protein i

10
Laporan Praktikum Hari/tanggal : Selasa, 10 September 2013 Biokimia Waktu : 11.00-12.40 WIB PJP : Puspa Julistia Puspita, S.Si,M.Sc Asisten : 1. Lusianawati, S.Si 2. Resti Siti Mutmainah, S.Si PROTEIN I Kelompok III Muhamad Ivan Abror J3L112184 Fika Muthia Kanza J3L112049 Rika Ussy Perdani J3L112107 PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: muhamad-ivan-abror

Post on 02-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BIOKIMIA

TRANSCRIPT

Page 1: Protein I

Laporan Praktikum Hari/tanggal : Selasa, 10 September 2013

Biokimia Waktu : 11.00-12.40 WIB

PJP : Puspa Julistia Puspita, S.Si,M.Sc

Asisten : 1. Lusianawati, S.Si

2. Resti Siti Mutmainah, S.Si

PROTEIN I

Kelompok III

Muhamad Ivan Abror J3L112184

Fika Muthia Kanza J3L112049

Rika Ussy Perdani J3L112107

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA

PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: Protein I

Pendahuluan

Manusia memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dan aktivitas

sehari - hari, energi tersebut dapat diperoleh dari berbagai bahan makanan. Secara

umum, bahan makanan tersebut mengandung karbohidrat, protein, dan lemak,

protein dalam bahasa Yunani protos yang berarti “yang paling utama” merupakan

senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari

monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan

peptida. Suatu molekul protein disusun oleh sejumlah asam amino tertentu dengan

susunan yang tertentu dan bersifat turunan (Girindra 1986). Protein sendiri

merupakan biopolimer yang multi fungsi, yaitu sebagai struktural pada sel

maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, membawa zat atau

senyawa ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat pengatur (Hawab 2004).

Protein juga merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel

dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme.

Protein merupakan instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Protein

mempunyai fungsi unik bagi tubuh, antara lain menyediakan bahan-bahan yang

penting peranannya untuk pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh, mengatur

kelangsungan proses di dalam tubuh, dan memberi tenaga jika keperluannya tidak

dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ada yang reaktif karena asam

amino penyusunnya mengandung gugus fungsi yang reaktif, seperti SH, -OH,

NH2, dan –COOH. Contoh protein aktif adalah enzim, hormon, antibodi, dan

protein transport (Fessenden 1986). Reaksi protein aktif bersifat selektif dan

spesifik, gugus sampingnya yang selektif dan susunan khas makromolekulnya.

Ada berbagai cara dalam pengujian terhadap protein yaitu dengan reaksi uji asam

amino dan reaksi uji protein. Reaksi uji asam amino sendiri terdiri dari 6 macam

uji yaitu: uji millon, uji hopkins cole, uji belerang, uji xantroproteat, dan uji biuret

(poedjiadi 2009)

Tujuan Percobaan

Menunjukkan sifat dan struktur asam amino dan protein melalui uji ninhidrin, uji

belerang, uji xantoproteat dan uji buret serta mempelajari reaksi asam amino dan

protein terhadap reaksi uji tersebut.

Page 3: Protein I

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah penangas air, pipet tetes, pipet volumetrik,

tabung reaksi, dan alat-alat gelas lainnya.

Bahan-bahan yang digunakan albumin 2% dan 0.02%, gelatin 2% dan

0.02%, kasein 2% dan 0.02%, pepton 2% dan 0.02%, fenol 2% dan 0.02%, NaOH

10 %, Pb-asetat 5%, ninhidrin 0,1%, HNO3 pekat, NaOH pekat, CuSO4 0,1% dan

aquades.

Metode

Uji Millon dilakukan dengan 5 tetes pereaksi millon ditambahkan ke dalam 3

mL larutan protein, larutan kemudian dipanaskan dan diamati warna yang

terbentuk. Larutan uji yang digunakan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%,

pepton 2%, dan fenol 2%.

