provinsi sumatera utara - sumut.bkkbn.go.id

82

Upload: others

Post on 25-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id
Page 2: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id
Page 3: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN

NOMOR 24 TAHUN 2019

TENTANG

GRAND DESIGN PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015-2040

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan Grand Design

Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang

Hasundutan sesuai dengan ketentuan Peraturan

Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan, perlu menetapkan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040 dengan Peraturan Bupati;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan

Bupati tentang Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2015-2040.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang

Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten

Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4272);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua

Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang

Grand Design Pembangunan Kependudukan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 310).

Page 4: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 2 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG GRAND DESIGN

PEMBANGUNAN KEPENDUDUKAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015-2040.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Bupati adalah Bupati Humbang Hasundutan.

3. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam penyelenggaraan Urusan

Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

5. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

6. Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten

Humbang Hasundutan yang selanjutnya disebut GDPK adalah arah kebijakan pengendalian pembangunan

kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun

2015-2040 yang dituangkan dalam program lima tahunan pembangunan kependudukan.

7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang

selanjutnya disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Humbang Hasundutan.

BAB II

ARAH KEBIJAKAN, TUJUAN, STRATEGI

Bagian Kesatu Arah Kebijakan

Pasal 2

(1) GDPK merupakan perumusan visi dan misi berbagai

instansi dan lembaga yang terkait dengan pembangunan kependudukan

(2) GDPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

panduan bagi: a. Perangkat Daerah dalam menyusun Dokumen

Rencana Strategis Perangkat Daerah dan Rencana

Kerja Perangkat Daerah:

b. Pemerintah Daerah dalam menyusun GDPK dan RPJMD.

Page 5: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 3 -

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

(1) Tujuan utama pelaksanaan GDPK adalah tercapainya

kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa.

(2) Tujuan khusus pelaksanaan GDPK adalah untuk

mewujudkan: a. penduduk tumbuh seimbang;

b. manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas,

mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi;

c. keluarga yang berketahanan, sejahtera, sehat, maju,

mandiri, dan harmonis;

d. keseimbangan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung

lingkungan; dan

e. administrasi kependudukan yang tertib, akurat, dan dapat dipercaya.

Bagian Ketiga Strategi

Pasal 4

Strategi pelaksanaan GDPK dilakukan melalui:

a. pengendalian kuantitas penduduk; b. peningkatan kualitas penduduk;

c. pembangunan keluarga;

d. penataan persebaran dan pengarahan mobilitas

penduduk; dan e. penataan administrasi kependudukan.

BAB III RUANG LINGKUP

Pasal 5

GDPK terdiri dari:

a. BAB I : PENDAHULUAN; b. BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH;

c. BAB III : KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI;

d. BAB IV : KEKUATAN, KENDALA, PELUANG DAN

TANTANGAN; e. BAB V :ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI

KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN; dan

f. BAB VI : PENUTUP.

Pasal 6

GDPK tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini

Page 6: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 4 -

BAB IV

PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Pasal 7

(1) Pengendalian GDPK dikoordinasikan oleh Sekretaris

Daerah. (2) Pengendalian GDPK dilaksanakan oleh tim pengendali

yang dibentuk dengan Keputusan Bupati.

(3) Unsur tim pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari Perangkat Daerah terkait,

lembaga/instansi pemerintah terkait, dan unsur koalisi

Indonesia untuk kependudukan dan pembangunan Daerah.

(4) Tim pengendalian bertugas melakukan sosialisasi,

advokasi, monitoring dan evaluasi pelaksanaan GDPK.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 8

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal

diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Peraturan Bupati ini dengan

penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan.

Ditetapkan di Doloksanggul

pada tanggal 22 April 2019

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

DOSMAR BANJARNAHOR

Diundangkan di Doloksanggul

pada tanggal 28 Mei 2019

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN,

TONNY SIHOMBING

BERITA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2019 NOMOR 24.

ttd

ttd

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM,

SUHUT SILABAN, S.H.

NIP. 19620624 198602 1 001

Page 7: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 5 -

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Setiap program pembangunan baik jangka pendek, menengah, dan

panjang senantiasa memiliki sasaran dan tujuan tertentu. Sehubungan

dengan hal tersebut, dalam konteks Indonesia baik nasional maupun daerah tingkat I dan tingkat II, sasaran utama Pembangunan Jangka

Panjang adalah terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat

Indonesia yang maju dalam suasana tenteram dan sejahtera lahir batin,

dalam tata kehidupan masyarakat,bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kemajuan terebut, kiranya

terwujud dalam suasana kehidupan bangsa Indonesia yang serba serasi,

selaras, dan berkesinambungan dalam hubungannya antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat dan manusia dengan alam

lingkungannya, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam rangka mencapai sasaran utama tersebut di atas, perlu

diadakan upaya pengembangan dan pembangunan kependudukan dan

pembangunan keluarga sejahtera untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan

persebaran penduduk serta terwujudnya kualitas keluarga sejahtera

dalam rangka membangun manusia seutuhnya.

Kendati pembangunan manusia dan masyarakat yang berkualitas

dan maju berkaitan dengan pertumbuhan penduduk, akan tetapi bagi

sebagian pengambil kebijakan, pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap tidak merisaukan. Akan tetapi, bagi sebagian yang lain,

pertumbuhan penduduk yang meningkat dianggap sebagai salah satu

hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan secara luas. Sebagai salah satu ilustrasi, perubahan jumlah penduduk akan mempengaruhi

demand yang kemudian harus dipenuhi oleh sektor lainnya, misalnya

penyediaan kebutuhan dasar manusia, yaitu papan, pangan dan pakaian. Kekhawatiran banyak orang tentang keamanan pangan misalnya, secara

langsung berhubungan dengan peningkatan jumlah penduduk yang tidak

terkendali.Demikian juga halnya dengan kebutuhan dasar lainnya.

Memang hubungan antara keduanya tidak bersifat eksklusif karena ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi kompleksitas hubungan, yaitu

teknologi dan organisasi. Akan tetapi aspek kependudukan merupakan

aspek penting dalam pembangunan, dan tidak dapat diabaikan.

Dalam konteks Kabupaten Humbang Hasundutan, salah satu isu

strategis yang terkait dengan perkembangan kuantitas penduduk di Kabupaten ini adalah perubahan komposisi penduduk, khususnya

menurut umur. Dengan tren perubahankomposisi penduduk menurut

umur dimasa lalu, diperkirakan KabupatenHumbang Hasundutan pada saat yang akan datang akan menghadapi era bonus Demografi yang

merupakanwindows of opportunity.Hal inimenunjukkan bahwa angka

ketergantungan di Humbang Hasundutan akan semakin membaik artinya

dari setiap 100 penduduk terdapat penduduk usia produktif atau jumlah penduduk yang usia produktif lebih banyak dibandingkan jumlah

penduduk usia non produktif.

Tahap windows of opportunity ditandai dengan angka

ketergantungan yang semakin rendah dalam perkembangan perubahan

komposisi penduduk menurut umur. Kondisi tersebut disertai dengan besarnya jumlah penduduk usia produktif, menurunnya jumlah

Page 8: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 6 -

penduduk usia anak-anak, dan meningkatnya jumlah penduduk lansia

harus terus dipertahankan dan ditingkatkan agar dapat memasuki tahap selanjutnya yakni dimana kondisi tersebut merupakan kesempatan yang

hanya datang sekali dan harus direspons dengan kebijakan yang

memadai agar opportunity berubah menjadi bonus demografi. Jika tahap ini terjadi dan tidak adaintervensi yang tepat, maka kesempatan tersebut

akan berubah menjadi bencana (disaster).

Dengan cara berpikir tersebut, maka seharusnya telah disusun suatu arah dan pentahapan pencapaian pembangunan penduduk yang

mampu mendorong terealisasinya tahap bonus demografi tersebut.

Persoalan yang terkait dengan pertumbuhan dan komposisi

penduduk, Kabupaten Humbang Hasundutan masih dihadapkan pada

masalah ketimpangan distribusi penduduk antar kecamatan. Demikian juga halnya antara desa dan kota. Persoalan ketimpangan distribusi

penduduk pada dasarnya erat kaitannya dengan persoalan ekonomi,

pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Di satu pihak ketimpangan

distribusi penduduk melahirkan persoalan over-population yang ditunjukkan oleh diantaranya adalah kepadatan penduduk dan tekanan

penduduk, dipihak lain muncul persoalan optimalisasi sumber daya alam,

khususnya di daerah yang kaya sumber daya alam tetapi jumlah penduduknya sedikit.

Persoalan kependudukan yang dihadapi Kabupaten Humbang Hasundutan menjadi lebih kompleks karena selain masalah kuantitas

dan mobilitas, juga dihadapkan pada persoalan kualitas penduduk

(terutama bidang pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). Contoh yang paling jelas adalah masih rendahnya Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Humbang Hasundutan jika

dibandingkan dengan IPM di kabuapaten/kota lain di Sumatera Utara.

Permasalahan kuantitas dan kualitas penduduk pada akhirnya

bukan hanya menggambarkan persoalan kependudukan, tetapi lebih dari

itu, persoalan tersebut merupakan permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi. Hal tersebut berkaitan juga dengan pemikiran secara

konseptual bahwa hubungan antara kependudukan dan pembangunan

ekonomi bersifat resiprokal (timbal balik). Dari satu sisi, ketika variabel kependudukan diletakkan sebagai variabel bebas, maka setiap intervensi

untuk mengatasi permasalahan kependudukan tersebut akan

memberikan kontribusi untuk mengatasi masalah pembangunan lainnya.

Sementara itu, perubahan lingkungan strategis, baik pada skala

internasional, nasional maupun internal, telah menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi dinamika kebijakan kependudukan. Pada skala internasional, kesepakatan internasional, baik hasil dari ICPD di Kairo

tahun 1994, MDG, SDG dan juga kesepakatan internasional lainya, telah

menyebabkan perubahan orientasi kebijakan kependudukan juga. Sebagai contoh, prinsip-prinsip ICPD yang belum sepenuhnya tertuang

dalam UU No. 10 Tahun 1992 menjadi salah satu pertimbangan penting

dilakukannya amandemen UU tersebut yang kemudian menjadi UU No.52 Tahun 2009. Arah kebijakan pembangunan kependudukan dan hasil

ICPD yang menekankan pentingnya hak dan kesehatan reproduksi telah

mewarnai program keluarga berencana paska ICPD dan untuk aktualisasinya dalam kerangka otonomi daerah telah diperkuat dengan

diterbitkannya Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Page 9: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 7 -

Selain itu, komitmen untuk mengadopsi 20 tahun Plan of Action

(PoA) ICPD yang mencakup tujuan penting kebijakan penduduk dan pembangunan, yaitu pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalam

konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development), pendidikan, kesetaraan gender, penurunan kematian maternal, anak dan bayi, peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan reproduksi,

termasuk keluarga berencana dan kesehatan seksual.

Dalam skala kedaerahan ada dua aspek penting yang perlu dicatat. Pertama adalah perubahan kewenangan pemerintahan daerah (otonomi

daerah) yang menuntut adanya pemahaman dan komitmen pentingnya

pembangunan kependudukan berkelanjutan dari para pimpinan daerah. Kedua, sejalan dengan perubahan pemerintahan tersebut, maka kepada

pemerintah Kabupaten diharapkan mampu untuk menyusun,

melaksanakan, serta melakukan monitoring dan evaluasi pembangunan, termasuk didalamnya kebijakan pembangunan kependudukan.

Untuk mengatasi persoalan tersebut di atas, maka sudah sewajarnya Kabupaten Humbang Hasundutan merumuskan acuan bagi

pembangunan kependudukan di masa mendatang, berupa kebijakan

umum dalam bentuk Rancangan Induk Pembangunan Kependudukan

atau Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK). Hal ini merupakan tindak lanjut atau operasionalisasi Undang-Undang No. 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga dan penjabaran dari RPJP Provinsi Sumatera Utara 2005-2025 dan RPJMD Kabupaten Humbang Hasundutan dengan melibatkan semua

pemangku kepentingan yang terkait dengan kebijakan kependudukan

melalui pembentukan kelompok kerja (working group).

Melalui Keputusan Bupati Humbang HasundutanNomor 339

tanggal 18 September 2018 tentang Pembentukan Tim Koalisi

Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040 telah terbentuk lima kelompok

kerja untukmenyusun GDPK yang masing-masingbertanggung jawab

untuk menyusun rancangan induk atau grand design termasuk roadmap pembangunan kependudukan. Kelima kelompok kerja tersebut

adalahsebagai berikut:

1. Kelompok Kerja Bidang Pengendalian Kuantitas Penduduk (Kelompok

Kerja I): 2. Kelompok Kerja Bidang Peningkatan Kualitas Penduduk (Kelompok

Kerja II):

3. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Keluarga (Kelompok Kerja III: 4. Kelompok Kerja Bidang Penataan Persebaran dan Pengaturan Mobilitas

Penduduk

5. (Kelompok Kerja IV): 6. Kelompok Kerja Bidang Pembangunan Database Kependudukan

(Kelompok Kerja V).

Kelima kelompok kerja tersebut telah bekerja secara maksimal dan

telah menghasilkan konsep rancangan induk atau grand design. Hasil

dari kelima kelompok kerja tersebut merupakan sumber utama dalam

penyusunan GDPK pembangunan kependudukan ini.

Dengan kata lain, dokumen GDPK ini merupakan integrasi dan

penyerasian hasil kerja dari kelima kelompok kerja. diharapkan dokumen GDPK ini dapat menjadi landasan dan acuan bagi perumusan program

atau kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan kependudukan

Page 10: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 8 -

di Kabupaten Humbang Hasundutan serta mengintegrasikannya dengan

dokumen pembangunan yang lainnya.

GDPK merupakan arahan kegiatan dalam tahapan lima tahunan

pembangunan kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan dengan melihat target pencapaian sampai dengan tahun 2040. Dengan demikian,

dalam dokumen ini dicantumkan pula roadmap yang berisi kebijakan

yang diperlukan untuk tiaplima tahunan sampai tahun 2040 sehingga

dapat diperoleh gambaran yang jelas langkah-langkah yang perlu diambil oleh setiap SKPD/sektoral/lembaga dalam mendukung implementasi

pembangunan kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Selain itu, penyusunan GDPK juga memerhatikan beberapa

dokumen yang telah ada terlebih dulu, misalnya Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah Humbang Hasundutan (RPJMD). Diharapkan dengan menggunakan referensi tersebut, GDPK yang dihasilkan

merupakan dokumen yang komprehensif, akomodatif, dan terstruktur.

1.2. Dasar Hukum.

Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam penyusunan

Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah sebagai berikut.

1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Pembukaan, Pasal 28B, pasal 33,

dan pasal 34) 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut

Usia

6. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM)

7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

8. Undang-undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang pembentukan

Kabupaten Nias Selatan ,Pakpak Barat dan Kabupaten Humbang Hasundutan, di Propinsi Sumatera Utara.

9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

10. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan dalam RumahTangga (KDRT) 12. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional

13. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri

14. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI

15. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi

Kependudukan 16. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025

17. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 18. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

19. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup 20. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas

Undang Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

21. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Page 11: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 9 -

22. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga 23. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir

Miskin

24. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perbuhan Kedua

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 25. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara

26. Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2010 tentang Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 27. Peraturan Presiden Nomor 153 Tahun 2014 tentang Grand Design

Pembangunan Kependududkan Nasional

28. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional

29. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program

Pembangunan yang Berkeadilan 30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang tata

cara perencanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah,

tata cara evaluasi rancangan peraturan daerah tentang rencana pembangunan jangka panjang daerah dan rencana pembangunan

jangka menengah daerah serta tata cara perubahan rencana

pembangunan jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka

menengah daerah dan rencana kerja pemerintah daerah. 31. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 12 Tahun 2008

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2005-2025. 32. Peraturan Gubernur Nomor 32 tahun 2014 tentang Grand Design

Pembangunan Kependudukan Sumatera Utara Tahun 2011-2035.

33. Peraturan Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 2 Tahun 2018 perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Humbang

Hasundutan Nomor 2 Tahun 2016 tentang tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun2016-2021

1.3. Visi Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan :

“Terwujudnya penduduk yang berkualitas sebagai modal

pembangunan untuk mencapai "Mengwujudkan Penduduk Humbang

Hasundutan yang Hebat dan bermentalitas Unggul" dengan Misi sebagai berikut.

1.4. Misi Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan :

1. Meningkatkan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan

kependudukan 2. Meningkatkan Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

3. Meningkatkan Kualitas sumber daya manusia dan sumber daya alam

4. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik

5. Meningkatkan kedaulatan Pagan dan Ekonomi kerakyatan 6. Meningkatkan ketersediaan Infrastuktur dan pengembangan wilayah

1.5. Arah Kebijakan : 1. Pembangunan kependudukan yang menggunakan pendekatan hak

asasi sebagai prinsip utama.

2. Pembangunan kependudukan yang mengakomodasi partisipasi semua pemangku kepentingan, baik di daerah maupun masyarakat.

Page 12: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 10 -

3. Pembangunan kependudukan yang mendasarkan penduduk sebagai

titik sentral pembangunan, yaitu penduduk sebagai pelaku (subjek) maupun penikmat (objek) pembangunan.

4. Pembangunan kependudukan yang mampu menjadi bagian dari usaha

untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. 5. Pembangunan kependudukan yang mampu menyediakan data dan

informasi kependudukan yang valid dan dapat dipercaya.

1.6. Tujuan.

Tujuan utama pembangunan kependudukan adalah tercapainya

kualitas penduduk yang tinggi sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan bangsa. Hal itu dilakukan melalui pencapaian

tujuan Pembangunan Kependudukan.

Tujuan Pembangunan Kependudukan tersebut dikaitkan dengan isu-

isu strategis daerah adalah adanya penanganan secara komprehensif yang

disesuaikan dengan kondisi dan tipologi masing-masing daerah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu diperlukan adanya landasan kerangka

pikir sebagai acuan umum guna mendapatkan permasalahan, isu,

kebijakan dan program kegiatan spesifik kedaerahan dengan tetap sinergis dengan tujuan pembangunan secara umum baik secara nasional maupun

kewilayahan. Berikut ini disajikan landasan kerangka pikir penyusunan

Grand Design Pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan (Gambar

1.1).

Gambar 1.1. Tujuan Pembangunan Kependudukan Selama Tahun 2015-

2040.

Tahun 2015-2040

Penduduk berkualitas sebagai modal pembangunan untuk

mencapai penduduk Humbang Hasundutan yang hebat dan bermentalitas

unggul, dalam rangka memberi kontribusi terhadap pembangunan masyarakat

Indonesia yang Mandiri, maju, adil dan sejahtera

Peningkatan

Kualitas Penduduk

Pengendalian Kuantitas Penduduk

Penataan Persebaran dan

Pengaturan Mobilitas Penduduk

Pembangunan Keluarga

Pengembangan Sistem Informasi Dan Kependudukan Yang

Berkualitas Dan Terintegrasi

Page 13: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 11 -

1.7. Sasaran

1. Terwujudnya pembangunan berwawasan kependudukan yang

berdasarkan pada pendekatan hak asasi untuk meningkatkan

kualitas penduduk dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan.

2. Pencapaian windows of opportunity melalui pengelolaan kuantitas

penduduk dengan cara pengendalian angka kelahiran, penurunan

angka kematian, dan pengarahan mobilitas penduduk. 3. Pencapaian kualitas penduduk (terutama bidang pendidikan,

kesehatan, kesejahteraan, dan pemerataan ekonomi). D itandai

dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 4. Pencapaian penduduk yang berkualitas melalui pembangunan

keluarga yang memiliki ciri ketahanan sosial, ekonomi, budaya tinggi,

cerdas dan berkarakter serta mampu merencanakan sumber daya keluarga secara optimal.

5. Pembangunan database kependudukan melalui pengembangan sistem

informasi data kependudukan yang akurat, dapat dipercaya, dan terintegrasi.

1.8. Hubungan Grand Design Pembangunan Kependudukan

Humbang Hasundutan dengan Dokumen Perencanaan Lain.

Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan

Kependudukanadalah suatu dokumen rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun ke

depan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang kecenderungan

parameter kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan program-program pembangunan kependudukan yang meliputi pengendalian

kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, pembangunan

keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta

pembangunan managemen database dan informasi kependudukan.

Rancangan IndukatauGrand Design Pembangunan Kependudukan

Kabupaten Humbang Hasundutan adalah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan Pembangunan Sumatera Utara. Tujuannya

secara makro ialah tercapainya kondisi kependudukan yang tinggi

sehingga mampu menjadi faktor penting dalam mencapai kemajuan masyarakat dan bangsa, khususnya di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Oleh karena itu, Rancanan Induk atau Grand Design Pembangunan

Kependudukan Humbang Hasundutan disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan masyarakat dalam mencapai kesejahteraannya

melalui peningkatan indeks pembangunan manusia yang berlandaskan

pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi melalui penyerasian kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan

kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan

pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan managemen database dan informasi kependudukan.

Sehubungan dengan hal tersebut maka disamping dokumen grand design pembangunan kependudukan nasional tahun 2011-2035, grand design pembangunan kependudukan Sumatera Utara 2011-2035, maka

Rancangan Induk/Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten

Humbang Hasundutan juga disusun dengan memperhatikan dokumen rencana pembangunan lain yang telah ada masih berlaku seperti Rencana

Pembangunan Jangka menengah Daerah Humbang Hasundutan, Rencana

Tata Ruang Wilayah Humbang Hasundutan, dan Rencana Strategi

Page 14: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 12 -

Humbang Hasundutan dan lain sebagainya yang dipandang berhubungan

dengan pembangunan kependudukan. Secara skematis kerangka pikir perumusan Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan

Kependudukan Humbang Hasundutan tersaji dalam gambar berikut

(Gambar 1.2).

