proses pembibitan dan pemotongan tanaman padi sawah dengan
TRANSCRIPT
MAKALAH
TBT SEMUSIM DAN TAHUNAN
“Proses Pembibitan dan Penanaman Tanaman Padi Sawah dengan
Metode SRI (System of Rice Intensification)”
Disusun Oleh :
1. Siti Halimah Asya’diyah (H0711100)
2. Syaikhudin (H0711101)
3. Tangguh Prakoso (H0711102)
Kelas : Agroteknologi D
Pengampu: Ir. Panut Sahari M.P.
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia
berusaha, memenuhi kebutuhan primer yaitu makanan. Dalam sejarah hidup
manusia dari tahun ketahun mengalami perubahan yang diikuti pula oleh
perubahan kebutuhan bahan makanan pokok. Hal ini dibuktikan dibeberapa
daerah yang semula makanan pokoknya ketela, sagu, jagung akhimya beralih
makan nasi. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang mudah
diolah, mudah disajikan, enak dan nilai energi yang terkandung didalamnya
cukup tinggi sehingga berpengaruh besar terhadap kesehatan.
Banyak metode yang digunakan para petani dalam melakukan kegiatan
bercocok tanam yang berupaya untuk mendapatkan hasil maksimal. Salah
satu metode penanaman padi dengan menggunakan SRI (System of Rice
Intensification). SRI adalah metode penanaman padi yang bisa dikatakan
tidak umum. Dikatakan demikian karena selama ini sawah lazimnya
tergenang oleh air. Namun penanaman padi dengan metode System of Rice
Intensification (SRI) justru mengharuskan sawah hanya sekedar lembab
basah. Artinya air yang dibutuhkan cuma separuh dari biasanya. Selain itu
usia benih yang sangat muda dipakai sekitar 5 - 7 hari, jarak tanamnya
longgar, dan satu lubang tanam hanya dipakai untuk satu bibit serta ditanam
dangkal. Namun justru metode yang tidak lazim ini, menuai hasil yang
maksimal. Jadi penanaman menggunakan metode ini mampu meningkatkan
produksi petani dimana dengan pemberian bahan tanam dan nutrisi yang
diperlukan tanaman saja, tidak diberikan secara berlebihan.
Sejarah metode SRI pertama kali dikenalkan oleh FR. Henri de
Laulani, S,J. seorang pastur yang tinggal di Madagaskar. Pada tahun 1981 ia
mendirikan sekolah pertanian di Antrirabe, Madagaskar dan menemukan
metode SRI pada tahun 1983. Pertama kali diujicoba hasilnya sungguh
mengejutkan. Kemudian Henri de Laulani metode ini diberi nama dengan
System Of Rice Intensification disingkat SRI. Metode SRI di Indonesia mulai
dikembangkan tahun 1999, dengan melakukan pengujian dan evaluasi SRI di
Balai Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat.
Sejalan dengan berkembangnya penerapan SRI di Indonesia untuk
menyamakan persepsi dan mensinergikan gerak langkah metode
pengembangan SRI serta untuk membuktikan secara ilmiah bahwa SRI dapat
meningkatkan produktivitas padi,maka Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen
PLA mengadakan Workshop Pengembangan SRI yang bertujuan untuk
menyebar luaskan informasi mengenai teknologi usahatani padi sawah
organik metode SRI.
Rumusan workshop SRI yang dihasilkan antara lain menunjukan
bahwa metode SRI layak dikembangkan di Indonesia karena dari aspek
pengelolaan usahatani keunggulan pengembangan SRI adalah usahatani yang
ramah lingkungan, hemat air dan bibit serta produksi tinggi. Oleh karena itu
penerapan metode SRI menjadi sangat penting dan berguna untuk dipelajari
dan serta kemudian diterapkan oleh para petani.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimaa cara menentukan benih padi yang baik?
2. Bagaimana tata cara penyemaian padi yang baik?
3. Bagaimana penanaman dan pemanenan tanaman padi?
C. Tujuan
1. Dapat menentukan benih padi yang baik sesuai dengan ketentuan yang
ada.
