psikosomatis

19
Mbak Maya, Anak perempuan saya yang berumur 7 tahun sejak setahun terakhir ini sering mengeluh sakit perut setiap kali akan berangkat sekolah. Memang sih tidak setiap hari, melainkan pada hari-hari tertentu saja, tetapi frekuensinya cukup sering, bisa 2-3 kali dalam seminggu. Keluhannya kadang tak cuma sakit perut atau mules, tapi juga pusing dan nggak enak badan. Ia bisa lama sekali berada di kamar mandi karena merasa ingin BAB, namun ketika saya periksa ternyata tidak ada BAB-nya. Awalnya, setiap kali ia mengeluh sakit, sorenya saya langsung membawanya ke dokter, tetapi dokter tidak bisa menemukan kelainan apapun sehingga dokter bilang sakit perut anak saya bukan bersifat kelainan organik melainkan lebih karena faktor psikis. Katanya, namanya psikosomatis. Mohon penjelasan mengenai penyakit ini. Memang sih, biasanya kalau kemudian ia saya ijinkan untuk tidak masuk sekolah, sakit perutnya akan hilang. Tetapi ia kan bisa ketinggalan pelajaran kalau sering-sering tidak masuk sekolah? Jadi apa yang harus saya lakukan? Marisa, Jakarta Jawaban : Mbak Marisa, tampaknya putri Anda mengalami apa yang dinamakan psikosomatis, yaitu suatu kelainan atau gangguan pada fisik yang penyebabnya lebih pada faktor kejiwaan atau psikis, seperti stres, kecemasan atau ketegangan emosional. Penderitanya akan merasakan gejala-gejala fisik seperti sesak napas, gatal-gatal, sakit kepala, mual, sakit perut dsb, namun mesti diobat i dengan obat sakit kepala, obat gatal atau obat sakit perut, penyakit tersebut tidak kunjung sembuh dan ketika diperiksa, dokter tak menemukan kelainan apa pun. Memang, sakit perut yang diderita anak-anak sebagian besar justru disebabkan karena faktor psikis dan jika dibiarkan tentu akan

Upload: dika-amelinda

Post on 29-Jun-2015

904 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: psikosomatis

Mbak Maya,

Anak perempuan saya yang berumur 7 tahun sejak setahun terakhir ini sering mengeluh sakit perut setiap kali akan berangkat sekolah. Memang sih tidak setiap hari, melainkan pada hari-hari tertentu saja, tetapi frekuensinya cukup sering, bisa 2-3 kali dalam seminggu. Keluhannya kadang tak cuma sakit perut atau mules, tapi juga pusing dan nggak enak badan. Ia bisa lama sekali berada di kamar mandi karena merasa ingin BAB, namun ketika saya periksa ternyata tidak ada BAB-nya.

Awalnya, setiap kali ia mengeluh sakit, sorenya saya langsung membawanya ke dokter, tetapi dokter tidak bisa menemukan kelainan apapun sehingga dokter bilang sakit perut anak saya bukan bersifat kelainan organik melainkan lebih karena faktor psikis. Katanya, namanya psikosomatis.

Mohon penjelasan mengenai penyakit ini. Memang sih, biasanya kalau kemudian ia saya ijinkan untuk tidak masuk sekolah, sakit perutnya akan hilang. Tetapi ia kan bisa ketinggalan pelajaran kalau sering-sering tidak masuk sekolah? Jadi apa yang harus saya lakukan?

Marisa, Jakarta

 Jawaban :

Mbak Marisa, tampaknya putri Anda mengalami apa yang dinamakan psikosomatis, yaitu suatu kelainan atau gangguan pada fisik yang penyebabnya lebih pada faktor kejiwaan atau psikis, seperti stres, kecemasan atau ketegangan emosional. Penderitanya akan merasakan gejala-gejala fisik seperti sesak napas, gatal-gatal, sakit kepala, mual, sakit perut dsb, namun mesti diobati dengan obat sakit kepala, obat gatal atau obat sakit perut, penyakit tersebut tidak kunjung sembuh dan ketika diperiksa, dokter tak menemukan kelainan apa pun.

