prospek dan tantangan bisnis standar campuran gas di indonesia oman harry
TRANSCRIPT
1
METROLOGI GAS: PROSPEK DAN TANTANGAN BISNIS
STANDAR CAMPURAN GAS DI INDONESIA
Harry Budiman and Oman Zuas
Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Banten 15314 Indonesia Email: [email protected], [email protected],
ABSTRAK Standar campuran gas merupakan komponen yang sangat diperlukan dan
memegang peranan penting untuk mendapatkan hasil pengukuran komponen gas yang akurat dan valid dalam suatu sampel. Mengacu pada prinsip metrologi, hasil pengukuran yang akurat dan valid ini harus dapat tertelusur ke standar pengukuran yang lebih tinggi dan berujung pada standar tertinggi yaitu standar primer yang diakui dan diterima secara internasional. Saat ini kebutuhan akan standar campuran gas di Indonesia meningkat seiring dengan semakin berkembangnya industri di bidang pengolahan gas (industri gas alam) dan laboratorium-laboratorium yang bertanggung jawab untuk memonitor lingkungan udara seperti kandungan emisi gas rumah kaca dan kendaraan bermotor. Dalam makalah ini disajikan kajian singkat tentang prospek dan tantangan pengembangan standar gas campuran di Indonesia.
Kata kunci: metrologi, standar, gas, industri, lingkungan, laboratorium.
ABSTRACT
Standard gas mixture is very important material to ensure the quality of
measurement of gas component in order to get a valid and accurate result. The
standard must internationally acceptable and traceable to reference standard at
higher levels, ending at the primary standard. In Indonesia, the need of standard gas
mixtures for industrial and environmental purposes is rapidly increasing. This report
presents a short review regarding to the problem acquiring standard gas mixture in
Indonesia. Prospective of business and challenging on the development of such
standard in Indonesia are also highlight.
Keywords: metrology, standard, gas, industrial, environment, laboratory
1. PENDAHULUAN Persediaan gas alam di Indonesia diperkirakan mencapai 190 CTF (trillion
cubic feet) dan merupakan peringkat 13 besar dunia. Pada tahun 2004 Indonesia menghasilkan 3.03 CTF gas alam dan sekitar 43% hasil produksi gas alam di Indonesia adalah liquefied natural gas (LNG). Indonesia mensuplai sebesar 19% dari kebutuhan dunia LNG dan diekspor terutama ke negara Jepang, Korea Selatan dan Taiwan. Pendapatan dari ekspor gas alam mencapai $ 8.1 miliar pada tahun 2004 dan berkontribusi sebesar 11% dari total pendapatan ekspor Indonesia. Sampai saat ini, Indonesia masih berperan sebagai eksporter utama LNG di dunia. Untuk kebutuhan domestik, gas alam diperlukan oleh industri-industri seperti industri pupuk dan petrokimia (34%) dan industri pembangkit tenaga listrik (25%). Dalam pasar internasional, kualitas produk gas (komposisi gas, impurities dan lain-lain) yang
2
diperdagangkan haruslah diketahui dengan pasti untuk mencegah terjadinya kerugian dipihak penjual dan memberikan kepuasan pada pelanggan. Jaminan kualitas produk gas ini sangat tergantung pada kualitas hasil pengukuran yang dilakukan oleh laboratorium quality control untuk menentukan komposisi gas yang terkandung dalam gas alam. Berdasakan data yang diperoleh dari European Union (EU), kesalahan yang terjadi dalam pengukuran komposisi gas alam sebesar 1% bisa menyebabkan kerugian sekitar 1 triliun Euro per tahunnya ditanggung oleh negara penjual gas alam di pasar internasional [1].