Uji ninhidrin dilakukan dengan 0.5 mL larutan ninhidrin ditambahkan

kedalam 3 mL larutan protein, larutan kemudian dipanaskan selama 10 menit dan

diamati warna yang terbentuk. Larutan uji yang digunakan albumin 0.02%, gelatin

0.02%, kasein 0.02%, pepton 0.02%, dan fenol 0.02%.

Uji belerang dilakukan dengan 5 mL NaOH 10% ditambahkan ke dalam 2

mL larutan protein, larutan kemudian dipanaskan selama 1 menit dan

ditambahkan 2 tetes larutan Pb-Asetat 5%. Warna yang terbentuk diamati. Larutan

uji yang digunakan albumin 0.02%, gelatin 0.02%, kasein 0.02%, pepton 0.02%,

dan fenol 0.02%.

Uji xantoproteat dilakukan dengan 1 mL HNO3 pekat ditambahkan kedalam

2 mL larutan protein, larutan kemudian dipanaskan selama 5 menit, didinginkan

dan ditambahkan NaOH pekat. Warna yang terbentuk diamati. Larutan uji yang

digunakan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%.

Uji biuret dilakukan dengan 1 mL NaOH 10% ditambahkan ke dalam 3 mL

larutan protein kemudian 2 tetes larutan CuSO4 ditambahkan ke dalam larutan.

Warna yangterbentuk diamati. . Larutan uji yang digunakan albumin 0.02%,

gelatin 0.02%, kasein 0.02%, pepton 0.02%, dan fenol 0.02%.

Page 4: Protein I

Hasil Pengamatan

Tabel 1 Hasil Uji Millon

Bahan uji Hasil pengamatan Perubahan warna larutan

Albumin - Tidak berwarna

Gelatin - Tidak berwarna

Kasein - Tidak berwarna

Pepton - Kuning

Fenol + Jingga

Keterangan (+) Mengandung tirosin

(-) Tidak mengandung tirosin

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 1 Uji Millon pada larutan albumin (a), pepton (b), kasein (c),

gelatin (d), fenol (e)

Tabel 2 Hasil Uji Ninhidrin

Bahan uji Hasil pengamatan Perubahan warna larutan

Albumin + Biru ungu

Gelatin - Tidak berwarna

Kasein + Kuning

Pepton + Biru ungu

Fenol _ Tidak berwarna

Keterangan (+) Mengandung asam amino bebas

(-) Tidak mengandung asam amino bebas

Page 5: Protein I

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 2 Uji Ninhidrin pada larutan albumin (a), pepton (b),

kasein (c), gelatin (d), fenol (e)

Tabel 3 Hasil Uji Belerang

Bahan uji Hasil pengamatan Perubahan warna larutan

Albumin + Coklat kehitaman

Gelatin - Tidak berwarna

Kasein - Kuning

Pepton - Tidak berwarna

Fenol - Tidak berwarna

Keterangan (+) Mengandung belerang

(-) Tidak mengandung belerang

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 3 Uji Belerang pada larutan albumin (a), pepton (b),

kasein (c), gelatin (d), fenol (e)

Page 6: Protein I

Tabel 4 Hasil Uji Xantoproteat

Bahan uji Hasil pengamatan Perubahan warna larutan

Albumin + Jingga

Gelatin - Kuning

Kasein - Tidak berwarna

Pepton - Kuning

Fenol + Jingga

Keterangan (+) Mengandung inti benzen

(-) Tidak mengandung inti benzen

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 4 Uji Xantoproteat pada larutan albumin (a),

pepton (b), kasein (c), gelatin (d), fenol (e)

Tabel 5 Hasil Uji Biuret

Bahan uji Hasil pengamatan Perubahan warna larutan

Albumin + Violet

Gelatin + Violet

Kasein - Biru

Pepton + Violet

Fenol - Biru

Keterangan (+) Mengandung ikatan peptida

(-) Tidak mengandung ikatan peptida

(a) (b) (c) (d) (e)

