psikologi pendidikan kelompok 7
TRANSCRIPT
1
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.
Perilaku individu tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorongnya dan
tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan dan faktor pendorong ini
mungkin disadari oleh individu, tetapi mungkin juga tidak, sesuatu yang konkrit atau
pun abstrak. Para ahli seringkali menjelaskan perilaku individu ini dengan tiga
pertanyaan pokok, yaitu: Apa (What), Bagaimana (How) dan Mengapa (Why). Apa
yang ingin dicapai oleh individu atau apa tujuan individu, bagaimana cara
mencapainya dan mengapa individu melakukan kegiatan tersebut.
Apa yang ingin dicapai atau tujuan individu mungkin sama, tetapi bagaimana
mencapai dan mengapa individu ingin mencapainya mungkin berbeda. Cara atau
kegiatan yang dilakukan individu mungkin sama, tetapai tujuan dan faktor-faktor
pendorongnya mungkin berbeda. Demikian juga hal-hal yang mendorong perbuatan
individu mungkin sama tetapi tujuan dan cara individu mencapainya bisa berbeda.
Bagaimanapun variasinya tetapi ketiga komponen perilaku individu tersebut selalu
ada dan merupakan satu kesatuan.
Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu disebut motivasi, yang
menujukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan
individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Sebagai contoh
peserta didik yang bersungguh-sungguh belajar karena termotivasi untuk mencari
prestasi. Dalam kegiatan belajar motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar.
Demikian pula untuk mengubah dan memperbaiki perilaku yang menghambat
belajar di dalam kelas sebaiknya dimulai sejak dini dalam hal ini adalah gurudi
sekolah. Guru mempunyai tugas dan kewajiban membantu siswa untuk
2
mengembangkan seluruh potensinya, sekaligus membantu siswa yang mengalami
kesulitan akademis dan juga yang mengalami gangguan emosinya termasuk
bagaimana siswa mampu mengendalikan dirinya, utamanya perilaku yang
menghambat belajar yang pada akhirnya siswa mampu meningkatkan prestasi belajar
secara optimal. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis mencoba untuk
mengangakat judul makalah ini “Hakikat dan Pentingnya Motivasi dan
Pengendalian Diri dalam Pembelajaran”.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat:
1. Mengetahui dan Memahami Hakikat dan pentingnya motivasi
2. Mengetahui dan Memahami Pengendalian diri dalam pembelajaran
1.3 RUMUSAN MASALAH
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Apa hakikat dan pentingnya motivasi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana pengendalian diri dalam pembelajaran?
3
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 HAKIKAT DAN PENTINGNYA MOTIVASI
2.1.1. Pengertian dan Hakikat dari Motivasi
Istilah motivasi baru digunakan sejak awal abad kedua puluh, dari segi
taksonomi, motivasi berasal dari kata “movere” dalam bahasa latin yang artinya
bergerak dan terkandung berbagai hal yang terdapat dalam definisi motivasi antara
lain: keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan dan insentif (Siagian,
:142). Dalam arti kognitif, motivasi diasumsikan sebagai aktivitas individu untuk
menentukan kerangka dasar tujuan dan penentuan perilaku untuk mencapai tujuan itu,
dan dalam arti afeksi, motivasi bermakna sikap dan nilai dasar yang dianut oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk bertindak atau tidak bertindak (Danim
Sudarwan, 2004:2). Mc.Donald (dalam Yamin Martinis, 2007: 217) mendefinisikan
motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Namun apaun istilah
yang didefinisikan oleh para ahli pada hakikatnya motivasi merupakan suatu
kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energy) atau suatu keadaan yang
kompleks dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu untuk bergerak ke
arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.
Sukmadinata (2007: 61) menyatakan bahwa motivasi terbentuk oleh tenaga-
tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap tenaga-tenaga
tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti: desakan atau drive,
motif atau motive, kebutuhan atau need dan keinginan atau wish. Walau ada
kesamaan dan semuanya mengarah kepada motivasi, terkandung arti khusus terhadap
hal-hal tersebut. Desakan atau drive diartikan sebagai dorongan yang diarahkan
kepada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah. Motif atau motive adalah
dorongan yang terarah kepada pemenuhan kebutuhan psikis atau rokhaniah.
