proyek pisang fix

Upload: muslih-fiqri

Post on 19-Jul-2015

159 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Analisis hubungan kekerabatan marga Musa menggunakan bukti taksonomi cabang biomolekuler berdasarkan penanda sekuen gen maturase k (matK).Oleh: yusuf Andika, Laili Indah, dan Zumrotul Ilmiyah

ABSTRAK Tanaman pisang (Musa spp.) termasuk dalam kelas monokotiledonae, bangsa zingiberales, dan suku musaceae. Seperti halnya jenis tumbuhan lainnya, di Indonesia pisang dikelompokkan menjadi pisang liar dan pisang budidaya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shiddiqoh (2002) didapatkan bahwa pisang budidaya dan pisang liar memiliki persamaan berdasarkan karakter morfologi sebesar 83,3%. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan kekerabatan antara Musa acuminata dengan Musa chunii , Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola berdasarkan bukti molekuler dengan menggunakan analisis gen mat K untuk menmperkuat penelitian sebelumnya yang menggunakan bukti morfologi. Obyek penelitian yang kami gunakan adalah sekuen gen maturase K dari kelima spesies pisang. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksploratif dengan melakukan pengolahan data sequen DNA gen maturase K dari Musa acuminata, Musa chunii , Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola yang diakses dari website NCBI. Hasil yang kami peroleh dari penelitian ini adalah hubungan filogenetik antar lima aksesi pisang yang telah dianalisis dengan membandingkan sekuen DNA gen maturase-K yang memperkuat penelitian Shiddiqoh (2002) bahwa pisang liar dan pisang budidaya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat yaitu tingkat kemiripannya lebih dari 90%. BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang

Tanaman pisang (Musa spp) termasuk dalam kelas monokotiledonae, bangsa zingiberales, dan suku musaceae (Purseglove, 1972). Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenis pisang menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompokkelompok tersusun menjari, yang disebut sisir (2009). Pentingnya tanaman pisang (Musa spp) sehingga dilakukan percobaan karena setiap dari beberapa herbal Asia treelike dari genus Musa, terutama M. acuminata, memiliki mahkota terminal besar, daun dan seluruh cluster tergantung dari buah-buahan. Dan buahnya yang memanjang dapat dimakan dari tanaman ini, memiliki kekuningan tebal untuk kulit kemerahan dan putih, aromatik, pulp tanpa biji

1

Seperti halnya jenis tumbuhan lainnya, di Indonesia pisang dikelompokkan menjadi pisang liar dan pisang budidaya. Pisang liar pada umumnya ditemukan tumbuh liar di alam, mempunyai banyak biji, dan bersifat diploid. Sedangkan pisang budidaya pada umumnya tumbuh di pekarangan, bijinya sedikit, dan bersifat triploid atau kadang diploid (Sulistyaningsih,2012). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shiddiqoh (2002) didapatkan bahwa pisang budidaya dan pisang liar memiliki persamaan berdasarkan karakter morfologi sebesar 83,3% yang berarti bahwa pisang budidaya dan pisang liar memiliki hubungan kekerabatan yang dekat berdasarkan karakter morfologinya. Hal ini disebabkan adanya dugaan bahwa pisang budidaya merupakan hasil persilangna antara pisang liar musa acuminata colla dan musa balbisiana colla (Epsino etal,1992). Sesuai dengan pernyataan dalam (IPGRI, 1996) Karakterisasi merupakan proses mencari ciri spesifik yang dimiliki oleh tumbuhan yang digunakan untuk membedakan diantara jenis dan antar individu dalam satu jenis suatu tumbuhan. Identitas morfologi yang terkumpul dapat digunakan untuk analisis kekerabatan antar seksi. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak sedikitnya jumlah karakter morfologi yang mempunyai heritabilitas/repeatabilitas tinggi akan menentukan keakuratan pengelompokkan spesies-spesies. (Lamadji,1998). Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai jarak genetik dan kedekatan hubungan kekerabatan lima aksesi pisang Musa spp. menggunakan bukti molekuler berdasarkan analisis maturase K pada DNA kloroplas. Penggunaan sekuen DNA gen maturase-K dari DNA kloroplast pada penelitian ini didasarkan pada kemudahan dalam persiapan pengolahan data, relatif sederhana serta memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan penanda molekuler lainnya (Lakshmanan,2007). penggunaan penanda sekuen DNA gen maturase-K dari DNA kloroplast didasarkan atas sifat hereditas yang berasal dari induk betina serta sifat konservasi urutan DNA pada daerah tertentu sekaligus terdapatnya variasi urutan DNA untuk tingkat infra spesies. Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, kami melakukan penelitian lebih lanjut berdasarkan analisis molekuler. Informasi jarak genetik dan hubungan kekerabatan merupakan gambaran keragaman genetik yang berguna untuk menunjang efisiensi strategi pemuliaan2