Gambar 5 Uji Biuret pada larutan albumin (a),

kasein (c), gelatin (d), fenol (e)

Page 7: Protein I

Pembahasan

Uji Millon dilakukan pada 5 larutan uji yang berbeda untuk menunjukkan

adanya tirosin dalam larutan uji. Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan

merkuri nitrat dalam asam nitrat, apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan

protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah

oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena

terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein

yang mengandung tirosin akan memberikan reaksi positif (poedjiadi 2009). Hasil

percobaan dapat dilihat pada tabel 1, fenol menunjukkan hasil yang positif,

sedangkan pada 4 larutan uji lainnya memberikan hasil yang negatif hal ini

menunjukkan bahwa keempat protein tersebut tidak mengandung tirosin, namun

albumin seharusnya memberikan hasil uji yang positif karena dilihat dari asam

amino penyusunnya albumin termasuk protein lengkap yang dibangun oleh

sejumlah asam amino esensial dan non esensial diantaranya adalah tirosin (Page,

1997), begitu juga dengan gelatin yang seharusnya menunjukkan hasil positif

karena gelatin tersusun dari 18 asam amino yang saling terikat, terdiri dari asam

aspartat, asam glutamat, serin, valin, tirosin, lisin, treonin, arginin, glisin,histidin,

hidroksilisin, fenilanalin, prolin, alanin, dan metionin (Viro 1992). Perbedaan

hasil percobaan dengan literatur mungkin disebabkan karena kualitas bahan yang

tidak baik, bahan telah terkontaminasi dan penyimpanan bahan yang kurang baik.

Uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam-α

amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk senyawa kompleks

berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin menghasilkan senyawa

berwarna kuning (Trevor 1995). Van slyke menggunakan uji ini untuk

menentukan gugus amino bebas pada asam amino, peptida maupun protein

(Poedjiadi 2009). Berdasakan hasil pecobaan albumin, kasein, dan pepton

memberikan hasil uji yang positif hal ini menunjukkan bahwa ketiga larutan uji

tersebut mengandung asam-α amino bebas, sedangkan gelatin dan fenol

memberikan hasil uji yang negatif yang menunjukkan larutan uji tidak

mengandung asam-α amino bebas. Dengan ninhidrin sebagai oksidator lunak,

asam amino bereaksi sebagai berikut:

Page 8: Protein I

Gambar 6 Reaksi uji Ninhidrin (Poedjiadi 2009)

Pada reaksi ini, dilepaskan CO2 dan NH3 sehingga asam amino dapat ditentukan

secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO2 atau NH3 yang dilepaskan dan

selanjutnya ninhidrin bereaksi dengan hidriantin (ninhidrin tereduksi) dan amonia

membentuk suatu hasil reaksi yang berwarna biru. Kompleks berwarna yang

terbentuk mengandung dua molekul ninhidrin yang bereaksi dengan amonia yang

dilepaskan pada oksidasi asam amino. Reaksi ini termasuk yang paling umum

dilakukan untuk analisis kualitatif protein dan produk hasil hidrolisisnya. Reaksi

ninhidrin dapat pula dilakukan terhadap urin untuk mengetahui adanya asam

amino atau untuk mengetahui adanya pelepasan protein oleh cairan tubuh

(Santoso, 2008).

Uji belerang, protein yang mengandung asam amino berinti benzen, jika

ditambahkan asam nitrat pekat akan mengendap dengan endapan berwarna putih

yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang

terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya akan berubah

menjadi lebih tua atau jingga. Rekasi ini didasarkan pada uji nitrasi inti benzena

yang terdapat pada molekul protein menjadi senyawa intro yang berwarna kuning

(Page, 1997).