Gambar 1.2. Kerangka Pikir Perumusan Rancangan Induk atau Grand Design Pembangunan Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan

CITA-CITA BANGSA

KESEJAHTERAAN

INDIKATOR

KEBIJAKAN

PROGRAM

1. Pengendalian Kuantitas Penduduk

1. Program

Pengendalian

Kuantitas

Penduduk

2. Peningkatan Kualitas Penduduk

2. Program

Peningkatan

Kualitas

Penduduk

3. Penataan persebaran dan Pengaturan mobilitas penduduk

3. Program

Pembangunan

Keluarga

4. Penataan persebaran dan Pengaturan mobilitas penduduk

4. Program

Penataan

persebaran

dan

Pengaturan

Mobilitas

Penduduk

5. Pembangunan

Managemen

database dan

Informasi

Kependudukan

5. Program

Pembangunan

Managemen

database dan

Informasi

Grand Design

Pembangunan

Kependudukan (GDPK)

IPM

Page 15: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 13 -

BAB II

KONDISI GEOGRAFIS DAN KEWILAYAHAN

2.1. Kondisi Geografis

Uraian Satuan 2016

(1) (2) (3)

Luas Wilayah Ha 251.795,93

LuasDaratan Ha 250.271,02

LuasDanau Ha 1.494,91

Kabupaten Humbang Hasundutan terletak pada garis 201-20288 Lintang

Utara dan 98010-98058 bintang timur. berbatasan dengan kabupaten Samosir, sebelah Timur dengan kabupaten Tapanuli Utara, dengan

kabupaten Tapanuli Tengah disebelah Selatan berbatasan dengan

kabupaten Pak-Pak Bharat di sebelah Barat. Luas wilayah Kabupaten

Humbang Hasundutan adalah 251.795,93 ha, dengan luas daratan sebesar 250.271,02 ha dan seluas 1.494,91 ha danau, Kecamatan yang paling luas

daerahnya adalah Parlilitan dengan luas 72,77,71 ha atau sekitar 29,08

persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Baktiraja dengan luas 2.231,91 km2 atau sekitar 0,89 persen dari total luas wilayah

Humbang Hasundutan.

38,168.00

22,256.27

1,018.07

20,929.53

18,126.03

4,778.06

2,231.91

32,736.46

72,774.71

24,251.98

Luas (ha)

Pakkat

Onan Ganjang

Sijama Polamg

Dolok Sanggul

Lintong Nihuta

Paranginan

Bakti Raja

Pollung

Parlilitan

Tarabintang

Gambar 2.1. Luas Humbang Hasundutan Berdasarkan Wilayah

Page 16: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 14 -

2.2. Kondisi Kewilayahan

Adapun Wilayah administrasi Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri

dari 10 Kecamatan dan 153 Desa dan 1 Kelurahan.

No

Kecamatan

Desa

Kelurahan

Total

1 Pakkat 22 22

2 Onan Ganjang 12 12

3 Sijama Polamg 10 10

4 Dolok Sanggul 27 1 28

5 Lintong Nihuta 22 22

6 Paranginan 11 11

7 Bakti Raja 7 7

8 Pollung 13 13

9 Parlilitan 20 20

10 Tarabintang 9 9

Total 153 1 154

Terdapat dua pulau kecil di Kabupaten Humbang Hasundutan yakni Pulau

Simamora terletak di Kecamatan Baktiraja dengan luas sekitar 10 Ha dan

Pulau Sirungkungon di Kecamatan Baktiraja dengan luas sekitar 14 ha.

2.3. Kondisi Topografi, Geologi, Hidrologi dan Klimatologi

Wilayah Humbang Hasundutan beriklim tropis basah dengan suhu berkisar 170 C-290 C dan rata rata curah hujan yang terjadi setiap bulan

sebesar 208,06 mm dengan rata-rata 17 hari per bulan.

Berdasarkan letak geografisnya, Humbang Hasundutan berada di bagian

tengah wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian antara 330 - 2.075 m diatas permukaan laut.

Page 17: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 15 -

PETA WILAYAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan

Kecamatan Luas (ha) (1) (2)

1. Pakkat 38 168,00

2. Onan Ganjang 22 256,27 3. Sijamapolang 114 018,07

4. Doloksanggul 20 929,53

5. Lintong Nihuta 18 126,03

6. Paranginan 4 778,06 7. Baktiraja 2 231,91

8. Pollung 32 736,46

9. Parlilitan 72 774,71 10. Tarabintang 24 251,98

LuasDaratan 250 271,02

Luas Danau 1 494,91

Luas Total 251 765,93

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Page 18: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 16 -

BAB III

KONDISI KEPENDUDUKAN SAAT INI

3.1 Kuantitas Penduduk

Aspek kuantitas penduduk menelusuri tentang semua parameter

yang berhubungan dengan kuantitas penduduk yaitu meliputi Jumlah penduduk, Laju pertumbuhan penduduk, Kepadatan penduduk,

Penduduk menurut jenis kelamin atau sex rasio, penduduk menurut

umur sehingga diketahui angka ketergantungan termasuk

membicarakan tentang Keluarga Berencana.

3.1.1 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 sebanyak 184.915 jiwa yang terdiri atas 91.789 jiwa penduduk laki-laki

dan 93.126 jiwa penduduk perempuan, sehingga diketahui sex rasio

Kabupaten Humbang Hasundutan sebesar 98,37 atau setiap 100

penduduk perempuan terdapat sebanyak 98-99 penduduk laki-laki, dan terdapat dua kecamatan yang lebih banyak penduduk laki-lakinya yakni

kecamatan Lintong Nihuta dengan sex rasio 101,89 dan kecamatan

Pollung dengan sex rasio 100,48.Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah kecamatan Doloksanggul sebanyak 48.211 jiwa,

dan kecamatan yang paling sedikit jumlah pendudukanya adalah

kecamatan Sijamapolang dengan jumlah penduduk sebanyak 5.397 jiwa.

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016

Kecamatan Jenis Kelamin

Jumlah Sex

Rasio Laki-Laki Perempuan

No (1) (2) (3) (4) (5)

1. Pakkat 11.868 12.655 24.523 93,78

2. Onan Ganjang 5.142 5.311 10.453 96,82

3. Sijamapolang 2.673 2.724 5.397 98,13

4. Doloksanggul 24.008 24.203 48.211 99,19

5. Lintong Nihuta 15.805 15.512 31.317 101,89

6. Paranginan 6.502 6.660 13.162 97,63

7. Baktiraja 3.576 3.612 7.188 99,00

8. Pollung 9.515 9.470 18.985 100,48

9. Parlilitan 8.920 9.184 18.104 97,13

10. Tarabintang 3.780 3.795 7.575 99,60

Humbang Hasundutan

91.789 93.126 184.915 98,56

Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

Page 19: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 17 -

3.1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk

Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015-2016 mengalami laju

pertumbuhan penduduk sebesar 1,05 persen. Sementara itu besarnya laju pertumbuhan antar kecamatan yang bervariatif, yang tertinggi

kecamatan Doloksanggul 1,6 % sedangkan yang terendah adalah

kecamatan Parlilitan 0,6 %.

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Sedangkan rata-rata Anggota rumah tangga di Kabupaten Humbang

Hasundutan pada tahun 2015 ada 4.41 jiwa per rumah tangga.

Tabel 3.2. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan,

2010, 2015, dan 2016

Kecamatan

Jumlah Penduduk Laju

Pertumbuhan

Penduduk per Tahun

2015-2016

2010 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Pakkat 23.106 24.308 24.523 0,9

2 Onan Ganjang 9.867 10.364 10.453 0,9

3 Sijamapolang 5.128 5.356 5.397 0,8

4 Doloksanggul 43.446 47.476 48.211 1,6

5 Lintong Nihuta 29.182 30.991 31.317 1,1

6 Paranginan 12.522 13.065 13.162 0,8

7 Baktiraja 6.843 7.136 7.188 0,7

8 Pollung 17.356 17.686 18.787 1,1

9 Parlilitan 17.356 17.992 18.104 0,6

10 Tarabintang 7.190 7.516 7.575 0,8

Humbang Hasundutan

172.326 182.991 184.915 1,1

Page 20: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 18 -

Tabel. 3.3 Jumlah Penduduk, Rumah tangga, dan Rata-rata Anggota Rumah tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang

Hasundutan, 2016

Kecamatan Jumlah Rata-rata Anggota

Penduduk

Rumah

tangga

Rumah

tangga

No (1) (2) (3) (4)

1 Pakkat 24.523 5988 4,1

2 Onan Ganjang 10.453 2521 4,15

3 Sijamapolang 5.397 1319 4,09

4 Doloksanggul 48.211 10290 4,69

5 Lintong Nihuta 31.317 6644 4,71

6 Paranginan 13.162 2917 4,51

7 Baktiraja 7.188 1722 4,17

8 Pollung 18.985 4183 4,54

9 Parlilitan 18.104 4561 3,97

10 Tarabintang 7.575 1785 4,24

Humbang Hasundutan

184.915 41930 4,41

Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

Dari jumlah penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 sebanyak 184.915, terdapat penduduk laki-laki sebanyak 91.789 jiwa

dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 93.126 jiwa, dengan sex

rasio sebesar 98,37 yakni setiap seratus orang penduduk perempuan

terdapat 98-99 orang penduduk laki-laki.Jika dilihat dari jumlah penduduk menurut jenis kelamin per kecamatan, maka terdapat

sebanyak 3 kecamatan yang jumlah penduduknya lebih sedikit jenis

kelamin perempuan yakni kecamatan Lintong Nihuta, Pollung. Sementara itu, berdasarkan jumlah penduduk menurut usia di

kabupaten Humbang Hasundutan, terdapat jumlah penduduk yang

berada pada kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebanyak 101,541 jiwa penduduk, sedangkan penduduk berusia non produktif (0-14 dan

65 + tahun) sebanyak 83.374 jiwa penduduk.

Page 21: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 19 -

Tabel 3.4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016

No Kecamatan Persentase

Penduduk

Kepadatan

Penduduk per km2

(1) (2) (3)

1 Pakkat 13 64

2 Onan Ganjang 6 47

3 Sijamapolang 3 38

4 Doloksanggul 26 227

5 Lintong Nihuta 17 171

6 Paranginan 7 273

7 Baktiraja 4 320

8 Pollung 10 57

9 Parlilitan 10 25

10 Tarabintang 4 31

Humbang Hasundutan 100 73

Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

3.1.3 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016 mencapai 73 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah

tangga 4 orang. Kepadatan Penduduk di 10 kecamatan cukup beragam

dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di kecamatan Baktiraja dengan kepadatan sebesar 320 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan

Parlilitan sebesar 25 jiwa/Km2.

Page 22: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 20 -

Tabel 3.4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016

No Kecamatan Persentase Penduduk

Kepadatan

Penduduk per

km2

(1) (2) (3)

1 Pakkat 13 64

2 Onan Ganjang 6 47

3 Sijamapolang 3 38

4 Doloksanggul 26 227

5 Lintong Nihuta 17 171

6 Paranginan 7 273

7 Baktiraja 4 320

8 Pollung 10 57

9 Parlilitan 10 25

10 Tarabintang 4 31

Humbang Hasundutan 100 73

Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

3.1.4 Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)

Rasio Ketergantungan adalah angka yang menyatakan perbandingan

antara banyaknya penduduk usia nonproduktif (umur di bawah 15

tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan banyaknya penduduk yang termasuk produktif (penduduk umur 15-64 tahun). Rasio

ketergantungan atau rasio beban tanggungan dalam batasan studi

demografi sering disebut sebagai “age dependency ratio”. Hal ini dikarenakan rasio ini lebih merupakan perbandingan antara penduduk

muda dan penduduk tua dengan penduduk usia kerja. Meskipun tidak

akurat secara ekonomi, rasio ketergantungan dapat menggambarkan banyaknya penduduk yang harus ditanggung oleh penduduk usia kerja.

Dengan memperhatikan kedua rasio ketergantungan tersebut, untuk

usia muda dan usia lanjut, dapat diketahui kelompok umur mana yang

berkontribusi paling besar atau sedikit dalam rasio ketergantungan total.

Data menunjukkan, pada tahun 2016 jumlah penduduk usia

produktif sebanyak 101.541 sedangkan penduduk usia non produktif

sebanyak 83.374 sehingga rasio ketergantungan Humbang Hasundutan sebesar 82,11, ini berarti bahwa tiap 100 penduduk produktif harus

menanggung 82,11 penduduk yang tidak produktif.

Page 23: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 21 -

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur, Jenis dan Depedency Ratio Kelamin di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016

Kelompo

k Umur

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-

Laki

Peremp

uan

(1) (2) (3) (4)

0‒4 12.280 11.835 24.115

5‒9 12.505 11.920 24.425

10‒14 11.414 10.581 21.995

15‒19 9.426 8.451 17.877

20-24 4.955 3.653 8.608

25‒29 5.195 4.860 10.055

30‒34 5.640 5.405 11.045

35‒39 5.401 5.165 10.566

40‒44 4.957 4.894 9.851

45‒49 4.498 4.878 9.376

50‒54 3.837 4.642 8.479

55‒59 3.620 4.756 8.376

60‒64 3.200 4.108 7.308

65-69 2.055 3.009 5.064

70-74 1.419 2.137 3.556

75-79 1.387 2.832 4.219

Jumlah 91.789 93.126 184

915

Penduduk Usia Non Produktif 83.374

Penduduk Usia Produktif 101.54

1

Depedency Ratio (DR) 82,11

Sumber: Kabupaten Humbang Hasundutan dalam Angka 2017

Selanjutnya, hal yang cukup menarik apabila ditelusuri dari struktur umur. atau komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

merupakan komponen penting dalam demografi. Hampir semua

pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan pembahasan komponen umur dan jenis kelamin penduduk. Struktur umur penduduk

antar daerah satu dengan daerah lain tidak sama. Struktur penduduk

dipengaruhi oleh tiga variabel demografi, yakni kelahiran, kematian dan migrasi. Ketiga variabel ini sering saling berpengaruh satu dengan yang

lain. Faktor-faktor sosial-ekonomi di suatu negara akan mempengaruhi

struktur umur penduduk lewat ketiga variabel demografi di atas.

Page 24: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 22 -

Suatu daerah atau negara dikatakan struktur umur muda, apabila

kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya besar

(lebih dari 35%), sedang besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun ke

atas lebih kurang 3%. Sebaliknya, suatu daerah atau negara dikatakan berstruktur umur tua, apabila kelompok penduduk yang berumur 15

tahun ke bawah jumlahnya kecil (kurang dari 35% dari seluruh

penduduk) dan persentase penduduk di atas 65 tahun sekitar 15%.

Bila dilihat komposisi penduduk menurut umur, ternyata di

Humbang Hasundutan masih tergolong struktur umur muda. Ini

ditunjukkan dari persentase penduduk umur muda (di bawah 15 tahun) sebesar 45 % dan penduduk umur 65 tahun ke atas sebesar 7 %. Ini

memberikan implikasi bahwa adanya peluang untuk mendapatkan

potensi kelompok umur muda yang akan menghasilkan tenaga-tenaga

trampil, mandiri untuk mengisi peluang-peluang ekonomi yang ada.

Peluang untuk mendapatkan potensi kelompok umur muda sebagai

awal untuk mendapatkan era bonus demografi akan didapatkan jika ada

upaya pencegahan terjadinya migrasi out secara besar-besaran serta terus memperkecil kelompok umur 15 tahun kebawah melalui

penurunan angka kelahiran.

3.1.5 Penduduk Lanjut Usia (Lansia) .

Selanjutnya, bila diperhatikan dinamika penduduk lanjut usia

dengan batasan 60 tahun ke atas, ternyata pada tahun 2016 sebanyak 20.147 jiwa (11 %). Perubahan proporsi usia lanjut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain tingkat dan kecenderungan yang telah

dicapai sebelumnya, struktur umur penduduk dan determinan lainya. Semakin membaiknya kondisi sosial-ekonomi, fasilitas dan sarana

pelayanan kesehatan serta semakin membaiknya gizi dan kesehatan

lingkungan hidup menunjukkan kematian dapat diturunkan sehingga

usia hidup semakin tinggi dan sebaliknya.

Tabel 3.6. Jumlah Dan Persentase Penduduk Usia Lanjut

Kabupaten Humbang Hasundutan

Kategori Tahun 2016

Jumlah Penduduk Lansia

(000 jiwa) 20.147

Persentase 11

Oleh karena itu dimasa-masa mendatang jika tidak diantisipasi akan

menimbulkan masalah-masalah seperti kerentanan penduduk usia lanjut. Untuk mengantisipasi hal tersebut pihak pemerintah atau swasta

agar menciptakan lapangan kerja yang ideal bagi para penduduk usia

kerja sehingga pada akhir usia mereka masih potensil dan produktif dan

memiliki saving untuk jaminan hari tua.

3.1.6 Age Specific Fertility Rate (ASFR) dan Fertilitas

Fertilitas adalah hasil reproduksi nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Angka fertilitas (kelahiran) sangat erat

hubungannya dengan tingkat kesehatan masyarakat, khususnya dalam

keluarga berencana. Ukuran yang sering dan umum digunakan dalam

Page 25: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 23 -

fertilitas adalah angka kelahiran total (Total Fertlity Rate = TFR) dan

angka kelahiran menurut kelompok umur (Age Specific Fertility Rate =

ASFR).

Total Fertility Rate (TFR) atau angka kelahiran total yang dihitung berdasarkan Age Specific Fertility Rate (ASFR) tahun 2010 di kabupaten

Humbang Hasundutan sebesar 4,89 anak dan diperkirakan berdasarkan

hasil proyeksi TFR kabupaten Humbang Hasundutan akan turun menjadi 2,1 anak pada tahun 2040.

Tabel 3.7 Age Specific Fertility Rate (ASFR) dan Fertilitas Kabupaten Humbang Hasundutan dan Proyeksi s.d Tahun 2040

Tahun

ASFR

TFR

15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49

2015 18,80155 159,63241 250,7476 237,9120 153,8473 55,77191 8,044895 4,4

2020 16,99511 144,29506 226,6560 215,0536 139,0658 50,41339 7,271948 4,0

2025 15,36224 130,43130 204,8791 194,3914 125,7045 45,56971 6,573265 3,5

2030 13,88625 117,89957 185,1945 175,7144 113,6269 41,19141 5,941711 3,1

2035 12,55207 106,57187 167,4011 158,8319 102,7097 37,23377 5,370836 2,6

2040 11,34607 96,332531 151,3174 143,5715 92,84143 33,65638 4,854810 2,1

3.1.7 Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana Nasional adalah program untuk

membantu keluarga termasuk individu anggota keluarga untuk

merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik sehingga dapat

mencapai keluarga berkualitas. Dengan terbentuknya keluarga berkualitas maka generasi mendatang sebagai sumber daya manusia

yang berkualitas akan dapat melanjutkan pembangunan. Program

Keluarga Berencana dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan kependudukan dapat memberikan kontribusi dalam hal

mengendalikan jumlah dan pertumbuhan penduduk juga diikuti dengan

peningkatan kualitas penduduk.

Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak

dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi,

perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk

mewujudkan keluarga yang berkualitas.

Pemakaian alat kontrasepsi akan mempengaruhi fertilitas wanita

melalui status fekunditasnya (kemampuan melahirkan), serta dapat

mengatur panjang-pendeknya masa ekspose terhadap kehamilan dengan menggunakan cara-cara kontrasepsi (PIL, IUD, Kondom,

Suntik, MOP, MOW).

Adapun pengetahuan, sikap, dan praktek KB dari seluruh penduduk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial ekonomi penduduk seperti

tingkat pendidikan, status ekonomi, daerah, desa atau kota.

Hasil laporan rutin tahun 2016 menunjukkan bahwa pemakaian kontrasepsi di antara wanita kawin di Humbang Hasundutan adalah 67

%, atau sebanyak 17.212 akseptor dari Pasangan Usia Subur (PUS)

sebanyak 25.867 yang ada.

Page 26: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 24 -

Cara KB suntikan adalah yang paling umum dipakai yakni sebanyak

3.930 akseptor atau 22,8 % dari total akseptor.

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga cukup populer,

seperti IUD digunakan oleh 3.520 akseptor atau sebesar 20,5 %, implant digunakan oleh sebanyak 3.447 atau sebesar 20,0 %, MOW sebanyak

2.187 akseptor atau 12,7 %, sehingga total peserta KB aktif yang

menggunakan MKJP sebanyak 9.225 akseptor atau sebesar 53,8 %.

Tabel 3.8. Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi di Kabupagten Humbang Hasundutan 2016

METODE KONTRASEPSI Jumlah %

IUD 3.520 20,5

MOW 2.187 12,7

MOP 101 0,6

KONDOM 1.391 8,1

IMPLAN 3.447 20,0

SUNTIKAN 3.930 22,8

PILL 2.636 15,3

JUMLAH 17.212 100,0

MKJP 9.255 53,8

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Dengan demikian, peningkatan cakupan pemakaian kontrasepsi

melalui revitalisasi program dengan sasaran wanita kawin umur muda

dan paritas rendah merupakan prioritas.

Tabel. 3.9. peserta KB PUS, PA, PA/PUS

Kecamatan PUS (2016) PA %PA/PUS

Pakkat 3.318 2.317 70

Onan Ganjang 1.593 604 38

Sijamapolang 1.033 592 57

Doloksanggul 5.731 3.852 67

Lintong Nihuta 4.195 2.685 64

Paranginan 2.160 1.497 69

Baktiraja 1.432 1.045 73

Pollung 2.637 1.853 70

Parlilitan 2.838 2.086 74

Tarabintang 930 681 73

Humbang

Hasundutan

25.867 17.212 67

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Page 27: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 25 -

kontribusi pemakaian alat/obat kontrasepsi terhadap penurunan

fertilitas sangat dipengaruhi pula oleh jumlah PUS menurut usia dan

jumlah anak yang telah dimiliki. Pasangan Usia Subur usia muda

dengan jumlah anak sedikit atau disebut Pus Muda Paritas Rendah ( Pusmuparen ) sangat besar pengaruhnya terhadap penurunan fertilitas

dibandingkan dengan peserta KB dari Pus usia tua paritas tinggi (

Pustuparti ) demikian pula dengan penggunaan kontrasepsi jangka panjang yang sangat berpengaruh terhadap efektifitas penggunaan

kontrasepsi.

Selanjutnya, pendidikan merupakan variabel yang penting dalam

studi perbedaan fertilitas dan keluarga berencana, karena variabel ini

banyak berpengaruh terhadap perubahan status, sikap dan pandangan

hidup masyarakat pada umumnya, wanita pada khususnya.

Meningkatnya pendidikan wanita dapat merubah pandangan hidup

yang tradisional, dari pandangan bahwa wanita adalah sebagai ibu

rumah tangga yang harus tinggal di rumah mengurus anak dan suami, ke arah pandangan yang lebih maju yang mendorong wanita untuk

bekerja di luar rumah, dan ikut mengambil bagian dalam pengambilan

keputusan dalam rumah tangga.

Dari kenyataan di atas tentu saja akan mendorong wanita lebih

menyukai keluarga kecil yang akan memberi keleluasaan bergerak

kepada mereka dari pada bila memiliki keluarga besar dengan banyak anak. Anggapan tersebut di atas rupa-rupanya dipakai sebagai dasar

dari teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

semakin rendah fertilitasnya, atau dengan kata lain terjadi hubungan yang negatif antara fertilitas dan tingkat pendidikan. Akan tetapi dalam

berbagai penelitian yang dilakukan di Indonesia, hasilnya ternyata tidak

selalu konsisten dengan teori di atas. Salah satu bukti dari hasil Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan ternyata menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan dengan fertilitas mempunyai hubungan yang

positip.

Berdasarkan hasil statistik rutin yang ada ternyata tingkat efektifitas pemakaian kontrasepsi di kabupaten Humbang Hasundutan

sangat rendah ditandai dengan jumlah peserta KB yang drop out cukup

tinggi. Pada tahun 2012 jumlah peserta KB aktif sebanyak 15.637 akseptor, sementara itu jumlah peserta KB baru secara komulatif yang

didapatkan sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 sebanyak

29.672, namun demikian yang menjadi peserta KB aktif pada tahun 2016 hanya sebanyak 17.212 akseptor. Artinya peseta KB baru selama

empat tahun sebanyak 29.672 hanya berkontribusi meningkatkan

jumlah peserta KB aktif pada tahun 2016 sebanyak 1.575 akseptor saja, sedangkan sisanya sebanyak 28.097 akseptor terjadi droup out, hal ini

menunjukkan ketidak efektifan peserta KB baik peserta aktif maupun

peserta KB baru.

Page 28: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 26 -

Tabel. 3.10. Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016

Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pakkat 1.962 2.149 2.153 2.179 2.317

Onan Ganjang 954 826 910 925 604

Sijamapolang 455 452 527 571 592

Doloksanggul 3.953 4.068 4.092 3.639 3.852

Lintong Nihuta 2.588 2.692 2.719 2.575 2.685

Paranginan 1.152 1.086 1.132 1.415 1.497

Baktiraja 745 877 908 877 1.045

Pollung 1.560 1.694 1.548 1.756 1.853

Parlilitan 1.843 1.948 1.815 1.975 2.086

Tarabintang 425 395 451 525 681

Humbang Hasundutan

15.637 16.187 16.255 16.437 17.212

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Tabel. 3.11. Jumlah Peserta KB Baru Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Kecamatan 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pakkat 1.007 593 842 885 506

Onan

Ganjang 592 420 409 671 265

Sijamapolang 407 370 396 308 307

Doloksanggul 1.475 1.562 1.931 1.765 1.421

Lintong

Nihuta 1.219 1.073 1.281 1.161 679

Paranginan 691 521 564 693 438

Baktiraja 439 317 420 322 276

Pollung 680 445 706 712 408

Parlilitan 833 797 911 967 474

Tarabintang 302 220 375 390 372

Humbang

Hasundutan 7.645 6.318 7.835 7.874 5.146

Page 29: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 27 -

3.1.8 Usia Kawin Pertama

Jika dilihat dari variabel umur pada waktu kawin ternyata juga

memberikan gambaran yang cukup menarik. Umur pada waktu kawin adalah merupakan variabel yang menunjukkan saat dimulainya

hubungan kelamin. Oleh karena itu, variabel ini mempengaruhi

fertilitas secara langsung, di mana pada saat itulah wanita memulai

masa reproduksinya dengan mengabaikan jumlah kelahiran sebelum perkawinan. Di samping itu, umur pada waktu kawin juga menentukan

perpanjangan masa reproduksi wanita.

Dengan mengikuti pemikiran di atas, apabila umur pada waktu kawin bagi wanita-wanita dilakukan seawal mungkin atau dalam umur

muda maka diprediksi akan mempunyai lebih banyak anak dari pada

wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih tua, yang dengan sendirinya lama masa reproduksinya relatip lebih pendek. Bukti

dari Survey Fertilitas Mortalitas yang pernah dilakukan menunjukan

bahwa wanita-wanita yang umur pada waktu kawinnya lebih muda dalam hal ini berumur di bawah 15 tahun, mempunyai anak lebih

banyak bila dibandingkan dengan mereka yang memulai perkawinannya

pada umur 21 tahun ke atas. Hal ini berarti ada korelasi yang negatip

antara umur pada waktu kawin dengan fertilitas.

Sebenarnya variabel umur pada waktu kawin ini sangat dipengaruhi

oleh variabel pendidikan dan status ekonomi. Wanita yang

berpendidikan lebih tinggi yang otomatis status ekonominya tinggi pula akan menunda perkawinannya, karena wanita-wanita tersebut akan

lama menghabiskan waktunya dibangku sekolah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita yang berpendidikan lebih tinggi dan status ekonomi lebih tinggi pula akan

menunda masa perkawinannya, sehingga peluang untuk mempunyai

anak yang lebih banyak akan berkurang dan dengan sendirinya akan

menekan tingkat fertilitas.

Di Humbang Hasundutan median rata-rata kawin pertama umur

22,06 tahun, sedangkan di Sumatera Utara rata-rata umur kawin

pertamanya adalah 21,37 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa wanita

Humbang Hasundutan kawin lebih tua dari pada wanita secara provinsi.

Hal ini sangat berkorelasi dengan tingkat partisipasi sekolah

kelompok umur 7-12 tahun dan 13-16 bagi jenis kelamin perempuan Humbang Hasundutan sebesar 100 %. Semakin tinggi tingkat partisipasi

perempuan dalam setiap jenjang pendidikan yang lebih tinggi maka

semakin lama penundaan usia kawin pertamanya.

3.1.9 Proyeksi Penduduk Humbang Hasundutan Tahun 2015-2040

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan selama tiga puluh lima tahun mendatang terus

mengalami peningkatan. Pola kependudukan ke depan di kabupaten

Humbang Hasundutan diwarnai oleh faktor migrasi, baik migrasi masuk maupun ke luar.

Selanjutnya, cukup menarik apabila diperhatikan gambaran piramida

penduduk menurut tahun. Piramida penduduk tahun 2015 menunjukkan pola yang tidak menggembung lagi atau menyerupai

“Candi Borobudur”, tetapi sudah berubah lebih ramping menyerupai

Page 30: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 28 -

“Candi Prambanan” hingga periode akhir proyeksi. Ini mengindikasikan

bahwa selama periode 2015-2035 penduduk di Kabupaten Humbang

Hasundutan akan diwarnai oleh pola migrasi penduduknya.

Tabel 3.12 Proyeksi Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan 2015-2040

Tahun Jumlah

Laki-laki

Jumlah

Perempuan Total

2015 92.129 91.877 184.048

2020 95180 96596 191776

2025 97733 100588 198321

2030 99107 103528 202635

2035 99458 105457 204915

2040 99124 106644 205768

Tabel 3.13 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2015

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 12.426 12.104 24.530

5-9 12.371 11.885 24.256

10-14 11.299 10.862 22.161

15-19 9.381 9.101 18.482

20-24 4.900 4.862 9.762

25-29 5.211 5.234 10.445

30-34 5.621 5.751 11.372

35-39 5.370 5.513 10.883

40-44 4.888 5.057 9.945

45-49 4.420 4.656 9.076

50-54 3.760 4.003 7.763

55-59 3.497 3.692 7.189

60-64 2.997 3.198 6.195

65-69 1.915 2.273 4.188

70-74 1.385 1.843 3.228

75+ 1.385 1.843 3.228

Total 92.129 91.877 184.048

Page 31: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 29 -

Tabel 3.14 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2020

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 11676 11162 22838

5-9 12482 11950 24432

10-14 11973 11043 23016

15-19 9580 8484 18064

20-24 5101 3655 8756

25-29 5284 4877 10161

30-34 5636 5313 10949

35-39 5493 5234 10727

40-44 5147 5066 10213

45-49 4756 5087 9843

50-54 4131 4969 9100

55-59 3991 5303 9294

60-64 3881 5063 8944

65-69 2784 3880 6664

70-74 1689 2415 4104

75+ 1576 3095 4671

Total 95180 96596 191776

21.00 14.00 7.00 0.00 7.00 14.00 21.00

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Piramida PendudukKabupaten Humbang

Hasundutan 2015

Perempuan Laki-laki

Page 32: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 30 -

Tabel.3.15 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan

Tahun 2025

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 10888 10426 21314

5-9 11662 11178 22840

10-14 11997 11276 23273

15-19 10082 8961 19043

20-24 5163 3684 8847

25-29 5458 4942 10400

30-34 5666 5315 10981

35-39 5459 5177 10636

40-44 5224 5196 10420

45-49 4972 5351 10323

50-54 4418 5285 9703

55-59 4360 5821 10181

60-64 4409 5918 10327

65-69 3593 5110 8703

70-74 2459 3334 5793

75+ 1923 3614 5537

Total 97733 100588 198321

21.00 14.00 7.00 0.00 7.00 14.00

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Piramida PendudukKabupaten Humbang

Hasundutan 2020

Perempuan Laki-laki

Page 33: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 31 -

Tabel. 3.16 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2030

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 10216 9798 20014

5-9 10896 10460 21356

10-14 11217 10554 21771

15-19 10107 9159 19266

20-24 5433 3893 9326

25-29 5520 4980 10500

30-34 5856 5391 11247

35-39 5492 5183 10675

40-44 5196 5145 10341

45-49 5053 5495 10548

50-54 4628 5566 10194

55-59 4675 6207 10882

60-64 4836 6515 11351

65-69 4101 5994 10095

70-74 3198 4421 7619

75+ 2683 4767 7450

Total 99107 103528 202635

14.00 7.00 0.00 7.00 14.00

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Piramida PendudukKabupaten Humbang

Hasundutan 2025

Perempuan Laki-laki

Page 34: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 32 -

Tabel.3.17 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2035

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 9664 9287 18951

5-9 10218 9827 20045

10-14 10474 9867 20341

15-19 9440 8563 18003

20-24 5431 3973 9404

25-29 5797 5247 11044

30-34 5911 5424 11335

35-39 5670 5254 10924

40-44 5227 5147 10374

45-49 5024 5441 10465

50-54 4704 5713 10417

55-59 4901 6534 11435

60-64 5193 6947 12140

65-69 4508 6606 11114

70-74 3668 5207 8875

75+ 3628 6420 10048

Total 99458 105457 204915

18.00 12.00 6.00 0.00 6.00 12.00

75+70-7465-6960-6455-5950-5445-4940-4435-3930-3425-2920-2415-1910-14

5-90-4

Piramida PendudukKabupaten Humbang

Hasundutan 2030

Perempuan Laki-laki

Page 35: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 33 -

Tabel.3.18 Jumlah Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2040

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

0-4 9329 8982 18311

5-9 9659 9307 18966

10-14 9808 9253 19061

15-19 8791 7987 16778

20-24 5050 3697 8747

25-29 5771 5323 11094

30-34 6183 5696 11879

35-39 5704 5269 10973

40-44 5384 5207 10591

45-49 5041 5436 10477

50-54 4668 5647 10315

55-59 4971 6695 11666

60-64 5437 7306 12743

65-69 4840 7045 11885

70-74 4044 5753 9797

75+ 4444 8041 12485

Total 99124 106644 205768

12.00 6.00 0.00 6.00 12.00

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Piramida PendudukKabupaten Humbang

Hasundutan 2035

Perempuan Laki-laki

Page 36: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 34 -

3.2. Kualitas Penduduk.

Pembangunan penduduk yang berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Indonesia yang mandiri, maju, adil dan

sejahtera disusun dengan berpedoman kepada cita-cita bangsa dan

masyarakat dalam mencapai kesejahteraannya melalui peningkatan

indeks pembangunan manusia yang berlandaskan pengembangan pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang dilakukan melalui penyerasian

kebijakan yang meliputi pengendalian kuantitas penduduk, peningkatan

kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan managemen

database dan informasi kependudukan.

3.2.1 Aspek Pendidikan

Bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Parameter angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap

sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk, terutama usia muda

yang masih sekolah. Ukuran yang banyak digunakan di sektor

pendidikan, seperti pertumbuhan jumlah murid, lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung disetiap jenjang

sekolah. Dengan demikian, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat

diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan

tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan ditambahnya

15.00 10.00 5.00 0.00 5.00 10.00

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Piramida Penduduk

Kabupaten Humbang Hasundutan 2040

Perempuan Laki-laki

Page 37: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 35 -

infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga

partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin

rendah.

Tabel 3.19 Persentase Penduduk Usia 7–24 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur Sekolah, dan Partisipasi Sekolah

di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015

Jenis Kelamin

dan Kelompok

Umur Sekolah

Partisipasi Sekolah

Tidak/Belum

Pernah

Sekolah

Masih Sekolah

Tidak Sekolah

Lagi

Laki-Laki

7‒12 0,67 99,33

13‒15 97,37 2,63

16‒18 2,05 (20 81,89 6,06

19‒24 16,14 83,86

Perempuan

7‒12 0,68 99,32

13‒15 100

16‒18 2,49 91,63 5,89

19‒24 37,17 62,83

Laki-

laki+Perempuan

7‒12 0,68 99,32

13‒15 98,53 1,47

16‒18 2,28 86,87 10,86

19‒24 24,44 75,56

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Menurut Tingkat

Pendidikan, 2012/2013 – 2016/2017

Tingkat Pendidikan

2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017

TK

Sekolah 9 10 10 9 9

Guru 43 46 47 38 41

Murid 681 809 844 618 642

SD/MI

Sekolah 222 222 222 222 222

Guru 2230 2202 2158 2075 2070

Murid 31018 31142 28854 30775 30365

SMP/MTs

Sekolah 44 45 45 46 46

Guru 930 905 889 889 893

Murid 13473 13862 14708 14706 15075

SMA/MA

Sekolah 17 17 17 15 15

Guru 513 501 490 484 467

Murid 6283 6376 6703 7103 7560

SMK

Sekolah 12 12 13 14 14

Guru 360 372 393 419 385

Murid 4706 4739 4861 4378 5016

Sumber : Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

Page 38: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 36 -

Angka partisipasi murni (APM) tingkat Paud pada tahun 2016

sebesar 50,69 % naik menjadi 55,38 % pada tahun 2017, SD/MI/Paket

A sebesar 87,95% turun menjadi 87,07 %,SMP/MTs/Paket sebesar

72,49% naik menjadi 73,21% dan angka partisipasi kasar (APK) pada tahun 2016 SD/MI/ paket A mencapai 102,76 % naik menjadi 104,03 %

pada tahun 2017, demikian juga untuk APK tingkat SMP/MTs/ paket B

101,01% naik menjadi 102,29 %.Angka Putus sekolah (APS)pada tahun 2016 SD/MI sebesar 0,03% naik menjadi 0,04 pada tahun 2017,SMP/MTs sebesar 0,20% turun menjadi 0,15% pada tahun 2017.

Tabel 3.20. Indikator Kinerja Kunci (IKK) Kabupaten Humbang Hasundutan

No Indikator kinerja Kunci (IKK) 2016

(%)

2017

(%)

1 Angka partisipasi Murni(APM) PAUD 50,69 55,38

2 Angka partisipasi Murni(APM) SD/MI/Paket A 87,93 87,07

3 Angka partisipasi Murni(APM) SMP/MTs/Paket B 72,49 73,21

4 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0,03 0,04

5 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 0,20 0,15

6 Angka Kelulusan (AL) SD/MI 100,00 100,00

7 Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs 100,00 99,52

8 Angka Melanjutkan (AM) dari SD ke SMP 99,27 99,32

9 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A 102,76 104,03

10 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B 101,01 102,29

11 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 87,64 85,24

12 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)

99,40 99,43

13 Rata-rata lama sekolah 10,17 10,20

Sumber: data Dinas Pendidikan Kabupaten Humbang Hasundutan 2016

3.2.2. Aspek Kesehatan.

Dari aspek kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan

walaupun masih terus memerlukan pembenahan terutama dilihat dari

sarana dan prasana, telah memiliki Rumah Sakit umum sebanyak 1 Rumah sakit

Berdasarkan Humbang Hasundutan dalam angka tahun 2017 pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 jumlah sarana kesehatan

lainnya yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan sudah cukup

memadai, Puskesmas telah ada sebanyak 12, berarti setiap kecamatan sudah memiliki Puskesmas bahkan ada yang memiliki 2 Puskesmas, dan

ada sebanyak 5 unit klinik/balai pengobatan, puskesmas pembantu

sebanyak 23 pustu serta poskedes sebanyak 167 dan posyandu

sebanyak 249, apotik sebanyak 9, toko obat sebanyak 18, rumah bersalin ada 4 serta adanya balai pengobatan sebanyak 5.

Page 39: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 37 -

Tabel 3.21. Jumlah Rumah Sakit, Puskesmas dan fasilitas pelayanan

kesehatan lainnya tahun 2012-2016 di Kabupaten Humbang

Hasundutan

Dari data tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi sarana

pelayanan kesehatan masyarakat di samping masih tertumpu pada Rumah Sakit dan Puskesmas, pelayanan kesehatan sudah dioptimalkan melalui peningkatan peran posyandu.

Tabel. 3.22. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2012-2016

Tenaga Kerja Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016

Medis 60 52 47 50 45

Dokter Umum 48 44 40 37 30

Dokter spesialis 2 2 2 7 9

Dokter gigi 10 6 5 6 6

Keperawatan Dan Kebidanan 616 611 603 567 562

Perawat 273 257 255 234 232

Perawat gigi 2 11 10 10 10

Bidan 341 343 338 323 320

Kefarmasian 19 18 19 16 16

Sarjana farmasi dan Apoteker 3 4 4 4 4

Asisten Apoteker 16 14 15 12 12

Lingkungan Dan Kesehatan

Masyarakat 38 37 37 33 34

Sarjana Kesehatan Masyarakat 35 35 35 30 30

Sanitarian 3 2 2 3 4

Tenaga Gizi 16 12 11 12 6

Keterapian fisik 1 1 1 2

Keteknisan Medis 22 26 27 22 12

Analis Kesehatan 6 3

Psikolog 1 1

Jumlah tenaga kesehatan (nakes) 772 756 745 702 681

Jumlah tenaga non kesehatan

(non nakes) 11 11 11 42 27

Jumlah tenaga kerja kesehatan 783 767 756 744 708

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

Sarana Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016

Rumah sakit umum 1 1 1 1 1

Rumah bersalin 4 4 4 4 4

Pusat kesehatan masyarakat 12 12 12 12 12

Puskesmas pembantu 23 23 23 23 23

Pos kesehatan desa 167 167 167 167 267

Pos pelayanan terpadu 244 262 243 243 249

Balai pengobatan 5 5 5 5 5

Apotik 7 8 9 9 9

Toko obat 18 18 18 18 18

Sumber : Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka 2017

Page 40: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 38 -

Peningkatan Kesehatan Penduduk akan menghasilkan penurunan

angka kematian bertujuan untuk mewujudkan penduduk tumbuh

seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka

kematian ini diprioritaskan pada upaya, penurunan angka kematian ibu hamil, penurunan angka kematian ibu melahirkan, penurunan angka

kematian pasca melahirkan, serta penurunan angka kematian bayi dan

anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya

proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan dan norma agama. Di samping itu, upaya penurunan angka

kematian difokuskan pada kesamaan hak reproduksi pasangan suami

istri (pasutri), keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan, pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta

partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.

