provinsi sumatera selatan - bi.go.id · tabel 6.1 resume leading economic indicator provinsi sumsel...

125
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Kantor Bank Indonesia Palembang Triwulan III - 2011

Upload: dotruc

Post on 08-Jul-2019

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Bank Indonesia Palembang

Triwulan III - 2011

Page 2: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia-Nya ”Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011” dapat

dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa

indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran,

dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank

Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami,

hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada

masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih

meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar

bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya

serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam

pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada

umumnya.

Palembang, November 2011

Ttd

Didy Laksmono R. Pemimpin

Page 3: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Isi

ii

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 4: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Isi

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GRAFIK ix

DAFTAR SUPLEMEN xiii

INDIKATOR EKONOMI xv

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 7

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan 7

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan 13

1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan 19

1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan 20

1.5. Struktur Ekonomi 21

1.6. Perkembangan Ekspor Impor 23

1.6.1. Perkembangan Ekspor 23

1.6.2. Perkembangan Impor 25

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG 31

2.1. Inflasi Secara Umum 31

2.2. Kondisi Harga di Pasar Internasional 36

2.3. Inflasi Inflasi Sisi Penawaran 41

2.4. Inflasi Inflasi Sisi Permintaan 45

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 49

3.1. Kondisi Umum 49

3.2. Kelembagaan 50

Page 5: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Isi

iv

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 50

3.3.1. Penghimpunan DPK 50

3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota 51

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan 52

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral 52

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan 54

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten 54

3.5. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Sumatera Selatan 56

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan 56

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman 57

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga 57

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan 58

3.7. Rentabilitas Perbankan 59

3.8. Kelonggaran Tarik 59

3.9. Risiko Likuiditas 60

3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah 60

3.11. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 62

3.12 Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 63

3.13. Perkembangan Perkasan 65

3.14. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi 67

3.15. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau 69

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 75

4.1. Realisasi APBD Sumatera Selatan Triwulan III 2011 75

4.2. Realisasi Penerimaan Pajak Sumatera Selatan 78

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN 81

5.1. Ketenagakerjaan 81

5.2. Pengangguran 83

5.3. Nilai Tukar Petani 84

5.4. Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 85

5.5. Tingkat Kemiskinan 86

Page 6: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Isi

v

5.6. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen 89

5.6.1. Indikator Ketenagakerjaan 89

5.6.2. Indikator Penghasilan 90

5.7. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan Tahun 2011 91

BAB 6 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 93

6.1. Pertumbuhan Ekonomi 93

6.2. Inflasi 98

6.3. Perbankan 101

Page 7: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Isi

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 8: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Tabel

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 8

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) 13

Tabel 1.3 Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi Sumatera Selatan 15

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2010-2011 (%) 19

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2010-2011 (%) 21

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (%) 22

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan (%) 22

Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) 23

Tabel 1.9 Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) 23

Tabel 1.10 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) 25

Tabel 1.11 Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) 25

Tabel 2.1 Andil Inflasi Tahunan Tertinggi Per Subkelompok 35

Tabel 2.2 Andil Inflasi Triwulanan Per Komoditas 35

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 52

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp Juta) 53

Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta) 55

Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2011 59

Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta) 61

Tabel 3.6 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan 64

Tabel 3.7 Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) 66

Tabel 3.8 Pangsa Denominasi Uang dalam Inflow 67

Tabel 3.9 Pangsa Denominasi Uang dalam Outflow 68

Tabel 3.10 Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) 69

Page 9: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Tabel

viii

Tabel 4.1 Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011 (Rp Miliar) 76

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Sumsel Triwulan III 2010 dan Triwulan III 2011 (Rp Miliar) 77

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2010 - Agustus 2011 81

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2010 - Agustus 2011 82

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2010 - Agustus 2011 83

Tabel 5.4 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan 85

Tabel 5.5 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani 85

Tabel 5.6 Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ton) 86

Tabel 5.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 1993-2011 87

Tabel 5.8 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008 – Maret 2011 88

Tabel 5.9 Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel Menurut Daerah, Maret 2009 – Maret 2011 88

Tabel 5.10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011 89

Tabel 5.11 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011 90

Tabel 5.12 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011 90

Tabel 5.13 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011 90

Tabel 5.14 UMP Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sumatera Selatan Tahun 2011 91

Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94

Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2010 dan 2011 (dalam persentase) 96

Tabel 6.3 Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan IV 2011 102

Page 10: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Grafik

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 7

Grafik 1.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan 8

Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan 11

Grafik 1.4 Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumatera Selatan 12

Grafik 1.5 Perkembangan Lifting Gas Bumi Provinsi Sumatera Selatan 12

Grafik 1.6 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 13

Grafik 1.7 Andil Sektor Ekonomi PDRB Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011 14

Grafik 1.8 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 14

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan 14

Grafik 1.10 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan 15

Grafik 1.11 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Sumatera Selatan 16

Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru

Provinsi Sumatera Selatan 16

Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan 16

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 17

Grafik 1.15 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 17

Grafik 1.16 Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan 18

Grafik 1.17 Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan 18

Grafik 1.18 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 18

Grafik 1.19 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 18

Grafik 1.20 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama 19

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar 20

Grafik 1.22 Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan 20

Grafik 1.23 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan 21

Grafik 1.24 Perkembangan Net Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 22

Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 24

Page 11: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Grafik

x

Grafik 1.26 Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan 24

Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan 24

Grafik 1.28 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Jun 11 - Agt 11 24

Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan 26

Grafik 1.30 Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan 26

Grafik 1.31 Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal 26

Grafik 1.32 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Jun 11 - Agt 11 26

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional 32

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional 32

Grafik 2.3 Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang 32

Grafik 2.4 Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang 32

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Tahunan 33

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan 33

Grafik 2.7 Inflasi Tahunan Aktual Vs. Historis 33

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 34

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang 34

Grafik 2.10 Inflasi Tahunan Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan III 2011 35

Grafik 2.11 Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional 36

Grafik 2.12 Perkembangan Curah Hujan Bulanan 41

Grafik 2.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga 41

Grafik 2.14 Penyaluran dan Stok Beras Bulog 42

Grafik 2.15 Andil Disagregasi Inflasi Tahunan 45

Grafik 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani 45

Grafik 2.17 Perkembangan Output Gap dan Inflasi 46

Grafik 2.18 Perkembangan Keyakinan Konsumen 46

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan 49

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan 50

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan 51

Page 12: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Grafik

xi

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2011 di Provinsi Sumatera Selatan 51

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011 53

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan 54

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 54

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011 Berdasarkan Wilayah 55

Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan 56

Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan 57

Grafik 3.11 Perkembangan Spread Suku Bunga Sumatera Selatan 57

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 58

Grafik 3.13 Perkembangan NPL menurut Kelompok Bank 58

Grafik 3.14 NPL Bank Umum Konvensional menurut Sektor Ekonomi Triwulan III 2011 58

Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan 59

Grafik 3.16 Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan 60

Grafik 3.17 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 62

Grafik 3.18 Perkembangan Rasio Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan 62

Grafik 3.19 Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan 63

Grafik 3.20 Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan 63

Grafik 3.21 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja 64

Grafik 3.22 Perkembangan Bulanan Perputaran Kliring di Sumatera Selatan 65

Grafik 3.23 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan 65

Grafik 3.24 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan 2010-2011 66

Grafik 3.25 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh oleh KBI Palembang 66

Grafik 3.26 Perkembangan Denominasi Uang Kertas dalam Inflow 68

Grafik 3.27 Perkembangan Denominasi Uang Kertas dalam Outflow 68

Grafik 3.28 Perkembangan Denominasi Uang Logam dalam Inflow 69

Grafik 3.29 Perkembangan Denominasi Uang Logam dalam Outflow 69

Grafik 3.30 Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun 2010-2011 70

Page 13: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Grafik

xii

Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011 77

Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011 77

Grafik 4.3 Perkembangan Penerimaan PPh Orang Pribadi Sumatera Selatan 78

Grafik 4.4 Perkembangan Penerimaan PPh Pasal 21 Sumatera Selatan 78

Grafik 4.5 Perkembangan Penerimaan PBB Sumatera Selatan 79

Grafik 5.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani 84

Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia 84

Grafik 5.3 Stok Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan 86

Grafik 5.4 Laju Kenaikan UMP dan dan Inflasi Sumatera Selatan 2007-2011 91

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan 93

Grafik 6.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan 100

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen 100

Page 14: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Suplemen

xiii

DAFTAR SUPLEMEN

Suplemen 1 KONDISI USAHA MASIH TERJAGA WALAUPUN DIBAYANGI ANCAMAN PERLAMBATAN EKONOMI DUNIA 9

Suplemen 2 RENDAHNYA EKSPEKTASI KONSUMEN MENJADI PENYEBAB TURUNNYA INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG 27

Suplemen 3 HARGA EMAS PERHIASAN NAIK TAJAM 38

Suplemen 4 HASIL QUICK SURVEY: KESIAPAN PELAKU USAHA DALAM MENGHADAPI LONJAKAN PERMINTAAN PADA BULAN RAMADHAN DAN MENJELANG IDUL FITRI 1432 H 43

Suplemen 5 PRODUKSI PANGAN TERUS MENJADI PERHATIAN UTAMA DI WILAYAH SUMBAGSEL 47

Suplemen 6 UANG KERTAS Rp20.000, Rp50.000 DAN Rp100.000 DESAIN BARU TELAH DIEDARKAN 71

Page 15: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Daftar Suplemen

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 16: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Indikator Ekonomi

xv

INDIKATOR EKONOMI

A. Inflasi dan PDRB

Page 17: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Indikator Ekonomi

xvi

B. Perbankan

Page 18: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Indikator Ekonomi

xvii

Lanjutan

C. Sistem Pembayaran

Page 19: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Indikator Ekonomi

xviii

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 20: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

III/11 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan

Abstraksi

Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2011 didominasi oleh tingginya kinerja sektor bangunan. Pertumbuhan ekonomi meningkat, yang banyak didorong oleh kinerja sektor bangunan, sebagai implikasi dari kegiatan persiapan SEA Games XXVI. Namun, nilai ekspor mulai menunjukkan penurunan karena berkurangnya permintaan dari negara mitra dagang. Sesuai dengan proyeksi sebelumnya, inflasi turun karena terjaganya pasokan pangan pokok dan terkelolanya ekspektasi dengan baik, namun kenaikan harga emas turut mempengaruhi capaian inflasi. Perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan kinerja, dibarengi dengan meningkatnya risiko kredit. Perkembangan sistem pembayaran mengkonfirmasi meningkatnya aktivitas perekonomian. Kendati demikian, penurunan harga komoditas telah menurunkan kesejahteraan petani.

Pada triwulan IV, penopang pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih berasal dari sektor non primer. Permintaan domestik masih akan menopang pertumbuhan ekonomi pada saat perdagangan internasional mengalami koreksi. Konsumsi akan terdorong oleh penyelenggaraan SEA Games. Bersamaan dengan peran fiskal yang akan cenderung ekspansif, pertumbuhan ekonomi akan didorong oleh pertumbuhan kinerja sektor bangunan dan sektor tersier. Inflasi akan turun karena turunnya permintaan dan faktor tahun dasar (base year effect), namun terdapat risiko dari kenaikan harga volatile foods yang juga dipicu oleh kemungkinan terhambatnya distribusi karena peningkatan curah hujan. Perbankan diperkirakan kembali tumbuh melambat dibarengi dengan potensi kenaikan Non Performing Loan (NPL) menyusul turunnya harga komoditas unggulan.

Page 21: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Ringkasan Eksekutif

2  

Pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan III 2011 sebesar 6,1% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,0% (yoy). Pertumbuhan ditopang oleh sektor Bangunan serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) terkait finalisasi pembangunan infrastruktur SEA Games. Selain itu, kinerja sektor-sektor ekonomi ikutannya pun turut menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Sumsel pada tingkat yang moderat.  Meningkatnya perekonomian terkonfirmasi oleh survei bisnis yang masih menunjukkan perkembangan usaha yang positif. 

Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi didorong oleh sektor bangunan. Sektor bangunan mempunyai andil terbesar terhadap laju pertumbuhan PDRB, yaitu sebesar 1,3%. Kinerja sektor bangunan terus meningkat dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya yang mencapai 16,4% (yoy). Akselerasi pertumbuhan di sektor ini terutama dipicu oleh pengerjaan proyek-proyek terkait SEA Games XXVI.

Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh konsumsi yang tumbuh sebesar 5,8%. Andil tinggi konsumsi secara umum mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 6,2% (yoy) dari 6,8% (yoy). Kondisi tersebut terkonfirmasi juga melalui hasil Survei Konsumen yang menunjukkan masih pesimisnya indeks konsumsi.

Nilai ekspor menurun dibandingkan triwulan sebelumnya karena penurunan permintaan dan harga karet. Nilai ekspor selama Juni sampai dengan Agustus 2011 meningkat sebesar 46,79% (yoy). Namun, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, nilai ekspor tercatat turun 9,26%. Menurunnya ekspor dibandingkan triwulan sebelumnya sangat dipengaruhi oleh turunnya ekspor karet yang turun sebesar 11,84% (qtq) menyusul berkurangnya permintaan dari pasar global.

Inflasi Kota Palembang menurun. Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan III sebesar 4,59% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sempat mencapai 5,10% (yoy). Tekanan inflasi periode ini tetap terkendali baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Kondisi cuaca yang lebih baik dari tahun sebelumnya telah mendukung kegiatan produksi (khususnya di sektor pertanian) dan distribusi. Di sisi lain, dampak penurunan harga komoditas di pasar internasional tidak terhindarkan berkorelasi terhadap penurunan pendapatan dan pengeluran masyarakat. 

Inflasi Palembang terkendali sesuai proyeksi dan target sebelumnya. Tren penurunan dan capaian inflasi pada triwulan III 2011 masih konsisten dengan proyeksi Bank Indonesia Palembang

Page 22: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Ringkasan Eksekutif  

3  

sebagaimana pernah ditulis pada laporan triwulan sebelumnya, yaitu di kisaran 4,87± 0,5%. Hal yang yang sama juga terjadi untuk proyeksi inflasi nasional, yang mana capaian inflasi nasional pada periode yang sama masih berada dalam kisaran 5±1%.

Tekanan inflasi dari sisi penawaran menurun karena membaiknya kondisi pasokan pangan pokok dan terkelolanya ekspektasi. Normalnya kondisi cuaca dibandingkan tahun lalu mendukung terjaganya pasokan pangan, yang tercermin melalui rendahnya inflasi tahunan bahan makanan dan inflasi komponen volatile foods. Pasokan kebutuhan pokok selama bulan puasa dan menjelang lebaran relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya dikarenakan kesiapan pelaku usaha menghadapi lonjakan permintaan dan peran Bulog Divre Sumsel dalam menjaga suplai beras. Di sisi lain, ekspektasi inflasi juga terkelola dengan baik yang ditunjukkan oleh hasil Survei Konsumen. 

Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan dibandingkan triwulan sebelumnya relatif mixed. Dalam periode triwulan III, telah terjadi penurunan harga komoditas unggulan dan Nilai Tukar Petani Sumatera Selatan. Namun, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap mengalami peningkatan pada bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Inflasi inti tercatat cukup tinggi namun bukan disebabkan kenaikan pendapatan, melainkan berasal dari komoditas non-food khususnya emas yang harganya terus meningkat. Selain itu, faktor penekan inflasi berasal dari kondisi output gap. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan masih rendahnya output gap.  

Kinerja perbankan melambat dibarengi dengan sedikit meningkatnya NPL. Aset, penghimpunan DPK dan penyaluran kredit/ tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan menurunnya harga komoditas unggulan Sumatera Selatan. Penyaluran kredit masih tumbuh cukup tinggi secara triwulanan. Bersamaan dengan hal tersebut, NPL menjadi 2,36%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 2,22%

Realisasi belanja pemerintah masih lambat. Pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan terealisasi sebesar mencapai 75,62% dari total anggaran perubahan. Total realisasi belanja daerah mencapai 43,41% dari anggaran yang sebesar Rp4.080,95 miliar. Realisasi pendapatan pada periode laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, sementara realisasi belanja tercatat lebih rendah.

Page 23: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Ringkasan Eksekutif

4  

Transaksi ekonomi meningkat pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri. Perkembangan transaksi kliring di Sumsel pada triwulan III 2011 mengalami peningkatan dari segi jumlah warkat maupun nominal dibandingkan tahun lalu maupun triwulan sebelumnya. Perkembangan nilai net RTGS pada triwulan periode laporan mengalami peningkatan secara tahunan maupun triwulanan. Aktivitas kliring bulanan paling tinggi selama triwulan laporan terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan rata-rata perputaran nominal kliring/hari sebesar Rp182,37 miliar. 

Tingkat kesejahteraan kelompok grass-root menurun dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel per Agustus menjadi 5,77%, menurun dibandingkan posisi periode semester sebelumnya yang sebesar 6,07%. Namun, Rata-rata NTP pada triwulan III 2011 tercatat sebesar 109,49 yang menunjukkan bahwa daya beli petani mengalami penurunan sebesar 1,28% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. 

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV 2011 diperkirakan akan melambat. Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan IV akan berada pada kisaran 5,7 ± 1% dan secara triwulanan (qtq) diperkirakan akan terkontraksi di kisaran 4,1 ± 1%. Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi juga akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Konsumsi rumah tangga akan tumbuh stabil, sementara investasi melambat. Penyelenggaraan SEA Games diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga khususnya di bulan November. Namun, dengan mengeliminir faktor SEA Games, konsumsi diperkirakan akan turun sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak pertengahan tahun 2011. Investasi juga akan turun karena prospek pertumbuhan ekonomi global yang melambat namun masih terdapat prospek investasi yang bersifat jangka panjang yang akan dilakukan pada triwulan IV. 

Realisasi APBD diperkirakan lebih cepat. Pengeluaran pemerintah diperkirakan masih meningkat dan menjadi salah satu faktor pendorong perekonomian di triwulan IV 2011. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan per triwulan III 2011 sangat rendah dibanding pendapatan. Hal tersebut mengindikasikan potensi realisasi belanja yang besar dibanding realisasi pendapatan pada triwulan IV 2011.

 

Page 24: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Ringkasan Eksekutif  

5  

Net ekspor diperkirakan akan turun. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk tahun 2011 secara umum rendah, dan tetap rendah hingga tahun 2012. Pertumbuhan volume perdagangan dunia diproyeksikan akan menurun dari 7,5% pada 2011 menjadi 5,8% pada 2012. Impor baik dari negara maju maupun negara berkembang diproyeksikan akan mengalami penurunan pada tahun 2012. 

Pertumbuhan kinerja sektor unggulan Sumatera Selatan diperkirakan akan sedikit turun. Harga komoditas unggulan khususnya subsektor perkebunan diperkirakan menurun pada tingkat tertentu, namun diperkirakan akan sedikit terkompensasi dengan kuantitas produksi yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, didukung oleh iklim yang lebih baik. Sementara itu, kinerja komoditas batubara diperkirakan masih stabil dengan risiko bias ke atas yang didukung oleh proporsi penjualan batubara yang lebih besar ke pasar domestik dan adanya ekspansi kapasitas pengangkutan batubara.

Sektor bangunan dan sektor tersier diperkirakan akan tumbuh tinggi pada triwulan IV 2011. Sektor bangunan masih akan terpengaruh oleh realisasi pengeluaran pemerintah maupun swasta. Tingkat okupansi hotel, jumlah penumpang penerbangan, serta jasa transportasi dan komunikasi akan meningkat signifikan sehubungan dengan penyelenggaraan SEA Games. Sejalan dengan itu, omset subsektor restoran juga akan mengalami peningkatan. Namun, terdapat risiko penurunan kinerja subsektor perdagangan akibat turunnya permintaan eksternal atas komoditas unggulan.

Inflasi tahunan akhir tahun akan menurun. Inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV akan menurun menjadi 4,25±0,5% dibandingkan triwulan III, sedangkan inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan turun signifikan menjadi 1,32±0,5%. Angka tersebut berada mendekati batas bawah target inflasi nasional yang sebesar 5±1%. Inflasi diperkirakan turun sampai dengan akhir tahun karena efek tahun dasar, dimana pada tahun lalu terjadi supply shock akibat anomali iklim.

Tekanan inflasi diperkirakan muncul melalui hambatan distribusi, dipicu penyelenggaraan Sea Games dan curah hujan tinggi. Pada saat penyelenggaraan SEA Games, kenaikan harga secara langsung diperkirakan terjadi sehubungan dengan meningkatnya permintaan Subsektor Hotel dan Subsektor Restoran. Hal tersebut dibarengi dengan curah hujan yang meningkat diperkirakan dapat menghambat distribusi barang di Sumatera Selatan.

Page 25: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Ringkasan Eksekutif

6  

Harga-harga volatile foods diperkirakan akan meningkat kembali. Sampai dengan Oktober, inflasi volatile foods sebesar 1,89% (mtm) atau sebesar 8,36% (yoy). Harga-harga volatile foods didorong oleh komoditas padi-padian dan bumbu-bumbuan. Pasokan cabe merah dari daerah sentra produksi ke pasar induk berkurang karena curah hujan yang tinggi. Di samping itu, masa panen beras sudah lama usai diikuti dengan keterlambatan musim hujan.

Variasi inflasi inti sampai dengan akhir tahun akan lebih dipengaruhi volatilitas harga emas. Survei pemantauan harga juga menunjukkan bahwa harga emas merupakan salah satu kontributor utama inflasi Palembang di triwulan III 2011. Peran emas sebagai safe haven alternatif menjadi sangat penting di saat dunia dilanda risk averse, dan membuat harganya fluktuatif. Pada bulan Oktober 2011, komponen inti terdeflasi sebesar 0,19% (mtm) seiring dengan turunnya harga emas. Hal tersebut berbeda dengan triwulan III 2011 dimana emas merupakan komoditas penyumbang inflasi terbesar. 

