psikologi abnormal enuresis pada anak

13
ENURESIS Tugas ini ditujukan untuk memenuhi Tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi untuk Pekerjaan Sosial II Disusun oleh : 1. AUGY PUTRO HARSENO (13.04.215) 2. YUNIARTI HATIBIE (13.04.222) 3. DENA SUNDARI ALIEF (13.04.233) 4. PUTRI BESTARI P (13.04.258) 5. TUTUS HIDAYAH (13.04.263) 6. PURWANTI (13.04.287) 7. ANDI AMALIAAH MS (13.04.295) 8. RADITYA PURWA P (13.04.301) 9. DIMAS BAGUS R (13.04.306) 10. KHALIL ABDI (13.04.313) 11. CHRISTIAN VALENTINO P (13.04.352) 12. ALFA KHAIRUNISA (13.04.363) 13. KANIA DEWI (13.04.285) 14. DEBBY LUTFHIYA DJ (13.04.389) 15. ADITYA MR (13.04.394) 16. VICKY W BILONDATU (13.04.398) 17. ANGGI RIZQIKA E (13.04.419) Kelas IL

Upload: dena-sundari-alief

Post on 25-Jun-2015

728 views

Category:

Education


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

ENURESIS

Tugas ini ditujukan untuk memenuhi Tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi

untuk Pekerjaan Sosial II

Disusun oleh :

1. AUGY PUTRO HARSENO (13.04.215)

2. YUNIARTI HATIBIE (13.04.222)

3. DENA SUNDARI ALIEF (13.04.233)

4. PUTRI BESTARI P (13.04.258)

5. TUTUS HIDAYAH (13.04.263)

6. PURWANTI (13.04.287)

7. ANDI AMALIAAH MS (13.04.295)

8. RADITYA PURWA P (13.04.301)

9. DIMAS BAGUS R (13.04.306)

10. KHALIL ABDI (13.04.313)

11. CHRISTIAN VALENTINO P (13.04.352)

12. ALFA KHAIRUNISA (13.04.363)

13. KANIA DEWI (13.04.285)

14. DEBBY LUTFHIYA DJ (13.04.389)

15. ADITYA MR (13.04.394)

16. VICKY W BILONDATU (13.04.398)

17. ANGGI RIZQIKA E (13.04.419)

Kelas IL

SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL

Page 2: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya definisi enuresis ialah suatu kelainan fungsional dalam mengendalikan pengosongan kandung kemih. Dari kelainan fungsional tersebut di atas, muncul masalah yang diakui merupakan salah satu faktor kesulitan untuk memberikan definisi enuresis. Masalah tersebut ialah batasan umur anak yang dianggap telah dapat mengendalikan pengosongan kandung kemihnya. Pengertian lain menyebutkan bahwa enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak di sadari oleh anak berumur 5 tahun atau lebih baik siang maupun malam hari (Suwardi, 2000).

Enuresis dibagi menjadi dua bagian, yaitu Primary Nocturnal Enursis adalah anak yang sering atau selalu mengompol setiap malamnya atau dimana ia mengompol sejak bayi dan Secondary Nocturnal Enuresis adalah anak yang awalnya sudah tidak lagi mengompol namun suatu saat kembali mengompol. Penyebab mengompol primer disebabkan adanya keterlambatan proses pematangan sistem saraf pada anak, di mana adanya ketidakmampuan otak untuk menangkap sinyal yang dikirimkan kandung kemih, gangguan hormonal, kelainan anatomi. Sedangkan, enuresis sekunder biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan, seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Selain itu, kondisi fisik yang terganggu seperti adanya infeksi saluran kencing, kencing manis, susah buang air besar, dan alergi juga dapat menyebabkan enuresis sekunder.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Pengertian Enuresis

1.2.2 Penyebab Enuresis

1.2.3 Cara Mengatasi Enuresis

Page 3: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Enuresis

Mengompol atau istilah kedokterannya adalah enuresis, yaitu mengeluarkan air seni secara tidak sadar saat tidur pada usia yang seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil. Mengompol merupakan persoalan yang sering didiskusikan dan menimbulkan perbedaan pendapat mengenai kejadian dan perawatannya. Enuresis umumnya terjadi pada anak-anak namun kadang-kadang juga pada remaja dan orang dewasa (Kurniawati, 2008).