Memang, sakit perut yang diderita anak-anak sebagian besar justru disebabkan karena faktor psikis dan jika dibiarkan tentu akan menghambat kelancaran aktivitas bersekolah. Oleh karenanya, perlu segera diambil tindakan yang tepat agar putri Anda tak ketinggalan pelajaran di kelas. Namun, dalam membuat diagnosa penyakit karena masalah psikis, orang tua harus benar-benar yakin bahwa memang tak ada masalah organik yang melatarbelakanginya.

Untuk itu, kondisi anak perlu benar-benar diperiksakan terlebih dahulu ke dokter. Selain itu, orang tua perlu cermat memperhatikan perilaku anak ketika akan berangkat sekolah.

Misalnya, apakah ia benar-benar tampak kesakitan, pucat dan lemas serta kondisinya tersebut berlangsung sepanjang hari meskipun sudah diijinkan tidak masuk sekolah, atau sakit perutnya tersebut seolah hilang sesaat setelah diijinkan tidak masuk sekolah, sehingga ia bisa bermain-main, berlari-lari, dan melakukan aktivitas lainnya seperti biasa. Jika memang sakit perutnya berkaitan dengan pergi sekolah pada hari-hari tertentu, Anda perlu menyelidiki apakah hal tersebut berkaitan dengan adanya mata pelajaran tertentu yang dirasa sulit, guru yang galak, atau

Page 2: psikosomatis

kondisi-kondisi lainnya yang mendatangkan stres pada putri Anda, misalnya takut gagal atau mendapat nilai buruk setiap kali menghadapi ulangan.

Penyebab:

Psikosomatis bisa disebabkan oleh faktor dari dalam diri anak sendiri, atau karena faktor dari lingkungan.

a.     Faktor dari dalam diri anak

    * Stres. Psikosomatis biasanya menyerang anak yang memiliki kondisi emosional cenderung mudah stres atau pencemas.  

    * Pribadi anak yang histerikan. Anak-anak seperti ini memiliki kebutuhan yang besar akan perhatian, sehingga secara sadar atau tidak, akan menampilkan tingkahlaku "kesakitan" untuk menarik perhatian orang lain.

    * Pribadi anak yang introvert. Anak yang berkepribadian tertutup cenderung mengendapkan semua permasalahan ke dalam dirinya. Akibatnya persoalan-persoalan yang menekan yang tak bisa ia atasi akan dipindahkan ke fungsi tubuh yang lemah.

b.     Faktor lingkungan

    * Psikosomatis banyak dipicu oleh pola asuh orang tua yang terlalu perfeksionis, menuntut terlalu tinggi pada anak, atau suka memberi label yang meruntuhkan harga diri anak sehingga anak menjadi stres.  

    * Lingkungan yang sangat mengganggu anak juga bisa menimbulkan stres mendalam, misalnya rasa cemburu karena kehadiran adik baru, sulit memahami pelajaran di kelas atau takut pada guru yang galak, takut gagal menghadapi ulangan, dll.

Saran:

Untuk memastikan apakah putri Anda benar-benar mengidap psikosomatis, tetap diperlukan pemeriksaan mendalam tentang kondisinya, keluhan-keluhannya, bagaimana latar belakang keluarga dan pola asuh yang diterapkan orang tua, dsb. Saya sarankan Anda membawa putri Anda ke psikiater atau psikolog anak, yang akan dapat membantu menggali latar belakang penyebabnya secara lebih pasti untuk kemudian menyarankan penanganan yang tepat. Jika ternyata ditemukan bahwa faktor lingkungan atau pola asuh orang tua turut menjadi penyebab, maka mau tak mau lingkungannya harus dirubah dan pola asuh orang tua juga perlu dikoreksi.