2. Mampu menentukan tata cara penyemaian padi yang baik.
3. Mampu melakukan penanaman dan pemanenan tanaman padi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peran tanaman padi
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan
makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk
Indonesia. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun
padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak
dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain. Padi adalah
salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup
bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan yang mudah diubah
menjadi energi. Oleh karena itu padi disebut juga makanan energi. Menurut
Collin Clark Papanek, nilai gizi yang diperlukan oleh setiap orang dewasa
adalah 1821 calori yang apabila disetarakan dengan beras maka setiap hari
diperlukan beras sebanyak 0,88 kg. Beras mengandung berbagai zat makanan
antara lain: karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin.
Disamping itu beras mengandung beberapa unsur mineral antara lain:
kalsium, magnesium, sodium, fosphor dan lain sebagainya.
Pola tanam padi model SRI adalah cara bertanam padi kembali ke alam.
Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia tetapi memanfaatkan
jerami, limbah geraji, sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah
untuk pupuk tanahnya. Teknik budidaya ini mampu meningkatkan
produktifitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan
unsur hara, sistem ini terbukti telah berhasil meningkatkan produktifitas padi
sebesar 50% , dan bahkan di beberapa tempat mencapai lebih dari 100%.
Pada penanaman padi ada syarat tumbuh padi yakni tanaman padi dapat hidup
baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah
hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi
selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000
mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat
yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang
baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan
fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan
diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara
4 -7.
B. Prinsip budidaya SRI
Secara umum prinsip penerapan SRI dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
1. Tanaman bibit muda berusia kurang dari 12 hari setelah semai ketika bibit
masih berdaun 2 helai
2. Bibit ditanam satu pohon perlubang dengan jarak 30 x 30, 35 x 35 atau
lebih jarang
3. Pindah tanam harus sesegera mungkin (kurang dari 30 menit) dan harus
hati-hati agar akar tidak putus serta ditanam dangkal
4. Pemberian air maksimal 2 cm (macak-macak) dan periode tertentu
dikeringkan sampai pecah (Irigasi berselang/terputus)
5. Penyiangan sejak awal sekitar 10 hari dan diulang 2-3 kali dengan interval
10 hari
6. Sedapat mungkin menggunakan pupuk organik (kompos atau pupuk
hijau)
C. Teknik budidaya SRI
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari
awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa dipanen.
Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus dipelihara yang
baik, terutama harus diusahakan agar tanaman terhindar dari serangan hama
dan penyakit yang sering kali menurunkan produksi. Teknik yang dilakukan
pada penerapan sistem SRI meliputi:
1. Persemaian
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi.
Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang sebaik-baiknya,
sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan padi di
sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian,
agar harapan untuk mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat
tercapai. Tahap-tahap persemaian meliputi:
a. Penggunaan benih
Benih unggul
Bersertifikat
Kebutuhan benih 25 -30 kg / ha
b. Persiapan lahan untuk persemaian
Tanah harus subur
Cahaya matahari
Pengairan
Pengawasan
c. Pengolahan tanah calon persemaian
Persemaian kering
Persemaian kering biasanya dilakukan pada tanah-tanah remah,
banyak terdapat didaerah sawah tadah hujan. Persemaian tanah
kering harus dilakukan dengan baik yaitu :
- Tanah dibersihkan dari rumput clan sisa -sisa jerami yang masih
tertinggal, agar tidak mengganggu pertumbuhan bibit.
- Tanah dibajak atau dicangkul lebih dalam dari pada apa yang
dilakukan pada persemaian basah, agar akar bibit bisa dapat
memasuki tanah lebih dalam, sehingga dapat menyerap hara lebih
banyak.
- Selanjutnya tanah digaru Areal persemaian yang tanahnya sempit
dapat dikerjakan dengan cangkul, yang pada dasarnya pengolahan
tanah ini bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, agar tanah
menjadi gembur.
Ukuran bedengan persemaian :
- Panjang bedengan : 500 -600 cm atau menurut kebutuhan, akan
tetapi
perlu diupayakan agar bedengan tersebut tidak terlalu panjang
- Lebar bedengan 100 -150 cm
- Tinggi bedengan 20 -30 cm
Diantara kedua bedengan yang berdekatan selokan, dengan ukuran
lebar 30-40 cm. Pembuatan selokan ini dimaksud untuk
mempermudah :
- Penaburan benih dan pencabutan bibit
- Pemeliharaan bibit dipersemaian meliputi :
- Penyiangan
- Pengairan
- Pemupukan
- Pemberantasan hama dan penyakit
Persemaian diupayakan lebih dari 1/25 luas sawah yang akan
ditanami, penggunaan benih pada persemaian kering lebih banyak
dari persemaian basah.