pisang. Langkah awal dalam program pemuliaan adalah karakterisasi berbagai plasma nutfah yang kemudian dapat digunakan sebagai sumber untuk mendapatkan genotip yang diinginkan. Hasil yang kami peroleh dari penelitian ini adalah hubungan filogenetik antar lima aksesi pisang yang telah dianalisis dengan membandingkan sekuen DNA gen maturase-K. Analisis filogenetik ini menunjukkan bahwa gen matK dapat mengelompokkan suku musaceae menjadi tiga kelompok besar. Hasil yang kami peroleh memperkuat penelitian Maryam Shiddiqoh bahwa pisang liar dan pisang budidaya memiliki hubungan kekerabatan yang dekat yaitu tingkat kemiripannya lebih dari 90%.B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah hubungan kekerabatan antara Musa acuminta dengan Musa chunii , Musa

salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola?2. Spesies Musa manakah yang memiliki persamaan secara genetis lebih besar dengan Musa

acuminta?3. Spesies Musa manakah yang memiliki persamaan secara genetis lebih kecil dengan Musa

acuminta?C. Tujuan penelitian 1.

Menentukan hubungan kekerabatan antara Musa acuminata dengan Musa chunii ,

Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola menggunakan bukti molekuler berdasarkan analisis maturase K pada DNA kloroplas.2.

Menentukan spesies Musa pembanding yang memiliki hubungan kekerabatan

paling dekat dengan Musa acuminata.3.

Menentukan spesies Musa pembanding yang memiliki hubungan kekerabatan

paling dekat dengan Musa acuminata. D. ManfaatPenelitian

3

1. Dapat menggunakan bukti taksonomi dari cabang molekuler sebagai penentu hubungan

kekerabatan dari spesies Musa acuminata dengan Musa chunii , Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola .2. Dapat Menentukan tingkatan taksa yang tepat dari kelima spesies Musa berdasarkananalisis

molekuler dengan mengguanakan sekuen DNA gen maturase-K.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Morfologi marga Musa

Buah pisang tersusun dalam dalam rangkain tandan dengan tiap tandan dalam satu kelompok tersusun seperti jari atau lebih populer dengan sebutan sisir. Buah pisang jika belum masak terlihat kulitnya berwarna hijau tua. Bila buah pisang masak, warna kulit akan berubah menjadi kuning, walau ada beberapa jenis pisang yang bila masak warna kulit tetap berwarna hijau atau jingga, merah, ungu dan hitam (Mashur,2011). Sebutan untuk tanaman pisang juga diberikan untuk tanaman pisang yang tidak menghasilkan buah, seperti pisang abaka, pisang kipas dan pisang hias. Tumbuhan pisang sangat menyukai sekali pada iklim tropis panas dan lembab terlebih di dataran rendah. Tanaman Pisang ditemui banyak tumbuh di kawasan asian tenggara, malaysia, indonesia termasuk papua, australia tropika, afrika tropis.Pisang dapat berbuah sepanjang tahun pada daerah dengan hujan merata sepanjang tahun (Mashur,2011). Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketinggian 3meter. Buah pisang tersusun dalam dalam rangkain tandan dengan tiap tandan dalam satu kelompok bersusun seperti jari atau lebih populer dengan sebutan sisir (mashur,2011). Pisang liar yang berasal di Asia dan telah didomestikasi lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Tanamn pisang liar ini kemudian disilangkan sehingga menghasilkan tanaman pisang yang dibudidayakan. Tanaman budidaya ini kemudian menyebar ke arah barat melalui Timur Tengah dan sub-Sahara Afrika.

