prospek pengembangan usahatani bawang merah di …
TRANSCRIPT
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI DESA BATUNONI KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG
SUMITRO AGUS SAPUTRA105960060510
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR2016
PROSPEK PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH
DI DESA BATU NONI KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG
SUMITRO AGUS SAPUTRA
105960060510
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Prospek
Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni Kecamatan
Anggeraja Kabupaten Enrekang adalah benar merupakan hasil karya yang
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua
sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang saya
terbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, September 2016
Sumitro Agus Saputra 1059600605 10
ABSTRAK
SUMITRO AGUS SAPUTRA. 105960060510. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dibimbing oleh Siti Wardah dan Amanda Patappari F.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan pendapatan usahatani bawang merah dan juga mengetahui prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dari 252 petani bawang merah pada musim tanam tahun 2015 di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ditarik sampel sebanyak 10% sehingga jumlah responden yang digunakan untuk wawancara sebanyak 25 orang. Sementara untuk teknik analisis data dilakukan dengan analisis time series untuk mengetahui prospek pengembangan usahatani bawang merah.
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang dilakukan diketahui bahwa prospek pengembangan usahatani bawang merah dilihat dari perkembangan luas lahan cenderung mempunyai trend yang positif atau cenderung mempunyai prospek yang cerah dari tahun ke tahun di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segalah
rahmat dan hidaya yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya ini. Shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullh SAW beserta para keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammmadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ir. Siti Wardah, M.Si, selaku pembimbing I dan Amanda Patappari F. SP.MP
selaku pembimbing ke II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing
dan mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat di selesaikan.
2. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M, selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua orang tua Ayahanda Umar Doso dan Ibunda Hasna, dan adik-adikku
tercinta Arya Sucipto, Elsa Marhana, Alga Wahyu Ramadan, dan segenap
keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
peunulis.
6. Kepada pihak pemerintah Kabupaten Enrekang, Kecamatan Anggeraja
khususnya kepada kepala Desa Batunoni beserta jajarannya dan para petani
(Responden) yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
Desa tersebut.
7. Semua pihak yang telah membantu menyusun skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu per satu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
Kristal-kristal Allah SWT senantiasa tercurah kepadanya. AMIN.
Makassar, September 2016
Sumitro Agus Saputra
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Batunoni tanggal 07 Agustus 1992
dari Ayah Umar Doso dan Ibu Hasna. Penulis merupakan
anak pertama dari empat bersaudara.
Pendidikan formal yang di lalui penulis yaitu terdaftar di
Sekolah Dasar Negeri 59 Garotin pada tahun 1998 dan tamat pada tahun 2004.
Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 1 Enrekang dan
tamat pada tahun 2007. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMK
Negeri 2 Enrekang Jurusan Mekanisasi Pertanian dan lulus pada tahun 2010.
Kemudian pada tahun yang sama, penulis lulus seleksi masuk Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………….. iv
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vi
RIWAYAT HIDUP…………..……………………………………………… vii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xii
I. PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1. Latar Belakang……………………………………………. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………… 2
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 4
2.1. Tanaman Bawang Merah…………………………………. 4
2.2. Produksi Bawang Merah………………………………….. 5
2.3. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah……..... 6
2.3.1. Perkembangan Luas Lahan……………………….. 6
2.3.2. Prospek Produksi…………………………………. 7
2.3.3. Harga……………………………………………… 8
2.3.4. Peranan Pemerintah dan Pihak Swasta…………… 8
2.4. Hambatan Pengembangan Usahatani Bawang Merah……. 9
2.4.1. Faktor Ekologi……………………………………. 9
2.4.2. Faktor Teknologi………………………………….. 10
2.5. Kerangka Pikir……………………………………………. 11
III. METODE PENELITIAN………………………………………... 13
3.1. Tempat dan Tujuan Penelitian……………………………. 13
3.2. Teknik Penentuan Sampel………………………………… 13
3.3. Jenis dan Sumber Data…………………………………… 13
3.4. Teknik Pengumpulan Data……………………………….. 14
3.5. Teknik Analisis Data……………………………………... 14
3.6. Defenisi Operasional……………………………………… 15
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……………….. 17
4.1. Kondisi Geografis………………………………………… 17
4.2. Kondisi Demografis………………………………………. 18
V. HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….. 21
5.1. Identitas Responden……………………………………… 21
5.2. Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah……... 27
5.3. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah…… 35
5.4. Analisis Prospek Perkembangan Usahatani Bawang
Merah…………………………………………………....... 36
VI. KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 38
5.1. Kesimpulan…………………………………………………… 38
5.2. Saran………………………………………………………….. 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan luas Tanam Dan Produksi Bawang Merah Di Kabupaten Provinsi Sulawesi Selatan ……………………………….. 2
2. Desa Batunoni Berdasarkan Dusun Dan JumlahPenduduk……………........................................................................... 19
3. Jumlah Penduduk Desa Batunoni, Kecamtan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Berdasarkan Dusun Dan Jenis Kelamin…………………… 20
4. Jumlah sarana Dan Prasarana Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang……………………………………... 21
5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang………………………… 23
6. Tingkat Pendidikan Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Ernrekang Pada Tahun 2016………………… 24
7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016…………………………………………………………………... 25
8. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016…………………………………………………………………... 26
9. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016…………………………………………………………………... 27
10. Produksi Responden Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016…………………………………………………………………... 28
11. Harga Bawang Merah Yang Dihasilkan Responden Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015……………………………………………... 29
12. Biaya Tetap Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam 2015…………………………………………………………………... 31
13. Biaya Variabel Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim tanamm 2015…………………………………………………………………... 33
14. Pendapatan Rata-rata Responden Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabuaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015………………………………………….. 35
15. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2010 -2014…………………………………………………………………... 36
16. Analisis Estimasi Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2010-2014 (Ha)………………………………………………………. 37
17. Ramalan Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun 2015-2019………........................................................................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pikir Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang…...................................................................................... 13
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu komoditas pertanian Indonesia yang cukup menguntungkan
adalah bawang merah. Bawang merah merupakan salah satu komoditas
hortikultural yang tergolong sayuran rempah. Sayuran ini banyak digunakan
sebagai bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan makanan,
disamping nilai gizi dan mineral yang dikandungnya. Desa Batunoni, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang adalah salah satu daerah yang sangat potensial
untuk usaha budidaya tanaman bawang merah, daerah ini memiliki lahan potensial
yang cukup luas yaitu luas tanam 1.789 ha (Biro Pusat Statistik,2013) dan kondisi
iklim yang sesuai untuk budidaya bawang merah. Budidaya tanaman bawang
merah adalah salah satu sumber pencaharian pokok petani di daerah ini terlihat
dari sebagian besar penduduk atau sekitar 85% dari jumlah penduduk desa Batu
Noni. Hal ini menunjukkan bahwa pembudidayaan bawang merah memegang
peranan penting, serta memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap
perekonomian masyarakat di daerah ini.
Selain luas tanam yang cukup luas, produksi bawang merah di Kabupaten
Enrekang terus meningkat sejak tahun 2009 hingga 2013, berikut disajikan Tabel
1. mengenai data tersebut
2
Tabel 1. Perkembangan Luas Tanam dan Produksi Bawang Merah di Kabupaten Enrekang provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2009 – 2013.
Tahun Luas Tanam (ha) Produksi (ton)Produktifitas
(ton/ha)20092010201120122013
14542307365914273789
1094317114,934469,928024,839295
7,537,429,4219,6310,38
Sumber : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang.
Pada Tabel 1. Menunjukan bahwa prospek pengembangan usahatani
bawang merah di Kabupaten Enrekang dinilai cerah dilihat dari segi
perkembangan luas tanam dan peningkatan produksi, sehingga peneliti tertarik
untuk melihat prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya yaitu
bagaimana prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa
Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prospek
pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan
Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
3
Adapun kegunaannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prospek dalam pengembangan usahatani bawang merah
di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,Kabupaten Enrekang.
