proses kewirausahaan dan faktor pendorong dalam … · 2015. 1. 18. · proses kewirausahaan pada...
TRANSCRIPT
i
PROSES KEWIRAUSAHAAN DAN FAKTOR PENDORONG
DALAM PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
(Studi Biografi pada Pemilik Usaha Kecil dan Menengah CV. Coco Prima Jaya
di Kabupaten Semarang Jawa Tengah)
Oleh:
HENDY UNTORO
NIM : 212009002
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI: MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
iii
PROSES KEWIRAUSAHAAN DANFAKTOR PENDORONG
DALAM PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
(Studi Biografi pada Pemilik Usaha Kecil dan Menengah CV. Coco Prima Jaya
di Kabupaten Semarang Jawa Tengah)
Oleh:
HENDY UNTORO
NIM : 212009002
KERTAS KERJA
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan – Persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : MANAJEMEN
Disetujui oleh:
Ir. Lieli Suharti, M.M, Ph.D
Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
iv
MOTTO
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan
mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya
tanpa kehilangan semangat”
(Winston Churcill)
v
ABSTRACT
The success of an SME from the pioneering stage to development is affected by the entrepreneurial
process and the driving factors owned by an entrepreneur (the SME owner). This research was
conducted with the aim to find out how the entrepreneurial process, an owner of SME in the
pioneering and development of his business success to penetrate export markets, as well as the
driving factor. This study uses qualitative methods with Mr. Erwadi Rahardjo, SE as a research
object. He is owner of SME CV. Coco Prima Jaya in the country of Semarang, Central Java which
produce coconut charcoal briquettes. The results of this research is the entrepreneurial process and
the driving factors owned by Mr. Erwadi Rahardjo in pioneering and developing his business, CV.
Coco Prima Jaya. By understanding the entrepreneurial process and driving factors in the
pioneering and development of businesses owned by a successful entrepreneur can be useful as a
medium of learning for others who intend to set up a business.
Keywords: Entrepreneurial Process, Entrepreneurial Process Driving Factors, SME
vi
SARIPATI
Keberhasilan sebuah UKM mulai dari tahap perintisan hingga pengembangan dipengaruhi oleh
proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong yang dimiliki oleh seorang wirausahawan
(pemilik UKM tersebut). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
proses kewirausahaan seorang pemilik UKM dalam perintisan dan pengembangan usahanya hingga
sukses menembus pasar ekspor, sekaligus faktor pendorong yang dimilikinya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian Erwadi Rahardjo, SE, pemilik dari UKM
CV. Coco Prima Jaya di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang menghasilkan produk briket
arang dari batok kelapa. Hasil dari penelitian ini adalah proses kewirausahaan dan faktor-faktor
pendorong yang dimiliki Erwadi Rahardjo dalam perintisan dan pengembangan usaha CV. Coco
Prima Jaya. Dengan memahami proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong dalam
perintisan dan pengembangan usaha yang dimiliki oleh seorang wirausahawan sukses dapat
bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi orang lain yang berkeinginan untuk mendirikan suatu
usaha.
Kata kunci:Proses Kewirausahaan, Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan, UKM
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang karena anugerah-Nya kertas kerja ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama pembuatan kertas
kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Biyanto Santoso Untoro dan Ibu Fenny Untoro, selaku kedua orang tua yang
selama ini memberi dukungan baik secara moril maupun materiil.
2. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yangtelah memberikan bimbingan
bagi penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik, sekaligus
selaku dosen wali studi yang telah membimbing penulis selama masa studi di Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali penulis ilmu
dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama penulis menempuh pendidikan di
Universitas Kristen Satya Wacana.
6. Bapak Erwadi Rahardjo, SE. beserta tim yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
penelitian terhadap beliau dan Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya milik beliau
selama beberapa waktu.
7. Sanny Fortunata Susanto yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada
penulis dalam penyelesaian kertas kerja ini.
viii
8. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan 2008-2010 yang telah
bersama-sama dengan penulis merasakan suka dan duka berorganisasi selama penulis
menjadi fungsionaris KSM.
9. Sahabat-sahabat selama penulis menjalani studi di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana; Andree, Handoko, Edy, Lina, Sari, Edo, Cynthia; serta
rekan seperjuangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2009 lainnya yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
Salatiga, 1 Desember 2013
Penulis
HENDY UNTORO
1
1. PENDAHULUAN
Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang dihadapkan pada
kesukaran untuk memperoleh lapangan pekerjaan. Bukan hanya karena tingkat
pendidikan yang kurang memadai, tetapi juga karena keterbatasan lapangan
pekerjaan di Indonesia. Kondisi tersebut memunculkan wirausahawan-
wirausahawan baru yang sebagian besar memulai usahanya dari nol dengan
mendirikan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dengan demikian, maka terjadi
peningkatan jumlah UKM di Indonesia secara signifikan. Adiningsih (2011)
menyatakan bahwa jumlah UKM yang ada meningkat pesat, dari sekitar 7 ribu
pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001. Sumbangannya
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) juga besar, lebih dari separuh ekonomi
kita didukung oleh UKM (59,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa peranan
UKM terhadap perekonomian Indonesia terbilang sangat besar.
Melihat realita di atas, dapat dikatakan bahwa UKM memiliki dampak positif,
namun dari sekian banyak UKM yang ada di Indonesia, hanya sebagian kecil yang
dikelola dengan baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan dapat menembus
pasar ekspor. Menurut Rafinaldy (2004), hanya sekitar 0,2% dari jumlah UKM
yang pernah melakukan ekspor.
Salah satu permasalahan paling mendasar yang dihadapi UKM untuk menembus
pasar ekspor adalah kualitas dan kuantitas. Seringkali UKM di Indonesia dapat
menghasilkan berbagai macam produk, tetapi kualitas dan kuantitas output-nya
belum memenuhi standar yang dikehendaki oleh pasar luar negeri. Kurangnya
pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh
minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta
kurangnnya pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu masalah organisasi
manjemen yang dihadapi UKM (Adhiningsih, 2011). Ditinjau dari persoalan
standar kualitas, pada umumnya negara-negara maju di Amerika dan Eropa
menuntut standar yang paling tinggi, kemudian baru diikuti oleh negara-negara
lain di Asia. Padahal banyak UKM di Indonesia yang berharap untuk dapat
2
menembus pasar Amerika dan Eropa mengingat harga jual yang dipatok relatif
dapat lebih tinggi.
Selain permasalahan utama mengenai kualitas dan kuantitas, sebagian besar
wirausaha pemilik UKM juga terkendala oleh minimnya pengetahuan yang
bersangkutan dengan prosedur atau birokrasi untuk melakukan ekspor. Hal
tersebut semakin diperparah karena minimnya koneksi maupun jejaring bisnis
yang dimiliki oleh pemilik UKM untuk dapat mendukung aktivitas usahanya.
Menurut Adhiningsih (2011), permasalahan UKM yang terkait dengan ekspor di
antaranya adalah kurangnya informasi mengenai pasar ekspor yang dapat
dimanfaatkan, kurangnya lembaga yang dapat membantu mengembangkan
ekspor, sulitnya mendapatkan sumber dana untuk ekspor dan pengurusan
dokumen untuk ekspor yang birokratis.
Meskipun tantangan yang dihadapi oleh UKM di Indonesia untuk menembus
pasar ekspor terbilang berat, namun tetap dapat ditemui UKM yang mampu
melakukan ekspor bahkan dapat menembus pasar Amerika dan Eropa. Salah
satunya adalah CV. Coco Prima Jaya, sebuah UKM yang bergerak di bidang
produksi briket arang dari batok kelapa (Coconut Charcoal Briquette). UKM yang
dimiliki oleh Erwadi Rahardjo, SE ini berdiri pada bulan Februari tahun 2007 dan
pada saat ini telah memiliki tiga lokasi pabrik yang berada di Kabupaten
Semarang, yaitu sebuah pabrik di Kecamatan Bawen, dua buah pabrik di
Kecamatan Tengaran. Hasil produksi CV. Coco Prima Jaya yang berupa briket
arang batok kelapa dengan berbagai ukuran telah berhasil dipasarkan di Amerika
Serikat, Inggris, Belgia dan Jerman. Sebuah pencapaian yang tidak mudah untuk
ukuran sebuah UKM yang masih relatif muda.