Dalam kaitannya dengan hal di atas, hasil pengujian kandungan gas secara kuantitatif yang akurat dan valid menjadi salah satu bagian terpenting dan harus dilakukan oleh laboratorium quality control di industri. Kesalahan pengukuran dapat terjadi pada saat peralatan uji yang dipergunakan di laboratorium quality control tidak melalui proses kalibrasi, sehingga hasil pengujian yang dilakukan tidak dapat dipastikan keakuratannya. Oleh karena itu, peralatan uji harus melalui proses kalibrasi secara benar menggunakan standar campuran gas sebelum dipergunakan. Menurut ISO/IEC Guide 25 yang lebih dikenal dengan ISO/IEC 17025:2005 “General
Requirements for Competence of Testing and Calibration Laboratories”, hasil pengukuran yang akurat dan valid harus dapat tertelusur ke acuan standar yang lebih tinggi dan berujung pada standar tertinggi yaitu standar primer, sehingga hasilnya dapat diakui dan diterima secara internasional, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Secara umum, standar campuran gas didefinisikan sebagai standar dimana konsentrasi komponen gas didalamnya telah diketahui secara pasti yang digunakan untuk mengkalibrasi respon konsentrasi yang diperoleh dari suatu instrumen pada tingkat keakuratan tertentu [2,3].
Gambar 1. Hierarki standar gas (Sumber: NPL-National Physical Laboratory)
3
Selain laboratorium quality control di industri pengolahan gas alam dan
petrokimia, laboratorium lingkungan terakreditasi untuk analisis gas juga membutuhkan standar campuran gas untuk memperoleh hasil pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya. Saat ini isu pemanasan global menjadi perhatian dunia. Pemanasan global ini disebabkan oleh terakumulasinya gas-gas buang di lapisan atmosfer bumi yang diemisikan baik oleh kendaraan bermotor, industri-industri maupun oleh aktifitas manusia lainnya seperti pembakaran hutan demi keperluan pembukaan lahan pertanian. Oleh karena itu, laboratorium lingkungan terakreditasi untuk ruang lingkup gas analisis memegang peranan utama dalam memonitor level konsentrasi emisi gas-gas buang di udara seperti gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metan (CH4), dinitrogen oksida (N2O), nitrogen monoksida (NO), sulfur dioksida (SO2), dan lain-lain. Hasil pengukuran tingkat emisi gas buang di udara oleh laboratorium lingkungan ini haruslah akurat dan dapat dipercaya sehingga masyarakat dan terutama pemerintah memperoleh informasi yang valid sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk menentukan aksi dan kebijakan lingkungan yang perlu diambil [3,4,5].
2. MASALAH DALAM PENGADAAN STANDAR CAMPURAN GAS
Indonesia sebagai negara berkembang menghadapi beberapa masalah dalam pengadaan standar campuran gas untuk keperluan jaminan kualitas pengukuran analisis suatu komponen gas. Masalah-masalah itu diantaranya adalah 1. Lembaga Metrologi Nasional (LMN) di Indonesia khususnya untuk pengukuran
kimia belum sepenuhnya didukung oleh infrastruktur yang memadai. Hingga saat ini, Indonesia hanya memiliki Pusat Penelitian Kalibrasi, Instrumentasi dan Metrologi (KIM), LIPI sebagai Lembaga Metrologi Nasional dalam pengukuran fisik seperti massa, suhu, tekanan yang telah didukung oleh infrastuktur memadai (peralatan pengukuran dan laboratorium) dan diakui secara internasional.
2. Pengadaan standar gas campuran dari LMN maupun perusahaan specialty gas di luar negeri membutuhkan biaya tinggi yang mencakup biaya standar campuran gas itu sendiri yang sangat mahal ditambah dengan biaya pajak import, biaya pengiriman dan biaya pembebasan barang di bea cukai yang jumlahnya tidak kecil
3. Proses pemesanan standar gas campuran di luar negeri biasanya memakan waktu yang lama (3-4 bulan) karena banyaknya aspek yang terlibat yaitu lamanya pengiriman, ketersedian standar campuran gas, proses pembebasan di bea cukai dan sebagainya.