2. Sebagai bahan informasi bagi penentu kebijakan dan sebagai bahan
perbandingan penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Bawang Merah
Bawang merah dikenal hampir di setiap negara dan daerah wilayah tanah
air. Bawang merah memiliki nama ilmiah Alium cepa. Bawang merah tergolong
tanaman semusim, berbentuk rumpun dan berakar serabut. Daunnya memanjang
dan berbentuk silindris. Pangkal daunnya berubah bentuk dan fungsinya, yakni
membengkak membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru
yang kemudian tumbuh besar dan dewasa membentuk umbi kembali
(Rahayu,2004).
Tanaman bawang merah lebih banyak dibudidayakan di darah dataran
rendah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah.
Tanaman ini tidak menyukai tempat-tempat yang tergenang air, apalagi becek
(Wibowo, 1992).
Walaupun tanaman bawang merah tidak menyukai tempat yang tergenang
air, tetapi tanaman ini banyak membutuhkan air, terutama dalam masa
pembentukan umbi. Dengan tuntunan seperti ini tanaman bawang merah banyak
ditanam pada musim kemarau, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
menanamnya pada musim hujan. Menanam bawang merah di luar musim tanam
banyak gangguannya. Ini disebabkan keadaan cuaca pada musim hujan kurang
menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman bawang merah (Rahayu, 2004).
5
Salah satu langkah yang terpenting dakam budi daya bawang merah untuk
memperoleh hasil yang ptimal adalah pemeliharaan. Jika tanaman kurang
terpelihara maka produksi optimal yang diharapkan akan sulit dicapai. Kegiatan
pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, pemupukan,
penyiangan, dan penggemburan tanah, serta penanggulangan hama dan penyakit.
2.2. Produksi Bawang Merah
Produksi adalah proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk
mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan kuantitas, terkelola dengan baik
sehingga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan (Kartasapoetra,
1995). Sedangkan Mubyarto (1994) mengemukakan bahwa produksi pertanian
adalah hasil yang dicapai dengan akibat bekerjanya faktor produksi sekaligus
yaitu tanah, tenaga kerja dan modal.
Kebutuahan masayarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat
seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan daya belinya. Agar
kebutuhannya dapat terpenuhi maka harus diimbangi dengan jumlah prduksinya,
saat ini produksi bawang merah lebih banyak diproyeksi untuk kebutuhan dalam
negeri, sedangkan untuk ekspor jumlahnya masih relatif rendah.
Produksi bawang merah yang hampir tersebar di seluruh wilayah nusantara
selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2000 produksi
bawang merah Indonesia mencapai 772.818 ton dan meningkat pada tahun 2001
menjadi 861.150 ton (Rismunandar, 1994).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar produksi bawang merah
yang diharapkan dapat dicapai. Hal tersebut antara lain penggunaaan bibit unggul,
6
pengelolaan tanah, pengairan dan penggunaan pupuk yang tepat serta
pengendalian hama dan penyakit. Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan produksi bawang merah (Sugiharto,
1992).
2.3. Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah
Bawang merah merupakan sayuran rempah yang cukup popular di
kalangan masyarakat. Hampir pada setiap masakan, sayuran ini selalu
ditambahkan karena berfungsi sebagai bumbu penyedap rasa. Dengan demikian,
pengusahaan bawang merah memberikan prospek yang cerah. Hal ini didukung
oleh tidak adanya bahan pengganti berupa komoditas lain yang sifat dan fungsinya
sama dengan bawang merah.
2.3.1. Perkembangan Luas Lahan
Menurut Mubyarto (1994), perkembangan luas lahan merupakan faktor
produksi paling penting dalam usahatani karena merupakan pabrik hasil-hasil
pertanian. Prayitno(1997) mengemukakan bahwa luas lahan garapan dan
kualitas tanah meruapakan faktor yang menentukan besarnya produk dan
pendapatan yang diperoleh dari tanah garapan petani.
Usaha bawang merah dalam pembudidayaannya diperlukan pengaturan
lahan untuk penanaman. Luas lahan yang dibutuhkan dapat diperhitungkan
berdasarkan rencana produksi. Jenis lahan yang memungkinkan untuk
pengembangan tanaman bawang merah adalah lahan yang memiliki tanah yang
7
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Tanah yang subur dan
gembur akan mendorong perkembangan umbi sehingga hasilnya besar-besar.
2.3.2. Prospek Produksi
Prospek produksi usahatani bawang merah dewasa ini diharapkan benar-
benar dapat memberikan hasil maksimal kepada petani. Sebab, berhasil
tidaknya seorang petani dalam kegiatan usahataninya yang dikelolah adalah
diukur dari segi keuntungan. Suatu usahatani yang baik mendapatkan
keuntungan yang lebih besar, dengan demikian petani harus mencapai keadaan
dimana usahataninya akan memperoleh pendapatan yang lebih besar dan seluruh
biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam menyelenggarakan usahataninya.
Menurut Soekartawi (1990) prospek produksi adalah suatu tinjauan masa
depan tentang peningkatan produksi, dimana proyek produksi ini dapat dilihat
dengan mengkaji kemampuan faktor permintaan yang merupakan faktor
perangsang untuk peningkatan produksi.
Produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang setiap tahun mengalami
peningkatan. Pada tahun 2012 produksi bawang merah mencapai 28.024,8 ton
dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 39.295 ton. Hal ini menunjukan bahwa
produksi bawang merah di Kabupaten Enrekang berprospek.
2.3.3. Harga
Harga adalah suatu permasalahan yang fundamental dalam usaha baik
bagi produsen maupun bagi konsumen karena harga merupakan ukuran untuk
8
mengetahui berapa besar nilai suatu barang atau jasa. Nilai adalah ukuran
kuantitas bobot suatu barang atau jasa yang dapat dipertukarkan dengan
sejumlah uang. Alex S. Nitisumito mengemukakan bahwa harga adalah nilai
suatu barang atau jasa yang diukur dengan jumlah uang dimana berdasarkan
nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki
kepada pihak lain. Akan tetapi harga bawang merah sering mengalami fluktuasi
yaitu apabila saat panen hasil produksi melimpah, maka harga akan mendadak
turun.
2.3.4. Peranan Pemerintah dan Pihak Swasta
Perkembangan bidang pertanian yang menuju pada swasembada pangan
adalah merupakan tujuan yang harus diwujudkan atau dicapai dalam perjuangan
pembangunan di Negara kita. Untuk mewujudkan tercapainya swasembada
pangan tersebut, kerja sama antara pemerintah dan pihak swasta sangat
diperlukan dalam membantu petani.
Bantuan pemerintah dan dukungan swasta diharapkan dapat merangsang
petani untuk meningkatkan kegiatan usahataninya, sehingga pembangunan
pertanian terlaksana. Katasapoetra, mengemukakan bahwa langkah-langkah
yang diambil pemerintah dan pihak swasta dalam membantu petani adalah:
a. Menyediakan dan menyempurnakan sarana dan prasarana untuk kegiatan
usahatani seperti membangun pengairan, menyediakan pupuk,
memperbaiki system perbankan dengan cara mempermudah dan
memperlancar pemberian kredit serta menggalakkan berdirinya KUD-
KUD dan bidang transportasi pun sangat diperhatikan.
9
b. Memberikan kebijaksanaan dalam hal kredit-kredit dal alat-alat pertanian.
c. Memberikan penyuluhan dan penerangan cara mengolah lahan dan
tanaman, pemasaran produksi dengan harga yang layak sebagaimana
mestinya.
Berdasarkan kebijakan tersebut, kita ketahui bahwa langkah yang diambil
oleh pemerintah bekerjasama dengan pihak swasta, dengan sendirinya
mendapatkan tanggapan dan dukungan yang baik dari kalangan masyarakat.
2.4. Hambatan Pengembangan Usahatani Bawang Merah
Meskipun pasar membutuhkan pasokan yang rutin, ini tidak berarti
bawang merah dapat ditanam secara terus-menerus. Hal ini disebabkan adanya
hambatan yang biasanya hadir, yaitu adanya hama dan penyakit. Pada penanaman
untuk panen rutin, tindakan yang tidak boleh dilupakan adalah pengawasan atau
pengontrolan. Pengawasan ini sangat penting untk menjamin terpenuhinya
produksi yang diharapkan. Pengawasan areal dilakukan setiap 2-3 hari sekali agar
dapat mengetahui kondisi tanaman di lapang. Misalnya, apakah tanaman tumbuh
normal ataukah tanaman terserang hama penyakit. Bila ditemui tanaman yang
tumbuh kurang baik dan terserang hama penyakit dapat segera dilakukan tindakan
pengendaliannya (Rahayu, 2004).
