proses menua

57
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Permasalahan Proses menua merupakan proses normal yang dimulai sejak pembuahan dan berakhir pada kematian. Sepanjang hidup tubuh berada pada keadaan dinamis, ada pembangunan dan ada perusakan.Pada saat pertumbuhan proses pembangunan lebih banyak daripada proses perusakan. Setelah tumbuh secara faali mencapai tingkat kedewasaan, proses perusakan secara berangsur akan melibihi proses pembangunan. Inilah saatnya terjadi proses menua atau aging. Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya lambat cepatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang bersangkutan. Proses menua merupakan proses yang terjadi terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup (Nugroho, 2000). Saat menjadi tua, maka perlahan-lahan proses regenerasi jaringan akan hilang dan diikuti menurunnya fungsi dan struktur jaringan sehingga tidak lagi kuat menahan berbagai gangguan termasuk infeksi. Pada orang- 1

Upload: susisanasini

Post on 29-Dec-2015

146 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

proses menua

TRANSCRIPT

Page 1: Proses Menua

BAB IPENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang Permasalahan

Proses menua merupakan proses normal yang dimulai sejak pembuahan

dan berakhir pada kematian. Sepanjang hidup tubuh berada pada keadaan dinamis,

ada pembangunan dan ada perusakan.Pada saat pertumbuhan proses pembangunan

lebih banyak daripada proses perusakan. Setelah tumbuh secara faali mencapai

tingkat kedewasaan, proses perusakan secara berangsur akan melibihi proses

pembangunan. Inilah saatnya terjadi proses menua atau aging.

Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal

yang wajar akan dialami semua orang yang dikaruniai umur panjang. Hanya

lambat cepatnya proses tersebut tergantung pada masing-masing individu yang

bersangkutan. Proses menua merupakan proses yang terjadi terus menerus

(berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua

makhluk hidup (Nugroho, 2000).

Saat menjadi tua, maka perlahan-lahan proses regenerasi jaringan akan

hilang dan diikuti menurunnya fungsi dan struktur jaringan sehingga tidak lagi

kuat menahan berbagai gangguan termasuk infeksi. Pada orang-orang usia lanjut,

degenerasi organ seperti otot, tulang, jantung, pembuluh darah, dan sistem saraf

menyebabkan penurunan keseimbangan (Yulianto, 2008)

Menjadi tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat

sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul

keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan penglihatan

berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah, serta terjadi

penimbunan lemak terutama di perut dan pinggul. Kemunduran lain yang terjadi

adalah kemampuan-kemampuan lognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi

terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal/ide baru

(Maryam, 2008).

1

Page 2: Proses Menua

I.2. Skenario

Mieke, seorang artis senior berusia 60 tahun tampak khawatir dengan

kondisi giginya. Saat melihat hasil foto yang akan digunakan untuk iklan, dia

merasa giginya terlihat lebih gelap dan memanjang. Saat melihat di cermin, ia

juga melihat giginya banyak yang aus. Mieke merasa selalu merawat kebersihan

giginya dengan baik. Dokter menjelaskan bahwa kondisi tersebut berkaitan

dengan faktor usia.

I.3. Rumusan Masalah

1. Apa saja tanda-tanda perubahan saat mengalami proses penuaan?

2. Bagaimana tahapan proses penuaan ?

3. Apa saja faktor yang mempengaruhi proses penuaan?

4. Apa pengaruh proses penuaan terhadap struktur rongga mulut ?

5. Bagaimana cara memperlambat proses penuaan ?

I.4. Tujuan

1. Mengetahui perubahan pada rongga mulut saat mengalami proses menua.

2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi proses menua.

3. Mengetahui akibat dari gangguan pada proses menua dan cara

mencegahnya.

I.5. Manfaat

Menyelesaikan tugas kelompok tutorial II, untuk skenario 3

stomatognasi 1. Dapat mengetahui perubahan yang terjadi pada rongga

mulut saat mengalami proses menua. Mengetahui faktor apa saja yang

mempengaruhi proses menua. Mengetahui akibat dari gangguan pada

proses menua dan cara mencegahnya.

2

Page 3: Proses Menua

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Penuaan

1. Teori biologi

Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik

penuaan yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan,

panjang usia dan kematian. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam

upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai

dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis

mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi

pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke

waktu serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan

terhadap organisme dan kematian atau perubahan seluler (Stanley, 2006).

a. Teori Genetika

Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan

merupakan suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara

turun-temurun (genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan

struktur jaringan. Teori genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan

kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. DNA merupakan asam

nukleat yang berisi pengkodean mengenai infornasi aktivitas sel, DNA

berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel

dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka

akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan

malfungsi organ (Stanley, 2006).

Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program

maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal

akan membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik

3

Page 4: Proses Menua

diprogram untuk berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada

saat itu sel akan mulai kehilangan fungsinya (Miller, 1999).

Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses menua

merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila

usia semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak

lingkungan pada tubuh yang dapat mempengaruhi susunan molekular

(Stanley, 2006).

b. Teori Wear and Tear

Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat

nutrisi dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat

bahwa sel somatik nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam

bereplikasi dan menjalankan fungsinya. Kematian sel terjadi karena

jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear and tear

mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang terseddia

dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan (Stanley, 2006).

c. Teori Rantai Silang

Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang

dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen

rantai silang yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan

bertambahnya usia, mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah,

dan proses cross-link terus berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil

akhirnya adalah akumulasi silang senyawa yang menyebabkan mutasi

pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah metabolik

(Miller, 1999).

d. Teori Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa

perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan

4

Page 5: Proses Menua

karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi (Stanley,

2006).

e. Teori Imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama

proses penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam

pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh

sehingga pada lamsia akan sangat mudah mengalami infeksi dan kanker

(Stanley, 2006). perubahan sistem imun ini diakibatkan perubahan pada

jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T intuk

memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun

akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan

pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri

(Tonny, 1999).

f. Teori Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat

menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal

bebas akan dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil

lolos dan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat

di lingkungan seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet,

mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan

(Tonny, 1999).

g. Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang

terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya

keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada

sistem saraf (Stanley, 2006).

h. Teori Organ Tubuh

5

Page 6: Proses Menua

Teori penuaan organ tunggal dilihat sebagai kegagalan penyakit yang

berhubungan dengan suatu organ tubuh vital. orang meninggal karena

penyakit atau keausan, menyebabkan bagian penting dari tubuh berhenti

fungsi sedangkan sisanya tubuh masih mampu hidup. Teori ini berasumsi

bahwa jika tidak ada penyakit dan tidak ada kecelakaan, kematian tidak

akan terjadi (Miller, 1999).

i. Teori Umur panjang dan Penuaan

Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-

faktor tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang:

tertawa; ambisi rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan

keluarga baik, kebebasan dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang

memiliki tujuan, dan pandangan hidup positif

j. Teori Medis

Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis

yang berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis

tubuh manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang

bertujuan menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses

penuaan. Metode penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan

banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam studi longitudinal,

beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda (Miller,

1999).

