proses perencanaan
DESCRIPTION
2.RIngga Rahmi Prima _P2TRANSCRIPT
TEORI PERENCANAAN II
UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
Ringga Rahmi Prima
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Untuk Mata Kuliah
Penataan Ruang dan Perencanaan Permukiman
PROGRAM STUDI MAGISTER PEMBANGUNAN PERUMAHAN
DAN PERMUKIMAN UNIVERSITAS ANDALAS
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................1
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................2
1.1 Latar Belakang....................................................................................................2
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2 : Pembahasan....................................................................................................3
2.1 Proses Perencanaan.............................................................................................3
2.2 Perencanaan di Era Desentralisasi......................................................................5
2.3 Peran Perencana dalam perencanaan..................................................................7
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran..................................................................................11
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
1
2
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya tujuan perencanaan adalah untuk menyediakan informasi
tindakan kebijaksanaan, inovasi, dan solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya
publik, pengarahan masyarakat, serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat strategik dan perencanaan teknikal atau
operasional pada hakekatnya terkait dengan sistem perencanaan makro (umum) dan
mikro (spesifik), maupun terkait pada siklus manajemen publik dan siklus
manajemen kegiatan/proyek. Substansi perencanaan pada dasarnya memberikan
kesempatan pada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Perencanaan yang dilaksanakan akan berhubungan dengan kebijakan yang diambil
pemerintah, seperti kebijakan Desentralisasi. Perencanaan yang baik juga ditentukan
oleh keputusan yang diambil oleh perencana.(1)
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana proses perencanaan ?
2. Bagaimana Perencanaan di Era Desentralisasi ?
3. Bagaimana peran perencana dalam perencanaan ?
1.3 Tujuan
Memberikan kemampuan untuk menggunakan teori perencanaan dalam
menjelaskan penataan ruang dan perencanaan kawasan permukiman
BAB 2 : Pembahasan
2.1 Proses Perencanaan
Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam
perencanaan korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang.
Lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja:
apa, siapa, bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut
metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.(2)
Karakter atau Pendekatan Dasar Proses Perencanaan dibagi dua, yaitu:(2)
1. Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah bekerja
sesuai kemauan atasan di dalam perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata
bagian bawah. Waktu perencanaan bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal
yang terlewatkan karena sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya
menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.
2. Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan
semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam
perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan
komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan
banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan pengembangan budaya
perusahaan yang sesuai.
Unsur-unsur proses perencanaan antara lain adalah sebagai berikut:(2)
1. Audit Situasi
Audit situasi dilaksanakan dengan memeriksa data prestasi beberapa masa yang
lalu. Prinsipnya adalah untuk mendapatkan informasi pengenalan diri sendiri saat
ini di sini dengan segala dimensinya: apa, siapa, mengapa, untuk apa, di mana,
bagaimana, berapa? Mendaftar berbagai aspek kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) internal yang diketahui. Selanjutnya teknik forecasting
secara statistik biasanya digunakan untuk melihat ekstapolasi kecenderungan data
ke masa depan dalam situasi konstan seperti pada masa lalu. Tetapi situasi tidak
akan tetap sama karena adanya perubahan. Perubahan-perubahan masa depan
diantisipasi dengan berbagai teknik riset masa depan.
4
2. Riset Masa Depan
Adalah usaha untuk memperkirakan situasi lingkungan eksternal masa depan
yang akan dihadapi. Tujuan riset masa depan (future research) adalah mengenali
dan mempertimbangkan dampak dari kecenderungan perkembangan faktor-faktor
dalam ekonomi makro, bidang industri atau jasa, politik, perubahan sosial,
teknologi, budaya dan gaya hidup masyarakat, keamanan dan lain sebagainya,
apakah positif ataukah negatif. Juga diperkirakan situasi persaingan. Apa yang
akan dikerjakan pemain dan pesaing lama? Berapa banyak pemain dan pesaing
baru akan terjun di lapangan (pasar)? Dampak positif berarti peluang
(opportunities) bagi pengembangan karya yang perlu ditangkap dan
dimanfaatkan. Dampak negatif berarti ancaman (threats), hambatan atau kendala
bagi kemajuan. Maka perlu diatasi.