Menghadapi anak yang sakit perut karena stres, kuncinya adalah kesabaran dan kasih sayang, yang dapat ditunjukkan oleh orang tua melalui sikap-sikap berikut ini:

(1).    Terima dan yakinkan diri anak

Page 3: psikosomatis

Putri Anda membutuhkan dorongan dari orang tuanya untuk tetap pergi ke sekolah, namun jangan dengan paksaan yang keras. Yakinkan ia dengan sikap yang tenang dan mantap bahwa sekolah bukan hal yang menakutkan. Jangan terbawa jika anak bersikap emosional (marah, cemberut, mogok, panik). Tunjukkan bahwa orang tua memahami dan menerima kecemasannya dengan cara tidak mengkritik atau menyalahkannya. Yakinkan anak, bahwa apapun yang dirasakannya akan dapat diatasi dan akan segera berlalu, sehingga anak merasa lebih tenang, aman dan optimis.

(2).    Rubah tuntutan orang tua terhadap anak, jangan menuntut anak terlalu tinggi karena setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Hargai setiap usaha anak, namun jangan selalu menetapkan target yang tinggi dan harus dicapai.

(3).    Berikan perhatian khusus agar secara emosional ia merasa tenang dan nyaman. Perhatian dan kasih sayang memupuk anak menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri.

(4).    Biasakan mengajak anak bicara dari hati ke hati.  Berikan kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat atau bicara tentang perasaan-perasaannya, agar anak perlahan-lahan dapat lebih lepas dan terbuka berbagi masalah dengan orang tuanya, tidak hanya ia pendam sendiri.

(5).     Anak bisa dilatih teknik relaksasi sederhana untuk melawan kecemasannya. Beri ia contoh dan ajak ia mengikuti instruksi: “ayo, tarik nafas dalam-dalam… pelan-pelan.. pejamkan mata.. lemesin tangannya, lemesin kakinya, lemesin kepalanya… tenang…tenang…tenang..” sehingga ia bisa sepenuhnya rileks.

(6).    Latih anak menggunakan imajinasinya untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan baginya, misalnya tempat-tempat favoritnya (‘bayangkan dufan… kolam renang.. atau puncak.. dsb”) atau makanan (“bayangkan eskrim yang dingin dan lezat..”) dan mainan favoritnya. Ini bisa membantunya untuk lebih tenang dan rileks.

Anda adalah apa yang Anda pikirkan. Pendapat itu ada benarnya. Banyak keluhan atau penyakit yang berawal dari beban pikiran. Salah satunya bisa menimbulkan gangguan psikosomatis. Berdasarkan data dari Departemen Penyakit Dalam FKUI, 15-30 persen orang meninggal dunia karena gangguan psikosomatis di Jakarta.

Contoh gangguan psikosomatis seperti yang dialami Heru. Pria 38 tahun ini dirujuk ke Poli Jiwa dan Poli Penyakit Dalam dengan keluhan maag dan sakit di dada. Keluhan makin terasa menyiksa ketika obat maag dari dokter tidak lagi mempan mengatasi nyeri lambungnya.

Setelah dilakukan pemeriksaan menyeluruh tidak ditemukan gangguan pada karyawan yang hobi bermain saham ini. Ahli penyakit dalam menduga Heru mengalami gangguan psikosomatis dan merujuknya ke bagian jiwa.

Dari hasil wawancara, diketahui Heru selalu memikirkan sahamnya dan takut kehilangan uang tersebut. Ia memiliki latar belakang keluarga yang pas-pasan, sehingga uang sangat berarti baginya. Beban pikiran itu bermanifestasi menjadi keluhan fisik berupa nyeri lambung.

Akibat Pikiran

Page 4: psikosomatis

Dijelaskan oleh psikolog Roslina Verauli, MPsi, dari RS Pondok Indah, Jakarta, gangguan psikosomatis adalah kondisi psikologis dan emosional yang menimbulkan gangguan fisik. Dalam ilustrasi kasus di atas, perasaan takut kehilangan uang memengaruhi kondisi tubuh Heru.