Kebutuhan atau need merupakan suatu keadaan dimana individu merasakan adanya
4
kekurangan, atau ketiadaan sesuatu yang diperlukannya. Keinginan atau wish adalah
harapan untuk mendapatkan atau memiliki sesuatu yang dibutuhkan.
2.1.2. Pentingnya Motivasi dalam Belajar
Motivasi diakui oleh beberapa ahli psikologi sebagai hal yang sangat penting
dalam pembelajaran di sekolah. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada
dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang disebut
dengan motivasi belajar. Motivasi belajar adalah dorongan yang terdapat dalam diri
seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih dalam
memenuhi kebutuhannya (Uno, 2007: 3). Sedangkan Yamin Martinis (2007: 219)
mendefinisikan motivasi belajar merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri
seseorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah keterampilan,
pengalamannya, motivasi juga mendorong dan mengarah minat belajar untuk
mencapai suatu tujuan.
Dimyati dan Mudjiono (2006), menjelaskan bahwa motivasi belajar penting
bagi siswa dan guru.Bagi siswa pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir
2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan dengan
teman sebaya
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan tentang adanya perjalan belajar dan kemudian bekerja
Bagi guru pentingnya motivasi adalah sebagai berikut:
1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat sisw untuk belajar
sampai berhasil
2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam ragam,
ada yang acuh tak acuh, ada yang tak memusatkan perhatian, ada yang bermain,
disamping yang bersemangat untuk belajar
5
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara bermacam-
macam peran, seperti sebagai penasihat, fasilisator, instruktur, teman diskusi,
penyemangat, pemberi hadiah atau pendidik.
4. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja“ rekayasa pedagogis.
Sukmadinata (2007: 70-72), menjelaskan bahwa bagi seorang guru atau
pendidik peranan motivasi ini penting sekali, mendidik atau mengajar merupakan
pekerjaan yang rumit dan kompleks. Kompleks karena banyak hal yang harus
dipahami, dipersiapkan dan dilakukan, sedangkan rumit karena subjek didi adalah
manusia yang serba misterius. Mendidik dan mengajar memerlukan kesabaran,
ketekunan, ketelitian, tetapai juga kelincahan dan kreativitas dan semua ini
membutuhkan adanya motivasi mendidik atau mengajar yang cukup tinggi agar
peserta didik tidak lekas bosan dan putus asa. Adapun usaha yang dilakukan oleh
guru antara lain:
1. Menjelaskan manfaat dan tujuan dari pelajaran yang diberikan
2. Memilih materi atau bahan pelajaran yang betul-betul dibutuhkan oleh siswa
3. Memilih cara penyajian yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan siswa dan
banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba dan
berpartisipasi
4. Memberikan sasaran dan kegiatan-kegiatan antara
5. Berikan kesempatan kepada siswa untuk sukses
6. Berikan kemudahan dan bantuan dalam belajar
7. Berikan pujian atau hadiah
8. Penghargaan terhadap pribadi anak.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga
semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seseorang
yang tinggi motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat
membaca buku-buku untuk meningkatkan prestasinya dan menyelesaikan
masalahnya. Sebaliknya mereka yang motivasinya kurang atau rendah tampak acuh
tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak fokus pada pelajaran, suka
mengganggu teman di kelas, sering meninggalkan pelajaran (bolos), akibatnya
6
banyak mengalami kesulitan belajar.Dalam proses belajar mengajar, motivasi belajar
peserta didik dapat diamati dari beberapa indikator. Pertama: ketekunan dalam
belajar, Kedua: keseringan belajar, Ketiga: komitmen dalam memenuhi tugas-tugas
sekolah, Keempat: frekuensi kehadirannya di sekolah. Sementara peserta didik yang
memiliki motivasi rendah akan melakukan hal yang sebaliknya.
Ditambahkan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006), adapun unsur-unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar antara lain:
1. Cita-cita atau Aspirasi siswa
2. Kemampuan siswa
3. Kondisi siswa
4. Kondisi lingkungan siswa
5. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran
6. Upaya guru dalam membelajarkan siswa
2.1.3. Jenis dan Sifat Motivasi
1. Jenis Motivasi
Dimyati dan Mudjiono (2006) menjelaskan bahwa motivasi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Motivasi Primer, adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar yang
umumnya berasal dari segi biologis atau jasmaniah manusia.
b. Motivasi Sekunder, perilaku manusia tidak hanya terpengaruh oleh factor
biologis tetapi juga factor-faktor sosial, oleh karena itu motivasi sekunder
disebut juga dengan motivasi sosial. Perilaku motivasi sekunder terpengaruh
oleh adanaya sikap, emosi, pengetahuan yang dipercaya, kebiasaan dan
kemauan.