3. Asumsi-asumsi
Gabungan audit situasi (internal) dan riset masa depan (eksternal) yang
dipadukan dengan melakukan metode Analisis SWOT menghasilkan asumsi-
asumsi atau pengandaian situasi atas berbagai faktor variabel. Data basis yang
diperoleh di sini seolah-olah siap memberi penjelasan pada setiap pertanyaan:
mengapa.
4. Policy atau kebijakan
Perumusan policy atau kebijakan dasar dimaksudkan sebagai garis pedoman
mengenai apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam
rangka pencapaian tujuan, sasaran, target. Ini memberi warna dasar pada semua
rencana usaha, misalnya orientasi pada kepuasan konsumen yang harus
dipertimbangkan di dalam semua rencana strategi dan taktis.
5. Rencana Strategi
Garis besar ketentuan mengenai bidang-bidang utama mengenai pengembangan
bisnis dan organisasi, pembaruan dan pengembangan produk, strategi persaingan
dan pemasaran, strategi keuangan, strategi investasi prasarana dan sarana, strategi
produksi dan strategi sumber daya manusia.
6. Keunggulan Strategis
Perencanaan yang dengan jelas merumuskan hal-hal berikut dikatakan sudah
mempunyai potensi keunggulan strategis: visi, strategi, taktik, implementasi dan
operasi
5
2.2 Perencanaan di Era Desentralisasi
Desentralisasi adalah mengalihkan administrasi yang terkonsentrasi pada satu
pusat kekuasaan dan menurunkan kekuasaan tersebut ke pada pemerintah daerah.
Desentralisasi mempunyai sisi positif, yaitu secara ekonomi dapat memperbaiki
efisiensi dalam penyediaan permintaan pelayanan barang dan jasa publik,
mengurangi biaya dan efektif dalam penggunaan sumberdaya manusia; secara politik
dapat meningkatkan akuntabilitas, ketrampilan politik, dan integrasi nasional,
mendekatkan kepada masyarakat, menciptakan pelayanan yang lebih dekat dengan
“klien”, merupakan arena untuk dapat melatih proses partisipasi masyarakat, dan
mengembangkan kepemimpinan elit politik. Disamping itu kebijakan desentralisasi
mengandung risiko “separatisme”, yang jika tidak disadari akan menggangu kesatuan
teritorial negara, memperkuat gejala penyempitan wawasan kebangsaan, dan
memperkuat penyalahgunaan kekuasaan di tingkat bawah. (1)
Kebutuhan terhadap kegiatan perencanaan akan semakin besar untuk dapat
memberikan informasi kebijakan, inovasi, dan input teknikal dalam proses
pengambilan keputusan oleh pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Dalam era
otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang semakin penting dalam
kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik dimana dalam proses
manajemen publik tersebut instrumen perencanaan sangat penting untuk
mengantisipasi kondisi masa depan, mengarahkan masyarakat, dan mendorong
proses transformasi sosial. (1)
Kegiatan perencanaan seharusnya dapat mensinkronkan berbagai kepentingan
para pelaku berkepentingan dan bekerja pada berbagai tingkatan pemerintahan, serta
terdapat keterkaitan antara kegiatan perencanaan makro dan mikro, serta keterkaitan
6
antara siklus manajemen publik (public management) dan siklus manajemen proyek
(project management) yang dilakukan oleh sektor publik dan sektor privat. (1)
Secara khusus, kegiatan proses perencanaan wilayah dan kota harus dapat
dilakukan secara transparan, akuntabel, dan partisipatif (sebagai perwujudan prinsip-
prinsip “good governance”) yang dapat memberikan dukungan pencapaian tujuan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan ekonomi daerah, dan
kelestarian lingkungan hidup.(1)
Di Indonesia, persoalan yang terjadi akibat kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah adalah : (1)
1. Respon berlebihan terhadap batasan dan lingkup kewenangan tugas yang
diserahkan ke daerah otonom tanpa diimbangi dengan kapasitas yang memadai
2. Dampak negatif dari luasnya kekuasaan DPRD dalam pengawasan, pemilihan
dan pengangkatan kepala daerah, pengesahan anggaran dan belanja daerah
3. Tidak adanya hirarki antara pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota
yang menimbulkan ketidakharmonisan hubungan kerja vertikal
4. Ketidakjelasan pemahaman terhadap transparansi dan akuntabilitas, serta
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik sehingga
timbul gerakan masa yang bekelebihan
5. Penyempitan wawasan kebangsaan dan pembatasan proses asimilasi budaya dan
interaksi sosial sehingga timbul arogansi kedaerahan.
