prosedur penerimaan pajak bumi dan bangunan...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
1 Topik Manajemen Keuangan
PROSEDUR PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PEDESAAN PERKOTAAN DITINJAUAN DARI UU PDRD
(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jember)
Diyah Probowulan
Prodi Akuntansi FE UM Jember
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi sistem penerimaan pajak
bumi dan bangunan pedesaan perkotaan kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan
studi kasus pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jember. Metode dalam penelitian ini
adalah dengan studi lapangan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder
yaitu data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan. Proses analisa data yang dilakukan
terlebih dahulu mengambil data sistem penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB)
yang terbaru kemudian membandingkan bagan alur sistem penerimaan dengan teori
yang terbaru.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem dan prosedur pencatatan
sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari pelaksanaan sistem dan prosedur pencatatan
berpedoman pada Mapatda. berdasarkan membandingkan bagan alur sistem
penerimaan PBB P2 dengan teori yang terbaru yaitu bahwa untuk melancarkan
pengelolaan administrasi, penerimaan pajak bumi dan bangunan harus menggunakan
data sismiop karena pelayanan kepada wajib pajak melalui Pelayanan satu tempat
sehingga untuk rancangan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan Perkotaan di
Kabupaten Jember belum siap di karenakan pada Dinas Pendapatan Kabupaten
Jember tidak memenuhi dikarenakan anggaran pada Dispenda masih berkurang untuk
bergerak dan menerapkan sistem Sismiop.Dalam peraturan Sismiop setiap daerah
diminta menyiapkan Sarana dan prasarana pendukung,Struktur organisasi dan tata
kerja,Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan SOP,Kerjasama dengan pihak-
pihak terkait,Pembukaan rekening penerimaan PBB P2 pada bank yang sehat padahal
sudah ada pernyataan bahwa pemda Kabupaten Jember siap menerima Pajak bumi
dan bangunan pedesaan perkotaan mulai 1 januari 2013.
Kata Kunci : sistem penerimaan pajak, PBB.
ABSTRACT
The purpose of this study is to evaluate the system design property tax receipts urban
rural counties jember 2013. This research is a case study at the Department of
Revenue Jember. Method in this research is to study the field. The data used are
primary and secondary data is data obtained from the Department of Revenue. The
process of data analysis done first retrieve data reception system property tax (PBB)
and then compare the flow chart for the system acceptance by the latest theory.The
results showed that the system is good and recording procedures . It can be seen from
the implementation of systems and procedures based on the Mapatda recording . by
comparing the acceptance of the United Nations system flowchart P2 with the latest
theory is that in order to expedite administration , property tax receipts should use
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
2 Topik Manajemen Keuangan
the data SISMIOP for services to taxpayers through a place that services for the
design of land and building tax Rural Urban in Jember yet prepared in because in
Jember Revenue Service does not meet the budget due to the Revenue still reduced to
move and implement regulatory systems SISMIOP.SISMIOP in each region are asked
to prepare facilities and supporting infrastructure , organizational structure and
working procedures , local Regulations , rules and SOP regional Head , Cooperation
with related parties , account opening reception at the UN P2 healthy banks when
there Jember statement that the government is ready to accept the Tax earth urban
and rural buildings from 1 January 2013.
Keyword: tax revenuesystem,property tax
PENDAHULUAN
Subyek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang nyata-nyata
memiliki dan/atau menguasai bumi dan/atau bangunan. Obyek Pajak Bumi dan
Bangunan adalah bumi dan bangunan. Bumi adalah tubuh bumi, permukaan bumi
atau tanah, bangunan yang ada di atasnya, perairan maupun udara di atas tanah
tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan bangunan adalah gedung, jalan, kolam
renang, pagar, tempat olahraga, dermaga, tanaman dan lain-lain yang memberikan
manfaat. Wajib pajak adalah orang atau badan yang memenuhi syarat-syarat obyektif
yaitu yang memiliki obyek yang nilai jualnya melebihi nilai minimum yang
dibebankan dari pengenaan pajak (Suparmoko,2008:195).
