psikoterapi gangguan cemas
DESCRIPTION
gangguan jiwaTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA REFERAT FAKULTAS KEDOKTERAN Maret 2015
REFERAT: PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN CEMAS
Oleh :
Amrul Mushlihin
110 209 0120
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya,
beberapa diantaranya adalah masalah dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma,
dan masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari – hari.
Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan
bantuan untuk masalah – masalah yang sangat berat. Kebanyakan orang
membicarakan masalahnya kepada teman dan keluarga, tetapi itu tidak mampu
memperbaiki keadaan dirinya. Psikoterapi merupakan salah satu cara yang tepat
untuk membicarakan masalah dan mendapatkan pemecahannya. Oleh karena itu
psikoterapi sangatlah dibutuhkan dalam penyembuhan pada orang-orang yang
memiliki masalah terutama masalah kesehatan jiwa.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang
artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan,
pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan
istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran. Psikoterapi adalah cara
pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap gangguan mental emosional dengan
mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku agar terjadi keseimbangan dalam
diri individu tersebut. Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang
terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi
fisik. 1,2,3
Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat
perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk
setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu
dan juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali
mereka merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-
hal yang dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual
merupakan yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi
kelompok, keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 4,5.
2.2. TUJUAN PSIKOTERAPI
Tujuan Psikoterapi antara lain:4
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata
lain membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang
lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun
membuat seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.
3
Dimana terapis harus melihat keadaan pasien, sejauh mana pasien
membutuhkan bantuan. Wolberg menjelaskan tiga tingkatan psikoterapi.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, psikoterapi dibedakan atas tiga tingkatan
yaitu:3,6
1. Tingkat Support (Memulihkan Keseimbangan Pasien)
Pada terapi suportif, psikoterapi bertujuan untuk memulihkan
keseimbangan pasien secara cepat dan menghilangkan masalah-masalah neurotik
yang ada. Terapi supportif dilakukan pada pasien yang sebenarnya memiliki
penyesuaian diri yang baik, namun memiliki masalah akibat tekanan lingkungan
yang terlalu berlebihan. Terapi supportif juga ditunjukkan pada pasien yang
memiliki mekanisme koping yang terbatas, tidak mampu mengatasi kecemasan,
dan yang kurang memiliki motivasi atau intelegensinya. Cara atau pendekatan:
bimbingan, reassurance, katarsis emosional, hipnosis, desensitisasi, eksternalisasi
minat, manipulasi lingkungan, terapi kelompok.
2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)
Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien
mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah
insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali
selama proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di dalam
proses konseling, keberfungsian individu diluar konseling, atau aspek-aspek
dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga akan
meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang seiring
dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama proses terapi
menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan yang dirasakan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)
Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan
tercapainya kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya
dengan mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan
emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi kepribadian.
4
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
2.3 JENIS PSIKOTERAPI
2.3.1 PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang multipel
dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam dari Vienne,
Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika ia
mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Teknik psikoanalisa juga
diperkenalkan oleh Sigmund Freud. Sesuai dengan teorinya, Freud mencoba
menjelajahi alam ketidaksadaran pasiennya melalui wawancara yang dinamakan
asosiasi bebas. Tahap penting dari teknik ini adalah jika katarsis, yaitu pasien bisa
meluapkan emosinya sehingga menimbulkan perasaan lega. Sigmeun Freud dan
Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya
untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya
menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk
mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor pikiran
mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan salah satu
ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada dalam alam
bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar. Kelemahan teknik ini adalah bahwa
proses penyembuhan bisa berlangsung selama bertahun-tahun.2,7
2.3.2 PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan
psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Tidak seperti
psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja
selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,
5
psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan
pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya
menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi
psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang
menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan
suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain. 7
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya dan
kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus menyebutkan bidang atau
tingkat pengertian atau pengalaman di mana pasien berada, Penekanan dokter
psikiatrik pada terapi berorientasi tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan
psikoterapi psikoanalitik intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali
sejumlah tilikan baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan
khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Dalam lingkup yang
lebih sempit penekanan adalah pada nilai untuk mengembangkan tilikan ke dalam
respon pasien terhadap ahli terapi dan respon pada masa anak – anak. Terapi
berorientasi tilikan adalah terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki
kekuatan ego yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau
tidak boleh menjalani psikoanalisis.7
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan yang
dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga didasarkan pada faktor
– faktor tertentu seperti pengungkapan perasaaan dalam suasana yang tidak
menghakimi tetapi memiliki batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor
hubungan lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa
pilih – pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan pasien.
