psikologi sosial

21
Tugas Kelompok Makalah Psikologi Sosial Kelompok : III / Persepsi Diri Oleh : Nina Va Nina (1126000099) Nisrin Ulfah (1126000101) Nuraini Ervina (1126000107) Kelas : III C Dosen : Imam Sunardi, M.Si Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung

Upload: suddais

Post on 02-Jan-2016

33 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

11

TRANSCRIPT

Page 1: psikologi Sosial

Tugas Kelompok

Makalah Psikologi Sosial

Kelompok : III / Persepsi Diri

Oleh : Nina Va Nina (1126000099)

Nisrin Ulfah (1126000101)

Nuraini Ervina (1126000107)

Kelas : III C

Dosen : Imam Sunardi, M.Si

Fakultas Psikologi UIN SGD Bandung

2013-2014

Page 2: psikologi Sosial

Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan tugas ini dapat

diselesaikan.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Psikologi Sosial dengan

judul ”Persepsi diri hubungannya dalam membentuk kesan” Fakultas Psikologi

UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Terima kasih disampaikan kepada Bapak Imam M,Si. selaku dosen mata

kuliah Psikologi Sosial yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi

lancarnya tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna,oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih

menyempurnakan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Bandung, September 2013

Penyusun

Page 3: psikologi Sosial

Bab I

Pendahuluan

A.    LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk yang dilahirkan paling sempurna. Manusia memiliki

kemampuan kognitif untuk memproses informasi yang diperoleh dari lingkungan di

sekelilingnya melalui indera yang dimilikinya, membuat persepsi terhadap apa-apa

yang dilihat atau dirabanya, serta berfikir untuk memutuskan aksi apa yang hendak

dilakukan untuk mengatasi keadaan yang dihadapinya. Hal-hal yang dapat

mempengaruhi kemampuan kognitif pada manusia meliputi tingkat intelejensi,kondisi

fisik, serta kecepatan sistem pemrosesan informasi pada manusia. Bila kecepatan

sistem pemrosesan informasi terganggu, maka akan berpengaruh pada reaksi manusia

dalam mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi.

Keterbatasan kognitif terjadi apabila terdapat masalah atau gangguan pada

kemampuan kognitif. Masalah yang dialami bisa terjadi sejak lahir, atau terjadi

perubahan pada tubuh manusia seperti terluka, terserang penyakit, mengalami

kecelakaan yang dapat menyebabkan kerusakan salah satu indera, fisik atau juga

mental. Akibat dari adanya keterbatasan kognitif ini, manusia menjadi tidak mampu

untuk memproses informasi dengan sempurna. Dengan ketidaksempurnaan ini maka

manusia yang memiliki keterbatasan kognitif mengalami masalah dalam meraba,

mempelajari atau berfikir untuk bereaksi terhadap keadaan yang dihadapinya.

Persepsi dalam arti sempit melibatkan pengalaman kita tapi secara psikis

pengertian itu tidaklah tepat. Tetapi lebih tepatnya persepsi merupakan proses yang

menggabungkan dan mengorganisir data-data indera kita ( penginderaan) untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita,

termasuk sadar dengan diri kita sendiri. Dan didalam mempersepsi keadaan sekitar

maka kita harus melibatkan indra kita maka akan lahir sebuah argumen yang berasal

dari informasi yang dikumpulkan dan diterima oleh alat reseptor sensorik kita

Page 4: psikologi Sosial

sehingga kita dapat menggabungkan atau mengelompokkan data yang telah kita

terima sebelumnya melalui pengalaman awal kita.

B.      TUJUAN

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang

persepsi, faktor-faktor yang mempengaruhinya , dan diharapkan dapat bermanfaat

bagi kita semua. Mempelajari tentang persepsi lebih mendalam sehingga dapat

dimanfaatkan dalam proses pembelajaran disekolah nantinya.

Page 5: psikologi Sosial

Bab II

Pembahasan

Persepsi Diri

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-

kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku

individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada

kenyataan itu sendiri.