2.4.1. Faktor Ekologi
Peningkatan produksi usahatani bawang merah yang perlu diperhatikan
adalah hama dan penyakit tanaman yang dapat menggagalkan panen tanaman
yang dibudidayakan. Dalam pengertian umum penyakit tanaman adalah suatu
10
aktifitas ekologis yang merugikan yang disebabkan adanya gangguan terus-
menerus oleh faktor penyebab yang dinyatakan melalui aktifitas sel yang
abnormal dan ditujukan dalam keadaan gejala yang khas disebut gejala pathogen
(Kartasapetra, 1990).
Hama tanaman merupakan binatang pengganggu tanaman. Bagian
tanaman yang diganggu tidak hanya satu bagian saja, tapi dapat meliputi seluruh
bagian tanaman. Kehadiran hama ini ada yang mengakibatkan kerugian kecil,
tetapi ada juga yang mengakibatkan kegagalan panen. Jenis hama itu antara lain
serangga, tungau dan nematoda. Penyakit yang sering menyerang tanaman
antara lain disebabkan oleh cendawan dan bakteri (Rahayu, 2004).
Hama yang sering menyerang tanaman bawang merah diantaranya
adalah ulat tanah, hama therips, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan nematoda
akar. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah
adalah bercak ungu, embun tepung, busuk leher batang, antraknosa, busuk umbi,
layu fusarium dan busuk basah.
2.4.2. Faktor Teknologi
Banyaknya air pada musim hujan dapat mengakibatkan terjadinya
pembusukan akar, dan berubahnya warna daun tanaman bawang merah. Untuk
menghindari hal tersebut, maka penanaman bawang merah apda musim hujan
dapat dilakukan dengan membuat parit dan selokan air yang dalam serta
bedengan yang lebih tinggi. Hal ini bertujuan agar air di sekitar bedengan cepat
habis terbuang.
11
Untuk mengurangi limpahan air hujan yang langsung membasahi
bedengan, dapat dibuat peneduh bedengan dari atap plastik putih yang tembus
cahaya. Model atap biasanya dibuat satu sisi atau dua sisi. Tinggi atap sekitar
0,8-2m dari permukaan bedengan. Lebar atap dapat dibuat sampai 1-3m
sehingga atap tersebut dapat memenuhi satu sampai tiga lajur bedengan. Bahan
untuk kerangka penyangga atap dibuat dari belahan bambu, lalu lembaran
plastik putih tembus cahaya diletakkan diatasnya. Untuk membuat naungan
tersebut memerlukan biaya yang agak besar tetapi ini merupakan salah satu
alternatif untuk penanaman bawang merah di musim hujan (Rahayu, 2004).
2.5. Kerangka Pikir
Dalam usahatani bawang merah terdapat pengembangan usahatani
bawang merah dengan melihat produksi dan pendapatan usahatani bawang
merah. Dengan mengacu pada produksi dan pendapatan usahatani bawang
merah dapat diketahui prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa
Batunoni, Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir yang akan digunakan dalam
penelitian prospek pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang di sajikan dalam Gambar 1.
12
Gambar 1. Kerangka Pikir Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang
Usahatani Bawang Merah
Pengembangan Usahatani Bawang Merah
Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah
Produksi dan pendapatan usahatani bawang merah
13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang. Lokasi penelitian dipilih dengan alasan daerah ini
merupakan salah satu penghasil bawang merah yang cukup potensial di Sulawesi
Selatan. Penelitian dilakasanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2016.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan secara acak (simple random sampling)
terhadap populasi petani bawang merah. Populasi petani bawang merah Di Desa
Batunoni sebanyak 252 orang, dari jumlah ini ditetapkan 10% untuk dijadikan
sebagai sampel, sehingga jumlah sampel yang terpilih adalah 25 responden.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang diguanakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung
kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Wawancara dilakukan
untuk memperoleh informasi tentang produksi, pendapatan, harga bawang
merah, bantuan pemerintah dan pihak swasta serta hambatan nyang
dihadapi petani dalam pengembangan usahatani bawang merah.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui lembaga atau badan yang
erat kaitannya dengan tujuan penelitian, seperti Dinas pertanian tanaman
pangan dan kantor kelurahan. Data sekunder yang dibutuhkan antara lain
14
perkembangan luas lahan, perkembangan produksi dan perkembangan
harga tingakat petani.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
akan dikumpulkan melalui tiga tahap yaitu :
1. Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan langsung ke lapangan penelitian.
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengajukan
pertanyaan langsung pada responden dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telahh di siapkan.
3. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data melalui keterangan sacera tertulis
yang merupakan dokumen-dokumen atau catatan resmi yang berhungan
dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Untuk melihat prospek pengembangan usahatani bawang merah digunakan
analisis time series dengan rumus:
Y = a + bx
Keterangan :Y = Variabel yang diramalkan
x = Variabel waktu
a dn b = Variabel yang ditaksir
a = ∑y / xy
b = ∑xy / ∑x2
15
3.6. Defenisi Operasional
Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan pengertian sebagai berikut :
1. Prospek adalah pandangan masa depan tentang pengembangan komoditas
bawang merah dilihat dari aspek perkembangan luas lahan, produksi, harga,
bantuan pemerintah dan swasta.
2. Respnden adalah petani yang mengelolah atau yang mengusahakan tanaman
bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
enrekang.
3. Produksi adalah hasil bawang merah yang diperoleh responden dari kegiatan
usahataninya selama setahun.
4. Pendapatan adalah selisi antara nilai produksi dengan biaya yang
dikeluarkan responden selama proses proses produksi dalam setahun.
5. Usahatani bawang merah menguntungkan apabila nilai total penerimaan
lebih besar dari pada total pengeluaran.
6. Perkembangan luas lahan adalah perubahan luas areal tanaman bawang
merah di Desa Batunoni.
7. Perkembangan harga adalah perubahan nilai jual bawang merah pada tingkat
responden di Desa Batunoni.
8. Perkembangan produksi adalah perubahan produksi bawang merah di Desa
Batunoni .
9. Dukungan pemerintah dan swasta adalah adanya keterlibatan pemerintah
dan swasta dalam pengembangan usaha tani bawang merah, yaitu bantuan
pengadaan saprodi, bantuan kredit, bantuan pemasaran dan penyuluhan.
16
10. Hambatan ekologi adalah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman
bawang merah.
11. Hambatan teknologi adalah tidak adanya alat peneduh yang dapat
mengurangi limpahan air hujan yang langsung membasahi bedengan tempat
penanaman bawang merah.
17
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
4.1.1. Letak Geografis
Desa Batunoni terletak di wilayah Kecamatan Anggeraja, Kabupaten
Enrekang dengan luas wilayah sekitar 2.200 ha. Daerah ini terdiri dari tiga dusun
yaitu Dusun Batunoni, Dusun Lumbaja dan Dusun Locok. Desa ini berjarak
sekitar 7 km dari Ibukota Kecamatan, 31 km dari Ibukota Kabupaten dengan
waktu tempuh sekitar1,5 jam dan sekitar 252 km dari Ibukota Provinsi dan waktu
tempuh sekitar 6 jam.
Secara administratif, batas-batas Desa Batunoni adalah sebagai berikut:
o Sebelah utara berbatasan dengan Desa Saruran dan desa Tangru
o Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pandung Batu
o Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanete
o Sebelah timur berbatasan dengan Desa Parangian.
4.1.2. Topografis dan Iklim
Desa Batunoni merupakan daerah perbukitan yang terletak diantara lereng-
lereng gunumg dengan tingkat kemiringan sekitar 65 oC dengan ketinggian
mencapai 600 m dari permukaan laut. Desa ini mendapat curah hujan sekitar
1500-2000 mm per tahun. Serta memiliki temperatur berkisar 20-30 oC. Desa
18
Batunoni tergolong desa yang memiliki tanah yang subur dengan penghasilan
utama di bidang pertanian yaituh bawang merah dan sayur-sayuran.