Kadang – kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego yang relatif lemah
dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat disanggah sehingga pasien dapat
mencoba untuk mencapai penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan
batas yang realistik untuk perilaku maladaptif pasien.7
6
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan) ini
memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan bantuan
untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam menghadapi
frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk dihadapi.7
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk : 7
Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
Pemuasan kebutuhan tergantungan
Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai
contohnya, hobi)
Istirahat dan penghiburan yang adekuat
Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
Medikasi untuk menghilangkan gejala
Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.
Psikoterapi suportif cocok untuk berbagai penyakit psikogenik. Terapi ini
dapat dipilih jika penilaian diagnostic menyatakan bahwa proses kematangan yang
bertahap didasarkan pada perluasan sasaran baru untuk identifikasi, adalah jalan
yang paling menjanjikan untuk perbaikan. Semua dokter kiranya harus dapat
melakukan psikoterapi suportif jenis : katarsis, persusi, sugesti, penjaminan
7
kembali, bimbingan dan penyuluhan (konseling). Oleh karena itu, hal ini akan
dibicarakan secara singkat di bawah ini:4
1. Ventilasi atau katarsis ialah membiarkan pasien mengeluarkan isi hati
sesukanya. Sesudahnya biasanya ia merasa lega dan kecemasannya (tentang
penyakitnya) berkurang, karena ia lalu dapat melihat masalahnya dalam
proporsi yang sebenarnya. Hal ini dibantu oleh dokter dengan sikap yang
penuh pengertian (empati) dan dengan anjuran. Jangan terlalu banyak
memotong bicaranya (menginterupsi). Yang dibicarakan ialah kekhawatiran,
impuls-impuls, kecemasan, masalah keluarga, perasaan salah atau berdosa.
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala
penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya
terhadap masalah yang dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting
untuk dilakukan. Dengan demikian maka impuls-impuls yang tertentu
dibangkitkan, diubah atau diperkuat dan impuls-impuls yang lain dihilangkan
atau dikurangi, serta pasien dibebaskan dari impuls-impuls yang sangat
menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-gejalanya akan
hilang. Hal ini dibantu dokter dengan sikap membangun, mengubah dan
menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari impuls yang menggangu
secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha meyakinkan pasien
dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada
pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan
hilang. Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas
profesional serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga
kritiknya berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi
sempit. Ia mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak
terdapat gangguan kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif,
umpamanya pada reaksi konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal
atau pada neurosa cemas sesudah kecelakaan.
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-
kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi
8
tetap, karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi
sugesti harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan
inteligensi yang sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang
atau histerik lebih mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan
jangan memberikan kesan bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan
gejalanya. Jangan menganggu rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya
bahwa gejala-gejalanya akan hilang dan bahwa tidak terdapat kerusakan
organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia harus diyakinkan bahwa bila
gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia sendiri mengenal maksud
gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak logis.
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang
halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu
berfungsi secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas
berdasarkan kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai
oleh pasien.
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih
sanggup mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan
antar manusia, cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi
suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya
dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi.
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai
suatu proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social
worker) kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan
sosial khusus. Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak
(seperti pada psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak
diadakan usaha untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah
hanya hendak menangani masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).
9
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien,
ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna
baginya untuk mencari nafkah kelak.
2.3.3 PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok
untuk membuat perubahan tersebut. Dalam teknik ini, psikoterapis mengajak
beberapa orang dalam proses terapi. Orang-orang itu bisa terdiri atas sesama
pasien dengan persoalan yang sejenis, bisa juga pasien dan keluarganya.
Tujuannya adalah agar di bawah arahan psikoterapis, orang-orang dalam
kelompok itu bisa saling berbagi dan saling mendorong untuk kesembuhan.2,7
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik
segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap
berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.7
2.3.4 PSIKOTERAPI JENIS PRILAKU
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah
perilaku khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien.
Burus F. Skinner merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.4
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia,
yaitu:4
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang
mendahuluinya, yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu.
Umpamanya seorang anak yang tidak berprestasi di sekolah dan nakal di
10
kelas hanya dengan seorang guru tertentu dapat menjadi efektif dan rajin bila
ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang guru yang lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah
atau dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar untuk melihat
dirinya sendiri dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak
menunjukkan ledakan amarah bila ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku
itu dapat dimodifikasi. Umpamanya ia dihukum bila ia menganggu orang
lain, dengan demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap
yang lebih kooperatif.
Terapi perilaku dapat dilakukan secara individual ataupun secara
berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif,
disfungsi sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual
(umpamanya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif,
gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan
berjudi secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan
reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang
hebat dan hipomania.4
2.3.5 TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan
kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik.