Kondisi perbankan pada triwulan IV 2011 diproyeksikan akan tetap stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2011, perkembangan indikator utama perbankan akan serupa dengan triwulan III, dimana walaupun tidak terjadi penurunan, namun terjadi perlambatan pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Hal ini utamanya disebabkan karena prospek permintaan komoditas unggulan yang tidak begitu baik pada tahun 2012. Pertumbuhan kredit diprediksi melambat menjadi sebesar 2,0 ± 1% (qtq) pada triwulan IV, dengan suku bunga perbankan yang semakin turun.  

NPL diprediksi akan meningkat, namun masih dibawah batas toleransi yang sebesar 5%. Harga komoditas unggulan yang memiliki kecenderungan turun selepas triwulan III ini diperkirakan mulai berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan data historis, harga karet internasional cenderung berkorelasi negatif dengan persentase NPL dengan lag sekitar 3-4 bulan. 

Page 26: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB

Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

5,3

6,0 5,9

6,0 6,1

4,8 5,0 5,2 5,4 5,6 5,8 6,0 6,2

15,0 15,5

16,0 16,5 17,0

17,5 18,0

III IV I II III

2010 2011

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy)

PersenRp Triliun

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

• Pertumbuhan ekonomi Sumsel triwulan III 2011 mencapai 6,1% (yoy) yang ditopang oleh kinerja positif sektor bangunan terkait dengan persiapan penyelenggaraan SEA Games XXVI.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Tahunan

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan III 2011 mengalami

peningkatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 6,0% (yoy) menjadi 6,1%

(yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan ini ditopang oleh sektor bangunan serta sektor

Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) terkait finalisasi pembangunan infrastruktur SEA

Games XXVI. Selain itu, kinerja sektor-sektor ekonomi ikutannya pun turut menciptakan

laju pertumbuhan ekonomi Sumsel pada tingkat yang moderat.

Nilai Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Provinsi Sumsel Atas Dasar

Harga Konstan (ADHK) 2000 sebesar

Rp17,7 triliun dengan nilai PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB) sebesar

Rp48,4 triliun. Meningkatnya

perekonomian terkonfirmasi oleh survei

bisnis yang masih menunjukkan

perkembangan yang positif walaupun

dibayangi penurunan harga komoditas

perkebunan karena perlambatan

ekonomi di negara-negara maju.

Namun demikian, survei tersebut juga menangkap tendensi terjadinya peningkatan

biaya operasional terutama akibat peningkatan biaya bahan baku, biaya energi, dan biaya

tenaga kerja. Selain itu, beberapa hal yang masih menjadi keluhan pelaku usaha adalah

lambannya penurunan tingkat suku bunga pinjaman perbankan dibandingkan dengan

penurunan BI Rate, sehingga spread antara BI Rate dan suku bunga pinjaman saat ini masih

tinggi. Hal tersebut dirasakan mengurangi daya saing perusahaan domestik dibandingkan

BAB 1  

Page 27: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

8

Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan (yoy) Sektoral

PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan

Usaha 2010 2011

III IV I II III

Pertanian 2.6 6.2 3.1 4.8 3.2

Pertambangan dan Penggalian 1.4 0.8 2.2 2.2 2.0

Industri Pengolahan 6.4 5.6 5.3 5.8 5.8

LGA 7.1 4.9 6.0 7.6 6.3

Bangunan 10.0 9.9 12.7 13.4 16.5

PHR 7.1 8.0 7.7 7.7 8.2

Pengangkutan & Komunikasi 15.0 12.2 12.0 10.0 11.1

Keuangan Persewaan & Js. Perusahaan

7.4 8.8 9.5 7.9 8.1

Jasa-jasa 5.8 7.6 8.1 5.3 7.4

Total PDRB 5.3 6.0 5.9 6.0 6.1

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.2 Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan

Perumahan di Sumatera Selatan

Sumber : Bank Indonesia

177.69 202.13

30.59 20.51 28.99

-

50.00

100.00

150.00

200.00

250.00

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

III IV I II III

2010 2011

Nominal Kredit Pertumbuhan Tahunan (yoy)

Rp Triliun % (yoy)

perusahaan asing yang memperoleh pembiayaan dalam valuta asing dengan suku bunga

yang rendah (Lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Masih Terjaga Walaupun dibayangi

Ancaman Perlambatan Ekonomi Dunia).

Kinerja perekonomian triwulan III

2011 berdasarkan komponen sektoral

ditandai dengan pertumbuhan

tahunan tertinggi pada sektor

bangunan dengan andil terhadap laju

pertumbuhan PDRB sebesar 1,3%.

Kinerja sektor bangunan

terus meningkat dibandingkan

pencapaian triwulan sebelumnya yang

mencapai 16,4% (yoy). Akselerasi

pertumbuhan di sektor ini terutama

didukung oleh pengerjaan proyek-

proyek terkait SEA Games.

Seiring dengan masih prospektifnya

pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RSH)

maupun geliat pengembangan kluster-kluster

perumahan ekslusif seiring pembangunan proyek

SEA Games telah mendorong penyaluran kredit di

sektor konstruksi dan perumahan. Kredit di sektor

tersebut mengalami pertumbuhan cukup

signifikan yakni sebesar 28,99% (yoy) mencapai

angka Rp5,93 triliun. Rata-rata akselerasi

kreditsektor konstruksi dan perumahan tercatat

sebesar 70,55% (yoy) dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

Page 28: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

9

KONDISI USAHA MASIH TERJAGA WALAUPUN DIBAYANGI ANCAMAN PERLAMBATAN EKONOMI DUNIA*)

Memasuki paruh kedua tahun 2011, perkembangan dunia usaha di Provinsi Sumatera Selatan masih menunjukkan perkembangan yang positif meski telah terjadi penurunan harga komoditas perkebunan karena perlambatan ekonomi di negara-negara maju. Walaupun pengaruh perlambatan pertumbuhan masih belum dirasakan pelaku usaha, namun dampak pelemahan ekonomi negara-negara maju telah menjadi perhatian khusus pelaku usaha yang dampaknya diperkirakan terasa pada awal tahun 2012. Beberapa sektor atau subsektor masih mengalami peningkatan penjualan yang ditopang oleh permintaan domestik yang masih cukup kuat. Positifnya angka pertumbuhan penjualan dicapai oleh sebagian perdagangan ritel, jasa pengangkutan dan perusahaan pembiayaan. Relatif masih tingginya harga komoditas kelapa sawit dan karet walaupun kini menghadapi sedikit penurunan, membawa pengaruh yang positif terhadap penjualan sektor perdagangan ritel. Peningkatan penjualan bisa mencapai 30-50% untuk produk-produk fresh food dan fashion. Sementara itu, permintaan luar negeri masih menunjukkan pertumbuhan walaupun terjadinya keterbatasan bahan baku pada beberapa subsektor menjadi kendala untuk peningkatan penjualan lebih tinggi. Di sisi investasi, pelaku usaha tetap melakukan investasi jangka pendek maupun jangka panjang melalui pembukaan kantor cabang baru dan penambahan fasilitas usaha untuk mendorong pengembangan usaha ke depan. Beberapa hal yang masih menjadi keluhan pelaku usaha adalah lambannya penurunan tingkat suku bunga pinjaman perbankan dibandingkan dengan penurunan BI Rate, sehingga spread antara BI Rate dan suku bunga pinjaman saat ini masih tinggi. Hal tersebut juga mengurangi daya saing perusahaan domestik dibandingkan perusahaan asing yang memperoleh pembiayaan dalam valuta asing dengan suku bunga yang rendah. Sementara itu, beberapa kendala yang terkait dengan pengembangan subsektor perkebunan antara lain (i) banyaknya tanaman tua dan rusak, serta bibit tanaman yang bukan dari klon unggulan pada perkebunan rakyat, (ii) banyaknya lahan yang belum dimanfaatkan sesuai Hak Guna Usaha (HGU) dan masih terdapat lahan perkebunan rakyat yang berada pada kawasan hutan, dan (iii) potensi terjadinya konflik kepemilikan lahan kelapa sawit antara perusahaan dan masyarakat.

Suplemen 1

*) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha

Page 29: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

10

Kapasitas utilisasi kontak relatif stabil, namun keterbatasan bahan baku menyebabkan beberapa subsektor tidak optimal dalam pemanfaatan kapasitas terpasang yang dimiliki. Di sisi lain, jumlah tenaga kerja relatif bertambah seiring dengan semakin bertambahnya aktivitas usaha. Hal tersebut terjadi pula pada subsektor jasa pengangkutan laut yang pada tahun ini menambah jumlah karyawannya seiring dengan penambahan alat berat di terminal peti kemas. Walaupun demikian, pengurangan tenaga kerja masih terjadi pada beberapa pelaku usaha. Pengurangan pegawai dilakukan oleh beberapa pelaku usaha subsektor perdagangan walaupun jumlahnya tidak terlalu besar terkait dengan pensiun. Biaya operasional secara umum mengalami kenaikan seiring dengan kenaikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya energi. Share biaya energi khususnya tarif listrik bagi subsektor air bersih mendominasi mencapai sekitar 30%. Tingginya biaya produksi dan distribusi membuat beberapa pelaku usaha menaikkan harga jual atau tarif layanan. Terkait dengan penyelenggaraan SEA Games yang akan berlangsung pada bulan November 2011 di Sumatera Selatan, pelaku usaha di bidang jasa perhotelan berencana untuk menaikkan tarif bagi tamu individu pada kisaran 10-30%. Kenaikan harga juga terjadi di sektor bangunan, diantaranya yaitu naiknya harga jual rumah.

Page 30: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

11

Grafik 1.3 Pertumbuhan Jumlah Pelanggan dan

Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan

Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah

10.0 10.5 11.0 11.5 12.0 12.5 13.0 13.5

-2 4 6 8

10 12 14 16

III IV I II III

2010 2011

%, yoy

Pertumbuhan Penjualan Air Bersih

Pertumbuhan Jumlah Pelanggan (Aksis Kanan)

%,yoy

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tahunan sebesar

11,1% (yoy). Seperti kondisi periode sebelumnya, kinerja subsektor komunikasi masih

memberikan andil yang cukup besar dalam mendorong peningkatan kinerja sektor

pengangkutan dan komunikasi dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, kondisi cuaca

yang relatif lebih baik telah mendorong aktivitas perekonomian di subsektor pengangkutan

sehingga mengalami peningkatan kinerja tahunan.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan

tahunan yang relatif tinggi yakni sebesar 8,1% (yoy). Tingginya kinerja sektor keuangan

tidak terlepas dari perkembangan sektor perbankan yang cukup baik (pembahasan lebih

lanjut sektor ini dibahas pada bab mengenai Perkembangan Perbankan Daerah).

Seiring dengan pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan,

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami pertumbuhan sebesar

8,2% (yoy). Hasil survei bisnis menunjukkan tingkat permintaan di subsektor perdagangan

ritel terutama barang untuk kebutuhan rumah tangga masih cukup baik. Sementara itu, hasil

survei pada subsektor perhotelan menunjukkan peningkatan tingkat hunian menjadi 80%.

Bahkan perkiraan ke depan akan menembus angka 100% seiring event SEA Games XXVI.

Sementara itu, permintaan terhadap jasa angkutan, jasa layanan periklanan, dan jasa logistik

pada sektor jasa-jasa mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan aktivitas

perdagangan dan aktivitas perekonomian yang dilakukan perusahaan maupun individu.

Sektor Listrik, Gas Kota, dan Air

Bersih (LGA) tumbuh sebesar 6,3% (yoy),

sedikit mengalami perlambatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya

yang mencapai 7,6% (yoy). Namun

demikian, data penjualan air bersih dan

jumlah pelanggan air bersih tercatat terus

mengalami peningkatan. Penjualan air

bersih tercatat meningkat dari sebesar

12,46% (yoy) pada triwulan sebelumnya

menjadi 13,71% (yoy).

Page 31: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

12

Grafik 1.4 Perkembangan Lifting Minyak Bumi

Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

6.22 6.05 5.96 5.33

4.35

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

III IV I II III

2010 2011

Juta Barel

Grafik 1.5 Perkembangan Lifting Gas Bumi

Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

146.22 140.57 138.12 135.86

97.08

020406080

100120140160

III IV I II III

2010 2011

MMBTU

Kinerja sektor industri pengolahan tidak mengalami perubahan dibanding

triwulan sebelumnya yakni tetap tumbuh sebesar 5,8% (yoy). Menurunnya harga

komoditas unggulan di pasar internasional diyakini menjadi penyebab kuat stagnannya

pertumbuhan sektor industri pengolahan ketika pasokan bahan baku mulai meningkat

seiring kondusifnya cuaca.

Sektor pertanian tumbuh sebesar 3,2% (yoy) atau mengalami perlambatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 4,8% (yoy). Serupa dengan kinerja

yang dibukukan sektor industri, penurunan harga komoditas di pasar dunia menjadi

penyebab utama memburuknya kinerja sektor pertanian.

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang

mengalami pertumbuhan tahunan paling rendah yakni sebesar 2,0% (yoy). Dari subsektor

pertambangan migas diperoleh informasi bahwa lifting minyak mengalami penurunan

sebesar 29,95% (yoy). Kondisi tersebut lebih buruk dibandingkan pencapaian triwulan

sebelumnya yang mengalami penurunan lifting sebesar 17,63% (yoy). Sementara itu, lifting

gas bumi turun sebesar 33,61% (yoy) atau mengalami penurunan kinerja dibandingkan

pencapaian triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan lifting sebesar 4,75% (yoy).

Page 32: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

13

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq) Sektoral

PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Lapangan Usaha 2010 2011

III IV I II III

Pertanian 15.2 (18.1) 0.4 10.6 13.5

Pertambangan dan Penggalian 1.6 (1.8) 0.3 2.2 1.3

Industri Pengolahan 3.2 0.7 (1.0) 2.9 3.2

LGA 3.3 (0.4) 0.3 4.2 2.1

Bangunan 5.2 2.4 (0.2) 8.4 5.2

PHR 5.7 (1.1) 0.1 3.1 6.1

Pengangkutan & Komunikasi

4.4 2.5 1.0 2.0 5.3

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

2.2 3.2 1.6 0.7 2.4

Jasa-jasa 0.3 1.5 0.7 2.7 2.3

Total PDRB 5.5 (3.7) 0.1 4.5 5.4

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.6 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB

Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

5,5

(3,7)

0,1

4,5 5,4

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

15,0

15,5

16,0

16,5

17,0

17,5

18,0

III IV I II III

2010 2011

Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan (qtq)

PersenRp Triliun

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Sektoral Secara Triwulanan

Perekonomian Sumatera Selatan secara triwulanan mengalami pertumbuhan sebesar 5,4%

(qtq). Kondisi tersebut lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mengalami pertumbuhan

sebesar 4,2% (qtq). Penyebab utama

membaiknya pertumbuhan ekonomi

secara triwulanan adalah

meningkatnya kinerja sektor

pertanian, terutama subsektor

perkebunan seiring semakin

kondusifnya kondisi cuaca bagi

sektor pertanian.

Kinerja perekonomian triwulanan pada triwulan III 2011 ditandai dengan

pertumbuhan positif di seluruh sektor ekonomi. Kondisi cuaca yang semakin kondusif

dengan curah hujan yang relatif rendah menjadi kunci utama membaiknya perekonomian

Sumatera Selatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun dibayangi penurunan

harga komoditas.

Page 33: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

14

Grafik 1.7 Kontribusi Sektor Ekonomi PDRB

Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

20,8% 20,5%

16,7%

0,5%

8,8%14,1%

5,9%

4,2%

8,4%

PERTANIANPERTAMBANGAN & PENGGALIANINDUSTRI PENGOLAHAN

LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIHBANGUNANPERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORANPENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASIKEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAANJASA-JASA

Grafik 1.9 Perkembangan Harga Tandan Buah Segar

di Sumatera Selatan

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah

13.10

40.28 38.68

25.12

8.42

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

III IV I II III

2010 2011

Harga TBS Pertumbuhan Tahunan (yoy) - Aksis Kanan

Rp/Kg %

Dari segi pangsa, sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang

PDRB yang paling besar dengan pangsa

sebesar 20,5%. Kontribusi sektor tersebut

mengalami penurunan setelah pada

triwulan sebelumnya tercatat memberikan

sumbangan sebesar 21,4%.

Sektor pertanian tercatat sebagai

sektor ekonomi yang mencatat kinerja

pertumbuhan triwulanan paling tinggi

yakni sebesar 13,5% (qtq). Kondisi

tersebut jauh lebih baik dibandingkan

pencapaian triwulan sebelumnya yang

mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 10,6% (qtq). Curah hujan yang lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya berdampak positif terhadap produktivitas subsektor

tanaman bahan makanan yang terlihat dari meningkatnya luas panen padi sebagaimana

data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi

Sumatera Selatan.

Seiring dengan kinerja subsektor tabama, kinerja subsektor perkebunan juga

mengalami peningkatan seiring masa panen yang terjadi terutama pada tanaman kelapa

sawit. Namun demikian, panen yang terjadi berakibat negatif terhadap harga Tandan Buah

Segar (TBS) yang terus mengalami penurunan di tingkat petani yang juga dipengaruhi

sentimen negatif penurunan harga secara global.

Grafik 1.8 Perkembangan Curah Hujan

di Sumatera Selatan

Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten

12.66 14.11 

11.71  11.78 

5.31 

0

2

4

6

8

10

12

14

16

0

50

100

150

200

250

300

III IV I II III

2011

Rata-rata Curah Hujan

Rata-rata Hari Hujan (Aksis Kanan)

harimili meter

Page 34: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

15

Tabel 1.3 Perkembangan Luas Tanam dan Luas Panen Padi Sumatera Selatan

Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 1.10 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru

di Sumatera Selatan

Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

III IV I II III

2011

unitunit

TRUK MOBIL MOTOR (Axis Kanan)

Kinerja sektor Perdagangan,

Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami

pertumbuhan sebesar 6,1% (qtq) yang

diperkirakan sebagai dampak meningkatnya

konsumsi di subsektor perdagangan besar &

eceran. Kondisi yang sama terjadi pada

tingkat hunian hotel yang juga diperkirakan

mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Di sisi lain, data

pendaftaran kendaraan baru dari Dispenda

Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan

terjadinya peningkatan pendaftaran mobil

dan motor baru masing-masing sebesar 11,59% dan 19,73% (qtq).

Page 35: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

16

Grafik 1.13 Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

(4.49)

10.02

(2.23)

8.40

2.40

(6)

(4)

(2)

-

2

4

6

8

10

12

270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370

III IV I II III

2010 2011

Jumlah (ton) Pertumbuhan (qtq)

PersenRibu Ton

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan triwulanan

sebesar 5,3% (qtq). Kondisi tersebut lebih baik dibandingkan dengan torehan kinerja pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 1,9% (qtq). Meningkatnya jumlah pengguna dan barang

yang dimuat pada subsektor pengangkutan laut menjadi salah satu indikator yang

menunjukkan kondisi tersebut. Data dari PT. Angkasa Pura II dan dari PT. Pelindo

menunjukkan tingkat aktivitas angkutan penumpang yang mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Kinerja sektor bangunan tumbuh sebesar 5,2% (qtq), sedikit mengalami

perlambatan dibandingkan kinerja triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1%

(qtq). Hampir selesainya pembangunan

venue-venue yang akan digunakan pada

kegiatan SEA Games telah memberikan andil

yang cukup besar terhadap deselerasi kinerja

sektor bangunan. Hal tersebut juga

terkonfirmasi dari data Asosiasi Semen

Indonesia yang menunjukkan terjadinya

perlambatan pertumbuhan penjualan semen

dari sebesar 8,4% (qtq) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 2,4% (qtq).

Grafik 1.12 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut

Pelabuhan Boom Baru Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : PT. Pelindo Boom Baru, diolah

-

1

2

-20 40 60 80

100 120 140

III IV I II III

2010 2011

Arus Penumpang (Aksis Kiri)Arus Barang BongkarArus Barang Muat

Ribu Orang Juta Ton

Grafik 1.11 Perkembangan Penumpang Angkutan Udara

di Sumatera Selatan

Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah

-

5

10

15

20

25

-100 200 300 400 500 600 700

III IV I II III

2010 2011

Penumpang Domestik (aksis kiri)Penumpang Internasional (aksis kanan)

Ribu Orang Ribu Orang

Page 36: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

17

Kinerja sektor industri pengolahan meningkat sebesar 3,2% (qtq), mengalami

perbaikan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan

triwulanan sebesar 2,9% (qtq). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, kondisi

cuaca yang semakin kondusif menjadi pendorong meningkatnya persediaan bahan baku

walaupun industri tersebut masih dihadapkan pada tingginya tingkat persaingan usaha

akibat banyaknya pelaku usaha pada sektor tersebut.

Meningkatnya pasokan karet dunia dan turunnya permintaan karet dunia telah

menyebabkan penurunan rata-rata harga karet di pasar internasional menjadi USD485,55

cent/kg atau turun sebesar 10,88% (qtq) dibandingkan rata-rata harga pada triwulan

sebelumnya yang sebesar USD544,83 cent/kg. Sementara itu, rata-rata harga CPO dunia

tercatat sebesar USD1.023,64/metrik ton atau mengalami penurunan sebesar 7,75%

dibandingkan dengan harga rata-rata pada triwulan sebelumnya.

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mencatat kinerja

pertumbuhan triwulanan sebesar 2,4% (qtq). Kinerja tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya yang hanya mengalami pertumbuhan

triwulanan sebesar 0,7% (qtq). Seiring dengan sektor keuangan, sektor jasa-jasa sebagai

sektor pendukung perekonomian tercatat mengalami peningkatan sebesar 2,3% (qtq).

Walaupun demikian, kondisi tersebut mengalami sedikit perlambatan dibandingkan kondisi

triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan triwulanan sebesar 2,7% (qtq).

Grafik 1.14 Perkembangan Harga Karet

di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

371.00

434.67

550.75544.83

485.55

150200250300350400450500550600

III IV I II III

2010 2011

USD cent/kg

Sumber : Bloomberg

Grafik 1.15 Perkembangan Harga CPO

di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

838.57

1,051.371,205.14

1,109.681,023.64

300400500600700800900

1,0001,1001,2001,300

III IV I II III

2010 2011

USD/Metrik Ton

Sumber : Bloomberg

Page 37: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

18

Grafik 1.18 Perkembangan Harga Batu Bara

di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

67.95

70.94

77.0878.73

80.02

606264666870727476788082

III IV I II III

2010 2011

USD/Metrik Ton

Kinerja sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh sebesar 2,1% (qtq),

mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai pertumbuhan

triwulanan sebesar 4,2% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya

pertambahan jumlah pelanggan listrik dan air bersih sebagaimana dilaporkan instansi

terkait.

Sektor pertambangan dan penggalian tercatat sebagai sektor ekonomi yang

mengalami pertumbuhan triwulanan paling rendah yakni sebesar 1,3% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya. Rata-rata harga minyak bumi tercatat di level USD89,71/barrel atau

mengalami penurunan sebesar 12,49% (qtq). Sementara itu, batubara yang merupakan

alternatif sumber energi mengalami kenaikan harga. Rata-rata harga batu bara di pasar

internasional pada triwulan ini tercatat di level USD80,02/metrik ton atau mengalami

peningkatan sebesar 1,64% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya.

Grafik 1.16 Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan

Sumber : PT. PLN WS2JB, diolah

2.50 2.60 2.70 2.80 2.90 3.00 3.10 3.20

600 620 640 660 680 700 720 740 760 780

III IV I II III

2011

Pemakaian Listrik (KWH)Pelanggan (Aksis Kanan)

Juta Juta

Grafik 1.17 Perkembangan Jumlah Pelanggan

dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan

Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah

420 430 440 450 460 470 480 490 500 510 520

13.0

13.5

14.0

14.5

15.0

15.5

16.0

16.5

III IV I II III

2010 2011

Juta

Penjualan Air Bersih (M3)

Jumlah Pelanggan (Aksis Kanan)

Ribu Orang

Grafik 1.19 Perkembangan Harga Minyak Bumi

di Pasar Internasional

Sumber: Bloomberg

76.01

85.10 93.93102.52

89.71

2030405060708090

100110

III IV I II III

2010 2011

Harga Minyak WTI, USD/Barrel

Page 38: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

19

Grafik 1.20 Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian

(Konsumsi) Barang Tahan Lama

Sumber : Survei Konsumen KBI Palembang

100.78 92.22106.00

88.33 91.40

0

20

40

60

80

100

120

III IV I II III

2010 2011

Inde

ksO

ptim

isPe

sim

is

1.3. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Tahunan

Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh konsumsi

rumah tangga dengan pertumbuhan sebesar 5,8%. Kegiatan ekspor mengalami

peningkatan sebesar 13,5% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan kondisi pada

triwulan sebelumnya yang sebesar 13,2% (yoy). Sementara itu, impor mengalami akselerasi

dengan pertumbuhan tahunan sebesar 17,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan kinerja

tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,5% (yoy).

Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2010 –2011 (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Konsumsi secara umum mengalami perlambatan dibandingkan triwulan

sebelumnya menjadi 6,2% (yoy) dari 6,8% (yoy). Kondisi tersebut terkonfirmasi juga

melalui hasil survei konsumen yang menunjukkan masih pesimisnya indeks konsumsi.

Berdasarkan komponen konsumsi,

konsumsi rumah tangga meningkat

sebesar 5,8% (yoy). Konsumsi lembaga

swasta nirlaba tumbuh sebesar 1,6% (yoy)

atau mengalami percepatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

1,2% (yoy), sedangkan konsumsi

pemerintah meningkat sebesar 9,5% (yoy).

Sementara itu, investasi tercatat tumbuh

sebesar 11,9% (yoy), mengalami

perlambatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,8% (yoy).

III IV I II III

1. Konsumsi Rumah Tangga 4,1 6,1 6,4 6,4 5,8

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (7,0) 1,1 0,8 1,2 1,6

3. Konsumsi Pemerintah 1,3 16,1 17,3 10,7 9,5

4. Investasi 8,8 7,1 8,9 12,8 11,9

5. Ekspor Barang dan Jasa 23,8 8,4 19,2 13,2 13,5

6. Impor Barang dan Jasa 17,7 12,9 15,7 12,5 17,6

TOTAL 5,3 6,0 5,9 6,0 6,1

20112010Penggunaan

Page 39: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

20

Grafik 1.22 Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan

Sumber : Pertamina UPMS II Palembang

0.00.20.40.60.81.01.21.41.61.82.0

-

50

100

150

200

250

III IV I II III

2010 2011

Premium Solar M. Tanah (Aksis Kanan)

Kilo Liter Kilo Liter

Grafik 1.21 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar

Sumber : Bank Indonesia, diolah

8,999.02 8,962.97 8,903.80

8,590.37 8,610.25

8,500 8,600 8,700 8,800 8,900 9,000 9,100 9,200 9,300 9,400 9,500

III IV I II III

2010 2011

Rupiah/USD

1.4. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sisi Penggunaan Secara Triwulanan

Komponen PDRB Penggunaan yang

mengalami pertumbuhan triwulanan

paling tinggi adalah impor dengan

pertumbuhan sebesar 7,5% (qtq).

Tingginya pertumbuhan impor

diperkirakan terkait erat dengan nilai

tukar rupiah yang terus menguat

terhadap dolar Amerika Serikat.

Penguatan nilai mata uang rupiah

dalam kurun waktu satu tahun

terakhir rata-rata sebesar 1,09%

setiap triwulannya.

Konsumsi mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 3,4% (qtq). Kondisi tersebut

lebih baik dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi

pertumbuhan sebesar 2,6% (qtq).

Membaiknya kinerja triwulanan

sisi konsumsi terutama

disebabkan meningkatnya

konsumsi swasta nirlaba dan

konsumsi pemerintah.

Meningkatnya konsumsi

pemerintah diyakini berhubungan

erat dengan realisasi penyerapan

belanja APBD selama periode

laporan. Sementara itu, kinerja

konsumsi rumah tangga dan

swasta nirlaba mencatatkan peningkatan masing-masing sebesar 2,5% (qtq) dan 2,6%

(qtq) seiring perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kondisi tersebut mengalami peningkatan

dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang masing-masing hanya sebesar 2,2% (qtq).

Page 40: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

21

Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2010 –2011 (%)

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

1.5. Struktur Ekonomi

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor

pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 40,4%.

Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan kondisi tahun sebelumnya.

Peningkatan pangsa di sektor primer terutama didorong peningkatan pangsa sektor

pertambangan dan penggalian dari sebesar 20,6% menjadi 22,8%.

Sektor sekunder sedikit

mengalami penurunan dibandingkan tahun

sebelumnya, yakni menjadi sebesar 29,9%.

Pangsa subsektor sektor bangunan

mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya menjadi 7,3%,

sedangkan subsektor industri pengolahan

mengalami penurunan menjadi sebesar

22,1%. Sementara itu, subsektor LGA

relatif tidak mengalami perubahan.

Pangsa sektor tersier mengalami penurunan yakni menjadi 29,7%. Pada sektor ini

hanya subsektor PHR dan subsektor keuangan yang tidak mengalami perubahan pangsa.

Sementara itu pangsa subsektor lainnya mengalami penurunan. Pangsa subsektor

pengangkutan dan subsektor jasa-jasa masing-masing turun menjadi 4,2% dan 9,4%.

III IV I II III

1. Konsumsi Rumah Tangga 3,1 0,9 0,0 2,2 2,5

2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 2,2 (2,0) (1,2) 2,2 2,6

3. Konsumsi Pemerintah 9,9 18,5 (19,4) 10,9 3,4

4. Investasi 3,9 3,6 (0,0) 4,8 3,1

5. Ekspor Barang dan Jasa 0,8 4,3 2,1 1,1 (0,4)

6. Impor Barang dan Jasa 2,8 2,8 2,1 4,3 7,5

TOTAL 5,5 (3,7) 0,1 4,5 5,4

20112010Penggunaan

Grafik 1.23 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Page 41: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

22

Dari sisi penggunaan, walaupun secara struktural komponen konsumsi masih

memperlihatkan peran yang dominan pada PDRB Sumsel, namun pangsa komponen

tersebut mengalami penurunan menjadi 69,6% dibandingkan pangsa periode yang sama

tahun sebelumnya yang mencapai 71,4%.

Meningkatnya pangsa ekspor yang relatif tinggi berpengaruh cukup signifikan

terhadap peningkatan pangsa komponen eksternal menjadi 5,2%, tercatat sedikit lebih

rendah dibandingkan pangsa pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar

5,5%. Di sisi lain, komponen internal mengalami penurunan pangsa dibandingkan kondisi

tahun sebelumnya yakni menjadi 94,5%.

Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (%)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Tabel 1.7 Struktur Ekonomi Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan (%)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1.24 Perkembangan Net Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

5,5

1,0 1,0

2,4

5,2

0,0

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

0,05,0

10,015,020,025,030,035,040,045,0

III IV I II III

2010 2011

Ekspor Impor Net Ekspor (Aksis Kanan)

Persen Persen

Page 42: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

23

Tabel 1.8 Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah

1.6. Perkembangan Ekspor Impor

1.6.1. Perkembangan Ekspor

Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Juni 2011 - Agustus 2011) tercatat sebesar

USD1.152,90 juta, meningkat sebesar 46,79% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada

periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD785,43 juta. Dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, nilai ekspor tercatat turun 9,26% (qtq) dari sebesar USD1.1270,55

juta. Menurunnya ekspor dibandingkan triwulan sebelumnya sangat dipengaruhi oleh

turunnya ekspor karet. Nilai ekspor karet tercatat mengalami penurunan sebesar 11,84%

(qtq) yang disebabkan berkurangya permintaan dan juga penurunan harga di pasar global.

Namun demikian, pangsa nilai ekspor terbesar masih didominasi oleh komoditas karet

dengan pangsa sebesar 85,89%.

Nilai ekspor Sumsel tahun 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 (ytd) tercatat

sebesar USD3.238,32 juta, meningkat sebesar 80,26% (yoy) dibandingkan dengan posisi

yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD1.796,43 juta.

Tabel 1.9

Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan volume, ekspor pada periode laporan tercatat sebesar 1.441,58 ribu

ton, naik 62,29% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 888,25 ribu ton. Sementara dibandingkan triwulan sebelumnya, mengalami

penurunan sebesar 0,68% (qtq) dari sebesar 1.451,38 ribu ton.

Page 43: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

24

Volume ekspor Sumsel tahun 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 (ytd)

tercatat sebesar 3.748,48 ribu ton atau meningkat sebesar 117,06% (yoy) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.726,92 ribu ton.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor ke Amerika Serikat pada triwulan ini tercatat

paling tinggi dengan pangsa sebesar 29,59%. Sementara itu pangsa ekspor ke Cina

mengalami sedikit peningkatan dari sebesar 15,99% pada triwulan sebelumnya menjadi

15,95%.

Grafik 1.25 Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Bank Indonesia

Grafik 1.26 Perkembangan Volume Ekspor

Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Bank Indonesia

Grafik 1.27 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Negara Tujuan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter

Bank Indonesia

Grafik 1.28 Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan

Negara Tujuan Jun 11 - Agt 11

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Page 44: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

25

Tabel 1.11 Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

1.6.2. Perkembangan Impor

Nilai impor periode Juni 2011 - Agustus 2011 tercatat sebesar USD145,90 juta, meningkat

63,69% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

USD89,13 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan nilai impor

sebesar 11,49% (qtq) dari sebesar USD130,86 juta. Peningkatan nilai impor secara

triwulanan diduga terkait erat dengan meningkatnya impor mesin pembangkit seiring

persiapan gelaran SEA Games XXVI. Impor mesin pembangkit tercatat meningkat sebesar

710,82% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Nilai impor Sumsel tahun 2011 sampai dengan bulan Agustus 2011 (ytd) tercatat

sebesar USD363,48 juta, meningkat sebesar 41,80% (yoy) dibandingkan dengan posisi

yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD256,33 juta.

Volume impor pada periode ini tercatat sebesar 144,07 ribu ton atau meningkat

sebesar 37,15% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar 105,05 ribu ton. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor

tercatat mengalami penurunan sebesar 5,81% (qtq) dari sebesar 152,97 ribu ton.

Tabel 1.10 Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD)

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Page 45: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

26

Pangsa negara asal impor terbesar pada periode ini tetap didominasi Cina yakni

sebesar 21,81%, kemudian disusul oleh Amerika Serikat dengan pangsa sebesar 15,69%,

dan Malaysia dengan pangsa sebesar 7,22%. Sementara itu, pangsa negara asal impor

terbesar selama tahun 2011 hingga Agustus 2011 adalah Cina dengan pangsa sebesar

26,09%.

Grafik 1.31 Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan

Berdasarkan Negara Asal

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.32 Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan

Negara Asal Jun 11-Agt 11

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.29 Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Grafik 1.30 Perkembangan Volume Impor

Provinsi Sumatera Selatan

Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

Page 46: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

27

RENDAHNYA EKSPEKTASI KONSUMEN MENJADI PENYEBAB TURUNNYA INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PALEMBANG

I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Selama Triwulan III 2011

Tingkat Keyakinan Konsumen di Kota Palembang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan III 2011 secara umum mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan tercatat 119,84, turun dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencapai 120,26. Menurunnya IKK sangat dipengaruhi oleh turunnya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 133,98 pada triwulan sebelumnya menjadi 130,42. Sementara itu, Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) naik ke level 109,27 dari sebelumnya yang sebesar 106,53.

Grafik 1.

IKK, IKESI, IEK Tahun 2010 - 2011

20 

40 

60 

80 

100  

120  

140  

160  

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

IKK IKESI IEK

Op

timis

Pesi

mis

Suplemen 2

Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak Januari 1999. Di kota Palembang survei dilaksanakan sejak tahun 2001 terhadap 300 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis.

Page 47: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

28

Beberapa hal yang menjadi perhatian utama konsumen Palembang antara lain: ketersediaan lapangan kerja dan menurunnya penghasilan (lihat grafik 2).

Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen Tahun 2010 - 2011

II. Keyakinan Konsumen

Secara umum IKK selama periode laporan mengalami fluktuasi. Pada bulan Juli tercatat sebesar 113,27, dengan IKESI dan IEK masing-masing 110,10 dan 126,43. Pada bulan Agustus mengalami lonjakan peningkatan menjadi sebesar 126,92 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 120,00 dan 133,83. Sementara itu, IKK pada bulan September turun ke level 119,35 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 107,70 dan 131,00.

2.1 Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi

Mayoritas responden menilai bahwa kondisi ekonomi selama periode laporan relatif tidak berubah dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hal itu terkonfirmasi dari besarnya persentase responden yang berpendapat demikian, yakni sebesar 42,56%. Sementara responden yang menyatakan lebih baik sebanyak 38,11%.

2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja

Dari sisi ketersediaan lapangan kerja, 41,78% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini sama dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Sementara itu lebih dari seperempat jumlah responden yakni mencapai 39,67% berpendapat bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Meningkatnya pesimisme responden terhadap ketersediaan lapangan kerja terus berlanjut hingga 6 bulan mendatang yang ditunjukkan dengan 36,22% responden yang berkeyakinan bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk.

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Penghasilan saat ini dibandingkan 6  bln yang lalu

Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad

Ketersediaan lapangan  kerja saat ini

Ketersediaan lapangan  kerja 6 bulan yad

Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lamaKondisi ekonomi 6  bulan yad

Op

timis

Pesi

mis

Page 48: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

29

2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Sebanyak 46,11% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka saat ini sama jika dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hanya sekitar 8,67% responden yang berpendapat bahwa peghasilannya lebih buruk. Seiring dengan optimisme kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), mayoritas responden dengan pangsa sebesar 58,89% berkeyakinan bahwa penghasilan mereka pada 6 bulan mendatang akan lebih baik.

2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang

Mayoritas responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang akan terus mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 77,56% responden yang berpendapat bahwa harga-harga akan naik. Bahkan sebanyak 26,89% responden berkeyakinan bahwa harga pada 3 bulan mendatang akan naik secara signifikan. III. Profil Responden

3.1 Profil Responden Bulan Juli 2011

Profil responden pada bulan Juli 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang

Periode Bulan Juli 2011

Page 49: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 1 - Perkembangan Ekonomi Makro Regional

30

3.2 Profil Responden Bulan Agustus 2011

Profil responden pada bulan Agustus 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan Agustus 2011

3.3 Profil Responden Bulan September 2011

Profil responden pada bulan September 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3

Profil Responden Survei Konsumen Kota Palembang Periode Bulan September 2011

Page 50: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

PERKEMBANGAN INFLASI PALEMBANG

• Tekanan inflasi kembali memperlihatkan tren penurunan karena membaiknya kondisi pasokan barang, langkah antisipatif pelaku usaha dalam menyikapi kenaikan permintaan menjelang lebaran, dan Operasi Pasar persisten yang dilakukan oleh Bulog Divre Sumatera Selatan.

• Kendati tekanan inflasi mengalami penurunan, kenaikan harga emas merupakan salah satu penyumbang inflasi.

2.1. Inflasi Secara Umum

Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan III 2011 sebesar 4,59% (yoy), atau lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sempat mencapai 5,10% (yoy). Tekanan

inflasi periode ini tetap terkendali baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran. Kondisi

cuaca yang lebih baik dari tahun sebelumnya telah mendukung kegiatan produksi

(khususnya di sektor pertanian) dan distribusi. Di sisi lain, dampak penurunan harga

komoditas di pasar internasional tidak terhindarkan berkorelasi terhadap penurunan

pendapatan dan pengeluaran masyarakat sehingga setidaknya telah memberikan andil

terciptanya tren penurunan inflasi.

Tren penurunan dan capaian inflasi pada triwulan III 2011 masih konsisten dengan

proyeksi Bank Indonesia Palembang sebagaimana pernah ditulis pada laporan triwulan

sebelumnya. Dalam laporan disebutkan bahwa proyeksi inflasi triwulan III akan bergerak

pada kisaran 4,87± 0,5%. Hal yang yang sama juga terjadi untuk proyeksi inflasi nasional,

yang mana capaian inflasi nasional pada periode yang sama masih berada dalam kisaran

5±1%.

Jika dilihat dari sumber tekanan, inflasi periode triwulan III terutama digerakkan oleh

faktor musiman yakni bulan puasa dan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1432H. Namun kondisi

ketersediaan barang kebutuhan pokok yang lebih baik membuat inflasi relatif terkendali. Di

akhir triwulan III, inflasi bulanan kota Palembang tercatat sebesar 0,59%, atau lebih rendah

dibandingkan angka Juni 2011 dimana sempat terjadi inflasi sebesar 0,65% (mtm), bahkan

jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 0,95% (mtm).

BAB 2  

Page 51: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

32

Grafik 2.3

Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 2.4

Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi Bank Indonesia

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang

dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang

dan Nasional

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 52: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

33

Setelah melewati masa panen pada triwulan I dan II, kenaikan permintaan barang

dan jasa sehubungan bulan puasa dan perayaan Idul Fitri 1432H, tekanan inflasi tidak lebih

besar dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya. Hal itu disebabkan oleh relatif

berkurangnya kejutan (shock) di sisi pasokan. Selain itu juga, Bulog Divre Sumsel yang

bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan dan

Pemerintah Kota Palembang juga telah mengawal harga beras hingga berada pada tingkat

yang terkendali melalui operasi pasar dengan jumlah yang sangat besar dibandingkan

penyaluran per bulan pada tiga tahun terakhir.

Berdasarkan pemilihan rincian (disagregasi) inflasi bulanan, diketahui bahwa

tekanan inflasi pada triwulan III banyak dipengaruhi oleh komponen core inflation dan

komponen volatile foods namun dengan magnitude yang mengecil. Hal tersebut

ditunjukkan dengan selisih inflasi volatile foods terhadap komponen core semakin menipis

dibandingkan periode sebelumnya.

Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi Tahunan

Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Bulanan

Grafik 2.7

Inflasi Tahunan Aktual Vs. Historis

Page 53: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

34

Inflasi volatile foods di akhir triwulan III menjadi 5,86% (yoy), atau turun

dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,12% (yoy). Sebaliknya, inflasi core

pada triwulan III menjadi 5,01% (yoy), atau meningkat dari sebesar 4,48% (yoy) pada

triwulan sebelumnya.

Berdasarkan kelompok barang, kelompok sandang mencatat inflasi tahunan

tertinggi hingga mencapai 12,49% (yoy), diikuti oleh kelompok bahan makanan dan

kelompok pendidikan yaitu masing-masing sebesar 6,13% dan 4,58%. Sebaliknya, deflasi

terjadi pada kelompok transportasi, yaitu sebesar 0,18%.

Bila dibandingkan dengan triwulan II, perubahan inflasi tahunan pada masing-

masing kelompok barang dan jasa pada umumnya meningkat. Peningkatan inflasi tertinggi

terjadi pada kelompok sandang yang naik dari 8,79% pada triwulan II 2011 menjadi

12,49% pada triwulan III 2011. Kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, dan

kelompok kesehatan mengalami peningkatan inflasi. Sebaliknya, kelompok bahan makanan

mengalami penurunan inflasi yang paling tajam, yaitu dari sebesar 9,30% di triwulan II

2011 menjadi 6,13% pada triwulan III 2011. Penurunan inflasi kelompok bahan makanan

sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya terkait dengan membaiknya kondisi cuaca. Selain

itu, kelompok transportasi juga mengalami penurunan inflasi yang cukup signifikan, namun

hal ini karena pengaruh tahun dasar (base year effect).

Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang

dan Jasa di Palembang

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Bulanan per Kelompok

Barang dan Jasa di Palembang

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 54: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

35

Selama triwulan III, laju inflasi terbesar terjadi pada kelompok sandang. Kelompok

sandang mengalami kenaikan harga bulanan sebesar 1,1-2,3% setiap bulannya pada

rentang waktu Juli – September 2011 yang didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan.