Keberhasilan suatu usahaberkaitan erat dengan proses kewirausahaan pemilik
dalam merintis dan mengembangkan usahanya. Pada tahap perintisan usaha,
proses kewirausahaan diawali dengan adanya stimulan, kemudian dilanjutkan
dengan tahap mencari dan menemukan peluang usaha. Setelah berhasil
menemukan peluang, wirausahawan akan melanjutkan dengan pengambilan
3
keputusan untuk mengimplementasikan peluang tersebut. Implementasi usaha
dilakukan dengan pengembangan konsep dan persiapan sumber daya. Proses
kewirausahaan pada tahap perintisan usaha didorong oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan,
pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan
untuk merdeka. Faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan, tim,
keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan. Pada tahap
pengembangan usaha, menurut Zimmerer proses kewirausahaan diawali dengan
proses imitasi (meniru ide orang lain), dilanjutkan dengan proses pengembangan
(mengembangkan ide baru), dan pada akhirnya mencapai proses penciptaan
(inovasi dan kreasi). Proses kewirausahaan pada tahap pengembangan usaha
didorong oleh faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha. Faktor
internal di antaranya adalah wirausahawan, kreatifitas, kepemimpinan, komitmen
dan visi. Faktor eksternal meliputi pesaing, mitra bisnis, investor dan bankir, serta
tim. Sedangkan faktor kemampuan berwirausaha antara lain mengatasi masalah,
perencanaan, bernegosiasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai proses kewirausahaan pemilik UKM tersebut dari tahap awal/perintisan
hingga tahap pertumbuhan/pengembanganusahanya dengan indikator pencapaian
keberhasilan usahanya yaitu dapat menembus pasar ekspor. Erwadi Rahardjo, SE
selaku pemilik dari CV. Coco Prima Jaya akan menjadi obyek dalam penelitian
ini.
Dengan demikian, beberapa permasalahan yang akan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana tahapan-tahapan proses kewirausahaan pada perintisan usaha CV.
Coco Prima Jaya?
b. Faktor internal dan eksternal apakah yang mendorong perintisan usaha CV.
Coco Prima Jaya?
4
c. Bagaimana tahapan-tahapan proses kewirausahaan pada pengembangan usaha
CV. Coco Prima Jaya?
d. Faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha apakah yang
mendorong pengembangan usaha CV. Coco Prima Jaya?
2. KAJIAN TEORITIS
2.1. Proses Kewirausahaan
Proses Kewirausahaan adalah upaya menciptakan sesuatu yang berbeda, yang
memiliki nilai tambah melalui pengorbanan waktu dan tenaga dengan berbagai
resiko finansial, psikis, dan sosial serta mendapat penghargaan berupa keuntungan
dan kepuasan pribadi atas hasil yang diperoleh (Hisrich et al, 2005). Sedangkan
menurut Bygrave (1997), Proses Kewirausahaan didefinisikan sebagai suatu
rangkaian tindakan yang melibatkan semua fungsi, kegiatan dan tindakan yang
terkait dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi kesempatan yang dirasakan dan
menyatukan sumber daya yang diperlukan untuk suksesnya pembentukan
perusahaan baru untuk mengejar dan menangkap peluang tersebut. Pendapat lain
menyatakan bahwa Proses Kewirausahaan merupakan fungsi dari kapabilitas dan
kemampuan berwirausaha disamping hak kepemilikian, intensif dan lingkungan
eksternal (Soedjono dan Ropke dalam Suryana, 2008). Dari beberapa definisi
menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kewirausahaan adalah
suatu rangkaian tindakan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
mengidentifikasi dan mengevaluasi kesempatan, resiko serta sumber daya yang
diperlukan untuk pembentukan perusahaan baru.
2.2. Tahapan Proses Kewirausahaan
Tabel 2.1. Proses Kewirausahaan
Bygrave (1994) Hisrich (2005) Kaplan dan Warren
(2010)
Zimmerer (2008)
1. Inovasi
2. Pemicu
3. Pelaksanaan
4. Pertumbuhan
1. Mengidentifikasi dan
mengevaluasi
kesempatan
2. Pengembangan
1. Melakukan analisis
kesempatan
2. Mengembangkan rencana
dan mendirikan usaha
1. Tahap awal/
perintisan
2. Tahap
pertumbuhan/
5
rencana bisnis
3. Menentukan sumber
daya yang diperlukan
4. Mengelola usaha
3. Memperoleh mitra-mitra
keuangan/sumber-sumber
pendanaan
4. Menentukan sumber daya
yang diperlukan dan
menerapkan rencana
5. Skala usaha dan panen
hasil usaha
pengembangan
Sumber : Saputro ( 2011)
Bygrave, Hisrich serta Kaplan dan Waren menjabarkan proses kewirausahaan
berdasarkan detail kejadian yang dialami maupun kegiatan yang dilakukan oleh
seorang wirausaha. Sedangkan Zimerrer mengklasifikasikan tahapan
kewirausahaan berdasarkan prosesnya secara garis besar menjadi dua tahapan,
yaitu Tahap Awal/Perintisan dan Tahap Pertumbuhan/Pengembangan. Melihat
keempat pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa tahapan proses
kewirausahaan menurut Bygrave, Hisrich serta Kaplan dan Waren cenderung
lebih menjabarkan detail dari tahap awal/perintisan yang diungkapkan oleh
Zimerrer. Sedangkan proses pertumbuhan/pengembangan menurut Suryana
(2009:64) dapat dijabarkan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Proses Imitasi
Wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya memulai usaha barunya
diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang
yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
2. Proses Pengembangan
Wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi
produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui diversifikasi
dan diferensiasi dengan model sendiri.
3. Proses Penciptaan
Proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari
bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru.
6
2.3. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan
2.3.1. Tahap Perintisan
Ketika proses kewirausahaan seseorang berada pada tahap perintisan, terdapat
dua macam faktor yang mendorongnya untuk menjadi wirausaha, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu seseorang.
Terdapat beberapa faktor individu yang mendorong seseorang untuk terjun
ke dunia bisnis pada tahap perintisan, di antaranya adalah:
- Ide
Ide merupakan faktor krusial dalam seseorang memulai bisnis. Sumber ide
dapat berasal dari pekerjaan dan pengalaman terdahulu, hobi dan
kesukaan, adanya peluang, pendapat orang lain, pendidikan atau kursus,
serta bisnis keluarga (Adhi dan Bawono, 2009:61).
- Toleransi Terhadap Resiko (Bygrave, 1994:3)
Mill (1848) dalam Carland, et al. (1984) meyakini bahwa faktor kunci
yang membedakan seorang manajer dari seorang wirausaha adalah
keberanian dalam menanggung resiko.
- Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin kecil
pengaruhnya terhadap keinginan untuk memilih pengusaha sebagai jalan
hidupnya. Rata-rata justru mereka yang tingkat pendidikan tidak terlalu
tinggi yang mempunyai hasrat yang kuat untuk memilih karier menjadi
seorang pengusaha (Hendro, 2011:62).
- Pengalaman
Pengalaman yang didapat oleh seseorang pada pekerjaannya yang
terdahulu dapat menjadi sumber ide untuk memulai usaha. Hasil penelitian
yang dikeluarkan LPPM menunjukkan bahwa 43% entrepreneur memulai
bisnis berdasarkan pekerjaan dan pengalaman terdahulu (Adhi dan
Bawono, 2009:61). Menurut Wood dalam Zimmerer dan Scarborough
7
(1998), kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan
usaha.
- Kebutuhan untuk berprestasi
Seseorang yang menjadi wirausahawan cenderung memiliki keinginan
yang tinggi untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat
memecahkan masalah, melakukan pengaturan dan mencapai tujuan. Hal
ini menunjukkan bahwa dia memiliki kebutuhan untuk berprestasi (Allen
2003:10 dalam Mazubane 2009).
- Ketidakpuasan kerja
Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan sekarang (Setiadji, 2010:6).
Seseorang dapat menjadi wirausaha karena sudah tidak memiliki masa
depan yang cerah dalam karirnya (Bygrave, 1994;4).
- Keinginan untuk merdeka (Allen 2003:10 dalam Mazubane 2009)
Wirausahawan memulai bisnis sehingga menjadi bos bagi diri mereka
sendiri, dan dengan memiliki bisnis akan memperkuat perasaan otonomi
dan kebebasan mereka (Bygrave, 1994).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seseorang
seperti lingkungan, sosiologi dan organisasi. Terdapat beberapa faktor
eksternal yang mendorong seseorang untuk terjun ke dunia bisnis, di
antaranya adalah:
- Peluang
Peter Drucker mengatakan bahwa entrepreneur adalah orang yang
memaksimalkan peluang-peluang. Jika seseorang belum memiliki
pengalaman baik bekerja maupun dalam berwirausaha, dia dapat memulai
bisnis dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada (Adhi dan
Bawono, 2009:61).
- Persaingan
Adanya persaingan dalam dunia kehidupan menjadi salah satu faktor
lingkungan yang mendorong menjadi pemicu bisnis (Setiadji, 2010:6).
Berkarier di dunia pekerjaan dirasakan sangat berat, mengingat persaingan
8
yang sangat ketat dan masih banyak lulusan yang berpotensi yang belum
mendapatkan pekerjaan (Hendro, 2011:62).
- Jaringan
Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain menjadi
pemicu pelaksanaan bisnis (Setiadji, 2010:6).
- Tim
Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha (Setiadji,
2010:6).
- Keluarga
Seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri,
dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula
(Setiadji, 2010:3). Menurut Duchesneau et al. dalam Staw (1991),
wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua
yang juga wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas dalam
usaha.
- Kebijakan Pemerintah
Adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas
kredit dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh Depnaker (Setiadji,
2010:6).
- Keterpaksaan dan Keadaan (Hendro, 2011:63)
Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pensiun (retired),
dan menganggur atau belum bekerja akan dapat membuat
seseorangmemilih jalan hidupnya menjadi wirausaha, karena memang
sudah tidak ada pilihan lagi untuknya.
2.3.2. Tahap Pengembangan
Ketika proses kewirausahaan seseorang berada pada tahap pengembangan,
terdapat tiga macam faktor yang mendorongnya untuk menjadi wirausaha,
yaitu faktor internal, faktor eksternal dan faktor strategi berwirausaha.
9
a. Faktor Internal
Terdapat beberapa faktor internal yang mendorong proses pengembangan
usaha. Di antaranya adalah:
- Wirausahawan
Adanya seorang wirausaha yang siap mental secara total (Setiadji, 2010:6).
- Kreatifitas
Wirausahawan akan selalu mencari suatu cara yang lebih baik dalam
melakukan sesuatu (Saputro, 2011). Tanpa kreativitas, kesuksesan akan
sulit dicapai dan jalan bisnis anda akan semakin terjal (Hendro, 2011:68).
- Kepemimpinan
Seorang wirausahawan adalah seorang pemimpin dan dan di mana pun dia
berada, wirausahawan mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan
kepada para pengikutnya, yaitu bawahan-bawahannya (Hendro, 2011:180).
- Komitmen
Adanya komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan, dan menyadari
pentingnya hubungan bisnis yang mendasar (Zimmerer dan Scarborough,
1998).
- Visi
Adanya visi atau pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009).
b. Faktor Eksternal
Terdapat beberapa faktor eksternal yang mendorong proses
pengembangan. Di antaranya adalah:
- Pesaing
Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan. Dunia persaingan
sekarang ini sangat tajam. Ada berbagai bentuk persaingan yang ada di
pasar mulai dari pengusaha pasar yang sangat dominan, yang mempunyai
kekuatan yang sedang dan yang lemah (Setiadji, 2010:7).
- Mitra Bisnis
Sebuah bisnis dapat berjalan dengan baik apabila memiliki jaringan yang
melibatkan mitra-mitra yang dapat bekerja sama. Mitra yang
10
memungkinkan bisnis berlangsung di antaranya pelanggan, principal
(pemilik merk), vendor atau supplier, agen, retailer, adviser bidang
finansial, legal, asuransi, mentor, dan dukungan keluarga (Adhi dan
Bawono, 2009:106)
- Investor dan Bankir
Adanya bantuan dari pihak investor dan bank yang memberikan fasilitas
keuangan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009).
- Tim
Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha senhingga semua
rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif (Bygrave, 1994
dalam Azzahra 2009).
c. Faktor Strategi Berwirausaha
Terdapat beberapa faktor strategi berwirausaha yang mendorong proses
pengembangan. Di antaranya adalah:
- Memecahkan Masalah
Wirausahawan akan selalu melihat ke pilihan-pilihan untuk memecahkan
setiap masalah yang menghalangi di jalan (Saputro, 2011).
- Perencanaan
Dalam tahap pengembangan usaha, seorang wirausaha harus memiliki
tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan merencanakan
bagaimana cara untuk mencapainya.
- Bernegosiasi
Negosiasi berarti terjadinya konsensi, kesepakatan atau perjanjian antar
perbedaan dari dua orang, dua kelompok, atau dua badan hukum (Harvard
Bussines Essentials. Harvard Business School, 2003 dalam Hendro,
2011:426). Sepanjang proses pengembangan usaha tentunya banyak
berhubungan dengan pihak lain, oleh sebab itu kemampuan bernegosiasi
yang baik sering diperlukan untuk melancarkan proses pengembangan
usaha.
11
- Pengambilan Keputusan
Dalam hal menyelesaikan problem tertentu, perlu diambil banyak
keputusan. Adakalanya solusi masalah memerlukan suatu rangkaian rantai
keputusan (Winardi, 2004: 130).
- Inovasi
Inovasi adalah karakteristik utama dari kewirausahaan. Seseorang
berperilaku sebagai seorang wirausahawan ketika dia melakukan inovasi
(Schumpeter, 1934 dalam Carland, et al., 1984)
- Strategi Manajerial
Dalam proses pengelolaan usaha dan manajemen organisasi bisnis,
seorang wirausahawan dengan pola pikir yang ingin tetap menjadi pemilik
sekaligus harus bisa melakukan transformasi pola pikir kewirausahaannya,
yaitu menjadi wirausaha saat menjadi pemilik dalam rapat pemegang
saham dan menjadi profesional saat menjadi pemimpin organisasi
(Hendro, 2011:312).
12
Individu Wirausaha
KEMAMPUAN:
- Memecahkan
masalah
- Kreatifitas
- Mempengaruhi
- Merencanakan
- Bernegosiasi
- Pengambilan
keputusan
SIKAP:
- Kepercayaan diri
- Autonomous
- Berorientasi pada
hasil
- Keluwesan
- Dinamis
- Banyak akal
PROSES KEPRIBADIAN
PROAKTIF
Aktif mencari tujuan
INOVASI
Pencarian peluang
Mengatasi dan menikmati
ketidakpastian
PERUBAHAN
Mengambil tindakan yang
beresiko dan lingkungan yang
tidak pasti
Fleksibel dalam merespon
tantangan
Bertindak secara bebas
menurut inisiatif sendiri.
Mengatasi masalah/konflik
secara kreatif. Mempengaruhi
orang lain. Berkomitmen
untuk membuat sesuatu terjadi
NIAT
Stimulan
PENCARIAN
PELUANG DAN
PENEMUAN
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
UNTUK
MENGEKSEKUSI
PELUANG
PENGEKSEKUSIAN
PELUANG
2.4. Penggabungan Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan
2.4.1. Tahap Perintisan
Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap
Perintisan menurut Gibb (1993) dan Shook et al.(2003) dapat
digabungkan dalam suatu model:
13
2.4.2. Tahap Perintisan Hingga Tahap Pengembangan
Menurut Carol Moore (1986), Proses Kewirausahaan secara utuh dapat
digambarkan dengan model sebagai berikut:
14
Menurut Carol Moore (1986) yang dikutip oleh Bygrave (2003:3) dalam Saputra
(2011), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah
kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru
untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi
adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber
daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari
inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunaan. Inovasi tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai,
pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Seperti halnya pada tahap perintisan kewirausahaan, tahap pertumbuhan
kewirausahaan sangat bergantung pada kemampuan pribadi, organisasi, dan
lingkungan. Faktor yang berasal dari prbadi ialah komitmen, visi, kepemimpinan
dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasal dari organisasi antara lain
kelompok, struktur, budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain pelanggan,
pemasok dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana.
15
Dari berbagai definisi, tahapan dan faktor pendorong proses kewirausahaan yang
telah diuraikan di atas, maka dapat dibentuk suatu model Proses Kewirausahaan
dan Faktor Pendorong sebagai berikut:
Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong
Faktor Pendorong
INTERNAL
EKSTERNAL
KEMAMPUAN
BERWIRAUSAHA
Proses Kewirausahaan
TAHAP PERINTISAN
STIMULAN
MENCARI DAN
MENEMUKAN PELUANG
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN UNTUK
MENGIMPLEMENTASIKAN
PELUANG
TAHAP
PENGEMBANGAN
DUPLIKASI
PENGEMBANGAN
INTERNAL
EKSTERNAL
IMPLEMENTASI
Pengembangan konsep
Persiapan sumber daya
Operasional
PENCIPTAAN
16
Tahap Perintisan meliputi tahap stimulan, mencari dan menemukan peluang,
pengambilan keputusan untuk mengimplementasikan peluang dan implementasi
yang terdiri dari pengembangan konsep, persiapan sumber daya hingga
operasional usaha itu sendiri. Faktor yang mendorong proses kewirausahaan
seseorang pada tahap perintisan ada dua macam yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan,
pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan
untuk merdeka. Sedangkan faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan,
tim, keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan.
Tahap Pengembangan meliputi tahap imitasi, duplikasi dan penciptaan. Faktor
yang mendorong proses kewirausahaan seseorang pada tahap pengembangan ada
tiga macam yaitu faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha. Faktor
internal seperti wirausahawan, kreatifitas, kepemimpinan, komitmen dan visi.
Faktor eksternal meliputi pesaing, mitra bisnis, investor dan bankir, serta tim.
Sedangkan faktor kemampuan berwirausaha antara lain mengatasi masalah,
perencanaan, bernegosiasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
3. METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena
sosial dan masalah manusia (Husein dan Umar, 2001). Menurut Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2007: 3) metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Creswell (1996) dalam Saputro
(2011) memperkenalkan lima jenis metode penelitian kualitatif. Kelima metode
itu adalah: Biografi, Fenomenologi, Grounded Theory, Ethnografi dan Studi
Kasus.
17
Penelitian ini akan meneliti mengenaitahapan dan faktor pendorong proses
kewirausahaan dalam perintisan dan pengembangan usaha pada pemilik UKM
CV. Coco Prima Jaya, Erwadi Rahardjo. Oleh sebab itulah metode pendekatan
kualitatif yang digunakan adalah metode biografi. Untuk memperoleh data
mengenai peranan proses kewirausahaan pemilik sebagai penentu kesuksesan
UKM dalam menembus pasar ekspor, penulis menggunakan metode biografi
berdasarkan perjalanan hidup yang berkaitran dengan aktivitas bisnis dari obyek
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah
data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya (Saputro, 2011).
Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
secara mendalam. Wawancara akan dilakukan terhadap pemilik Usaha Kecil
Menengah CV. Coco Prima Jaya sebagai subyek penelitian, serta karyawan, mitra
kerja dan buyer dari CV. Coco Prima Jaya. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. MenurutNazir (1988), teknik
analisis deskriptif yaitu suatu pendekatan dsalam rangka meneliti kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tahap Perintisan
Pemilik Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya, Erwadi Rahardjo mulai
menggeluti usahanya yang bergerak di bidang produksi briket arang dari batok
kelapa sejak bulan Februari tahun 2007. Sebelum terjun di bidang bisnis ini, ia
merupakan seorang pengusaha di bidang kerajinan dari kuningan. Usaha tersebut
mengalami kegagalan pada tahun 2006 dan Erwadi mengalami kerugian mencapai
Rp 1,2 miliar. Kerugian ini menyebabkan kondisi finansialnya mengalami
18
guncangan yang sangat besar hingga ia harus menjual hampir semua aset berharga
dan menguras tabungan yang dimilikinya untuk membayar hutang. Kejadian
inilah yang menjadi stimulan baginya untuk memutar otak bagaimana cara agar
dapat bangkit kembali dan bertahan hidup setelah usahanya mengalami
kebangkrutan dan merugi dalam jumlah yang sangat besar.
Satu tahun setelah bisnis kuningannya terhenti, Erwadi menghubungi kerabatnya
yang berdomisili di Amerika Serikat untuk mencari peluang usaha apakah yang
barangkali dibutuhkan oleh pasar di sana. Ia pun menemukan peluang ketika
kerabatnya yang bernama Laurens tersebut berkunjung menemuinya dan
membawa sampel briket arang dari batok kelapa. Apabila ia dapat memproduksi
barang seperti itu, maka Laurens dapat memasarkan di Amerika Serikat.
Melihat adanya peluang usaha yang menjanjikan, Erwadi pun mengambil
keputusan untuk mengimplementasikannya dengan mulai berusaha mencari cara
untuk memproduksi briket arang. Ia mendapat modal awal sebesar Rp 17 juta dari
Laurens untuk melakukan perancangan alat produksi dengan perjanjian apabila
alat yang dibuat tidak dapat menghasilkan produk sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan, maka Erwadi berkewajiban mengembalikan modal tersebut
kepada Laurens. Namun pada perjalanannya, pembuatan briket arang tersebut
tidak semudah yang dibayangkan.
Pada implementasi bisnis, pada awalnya Erwadi melihat mesin hidrolik untuk
memproduksi briket arang rakitan pabrik berharga ratusan juta rupiah. Hampir
mustahil dengan modal belasan juta rupiah dapat merancang mesin seperti buatan
pabrik, oleh sebab itu kreatifitasnya muncul. Dengan mempelajari cara kerja
mesin hidrolik, ia melakukan eksperimen pembuatan alat dengan cara kerja yang
sama, namun dioperasikan secara manual sepenuhnya oleh tenaga manusia
menggunakan peralatan sederhana yaitu dongkrak hidrolik untuk truk. Setelah
peralatan tersebut dapat digunakan untuk berproduksi, maka Erwadi membuka
pabrik pertamanya pada bulan Februari 2007 yang berdiri di atas lahan seluas 2 ha
peninggalan ayahnya di daerah Bawen. Erwadi menjalankan pabrik dibantu oleh 4
tenaga kerja. Untuk keperluan teknis, ia dibantu oleh seorang teman dekatnya
19
yang bernama Handoko. Pabrik sederhana tersebut beroperasi selama 8 jam per
hari dengan kapasitas produksi mencapai 3 kuintal setiap harinya.
4.1.1. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap Perintisan
a. Faktor Internal
Seorang wirausaha memiliki faktor yang berasal dari dalam dirinya untuk
mendorong perintisan sebuah usaha. Begitu pula dengan Erwadi, ia
memiliki beberapa faktor internal yang secara signifikan mendorong
dirinya untuk melakukan perintisan usaha briket arang tersebut. Di
antaranya adalah dapat mengambil inisiatif untuk bertindak, sikap
toleransi terhadap resiko yang tinggi, sikap pantang menyerah dan
kemampuan dalam berusaha serta pengalaman berwirausaha.
b. Faktor Eksternal
Selain faktor yang berasal dari dalam dirinya, seorang wirausaha juga
memiliki faktor yang berasal dari luar dirinya seperti lingkungan,
sosiologi dan organisasi. Sebagai seorang wirausaha, Erwadi pun
memiliki faktor eksternal yang mendorong dirinya untuk merintis pabrik
briket arang batok kelapa yang dimilikinya. Selain menemukan peluang
usaha yang prospektif, ia juga memiliki jaringan yang luas hingga ke
mancanegara, berbagai dukungan baik dari keluarga dan tim yang dapat
diajak bekerja sama, maupun dukungan secara finansial dari Laurens,
serta adanya potensi pasar sekaligus ketersediaan bahan baku dan kondisi
kompetisi yang relatif ringan.
20
Tabel 4.1: Tahapan Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorongpada
Masing-Masing Tahap Erwadi Rahardjo dalam Merintis Usaha
Faktor Pendorong
Proses
Kewirausahaan Internal Eksternal
Stimulan Kondisi finansial: Erwadi
mengalami kebangkrutan
pada usahanya yang
terdahulu, kerugian material
yang sangat besar dan tidak
memiliki pendapatan selama
satu tahun memicunya untuk
merintis usaha briket arang
dengan tujuan agar dapat
bertahan hidup.
Peluang usaha: adanya
informasi mengenai kebutuhan
akan produk briket arang dari
batok kelapa mendorong
Erwadi untuk merintis usaha.
Mencari dan Menemukan
Peluang Inisiatif: Erwadi memiliki
inisiatif untuk menghubungi
Laurens. Dari inisiatif yang
diambilnya inilah ia dapat
merintis bisnisnya dari ide
yang dimiliki oleh Laurens.
Jaringan: adanya relasi dengan
Laurens yang tinggal di
Amerika Serikat mendorong
Erwadi untuk merintis usaha
briket arang. Tidak semua
pengusaha memiliki jaringan
hingga ke mancanegara
sepertinya.
Pengambilan Keputusan
untuk
Mengimplementasikan
Peluang
Sikap toleransi terhadap
resiko: Erwadi berani
bereksperimen dengan cara
trial and error dalam
melakukan perancangan
hingga merakit peralatan
produksi dengan anggaran
yang terbatas. Langkah
tersebut beresiko tinggi
mengingat besarnya
kemungkinan gagal. Pengalaman: Erwadi
memiliki banyak pengalaman
sebagai seorang
entrepreneur.
Dukungan finansial dari pihak
lain: kondisi finansial Erwadi
ketika merintis usaha briket
arang tersebut sangat
memprihatinkan. Dukungan
finansial sangat dibutuhkan
untuk memulai usaha kembali,
dan dalam hal ini Erwadi
mendapat modal awal sebesar
Rp 17 juta dari Laurens
dengan perjanjian yang jelas,
yaitu apabila perancangan alat
produksi berhasil, Erwadi
tidak perlu mengembalikan
modal tersebut, namun apabila
perancangan alat produksi
tersebut gagal, ia harus
mengembalikan modal yang
telah diberikan.
Implementasi Sikap pantang menyerah dan
kemampuan: kebangkrutan
yang dialami Erwadi ketika
Dukungan tim: Handoko,
teman dekat dari Erwadiyang
menguasai bidang teknik
21
berbisnis kuningan tidak
menjadikannya berputus asa.
Hal ini menunjukkan
sikapnya yang pantang
menyerah dalam berusaha.
Walaupun omzet awal pabrik
briketnya belum sebanding
dengan bisnis yang terdahulu,
ia tetap gigih
mengimplementasikan usaha
tersebut. Kemampuan dalam
berbisnis dan mengelola
usaha juga mendukung
implementasi usaha barunya.
mendukung Erwadi dalam
merealisasikan usaha briket
arangnya. Dukungan keluarga: Erwadi
mendapat dukungan dari
ayahnya berupa lahan untuk
mendirikan pabrik. Dukungan
ini sangat berarti baginya,
karena Erwadi merintis usaha
briket arangnya di tengah
kondisi finansial yang sedang
terpuruk, sehingga tanpa lahan
yang telah tersedia maka
hampir mustahil baginya untuk
memulai usaha. Potensi pasar: Permintaan
pasar di Amerika Serikat
terhadap briket arang semakin
meningkat. Ketersediaan bahan baku:
Indonesia merupakan negara
agraris yang memiliki banyak
pantai, maupun perkebunan
kelapa untuk memenuhi
produksi kopra. Hal ini berarti
ketersediaan bahan baku
berupa batok kelapa sangat
berlimpah serta memiliki harga
jual yang relatif terjangkau. Kondisi kompetisi: belum
banyaknya kompetitor di
Indonesia yang mampu
memenuhi standar kualitas
yang diterapkan oleh buyer
dari Amerika Serikat dan
Eropa membuat kondisi
persaingan cenderung tidak
ketat bagi Erwadi.
22
4.1.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi
Rahardjo dalam Merintis Usaha
4.2. Tahap Pengembangan
Walaupun pabrik yang sukses dirintisnya telah memiliki kapasitas produksi yang
cukup besar, namun pencapaian itu tidak membuat Erwadi berpuas diri. Sembari
terus menjalankan proses produksi pabriknya, ia melakukan eksperimen terus-
menerus pada peralatan produksinya berdasarkan ide-idenya sendiri dengan
harapan dapat meningkatkan kapasitas produksi. Hanya dalam kurun waktu 5
bulan setelah pabriknya beroperasi, tepatnya pada bulan Juli 2007 ia telah
mengganti alat produksinya yang menggunakan dongkrak hirolik dengan mesin
hidrolik sebagai penggerak alat press. Pengembangan ini sangat berarti untuk
meningkatkan efisiensi tenaga manusia karena digerakkan oleh mesin walaupun
masih dioperasikan oleh manusia. Dengan inovasi yang dilakukan, Erwadi
berhasil meningkatkan kapasitas produksinya hingga mencapai 7 kuintal per hari.
Pada saat ini pula ia mulai mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 30 orang.
Implementasi Stimulan Mencari dan
Menemukan
Peluang
Pengambilan Keputusan
untuk
Mengimplementasikan
Peluang
INTERNAL:
- Kondisi
finansial
INTERNAL:
- Inisiatif
INTERNAL:
- Sikap toleransi
terhadap resiko
- Pengalaman
INTERNAL:
- Sikap pantang
menyerah dan
kemampuan
EKSTERNAL:
- Peluang
usaha
EKSTERNAL:
- Jaringan
EKSTERNAL:
- Dukungan
finansial dari
pihak lain
EKSTERNAL:
- Dukungan tim dan keluarga
- Potensi pasar
- Ketersediaan bahan baku
- Kondisi kompetisi
23
Berselang 1 bulan setelah mesin hidrolik beroperasi (Agustus 2007), ia langsung
menambah jam kerja efektif pabrik menjadi 14 jam per hari dengan sistem shifting
yang berarti kapasitas produksi meningkat hingga mencapai 1,4 ton per hari dan
mempekerjakan 60 orang karyawan. Selain melakukan pengembangan pada
kuantitas produksi, ia juga merekrut 2 orang manajer produksi dan seorang
manajer administrasi.
Mengingat permintaan di Amerika Serikat akan produk briket arang dari batok
kelapa terus meningkat dan seluruh hasil produksi pabriknya dibeli oleh buyer,
maka Erwadi terus berupaya untuk mengembangkan kuantitas produksinya tanpa
mengurangi kualitasnya. Masih dengan sistem kerja peralatan yang sama, pada
bulan Februari 2008 ia sukses meningkatkan kapasitas produksi briket arangnya
hingga mencapai 2,4 ton per hari. Pengembangan yang dilakukan tidak berhenti
sampai di situ, secara bertahap kapasitas produksi pabrik briket Erwadi
ditingkatkan hingga menembus 4,5 ton per hari pada akhir tahun 2008 dengan
jumlah tenaga kerja mencapai 90 orang yang dibagi menjadi 3 shift kerja dan
pabrik beroperasi selama 24 jam penuh.
Setelah 5 tahun pabriknya berjalan stabil, Erwadi melakukan ekspansi bisnis
dengan mendirikan pabrik keduanya yang berlokasi di desa Bener, Kabupaten
Semarang pada bulan September 2012. Selain itu, ia kembali melakukan inovasi
dengan merancang alat produksi baru untuk pabrik barunya. Alat produksi yang
baru menggunakan teknik cetak. Teknik baru ini dirancang untuk menyesuaikan
dengan permintaan buyer. Produk dari pabrik kedua ini adalah briket arang
berbentuk kubus berukuran 2,5cm x 2,5 cm x 2,5 cm untuk pembuatan BBQ, serta
balok berukuran 2,5 cm x 1,5 cm x 1,5cm untuk shisha dan diekspor ke Amerika
Serikat, Inggris serta Belgia. Ukuran briket yang relatif kecil ini tidak
memungkinkan untuk diproduksi dengan menggunakan alat pres, sehingga
dibuatlah alat cetak agar kualitas produknya dapat lebih optimal. Pabrik yang
berdiri di atas lahan seluas 1000M2 ini memiliki kapasitas produksi 2 ton per hari
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 30 orang, 1 manajer produksi dan 1 manajer
administrasi.
24
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menstabilkan pabrik, 6 bulan dirasa cukup
untuk membuat pabrik keduanya telah beroperasi secara optimal seperti pabrik
pertamanya dan Erwadi kembali melakukan ekspansi dengan membuka pabrik
ketiganya yang hanya berjarak 200M dari pabrik keduanya pada bulan Maret
2013. Untuk mendirikan pabrik yang terbaru ini, ia menggandeng 2 orang investor
dari Jakarta, yang salah satunya juga menjadi manajer administrasi di pabrik yang
berdiri di atas lahan seluas 1500M2 ini memiliki kapasitas produksi 3 ton per hari
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 45 orang yang dibagi menjadi 3 shift. Untuk
jajaran manajerial masih sama dengan pabrik sebelumnya, hanya ditambah
seorang manajer administrasi dan seorang manajer produksi, sedangkan manajer
administrasi yang sebelumnya dipindah ke bagian purchasing. Pabrik terbaru ini
berproduksi untuk melayani pasar Jerman dengan briket berbentuk kubus
berukuran 2,5cm x 2,5 cm x 2,5 cm dan memiliki spesifikasi produk baru yang
belum pernah diterapkan sebelumnya. Kadar abu yang ditetapkan kurang dari
1,8% dan tidak ada toleransi terhadap keretakan fisik pada briket untuk menjamin
kualitas briket yang diklaim merupakan produk terbaik yang pernah diproduksi.
Pada saat ini dapat dikatakan bahwa usaha Erwadi telah mencapai kesuksesan
dengan perkembangan yang sangat signifikan dalam jangka waktu yang belum
terlalu lama. Dalam kurun waktu 6 tahun, pabrik briket arang yang dimilikinya
telah mencapai 3 buah, tujuan ekspornya adalah 4 negara maju. jumlah karyawan
yang pada awalnya hanya 4 orang telah mengalami peningkatan menjadi 165
orang, jumlah manajer yang pada awalnya hanya 2 orang telah bertambah menjadi
8 orang, dan yang terpenting adalah kapasitas produksi yang meningkat tajam dari
3 kuintal menjadi 9,5 ton per hari.
Ketika disinggung mengenai rahasia dan kunci kesuksesan dalam pengembangan
bisnisnya, Erwadi berkata
“Kunci utama dalam pengembangan bisnis adalah kepercayaan dari
para buyer. Bagi saya kepercayaan adalah segalanya, apabila
seseorang diberi kepercayaan kecil dan dapat memegangnya dengan
baik, maka kepercayaan yang diberikan akan semakin besar. Dari
kepercayaan yang semakin besar, maka pihak yang memberikan
kepercayaan juga akan semakin banyak.”
25
Hal inilah yang dirasakannya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Pada awal
perintisan usaha briket arangnya, Erwadi hanya memiliki seorang buyer dan
kuantitas pembeliannya pun relatif kecil, namun karena ia tidak pernah
menyalahgunakan kepercayaan sekecil apa pun yang diberikan, maka seiring
berjalannya waktu ia semakin dipercaya untuk memproduksi dan menjual briket
arang dengan kuantitas yang semakin meningkat secara bertahap. Selain itu,
karena nama Erwadi telah semakin dikenal di dunia “perbriketan”, maka jumlah
buyer yang memberi kepercayaan kepadanya juga semakin bertambah hingga
mencapai 3 orang pada saat ini.
Tentu saja untuk membangun dan menumbuhkan kepercayaan bukan merupakan
hal yang mudah. Walaupun demikian, Erwadi pernah menyampaikan pernyataan
sebagai berikut
“Untuk mendapatkan kepercayaan hanya dibutuhkan langkah sederhana. Dalam usaha briket, saya selalu berpegang pada prinsip
3K dari dulu sampai sekarang. Asal kita selalu bekerja sesuai
dengan prinsip tersebut, maka dengan sendirinya kepercayaan akan
didapatkan.”
K yang pertama dari prinsip 3K adalah Kualitas, artinya briket arang yang
diproduksi oleh CV. Coco Prima Jaya memiliki kualitas yang terbaik karena
spesifikasi produknya disesuaikan dengan standar yang berlaku di Amerika
Serikat dan Eropa (tertinggi di seluruh dunia). K yang kedua adalah Kuantitas,
artinya kapasitas produksi briket arang yang dihasilkan oleh CV. Coco Prima Jaya
memiliki standar tertentu yang telah disepakati dengan pihak buyer. Mengingat
seluruh produk yang dihasilkan ditujukan untuk melayani pasar ekspor, kapasitas
produksi merupakan hal yang sangat penting, karena apabila kapasitas produksi
tidak mencukupi atau kecepatan produksi kurang memadai, maka tidak
memungkinkan untuk melayani pasar ekspor. K yang ketiga adalah Komitmen,
dalam hal ini adalah kestabilan baik kualitas maupun kuantitas produk yang
dihasilkan. Komitmen dapat dicapai dengan melakukan Quality Control yang
ketat pada setiap stasiun kerja di pabrik. Karena adanya target dalam hal kriteria
kualitas dan deadline penyelesaian produksi per kontainer yang ditentukan oleh
26
buyer, maka pihaknya menempatkan seorang quality controller di lokasi pabrik
untuk membantu Erwadi memastikan proses produksinya berjalan dengan baik
dan lancar.
Kepercayaan yang diperoleh Erwadi dari para buyernya tidak hanya berhenti pada
transaksi jual-beli. Lebih dari itu, ia mendapatkan manfaat yaitu kemudahan
dalam mengakses permodalan dari para buyer. Herbert Manson yang merupakan
salah satu perwakilan dari pihak buyer di Indonesia menjelaskan bahwa ketika
Erwadi membutuhkan suntikan dana, maka para buyer dengan penuh kepercayaan
membayar lunas pesanan briketnya walaupun proses produksi baru dimulai.
Bahkan ketika mesin-mesin produksi milik CV. Coco Prima Jaya memerlukan
peremajaan, maka Herbert bersedia memberikan kredit lunak tanpa agunan
kepada Erwadi yang pelunasaannya dilakukan secara bertahap dengan memotong
pembayaran pembelian briket arang dengan jumlah tertentu setiap kali
pengiriman.
Untuk dapat selalu berpegang pada prinsip 3K guna menjaga kepercayaan dari
para buyer, Erwadi tidak hanya menerapkan prinsip tersebut sebagai pedoman
kerja dirinya sendiri, namun juga ditanamkan pada seluruh karyawannya. Hal ini
dibenarkan oleh Hezron Sabtyo sebagai manajer produksi pabrik kedua CV. Coco
Prima Jaya dengan pernyataan sebagai berikut
“Babahe(panggilan akrab Erwadi di kalangan para karyawan)
adalah bos yang paling santai pada saat tidak membahas masalah
produksi, tetapi beliau bisa menjadi sangat saklek (tidak fleksibel)
ketika sudah membicarakan masalah produksi. Semua karyawan
mulai dari tukang sortir hingga manajer juga dibiasakan mengikuti
prinsip 3K tersebut dan dampaknya dapat membuat kami semua
menjadi lebih disiplin dalam bekerja.”
27
Tabel 4.2: Proses Pengembangan Usaha Briket Arang Batok
Kelapa Erwadi Rahardjo
Lokasi Pabrik Bulan/Tahun Alat Produksi Jumlah
Karyawan
Jumlah
Manajer
Jumlah shift
per hari
Kapasitas
Produksi
per Hari
1. Bawen Februari/2007
Juli/2007
Agustus/2007
Februari/2008
November-
Desember/2008
Dongkrak manual
Hidrolik
Hidrolik
Hidrolik baru
Hidrolik baru
4
30
60
60
90
2
2
5
5
5
1
1
2
2
3
3 kuintal
7 kuintal
1,4 ton
2,4 ton
4,5 ton
2. Tengaran A September/2012 Screw cetak 30 3 2 2 ton
3. Tengaran B Maret/2013 Screw cetak 45 5 3 3 ton
4.2.1. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap
Pengembangan
a. Faktor Internal
Setelah berhasil melakukan perintisan sebuah usaha, seringkali seorang
wirausaha tidak cukup puas dengan pencapaiannya dan terdorong untuk
melakukan pengembangan pada usaha yang dimilikinya. Seperti halnya
pada tahap perintisan, terdorongnya seorang wirausaha untuk
mengembangkan bisnisnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang di
antaranya berasal dari dalam dirinya. Seperti Erwadi dalam
mengembangkan usaha briket arangnya juga didorong karena dirinya
memiliki kreatifitas yang tinggi, jiwa kepemimpinan, serta komitmen dan
visi.
b. Faktor Eksternal
Dalam mengembangkan sebuah usaha yang telah berhasil dirintis,
seringkali seorang wirausaha mendapat dukungan dari pihak lain yang
menjadi faktor pendorong melakukan pengembangan usaha. Dalam hal
ini Erwadi juga mendapat dukungan dari pihak lain sehingga ia
mengambil tindakan untuk terus melakukan pengembangan pabrik briket
arangnya. Pihak yang mendukungnya di antaranya lingkungan industri,
akses permodalan yang mudah, investor dan bankir serta tim.
28
c. Faktor Strategi Berwirausaha
Strategi berwirausaha sangat erat dengan keberhasilan seorang
wirausahawan dalam mengelola bisnisnya, termasuk pada saat
melakukan pengembangan usaha. Strategi berwirausaha yang dimiliki
oleh Erwadi berperan penting dalam menyumbang kesuksesan
pengembangan usaha briket arang yang dimilikinya. Beberapa strategi
berwirausaha yang memiliki kontribusi signifikan adalah kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus pengambilan
keputusan dalam mengelola bisnis, strategi manajerial, kemampuan
untuk melakukan perencanaan dan negosiasi.
Tabel 4.3: Tahapan Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorongpada
Masing-Masing Tahap Erwadi Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha
Faktor
Pendorong
Proses
Kewirausahaan
Internal Eksternal Strategi Berwirausaha
Pengembangan Kreatifitas:
merupakan faktor
krusial dalam
pengembangan
usaha Erwadi
terutama pada
peningkatan
kapasitas
produksi,
pengembangan
variasi bentuk,
ukurandan
spesifikasi briket
yang juga
menuntut
modifikasi
peralatan
produksi. Komitmen:
quality control
yang sangat ketat
sesuai dengan
spesifikasi produk
Lingkungan
industri:
Pengembangan
usaha yang
dilakukan Erwadi
sangat terbantu
oleh mitra-mitra
bisnisnya, seperti
buyer yang
meningkatkan
kuantitas
pembelian secara
kontinu, pemasok
arang dan tepung
tapioka yang
jumlahnya terus
bertambah dan
kuantitas pasokan
per pemasok juga
meningkat, serta
belum adanya
pesaing yang head
to head secara
Bernegosiasi: Erwadi
memiliki
kemampuan
bernegosiasi yang
baik, hal ini dapat
dibuktikan dengan
keberhasilannya
untuk mencapai deal
dengan pihak
pemasok maupun
buyer. Hal ini dapat
dilihat dari
penawaran dan
permintaan kenaikan
harga jual briket
arang yang diajukan
selalu disepakati oleh
pihak buyer.
29
serta ketepatan
waktu
penyelesaian
produksi sesuai
dengan target atau
perjanjian.
Dengan demikian
kepercayaan buyer
terhadap Erwadi
terus meningkat
dan hal ini
berdampak positif
dalam
pengembangan
usahanya.
langsung dengan
CV. Coco Prima
Jaya. Akses
permodalan:
Erwadi memiliki
akses permodalan
yang mudah
kepada para buyer.
Karena ia telah
mendapat
kepercayaan
penuh, maka ia
dapat menambah
modal kerja dari
para buyer demi
peningkatan
kuantitas
produksi. Para
buyer dapat
memberikan kredit
lunak kepadanya
sewaktu-waktu
dibutuhkan.
Penciptaan Inovatif: Erwadi
terus melakukan
inovasi pada
peralatan
produksi, mesin
produksi,
komposisi serta
hal-hal yang
bersifat teknis
lainnya dengan
tujuan untuk
mengembangkan
kualitas dan
kuantitas
produknya.
Dukungan
investor dan
bankir: Erwadi
membuka
kesempatan bagi
investor yang
berminat untuk
bekerja sama
mendirikan
pabrik. Dukungan
bank pun cukup
berperan dengan
pinjaman yang
diberikan untuk
mendirikan pabrik
baru atau
menciptakan
sistem produksi
baru.
Perencanaan: karena
memiliki visi yang
jelas dalam
mengembangkan
bisnisnya, Erwadi
selalu merencanakan
penciptaan kreasi
baru baik pada
sistem produksinya,
pencarian sumber
bahan baku baru
maupun susunan
manajerial baru yang
ditargetkan dapat
dicapai dalam jangka
waktu tertentu. Ia
juga memikirkan
bagaimana cara
mencapainya sesuai
dengan target.
30
Selain faktor pendorong yang menonjol pada masing-masing tahap proses
kewirausahaan Erwadi dalam mengembangkan usaha, ia juga memiliki faktor
pendorong internal, eksternal dan strategi berwirausaha yang secara umum
berpengaruh pada semua tahap baik pengembangan maupun penciptaan.
Tabel 4.4: Faktor Pendorong Erwadi Rahardjo dalam Mengembangkan
Usaha Secara Umum
Faktor
Pendorong
Proses
Kewirausahaan
Internal Eksternal Strategi Berwirausaha
Pengembangan dan
Penciptaan Kepemimpinan:
Erwadi
menerapkan sistem
serius tapi santai
pada para
karyawannya.
Dalam komunikasi
sehari-hari, ia
memperlakukan
karyawan seperti
teman, namun
untuk hal yang
berkaitan dengan
pekerjaan, ia
sangat tegas
terhadap
karyawan-
karyawannya.
Mengingat produk
yang
diproduksinya
memiliki standar
kualitas yang
sangat tinggi, maka
ia tidak mentolerir
apabila terjadi
kesalahan yang
dilakukan para
karyawannya. Visi: Erwadi
memiliki visi ke
Tim: Tim
manajemen usaha
di yang dibawahi
oleh Erwadi pada
ketiga pabriknya
berjumlah 8
orang. Mereka
kompak untuk
mendukung
pengembangan
usaha, baik dalam
hal
pengembangan
produk maupun
penciptaan kreasi
baru. Setiap
orang
menjalankan
fungsinya
masing-masing
dengan baik.
Erwadi memiliki
strategi yang
cukup baik untuk
memotivasi
kinerja timnya
dengan cara
memberikan
saham kosong
kepada masing-
masing dari
Memecahkan
masalah: Mesin
penggerak yang sudah
relatif tua seringkali
bermasalah, namun
Erwadi selalu sigap
baik melakukan
langkah yang bersifat
antisipatif maupun
preventif untuk
mengatasinya.
Membawahi tim kerja
yang berjumlah
ratusan orang tentu
tidak lepas dari
permasalahan karena
perbedaan
kepentingan antar
anggota maupun hal-
hal lain, namun
Erwadi selalu
memiliki solusi untuk
memecahkannya.
Setiap ada masalah
pada timnya, ia selalu
menghadapi dengan
kepala dingin serta
menyelesaikannya
secara kekeluargaan
tanpa pernah disertai
emosi.
31
depan untuk selalu
mengembangkan
usahanya, visi
tersebut
direalisasikan ke
dalam
perencanaan-
perencanaan
pengembangan
usaha serta
mencari investor
untuk
mendukungnya.
anggota tim.
Selain tim
manajemen, tim
tenaga kerja yang
dibentuk oleh
Erwadi juga
sangat solid,
setiap ada
permasalahan,
Erwadi selalu
menyikapi
dengan bijak.
Pengambilan
keputusan: Untuk
memecahkan masalah
tertentu diperlukan
pengambilan
keputusan yang tepat.
Dalam pekerjaannya
Erwadi selalu dituntut
untuk mengambil
keputusan dengan
cepat dan tepat
mengingat ia selalu
menjaga komitmen
dalam target
penyelesaian
produksi, dan quality
control. Strategi Manajerial:
Karena usaha yang
dimilikinya masih
berskala usaha kecil,
maka Erwadi
bertindak sebagai
pemilik sekaligus
manajer. Hal ini
menuntutnya untuk
memiliki strategi jitu
dalam mengelola
usahanya yang dapat
dilihat dari langkah-
langkah konkret yang
diambilnya dalam
menjaga kualitas,
kuantitas dan
komitmen serta
membawahi puluhan
tenaga kerja dan
manajer dalam satu
pabrik.
32
4.2.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi
Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha
4.3. Pembahasan
4.3. Pembahasan
Seorang wirausahawan dapat dikatakan sukses ketika dirinya tidak hanya dapat
merintis suatu usaha, namun juga mampu mengembangkannya. Seperti Erwadi
yang berhasil merintis usaha briket arang dari batok kelapa mulai dari nol dan
mengembangkannya hingga pabrik ketiga serta memiliki total kapasitas produksi
hingga ratusan ton setiap bulan yang seluruhnya ditujukan untuk melayani pasar
ekspor. Pencapaian kesuksesan yang diraihnya dalam waktu relatif singkat
tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita yang berniat menggeluti dunia
entrepreneurship.
Berawal dari kebangkrutannya pada usaha terdahulu, Erwadi justru mendapat
stimulan untuk merintis usaha baru. Keberhasilannya dalam melakukan perintisan
usaha briket arang tersebut didorong oleh berbagai faktor-faktor internal seperti
inisiatif dalam mencari peluang usaha, sikap toleransi terhadap resiko untuk
mencoba hal baru, hingga pengalaman serta sikap pantang menyerah dan
kemampuan untuk mengeksekusi peluang yang ada. Ditambah dorongan faktor-
INTERNAL:
- Kreatifitas
- Komitmen
EKSTERNAL:
- Lingkungan industri
- Akses Permodalan
INTERNAL:
- Inovatif
EKSTERNAL:
- Dukungan investor
dan bankir
Pengembangan Penciptaan
STRATEGI
BERWIRAUSAHA:
- Bernegosiasi
STRATEGI
BERWIRAUSAHA:
- Perencanaan
INTERNAL:
- Kepemimpinan
- Visi
EKSTERNAL:
- Tim
STRATEGI
BERWIRAUSAHA:
- Memecahkan masalah
- Pengambilan
keputusan
- Strategi manajerial
33
faktor eksternal seperti peluang usaha yang terbuka, bekal jaringan yang luas
hingga Amerika Serikat, dukungan orang yang ahli di bidang teknik sebagai tim
kerja, dukungan keluarga serta finansial dalam hal modal awal usaha, adanya
pasar yang potensial, ketersediaan bahan baku yang memadai, kompetisi yang
relatif ringan semakin memantapkan proses perintisan bisnis tersebut hingga
terimplementasikan.
Pengembangan usaha tidak kalah pentingnya dengan proses perintisan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat perkembangan usaha Erwadi yang meningkat
pesat dalam waktu enam tahun (Tabel 4.3). Dalam mengembangkan usahanya, ia
mempelajari cara kerja mesin produksi buatan pabrik, kemudian melakukan
pengembangan dan penciptaan atas alat produksi dengan spesifikasi yang
disesuaikan dengan kualitas, kuantitas, bentuk serta ukuran briket yang diminta.
Teknologi terapan yang diaplikasikan pada sistem produksinya merupakan hasil
dari eksperimen Erwadi sendiri. Begitu pula dengan spesifikasi produk baru,
teknik produksi baru, pencarian bahan baku baru, manajemen baru seluruhnya
merupakan kesuksesan pengembangan hasil inovasi dan kreasinya. Dengan
prinsip 3K (Kualitas, Kuantitas, Komitmen), Erwadi sukses mendapatkan
kepercayaan dari para stakeholder. Menurutnya, kepercayaan mereka yang terus
meningkat dari waktu ke waktu merupakan kunci utama kesuksesan
pengembangan usahanya. Erwadi merupakan sosok pribadi yang kreatif, inovatif,
memiliki komitmen, visi dan jiwa kepemimpinan. Berbagai karakter
wirausahawan sukses tersebut menjadi faktor internal yang mendorong
pengembangan usaha. Kreatifitas dan inovatifitas Erwadi dapat dilihat dari
penggunaan teknologi produksi yang murni merupakan rancangannya sendiri,
sekaligus pengembangannya hingga saat ini, tidak ada satu pun alat produksi yang
dibeli secara utuh dari produsen. Komitmen merupakan bagian dari prinsip 3K
yang selalu dipegangnya dalam menjalankan usaha, ditambah dengan visi yang
diimplementasiikan dalam perencanaan-perencanaan matang dan sistem
kepemimpinan serius tapi santai menjadikan proses pengembangan bisnisnya
menjadi semakin cepat memperoleh pencapaian yang diharapkan. Karena selalu
34
berkomitmen dalam menjalankan usaha, maka Erwadi selalu mendapat dukungan
faktor-faktor eksternal terutama kepercayaan dari berbagai pihak baik buyer,
pemasok, maupun investor atau perbankan. Kepercayaan tersebut yang
menjadikan bisnisnya dapat berkembang pesat. Bahkan akses permodalan ke
buyer pun merupakan hal mudah bagi Erwadi, salah satu nilai tambah yang jarang
dimiliki oleh wirausahawan pada umumnya. Selain itu dukungan dari tim
manajemen juga turut menjadi faktor pendorong pengembangan usahanya.
Dalam melakukan pengembangan usaha, tidak hanya faktor internal dan eksternal
saja yang menjadi pendorong, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor strategi
berwirausaha. Sebagai wirausahawan handal, Erwadi memiliki strategi
berwirausaha yang mumpuni. Ia selalu mengambil tindakan antisipatif maupun
preventif sekaligus mengambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah
dalam proses produksi pabriknya, memiliki kemampuan negosiasi dan
perencanaan yang baik, serta kemampuan manajerial yang tidak diragukan dalam
mengelola sumber daya manusia dan berbagai aspek dalam usahanya.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pencapaian suatu usaha tidak lepas dari proses kewirausahaan pemiliknya dan
juga faktor-faktor pendorong yang mendukungnya. CV. Coco Prima Jaya, UKM
yang berproduksi di bidang briket arang dari batok kelapa berhasil mengekspor
produknya ke Amerika Serikat dan Eropa hingga ratusan ton setiap bulannya.
Pencapaian yang terbilang hebat tersebut merupakan hasil kerja keras dari Erwadi
Rahardjo sebagai pemilik dalam merintis dan mengembangkan usahanya.
Pada tahap perintisan, proses kewirausahaannya berawal dari kegagalan bisnis
terdahulu dan kebangkrutan yang menjadi stimulan baginya. Karena adanya
tuntutan untuk bertahan hidup dan tidak ada penghasilan yang diperoleh, maka ia
35
mencari peluang usaha dan menemukannya dari Laurens yang tinggal di Amerika
Serikat. Berikutnya, proses kewirausahaannya mencapai tahap pengambilan
keputusan untuk mengimplementasikan peluang usaha yang ada dengan bantuan
modal usaha dari Laurens untuk melakukan eksperimen perancangan alat-alat
produksi secara trial and error. Setelah keputusan diambil dan perancangan alat-
alat produksi mencapai tahap final, Erwadi melakukan implementasi bisnis yaitu
mulai memproduksi briket arang dari batok kelapa di atas tanah peninggalan
ayahnya di daerah Bawen. Proses kewirausahaan Erwadi pada tahap perintisan
tersebut didukung oleh faktor-faktor pendorong. Faktor pendorong ini dapat
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dimilikinya adalah inisiatif, toleransi terhadap resiko, pengalaman dan kegigihan.
Sedangkan faktor eksternal seperti jaringan, dukungan baik dari tim maupun
keluarga serta finansial, keterpaksaan dan keadaan, peluang usaha yang meliputi
potensi pasar, ketersediaan bahan baku, kompetisi.
Pada tahap pengembangan, proses kewirausahaan Erwadi tidak melewati tahap
duplikasi karena ia tidak meniru ide-ide orang lain namun melakukan
pengembangan atas ide-idenya sendiri yang menghasilkan diversifikasi bentuk,
ukuran dan spesifikasi produk, serta penciptaan yang inovatif seperti teknik
industri baru yang lebih efektif, membentuk manajemen baru dan pencarian bahan
baku baru seiring meningkatnya kapasitas produksi. Semuanya murni hasil kreasi
Erwadi beserta timnya. Proses kewirausahaan Erwadi pada tahap pengembangan
ini didorong oleh faktor-faktor yang dibagi menjadi tiga, yaitu faktor pendorong
eksternal, internal, dan strategi berwirausaha. Faktor internal meliputi kreatifitas,
inovatif, kepemimpinan, komitmen dan visi. Faktor eksternal meliputi lingkungan
industri yang terdiri dari buyer, pemasok dan pesaing, dukungan tim, investor dan
bankir, serta akses permodalan. Sedangkan faktor strategi berwirausaha yang
dimiliki Erwadi adalah kemampuan memecahkan masalah, perencanaan,
bernegosisasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
36
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Erwadi Rahardjo, SE. adalah sebaiknya ia
lebih memberikan batasan akan akses informasi terhadap seluruh sistem produksi
yang dimilikinya dari kalangan umum. Ia suka berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan siapa saja, namun alangkah baiknya diberikan peraturan
untuk membatasi kegiatan observasi dan pendokumentasian sistem produksi tanpa
izin resmi dari instansi yang jelas.
Selain mengenai pembatasan akses informasi perusahaan serta hak paten, saran
lain yang dapat diberikan untuk Erwadi adalah sebaiknya ia memberikan Standart
Operating Procedure (SOP) yang lebih jelas bagi para karyawan untuk
meningkatkan efisiensi. Erwadi berkeyakinan bahwa hanya dengan memberikan
target penyelesaian per kontainer saja para tenaga kerja sudah dapat bekerja secara
optimal, namun ia kurang memperhatikan detail proses pekerjaan mereka yang
terkadang menyebabkan adanya kemungkinan timbulnya inefisiensi.
5.3. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan di dalam penelitian ini adalah adanya keterbatasan waktu yang
tersedia untuk melakukan wawancara karena kesibukan Erwadi yang sangat padat.
Ia bekerja tujuh hari penuh dalam satu minggu, sehingga pelaksanaan
pengumpulan data dengan wawancara dilakukan di tengah jam kerjanya.
Halangan ini menyebabkan data yang diperoleh masih kurang mendetail. Saran
yang dapat diberikan untuk penelitian yang akan datang adalah sebaiknya
dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai proses kewirausahaan dan
faktor-faktor pendorong dalam perintisan dan pengembangan usaha Erwadi
Rahardjo karena masih banyak hal-hal lebih detail yang bisa didapat. Dengan
demikian, penelitian yang akan datang tersebut dapat menyempurnakan penelitian
ini.
37
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, Ariwibowo Suprajitno, Sri Bawono. 2009. Kecerdasan Entrepreneur.
Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Adiningsih, Sri. 2011. Regulasi Dalam Revitalisasi Usaha Kecil dan Menengah di
Indonesia. http://lfip.uscschooloflaw.org
Azzahra, Rifzashani. 2009. Perilaku Wirausaha Mahasiswa Institut Pertanian
Bogor Peserta Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) dan
Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM). Skripsi Program
S1 Departemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor.
Bygrave, William D. 1994. The Portable MBA in Entrepreneurship. John Wiley
& Sons Inc, New Jersey.
Carland, James W., dkk. 1984. Differentiating Entrepreneurs from Small Business
Owners: A Conzeptualization. Western Carolina University Press, Western
Carolina.
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Mazubane, Ewart Mphilisi. 2009. A Strategic Entrepreneurial Model to Develop
Females for Tourism Related Businesses. Thesis Program S2 Nelson Mandela
University.
Mill, J.S. 1848. Principles of Political Economy with Some of Their Application to
Social Philosophy. John W. Parker, London.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakarta Business
School.
Rafinaldy, Neddy. 2004. Prospek Pengembangan Ekspor UKM.
http://www.smecda.com
Saputro, Rendy Kristiawan. 2011. Proses Kewirausahaan pada Art Angel, Skripsi
Program S1 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
(tidak dipublikasikan).
Schumpeter, J.A. 1934. The Theory of Economic Development. Harvard
University Press, Cambridge.
Setiadji, Bachtiar Hasan. 2010. Cara Praktis Membangun Wirausaha. Penerbit
Pustaka Ramadhan, Bandung.
38
Shapero, Albert, Lisa Sokol. 1982. The Social Dimensions of Entrepreneurship.
University of Illinois at Urbana-Champaign’s Academy for Entrepreneurial Leadership Historical Research Reference in Entrepreneurship.
Staw, Barry.M. 1991. Dressing Up Like an Organization: When Psychological
Theories Can Explain Organizational Action.
Tandiontong, dkk. 2012. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat
Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada The Majesty Hotel and Apartment,
Bandung). http://cls.maranatha.edu
Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Winardi, J. 2004. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Penerbit Prenada Media,
Jakarta.
Zimmerer, Thomas.W, Norman.M.Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
39
LAMPIRAN
Gambar 1: Screw cetak, teknologi produksi terbaru hasil karya Erwadi Rahardjo
Gambar 2: Rangkaian alat-alat produksi rancangan Erwadi Rahardjo
40
Gambar 3: Mesin pengaduk campuran arang dan tepung tapioka, salah satu alat produksi yang
inovatif rancanganErwadi Rahardjo
Gambar 4: Oven pengering briket arang
41
Gambar 5: Salah satu produk CV. Coco Prima Jaya yang dipasarkan di Amerika Serikat
Gambar 6: Penulis bersama dengan Erwadi Rahardjo ketika melakukan wawancara