Tabel. 3.23. Jumlah Kelahiran Hidup menurut Kecamatan Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Kecamatan Jumlah Kelahiran Hidup

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 PARLILITAN 408 424 509 411

518

2 TARABINTANG 169 189 228 224 190

3 PAKKAT 510 538 631 559

603

4 ONANGANJANG 196 237 281 143 237

5 SIJAMAPOLANG 152 126 151 120

156

6 DOLOKSANGGUL 997 999 1213 469 1.275

7 POLLUNG 465 426 512 388

502

8 LINTONGNIHUTA 701 699 851 591

793

9 PARANGINAN 315 316 341 263

325

10 BAKTIRAJA 168 166 196 80

198

Humbang Hasundutan 4.081

4.120

4.913

3.248

4.797

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan

Kabupaten Humbang Hasundutan

Page 41: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 39 -

Tabel. 3.24. Jumlah Kematian Ibu per-Kecamatan, 2013-2017

Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Kecamatan Angka Kematian Ibu

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 PARLILITAN - 1 - - -

2 TARABINTANG - - 1 - 4

3 PAKKAT 1 1 1 - 3

4 ONANGANJANG - 3 - - -

5 SIJAMAPOLANG - - - - -

6 DOLOKSANGGUL 1 1 2 3 1

7 POLLUNG - 1 - 2 -

8 LINTONGNIHUTA 1 2 3 1 -

9 PARANGINAN - 1 1 - -

10 BAKTIRAJA - 1 - - -

Total 3 11 8 6 8

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten

Humbang Hasundutan

Tabel 3.25.Jumlah Kematian Bayi per-Kecamatan, 2013-2017 Kabupaten Humbang Hasundutan

No. Kecamatan

Jumlah Kematian Bayi

2013 2014 2015 2016 2017

L P Total L P Total L P Total L P Total L P Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)

1 PARLILITAN - - -

-

- -

-

- -

-

-

-

2

- 2

2 TARABINTANG -

1 1

-

- -

2

1 3

1

1

2

2

1 3

3 PAKKAT -

- -

-

- -

4

- 4

2

4

6

5

- 5

4 ONANGANJANG 1

1 2

1

- 1

2

- 2

1

-

1

3

1 4

5 SIJAMAPOLANG -

- -

-

- -

1

1 2

-

-

-

-

- -

6 DOLOKSANGGUL 2

1 3

2

1 3

11

4 15

5

2

7

7

5 12

7 POLLUNG -

- -

-

- -

-

- -

2

3

5

5

- 5

8 LINTONGNIHUTA -

- -

-

1 1

5

3 8

4

4

8

2

1 3

9 PARANGINAN -

- -

-

- -

7

3 10

3

5

8

2

3 5

10 BAKTIRAJA - -

- -

- -

-

-

-

1

- 1

Total 3

3 6

3

2 5

32

12 44

18

19

37

29

11 40

Sumber: Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten

Humbang Hasundutan

Page 42: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 40 -

Tabel. 3.26. Jumlah Gizi Buruk per-Kecamatan, 2015-2017 Kabupaten

Humbang Hasundutan

No. Kecamatan Jumlah Gizi Buruk

2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 PARLILITAN 2 1 - - -

2 TARABINTANG 1 1 - - 2

3 PAKKAT - 1 1 - -

4 ONANGANJANG - - - - -

5 SIJAMAPOLANG - - - - -

6 DOLOKSANGGUL 1 3 2 5 5

7 POLLUNG 1 - 2 - -

8 LINTONGNIHUTA 2 1 2 1 1

9 PARANGINAN 1 1 1 - 2

10 BAKTIRAJA 1 1 - - 1

Total 9 9 8 6 11

Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan

Pada Tahun 2016 masih terdapat kasus gizi buruk dan gizi kurang di Humbang Hasundutan sebanyak 56 kasus dari jumlah kelahiran bayi

sebanyak 2.458 kelahiran hidup atau sekitar 2,27 %. Kasus tertinggi

berada di kecamatan Doloksanggul sebanyak 5 kasus dan yang terendah

di kecamatan Onanganjang dan Sijamapolang 0 kasus.

Tabel. 3.27. Prevalensi Status Gizi Balita Berdasarkan Berat Badan per Umur Menurut Kecamatan (persen) di Kabupaten Humbang Hasundutan,

2016

Kecamatan 2016

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik Gizi

Lebih Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pakkat 2 688 690

Onan Ganjang 4 124 128

Sijamapolang 4 121 125

Doloksanggul 5 10 - 15

Lintong Nihuta 1 8 570 579

Paranginan 3 242 245

Baktiraja 3 113 117

Pollung - 7 371 378

Parlilitan 4 173 177

Tarabintang - 5 - 5

Humbang

Hasundutan 6 50 2402 2458

3.2.2. Aspek Ekonomi.

Adapun untuk angka penduduk miskin Kabupaten Humbang

Hasundutan yang berada diatas garis kemiskinan setiap tahun mengalami pluktuatif dan bahkan hampir sama sekali tidak mengalami

perbaikan, dimana pada tahun 2012 sebesar 9,73 %, tahun 2013

sebesar 10,0 %, tahun 2014 sebesar 9,44 %, dan tahun 2015 sebesar 9,85 % dan tahun 2016 menjadi 9,78 %. Secara umum penurunan

tingkat kemiskinan di Kabupaten Humbang Hasundutan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Page 43: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 41 -

Tabel. 3.28.Penduduk Miskin di Kabupaten Humbang Hasundutan 2012‒2016

Tahun

Garis Kemiskinan

(rupiah/kapita/

bulan)

Jumlah Penduduk

Miskin

(ribu)

Persentase

Penduduk

Miskin

(1) (2) (3) (4)

2012 238.013 17,2 9,73

2013 247.658 17,9 10

2014 254.633 17,14 9,44

2015 262.317 18,04 9,85

2016 301.663 18,04 9,78

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Menurut data yang ada bahwa PDRB Perkapita berdasarkan harga

konstan di Kabupaten Humbang Hasundutan mencapai Rp. 3.759.315.71 pada tahun 2017 dengan kondisi perkembangan yang

mengalami kemajuan dari sebesar Rp. 3.406.801,70 pada tahun 2015

meningkat menjadi Rp. 3.577.749,06 pada tahun 2016, dengan kontribusi terbesar dari sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan sebesar Rp 1.718.714,98 (45,72%).

Pada sektor industri pengolahan yang seharusnya dapat lebih

dikembangkan untuk pengembangan agro bisnis dan agro industri justru masih rendah memberikan kontribusi terhadap PDRB yakni hanya

sebesar Rp. 58.739.48 atau hanya 1,56 %, hal ini dapat dilihat dalam

tabel berikut ini

Sektor PDRB

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2011 (Juta Rupiah)

2011 2012 2013 2014

Pertanian, Peternakan,

Kehutanan, dan Perikanan

1.349 647.96 1.406.597.72 1477478.96 1530073.11

PertaPertambangan dan

Penggambangan dan Penggalian

14 947.89 16 073.23 17 432 18 645.32

Industri Pengolahan 44 951.85 48 166.49 49 670.16 52 025.05

Pengadaan Listrik dan Gas 2 569.13 2 781.54 2 931.01 3 119.36

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang

1 834.59 1 928.95 2 036.52 2 159.20

Konstruksi 349 411.53 372 014.51 397 053.65 434 876.86

Perdagangan Besar dan

Eceran,Reperasi Mobil dan

Speda Motor

371 472.10 403 206.10 433 039.11 463 356.35

Transportasi dan Pergudangan 63 016.59 67 947.89 73 469.07 78 068.55

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

81 722.87 88 189.16 95 423.76 101 205.27

Informasi dan Komunikasi 30 217.28 31 935.74 34 229.87 36 857.01

Page 44: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 42 -

Jasa Keuangan dan Asuransi 32 470.69 34 599.58 36 014.79 37 446.05

Real Estate 66 661.41 71 754.01 77 257.58 82 601.48

Jasa Perusahaan 3 435.90 3 639.01 3 861.52 4 116.07

Administrasi

Pemerintahan,Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib

301 600.72 318 173.64 330 144.63 353 380.96

Jasa Pendidikan 28 108.46 29 622.87 31 809.03 33 635.11

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

sosial

16 374.62 17 618.26 19 165.26 20 146.41

Jasa Lainnya 3.684,56 3.928,19 4 180.69 4 476.64

Jumlah 2.762.128,15 2.918.175,88 3.085.197,62 3.256.188,80

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Tabel. 3.29. PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan Atas Dasar Harga

Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2017 (Juta Rupiah)

Sektor PDRB

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Juta Rupiah)

2015 2016 2017

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan

1599354.67 1653029.35 1718714,98

Perta Pertambangan dan Penggambangan dan Penggalian

19 577.65 21 046.72 22 328.47

Industri Pengolahan 54 182.78 56 471.72 58739,48

Pengadaan Listrik dan Gas 3 372.68 3 437.86 3 511.85

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

2 290.30 2 434.12 2 580.25

Konstruksi 449821.23 482624.12 513 500.47

Perdagangan Besar dan Eceran,Reperasi Mobil dan Speda Motor

485354.87 526712.23 566 892.88

Transportasi dan Pergudangan 82 208.55 87 213.74 93 095.48

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

107142.67 114912.67 122 058.71

Informasi dan Komunikasi 38 534.31 41 097.12 43 378.01

Jasa Keuangan dan Asuransi 39 094.49 41 312.07 42 909.59

Real Estate 86 990.48 95 420.12 102 896.10

Jasa Perusahaan 4 306.07 4 602.02 4 799.28

Administrasi Pemerintahan,Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

373478.77 382 968 395 976.21

Jasa Pendidikan 35 082.11 36 991.10 38 748.05

Jasa Kesehatan dan Kegiatan sosial 21 300.41 22 370.10 23 665.33

Jasa Lainnya 4 710.64 5 105.97 5 520.58

Jumlah 3.406.801,70 3.577.749,06 3.759.315,71

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

Page 45: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 43 -

Tabel. 3.30.Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Humbang Hasundutan, 2015

Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (1)

15-24 11.754 8.085 19.839

25-30 5.694 5.272 10.966

31-34 4.810 4.810 8.865

35-44 10.133 9.997 20.130

45-54 7.979 8.801 16.780

55-59 3.519 4.140 7.659

60-64 2.083 3.660 5.743

65+ 2.689 4.480 7.169

Jumlah 48.661 48.490 97.151

3.3. Persebaran dan Mobilitas Penduduk.

Mobilitas Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persebaran penduduk dan menjadi salah satu faktor

yang mendorong perubahan kondisi sosial ekonomi suatu wilayah.

Mobilitas penduduk yang tidak terkendali akan menyebabkan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Kepadatan

penduduk dialami oleh daerah perkotaan merupakan salah satu potret

yang mencerminkan data jumlah penduduk yang besar menempati luas

daerah yang sangat terbatas.

Fenomena ini merupakan salah satu indikator ketidakmerataan

persebaran penduduk cerminan banyaknya penduduk desa yang pidah ke kota. Kepadatan penduduk yang tinggi berdampak pada lingkungan

hidup antara lain ketersediaan air bersih, ketersediaan pangan,

ketersediaan lahan, ketersediaan udara bersih, pencemaran

lingkungan dan pendidikan.

Mobilitas adalah proses gerak penduduk dari suatu wilayah

menuju wilayah lain dalam jangka waktu tertentu. Pelaku mobilitas

penduduk adalah orang yang melakukan mobilitas, terdiri dari mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas

penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah

satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja dalam sektor pertanian sekarang bekerja dalam

sektor non pertanian. Mobilitas penduduk horizontal, atau mobilitas

penduduk geografi adalah gerak (movement) penduduk yang melintas

batas wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu

tertentu.

Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator mobilitas

penduduk horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu (space and time concept). Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif,

Page 46: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 44 -

misalnya propinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan, pedukuhan

(dusun). BPS mendefinisikan, seseorang disebut migran apabila orang

tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan

lamanya tinggal di propinsi tujuan adalah enam bulan atau lebih. Seseorang disebut juga migran walau berada di propinsi tujuan kurang

dari enam bulan, tetapi orang tersebut berniat tinggal menetap atau

tinggal enam bulan atau lebih di propinsi tujuan.

Dalam menganalisis mobilitas penduduk para ahli juga

menggunakan istilah Migrasi Internal, seperti transmigrasi yaitu

perpindahan penduduk dari satu pulau ke pulau lainnya di Indonesia. Sebaliknya urbanisasi, merupakan perpindahan penduduk dari desa ke

kota, umumnya terjadi pada penduduk pulau lain yang ingin

memperoleh pekerjaan yang lebih baik di pulau Jawa. Migrasi penduduk antar propinsi dan migrasi desa-kota merupakan perwujudan kebijakan

pembangunan dengan orientasi pada pertumbuhan ekonomi, khususnya

industri dan jasa yang umumnya berlokasi di kota-kota besar.

Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas penduduk nonpermanen adalah gerak penduduk dari suatu wilayah menuju ke

wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan.

Pergerakan penduduk dari satu tempat ke tempat lain, terkait dengan usaha untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk kebutuhan

sosial lainnya. Data mobilitas sirkuler sukar didapat, disebabkan para

pelaku mobilitas sirkuler tidak memberitahukan kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan kedatangan

mereka di daerah tujuan.

3.3.1 Distribusi dan Persebaran Penduduk

Persebaran Penduduk Humbang Hasundutan kurang merata

terutama dibeberapa kecamatan yang padat penduduknya serta aktifitas ekonomi, akses pendidikan dan pelayanan kesehatan yang sudah baik,

diantaranya kecamatan Dolok Sanggul dengan luas wilayah 209,3 km2

atau sekitar 8,4 % dari seluruh luas wilayah kabupaten dihuni oleh

penduduk sebanyak sebanyak 48.211 jiwa atau sekitar 26,07 % dari jumlah penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 184.915

jiwa.

Page 47: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 45 -

Tabel 3.30 Luas Wilayah Dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan 2016

Kecamatan

Luas Wilayah Dan Persebaran Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan, 2016

LuasWilayah Penduduk

Ha % km2 % Jumlah %

1. Pakkat 38.168 15,25 381,7 15,3 24.523 13,26

2. Onan Ganjang 22.256 8,89 222,6 8,9 10.453 5,65

3. Sijamapolang 14.018 5,6 140,2 5,6 5.397 2,92

4. Doloksanggul 20.930 8,36 209,3 8,4 48.211 26,07

5. Lintong Nihuta 18.126 7,24 181,3 7,2 31.317 16,94

6. Paranginan 4.778 1,91 47,8 1,9 13.162 7,12

7. Baktiraja 2.232 0,89 22,3 0,9 7.188 3,89

8. Pollung 32.736 13,08 327,4 13,1 18.787 10,16

9. Parlilitan 72.775 29,08 727,7 29,1 18.104 9,79

10. Tarabintang 24.252 9,69 242,5 9,7 7.575 4,10

Humbang Hasundutan

250.271 100 2.503 100,0 184.915 100,00

Sumber: Humbang Hasundutan dalam angka 2017

3.3.2. Migrasi

Banyak faktor penyebab terjadinya perpindahan penduduk dari

suatu daerah ke daerah lainnya, disebabkan adanya beberapa faktor seperti yang lazim disebut dengan faktor pendorong dan faktor penarik

(push and pull factors).

a. Faktor pendorong antara lain makin berkurangnya sumber alam,

menurunnya permintaan atas barang tertentu yang bahan bakunya makin susah diperoleh, menyempitnya lapangan kerja di daerah asal.

b. Faktor penarik antara lain di daerah tujuan adanya kesempatan

untuk memasuki lapangan kerja yang cocok dan adanya aktivitas baru di daerah tujuan seperti munculnya pusat - pusat pertumbuhan

ekonomi.

Berdasarkan data yang ada bahwa pada tahun 2010 terjadi migrasi

masuk sebanyak 8.325 jiwa, sedangkan migrasi keluar adalah sebanyak

4.257 jiwa sehingga migrasi neeto nya sebanyak 4.068 jiwa.

Pada tahun 2015 migrasi masuk sebanyak 2.947 jiwa sedangkan

migrasi keluar sebanyak 5.121 sehingga migrasi nettonya sebanyak minus 2.174 jiwa (-1,18%)

Page 48: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 46 -

Tabel 3.31 Migrasi Masuk, Migrasi Keluar dan Migrasi Netto Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2010 dan 2015

Tahun

Migrasi

Masuk

Migrasi

Keluar Migrasi Netto

2010 8.325 4.257 4.068

2015 2.947 5.121 -2.174 (-1,18%)

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang

Hasundutan

3.3.4.Pembangunan Keluarga

Pembangunan keluarga ditujukan agar terwujudya keluarga

Indonesia yang berkualitas berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa kepada Tuhan YME yang meliputi: Keluarga yang bertakwa

kepada Tuhan YME, yaitu keluarga berdasarkan pernikahan yang sah

menurut hukum negara dan agama, Keluarga sejahtera, sehat, maju,

mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak ideal (dua), Keluarga yang berketahanan sosial,

keluarga yang memiliki perencanaan sumber daya keluarga, keluarga

berwawasan nasional, yang mampu mengembangkan kepribadian dan budaya bangsa Indonesia, Keluarga yang berkontribusi kepada

masyarakat yang mampu berperan serta dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan dan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya serta keluarga yang berkontribusi kepada bangsa dan negara serta

berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak, patuh

terhadap peraturan perundangan yang berlaku

Kemampuan keluarga melaksanakan fungsinya menjadi lemah

akibat kecepatan kemajuan dan perubahan perkembangan global baik

dari segi ekonomi, pendidikan, kesehatan, sehingga dampaknya banyak

terjadi berbagai tindakan dan kondisi yang melemahkan penduduk sebagai sumber daya manusia yang mampu bersaing ditengah penduduk

dunia.

Kondisi tersebut dapat kita perhatikan antara lain; jumlah keluarga pra sejahtera dan KS-1 yang masih cukup banyak sekitar 13.261 atau

32,53 % dari total jumlah keluarga, disamping itu terdapat keluarga yang

termasuk penyandang masalah sosial mulai dari anak terlantar, lansia terlantar, kekerasan dalam rumah tangga, anak jalanan, ketergantungan

narkoba, HIV/AIDS, ekspolaitasi anak, pekerja anak, penduduk

berkebutuhan khusus dan lain sebagainya.

Oleh sebab itu, pembangunan keluarga menjadi sangat penting

sebagai institusi atau unit terkecil tempat penduduk bersosialisasi yang

harus dijadikan parameter dan sasaran pembangunan kependudukan

dan sebagai indikator keberhasilannya adalah seberapa besar tingkat

kemampuan keluarga dapat melaksanakan fungsinya.

Salah satu variabel dalam pembangunan keluarga adalah kondisi

keluarga menurut tahapan kesejahteraannya meliputi Keluarga Pra Sejahtera (Pra-S), Keluarga Sejahtera 1 (KS-1), Keluarga Sejahtera 2

(KS-2), Keluarga Sejahtera 3 (KS-3) dan Keluarga Sejahterra 3 Plus (KS-

3+). Secara umum kondisi keluarga menurut tahapan kesejahteraannya ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kemampuan keluarga dalam

Page 49: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 47 -

memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) kebutuhan terhadap papan,

sandang, pangan dan berbagai kebutuhan sosial lainnya.

Tabel. 3.32 Jumlah Dan Persentase Keluarga Pra-Sejahtera DAN KS-1

Tahun Jumlah KK Jumlah Keluarga

Pra Sejahtera & KS-1 %

2016 40.767 13.261 32,53

Sumber: Sumatera Utara Dalam Angka 2017

Dalam hal meningkatkan kesejahteraan keluarga di kabupaten Humbang Hasundutan telah diikutsertakan berpartisipasi dalam

Program Keluarga Harapan (PKH). Pada tahun 2015 telah diikutsertakan

sebanyak 2.352 keluarga yang masuk pada Program Keluarga Harapan

dengan bantuan pemerintah pusat dan pada tahun 2016 sebanyak 3.322

keluarga.

3.3.4.Manajemen Data Base Kependudukan.

Administrasi Kependudukan sebagai suatu sistem merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Administrasi Pemerintahan dan Administrasi

Negara dalam rangka pemberian perlindungan terhadap hak-hak

individu penduduk, melalui pelayanan publik dalam bentuk dokumen kependudukan (Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan dokumen

Akta-akta Catatan Sipil). Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan

Administrasi Kependudukan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan

secara Nasional dalam menyediakan Data Penduduk (Database

Kependudukan) yang terjamin akurasinya dan terkini, Pemerintah

mempunyai 3 (tiga) program strategis Nasional, yaitu :

1. Melaksanakan pemutakhiran Data Kependudukan:

2. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK):

3. Penerapan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Elektronik.

Data dasar (database kependudukan) adalah kumpulan berbagai

jenis data kependudukan yang tersimpan secara sistematik, terstruktur dan saling berhubungan menggunakan perangkat lunak, perangkat

keras dan jaringan komunikasi data untuk itu, diperlukan adanya

penataan Administrasi Kependudukan yang merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan

melalui Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil dan Pengelolaan

Informasi Administrasi Kependudukan.

Untuk mewujudkan database kependudukan yang akurat diperlukan

2 (dua) kegiatan yang paling mendasar yaitu: Kegiatan pelayanan harian

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil termasuk e-KTP yang bertujuan agar semua peristiwa kependudukan akibat LAMPID (Lahir,

Meninggal, Pindah dan Datang) tercatat dalam database kependudukan

Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban pemerintah Kabupaten/Kota melalui dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil dan para Camat dibawah koordinasi

Pemerintah Propinsi.

Page 50: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 48 -

Kegiatan konsolidasi dan pembersihan data ganda kependudukan

dengan menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK) online yang didukung dengan perekaman sidik jari dan iris mata

dalam perekaman e-KTP. Pelaksanaan kegiatan ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban Kementrian Dalam Negeri melalui Direktorat

Jendral Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Pemutakhiran Data

Kependudukan dilaksanakan disemua wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan dengan penerbitan dan Pendistribusian NIK kepada

penduduk per keluarga. Penerbitan NIK yang dilaksanakan secara

bertahap mulai Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2020.

NIK adalah Nomor Induk Kependudukan yang diberikan

Pemerintah dan diterbitkan oleh Instansi pelaksana kepada setiap

Penduduk setelah dilakukan pencatatan biodata. NIK berlaku seumur hidup, melalui NIK nantinya kegiatan identifikasi jati diri seseorang

dapat dilakukan dengan mudah, termasuk pendataan penduduk untuk

perpajakan Pemilihan Umum, Kriminalitas, penyaluran Bantuan

Langsung Tunai (BLS) dan lainnya.

Ada beberapa kendala dalam penertiban e-KTP sebagai berikut :

1. Peralatan e-KTP rusak.

2. Data tertahan di server kecamatan. 3. Kesalahan dalam pencetakan fisik e-KTP.

Saat ini sedang dibangun Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK)

dalam kerangka Administrasi Kependudukan yang terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1. Sistem Pendaftran Penduduk (Dafduk) Pencatatan Biodata penduduk per keluarga

Pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan

Pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

Pelaporan penduduk yang tidak dapat melapor sendiri.

2. Sistem Pencatatan Sipil (Capil)

Pencatatan Kelahiran Pencatatan Lahir Mati

Pencatatan Perkawinan

Pencatatan Pembatalan Perkawinan Pencatatan Perceraian

Pencatatan Pembatalan Perceraian

Pencatatan Kematian Pencatatan pengangkatan, pengesahan dan pengakuan anak

Pencatatan perubahan nama dan perubahan status kewarganegaraan

Pencatatan peristiwa penting.

