotesa nol di tolak dan hipotesa
alternatif diterima berarti ada perbedaan lamanya kala I fase aktif pada
ibu bersalin primigravida yang diberikan makanan cair.
39
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, 2004. Penuntun Diet Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama
Bobak, 2004. Obstetri Patologi Jilid I. Jakarta : EGC.
Hidayat, 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data . Jakarta : Salemba.
JPNK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Kartono,K.,1992, Psikologi Wanita,Bandung : Mandar Maju
Myles, 2009. Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta : EGC
Nursalam, 2003. Pendekatan Praktis Metodelogi Riset Keperawatan . Jakarta : CV. Sagu.Konsep Asuhan kebidananng Seto.
_______. 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2, Jakarta : Salemba Medika.
Pusdiknakes. 2003. Konsep Asuhan kebidanan. JHPIEGO. Jakarta
Roberth,2003. Biokimia harper. Jakarta : EGC
Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka..
Sugiyono, 2008. Statistik non parametris untuk penelitian, CV. Alfabeta : Bandung.
Dahlan, S, 2009. Besar sampel dan Pengambilan sampel . Jakarta : Salemba Medika.
Yuli Kusumawati, 2006. Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap persalinan dengan tindakan. Jakarta : Semesta Media.
Williams, 2005. Obstetri. Jakarta : EGC.
40
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa karena atas asung kerta waranugraha-
Nya Usulan Penelitian dengan judul “Pengaruh pemberian makanan cair
terhadap Lama Kala I Fase Aktif Pada Ibu Bersalin primigravida di
BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya. Usulan penelitian ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan D-IV Kebidanan
Klinik Poltekkes Denpasar.
Usulan penelitian ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari semua pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Drs. I Gede Sudarmanto, B.Sc., M.Kes, selaku Direktur
Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah memberikan
kesempatan untuk mengikuti pendidikan D-IV Kebidanan
Klinik.
2. Ni Nyoman Sumiasih, SKM., M.Pd, selaku Ketua Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Denpasar yang telah
memberikan kesempatan dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini.
3. Ni G.K. Sriasih, SST., M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Klinik Poltekkes Denpasar yang telah memberikan
kesempatan untuk menyelesaikan usulan penelitian.
41
iv
4. Ni Ketut Somoyani, SST.,M.Biomed, selaku pembimbing utama
yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulisan
usulan penelitian ini.
5. Ni Wayan Armini, SST.,M.Keb, selaku pembimbing pendamping
yang telah meluangkan waktu dalam membimbing penulisan
usulan penelitian ini.
6. Seluruh teman yang membantu dalam proses penyusunan
sehingga usulan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
7. Suami dan anak-anak tercinta yang selalu mendukung dan
memberi semangat selama penyusunan proposal penelitian ini.
Peneliti telah berusaha menuangkan seluruh pemikiran ke dalam
usulan penelitian ini, namun dengan segala keterbatasan tentunya akan
masih banyak ada kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat peneliti
harapkan guna penyempurnaan usulan penelitian ini.
Denpasar, Maret 2012
Peneliti
42v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................. 7
A. Persalinan ....................................................................... 7
B. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Bersalin.................................. 22
BAB III KERANGKA KONSEP ...................................................... 29
A. Kerangka Konsep ........................................................... 29
B. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ......... 29
C. Hipotesis ......................................................................... 31
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 32
A. Jenis Penelitian .............................................................. 32
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 32
43vi
C. Populasi dan Sampel ..................................................... 32
D. Metode Pengolahan Data dan Instrumen Penelitian. 34
E. Pengolahan dan Analisis Data ...................................... 35
DAFTAR PUSTAKA
44vii
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN CAIR TERHADAP LAMA KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA
Studi dilakukan di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi ArtiniTahun 2012
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan PendidikanDiploma IV Kebidanan Klinik Poltekkes Denpasar
Jurusan Kebidanan KlinikProgram Reguler
Oleh :
Ida Ayu Putu TirtawatiNIM. PO7124211015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D-IV KEBIDANAN KLINIKDENPASAR
2012
45i
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN CAIR TERHADAP LAMA KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA
Studi dilakukan di BPM Ida Ayu Putu Tirtawati dan BPM Rangi Artini Wilayah Kerja Puskesmas
Denpasar Barat II Tahun 2012
Oleh :
Ida Ayu Putu TirtawatiNIM. PO7124211015
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN D-IV KEBIDANAN KLINIKDENPASAR
2012
46
LEMBAR PERSETUJUAN
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN CAIR TERHADAP LAMA KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA
TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN
Pembimbing Utama
Ni Ketut Somoyani, SST.,M.BiomedNIP.196904211989032001
Pembimbing Pendamping
Ni Wayan Armini, SST.,M.Keb.NIP.198101302002122002
MENGETAHUIKETUA JURUSAN KEBIDANAN PRODI D IV KEBIDANAN KLINIK
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
Ni Nyoman Sumiasih., SKM.,M.Pd.Nip : 195407131978112001
47ii
Lampiran : 2
PEDOMAN PENGUMPULAN DATAPENGARUH PEMBERIAN MAKANAN CAIR TERHADAP LAMA
KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA
I. Karakteristik Responden
1. Umur : …………..Tahun
2. Pendidikan :
SD/ Tidak Sekolah
SMP
SMA
PT
3. Pekerjaan :
Ibu rumah tangga
PNS
Swasta
Lain-lain, Sebutkan,………………..
4. Jumlah anak…………orang
II. Lamanya Kala I fase aktif ……..jam
III. Makanan cair : susu coklat dan teh
48
Lampiran 1
Jenis Kegiatan Januari Februari Maret April Mei JuniI II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
1. Tahap Persiapan Penelitiana. Arahan penyusunan proposalb. Pengkajian masalah penelitianc. Pengumpulan bahan pustakad. Bimbingan penyusunan proposale. Pendaftaran seminarf. Seminar proposalg. Perbaikan proposal2. Tahap pelaksanaana. Pengajuan permohonan ijin
penelitianb. Pengadaan alatc. Pengumpulan datad. Pengolahan datae. Penyusunan laporan penelitian
49
f. Ujian Karya Tulis Ilmiahg. Bimbingan perbaikan proposal
penelitian (Skripsi)h. Menulis naskah publikasi
Lampiran 1JADWAL RENCANA PELAKSANAAN PENELITIAN
50
51