Menurut Suharno (2003:25), untuk mempermudah pelaksanaannya, administrasi
Pajak Bumi dan Bangunan mengelompokkan objek pajak berdasarkan
karakteristiknya dalam beberapa sektor yaitu pedesaan, perkotaan , perkebunan,
perhutanan dan pertambangan. Hal tersebut dapat terlihat jelas di dalam penjelasan
sebagai berikut:
1) Sektor Pedesaaan adalah objek PBB dalam satu wilayah yang memiliki ciri-ciri
pedesaan seperti sawah, ladang, empang tradisional dan lain-lain.
2) Sektor Perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki
fasilitas perkotaan, seperti: pemukiman penduduk yang memiliki fasilitas
perkotaan, real state, komplek pertokoan, industri, perdagangan daan jasa.
3) Sektor Perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam bidang budidaya
perkebunan, baik yang diusahakan oleh BUMN, BUMD, maupun swasta.
4) Sektor Kehutanan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan
komoditas hasil hutan, seperti kayu tebangan, rotan, dammar, dan lain-lain.
5) Sektor Pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang menghasilkan
komoditas hasil tambang seperti emas, batubara, minyak, dan gas bumi dan
lain-lain.
Perpajakan Indonesia menganut Self assesment system, dalam sistem ini wajib
pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan
kewajiban perpajakannya sendiri. Jumlah objek pajak yang besar, disebabkan oleh
tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, rendahnya pengetahuan wajib
pajak tentang adanya pajak yg rendah sangat mempengaruhi kesadaran masyarakat
tentang wajib pajak dan arti penting pemungutan yang masih rendah mempengaruhi
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
3 Topik Manajemen Keuangan
penyelenggaraan pajak di pedesaaan, masih banyak wajib pajak tidak dapat
melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan dan melaporkan obyek pajaknya
dengan baik dan jujur. Pendataan terhadap obyek dan subyek Pajak Bumi dan
Bangunan perlu dilakukan dalam rangka membuat pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat dan wajib pajak. Ada pun pernyataan bahwa Pemda jember siap
menerima sistem penerimaan pajak bumi dan bangunan tahun 2013.
NJOPTKP (Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ) terbaru tahun 2012
PMK no. 67/PMK.03/2011 tentang penyesuaian besarnya NJOPTKP pajak bumi dan
bangunan adalah batasan nilai jual objek pajak atas bumi dan bangunan yang
berdasarkan PMK no. 67/PMK.03/2011 pasal 2 (2) adalah Rp 24.000.000; untuk
tahun 2013 ketentuanya adalah sebagai berikut :
a) Setiap WP mendapatkan pengurangan NJOPTKP 1 kali dalam per tahun.
b) Jiaka WP memiliki beberapa objek pajak akan tetapi hanya memiliki 1 objek
pajak tersebut yang nilainya paling besar yang memperoleh fasilitas
pengurangan NJOPTKP serta tidak boleh digabung dengan objek-objek pajak
yang lainya.
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terbaru tahun 2013 dan dasar
untuk menghitung Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah NJOP (Nilai Jual Objek
Pajak) yaitu sebagai berikut :
a) 40% untuk perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.
b) Sedangkan untuk objek pajak yang lainya perkotaan dan pedesaan adalah :
a) 40% jika NJOP > Rp 1.000.000.000; dan
b) 20% jika NJOP < Rp 1.000.000.000;
Saat terutangnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) berdasarkan pasal 8 ayat 2
UU no. 12 tahun 1985 yang telah di ubah menjadi UU no. 12 tahun 1994 maka
terutangnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pada tanggal 1 januari tahun
berjalan. Dengan begitu segala perubahan atau mutasi atas objek-objek pajak yang
terjadi setelah tanggal 1 januari maka akan dikenakan pajak di tahun setelahnya atau
berikutnya.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki peran yang cukup besar bagi
kelangsungan dan kelancaran pembangunan, sehingga perlu ditangani dan dikelola
lebih intensif. Penanganan dan pengelolaan tersebut diharapkan mampu menuju tertib
administrasi serta mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan
pembangunan.