Page 51: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 49 -

Tabel .3.33 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Status Cetak KTP

Tabel .3.33

Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan, Jenis Kelamin dan Status Cetak KTP-El

No. KECAMATAN

SUDAH CETAK KTP-el

2013 2014 2015 2016 2017

L P % L P % L P % L P % L P %

1 PARLILITAN 2,452 2,224 3,73 2.560 2.324 3,78 4.530 4.701 7,31 5.612 5.819 8,80 5.667 5.808 9,23

2 POLLUNG 2,308 2,182 3,58 2.379 2.243 3,58 4.676 4.974 7,64 5.621 5.962 8,92 5.668 5.976 9,15

3 BAKTIRAJA 1,402 1,496 2,31 1.442 1.553 2,32 1.650 1.799 2,73 2.041 2.200 3,26 2.053 2.134 3,39

4 PARANGINAN 2,057 1,933 3,18 2.183 2.092 3,31 3.167 3.303 5,12 3.799 3.996 6,00 3.950 4.082 6,41

5 LINTONGNIHUTA 5,483 5.470 8,75 5.639 5.634 8,74 7.257 7.768 11,89 8.668 9.179 13,74 8.976 9.237 14,64

6 DOLOKSANGGUL 7.070 6.849 11,12 7.348 7.131 11,22 10.875 11.703 17,87 13.300 14.092 21,09 13.319 14.148 21,77

7 SIJAMAPOLANG 885 851 1,38 904 887 1,38 1.428 1.509 2,32 1.739 1.804 2,72 1.774 1.793 2,85

8 ONANGANJANG 1.304 1.210 2,00 1.349 1.243 2,01 2.602 2.722 4,21 3.253 3.420 5,13 3.163 3.281 5,17

9 PAKKAT 2.904 3.101 4,79 2.980 3.179 4,77 5.839 6.621 9,86 6.946 7.730 11,30 6.753 7.453 11,30

10 TARABINTANG 944 832 1,41 960 856 1,4 1.961 2.047 3,17 2.330 2.375 3,62 2.261 2.331 3,73

T O T A L 13.121 18.321 42,25 27.744 27.142 42,51 43.985 47.147 72,12 53.309 56.577 84,58 53.584 56.243 87,64

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan

Tabel 3.34 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut

Kecamatan dan Cetak Kartu Keluarga (KK)

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan

No. KECAMATAN

SUDAH CETAK KARTU KELUARGA (KK)

2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %

1 PARLILITAN 2079 4,92 2.467 5,68 2.961 6,76 3.608 8,16 3.667 8,00

2 POLLUNG 2206 5,22 2.669 6,14 3.120 7,12 3.536 8,00 3.865 8,00

3 BAKTIRAJA 836 1,98 999 2,30 1.194 2,73 1.254 2,83 1.422 3,00

4 PARANGINAN 1457 3,45 1.696 3,90 2.187 4,99 2.586 5,84 2.722 6,00

5 LINTONGNIHUTA 3709 8,78 4.396 10,12 5.390 12,31 5.294 11,97 6.142 13,00

6 DOLOKSANGGUL 5.917 14,02 6.754 15,55 7.815 17,84 8.032 18,16 9.365 21,00

7 SIJAMAPOLANG 525 1,24 679 1,56 911 2,08 1.089 2,46 1.138 2,00

8 ONANGANJANG 1.364 3,23 1.514 3,48 1.827 4,17 1.883 4,25 2.118 4,00

9 PAKKAT 2.245 5,32 2.607 6,00 3.267 7,46 4.269 9,65 4.232 9,00

10 TARABINTANG 992 2,35 1.195 2,75 1.389 3,17 1.473 3,33 1.519 3,00

T O T A L 21.330 50,51 24.976 57,48 30.061 68,63 33.024 74,65 36.190 77,00

Page 52: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 50 -

Tabel 3.35 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan dan Cetak Akta Perkawinan

No. KECAMATAN SUDAH CETAK AKTA PERKAWINAN

2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %

1 PARLILITAN 100 3,66 430 5,60 1.142 11,34

2 POLLUNG 66 2,41 742 10,12 1.458 14,48

3 BAKTIRAJA 39 1,42 103 3,71 209 2,07

4 PARANGINAN 37 1,35 257 4,95 621 6,16

5 LINTONGNIHUTA 149 5,45 626 5,24 1.579 15,68

6 DOLOKSANGGUL 207 5,57 1342 7,50 3.018 29,97

7 SIJAMAPOLANG 27 0,98 190 8,27 456 4,52

8 ONANGANJANG 34 1,24 191 4,56 530 5,26

9 PAKKAT 93 3,40 428 4,33 853 8,47

10 TARABINTANG 23 0,84 69 2,19 201 1,99

T O T A L 775 26,32 4378 56,47 10.067 99,94

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan

Tabel. 3.36 Penduduk Kabupaten Humbang Hasundutan menurut Kecamatan dan Cetak Akta Kelahiran

No. KECAMATAN SUDAH CETAK AKTA KELAHIRAN

2013 % 2014 % 2015 % 2016 % 2017 %

1 PARLILITAN 1.600 0,83 1.034 0,53 2.673 1,38 3.930 2,02 3.238 1,63

2 POLLUNG 1.422 0,74 1.345 0,69 2.556 1,32 4.309 2,21 3.340 1,68

3 BAKTIRAJA 924 0,45 191 0,10 S 0,30 961 0,49 1.278 0,64

4 PARANGINAN 1.294 0,67 316 0,16 1.207 0,62 1.761 0,90 2.615 1,31

5 LINTONGNIHUTA 1.083 0,56 1.365 0,70 3.737 1,94 5.966 3,06 5.748 2,89

6 DOLOKSANGGUL 1.924 1,00 1.682 0,86 4.671 2,42 7.816 4,01 7.935 4,00

7 SIJAMAPOLANG 2.165 1,13 220 0,11 762 0,39 1.142 0,58 1.023 0,51

8 ONANGANJANG 1.624 0,84 400 0,20 1.231 0,64 1.880 0,96 1.841 0,92

9 PAKKAT 1.424 0,74 460 0,23 1.308 0,68 2.331 1,19 4.045 2,03

10 TARABINTANG 2.175 1,13 274 0,14 920 0,48 1.203 0,61 1.470 0,74

T O T A L

15.635 8,09 7.287 3,72 19.647 10,17 31.299 16,03 32.533 16,35

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Humbang Hasundutan

Page 53: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 51 -

BAB IV KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG

Pada uraian dalam bab-bab sebelumnya, bahwa berbagai isu pokok di bidang kependudukan yang meliputi indikator pengendalian kuantitas

penduduk, peningkatan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas penduduk,

pembangunan keluarga serta penataan data base dan informasi penduduk memperlihatkan masih adanya tingkat kesenjangan yang berbeda antara satu

wilayah dengan wilayah yang lain. Artinya di masa mendatang Kabupaten

Humbang Hasundutan dihadapkan pada persoalan-persoalan untuk

memeratakan hasil-hasil pembangunan.

Oleh sebab itu perlu dikaji dan dianalisa berbagai kondisibaik dari aspe

kfaktor internal (kekuatan dan kelemahan) maupun faktor eksternal (tantangan, dan peluang) dalam upaya pembangunan kependudukan di

Kabupaten Humbang Hasundutan.

4.1 Kekuatan

Dalam menentukan kebijakan Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan saat ini maupun yang akan dating perlu dikaji dan

dipahami kekuatannya antara lain :

1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang berada pada posisi 1,1 % setiap tahunnya, dibandingkan dengan

kabupaten/kota lain yang masih berada di atas 1,5 % bahkan ada yang

diatas 2 % dan dengan adanya upaya penurunan Total Fertility Rate (

TFR ) sekitar 4,4 anak pada tahun 2015 menjadi 4,0 anak pada tahun 2020, dimana penurunan TFR tersebut merupakan kontribusi dari

meningkatnya jumlah PUS yang ber KB sebanyak 67 % dengan mix

kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 53,8 %, disamping itu terjadi peningkatan usia kawin pertama bagi perempuan sebesar 22,3 tahun.

2. Struktur umur penduduk muda yakni adanya penduduk usia dibawah

15 tahun yang cukup besar di atas 45 % yang memberikan peluang untuk mendapatkan potensi akan tersedinya kelompok penduduk usia

muda yang terampil dan mandiri dimasa yang akan datang.

3. Rata-rata lama sekolah berada pada posisi ke enam tertinggi dari 25 kabupaten (diluar kota) se Sumatera Utara yakni 8,9 tahun dibawah

Toba Samosir (10,08 tahun), Karo (9,50 tahun ), Deli Serdang (9,48

tahun), Tapanuli Utara (9,31 tahun ) dan Padang Lawas Utara ( 8,91 )

dan dengan persentase yang cukup tinggi tingkat partisipasi penduduk perempuan usia 7-12 tahun yang bersekolah SD dan usia 13-16 tahun

yang bersekolah di SLTP masing masing sebesar 100 %.

4. Dari segi kualitas kesehatan adanya kondisi yang sudah mulai membaik jika dilihat dari Gizi buruk hanya 6 kasus tahun 2016 dibandingkan

jumlah kelahiran bayi sebanyak 3.248 jiwa pada tahun 2016 dan bayi

yang lahir dengan gizi buruk tersebut langsung dilakukan perawatan. 5. Dari aspek ekonomi penduduk, terdapat penurunan penduduk miskin

dengan persentase dibawah angka dua digit atau dibawah 10 persen

yakni sebesar 9,78 %, dan dengan PDRB atas dasar harga konstan yang setiap tahunnya terus meningkat dari Rp. 325.619.000,- pada tahun

2014 menjadi Rp. 3.57775.000,- pada tahun 2016.

6. Mobilitas penduduk kabupaten Humbang Hasundutan cenderung lebih

banyak yang masuk (migrasi In) dibanding yang keluar (migrasi Out), hal demikian berpotensi mendapatkan penduduk dengan usia produktif, dan

akan menjadi tenaga kerja yang produktif, kecenderungan terjadinya

Migrasi masuk hanya berlangsung sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, dan mulai tahun 2015 terjadi sebaliknya yakni penduduk

Page 54: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 52 -

keluar sudah mulai lebih besar dibandingkan dengan penduduk yang masuk.

7. Dalam bidang Pembangunan Keluarga di Humbang Hasundutan telah

memiliki data mikro keluarga sehingga dapat diketahui jumlah keluarga yang telah sejahtera dan yang belum sejahtera. Saat ini terdapat

keluarga yang sejahtera ( KS-II,III dan III+ ) sebanyak 27.506 kk dari

40.767 kk yang ada atau sekitar 67,47 % yang semakin lama semakin meningkat. Keluarga yang memiliki kemampuan menyejahterakan

keluarganya tersebut menjadi potensi yang cukup besar dalam

mengembangkan strategi pemberdayaan keluarga dalam mewujudkan

keluarga berkulitas. 8. Dari segi data base dan informasi kependudukan sudah memiliki

berbagai sumber data baik dari catatan dan statistic administrasi

kependudukan catatan sipil, hasil Sensus Penduduk, SDKI, Susenas, hasil pencatatan dan pelaporan yang dilakukan secara rutin/reguler,

data mikro keluarga (hasil pendataan keluarga), serta hasil sensus,

survey dan data statistik rutin sektor lainnya. 9. Dalam aspek dukungan lainnya adanya dukungan politis dan dukungan

operasional dari semua pihak baik dari legislatif, pihak swasta dan

berbagai lapisan masyarakat, telah memberikan perhatian, dorongan dan dukungan yang sangat besar dalam pembangunan kependudukan di

Humbang Hasundutan dengan dituangkannya kedalam RPJMD. Serta

adanya jaringan kelembagaan sampai tingkat lini lapangan dan partisipasi masayarakat dalam penyelenggaraan pembangunan

kependudukan seperti PPKBD, Sub PPKBD serta kader PKK, kader KB

dan sebagainya.

4.2 Kelemahan.

Walaupun penyelenggaraan Pembangunan Kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang telah memberikan dampak positif tidak

terlepas dari adanya kelemahan yang dihadapi antara lain:

1. Pengendalian jumlah penduduk melalui penurunan fertilitas yang masih cukup tinggi yakni 4,89 anak mengakibatkan lambatnya

kondisi penduduk tumbuh seimbang serta masih lamanya waktu akan

terjadinya bonus demografi di Humbang Hasundutan yang ditandai

dengan terjadinya angka ketergantungan atau depedency ratio yang semakin membaik

2. Tingkat efektifitas kesertaan dari PUS ber KB yang sangat rendah baik

peserta KB Aktif maupun peserta KB Baru sehingga tidak banyak daya ungkitnya untuk menurunkan fertilitas. Hal ini disebabkan

segmentasi sasaran program belum difokuskan kepada PUS Usia

Muda Paritas Rendah (PUS MUPAREN) serta peserta KB baru yang benar benar murni bukan dari peserta KB ganti cara yang dicatat

sebagai peserta KB baru, disamping itu masih ada wanita melakukan

kawinpertama di usia 16-18 tahun. 3. Tingkat pendidikan penduduk yang relative masih rendah 8,9 tahun

menunjukkan masih banyaknya penduduk usia sekolah yang tidak

melanjutkan pendidikan di tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi, serta

masih rendahnya minat dan perhatian untuk mengembangkan pendidikan vokasional yang menciptakan penduduk yang kreatif,

innovatif, trampil dan mandiri dan mampu mengembangkan sektor

industri pengolahan terhadap hasil dari sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Page 55: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 53 -

4. Masih terjadinya angka kelahiranbayi dengan gizi kurang bahkan gizi buruk yang didukung dengan fasilitas dan sarana prasarana

pelayanan kesehatan yang berkualitas, murah dan mudah dijangkau

termasuk Pos Pelayanan Terpadu dan sebagainya. 5. Kesadaran masyarakat yang relatif masih rendah dalam menjaga serta

memelihara kesehatan keluarganya, memeriksakan ibu hamil,

memeriksakan bayi serta pemberian gizi, immunisasi dan lain-lain serta lingkungan yang sehat, merokok di sembarangan tempat

termasuk pengolahan limbah atau sampah.

6. Persebaran penduduk yang tidak merata serta kepadatannya yang

membutuhkan penataan sehingga terciptanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tamping lahan atau

lingkungan.

7. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang relative masih cukup banyak 13.261kk yang perlu mendapatkan perhatian

dari semua pihak untuk dientaskan dan ditingkatkan menjadi

keluarga yang sejahtera 8. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam tertib administrasi

kependudukan serta belum sepenuhnya dilakukan pelayanan

administrasi kependudukan yang prima, data dan informasi penduduk yang belum terintegrasi serta pemanfaatannya dalam sistem

pengambilan keputusan pembangunan berwawasan penduduk.

9. Kurangnya terjadi saling bersinergi (Concerted Efforts) terintegrasinya

berbagai kebijakan dan program pembangunan diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan Kependudukan (Pengendalian Kuantitas,

Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas, Pembangunan Keluarga

dan Data Base Penduduk). Terbatasnya jumlah tenaga Penyelenggara Pembangunan

kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk

(tenaga lapangan KB, kader KB), aspek kualitas penduduk (tenaga medis, guru), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah administrasi

penduduk dan sebagainya.

4.3 Tantangan

Disamping kekuatan dan kelemahan yang dihadapi, Pembangunan

Kependudukan dikabupaten Humbang Hasundutan, masih menghadapi berbagai tantangan atau ancaman, antara lain:

1. Dalam aspek kuantitas penduduk masih terdapat kelambatan penurunan

fertilitasyang cukup besar 4,89 anak yang disebabkan adanya keinginan yang kuat terhadap pengertian anak ideal yang lebih dari dua anak serta

adanya dukungan budaya dan adat yang berlaku.

2. Dalam bidang kualitas penduduk khususnya pada aspek pendidikan masih belum adanya keserasian dalam pengintegrasian visi, misi serta

kebijakan dan program pembangunan pendidikan nasional dari tingkat

pusat, provinsi dan daerah kabupaten/kota. Demikian pula dalam aspek pembangunan kesehatan serta pembangunan dalam bidang

perekonomian yang belum saling mendukung dan terintegrasi.

3. Pada aspek penataan mobilitas dan penataan kepadatan serta persebaran

penduduk yang belum selaras dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan, adanya kondisi yang dibeberapa kabupaten/kota yang sudah

kurang kondusif terhadap kelayakan penduduk untuk mendapatkan daya

dukung dan daya tampung memadai untuk kesejahteranya sehingga menjadikan kabupaten Humbang Hasundutan sebagai wilayah yang

menarik minat untuk bermigrasi.

Page 56: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 54 -

4. Tantangan yang dihadapi dari segi pembangunan keluarga, adalah kemampuan keluarga dalam menghadapi kecepatan perkembangan dan

kemajuan global sehingga jika tidak diberdayakan secara dini dan baik

akan menjadikan keluarga-keluarga di Humbang Hasundutan semakin rentan untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan fungsi keluarganya

serta semakin meningkatnya keluarga yang tidak memiliki tabungan.

5. Kondisi perekonomian dunia yang memburuk serta ketidakmampuan pemerintah pusat mengatasi persoalan persoalan serta dampak ekonomi

global membuat rendahnya daya beli masyarakat sehingga tingkat

kesejahteraan penduduk semakin menurun, lambatnya penurunan angka

kemiskinan. 6. Bervariasinya dukungandan komitmen pemerintah Kabupaten/Kota

tentang pentingnya Program Pembangunan Berwawasan

Kependudukandalamrangkapembangunanberkelanjutan. 7. Seiring dengan berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi

dewasa ini, serta tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan

demokrasi dan penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus semakin

berkualitas, dan meningkatkan perhatian terhadap pemenuhan dan hak-

hak penduduk, serta semakin derasnya arus informasi dan globalisasi akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak

sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam

ketahanan keluarga.

4.4 Peluang

Dalam melaksanakan pembangunan kependudukan, banyak peluang - peluang yang dapat dimanfaatkan antara lain :

1. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah maka semakin jelas kewenangan serta pembagian urusan serta menjadikan Program Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana Nasional menjadi salah satu urusan wajib bagi daerah

kabupaten/kota serta adanya kelembagaan yang mengurusinya. 2. Komitmen Pemerintah yang semakin tinggi terhadap pembangunan

Kependudukan dan KB menjadi bagian dari prioritas nasional maupund

aerah yang dituangkan dalam RPJMN dan RPJMD serta berbaga idokumen perencanaan nasional maupun daerah.

3. Berbagaisumberpembiayaan yang tersediabaik APBN, APBD, DAK,

ADDes serta berbagai sumber keuangan masyarakat yang dapat

menjadikan Program Pengendalian Penduduk, KB dan Pembangunan Keluarga semakin baik.

4. Perubahan sikap dan prilaku masyarakat yang mendukung upaya

mewujudkan keluarga kecil berkualitas, serta menekankan kembali peran dan fungsi keluarga dalam upaya meningkatkan kualitas

penduduk dan keluarga melalui peningkatan pendidikan, pengetahuan,

status kesehatan, serta pendapatan keluarga. Sikap dan perilaku yang kondusif masyarakat ini memberikan peluang bagi upaya-upaya

pemerintah dan masyarakat untuk memberdayakan keluarga dan

meningkatkan kesejahteraannya, terutama dalam memberikan peran dan kedudukan perempuan sebagai mitra sejajar kaum pria dalam

segala aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi maupun budaya.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya

pengembangan dalam memberikan peluang bagi upaya-upaya peningkatan efektifitas dan efisiensi serta mutu pelayanan pembangunan

kependudukan. Selain itu perkembangan tehnologi informasi juga

memberikan peluang mempermudah penyediaan dan akses data base dan informasi, pengembangan jaringan informasi dan komunikasi serta

Page 57: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 55 -

pemanfaatannya, termasuk penyediaan data mikro keluarga bersekala nasional. Disamping itu, pengembangan tehnologi tepat guna yang

mampu menyediakan perangkat yang dibutuhkan bagi pembangunan

berwawasan kependudukan. 6. Meningkatnya dukungan dan partisipasi para mitra kerja dalam

mendukung penyelenggraan pembangunan kependudukan serta

sumbangan pemikiran dan kajian ilmiah dari Universitas/Perguruan Negeri maupun swasta para Tokoh Lintas Agama dan para Stakeholders

lainnya.

7. Keberadaan pusat pelatihan dan penelitian berbagai program dalam

Pembangunan Kependudukan. Dukungan komitmen Internasional, yaitu adanya dan disetujuinya oleh Pemerintah Indonesia berbagai komitmen

dan kesepakatan internasional seperti ICPD Cairo tahun 1994, dan

MDGs tahun 2000, yang memberikan dasar kerjasama upaya global untuk meningkatkan kualitas dan hak-hak asasi manusia, terutama

yang berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, kesetaraan

Gender, peningkatan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. 8. Adanya peluang bonus demografi (peduduk usia produktif 15-64 tahun

jumlahnya semakin besar) yang puncaknya diperkirakan terjadi diatas

tahun 2040-an yang akan datang, apabila pengelolaan pembangunan kependudukan yang akan datang dapat diarahkan untuk peningkatan

kualitas penduduk, maka penduduk Humbang Hasundutan akan

menjadi kekuatan pembangunan dan jika tidak dapat dikelola dengan baik, maka peluang bonus demografi tersebut akan menjadi malapetaka

bagi penduduk.

Page 58: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 56 -

BAB V

ISU STRATEGIS DAN ROADMAP KONDISI KEPENDUDUKAN YANG DIINGINKAN

Untuk menjamin dan mempercepat proses terwujudnya tujuan

pembangunan di berbagai sektor di kabupaten Humbang Hasundutan, maka pembangunan kependudukan dirasakan merupakan suatu hal yang sangat

penting terutama menyangkut karakteristiknya seperti pertumbuhan,

kepadatan, penyebaran, kematian dan kelahiran. Pengetahuan tentang keadaan kependudukan sangat mempengaruhi kebijaksanaan yang akan

ditempuh dalam berbagai bidang seperti pendidikan, kesejahteraan,

kesehatan dan ketenaga kerjaan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa masalah pembangunan tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan.

Oleh karena itu, strategi kebijakan pembangunan harus berprinsip kepada

integrasi kebijakan pembangunan kependudukan.