Terapi ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi
biasanya dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga
digunakan. Terapi juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.7
Terapi kognitif telah diterapkan terutama untuk gangguan depresif (dengan
atau tanpa gagasan bunuh din) tetapi, terapi ini juga telah digunakan pada kondisi
lain, seperti gangguai panik, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan
kepribadian paranoid, dan gangguan somatoform. Terapi depresi dapat berperan
sebagai paradigma pendekatan kognitif.7
2.3.6 HIPNOTERAPI
11
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada
dalam kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan
dalam terapi untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika
pasien atau memungkinkan pasien menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis
untuk asosiasi baru.7
Sebelum teknik psikoanalisis diperkenalkan, psikiater menggunakan
teknik hipnotis untuk menurunkan ambang kesadaran dan mensugesti pasien
untuk sembuh. Teknik ini bisa langsung menghilangkan gejala (instant), tetapi
hanya berlangsung sesaat dan akan kambuh lagi jika pengaruh sugesti sudah
hilang. Oleh karena itu, sekarang dikembangkan teknik hipnoterapi baru sehingga
pasien atau klien bisa mensugesti dirinya sendiri, dan bisa sembuh total tanpa
tergantung pada psikoterapis lagi.2
2.4 PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN CEMAS
2.4.1 PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN PANIK
Terapi Perilaku dan Kognitif
Terapi kognitif dan perilaku adalah terapi yang efektif untuk gangguan
panik. Dari berbagai respons disimpulkan bahwa terapi kognitif dan perilaku
mengungguli terapi farmakologi saja. 7
Terapi Kognitif
Dua fokus utama terapi kognitif gangguan panik adalah instruksi
mengenai keyakinan salah pasien dan informasi mengenai serangan panik.
Instruksi mengenai keyakinan yang salah terpusat pada kecendrungan pasien
untuk salah mengartikan sensasi tubuh ringan sebagai tanda khas akan terjadinya
serangan panik, ajal, atau kematian. 7
Aplikasi Relaksasi
Tujuan aplikasi relaksasi (contohnya pelatihan relaksasi Herbert Benson)
adalah memberikan rasa kendali mengenai tingkat ansietas dan relaksasi. Melalui
penggunaan teknik standar relaksasi otot dan membayangkan situasi yang
membuat santai, pasien mempelajari teknik yang dapat membantu mereka
melewati sebuah serangan panik. 7,8
Pelatihan Pernapasan
12
Karena hiperventilasi yang berhubungan dengan serangan panik mungkin
berkaitan dengan sejumlah gejala seperti pusing dan pingsan, satu pendekatan
langsung untuk mengendalikan serangan panik adalah melatih pasien
mengendalikan dorongan untuk melakukan hiperventilasi. Setelah pelatihan
seperti itu, pasien dapat menggunakan teknik untuk membantu mengendalikan
hiperventilasi selama serangan panik. 7,8
Terapi Keluarga
Keluarga pasien dengan gangguan panik dan agoraphobia juga mungkin
telah dipengaruhi oleh gangguan anggota keluarga. Terapi keluarga yang
ditujukan pada edukasi dan dukungan sering bermanfaat. 7,8
Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Psikoterapi berorientasi tilikan dapat memberi keuntungan di dalam terapi
gangguan panik dan agoraphobia. Terapi berfokus membantu pasien mengerti arti
ansietas yang tidak disadari yang telah dihipotesiskan, simbolisme situasi yang
dihindari, kebutuhan untuk menekan impuls, dan keuntungan sekunder gejala
tersebut. 7,8
2.4.2 PSIKOTERAPI PADA FOBIA SPESIFIK DAN FOBIA SOSIAL
Terapi yang paling banyak dipelajari dan paling efektif untuk fobia
mungkin adalah terapi perilaku. Aspek kunci keberhasilan terapi adalah (1)
komitmen pasien terhadap terapi, (2) masalah dan tujuan yang teridentifikasi jelas,
(3) strategi alternative yang tersedia untuk menghadapi perasaannya. Berbagai
teknik terapi perilaku telah dilakukan, yang paling lazim adalah desentisasi
sistematik, suatu metode yang dipelopori Joseph Wolpe. Pada metode ini pasien
secara serial dipajankan pada daftar stimulus penginduksi ansietas yang telah
ditentukan sebelumnya dan diberi tingkatan hirarki dari yang paling tidak
menakutkan sampai yang paling menakutkan. 7,8,9
Fobia Spesifik
Terapi pajanan adalah terapi yang paling lazim digunakan. Pada metode
ini terapis mendesentisasi pasien dengan menggunakan serangkaian pajanan
bertingkat yang ditingkatkan sendiri oleh pasien terhadap stimulus fobik, dan
mengajarkan pasien berbagai teknik menghadapi ansietas termasuk relaksasi,
13
kendali pernapasan, dan pendekatan kognitif. Pendekatan kognitif mencakup
memperkuat penyadaran bahwa situasi fobik, pada kenyataannya aman. 7,8,9
Fobia Sosial
Psikoterapi untuk fobia sosial tipe menyeluruh meliputi kombinasi antara
metode perilaku dan kognitif, termasuk pelatihan ulang kognitif, desensitasi,
latihan selama sesi terapi, dan serangkaian tugas rumah.