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul evaluasi sistem penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) pedesaan dan perkotaan di Kabupaten jember. Dalam penelitian ini sebagai
lokasi penelitian yaitu Dinas Pendapatan Jember. Perumusan masalahnya adalah
bagaimana prosedur yang ditetapkan dalam penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) pedesaan dan perkotaan kabupaten Jember berdasarkan UU PDRD.
Sedangkan tujuan penelitiannya adalah untuk mengevaluasi prosedur penerimaan
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
4 Topik Manajemen Keuangan
Pajak Bumi dan Bangunan(PBB) pedesaan dan perkotaan di kabupaten Jember
berdasarkan UU PDRD.
TINJAUAN PUSTAKA
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak Bumi dan Bangunan ( PBB ) adalah pajak negara yang dikenakan
terhadap Bumi dan Bangunan berdasarkan Undang-Undang no 12 tahun 1994. PBB
adalah pajak yangbersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan
oleh keadaan objek yaitubumi/tanah dan atau bangunan.Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB) merupakan jenis pajak yang sepenuhnya diatur olehpemerintah dalam
menentukan besar pajaknya (menganut sistem pemungutan
Official assessment system). Pajak ini bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutangditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau bangunan.Di sini
keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak. (
Widodo, Puspito, 2010:1).
Pajak Daerah
Menurut Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
RetribusiDaerah, Pengertian Pajak Daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemungutan pajak
daerah oleh pemerintah kabupaten/kota kepada masyarakat pada dasarnya bertujuan
untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya
meningkatkan taraf hidup masyarakat. (K,J Davey 1998:21-24)
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek / Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang menjadi subjek pajak PBB adalah
orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan
/bangunan. Jangkauan subjek dalam Undang-Undang Pajak Bumi dan Bangunan
sangat luas,karena meliputi orang atau badan yang memiliki,menguasai dan /atau
memperoleh manfaat atas bumi dan / atau bangunan. Ini berarti meliputi antara lain
pemilik, penghuni, pengontrak, penggarap, pemakai dan penyewa atas bumi
dan /bangunan.
Oleh karena sangat luasnya maksud yang terkandung dalam Undang-Undang
Pajak Bumi dan Bangunan, yang menjadi subjek pajak belum tentu menjadi wajib
pajak. Sebab subjek pajak akan /baru menjadi wajib pajak apabila sudah memenuhi
sayarat-syarat objektif atau sudah mempunyai objek PBB yang dikenakan pajak.
Yang berarti subjek pajak mempunyai hak atas objek yang dikenakan pajak
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
5 Topik Manajemen Keuangan
(memiliki, menguasai, memperoleh manfaat dari objek kena pajak). Jika suatu objek
pajak belum diketahui secara pasti siapa wajib pajaknya, maka Dirjen Pajak oleh
undang-undang diberi wewenang untuk menunjuk dan menetapkan subjek pajak
sebagai wajib pajak. Beberapa ketentuan khusus tentang siapa yang menjadi
subjek pajak dalam hal ini adalah:
a. Jika subjek pajak memanfaatkan dan menggunakan bumi dan /bangunan milik
orang lain bukan karena suatu hak atau perjanjian, maka subjek pajak tersebut
ditetapkan sebagai wajib pajak.
b. Jika objek pajak masih dalam sengketa, maka orang /badan yang memanfaatkan
objek pajak tersebut ditetapkan sebagai wajib pajak
.c. Apabila subjek pajak sudah memberi kuasa kepada orang/badan untuk merawat
(mengurus) bumi dan bangunannya disebabkan suatu hal, maka orang/badan
yangtelah diberi kuasa dapat ditetapkan sebagai wajib pajak. (Zahriah, 2002:35)
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Data
Jenis data penelitian ini adalah data dokumenter. Data dokumenter memuat
apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi serta siapa yang terlibat dalam suatu
kejadian. Data dokumenter dalam penelitian dapat menjadi bahan atau dasar analisis
data yang kompleks yang dikumpulkan melalui metode observasi dan analisis
dokumen yang dikenal dengan content analysis. (Nur Indriantoro dan Bambang
Supomo, 1993:146). Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
dokumenter berupa pencatatan mengenai sistem penerimaan pajak bumi dan
bangunan (PBB) pedesaan perkotaan pada tahun 2013.