Persepsi Sosial

Proses membuat penilaian (judgement) atau membangun kesan (impression)

mengenai berbagai macam hal yang terdapat dalam lapangan penginderaan

seseorang. Penilaian atau pembentukan kesan ini adalah dalam upaya pemberian

makna kepada hal-hal tersebut (Harvey & Smith; Wrigthsman & Deaux)

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sosial

Robbin (1989) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor

utama yang memberi pengaruh terhadap pembentukan persepsi

sosial seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor penerima (the

perceiver), situasi (the situation), dan objek sasaran (the target).

1.        Faktor Penerima

Pemahaman sebagai suatu proses kognitif akan sangat

dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian seorang pengamat.

Diantara karakteristik kepribadian utama itu adalah konsep diri,

nilai dan sikap, pengalaman di masa lampau, dan harapan-harapan

yang terdapat dalam dirinya.

Page 6: psikologi Sosial

Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) tinggi dan

selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung

melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan

optimistic, dibandingkan seseorang yang memiliki konsep diri

rendah. Orang yang memegang nilai dan sikap otoritarian tentu

akan memiliki persepsi sosial yang berbeda dengan orang yang

memegang nilai dan sikap liberal. Pengalaman di masa lalu sebagai

bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi

seseorang. Harapan-harapan sering kali memberi semacam

kerangka dalam diri seseorang untuk melakukan penilaian terhadap

orang lain kea rah tertentu.

2.        Faktor Situasi

Pengaruh faktor situasi dalam proses persepsi sosial dapat

dipilah menjadi tiga, yaitu:

  Seleksi

Seseorang akan lebih memusatkan perhatiannya pada objek-objek

yang dianggap lebih disukai, ketimbang objek-objek yang tidak

disukainya. Proses kognitif ini disebut dengan seleksi informasi

tentang keberadaan suatu objek, baik yang bersifat fisik maupun

sosial.

  Kesamaan

Kesamaan adalah kecenderungan dalam proses presepsi sosial

untuk mengklasifikasikan orang-orang ke dalam suatu katagori

yang kurang lebih sama. Seperti berlatar belakang jenis kelamin,

status sosial, dan etnik.

  Organisasi

Dalam proses persepsi sosial, individu cenderung untuk memahami

orang lain sebagai objek persepsi ke dalam sistem yang bersifat

Page 7: psikologi Sosial

logis, teratur, dan runtun. Pemahaman sistematik semacam itu

biasa disebut dengan organisasi perceptual.

Para ahli psikologi sosial memandang situasi sebagai

keseluruhan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku individu

pada ruang dan waktu tertentu.

Definisi situasi adalah makna yang diberikan individu terhadap

suatu keadaan atau interpretasi individu terhadap faktor-faktor

sosial yang ditemui pada ruang dan waktu tertentu. Para ahli

sosiologi menyimpulkan bahwa apabila manusia mendefinisikan

situasi sebagai sesuatu yang bersifat nyata, maka itu akan menjadi

nyata dalam konsekuensi perilakunya.

3.        Faktor Objek

Dalam persepsi sosial secara khusus, objek yang diamati itu

adalah orang lain. Ada empat ciri yang terdapat dalam diri objek

yang dapat memberi pengaruh terhadap terbentuknya persepsi

sosial, yaitu:

  Keunikan

Ciri-ciri unik yang terdapat dalam diri seseorang adalah salah satu

unsur penting yang menyebabkan orang lain merasa tertarik untuk

memusatkan perhatiannya.

  Kekontrasan

Seseorang akan lebih mudah dipersepsi orang lain terutama apabila

ia memiliki karakteristik berbeda disbanding lingkungan fisik

maupun sosialnya.

  Ukuran dan intensitas yang terdapat dalam diri objek

Page 8: psikologi Sosial

Dalam konteks ini, seorang Miss world dengan ukuran fisik tertentu

dan wajah cantik akan lebih mudah menmbulkan kesan pada orang

lain ketimbang apabila seseorang melihat gadis-gadis pada

umumna.

  Kedekatan (proximity) objek dengan latar belakang sosial orang

lain.

Orang-orang dalam suatu departemen tertentu akan cenderung

untuk diklasifikasikan sebagai memiliki ciri-ciri yang sama karena

hubungan yang dekat di antara mereka.