Prinsip mengenai integrasi kebijakan kependudukan ke dalam kebijakan

pembangunan harus menjadi prioritas, karena hanya dengan menerapkan

prinsip tersebut pembangunan kependudukan akan berhasil. Untuk itu strategi pertama yang harus dilakukan adalah melakukan population mainstreaming. Semua kebijakan pembangunan harus dilakukan dengan

mendasarkan pada prinsip people centered development untuk mencapai

pembangunan yang berwawasan kependudukan. Pelaksanannya harus mendasarkan pada pendekatan hak asasi. Untuk itu, langkah pertama adalah

melakukan capacity building untuk seluruh pemangku kepentingan, baik di

tingkat kabupaten, kecamatan bahkan sampai ke tingkat desa/kelurahan.

Langkah berikutnya adalah melakukan integrasi kebijakan

kependudukan dengan kebijakan pembangunan lainnya sejak tahap perumusan, implementasi sampai dengan evaluasi dan monitoring. Dengan

memperhatikan bahwa kondisi dari semua aspek di setiap kecamatan bahkan

di desa desa homogen, maka disparitas yang terjadi antar wilayah kecamatan

dan desa harus menjadi pertimbangan utama dalam merumuskan strategi. Strategi yang ditetapkan tidak harus bersifat tunggal, tetapi disesuaikan

dengan kondisi dan permasalahan di setiap kecamatan, desa dan kelurahan.

Oleh karena itu, dalam menyusun strategi diperlukan mekanisme yang saling melengkapi antara bottom-up dan top-down.

Keadaan jumlah dan pertumbuhan serta persebaran penduduk menurut kecamatan ternyata masih menunjukkan kondisi yang beragam. Tentunya hal

ini disebabkan oleh peranan faktor kelahiran, kematian dan migrasi yang

memang berbeda-beda di setiap kecamatan, desa/kelurahan.

Peranan ketiga faktor tersebut tentunya juga terkait dengan kebijakan

dan program-program dijakankan pada masing-masing kecamatan,

desa/kelurahan yang telah dijalankan sebagai komitmen dalam upaya pengendalian kuantitas penduduk.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, secara otomatis akan menjadi beban pemerintah dalam menyediakan anggaran untuk kesehatan,

pendidikan, pangan, sandang, papan dan lainnya yang dapat terkait dengan

kebutuhan rakyat. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi penggerak ekonomi yang kuat jika penduduknya berkualitas, namun jumlah

penduduk yang besar akan menjadi beban pembangunan jika tidak

berkualitas.

Page 59: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 57 -

Mengacu kepada kenyataan tersebut, maka isu-isu strategis

kependudukan di Kabupaten Humbang Hasundutan ke depan adalah menyangkut :

1. Dalam aspek kuantitas penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk yang

berada pada posisi 1,05 % setiap tahunnya, dapat diturunkan lagi

secara konsisten dengan upaya penurunan Total Fertility Rate ( TFR ) yang signifikan menjadi 2,1 anak pada tahun 2040, disamping upaya

peningkatan usia kawin pertama bagi perempuan sebesar 23

tahundalam mencapai Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS) dan penduduk tanpa pertumbuhan pada tahun 2040 sehingga terjadinya

kondisi Depedency Rasio menuju Bonus Demografi.

2. Peningkatan efektifitas kesertaan PUS ber KB untuk menurunkan

fertilitas dengan segmentasi sasaran dipokuskan kepada PUS Usia Muda Paritas Rendah (PUS MUPAREN) serta peserta KB baru yang benar benar

murni bukan dari peserta KB ganti cara yang dicatat sebagai peserta KB

baru, dengan proporsi MKJP yang lebih besar. 3. Peningkatan Advokasi dan KIE serta Promosi tentang adanya keinginan

masyarakat yang kuat terhadap pengertian anak ideal yang lebih dari

dua anak akibat adanya pemahaman terhadap budaya dan adat yang berlaku.

4. Peningkatkan partisipasi penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah SD

dan usia 13-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA masing masing mencapai sebesar 100 % serta membantu penduduk usia 19-24 yang

berpotensi mengikuti pendidikan tinggi.

5. Membangun pendidikan vokasional untuk menciptakan penduduk yang kreatif, innovatif, trampil dan mandiri serta mampu mengembangkan

sektor industri pengolahan terhadap hasil dari sektor pertanian,

perkebunan dan perikanan.

6. Meningkatkan kualitas kesehatan dari kondisi yang sudah mulai membaik saat inikearah yang semakin lebih berkualitas menuju

penduduk yang sehat dan produktif serta menuju penduduk tumbuh

seimbang antara kelahiran dengan kematian, walaupun ada indikasi kenaikan jumlah kematian bayi dan ibu serta gizi kurang.

7. Meningkatkan Kesadaran masyarakat dalam menjaga serta memelihara

kesehatan keluarganya, memeriksakan ibu hamil, memeriksakan bayi serta pemberian gizi, immunisai serta lingkungan yang sehat, merokok

tidak disembarangan tempat, khususnya bagi ibu hamil dan punya

balita termasuk pengolahan air limbah dan sampah. 8. Meningkatkan ekonomi penduduk, dengan menurunkan jumlah

penduduk miskin, meningkatkan PDRB, daya beli, menurunkan jumlah

pengangguran serta meningkatkan pemerataan hasil pembangunan.

9. Menata dan memobilisasi perpindahan, pemerataan dan kepadatan penduduk untuk mencapai keseimbangan antara jumlah penduduk

dengan daya dukung dan daya tampung lahan dan lingkungan.

10. Meningkatkan jumlah keluarga sejahtera dan berkualitas melalui berbagai strategi Pembangunan Keluarga yakni Program Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera, Program Keluarga

Harapan, Program Kelompok Usaha Bersama, Pembinaan Ketahanan Keluarga melalui berbagai kelompok kegiatan dan Penanggulangan

Penyakit Sosial Masyarakat.

11. Penataan manajemen database dan informasi kependudukan melalui pelayanan prima kepada penduduk yang mengurus administrasi

kependudukan atau catatan sipil, pengintegrasian dan pemanfaatan

database dan informasi penduduk dalam berbagai pengambilan

kebijakan.

Page 60: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 58 -

12. Membangun jejaring kemitraan untuk mendapatkan dukungan politis

dan dukungan operasional dari semua pihak baik dari legislatif, pihak swasta dan berbagai lapisan masyarakat.

13. Meningkatkan sinergisitas serta terintegrasinya berbagai kebijakan dan

program pembangunan diantara Pemangku Kebijakan Pembangunan

Kependudukan (Pengendalian Kuantitas, Pengembangan Kualitas, Penataan Mobilitas, Pembangunan Keluarga dan Data Base Penduduk).

14. Meningkatkan ketersediaan dan pendayagunaan tenaga Penyelenggara

Pembangunan kependudukan baik dalam aspek pengendalian kuatitas penduduk ( tenaga lapangan KB, kader KB ), aspek kualitas penduduk (

tenaga medis, guru ), tenaga lainnya seperti tenaga pencacah

administrasi penduduk dan sebagainya. 15. Mengantisipasi berkembangnya pengaruh globalisasi dan informasi serta

tumbuhnya nilai-nilai baru dalam pelaksanaan demokrasi dan

penegakan hak-hak azasi manusia, menimbulkan pula tantangan baru dalam upaya memberikan pelayanan yang harus semakin berkualitas,

akan berdampak pula terhadap masuknya nilai-nilai baru yang tidak

sesuai dengan nilai luhur budaya bangsa, yang akan mengancam

ketahanan keluarga. 16. Membangun Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan dalam

Pembangunan Kependudukan dari berbagai sumber pembiayaan yang

tersedia baik APBN, APBD, DAK, ADDes serta berbagai sumber keuangan masyarakat.

Tuntutan atas kebutuhan dasar seperti diatas maka diperlukan perumusan “Grand Design Pembangunan Kependudukan” yang di desain

untuk menjadi acuan pembangunan kependudukan meliputi pengendalian

kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran

dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan database kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan sangat diperlukan untuk menghindari terjadinyaledakan penduduk dan masalah kependudukan

lainnya. Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup besaran-

besaran yang harus diperhatikan dalam upaya untuk mengatasi masalah kependudukan. Secara operasional, untuk setiap periode atau tahapan 5 (lima)

tahunan perlu disusun semacam peta jalan (road-map) yang mencakup tentang

tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program-progrsm pokok yang perlu

dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan kependudukan ke depan. Road-map ini diharapkan berfungsi sebagai acuan setiap sektor serta

pemerintah daerah dalam penyusunan langkah-langkah program dan kegiatan

dalam mendukung upaya pembangunan kependudukan.

Road-map Grand Design Pembangunan Kependudukan ini mencakup

kurun waktu 2015 sampai dengan 2040 dengan periode lima tahunan. Road-map dibuat untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pembangunan kependudukan telah dapat dicapai, baik yang mencakup pengendalian

kuantitas penduduk, peningkatan kualitas penduduk, penataan persebaran

dan pengaturan mobilitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pembangunan database kependudukan. Secara garis besar, tujuan road-map,

sasaran lima tahunan serta keterkaitan Grand Design dengan road-map tersaji

pada uraian berikut.

Page 61: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 59 -

5.1. Road-map Pengendalian Kuantitas Penduduk yang Diinginkan dan Pokok-

Pokok Pembangunan.

Dalam jangka panjang, kondisi kependudukan yang diinginkan

adalah tercapainya penduduk stabil dalam jumlah yang tidak terlalu

besar. Untuk mencapai kondisi ini jumlah bayi yang lahir diharapkan sama (seimbang) dengan jumlah kematian sehingga penduduk menjadi

stasioner. Indikator pencapaian penduduk tumbuh seimbang (PTS),

adalah angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,0 per perempuan atau Net Reproduction Rate (Angka Reproduksi Bersih=NRR) sebesar 1 per

perempuan.

Dalam Grand DesignPembangunan Kependudukan Humbang Hasundutan ini kondisi penduduk tumbuh seimbang, diperkirakan akan

tercapai pada tahun 2040 keatas dimana TFR saat itu diperkirakan

menurun menjadi 2,1 dan NRR menjadi 1 tahun 2040. Kondisi ini akan dipertahankan terus sampai dengan tahun tahun selanjutnya.

Patut dicermati bahwa TFR dan NRR tidak dimaksudkan untuk terus menurun sampai dibawah 1,85 dan 0,89, karena kalau itu terjadi maka

pada jangka panjang penduduk Humbang Hasundutan bisa mengalami

penurunan seperti fenomena yang terjadi di negara-negara maju yang TFR nya telah di bawah 1,5 per wanita dan bahkan ada yang di bawah 1 per

wanita. Penduduk yang terus menurun akibat fertilitas yang sangat

rendah akan mengakibatkan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) akan sangat besar sehingga akan menyebabkan masalah tersendiri yang tidak

kalah peliknya.

Tidak kalah pentingnya adalah bahwa bonus demografi akan terjadi di tanah air pada kurun waktu 10 tahun ke depan atau mulai 2025.

Bonus “ledakan” kaum muda dan angkatan kerja produktif ini sangat

krusial jika SDM yang tumbuh tidak berkualitas.

Modal untuk pembangunan adalah kualitas SDM. Salah satu tanda

bonus demografi adalah angka ketergantungan di bawah 50 persen, artinya satu orang penduduk nonproduktif ditanggung oleh 1-2 orang

penduduk usia produktif. Berdasarkan kelompok umur, penduduk dapat

dibedakan atas tiga kategori, yaitu muda (0-14 tahun), menengah (15-64 tahun), dan tua (65 tahun keatas). Pengelompokan penduduk yang terkait

dengan kemampuan berproduksi secara ekonomi dapat diklasifikasikan

menjadi penduduk nonproduktif dan penduduk usia produktif. Penduduk

nonproduktif terdiri dari penduduk yang berumur 0-14 tahun dan penduduk yang berumur 65 tahun. Kelompok penduduk usia produktif

adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun.

Angka beban ketergantungan Humbang Hasundutan saat ini adalah

sebesar 82,11 persen, yang artinya setiap 100 penduduk usia produktif

menanggung sekitar 82 penduduk usia non produktif. Diperkirakan defedency ratio akan dicapai dibawah 50% mulai tahun 2035 apabila

jumlah penduduka usia 14 tahun kebawah proporsinya menurun secara

signifikan.

Hasil sensus penduduk 2010 yang diproyeksikan sampai tahun 2040

di Humbang Hasundutan menunjukkan tren yang semakin menurun yang

berarti beban penduduk usia produktif semakin lama semakin kecil

Page 62: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 60 -

sehingga diharapkan tingkat kesejahteraan penduduk mengalami

peningkatan.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka

menurunkan angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama

ini telah menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut ditandai dengan menurunnya angka kelahiran dan angka kematian dan

disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah

struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di bawah lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi

penduduk usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi

penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara perlahan. Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang

disebut dengan bonus demografi.

Bonus demografi ini merupakan jendela peluang (windows of opportunity) yang menjadi landasan untuk memicu pertumbuhan

ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan

akan terjadi hanya sekali saja dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek, yaitu sekitar lima sampai dengan sepuluh tahun dari tahun

2020-2030untuk kondisi nasional berdasarkan proyeksi penduduk

dengan syarat angka kelahiran dapat dikendalikan.

Tidak berbeda dengan keadaan secara umum, maka di Humbang

Hasundutan peluang bonus demografi ke depan kemungkinan juga akan dialami apabila Program Keluarga Berencana benar-benar dapat

diberhasilkan dengan baik dalam kurun waktu sepuluh tahun

mendatang.

Selanjutnya periode dua dekade ke depan adalah momentum yang

harus dijadikan periode investasi besar-besaran dibidang sumber daya

manusia, khususnya dibidang pendidikan. Agar tidak kehilangan momentum tersebut harus dipastikan agar generasi muda memiliki

kompetensi dan menjadi insan yang produktif. Dalam mewujudkan SDM

tangguh dan berkualitas untuk menikmati bonus demografi, peran serta pemerintah daerah sangat penting dan relevan untuk bersinergi dan

bekerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan SDM

melalui penyediaan akses pendidikan dan keterampilan yang dapat memenuhi kebutuhan spesifik dan strategis pembangunan di daerah.

Gambar 5.1. Roadmap Kondisi Kuantitas Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2015-2020

ROAD MAP

2021-2025

ROAD MAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

ROADMAP

2036-2040 Terkendali

nya jumlah

dan laju

pertumbuh

an

penduduk

Terkendaliny

a jumlah dan

laju

pertumbuha

n penduduk

Terkendaliny

a jumlah dan

laju

pertumbuha

n penduduk

Tercapainya

kondisi

penurunan

laju

pertumbuhan

duduk menuju

penduduktum

buh seimbang

(PTS)

Tercapainya

kondisi

penduduk

tanpa

pertumbuhan

(PTP)

Page 63: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 61 -

Tabel 5.1. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pengendalian Kuantitas Penduduk Kabupaten Humbang

Hasundutan 2015-2040

Indikator/ Parameter

Periode Roadmap 2010-2035

2015 2020 2025 2030 2035 2040

Laju Pertumbuhan Penduduk(%)

1.05 1,05 1,0 1,0 0,5 0,5

Total Fertlity Rate (Rata-rata wanita punya

anak)

4,4 4,0 3,5 3,1 2,6 2,1

Contraception Prevalance Rate

(Persentase Kesertaan KB)

27,8 38,5 44,0 49,5 55,0 62,0

Usia Kawin Pertama bagi

Wanita

22 22 22 23 23 23

Pengendalian kuantitas penduduk dilakukan melalui pengaturan dua komponen utama kependudukan, yaitu pengaturan fertilitas dan

penurunan mortalitas. Pengaturan fertilitas dilakukan melalui program

KB yang mengatur : 1) usia ideal perkawinan;

2) usia ideal melahirkan;

3) jarak ideal melahirkan; 4) jumlah ideal anak yang dilahirkan.

Kebijakan pengaturan fertilitas melalui program KB pada hakikatnya

dilaksanakan untuk membantu pasangan suami istri mengambil keputusan dan memenuhi hak-hak reproduksi yang berkaitan dengan hal

berikut :

(1) Pengaturan kehamilan yang diinginkan; (2) penurunan angka kematian bayi dan angka kematian ibu;

(3) peningkatan akses dan kualitas pelayanan;

(4) peningkatan kesertaan KB pria ; (5) Penurunan jumlah unmet need (Kebutuhan KB yang tidak terlayani);

(6) peningkatan peserta KB MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang);

(7) promosi pemanfaatan air susu ibu.

Pengaturan fertilitas melalui program-program Keluarga Berencana

juga dilakukan dengan cara sebagai berikut :

(1) Pengintegrasian program pengendalian kuantitas dengan sektor pembangunan lainnya;

(2) Peningkatan akses dan kualitas KIE serta pelayanan kontrasepsi di

semua segmentasi sasaran wilayah; (3) Penyelenggaraan pelayanan KB harus berlandaskan Hak Asasi

Manusia ;

(4) Pelayanan kontrasepsi dilakukan sesuai dengan norma agama, budaya, etika, dan hak-hak reproduksi;

(5) Penyediaan alat kontrasepsi bagi seluruh Pasangan Usia Subur

disediakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Page 64: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 62 -

Selanjutnya, penurunan angka kematian bertujuan untuk

mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan berkualitas pada seluruh dimensinya. Penurunan angka kematian ini diprioritaskan pada upaya (1)

penurunan angka kematian ibu hamil, (2) penurunan angka kematian ibu

melahirkan, (3) penurunan angka kematian pasca melahirkan, serta (4)

penurunan angka kematian bayi dan anak.

Upaya penurunan angka kematian diselenggarakan oleh pemerintah

pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat melalui upaya-upaya proaktif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai peraturan perundang-undangan

dannorma agama. Di samping itu, upaya penurunan angka kematian

difokuskan pada (1) kesamaan hak reproduksi pasangan suami istri (pasutri), (2) keseimbangan akses, kualitas KIE, dan pelayanan, (3)

pencegahan dan pengurangan risiko kesakitan dan kematian, serta (4)

partisipasi aktif keluarga dan masyarakat.

Untuk mencapai tahap yang diinginkan, maka strategi pengendalian

kuantitas penduduk perlu dilakukan adalah mencapai pertumbuhan

penduduk yang terkendali dan pencapaian windows of opportunity, maka pengendalian angka kelahiran sangat penting. Untuk itu, diperlukan

revitalisasi program KB di Indonesia. Dalam melakukan revitalisasi

program KB, pendekatan pelaksanaan program KB perlu diubah orientasinya dari supplyke demand side approach. Strategi yang

dikembangkan adalah melakukan integrasi, desentralisasi, kemitraan,

dan pemberdayaan serta fokus pada penduduk miskin. Berikut adalah penjelasan detailnya.

Integrasi adalah implementasi program KB ke dalam program

pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi. Sementara itu, desentralisasi dilakukan melalui lima cara. Pertama, memberikan otoritas yang lebih

besar kepada provinsi dan kabupaten/kota dalam implementasi program

KB, salah satunya adalah dengan memperkuat kelembagaan. Tujuannya adalah melakukan sinkronisasi dan menghindarkan overlap fungsi dan

peran antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Sementara itu, strategi kemitraan dilakukan dengan cara

memperkuat kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.

Tujuan strategi ini adalah untuk lebih mengembangkan keterlibatan pihak swasta dan masyarakat sipil dalam pelaksanaan program KB. Kemitraan

tidak terbatas dilakukan secara internal, tetapi juga dengan lembaga

internasional dengan prinsip kesetaraan dan mutual benefits.

Pemberdayaan dilakukan melalui peningkatan kapasitas kelembagaan untuk memperkuat jejaring antarpemangku kepentingan, baik secara

vertikal maupun horizontal, nasional maupun intenasional.

Sejalan dengan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan

program KB difokuskan pada masyarakat miskin dengan cara

memberikan subsidi pelayanan kesehatan reproduksi dan KB. Dalam pelaksanaannya, strategi ini perlu memperhatikan kondisi sosial, budaya,

demografi, dan ekonomi kelompok sasaran.

Keberhasilan pembangunan kependudukan dalam rangka

menurunkan angka fertilitas dan peningkatan usia harapan hidup selama

ini telah menghasilkan transisi demografi. Transisi demografi tersebut

ditandai dengan menurunya angka kelahiran dan angka kematian dan disertai peningkatan angka harapan hidup. Hal tersebut telah mengubah

Page 65: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 63 -

struktur umur penduduk yakni menurunnya proporsi penduduk usia di

bawah lima belas tahun yang diikuti dengan meningkatnya proporsi penduduk usia produkstif (15-64 tahun) dan meningkatnya proporsi

penduduk usia tua (65 tahun ke atas) secara perlahan.

Selanjutnya, kondisi tersebut menyebabkan angka ketergantungan menurun yang disebut dengan bonus demografi. Bonus demografi ini

merupakan jendela peluang (windows of opportunity) yang menjadi

landasan untuk memicu pertumbuhan ekonomi. Bonus demografi atau jendela peluang tersebut diperkirakan akan terjadi hanya sekali saja

dalam sejarah dan waktunya yang sangat pendek.

5.2. Roadmap Peningkatan Kualitas Penduduk yang diinginkan dan Pokok-

Pokok Pembangunan.

Kualitas penduduk adalah kondisi penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik yang meliputi derajat kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

produktivitas, tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, kecerdasan,

sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa, berbudaya,

berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak (UU No. 52 Tahun 2008

Pasal 1 ayat 5). Pengembangan kualitas penduduk dilakukan untuk mewujudkan manusia yang sehat jasmani dan rohani, cerdas, mandiri,

beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pembangunan kualitas penduduk difokuskan pada unsur pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

Paling tidak ada tiga dimensi yang dapat dipakai sebagai landasan

peningkatan kualitas penduduk : Pertama, dimensi kesehatan yakni meningkatkan derajat kesehatan penduduk dalam rangka menurunkan

angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Kedua, dimensi

pendidikan yakni meningkatkan kompetensi dan daya kompetisi penduduk Humbang Hasundutan melalui pendidikan formal, nonformal

maupun informal dalam rangka memenuhi kebutuhan pembangunan

daerah maupun nasional, mengurangi kesenjangan pendidikan menurut jenis kelamin melalui peningkatan akses perempuan untuk memperoleh

pendidikan. Ketiga, dimensi ekonomi, yakni meningkakan status ekonomi

penduduk melalui perluasan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran. Mengurangi kesenjangan ekonomi sebagai salah satu

usaha untuk menurunkan angka kemiskinan.