Gangguan psikosomatis harus dibedakan dengan perasaan grogi atau demam panggung. Grogi hanya menyebabkan perasaan tidak nyaman sesaat, yaitu ketika kejadian yang membuat grogi sedang berlangsung.

Ciri khas gangguan psikosomatis adalah adanya keluhan fisik yang berulang dalam jangka waktu lama, meski secara diagnosis pasien dinyatakan baik-baik saja. Tak hanya lambung, seluruh organ tubuh bisa kena imbasnya.

Bahkan, pada kasus gangguan psikosomatis yang berat, pasien bisa mengalami kebutaan, masalah kelamin, atau masalah seksual seperti susah ereksi dan ejakulasi. "Ini yang disebut pseudoneurogical, tahap di mana beban pikiran memengaruhi saraf tubuh," katanya.

Penyebab gangguan psikosomatis, tambah Vera, adalah beban pikiran yang tidak bisa keluar atau disalurkan. Contohnya, karena si pasien tidak punya teman untuk curhat, sehingga menyimpan beban pikirannya.

Gangguan psikosomatis ini paling sering terjadi pada usia awal 30-an. Anak-anak bisa terhindar dari gangguan ini karena belum memiliki beban pikiran seperti orang dewasa.

Selain obat, pasien psikosomatis harus diberi psikoterapi yang bertujuan untuk menggali masalah psikologis yang tersembunyi. Dengan harapan setelah masalahnya dihilangkan, keluhan fisik pasien turut hilang.

Definisi

• Banyak dibuat

• Berdasarkan beberapa faktor

• Psikosomatis adalah : Gangguan yang timbul akibat interaksi faktor psikologissecara  significant menimbulkanpenyakit fisik/gangguan fisik.

 

Bedanya somatisasi dengan psikosomatik adalah kalau padasomatisasi tidak ditemukan kelainan fungsi organ/anatomis, sedangkan padapsikosomatik ini ditemukan adanya kelainan fungsi organ/anatomis.

 

Diagnosis psikosomatis

Berdasarkan PPDGJ – III(Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III )

Page 5: psikosomatis

KodeDiagnosis (ICD 10) : F.45

 

Di PPDGJ,psikosomatis tidak diklasifikasikan secara tersendiri. Dalam DSM-IV , istilah”psikosomatik” digantikan dengan kategori diagnostik ”faktor psikologis yang mempengaruhi kondisimedis”. Untuk lebih jelasnya, baca Kaplan jilid 2 halaman 276-320.

 

Kode F.45 meliputi :

Berhubungan dengan :

• F. 45.3 (9) : Disfungsiotonomik/somatoform

• F.45.30  : Jantung dan sistimcardiovarkuler (neurosis jantung,syndroma dacosta )

• F.45. 31  : saluran pencernaanbag atas( neurosis lambung, aerofagi, cekuken,  dyspepsia,pilorospasme)

• F. 45.32  : Saluran pencernaanatas ( kembung psikogenik, IBS, diare, gas syndrom )

• F.45.33  : Sistim pernafasan

• F.45.34  : Sisti Genitourinaria

• F.45. 38  : sistim organ lain

 

Berdasarkan DSM IV - TR

Yang tidak termasukpsikosomatis :

- Gangguan mental Klasik

- Hipokondriasis

Page 6: psikosomatis

- Gangguan distimik,astenia,fatigue → keluhan fisik yang seringkaliberhubungan dg gg mental

 - Keluhan fisik akibat Zat → ex : batuk yang berhubungan denganketergantungan nikotin.

+an: Gg somatisasi, dimana gejala fisik tidak didasarkan pada patologi organik.