4. Stabilitas dari standar campuran gas terbatas. Standar campuran gas mempunyai jangka waktu pakai tertentu yang tertera pada sertifikat analisisnya dimana jangka waktu pakai dan stabilitasnya sangat tergantung pada jenis gasnya dan teknologi yang digunakan untuk membuat standar campuran gas. Dalam hal ini, laboratorium atau industri harus benar-benar mempertimbangkan stabilitas dan jangka waktu pakai dari standar campuran gas dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pemesanan sehingga standar campuran gas tidak mengalami perubahan konsentrasi dan dapat digunakan dengan semestinya.
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian, Superscript
Formatted: Indonesian, Superscript
Formatted: Indonesian, Superscript
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
Formatted: Indonesian
4
3. PROSPEK PENGGUNAAN STANDAR GAS CAMPURAN Target pemasaran standar gas campuran adalah industri dan laboratorium yang berkecimpung dalam bidang gas analisis seperti industri pengolahan gas alam, industri petrokimia, laboratorium pengujian terakreditasi dan perusahaan specialty gas, dimana jaminan kualitas pengujian kandungan gas harus dicapai. Pada gambar dan tabel di bawah ini disajikan industri, laboratorium dan perusahaan specialty gas di seluruh Indonesia sebagai prospektif pengguna standar campuran gas di Indonesia.
5
Gambar 2. Peta sebaran industri pengolahan gas alam, laboratorium terakreditasi pengujian gas, dan perusahaan specialty gas di Indonesia.
Industri Pengolahan Gas Alam
Laboratorium Terkareditasi
Pengujian Gas
Special Gas Company
6
Tabel 1. Laboratorium terakreditasi pengujian gas di Indonesia [6]
(Sumber: Direktori Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi, KAN-BSN,2003)
NO LABORATORIUM PENGUJIAN LOKASI PEMILIK
1 PT. Sawu Indonesia Emisi gas Jakarta swasta
2 Laboratory of Process PPPTMBG LEMIGAS Gas alam Jakarta
pemerintah
3 PT Pupuk Kalimantan Timur Emisi gas (CO, CO2, NO2, SO2, NOX, O2, NH3-N)
Bontang, East Kalimantan
swasta
4
Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Propinsi DKI Jakarta NO2, SO2, H2S, OX Jakarta
pemerintah
5 Unit Pengolahan III PERTAMINA,Plaju Oktana Plaju, Palembang pemerintah
6 Unit Pengolahan II PERTAMINA, Dumai Oktana Dumai, Riau pemerintah
7 Unit Pengolahan VI PERTAMINA, Balongan
pentena, pentana, nitrogen, oksigen, CO2, CO, metana, ethylene, etana, siklopropana, asetilena, metil asetilena, C4 hidrokarbon Balongan, West Java
pemerintah
8 Laboratorium Udara BAPEDALDA Medan SO2, NOX, CO, O3 Medan, North Sumatera
pemerintah
9 Laboratorium Udara BAPEDALDA Surabaya SO2, NOX, CO, O3 Surabaya, East Java
pemerintah
10 Laboratorium Udara BAPEDALDA Palangkaraya SO2, NOX, CO, O3
Palangkaraya, center of Kalimantan
pemerintah
11 Laboratorium Udara BAPEDALDA Semarang SO2, NOX, CO, O3 Semarang,
pemerintah
12 Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor NH3, NO2, SO2 Bogor, west Java
pemerintah
7
13 PT Sucofindo (persero) gas alam cair Batam swasta
14 Pusdiklat Minyak dan Gas Bumi Cepu oktana cepu, center of Java pemerintah