2. Sifat Motivasi
Yamin Martinis (2011), menjelaskan bahwa motivasi dibedakan dalam dua sifat,
yaitu:
a. Instrinsik, adalah kegiatan kebutuhan-kebutuhan yang timbul dari dalam diri
subjek yang belajar. Namun perlu diperhatikan bahwa bukan berarti instrinsik
7
dapat berdiri sendiri tanpa sokongan dari luar seperti peran guru, orang tua
dalam menyadarri anak didiknya untuk belajardan memiliki pengetahuan.
b. Ekstrinsik, adalah kegiatan belajar yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan
seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik menurut Winkel (1989:94)
diantaranya: Pertama, belajar demi memenuhi kewajiban; Kedua, belajar demi
menghindari hukuman yang diancamkan; Ketiga, belajar demi memperoleh
hadiah material yang disajikan; Keempat, belajar demi meningkatkan gengsi;
Kelima, belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang
tua dan guru; Keenam, belajar demi tuntutan jabattan yang ingin dipegang atau
demi memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan administratif.
2.1.4. Teori Motivasi
Yamin Martinis (2011) menjelaskan teori motivasi antara lain:
1. Teori Kebutuhan (Teori Maslow)
Maslow (dalam Boeree, 2006:276-290) menempatkan lima lapisan kebutuhan, antara
lain:
a. Kebutuhan Fisiologi
Perwujudan paling nyata dari kebutuhan fisiologi ialah kebutuhan-kebutuhan
pokok manusia seperti pangan, sandang dan perumahan, dimana kebutuhan ini
dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar dari sejak lahir hingga
ajalnya dan tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat
dikatakan hidup secara normal (Siagian, :146). Kebutuhan fisiologi mencakup
kebutuhan-kebutuhan kita terhadap oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium,
mineral, vitamin, pH yang seimbang, suhu udara standar (37 C), kebutuhan
untuk bergerak, istirahat, tidur dan ekresi, menghindari bahaya dan penyakit,
berhubungan seks
b. Kebutuhan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologi sudah diperhatikan, barulah kebutuhan rasa aman ini
muncul, kita menginginkan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan
8
terlindungi, kita juga menginginkan sturuktur dan tatanan, menginginkan
tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaaan yang aman,
perencanaan masa pensiun yang matang, asuransi dan lain
sebagainya.Kebutuhan ini timbul karena adanya dorongan-dorongan untuk
menjaga atau melindungi diri dari gangguan, baik gangguan alam, binatang,
iklim, maupun penilaian manusia (Sukmadinata, 2007:68). Ditambahkan oleh
Siagian ( ), bahwa kebutuhan keamanan dapat dilihat dari segi keamanan
fisik (seperti: keamana dalam bekerja) dan dari segi keamanan fisiologi (seperti:
perlakuan manuasiawi dan adil).
c. Kebutuhan Persaudaraan, Cinta dan Rindu
Ketika kubuhan fisiologi dan rasa aman sudah terpenuhi, kebutuhan ini muncul,
kita mulai merasa butuh teman, kekasih, anak agar kita tidak merasakan
kesendirian dan kesepian. “Kebutuhan ini mendorong kita untuk membina
hubungan baik, kasih sayang, persaudaraan, baik dengan jenis kelami yang
sama maupun yang berbeda” (Sukmadinata, 2007:68).
d. Kebutuhan Harga Diri
Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan harga diri ini: Pertama,
bentuk lemah (adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan
terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi, bahkan
dominasi) dan Kedua, bentuk kuat (adalah kebutuhan kita untuk percaya diri,
kompetensi, kesuksesan, independesi dan kebebasan).
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri
“Manusia memiliki potensi-potensi yang dibawa dari kelahirannya dan
kodratnya sebagai manusia. Potensi dan kodrat ini perlu diaktualkan atau
dinyatakan, dalam berbagai bentuk, sifat, kemampuan dan kecakapan nyata.