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer yaitu
merupakan sumber data peneltian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli
tidak melalui media perantara. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan penelitian. (Bambang Supomo dan Nur Indriantoro,
1993:147). Sumber data berikutnnya adalah data sekunder yang merupakan sumber
data yang berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung data primer yang berupa
catatan atau bukti maupun dokumen-dokumen tentang system penerimaan pajak bumi
dan bangunan (PBB). Data sekunder yang digunakan penelitian ini adalah :
1. Dokumen tentang system penerimaan PBB P2.
2. Bagan alir system penerimaan PBB P2 tahun 2013.
3. Bukti atau catatan yang berhubungan dengan system penerimaan PBB P2
tahun 2013.
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
6 Topik Manajemen Keuangan
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data adalah cara yang sistematis dan sangat penting dengan
tujuan untuk memecahkan pokok permasalahan dalam satu penelitian. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Studi Pustaka (Library Research)
Yaitu teknik pengumpulan data dari berbagai bahan pustaka (referensi) yang
relevan dan mempelajari yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan adalah informasi yang telah
ditemukan oleh para ahli yang komponen dibidangnya masing-masing sehingga
relevan dengan pembahasan yang sedang diteliti.
2. Studi Lapangan (Field Research)
Studi Lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk
memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian. Penelitian
ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi:
a. Observasi Langsung, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mempelajari dan mengadakan pengamatan secara langsung ke dalam
perusahaan untuk mendapatkan bukti-bukti yang dapat mendukung dan
melengkapi hasil penelitian.
b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan tatap muka
langsung dengan pihak perusahaan untuk mendapatkan informasi.
Teknis Analisis Data
Langkah-langkah analisis data sebagai berikut :
1. Mengetahui dan mengambil data prosedur penerimaan Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan Perkotaan di Kabupaten Jember.
2. Mengambil data organisasi atau wewenang system penerimaan pajak bumi dan
bangunan (PBB) yang terbaru di Dinas Pendapatan Kabupaten Jember dan
bagan alir system online penerimaan pajak bumi dan bangunan (PBB) yang
terbaru tahun 2013 di Dinas Pendapatan Jember.
3. Membandingkan bagan alir prosedur online penerimaan pajak bumi dan
bangunan (PBB) tahun 2013 dengan teori peraturan pajak yang terbaru.
4. Mengevaluasi prosedur yang diterapkan oleh Dinas Pendapatan dengan aturan
atau bagan alir berdasarkan teori.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah singkat Dinas Pendapatan Jember
Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Jember terbagi menjadi tiga
Bagian Keuangan, Bagian Kas Daerah, dan Dinas Pendapatan Daerah. Dinas
Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten Jember merupakan suatu badan
bertugas untuk melaksanakan urusan rumah tangga daerah meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengelolaan dan pengendalian bidang pendapatan sesuai dengan
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
7 Topik Manajemen Keuangan
kebijakan Bupati. Seacara garis besar tugas dan fungsi badan pengelolaan keuangan
daerah yaitu melakukan perencanaan dan operasional dalam bidang pendapatan juga
perencanaan dan operasional keuangan daerah Kabupaten Jember.
Berdasarkan keputusan Bupati Jember No. 52 Tahun 2008 tentang Uraian
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Kabupaten
Jember yang merupakan bagian dari Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Jember
merupakan salah satu badan yang bertanggung jawab dalam perencanaan pendapatan
daerah dan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber pendapatan daerah serta
pengendalian regional atas pendapatan daerah. Dinas Pendapatan Daerah
(DISPENDA) dipimpin oleh Kepala daerah, serta dibidang teknis administrasi dibina
dan dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah.
Kelebihan SISTEP
Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Jember untuk saat ini masih menggunakan
Sistem Tempat Pembayaran (SISTEP) guna melayani Wajib Pajak untuk
Pembayaran,Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan. Kelebihan Sistem Tempat
Pembayaran yaitu sistematis, mudah dan sederhana cara maupun administrasinya,
dapat dilaksanakan pengawasan efektif dan efisien.