4

Umbi pisang Umbi adalah batang bawah tanah dari tanaman pisang dari mana akar dan pengisap berkembang. Akar dan pengisap membentuk sebuah "tikar." Padat Meristem (tip tumbuh) terletak di bagian atas umbi tersebut. Gambar ke kanan menunjukkan sistem akar, pengisap, dan semu eminating dari umbi tersebut. Batang Semu Daun berkembang dari meristem dan tumbuh ke atas dalam satu tangkai erat melingkar disebut semu tersebut. Ini selubung daun adalah sistem dukungan hanya untuk buah pabrik. Gambar 2. Batang semu pisang Daun Daun dari tanaman pisang sekitar 2 m panjang dan sangat berurat. Daun sering membagi sepanjang vena dalam angin kencang; daun cukup membagi dapat meningkatkan pendinginan permukaan dan pertukaran gas, sehingga meningkatkan fotosintesis. (Karamura dan Karamura di Gowen) Perbungaan: Tangkai buah atau malai tumbuh ke atas melalui pusat semu dan menghasilkan perbungaan besar atas munculnya dari batang. Bunga betina mengembangkan sepanjang perbungaan atas, dan bunga jantan di sepanjang perbungaan lebih rendah. Bunga Netral tumbuh antara bunga jantan dan betina.B. Keanekaragaman genotip dan fenotip

Gambar 1: umbi

Gambar 3: daun pisang

Hubungan kekerabatan secara fenotip merupakan kekerabatan yang didasarkan pada analisis sejumlah penampilan fenotip dari suatu organisme. Hubungan kekerabatan antara dua individu5

atau populasi dapat diukur berdasarkan persamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter-karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Karakter pada makhluk hidup dikendalikan oleh gen. Gen merupakan potongan DNA yang hasil aktivitasnya (ekspresinya) dapat diamati melalui perubahan karakter morfologi yang dapat diakibatkan oleh pengaruh lingkungan (Kartikaningrum dkk., 2002; Souza dan Sorells clt. Hadiati, 2003). Dalam penelitian ini kami menggunakan analisis biomolekuler dari housekeeping gen dengan penanda maturase K.C. Maturase K dalam DNA kloroplas

DNA kloroplas digunakan dalam penelitian ini karena DNA kloroplas memiliki pemuliaan efisien urutan kualitas dan tingkat tinggi diskriminasi spesies (Anonim,2011). Penanda sekuen DNA gen maturase-K umumnya digunakan untuk studi evolusi tanaman dan membahas berbagai solusi untuk tingkat takson. Gen matK dari kloroplas selalu ada dalam sistematika tumbuhan. Panjang gen matK adalah 1500 bp, terletak di intron dari trnK. (Neuhaus dan Link, 1987;. Ems et al, 1995). Gen matK diberi nama sesuai dengan fungsinya maturase yang mungkin terjadi dan lokasinya dalam gen trnK pengkodean tRNALys (UUU). Bingkai membaca 509 terbuka ditemukan berada di intron ketika gen trnK disekuensing dalam tembakau (Nicotiana tabacum) (Sugita, 1985). Penggunaan sekuen DNA gen maturase-K dari DNA kloroplas pada penelitian ini didasarkan pada sifat hereditas yang berasal dari induk betina serta sifat konservasi urutan DNA pada daerah tertentu sekaligus terdapatnya variasi urutan DNA untuk tingkat infra spesies, kemudahan dalam persiapan pengolahan data, relatif sederhana serta memberikan hasil yang lebih cepat dibandingkan penanda molekuler lainnya (Lakshmanan et a/., 2007). Temuan dari studi awal menunjukkan bahwa kemampuan penggunaan matK dalam DNA kloroplas mampu memperkuat tingkatan taksa beberapa spesies tanaman dengan tingkat amplifikasi keberhasilan sebesar 69% (Anonim,2011). BAB III METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian 6