Persemaian basah
Perbedaan antara persemaian kering dan basah terletak pada
penggunaan air. Persemaian basah, sejak awal pengolahan tanah
telah membutuhkan genangan air. Fungsi genangan air :
- Air akan melunakan tanah
- Air dapat mematikan tanaman pengganggu ( rumput )
- Air dapat dipergunakan untuk memberantas serangga perusak bibit
Tanah yang telah cukup memperoleh genangan air akan menjadi
lunak, tanah yang sudah lunak ini diolah dengan bajak dan garu
masing-masing 2 kali. Namun sebelum pengolahan tanah harus
dilakukan perbaikan pematang terlebih dahulu, kemudian petak
sawah dibagi menurut keperluan. Luas persemaian yang digunakan
1/20 dari areal pertanaman yang akan ditanami.
Persemaian sistem dapog
Cara penyemaian dengan sistem dapog :
- Persiapan persemaian seperti pada persemaian basah
- Petak yang akan ditebari benih ditutup dengan daun pisang
-Kemudian benih ditebarkan diatas daun pisang, sehingga
pertumbuhan benih dapat menyerap makanan dari putik lembaga
- Setiap hari daun pisang ditekan sedikit demi sedikit kebawah
- Air dimasukan sedikit demi sedikit hingga cukup sampai hari ke 4
- Pada umur 10 hari daun pisang digulung dan dipindahkan
kepersemaian yang baru atau tempat penanaman disawah
d. Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan benih terlebih dahulu direndam
dalam air dengan maksud :
- Seleksi terhadap benih yang kurang baik, terapung, melayang harus
dibuang
- Agar terjadi proses tisiologis, proses tisiologis berarti terjadinya
perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat berkecambah.
Terserap atau masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses
tisiologis.
Kemudian benih direndan dalam air selama 24 jam, kemudian diperam
(sebelumnya ditiriskan atau dietus) selama 48 jam, agar didalam
pemeraman tersebut benih berkecambah. Lalu Pelaksanaan menebar
benih. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menebar benih
adalah :
- Benih telah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm
- Benih tersebar rata
- Kerapatan benih harus sama
e. Pemeliharaan persemaian
1) Pengairan,
pada pesemaian secara kering pengairan dilakukan dengan cara
mengalirkan air keselokan yang berada diantara bedengan, agar
terjadi perembesan sehingga pertumbuhan tanaman dapat
berlangsung, meskipun dalam hal ini sering kali ditumbuhi oleh
tumbuhan pengganggu atau rumput. Air berperan menghambat atau
bahkan menghentikan pertumbuhan tanaman pengganggu / rumput.
Perlu diketahui bahwa banyaknya air dan kedalamanya merupakan
faktor yang memperngaruhi perkembangan semai, terutama pada
pesemaian yang dilakukan secara basah.
Pada pesemaian basah pengairan dilakukan dengan cara
bedengan digenangi air selama 24 jam, setelah genagan itu
berlangsung selama 24 jam, kemudian air dikurang hingga keadakan
macak-macak (nyemek-nyemek), kemudian benih mulai bisa
disebar. Pengurangan air pada pesemaian hingga keadaan air
menjadi macak-macak ini, dimaksudkan agar benih yang disebar
dapat merata dan mudah melekat ditanah sehingga akar mudah
masuk kedalam tanah. Kemudian agar benih tidak busuk akibat
genagan air. Lalu memudahkan benih bernafas / mengambil oksigen
langsung dari udara, sehingga proses perkecambahan lebih cepat dan
benih mampu mendapat sinar matahari secara langsung. Agar benih
dalam bedengan tidak hanyut, maka air harus diatur sesuai dengan
keadaan, misalnya : bila akan terjadi hujan maka bedengan perlu
digenangi air, agar benih tidak hanyut. Penggenangan air dilakukan
lagi pada saat menjelang pemindahan bibit dari pesemaian kelahan
pertanaman, untuk memudahkan pencabutan.
2) Pemupukan dipersemaian
Biasanya unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah
besar ialah unsur hara makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik
seperti Urea, TSP dll diberikan menjelang penyebaran benih
dipesemaian, bila perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat
pengatur tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.
2. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah Untuk Tanam padi metode SRI tidak berbeda
dengan cara pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu
dilakukan untuk mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi
tanaman, terhidar dari gulma. Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum
tanam dengan menggunakan traktor tangan, sampai terbentuk struktur
lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan
mengendalikan air. Pengolahan tanah sawah terdiri dari beberapa tahap :
a. Pembersihan
- Selokan-selokan perlu dibersihkan
- Jerami yang ada perlu dibabat untuk pembuatan kompos
b. Pencangkulan
Perbaikan pematang dan petak sawah yang sukar dibajak
c. Membajak
- Memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah
- Membalikkan tanah beserta tumbuhan rumput (jerami) sehingga
akhirnya membusuk.
- Proses pembusukan dengan bantuan mikro organisme yang ada dalam
tanah
d. Menggaru
- Meratakan dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah
- Pada saat menggaru sebaiknya sawah dalam keaadan basah
-Selama digaru saluran pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar
lumpur tidak hanyut terbawa air keluar
-Penggaruan yang dilakukan berulang kali akan memberikan
keuntungan yakni permukaan tanah menjadi rata, air yang merembes
kebawah menjadi berkurang -Sisa tanaman atau rumput akan
terbenam, penanaman menjadi mudah dan meratakan pembagian
pupuk dan pupuk terbenam.
3. Penanaman
Dalam penanaman bibit padi, harus diperhatikan sebelumnya adalah :
a. Persiapan lahan, tanah yang sudah diolah dengan cara yang baik,
akhirnya siap untuk ditanami bibit padi.
b. Umur bibit, bila umur bibit sudah cukup sesuai dengan jenis padi, bibit
tersebut segera dapat dipindahkan dengan cara mencabut bibit
c. Tahap penanaman, dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu
1) Memindahkan bibit, bibit dipesemaian yang telah berumum 17-25
hari ( tergantung jenis padinya, genjah / dalam ) dapat segera
dipindahkan kelahan yang telah disiapkan. Syarat -syarat bibit yang
siap dipindahkan ke sawah :
- Bibit telah berumur 17 -25 hari
- Bibit berdaun 5 -7 helai
- Batang bagian bawah besar, dan kuat
- Pertumbuhan bibit seragam ( pada jenis padi yang sama)
- Bibit tidak terserang hama dan penyakit, bibit yang berumur lebih
dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang
mempunyai anakan.
2) Menanam, dalam menanam bibit padi, hal- hal yang harus
diperhatikan
adalah :
a) Sistim larikan ( cara tanam )
- Akan kelihatan rapi
- Memudahkan pemeliharaan terutama dalam penyiangan
- Pemupukan, pengendalian hama dan penyakit akan lebih baik
dan cepat
- Dan perlakuan-perlakuan lainnya
-Kebutuhan bibit/pemakaian benih bisa diketahui dengan
mudah
b) Jarak tanam, Faktor yang ikut menentukan jarak tanam pada
tanaman padi, tergantung pada :
- .Jenis tanaman
- Kesuburan tanah
- Ketinggian tempat / musim
- Jenis tanaman, jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak
anakan. Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak
tanam yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki
jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang lebih
sempit.
-Kesuburan tanah, penyerapan hara oleh akar tanaman padi
akan mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab
perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah yang
subur lebih baik dari pada perkembangan akar / tanaman pada
tanah yang kurang subur. Oleh karena itu jarak tanam yang
dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar dari
pada jarak tanam padah tanah yang jurang subur.
-Ketinggian tempat., daerah yang mempunyai ketinggian
tertentu seperti daerah pegunungan akan memerlikan jarakn
tanam yang lebih rapat dari pada jarak tanam didataran
rendah, hal ini berhubungan erat dengan penyediaan air.
Tanaman padi varietas unggul memerlukan jarak tanam 20 x
20 cm pada musim kemarau, dan 25 x 25 cm pada musim
hujan.
c) Hubungan tanaman berkaitan dengan jarak tanam. Hubungan
tanaman yang sering diterapkan ialah :
- Hubungan tanaman bujur sangkar ( segi empat )
- Hubungan tanaman empat persegi panjang.
- Hubungan tanaman 2 baris.
d) Jumlah tanaman ( bibit ) tiap lobang, bibit tanaman yang baik
sangat menentukan penggunaannya pada setiap lubang.