Dampak yang ditimbulkan Desentralisasi terhadap kegiatan perencanaan
adalah:
1. Wewenang daerah dalam kegiatan perencanaan yang penuh, sehingga proses
pengambilan keputusan terjadi ditingkat lokal, hubungan horisontal-internal
menjadi kuat dibandingkan hubungan vertikal-eksternal
7
2. Peran lembaga perwakilan semakin besar dibandingkan dengan eksekutif,
rasionalistas perencanaan melemah dibandingkan rasionalitas konstituen, metoda
dan proses perencanaan berubah dari teknikal ke politikal dengan partisipasi
penuh dari berbagai pihak berkepentingan melalui forum-forum,
3. Sumber pembiayaan dari pihak pemerintah propinsi dan pusat berkurang,
sehingga kekuasaan alokasi sumberdaya berada di tingkat lokal
Perencanaan bersifat partisipatif. Namun bila dilihat dari sejarahnya, dasar
partisipasi di dalam perencanaan publik telah berubah dari partisipasi yang dilakukan
oleh sebuah kelompok kecil yang terdiri dari kalangan elit informal menjadi sebuah
kelompok unsur pendukung formal dengan dasar yang luas. Tujuan dari partisipasi
warga juga telah berubah. Warga sekarang dapat memegang tiga fungsi di dalam
perencanaan. Pertama adalah sebagai pendukung bagi lembaga perencanaan beserta
kegiatan-kegiatannya. Kedua, berfungsi sebagai alat untuk memperoleh
kebijaksanaan dan pengetahuan di dalam pengembangan sebuah rencana serta
mengidentifikasi misi dari lembaga perencanaan. Fungsi ketiga, dan yang mulai
berkembang adalah fungsinya sebagai pengawas atas haknya sendiri dan hak orang
lain dalam merancang dan menyampaikan kebijakan.(1)
2.3 Peran Perencana dalam perencanaan
Plan for People merupakan suatu slogan yang seharusnya mendorong para
perencana untuk bekerja lebih terfokus kepada masyarakat. Rencana Tata Ruang
yang disusun oleh perencana adalah media perantara untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat tersebut. Oleh karena itu, para perencana harus lebih banyak bekerja
sama dengan masyarakat (plan by people) dan turut serta mendorong kegiatan
perencanaan tata ruang agar menjadi proses yang partisipatif. Keterlibatan
masyarakat menjadi komponen penting dalam perencanaan. Begitu juga halnya
8
dalam pembangunan karena anggota masyarakat memiliki perspektif yang berbeda-
beda, baik dalam haknya sebagai orang memiliki pengetahuan maupun sebagai
actor strategis dalam pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi rencana tersebut .(3)
Keberhasilan penataan ruang akan ditentukan oleh seberapa besar
masyarakat dapat terlibat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang yang difasilitasi oleh Pemerintah. Sebagai tahapan
pertama dari penataan ruang, maka perencanaan memegang peran strategis dan vital
untuk dapat menentukan keberhasilan pemanfaatan dan serta pengendalian
pemanfaatan ruang yang efektif dan efisien. (3)
Empat tahapan yang harus diperhatikan oleh para perencana, yaitu: (3)
1. Tahapan Pengkondisian (prepatory action)
Tahap awal ini sangat penting untuk menjamin keberhasilan proses partisipatif.
Situasi dan kondisi wilayah atau kota yang akan direncanakan harus dapat
mencerminkan terciptanya suasana yang menceritakan tentang agenda-agenda
kegiatan perencanaan tata ruang di kota/wilayah mereka, seperti misalnya
pembicaraan di warung kopi, pangkalan ojek, tempat gaul anak muda, dan
seterusnya. . Oleh karena itu, perencana harus dapat berperan aktif menciptakan
kondisi tersebut, terutama dalam berinteraksi dengan tokoh masyarakat, media
massa, tokoh agama, dan lain-lain. Perencana harus mampu meyakinkan
masyarakat bahwa proses penataan ruang tersebut penting untuk perikehidupan
kota/wilayah tersebut.