4.2. Kondisi Demografis
4.2.1. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Batunoni secara keseluruhan mencapai 2170 jiwa
yang terdiri dari 482 kepala keluarga (KK) yang tersebar di tiga dusun yakni
Dusun Batunoni, Dusun Lumbaja, dan Dusun Locok. Dusun Batunoni memiliki
penduduk sebanyak 747 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 172 KK,
Dusun Lumbaja 881 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 204 KK dan Dusun
Locok 542 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 106 KK. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Desa Batunoni Berdasarkan Dusun dan Jumlah Penduduk.
No Nama Dusun Jumlah Penduduk Persentase (%)
1 Batunoni 747 34,4
2 Lumbaja 881 40,6
3 Locok 542 25,6
Jumlah 2170 100
Sumber : Kantor Desa Batunoni, 2016.
19
4.2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil sensus penduduk di Desa Batunoni terdiri atas 482 KK,
dengan jumlah penduduk sebanyak 2.170 jiwa yang terdiri atas laki-laki 1.052 dan
perempuan 1.118 orang. Penyebaran penduduk di Desa Batunoni terdapat di
beberapa dusun dengan rata-rata mata pencarian penduduk adalah petani dan
dapat di lihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
No Nama Dusun Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Batunoni 372 377 747
2 Lumbaja 405 474 881
3 Locok 275 267 542
Sumber : kantor Desa Batunoni, 2016.
4.2.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu unsure mutlak dalam suatu
wilayah untuk menunjang kegiatan yang akan dilaksanakan. Sarana dan prasarana
kurang memadai akan mengakibatkan terlambatnya suatu proses atau kegiatan
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki desa batunoni dapat di lihat
pada Tabel 4. Sarana dan prasarana yang dimilikisudah cukup memadai, terutama
sarana pendidikan yang sudah memiliki berbagai tingkat pendidikan seperti
TK/sederajat, SD/sederajat. Dari segi kerohanian masyarakat Desa Batunoni
hanya menganut satu agama yaitu Agama Islam.
20
Tabel 4. Jumlah Sarana dan Prasaran di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
No Sarana dan Prasaran Jumlah (unit)1 Sarana Umun
1. Kantor desa 2. Lapangan sepak bola
11
2 Sarana Pendidikan 1. Taman Kanak-Kanak (TK)2. Sekolah Dasar
1 Buah1 Buah
3 Sarana Keagamaan 1. Mesjid 2. Musollah
3 Buah1 Buah
4 Sarana Transportasi1. Jalan Desa2. Jalan Tani
7 KM5 KM
5 Sarana Kesehatan1. Pustu 2. Posyandu
1 Buah1 Buah
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2016
21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Petani responden dalam mengelolah usahataninya dapat menetapkan dan
menentukan alternatif terhadap apa yang ingin diusahakannya, namun demikian
seorang responden tidak terlepas dari beberapa faktor antara lain umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, dan luas
usahatani yang diusahakan.
5.1.1. Umur Responden
Umur seseorang sangat berpengaruh terhadap kemampuan dan sikapnya
dalam mengolah usahatani, baik kemampuan fisik maupun bersifat nonfisik
seperti kemampuan berfikir dalam hal mengambil keputusan. Pada umumnya,
petani yang berumur relatif muda mempunyai daya pikir yang lebih kuat serta
kemampuan fisik dan semangat kerja yang lebih tinggi dibanding petani yang
berumur relatif tua. Kelompok umur responden secara sederhana dapat diamati
pada Tabel 5.
22
Tabel 5. Identitas Responden Berdasarkan Tingkat Umur di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016.
No Kelompok Umur Jumlah Responden (Umur) Persentase (%)
1 20-29 Tahun 11 44
2 30-39 Tahun 11 44
3 40-45 Tahun 2 8
4 46-50 Tahun 1 4
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah. 2016.
Dari Tabel 5. di diatas, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan responden
tergolong ke dalam usia produktif yaitu pada tingkat umur 20 s/d 45 tahun
sebanyak 24 orang dengan persentase 96 %. Umur rata-rata responden yaitu 35
tahun.
5.1.2. Tingkat Pendidikan
Pada dasarnya, responden dalam penelitian ini telah memiliki dasar
pengetahuan untuk menangkap dan menerapkan IPTEK dalam pengembangan
usahatani bawang merah. Sebagian besar diantara mereka telah mengenyam
pendidikan pada tingkat Sekolah Lanjutan, dan sebagian kecil lainnya hanya
mengenyam pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar. Untuk lebih jelasnya, tingkat
pendidikan responden dapat diamati pada Tabel 6.
23
Tabel 6. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Tahun 2016
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (orang) Persentase (%)
1 Tingkat SD 5 20
2 Tingkat SLTP 12 48
3 Tingkat SLTA 6 24
4 Tingkat PT 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Yang dimaksud dengan tanggungan keluarga responden adalah banyaknya
anggota keuarga yag masih dalam tanggungan kepala keluarga. Semakin banyak
tanggungan kepala keluarga maka semakin besar pula kebutuhan yang diperlukan.
di Desa Batunoni, kebutuhan keluarga merupakan tanggung jawab kepala
keluarga. Namun dalam pemenuhannya, kebutuhan keluarga diusahakan bersama
lewat keja sama anggota keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dapat diamati
pada Tabel 7.
24
Tabel 7. Jumlah Tanggungan Keluarga Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Tahun 2016.
NoJumlah Tanggungan
Keluarga (Jiwa)
Jumlah Responden
(Jiwa)Persentase (%)
1 1-2 15 60
2 3-4 5 20
3 5-6 5 20
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Pada Tabel 7. diatas menunjukan bahwa jumlah tanggungan keluarga
responden adalah 1-2 orang tanggungan keluarga sebanyak 15 responden (60%),
3-4 orang tanggungan keluarga sebanyak 5 responden (20%), 5-6 orang
tanggungan keluarga sebanyak 5 responden (20%). Pada tabel diatas menunjukan
banyak tenaga kerja keluarga yang dapat membantu dalam pengembangan
usahatani bawang merah. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga responden adalah
3 orang.
5.1.4. Pengalaman Berusahatani
Yang dimaksud dengan pengalaman berusahatani adalah lamanya waktu
yang dilalui/ditempuh oleh petani sejak melakukan proses usahatani yakni
usahatani bawang merah. Pengalaman petani dalam berusahatani di Desa
Batunoni umumnya diperoleh semenjak kecil sebagai kegiatan rutinitas membantu
orang tua mengelolah usahatani. Namun pada penelitian ini pengalaman usahatani
dihitung sejak responden memiliki tanggung jawab penuh terhadap pengolahan
25
usahatani bawang merah. Adapun pengalaman petani responden usahatani bawang
merah di Desa Batunoni dapat di lihat pada Tabel berikut:
Tabel 8. Pengalaman Berusahatani Bawang Merah Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Tahun 2016.
NoPengalaman Berusahatani
(Tahun)Jumlah Responden
(orang)Persentase (%)
1 1 – 3 5 20
2 4 – 6 5 20
3 7 – 9 6 24
4 10 9 36
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Tabel 8. diatas menunjukan bahwa sebanyak 15 orang atau 60 %
responden di Desa Batunoni telah memiliki pengalaman berusahatani bawang
merah lebih dari 7 tahun (7 – 10 Tahun). Dengan pengalaman yang dimiliki itu,
maka secara teknik para petani telah mengenal kendala yang sering muncul pada
kegiatan usahatani bawang merah, serta memiliki kemampuan mengembangkan
perencanaan strategis untuk menghadapi kendala tersebut, selama kendala yang
dihadapi tersebut bersifat teknik yang masih dibawah kendali para petani.
5.1.5. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah
Petani di Desa Batunoni pada umumnya pimilik dan penggarap lahan
pertanian. Lahan pertanian yang digarap oleh para petani untuk usahatani bawang
merah umumnya kurang dari 1 ha. Untuk usahatani bawang merah di Desa
Batunoni, luas lahan yang dikelolah bisa ditaksir berdasarkan banyaknya bibit
26
bawang merah yang dibutuhkan. Biasanya, 1 Kwintal bibit bawang merah dapat
ditanam pada lahan pertanian seluas 0,1 ha. Adapun mengenai luas lahan yang
dikelolah petani bawang merah di Desa Batunoni dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2016.