Pemakian bibit tiap lubang antara 2-3 batang
e) Kedalaman penanaman bibit, bibit yang ditanam terlalu
dalam/dangkal menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang
baik, kedalam tanaman yang baik 3-4 cm.
f) Cara menanam, penanaman bibit padi diawali dengan
menggaris tanah/menggunakan tali pengukur untuk
menentukan jarak tanam. Setelah pengukuran jarak tanam
selesai dilakukan penanaman padi secara serentak.
4. Pemeliharaan
a. Penyulaman dan penyiangan, yang harus diperhatikan dalam
penyulaman :
- Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
- Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
- Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.
- Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya dihilangkan.
b. Pengairan, pengairan disawah dapat dibedakan :
- Pengairan secara terus menerus
- Pengairan secara piriodik
c. Pemupukan, tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan
yang berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses
pertumbuhan / produksi, pupuk yang sering digunakan oleh petani
berupa:
- Pupuk alam (organik)
-Pupuk buatan (an organik), dosis pupuk yang digunakan: Pupuk
Urea 250 -300 kg / ha, SP 36 75 -100 kg / ha dan KCI 50 -100 kg /
ha atau disesuaikan dengan analisa tanah
Pada tahap pemupukan pemberian pupuk pada SRI diarahkan
kepada perbaikan kesehatan tanah dan penambahan unsur hara yang
berkurang setelah dilakukan pemanenan. Kebutuhan pupuk organik
pertama setelah menggunakan sistem konvensional adalah 10 ton per
hektar dan dapat diberikan sampai 2 musim taman. Setelah kelihatan
kondisi tanah membaik maka pupuk organik bisa berkurang disesuaikan
dengan kebutuhan. Pemberian pupuk organik dilakukan pada tahap
pengolahan tanah kedua agar pupuk bisa menyatu dengan tanah.
Pada tahap pemeliharaan dengan sistem tanam metode SRI tidak
membutuhkan genangan air yang terus menerus, cukup dengan kondisi
tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya untuk mempermudah
pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem padi organik
dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 HST tanaman padi
digenangi dengan ketinggian air ratarata 1cm, kemudian pada umur 10
hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman tidak
digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada
saat tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu
tanaman tidak digenangi kembali sampai panen. Untuk mencegah hama
dan penyakit pada SRI tidak digunakan bahan kimia, tetapi dilakukan
pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit digunakan
pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan
mekanik.
D. Manfaat dan Keunggulan metode SRI
Secara umum manfaat dari budidaya metode SRI adalah:
1. Hemat air, Kebutuhan air hanya 20-30% dari kebutuhan air untuk cara
konvensional
2. Memulihkan kesehatan dan kesuburan tanah, serta mewujudkan
keseimbangan ekologi tanah
3. Membentuk petani mandiri yang mampu meneliti dan menjadi ahli di
lahannya sendiri. Tidak tergantung pada pupuk dan pertisida kimia buatan
pabrik yang semakin mahal dan terkadang langka
4. Membuka lapangan kerja dipedesaan, mengurangi pengangguran dan
meningkatkan pendapatan keluarga petani
5. Menghasilkan produksi beras yang sehat rendemen tinggi, serta tidak
mengandung residu kimia
6. Mewariskan tanah yang sehat untuk generasi mendatang
Selain memiliki manfaat yang lebih baik, sistem SRI juga memiliki
keunggulan dalam hal sebagai berikut:
a. Tanaman hemat air. Selama pertumbuhan dari mulai tanam sampai panen
memberikan air max 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm dan
ada periode pengeringan sampai tanah retak ( Irigasi terputus).
b. Hemat biaya, hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya
pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, dan tenaga tanam
kurang.
c. Hemat waktu, ditanam bibit muda 5-12 hss, dan waktu panen akan lebih
awal
d. Produksi meningkat, di beberapa tempat mencapai 11 ton/ha
e. Ramah lingkungan, tidak menggunaan bahan kimia dan digantikan
dengan mempergunakan pupuk organik (kompos, kandang dan Mikro-
oragisme Lokal), begitu juga penggunaan pestisida.