2. Teori Sosiologi

Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan

sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh (Stanley,

2006).

a. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis

tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori

6

Page 7: Proses Menua

pengembangan kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan

bahwa terdapat dua tipe kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia

akan cenderung menjadi introvert kerenan penurunan tanggungjawab dan

tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial (Stanley, 2006).

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus

dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk

mencapai penuaan yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian

perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia

tersebut berisiko untuk memiliki rasa penyeselan atau putus asa (Stanley,

2006).

c. Teori Penarikan Diri

Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat

dan tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak

sosial telah berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi

yang lebih muda. Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia

adalah agar dapat menyediakan eaktu untuk mengrefleksi kembali

pencapaian yang telah dialami dan untuk menghadapi harapan yang belum

dicapai (Stanley, 2006).

d. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses

maka ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan

cara yang penuh arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya

adalah suatu komponen kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian

menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran lansia secara negatif

mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas mental serta fisik yang

berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang kehidupan

(Stanley, 2006).

e. Teori Subkulutur

7

Page 8: Proses Menua

Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,

keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur

mereka sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang

terintegrasi secara baik dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi

lebih baik di antara lansia lainnya bila dibandingkan dengan orang dari

kelompok usia berbeda. Salah satu hasil dari subkultur usia akan menjadi

pengembangan "kesadaran kelompok umur" yang akan berfungsi untuk

meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi budaya negatif

dari penuaan (Tonny, 1999).

3. Teori Psikologis

Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena

penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga

melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku

atau regulasi diri (Stanley, 2006).

a. Teori Kebutuhan Manusia

Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan

manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada

lansia. Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil

prioritas untuk mencapai level yang lebih tinggi; aktualisasi diri akan

terjadi apabila seseorang dengan yang lebih rendah tingkat kebutuhannya

terpenuhi untuk beberapa derajat, maka ia akan terus bergerak di antara

tingkat, dan mereka selalu berusaha menuju tingkat yang lebih tinggi

(Tonny, 1999).

b. Teori Keberlangsungan Hidup dan perkembangan Kepribadian

Teori keberlangsungan hidup menjelaskan beberapa perkembangan

melalui berbagai tahapan dan menyarankan bahwa progresi sukses terkait

dengan cara meraih kesuksesan di tahap sebelumnya. ada empat pola dasar

kepribadian lansia: terpadu, keras-membela, pasif-dependen, dan tidak

terintegrasi (Neugarten et al.) (Tonny, 1999).

8

Page 9: Proses Menua

c. Teori Kepribadian Genetik

Teori kepribadian genetik berupaya menjelaskan mengapa beberapa lansia

lebih baik dibandingkan lainnya.; hal ini tidak berfokus pada perbedaan

dari kedua kelompok tersebut. Meskipun didasarkan pada bukti empiris

yang terbatas, teori ini merupakan upaya yang menjanjikan untuk

mengintegrasikan dan mengembangkan lebih lanjut beberapa teori

psikologi tradisional dan baru bagi lansia. Tema dasar dari teori ini adalah

perilaku bifurkasi atau percabangan dari seseorang di berbagai aspek

seperti biologis, sosial, atau tingkat fungsi psikososial. Menurut teori ini,

penuaan didefinisikan sebagai rangkaian transformasi terhadap

meningkatnya gangguan dan ketertiban dalam bentuk, pola, atau struktur

(Tonny, 1999).

II.2. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan

1. Faktor Genetik

Adanya pengaruh dari penyakit bawaan yang berasal dari genetik sehingga

akan mempengaruhi proses penuaan.

2. Faktor Endogenik

Hormon : menurunnya hormon estrogen dan testosterone menyebabkan

osteoblast menurun, osteoklast meningkat sehingga terjadai resorbsi dan

remodeling tulang dan tulang alveolar menjadi berkurang.

3. Faktor Eksogenik (faktor lingkungan dan gaya hidup)

- Diet/ asupan zat gizi

- Vitamin dapat memperlambat proses degenerative pada lansia.

- Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan

pengecapan.

- Merokok, dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga

mempercepat penuaan rongga mulut.

- Penyinaran Ultra Violet

- Polusi

9

Page 10: Proses Menua

4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dalam proses penuaan merupakan faktor prediposisi dari

kedua faktor sebelumnya, yaitu faktor Biologis dan faktor Psokologis.

Beberapa faktor lingkungan akan mempengaruhi kejiwaan seseorang dan juga

akan mempengaruhi fisik seseorang yang berkaitan dengan faktor Biologis.

5. Faktor Biologi - Psikologi

Berbagai stres psikologi yang dialami seseorang akan berpengaruh dengan

kondisi fisik seseorang. Dalam menghadapi stres tubuh berusaha melakukan

adaptasi dengan mengeluarkan berbagai macam hormon, substansi kimia dan

reaksi kimia untuk menghadapi stressor. Berbagai kompensasi dan adaptasi

tubuh secara berkelanjutan akan mengakibatkan tubuh kelelahan sehingga

akan mempercepat penurunan fungsi tubuh individu.

6. Faktor Biologi - Lingkungan

Berbagai macam kondisi lingkungan yang menjadi tempat hidup seseorang

akan mempengaruhi proses penuaan seseorang. Kondisi lingkungan akan

menyebabkan tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. Semakin

buruk kondisi lingkungan akan semakin keras pula tubuh berusaha beradaptasi

dengan lingkungan sekitar. Semakin nbesar tubuh beradaptasi akan

mengakibatkan tubuh cepat mengalami kerusakan dan kemunduran fungsi.

7. Faktor Psikologi - Lingkungan

Kondisi lingkungan sebagai lingkungan tempat tinggal seseorang akan

mempengaruhi tingkat stres individu. Misalnya seseorang yang hidup di kota

besar yang sibuk, daya saing tinggi dan konsumtif biasanya akan memiliki

tingkat stres yang tinggi. Tingkat stres psikologis yang tinggi ini akan

berpengaruh terhadap kemampuan tubuh dalam beradaptasi dengan stressor

sehingga proses kemunduran fungsi tubuh seseorang akan semakin cepat.

Sangat terbaik dengan kondisi lingkungan yang tenang, kondusif, aman dan

10

Page 11: Proses Menua

nyaman pada lingkungan tempat tinggal seseorang. Lingkungan yang kondusif

akan menyebabkan tingkat stres rendah sehingga tubuh cenderung akan

menggunakan energinya untuk mempertahankan fungsi optimalnya. (Suyono,

Aris, 2011)

II.3. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga Mulut

A. Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulut yaitu secara umum :

1. Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste bud berkurang.

2. Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu

kestabilan lengkung gigi sehingga mengganggu fungsi kunyah.

3. Epitel mukosa ludah terkelupas dan jaringan ikat dibawahnya sembuh

lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga

menyulitkan pembuatan protesa yang baik.