 

Diagnostik Pasti psikosomatis :

Diagnostik pastipsikosomatis memerlukan hal-hal berikut :

Ada gejala bangkitanotonomik, misal : palpitasi, berkeringat, tremor, muka merah

Ada gejala subyektiftambahan : mengacu sistim organ tertentu

Preokupasi dengan distress(sering tidak begitu khas)

Tidak terbukti gangguanbermakna pada struktur dan fungsi organ yang dimaksud (hasil pemeriksaan organdalam batas normal)

 

 

 

 

Karakteristik umum Gangguan PSIKOSOMATIS

Ada perubahan tubuh olehkarena pengaruh emosi

Aktivitas saraf otonomsimpatik -> perubahan fisik

Karakteristikumum:

Page 7: psikosomatis

• Suplydarah ke otak dan otot

• Aktifitas pada usus danlambung lambat

• Heart rate dan tekanan darahmeningkat

• Pelebaranpupil mata

• Metabolisme tubuh danrespirasi meningkat

• Kadargula darah meningkat

• Resistensielektrik kulit menurun

• Kecepatanpembekuan darah meningkat

• Jerawat pada kulit semakinbanyak

 

Halpenting dalam diagnosis

Keterlibatan sistem sarafotonom

Ada

gejalA fisiologis

Biasanya gejala predominandan menetap pada satu organ/sistem organ

Peristiwa psikologik/psikiatrik(cemas, depresi)

 

Page 8: psikosomatis

 

Tatalaksana/Pengobatan

Tujuanpengobatan

• Tinjauansecara holistik

• Menghilangankan gangguan perasaan (depresi, cemas) apapun etiologi yangmendasarinya : fisik ? psikis ?

• Mencegahkekambuhan

• Mengembalikan fungsi psikis dan somatis seperti keadaan semula

 

Pengobatan

• Nonfarmakologis:

ventilasi

edukasi

terapi kognitif dan perilaku ?

terapikelompok

dukunganpsikososial

terapiagama

 

Page 9: psikosomatis

• Farmakologis

1. pengobatan kondisi medik :sesuaiterapi pada kelainan organ yang  ada dansesuai  prosedur medik, untuk mengurangifaktor risiko lebih jelek

2. obat anti depresan/ anti cemas, sulit  tidur (sesuai keluhan yang menyertai pasien)

 

Ventilasitu maksudnya berbagi cerita, bahasa kerennya “curhat alias Sharing”

 

 

 

 

 

 

Contoh kasus

Kasus anxietas dan depresipada dispepsia non ulkus.

Jenis keluhan danprevalensinya digambarkan sebagai berikut:

nyeri hub dgn makan

Muntah

Terbangun krn nyeri

Perubahan nafsu makan

Refluks

Nyeri bawah dada

Rasa terbakar

Mual

Page 10: psikosomatis

Kembung

Nyeri ulu hati

TIDAK MUDAH MENYEMBUHKAN MAAG

Senin, 3 November, 2003 oleh: gklinisTIDAK MUDAH MENYEMBUHKAN MAAGGizi.net - SUARA PEMBARUAN DAILY - Penulis merasa beruntung bisa mengikuti pelatihan dari salah satu pakar manajemen Indonesia, sebut saja namanya Otto. Di tengah-tengah pelatihan yang menarik tersebut, saat istirahat makan siang, mungkin karena penulis satu-satunya orang medis di kelas tersebut, Otto menceritakan gangguan kesehatan yang sangat mengganggunya.

Setiap siang, daerah dadanya terasa nyeri dan agak kembung. Sudah berulang kali ke dokter, dan diberi obat, namun hasilnya hanya sembuh saat minum obat dan kambuh kembali. Masa, mesti bergantung terus pada obat, begitu keluhnya. Apa yang harus dilakukan agar bisa bebas nyeri lambung tanpa mengandalkan obat?

Apa yang diderita oleh Pak Otto tersebut bisa digolongkan sebagai gejala sakit maag (dispepsia) yang sangat beragam penyebabnya. Mudah-mudahan dengan membaca informasi ini, Pak Otto dan mereka yang mengalami hal yang sama bisa memperoleh gambaran lebih jelas mengenai penyakit yang tidak sederhana itu. Yang harus dipahami, obat bukanlah cara tunggal untuk meredakan penyakit itu.