Melalui berbagai bentuk upaya belajar dan pengalaman individu berusaha
mengaktulkan semua potensi yang dimilikinya” (Sukmadinata. 2007:68).
Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus maju
mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk menjadi “apa yang Anda
bisa”, menjadi yang sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya.
9
2. Teori Kebutuhan Berprestasi (Teori McClelland)
McClelland (dalam Gibson. 1993:97-100) mengemukakan seseorang
mempunyai motivasi untuk bekerja karena adanya kebutuhan untuk berprestas.
Motivasi ini merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu: Pertama, kebutuhan untuk
berhasil (the need to achieve); Kedua, kemungkinan sukses (the probability of
success) dan Ketiga. Persepsi tentang nilai tugas tersebut (perception of the outcome)
(Zenzen, 2002).
Menurut McClelland karekteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achiever) memiliki tiga ciri umum yaitu: Pertama, sebuah preferensi untuk
mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat: Kedua, menyukai situasi-
situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri dan bukan
karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran: Ketiga menginginkan umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
berprestasi rendah.
3. Teori Alderfer (Teori ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG” dalam
teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan
pihak lain dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan).
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Petama,
secara konseptual terdapat persamaan antara teori yang dikembangkan oleh Maslow
dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama
dan kedua dari teori Maslow: “Relatedness” senada dengan hierkaki kebutuhan ketiga
dan keempat menurut Maslow; dan “Growth” mengandung makna sama dengan “Self
Actualization” menurut Mslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai
jenis kebutuhan manusia itu di usahakan pemuasannya secara serentak
Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:
a. Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya
10
b. Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi semakin besar
apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan.
c. Sebaliknya semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkanya lebih tinggi
srmakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandang ini didasarkan kepada sifat pragmatism oleh manusia.
Artinya karena menyadari ketenbatasannya seseorang dapat menyesuaikan diri pada
kondisi obyektif yang dihadapinya antara lain dengan memuaskan perhatiannya
kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Dua Faktor (Teori Herzberg)
Teori dua faktor ini terdiri dari: Pertama, faktor motivasional yaitu hal-hal
yang mendorong berprestasi yang sifatnya instrinsik yang artinya bersumber dalam
diri seseorang. Yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier
dan pengakuan orang lain.Dan Keduafaktor hygiene atau pemeliharaan yaitu faktor-
faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Yang tergolong faktor-faktor hygiene
antara lain: status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan
atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang
diterapkan oleh para penyelia, kebijakn organisasi, system administrasi dalam
organisaasi, kondisi kerja dan system imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Harzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang, apakah yang bersifat instriksi ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5. Teori Keadilan
Teori keadilan ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
denga imbalan yang diterima. Artinya apabila seseorang pegawai mempunyai
11
persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemukinan dapat
terjadi, yaitu:
1. Seseorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
2. Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa
para pejabat dan petugas dibagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai
persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas dikalangan para pegawai. Apabila
sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negative bagi organisasi, seperti
ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.
6. Teori Penerapan Tujuan (Goal Setting Theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki
empat macam mekanisme motivasional yakni:
a. Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
b. Tujuan-tujuan mengatur upaya
c. Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
d. Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
7. Teori Harapan (Teori Victor H.Vroom)
Teori harapan memiliki tiga asumsi pokok:
a. Setiap orang percaya bahwa ia berperilaku dengan cara harapan hasil (outcome
expectancy). Misalnya anda mempunyai harapan bahwa bila anda memiliki skor
dalam mata kuliah psikologi pendidikan seekurang-kurangnya dengan nilai 80,
anda tentu dinyatkan lulus dalam mata kuliah ini. Jadi dapat didefinisikan suatu
harapan hasil sebagi penilain subjektif seseorang atas kemungkinan bahwa hasil
tertentu akan muncul dari tindakan orang tersebut.
12
b. Setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu, ini disebut
dengan valiancy (valence). Misalnya anda menghargai sebuah gelar, pangkat
dari kemajuan karir, mungkin seseorang menghargai suatu hasil pekerjaannya
atau hasil usaha yang dilakukan selama ini. Jadi valency dapat kita definisikan
sebagai nilai yang orang berikan kepada suatu hasil yang diharpkan.
c. Harapan usaha merupakan kemungkinan bahwa usaha seseorang akan
menghasilkan pencapaian suatu tujuan tertentu, misalnya anda percaya dengan
membaca buku psikologi pendidikan dengan giat anda akan memperoleh nilai
80 dalam ujian semester, namun apabila anda berusaha lebih giat lagi untuk
mempelajarinya anad akan mendapatkan nilai 90.