Pembentukan Kesan (Impression Formation)

Pembentukan pesan adalah proses di mana kita membentuk kesan tentang orang lain.

Bagaimana kesan pertama yang dibentuk dapat mempengaruhi penilaian atau

keputusan kita tentang orang lain. Pembentukan kesan pertama terhadap seseoerang

yang baru bertemu terjadi dalam waktu sangat pendek, relative singkat. Penyebabnya

adalah implicit personality theory, yaitu kecenderungan menggabungkan beberapa

sifat sentral dan peripheral (contoh: orang cantik pasti baik). Kesan pertama

seringkali salah karena lebih percaya teori sendiri daripada kenyataan. Perspektif

kognitif dalam pembentukan kesan telah memberikan peran openting dalam usaha

memahami karakteristik dan proses pembentukan kesan.

Manajemen kesan adalah usaha seseorang untuk menampilkan  kesan pertama yang

disukai pada orang lain. Manajemen kesan ada 2 bentuk:

1. Strategi self-enhancement: usaha untuk meningkatkan daya tarik diri pada

orang diri pada orang lain, meliputi meningkatkan penampilan fisik melalui

gaya berbusana, charisma diri, dan penggunaan berbagai atribut sehingga

berusahga membuat deskripsi diri yang positif.

Page 9: psikologi Sosial

2. Strategi other-enhancement: upaya untuk membuat orang yang dituju merasa

nyaman dalam berbagai cara. Misalkan dengan pujian (membuat pernyataan

yang memuji orang yang kita tuju, sifat-sifat atau kesuksesannya) atau

menyatakan terang-terangan persetujuan kita pada pandangan oranglain,

menunjukan minat besar pada orang tersebut, member bantuan-bantuan kecil,

meminta nasihat dan  umpan balik pada mereka. Atau menunjukan kesukaan

dengan cara nonverbal. Namun bisa saja gagal dan terjadi slime effect, yaitu

sebuah kecenderunagn untuk membentuk kesan sangat negative terhadap

seseorang yang “menjilat ke atas dan menendang ke bawah”.

Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah komunikasi antar individu tanpa melibatkan isi bahasa

lisan, namun mengandalkan bahasa-bahasa nonlisan melalui ekspresi wajah, kontak

mata, dan bahasa tubuh. Perilaku nonverbal relative tak bisa dikekang dan sulit

dikontrol. Petunjuk nonverbal yang ditampilkan oleh seseorang dapat mempengaruhi

perasaan kita meskipun kita tidak secara sadar memperhatikan petunjuk ini, ataupun

sengaja membaca perasaannya. Penularan emosional (emotional contagion)

merupakan suatu mekanisme yang mentransfer perasaan secara otamatis dari satu

orang ke orang lain. Contohnya, saat mendengar berpidato, nada suara pembicara bisa

mempengaruhi perasaan kita. Saluran-saluran komunikasi nonverbal ada 4, yaitu:

1. Ekspresi wajah. “Wajah adalah gambaran jiwa” yang berarti perasaan dan

emosi manusia seringkali terbaca di wajahnya dan dapat dikenali melalui

berbagai ekspresinya.  Terdapat 6 emosi dasar manusia yang terlihat jelas dan

telah dipelajari sejak kecil: marah, takut, bahagia, sedih, terkejut, dan jijik

(Izard, 1991; Rozin, Lowery & Elbert, 1994). Makna ekspresi wajah tidak

berlaku secara penuh berlaku universal di seluruh dunia (perbedaan budaya

dan konstektual memang ada dalam mengartikan ekspresi wajah yang tepat).

Page 10: psikologi Sosial

2. Kontak mata. “mata adalah jendela hati” yang berarti kita bisa mengetahui

perasaan orang lain melalui tatapan matanya. Kontak mata yang tinggi

ontensitasnya bisa diartikan sebagai bentuk rasa suka atau perasaan positif

lainnya, ada satu pengecualian. Bila seseorang memandangi kita terus

menerus dan mempertahankan kontak mata ini tanpa peduli apapun yang

sedang kita kerjakan, pandangan ini disebut staring (menatap).