Kata dispepsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti "pencernaan yang jelek". Per definisi dikatakan bahwa dispesia adalah ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas.

Gejala lain yang bisa dirasakan selain rasa tidak nyaman, juga mual, muntah, nyeri ulu hati, bloating (lambung merasa penuh), kembung, bersendawa, cepat kenyang, perut keroncongan (borborgygmi) hingga kentut-kentut. Gejala itu bisa akut, berulang, dan bisa juga menjadi kronis. Disebut kronis jika gejala itu berlangsung lebih dari satu bulan terus-menerus.

Seberapa banyak orang yang menderita dispepsia itu?

Banyak sumber, banyak juga angka yang diberikan. Ada yang menyebut 1 dari 10 orang, namun ada juga yang menyatakan sekitar 25 persen dari populasi. Tentu itu angka dari luar negeri yang dikutip dari http://familydoctor.org. Mengenai jenis kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu. Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja.

Di Indonesia sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001 menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti.

Page 11: psikosomatis

Sayang, tidak hanya di Indonesia (seperti Pak Otto), di luar negeri pun, menurut sumber di Internet, banyak orang yang tidak peduli dengan dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa perlu untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Padahal, menurut penelitian- masih dari luar negeri-ditemukan bahwa dari mereka yang memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki ulkus (borok) pada lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri, penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1 persen disebabkan oleh kanker lambung.

MekanismeSeperti yang bisa dilihat pada tabel Klasifikasi Dispepsia berdasarkan Penyebab, sangat beragam penyebab dispepsia. Sayangnya, sampai saat ini belum ada satu teori pun yang bisa memuaskan semua pihak dalam hal menjelaskan terjadinya dispepsia itu. Multifaktorial, kata para peneliti.

Bahkan, pasien-pasien yang sama-sama mempunyai ulkus (peptic ulcer), mekanisme terjadinya pun bisa berbeda. Artinya dengan keadaan yang sama tidak selalu gejala yang dirasakan sama.

Begitu luasnya cakupan istilah dispesia, akhirnya ada yang menggolongkannya dengan dispepsia fungsional dan dispesia organik.

Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang terjadi tanpa diketahui adanya kelainan struktur organ lambung (seperti ulkus, tumor maupun kanker), mulai dari melalui pemeriksaan klinis, biokimiawi hingga pemeriksaan penunjang lainnya, seperti USG, Endoskopi, Rontgen hingga CT Scan.

Dispepsia FungsionalTerdapat bukti bahwa dispepsia fungsional berhubungan dengan ketidaknormalan pergerakan usus (motilitas) dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas). Selain itu, bisa juga dispepsia jenis itu terjadi akibat gangguan irama listrik dari lambung atau gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal.

Beberapa kebiasaan yang bisa menyebabkan dispepsia adalah menelan terlalu banyak udara. Misalnya, mereka yang mempunyai kebiasaan mengunyah secara salah (dengan mulut terbuka atau sambil berbicara). Atau mereka yang senang menelan makanan tanpa dikunyah (biasanya konsistensi makanannya cair).

Keadaan itu bisa membuat lambung merasa penuh atau bersendawa terus. Kebiasaan lain yang bisa menyebabkan dispesia adalah merokok, konsumsi kafein (kopi), alkohol, atau minuman yang sudah dikarbonasi.

Mereka yang sensitif atau alergi terhadap bahan makanan tertentu, bila mengonsumsi makanan jenis

Page 12: psikosomatis

tersebut, bisa menyebabkan gangguan pada saluran cerna. Begitu juga dengan jenis obat-obatan tertentu, seperti Obat Anti-Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik makrolides, metronidazole), dan kortikosteroid. Obat-obatan itu sering dihubungkan dengan keadaan dispepsia.

Yang paling sering dilupakan orang adalah faktor stres/tekanan psikologis yang berlebihan.