Motivasi dijelaskan dengan mengkoordinasikan ketiga prinsip ini. Orang
akan termotivasi bila iia percaya bahwa: Pertama, suatu perilaku tertentu akan
menghasilkan hasil tertentu; Kedua, hasil tersebut mempunyai nilai positif baginya
dan Ketiga, hasil tersebut dapat dicapai dengan usaha yang dilakukan seseorang.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Prinsip-prinsip motivasi adalah memberi penguatan, sokongan, arahan pada
perilaku yang erat kaitannya dengan prinsip-prinsip dalam belajar yang telah ditemui
oleh para ahli ilmu belajar. Memberikan motivasi kepada peserta didik, berarti kita
memberdayakan afeksi mereka agar dapat melakukan sesuatu, melalui penguatan
langsung (eksternal), penguatan pengganti dan penguatan diri sendiri.
Dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak
seseorang ditentukan oleh berbagai konsekwensi eksternal dari perilaku dan
tindakannya. Artinya dar berbagai faktor diluar diri seseorang turut berperan sebagai
penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah apanya yang dikenal
dengan “hokum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk
mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya
dan mengelakkan perilaku yang mengakibatkan perilaku yang mengakibatkan
timbulnya konsekwensi yang merugikan.
13
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini, motivasi seseorang individu sangat di pengaruhi oleh
berbagai faktor, yaitu :
1. Faktor internal, yang termasuk faktor internal adalah :
a. Persepsi seseorang mengenal diri sendiri
b. Harga diri
c. Harapan pribadi
d. Kebutuhan
e. Keinginan
f. Kepuasan kerja
g. Prestasi kerja yang dihasilkan
2. Faktor eksternal, yang termasuk faktor eksternal antara lain :
a. Jenis dan sikap pekerjaan
b. Kelompok kerja dimana seseorang bergabung
c. Organisasi tempat bekerja
d. Situasi lingkungan pada umumnya
e. Sistim imbalan yang berlaku dan cara penerpannya
2.2 PENGENDALIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN
Untuk mengubah dan memperbaiki perilaku yang menghambat belajar di
dalam kelas sebaiknya dimulai sejak dini dalam hal ini adalah gurudi sekolah. Guru
mempunyai tugas dan kewajiban membantu siswa untuk mengembangkan seluruh
potensinya, sekaligus membantu siswa yang mengalami kesulitan akademis dan juga
yang mengalami gangguan emosinya termasuk bagaimana siswa mampu
mengendalikan dirinya utamanya perilaku yang menghambat belajar yang pada
akhirnya siswa mampu meningkatkan prestasi belajar secara optimal.
Peran guru sebagai pembimbing diwujudkan dalam berbagai bentuk antara
lainmembantu siswa mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai
14
pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan untuk melanjutkan pendidikan pada
tingkat yang lebih tinggi ( Nurihsan Juntika, 2003:72).
Modifikasi perilaku individu terjadi akibat dari pengalaman dalam belajar
siswa.Pengalaman belajar siswa yang baik akan menghasilkan belajar siswa yang
baik pula. Jikapengalaman belajar siswa buruk akan menghasilkan prestasi belajar
yang siswa buruk. Pengalaman belajar siswa yang buruk dapat terjadi di dalam situasi
mengikuti pelajaran di dalam kelas. Seperti bercirikan perilaku ; berjalan-jalan,
mengobrol, berpaling muka, menggerakkan benda, dan memukul teman, perilaku
yang demikian itu dapat disebut perilakumenghambat belajar siswa dalam kelas.
Untuk mengubah Perilaku menghambat siswa dapat menggunakan metode
eksternal untuk memperbaiki perilaku subyek. Seperti: penguatan positif (positive
reinforcement), Penghapusan bantuan (timeout), atau pemberian contoh (modelling),
(Corey 1987:431). Sehubungan dengan pengendalian diri Walker (1969) untuk
modifikasi perilaku tersebut dipergunakan prosedur berikut :
a. Memantau dan menguatkan perilaku siswa oleh guru,
b. Memantau dan menguatkan perilaku yang tepat oleh siswa sendiri,
c. Pengendalian diri secara wajar dengan konsekuensi di dalam lingkungan secara
wajar.