Kelemahan SISTEP
Namun mencapai sistem yang ideal itu tidak terlalu mudah karena adanya
kelemahan atau kendala sebagai berikut :
1. Kondisi dan situasi masing-masing wilayah berbeda-beda.
2. Jumlah wajib pajak PBB sangat besar.
3. Terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di masing-masing Kantor
Pelayanan PBB.
4. Luas wilayah dan keadaan geografis Indonesia yang sangat luas.
5. Tingkat pendidikan dan pengetahuan wajib pajak yang sangat
heterogen khususnya masyarakat pedesaan.
Kendala Anggaran Pada Dinas Pendapatan
Dispenda belum siap menerapkan sistem yang terbaru yaitu sismiop
dikarenakan pada Dinas Pendapatan masih belum ada anggaran belanja untuk
penggadaan sistem sismiop. Dibuktikan dengan tabel sebagai berikut :
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
8 Topik Manajemen Keuangan
Tabel 1: Penerimaan PBB di Wilayah Kota Jember
Tahun 2010-2013
No
Tahun
Target
Realisasi
Laju
Pertumbuhan
1 2010 76.150.000.000 78.090.399.728 -
2 2011 91.646.190.000 88.704.941.381 13,59%
3 2012 114.393.705.000 103.206.703.494 16,35%
4 2013 115.785.319.000 118.888.401.287 15,19%
Sumber : Dinas Pendapatan tahun 2013
Dari tabel di atas pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 realisasi
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2011
laju pertumbuhan PBB mencapai 13,59% yaitu dari Rp 78.090.399.728 pada tahun
2010 menjadi Rp 88.704.941.381 pada tahun 2011. Hal ini disebabkan realisasi
pendapatan yang melebihi target karena adanya pengembangan Kota Jember sehingga
tingkat penjualan tanah dan bangunan meningkat. Pada tahun berikutnya yakni tahun
2012 laju pertumbuhan PBB juga masih mengalami kenaikan hingga mencapai
16,35% dengan total Rp 103.206.703.494. Hal ini disebabkan terealisasinya
tunggakan PBB dan adanya insentif dari pemerintah pusat karena keberhasilan pada
tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 realisasi PBB mengalami penurunan hingga
mencapai 15,19% yaitu dengan total Rp 118.888.401.287 karena adanya tunggakan
PBB pada tahun 2012 yang belum tertagih pada hingga tahun 2013. Dengan kata lain
apabila dihitung kenaikan realisasi PBB pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
memiliki laju pertumbuhan PBB wilayah Kota Jember yaitu 15,04%.
Realisasi pajak bumi dan bangunan Kota Jember pada 2011 sampai dengan
tahun 2013 perlu dikontrol agar tidak terjadi tunggakan PBB di tahun-tahun
berikutnya yang menyebabkan laju pertumbuhan Pajak Bumi dan Bangunan
menurun.Berikut ini adalah besarnya Pendapatan Daerah Kota Jember pada tahun
2011 sampai dengan 2013 :
Tabel 2: Realisasi Pendapatan Daerah Kota Jember
Tahun 2011 - 2013
Tahun
Realisasi Pendapatan
Daerah
Laju Pertumbuhan
2011 1.235.060.641.143 -
2012 1.480.482.397.875 19,87%
2013 1.582.441.084.727 6,89%
Sumber : Dinas Pendapatan tahun 2013
Dapat diketahui laju pertumbuhan pendapatan asli daerah tahun 2011 sampai
dengan tahun 2013 mengalami penurunan. Pada tahun 2011 realisasi pendapatan
daerah sebesar Rp 1.235.060.641.143 menjadi Rp 1.480.482.397.875 pada tahun
2012 dengan presentase sebesar 19,87%. Tahun 2013 realisasi sebesar Rp
1.582.441.084.727 dengan laju pertumbuhan sebesar 6,89% penurunan tersebut
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
9 Topik Manajemen Keuangan
diakibatkan sumber – sumber pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain –
lain pendapatan yang sah mengalami penurunan. Untuk melihat seberapa besar
kontribusi Pajak Bumi dan bangunan terhadap Pendapatan Daerah dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 3: Kontribusi PBB terhadap Pendapatan Daerah
Tahun 2011 – 2013
Tahun Realisasi
Penerimaan PBB
Realisasi Pendapatan
Daerah
Kontribusi PBB
2011 88.704.941.381 1.235.060.641.143 7,18%
2012 103.206.703.494 1.480.482.397.875 6,97%
2013 118.888.401.287 1.582.441.084.727 7,51%
Sumber : Dinas Pendapatan tahun 2013.