4. Secara klinis mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih

pucat, tipis kering dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini

yang menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap

tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran

saliva. (Silverman 1965).

5. Perubahan ukuran lengkung rahang.

B. Kelainan pada rongga mulut akibat penuaan :

1. Stomatitis Karena Gigi Tiruan

Lesi ini umumnya disebut sebagai denture stomatitis, seringkali

merupakan infeksi asimtomatis yang disebabkan oleh candida.

Mikroorganisme ini ditemukan pada mukosa dan jaringan gigi tiruan.

11

Page 12: Proses Menua

Stomatitis ini merupakan peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi

tiruan yang sifatnya dapat setempat atau menyeluruh.

Kondisi ini dipicu oleh pemakaian gigi tiruan yang terus menerus

sepanjang siang dan malam hari. Factor lain seperti xerostomia juga

mendukung terjadinya lesi ini. Hipersensitif terhadap salah satu komponen

dari bahan gigi tiruan dengan reaksi alergiknya juga merupakan salah satu

factor penyebab.

Stomatitis karena gigi tiruan seringkali merupakan kandidosisatrofik

kronis. Adanya plak microbial serta jamur pada permukaan gigi tiruan

yang bersinggungan dengan mukosa pengukung penting bagi

perkembangan stomatitis ini. Kondisi ini biasanya hilang dengan

pembersihan gigi tiruan yang baik, termasuk merendam gigi tiruan dalam

larutan antijamur di malam hari. Obat anti jamur seperti amfoterisin,

mikonasol atau nistatin mungkin diperlukan dan harus di aplikasikan ke

permukaan gigi tiruan sebelum gigi tiruan dipasang ke dalam mulut.

Kebanyakan pasien tidak menyadari adanya kelainan ini, karena biasanya

tanpa gejala. Beberapa pasien mengeluh adanya rasa panas atau gatal yang

biasanya dirasakan pada mukosa palatum atau mukosa lidah. Intensitas

peradangan berbeda-beda, kadang terbatas pada daerah tertentu atau bisa

pula mengenai seluruh jaringan pendukung gigi tiruan. Kelainan ini

cenderung terjadi pada rahang atas daripada rahang bawah. Kadang

terlihat peradangan palatal tipe granular.

2. Hiperplasia karena Gigi Tiruan

Hiperplasia jaringan lunak di bawah atau di sekeliling gigi tiruan lengkap

merupakan akibat dari respon fibroepitelial terhadap pemakaian gigi tiruan

lengkap. Sayap gigi tiruan yang terlalu lebar dapat menyebabkan ulser

pada mukosa dan bahkan menjadi hiperplasia. Hiperplasia yang terjadi

dapat berupa pertumbuhan fibrotik yang disebut epulis fisuratum. Ini

terjadi pada mukosa bergerak atau pada perbatasan mukosa bergerak dan

tidak bergerak.

12

Page 13: Proses Menua

Kelainan ini seringkali asimtomatik dan terbatas pada jaringan di

sekeliling tepi gigi tiruan di daerah vestibular, lingual, atau palatal, dapat

juga terjadi di bagian sisa alveolar. Kelainan ini timbul akibat iritasi kronis

dari gigi tituan yang longgar atau gigi tiruan yang sayapnya terlalu

panjang. Dapat terlihat proliferasi jaringan fibrous terutama pada

vestibulum labial. Perawatan awal meliputi pengikisan sayap gigi tiruan

yang berlebih sehingga menghilangkan penyebab iritasi. Meskipun

demikian pengasahan sayap gigi tiruan dapat mengurangi stabilitas

protesa, yang menyebabkan gigi tiruan lebih bebas bergerak sehingga

menimbukan iritasi lebih lanjut.

3. Xerostomia

Xerostomia merupakan salah satu bentuk kelainan sekresi saliva yang

mengalami penurunan volume dari keadaan normal, sehingga terjadi

hiposalivasi. Apabila produksi saliva kurang dari 20 ml/ hari dan

berlangsung dalam waktu yang lama maka keadaan ini disebut serostomia.

Saliva pada orang tua mengandung total protein yang lebih sedikit,

elektrolit berbeda, dan pH dengan kemampuan buffer yang lebih kecil

dibanding orang muda.

Xerostomia akan menimbulkan masalah dalam hal retensi gigi tiruan,

meningkatkan resiko karies gigi, dan infeksi, serta menyebabkan kesulitan

dalam pengunyahan dan penelanan. Mukosa mulut penderita mulut kering

biasanya halus dan lebih peka terhadap stimulus kimia. Keringnya mukosa

menjadikan mukosa lebih peka terhadap iritasi gesekan dari gerakan gigi

tiruan, dan dapat mengganggu daya adptasi pasien dalam menggunakan

gigi tiruannya. Beberapa lansia mengeluh akan kondisi mulut yang kering,

sering tanpa tanda-tanda klinis, pada kasus ini penyebabnya mungkin

adalah depresi.

Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi,

hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang

13

Page 14: Proses Menua

meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa

saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia

tua. Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien.

(George, 1994)

Dampak proses penuaan terhadap kesehatan gigi dan mulut antara lain

karies gigi, penyakit periodontal, keadaan kebersihan mulut yang merupakan

masalah signifikan. Selain itu menurut Mendel (1989) bahwa status kesehatan gigi

dan mulut pada lansia ditandai dengan meningkatnya kehilangan gigi, kebersihan

mulut yang buruk, penyakit periodontal, karies giig, erosi, abrasi serta kanker

mulut. Dan pada usia lanjut, juga terjadi penurunan sensitivitas mukosa rongga

mulut terhadap iritasi. Di samping itu terjadi kelemahan jaringan penyangga gigi

sehingga kemampuan mengunyah berkurang dan mempermudah infeksi (Lestari,

dkk : 2005).

Perubahan yang terjadi pada usia lanjut sangat mempengaruhi kesehatan

lansia. Insiden terjadinya penyakit semakin tinggi. Beberapa penyakit berupa

kanker yang sering terjadi pada lansia seperti basal cell carcinoma dan squamous

cell carcinoma. Kondisi ini perlu mendapat perhatian sebbelum melakukan

tindakan perawatan terhadap pasien. Berdasarkan penilitian didapatkan karies gigi

menyerang pada usia lebih dari 70 tahun dan penderita usia 75 – 79 tahun (Beck,

dkk : 1990) (Burt : 1994). Mayoritas karies gigi pada usia lanjut merupakan karies

akar. Adanya karies dan tumpata pada akar dilaporkan tedapat pada 47% orang

berusia 65-74 tahun serta 55,9% pada usia lebih dari 75 tahun. Menjaga

kebersihan mulut dan topikal aplikasi fluor serta menggunakan pasta gigi yang

mengandung fluor setiap hari dapat mengurangi atau menghambat terjadinya

karies pada gigi. (Loesche, dkk : 1995)

Berdasarkan data yang berhubungan dengan proses penuaan dab penyakit

periodontal, terdapat proses penuaan dan penyakit periodontal serta perubahan

respon pejamu terhadap mikroorganisme plak sejalan dengan meningkatnya usia.