No Luas Lahan (ha)Jumlah Responden
(orang)Perentase (%)
1 0,17 – 0,37 11 44
2 0,38 – 0,58 8 32
3 0,59 – 0,79 5 20
4 0,80 – 1,00 1 4
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Tabel 9. diatas menunjukkan bahwa luas lahan garapan responden berkisar
antara 0,17 – 1,00 ha. Dari klasifikasi tersebut 11 responden (44 %) memiliki luas
lahan garapan antara 0,17 – 0,37 ha, 8 responden ( 32 %) memiliki luas lahan
garapan antara 0,38 – 0,58 ha, 5 responden (20 %) memiliki luas lahan garapan
antara 0,59 – 0,79 ha, dan 1 responden (4 %) yang memiliki luas lahan garapan
antara 0,80 – 1,00 ha, yang menunjukan bahwa petani bawang merah di Desa
Batunoni tergolong petani sedang.
27
5.2. Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah
5.2.1. Produksi Usahatani Bawang Merah
Jumlah bawang merah yang dihasilkan oleh responden dalam satu musim
panen dapat dinyatakan dalam satuan kg. Peningkatan hasil produksi dapat
dilakukan melalui penggunaan faktor-faktor produksi secara tepat dan terpadu,
efektif serta efisien. Secara normal, penggunaan 1 kg bibit bawang merah dapat
menghasilkan produksi bawang merah sebanyak 10 kg. Jumlah produksi bawang
merah di Desa Batunoni pada musim tanam 2015 dari setiap responden berkisar
antara 1.300 – 7.000kg. Tingkat produksi bawang merah di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada musim tanam 2015 dapat
dilihat pada Tabel 10,
Tabel 10. Produksi Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Musim Tanam tahun 2015
NoProduksi Bawang Merah
(Kg)Jumlah Responden
(orang)Persenase (%)
1 1.300 – 2.800 6 24
2 2.801 – 4.302 11 44
3 4.303 – 5.805 6 24
4 5.806 – 7.000 2 8
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Berdasarkan Tabel 10. diketahui bahwa jumlah responden yang
memperoleh produksi 1300 – 2800 kg sebanyak 6 orang, yang memperoleh
28
produksi 2801 – 4302 kg sebanyak 11orang, yang memperoleh produksi 4303 –
5805 sebanyak 16 orang dan yang memperoleh produksi 5806 – 7000 sebanyak 2
orang
5.2.2. Harga Produksi Bawang Merah
Harga bawang merah merupakan nilai tukar terhadap produksi bawang
merah yang dihasilkan oleh responden. Harga jual bawang merah di Desa
Batunoni pada musim tanam 2015/2016 berkisar antara Rp 14,500,00 –
17,500,00/kg. Adapun Tabel 11. mengenai harga bawang merah yang dihasilkan
responden di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada
musim tanam 2015
Tabel 11. Harga Bawang Merah Yang Dihasilkan Responden di Desa Batunoni, Kecmatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015.
NoHarga Bawang Merah
(Rp)Jumlah Responden
(orang)Persentase
(%)
1 14,500,00 – 15,400,00 4 16
2 15,500,00 – 16,400,00 9 36
3 16,500,00 – 17,500,00 12 48
Jumlah 25 100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016.
Dari Tabel 11. diatas memperlihatkan bahwa harga bawang merah antara
Rp 14,500,00 – Rp 15,400,00 memiliki persentase 16% dengan jumlah 4
responden sedangkan harga bawang merah antara Rp 15,500,00 - Rp 16,400,00
memiliki persentase 36% dengan jumlah responden 9 orang dan harga bawang
29
merah antara Rp 18,500,00 – Rp 20,000,00 memiliki persentase paling besar
yaitu 48% dengan jumlah responden 12 orang.
5.2.3. Biaya Usahatani Bawang Merah
Biaya usahatani bawang merah dikeluarkan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung yang diukur dengan uang guna membiayai usahatani. Biaya
tersebut dibagi dua kelompok yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya
variabel).
1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang/
produksi bawang merah yang dihasilkan, yaitu:
a. Pajak tanah, yaitu iuran wajib yang harus dibayar oleh petani selaku wajib
pajak atas tanah yang dimilikinya kepada pemerintah setiap tahun
b. Peralatan pertanian, yaitu semua alat yang dipergunakan oleh petani selama
proses produksi berlangsung seperti cangkul, garpu, spayer, tenda dan
sebagainya. Biaya untuk alat pertanian dihitunng berdasarkan biaya
penyusutan, yaitu selisih antara harga perolehan dengan nilai residu yang
kemudian dibagi dengan umur ekonomis dari peralatan tersebut.
Adapun biaya tetap yang dikeluarkan oleh responden pada kegiatan produksi
bawang merah dapat di lihat pada Tabel 12.
30
Tabeb 12. Biaya Tetap Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam 2015.
No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-Rata (Rp)
1 Peralatan pertanian 34.508.000 1.380.320
2 Pajak 285.500 11.420
Total 34.793.500 1.391.740
Sumber data : Data Primer setelah diolah 2016
2. Biaya tidak tetap (Biaya Variabel)
Biaya variabel dalam penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh
responden bawang merah atas penggunaan:
a. Bibit bawang merah
Jumlah bibit bawang merah yang dibutuhkan oleh petani bawang di Desa
Batunoni sangat tergantung pada harga dan luas lahan pertanian yang
dekelolah.
b. Pupuk.
Penggunaan pupuk pada usahatani bawang merah di Desa Batunoni sangat
tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan kondisi pertumbuhan
tanaman, serta keadaan iklim. Sealin itu, kemampuan petani membeli
pupuk terutama jenis pupuk suplemen seperti Phonska, Granole, NPK,
Botani, KNO3, Mutiara, dan Mikrodil, juga menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat penggunaan pupuk. Adapun pupuk utama yang
31
digunakan oleh petani bawang merah yakni pupuk Urea dan pupuk SP-
36/TSP.
c. Obat-obatan
Jumlah obat-obatan yang dgunakan responden dalam usahatani bawang
merah sangat tergantung pada banyaknya tanaman yang diusahakan serta
kondisi tanaman tersebut, termasuk di dalamnya berupa jenis penyakit dan
hama pada tanaman bawang merah.
d. Tenaga kerja
Tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi bawang merah berasal
dari keluarga dan tenaga kerja upahan. Adapun biaya yang dikeluarkan
untuk tenaga kerja hanya berlaku bagi tenaga krja upahan dengan rata-rata
responden sebesar Rp. 1.424.480
e. Mesin Traktor
Mesin traktor digunakan oleh para responden pada saat pengolahan lahan
pertanian yang akan ditanami bawang merah. Mesin traktor yang digunakan
merupakan responden mesin sewaan. Adapun sewa mesim traktor dihitung
berdasarkan luas lahan responden. Namun, ada pula petani yang
menggunakan mesin traktor sendiri dan keluarga dekat sehingga biaya yang
dikeluarkan hanya sekedar pengganti bensin.
32
f. Pengangkutan/Transportasi
Biaya pengangkutan yang ditanggung oleh responden di Desa Batunoni
yaitu pengangkutan bawang merah dari kebun ke perkampungan/rumah.
Pengangkutan bawang merah dari kebun ke rumah menggunakan jasa
tukang ojek. Adapun sewa untuk jasa tukang ojek sangat tergantung pada
jarak tempuh antara kebun dan rumah serta kondisi jalanan yang di lalui.
g. Tali Rafia
Tali rafia digunakan oleh responden untuk mengikat bawang merah yang
sedang di panen. Selain itu, tali rafia sebagian kecil digunakan pula untuk
mengikat tenda sebagai tempat mengumpulkan dan mengringkan bawang
merah yang telah di panen. Pada kondisi normal, satu ikat tali rafia dapat
digunakan untuk mengikat bawang merah sebanyak 1 kg.
Tabel 13. Biaya Variabel Produksi Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Pada Musim Tanam Tahun 2015.