Hal yang sama juga terjadi pada harga kelompok bahan makanan, walaupun masih relatif

moderat. Kenaikan harga bahan makanan sebesar 1,07% terjadi pada Juli 2011, kemudian

pada Agustus dan September 2011menurun menjadi masing-masing sebesar 0,65% dan

0,70%. Kelompok perumahan sempat mengalami kenaikan harga cukup tinggi pada bulan

Juli 2011 didorong oleh kenaikan harga semen, sementara kenaikan harga kelompok

pendidikan terjadi bulan Agustus 2011 karena kenaikan biaya akademi/perguruan tinggi.

Secara andil, inflasi tahunan disumbangkan oleh subkelompok ikan segar yang

sebesar 0,87%, diikuti dengan barang pribadi dan sandang lain dengan andil sebesar

0,67%, dimana emas merupakan salah satu penyebab utama inflasi baik secara triwulanan

maupun tahunan. Sementara itu, andil inflasi triwulanan diberikan oleh beras sebesar

0,48%, diikuti oleh cabe merah dan emas perhiasan masing-masing sebesar 0,22% dan

0,21%.

Tabel 2.1 Andil Inflasi Tahunan Tertinggi Per Subkelompok

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Tabel 2.2 Andil Inflasi Triwulanan Per Komoditas

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 2.10 Inflasi Tahunan Kota Palembang

per Kelompok Pengeluaran Triwulan III 2011

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 55: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

36

2.2. Kondisi Harga di Pasar Internasional

Berbeda halnya dengan perkembangan harga domestik, harga komoditas pangan

beras dan kedelai di pasar internasional mengalami kenaikan pada triwulan III, namun

komoditas terigu mengalami penurunan. Menurut Bloomberg, dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya, harga beras di pasar internasional pada triwulan III mengalami

kenaikan dari USD 412,28/metrik ton menjadi USD 491,97/metrik ton, atau naik sebesar

19,33% (qtq). Harga beras secara tahunan meningkat sebesar 22,06% (yoy). Harga kedelai

mengalami peningkatan sebesar 5,39% (qtq) dari USD 12,77/bushel menjadi USD

13,46/bushel. Sementara itu, harga terigu mengalami penurunan dari USD 7,38/bushel

menjadi USD 7,07/bushel, atau turun sebesar 4,19% (qtq). Secara tahunan, kenaikan

harga terigu dan kedelai masing-masing sebesar 33,21% dan 32,27% (yoy).

Grafik 2.11

Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional

Perkembangan Harga Terigu

Sumber : Bloomberg, diolah

Perkembangan Harga Beras

Sumber : Bloomberg, diolah

Perkembangan Harga Emas

Sumber : Bloomberg, diolah

Perkembangan Harga Kedelai

Sumber : Bloomberg, diolah

Page 56: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

37

Sama halnya dengan harga komoditas pangan, harga emas meningkat, bahkan

cukup tajam, seiring dengan permintaan yang meningkat karena menjadi substitusi dolar

Amerika Serikat (AS) yang saat ini terpengaruh nilainya karena dunia meragukan prospek

perbaikan ekonomi AS dan Eropa. Harga emas pada akhir triwulan mengalami peningkatan

tajam sebesar 20,15% (qtq) dari USD 1.417,77/oz menjadi USD 1.703,51/oz, sedangkan

peningkatan secara tahunan jauh lebih yakni mencapai 38,75% (yoy).

Di sisi lain, Food Price Index yang dikeluarkan oleh Food and Agriculture Association

(FAO), menunjukkan bahwa harga pangan (yang terdiri dari daging, susu-susuan, sereal,

minyak dan lemak nabati, dan gula) relatif menurun pada September dibandingkan Juni

lalu. Namun demikian, Food Price Index pada September 2011 tetap lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Page 57: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

38

HARGA EMAS PERHIASAN NAIK TAJAM Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Palembang secara mingguan pada dua pasar modern dan dua pasar tradisional di Palembang memperlihatkan tendensi terjadinya tendensi peningkatan harga barang/komoditas sebesar 11,87% pada triwulan III 2011 dibandingkan posisi triwulan II 2011. Kemudian, pada Oktober 2011, harga-harga sudah naik 0,46% dibandingkan triwulan III 2011.

Grafik 1. Pergerakan Harga Bulanan Berdasarkan SPH

*Minggu I Agustus 2011

Sumber : SPH KBI Palembang

Suplemen 3

Grafik 2. Inflasi SPH dan Inflasi BPS

*Minggu I Agustus 2011

Sumber : SPH KBI Palembang

Page 58: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

39

Sesuai dengan hasil disagregasi inflasi berdasarkan kelompok core, volatile foods, dan administered prices, memperlihatkan bahwa kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok core. Kelompok core mengalami peningkatan harga 17,99% dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Agustus dan September karena faktor utama yakni kenaikan harga emas di pasar internasional. Sementara itu, kelompok volatile foods hanya mengalami kenaikan harga sebesar 0,54% dibandingkan triwulan sebelumnya dan memperlihatkan kecenderungan deflasi pada Agustus dan September. Sementara itu, kenaikan harga kelompok administered prices dibandingkan triwulan sebelumnya adalah sebesar 3,84%.

Grafik 3. Pergerakan Harga Beras

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 4. Pergerakan Harga Minyak Goreng

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 5. Pergerakan Harga Daging Ayam

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 6. Pergerakan Harga Cabe Merah

Sumber : SPH KBI Palembang

Page 59: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

40

Pola pergerakan harga beberapa komoditas bervariasi secara triwulanan. Untuk komponen volatile foods, harga cabe merah mengalami kenaikan sebesar 12,6% dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), harga beras mengalami tendensi kenaikan sebesar 6,3% (qtq), sedangkan daging sapi mengalami peningkatan harga sebesar 5,6% (qtq). Di sisi lain, daging ayam dan minyak goreng mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 4,5% dan 1,0%.

Harga komponen core inflation cenderung meningkat. Komoditas yang mendorong kenaikan harga komponen core adalah emas yang mengalami peningkatan harga sebesar 20,6% (qtq), sementara harga nasi dan harga mie cenderung tetap.

Grafik 9. Pergerakan Harga Gula

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 8. Pergerakan Harga Mie

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 10. Pergerakan Harga Emas Perhiasan

Sumber : SPH KBI Palembang

Grafik 7. Pergerakan Harga Daging Sapi

Sumber : SPH KBI Palembang

Page 60: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

41

2.3. Tekanan Inflasi Sisi Penawaran

Tekanan inflasi dari sisi penawaran menurun dibandingkan tahun sebelumnya

utamanya disebabkan oleh cuaca yang lebih kondusif. Berdasarkan data dari Stasiun Badan

Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten, curah hujan di wilayah Sumatera

Selatan menurun bahkan relatif sangat rendah pada periode Juli-Agustus 2011. Selain itu,

kondisi iklim di kawasan lain juga menunjukkan hal yang sama, Australian Bureau of

Meteorology mengindikasikan bahwa Southern Oscillation Index (SOI)1 secara umum masih

berada dalam batas normal pada periode Juli – Agustus 2011. Namun demikian, pada saat

laporan ini disusun telah terjadi banjir besar yang menimpa Thailand yang sempat

melumpuhkan aktifitas ekonomi negara tersebut. Banjir tersebut menimbulkan

kekhawatiran terhadap keberlangsungan pasokan beras bukan hanya di Thailand tetapi

juga di Indonesia sebagai importir beras negara tersebut.

Implikasi normalnya kondisi cuaca terutama adalah terjaganya pasokan pangan,

yang tercermin melalui rendahnya inflasi tahunan bahan makanan atau inflasi komponen

volatile foods, setidaknya jika dibandingkan rata-rata beberapa tahun terakhir. Seperti yang

dijelaskan sebelumnya, inflasi bahan makanan turun drastis dari 9,30% pada triwulan II

2011 menjadi 6,13% (yoy) pada triwulan III 2011. Sementara itu, inflasi volatile foods

menurun dari 9,12% pada triwulan I 2011 menjadi 5,86% (yoy) pada triwulan II 2011.

1 Southern Oscillation Index (SOI) merupakan ukuran anomali iklim di wilayah Pasifik yang dapat mengindikasikan el nino (SOI < -8) dan la nina (SOI > +8). SOI merupakan salah satu ukuran penting dalam analisis iklim global.

Grafik 2.12 Perkembangan Curah Hujan Bulanan

Sumber: BMKG, diolah

Grafik 2.13 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga

Sumber: Survei Konsumen, BI

Page 61: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

42

Masyarakat percaya bahwa kenaikan harga secara umum akan melambat dalam 3

dan 6 bulan mendatang. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota

Palembang mengindikasikan bahwa ekspektasi inflasi mengalami penurunan dari triwulan

sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6

bulan mendatang dibandingkan saat ini yang bernilai di atas 100.

Perkembangan nilai tukar Rupiah relatif stabil pada periode Juli – September 2011

walaupun mulai pertengahan September mengalami penurunan menjadi sekitar Rp 8.800

dari yang sebelumnya sekitar 8.550. Nilai tukar Rupiah yang cenderung mulai terdepresiasi

terhadap Dollar AS diperkirakan akan meningkatkan imported inflation yang antara lain

terjadi melalui peningkatan biaya pembelian bahan baku impor.

Berdasarkan hasil quick survey yang dilakukan pada minggu pertama dan kedua

bulan Ramadhan, diketahui pasokan kebutuhan pokok pada bulan puasa dan menjelang

lebaran relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Pelaku usaha telah berusaha

untuk menjamin ketersediaan barang antara lain dengan cara (i) mempercepat dan

meningkatkan penyediaan stok, (ii) menambah jam kerja, (iii) dan jumlah tenaga kerja

kontrak. Selain itu, pelaku usaha juga telah mempersiapkan sejumlah strategi untuk

mengantisipasi adanya hambatan distribusi menjelang lebaran. (Lihat suplemen 4: Hasil

Quick Survey: Kesiapan Pelaku Usaha dalam Menghadapi Lonjakan Permintaan pada Bulan

Ramadhan dan Menjelang Idul Fitri 1432H).

Selain itu, penyaluran beras yang dilakukan Bulog Divre Sumsel terbilang cukup

memadai dan tepat waktu, khususnya menjelang Idul Fitri. Penyaluran beras Bulog yang

mencapai sekitar 25 ribu ton untuk periode Juli – Agustus 2011 (termasuk operasi pasar

dan Raskin). Sekitar 17 ribu ton disalurkan pada bulan Agustus 2011, yaitu pada saat bulan

puasa dan menjelang perayaan Idul Fitri.

Selain itu, pada bulan tersebut

dilakukan operasi pasar dengan jumlah

penyaluran bulanan terbanyak dalam 3

tahun terakhir, yaitu mencapai 3.600 ton.

Hal ini menunjukkan antisipasi Bulog yang

baik dalam menyediakan kebutuhan beras

pada bulan puasa dan menjelang Idul Fitri

tahun ini.

Grafik 2.14 Penyaluran dan Stok Beras Bulog

Sumber: Perum Bulog Divre Sumsel

Page 62: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

43

HASIL QUICK SURVEY:

KESIAPAN PELAKU USAHA DALAM MENGHADAPI LONJAKAN PERMINTAAN PADA BULAN RAMADHAN DAN MENJELANG IDUL FITRI 1432 H

Bulan puasa dan persiapan Idul Fitri merupakan salah satu faktor musiman yang paling signifikan dalam mendorong kenaikan harga-harga secara umum di Indonesia, termasuk Sumatera Selatan yang inflasinya dihitung di Kota Palembang. Inflasi bulanan Palembang pada Idul Fitri tahun 2010 dan 2009, masing-masing mencapai 1,01% dan 1,29%.

Menindaklanjuti rekomendasi Rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Selatan tanggal 19 Juli 2011, Bank Indonesia Palembang menyelenggarakan quick survey yang ditujukan untuk mengetahui kesiapan dan respon pelaku usaha dalam menghadapi lonjakan permintaan pada Bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri 1432 H. Hasil quick survey tersebut telah didiseminasikan kepada publik melalui press release TPID pada 22 Agustus 2011.

Pelaksanaan survei dilakukan pada minggu I dan minggu II Agustus 2011 dengan sampel terkumpul sebanyak 102 responden yang merupakan pelaku usaha yang melakukan kegiatan penjualan di Kota Palembang. Menurut produk, responden diutamakan adalah pelaku usaha yang melakukan penjualan minimum salah satu dari produk bahan makanan, makanan jadi, sandang, dan jasa transportasi.

Adapun temuan inti dari hasil quick survey tersebut adalah:

1. Tingkat penjualan menjelang Idul Fitri tahun ini diperkirakan hanya sedikit meningkat dibandingkan Idul Fitri tahun 2010. Namun jika dibandingkan 2009, penjualan tahun ini meningkat signifikan.

2. Kondisi stok barang (bahan baku dan barang jadi) pada bulan puasa tahun ini lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

3. Pelaku usaha mengantisipasi lonjakan permintaan dalam bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, utamanya melalui:

a) Mempercepat dan meningkatkan penyediaan stok dari beberapa bulan sebelumnya.

b) Kenaikan jam kerja dan penambahan tenaga kerja kontrak 4. Kenaikan harga distributor tidak selalu diikuti dengan kenaikan harga jual ke

konsumen. 5. Kenaikan harga yang terjadi bersifat spekulatif untuk mencari keuntungan jangka

pendek (memanfaatkan momen bulan puasa dan lebaran), karena stok barang diperkirakan masih tersedia dengan cukup di pasar.

Suplemen 4

Page 63: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

44

6. Pelaku usaha telah menerapkan strategi penyediaan pasokan dalam menghadapi kemungkinan terjadinya hambatan distribusi.

Secara umum, pelaku usaha telah mengantisipasi menghadapi tantangan bisnis pada bulan puasa dan Idul Fitri, baik dari adanya kemungkinan lonjakan permintaan dan hambatan di sisi pasokan. Karena itu, kenaikan harga yang terjadi masih dalam taraf yang wajar karena didukung oleh cukup baiknya kondisi stok. Selain itu, harga-harga diperkirakan akan kembali ke tingkat normal pasca Idul Fitri.

Akurasi quick survey tersebut terbukti dari inflasi bulanan Agustus 2011 yang hanya sebesar 0,69% (mtm) yang lebih rendah dibandingkan Idul Fitri tahun sebelumnya yang sebesar 1,01% (mtm) dan dibandingkan proyeksi inflasi sebelumnya sebesar 0,82% (mtm).

Grafik 2. Kenaikan Stok dan Penjualan Menjelang Idul Fitri

Grafik 4.

Respon Lonjakan Permintaan Menjelang Idul Fitri

Grafik 3. Strategi Penyediaan Pasokan

Grafik 1. Distribusi Sampling menurut Komoditas

Page 64: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

45

2.4. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan

Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan dibandingkan triwulan

sebelumnya relatif mixed dilihat dari beberapa indikator utama. Dalam periode tersebut,

terdapat penurunan harga komoditas unggulan dan Nilai Tukar Petani di Sumatera Selatan.

Namun keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi mengalami peningkatan cukup

signifikan pada bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.

Secara tahunan, peningkatan tekanan inflasi sisi permintaan antara lain dipicu oleh

harga komoditas yang meningkat, antara lain karet dan sawit, walaupun terbilang

menurun dibandingkan triwulan II 2011. Secara triwulanan, harga komoditas karet di pasar

internasional menurun 10,88% (qtq), sedangkan harga komoditas CPO di pasar

internasional menurun 7,75% (qtq). Namun secara tahunan, harga komoditas karet

meningkat 30,88% (yoy), sedangkan harga komoditas CPO meningkat 22,07% (yoy).

Pada kelompok grass-root, penurunan pendapatan tersebut dapat dicerminkan oleh

penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) yang cukup signifikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi karena penurunan harga komoditas unggulan pada

triwulan II dan triwulan III 2011.

Inflasi inti tinggi namun tidak disebabkan kenaikan pendapatan. Sumbangan inflasi

kelompok core (inti) terhadap inflasi umum tahunan paling tinggi dibandingkan dua

komponen lainnya, dan semakin besar dibandingkan periode sebelumnya. Tekanan inflasi

kelompok inti berasal dari komoditas non-food khususnya emas terus meningkat. Di pasar

internasional, harga emas juga mengalami peningkatan yang robust seiring dengan

ketidakjelasan prospek ekonomi AS, mengingat emas dipandang dapat mensubstitusi

Dollar AS sebagai save haven.

Grafik 2.16 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Sumber: BPS Provinsi Sumsel

Grafik 2.15 Andil Disagregasi Inflasi Tahunan

Sumber: BPS Provinsi Sumsel

Page 65: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

46

Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan

oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan

secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat

kecenderungan masih rendahnya output gap pada triwulan IV 2010 dan triwulan I 2011,

yang memberikan dampak terhadap inflasi tahunan pada triwulan III 2011. Namun,

kenaikan output gap sejak triwulan II 2011 mengindikasikan bahwa ke depan terdapat

potensi tekanan inflasi yang lebih besar.

Optimisme konsumen sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan II

2011, seiring dengan adanya momen bulan Ramadhan dan Idul Fitri pada bulan Agustus

2011. Konsumen yang terbilang optimis akan senantiasa melakukan konsumsi sehingga

akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan.

Grafik 2.17 Perkembangan Output Gap dan Inflasi

Sumber: BPS, Estimasi Peneliti BI

Grafik 2.18 Perkembangan Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen BI Palembang

Page 66: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

47

PRODUKSI PANGAN TERUS MENJADI PERHATIAN UTAMA DI WILAYAH SUMBAGSEL

Dalam memperkirakan dan mengantisipasi tekanan inflasi Palembang ke depan, khususnya terkait volatile foods, perlu dilakukan identifikasi pasokan, suplai, dan kelancaran distribusi pangan di wilayah Sumbagsel termasuk permasalahan-permasalahan terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Selatan telah berkoordinasi dengan empat TPID lainnya di wilayah Sumbagsel pada tanggal 17 Oktober 2011 di Kantor Bank Indonesia Palembang melalui suatu conference call.

Conference call tersebut dihadiri oleh Ketua TPID Sumatera Selatan H. Eppy Mirza & Kepala Badan Ketahanan Pangan Sumatera Selatan Syamuil Chatib. Conference call menghasilkan beberapa poin bahasan dan rekomendasi sbb:

1. Inflasi Sumbagsel pada triwulan III 2011 mencapai 5,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 4,61% (yoy). Inflasi di 3 (tiga) kota di wilayah Sumbagsel, yakni Kota Pangkalpinang, Bandar Lampung, dan Bengkulu tercatat mengalami inflasi lebih tinggi dibanding nasional yakni masing-masing sebesar 8,82% (yoy), 6,26% (yoy), dan 5,63% (yoy). Sementara itu, inflasi di Kota Jambi pun tercatat melebihi inflasi nasional yakni sebesar 5,31% (yoy).

Penyumbang inflasi secara umum adalah volatile foods yakni tingginya harga bahan makanan (harga beras, cabe merah, dan sayur-sayuran) seiring selesainya masa panen dan tingginya permintaan selama Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, kenaikan harga rokok kretek filter dan tahun ajaran baru (kelompok pendidikan) memberi tekanan inflasi pada kelompok administered prices.

Inflasi Sumbagsel pada akhir tahun diproyeksikan mengalami penurunan menjadi 5,10±1% (yoy). Proyeksi penurunan permintaan dunia diyakini akan berdampak langsung terhadap penurunan harga komoditas unggulan yang selanjutnya akan menurunkan tekanan inflasi dari sisi permintaan. Namun demikian, masih terdapat faktor risiko inflasi yang berasal dari peningkatan permintaan domestik secara musiman dan kondisi cuaca. Berdasarkan informasi BMKG, terdapat potensi tidak optimalnya hasil pertanian karena cuaca tidak kondusif dan berpotensi memberi tekanan inflasi dari sisi suplai.

2. Musim tanam sudah dimulai sejak awal Oktober 2011 seiring datangnya musim hujan. Namun di beberapa wilayah mengalami pergeseran menjadi sekitar November 2011 yang disebabkan anomali cuaca (kemunduran jadwal musim hujan).

Suplemen 5

Page 67: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 2 - Perkembangan Inflasi Palembang

48

3. Untuk meningkatkan produksi dan produktivitas lahan persawahan, beberapa hal yang dilakukan oleh Dinas Pertanian di masing-masing provinsi antara lain : a. Perluasan dan peningkatan pengolahan tanah, peningkatan infrastruktur pertanian,

dan peningkatan Indeks Pertanaman (IP) melalui Sekolah Lapang Pengelolaan Tanam Terpadu (SL-PTT).

b. Pemberian bantuan Benih Langsung Bibit Unggul (BLBU) dan saprodi lainnya. c. Kerjasama korporasi di bidang pembiayaan. d. Peningkatan kesepahaman dengan daerah-daerah produsen beras.

4. Kondisi ketahanan pangan di Sumbagsel secara umum masih memadai karena ditopang oleh cadangan pangan pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat.

5. Untuk menstabilkan harga beras dan mendukung aksesibilitas rumah tangga berpendapatan terbatas, Bulog masing-masing provinsi telah dan/atau siap melakukan operasi pasar bekerjasama dengan Disperindag Provinsi maupun Disperindag Kota.

6. Dalam rangka meningkatkan efektivitas kelembagaan TPID, beberapa rekomendasi kebijakan yang diajukan adalah sbb: a. Pendefinisian kembali peran, tugas dan tanggung jawab anggota dan pengurus

TPID sesuai struktur organisasi. b. Pengalokasian anggaran khusus untuk pelaksanaan tugas TPID di masing-masing

dinas/instansi Pemerintah Daerah. Sejalan dengan itu, perlu diperkuat fungsi sekretariat khusus TPID.

c. Perluasan kegiatan diseminasi diantara anggota TPID untuk meningkatkan peran TPID dalam pembangunan ekonomi daerah. Selain itu, proses mutasi di SKPD diharapkan mempertimbangkan kesinambungan kelembagaan TPID, sehingga wakil SKPD yang menjadi anggota TPID tidak cepat berganti.

d. Dukungan seluruh SKPD terkait terhadap rekomendasi yang dihasilkan TPID agar menjadi masukan dalam penetapan kebijakan.