2.2 Penyebab Enuresis

Pada sebagian besar anak, mengompol terjadi begitu saja tanpa ada sebab yang jelas. Mengompol juga bukan kesalahan langsung pada anak, biasanya ini terjadi karena produksi urin pada malam hari lebih banyak daripada yang mampu ditahan oleh kandung kemih anak. Namun sensasi dari penuhnya kandung kemih ini ternyata belum mampu membangunkan anak yang sedang terlelap, maka terjadilah mengompol. Pada kasus yang lain, mengompol pada anak akan semakin parah dan memburuk. Bisa jadi hal ini adalah ujung dari pertanda suatu masalah yang mungkin terjadi pada anak, antara lain;

A Stress yang berulang-ulang.

Bisa jadi anak awalnya sudah tidak lagi mengompol namun kembali muncul perilaku ini dikarenakan anak mengalami sesuatu yang membuatnya sangat tidak nyaman, misalnya awal masuk sekolah, kedatangan adik baru, menderita suatu penyakit, mendapatkan perlakuan yang buruk dari teman (bullying), atau anak mengalami pelecehan.

B Makanan maupun minuman yang mengandung kafein.

Makanan atau minuman itu antara lain teh, kopi, cola, dan coklat. Kafein ini menyebabkan produksi urin yang dihasilkan oleh ginjal meningkat.

C Sembelit (konstipasi).

Jumlah feses yang berlebih bisa saja menekan dan mengirutasi bagian belakang kandung kemih. Anak yang sering mengalami konstipasi cenderung memiliki masalah mengompol juga.

D Anak yang mengalami ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).

Anak yang mengalami gangguan ini akan memiliki resiko lebih besar menderita bedwetting atau mengompol.

Page 4: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

Suwardi (2000) menyatakan bahwa enuresis pada seorang anak disebabkan tidak hanya oleh satu faktor saja. Misalnya, enuresis yang dianggap sebagai akibat hambatan perkembangan fungsional kandung kemih dapat diprovokasi oleh kelainan lokal atau masalah psikologis. Namun sering pula etiologi enuresis tidak diketahui. Anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam (enuresis nokturnal), berhubungan erat dengan faktor gangguan psikologis. Namun ahli lain menyatakan bahwa faktor lain seperti keturunan atau adanya kelainan pada kandung kencing bisa juga menjadi penyebab (Kurniawati, 2008).

Beberapa faktor etiologi yang paling sering ditemukan dalam berbagai penelitian adalah:

A. Genetik/familial

Hallgren dalam Suwardi (2000) menemukan sekitar 70% keluarga dengan anak enuresis , salah satu atau lebih anggota keluarga lainnya juga menderita enuresis, dan sekitar 40% sekurang-kurangnya satu diantara orang tuanya mempunyai riwayat enuresis . Penelitian pada anak kembar menunjukkan bahwa anak kembar monozigot 68% akan mengalami enuresis dan kembar dizigot sebesar 36%.

B. Hambatan perkembangan

Dasar keadaan ini adalah kesulitan mekanisme hambatan yang mengatur pengosongan kandung kemih. Pengendalian kandung kemih merupakan keterampilan yang dipelajari sendiri, anak akan belajar mengkoordinasi penggunaan otot-otot levator ani, diafragma dan otot-otot abdomen yang menghasilkan voluntary mechanism berkemih. Melalui mekanisme ini anak dapat menggandakan kapasitas kandung kemihnya 4,5 tahun dibandingkan dengan kapasitas kandung kemihnya pada umur 2 tahun. Anak yang gagal menggandakan kapasitas kadung kemihnya akan menjadi anak enuretik (Suwardi, 2000).