3. Bahasa tubuh (gesture, postur dan gerakan). Bahasa tubuh acapkali

mengungkapkan keadaan emosional seseorang. Makin banyak pola gerakan

tubuh juga menyimpan makna tersendiri. Sementara gesture terbagi menjadi

beberapa kategori, namun satu yang terpenting adalah emblem (gerakan tubuh

yang menyiratkan makna khusus menurut budaya tertentu).

4. Sentuhan. Sentuhan yang dirasa tepat seringkali membangkitkan perasaan

positif dalam diri orang yang disentuh. Jabat tangan mengungkapkan banyak

hal tentang orang lain misalnya kepribafiannya—dan bahwa jabat tangan yang

kuat adalah teknik yang baik untuk menampilkan kesan pertama yang

menyenangkan pada orang lain.

Atribusi

Atribusi adalah proses dimana kita mencoba mencari informasi mengenai bagaimana

seseorang berbuat dan mengapa mereka berbuat demikian. Banyak Teori-teori yang

membahas tentang atribusi, namun kita hanya akan membahas Teori Kelley, “Theory

Of Causal Attribution”.

Dalam teori ini, perilaku seseorang bisa disebabkan oleh factor internal (sifat, motif,

intense), factor eksternal (aspek-aspek fisik dan social) maupun kombinasi keduanya.

Menurut teori ini, ada 3 sumber informasi penting untuk menjawab mengapa dalam

perilaku orang lain, yaitu:

Page 11: psikologi Sosial

1. Consensus, yaitu derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau

peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Makin tiggi orang

bereaksi serupa, makin tinggi konsesinya.

2. Konsistensi, yaitu derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus

atau suatu peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda.

3. Distingsi, yaitu derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai stimulus

atau peristiwa yang berbeda-beda.

Kita mengatribusikan perilaku oranglain pada penyebab internal bila tingkat

consensus dan distingsi rendah namun konsistensi tinggi. Sebaliknya, kita

mengatribusi perilaku orang lain pada penyebab eksternal bila konsensus, distingsi

dan konsistensi tinggi. Kita bisa mengatribusi perilaku oranglain pada penyebab

kombinasi factor internal dan eksternal bila konsensusnya rendah namun distingsi dan

konsistensinya tinggi. Beberapa penyebab internal seperti kepribadian dan

temperamen, cenderung stabil dan bertahan lama, motif, kesehatan, kelelahan,

penyakit kronis, dll.

Elemen Social

Ada 3 elemen yang merupakan petunjuk tidak langsung ketika menilai seseorang:

1. Elemen pribadi. Proses pembentukan persepsi social berdadasarkan penilaian

pribadi, antara lain yang dilakukan dengan cepat, ketika melihat penampilan

fisik seseorang. Misalnya: ciri-ciri penampilan fisik, jenis kelamin, suku/ras,

status social ekonomi, fashion, pekerjaan, dll.

2. Elemen situasi. Semakin kaya pengalaman hidup seseorang, semakin bijak

persepsi social yang dibentuknya dari situasi. Contoh: seorang dosen yang

berjalan dengan seorang wanit. Bila mereka berjalan di kampus, orang akan

Page 12: psikologi Sosial

menilai itu hanyalah mahasiswanya. Namun, bila berjalannya di bioskop

orang bisa menilai kalau wanita itu selingkuhannya.

3. Elemen perilaku. Perilaku membutuhkan bukti-bukti yang dapat diamati

untuk mengidentifikasikan aktivitas seseorang.

Sumber Kesalahan (Bias) Dalam Atribusi

1. Bias korespondensi: kecenderungan untuk menjelaskan sumber perilaku

orang lain dari disposisi-disposisi yang ada, bahkan bila penyebab

situasionalnya jelas-jelas hadir. Contoh: Alex menumpahkan kopi ke bajunya.

Kita mempersepsikan bahwa, “Ah, si Alex memang canggung orangnya”.

Padahal bisa saja cangkir yang dipegangnya itu terlalu panas.

2. Efek actor-pengamat: kecenderungan untuk mengatribusikan perilaku kita

lebih pada factor situasional (eksternal) daripada disposisional (internal),

sementara perilaku orang lain disebabkan factor disposisi (internal). Contoh:

bila saya dan Andi sama-sama gagal dalam ujian. Saya akan menilai diri saya

gagal karena soalnya terlalu susah, tidak ada waktu untuk belajar, atau

dosennya pelit nilai. Sementara kita menilai Andi gagal karena memang dia

tidak mampu/ tidak pintar.