Page 68: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

  

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

• Aset, DPK dan kredit/pembiayaan tetap tumbuh terbatas dibarengi dengan peningkatan NPL.

• Tingginya aktivitas kliring pada bulan Agustus 2011 diperkirakan erat kaitannya dengan meningkatnya transaksi ekonomi selama Ramadhan dan Idul Fitri 1432 H.

• Penutupan Kas Titipan Muaro Bungo di Jambi berdampak terhadap peningkatan aktivitas inflow di Kas Titipan Lubuk Linggau.

3.1. Kondisi Umum

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi

Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan III

2011 (data hingga Agustus 2011) dari beberapa

indikator seperti total aset, penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran

kredit/pembiayaan mengalami peningkatan

yang diiringi dengan kecenderungan penurunan

suku bunga. Namun, peningkatan indikator

perbankan terjadi dengan laju yang melambat.

Secara triwulanan (qtq) total aset

perbankan Sumsel tumbuh sebesar 0,22%

menjadi Rp58,27 triliun dan secara tahunan

meningkat 21,05% (yoy) dibandingkan triwulan

yang sama pada tahun sebelumnya.

Penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebesar 25,06% (yoy) dibandingkan

tahun sebelumnya dari Rp38,55 triliun menjadi Rp48,21 triliun, dan secara triwulanan

tercatat meningkat sebesar 1,05% (qtq). Sementara itu, penyaluran kredit/ pembiayaan

secara tahunan mengalami peningkatan lebih cepat, yaitu sebesar 30,22% (yoy) dari

Rp32,51 triliun menjadi Rp42,33 triliun.

Peningkatan penghimpunan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan penyaluran

pembiayaan/kredit secara triwulanan telah menyebabkan terjadi peningkatan Loan to

Deposit Ratio (LDR) menjadi 87,82% dari sebelumnya 85,17% di triwulan II.

Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan

* Posisi Agustus 2011

BAB 3  

Page 69: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

50      

3.2. Kelembagaan

Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Sumsel

sampai dengan triwulan III berjumlah 57 bank.

Jumlah kantor bank sebanyak 588 kantor yang

terdiri dari 5 Kantor wilayah Bank Umum

Konvensional, 1 Kantor Pusat Bank Pemerintah

Daerah, 19 Kantor Pusat BPR/S, 64 Kantor

Cabang Bank Umum Konvensional, 12

Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 7

Kantor Cabang BPR/S, 363 Kantor Cabang

Pembantu Bank Umum Konvensional, 46 Kantor

Cabang Pembantu Bank Umum Syariah, serta 61

Kantor Kas Bank Umum, 6 Kantor Kas Bank

Syariah dan 5 Kantor Kas BPR.

Selama triwulan III 2011, terjadi penambahan 16 Kantor Cabang Pembantu dan 1

Kantor Kas di Sumatera Selatan. Sementara itu jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM)

tercatat sebanyak 523 unit.

3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

3.3.1 Penghimpunan DPK

Jika dibandingkan dengan akhir triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), DPK

mengalami peningkatan sebesar 25,06%. Simpanan berjangka/deposito mengalami

peningkatan paling pesat, yaitu dari Rp15,34 triliun menjadi Rp21,21 triliun atau meningkat

sebesar 38,31%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 31,09% menjadi Rp20,24

triliun. Sementara itu, giro tercatat menurun dari Rp7,77 triliun menjadi sebesar Rp6,75

triliun atau sebesar 13,08%.

Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebesar

1,05% yang dikontribusikan oleh peningkatan simpanan deposito dan simpanan tabungan

masing-masing sebesar 7,54% dan 3,28%. Berdasarkan pangsa masing-masing komponen

DPK, simpanan deposito tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 44,00%.

Sementara itu simpanan tabungan dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar

41,99% dan 14,01%.

Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan 

*Posisi Agustus 2011

 

Page 70: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

51  

 

 3.3.2. Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota

Sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang mengelompokkan

perkembangan penghimpunan DPK berdasarkan 13 kabupaten/kota, sedangkan DPK di

Kabupaten Banyuasin digabungkan dengan DPK Kabupaten Musi Banyuasin, dan DPK di

Kabupaten Lahat digabungkan dengan DPK Kota Pagar Alam. Berdasarkan laju

pertumbuhan secara tahunan (yoy), penghimpunan DPK Ogan Ilir tercatat mengalami

pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 122,41% atau dengan pangsa pertumbuhan

tahunan sebesar 0,70%. Kota Palembang mencatat kontribusi terhadap pertumbuhan

tahunan yang tinggi, yaitu sebesar 14,64%. Pada periode ini, Empat Lawang merupakan

satu-satunya wilayah yang mengalami pertumbuhan kredit negatif secara tahunan, yaitu

menurun sebesar 1,42%.

Pertumbuhan DPK secara triwulanan di berbagai kabupaten/kota secara umum

pada periode ini cukup tinggi. Wilayah Musi Rawas tercatat sebagai wilayah dengan

peningkatan penghimpunan DPK terbesar secara triwulanan sebesar 14,71%. Terdapat

beberapa wilayah yang mencatat penurunan DPK dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni

Wilayah Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Ogan Komering Ulu Timur

dengan masing-masing penurunan sekitar 17%. Penghimpunan DPK Kota Palembang

tercatat memberikan kontribusi terbesar sebagai pendorong pertumbuhan DPK secara

triwulanan yaitu dengan andil mencapai 2,05%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang

masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 65,16% dari total DPK se-

Grafik 3.3 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2011

Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2011

di Provinsi Sumatera Selatan

* Posisi Agustus 2011

Page 71: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

52      

Sumatera Selatan, diikuti oleh Muara Enim dan Musi Banyuasin yaitu masing-masing

sebesar 13,32% dan 4,78%.

Tabel 3.1 Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota

di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)

Kabupaten/Kota 2010 2011

III IV I II III*

Kab. Musi Banyuasin 1,803,372 1,666,455 2,202,474 2,202,474 2,544,200 Kab. Ogan Komering Ulu 1,202,715 1,336,804 1,489,224 1,489,224 1,652,011

Kab. Muara Enim 4,774,547 4,882,373 5,539,522 5,539,522 6,404,316

Kab. Musi Rawas 52,044 66,728 65,631 65,631 73,112

Kab. Ogan Komering Ilir 513,551 406,380 562,338 562,338 627,681 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan 190,915 164,747 212,969 212,969 259,912 Kab. Ogan Komering Ulu Timur 232,044 250,204 392,796 392,796 448,186

Kab. Ogan Ilir 123,757 156,944 225,637 225,637 272,007

Kab. Empat Lawang 124,716 62,493 115,740 115,740 136,401

Kota Palembang 25,651,349 28,594,050 28,686,338 28,686,338 30,457,173 Kota Lubuklinggau 1,465,239 1,451,707 1,651,282 1,651,282 1,837,761 Kota Prabumulih 1,288,579 1,347,872 1,482,956 1,482,956 1,558,063 Kota Pagar Alam 1,123,496 1,173,236 1,248,691 1,248,691 1,434,647

Sumatera Selatan 38,546,324 41,559,992 43,875,597 43,875,597 47,705,470 *Posisi Agustus 2011

3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan

3.4.1. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral

Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 30,22%

dari tahun sebelumnya (yoy) yaitu dari Rp32,51 triliun menjadi Rp42,33 triliun.

Pertumbuhan kredit pada kelompok bukan lapangan usaha mencapai 31,53%, lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan kredit pada kelompok lapangan usaha yang sebesar 29,38%.

Pada kelompok lapangan usaha, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit

sektor jasa-jasa sebesar 137,96%. Andil terbesar pada pertumbuhan kredit secara tahunan

dikontribusikan oleh penyaluran kredit pada sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 12,46%.

Sementara itu, penyaluran kredit di sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan

andil terbesar pada pertumbuhan kredit secara triwulanan, yaitu sebesar 1,36%.

Page 72: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

53  

Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral

Provinsi Sumatera Selatan (Rp Juta)

Sektor 2010 2011

III IV I II III*

Lapangan Usaha 19,858,960 20,825,598 22,231,120 24,750,007 25,693,117

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

4,743,961 4,615,843 4,223,898 4,695,760 4,815,059

Pertambangan dan Penggalian 587,749 589,332 640,709 798,412 515,359

Industri Pengolahan 3,281,127 4,104,449 4,434,686 4,766,259 4,688,055

Listrik, Gas dan Air Bersih 637,027 624,922 590,563 555,499 669,646

Konstruksi 1,638,450 1,501,290 1,530,199 1,858,009 2,068,489

Perdagangan, Hotel dan Restoran

6,292,423 6,481,349 6,622,945 7,147,293 7,682,290

Pengangkutan dan Komunikasi 375,393 372,121 442,048 588,712 543,372

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

695,900 1,117,779 808,936 856,239 886,982

Jasa-jasa 1,606,930 1,418,512 2,937,136 3,483,824 3,823,865

Bukan Lapangan Usaha 12,652,426 12,238,269 14,714,745 15,880,886 16,641,866

Rumah Tinggal 2,623,963 2,786,533 2,954,349 3,114,645 3,328,425

Flat dan Apartemen 3,640 4,873 5,695 6,028 7,981

Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan)

333,612 390,878 428,388 486,919 528,014

Kendaraan Bermotor 1,614,156 1,605,481 2,011,940 2,262,764 2,530,401

Lainnya 8,077,056 7,450,503 9,314,373 10,010,530 10,247,046

Total Pinjaman 32,511,385 33,063,866 36,945,864 40,630,893 42,334,982

*Posisi Agustus 2011

Pertumbuhan penggunaan kredit

perbankan pada kelompok yang tidak

termasuk lapangan usaha (konsumsi)

lebih kecil dibandingkan yang disalurkan

pada sektor produksi. Pertumbuhan

kredit yang tertinggi secara tahunan

untuk kelompok bukan lapangan usaha

dicapai oleh kredit untuk flat dan

apartemen serta kredit untuk ruko dan

rukan, yaitu masing-masing sebesar

119,28% dan 58,27%.

Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral

Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011

 *Posisi Agustus 2011

 

Page 73: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

54      

3.4.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan

Penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami perubahan yang bervariasi

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi

mencatat peningkatan paling tinggi yakni dari Rp5,55 triliun menjadi Rp7,96 triliun atau

43,32%. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 31,72% dan kredit modal kerja

meningkat 23,81% (yoy). Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk

konsumsi mengalami tercatat mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu sebesar 4,79%.

Penyaluran kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar 3,95%, sedangkan kredit

investasi tercatat meningkat sebesar 3,49%.

Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit

modal kerja yakni sebesar 41,90%, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar

39,31%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 18,79%.

3.4.3. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten

Berbeda dengan DPK, sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang

mengelompokkan perkembangan penyaluran kredit berdasarkan 15 kabupaten/kota.

Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Banyuasin merupakan wilayah dengan

pertumbuhan kredit tahunan (yoy) tertinggi yaitu sebesar 89,91%, diikuti oleh wilayah

Ogan Komering Ulu dan Empat Lawang yaitu masing-masing sebesar 54,56% dan 52,92%.

Wilayah Palembang, Ogan Komering Ulu, dan Banyuasin tercatat sebagai wilayah yang

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan

Provinsi Sumatera Selatan

* Posisi Agustus 2011

Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Menurut Penggunaan Provinsi Sumsel Triwulan III 2011

 * Posisi Agustus 2011

Page 74: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

55  

berkontribusi paling signifikan dalam penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy)

yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 17,23%, 3,42% dan 2,01%.

Tabel 3.3

Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Juta)

Wilayah 2010 2011

III IV I II III* Kab. Musi Banyuasin 2,968,083 2,601,474 3,252,876 3,556,110 3,602,912

Kab. Ogan Komering Ulu 1,716,621 1,785,652 2,126,189 2,454,980 2,653,158

Kab. Muara Enim 1,886,641 1,795,061 2,081,055 2,092,520 2,202,179

Kab. Lahat 743,878 688,390 844,532 938,260 968,255

Kab. Musi Rawas 841,437 717,543 902,040 1,012,416 1,088,414

Kab. Ogan Komering Ilir 2,246,651 2,215,769 2,300,032 2,515,474 2,505,488

Kab. Banyuasin 498,367 540,384 780,523 835,414 946,471

Kab. Ogan Komeing Ulu Selatan 210,307 213,907 240,653 279,164 299,921

Kab. Ogan Komeing Ulu Timur 390,110 406,036 450,253 509,456 522,688

Kab. Ogan Ilir 273,492 285,745 299,512 317,993 329,960

Kab. Empat Lawang 91,596 92,054 104,103 124,219 140,070

Kota Palembang 18,061,677 19,225,490 20,639,760 22,751,242 23,634,879

Kota Lubuklinggau 1,146,571 1,148,454 1,381,331 1,540,828 1,619,293

Kota Prabumulih 1,121,427 1,065,379 1,154,849 1,279,581 1,373,829

Kota Pagar Alam 314,527 282,531 388,158 423,235 447,466

Sumatera Selatan 32,511,385 33,063,866 36,945,864 40,630,893 42,334,982

*Posisi Agustus 2011

Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III 2011

Berdasarkan Wilayah

*Posisi Agustus 2011

Page 75: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

56      

Pada pertumbuhan secara triwulanan, wilayah Banyuasin tercatat sebagai wilayah

dengan pertumbuhan kredit paling cepat, yaitu sebesar 13,29%, yang diikuti oleh Empat

Lawang dan Ogan Komering Ulu yaitu masing-masing sebesar 12,76% dan 8,07%.

Menurut kontribusinya terhadap pertumbuhan kredit triwulanan Sumatera Selatan, wilayah

Palembang dan Ogan Komering Ulu tercatat sebagai wilayah dengan kontribusi tertinggi

terhadap pertumbuhan kredit yakni masing-masing sebesar 2,17% dan 0,51%.

Menurut lokasi penyaluran, Palembang tercatat sebagai kota dengan pangsa

penyaluran kredit terbesar yakni sebesar 55,83%, kemudian disusul oleh Musi Banyuasin

dan Ogan Komering Ulu masing-masing sebesar 8,51% dan 6,27%.

3.5. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Sumatera Selatan

Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku

bunga pinjaman pada triwulan III 2011 mengalami perubahan yang bervariasi. Dalam

triwulan ini telah terjadi penurunan suku bunga simpanan, namun untuk suku bunga

pinjaman relatif tetap.

3.5.1. Perkembangan Suku Bunga Simpanan

Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu

1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan

bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Rata-rata suku bunga simpanan

tercatat sebesar 7,13%, menurun

dibandingkan dengan tingkat suku bunga

simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq)

yang tercatat sebesar 7,20%, dan juga lebih

rendah dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar

7,45%. Bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya, berdasarkan jangka waktu

simpanan, jenis simpanan dengan berbagai

jangka waktu mengalami perubahan yang

bervariasi.

Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan

Sumatera Selatan

 * Posisi Agustus 2011

 

Page 76: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

57  

Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman

Sumatera Selatan

 * Posisi Agustus 2011

Penurunan suku bunga yang secara relatif paling tajam terjadi pada jenis simpanan

dengan jangka waktu 24 bulan, yaitu sebesar 0,25%. Suku bunga simpanan yang tertinggi

saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar

7,38%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah dengan

jangka waktu 24 bulan yakni sebesar 6,75%.

3.5.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman

Rata-rata tingkat suku bunga

pinjaman tercatat sebesar 14,61%, relatif

tetap dibandingkan dengan tingkat suku

bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya

(qtq). namun lebih rendah dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat

sebesar 15,41%. Berdasarkan penggunaan,

suku bunga kredit yang tertinggi pada

triwulan III 2011 adalah suku bunga kredit

konsumsi, yaitu sebesar 17,08%. Sementara

itu kredit investasi tercatat sebagai kredit

dengan suku bunga terendah, yakni sebesar

13,34%.

3.5.3. Perkembangan Spread Suku Bunga

Spread suku bunga bank umum

konvensional, yaitu selisih antara suku

bunga kredit dan suku bunga

simpanan perbankan tercatat

mengalami sedikit peningkatan pada

triwulan III 2011 menjadi 7,43%

dibandingkan triwulan sebelumnya

yang sebesar 7,40%. Namun, angka

tersebut lebih rendah dibandingkan

tahun sebelumnya yang sebesar

7,96%.

Grafik 3.11 Perkembangan Spread Suku Bunga Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2011

Page 77: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

58      

3.6. Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan

Tingkat Non-Performing Loan (NPL)

gross perbankan Sumatera Selatan

pada triwulan III 2011 sebesar 2,36%,

meningkat baik jika dibandingkan

kondisi tahun sebelumnya yang sebesar

2,15%, maupun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar

2,22%. Namun demikian, NPL net

(sudah memperhitungkan PPAP) posisi

triwulan III 2011 tercatat sebesar

0,76%, sedikit menurun apabila

dibandingkan tingkat NPL net triwulan

sebelumnya.

Perubahan NPL gross pada periode triwulan III 2011 secara umum bervariasi pada

setiap kelompok bank. NPL pada Bank pemerintah meningkat dari 2,47% menjadi 2,74%.

Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami penurunan NPL dari 1,46% menjadi

1,38%. Sementara itu, NPL pada BPR mengalami penurunan dari 5,49% menjadi 5,12%. N

Grafik 3.14 NPL Bank Umum Konvensional

menurut Sektor Ekonomi Triwulan III 2011

*Posisi Agustus 2011

Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan

* Posisi Agustus 2011

Grafik 3.13 Perkembangan NPL menurut Kelompok Bank

*Posisi Agustus 2011

Page 78: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

59  

NPL pada setiap sektor ekonomi masih dibawah batas toleransi yaitu 5%. Berdasarkan

sektor ekonomi, penyaluran kredit di sektor industri mencatat persentase NPL tertinggi yaitu

sebesar 3,90%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,47%.

Kemudian, NPL tertinggi selanjutnya dicatat oleh penyaluran kredit di sektor perdagangan

yaitu sebesar 3,53% dan NPL di sektor jasa konstruksi yaitu sebesar 2,18%.

3.7. Rentabilitas Perbankan

Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 0,99%, lebih rendah dibandingkan BPR

yang mencapai 3,28% dan dibandingkan BUSN yang mencapai 2,13%. Rasio beban

operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Pemerintah sebesar 104,29%.

Sementara itu, BOPO pada BUSN dan BPR lebih rendah, yaitu masing-masing sebesar

74,22% dan 70,70%.

Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2011

No Indikator Angka Rasio*

Bank Pemerintah BUSN BPR

1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

104.29 74.22 70.70

2 Return on Asset (ROA) 0.99 2.13 3.28

3 Keuntungan (dalam Rp juta) 383,401 380,190 25,179

* Posisi Agustus 2011

3.8. Kelonggaran Tarik

Dari Laporan Bank Umum (LBU) di wilayah

KBI Palembang diperoleh informasi bahwa

undisbursed loan (kredit yang belum ditarik

oleh debitur) pada triwulan III 2011 tercatat

sebesar Rp2,28 triliun atau 6,92% dari

plafon kredit yang disetujui oleh perbankan,

meningkat dibandingkan dengan tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp2,12

triliun atau 7,98%, dan juga meningkat bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar Rp2,21 triliun atau

6,89%.

Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan

Perbankan Sumatera Selatan

*Posisi Agustus 2011

 

Page 79: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

60      

3.9. Risiko Likuiditas

Likuiditas bank umum konvensional di

Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan

III 2011 tergolong cukup likuid dengan

besaran angka rasio likuiditas sebesar

69,23%1. Rasio tersebut tercatat

meningkat jika dibandingkan dengan

rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 59,15%. Menurunnya

rasio likuiditas merupakan dampak dari

penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar

17,19% (qtq) menjadi sebesar Rp37,48

triliun yang disertai dengan peningkatan

pasiva likuid < 1 bulan secara lebih tinggi,

yaitu sebesar 19,98% (qtq) menjadi

sebesar Rp60,30 triliun.

3.10. Perkembangan Bank Umum Syariah

Perkembangan bank umum Syariah dalam kurun satu tahun terakhir menunjukkan kinerja

yang baik. Total aset pada triwulan III (hingga akhir Agustus 2011) tercatat sebesar

Rp3.135,1 miliar, meningkat sebesar 56,08% dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp2.008,7 miliar, dan juga meningkat apabila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), yaitu tercatat mengalami peningkatan

sebesar 9,42%.

Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp2.053,5 miliar, meningkat sebesar 58,64%

(yoy) dan meningkat sebesar 3,28% (qtq). Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa

penghimpunan DPK yakni sebesar 88,94% atau sebesar Rp1.826,5 miliar yang terdiri dari

komponen tabungan mudharabah sebesar Rp597,4 miliar (pangsa 29,09% dari total DPK)

dan deposito mudharabah sebesar Rp1.229,1 miliar (pangsa 59,85% dari total DPK).

                                                           1 Diperoleh melalui rasio nilai aktiva likuid < 1 bulan terhadap nilai pasiva likuid < 1 bulan

Grafik 3.16 Perkembangan Risiko Likuiditas

Perbankan Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2011

  

Page 80: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

61  

Penyaluran pembiayaan juga mengalami peningkatan secara tahunan, yaitu sebesar

39,76% (yoy) dan secara triwulanan meningkat sebesar 7,25% (qtq). Dari total penyaluran

pembiayaan yang mencapai Rp2.031,1 miliar, piutang murabahah memiliki pangsa sebesar

63,19% dari total pembiayaan yang disalurkan. Pembiayaan mudharabah tercatat sebesar

Rp 271,7 miliar atau memiliki pangsa sebesar 14,20% dan pembiayaan musyarakah

tercatat sebesar Rp269,2 miliar atau memiliki pangsa sebesar 12,65%. Sementara itu,

piutang qardh, piutang istishna dan aktiva ijarah pangsanya masih relatif kecil yakni

masing-masing sebesar 9,73%, 0,02% dan 0,20%.

Secara triwulanan pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit

Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 95,25% pada triwulan sebelumnya menjadi 98,91%.

Non Performing Financing (NPF) pada perbankan syariah mengalami sedikit

kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,84% menjadi 1,87%.

Dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat NPF lebih rendah.

Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Juta)

INDIKATOR 2010 2011

III IV I II III*

Total Aset 2,008,655 2,160,856 2,273,600 2,865,259 3,135,085

Dana Pihak Ketiga 1,294,504 1,454,274 1,492,833 1,988,416 2,053,543

1. Simpanan Wadiah 159,938 197,031 185,015 266,459 227,074

- Giro Wadiah 94,874 119,916 101,282 166,828 125,789

- Tabungan Wadiah 65,064 77,115 83,733 99,631 101,285

2. Dana Investasi tidak terikat 1,134,566 1,257,243 1,307,818 1,721,957 1,826,469

- Tabungan Mudharabah 447,822 491,594 529,852 576,359 597,361

- Deposito Mudharabah 686,744 765,649 777,966 1,145,598 1,229,108

Komposisi Pembiayaan 1,453,330 1,565,633 1,711,983 1,893,882 2,031,132

- Piutang Murabahah 929,506 1,000,731 1,078,102 1,196,794 1,252,725

- Piutang Istishna 1,881 1,797 469 454 190

- Piutang Qardh 91,414 114,773 166,785 184,351 231,713

- Pembiayaan Mudharabah 228,497 236,958 244,094 268,924 271,728

- Pembiayaan Musyarakah 200,212 209,192 219,828 239,510 269,168

Aktiva Ijarah 1820 2182 2705 3849 5608

Non Performing Financing 2.70 2.00 2.15 1.84 1.87

*) Posisi Agustus 2011 

Page 81: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

62      

3.11. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Selatan secara umum menunjukkan

perkembangan kinerja. Total aset BPR meningkat sebesar 21,27% (yoy) atau 3,47% (qtq)

menjadi Rp742,20 miliar. Peningkatan DPK tetap terjadi walaupun lebih lambat, yakni

sebesar 15,20% (yoy) menjadi Rp515,30 miliar dan secara triwulanan meningkat sebesar

3,64% (qtq).

Penyaluran kredit mengalami peningkatan cukup pesat sebesar 3,28% (qtq)

menjadi Rp532,96 miliar, dan secara tahunan juga menunjukkan peningkatan sebesar

28,80% (yoy). Dengan perkembangan DPK dan penyaluran kredit tersebut, Loan to Deposit

Ratio (LDR) pada BPR sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari

103,43% menjadi 103,07%. Secara bersamaan, tingkat Non Performing Loan (NPL) pada

BPR menurun dari 5,49% menjadi 5,12%.

Sama halnya dengan bank umum konvensional, rasio likuiditas BPR sedikit

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 39,99% menjadi 40,39%, yang

menunjukkan sedikit meningkatnya kondisi likuiditas pada BPR. Rasio likuiditas tersebut

juga meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 39,79%.

Grafik 3.17 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2011

Grafik 3.18 Perkembangan Rasio Likuiditas

Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan

 *Posisi Agustus 2011

Page 82: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

63  

Grafik 3.19 Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan

0

50

100

150

200

250

300

0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00

10.00

III IV I II III

2010 2011

Lembar (Aksis Kanan) Nominal

Ribu LembarRp Triliun

3.12. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS)

Perkembangan kliring di Sumsel pada triwulan III 2011 mengalami peningkatan dari

segi jumlah warkat maupun nominal dibandingkan periode yang sama tahun lalu demikian

pula triwulan sebelumnya. Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode triwulan laporan

tercatat sebanyak 255.131 lembar dengan nominal sebesar Rp8,96 triliun. Jumlah

warkat secara tahunan meningkat sebesar 34,41% (yoy), sedangkan berdasarkan nominal

meningkat sebesar 34,23% (yoy) dari sebesar Rp6,68 triliun.

Perkembangan nilai net RTGS pada triwulan periode laporan mengalami

peningkatan secara tahunan maupun triwulanan masing-masing sebesar 28,94% (yoy) dan

14,09 % (qtq). Hal yang tidak berbeda pun terjadi pada volume (transaksi) net RTGS yang

tercatat mengalami peningkatan, baik dibandingkan periode yang sama tahun 2010

maupun dibandingkan triwulan sebelumnya. Dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya, volume net RTGS meningkat sebesar 18,79% (yoy), sementara itu jika

dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat meningkat sebesar 9,29% (qtq) menjadi

Rp8,76 triliun.

Grafik 3.20 Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan

 

-5 10 15 20 25 30 35 40 45

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

III IV I II III

2010 2011

Nilai RTGS dari SumselNilai RTGS ke SumselNilai RTGS Net Volume RTGS dari Sumsel (Aksis Kanan)Volume RTGS ke Sumsel (Aksis Kanan)Volume RTGS Net (Aksis Kanan)

Ribu LembarRp Miliar

Page 83: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

64      

Dibandingkan triwulan sebelumnya

terjadi peningkatan jumlah warkat kliring

sebesar 26,01% (qtq) dari sebanyak

202.471 lembar, sedangkan berdasarkan

nominal warkat yang dikliringkan naik

sebesar 13,31% (qtq) dari sebesar Rp7,91

triliun. Meningkatnya kegiatan kliring

dibandingkan triwulan sebelumnya seiring

dengan bertambahnya jumlah hari kerja

pada triwulan laporan yang tercatat

sebanyak 62 hari atau lebih banyak

dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya 60 hari kerja.

Secara proporsional dibandingkan dengan jumlah hari kerjanya, perputaran kliring

harian pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp144,59 miliar atau meningkat sebesar

9,65% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp131,86 miliar/hari.

Seiring dengan peningkatan aktivitas pembayaran non tunai, peredaran cek dan

bilyet giro kosong juga mengalami peningkatan. Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang

dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 3.815 lembar dengan nominal sebesar

Rp135,63 miliar.

Tabel 3.6 Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong

Provinsi Sumatera Selatan

III IV I II III

1. Lembar Warkat 3,090 3,551 3,473 2,434 3,815

2. Nominal (Rp Miliar) 83.35 115.55 113.54 78.61 135.63

Keterangan2010 2011

Jumlah warkat cek/BG kosong meningkat 56,74% (qtq) dari triwulan sebelumnya

yang sebanyak 2.434 lembar menjadi 3.815 lembar, sedangkan dari sisi nominal naik

72,54% (qtq) dari Rp78,61 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya, nominal cek/BG kosong mengalami peningkatan sebesar 62,73% (yoy)

Grafik 3.21 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja

 

59

60

61

62

63

0

20

40

60

80

100

120

140

160

III IV I II III

2010 2011

Perputaran Kliring/Hari Hari Kerja

Hari KerjaRp Miliar

Page 84: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

65  

sementara jumlah warkat tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,46% (yoy) (lihat

tabel 5.1).

Aktivitas kliring bulanan paling tinggi selama triwulan laporan terjadi pada bulan

Agustus 2011 dengan nominal sebesar Rp3,46 triliun dan jumlah warkat sebanyak 82.599

lembar atau dengan rata-rata perputaran nominal kliring/hari sebesar Rp182,37 miliar dan

dengan rata-rata jumlah warkat kliring/hari mencapai 4.347 lembar. Tingginya aktivitas

kliring pada tersebut diperkirakan berkaitan erat dengan tingginya transaksi ekonomi

selama bulan Ramadhan 1432 H.

3.13. Perkembangan Perkasan

Kegiatan perkasan pada triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp2,70 triliun,

meningkat 7,74% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar

Rp2,51 triliun. Sementara iu, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi

peningkatan inflow yang signifikan yaitu sebesar 123,82% (qtq) dari Rp1,21 triliun. Pada

periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp3,40 triliun, meningkat sebesar 39,26%

(yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan sebesar 9,98% (qtq) dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 3.23 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro

Kosong di Sumatera Selatan

 

0

10

20

30

40

50

60

02004006008001,0001,2001,4001,600

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Warkat (Aksis Kanan) Nominal

LembarRp Miliar

Grafik 3.22 Perkembangan Bulanan Jumlah

Perputaran Kliring di Sumatera Selatan

 

-500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000

50

70

90

110

130

150

170

190

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Rata-rata Nominal Kliring/Hari

Rata-rata Jumlah Warkat Kliring/Hari (Aksis Kanan)

LembarRp Miliar

Page 85: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

66      

Grafik 3.25 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh

oleh KBI Palembang 

-

5

10

15

20

25

-

100

200

300

400

500

600

III IV I II III

2010 2011

Nilai % thd Inflow

PersenRp Miliar

Dengan membandingkan angka

inflow dan outflow maka diperoleh net-

outflow selama triwulan berjalan sebesar

Rp0,70 triliun, sedangkan pada periode

triwulan sebelumnya tercatat mengalami net-

outflow sebesar Rp1,89 triliun. Adapun pada

periode yang sama tahun sebelumnya

tercatat mengalami net-inflow sebesar

Rp0,06 triliun.

Tabel 3.7

Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar)

III IV I II III

Inflow 2,508.09 1,747.93 1,001.56 1,207.37 2,702.34

Outflow 2,444.08 3,512.18 2,067.75 3,094.67 3,403.58

Net Inflow (Net Outflow) 64.02 (1,764.25) (1,066.19) (1,887.30) (701.25)

2010Keterangan

2011

Melalui kegiatan perkasan, dilakukan pula penarikan uang lusuh di KBI Palembang

sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang

dalam kondisi layak edar. Uang lusuh yang ditarik tercatat meningkat sebesar 74,74% (qtq)

dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan tahun sebelumnya

mengalami penurunan sebesar 43,11% (yoy) dari sebesar Rp480,47 miliar.

Menurut proporsinya terhadap

inflow, persentase penarikan uang lusuh

mengalami penurunan dari sebesar 12,96%

pada triwulan sebelumnya menjadi 10,18%.

Secara nominal, uang lusuh yang ditarik dan

dimusnahkan pada triwulan laporan

mencapai Rp273,36 miliar.

Grafik 3.24 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan

2010-2011

(1.50)

(1.00)

(0.50)

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Net Outflow Outflow Inflow

Rp Triliun

Page 86: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

67  

3.14. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan didominasi oleh denominasi Rp100.000,00,

hal tersebut terjadi pada inflow maupun outflow. Inflow uang kertas didominasi

denominasi Rp100.000,00 yakni sebesar Rp1.530,71 miliar atau mencapai 56,65%,

kemudian diikuti denominasi Rp50.000,00 sebesar Rp1.033,12 miliar atau 38,24%. Kedua

denominasi tersebut pun mendominasi aliran uang kertas ke luar (outflow) yakni masing-

masing tercatat sebesar 49,52% dan 45,28%. Sementara itu, denominasi Rp1.000,00

mendominasi inflow maupun outflow uang logam yakni masing-masing dengan pangsa

sebesar 72,29% dan 50,39%.

Penggunaan denominasi Rp100.000,00 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya, hal tersebut terlihat dari peningkatan yang mencapai 41,66% (yoy).

Namun demikian, apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat mengalami

penurunan sebesar 24,87% (qtq).

Tabel 3.8

Pangsa Denominasi Uang dalam Inflow

 

Pada mata uang logam, penggunaan masyarakat terhadap denominasi Rp1.000,00

tercatat menurun sebesar 25,68% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sementara

Page 87: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

68      

dibandingkan tahun sebelumnya meningkat sebesar 16,53% (yoy). Sementara itu,

penggunaan uang logam denominasi Rp500,00 mengalami peningkatan yang signifikan

dibandingkan triwulan maupun tahun sebelumnya yakni masing-masing sebesar

16.638,76% (qtq) dan 1.846,70% (yoy).

Tabel 3.9 Pangsa Denominasi Uang dalam Outflow

Grafik 3.26 Perkembangan Denominasi Uang Kertas dalam Inflow

-

20 40

60 80

100

-

400 800

1,200 1,600

2,000

III IV I II III

2010 2011

100,000 50,000

20,000 (Aksis Kanan) 10,000 (Aksis Kanan)

5,000 (Aksis Kanan) 2,000 (Aksis Kanan)

1,000 (Aksis Kanan)

Rp Miliar Rp Miliar

Grafik 3.27 Perkembangan Denominasi Uang Kertas dalam Outflow

-

20

40

60

80

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

III IV I II III

2010 2011

100,000 50,000 20,000 (Aksis Kanan) 10,000 (Aksis Kanan)5,000 (Aksis Kanan) 2,000 (Aksis Kanan)1,000 (Aksis Kanan)

Rp Miliar Rp Miliar

Page 88: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

69  

3.15. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau

Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, Bank Indonesia

menyelenggarakan kegiatan kas titipan di Kota Lubuk Linggau. Pertimbangan

penyelenggaraan kas titipan di daerah ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan

terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang.

Tabel 3.10

Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar)

III IV I II III

Inflow 1,095.19 1,119.30 318.01 253.32 279.05 155.32 333.16

Outflow 1,157.85 1,410.79 318.98 369.78 221.72 213.96 211.46

Net Inflow (Net Outflow) (62.67) (291.49) (0.97) (116.46) 57.34 (58.65) 121.70

20102010Keterangan 2009

2011

 

Nilai outflow di Lubuk Linggau tercatat sebesar Rp211,46 miliar, mengalami

penurunan sebesar 1,17% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu aktivitas

inflow tercatat sebesar Rp333,15 miliar, mengalami peningkatan yang cukup signifikan

yakni sebesar 114,50% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas

inflow yang terjadi pada periode laporan diperkirakan erat kaitannya dengan penutupan

Kas Titipan Muaro Bungo, Jambi, sehingga perbankan yang berada di Kabupaten

Sorolangun dan Kabupaten Bangko, Jambi lebih memilih menyetor uang ke Lubuk Linggau

yang berjarak dalam radius 150 km dan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2 (dua) jam.

Grafik 3.28 Perkembangan Denominasi Uang Logam dalam Inflow

-2 4 6 8 10 12 14 16 18

-

100 200 300 400

500 600 700

III IV I II III

2010 2011

1,000 500 200 (Aksis Kanan) 100 (Aksis Kanan)

Rp Juta Rp Juta

Grafik 3.29 Perkembangan Denominasi Uang Logam dalam Outflow

-

20

40

60

80

100

120

(100)

-

100

200

300

400

500

III IV I II III

2010 2011

1,000 500 200 (Aksis Kanan) 100 (Aksis Kanan)

Rp Juta Rp Juta

Page 89: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

70      

Meningkatnya aktivitas inflow tersebut menyebabkan terjadinya net-inflow pada

periode laporan yakni sebesar Rp121,70, sementara pada triwulan sebelumnya tercatat

mengalami net-outflow sebesar Rp58,65 miliar.

Grafik 3.30

Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun 2010-2011  

 

(250)(200)(150)(100)(50)

-50

100 150 200 250

7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Outflow Inflow Net Outflow

Rp Miliar

Page 90: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

71  

UANG KERTAS Rp20.000, Rp50.000 DAN Rp100.000 DESAIN BARU TELAH DIEDARKAN

Pada tanggal 28 Oktober 2011, Bank Indonesia meresmikan peluncuran Uang Kertas (UK) Rupiah Desain Baru pecahan Rp20.000 Tahun Emisi (TE) 2004, Rp50.000 TE 2005 dan Rp100.000 TE 2004. Peluncuran desain baru ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan dari upaya pemalsuan serta memudahkan masyarakat mengenali keaslian uang Rupiah khususnya ketiga pecahan tersebut. Selanjutnya layanan distribusi dan penukaran uang dilakukan mulai 31 Oktober 2011. Penyempurnaan desain secara visual bersifat minor dan bukan merupakan uang emisi baru. Warna dominan uang, bahan uang, gambar utama dan ukuran uang adalah tetap atau tidak mengalami perubahan. Namun demikian, desain baru ini mengakomodasi beberapa unsur pengaman yang dapat dikenali tanpa menggunakan alat bantu. Dengan tambahan unsur pengaman ini diharapkan masyarakat dapat lebih cepat mengenali keaslian uang Rupiah. Dan tentunya ini menjadi upaya BI meningkatkan perlindungan dari upaya-upaya pemalsuan uang. Perubahan untuk mengoptimalkan fungsi elemen desain atau up-grading pada masing-masing ketiga pecahan uang kertas tersebut meliputi:

1. Pecahan Rp20.000 Tahun Emisi (TE) 2004 a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama

pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu;

b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna hijau dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan uang dan belakang uang;

c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah empat persegi panjang yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang;

Suplemen 6

Gambar 1. Desain Uang Kertas Denominasi Rp20.000

Page 91: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

72      

2. Pecahan Rp50.000 Tahun Emisi (TE) 2005 a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama

pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu;

b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna oranye dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan dan belakang uang;

c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah segi tiga yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.

3. Pecahan Rp100.000 Tahun Emisi (TE) 2004

a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di atas gambar utama pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu;

b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna merah dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan dan belakang uang;

c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah lingkaran yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang.

d. Penambahan penulisan DEWAN PERWAKILAN DAERAH pada gambar utama di bagian belakang uang yang semula bertuliskan“MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT” menjadi “MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH”.

e. Menghilangkan unsur pengaman berupa Irisafe yang terletak di samping kanan gambar utama pada bagian depan uang.

Page 92: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

73  

Sementara itu, elemen desain utama lainnya seperti warna dominan uang, bahan uang, gambar utama dan ukuran uang adalah tetap atau tidak mengalami perubahan. Sebagai informasi, uang kertas pecahan Rp20.000 TE 2004, Rp50.000 TE 2005 dan Rp100.000 TE 2004 desain lama masih tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah sepanjang belum dicabut dan ditarik dari peredaran oleh Bank Indonesia.

Page 93: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 3 - Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran   

74      

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank 

 

 

Page 94: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

• Realisasi pendapatan APBD pada periode laporan sebesar 75,62%, lebih tinggi

dibandingkan kinerja tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja tercatat lebih rendah.

• Seiring batas waktu pembayaran PBB yang jatuh tempo pada bulan September menyebabkan tingginya realisasi penerimaan PBB mencapai Rp821,34 miliar.

4.1. Realisasi APBD Sumatera Selatan Triwulan III 2011

Pendapatan daerah Provinsi Sumatera Selatan terealisasi sebesar Rp2.845,53 miliar atau

mencapai 75,62% dari total anggaran perubahan yang sebesar Rp3.762,95 miliar. Total

realisasi belanja daerah mencapai Rp1.771,55 miliar atau sebesar 43,41% dari anggaran

yang sebesar Rp4.080,95 miliar. Realisasi pendapatan pada periode laporan tercatat lebih

tinggi dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama tahun sebelumnya,

sementara realisasi belanja tercatat lebih rendah (lihat tabel 4.1).

Pada komponen pendapatan daerah, realisasi paling tinggi dicapai oleh Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah satu indikator kemandirian suatu daerah. Realisasi

PAD sebesar 80,21% dengan nominal mencapai Rp1.353,40 miliar dan menyumbang

47,56% terhadap total realisasi pendapatan. Lebih detail, komponen PAD yang mencatat

realisasi paling tinggi secara nominal adalah Pajak Daerah yakni Rp1.244,75 miliar atau

dengan realisasi sebesar 82,25% dari anggaran. Realisasi Lain-lain PAD yang sah mencapai

Rp64,49 miliar atau 73,52%, dan pendapatan Hasil Retribusi Daerah mencapai 57,40%

dengan nominal sebesar Rp7,54 miliar. Sementara itu, realisasi komponen Lain-lain

Pendapatan yang Sah sebesar Rp63,07 miliar atau mencapai 72,73% dengan kontribusi

sebesar 2,22% dari total realisasi pendapatan. Selanjutnya, realisasi Dana Perimbangan

tercatat Rp1.429,06 miliar yang ditopang oleh Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak yakni

sebesar Rp865,84 miliar.

Pada komponen belanja, realisasi belanja tidak langsung tercatat sebesar 45,55%

atau sebesar Rp975,25 miliar. Capaian itu masih di bawah periode yang sama tahun

sebelumnya yang mencapai 51,07%. Realisasi belanja pegawai pada komponen belanja

tidak langsung tercatat sebesar Rp357,33 miliar dan merupakan komponen belanja tidak

Page 95: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

76

langsung yang tingkat realisasinya kedua tertinggi yakni sebesar 54,37%. Sementara itu,

realisasi belanja tidak langsung yang paling tinggi dibukukan belanja bantuan sosial yang

terealisasi 63,68% dengan nominal sebesar Rp36,11 miliar.

Tabel 4.1

Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011 (Rp Miliar)

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Page 96: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

77

Realisasi komponen belanja langsung tercatat Rp796,30 miliar atau sebesar 41,05%

dari anggaran. Kinerja realisasi belanja langsung tersebut lebih rendah dibandingkan

pencapaian periode tahun sebelumnya yang mencapai 44,55%. Realisasi belanja modal

pada komponen belanja langsung tercatat sebesar Rp553,37 miliar yang merupakan

tingkat realisasi paling tinggi yakni sebesar 48,26%. Sementara itu, realisasi belanja

pegawai sebesar Rp50,68 miliar atau mencapai 40,30%. Komponen belanja langsung yang

terealisasi paling rendah adalah belanja barang dan jasa yakni sebesar 28,79% dari

anggaran dengan nominal Rp192,25 miliar.

Tabel 4.2 Realisasi Belanja Sumsel Triwulan III 2010 dan Triwulan III 2011 (Rp Miliar)

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran

Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Anggaran Perubahan Realisasi

52.46% 55.05%

47.54% 44.95%

Belanja T idak Langsung Belanja Langsung

Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan

Realisasi APBD Sumsel Triwulan III 2011

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Anggaran Perubahan Realisasi

44.84% 47.56%

52.86% 50.22%

2.30% 2.22%

PAD Dana Perimbangan Lain- lain PAD yang Sah

Page 97: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

78

4.2. Realisasi Penerimaan Pajak Sumatera Selatan

Penerimaan pajak Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan III 2011 mengalami peningkatan

sebesar 360,07% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Data yang diperoleh dari Kantor

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung

menunjukkan bahwa tingginya penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menjadi

pendorong utama signifikannya peningkatan penerimaan pajak. Penerimaan PBB mencapai

Rp821,34 miliar atau meningkat sebesar 4.452,83% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang disebabkan tingginya setoran dari masyarakat seiring batas waktu

pembayaran PBB yang jatuh tempo pada bulan September.

