psikiatri (bab i)

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya. Ganguan obsesif–kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan. Gangguan ini prevalensinya diperkirakan 2 – 3% dari populasi. 1

Upload: grheizmusaazy

Post on 14-Nov-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

gangguan obsesif kompulsif

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangGangguan Obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder, OCD) adalah kondisi dimana individu tidak mampu mengontrol dari pikiran-pikirannya yang menjadi obsesi yang sebenarnya tidak diharapkannya dan mengulang beberapa kali perbuatan tertentu untuk dapat mengontrol pikirannya tersebut untuk menurunkan tingkat kecemasannya. Gangguan obsesif-kompulsif merupakan gangguan kecemasan dimana dalam kehidupan individu didominasi oleh repetatif pikiran-pikiran (obsesi) yang ditindaklanjuti dengan perbuatan secara berulang-ulang (kompulsi) untuk menurunkan kecemasannya.Ganguan obsesifkompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan. Gangguan iniprevalensinya diperkirakan 2 3% dari populasi.Gangguan obsesif kompulsif menduduki peringkat keempat dari gangguan jiwa setelah fobia, penyalah gunaan zat dan gangguan depresi berat.Kebanyakan pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif datang kebeberapa dokter sebelum mereka ke psikiater dan umumnya 9 tahun mendapat terapi, baru kemudian mendapat diagnosis yang benar.Hal ini menunjukkan bahwa dokter selain psikiaterpenting untuk mendapat diagnosis yang benar.B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini kami susun melalui pertanyaan sebagai berikut:1. Apa Definisi dari Gangguan Obsesif Kompulsif?2. Apa Epidemiologi dari Gangguan Obsesif Kompulsif?3. Apa saja Tanda dan Gejala dari Gangguan Obsesif Kompulsif?4. Terapi Keperawatan apa saja yang diberikan pada Gangguan Obsesif Kompulsif?5. Apa Diagnosa dari Gangguan Obsesif Kompulsif?6. Prognosa pada Gangguan Obsesif Kompulsif?

C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Gangguan Obsesif Kompulsif.2. Untuk mengetahui apa Epidemiologi dari Gangguan Obsesif Kompulsif..3. Untuk mengetahui apa saja Tanda dan Gejala dari Gangguan Obsesif Kompulsif.4. Untuk mengetahui Terapi Keperawatan apa saja yang diberikan pada Gangguan Obsesif Kompulif.5. Untuk mengetahui Diagnosa Gangguan Obsesif Kompulsif.6. Untuk mengetahui Prognosa pada Gangguan Obsesif Kompulsif.