3. Bias mengutamakan diri sendiri (self serving bias): kecenderungan untuk

mengatribusi kesuksesan pada factor internal, namun mengatribusikan

kegagalan pada factor eksternal. Contoh: ketika saya berhasil, saya menilai

bahwa itu semua karena kerja keras saya, karena saya memang hebat, dsb.

namun ketika saya gagal, saya cenderung menyalahkan factor eksternal

seperti: karena dosennya pelit nilai, soalnya tidak sesuai materi, dll.

4. Berpikir irrasional (magic): kecenderungan untuk mempercayai bahwa

kekuatan pikiran bisa mempengaruhi kejadian atau objek fisik di luar diri.

Pengaruh Persepsi Sosial terhadap Perilaku Sosial

Page 13: psikologi Sosial

Dalam memperlajari perilaku sosial pada lingkungan interaksi

sosial, persepsi sosial menjadi penting karena perilaku seseorang

sering kali relavan untuk dijelaskan melalui penelaahan deskriptip

terhadap persepsi sosial seseorang terhadap hubungan sosial itu

atau secara khusus terhadap orang lain yang menjadi rekan

interaksi dalam hubungan itu. Pengetahuan akurat tentang orang

lain akan sangat berguna untuk mengatur hubungan saling

interaksi diantara mereka, baik dimasa kini maupun dimasa

mendatang. Dalam hubungan sosial, persepsi sosial dapat dijadikan

sebagai kerangka berpikir untuk mempermudah dan mengatur

hubungan seseorang dengan orang lain.

Persepsi sosial sebagai suatu gambaran penyederhanaan

kesimpulan tentang orang lain, terkadang juga dapat menimbulkan

masalah-masalah dengan kesalahan persepsi. Masalah-masalah

yang sering dihubungkan dengan kesalahan persepsi sosial adalah

streotip dan tampak gema (halo effect). Streotip adalah generalisasi

tentang karakteristik umum suatu kelas atau kelompok individu.

Dampak negatif persepsi yang termuat di dalam streotip adalah

perlakuan kepada orang lain oleh seorang individu ke dalam suatu

klasifikasi yang bersifat sempit. Pandangan streotip misalnya

adalah persepsi streotip Adi tentang teman kerja wanitanya yang

bernama Ani. Oleh Adi, Ani dipandang memiliki ciri-ciri wanita pada

umumnya yang dianggap bersifat emosional, lamban, dan cerewet.

Dalam kerangka psikologi sosial, dampak gema (halo effect)

dapat didefinisikan sebagai suatu kesimpulan tentang kesan umum

individu terhadap ciri-ciri orang lain pada suatu peristiwa yang

secara logis juga berlaku untuk peristiwa-peristiwa yang lain.

Page 14: psikologi Sosial

Dampak gema itu adalah kesimpulan evaluative berdasarkan

peristiwa-peristiwa tertentu yang membawa pada konsekuensi

penilaian yang sama untuk keseluruhan peristiwa yang lain (Myers,

2002).

Bab III

Penutup

Page 15: psikologi Sosial

Pesepsi itu dimiliki oleh setiap individu,artinya setiap dari manusia memiliki

cara pandang dan pemahaman yang pasti berbeda dalam melihat suatu obyek di

lingkungan kita,baik itu manusia,makhluk hidup lain,ataupun benda mati.Jadi

Persepsi merupan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam

memahami informasi tentang lingkungannya.

            persepsi social dapat dilihat dari : Komunikasi

nonverbal,Atribusi,Pembentukan kesan,Sejauh mana ketepatan persepsi social

itu.keterkaitan antara persepsi social dan kognisi social adalah : Kognisi merupakan

implementasi dari persepsi sosial.

-

Daftar Pustaka

Page 16: psikologi Sosial

1. Dadang Supardan. Pengantar Ilmu Sosial, Bumi Aksara, Jakarta,

2008.

2. Fattah Hanurawan. Psikologi Sosial, ROSDA, Bandung, 2010.