Hal ini disebabkan kurang efektifnya respon kekebalan tubuh atau terjadinya

14

Page 15: Proses Menua

penurunan efektivitas sel leukosit dan monosit dalam proses fagositosis.

(Pajukoski, dkk : 1999)

Pada sistem muskulo-skeletal, terjadi atropi secara keseluruhan pada

massa otot dimana jaringan lemak dan jaringan ikat kolagen menggantikan

sebagian serat-serat kontraktil otot.2,5 Akibatnya terjadi kemunduran kekuatan,

kelenturan, stamina serta tonusotot ketika melakukan aktifitas. Sebagai contoh,

implikasi yang berlaku pada sistem pernafasan di mana kekuatan otot yang

berkurang menyebabkan manula bernafas secara dangkal. Kehilangan kalsium dan

massa tulang yang menurun sejalan dengan usia, akan menyebabkan osteoporosis

di mana terjadi penurunan dimensi tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan

mudah fraktur. Tulang vertebra yang mengalami kalsifikasi akan mengakibatkan

perubahan postural tubuh.

Tulang alveolar juga mengalami perubahan berupa hilangnya mineral

tulang secara umum oleh karena usia melalui resorpsi matriks tulang. Proses ini

dapat dipercepat oleh tanggalnya gigi, penyakit periodontal, protesa yang tidak

adekuat, dan karena menderita penyakit sistemik.

Perubahan normal yang berlaku pada sistem kardiovaskular berupa atropi

pada otot jantung terutama ventrikel kiri, kalsifikasi pada vulva jantung,

kehilangan elastisitas pada dinding arteri (arteriosclerosis) serta deposit-deposit

yang bertumpuk di dalam arteri(atherosclerosis). Akibatnya terjadi penurunan

cardiac output, sensitifitas baroreseptor serta automatisitas nodus SA. Seterusnya

suplai darah yang semakin lemah akan mengakibatkan penurunan stamina, fungsi

ginjal dan hati yang semakin lemah serta berkurangnya suplai oksigen dan energi

ke sel-sel seluruh tubuh.

Secara umum terjadi kemunduran sejumlah organ sejalan dengan

meningkatnya usia. Seperti otak, hati, ginjal, kelenjar saliva, semua perubahan ini

dimulai dari sel atau jaringan : seperti ginjal dengan meningkatnya usia terjadi

kerusakan sebagian dari nefron atau dengan kata lain glomeruli yang abnormal

sehingga fungsi dari ginjal akan menurun, osmolariti urine berkurang.11

Penurunan fungsi sekresi meningkatkan retensi sampah produk metabolisme dan

15

Page 16: Proses Menua

memiliki potensi penyebab terjadinya kerusakan skala rendah sel-sel di seluruh

tubuh.

Dengan meningkatnya usia, sistem imun secara umumnya akan berkurang

efektifitasnya sehingga akan meningkatkan resiko terhadap penyakit akibat

infeksi, berkurangnya kemampuan melawan penyakit, penyembuhan luka menjadi

lambat, dan berkembangnya penyakit autoimun serta kanker.

Pancaindera merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk

mengumpulkan informasi dan mengantisipasi dalam interaksi sosial. Perubahan

yang dapat berlaku adalah pada mata (penglihatan), telinga (pendengaran), hidung

(pembauan) dan lidah (pengecapan).

16

Page 17: Proses Menua

BAB IIIPEMBAHASAN

III.1 Mapping

III.2. Proses Menua

A. Proses Penuaan pada Jaringan Keras Rongga Mulut

1. Penuaan gigi

Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis

akibat tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami

17

PROSES

MENUA

FAKTOR

JARINGAN KERAS

(Dentin, Pulpa, Alveolar, Sementum, Email)

JARINGAN LUNAK

(Mukosa mulut, Lidah, Kelenjar saliva, Gingiva, Lig.

periodontal)

KELAINAN DAN DAMPAK

Page 18: Proses Menua

diskolorasi menjadi lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi,

dan atrisi.

Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan

bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi

disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan

kebiasaan. Email mengalami perubahan pada yang nyata karena

pertanbahan usia, termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride

sejalan usia.

EMAIL

Erosi :  Melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan

kelinan yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena

proses kimiawi dan tidak melibatkan bakeri.

Penyebab utama larutnya email

gigi adlah makanan atu

minuman yang mengandung

asam, asam yang timbul akibat

gangguan pencernaan yaitu

hasil metabolisme sisa makanan

oleh kuman, asm yang mempunyai PH kurang dari 5,5.

Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi

berkurang atau hilang hingga mencapi dentin .

Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan)

langsung antara gigi yang berkontak

dengan objek eksternal karena cara

menyikat gigi yang tidak tepat,

kebiasaan buruk seperti menggigit

pensil, mengunyah tembakau,

18

Page 19: Proses Menua

menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi, serta

pemakaian gigi tiruan lepasan yang menggunakan cengkeraman.

Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada

permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses

mekanis yang terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.

Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan

buruk seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan

yang bersifat abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada

manula.

DENTIN

Karena adanya perubahan pada enamel (ex. Atrisi). Perubahan

pada dentin. Stimulasi odontoblas menghasilkan pola pelapisan dentin

yang jarang - jarang, sehingga serat matriks orientasinya menjadi

berjauhan dan susunan tubulus menjadi kacau. Reaksi kedua dapat

terbentuk dentin sklerotik pada tubulus yang terekspos di area atrisi.

Material yang terdeposisi pada dentin sklerotik lebih mengandung apatit

ke dalam tubulus dentin. Prosesnya dimulai dari akar ke korona pada

dentin yang sudah tua terbentuk perluasan batas permukaan pulpa pada

dentin yang menunjukkan konsentrasi tertinggi flouride disebabkan

penggabungan fluoride dari cairan jaringan pulpa pada pembentukan

dentin yang lambat.

19

Page 20: Proses Menua

Selain itu juga terjadinya proses pembentukan:

a. Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah

odontoblas.

b. Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan

tubulus dentin bengkok.

c. Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin

menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada

karies.

d. Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong.

PULPA

a. Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa.

b. Penurunan komponen vaskuler dan seluler.

c. Reduksi ukuran ruang pulpa, pembentukan dentin yang berlanjut

sejalan dengan usia menyebabkan reduksi secara bertahap pada ukuran

kamar pulpa.

d. Peningkatan jaringan kolagen pulpa

2. Penuaan Tulang Alveolar

Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah

pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris

tidak terdukung, wajah menjadi keriput dan juga terjadi resorpsi pada

caput mandibula, fossa glenoidales yang akan membatasi ruang gerak

membuka dan menutup mandibular.

Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih

panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang )

menurun akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral

20

Page 21: Proses Menua

tulang. Massa tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun.

Kemudian massa tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya

tulang kortikal maupun tulang trebekular.

Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas

menyebabkan dasar sinus tipis. Dalam suatu kelompok orang berusia 65

tahun atau yang lebih tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan

tulang alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda.

Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari akumulasi plak

dalam jangka waktu yang lama. Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan

bahwa penuaan kronologis tidak selalu menyebabkan terjadinya

kehilangan perlekatan ataupun penurunan penyangga tulang alveolar.

3. Penuaan Sementum

Seiring usia sementum menjadi kurang permeable pada molekul

bahan celup dan ion. Lapisan dalam sementum tidak punya sel sementosit

yang hidup karena molekul nutrisi tidak dapat mencapai flouride saat

bertambahnya ketebalan secara lambat selama hidup dan menjadi batas

dengan ligamen periodonsium. Penebalan sementum disepanjang seluruh

permukaan akar meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan

penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga apikal akar.

B. Proses Penuaan pada Jaringan Periodontal Rongga Mulut

1. Pada Gingiva

a)   Epithelium Gingiva.

Penipisan dan penurunan keratinisasi pada epithelium gingiva

dilaporkan dengan usia. Penemuan-penemuan yang significan tersebut

dapat berisi sebuah peningkatan dalam permeabilitas epithelium pada

antigens bacterial, penurunan resistensi pada trauma fungsional atau

21

Page 22: Proses Menua

keduanya. Perubahan dengan aging termasuk flattening (pendataran)

atau pengumpulan retepeg dan merubah densitas sel.

Efek aging pada daerah junctional epithelium telah menjadi

subjek pada banyak spekulasi. Migrasi junctional epithelium dari

posisinya, sebagai contoh pada enamel, ke posisi apical lainnya pada

permukaan akar dengan disertai resesi gingiva. Luas dari attached

gingiva akan diharapkan berkurang dengan usia, namun sebaliknya

muncul sebagai suatu kebenaran. Migrasi pada junctional epithelium

dipermukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi gigi melalui gingiva

pada suatu pertahanan kontak oklusal dengan gigi lawannya (erupsi

pasif) sebagai suatu hasil pada permukaan gigi yang hilang dari atrisi.

Resesi gingiva bukan merupakan proses fisiologi dari aging namun

dijelaskan oleh efek kumulatif inflamasi atau trauma pada

periodonsium.

b)  Jaringan Ikat Gingiva.

Meningkatnya usia menyebabkan kekasaran serta penebalan

pada jaringan ikat gingival. Perubahan kualitatif dan kuantitatif pada

kolagen termasuk peningkatan rata-rata soluble menjadi insoluble

collagen. Meningkatnya mekanis, kekuatan dan denaturasi suhu. Akibat

rtersebut berindikasi pada meningkatnya stabilisasi kolagen yang

disebabkan oleh karena perubahan dalam konformasi molekuler.

c)  Ligamentum Periodontal.

Perubahan pada ligamentum periodontal karena usia tua

(penuaan) atau aging termasuk meningkatnya jumlah fibroblast dan

suatu struktur irregular berlebih membuat perubahan pada jaringan ikat

gingiva. Penemuan lain menyebutkan adanya penurunan produksi

matriks organic dan resting cell epithelium serta meningkatnya jumlah

dari sabut elastic. Lebarnya celah akan menurun apabila gigi tidak

22

Page 23: Proses Menua

berfungsi. Hal ini bisa menyebabkan gigi menjadi mudah tanggal dan

hilang.

d)  Cementum.

Penebalan cementum paling sering ditemukan. Peningkatannya

bisa 5-10 kali lipat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi

karena adanya deposisi yang terus berlanjut setelah gigi erupsi.

Penebalan terjadi biasanya pada permukaan apical dan lingual.

e)  Tulang Alveolar

Perubahan morfologenik pada tulang alveolar mencerminkan

adanya perubahan usia dalam situs yang menyerupai tulang. Secara

spesifik pada periodonsium ditemukan adanya permukaan periodontal

yang lebih ireguler dan lebih sedikit inserti regular sabut-sabut kolagen.

Meskipun usia adalah factor yang beresiko osteoporosis, hal tersebut

tidak kausatif dan selanjutnya seharusnya dikenal dalam proses

fisiologis menua.

2. Proses Penuaan pada Mukosa Mulut.

Pada mukosa terjadi perubahan baik pada struktur, fungsi dan

elastisitas jaringan mukosa mulut. Gambaran klinis jaringan mukosa mulut

lansia tidak berbeda jauh dengan individu muda, tetapi riwayat adanya

trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada

kelenjar ludah dapat mengubh gambran klinis

Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan

epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas

submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan

degenerati kolagen. Penipisan epitel diakibatkan rendahnya kemampuan

sel sel epitel untuk memperbaiki diri. Hal ini berhubungan dengan

terganggunya asupan nutrisi pada mukosa.

23

Page 24: Proses Menua

Pada proses penuaan, penumpukan serat kolagen akan semakin

bertambah pada pembuluh darah. Ini akan berakibat pada hilangnya

elastisitas pembuluh darah, sehingga pembuluh darah akan semakin kaku.

Aliran darahpun juga akan terganggu, sehingga asupan nutrisi untuk sel sel

epitel akan memburuk.

Perubahan struktural, tampak mukosa makin pucat,

tipis,halus,kering dan hilangnya stipling. Hilangnya stipling karena

behubungan dengan hilangnya keratin akibat proses penuaan.

Karakteristik penuaan mukosa mulut :

- Terlihat pucat dan kering

- Hilangnya stippling

- Terjadinya Oedema

- Elastisitas jaringan berkurang

- Jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh

- Kemunduran lamina propria

- Epitel mengalami penipisan

- Keratinisasi berkurang

- Vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi

- Penebalan serabut kolagen pada lamina propia

GINGIVA

Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya

keratinisasi epitel. Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang

terjadi berkaitan dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap

antigen bakteri meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional

berkurang, atau keduanya. Karena itulah, perubahan tersebut dapat

mempengaruhi hasil perawatan periodontal jangka panjang.

Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel

Junction

24

Page 25: Proses Menua

Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan

oleh erupsi gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak

oklusal dengan gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan

gigi karena atrisi. Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva.

Resesi gingiva yang terjadi pada lanjut usia bukanlah merupakan proses

fisiologis yang pasti, namun merupakan akibat kumulatif dari inflamasi

atau trauma yang terjadi pada periodontal (seperti menyikat gigi yang

terlalu keras).

Pasien yang mengalami

resesi gingva

LIDAH

Pada lidah, proses penuaan

akan berakibat berkurangnya tonus

lidahh. Hal ini disebabkan karena

serabut – serabut otot mulai digantikan

oleh jaringan kolagen dan lemak,

sehingga kekuatan dan kelenturan otot

menurun yang nantinya akan mempengaruhi kemampuan kontraksi pada

lidah. Lidah nampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak

berambut .Varikositas pada ventral lidah tampak jelas. Manifestasi yang

sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura.

Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsiterhadap

pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang

dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah

25

Page 26: Proses Menua

biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah

besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

KELENJAR SALIVA

Pada kelenjar saliva terjadi pengurangan pada produksi saliva. Ini

disebabkan oleh adanya degenerasi sel asini, yaitu sel yang bertugas untuk

sekresi saliva. Selain itu, terjadi penumpukanfibrosa pada sel sel kelenjar

saliva. Terganggunya proses produksi saliva tentunya akan mengganggu

proses pengunyahan,penelanan, dan pencernaan,dapat pula menimbulkan

xerostomia . Saliva yang mengandung enzyme ptyalin tentunya akan

mempengaruhi dari proses pemecahan polisakarida pada makanan. Selain

itu, akan mempersulit fungsi bicara,dan menaikkan angka kemungkinan

terjadinya karies gigi.

MANDIBULA

Penuaan pada mandibula terjadi karena adanya resorpsi tulang

alveolar.Resorbsialveolar sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang

tanpa gigi atau setelah pencabutan.

TULANG ALVEOLAR

Terjadi resorbsi dari processus alveolaris, terutama setelah

pencabutan gigi, sehingga tinggi wajah berkurang pipi dan labium oris tidak

terdukung sehingga wajah menjadi keriput.

Resorbsi tulang alveolar

menyebabkan pengurangan jumlah

tulang akibat kerusakan tulang

karena adanya peningkatan

26

Page 27: Proses Menua

osteoklast (fungsinya : perusakan tulang) sehingga terjadi proses osteolisis

dan peningkatan vaskularisasi.

Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang

saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks. Terjadi

resorbsi pada caput mandibula, membatasi ruang gerak membuka

danmenutup mandibula.Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak

oklusal sehingga mengacaukan fungsi kunyah.

TMJ

Penambahan usia menunjukkan perubahan umum dari otot karena

hilangnya serabut otot untuk gerakan mandibula. Reduksi lebih lanjut pada

ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang

masih bergigi.  Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi

sehingga melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar

membuka mulut secara lebar. Sehingga dapat mengakibatkan:

1. Pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi posterior

telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena

condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat

menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada

fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ.

2. Akibat penuaan mengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat

menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks.

3. Penuaan mengakibatkan remodeling.

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi : 

- Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus dentalis

yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah kontak) dari

gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi sebelahnya).

27

Page 28: Proses Menua

- Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan

edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis

karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat.

- Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.

Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung

menimbulkan kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu.

- Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan

ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi.

Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi

terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament

periodontal menurun.

- Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis sehingga

kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif.

- Penyempitan rongga pulpa dan penebalan sementum

III.3. Faktor yang Mempengaruhi Penuaan

Proses menua dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu ada faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Berikut adalah penjelasannya.

FAKTOR INTRINSIK

a. Gen

Gen berperan sebesar 60% dalam terjadinya penuaan pada tubuh. Pada awal pembentukan setiap manusia, kode genetik dalam DNA telah memiliki program kapan tubuh manusia tersebut akan mengalami penuaan. Sehingga pada saatnya nanti setiap sel pada tubuh akan mulai mengalami penurunan fungsi sampai akhirnya berhenti berfungsi.

Selain itu fungsi gen sebagai pembawa sifat genetik membuat proses penuaan ini dapat diturunkan. Menurut survei anggota keluarga yang sama cenderung hidup pada usia yang sama dan meninggal pada usia yang sama, tanpa mengikut sertakan faktor penyakit dan kecelakaan.

28

Page 29: Proses Menua

b. Sistem Imun

Apabila sistem imun seseorang rendah, maka penyakit akan mudah menyerang. Sebagian besar pathogenesis penyakit adalah akibat adanya respon fungsi ekstrinsik, contohnya adalah infeksi. Akibatnya, kehadiran suatu penyakit akan menyebabkan perubahan atau disfungsi organ yang terkena penyakit, hal ini dapat memicu terjadinya proses penuaan.

c. Jenis Kelamin

Antara pria dan wanita dalam hal penuaan dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa wanita resiko mengalami penuaan lebih cepat dari pada pria. Karena wanita memiliki kelenjar keringat (sebaceous glands) dan juga pembuluh darah di sekitar mulut yang lebih sedikit didandingkan dengan pria. Padahal kelenjar keringat berfungsi untuk mengahsilkan minyak yang mebuat kulit tetap lembut dan pemvuluh darah membantu mengalirkan darah ke organ tubuh sehingga bisa mencerahkan kulit. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, wanita akan tampak lebih tua dibandingkan dengan pria terutama di daerah sekitar mulut yang membuatnya lebih cepat keriput.

Selain itu penyebab wanita lebih cepat mengalami penuaan adalah berkurangnya hormon estrogen menjelang masa menopause, sehingga membuat aliran darah berkurang dan menyebabkan garis-garis kerutan di kulit. Pada wanita juga terjadi pengurangan massa tulang lebih cepat yang membuat tulang rahang menciut lebih dini dibanding dengan pria. Dan letak otot-otot pada wanita jauh lebih dekat pada kulit sehingga akan tertarik yang mebuatnya terlihat lebih kencang tapi lebih cepat keriput pula.

d. Jenis dan Warna Kulit

Pada umumnya pada manusia ada dua jenis kulit, yaitu kulit kering dan kulit berminyak. Pada kasus penuaan ini, kulit yang cenderung kering lebih cepat mengalami proses penuaan. Hal ini dikarenakan pada kulit kering aktivitas dari kelenjar minyak dan kelenjar keringat kurang, akibatnya lapisan kulit paling atas mengering, menipis, dan akhirnya mengelupas. Sehingga kelembapan kulit tidak terjaga dengan baik.

Di dunia ini manusia terbagi atas tiga ras besar, yaitu ras kaukasoid, mongoloid, dan negroid. Warna kulit merupakan identitas dari setiap ras tersebut. Ras kaukasoid adalah ras yang memiliki warna kulit putih, ras mongoloid adalah ras yang memiliki warna kulit kuning, dan rasa negroid adalah ras yang memiliki warna kulit hitam. Dari ketiga jenis warna kulit tersebut, ras kulit putih cenderung

29

Page 30: Proses Menua

lebih mudah terbakar matahari, lebih mudah mengalami penuaan dini, ataupun terserang kanker kulit.

e. Kepribadian Seseorang

Di lihat dari sisi yang mempercepat proses penuaan kepribadian seseorang yang akan lebih cepat mengalami penuaan adalah pribadi yang mudah mengalami stres. Karena jika orang mudah mengalami stres, maka dapat menyebabkan sistem kardiovaskular dan sistem kekebalan tubuh menjadi menurun.

f. Intelegensia

Meskipun banyak yang kurang sependat dengan ini, tetapi pada kenyataannya orang yang berintelegensi tinggi cenderung memiliki pola pikir ke depan yang lebih baik sehingga menerapkan pola hidup sehat dan selalu melatih kemampuan intelektualnya melalui berbagai aktivitas seperti membaca dan menulis, sehinnga akan lebih lambat mengalami penuaan.

FAKTOR EKSTRINSIK

a. Asupan Gizi

Asupan gizi yang kurang dapat menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh berkurang sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Sehingga dapat mengganggu fungsi organ dan dapat memicu terjadinya penuaan. Hal ini berlaku bagi orang yang melakukan diet. Jika diet yang dilakukan tidak sehat maka dapat mengurangi nutrisi yang masuk ke dalam tubuh.

b. Gaya Hidup

Gaya hidup yang sehat dapat memperlambat terjadinya penuaan. Seperti contohnya olah raga, orang yang rajin berolah raga akan memiliki tubuh yang sehat dan bugar dibanding dengan yang jarang berolah raga. Olah raga tidak hanya membuat tubuh sehat dan bugar, tapi juga mempunyai efek meremajakan tubuh. Olah raga secara rutin akan melancarkan sirkulasi darah hingga ke jari-jari tangan bahkan ke kuku. Jika aktivitas sirkulasi darah dan pernafasan meningkat dengan olah raga maka juga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Sehingga memperlancar peredaran darah ke bawah permukaan kulit.

Selain itu, ketika berolah raga otot-otot di bawah kulit akan menguat. Semakin kuat otot, maka jaringan kulit juga lebih baik dan menghasilkan kulit yang elastis. Oleh karena itu, aktivitas fisik seperti olah raga dapat mencegah

30

Page 31: Proses Menua

timbulnya kerutan, garis-garis halus dan kulit kendur karena mendorong produksi kolagen, yaitu protein yang bermanfaat menjaga ketahanan struktur kulit.

Gaya hidup yang kurang sehat dan dapat mempercepat terjadinya penuaan adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Keduanya dapat menyebabkan kerusakan kulit. Pada perokok dan pengkonsumsi alkohol akan cenderung memiliki kulit yang kering, keriput, dan kusam. Kondisi ini dikarenakan racun dan radikal yang terkandung di dalam rokok dan alkohol menyebabkan sel kulit cepat mati dan membutuhkan waktu yang lama untuk regenerasi.

Ada juga faktor gaya hidup yang dapat mempengaruhi penuaan, yaitu pola tidur. Orang yang pola tidurnya tidak teratur akan cepat mengalami penuaan. Karena sel di dalam tubuhnya terus dalam keadaan tegang akibat kurang istirahat.

c. Pekerjaan

Orang yang memiliki pekerjaan sangat menguras tenaga dan pikiran akan lebih cepat mengalami penuaan. Selain itu lingkungan tempat bekerja juga ikut andil dalam mempercepat penuaan seseorang.

d. Radikal Bebas

Radikal bebas di dalam tubuh dapat berasal dari diet, obat-obatan, gaya hidup tidak sehat (seperti merokok dan alkohol), radiasi, dan lain-lain. Namun radikal bebas juga dapat diproduksi secara alami di dalam tubuh, yang merupakan hasil produksi energy, terutama di dalam mitokondria. Proses sederhana dari makan, minum, dan bernafas membentuk radikal bebas dari siklus produksi energi, saat tubuh memproduksi molekul energy universl ATP. Dalam hal ini, oksigen merupakan produser radikal bebas yang poten.

Radikal bebas menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat terjadinya penuaan karena radikal bebas merupak satu elektron bebas. Dan elektron bebas inilah yang bereaksi merusak molekul sehat di dalam tubuh. Sehinggamenyebabkan molekul seimbang menjadi tidak seimbang.

e. Obat-obatan dan Bahan KimiaMenurut sebuah penelitian penggunaan obat antidepresan dapat memicu

terjadinya penuaan. Selain itu penggunaan kosmetik yang banyak mengandung

bahan kimia pada wanita juga dapat memicu terjadinya penuaan.

III.4. Kelainan dan Dampak Penuaan pada Rongga Mulut31

Page 32: Proses Menua

Seperti yang kita ketahui bahwa seiring berlangsungya proses kehidupan

pada makhluk hidup, akan terjadi proses penuaan. Proses penuaan merupakan

menurunnya secara perlahan kemampuan jaringan rubuh dalam memperbaiki diri

dan mempertahankan fungsi normalnya. Proses penuaan ini nantinya juga

berpengaruh pada kondisi organ-organ di dalam rongga mulut yang mana apabila

terjadi penurunan fungsi dari organ rongga mulut akan timbul kelainan-kelainan

pada organ-organ di rongga mulut. Kelainan-kelainan tersebut diantaranya adalah:

1. Terjadinya Gigi Sensitif

Pada kasus yang terjadi di skenario, adanya rasa ngilu secara spontan

pada seorang lansia berusia 60 tahun. Karena diagnosa menunjukan hasil

bahwa tidak terdapat suatu kelainan seperti adanya suatu karies, maka

dimungkinkan ngilu spontan tersebut terjadi akibat adanya resesi ginggiva

karena suatu kebiasaan sikat gigi yang salah ataupun penurunan proliferasi

dan aktivitas lain pada sel-sel epithel ginggiva sehingga ginggiva tidak dapat

mempertahankan kedudukannya. Hal tersebut menyebabkan sebagian

permukaan akar pada gigi menjadi terbuka. Lapisan sementum yang menutupi

lapisan akar tersebut tidak cukup tebal dan keras untuk melindungi gigi dari

berbagai rangsangan seperti asam, dingin atau pun panas. Akibatnya

rangsangan tersebut lebih cepat masuk ke bagian tubuli dentin yang akan

meneruskan rangsang pada saraf yang terletak jaringan periodontal

disekitarnya.

2. Penipisan lapisan enamel gigi

Peningkatan usia seseorang juga disertai dengan menipisnya lapisan

enamel pada gigi. Hal tersebut karena penggunaan gigi yang cukup lama

sehingga lapisan enamel akan mulai terkikis akibat adanya erosi, abrasi serta

atrisi. Penipisan lapisan tersebut dapat mengakibatkan keadaan gigi sensitive

karena lapisan dentin pada mahkota akan semakin ter-ekspos sehingga sedikait

rangsangan akan mudah masuk dalam tubuli dentin. Selain itu, gigi akan

memilik kecenderungan yang lebih besar terhadap karies karena lapisan

pelindung (enamel) tidak mampu menghadapi serangan bakteri.

32

Page 33: Proses Menua

3. Temporo Mandibular Joint (TMJ)

Seiring bertambahnya usia seseorang, kadangkalanya terjadi suatu

keadaan diman sulit untuk membuka atau menutup mulut. Hal tersebut

dipengaruhi karena menurunnya fungsi pada sendi temporo mandibular atau

TMJ. Berkurangnya jumlah gigi-geligi pada lansia berpengaruh besar terhadap

keadaan TMJ, dimana kehilangan gigi pada suatu sisi rongga mulut akan

membuat seseorang untuk mengunyah pada satu sisi. Sehingga tingkat kerja

TMJ akan semaki bertambah. Jika keadaan ini terus berlanjut maka, akan

terjadi suatu keausan pada TMJ yang menyebabkan sulit untuk membuka dan

menutup mulut. Keausan tersebut juga dapat terjadi akibat berkurangnya

4. Berkurangnya taste bud saat proses menua

Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah,

dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolan-tonjolan yang disebut

dengan papilla. Pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa

makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla lidah

menjadi tidak sensitif terhadap rasa.