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksploratif karena dalam penelitian ini kami melakukan pengolahan data sequen DNA gen maturase K yang diakses dari website National Center for Biotechnology Information (NCBI).B. Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan yaitu sekuen DNA gen maturase K dari lima jenis spesies yag termasuk dalam marga Musa yaitu Musa acuminata sebagai pusat pembanding, Musa chunii, Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola sebagai obyek yang dibandingkan. Data diakses melalui website NCBI. C. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11- 20 Maret 2012 bertempat di Universitas Negeri Surabaya. D. Alat dan Bahan 1. Alat-

Laptop Modem Program PFE

-

Program Clustalx Program Phylip Program Phydit Program treeView

-

2. Bahan Data sekuen DNA gen maturase-K dari : Musa acuminta Musa chunii Musa salaccensis

Musa Ornata Musa monticola7

E. Prosedur penelitiana) Pengambilan data

Mencari data dengan sekuen DNA gen maturase-K DNA kloroplas spesies Musa acuminata, Musa chunii , Musa salaccensis, Musa Ornata, dan Musa monticola. Informasi umum dan spesies dapat diperoleh dari database nukleotida National Centre for Biotechnology information (NCBI). b) Pengolahan data Pengolahan data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan tingkat persamaan urutan basa nukleotida. Urutan basa nukleotida dari kelima spesies genus Musa kemudian dimasukkan pada program PFE untuk mengolah data yang tersimpan dalam notepad agar dapat diolah pada program selanjutnya yaitu clustalX. Penggunaan program ClustalX yang merupakan perangkat lunak offline untuk menyelaraskan urutan sekuen nukleotida secara optimal. c) Analisis filogenetik Analisis statistik menuju pohon filogenik dengan menggunakan perangkat lunak Phylip dan Phydit untuk mendapatkan prosentase dan jarak kemiripan atau persamaan dari kelima spesies genus Musa. Hasil penggunaan program ini kemudian divisualisasikan ke dalam program treeView sehingga dapat lebih mudah dipublikasikan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Berdasarkan data yang kami peroleh, didapatkan pohon filogenik sebagai berikut:

8

FJ871675.1

Musa acuminata

Musa FJ871671.1

chunii

FJ871594.2

Musa monticola

FJ871663.1

Musa ornata

FJ871669.1

Musa salaccensis

Gambar 1. Pohon filogenik pada suku Musaceae B. Analisis Data 9

Berdasarkan hasil yang diperoleh, hubungan kekerabatan yang paling dekat didapatkan pada Musa chunii dengan Musa acuminata yang memiliki tingkat kemiripan 99,88%, kedua spesies ini memiliki perbedaan hanya pada 1 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Sama halnya pada Spesies Musa ornata dan Musa salaccensis, yang memiliki tingkat kemiripan sebesar 99,88%. Kedua spesies ini pun memiliki perbedaan hanya pada 1 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Spesies Musa acuminata dengan spesies Musa ornata dan spesies Musa acuminata dengan Musa salaccensis, kedua pasang spesies ini memiliki tingkat kemiripan sebesar 98,19% dengan perbedaan pada 15 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas . Spesies Musa acuminata dan spesies Musa monticola memiliki tingkat kemiripan sebesar 99,76%, kedua spesies ini memiliki perbedaan pada 2 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Spesies Musa monticola dengan spesies Musa ornata memiliki tingkat kemiripan sebesar 98,19 %. kedua spesies ini memiliki perbedaan pada 15 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Sedangkan hubungan kekerabatan yang paling jauh didapatkan pada spesies Musa ornata dengan spesies Musa chunii dengan tingkat kemiripan sebesar 98,07. Kedua spesies ini memiliki perbedaan pada 16 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Sama halnya pada Spesies Musa chunii dan Musa salaccensis, yang memiliki tingkat kemiripan teredah yaitu sebesar 98,07%. Kedua spesies ini pun memiliki perbedaan pada 16 urutan basa nitrogen dari 831 basa nitrogen yang ada pada sebagian gen penanda maturase K pada gen DNA kloroplas. Berdasarkan analisis diatas, dapat diketahui bahwa hubungan kekerabatan dari kelima spesies Musa yang digunakan dala percobaan, spesies yang memiliki hubungan kekerabatan paling dekat yaitu spesies Musa ornata dengan spesies Musa salaccensis, spesies Musa salaccensis dengan spesies Musa ornata. Sedangkan spesies yang memiliki hubungan kekerabatan paling jauh didapatkan dari spesies Musa ornata dengan spesies Musa chunii, dan Musa chunii dengan Musa salaccensis. 3.3 Pembahasan10

Berdasarkan analisis data yang didapatkan, dapat diketahui bahwa kelima spesies pisang yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kemiripan lebih dari 90% yang membuktikan bahwa kelima spesies ini adalah spesies yang sama. Hasil yang kami peroleh dalam penelitian ini berbeda dengan teori dalam literatur yang kami gunakan. Mashur (2011, dalam LIPI) menyatakan bahwa dalam klasifikasi marga Musa terdapat beberapa spesies diantaranya Spesies M.acuminata, M.balbisiana, M.xparadisiaca(invalid), M. sapientum (invalid). Selain itu, ditinjau dari sistem penulisan binomial nomenclatur, kelima spesies tersebut berasal dari satu marga yang sama, tetapi dalam spesies yang berbeda. Penelitian yang kami lakukan untuk menguji kekerabatan kelima spesies Musa hanya menggunakan analisis penanda sekuen DNA maturase K. Kemampuan penggunaan matK hanya mampu memperkuat tingkat taksa beberapa spesies tanaman dengan tingkat amplifikasi keberhasilan 69% (Anonim,2011). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidaksesuaian hasil yang kami peroleh dengan literatur yang kami gunakan adalah karena sekuen DNA maturase K hanya dapat mencapai keberhasilan sebesar 69%. Selain itu, rantai DNA yang kami peroleh dari database NCBI hanya 831 urutan basa nitrogen dari sekian juta panjang urutan basa nitrogen dalam DNA kloroplas. Sehingga data yang kami peroleh kurang akurat jika hanya melakukan analisis berdasarkan sekuen DNA maturase K. Penelitian ini harus dilanjutkan ke tingkat yang lebih spesifik dengan menguji kekerabatan tidak hanya berdasarkan DNA dari satu bagian tumbuhan tetapi dengan menguji karakter daei karakteristik bagian tumbuhan yang lainnya. Hasil yang kami peroleh dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian Shiddiqoh (2002) menyatakan bahwa spesies pisang liar dan pisang budidaya memiliki kekerabatan yang dekat, dengan tingkat kemiripan sebesar 83,3%. Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa spesies pisang liar dan pisang budidaya memiliki kekerabatan yang dekat jika menggunakan analisis morfologi dan biomolekuler dengan penanda gen matK. BAB V KESIMPULAN Musa acuminata memiliki tingkat kemiripan 99,88 % dengan Musa chunii, dari 831 basa nukleotida hanya ada satu yang berbeda. Sedangkan hubungan kekerabatan dengan Musa11