2.4.3 PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF
Tanpa adanya studi yang adekuat mengenai psikoterapi berorientasi tilikan
untuk OCD, setiap generalisasi yang valid mengenai efektivitasnya sulit dibuat,
walaupun terdapat laporan tidak resmi mengenai keberhasilannya. Analisis
individual melihat perubahan yang mencolok dan bertahan lama untuk kebaikan
pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif, khususnya ketika mereka
bisa menghadapi impuls agresif yang terletak di belakang ciri karakter mereka.
Psikoterapi suportif secara pasti memiliki tempat, terutama pada pasien
OCD yang walaupun gejalanya memiliki keparahan yang beragam, mampu
bekerja dan melakukan penyesuaian sosial. Dengan kontak regular dan terus-
menerus dengan orang yang professional, tertarik, simpatik, dan memberi
semangat, pasien mungkin mampu berfungsi dengan bantuan ini, yang tanpanya
gejala tersebut dapat menjadikan mereka lemah. 7,8,9
2.4.4 PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA
DAN GANGGUAN STRES AKUT
Psikoterapi psikodinamik dapat berguna dalam terapi pada banyak pasien
PTSD. Di sejumlah kasus, rekonstruksi peristiwa traumatik dengan abreaksi dan
katarsis terkait dapat bersifat terapeutik, tetapi psikoterapi harus diindividualisasi,
karena mengalami kembali trauma dapat terlalu berat untuk sejumlah pasien.
Intervensi psikoterapeutik PTSD mencakup terapi perilaku, terapi kognitif,
dan hipnosis. Banyak klinisi menyarankan psikoterapi terbatas waktu untuk
korban trauma. 7,8,9
2.4.5 PSIKOTERAPI PADA GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH
Pendekatan psikoterapeutik utama gangguan ansietas menyeluruh adalah
terapi perilaku-kognitif, suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan. Pendekatan
14
kognitif secara langsung ditujukan pada distorsi kognitif pasien yang didalilkan
dan pendekatan perilakuditujukan pada gejala somatik secara langsung. Teknik
utama yang digunakan pada pendekatan perilaku adalah relaksasi dan
biofeedback. 7,8,9
Sebagaian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata
ketika diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan mereka dengan
dokter yang simpati dan peduli. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien
berfungsi efektif di dalam pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga
mendapatkan hadiah dan kepuasaan baru yang juga bersifat terapeutik. 7,8,9
15
BAB III
KESIMPULAN
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap
gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan
perilaku agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut. Psikoterapi
merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam tatalaksana pasien
psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik.
Tujuan Psikoterapi antara lain:
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain
membuat seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih
baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat
seseorang tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.
Di antara sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu
pun terbukti lebih unggul daripada yang lain. Perbaikan terapeutik yang dicapai,
ditentukan oleh faktor-faktor; Tujuan yang ingin dicapai, motivasi pasien,
kepribadian dan ketrampilan terapis, serta teknik yang digunakan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer A, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001
2. Lestari RD. Pengertian Psikoterapi dan Jenis Psikoterapi. [online]. 1 Apr
2013 [cited 27 Agt 2013]; Available From URL :
http://www.psikoterapis.com/?en_apa-itu-psikoterapi-%2C6
3. Mappiare A. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja
Grafindo. 1992
4. Maramis WF. Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. ed. 7. Airlangga
University. 1998
5. An Extension of the Principles of A Course in Miracles.
PSYCHOTHERAPY: PURPOSE, PROCESS AND PRACTICE.
http://courseinmiracles.com/acourseinmiracles/acim_supplements/therapy.ht
m
6. Level dan Tingkatan dalam Psikoterapi.
http://www.psychologymania.com/2012/03/level-dan-tingkatan-dalam-
psikoterapi.html
7. Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi, Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2012
8. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI. 2010
17
9. Keeton CP, Kolos AC, Walkup JT. Pediatric generalized anxiety disorder:
epidemiology, diagnosis, and management. Paediatr Drugs. 2009;11(3):171-
83. [Medline].
10. William R Yates, MD, MS. Anxiety Disorder. Oklahoma: Laureate Institute
for Brain Research, Department of Psychiatry, University of Oklahoma
College of Medicine at Tulsa; American Academy of Family Physicians and
American Psychiatric Association ; August 2011
18