No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-Rata/responden (Rp)
1. Benih /Bibit 103.825.000 4.153.000
2. Pupuk (Urea,TSP/SP-36,Phonska,
Granole,NPK, Botani, KNO3,
Mutiara, Mikrosil)
40.943.000 1.637.720
3. Obat - obatan 84.800.000 3.431.250
4. Tenaga Kerja 13.550.000 542.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016
33
Dari Tabel 13. di atas dapat dilihat bahwa jumlah biaya benih sebesar Rp.
103.825.000, biaya pupuk sebesar Rp. 40.943.000, biaya obat–obatan sebesar Rp.
84.800.000 dan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 13.500.000. Sedangkan rata-rata
biaya/responden yaitu biaya bibit/benih sebesar Rp. 4.153.000, biaya pupuk
sebesar 1.637.720, biaya obat-obatan sebesar Rp. 3.431.250 dan biaya tenaga
kerja sebesar 542.000.
5.2.4. Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Pendapatan yang diperoleh responden pada usahatani bawang merah
tergantung pada besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh sejumlah produksi. Semakin tinggi penerimaan responden dengan
biaya produksi rendah, maka pendapatan yang diperoleh responden semakin
besar. Untuk memudahkan proses analisis data, maka penerimaan petani akan
dihitung dengan menggunakan harga rata-rata dikalikan dengan jumlah produksi.
Total produksi dari kegiatan usahatani bawang merah di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang sebesar 92.500 kg. Dengan demikian
maka analisis pendapatan dapat diuraikan pada Tabel 14.
34
Tabel 14. Pendapatan Rata-Rata Responden Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamata Anggeraja, Kabupaten Enrekang Musim Tanam Tahun 2015.
No Uraian Jumlah (Rp) Nilai Rata-rata(Rp)
1. Penerimaan
Produsi bawang merah (kg)
Harga (Rp/kg)
Penerimaan
92.500 kg
Rp. 1.505.450.000
3.700 kg
16.280
Rp. 60.218.000
2. Baiaya produksi
Biaya tetap
Biaya variabel
Rp. 34.793.500
Rp. 265.180.000
RP. 1.391.740
RP. 10.607.200
3. Pendapatan (∏) Rp. 1.240.270.000 Rp. 49.610.800
Sumber :Data Primer Setelah Diolah, 2016
Dari uraian data di atas, dapat diketahui bahwa dalam satu kali musim
panen ( tahun 2015) para petani mampu menghasilkan produksi bawang merah
sebanyak 92.500 kg dengan harga rata-rata sebesar Rp. 16.280,00 sehingga
diperoleh penerimaan sebesar Rp. 1.505.450.000,- dengan penerimaan rata-rata
sebesar 1.505.450.000: 25 = Rp. 60.218.000,-. Total p yang dikeluarkan selama
kegiatan produksi bawang merah berlangsung sebesar Rp. 265.180.000,- sehingga
biaya rata-rata yang dikeluarkan petani sebesar Rp. 10.607.200,-. Jadi total
pendapatan petani pada kegiatan usahatani bawang merah di Desa Batunoni,
Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang dalam sekali musim panen (tahun
2015) sebesar Rp. 1.240.270.000,-. Adapun jumlah pendapatan rata-rata yang
diterima oleh setiap petani sebesar Rp. 1.240.270.000,- : 25 = Rp. 49.610.800,-.
35
5.3. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah
Perkembangan luas lahan usahatani bawang merah dari tahun 2010 – 2014
dapat di lihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Perkembangan Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun 2010 – 2014.
Tahun Luas Lahan ( HA ) Perkembangan (%)
2010
2011
2012
2013
2014
178
180
181
184
187
-
1,12
0,55
1,66
1,63
Rata-rata 182 1,24
Sumber : Kantor Desa Batunoni, 2016
Berdasarkan Tabel 15. terlihat bahwa luas lahan usahatani bawang merah
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Untuk kelayakan usaha jangka panjang,
maka seorang petani harus mampu melihat ke depan sehingga dapat
mempertimbangkan usaha tersebut apakah dapat dipertahankan untuk jangka
panjang ataukah layak untuk sementara waktu saja.
5.4. Analisis Prospek Pengembangan Usahatani Bawang Merah
36
5.4.1. Luas Lahan
Ramalan luas lahan adalah perkiraan secara kuantitatif mengenai tingkat
perkembangan luas lahan untuk pengolahan usahatani bawang merah pada masa-
masa yang akan dating. Untuk mengetahui tingkat perkembangan atau
penambahan luas lahan yang akan datang, maka digunakan analisis Time Series.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Analisis Estimasi Luas Lahan Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2010 – 2014 (Ha)
TAHUN LUAS LAHAN (Y)(HA)
X X2 XY
2010
2011
2012
2013
2014
178
180
181
184
187
-2
-1
0
1
2
4
1
0
1
4
-356
-180
0
184
374
Jumlah 910 0 10 22
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016
Berdasarkan analisis Time Series untuk usahatani bawang merah pada
lampiran 8, maka dapat diestimasi perkembangan luas lahan pada masa 5 tahun
yang akan datang melalui persamaan berikut:
Y= 182 + 2,2X
Berpatokan pada tahun 2012 dan menggunakan persamaan regresi
tersebut, maka diperoleh luas lahan tahun 2015 – 2019. Ramalan luas lahan
usahatani bawang merah pada tahun 2015 – 2019 dapat dilihat pada tabel 16.
37
Tabel 17. Ramalan Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatann Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Tahun 2015 -2019.
TAHUN LUAS LAHAN (HA) PERKEMBANGAN LUAS LAHAN (%)
2015
2016
2017
2018
2019
188,60
190,80
193,00
195,20
197,40
0,86
1,17
1,15
1,14
1,13
RATA-RATA 1,09
Sumber : Data Sekunder Setelah Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 17. terlihat bahwa ramalan perkembangan luas lahan
usahatani bawang merah di Desa Batunoni untuk lima tahun mendatang
cenderung meningkat dengan rata-rata ramalan perkembangan luas lahan 1.09%.
berdasarkan kriteria luas lahan, menunjukkan bahwa perkembangan usahatani
bawang merah mempunyai prospek yang cerah.
38
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai prospek
pengembangan usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang diperoleh kesimpulan bahwa :
Usahatani bawang merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang layak untuk dikembangkan karena layak memberikan
keuntungan bagi responden, dengan rata-rata pendapatan responden sebesar Rp.
49.610.800,- dalam sekali musim tanam. Usahatani bawang merah di Desa
Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang mempunyai prospek yang
baik untuk dikembangkan di masa yang akan dating apabiala dilihat dari aspek
luas lahan. Ramalan luas lahan di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja,
Kabupaten Enrekang dari tahun ke tahun terus meningkat.
6.2. Saran .
1. Diharapkan kepada pihak pemerintahan setempat khususnya Dinas
Pertanian agar membantu petani dengan menjaga stabilitas harga bawang
merah, memberikan bantuan modal kepada petani melalui kelompok tani,
serta aktif mengadakan penyuluhan terhadap tanaman bawang merah.
2. Diharapkan kepada pihak petani agar tetap menjaga kualitas produksinya,
membentuk kelompok tani, membuat proposal perihal usahatani bawang
39
merah lewat kelompok tani untuk mengajukan bantuan dan pinjaman
modal, serta meminta kepada pihak memerintah untuk melakukan
penyuluhan pertanian secara rutin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004. Pola Pengembangan Usahatani Bawang Merah, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Biro Pusat Statistic, 2013. Sensus Pertanian 2013. Makassar.
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang. 2013. Data Produksi Hortikultural. Enrekang.
Kartosapoetra, 1995. Pengantar Produksi Ekonomi Pertanian. Bina Aksara.
Jakarta.
Mubyarto, 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Prayitno, Hadi.1997. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
Rahayu, Esta. 2004. Mengenal Varietas Unggul dan Cara Budidaya Bawang Merah. Penerbit Swadaya. Jakata.
Rismunandar, 1994. Membudidayakan 5 Jenis Bawang. Sinar Baru. Bandung.
S. Nitisumito, Alex. 1990. Marketing. Graham Indonesia. Jakarta.
Soekartawi, 1990. Teori Ekonomi Produksi Pertanian. Pt. Rajawali Pers. Jakarta.
Sugiharto, 1992. Budidaya Tanaman Bawang Merah. Cv. Aneka Ilmu. Semarang.