Penyakit Refluks AsamCukup sering ditemukan dispepsia akibat asam lambung yang meluap hingga ke esofagus (saluran antara mulut dan lambung). Karena saluran esofagus tidak cukup kuat menahan asam -yang semestinya- tidak tumpah, karena pelbagai sebab, pada orang tertentu asam lambung bisa tumpah ke esofagus dan menyebabkan dispepsia. Dispepsia jenis itu bisa menyebabkan nyeri pada daerah dada.

Diagnosis

Mencari tahu sebab (diagnosis) dari dispepsia tidaklah mudah. Dalam dunia kedokteran, diagnosis harus ditegakkan dulu sebelum memberi pengobatan. Dalam hal itu pengobatan dispepsia boleh dibilang relatif sukar karena untuk mengetahui dengan pasti penyebab penyakit itu relatif tidak gampang.

Dokter harus dengan saksama membedakan antara dispepsia yang mempunyai ulkus dan yang tidak, antara dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Beberapa hal yang bisa dijadikan petunjuk oleh para dokter, yaitu sebagai berikut.

- Penelitian yang besar menunjukkan bahwa secara statistis nyeri ulu hati yang terjadi pada malam hari dan berkurang dengan pemberian antasid, cenderung dihubungkan dengan luka pada lambung (peptic ulcer).

- Pada dispepsia non-ulkus, tidak terjadi komplikasi dari perdarahan seperti kurang darah, penurunan berat badan atau muntah-muntah.

- Nyeri atau ketidaknyamanan akibat Irritable Bowel Syndrome dapat terjadi pada ulu hati. Untuk membedakannya dengan dispepsia adalah dengan memperhatikan pola buang air besar.

Dengan pemeriksaan fisik saja, sangat sukar membedakan dispepsia ulkus dan non-ulkus.

PengobatanIntervensi dini terhadap sakit maag yaitu dengan mengonsumsi obat yang bisa menetralkan atau menghambat produksi yang berlebihan dari asam lambung (jenis antasid). Bisa juga diberikan obat yang memperbaiki motilitas lambung. Apabila setelah dua minggu obat yang diberikan tidak bermanfaat, biasanya dokter akan memeriksa dengan peralatan khusus.

Pengobatan Dispepsia

Page 13: psikosomatis

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pasien, tindakan dokter adalah sebagai berikut.

* Jika mempunyai ulkus, dapat diobati dan akan diberikan antasid atau sejenisnya. Jika mengalami infeksi (terutama oleh H Pylori), perlu diberi antibiotika.

* Jika dokter berpikir bahwa ada obat yang sedang Anda konsumsi menyebabkan dispepsia, Anda akan diberi obat lain.

Obat yang bisa mengurangi kadar asam di lambung Anda bisa sangat membantu. Obat itu juga bisa membantu jika Anda mengalami penyakit refluks asam.

Pemeriksaan Endoskopi bisa dilakukan jika sebagai berikut:

* Anda masih mengalami nyeri pada lambung meskipun telah minum obat dispepsia selama delapan minggu

* Nyeri berkurang atau hilang sesaat untuk kemudian muncul kembali

Endoskopi

Pemeriksaan endoskopi adalah suatu pemeriksaan untuk melihat keadaan lambung Anda. Caranya, dengan memasukkan suatu slang berkamera ke mulut terus hingga ke lambung. Dengan demikian, dokter bisa melihat bagian dalam lambung untuk mencari tahu apa penyebab nyeri yang Anda derita.

Tentu untuk itu Anda perlu minum cairan penghilang nyeri (anestesi) dan bersikap pasrah saat slang itu dimasukkan.

Bagi penderita dispepsia, janganlah lupa mengonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter. Jika diperlukan antibiotika, minum antibiotika tersebut sampai habis meskipun Anda merasa lebih baik.