Penerapan modifikasi perilaku menghambat belajar dalam pelaksanaannya
didasarkan pada hubungan stimulus, tanggapan, konsekuen dan reinforcement.
Stimulus (S) merupakan isyarat yang menggerakkan terjadinya perilaku pengendalian
diri. Tanggapan (T) merupakan perilaku yang dapat diamati dan diukur, tanggapan
yang dimaksud ialah perilaku menghambat belajar. Konsekuen (K) merupakan
perilaku yang mempengaruhi, apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan
berapa banyak pengulangannya yang berbentuk kepuasan atau ketidak puasan.
Penguatan (P) merupakan stimulus yang meningkatkan kekuatan perilaku.
Guru sebagai pengubah perilaku yang menghambat belajar siswa di dalam
kelas dapat menggunakan prosedur mengajarkan perilaku pengendalian diri kepada
siswa (Workman, 1982:4). Prosedur mengajarkan teknik perilaku pengendalian diri
(self –control) dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara yaitu :
15
1. Penilaian diri (self – assessment )
2. Pemantauan diri ( self monitoring)
3. Penguatan diri (self- reinforcement)
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dirujuk tahapan modifikasi perilaku
menggunakan dua tahap dari teori Walker, yaitu teknik pengendalian diri sebagai
sistem pengubahan perilaku dalam treatment menggunakan tiga komponen; Teknik
penilaian diri (self-assesment) menggunakan teknik pengukuran diri (self-rating):
Teknik pemantauan diri (self-monitoring) menggunakan teknik pemantauan diri
(interval self-monitoring), dan teknik penguatan diri (self-reinforcement)
menggunakan teknik penguatan diri terbuka (over selfreinforcement).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada makalah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hakikatnya motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau
daya (energy) atau suatu keadaan yang kompleks dan kesiapsediaan (preparatory
set) dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari
maupun tidak disadari.
2. Motivasi diakui oleh beberapa ahli psikologi sebagai hal yang sangat penting
dalam pembelajaran di sekolah. Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau
pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan inilah yang
disebut dengan motivasi belajar.
3. Guru sebagai pengubah perilaku yang menghambat belajar siswa di dalam kelas
dapat menggunakan prosedur mengajarkan perilaku pengendalian diri kepada
siswa (Workman, 1982:4). Prosedur mengajarkan teknik perilaku pengendalian
diri (self –control) dilaksanakan dengan menggunakan tiga cara yaitu :
1. Penilaian diri (self – assessment )
2. Pemantauan diri ( self monitoring)
3. Penguatan diri (self- reinforcement)
3.2 Saran
Untuk tercapainya tujuan pembelajaran, diperlukan adanya motivasi dan teknik
pengendalian diri yang dilakukan guru atau pendidik kepada siswa, sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan denagan lancar. Pemahaman guru atau pendidik
dalam memotivasi dan mengendalikan sikap siswa dirasakan sangat penting untuk
mendorong siswa untuk belajar dan merubah sikap atau perilaku siswa.
17
DAFTAR PUSTAKA
Corey Gerald 1987. Theory and practice of counseling and psychotherapy. Pacific
Grove:Brooks / Cole Publising Company, Edisi IV.
Dimyati dan Mudjiono. 2006.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.Rineka Cipta
Nurihsan Juntika. 2003. Dasar – dasar Bimbingan Konseling. Bandung: Mutiara
Siagian, Sodang P. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Sukmadinata, Nana Sayaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: PT.Remaja Rosda Karya
Sudarwan, Danim. 2004. Motivasi Kepemimpinan & Efektivitas Kelompok. Jakarta :
PT.Rineka Cipta
Yamin, Martinis.2011 .Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta : Gaung Persada
Press
Walker,E.L. 1969. Conditioning and Instrumental Learning, (Terjemahan, Team
FakultasPsikologi Universitas Indonesia). Jakarta : Universitas Indonesia
Workman, E.A.1982.Teaching behavior self- control to student. Texas, USA; Pro-
ed..