Sensasi rasa pengecap timbul akibat adanya zat kimia yang berikatan

pada reseptor indera rasa pengecap (taste buds). Sel pengecap mengalami

perubahan pada pertumbuhan, kemudian mati dan regenerasi. Proses ini

bergantung dari pengaruh saraf sensoris pengecap. Masing-masing papilla

pengecap dipersarafi 50 serat saraf dan setiap serat saraf menerima masukan

dari rata-rata 5 papilla pengecap. Papilla circumvalata yang lebih besar

masing-masing mengandung sampai 100 papilla pengecap, pada setiap

individu dibawah usia 20 tahun, dan menurun hingga 200 taste buds atau

kurang menjelang maturitas, dan kurang lebih 100 taste buds menjelang usia

75 tahun.

Seiring berjalannya usia, papilla pada permukaan lidah semakin sedikit

akibatnya indera rasa pengecap akan semakin menurun pada saat proses

menua berjalan.

33

Page 34: Proses Menua

5. Perubahan Ukuran Lengkung Rahang

Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan

osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada

tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan

salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar

(Boucher, 1982).

Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka

pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam.

Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian

dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak

dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi

lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi

berkurang.

Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke

depan dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau

sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih

tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah

mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah

tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada

daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang

alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan.

Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara

mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan

maksila.

34

Page 35: Proses Menua

Pasien dengan mandibula yang sangat atrofi

6. Xerostomia

Keluhan mulut kering (xerostomia) dapat terjadi akut atau kronis,

sementara atau permanen dan kurang atau agak sempurna. Dalam bentuk apa

keluhan mulut kering timbul, tergantung dari penyebabmya. Banyak faktor

yang dapat menyebabkan mulut kering (xerostomia), seperti radiasi pada

daerah leher dan kepala, Sjogren sindrom, penyakit-penyakit sistemik, efek

samping obat-obatan, stress dan juga usia.

Produksi saliva yang berkurang selalui disertai dengan perubahan

dalam komposisi saliva yang mengakibatkan sebagian besar fungsi saliva

tidak dapat berjalan dengan lancar. Hal ini mengakibatkan timbulnya beberapa

keluhan pada penderita mulut kering( xerostomia), seperti kesukaran dalam

mengunyah dan menelan makanan, kesukaran dalam berbicara, kepekaan

terhadap rasa berkurang, kesukaran dalam memakai gigi palsu, mulut terasa

seperti terbakar dan sebagainya.

Mengingat pentingnya peranan saliva dan akibat yang ditimbulkan

oleh karena berkurangnya aliran saliva, maka perlu diupayakan

penanggulangan terhadap pasien-pasien dengan keluhan mulut kering

(xerostomia). Perawatan yang diberikan tergantung dari penyebab dan

keparahan mulut kering. Beberapa faktor penyebab xerostomia antara lain :

Radiasi pada daerah leher dan kepala

Gangguan Lokal pada kelenjar saliva

Efek samping obat-obatan

Demam, diare, diabetes, gagal ginjal

Berolahraga, stress

35

Page 36: Proses Menua

Bernafas melalui mulut

Kelainan syaraf

Usia

Radiasi Dada daerah leher dan keoala.Terapi radiasi pada daerah leher

dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti dapat mengakibatkan

rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada

kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan

berkurangnya volume saliva (AI-Saif, 1991; Glass dkk,1980; Amerongan,

1991; Sonis dkk,1995). Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar

saliva tergantung pada dosis dan lamanya penyinaran (Amerongan, 1991).

Pengaruh radiasi lebih banyak mengenai sel asini dari kelenjar saliva

serous dibandingkan dengan kelenjar saliva mukus (AI-Saif, 1991; Regezi dan

Sciubba,1995; Amerongan, 1991). Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah

radiasi yaitu: untuk beberapa hari, terjadi radang kelenjar saliva, setelah satu

minggu terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar

saliva dan penyumbatan (Lukman, 1992).

Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada

saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun

dan sekresi IgA berkurang (Amerongan, 1991; Sonis dkk,1995; Rege7:i dan

Sciubba,1995). gangguan pada kelenjar saliva ada beberapa penyakit tertentu

yang mempengaruhi kelenjar saliva dan menyebabkan berkurangnya aliran

saliva. Sialodenitis kronis lebih umum mepengaruhi kelenjar submandibula

dan parotis. Penyakit ini menyebabkan degenerasi pada sel asini dan

penyumbatan duktus.

Kista-kista dan tumor kelenjar saliva, baik yang jinak maupun ganas

dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus dari kelejar

saliva dan dengan demikian mempengaruhi sekresi saliva.

36

Page 37: Proses Menua

Sindrom sjogren merupakan penyakit autoimun jaringan ikat yang

dapat mempengaruhi kelenjar air mata dan kelenjar saliva. Sel-sel asini

kelenjar saliva rusak karena infiltrrasi limfosit sehingga sekresinya berkurang.

7. Taste Disorder

Kemampuan untuk mengecap terjadi saat molekul-molekul kecil

yang keluar pada saat mengunyah, minum, atau mencerna makanan

menyimulasi sel-sel sensori pada mulut dan tenggorokan. Sel-sel tersebut, atau

gustatori sel, yang berkelompok pada taste bud lidah dan tenggorokan.

Lidah dapat membedakan empat rasa dasar, yaitu asin, masam, manis

dan pahit. Bagian ujung/depan lidah paling peka merasakan yang asin dan

manis, bagian samping lidah paling peka terhadap rasa masam sedangkan

bagian belakang lidah serta langit-langit paling peka terhadap rasa pahit.

Bagian tengah lidah relatif tidak peka terhadap pengenalan rasa.

Gangguan pengenalan rasa dapat dibedakan menjadi tiga macam :

1. Ageusia adalah hilangnya daya pengecap secara total

2. Hipogeusia adalah berkurangnya daya pengecapan

3. Cacogeusia adalah gangguan pengecapan yang ditandai sensasi

rasa yang tidak enak pada makanan

Salah satu keluhan yang sering pada lanjut usia (lansia) adalah sering

merasakan makanan yang dikonsumsi terasa pahit sehingga lansia tersebut

mengalami tidak nafsu makan. Hal ini merupakan salah satu gangguan

pengecapan.

37

Page 38: Proses Menua

BAB IVKESIMPULAN

Proses menua adalah suatu proses yang alami dimana terjadi kemunduran

dan berkurangnya kemampuan sel dalam melaksanakan berbagai fungsinya.

Begitu juga penuaan yang terjadi di dalam rongga mulut. Yaitu pada jaringan

keras dan jaringan lunak di dalam rongga mulut. Proses penuaan ini sendiri

dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Dan jika terjadi gangguan

pada faktor tersebut, maka akan membuat damapak serta kelainan pada rongga

mulut itu sendiri.

38