15 PT. Astra International, Tbk SO2, NOX, H2S, NH3 Jakarta swasta
16
Laboratorium Teknologi Gas - Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi gas alam Jakarta
pemerintah
17 Laboratorium Pengujian Emisi P Yamaha Indonesia Motor, Mfg emisi gas SO2, NOX, H2S, NH3 Jakarta
swasta
18 PT. Suar Adhika Wahana Ujindo emisi gas Jakarta swasta
8
Tabel 2. Perusahaan specialty gas untuk penggunaan di industri dan medis
NO PERUSAHAAN LOKASI NO PERUSAHAAN LOKASI
1 Air Liquide Indonesia PT Jakarta, Cilegon, Bekasi 16 Kalindo Matesu Goautama Gas PT Palembang
2 Adijaya Prima Perkasa PT Jakarta 17 Mitra Guna Gas PT Karawang
3 Air Products Indonesia PT
Jakarta, Yogyakarta, Samarinda, Tegal, Semarang, Gresik, Bekasi 18 Molindo Inti Gas PT
Gedangan, Lawang, Malang
4 Amalgam Indocorpora PT Jakarta 19 Multi Guna Gas PT Banjarbaru, Banjarmasin
5 Aneka Gas Industri PT Kendari 20 National Industrial Gases Indonesia PT Batam
6 Aneka Gases General Bekasi 21 Praxair Indonesia PT Bekasi
7 Bandung General Gas Supply UD Surabaya 22 Samator Gas Industri PT Jakarta, Surabaya, Bekasi
8 Bangadua Petroleum PT Jakarta 23 Sentra Multigas Utama PT Bekasi
9 Beta Gasindo Agung PT Jakarta 24 Subur Intisurya Gas PT Tanjung Uban, Menado
10 BOC Gases Indonesia PT Jakarta, Bekasi 25 Sumatera Olah Gas Industri PT Padang
11 Buana Nittanindo Gas PT Jakarta 26 Sumber Gas Jakarta
12 Daya Elgas Corporation PT Jakarta 27 Sumber Sejati Gas Raya PT Surabaya
13 Indomita Paragon PT Jakarta 28 Tasman Gases Bandung
14 Iwatani Industrial Gas Indonesia PT Bekasi 29 Tira Austenite PT Tbk Div Gas Gresik
15 Jaya Gas Indonesia PT Jakarta, Bandung, Karawang, Bekasi,
9
Tabel 3. Industri besar pengolahan gas alam di Indonesia
(Sumber: Migas-Eksploitasi, BPMIGAS)
NO PERUSAHAAN LOKASI
TOTAL PRODUKSI GAS ALAM (2004)
MMSCF %
1 Total Bontang 909,932 30.03%
2 Exxon Mobil Aceh 507,096 16.74%
3 Vico Bontang 329,511 10.87%
4 BP West Java, Papua 182,209 6.01%
5 Pertamina West Java 383,870 12.67%
6 Unocal Bontang 124,199 4.10%
7 Conoco Phillips Grissik, Jambi 319,317 10.54%
8 Energy 73,668 2.43%
9 Caltex Riau 34,757 1.15%
10 Exspan South Sumatera 37,520 1.24%
11 Premier/Amoseas Nusa Tenggara
Timur 56,357 1.86%
12 CNOOC/YPF/Maxus Papua, Irian Jaya 18,813 0.62%
13 Kodeco East Java 8,355 0.28%
14 Lapindo Sidoarjo, East Java 23,617 0.78%
15 Others 20,911 0.69%
TOTAL 3030132 100%
4. TANTANGAN DALAM PENGEMBANGAN STANDAR CAMPURAN GAS
DI INDONESIA Dalam upaya untuk mengatasi masalah-masalah dalam pengadaan standar campuran gas untuk jaminan mutu hasil pengujian gas, Indonesia harus mengembangkan preparasi dan produksi standar campuran gas sendiri di dalam negeri sehingga Indonesia dapat menyediakan kebutuhan domestik standar campuran gas bagi laboratorium dan industri serta tidak bergantung lagi pada LMN ataupun perusahaan specialty gas di luar negeri. Tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia sebagai negara berkembang dalam pengembangan standar campuran gas adalah sebagai berikut 1. Metrologi kimia khususnya gas masih dalam tahap pengembangan di Indonesia.