Penerimaan PPh Pasal 21 tercatat sebesar Rp352,04 miliar atau meningkat sebesar

51,90% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 13,13%

(qtq). Meningkatnya penerimaan PPh Pasal 21 salah satunya disebabkan pemberian

bonus/Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan pada periode laporan.

Sementara itu, penerimaan PPh Orang Pribadi tercatat sebesar Rp6,55 miliar atau

turun sebesar 1,69% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Walaupun dibandingkan

triwulan sebelumnya mengalami penurunan, realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi pada

Grafik 4.3 Perkembangan Penerimaan PPh Orang Pribadi

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Bangka Belitung

(80)

(60)

(40)

(20)

-

20

40

-2 4 6 8

10 12 14 16 18

III IV I II III

2010 2011

PPh Orang Pribadi

Pertumbuhan PPh Orang Pribadi (Aksis Kanan)

Rp Miliar Persen

Grafik 4.4 Perkembangan Penerimaan PPh Pasal 21

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Bangka Belitung

-5 10 15 20 25 30 35 40

-50

100 150 200 250 300 350 400

III IV I II III

2010 2011

PPh Pasal 21 Pertumbuhan PPh Pasal 21

Rp Miliar Persen

Page 98: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

79

periode laporan tercatat sebagai penerimaan pajak paling tinggi apabila dibandingkan

dengan pencapaian tahun sebelumnya yakni mencapai 24,35% (yoy).

Grafik 4.5 Perkembangan Penerimaan PBB

Sumatera Selatan

Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Selatan dan

Kepulauan Bangka Belitung

(120)(100)(80)(60)(40)(20)-20 40

-100 200 300 400 500 600 700 800 900

III IV I II III

2010 2011

PBB Pertumbuhan PBB

Rp Miliar Persen

Page 99: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 4 - Perkembangan Keuangan Daerah

80

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 100: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

• Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan. • Penurunan harga komoditas pertanian diduga menekan Nilai Tukar Petani (NTP).

• Walaupun konsumen optimis terhadap penghasilan pada 6 bulan mendatang, namun mayoritas responden masih pesimis terhadap ketersediaan lapangan kerja.

5.1. Ketenagakerjaan

Kondisi ketenagakerjaan di Sumsel pada semester kedua tahun 2011 memperlihatkan

sedikit perbaikan yang digambarkan dengan peningkatan kelompok penduduk yang

bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumsel

pada bulan Agustus 2011 mencapai 3.770.673 orang, bertambah 105.629 orang atau

2,88% (yoy) dibanding jumlah angkatan kerja pada bulan Agustus 2010 yang tercatat

3.665.044 orang. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar

3.553.104 orang, bertambah 131.911 orang atau 3,86% (yoy) jika dibandingkan dengan

posisi yang sama pada tahun sebelumnya.

Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2010 – Agustus 2011

*) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan.

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 101: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

82

Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor

ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar

penduduk bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan sektor pertanian merupakan

sektor ekonomi utama di Sumsel dan mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada

sektor tersebut. Walaupun demikian, pangsa tenaga kerja sektor pertanian pada Agustus

2011 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sebesar 57,12%.

Jumlah tenaga kerja pada semua sektor mengalami peningkatan dibandingkan

tahun sebelumnya. Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi tercatat

meningkat 12,06% (yoy), Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan

Perikanan naik 2,19% (yoy), sementara sektor lainnya tercatat meningkat 3,85% (yoy) atau

bertambah 13.470 orang.

Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan

Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasi dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi,

yakni formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha

dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal

umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan

berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 66,69% tenaga kerja Sumatera

Selatan pada bulan Agustus 2011 bekerja pada kegiatan informal.

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2010 – Agustus 2011

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Page 102: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

83

5.2. Pengangguran

Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan.

Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan

ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat

pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan data BPS Sumsel, jumlah pengangguran pada bulan Agustus 2011

mengalami penurunan sebanyak 10.515 orang atau 4,61% dibandingkan dengan posisi

bulan Februari 2011. Bahkan apabila dibandingkan dengan posisi bulan Agustus 2011

tercatat mengalami penurunan sebanyak 26.282 orang atau sebesar 10,78% yang

diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya kinerja beberapa sektor unggulan pada

periode survei.

Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,

Februari 2010 – Agustus 2011

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Membaiknya perekonomian secara umum juga telah menyebabkan penurunan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel pada bulan Agustus 2011 menjadi 5,77%

dibandingkan kondisi pada bulan Agustus 2010 yang sebesar 6,65% maupun

dibandingkan posisi periode semester sebelumnya yang sebesar 6,07%.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan

dengan daerah pedesaan. Tingginya TPT di kota erat kaitannya dengan pertumbuhan

alamiah penduduk, arus masuk angkatan kerja dari pedesaan, dan banyaknya pencari kerja

sebagai konsekuensi meningkatnya pendidikan penduduk perkotaan.

Page 103: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

84

Grafik 5.2 Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan

Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia

100 102 104 106 108 110 112 114 116 118 120

0200400600800

1,0001,2001,400

III IV I II III

2010 2011

Harga CPO DuniaHarga Karet DuniaNilai Tukar Petani (Aksis Kanan)

IndeksUSD

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan & Bloomberg, diolah

Grafik 5.1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar

dan Nilai Tukar Petani

102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 

9095100105110115120125130135

9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2010 2011

Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani  Nilai Tukar Petani (RHS)

Indeks Indeks

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

5.3. Nilai Tukar Petani

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah suatu

indikator pengukur kemampuan tukar

produk pertanian dengan barang dan

jasa yang diperlukan petani untuk

konsumsi rumah tangganya dan untuk

keperluan dalam memproduksi produk

pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan

III 2011 tercatat sebesar 109,49 yang

menunjukkan bahwa daya beli petani

mengalami penurunan sebesar 1,28%

(qtq) dibandingkan rata-rata NTP

triwulan sebelumnya yang sebesar 110,91.

Penurunan harga komoditas

pertanian menjadi salah satu

penyebab meningkatnya indeks

harga yang diterima petani jauh

lebih rendah daripada pertumbuhan

indeks harga yang dibayar petani.

Rata-rata indeks yang diterima

petani meningkat dari 139,76

menjadi 139,90 atau hanya sebesar

0,10% (qtq), sedangkan indeks yang

dibayar petani mengalami

peningkatan sebesar 1,39% (qtq) dari 126,01 menjadi 127,77. Rata-rata Indeks Konsumsi

Rumah Tangga Petani naik 1,68% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dari 128,22

menjadi 130,38. Komponen indeks konsumsi yang mengalami peningkatan paling tajam

adalah bahan makanan yakni sebesar 2,20% (qtq), sementara indeks konsumsi yang

meningkat paling rendah terjadi pada komponen sandang yakni sebesar 0,39% (qtq).

Page 104: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

85

Tabel 5.4 Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan

III IV I II III

Konsumsi Rumah Tangga 124.51 126.21 128.91 128.22 130.38

Bahan Makanan 126.50 128.74 132.28 129.63 132.47

Makanan Jadi 121.53 122.99 125.43 127.30 129.01

Perumahan 127.36 128.99 130.69 132.48 134.36

Sandang 122.83 123.85 127.33 129.35 130.74

Kesehatan 121.82 122.70 123.57 124.60 125.90

Pendidikan 125.18 125.42 125.66 125.46 126.13

Transportasi 108.80 108.31 108.60 108.55 108.97

2011Komponen

2010

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Rata-rata biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan

sebesar 0,36% (qtq) yang tercermin dari kenaikan rata-rata indeks biaya produksi dan

penambahan modal dari 119,89 pada triwulan sebelumnya menjadi 120,33. Peningkatan

biaya produksi yang paling tinggi terjadi pada penambahan barang modal, sementara

peningkatan yang paling rendah terjadi pada upah buruh tani yakni sebesar 0,12% (qtq).

Tabel 5.5 Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani

III IV I II III

Biaya Produksi 118.46 119.22 119.78 119.89 120.33

Bibit 117.46 117.62 118.04 118.38 118.95

Obat & Pupuk 119.14 119.99 120.84 120.66 121.29

Sewa Lahan 110.26 111.86 112.63 112.61 112.78

Transportasi 112.13 112.32 112.52 112.45 113.03

Penambahan Barang Modal 113.50 113.83 114.42 114.62 115.37

Upah Buruh Tani 126.92 127.71 128.18 128.49 128.65

2010 2011Komponen

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

5.4. Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin)

Data Perum Bulog Divre Sumsel menunjukkan penyaluran Raskin pada periode Juli –

Agustus 2011 sebanyak 21,85 ribu ton atau berkurang sebesar 12,72% (qtq) dibandingkan

penyaluran pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, penyaluran Raskin selama

triwulan III 2011 diestimasi mencapai 32,14 ribu ton atau naik 28,38% (qtq) dibanding

triwulan sebelumnya. Penyaluran Raskin (sudah dimulai sejak 1998. Krisis moneter tahun

1998 merupakan awal pelaksanaan Raskin yang bertujuan untuk memperkuat ketahanan

pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin.

Page 105: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

86

Grafik 5.3 Stok Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan

20  40  60  

80  100  120  140  

160  180  

III IV I II III*

2010 2011

Ribu Ton

*) Estimasi

Sumber : Perum Bulog Divre Sumatera Selatan, diolah

Dalam kaitan menjaga ketahan pangan,

jumlah stok beras yang dimiliki Perum Bulog

pada triwulan III 2011 diperkirakan mencapai

98,76 ribu ton atau mengalami peningkatan

sebesar 20,80% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Jumlah tersebut diperkirakan

cukup untuk memenuhi kebutuhan Raskin

selama 10 bulan ke depan dengan asumsi rata-

rata kebutuhan Raskin per bulan sebesar 10 ribu

ton.

5.5. Tingkat Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan pada

bulan Maret 2011 tercatat sebesar 1.074,81 ribu jiwa atau 14,24% dari jumlah penduduk

Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 4,52% atau sebesar 50,92

ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Maret 2010) yang tercatat

sebesar 1.125,73 ribu jiwa.

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 1993-2011 berfluktuasi dari

tahun ke tahun. Pada periode 1996-1999 jumlah penduduk miskin meningkat sebesar

464,9 ribu karena krisis ekonomi, persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dari

17,04% menjadi 23,87%.

Tabel 5.6 Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan

(dalam ton)

*) Estimasi

Sumber : Perum Bulog Divre Sumatera Selatan, diolah

Page 106: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

87

Tabel 5.7

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 1993-2011

Tahun Jumlah Penduduk Miskin

(ribuan) Persentase

1993 901,9 15,73

1996 1.017,0 17,04 1999 1.481,9 23,87 2002 1.434,1 22,49 2003 1.397,3 21,54 2004 1.379,3 20,92

Januari 2005 1.429,0 21,01 Januari 2006 1.446,9 20,99 Maret 2007 1.331,8 19,15

Maret 2008 1.249,61 17,73 Maret 2009 1.167,87 16,28 Maret 2010 1.125,73 15,47

Maret 2011 1.074,81 14,24

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan pada Susenas Maret 2011 tercatat

sebanyak 1,07 juta jiwa atau mencapai 14,24% dari total penduduk Sumatera Selatan.

Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 4,52% dibandingkan tahun

sebelumnya atau sebanyak 50,92 ribu jiwa.

Garis Kemiskinan mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir,

yakni sebesar 6,59% dari Rp221.687,00 per kapita/bulan menjadi Rp236.298,00 per

kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan

pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami

peningkatan sebesar 6,47% dari Rp258.304,00 per kapita/bulan menjadi Rp275.006,00 per

kapita/bulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di daerah pedesaaan mengalami kenaikan

sebesar 8,14% pada periode yang sama, dari Rp198.572,00 per kapita/bulan menjadi

Rp214.727,00 per kapita/bulan.

Peranan komoditi makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen

makanan dan bukan makanan terlihat mengalami sedikit penurunan. Kontribusi garis

kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar

77,00%, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 77,08%.

Page 107: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

88

Tabel 5.8 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2011

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan

(Rp/Kapita/Bulan)

Jumlah Penduduk

Miskin Persentase

Perkotaan Maret 2008 229.552 517,70 18,87

Maret 2009 247.661 470,03 16,93 Maret 2010 258.304 471,22 16,73 Maret 2011 275.006 409,15 15,15

Perdesaan Maret 2008 175.556 734,91 17,01

Maret 2009 190.109 697,85 15,87 Maret 2010 198.572 654,50 14,67 Maret 2011 214.727 665,66 13,73

Kota+Desa Maret 2008 196.452 1.249,61 17,73 Maret 2009 212.381 1.167,87 16,28 Maret 2010 221.687 1.125,73 15,47 Maret 2011 236.298 1.074,81 14,24

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Garis kemiskinan makanan makanan pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar

Rp181.940,00/kapita/bulan, dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar

Rp54.357,00/kapita/bulan. Kondisi tersebut mengalami kenaikan dibandingkan Maret 2010

yang mencatat Rp170.875,00/kapita/bulan untuk garis kemiskinan makanan dan

Rp50.813,00/kapita/bulan untuk garis kemiskinan bukan makanan.

Tabel 5.9 Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel

Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2011

Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)

Total Makanan Bukan Makanan

Perkotaan Maret 2009 181.415 66.246 247.661

Maret 2010 188.781 69.523 258.304 Maret 2011 199.953 75.053 275.006

Perdesaan Maret 2009 152.681 37.427 190.109 Maret 2010 159.571 39.001 198.572 Maret 2011 171.903 42.824 214.727

Kota+Desa Maret 2009 163.801 48.580 212.381

Maret 2010 170.875 50.813 221.687 Maret 2011 181.940 54.357 236.298

Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Page 108: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

89

5.6. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen

Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mencatat setidaknya

ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei

yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 300 responden dari berbagai kalangan

pendidikan dan pekerjaan di Kota Palembang.

5.6.1. Indikator Ketenagakerjaan

Survei Konsumen di Kota Palembang menunjukkan bahwa 41,78% responden

berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan relatif sama

dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sementara itu, 39,67% responden berpendapat bahwa

ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu. Hal

tersebut menunjukkan bahwa secara umum kondisi ketersediaan lapangan kerja cenderung

semakin memburuk.

Memburuknya ketersediaan lapangan pekerjaan pada masa yang akan datang juga

menjadi perhatian responden survei. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya

persentase responden yang berpendapat demikian yakni sebesar 36,22%. Walaupun

demikian, optimisme responden akan perbaikan kondisi ketenagakerjaan semakin membaik

yang ditunjukkan dengan tingginya persentase responden yang berpendapat ketersediaan

lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang yang mencapai 29,56%.

Tabel 5.10 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang

Page 109: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

90

5.6.2. Indikator Penghasilan

Dari sisi pendapatan, mayoritas responden yakni sebesar 46,11% menyatakan bahwa

penghasilan mereka pada periode laporan tidak berbeda dibandingkan dengan kondisi 6

bulan sebelumnya.

Hal yang cukup menggembirakan diperkirakan akan terjadi pada 6 bulan yang akan

datang ketika sebagian besar responden yakni sebanyak 58,89% optimis bahwa akan

terjadi kenaikan pendapatan seiring kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) terutama

bagi yang berpenghasilan Rp1 juta – Rp2 juta.

.

Tabel 5.13 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang

Tabel 5.11 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang

Tabel 5.12 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini

Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan III 2011

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Palembang

Page 110: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

91

Grafik 5.4 Laju Kenaikan UMP dan Inflasi Sumatera Selatan 2007-2011

9,60

12,24 11,00

12,50 13,00

8,20

11,15

1,85

6,02 6,20

-

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

2007 2008 2009 2010 2011

Kenaikan U MP Inflasi

%, yoy

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan BPS Provinsi Sumatera Selatan , diolah

5.7. Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan Tahun 2011

Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan pada tahun 2011 ditetapkan sebesar

Rp1.048.440,00 atau mengalami peningkatan sebesar 13,00% dibandingkan UMP tahun

2010 yang sebesar Rp927.825,00. Sektor bangunan mencatat UMP paling tinggi yakni

sebesar Rp1.750.000,00 sementara UMP terendah diberlakukan untuk sektor angkutan,

pergudangan, dan komunikasi dengan UMP sebesar Rp1.100.862,00.

Selain tercatat sebagai sektor ekonomi yang memiliki UMP paling tinggi, sektor bangunan

juga mengalami peningkatan yang paling tinggi yakni sebesat 45,83% dibandingkan UMP

tahun lalu. Sementara itu, sektor ekonomi yang mengalami peningkatan UMP paling

rendah adalah sektor pertanian, peternakan, dan kehutanan, serta sektor perdagangan

besar, eceran, dan rumah yakni sebesar 7,62%.

Kesejahteraan

masyarakat (kaum pekerja

pada khususnya) relatif

meningkat setiap tahunnya

yang terindikasi dari lebih

tingginya rata-rata kenaikan

UMP dalam kurun waktu lima

tahun terakhir yang mencapai

13,05% (yoy) dibandingkan

dengan rata-rata inflasi yang

sebesar 7,13% (yoy).

Tabel 5.14 UMP Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sumatera Selatan Tahun 2011

Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Selatan

Page 111: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 5 - Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

92

Halaman ini sengaja dikosongkan

This page is intentionally blank

Page 112: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH

• Pertumbuhan ekonomi dan inflasi diperkirakan melambat di akhir tahun terkait melemahnya permintaan akibat situasi ekonomi global

• Penyaluran kredit diprediksi melambat dan dibarengi dengan potensi meningkatnya NPL seiring menurunnya harga komoditas yang akan mempengaruhi repayment capacity debitur.

6.1. Pertumbuhan Ekonomi

Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan IV diperkirakan akan tetap tumbuh,

namun dengan laju yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Permintaan

domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi, walaupun secara negatif

sudah terpengaruh oleh penurunan harga komoditas unggulan sejak pertengahan tahun.

Ekspor dan investasi diperkirakan melambat karena kondisi dan prospek permintaan

eksternal yang memburuk. Faktor penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan

diperkirakan akan berasal dari realisasi pengeluaran pemerintah di akhir tahun serta

meningkatnya aktivitas ekonomi secara jangka pendek sehubungan penyelenggaraan SEA

Games XXVI di Kota Palembang. Hal tersebut akan menyebabkan pertumbuhan sektor

sekunder dan tersier akan lebih baik dibandingkan pertumbuhan sektor primer.

Kemungkinan perlambatan

pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan

triwulan IV juga disebabkan oleh faktor

teknikal. Berdasarkan data historis, kondisi

ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan

terjadi di masa depan, diperkirakan

pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada

triwulan IV 2011 akan berada pada kisaran

5,7 ± 1%. Di sisi lain, secara triwulanan (qtq)

pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan

terkontraksi di kisaran 4,1 ± 1%.

Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan

 Sumber: BPS, estimasi BI

*Hasil proyeksi KBI Palembang

Page 113: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

  

94

Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi

akan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi sebesar

1,3 ± 0,5% (qtq,sa) dari sebelumnya sebesar 1,4% (qtq,sa).1

Tabel 6.1

Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Sumsel Triwulan III 2011

Aspek Pertumbuhan

Triwulan III Penyebab Pertumbuhan

Ekspektasi triwulan

mendatang Keterangan Ekspektasi

Kegiatan Usaha (umum)

Meningkat Faktor musiman komoditas unggulan, persiapan SEA Games

Melambat Turunnya permintaan eksternal

Volume produksi

Menurun Turunnya permintaan eksternal

Meningkat Kondisi cuaca yang lebih mendukung

Nilai penjualan Menurun

Penurunan harga komoditas unggulan

Menurun Penurunan harga komoditas unggulan

Kapasitas produksi Menurun

Prospek permintaan yang memburuk

Menurun Prospek permintaan yang memburuk

Tenaga kerja Meningkat Faktor musiman, produksi yang lebih baik

Tetap Faktor musiman

Volume pesanan Melambat

Menurunnya harga komoditas dan prospek ekonomi dunia

Sedikit melambat Menurunnya harga komoditas dan prospek ekonomi dunia

Harga jual komoditas unggulan

Meningkat Meningkatnya permintaan domestik

Menurun Menurunnya permintaan dari negara maju dan berkembang

Kondisi keuangan

Meningkat Baiknya prospek di sektor sekunder dan tersier terkait persiapan SEA Games

Sedikit terganggu

Turunnya penjualan ke pasar global

Akses kredit Meningkat Persiapan SEA Games Melambat

Koreksi prospek usaha dalam jangka pendek, terkait penurunan permintaan komoditas

Situasi bisnis Meningkat

Faktor musiman komoditas unggulan dan prospek pengembangan bisnis di pasar domestik terkait SEA Games

Sedikit melambat Menurunnya permintaan dari negara maju dan berkembang

Sumber: SKDU KBI Palembang, Analisa Kelompok Kajian Ekonomi KBI Palembang

Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III dan analisis yang

dilakukan KBI Palembang, secara umum kegiatan usaha diperkirakan masih akan

mengalami perlambatan pada triwulan IV 2011. Penurunan diperkirakan terjadi baik dari

                                                           1 Laju pertumbuhan ekonomi dengan penyesuaian musiman (qtq,sa) diperoleh dari laju pertumbuhan triwulanan dari hasil estimasi PDRB harga konstan yang telah dihilangkan faktor musimannya (seasonally adjusted). Metode yang digunakan adalah X12-ARIMA dengan mengadopsi US Census Bureau.

Page 114: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

  

95

aspek kapasitas produksi, nilai penjualan, kondisi keuangan, volume pesanan, maupun

situasi bisnis pada umumnya.