Selanjutnya, strategi peningkatan kualitas penduduk merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan kependudukan. Di

samping itu, strategi peningkatan kualitas pendudukmerupakan bagian

integral dari strategi pengendalian kuantitas penduduk, pembangunan keluarga, dan pengarahan mobilitas penduduk. Penduduk merupakan

pelaku, pelaksana, dan penikmat pembangunan.

Dengan kualitas yang tinggi, penduduk akan lebih banyak berperan

sebagai pelaku dan pelaksana pembangunan. Selain itu, pembangunan

tidak hanya bergantung pada sumber daya alam dan teknologi, tetapi justru lebih bergantung pada kualitas penduduknya. Dengantersedianya

sumber daya manusia yang memadai dalam arti kuantitas dan kualitas,

maka tantangan di masa yang akan datang dapat diatasi dengan baik. Kualitas sumber daya manusia yang ada sekarang masih perlu

ditingkatkan agar tantangan tersebut dapat diatasi dengan baik.

Page 66: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 64 -

Sehubungan dengan hal tersebut perlu diupayakan tumbuhnya budaya

"senang bekerja keras", persaingan yang sehat, pengembangan motivasi di kalangan angkatan kerja muda dan terdidik sehingga dapat menciptakan

pekerjaan dari pada hanya menanti pekerjaan dari sektor formal yang

sangat terbatas. Program "magang" atau "job trainning" perlu dilakukan

dalam rangka mempersiapkan angkatan kerja yang siap pakai.

Gambar 5.2. Unsur-Unsur Pembangunan Sumber Daya Manusia

SDM

Pembangunan kualitas penduduk Indonesia termasuk daerah

kabupaten Humbang Hasundutan ditentukan oleh tiga hal: pembangunan ekonomi, pembangunan kesehatan, dan pendidikan. Oleh

karena itu, kondisi yang ingin dicapai dalam peningkatan kualitas

penduduk tahun 2040 adalah penduduk yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta berkarakter. Kondisi inilah yang harus dicapai

oleh seluruh penduduk Indonesia. Kualitas penduduk adalah kondisi

penduduk dalam aspek fisik dan nonfisik meliputi kesehatan,

pendidikan, pekerjaan, produktivitas,tingkat sosial, ketahanan, kemandirian, dan kecerdasan.

Hal itu dianggap sebagai ukuran dasar untuk mengembangkan kemampuan dan menikmati kehidupan sebagai manusia yang bertakwa,

berbudaya, berkepribadian, berkebangsaan, dan hidup layak. Penduduk

yang sehat tidak hanya berumur panjang sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup, tetapi juga produktif, cerdas, dan berdaya saing.

Penduduk dengan kualitas seperti itu diharapkan dapat mengatasi arus

pasar global yang semakin menguat. Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut, maka strategi peningkatan kualitas penduduk harus

fokus pada tiga dimensi, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Strategi di bidang kesehatan dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak serta kematian maternal. Sebagaimana

diketahui bahwa Indonesia mengalami pergeseran pola penyakit dari

penyakit infeksi pada penyakit kronis dan degeneratif. Untuk itu, strategi utama yang harus dilakukan adalah melakukan pencegahan dan

treatment penyakit infeksi, khususnya pada bayi dan anak-anak. Di

samping itu, sejalan dengan meningkatnya penyakit kronis dan degenratif sebagai penyebab kematian orang dewasa, maka alokasi

sumber daya kesehatan harus juga diarahkan untuk pencegahan dan

treatment penyakit tersebut. Akan tetapi, dengan memerhatikan

diversitas kondisi kesehatan antar daerah, terutama dalam hal penyakit, maka setiap strategi, sekali lagi, tidak dapat bersifat homogen atau

tunggal, tetapi harus merespons kondisi spesifik setiap daerah.

Pembangunan

Ekonomi

Pembangunan

Pendidikan

Pembangunan

Kesehatan

Page 67: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 65 -

Sementara itu, strategi penurunan kematian maternal sangat erat

kaitannya dengan program KB sehingga strategi yang dijalankan untuk pelaksanaan program KB juga akan memberikan kontribusi terhadap

penurunan angka kematian maternal. Hal tersebut harus ditopang

dengan pengembangan pelayanan prenatal maupun antenatal. Dari sisi

pendidikan, strategi yang harus dilakukan adalah memberikan akses yang sebesar-besarnya kepada kelompok rentan, khususnya penduduk

miskin, untuk memperoleh pendidikan. Penurunan gender gap dalam hal

akses terhadap pelayanan pendidikan juga penting sebagai prioritas, khususnya untuk mengatasi masalah di berbagai daerah yang masih

lebar kesenjangan pendidikan antara laki-laki danperempuannya.

Karena di berbagai provinsi angka melek huruf masih rendah, maka untuk pendidikan nonformal maupun informal perlu memperoleh

prioritas. Dalam rangka mendukung tercapainya MP3EI, maka kebijakan

pendidikan juga harus disusun berdasarkan kebutuhan kualifikasi SDM

di setiap koridor. Sejauh ini dokumen MP3EI belum sepenuhnya memerhatikan kebutuhan SDM, terutama darisegi kualitas, sebagai

bagian penting dalam mencapaipercepatan pembangunan ekonomi di

setiap koridor. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan harus dimulai dengan mengidentifikasi kebutuhan tersebut.

Dari sisi ekonomi,salah satu tujuan dalam pembangunan ekonomi adalah tercapainya pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian

dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi

yang dicapai sekarang lebih tinggi dari capaian pada masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa-jasa

yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari

tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan

proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat juga dikatakan bahwa pertumbuhan

ekonomi menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan

diukur dengan peningkatan hasil produksi dan pendapatan.

Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses

kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu daerah. Dalam

kondisi tersebut di atas, pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan

dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sementara pembangunan

ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi,

tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian.

Pembangunan Humbang Hasundutan telah memberikan hasil yang secara nyata dirasakan oleh masyarakat, dengan makin meningkatnya

kegiatan perekonomian yang didukung oleh makin meningkatnya

ketersediaan prasarana dan sarana pembangunan, meningkatnya taraf kesejahteraan, dan makin tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat,

termasuk pendidikan dasar dan kesehatan. Dalam pelaksanaan

pembangunan ekonomi, telah banyak kemajuan yang dicapai Kabupaten Humbang Hasundutan yang ditunjukkan, baik oleh PDRB nonmigas per

kapita maupun laju pertumbuhannya yang lebih tinggi dari tahun tahun

sebelumnya, maupun taraf kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan oleh beberapa indikator seperti angka melek huruf, angka kematian bayi,

Page 68: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 66 -

dan usia harapan hidup, yang lebih baik jika dibandingkan dengan

angka rata-rata tahun-tahun sebelumnya.

Untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kondisi

ketenagakerjaan di Humbang hasundutan ditandai dengan masih besarnya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian yang produktivitasnya

relatif rendah, terutama di sektor pertanian tradisional, dibandingkan

dengan tenaga kerja yang terserap di sektor nonpertanian, khususnya industri dan jasa. Sektor industri dan jasa, yang berperan sebagai

penggerak percepatan laju pertumbuhan ekonomi Humbang

Hasundutan, memerlukan tenaga kerja dengan produktivitas yang tinggi. Di Kabupaten Humbang Hasundutan, kondisi tenaga kerja yang tersedia

umumnya belum memenuhi tuntutan tenaga kerja yang berkualitas,

khususnya dalam sektor ekonomi yang cepat pertumbuhannya. Dengan demikian, untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi Humbang

Hasundutan, tantangannya adalah membentuk serta mengembangkan

sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia

yang produktif dan berjiwa wiraswasta yang mampu mengisi, menciptakan, memperluas lapangan kerja, dan kesempatan usaha.

Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi yang besar, sedangkan kemampuan investasi pemerintah

terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan

peningkatan investasi oleh masyarakat khususnya dunia usaha. Sehubungan dengan itu, Kabupaten Humbang Hasundutan harus

mampu menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk

mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di wilayah ini. Oleh sebab itu, Humbang Hasunutan dihadapkan pada masalah

untuk menciptakan iklim usaha yang menarik bagi investasi masyarakat

dan dunia usaha. Untuk itu, tantangannya adalah mengembangkan

kawasan dan pusat pertumbuhan yang dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja, dan sekaligus memenuhi fungsi

sebagai pusat pelayanan.

Gambar 5.3. Roadmap Kondisi Kualitas Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2015-2020

ROADMAP

2021-2025

ROADMAP

2026-2030 ROADMAP 2031-2035

ROADMAP 2036-2040

Pencapaian kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi penduduk

yang mapan

Peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan dan ekonomi yang mapan yang didukung

terciptanya good

governance

Pencapaian kualitaspenduduk kreatif dan inovatif untuk meningkatkan kerja

produktif

Peningkatankualitas penduduk kreatif dan inovatif untuk meningkat-kan kerja

produktif

Terwujudnya kualitas penduduk yang beriman, maju, mandiri, mapan dan

berkeadilan di dalam

kebhinekaan

Page 69: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 67 -

Akhir dari peningkatan kualitas penduduk adalah terwujud kualitas

penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan adalah :

1).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang

beriman yaitu masyarakat yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, masyarakat yang mengamalkan ajaran agamanya dengan sepenuh hati, konsisten dan konsekuen, masyarakat yang memiliki sikap yang

kuat untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama

pemeluk agama dalam bingkai keluarga besar masyarakat Humbang Hasundutan.

2).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang

maju, yaitu masyarakat yang berpengetahuan dan sadar akan supremasi hukum serta selalu menggunakan nurani dan akal sehat

dalam mengambil keputusan, dapat mengikuti dan menyesuaikan diri

dengan perkembangan global, namun tetap mempertahankan identitas masyarakat Humbang Hasundutan.

3).Terwujudnya penduduk atau masyarakat Humbang Hasundutan yang

mandiri serta percaya diri, yaitu masyarakat yang memiliki

kemampuan untuk memanfaatkan potensi daerah dan karenanya dapat menetapkan dan melaksanakan kebijakan pembangunan daerah

berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat itu sendiri.

4).Terwujudnya penduduk atau masyarakat HumbangHasundutan yang mapan yaitu masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya

secara berimbang jasmani dan rohani, memiliki daya tahan terhadap

pengaruh luar yang bersifat merusak, mampu meningkatkan kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang semakin layak dengan

tingkat kesenjangan yang semakin kecil.

5).Terwujudnya penduduk atau masyarakat yang berkeadilan di dalam kebhinekaan yaitu masyarakat yang memiliki hak dan kewajiban atau

proporsional dalam lingkup masyarakat yang hidup secara harmonis,

sehingga tidak ada kelompok masyarakat yang merasa terpinggirkan

atau terlupakan.

Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan dalam bidang pendidikan di

Humbang Hasundutan sebagai berikut :

1. Pemerataan Kesempatan Memperoleh Pendidikan

Targetnya adalah meningkatkan APK/APM/Melek huruf serta meningkatnya rata-rata lama sekolah, pada setiap jenjang, jalur dan

jenis pendidikan memberikan kesempatan kepada semua penduduk

usia prasekolah dan usia sekolah, baik umum, kejuruan, keagamaan, maupun pendidikan khusus, serta memberikan keadilan bagi seluruh

lapisan masyarakat dalam meningkatkan pemberian pendidikan dari

wajib belajar 9 tahun menjadi wajib belar 12 tahun. Demikian pula

perluasan kesempatan belajar bagi Anak luar Biasa (ALB) dan Anak Berkebutuhan khusus (ABK), memperbanyak pendidikan informal

dengan memberdayakan perempuan yang berdaya saing global,

melaksanakan Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang bekualitas di kab/kota serta mengembangkan Pendidikan tinggi sesuai kebutuhan

daerah dan berdaya saing global.

2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing

Targetnya adalah meningkatkan mutu kurikulum pada setiap jalur, jenis

dan jenjang pendidikan sehingga memberikan dukungan yang berarti bagi bakal kehidupan peserta didik dimasa depan, baik berkenaan

dengan nilai-nilai budaya dan kearifan local (daerah), budi pekerti,

Page 70: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 68 -

kecakapan hidup, dan jiwa entrepreneur, iptek, olah raga dan seni,

kesehatan dan lingkungan hidup. Serta aspek-apsek pembentuk

karakter kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya. Dengan penyiapan berbagai fasilitas, dan melakukan pemetaan dan

kesejahteraan guru mengembangkan dan meningkatkan Sekolah

Menengah Kejuruan(SMK) di daerah yang berorientasi pada potensi daerah setempat untuk memenuhi peluang pasar kerja tingkat daerah,

nasional maupun internasional.

3. Peningkatan Manajemen pendidikan.

Targetnya agar meningkatkan kemampuan pengelolaan program

pembangunan pendidikan, baik yang diselanggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang meliputi perbaikan kurikulum, proses

pembelajaran, kualifikasi dan kompetensi guru, penyediaan sarana dan

prasarana yang mendukung proses edukasi.

4. Peningkatan Tata kelola, Akuntabilitas, dan pencitraan Publik.

Targetnya adalah menciptakan proses perencanaan pembangunan

pendidikan lebih partisipasif, terkoordinasi, dan lebih menyeluruh terhadap jalur, jenis dan kelembagaan satuan pendidikan. Meningkatkan

pembiayaan dan anggaran serta laporan dan pertanggungjawabannya

secara transparan pada setiap penyelenggaraan satuan pendidikan. Mensinerjikan kebijakan dan mengatur batas-batas kewenangan

penyelenggaraan evaluasi pendidikan antara pemerintah pusat, provinsi,

kabupaten bahkan sampai ke Kecamatan dan UPT Sekolah dan lembaga satuan pendidikan serta meningkatkan kualitas, data dan informasi

pendidikan yang cepat, akurat dan dapat dipercaya.

5. Peningkatan Peranserta Masyarakat, dunia perusahaan, dan stake holders Targetnya adalah diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung jawab

antara pemerintah, masyarakat dan peran serta didik sebagai bagian dari subjek pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh inisiatif.

merintis, membangun, dan mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan

lebih bersifat antisipatif kearah peningkatan kualitas, relevansi dan daya saing pendidikan.

Tabel 5.2. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Peningkatan Kualitas Penduduk Kabupaten Humbang

Hasundutan 2015-2040

Indikator/

Parameter

Periode Roadmap 2015-2040

2015 2020 2025 2030 2035 2040

Pendidikan Lama sekolah

(tahun)

Angka Partisipasi Sekolah Usia 19-

24 Tahun (%)

8,9

24,5

10,2

26,5

11,4

28,5

12,6

30,5

13,8

32,5

15,0

35,5

Page 71: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 69 -

Kesehatan

- Angka Kematian Bayi

- Indek Pembangunan

Manusia (IPM)

- Kasus Gizi

Kurang dan

Buruk

24

66,0

3

65

23

69,15

0

22

71,73

0

21

74,31

0

20

76,38

0

20

78,96

0

Ekonomi

- Rata-Rata Pengeluaran (ribu

rupiah perkapita

perbulan)

- PDRB Perkapita

(juta rupiah)

- Gini Rasio

658

18.000

0,266

845

25.000

0,293

1.050.

27.600

0,287

1.250

30.400

0,279

1.350.

33.150

0,272

1.500

36.000

0,265

5.3. Roadmap Penataan Persebaran dan Mobilitas Penduduk yang Dinginkan

dan Pokok-Pokok Pembangunan.

Menyangkut aspek mobilitas penduduk, kondisi yang diinginkan

adalah terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali. Demikian juga

halnya dengan urbanisasi, diharapkan agar penduduk tidak berbondong –

bonding datang keperkotaan yang pada gilirannya menimbulkan masalah baru yang tidak kalah peliknya. Patut disadari bahwa urbanisasi tidak

semata-mata karena perpindahan penduduk dari desa kekota, tetapi juga

karena daerah – daerah dengan kategori urban semakin banyak jumlahnya karena fasilitas dan hasil pembangunan yang merata. Kondisi

persebaran penduduk yang diinginkan adalah persebaran penduduk yang

merata dan pengaturan mobilitas sesuai dengan potensi daerahnya.

Tentunya yang diharapkan adalah adanya penataan dan persebaran yang proporsial sesuai daya dukung alam dan lingkungan. Ini berarti

pemerintah harus dapat menata keberadaan penduduk melalui

perpindahan penduduk baik local maupun regional.

Dalam upaya pencapaian kondisi yang diinginkan yaitu terjadinya

persebaran penduduk yang lebih merata antar kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali maka strategi diperlukan adalah :

- Menumbuhkan kondisi kondusif bagi terjadinya migrasi internal yang harmonis, Melindungi penduduk yang terpaksa pindah karena keadaan

(pengungsi), Memberikan kemudahan, perlindungan, dan

pembinaan terhadap para migrant internasional dan keluarganya.

- Menciptakan keserasian, keselarasan, dankeseimbangan daya dukung

dan daya tamping lingkungan.

- Mengendalikan kuantitas penduduk di suatu daerah/wilayah tertentu.

Page 72: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 70 -

- Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, melalui

penciptaan wirausaha baru.

- Memperluas kesempatan kerja produktif.

- Meningkatkan kualitas hubungan industrial yang harmonis.

- Meningkatkan ketahanan dan pertahanan nasional.

- Menurunkan angka kemiskinan dan mengatasi pengangguran.

- Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia.

- Meningkatkan infrastruktur permukiman, meningkatkan daya saing

wilayah baru, meningkatkan kualitas lingkungan, dan meningkatkan penyediaan pangan bagi masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, pengarahan mobilitas penduduk perlu

dilakukan dengan beberapa strategi sebagai berikut :

1) Mengupayakan peningkatan mobilitas non permanen dengan cara menyediakan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan

administrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah

tujuan mobilitas penduduk. 2) Mendorong ketersedianya lahan pemukiman transmigrasi baru yang

legal, clean and clear (C2) agar dikemudian hari warga transmigrasi

mendapat suatu kepastian menuju masa depan. 3) Mengurangi mobilitas penduduk kekota megapolitan, seperti Jakarta

dan supaya hal itu tidak terulang di luar Jawa, dengan adanya

penataan wilayah penyangga untuk mengembangkan daerah tujuan transmigrasi yang secara khusus diintegrasikan dengan kota besar

sekitarnya.

4) Transmigrasi seharusnya tidak terkesan membuang penduduk

kewilayah terpencil, tetapi benar-benar menonjolkan napas distribusi penduduk.

Untuk tujuan ini, perlu tiga pendekatan dalam kebijakan pengarahan

mobilitas penduduk yakni : 1) Mengurangi peran pusat dan meningkatkan promosi daerah-daerah

tujuan baru sehingga penduduk terangsang untuk melakukan

perpindahan secara spontan. 2) Membuat regulasi yang menguntungkan bagi daerah tujuan dengan

sasaran menghambat/mengurangi minat penduduk yang tidak

berkualitas berpindah kedaerah lain (mobilitas bukan sekadar pemindahan kemiskinan). Penduduk miskin adalah tanggung jawab

daerah asal/kelahiran.

3) Membuat kebijakan yang berskala nasional dan berujung pada

kepentingan nasional, misalnya transmigrasi kepulau terdepan, peningkatan kualitas prasarana dan sarana ekonomi, serta

peningkatan akulturasi dan asimilasi cultural antara pendatang dan

penduduk asli.

Penyusunan road-map kebijakan pengarahan mobilitas penduduk

tidak semata-mata atas dasar pertimbangan hukum, tetapi juga didasari

oleh fakta sosiologis dan dinamika lingkungan sosio-kultural dan politik pascareformasi. Berdasarkan pertimbangan ini, maka roadmap

pengarahan mobilitas penduduk secara tegas berbasis pada UU No. 25

Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025, UU No. 52 Tahun 2009 tentang

Perkembangan pendudukdan Pembangunan Keluarga, dan RPJP Daerah

Sumatera Utara, maupun kabupaten Humbang Hasundutan. Disamping

itu, basis kondisi sosiologis serta dinamika sosio-kultural dan politik mengamanatkan penyusunan strategi pengerahan mobilitas penduduk

perlu mempertimbangkan berbagai kondisi perkembangan lingkungan

Page 73: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 71 -

global, nasional, dan daerah. Basis ini pun secara nyata mencermati

sejauh mana komitmen pemerintah provinsi dan kabupaten Humbang Hasundutan terhadap aspek mobilitas penduduk sehingga menjadi bagian

yang integral dan menentukan bagi perkembangan dan keberhasilan

pembangunan penduduk dan pembangunan berkelanjutan di wilayahnya

dalam koridor kepentingan nasional.

Pada titik ini, pengerahan mobilitas penduduk perlu menjamin

kepastian pelibatan elemen dearah. Fakta yang berkembang

menunjukkan bahwa pengerahan mobilitas penduduk saat ini tidak semata dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga elemen masyarakat sipil

dan pasar. Oleh karena itu, penting untuk mereposisi dan

mengidentifikasi peran yang harus dimainkan pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Mereka memiliki kewenangan dan perannya masing-

masing. Demikian juga peran dan kewenangan LSM maupun Civil Society Organization (CSO). Semua elemen harus memiliki peran strategis dalam

pelaksanaan pembangunan kependudukan. Kebijakan mobilitas daerah harus memperhatikan perkembangan–perkembangan spesifik daerah,

misalnya kemungkinan dampak masuknya penduduk kedaerah industri

baru, cara mengantisipasi dan memitigasi kemungkinan dampak negatif bagi daerah tujuan, dampak bagi keseimbangan penduduk local dan

pendatang, serta kemungkinan marginalisasi penduduk lokal. Dengan

demikian, penting dirumuskan sebuah kebijakan lokal yang dapat merespon hal-haltersebut, misalnya melalui perda pengendalian

penduduk.