Pusat Penelitian Kimia-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PP Kimia-LIPI) ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh pemerintah untuk membangun metrologi kimia di Indonesia.
2. Investasi yang cukup besar dibutuhkan untuk membangun Lembaga Metrologi Nasional dalam bidang metrologi gas yang memadai dan diakui secara internasional. Sejumlah infrastruktur yang memadai dan lengkap seperti instrumen pengukuran, peralatan dan mesin, dan fasilitas laboratorium harus tersedia untuk mendukung metrologi gas di Indonesia. Adapun komponen infrastruktur utama yang harus dipersiapkan untuk pengembangan metrologi gas yaitu sistem timbangan (weighing system), sistem pencampuran gas (gas mixing system), sistem evakuasi silinder (evacuation system), sistem homogenisasi campuran gas (homogenizing system), instrumentasi untuk analsis (gas kromatograf, gas spektrometer massa, isotop resolusi gas kormatograf, quadrupole spektrometer
10
massa, instrumen khusus analisis gas tertentu (H2O, CO), silinder, dan penyedian sarana gedung laboratorium yang memadai untuk melakukan kegiatan pembuatan dan analisa standar campuran gas.
3. Kemampuan dalam pembuatan standar campuran gas secara ilmiah (scientific) dan teknik harus dikembangkan. Keahlian tinggi dan pengalaman yang memadai dari sumber daya manusianya sangat dibutuhkan untuk memproduksi standar campuran gas yang akurat dengan memperhatikan keselamatan dalam proses pembuatan standar campuran gas. Oleh karena itu keahlian sumber daya manusia terutama dalam pembuatan standar campuran gas dan keahlian analitikalnya perlu ditingkatkan dengan cara mengirimkan personil untuk mendapatkan training mengenai preparasi standar campuran gas ke LMN luar negeri yang sudah maju di bidang metrologi gas contohnya Korea Research Institute of Standard and
Sciences (KRISS), Korea Selatan.
Dengan melihat prospek pengembangan standar campuran gas yang menyakinkan di masa mendatang, PP Kimia-LIPI telah merintis aktifitas-aktifitas penelitian untuk membangun metrologi gas di Indonesia pada tahun 2007. Strategi awal yang direncanakan adalah mempersiapkan segala infrastruktur laboratorium metrologi gas untuk mendukung program pengembangan standar campuran gas. Tujuan utama yang ingin dicapai di akhir program adalah membangun landasan jangka panjang untuk infrastruktur gas metrologi di Indonesia dalam rangka mengantisipasi kebutuhan jaminan mutu hasil pengukuran gas (tertelusur ke standar lebih tinggi) dari perusahaan, laboratorium penelitian, dan laboratorium uji terakreditasi dalam bidang gas analisis.
5. KESIMPULAN Standar campuran gas mempunyai prospek yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan di Indonesia seiring dengan proses pengolahan gas alam sebagai sumber energi dan bahan bakar baik oleh industri milik pemerintah maupun swasta, dan kebutuhan laboratorium penguji terakreditasi untuk mencapai jaminan mutu pengukuran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymous, 2006, Petroleum Report 2005-2006, Embassy of the United of States of America, Jakarta
2. Geib, R.C., 2005, Calibration Standard Gases are Key to Reliable Measurements, http://www.mathesontrigas.com/
3. De Leer, Ed. W. B., 2006, The Metrological Infrastructure for Gas Analysis, Accred. Qual. Assur, 11, 175-181.
4. Howarth, P., Redgrave, F., 2008, Metrology-in Short, Third Edition, EUROMET 5. Sumardi, 2007, Use, Need, and Development of Reference Materials in
Indonesia, 2nd APMP TCQM-DEC International Workshop & Symposium and National Conference on Metrology in Chemistry 2007 Proceedings.
6. Anonymous, 2003, Direktori Laboratorium Pengujian dan Kalibrasi, BSN-KAN.