2. Tahapan Pembentukan Forum Stakeholder
Menurut Friedmann (2001), setidaknya ada 3 (tiga) aktor yang terlibat, yaitu:
Politisi dan Pemerintah (politicians and bureaucrats) yang mewakili lembaga
pemerintahan pada setiap level wilayah, Dunia Usaha (corporate capital) baik
9
yang bersifat trans-nasional maupun domestik, dan organisasi kemasyarakatan
(civil society),seperti misalnya keluarga, organisasi keagamaan, klub hobi,
NGO, dan lain-lain. Substansi yang paling penting dalam tahapan ini adalah
pemilihan perwakilan dari ketiga aktor tersebut (representative system). Secara
umum, kriteria yang harus dipenuhi oleh wakil-wakil dari ketiga aktor tersebut,
antara lain adalah harus mampu menyampaikan aspirasi kelompoknya (people
voice), memiliki pengaruh di dalam kelompoknya (influenced people), dan
memiliki kepentigan dalam pembangunan kota/wilayah di sana (interested
people) Oleh karena itu, peran perencana di sini sangat vital dalam menyeleksi
partisipan yang memenuhi criteria tersebut diatas, selain mendesain tata laksana
dan sistem kerja forum penataan ruang tersebut. Perencana juga harus mampu
menguraikan tugas dan fungsi dari masing-masing perwakilan stakeholder
tersebut.
3. Tahapan Pemilihan Media Partisipasi (participatory tools)
Ada 7 (tujuh) jenis instrument partisipasi, yaitu pengumuman terbuka (), dengar-
pendapat publik (public hearing), diskusi kelompok terfokus (focus group
discussion), workshop partisipatif (Participatory Workshops), konsultasi
penasehat (Citizen Advisory)
4. Tahapan Pembentukan Forum Pakar (Expert’s Choice)
Tahapan ini diperlukan apabila dalam media partisipasi yang dilaksanakan tidak
menghasilkan kesepakatan dalam waktu yang direncanakan. Untuk dapat
memberikan pilihan-pilihan yang lebih bervariatif, obyektif, dan tepat sasaran,
maka dibutuhkan pendapat pakar yang memiki kompetensi dan kapasitas dalam
permasalahan atau kebijakan yang akan dipilih. Jadi, Forum pakar ini dibentuk
untuk menghasilkan lebih banyak pilihan dan lebih informatif (well-informed
10
choice) kepada para partisipan (stakeholder) dalam proses pengambilan
keputusan nantinya. Oleh karena itu, peran perencana adalah harus mampu
memfasilitasi terciptanya variasi pilihan yang lebih informatif untuk mencegah
kebuntuan dalam proses pengambilan keputusan rencana tata ruang. Perencana
juga harus mampu berperan sebagai koordinator yang akomodatif (inclusive)
terhadap pendapat maupun pandangan dari berbagai disiplin kepakaran yang
terlibat dalam proses tersebut.
BAB 3 : Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
1. Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam
perencanaan korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka
panjang.
2. Dalam era otonomi, pemerintah daerah memiliki tugas dan fungsi yang
semakin penting dalam kegiatan pemerintahan dan penyediaan pelayanan
publik dimana dalam proses manajemen publik tersebut instrumen
perencanaan sangat penting untuk mengantisipasi kondisi masa depan,
mengarahkan masyarakat, dan mendorong proses transformasi sosial.
3. Dalam proses perencanaan para perencana harus lebih banyak bekerja sama
dengan masyarakat (plan by people) dan turut serta mendorong kegiatan
perencanaan tata ruang agar menjadi proses yang partisipatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wiranto T. Perencanaan Dalam Era Desentralisasi In: Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, editor.
2. Perencanaan P. [16 September 2015]; Available from:
https://id.wikipedia.org/wiki/Proses_perencanaan.
3. Simarmata HA. Peran Perencanaan dalam Proses Perencanaan Tata Ruang
yang Partisipatif In: Kementrian Pekerjaan Umum, editor.