Berbicara tentang pengerahan penduduk, maka dalam jangka pendek maupun menengah dan panjang, perlu dirumuskan beberapa sasaran

pengarahan mobilitas penduduk yang antara lain meliputi hal berikut :

1. Pemodelan rekayasa sosial yang memungkinkan integrasi antara

penduduk pendatang dan penduduk asli 2. Pengembangan kebijakan lokal yang pro masyarakat asli tanpa

mengurangi hak hidup pendatang

3. Pengembangan regulasi yang memungkinkan adanya migration selection berdasarkan kapasitas pendidikan dan keterampilan, aspek

politik, dan kelembagaan

4. Penguatan peran elemen masyarakat sipil (CSO, NGO, dan universitas) dalam capacity building permukiman baru hasil kebijakan mobilitas

formal

5. Pengembangan forum komunikasi antarwarga di daerah-daerah tujuan mobilitas

6. Penguatan kelembagaan keluarga migrant dalam konteks kebijakan

kesehatan reproduksi

7. Strategi pengembangan daerah penyangga perkotaan dan pengembangan ekonomi perdesaan sehingga mengurangi minat

penduduk desa melakukan urbanisasi

8. Pemodelan pengembangan ekonomi makro dan distribusi kesejahteraan yang merata sehingga semakin mengurangi distorsi

biaya hidup antar daerah

9. Memikirkan kembali keterkaitan antara pendidikan, Pelatihan dan kesempatan kerja.

10. Meningkatkan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan masyarakat

transmigrasi. 11. Desentralisasi kewenangan pengarahan mobilitas penduduk.

12. Mendorong perluasan kesempatan kerja dan penempatan tenaga kerja.

Page 74: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 72 -

13. Pengembangan kajian akademis terkait pemodelan mobilitas

penduduk dan dikaitkan dengan kepentingan daerah (sesuai dengan dokumen perundangan), dengan tujuan pengembangan dan

mengonstruksikan proposisi/teori menengah terkait dengan proses-

proses migrasi yang berhasil diidentifikasi dari studi terkait kondisi

masyarakat Sumatera Utara untuk menjawab tantangan tujuan-tujuan pengerahan penduduk, mengaitkan kebijakan pengerahan

mobilitas penduduk dengan konteks perkembangan ekonomi, politik,

budaya, dan lingkungan fisik migran, baik lokal, regional maupun global, membangun kerangka konseptual baru yang memungkinkan

untuk menjawab tantangan pengarahan mobilitas penduduk, serta

pengembangan strategi-strategi baru terkait dengan pengarahan mobilitas penduduk, baik internal maupun regional.

Untuk tercapainya tujuan-tujuan pengarahan mobilitas penduduk

tersebut, maka perlu sejak awal dipastikan bahwa Perda, Perbup dan berbagai aturan pelaksana lainnya telah dapat diselesaikan. Beberapa

peraturan yang dibutuhkan untuk meng implementasikan tujuan itu

adalah sebagai berikut :

a. Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kecamatan dan antar Kabupaten/Kota

b. Kebijakan mobilitas penduduk non permanent

c. Kebijakan ketenagakerjaan dalam mencapai hubungan industrial harmonis

d. Penataan persebaran penduduk melalui kerjasama antar daerah

e. Pengarahan mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah penyangga

f. Pedoman pengelolaan urbanisasi di perkotaan

g. Pedoman pelayanan terhadap penduduk musiman serta tatacara pengumpulan data, analisis mobilitas, dan persebaran penduduk.

Sementara itu, pada tataran perda, dibutuhkan adanya perda

tentang kebijakan mobilitas penduduk.

Gambar 5.4. Roadmap Kondisi Penataan Persebaran dan Mobilitas

Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2015-2020

ROAD MAP

2021-2025

ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

ROADMAP 2036-2040

Penataan dan

penyebaran penduduk antar daerah

kecamatan

Penataan dan penyebaran penduduk antar daerah kecamatan sesuai dengan daya dukung sosial dan

lingkungan

Penataan persebaran dan Pengarahan

mobilitas penduduk melalui pengembangan daerah

penyangga

Peningkatan

mobilitas non permanen dengan cara menyedia-kan berbagai fasilitas sosial, ekonomi, budaya, dan ad ministrasi di beberapa daerah yang diproyeksikan sebagai daerah tujuan

mobilitas

penduduk

Terjadinya persebaran penduduk yang lebih merata antar

daerah kecamatan sehingga konsentrasi penduduk terkendali dan

harmonis

Page 75: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 73 -

Tabel 5.3. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Penataan Persebaran Dan Mobilitas Penduduk Kabupaten

Humbang Hasundutan 2015-2040

Indikator/ Parameter

Periode Roadmap 2015-2040

2015 2020 2025 2030 2035 2040

Laju Pertumbuhan

Penduduk(%)

1.05 1,05 1,0 1,0 0,5 0,5

Migrasi Neto (%) 2,2 1,9 1,6 1,2 0,9 0,5

Pertumbuhan

Penduduk Perkotaan (%)

1,47

2,15

2,70

3,30

3,70

4,0

5.4. Roadmap Pembangunan Keluarga yang Diinginkan dan Pokok-pokok Pembangunan.

Kondisi yang diinginkan melalui pembangunan keluarga adalah Terwujudnya keluarga Humbang Hasundutan yang berkualitas meliputi :

a) Keluarga yang bertakwa kepadaTuhan YME, yaitu keluarga

Berdasarkan pernikahan yang sah menurut agama dan hukum Negara b) Keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dan harmonis

yangBerkeadilan dan berkesetaraan gender dengan jumlah anak yang

ideal (dua).

c) Keluarga yang berketahanan sosial, yaitu Keluarga yang Memiliki perencanaan sumberdaya keluarga, keluarga Berwawasan nasional,

keluarga yang berkontribusi kepada Bangsa dan Negara serta

berpartisipasi dalam kegiatan bela negara, taat membayar pajak, patuh terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

1. Pokok-pokok pembangunan keluarga

a) Membangun keluarga yang bertaqwa kepadaTuhanYang Maha Esa; b) Membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yang sah;

c) Membangun keluarga berketahanan, sejahtera, sehat, maju,

mandiri, dan harmonis yang berkeadilan dan berkesetaraan

gender; d) Membangun keluarga yang berwawasan nasional dan

berkontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan negara;

e) Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya keluarga sesuai dengan delapan fungsi keluarga ( Fungsi Agama,

sosial budaya, cinta kasih sayang, perlindungan, reproduksi,

sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, lingkungan ). 2. Sasaran pembangunan keluarga

a) Seluruh keluarga dan semua siklus kehidupan keluarga

b) Keluarga yang memiliki potensi dan sumber kesejahteraan social danekonomi.

c) Keluarga rentan secara ekonomi, sosial, lingkungan, maupun

budaya;

d) Keluarga yang bermasalah secara ekonomi, sosial, fisik dan psikis.

Page 76: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 74 -

3. Strategi yang disuguhkan dalam pembangunan keluarga

a) Pembangunan Keluarga yang bertaqwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,

strategi yang dilakukan adalah melalui:

(a). Pendidikan Agama (etika dan moral )

(b). Pendidikan Sosial Budaya Indikatorkeberhasilannya :

a) Keluarga menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan

masing- masing dengan baik dan benar b) Keluarga menaati nilai, norma, dan aturan agama

c) Keluarga memelihara kerukunan antar umat beragama

4. Strategi untuk membangun iklim berkeluarga berdasarkan perkawinan yangsahadalah dilakukan dengan hal berikut :

a. Meningkatkan pelayanan lembaga penasihat perkawinan

b. Meningkatkan peran dan fungsi keluarga c. Komitmen Pemerintah hanya mengakui perkawinan antara laki-

laki dengan perempuan

d. Perkawinan yang sah dilakukan menurut hukum agama dan

negara e. Perkawinan mensyaratkan diketahui oleh keluarga dan

masyarakat

Indikator keberhasilannya : a) Keluarga dibangun dari perkawinan menurut hukum agama dan

negara.

b) Keluarga dibangun dari perkawinan antara laki-laki dengan perempuan,

c) Keluarga dibangun dari perkawinan yang diketahui oleh keluarga

dan masyarakat. d) Setiap perkawinan tercatat di lembaga yang berwenang dengan

dibuktikan oleh kepemilikan akta nikah.

5. Strategi untuk membangun keluarga harmonis, sejahtera, sehat,

maju, dan Mandiri adalah sebagai berikut : a) Peningkatan ketahanan keluarga berwawasan gender

b) Pengembangan perilaku hidup sehat pada keluarga (sehat

fisik/reproduksi, sehat psikologis, sehat sosial, dan sehat lingkungan)

c) Pendidikan dan pengasuhan anak

d) Pengembangan ketahanan keluarga dan ketahanan pangan keluarga

e) Peningkatan ketahanan keluarga dengan berbasis kelembagaan

lokal Indikator keberhasilannya sebagai berikut :

a. Keluarga berketahanan (kuat, bertahan hidup, beradaptasi)

b. Keluarga sejahtera (pendapatan per kapita/bulan tidak miskin,

rumah layak huni, mempunyai tabungan) c. Keluarga sehat (kecukupan pangan dan gizi, tidak berpenyakit,

sehat fisik dan psikhis)

d. Keluarga maju (partisipasi pendidikan, partisipasi kerja) e. Keluarga mandiri (kemandirian social ekonomi)

f. Keluarga harmonis (tidak bercerai,tidak ada kekerasan dalam

rumah tangga, tidak ada perdagangan manusia, tidak ada kenakalan anak dan remaja)

6. Strategi Membangun keluarga yang berwawasan kebangsaan dan

sebagai Pelaku pembangunan yang memberikan kontribusi kepada masyarakat, bangsa, dan Negara adalah melalui :

a) Pendidikan

Page 77: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 75 -

b) Pembinaan

c) Kebudayaan Indikator keberhasilannya adalah

a) Keluarga berketahanan sosial,

b) Berwawasan kedepan (menguasai iptek),

c) Pelaku pembangunan yang berkontribusi kepada masyarakat, bangsa,

dan negara.

7. Strategi Membangun keluarga yang mampu merencanakan sumberdaya Keluarga adalah:

a) Merencanakan sumberdaya dengan pendampingan manajemen.

b) konsultasi perkawinan, pengasuhan anak, manajemen keuangan rumah tangga,

c) manajemen waktu dan pekerjaan keluarga.

Indikator keberhasilannya adalah : a. Keluarga mempunyai perencanaan berkeluarga.

b.Keluarga mempunyai perencanaan investasi anak.

c.. Keluarga mempunyai perencanaan keuangan.

Gambar 5.5. Roadmap Kondisi Pembangunan Keluarga Diinginkan

Tabel 5.4. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pembangunan Keluarga Humbang Hasundutan 2015-2040

Indikator/ Parameter

Periode Roadmap 2015-2040

2015 2020 2025 2030 2035 2040

Persentase penduduk

miskin 9,85 9,35 8,51 7,67 6,84 6,0

Rata-rata banyaknya anak dalam keluarga

4 4 3 3 3 3

ROADMAP 2015-2020

ROAD MAP

2021-2025 ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

ROADMAP 2036-2040

Terciptanya

kondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan bertakwa

kepada Tuhan Yang

Maha Esa

Peningkatan dan

bertambahnyakondisi keluarga berdasarkan perkawinan yang sah dan

bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa

Terciptanya kondisi keluarga yang berkualitas bercirikan sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal (dua) dalam keharmonisan yang berkeadilan dan berkesetaraan

gender

Peningkatan dan bertambahny

akondisi keluarga sejahtera, sehat, maju, mandiri, dengan jumlah anak ideal dua dalam keharmonisan yang berkeadilan dan kesetaran gender

Terwujudnya

keluarga

kecil yang

berkualitas,

berkeadilan

dan

berkesetaraa

n gender

serta

berdaya

saing

Page 78: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 76 -

Persentase Keluarga Pra

Sejahtera & KS-1 32 27 23 20 17 15

Angka Perceraian 0 0 0 0 0 0

5.4. Roadmap Pembangunan Data Base Kependudukan Diinginkan dan Pokok-

Pokok Pembangunan.

Kondisi yang diinginkan pada pembangunan database kependudukan

adalah terwujudnya database kependudukan yang memiliki akurasi dan tingkat kepercayaan yang tinggi serta dikelola dalam suatu system yang

integrative, muda diakses oleh para pemangku kepentingan, serta menjadi

bagian dari sistem pendukung keputusaan (Decision Support System).

Dalam rangka menyikapi kondisi yang ada serta target capaian

sampai dengan tahun 2040 yang akan datang maka ditentukan arah dan

kebijakan pembangunan manajemen database dan informasi kependudukan sebagai berikut :

1. Pembangunan sistem data dan informasi kependudukan melalui

pemantapan layanan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) 2. Pengembangan database kependudukan untuk menjadi acuan bagi

perencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,

3. Pemantapan fungsi dan peranan Database kependudukan Nasional yang berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan

layanan prima administrasi kependudukan,

4. Pengembangan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal

dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada, 5. Pengembangan sistem yang telah terbangun menjadi bagian dari DSS

(Decision Support System) yang terintegratif.

Selanjutnya, dalam keupayaan kondisi diinginkan maka strategi dan pokok-pokok kebijakan dan program dilakukan terintegrasi dengan grand design pengembangan databse kependudukan nasional adalah meliputi

tahapan :

1. Periode 2015-2020:. Fokus utama periode ini adalah pemantapan layanan Sistem

Administrasi Kependudukan (SAK) untuk instansi pemerintah terkait

lainnya atau lebih dikenal dengan konsep Government to Government (G2G), layanan SAK untuk masyarakat atau dikenal dengan istilah

Government to Citizen (G2C), layanan SistemAdministrasi

Kependudukan (SAK) untuk dunia bisnis (G2B), dan Pemantapan Sistem Administrasi Kependudukan (SIAK) dengan menggunakan

berbagai fitur yang telah dipersiapkan maupun yang disempurnakan

agar sesuai dengan amanat UU No. 23 Tahun 2006.

Pada periode ini juga mulai dikembangkan sistem identifikasi pengenal tunggaldengan teknologi biometrik. Pendekatan pengembangan dan

penerapan, baik sisifitur teknologi maupun dari sisi implementasi di

lapangan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. 2. Periode 2020-2025.

Fokus periode ini terletak pada cara SAK dapat memberikan layanan

prima untukmendukung hubungan sesama instansi pemerintah (G2G), hubungan kepadamasyarakat (G2C) dan hubungan dengan dunia

bisnis, atau dikenal denganGoverment to Business (G2B).

Pada periode ini, ditargetkan database kependudukan akan menjadi acuan bagiperencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia

Page 79: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 77 -

bisnis, seperti untukkebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnis berbasis elektronik lainnya dengan

terlebih dahulu mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama dalam mempersiapkan perangkat keras maupun

perangkat lunak sistem teknologi informasinya.

3. Periode 2026–2030. Fokus pada periode ini adalah pemantapan fungsi dan peranan

Database Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang

berlandaskan pada tertib administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi kependudukan.

Database Kependudukan Daerah ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi padapemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional.

Pada periode ini Database Kependudukan Daerah telah memiliki tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia

internasional. Kepercayaan yang tinggi terhadap Database

Kependudukan Daerah dapat digunakan untuk mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidang perekonomian (international investment), dan bidang

lainnya, sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global.

Pada periode ini juga diharapkan peranan SAK menjadi faktor daya

saing bangsa dan sebagai akselerator dalam mewujudkan iklim

masyarakat informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan (Knowledge base society).

4. Periode 2031-2035.

Fokus strategi periode ini untuk mengembangkan database yang ada terintegrasi dengan data lain terkait. Hal itu dilakukan dengan

mengembangkan sistem yang terhubung dengan data lain yang berasal

dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada. Sistem

ini dikembangkan agar mudah diakses oleh pemangku kepentingan. 5. Periode 2036-2040.

Strategi yang dilakukan adalah mengembangkan sistem yang telah

terbangun menjadi bagian dari DSS (Decision Support System) yang terintegratif.

Seterusnya program strategis dilakukan dalam kerangka pencapaian

kondisidiinginkan dengan Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependudukan sebagai sistem pendukung pengambilan

keputusan adalah meliputi :

1. Melaksanakan layanan prima Sistem Administrasi Kependudukan

(SAK) untuk sesama instansi pemerintah Government to Government (G2G), untuk masyarakatatau Government to Citizen (G2C), serta

Layanan Sistem AdministrasiKependudukan (SAK) untuk dunia bisnis

(G2B), 2. Menjadikan database dan Informasi kependudukan sebagai acuan

bagiperencanaan pemerintah daerah dan pemanfaatan dunia bisnis,

seperti untukkebutuhan marketing research, e-payment, e-commerce, dan transaksi bisnisberbasis elektronik lainnya

3. Menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendukung terutama

dalam mempersiapkan perangkat keras maupun perangkat lunak

sistem teknologi informasinya. 4. Menyiapkan Sumber Daya Manusia professional yang mendukung

terselenggaranya layanan prima sistem administrasi kependudukan

5. Memantapkan fungsi dan peranan Database dan Informasi Kependudukan Daerah terintegrasi Nasional yang berlandaskan pada

tertib administrasi kependudukan dan layanan prima administrasi

kependudukan.

Page 80: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 78 -

6. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah untuk

dapat memberikan kontribusi pada pemerintah, dunia bisnis, dan dunia internasional

7. Menjadikan Database dan Informasi Kependudukan Daerah memiliki

tingkat kepercayaan (trust) yang tinggi dan diakui oleh dunia

internasional untuk mendukung kerja sama multilateral bidang pertahanan dan keamanan, seperti cross border cyber crime, bidang

perekonomian (international investment), dan bidang lainnya,

sehingga daerah memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi persaingan global.

8. Membangun masyarakat Sumatera Utara menjadi masyarakat

informasi (Information Society) dan masyarakat berpengetahuan

(Knowledge base society). 9. Membangun database dan Informasikependudukan yang terintegrasi

dengan datalain terkait. mengembangkan sistem yang terhubung

dengan data lain yangberasal dari berbagai lembaga dan sesuai dengan data yang telah ada agar mudahdiakses oleh pemangku

kepentingan.

10. Mendukung dan Menyukseskan Pelaksanaan Sensus Penduduk, Sensus Ekonomi, Sensus Pertanian, SUPAS, SUSENAS, SDKI,

Pendataan Keluarga/Mutasi Data Keluarga dan berbagai sensus

maupun survey lainnya.

Gambar 5.6. Roadmap Kondisi Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan Diinginkan

ROADMAP 2015-2020

ROAD MAP

2020-2025 ROADMAP 2026-2030

ROADMAP 2031-2035

ROADMAP 2036-2040

Terciptanya tertib administrasi

kependudukan

Terciptanya pelayanan prima administrasi

kependudukan

Tercipta

kondisi masyarakat berbasis database dan Informasi kependuduk-

an

Terciptanya integrasi data dan informasi kependuduk-an dari berbagai sumber dalam suatu database

dan bebas diakses

Terciptanya pendayagunaan data dan informasi kependuduk-an sebagai sistem pendukung

keputusan

Page 81: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 79 -

Tabel 5.5. Kondisi Diinginkan Akhir Roadmap Menurut Indikator dan Parameter Pengembangan Manajemen Database Dan Informasi Kependudukan Kabupaten Humbang Hasundutan 2015-2040

Indikator

Periode Roadmap 2015-2040

2015-

2020

2021-

2025

2026-

2030

2031-

2035

2036-

2040

Indikator Kualitatif

Periode konsolidasi ke dalam

dan tertib administrasi

kependudukan

XXXXX XXXX XXX XX XX

Periode pelayanan prima

administrasi kependudukan

XXXX XXXXX XXXX XXX XX

Periode pengembangan

masyarakat berbasis

pengetahuan (knowledge base society)

XXX XXXX XXXXX XXXX XXX

Periode integrasi data dan

informasi kependudukan dari berbagai sumber ke dalam

suatu database yang dapat

diakses oleh berbagai pihak yang memerlukan

XXX XXXX XXXXX XXXX XXX

Periode peningkatan

pendayagunaan data dan

informasi kependudukan sebagai Sistem Pendukung

Keputusan (Decision Support System)

XXX XXXX XXXX XXXX XXXXX

Indikator Kuantitatif

Persentase penduduk dapat menunjukkan catatan sipil

berupa akte kelahiran

50 60 100 100 100

Persentase penduduk

menguasai akses computer

10 20 40 60 80

Page 82: PROVINSI SUMATERA UTARA - sumut.bkkbn.go.id

- 80 -

BAB VI

PENUTUP

Grand Design Pembangunan Kependudukan adalah suatu dokumen

rumusan perencanaan pembangunan kependudukan daerah untuk jangka waktu 25 tahun kedepan dan dijabarkan setiap 5 tahunan yang berisi tentang

kecenderungan parameter kependudukan, isu-isu penting kependudukan dan

program-program pembangunan kependudukan yang meliputi pengendalian

kuantitas penduduk, pembangunan kualitas penduduk, pembangunan keluarga, penataan persebaran dan pengaturan mobilitas penduduk serta pembangunan

database kependudukan.

Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) selain diperlukan

sebagai arah bagi kebijakan kependudukan di masa depan dan secara khusus

juga diharapkan dapat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Humbang Hasundutan Dengan arah, kebijakan dan

pokok-pokok pembangunan kependudukan yang tertuang dalam Grand Design

Pembangunan Kependudukan diharapkan terwujudnya kondisi penduduk yang

berkualitas sebagai modal pembangunan untuk mencapai Humbang Hasundutan yang mandiri, maju, adil, dan sejahtera sebagai upaya mendukung Visi

Pembangunan Kabubaten Humbang Hasundutan, yakni “Mewujudkan Humbang

Hasundutan yang hebat dan bermentalitas unggul .

BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

DOSMAR BANJARNAHOR

ttd

Salinan sesuai dengan aslinya

KEPALA BAGIAN HUKUM,

SUHUT SILABAN, S.H.

NIP. 19620624 198602 1 001