DISPEPSIA FUNGSIONAL

PENDAHULUANDispepsia nonulkus diperkenalkan oleh Thompson (1984) untuk menggambarkan keadaan yang kronik berupa rasa tidak enak pada daerah epigastrium yang sering berhubungan dengan makanan, gejalanya seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya ulkus.Lagarde dan Spiro (1984) menyebutnya sebagai dyspepsia fungsional untuk keluhan tidak enak pada perut bagian atas yang bersifat intermitten sedangkan pada pemeriksaan tidak didapatkan kelainan organic.Gejala yang dikeluhkan: rasa penuh pada ulu hati sesudah makan, kembung, sering bersendawa, cepat kenyang, anoreksia, nausea, vomitus, rasa terbakar pada daerah ulu hati, regurgitasi.Dispepsia fungsional ini umumnya bersifat kronik dan sering kambuh

Page 14: psikosomatis

PatofisiologiMasih diperdebatkan, penyebabnya bersifat multifaktorial. Namun yang tidak dapat disangkal lagi bahwa factor psikis/ emosi memegang peran penting baik untuk timbulnya gangguan maupun pengaruh terhadap perjalanan penyakitnya.Peran factor psikososial pada dyspepsia fungsional sangat penting karena dapat menyebabkan hal-hal di bawah ini:1. menimbulkan perubahan fisiologi saluran cerna2. perubahan penyesuaian terhadap gejala-gejala yang timbul3. mempengaruhi karakter dan perjalanan penyakit4. mempengaruhi prognosis Factor-faktor yang diduga menyebabkan sindrom dyspepsia ialah:1. peningkatan asam lambung2. dismotilitas lambung3. gastritis dan duodenitis kronik (peran Helicobacter pylori)4. stress psikososial5. factor lingkungan dan lain-lain (makanan, genetik) Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung dengan 2 cara, yaitu:1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan selanjutnya ke lambung.2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus anterior → hipofisis anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon → merangsang korteks adrenal (menghasilkan hormon adrenal) → merangsang produksi asam lambungFaktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung, mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan ambang rangsang nyeri.Pasien dyspepsia umumnya menderita anksietas, depresi dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal.Data-data hasil endoskopi:1. Fisher dkk: dari 3367 pasien dengan dyspepsia, 33,6 % hasil endoskopinya normal2. Djaya Pranata (1988): dari 351 pasien dyspepsia non ulkus, 162 pasien mengalami gastroduodenitis, 199 normal3. Harsal A (1991): dari 52 pasien dyspepsia non ulkus, 44% endoskopinya normalDari data-data di atas jelas bahwa keluhan-keluhan saluran cerna bagian atas tidak selalu berdasarkan adanya kelainan organic, tapi mungkin saja karena factor psikososial (anksietas dan depresi).Hasil penelitian kejadian anksietas dan depresi pada pasien dyspepsia non ulkus:- Harsal A (1991) di RSCM: 80,7 % anksietas, 57,7 % anksietas – depresi pada pasien dyspepsia non ulkus.- Rychter (1991): 60% anksietas- Rose (1986): 50% depresi

PENGOBATANDilakukan melalui pendekatan psikosomatik yaitu dengan memperhatikan aspek-aspek fisis, psikososial dan lingkungan.

Page 15: psikosomatis

erhadap keluhan-keluhan dyspepsia dapat dihentikan dengan:- pengobatan simtomatik seperti antasida, obat-obat antagonis H2 seperti simetidin, raditidin, farmotidin- obat-obat prokinetik seperti cisaprid maupun obat inhibitor pompa proton seperti omeprazol, lansoprazol, dan sebagainya.Pengaturan diet, untuk menghindari makanan yang dapat mencetuskan gejala-gejalanya.Melakukan psikoterapi dengan beberapa edukasi dan saran agar dapat mengatasi atau menurunkan stress dan konflik psikososialnya. Pada keadaan yang jelas terdapat anksietas/ depresi, psikofarmaka perlu diberikan. Contoh obatnya: anksiolitik atau anti depresan yang sesuai.