Dari hasil perhitungan diatas dapat diketahui bahwa kontribusi terbesar terjadi
pada tahun 2013 yakni sebesar 7,51% dan rendahnya pada tahun 2012 yakni sebesar
6,97% yang dinilai sangat kurang atau rendah. Hal ini dikarenakan pajak bumi dan
bangunan termasuk dalam dana perimbangan yang merupakan pajak pusat dimana
masih terdapat bagian yang harus dibagi dengan pemerintah pusat.Selain itu Pajak
Bumidan Bangunan merupakan bagian terkecil dari kelompok dana bagi hasil pajak,
olehkarena itu kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Pendapatan Daerah
termasukkurang efektif.
Kendala Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumber daya manusia menjadi unsur yang penting dalam menjalankan
kegiatan yang ada dalam organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia yang baik
suatu organisasi dalam organisasi tersebut akan tidak terlaksana dengan dengan baik
maka dari itu dinas pendapatan kabupaten jember kendala dalam menerapkan sistem
sismiop yang terbaru tidak bisa terlaksana sekarang.Sumber daya manusia pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Jember terkait dalam pengalihan sedikit banyak
mempengaruhi pemungutan PBB. Pelayanan prima yang telah diterapkan oleh PBB
sebelumnya yaitu KPP Pratama untuk saat ini masih belum dapat diterapkan oleh
Sumber daya manusia yang ada pada Dispenda. Banyak faktor yang menjadi
pengaruhnya motivasi belajar yang ada pada SDM yang hanya terlihat pada usia
tertentu adalah salah satu kemungkinan yang logis untuk
menjelaskannya.Keterbatasan teknologi berkaitan dengan perangkat lunak yang
digunakan dalam kegiatan Pajak Bumi dan Bangunan yaitu SISMIOP. SISMIOP
merupakan salah satu perangkat lunak yang sangat penting bagi PBB. Data PBB yang
lengkap disajikan di perangkat SISMIOP ini. Namun pada saat pemasangan
perangkat lunak ini pada Dinas Pendapatan Daerah hasilnya tidak sesuai dengan yang
di hasilkan pada saat di KPP Pratama. Hal ini salah satu penghambat karena wajib
pajak yang berkepentingan untuk data mereka ada pada sistem tersebut.Setelah
adanya peraturan dari masing-masing kementrian, Daerah kota Jember mengeluarkan
peraturan nomor 11 tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan.
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
10 Topik Manajemen Keuangan
Peraturan ini semakin menguatkan dasar hukum pengalihan Pajak Bumi dan
Bangunan ini dari KPP Pratama sebagai wakil pemungut pemerintah pusat kepada
Dinas Pendapatan Daerah sebagai pemungut setelah peralihan menjadi pajak daerah.
Untuk proses pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan perkotaan
saat ini masih dalam proses pengalihan karena Kota Jember pengalihan akan terjadi
pada awal tahun 2014. Sampai saat ini persiapan pengalihan sudah banyak dilakukan.
Persiapan-persiapan termasuk persiapan SDM yang akan menangani PBB,
penyediaan sarana dan prasana yang mendukung kelancaran pemungutan serta
produk hukum yang mendukung terlaksananya kegiatan yang berkaitan dengan PBB.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya maka
dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember sudah baik.
Hal ini bisa dilihat dari sudah ada pemisahan tanggungjawab pada bagian
penyimpanan aktiva dan bagian akuntansi, sudah tidak ada perangkapan
jabatan dan setiap bagian sudah ada penjelasan tugas pokok fungsinya.
