protein uri a

2
Analisis carik celup dipakai di kebanyakan setting rawat jalan untuk mengukur konsentrasi protein pada urin secara semikuantitatif. Jika tidak ada protein, maka panel carik celup berwarna kuning. Protein di dalam cairan mengganggu kombinasi dye-buffer, yang menyebabkan panel menjadi hijau. Hasil positif palsu terjadi dengan urin basa (Ph diatas 7.5); ketika carik celup dimasukkan terlalu lama, dengan urin yang memiliki konsentrasi tinggi; dengan gross hematuria; dengan adanya penicillin, sulfonamides atau tolbutamide; dan dengan pus, semen, atau sekresi vaginal. Hasil negative palsu terjadi dengan urin yang encer (gravitasi spesifik di atas 1.015) dan ketika protein urin adalah nonalbumin atau memiliki molekul dengan berat rendah. Hasil dinilai secara negative (dibawah 10 mg per dL), trace (10 sampai 20 mg per dL), 1+ (30 mg per Dl), 2+ (100 mg per dl), 3+ (300 mg per dl) atau 4+ (1000mg per dl). Metode ini hanya mendeteksi albumin dan kurang sensitif pada globulin atau bagian dari globulin (chains yang ringan atau berat, atau protein Bence Jones). Uji turbiditas sulfosalicylic acid (SSA) secara kualitatitf menyaring untuk mendeteksi proteinuria. Kelebihan dari uji yang mudah dilakukan ini adalah sensitivitasnya yang tinggi untuk protein seperti Bence Jones. Metode SSA membutuhkan beberapa milliliter urin yang freshly voided (?) dan telah dipanaskan. 3% SSA ditambahkan kepada specimen tersebut. Turbiditas akan dihasilkan dari konsentrasi protein sesedikit 4 mg per dl (0.04 g per l). hasil positif palsu dapat terjadi ketika pasien sedang mengkonsumsi penicillin atau sulfonamides dan dalam tiga hari setelah pemberian kontras radiografi. Hasil negative palsu terjadi pada urin basa yang dibuffer dengan tinggi atau specimen berkonsentrasi rendah. Karena hasil carik celup urin dan uji SSA adalah estimasi mentah pada konsentrasi protein urin dan bergantung pada jumlah urin yang dihasilkan, mereka memiliki korelasi yang rendah dengan determinasi protein urin kuantitatif. Kebanyakan pasien dengan proteinuria yang

Upload: margiantii-gii

Post on 16-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ghh

TRANSCRIPT

Analisis carik celup dipakai di kebanyakan setting rawat jalan untuk mengukur konsentrasi protein pada urin secara semikuantitatif. Jika tidak ada protein, maka panel carik celup berwarna kuning. Protein di dalam cairan mengganggu kombinasi dye-buffer, yang menyebabkan panel menjadi hijau. Hasil positif palsu terjadi dengan urin basa (Ph diatas 7.5); ketika carik celup dimasukkan terlalu lama, dengan urin yang memiliki konsentrasi tinggi; dengan gross hematuria; dengan adanya penicillin, sulfonamides atau tolbutamide; dan dengan pus, semen, atau sekresi vaginal. Hasil negative palsu terjadi dengan urin yang encer (gravitasi spesifik di atas 1.015) dan ketika protein urin adalah nonalbumin atau memiliki molekul dengan berat rendah.

Hasil dinilai secara negative (dibawah 10 mg per dL), trace (10 sampai 20 mg per dL), 1+ (30 mg per Dl), 2+ (100 mg per dl), 3+ (300 mg per dl) atau 4+ (1000mg per dl). Metode ini hanya mendeteksi albumin dan kurang sensitif pada globulin atau bagian dari globulin (chains yang ringan atau berat, atau protein Bence Jones).

Uji turbiditas sulfosalicylic acid (SSA) secara kualitatitf menyaring untuk mendeteksi proteinuria. Kelebihan dari uji yang mudah dilakukan ini adalah sensitivitasnya yang tinggi untuk protein seperti Bence Jones. Metode SSA membutuhkan beberapa milliliter urin yang freshly voided (?) dan telah dipanaskan. 3% SSA ditambahkan kepada specimen tersebut. Turbiditas akan dihasilkan dari konsentrasi protein sesedikit 4 mg per dl (0.04 g per l). hasil positif palsu dapat terjadi ketika pasien sedang mengkonsumsi penicillin atau sulfonamides dan dalam tiga hari setelah pemberian kontras radiografi. Hasil negative palsu terjadi pada urin basa yang dibuffer dengan tinggi atau specimen berkonsentrasi rendah.

Karena hasil carik celup urin dan uji SSA adalah estimasi mentah pada konsentrasi protein urin dan bergantung pada jumlah urin yang dihasilkan, mereka memiliki korelasi yang rendah dengan determinasi protein urin kuantitatif. Kebanyakan pasien dengan proteinuria yang persisten harus melewati pengukuran kuantitatif untuk eksresi protein, yang dapat dilakukan dengan specimen urin 24-jam urin. Konsentrasi creatinine pada urin harus dimasukkan di pengukuran 24-jam untuk memutuskan keadekuatan specimen. Creatinine dieksresikan dengan proporsi yang sama dengan mass otot, dan konsentrasinya tetap konstan pada sehari-hari. Lelaki muda atau dewasa mengeksresikan 16 sampai 26 mg per kg per hari dan perempuan mengeksresi 12 sampai 24 mg per kg per hari. Pada individu yang bergizi rendah atau tua, eksresi creatinine dapat lebih rendah.

Suatu alternative pada specimen urin 24-jam adalah rasio protein-to-creatinine urin (UPr/Cr), diputuskan dalam specimen urin random ketika individu tersebut melakukan aktivitas sehari hari. Korelasi antara rasio UPr/Cr dan eksresi protein 24-jam telah didemonstrasikan di beberapa penyakit, seperti diabetes mellitus, preeclampsia dan penyakit rheumatic. Bukti-bukti baru mengindikasikan bahwa rasio UPr/Cr lebih akurat daripada pengukuran 24-jam protein urin. Rasionya sama secara numerik seperti jumlah protein dalam gram yang dieksresikan di urin per hari. Maka, rasio di 0.2 merupakan ekuivalen pada 0.2 g protein per hari dan dikatakan normal, rasio 3,5 ekuivalen pada 3,5 g protein per hari dan dikatakan sebagai proteinuria nephrotic-range (atau berat).