Konsumsi rumah tangga akan tumbuh stabil secara tahunan di triwulan IV 2011.

Penyelenggaraan SEA Games diperkirakan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga

khususnya di bulan November. Namun, dengan mengeliminir faktor SEA Games, konsumsi

secara riil diperkirakan akan turun sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga

komoditas unggulan Sumatera Selatan sejak pertengahan tahun 2011. Berdasarkan BPS,

Indeks Tendensi Konsumen diperkirakan turun dari 108,96 pada triwulan III 2011 menjadi

106,94 di triwulan IV 2011. Indeks Keyakinan Konsumen juga menunjukkan penurunan

pada bulan September 2011. Walaupun mengalami penurunan, kedua indeks tersebut

mengindikasikan bahwa konsumen masih cenderung optimis terhadap perkembangan

perekonomian.

Pengeluaran pemerintah diperkirakan masih meningkat dan menjadi salah satu

faktor pendorong perekonomian di triwulan IV. Seperti yang dijelaskan pada Bab IV,

Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan per triwulan III 2011 hanya

mencapai 43,41% dengan realisasi pendapatan sebesar 75,62%. Dengan asumsi sampai

dengan akhir tahun realisasi pengeluaran sebesar 80% dan realisasi pendapatan 100%,

maka perekonomian Sumatera Selatan akan memperoleh stimulus sebesar 36,39% dari

anggaran belanja atau sekitar Rp1,5 triliun. Hal ini mengindikasikan sisifiskal yang

cenderung ekspansif terhadap perekonomian pada triwulan IV 2011.

Investasi diperkirakan akan melambat di triwulan IV karena kondisi dan prospek

permintaan eksternal yang diduga akan memburuk. Harga komoditas unggulan khususnya

karet diperkirakan masih akan turun atau setidaknya stagnan di 2012 karena prospek

pertumbuhan ekonomi global yang melambat dan suplai karet yang meningkat dari

berbagai negara. Namun demikian, masih terdapat prospek investasi yang bersifat jangka

panjang yang dilakukan, yaitu diantaranya penambahan kapasitas angkutan batubara dan

pembangunan pembangkit listrik PLN.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk

tahun 2011 secara umum rendah, dan tetap rendah hingga tahun 2012. International

Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2011,

hanya sebesar 4,0%, turun dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,3%. Pertumbuhan

ekonomi Amerika Serikat untuk tahun 2011 dan 2012 diproyeksikan akan mencapai

masing-masing sebesar 1,5% dan 1,8%. Pertumbuhan ekonomi Euro justru diprediksi akan

Page 115: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

  

96

semakin lemah dari 1,6% menjadi 1,1%. Negara maju lainnya yaitu Singapura dan Kanada

juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Negara maju yang diperkirakan

mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi adalah Jepang, yaitu dari yang sebelumnya

turun 0,5% menjadi tumbuh 2,3%, sebagai implikasi pemulihan pasca gempa. Sementara

itu, negara berkembang diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan melambat dari 9,5% di tahun 2011 menjadi

9,0% di tahun 2012. India diperkirakan mengalami perlambatan dari 7,8% menjadi 7,5%,

dan Malaysia dari 5,2% menjadi 5,2%.

Tabel 6.2

Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2011 dan 2012

(dalam persentase)

Negara Ekspor Sumsel1 Proyeksi2

2011 2012

AS 25,56 1,5 1,8

Euro 14,72 1,6 1,1

Cina 19,51 9,5 9,0

India 4,11 7,8 7,5

Jepang 6,37 -0,5 2,3

Malaysia 4,08 5,2 5,1

Singapura 3,74 5,3 4,3

Kanada 3,49 2,1 1.9

Negara Maju 1,6 1,9

Negara Berkembang 6,4 6,1

Dunia 4,0 4,0 1 Proporsi nilai ekspor Sumatera Selatan pada negara tersebut, menggunakan data “Nilai Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan” periode Januari 2010 sampai dengan Mei 2011, Bank Indonesia 2 IMF, World Economic Outlook, September 2011

Selanjutnya, IMF juga memprediksi bahwa pertumbuhan volume perdagangan

dunia akan menurun dari 7,5% pada 2011 menjadi 5,8% pada 2012. Impor baik dari

negara maju maupun negara berkembang diproyeksikan akan mengalami penurunan,

masing-masing dari 5,9% dan 11,1% pada 2011 menjadi 4,0% dan 8,1% pada tahun

2012.

Penurunan volume perdagangan dunia secara umum dibandingkan tahun

sebelumnya disebabkan oleh adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, yang

utamanya dikontribusikan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini

Page 116: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

  

97

akan turut menurunkan permintaan barang input yang berasal dari negara berkembang,

sehingga kemudian ikut menurunkan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

Sebagai dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan

sektor unggulan Sumatera Selatan diperkirakan akan sedikit turun dibandingkan triwulan

sebelumnya. Harga komoditas yang diperkirakan menurun pada tingkat tertentu namun

diperkirakan akan sedikit terkompensasi dengan kuantitas produksi yang lebih besar

dibandingkan tahun sebelumnya.

Harga karet dan sawit diperkirakan turun pada triwulan IV 2011. Harga karet masih

akan mengalami fase penurunan sebagai konsekuensi memburuknya prospek pertumbuhan

ekonomi dunia, khususnya di negara maju. Harga minyak internasional, yang selama ini

berkorelasi kuat dengan harga karet, juga diperkirakan menurun dari sekitar USD 85 per

barrel pada September 2011 menjadi sekitar USD 73 per barrel pada Desember 2011 (versi

Financial Forecast Center).

Produksi komoditas perkebunan diperkirakan akan meningkat secara tahunan,

namun menurun secara triwulanan. Pada periode triwulan IV 2010, produksi komoditas

unggulan tidak optimal karena adanya anomali iklim, sedangkan pada periode triwulan IV

2011, cuaca diperkirakan jauh lebih kondusif bagi kegiatan produksi komoditas

perkebunan. Dengan mengasumsikan kondisi cuaca yang relatif sama pada triwulan III

2010 dan triwulan III 2011, akan terjadi pengaruh teknikal (base effect) yang cukup besar

pada triwulan IV 2011, sehingga pertumbuhan produksi akan mengalami percepatan.

Namun, dibandingkan triwulan sebelumnya produksi komoditas perkebunan diperkirakan

menurun karena pengaruh musiman, yaitu meningkatnya curah hujan.

Berbeda dengan kinerja komoditas karet dan sawit, permintaan batubara

diperkirakan masih stabil dengan risiko bias ke atas. Terlepas dari perkiraan pertumbuhan

ekonomi dunia yang semakin direvisi ke bawah, permintaan domestik atas batubara

Sumatera Selatan, khususnya untuk memenuhi ekspansi kelistrikan di Jawa, akan tetap

kuat. Proporsi konsumsi domestik atas batubara Sumatera Selatan lebih besar dibandingkan

konsumsi negara lain. Hal ini juga didukung oleh ekspansi kapasitas pengangkutan

batubara, yang pada beberapa bulan terakhir sudah meningkat melalui penambahan

jumlah lokomotif pengangkut batubara.

Kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan juga akan sedikit melambat.

Perkembangan pada sektor primer akan berimplikasi lebih lanjut pada kinerja industri

pengolahan, dan juga sektor perdagangan. Kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan

Page 117: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

  

98

akan tetap stabil dengan suplai bahan baku yang relatif lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya, walaupun harga penjualan diperkirakan akan mengalami penurunan.

Sektor bangunan dan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diperkirakan

akan tumbuh tinggi pada triwulan IV 2011. Sektor bangunan masih akan terpengaruh oleh

realisasi pengeluaran pemerintah dan banyaknya pembangunan gedung swasta yang

dahulu dipicu oleh rencana penyelenggaraan SEA Games. Tingkat okupansi hotel dan

jumlah penumpang penerbangan akan meningkat signifikan sehubungan dengan

penyelenggaraan SEA Games. Sejalan dengan itu, omset subsektor restoran juga akan

mengalami peningkatan. Namun, terdapat risiko penurunan kinerja subsektor perdagangan

akibat turunnya permintaan eksternal atas komoditas unggulan.

6.2. Inflasi

Inflasi tahunan (yoy) pada triwulan IV akan menurun pada kisaran 4,25±0,5%, sedangkan

inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan turun signifikan menjadi 1,32±0,5%. Angka

tersebut berada mendekati batas bawah target inflasi nasional yang sebesar 5±1%. Inflasi

diperkirakan turun sampai dengan akhir tahun karena efek tahun dasar, dimana pada

tahun lalu terjadi supply shock akibat anomali iklim.

Pada triwulan IV, tekanan inflasi dari faktor musiman akan jauh menurun. Bila

triwulan III terdapat momen bulan puasa dan Idul Fitri, pada triwulan IV hanya terdapat

perayaan Idul Adha dan perayaan Natal serta tahun baru yang secara historis memberikan

tekanan inflasi yang jauh lebih rendah dibandingkan Idul Fitri. Namun demikian, harga

pangan akan sedikit meningkat karena telah semakin jauh dari masa panen.

Namun demikian, inflasi tahunan turun lebih disebabkan karena adanya faktor

teknikal tahun dasar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, tekanan inflasi tinggi

secara abnormal karena adanya efek anomali iklim yang cukup parah yang mulai terjadi

pada semester kedua 2010. Pada triwulan IV, efek tersebut diprediksi tidak berulang dan

tidak berdampak pada kenaikan harga-harga secara abnormal. Sehingga, inflasi tahunan

pada triwulan IV 2011 seolah melambat.

Harga-harga volatile foods diperkirakan akan meningkat kembali. Sampai dengan

bulan Oktober 2011, inflasi justru naik menjadi 5,17% dengan dominasi tekanan yang

berasal dari komponen volatile foods. Secara bulanan, inflasi IHK bulan Oktober 2011

tercatat sebesar 0,50% (mtm). Inflasi volatile foods pada Oktober 2011 sebesar 1,89%

(mtm) atau sebesar 8,36% (yoy). Harga-harga volatile foods pada Oktober 2011 mengalami

Page 118: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

  

99

peningkatan didorong oleh komoditas padi-padian dan bumbu-bumbuan. Beberapa

komoditas volatile foods yang menyumbang inflasi paling besar adalah cabe merah, beras

dan daging ayam ras yang mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 42,38%,

3,48%, dan 6,99%. Pasokan cabe merah dari daerah sentra produksi ke pasar induk

berkurang karena curah hujan yang tinggi. Di samping itu, masa panen beras sudah lama

usai diikuti dengan keterlambatan musim hujan. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga

(SPH), komoditas volatile foods strategis yang telah mengalami kenaikan harga pada bulan

Oktober 2011 antara lain adalah cabe merah dan daging ayam dengan kenaikan harga

secara bulanan masing-masing sebesar 12,2% dan 7,3%. Komoditas-komoditas tersebut

umumnya mengalami kenaikan harga mulai minggu kedua Oktober 2011.

Variasi inflasi inti sampai dengan akhir tahun akan lebih dipengaruhi volatilitas harga

emas. Survei pemantauan harga juga menunjukkan bahwa harga emas merupakan salah

satu kontributor utama inflasi Palembang di triwulan III 2011. Peran emas sebagai safe

haven alternatif menjadi sangat penting disaat dunia dilanda risk averse, dan membuat

harga komoditas tersebut fluktuatif. Harga emas akan turun setiap muncul harapan baru

atas penyelamatan krisis Eropa dan AS, dan akan naik seiring dengan kembalinya

pesimisme.

Pada bulan Oktober 2011, komponen inti terdeflasi sebesar 0,19% (mtm) seiring

dengan turunnya harga emas, dan secara tahunan inflasi inti tercatat sebesar 4,47% (yoy).

Penurunan inflasi kelompok inti berasal dari penurunan harga emas perhiasan yang

berdasarkan SPH mengalami penurunan 5,7% (mtm). Selain karena premiumnya yang

sudah terlalu tinggi, harga emas menurun sejak akhir September seiring menguatnya USD

(karena kebijakan operation twist di AS yang meningkatkan preferensi perdagangan USD

sebagai substitusi sempurna emas), munculnya harapan atas penyelesaian krisis AS dan

Eropa (antara lain: utang Yunani yang dipotong 50% oleh pemimpin Eropa dan data

pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar). Walaupun menurun

pada Oktober 2011, namun harga emas diperkirakan masih mempunyai risiko peningkatan

pada jangka pendek karena masih rentannya sentimen investor global.

Masyarakat mulai berekspektasi kembali atas kenaikan harga ke depan. Ekspektasi

inflasi ke depan pada bulan Oktober 2011 meningkat dibandingkan bulan September

2011, setelah pada tiga bulan terakhir mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari

perkiraan harga 3 bulan mendatang relatif meningkat dibandingkan dengan bulan

Page 119: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

  

100

sebelumnya tingginya indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang

dibandingkan saat ini.

Tekanan inflasi diperkirakan muncul karena penyelenggaraan Sea Games. Pada

tanggal 11-22 November 2011 terdapat penyelenggaraan Sea Games XXVI di Kota

Palembang, dengan jumlah tamu yang diperkirakan sekitar 5000 orang. Kenaikan harga

secara langsung diperkirakan terjadi sehubungan dengan meningkatnya permintaan

Subsektor Hotel dan Subsektor Restoran. Selain itu, diperkirakan terjadi sedikit hambatan

distribusi barang di jalan-jalan utama sekitar Kota Palembang, walaupun hanya bersifat

temporer.

Idul Adha diperkirakan tidak signifikan mempengaruhi inflasi November 2011.

Walaupun secara mingguan akan mempengaruhi kenaikan harga kelompok daging dan

hasil-hasilnya serta beberapa komoditas pangan strategis, namun karena Idul Adha terjadi

pada awal bulan, pasar akan mempunyai waktu yang cukup untuk melakukan penyesuaian

kembali atas harga-harga sampai dengan akhir bulan November.

Dimulainya musim hujan dan curah hujan yang cukup tinggi mulai bulan Oktober

2011 berpotensi mengganggu distribusi ke depan. Terdapat 46 titik rawan banjir di Kota

Palembang yang dapat mengalami genangan air. Selain itu, meskipun belum terjadi pada

jalur yang vital bagi distribusi, namun terjadinya hujan telah membuat kerusakan yang

parah pada jalan di beberapa ruas jalan.

Grafik 6.2 Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan

 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan dan

proyeksi KBI Palembang

Grafik 6.3 Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen

 Sumber: Survei Konsumen KBI Palembang

Page 120: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah

  

  

101

6.3. Perbankan

Kondisi perbankan pada triwulan IV 2011 diproyeksikan akan tetap stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Pada triwulan III, walaupun tidak terjadi penurunan, namun terjadi

perlambatan pada pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Pada triwulan IV, perkembangan

indikator utama perbankan akan serupa dengan triwulan III. Hal ini utamanya disebabkan

karena prospek permintaan komoditas unggulan yang tidak begitu baik pada tahun 2012.

Pertumbuhan kredit diprediksi melambat menjadi sebesar 2,0 ± 1% (qtq) pada

triwulan IV. Permasalahan penurunan prospek permintaan komoditas unggulan

menurunkan prospek pertumbuhan kredit baik dari sisi permintaan maupun penawaran.

Pada sisi permintaan, pengusaha akan memilih menunda investasi ataupun mengalihkan

usahanya dari sektor yang mengalami penurunan prospek. Dari sisi penawaran, perbankan

dapat memandang penurunan harga komoditas unggulan sebagai bertambahnya risiko

pemberian kredit, dan hal tersebut sudah diindikasikan oleh sedikit meningkatnya NPL pada

triwulan IV dibandingkan triwulan III.

Pada triwulan IV, masih akan terjadi risiko capital outflow walaupun hanya bersifat

temporer, yang dipengaruhi oleh sentimen global yang rentan terhadap kondisi ekonomi

AS dan Eropa. Namun secara jangka panjang, fundamental ekonomi Indonesia yang baik,

yang salah satunya diindikasikan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi dengan

inflasi yang cenderung menurun menuju tercapainya target tahun 2011. Selain itu, interest

rate differential Indonesia cukup tinggi dibarengi dengan potensi dinaikkannya rating

obligasi negara menjadi investment grade. Hal ini akan membuat Indonesia akan tetap

menarik sebagai tempat berinvestasi.

Suku bunga perbankan diperkirakan semakin turun. Di sisi konsumen, optimisme

masyarakat yang menurun atas penghasilan ke depan dapat menurunkan permintaan

kredit perbankan dibandingkan sebelumnya. Namun disisi lain, hal ini dapat menjadi alasan

tambahan bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya.

NPL diprediksi akan meningkat, namun masih berada dibawah dalam batas toleransi

yang sebesar 5%. Harga komoditas unggulan yang memiliki kecenderungan turun selepas

triwulan III 2011 ini diperkirakan mulai berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan data

historis, harga karet internasional cenderung berkorelasi negatif dengan persentase NPL

dengan lag sekitar 3-4 bulan.

Page 121: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

BAB 6 - Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah  

  

102

Tabel 6.3

Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan IV 2011

Indikator Prediksi Faktor Penyebab

Ekspor Melambat Permintaan dunia cenderung turun, namun terdapat Depresiasi nilai tukar

Impor Stabil Depresiasi nilai tukar

Pertumbuhan Melambat Penurunan harga komoditas dan potensi penurunan konsumsi domestik

Inflasi Menurun Permintaan yang menurun dan efek tahun dasar

Pengangguran Relatif stabil

Menurunnya harga komoditas, namun terdapat kesempatan kerja yang

muncul secara jangka pendek menyusul aktivitas ekonomi domestik yang

meningkat menjelang SEA Games.

Investasi Melambat Permintaan dunia cenderung turun

Konsumsi domestik Melambat Pendapatan masyarakat yang menurun, meskipun tertahan oleh

penyelenggaraan SEA Games

Kredit perbankan Melambat Prospek permintaan dunia cenderung turun

*Prediksi mempertimbangkan kondisi terkini, ekspektasi, dan karakteristik siklikal secara relatif terhadap keadaan normal

Page 122: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

DAFTAR ISTILAH

Mtm

Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya

Qtq

Quarter to quarter perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya

Yoy

Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Share Of Growth

Kontribusi suatu sektor ekonomi terhadap total pertumbuhan PDRB

Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal

Sektor ekonomi dominan

Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan

Migas

Minyak dan Gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas

Omzet

Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi

Share effect

Kontribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktifitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah

Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah

Andil inflasi

Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan

Bobot inflasi

Besaran yang menunjukan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut

Ekspor

Dalah keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor

Seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil

Page 123: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

PDRB atas dasar harga berlaku

Penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian

PDRB atas dasar harga konstan

Merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya

Bank Pemerintah

Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito

Loan to Deposits Ratio (LDR)

Rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun

Cash inflows

Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu

Cash Outflows

Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu

Net Cashflows

Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya

Aktiva Produktif

Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia(SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bamk berdasarkan risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada perorangan

Kualitas Kredit

Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio antara modal (modal inti dan modalpelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum konvensional

Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent) Kliring

Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu

Kliring Debet

Kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada penyelenggara kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menagani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional

Page 124: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

Non Performing Loans/Financing (NPLs/Ls)

Kredit atau pembiayaan yang termasuk dalam kualitas kurang lancar, diragukan dan macet.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugia yang mungkin timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar PPAP yang dibentuk, misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang Lancar adalah 15 % dari jumlah Kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi agunan), sedangkan untuk kedit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah 100% dari totsl kredit macet (setelah dikurangi agunan)

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – NET

Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan penyisihan penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS)

Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Industri Pekerja Pekerja Dibayar Pekerja Tidak Dibayar I n p u t Output Nilai Tambah/Value Added Produktivitas Tingkat Efisiensi

Sistem kliring bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Suatu kegiatan yang mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya, menjadi yang lebih tinggi nilainya termasuk kegiatan jasa industri, pekerjaan perakitan (assembling) dari bagian suatu industri. Orang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha tersebut. Oorang yang biasanya bekerja diperusahaan/usaha dengan mendapatkan upah/gaji dan tunjangan-tunjangan lainnya baik berupa uang maupun barang. Pekerja pemilik dan pekerja keluarga yang ikut aktif dalam pengelolaan perusahaan tetapi tidak mendapatkan upah/gaji, tidak termasuk mereka yang bekerja kurang dari 1/3 jam kerja yang biasa di perusahaan. Biaya antara yang dikeluarkan dalam kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan baku/penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri lainnya. Nilai keluaran yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi/proses industri yang berupa nilai barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri yang diterima, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan-penerimaan lainnya. Selisih nilai output dengan nilai input atau biasa disebut dengan nilai tambah menurut harga pasar. Rasio antara nilai out put dengan jumlah tenaga kerja baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar. Ratio antara nilai tambah atas dasar harga pasar terhadap output produksi.

Page 125: Provinsi Sumatera Selatan - bi.go.id · Tabel 6.1 Resume Leading Economic Indicator Provinsi Sumsel Triwulan III 2011 94 Tabel 6.2 Proporsi Ekspor Sumatera Selatan dan Proyeksi Pertumbuhan

 

 

 

 

 

Intensitas Tenaga Kerja Gross Margin Usaha Perusahaan Perusahaan Industri Jasa Industri

Suatu rasio antara biaya upah/gaji yang dikeluarkan untuk tenaga kerja terhadap nilai tambah. Persentase value added dikurangi biaya tenaga kerja dibagi output. Kegiatan yang menghasilkan barang/jasa dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar dan atau menunjang kehidupan dan menanggung resiko. Suatu unit usaha yang diselenggarakan/ dikelola secara komersil yaitu yang menghasilkan barang dan jasa sehomogen mungkin, umumnya terletak pada satu lokasi dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi, bahan baku, pekerja dan sebagainya yang digunakan dalam proses produksi. Diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan jumlah tenaga kerja tanpa memperhatikan penggunaan mesin maupun nilai dari aset yang dimiliki. Kegiatan dari suatu usaha yang melayani sebagian proses industri suatu usaha industri atas dasar kontrak atau balas jasa ( fee ).