Sunardjono, Hendro. 1999. Budidaya Bawang Merah. Sinar Baru. Bandung.
Wibowo, Singgih. 1992. Budidaya Bawang Merah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Lampiran 1. Identitas Responden yang Menjalankan Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang Tahun 2016
No Nama Responden
Umur (Tahun)
Pendidikan Jumlah Tang. Kel.
(Orang)
Pengalaman Usahatani (Tahun)
Luas Lahan
(ha)
1 Ambo’ 37 SLTA 5 7 0,502 Anton 52 SD 5 10 0,493 Lara’ 50 SD 6 10 0,684 Arman 25 SD 1 4 0,535 Nurdin 26 SLTP 2 3 0,336 Herman 37 SLTA 2 8 0,447 Jahuri 40 SLTA 5 10 0,508 Sukur 30 SLTP 2 6 0,309 Cai’ 35 SLTP 3 9 0,7010 Alla 24 SLTP 2 3 0,2011 Ilham 40 SLTA 2 7 0,5512 Ismail 40 SLTA 2 10 0,7013 Jahidin 40 SLTP 3 9 0,7114 Antu 35 SLTP 3 8 0,5215 Sakka 25 SLTP 1 3 0,4916 Aris 27 PT 1 6 0,5917 Suardi 40 SLTP 4 9 0,9718 Hapid 40 SLTP 2 10 0,2919 Sumardin 40 SLTP 4 7 0,3020 Sugiman 30 PT 2 6 0,2021 Irman 22 SLTA 1 2 0,3222 Irfan 28 SD 1 6 0,2123 Nawan 50 SD 5 10 0,2224 Baco 20 SLTP 1 1 0,1725 Umar 30 SLTP 2 8 0,32
Total 863 - 67 172 11,23Rata-rata 35 - 3 7 0,45
Lampiran 2. Distribusi Luas Lahan, Total Produksi, Harga, Dan Nilai produksi Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang pada Musim Tanam 2015.
No. Resp
Luas Lahan (Ha)
Total Produksi (Kg)
Harga (Rp/Kg)
Nilai Produksi (Rp)
1 0,50 4.250 16.000 68.000.0002 0,49 3.200 16.000 51.200.0003 0,68 5.100 14.500 73.950.0004 0,53 3.200 15.500 49.600.0005 0,33 2.550 16.000 40.800.0006 0,44 3.600 16.000 57.600.0007 0,50 4.250 16.000 68.000.0008 0,30 3.050 17.000 51.850.0009 0,70 5.500 15.000 82.500.00010 0,20 1.400 17.000 23.800.00011 0,55 5.000 16.000 80.000.00012 0,70 5.950 17.500 104.125.00013 0,71 5.500 15.000 93.500.00014 0,52 5.600 17.000 95.200.00015 0,49 3.700 16.500 61.050.00016 0,59 4.500 17.000 76.500.00017 0,97 7.000 15.000 105.000.00018 029 3.200 17.500 54.400.00019 0,30 3.100 17.500 54.250.00020 0,20 1.950 17.000 33.150.00021 0,32 3.050 17.000 51.850.00022 0,21 1.500 16.000 24.000.00023 0,22 2.000 17.000 34.000.00024 0,17 1.300 16.000 20.800.00025 0,32 3.050 16.500 50.325.000
Total 11,23 92.500 407.000 1.505.450.000Rata2 0,45 3.700 16.280 60.218.000
Lampiran 3. Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015
No. Resp
Luas Lahan (Ha)
Pajak Lahan Penyusutan Alat (Rp)
Jumlah Biaya Tetap
1 0,50 12.000 1.232.000 1.244.0002 0,49 11.000 1.169.000 1.180.0003 0,68 13.000 1.432.000 1.445.0004 0,53 15.000 1.047.000 1.062.0005 0,33 8.000 1.047.000 1.055.0006 0,44 12.500 1.847.000 1.859.5007 0,50 8.000 2.262.000 2.270.0008 0,30 9.000 1.045.000 1.054.0009 0,70 14.000 2.342.000 2.356.00010 0,20 7.000 310.000 317.00011 0,55 13.000 2.232.000 2.245.00012 0,70 13.000 1.426.000 1.475.00013 0,71 10.000 1.432.000 1.442.00014 0,52 13.000 2.232.000 2.245.00015 0,49 11.000 872.000 883.00016 0,59 16.000 1.432.000 1.448.00017 0,97 18.000 2.232.000 2.250.00018 029 3.500 1.847.000 1.854.50019 0,30 8.000 392.000 400.00020 0,20 17.000 1.332.000 1.349.00021 0,32 10.000 1.047.000 1.057.00022 0,21 9.000 112.000 121.00023 0,22 10.000 1.432.000 1.442.00024 0,17 7.500 872.000 879.50025 0,32 13.000 1.847.000 1.860.000
Total 285.500 34.508.000 34.793.500Rata2 11.420 1.380.320 1.391.740
Lampiran 4. Biaya Tetap Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015
No.Resp
Jumlah Hari Curahan Tenaga Kerja (Hari)
Biaya Curahan Tenaga Kerja (Rp)
1 12 600.0002 15 750.0003 18 900.0004 10 500.0005 10 500.0006 9 450.0007 14 700.0008 10 500.0009 20 1.000.000
10 - -11 17 850.00012 21 1.050.00013 20 1.000.00014 14 700.00015 7 350.00016 15 750.00017 21 1.050.00018 5 250.00019 9 450.00020 - -21 11 550.00022 5 250.00023 1 50.00024 - -25 7 350.000
Total 13.550.000Rata2 542.000
Lampiran 5. Biaya Variabel Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015
No. Resp
Jenis Biaya VariabelUrea Sp 36 Phonska Granole NPK Botani KNO3 Total Nilai
(Rp)Jmlh (Kg)
Nilai (Rp) Jmlh (Kg)
Nilai (Rp) Jmlh (Kg)
Nilai (Rp)
Jmlh (Kg)
Nilai (Rp)
Jmlh (Kg)
Nilai (Rp)
Jmlh (Kg)
Nilai (Rp)
Jmlh (Kg)
Nilai (Rp)
1 50 85.000 150 375.000 150 375.000 100 430.000 50 360.000 120 240.000 240 480.000 2.260.0002 200 340.000 200 500.000 100 250.000 50 215.000 - - 70 140.000 60 120.000 1.565.0003 200 340.000 200 500.000 - - - - 50 360.000 - - 72 144.000 1.344.0004 200 340.000 150 375.000 100 250.000 - - - - 100 200.000 72 144.000 1.309.0005 150 255.000 150 375.000 50 125.000 - - - - - - - - 755.0006 200 340.000 200 500.000 150 375.000 50 215.000 - - 100 200.000 - - 1.630.0007 300 510.000 200 500.000 200 500.000 100 340.000 - - 200 240.000 120 240.000 2.330.0008 200 340.000 150 375.000 150 375.000 50 215.000 - - - - 120 240.000 1.545.0009 500 850.000 300 750.000 200 500.000 150 645.000 100 720.000 120 240.000 - - 3.705.00010 100 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - 50 100.000 50 100.000 835.00011 400 680.000 200 500.000 200 500.000 100 430.000 50 360.000 120 240.000 120 240.000 2.950.00012 400 680.000 200 500.000 150 375.000 100 430.000 100 720.000 - - 120 240.000 2.945.00013 200 340.000 150 375.000 50 125.000 50 215.000 - - - - - - 1.055.00014 150 255.000 100 250.000 100 250.000 50 215.000 - - - - - - 970.00015 250 425.000 150 375.000 100 250.000 50 215.000 - - - - 150 300.000 1.565.00016 300 510.000 100 250.000 100 250.000 150 645.000 - - - - 360 720.000 2.375.00017 200 340.000 350 875.000 300 750.000 150 645.000 - - 120 240.000 120 240.000 3.090.00018 100 170.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 100 200.000 - - 960.00019 100 170.000 100 250.000 50 125.000 - - - - 120 240.000 - - 785.00020 100 170.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 70 140.000 60 120.000 1.020.00021 150 255.000 100 250.000 50 125.000 50 215.000 - - 100 200.000 50 100.000 1.145.00022 100 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - - - 60 120.000 755.00023 200 340.000 100 250.000 100 250.000 50 215.000 - - 120 240.000 120 240.000 1.535.00024 150 170.000 50 125.000 50 125.000 50 215.000 - - 50 100.000 60 120.000 855.00025 200 340.000 100 375.000 100 250.000 50 215.000 - - 120 240.000 120 240.000 1.660.000