C. Psikologis

Frued dalam Kurniawati (2008) menyatakan bahwa anak yang sulit menahan kencing sewaktu tidur malam berhubungan erat dengan gangguan psikologis anak. Enuresis sekunder bisa terjadi akibat faktor psikologis, biasanya terjadi ketika anak tiba-tiba mengalami stres kejiwaan seperti pelecehan seksual, kematian dalam keluarga, kepindahan, mendapat adik baru, perceraian orang tua atau masalah psikis lainnya. Langkah awal yang harus diambil dalam mengatasi enuresis sekunder adalah mengenali perubahan-perubahan mendadak yang terjadi dalam kehidupan anak. Bila anak mengalami stres kejiwaan, penanganan secara psikologis lebih dibutuhkan. Penanganan anak yang mengalami enuresis memang tidak mudah. Tapi setidaknya kasih sayang, kesabaran serta pengertian orang tua untuk tidak memarahi atau menghukum ketika anak mengompol akan membantu

Page 5: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

membangun kepercayaan dirinya. Pengaruh buruk secara psikologis dan sosial yang menetap akibat ngompol akan mempengaruhi kualitas hidup anak sebagai seorang manusia dewasa kelak.

D. Lain-lain, seperti pola tidur, lingkungan termasuk kebiasaan yang kurang baik, dan lain-lain.

Pola tidur nyenyak pada anak berperan penting untuk terjadinya enuresis, pola tidur yang nyenyak, umumnya ditemukan pada anak enuresis primer dan kebanyakan laki-laki, penelitian menunjukkan bahwa anak dengan enuresis cenderung tidur lebih nyenyak secara bermakna dibandingkan dengan saudaranya yang tidak enuresis. Terdapat hubungan antara lingkungan anak dengan enuresis, dilaporkan bahwa enuresis lebih sering terjadi pada anak-anak dari lingkungan sosial ekonomi rendah. Saat yang baik untuk memberikan latihan berkemih pada anak yaitu pada umur antara 18 – 30 bulan, saat tingkat pematagan psikologis anak mulai berkembang.

2.3 Cara Mengatasi Enuresis

Beberapa tips yang perlu dicoba, antara lain;

A. Penggunaan nappi atau diaper.Jika anak terbiasa menggunakan nappi di malam hari, cobalah untuk memulai melepasnya, dengan harapan memberi motivasi anak agar mau bangun di malam hari jika tidak ingin merasa basah di malam harinya. Resiko tentu saja tetap terjadi, namun dengn motivasi diharapkan anak kembali berusaha agar tetap kering di malam hari tanpa nappi. Pada anak yang lebih kecil usianya jika usaha tersebut dirasa kurang berhasil, maka orang tua bisa kembali memakaikan nappi padanya untuk sementara, dan kembali dicoba lagi setelah beberapa waktu.

B. Kesabaran, kenyamanan, dan kasih sayang.Teruslah berusaha jika si anak tetap mengompol, namun bagi anak di bawah usia 3 tahun, orang tua bisa kembali menghentikan proses pembiasaan, dan diulangi lagi beberapa bulan kemudian. Motivasi dari orang tua sangat dibutuhkan anak dalam proses ini, meski kadang masih terjadi sesekali mengompol tertutama bagi anak di atas usia 3 tahun dan usia sekolah. Orang tua hendaklah tidak menyalahkan atau memberi hukuman pada anak, fokuskan pada pemberian hadiah jika anak tidak mengompol, sehingga anak tidak merasa stress.

C. Memberikan penjelasan sederhana pada anak.Ada baiknya orang tua menjelaskan bagaimana terjadinya proses buang air kecil dan kenapa bisa terjadi mengompol. Sesuaikan bahasa

Page 6: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

dengan bahasa yang dipahami anak, diharapkan jika anak mengerti maka bisa semakin berusaha mengontrol pengeluaran urine pada malam hari.