acuminata didapatkan dari spesies Musa ornata dan Musa salaccensis, yaitu dari 831 basa nukleotida memiliki 15 basa nukleotida yang berbeda. Musa acuminata berkerabat paling dekat dengan Musa Chunii. Musa acuminata berkerabat paling jauh dengan Musa Salaccensis. DAFTAR PUSTAKA Anonim.2009. (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Pisang diakses pada tanggal 11 maret 2012). Anonim.2011. (online), (http://readperiodicals.com/201107/2442065141.htmlComparative evaluation of PCR success with universal primers of maturase K (matK) and ribulose-1, 5bisphosphate carboxylase oxygenase large subunit (rbcL) for barcoding of some arid plants diakses pada tanggal 15 maret 2012). Epsino, RRC dkk. 1992. Musa L (edible cultivar). Didalam Verheij EMW, coronel RE, editor. Plant resources of south East Asia no.2: edible fruit and nuts. Bogor: proses Foundation. Hlm 285-296. IPGRI.1966. descriptors for banana (Musa spp) international plant genetic resource institute. Rome montpollier.55 pp. Kartikaningrum, S., N. Hermiati, A. Baihaki, M. Haeruman dan N. Touran-Mathius. 2002. Kekerabatan Antar Genus Anggrek Berdasarkan Data Fenotip dan Pola Pita DNA. Zuriat. XIII (1):1-10. Lestari, Asri Puji. 2009. Skripsi: Studi Filogenetik Molekuler Genus Magnivera Berdasarkan Variasi Urutan Gen matK DNA Kloroplas. (online), (http://www.sith.itb.ac.id/abstract/s1/2009_S1_Asri%20Puji%20L_Studi%20filogenetik %20molekuler%20genus%20Mangifera%20berdasarkan%20variasi%20urutan%20gen%20matK %20DNA%20kloroplas.pdf diakses pada tanggal 20 Maret 2012) Lakshmanan,V.,Venkataramareddy, S.R., and Neelwarne, B. 2007. Molecular analysis of genetic stability in long-term micropropagated shoots of banana using RAPD and ISSR markers. Electronic Journal of Biotechnology 1 0(1 ). Available online at (http://www.ejbiotechnology.info/content/vol10/issue1/full/12, diakses pada tanggal 13 maret 2012). Lamadji, S.1998. Pemberdayaan sifat morfologi untuk analisis kekerabatan plasma nutfah tebu. Bull. P3GI.12

Mashur. Manfaat Kulit Pisang 2011. (online), (http://www.pdii.lipi.go.id/read/2011/09/24/manfaat-kulit-pisang.html diakses pada tanggal 14 maret, 2012). NCBI. 2012. (Online), (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ National Center for Biotechnology Informationdiakses pada tanggal 11 maret 2012). Purseglove, JW. 1972. Tropical crops monocotyledons 1. Newyork: Longman Inc. Neuhaus, H., and G. Link. 1987. The chloroplast tRNA LYS (UUU) gene from mustard (Sinapis alba) contains a class II intron potentially coding for a maturase-related polypeptide. Curreent Genetick 11:251-257. Sokal,R.R.1961. Distance as a measure of taxonomic similarity. Systematc zool.10:70-79 Sulistyaningsih, Dwi lulut. 2012. (online), (http://blog.sivitas.lipi.go.id/blog.cgi? isiblog&1191291645&&&1036006250&&1225330907&lulu001& diakses pada tanggal 15 maret 2012) Valmayor, R.V.,dkk. 1999. Banana names and synonyms workshop: result and Recommendations. RISBAP Bull. 3(6):1-4.

LAMPIRAN Musa acuminata Musa Chunii (FJ871675.1) (FJ871671.1) Musa monticola Musa ornata (FJ871594.2) (FJ871663.1) Musa salaccensis (FJ871669.1)13

Musa acuminata (FJ871675.1) Musa Chunii (FJ871671.1) Musa monticola (FJ871594.2) Musa ornata (FJ871663.1) Musa salaccensis (FJ871669.1)

--99.88 99.76 98.19 98.19

1/831 --99.64 98.07 98.07

2/831 3/831 --98.19 98.19

15/831 16/831 15/831 --99.88

15/831 16/831 15/831 1/831 ---

14