2. Sistem dan prosedur pencatatan sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari
pelaksanaan sistem dan prosedur pencatatan berpedoman pada Mapatda.
Meskipun Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jember juga menggunakan
sistem jemput bola. Sistem jemput bola dilakukan agar penerimaan pajak
dapat memenuhi target.
3. Kendala untuk menerapkan sistem sismiop dinas pendapatan mempunyai
kendala dari faktor anggaran dan sumber daya manusia dan untuk rancangan
sistem penerimaan PBB P2 di kabupaten Jember menurut bagan alur ada yang
beberapa sistem yang tidak memenuhi sesuai aturan pajak sebagai berikut :
4. Dari keduanya yang sudah di jelaskan sama-sama menggunakan sistem on
line tidak secara manual tetapi Dinas Pendapatan Kabupaten Jember masih
menggunakan sistem penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 2012.
Dan untuk rancangan sistem penerimaan PBB P2 2013 masih dalam proses
operasional.Berdasarkan keterangan ke satu dari membandingkan bagan alur
sistem online penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari Dinas
Pendapatan Kabupaten Jember dengan teori bahwa untuk melancarkan.
Saran
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Kabupaten
Jember sebaiknya Dinas Pendapatan segera mengelola prosedur penerimaan pajak
bumi dan bangunan sektor pedesaan perkotaan yang terbaru tahun 2013 untuk
melancarkan pengelolaan administrasi perpajakan. Bagi peneliti berikutnya di Dinas
Pendapatan Kabupaten Jember akankah bener-bener menerapakan sistem penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) pedesaan dan perkotaan 2013 sesuai rencana.
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
11 Topik Manajemen Keuangan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Supomo dan Nur Indriantoro. 1993Metode Penelitian Bisnis
UntukAkuntansi Dan Manajemen . Edisi Pertama,Penerbit Salemba
Empat.Yogyakarta.
Davey, Kenneth, Penerjemah Amunnulia dkk. Financing Regional Government1988.
Jakarta: UI Press.
Dasar Hukum: Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak DaeraRestribusi
Daerah (PDRD).
Indah Kusuma Dewi. 2012. skripsinya di Universitas Indonesia Depok dengan
judul “ Analisis Biaya Pungutan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)Sektor
Pedesaan Dan Perkotaan Setelah Di Serahkan Ke Daerah ’’.
Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Edisi Kedua. YKPN, Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Nurmantu, Safri. Pengantar Perpajakan. 2003. Jakarta : Granit.
Reni Zahriah. Kontribusi Bagi Hasil Penerimaan PBB dan dalam ProgramBantuan
Pembangunan Desa. 2002. Jakarta
Soparmoko.2008. Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
Soemitro, Rochmat. Pajak Bumi dan bangunan. 1989. Bandung : Eresco.
Sri, Valentina dan Aji Suryo. Perpajakan Indonesia. 2003. Yogyakarta: AMPYKPN.
Siti Ragil Handayani. 2011. Skripsinya di Universitas Brawijaya Malang dengan
Judul “Evaluasi Pengendalian Intern Atas Sistem Pemungutan Pajak
BumiDan Bangunan Pedesaan Dan Perkotaan ’’.
Widodo, ATM widodo, dan Andrea Hendro Puspito. Pajak Bumi & Bangunan
Untuk Para Praktisi. 2010. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Willynda Naiga. 2009. Skripsinya di Universitas Sebelas Maret Surakart dengan “
Evaluasi Sistem Informasi akuntansi Penerimaan Kas Negara Dari
SetoranPBB Dan BPHTB Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) Surakarta ’’.
Prosiding Seminar Nasional FE UM Jember 2015
12 Topik Manajemen Keuangan
http://www.akuntansiitumudah.com/pbb-pajak-bumi-dan-bangunan/ (reformaasi pbb
terbaru).
http://www.kanwiljogja.pajak.go.id/ppajak.php?id=12646
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/11/18/sismiop-sang-sistem-pengelola-
administrasi-data-pbb-p2-509912.html
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/paja3233/5_tata_cara.htm