Total 40.943.000Rata2 1.637.720
Lampiran 6. Distribusi Nilai Produksi, Biaya, Bibit, Obat-obatan, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015
No. Resp
Nilai Produksi (Rp)
Biaya Produksi
(Rp)
Pemakaian Benih Obat-obatan
Biaya Tenaga KerjaJumlah (Q)(Kg)
Harga (P)(Rp)
Total Biaya (P x Q)
Pengelolahan Lahan
Biaya Pengangkutan
Tali Rapiah
1 46.750.000 2.260.000 500 11.000 5.500.000 3.250.000 1.180.000 752.000 60.0002 35.200.000 1.565.000 500 11.000 5.500.000 3.000.000 1.360.000 550.000 45.0003 48.450.000 1.344.000 700 10.000 7.000.000 3.550.000 780.000 350.000 75.0004 33.600.000 1.309.000 500 9.000 4.500.000 2.300.000 970.000 500.000 60.0005 28.050.000 755.000 300 9.000 2.700.000 2.150.000 620.000 600.000 45.0006 39.600.000 1.630.000 400 10.000 4.000.000 3.150.000 1.000.000 720.000 60.0007 46.750.000 2.330.000 450 9.000 4.050.000 3.300.000 1.660.000 500.000 60.0008 36.600.000 1.545.000 300 10.500 3.150.000 2.400.000 840.000 600.000 45.0009 55.000.000 3.705.000 700 9.000 6.300.000 6.950.000 2.320.000 800.000 90.00010 16.800.000 835.000 150 10.000 1.500.000 1.200.000 150.000 100.000 30.00011 55.000.000 2.950.000 500 10.000 5.000.000 4.800.000 1.600.000 300.000 75.00012 74.375.000 2.945.000 600 9.000 5.400.000 5.200.000 1.800.000 546.000 90.00013 55.000.000 1.055.000 700 10.000 7.000.000 5.000.000 1.630.000 460.000 90.00014 67.200.000 970.000 500 10.500 5.250.000 5.450.000 1.460.000 585.000 90.00015 42.550.000 1.565.000 450 11.500 5.175.000 3.700.000 960.000 259.000 60.00016 54.000.000 2.375.000 600 9.000 5.400.000 5.200.000 1.500.000 400.000 75.00017 70.000.000 3.090.000 900 9.000 8.100.000 7.100.000 2.010.000 700.000 105.00018 40.000.000 960.000 300 10.500 3.150.000 2.400.000 250.000 350.000 45.00019 38.750.000 785.000 300 9.500 2.850.000 3.350.000 440.000 200.000 45.00020 23.400.000 1.020.000 200 9.000 1.800.000 2.000.000 - 150.000 30.00021 36.600.000 1.145.000 300 10.500 3.150.000 2.950.000 1.050.000 400.000 45.00022 16.500.000 755.000 200 10.000 2.000.000 1.500.000 390.000 200.000 30.00023 24.000.000 1.535.000 200 5.000 1.000.000 1.400.000 410.000 150.000 30.00024 14.300.000 855.000 150 11.000 1.650.000 1.050.000 150.000 - 15.00025 35.075.000 1.660.000 300 9.000 2.700.000 2.450.000 810.000 280.000 45.000
Total 1.033.550.000 40.943.000 11.128 242.000 103.825.000 84.800.000 25.340.000 10.452.000 1.440.000Rata2 41.342.000 1.637.720 428 9.860 4.153.000 3.392.000 1.055.833 435.500 57.600
Lampiran 7. Distribusi Total Biaya Variabel, Nilai Produksi dan Pendapatan Responden Usahatani Bawang Merah di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang 2015
No. Nama Responden
Total Biaya VariabelTotal Benih Total Pupuk Total Obat-
obatanTotal Tenaga
KerjaTotal Biaya
ProduksiNilai Produksi Pendapatan
1 Ambo’ 5.500.000 2.260.000 3.250.000 1.932.000 12.942.000 46.750.000 33.808.0002 Anton 5.500.000 1.565.000 3.000.000 1.910.000 11.975.000 35.200.000 23.225.0003 Lara’ 7.000.000 1.344.000 3.550.000 1.130.000 13.024.000 48.450.000 35.426.0004 Arman 4.500.000 1.309.000 2.300.000 1.470.000 9.579.000 33.600.000 24.021.0005 Nurdin 2.700.000 755.000 2.150.000 1.220.000 6.825. 000 28.050.000 21.225.0006 Herman 4.000.000 1.630.000 3.150.000 1.720.000 10.500.000 39.600.000 29.100.0007 Jahuri 4.050.000 2.330.000 3.300.000 2.160.000 11.840.000 46.750.000 34.910.0008 Sukur 3.150.000 1.545.000 2.400.000 1.440.000 8.535.000 36.600.000 28.065.0009 Cai’ 6.300.000 3.705.000 6.950.000 3.120.000 20.075.000 55.000.000 34.925.00010 Alla 1.500.000 835.000 1.200.000 250.000 3.785.000 16.800.000 13.015.00011 Ilham 5.000.000 2.950.000 4.800.000 1.900.000 14.650.000 55.000.000 40.350.00012 Ismail 5.400.000 2.945.000 5.200.000 2.346.000 15.891.000 74.375.000 58.484.00013 Jahidin 7.000.000 1.055.000 5.000.000 2.090.000 15.145.000 55.000.000 39.855.00014 Antu 5.250.000 970.000 5.450.000 2.045.000 13.715.000 67.200.000 53.485.00015 Sakka 5.175.000 1.565.000 3.700.000 1.219.000 11.659.000 42.550.000 30.891.00016 Aris 5.400.000 2.375.000 5.200.000 1.900.000 14.875.000 54.000.000 39.125.00017 Suardi 8.100.000 3.090.000 7.100.000 2.710.000 21.000.000 70.000.000 49.000.00018 Hapid 3.150.000 960.000 2.400.000 600.000 7.110.000 40.000.000 32.890.00019 Sumardin 2.850.000 785.000 3.350.000 640.000 7.625.000 38.750.000 31.125.00020 Sugiman 1.800.000 1.020.000 2.000.000 150.000 4.970.000 23.400.000 18.430.00021 Irman 3.150.000 1.145.000 2.950.000 1.450.000 8.695.000 36.600.000 27.905.00022 Irfan 2.000.000 755.000 1.500.000 410.000 4.665.000 16.500.000 11.835.00023 Nawan 1.000.000 1.535.000 1.400.000 560.000 4.495.000 24.000.000 19.505.00024 Baco 1.650.000 855.000 1.050.000 150.000 3.705.000 14.300.000 10.595.00025 Umar 2.700.000 1.660.000 2.450.000 1.090.000 7.900.000 35.075.000 27.175.000
Jumlah 103.825.000 40.943.000 84.800.000 35.612.000 265.180.000 1.033.550.000 768.370.000Rata2 4.153.000 1.637.720 3.392.000 1.424.480 10.607.200 41.342.000 30.734.800
Lampiran 8. Perhitungan Proyeksi Luas Lahan Pada Usahatani Bawang Merah Di Desa Batunoni, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
Tahun Luas Lahan (Y) (Ha)
X X2 XY
20102011201220132014
178180181184187
-2-1012
41014
-356-180
0184374
Jumlah 910 0 10 22
20152016201720182019
188,6*190,8*193*
195,2*197,4*
Catatan : * Data Proyeksi
Rumus : a. = ∑Ү = 910 = 182 n 5
b. = ∑XY = 22 = 2,2 ∑X2 10
Persamaan trend analisis luas lahan :
Y= 182 + 2,2X
Hasil perhitungan proyeksi adalah sebagai berikut:
Y3 = 182 + 2,2(3) = 188,6
Y4 = 182 + 2,2(4) = 190,8
Y5 = 182 + 2,2(5) = 193
Y6 = 182 + 2,2(6) = 195,2
Y7 = 182 + 2,2(7) = 197,4