Gambar 7 Reaksi uji belerang (Page

1997)

reaksi ini dapat dilakukan dengan penambahan timbal asetat dan basa. Reaksi Pb-

asetat dengan asam-asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna

kelabu, yaitu garam PbS, pemanasan dilakukan untuk mempercepat pembentukan

Page 9: Protein I

garam tersebut. Penambahan NaOH dalam hal ini adalah untuk mendenaturasikan

protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-

asetat membentuk PbS. Berdasarkan data hasil percobaan dapat diketahui bahwa

albumin mengandung unsur S dalam molekulnya. Hal ini ditunjukkan oleh

perubahan warna pada albumin yang menjadi coklat kehitaman yang

mengindikasikan adanya timbal sulfida pada larutan. Sedangkan pada gelatin,

kasein, pepton dan fenol memberikan hasil uji yang negatif karena tidak

terbentuknya endapan hitam pada larutan setelah dilakukan pemanasan.

Uji xantoproteat, larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati

ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat

berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada

inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Pemanasan dilakukan untuk

mempercepat reaksi. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin,

fenilalanin dan triptofan (Trevor 1995). Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 4,

albumin dan fenol menunjukkan hasil uji yang positif dengan terbentuknya warna

jingga pada larutan setelah dilakukan pemanasan hal ini menunjukan bahwa

albumin dan fenol mengandung inti benzen, sedangkan gelatin, kasein, dan pepton

memberikan hasil uji yang negatif yang menandakan ketiga larutan uji tersebut

tidak mengandung inti benzen.

Uji biuret, buiret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang

terbentuk pada pemanasan dua mulekul urea. Ion Cu2+

dari pereaksi biuret dalam

suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang

menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet,.

reaksi ini positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk

asam amino bebas atau dipeptida. Semua asam amino, atau peptida yang

mengandung asam-α amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin membentuk

senyawa kompleks berwarna biru-ungu. Namun, prolin dan hidroksiprolin

menghasilkan senyawa berwarna kuning (Sudarmaji 1989). Reaksi yang terjadi

yaitu:

Gambar 8 Reaksi pada uji biuret (Girindra 1986)

Page 10: Protein I

Hasil uji dapat dilihat pada tabel 5, albumin, gelatin , dan pepton

menunjukkan hasil uji yang positif dengan terbentuknya warna violet pada larutan

setelah dipanaskan hal ini mengindikasikan bahwa ketiga larutan tersebut

mengandung ikatan-ikatan peptida, sedangkan pada kasein dan fenol memberikan

hasil uji yang negatif karena tidak terbentuknya warna violet pada larutan setelah

dilakukan pemanasan.

Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan,

pada uji millon fenol menunjukkan hasil uji positif sedangkan albumin, pepton,

kasein, dan gelatin menunjukkan hasil uji negatif, pada uji ninhidrin gelatin dan

fenol menunjukkan hasil uji yang negatif sedangkan kasein, pepton, dan albumin

menunjukkan hasil uji positif, pada uji belerang albumin menunjukkan hasil uji

positif sedangkan fenol, pepton, kasein, dan gelatin menunjukkan hasil uji negatif,

pada uji xantoproteat albumin dan fenol memberikan hasil uji positif sedangkan

gelatin, pepton, dan albumin memberikan hasil uji negatif, pada uji biuret kasein

dan fenol memberikan hasil uji yang negatif sedangkan albumin, pepton, dan

gelatin memberikan hasil uji negatif.

Daftar Pustaka

Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Girindra, A. 1986.Biokimia I. Jakarta: Gramedia.

Hawab, HM. 2004. Pengantar Biokimia. Jakarta: Bayu Media Publishing.

Page, DS. 1997. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi A dkk. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press.

Santoso, H. 2008. Protein dan Enzim. (http://www.heruswn.teachnology. com)

diakses tanggal 26 september 2013.

Trevor, Robinson,. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB

press.

Sudarmaji S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:

Liberty.

Viro F. 1992. Encyclopedia of science and technology. New York: Mc graw hil.