E. Perbedaan metode SRI dengan Konvensional
Sistem tanam padi SRI pada prakteknya memiliki banyak perbedaan
dengan sistem tanam konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat melalui tabel
berikut:
No Komponen Sistem SRI Sistem konvensional
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Kebutuhan benih
Pengujian benih
Umur dipesemaian
Pengolahan tanah
Jumlah tanam
Posisi akar waktu
tanam
Pengairan
Pemupukan
Penyiangan
Rendemen
5-7 Kg/Ha
Dilakukan
7-10 HSS
3 x(struktur lumpur dan rata)
1 pohon/lubang
Horisontal (L)
Sesuai kebutuhan
Pupuk organik
Diarahkan pada pengolahan
perakaran
60-70%
30-40 Kg/Ha
Tidak dilakukan
30-40 HSS
2-3x(struktur lumpur)
Rata-rata 5 pohon/lubang
Tidak teratur
Terus digenangi air
Pupuk kimia
Diarahkan pada pemberantasan
gulma
50-60%
Keterangan: HSS = hari setelah semai
Kebutuhan pupuk organik dan pestisida untuk padi organik metode
SRI dapat diperoleh dengan cara mencari dan membuatnya sendiri.
Pembuatan kompos sebagai pupuk dilakukan dengan memanfaatkan kotoran
hewan, sisa tumbuhan dan sampah rumah tangga dengan menggunakan
aktifator MOL (Mikro-Organisme Lokal) buatan sendiri, begitu pula dengan
pestisida dicari dari tumbuhan behasiat sebagai pengendali hama. Dengan
demikian biaya yang keluarkan menjadi lebih efisien dan murah. Penggunaan
pupuk organik dari musim pertama ke musim berikutnya mengalami
penurunan rata-rata 25% dari musim sebelumnya. Sedangkan pada metode
konvensional pemberian pupuk anorganik dari musim ke musim cenderung
meningkat, kondisi ini akan lebih sulit bagi petani konvensional untuk dapat
meningkatkan produsi apalagi bila dihadapkan pada kelangkaan pupuk dikala
musim tanam tiba.
Pemupukan dengan bahan organik dapat memperbaiki kondisi tanah
baik fisik, kimia maupun biologi tanah, sehingga pengolahan tanah untuk
metode SRI menjadi lebih mudah dan murah, sedangkan pengolahan tanah
yang menggunakan pupuk anorganik terus menerus kondisi tanah semakin
kehilangan bahan organik dan kondisi tanah semakin berat, mengakibatkan
pengolahan semakin sulit dan biaya akan semakin mahal.
BAB III
KESIMPULAN
1. Metode Sri merupakan metode yang efisien dan efektif karena dapat
menguntungkan para petani, meningkatkan produksi petani, selain itu karena
tidak mempergunakan pupuk dan pestisida kimia memanfaatkan pupuk
organik, tanah menjadi gembur, mikroorganisme tanah meningkat dengan
keadaan lingkungan yang baik.
2. Metode ini meliputi persiapan benih, pengolahan tanah, pemupukan organik,
pengairan yang intensif(secukupnya), serta pemeliharaan untuk mencapai hasil
yang melimpah. Sistem ini biasa disebut dengan panca usahatani yang biasa
dilakukan di masyarakat.
3. Pada sistem SRI lebih sederhana dan hasil lebih banyak dari pada sistem
konvensional yang membutuhkan biaya yang lebih tinggi dan hasil kurang
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Entun Santosa, 2005. Rice organic farming is a programme for strengtenning food security in sustainable rural development. Makalah seminar Internasinal Kamboja ROF.
Kuswara dan Alik Sutaryat, 2003. Dasar Gagasan dan Praktek Tanam Padi Metode SRI (System of Rice Intencification). Kelompok Studi Petani : Ciamis.
Mutakin, J. 2005. Kehilangan Hasil Padi Sawah Akibat Kompetisi Gulma pada Kondisi SRI (Systen of Rice Intencification). Tesis Pascasarjana: Unpad Bandung.
Sampurna Untuk Indonesia. 2008. SRI Sytem Rice intensification. Pasuruan.
Hamdani, Moh. 2010. Cara Tanam Padi Metode SRI. http://www.Cara-Tanam-Padi-Metode-SRI.co.id Diakses pada Senin, 1 Oktober 2012
Tauhid, Ahmad. 2011. Penyemaian Benih Tanaman Padi. http://www.penyemaian-benih-tanaman-padi.co.id Diakses pada Senin, 1 Oktober 2012