BAB IIPEMBAHASAN

A. DefinisiSuatu obsesi adalah pikiran, perasaan, ide, atau sensasi yang menggamggu (instrusif). Suatu kompulsi adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi, jika seseorang memaksa untuk melakukan kompulsi, kecemasan meningkat.Seseorang dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menyadari irrasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai egodistonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.B. EpidemiologiPrevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum diperkirakan adalah 3 sampai 3 persen. Beberapa peneliti memperkirakan bahwa gangguan obsesif kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasian rawat jalan diklinik npsikiatrik. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnostik psikiatrik tersering keempat setelah fobia, gangguan yang berhubungan dengan zat dan depresif berat.Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.Secara keseluruhan, kira-kira dua pertiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah usia 35 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan orang yang menikah. Gangguan obsesif kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih.Pasien dengan gangguan obsesif kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah kira-kira 67 persen dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25 persen. Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan penggunaan alkohol, fobia, spesifik, gangguan panik dan gangguan makan.C. Tanda dan Gejala1. Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan.2. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja.3. Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa : Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran. Memeriksa untuk menghilangkan keraguan. Menimbun untuk mencegah kehilangan. Menghindari orang yang mungkin menjadi obyek penyerangan.4. Sebagian besar ritual bisa dilihat langsung, seperti mencuci tangan berulang-ulang atau memeriksa pintu berulang-ulang untuk memastikan bahwa pintu sudah dikunci.5. Ritual lainnya merupakan kegiatan batin, misalnya menghitung atau membuat pernyataan berulang untuk menghilangkan bahaya.6. Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut.7. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.8. Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.9. Penyakit obsesifkompulsif berbeda dengan penyakit psikosa, karena pada psikosa penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan.10. Penderita merasa takut dipermalukan sehingga mereka melakukan ritualnya secara sembunyi-sembunyi.11. Sekitar sepertiga penderita mengalami depresi ketika penyakitnya terdiagnosis.D. Terapi Keperawatan1. Farmakoterapi Data yang tersedia menyatakan bahwa semua obat yang digunakan untuk mengobati gangguan depresif atau gangguan mental lain, dapat digunakan dalam rentang dosis yang biasanya. Efek awal biasanya terlihat setelah 4 sampai 6 minggu pengobatan, walaupun biasanya diperlukan waktu 8 sampai 16 minggu untuk mendapatka manfaat terapeutik yang maksimum. Walaupun pengobatan dengan obat antidepresan adalah masih kontroversial, sebagian pasien dengan gangguan obsesif dan kompulsif yang berespon terhadap pengobatan dengan antidepresan nampaknya mengalami relaps jika terapi obat dihentikan. Pengobatan standar adalah memulai dengan obat spesifik-serotonin, contohnya clomipramine (Anafranil) atau inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin ( SSRI-serotonin specific reuptake inhibitor), seperti Fluoxetine (Prozac).2. Clomipramine Clomipramine biasanya dimulai dengan dosis 25 sampai 50 mg sebelum tidur dan dapat ditingkatkan peningkatan 25 mg sehari setiap 2 sampai 3 hari, sampai dosis maksimum 250 mg sehari atau tanpa efek samping yang membatasi dosis. Karena Clopramine adalah suatu obat trisiklik, obat ini disertai dengan efek samping berupa sedasi, hipotensi, disfungsi seksual dan efek samping antikolinergik, seperti mulut kering.3. SSRIPenelitian tentang Flouxetine dalam gangguan obsesif kompulsif menggunakan dosis sampai 80 mg setiap hari untuk mencapai manfaat terapeutik. Walaupun SSRI mempunyai efek seperti overstimulasi, kegelisahan, nyeri kepala, insomnia, mual, dan efek samping gastrointesinal, SSRI dapat ditoleransi dengan lebih baik daripada obat trisiklik. Dengan demikian, kadang-kadang SSRI digunakan sebagai obat ini pertama dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif.Jika pengobatan dengan Clomipramine atau SSRI tidak berhasil, banyak ahli terapi menambahkan lithium (Ekskalith). Obat lain yang dapat digunakan dalam pengobatan gangguan obsesif kompulsif adalah inhibitor monoamin oksidase (MAOI, monoamine oxidase inhibitor), khususnya Phenelzine (Nardil).4. Terapi PerilakuWalaupun beberapa perbandingan telah dilakukan, terapi perilaku sama efektifnya dengan farmakoterapi pada gangguan obsesif kompulsif. Dengan demikian, banyak klinisi mempertimbangkan terapi perilaku sebagai terapi terpilih untuk gangguan obsesif kompulsif. Terapi perilaku dapat dilakukan pada situasi rawat inap maupun rawat jalan. Pendekatan perilaku utama pada gangguan obsesif kompulsif adalah pemaparan dan pencegahan respon.Desensitisasi, menghentikan pikiran, pembanjiran, terapi implosi, dan pembiasaan tegas juga telah digunakan pada pasien gangguan obsesif kompulsif. Dalam terapi perilaku pasien harus benar-benar menjalankannya untuk mendapatkan perbaikan.Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.5. PsikoterapiPesikoterapi suportif jelas memiliki bagiannya, khususnya untuk pasien dengan gangguan obsesif kompulsif, walaupu gejalanya memiliki berbagai derajat keparahan, adalah mampu untuk bekerja dan membuat penyesuaian sosial.Dengan kontak yang kontinu dan teratur dengan tenaga yang profesional, simpatik dan mendorong, pasien mungkin mampu untuk berfungsi berdasarkan bantuan tersebut, tanpa hal tersebut gejala mereka akan menyebabkan gangguan bagi mereka. Kadang-kadang jika ritual dan kecemasan obsesional mencapai intensitas yang tidak dapat ditoleransi, perlu untuk merawat pasien dirumah sakit sampai tempat penampungan institusi dan menghilangkan stres lingkungan eksternal menurunkan gejala sampai tingkat yang dapat ditoleransi.Anggota keluarga pasien seringkali menjadi putus asa karena perilaku pasien. Tiap usaha psikoterapik harus termasuk perhatian pada anggota keluarga melalui dukungan emosional, penentraman, penjelasan dan nasehat tentang bagaimana menangani dan berespons terhadap pasien.6. Terapi LainTerapi keluarga sering kali berguna dalam mendukung keluarga, membantu menurunkan percekcokan perkawinan yang disebabkan gangguan, dan membangun ikatan terapi dengan anggota keluarga untuk kebaikan pasien.Terapi kelompok berguna sebagai pendukung bagi beberapa pasien. Untuk pasien yang sangat kebal terhadap pengobatan, terapi elktrokompulsif (ECT) dan bedah psiko (psychosurgery) harus dipertimbangkan. ECT tidak sefektif bedah psiko terapi kemungkinan harus dicoba sebelum pembedahan.Prosedur bedah psiko yang palig sering dilakukan untuk gangguan obsesif kompulsif dalah singulotomi, yang berhasil dalam mengobati 25 sampai 30 persen pasien yang tidak responsif terhadap pengobatan lain. Komplikasi yang paling sering dari bedah psiko adalah perkembangan kejang, yang hampir selalu dikendalikan dengan pengobatan Phenitoin (Dilantin). Beberapa pasien yang tidak respon dengan bedah psiko saja dan dengan farmakoterapi atau terapi perilaku sebelum oprasi menjadi respon terhadap farmakoterapi atau terapi perilaku setelah bedah psiko.E. DiagnosaObsesif kompulsif disorder/ gangguan obsesif kompulsifSebelum seseorang dilabel mengidap OCD, mereka perlu memenuhi kriteria sebagai berikut : Orang itu obsesional dari aspek pemikiran, bayangan atau cara yang bertubi-tubi (rumination), contohnya dia merasa tangannya kotor walaupun hakikatnya tidak. Individu tersebut berada dalam keadaan resah, cemas, tertekan dan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini. Sadar dan apa yang berlaku sebenarnya bukan sesuatu yang sengaja dibuat-buat tetapi datang dari luarego alien pada dirinya. Individu tersebut tahu bahwa pemikiran atau bayangan yang hadir dalam dirinya itu adalah kacau, tidak logis dan tidak sepatutnya terjadi. Melawan dan menahan pemikiran yang datang dan menyebabkan dirinya menjadi resah.Gejala: Obsesi yang umum bisa berupa kegelisahan mengenai pencemaran, keraguan, kehilangan dan penyerangan. Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu tindakan berulang, dengan maksud tertentu dan disengaja. Ritual dilakukan untuk mengendalikan suatu obsesi dan bisa berupa :Mencuci atau membersihkan supaya terbebas dari pencemaran. Penderita bisa terobsesi oleh segala hal, dan ritual yang dilakukan tidak selalu secara logis berhubungan dengan rasa tidak nyaman yang akan berkurang jika penderita menjalankan ritual tersebut. Penderita yang merasa khawatir tentang pencemaran, rasa tidak nyamannya akan berkurang jika dia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Karena itu setiap obsesi tentang pencemaran timbul, maka dia akan berulang-ulang memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Sebagian besar penderita menyadari bahwa obsesinya tidak mencerminkan resiko yang nyata. Mereka menyadari bahwa perilaku fisik dan mentalnya terlalu berlebihan bahkan cenderung aneh.

F. PrognosaLebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen pasien memiliki onset gejala setelah suatu peristiwa yang menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah seksual, dan kematian seseorang sanak saudara. Karena banyak pasien tetap merahasiakan gejalanya, maka seringkali terlambat 5 samapai 10 tahun sebelum pasien datang kepsikiater, walaupun keterlambatan tersebut kemungkinan dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan gangguan tersebut diantara orang awam dan profesional. Perjalanan penyakit biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien mengalami penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain mengalami penyakit yang konstan.Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh diri adalah resiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah (bukannya menahan) pada kompilsi, onset pada masa anak-anak, kompulsi yang aneh (Bizzare), perlu perawatan dirumah sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued) yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal). Prognosis yang baik ditandai oleh penyelesaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala yang hepisodik. Isi obsesional tampaknya tidak berhubungan dengan prognosis.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanGangguan obsesif kompulsif merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan (distres). Untuk menegakan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya 2 minggu berturut-turut.Beberapa faktor berperan dalam terbentuknya gangguan obsesif-kompulsif diantaranya adalah faktor biologi seperti neurotransmiter, pencitraan otak, genetika, faktor perilaku dan faktor psikososial yaitu faktor kepribadian dan faktor psikodinamika. Ada beberapa terapi yang bisa dilakukan untuk penatalaksanaan gangguan obsesif-kompulsif antara lain terapi farmakologi (farmakoterapi) dan terapi tingkah laku. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila kehidupan sosial dan pekerjaan baik, adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.B. Saran Kami mengharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam menambah wawasan pengetahuannya mengenai gangguan jiwa khususnya obsesif kompulsif, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah ini.

1