D. Beri tanggung jawab pada anak.Jika suatu malam anak mengompol, bangunkan anak, dan ajaklah merapikan bekas ompolnya sendiri, misalnya ajaklah anak mengganti sprei yang basah, menjemur kasur esok harinya, atau mencuci bersama bajunya yang basah. Hal ini memberi motivasi dan tanggung pada anak agar besok-besoknya tidak lagi mengompol agar tidak mendapat tugas ekstra ini. Pemberian tanggung jawab ini bisa diterapkan pada anak yang sudah memasuki usia sekolah, yaitu usia 5 atau 6 tahun ke atas.

E. Membiasakan bangun pada malam hari.Pastikan anak tidak takut untuk bangun dan menuju kamar mandi pada malam hari. Pada beberapa anak, bisa saja mereka mengompol karena enggan bangun akibat merasa cemas dengan gelap, laba-laba, atau suara-suara di malam hari. Sehingga mereka lebih nyaman untuk menahan kencingnya.

F. Menghindarkan minuman tertentu.Beberapa jam sebelum tidur hendaknya orang tua menghindari memberikan minuman yang mengandung kopi, teh, atau cola.

G. Mengangkat anak.Mengangkat anak pada malam hari untuk mengeluarkan urin di kamar mandi, namun cara ini  dirasa kurang efektif, karena tidak mengajarkan tanggung jawab pada diri anak. Lebih baik bangunkan sehingga anak secara sadar berjalan ke kamar mandi dan buang air kecil.

H. Mendatangi medis.Jika mengompol dikarenakan anak mengalami sembelit, maka orang tua perlu meminta bantuan dokter untuk mengatasi masalah sembelitnya terlebih dahulu.

I. Tidur menginap.Biasanya anak akan merasa malu jika tiba-tiba mengompol saat tidur di rumah saudara maupun teman. Hal ini akan membuat anak lebih waspada terhadap stimulus buang air kecil di malam hari. Terutama bagi anak usia sekolah.Alternatif lain yang mungkin bisa dilakukan antara lain:a. Alarm mengompol.

Alarm ini semacam bantalan (pad) yang akan berbunyi begitu anak mulai mengompol tujuannya agar anak terbangun, dan melanjutkan buang air kecilnya di kamar mandi. Untuk lebih detailnya

Page 7: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

bagaimana bentuk dan cara penggunaannya, orang tua perlu mencari informasi lebih lanjut karena saya sendiri belum pernah mengetahui alat ini secara langsung.

b. Konsumsi obat.Obat ini bekerja untuk mengurangi produksi urin di malam hari.

c. Bedwetting reward system.Yaitu orang tua memberikan reward pada anaknya jika mampu melakukan hal-hal kongkrit atas usahanya agar tidak mengompol. Misalnya saat anak berani bangun pada malam hari, berani ke kamar mandi, dan sebagainya.

Page 8: Psikologi Abnormal Enuresis pada anak

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga terjadi pengeluaran urin yang tidak pada tempatnya atau sering dinamakan ngompol.

Enuresis merupakan salah satu masalah perkembangan yang paling sering dijumpai. Hal ini dapat menjadi sumber rasa malu pada anak dan sumber rasa frustrasi bagi orang tua. Enuresis sering dianggap memalukan oleh anak dan keluarganya, enuresis sering disembunyikan sebagai rahasia keluarga dan tidak dikeluhkan sebagai kondisi yang patut mendapat pertolongan dokter. Enuresis (ngompol) merupakan gejala yang sering dijumpai pada anak. Keadaan ini dapat menimbulkan masalah bagi anak, orang tua, keluarga maupun dokter anak yang menanganinya. Pada anak, enuresis dapat mempengaruhi kehidupan seperti timbulnya rasa kurang percaya diri, merusak pergaulan, yang semuanya dapat berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak.